Narasi

111
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT sehingga Penyusunan Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) Kota Magelang Tahun 2007 ini dapat diselesaikan dengan baik. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, daerah otonom berhak, berwenang, dan sekaligus berkewajiban mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah, dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, menyediakan pelayanan umum, dan meningkatkan daya saing daerah sesuai potensi, kekhasan, dan unggulan daerah yang dikelola secara demokratis, transparan dan akuntabel. Pemerintah juga berkewajiban mengevaluasi kinerja pemerintahan daerah dengan evaluasi penyelenggaraan pemerintahan yang bertujuan untuk menilai kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam upaya peningkatan kinerja untuk mendukung pancapaian tujuan penyelenggaraan otonomi daerah berdasarkan prinsip kepemerintahan yang baik. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, khususnya pasal 60 yang menyebutkan bahwa EKPPD dilaksanakan mulai tahun 2008 terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah tahun 2007. Evaluasi Kemampuan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (EKPPD) tersebut dilakukan dengan cara menilai kinerja tingkat pengambilan keputusan, yaitu Kepala Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat daerah (DPRD), dan tingkat pelaksanaan kebijakan daerah yaitu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 i

description

Narasi

Transcript of Narasi

Page 1: Narasi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT sehingga

Penyusunan Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

(LPPD) Kota Magelang Tahun 2007 ini dapat diselesaikan dengan baik.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah, daerah otonom berhak, berwenang, dan

sekaligus berkewajiban mengatur dan mengurus sendiri urusan

pemerintahan kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan

Pemerintah, dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat, menyediakan pelayanan umum, dan meningkatkan daya

saing daerah sesuai potensi, kekhasan, dan unggulan daerah yang

dikelola secara demokratis, transparan dan akuntabel.

Pemerintah juga berkewajiban mengevaluasi kinerja pemerintahan

daerah dengan evaluasi penyelenggaraan pemerintahan yang bertujuan

untuk menilai kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam

upaya peningkatan kinerja untuk mendukung pancapaian tujuan

penyelenggaraan otonomi daerah berdasarkan prinsip kepemerintahan

yang baik.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2008 tentang

Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, khususnya

pasal 60 yang menyebutkan bahwa EKPPD dilaksanakan mulai tahun

2008 terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah tahun 2007.

Evaluasi Kemampuan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (EKPPD)

tersebut dilakukan dengan cara menilai kinerja tingkat pengambilan

keputusan, yaitu Kepala Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat daerah

(DPRD), dan tingkat pelaksanaan kebijakan daerah yaitu Satuan Kerja

Perangkat Daerah (SKPD). Adapun sumber informasi utama EKPPD

adalah Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) yang

disampaikan Kepala Daerah kepada Pemerintah.

Pemerintah Kota Magelang telah melaksanakan penyusunan LPPD

Kota Magelang Tahun 2007 berdasar Peraturan Pemerintah Nomor 3

Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 i

Page 2: Narasi

Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat dan

telah dikirim kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur. Namun

demikian LPPD yang telah disusun berdasar PP Nomor 3 tahun 2007

tersebut belum menggunakan indikator kinerja kunci sebagai akibat

belum adanya indikator kinerja kunci yang ditetapkan oleh Tim Nasional.

Dengan adanya evaluasi kemampuan penyelenggaraan

pemerintahan daerah yang menilai kinerja dengan menggunakan

indikator kinerja kunci, yaitu pada tataran pengambil kebijakan dengan

13 (tiga belas) aspek serta tataran pelaksana kebijakan dengan 8

(delapan) aspek bersifat umum/generik dan 1 (satu) aspek tingkat

capaian kinerja urusan wajib, maka Pemerintah Kota Magelang

menyusun Suplemen LPPD Kota Magelang tahun 2007 ini sebagai data

tambahan dalam rangka penilaian dengan berdasar pada Petunjuk

Teknis Pengisian Suplemen LPPD tahun 2007 dalam rangka EKPPD yang

diterbitkan oleh Departemen Dalam Negeri melalui Surat Direktur

Jenderal Otonomi Daerah kepada Gubernur dan Bupati/Walikota se

Indonesia Nomor 120/1875/OTDA tanggal 5 September 2008.

Dalam penyusunan Suplemen LPPD ini Pemerintah Kota Magelang

menggunakan sumber data dari seluruh SKPD maupun instansi terkait di

Lingkungan Pemerintah Kota Magelang.

Demikian semoga Suplemen LPPD Kota Magelang tahun 2007 ini

dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi terhadap kinerja Pemerintah

Kota Magelang, dan hasil evaluasi nantinya dapat bermanfaat bagi

peningkatan kinerja penyelenggaraan pemerintahan di Kota Magelang.

WALIKOTA MAGELANG

H. FAHRIYANTO

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 ii

Page 3: Narasi

A. Indikator Kinerja Kunci

1. Tataran Pengambil Kebijakan

a. Ketentraman dan ketertiban umum daerah

Aspek Ketentraman dan Ketertiban Umum Daerah mempunyai

6 (enam) fokus) penilaian dan 6 (enam) indikator kinerja kunci.

Adapun keenam fokus penilaian tersebut adalah:

1) Peraturan tentang Ketertiban penataan ruang

2) Peraturan tentang Kependudukan

3) Personil Sapol PP (Kebijakan ketersediaan aparat

Trantibum)

4) Aksi Masyarakat terhadap kebijakan daerah

5) Kebijakan Bidang PSK dan PKL

6) Peraturan tentang Kebersihan Kota

Fokus yang pertama dari aspek ketentraman dan ketertiban

umum daerah yaitu peraturan tentang ketertiban dan penataan

ruang dinilai melalui 3 (tiga) indikator kinerja kunci yaitu:

keberadaan Perda IMB, rasio rumah ber IMB, dan keberadaan

Perda RTRW. Terkait dengan Indikator kinerja kunci keberadaan

IMB, Kota Magelang telah mempunyai Perda No. 5 Tahun 2001

tentang Bangunan dan IMB.

Indikator yang kedua yaitu rasio rumah ber IMB di Kota

Magelang pada tahun 2007 mencapai 17,28%, dimana dari

seluruh jumlah rumah di Kota Magelang yaitu 28.821 buah,

4.980 buah diantaranya telah memiliki IMB.

Sedangkan ditinjau dari indikator keberadaan Perda Rencana

Tata Ruang Wilayah (RTRW), Kota Magelang sudah memiliki

Peraturan Daerah yang berkenaan dengan RTRW yaitu

Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Magelang

Nomor 4 tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

Kotamadya Daerah Tingkat II Magelang sebagaimana diubah

dengan Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 22 tahun 2001

tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kotamadya Daerah

Tingkat II Magelang Nomor 4 Tahun 1999 tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Magelang.

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 iii

Page 4: Narasi

Fokus selanjutnya dari aspek ketentraman dan ketertiban

umum daerah yaitu Peraturan tentang Kependudukan dinilai

melalui 2 (dua) indikator kunci yaitu pengurusan KTP dan biaya

KTP dalam Perda. Lama waktu pengurusan KTP di Kota

Magelang telah sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam

Peraturan Menteri PAN No. PER/20/M.PAN/04/2006 tanggal 20

April 2006 yaitu selama 2 hari.

Begitu pula dengan indikator biaya KTP dalam Perda telah

sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Magelang No. 12 Tahun

2000 tentang Retribusi Penggantian Beaya Cetak Kartu Tanda

Penduduk dan Akte Catatan Sipil yaitu sebesar Rp 3.000,-.

Fokus ketiga dari aspek ketentraman dan ketertiban umum

daerah yaitu Personil Satpol PP (Kebijakan Ketersediaan Aparat

Trantibum) dinilai berdasarkan rasio personil Satpol PP

terhadap jumlah penduduk. Sedangkan indikator kinerjanya

adalah jumlah personil satpol PP per 8.000 penduduk. Apabila

diperbandingkan antara jumlah penduduk pada akhir tahun

2007 yaitu 120.849 dengan jumlah personil satpol PP 62 orang,

maka per 8.000 penduduk dilayani oleh 4 personil Satpol PP.

Fokus keempat dari aspek ketentraman dan ketertiban umum

daerah yaitu Aksi Masyarakat terhadap kebijakan daerah

dengan dinilai berdasarkan demo/protes terhadap

Perda/Peraturan Walikota. Ditinjau dari indikator aksi

masyarakat, jumlah demo yang berijin dari warga masyarakat

terhadap layanan publik yang diberikan pemerintah Kota

Magelang pada tahun 2007 hanya terjadi 3 (tiga) kali, dimana

ketiga-tiganya telah terselesaikan dengan baik. Hal ini terkait

dengan indikator prosentase protes terselesaikan, sehingga

capaian kinerja dari indikator ini adalah 100%.

Fokus kelima dari aspek ketentraman dan ketertiban umum

daerah yaitu kebijakan bidang PSK dan PKL dinilai berdasarkan

indikator keberadaan Perda tentang PSK dan PKL, dimana Kota

Magelang telah memiliki Perda No. 3 tahun 2006 tentang PKL.

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 iv

Page 5: Narasi

Adapun fokus keenam dari aspek ketentraman dan ketertiban

umum daerah yaitu keberadaan peraturan tentang kebersihan

kota dinilai berdasarkan indikator keberadaan peraturan

tentang kebersihan kota. Kota Magelang telah memiliki Perda

yang mengatur tentang kebersihan kota melalui Perda No. 7

tahun 2006 tentang Kebersihan.

b. Keselarasan dan efektifitas hubungan antara pemerintahan

daerah dan Pemerintah serta antar pemerintahan daerah dalam

rangka pengembangan otonomi daerah

Aspek ini mempunyai 5 (lima) fokus penilaian yaitu:

1) Penyampaian laporan kepada pemerintah

2) Penyampaian Laporan Keuangan dan Kinerja

3) Implementasi Standar Pelayanan Minimal (SPM)

4) Konsultasi antara pemerintahan kota dengan pemerintah

5) Konsultasi antara pemerintahan kota dengan Gubernur

selaku Wakil Pemerintah

6) Hubungan antar daerah.

Fokus penyampaian laporan kepada pemerintah dinilai

berdasarkan indikator ketepatan waktu penyampaian LPPD

berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 3 tahun 2007

dimana batas waktu pengirimannya adalah 3 bulan setelah

tahun anggaran berakhir. Pengiriman LPPD Kota Magelang

tahun 2007 kepada Pemerintah pada tanggal 12 Mei 2008.

Fokus penyampaian laporan keuangan dan kinerja dinilai

berdasarkan indikator ketepatan waktu penyampaian laporan

keuangan dan kinerja berdasarkan Peraturan Pemerintah

Nomor 8 Tahun 2006 dimana Laporan Keuangan Kota Magelang

Tahun 2007 kepada BPK dikirimkan tanggal 6 Maret 2008

Pengiriman LPPD Kota Magelang tahun 2007 kepada

Pemerintah pada tanggal 12 Mei 2008. Setelah dilaksanakan

audit oleh BPK, Raperda Pertanggungjawaban Pelaksanaan

APBD Tahun 2007 dikirim kepada DPRD pada tanggal 26 Juni

2008. Begitu pula dengan Laporan Kinerja Pemerintah Kota

Magelang Tahun 2007 sebagai salah satu lampiran dari

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 v

Page 6: Narasi

Raperda Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Tahun 2007,

dikirim bersamaan dengan raperda tersebut.

Fokus Implementasi Standar Pelayanan Minimal (SPM) dinilai

melalui indikator jumlah urusan wajib sudah ditetapkan

SPMnya berdasarkan pedoman yang diterbitkan oleh

pemerintah. Pemerintah Kota Magelang telah menerapkan SPM

pada 2 (dua) urusan wajib yaitu urusan pendidikan dan urusan

kesehatan. Kedua urusan ini sangat strategis dilaksanakan

utamanya dalam rangka mendukung dan mewujudkan visi Kota

Magelang sebagai kota jasa yang maju, mandiri dan sejahtera

yang tidak hanya melayani penduduk Kota Magelang saja

(skala lokal) tetapi juga melayani penduduk dari wilayah

sekitarnya (hinterland).

Fokus ketiga dari aspek ini adalah konsultasi antara

pemerintahan kota dengan pemerintah dinilai berdasarkan

indikator frekuensi penyelenggaraan konsultasi antara

pemerintahan kota dengan Gubernur selaku Wakil Pemerintah.

Pertemuan konsultasi antara Pemerintah Kota Magelang

dengan Pemerintah Pusat yang dilakanakan dengan Surat

Tugas Sekretaris Daerah dilaksanakan sebanyak 2(dua)

kegiatan sedangkan dengan Gubernur dengan Surat Tugas dari

Sekda dilaksanakan sebanyak 14 kali.

Fokus yang terakhir dari aspek keselarasan dan efektifitas

hubungan antara pemerintahan daerah dan Pemerintah serta

antar pemerintahan daerah dalam rangka pengembangan

otonomi daerah adalah hubungan antar daerah. Capaian kinerja

dari fokus ini dinilai berdasarkan indikator kinerja kunci

frekuensi kerjasama dengan daerah lain. Pemerintah Kota

Magelang pada tahun 2007 melakukan kerjasama khususnya

dengan Kabupaten Magelang terkait dengan pengelolaan

kawasan perbatasan. Adapun jumlah MOU yang berhasil

disepakati adalah sebanyak 5 (lima) yaitu:

1) Kerja Sama Batas Daerah

2) Kerja Sama Ketransmigrasian

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 vi

Page 7: Narasi

3) Kerja Sama Angkutan Perbatasan

4) Kerja Sama Lingkungan Hidup

5) Kerja Sama Kawasan Perbatasan.

c. Keselarasan antara kebijakan pemerintahan daerah dengan

kebijakan Pemerintah

Pemerintah telah banyak mengeluarkan kebijakan berupa

pedoman dan aturan dalam hal peningkatan penyelenggaraan

pemerintahan yang baik, diantaranya UU Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintah Daerah. Undang-undang tersebut

mengatur masalah pemberian keleluasaan pemerintah daerah

untuk mengatur rumah tangganya sendiri sesuai dengan asas

otonomi daerah dan tugas pembantuan. Untuk mewujudkan

suatu pemerintahan yang baik (good governance), efektif,

efisien dan akuntabel dalam penyelenggaraan pemerintah

maka perlu dilakukan berbagai pembenahan dalam berbagai

hal, tidak hanya dari sisi pemerintah saja baik aparaturnya,

sistemnya, maupun sarana prasarana pendukungnya, akan

tetapi keterlibatan masyarakat (publik) dan swasta sangatlah

penting untuk dibenahi.

Namun demikian dengan melihat dan mencermati kondisi saat

ini masih ada beberapa permasalahan dalam rangka

meningkatkan sistem pemerintahan yang baik, antara lain :

Kurangnya responsibilitas dan transparansi dalam

penyelenggaraan pemerintahan.

Adanya birokrasi dan regulasi yang tidak efektif dan

efisien dalam pelayanan kepada masyarakat.

Belum adanya standar pelayanan minimum (SPM) yang

dapat dijadikan tolok ukur (parameter) untuk melayani

masyarakat.

Kurangnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan,

yaitu mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan

pengawasan program - program pembangunan daerah.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangungan Nasional (SPPN) mengamanatkan

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 vii

Page 8: Narasi

bahwa perencanaan pembangunan dilaksanakan guna

menjamin adanya sinkronisasi, integrasi dan sinergi antar

ruang, antar waktu, antar fungsi pemerintah serta antar

pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Untuk dapat

mewujudkan hal tersebut maka diperlukan adanya keselarasan

antara kebijakan pemerintahan daerah dengan kebijakan

Pemerintah mengingat kebijakan merupakan implementasi dari

suatu perencanaan.

Penilaian terhadap tataran pengambilan kebijakan aspek

keselarasan antara kebijakan pemerintahan daerah dengan

kebijakan pemerintah mempunyai enam fokus penilaian yang

meliputi:

1. sinkronisasi pelaksanaan pembangunan nasional dan

daerah. Indikator Kinerja Kunci (IKK) dari fokus ini adalah

kesesuaian prioritas pembangunan;

2. kewenangan, dengan indikator kinerja kunci adalah urusan

wajib yang diselenggarakan daerah;

3. keuangan, dengan IKK adalah ketepatan waktu penetapan

Perda APBD, keberadaan perda tentang pengelolaan

keuangan daerah berdasarkan PP Nomor 58 Tahun 2005,

belanja untuk pelayanan dasar,dan belanja untuk urusan

pendidikan dan kesehatan;

4. pelayanan publik, dengan indikator kinerja kunci adalah

keberadaan perda tentang standar pelayanan publik sesuai

dengan peraturan perundang-undangan;

5. kepegawaian, indikator kinerja kunci adalah adanya Standar

Kompetense Jabatan dan Sistem Informasi Kepegawaian;

6. kelembagaan, indikator kinerja kunci adalah kesesuaian

SKPD berdasarkan dengan PP nomor 41/2007.

Sikronisasi pelaksanaan pembangunan nasional dan daerah

mempunyai capaian kinerja sebesar 77,77%. Hal ini didasarkan

dari sembilan prioritas pembangunan dalam Rencana Kerja

Nasional (RKP), terdapat tujuh prioritas pembangunan yang

dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Magelang. Adapun tujuh

prioritas pembangunan tersebut yaitu :

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 viii

Page 9: Narasi

1. Penanggulangan Kemiskinan;

2. Peningkatan Kesempatan Kerja, Investasi, dan Ekspor;

3. Revitalisasi Pertanian dalam arti luas dan Pembangunan

Perdesaan;

4. Peningkatan Aksesibilitas dan Kualitas Pendidikan dan

Kesehatan;

5. Penegakan Hukum dan HAM, Pemberantasan Korupsi, dan

Reformasi Birokrasi;

6. Penguatan Kemampuan Pertahanan, Pemantapan Keamanan

dan Ketertiban, serta Penyelesaian Konflik; serta

7. Percepatan Pembangunan Infrastruktur.

Sedang dua prioritas pembangunan nasional yang tidak

dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Magelang dikarenakan tidak

adanya permasalahan di daerah yaitu:

1. Mitigasi dan Penanggulangan Bencana;

2. Pembangunan Daerah Perbatasan dan Wilayah Terisolir.

Capaian kinerja pemerintah daerah untuk fokus kewenangan di

Kota Magelang diperoleh angka 126,92%. Berdasarkan PP

38/2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara

Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi dan Pemerintah

Daerah Kabupaten/Kota, urusan dibagi kedalam 26 (dua puluh

enam) urusan wajib dan 8 (delapan) urusan pilihan. Menurut

data dari APBD Tahun 2007 urusan wajib yang dilaksanakan

oleh Pemerintah Kota Magelang terdiri dari 26 (dua puluh

enam) urusan. Apabila dilihat dan dibandingkan dengan urusan

wajib sesuai PP 38/2007 Pemerintah Kota Magelang maka

Pemerintah Kota Magelang telah melaksanakan urusan wajib

tersebut dengan capaian kinerja 100%.

Indikator pertama dari fokus Keuangan adalah ketepatan waktu

penetapan perda APBD. Perda tentang APBD Kota Magelang

ditetapkan tanggal 12 April 2007 melalui Peraturan Daerah

Nomor 2 Tahun 2007 tentang APBD Kota Magelang. Sehingga

penetapan perda ini tidak tepat karena batas waktu penetapan

perda APBD adalah tanggal 31 Desember 2006.

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 ix

Page 10: Narasi

Indikator yang ke tiga dari fokus keuangan adalah persentase

dari belanja pelayanan dasar. Pelayanan umum (public service)

merupakan salah satu tugas dan fungsi Pemerintah dalam

rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat baik

dibidang penyelenggaraan pemerintahan maupun pelayanan

dasar masyarakat yaitu: Kesehatan, Pendidikan, Sosial dan

sebagainya. Peningkatan kualitas pelayanan umum kepada

masyarakat saat ini merupakan tuntutan dan kebutuhan yang

harus mendapatkan perhatian dan penanganan yang lebih baik

dari Pemerintah. Oleh karena itu penyempurnaan sistem dan

penyederhanaan regulasi serta kemudahan akses merupakan

hal mendasar yang perlu segera untuk diwujudkan.

Berdasarkan perhitungan yang diperoleh dengan membagi

jumlah belanja untuk layanan dasar (sebesar

Rp.191.142.442.000,-) dengan jumlah total belanja (sebesar

Rp.351.531.071.000,-) dikalikan seratus persen maka diperoleh

capaian kinerja sebesar 54,37%. Sementara persentase belanja

untuk urusan pendidikan (total belanja Dinas Pendidikan

sebesar Rp.116.743.844.000,-) dan kesehatan (total belanja

Dinas Kesehatan dan RSU Kota Magelang sebesar

Rp.42.808.400.000,-) terhadap total belanja menunjukkan

capaian kinerja sebesar 45,39%.

Indikator yang keempat dari fokus keuangan adalah belanja

untuk urusan pendidikan dan kesehatan. Berdasarkan

perhitungan yang diperoleh dengan membagi jumlah belanja

dari SKPD kesehatan dan pendidikan (sebesar

Rp.159.553.244.000,-) dengan jumlah total belanja (sebesar

Rp.351.531.071.000,-) dikalikan seratus persen maka diperoleh

capaian kinerja sebesar 45,39%.

Fokus ketiga terkait dengan aspek keterkaitan kebijakan

pemerintah daerah dengan pemerintah adalah Pelayanan

publik. Fokus ini mempunyai dua indikator. Indikator yang

pertama dari fokus pelayanan publik adalah keberadaan perda

tentang Standar pelayanan Publik sesuai dengan peraturan

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 x

Page 11: Narasi

perundang-undangan Capaian kinerja dari indikator ini adalah

ada tidaknya standar pelayanan publik. Pemerintah Kota

Magelang telah menetapkan Peraturan Walikota Nomor 23

Tahun 2006 tentang Standar Pelayanan Publik di Lingkungan

Pemerintah Kota Magelang.

Terkait dengan fokus kepegawaian diukur dengan 2 (indikator)

yaitu tentang ada/tidaknya Standar Kompetensi Jabatan dan

Sistem Informasi Kepegawaian. Kedua indikator tersebut dapat

dipenuhi oleh Pemerintah Kota Magelang yaitu ditunjukkan

dengan adanya dokumen tentang Standar Kompetensi Jabatan

dan adanya Sistem Informasi Kepegawaian.

Kompetensi Jabatan adalah kemampuan dan karakteristik yang

dimiliki oleh seorang Pegawai Negeri Sipil berupa pengetahuan,

keterampilan dan sikap perilaku yang diperlukan dalam

pelaksanaan tugas jabatannya, sehingga dapat melaksanakan

tugasnya secara profesional, efektif dan efisien. Adapun

Standar Kompetensi Jabatan Struktural adalah persyaratan

kompetensi minimal yang harus dimiliki seorang PNS dalam

pelaksanaan tugas jabatan struktural. Sehingga dengan

tersedianya Standar Komptensi Jabatan diharapkan dapat

dijadikan pedoman di dalam penempatan PNS dalam jabatan

struktural agar terwujud the right man on the right place.

Pada Tahun 2005 Pemerintah Kota Magelang telah

melaksanakan kegiatan Bimbingan Teknis Penyusunan Standar

Komptensi Jabatan yang diselenggarakan Badan Kepegawaian

Daerah dengan narasumber dari Badan Kepegawaian Negara

Pusat. Materi yang diberikan dalam bintek tersebut adalah

Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 46A

Tahun 2003 tanggal 21 Nopember 2003 tentang Pedoman

Penyusunan Standar Kompetensi Jabatan Struktural Pegawai

Negeri Sipil. Peserta Bintek terdiri dari para pejabat struktural

dan staf yang membidangi kepegawaian. Kemudian sebagai

tindak lanjut kegiatan bintek dilaksanakan penyusunan standar

kompetensi jabatan struktural. Adapun hasil dari kegiatan

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 xi

Page 12: Narasi

tersebut berupa tersusunnya Peraturan Walikota Magelang

Nomor 10 Tahun 2005 tentang Pedoman Standar Komptensi

Jabatan Struktural Perangkat Daerah Kota Magelang yang

ditetapkan pada tanggal 15 Oktober 2005.

Sehubungan dengan indikator kinerja Sistem Informasi

Kepegawaian pada tahun 2007 Pemerintah Kota Magelang

telah mempunyai Sistem Informasi Kepegawaian sebagai tindak

lanjut dari Permendagri Nomor 17 Tahun 2000 mengenai

SIMPEG. Namum sampai dengan tahun 2007 Pemerintah Kota

Magelang belum mempunyai SK Walikota terkait dengan SIK.

Fokus yang terakhir dari aspek ini adalah kelembagaaan

dengan indikator kinerja kuncinya adalah kesesuaian SKPD

berdasarkan PP 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat

Daerah.

Peraturan Pemerintah tersebut terbit pada tanggal 23 Juli 2007

dengan batas waktu pelaksanaan satu tahun setelah

diterbitkannya peraturan tersebut. Adapun pada tahun 2007

kelembagaan perangkat daerah Kota Magelang masih

berdasarkan pada PP Nomor 84 Tahun 2000 tentang Pedoman

Organisasi Perangkat Daerah, yang diimplementasikan dalam

Peraturan Daerah tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja

Perangkat Daerah, sebagai berikut:

1. Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 4 Tahun

2003 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat

Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;

2. Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 5 Tahun

2003 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas

Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah

Nomor 1 Tahun 2007 tentang Perubahan Peraturan Daerah

Nomor 5 Tahun 2003 tentang Susunan Organisasi dan Tata

Kerja Dinas Daerah;

3. Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 6 Tahun

2003 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga

Teknis Kota Magelang;

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 xii

Page 13: Narasi

4. Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 7 Tahun

2003 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah

Kecamatan dan Pemerintah Kelurahan;

Apabila bentuk kelembagaan SKPD pada tahun 2007

dihadapkan dengan ketentuan PP 41 Tahun 2007 maka secara

umum sesuai namun demikian terdapat catatan pada

beberapa SKPD belum sesuai dengan perumpunan

sebagaimana dalam ketentuan PP 41 Tahun 2007, adapun data

tersaji di bawah ini:

Tabel1.1Kesesuaian Perumpunan Kelembagaan dengan PP.41 Tahun 2007

NO NAMA SKPD

KESESUAIAN PERUMPUNAN PADA PP 41/07 Catatan

sesuai tidak sesuai1 2 3 4 5I         

SEKRETARIAT DAERAH 

     

1 ASISTEN ADMINISTRASI PEMERINTAHAN

sesuai ---  

  BAGIAN TATA PEMERINTAHAN

sesuai ---  

  BAGIAN HUKUM sesuai ---    BAGIAN ORGANISASI sesuai ---  

2 ASISTEN ADMINISTRASI EKONOMI, KEUANGAN DAN KESRA

sesuai ---  

  BAGIAN PEREKONOMIAN sesuai ---    BAGIAN UMUM sesuai ---    BAGIAN KEUANGAN --- tidak sesuai digabung dengan

rumpun dinas pengelolaan keuangan

  BAGIAN KESEJAHTERAAN RAKYAT

sesuai ---  

         

II SEKRETARIAT DEWAN 

sesuai ---  

         

III             

LEMBAGA TEKNIS DAERAH (LTD) 

     

1 BADAN PERENCANAAN sesuai --- Sub Bag. Anggaran pada Sekretariat Bapeko (karena tupoksi penyusun APBD) maka Sub Bag. Anggaran digabung dengan rumpun dinas pengelolaan keuangan

2 BADAN PENGAWASAN sesuai ---  3 BADAN KEPEGAWAIAN

DAERAHsesuai ---  

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 xiii

Page 14: Narasi

NO NAMA SKPD

KESESUAIAN PERUMPUNAN PADA PP 41/07 Catatan

sesuai tidak sesuai1 2 3 4 5

4 BPK RSU TIDAR sesuai ---  5 KANTOR SATPOL PP sesuai ---  6 KANTOR INFO &

KEHUMASAN--- tidak sesuai informasi ke

rumpun dinas

7 KANTOR PEMBERDAYAAN MASY.

sesuai ---  

8 KANTOR KESBANG LINMAS sesuai ---  9 KANTOR PDE & ARSIP

DAERAHsesuai ---  

10 KANTOR KESEJAHTERAAN SOSIAL

sesuai --- Kesos ke rumpun dinas

11 KANTOR KEBUDAYAAN PARIWISATA

--- tidak sesuai Kebudpar ke rumpun dinas

12 KANTOR PELAYANAN KOPERASI & PKM

--- tidak sesuai Koperasi ke rumpun dinas

13 KANTOR KB & KS sesuai ---  

         

IV DINAS DAERAH 

     

  1 DINAS PERINDAG sesuai ---    2 DINAS NAKERTRANS sesuai ---    3 DINAS KESEHATAN sesuai ---  

1 2 3 4 5  4 DINAS PENDIDIKAN sesuai ---    5 DINAS PENGELOLAAN KEU &

KEKAYAAN DAEsesuai ---  

  6 DINAS PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP

--- tidak sesuai LH ke rumpun LTD

  7 DINAS PEKERJAAN UMUM sesuai ---    8 DINAS PERHUBUNGAN sesuai ---    9 DINAS PERTANIAN sesuai --- UPTD Ketahanan

Pangan ke rumpun LTD

  10 DINAS KEPENDUDUKAN DAN CAPIL

sesuai ---  

  11 DINAS PELAYANAN TERPADU DAN PENANAMAN MODAL

--- tidak sesuai PM ke rumpun LTD, perijinan terpadu berpedoman pada Permendagri 20/08 bentuk BPPT

         

V KECAMATAN (3 Kecamatan) 

sesuai ---  

VI KELURAHAN (17 Kelurahan) 

sesuai ---  

         

Diamanatkan dalam PP 41 Tahun 2007 dalam penentuan

besaran organisasi perangkat daerah, perlu

mempertimbangkan variabel besaran organisasi. Apabila

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 xiv

Page 15: Narasi

dilakukan pengukuran skor Kota Magelang adalah 33 atau

termasuk dalam ketentuan Pasal 21 ayat (1) PP 41 Tahun 2007

dengan nilai kurang dari 40 (Type Kecil), sehingga Perangkat

Daerah terdiri dari : a) Sekretariat Daerah maksimal 3 Asisten;

b) Sekretariat DPRD maksimal 4 Bagian, Bagian terdiri dari 3

Sub Bagian; c) Dinas maksimal 12 Dinas, diluar pengelolaan

keuangan; d) Lembaga Teknis Daerah maksimal 8 LTD, diluar

kepegawaian, pengawasan, rumah sakit, Satpol PP; e)

Kecamatan, dan f) Kelurahan.

Adapun besaran organisasi perangkat daerah Kota Magelan

pada Tahun 2007, terdiri dari: a) Sekretariat Daerah terdiri dari

2 (dua) asisten dan 7 (tujuh) bagian; b) Sekretariat DPRD; c) 4

(empat) Badan dan 9 (sembilan) Kantor; d) 11 (sebelas) Dinas;

e) 3 (tiga) Kecamatan dan f) 17 (tujuh belas) Kelurahan.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa besaran organisasi

perangkat daerah Kota Magelang pada tahun 2007 telah

mendekati kesesuaian.

Adapun implementasi PP 41 Tahun 2007 telah dilaksanakan

Pemerintah Kota Magelang melalui Bagian Organisasi Setda

Kota Magelang dengan mengajukan Raperda tentang Susunan

Kedudukan Tugas Pokok Organisasi Perangkat Daerah kepada

DPRD Kota Magelang pada bulan Desember Tahun 2007.

d. Efektifitas hubungan antara pemerintah daerah dan DPRD

Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah pada

tataran pengambil kebijakan seperti tersebut pada pasal 17

Peraturan Pemerintah nomor 6 Tahun 2008 adalah Kepala

daerah dan DPRD baik secara bersama maupun sendiri - sendiri

dalam pembentukan Peraturan Daerah, Peraturan Kepala

Daerah, Keputusan Kepala Daerah, Keputusan Pimpinan DPRD,

Keputusan DPRD, atau Persetujuan/Kesepakatan Bersama

antara Kepala Daerah dan Pimpinan DPRD. Sehubungan dengan

hal tersebut untuk mengukur seberapa besar efektivitas

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 xv

Page 16: Narasi

hubungan antara pemerintah daerah dan DPRD dapat dilihat

dengan dua fokus penilaian yaitu:

1. produk peraturan perundangan, dengan indikator

kinerja kunci (IKK) adalah jumlah perda per tahun;

2. fokus Raperda yang diajukan tahun berjalan, dengan

indikator kinerja kunci (IKK) adalah jumlah Raperda yang

disetujui DPRD tahun 2007.

Terkait dengan Produk peraturan perundangan, pada tahun

2007 terdapat sembilan Perda yang ditetapkan oleh Legislatif

yaitu :

1. Perda nomor 1 Tahun 2007 mengenai Perubahan

atas Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 5 Tahun 2003

tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah.

Perda tersebut ditetapkan tanggal 15 Pebruari 2007;

2. Perda nomor 2 tahun 2007 mengenai Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2007, yang

ditetapkan tanggal 12 April 2007;

3. Perda nomor 3 tahun 2007 mengenai Pajak Reklame, yang

ditetapkan tanggal 9 Juli 2007;

4. Perda nomor 4 tahun 2007 mengenai Perubahan Ketiga atas

Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 1 Tahun 2005

tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Perda tersebut

ditetapkan tanggal 9 Juli 2007;

5. Perda nomor 5 tahun 2007 mengenai Pertanggungjawaban

Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Tahun 2006, yang ditetapkan tanggal 18 September 2007;

6. Perda nomor 6 tahun 2007 mengenai Perubahan

Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Tahun 2007, ditetapkan tanggal 26 Oktober 2007;

7. Perda nomor 7 tahun 2007 mengenai Pengelolaan Tempat

Parkir. Perda ini ditetapkan oleh Legislatif pada tanggal 29

Oktober 2007;

8. Perda nomor 8 tahun 2007 mengenai Retribusi Parkir di Tepi

Jalan Umum. Perda ini ditetapkan tanggal 29 Oktober 2007;

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 xvi

Page 17: Narasi

9. Perda nomor 9 tahun 2007 mengenai Perubahan atas

Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 14 Tahun 2002

tentang Retribusi Tempat Khusus Parkir. Perda ini ditetapkan

tanggal 29 Oktober 2007.

Adapun Raperda yang disetujui Legislatif pada tahun berjalan

2007 sebanyak 9 Raperda yang meliputi :

1. Raperda tentang Retribusi atas Perda Kota

Magelang No. 5 Tahun 2003 tentang Susunan Organisasi dan

Tata Kerja Dinas Daerah.

2. Raperda tentang Anggaran dan Pendapatan Belanja

Daerah Kota Magelang Tahun Anggaran 2007

3. Raperda tentang Pajak Reklame

4. Raperda tentang Perubahan Perda No. 1 Tahun

2005 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan

dan Anggota DPRD.

5. Raperda tentang Peranggung Jawaban Pelaksanaan

APBD Tahun 2006

6. Raperda tentang Perubahan APBD Kota Magelang

Tahun Anggaran 2007

7. Raperda tentang Pengelolaan Tempat Parkir

8. Raperda tentang Retribusi Parkir di Tepi Jalan

Umum

9. Raperda tentang Perubahan atas Peraturan Daerah

No.14 Tahun 2002 tentang Retribusi Tempat Khusus Parkir.

e. Efektifitas proses pengambilan keputusan oleh DPRD beserta

tindak lanjut pelaksanaan keputusan

untuk mengukur seberapa besar efektivitas proses

pengambilan keputusan oleh DPRD beserta tindak lanjut

pelaksanaan keputusan dapat dilihat dengan dua fokus

penilaian yaitu:

1) Pengambilan keputusan DPRD

2) Keputusan DPRD yang ditindaklanjuti oleh Pemda

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 xvii

Page 18: Narasi

Pengambilan keputusan DPRD dengan indikator kinerja kunci

Voting yang dilakukan oleh DPRD dalam sidang paripurna

selama satu tahun. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagai

Badan Legislatif Daerah melaksanakan sidang paripurna

bersama kepala daerah untuk memberikan persetujuan

bersama atas Rancangan Peraturan Daerah yang disiapkan

Kepala Daerah atau yang disiapkan DPRD. Pengambilan

keputusan dalam sidang paripurna yang dilaksanakan DPRD

bersama Kepala Daerah merupakan proses pembahasan dalam

pengambilan kebijakan yang tidak bertentangan dengan

kepentingan umum, mengutamakan kepentingan umum dan

dilakukan secara musyawarah dan mufakat ataupun dengan

pengambilan suara terbanyak (Voting).

DPRD kota Magelang dalam tahun 2007 telah melakukan 10

kali sidang paripurna dalam pembahasan Rancangan Peraturan

Daerah (Raperda) yang diajukan Pemerintah Kota Magelang.

Pengambilan Keputusan dalam sidang Paripurna Pembahasan

Raperda yang diajukan Pemerintah Kota Magelang didasarkan

pada pengambilan keputusan secara Musyawarah dan mufakat

sebanyak 9 kali sidang paripurna dan ditetapkan/ditindaklanjuti

oleh Pemda sebagai Perda Kota Magelang Tahun 2007. Dan 1

(satu) buah Raperda belum ditetapkan, sehingga dari 10

Raperda yang dibahas tidak ada yang ditetapkan dengan

pengambilan keputusan dengan voting.

Keputusan DPRD yang ditindaklanjuti oleh Pemda dengan

ijdikator kinerja kunci Keputusan DPRD yang ditindaklanjuti

oleh Pemda. Dari 9 (sembilan) Keputusan yang ditetapkan

kesemuanya ditindaklanjuti oleh Pemda sehingga capaian

kinerjanya 100%.

f. Efektifitas proses pengambilan keputusan oleh kepala daerah

beserta tindak lanjut pelaksanaan keputusan

untuk mengukur seberapa besar efektivitas proses

pengambilan keputusan oleh kepala daerah beserta tindak

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 xviii

Page 19: Narasi

lanjut pelaksanaan keputusan dapat dilihat dengan dua fokus

penilaian yaitu:

1) Tidak lanjut keputusan Walikota

2) Tidak lanjut peraturan Walikota

Pemerintah Daerah merupakan pelaksanan peraturan

perundang-undangan yang mengatur tentang penyelenggaraan

kepemerintahan baik peraturan pemerintah pusat maupun

peraturan pemerintah daerah. Dalam pelaksanaan Peraturan

Perundangan yang berlaku, Kepala Daerah (Walikota) membuat

kebijakan guna melaksanakan Peraturan Perundang-undangan

tersebut. Kepala Daerah membentuk Peraturan Kepala Daerah

yang mengatur tentang petunjuk pelaksanaan dalam

melaksanakan peraturan perundang-undangan yang telah

ditetapkan oleh pemerintah pusat maupun oleh Pemerintah

Daerah, serta membuat keputusan kepala daerah yang

merupakan penetapan dalam menjalankan peraturan yang

telah ditetapkan.

Pemerintah Kota Magelang dalam tahun 2007 telah

menetapkan keputusan walikota sebanyak 536 buah.

Sedangkan peraturan walikota sebagai pedoman dalam

melaksanakan peraturan perundang-undangan yang telah

ditetapkan sebanyak 34 peraturan walikota sehingga

prosentase pelaksanaan Peraturan walikota dan keputusan

Walikota yang telah ditetapkan sebesar 100 %.

g. Ketaatan pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan daerah

pada peraturan perundang-undangan

untuk mengukur seberapa besar efektivitas Ketaatan

pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan daerah pada

peraturan perundang-undangan dapat dilihat dengan fokus

penilaian yaitu: jumlah perda yang dibatalkan. Untuk

Pemerintah Kota Magelang dalam menindaklanjuti pelaksanaan

Perda tidak ada pembatalan Perda yang telah ditetapkan

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 xix

Page 20: Narasi

selama tahun 2007. Seluruh Produk Perda tetap dilaksanakan

oleh masing-masing instansi terkait.

h. Intensitas dan efektifitas proses konsultasi publik antara

pemerintahan daerah dengan masyarakat atas penetapan

kebijakan publik yang strategis dan relevan untuk Daerah

Pada Aspek Intensitas dan efektifitas proses konsultasi publik

antara pemerintah daerah dengan masyarakat atas penetapan

kebijakan publik yang strategis dan relevan untuk Daerah,

mengacu pada tiga fokus yaitu:

1) Konsultasi publik

2) Perda tentang Konsultasi Publik

3) Media informasi Pemerintah Daerah yang dapat diakses

oleh Publik.

Pada Tahun 2007 Pemerintah Kota Magelang telah

mengadakan kegiatan konsultasi publik yang diadakan DPRD

dan Pemda dalam rangka penyusunan Perda. Konsultasi publik

ini dimaksudkan sebagai media bagi stakeholders untuk

menyampaikan pendapat dan gagasan serta turut

menyempurnakan kebijakan publik yang akan disusun. Adapun

konsultasi publik yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota

Magelang dalam rangka penyusunan kebijakan publik yang

bersifat strategis bagi masyarakat sebagai berikut:

1) Konsultasi publik Rencana Aksi Daerah Hak Asasi Manusia

(RAD HAM)

2) Konsultasi Publik Rencana Aksi Daerah Pemberantasan

Korupsi (RAD-PK)

3) Konsultasi Publik Jaringan Penelitian, Pengembangan dan

Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Jarlitbangrap

IPTEK)

Dengan adanya konsultasi publik tersebut diharapkan

penetapan kebijakan publik yang strategis dan relevan untuk

daerah dapat dilaksanakan yang tentunya kualitas kebijakan

publik yang dihasilkan juga mampu mengartikulasi dan

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 xx

Page 21: Narasi

mengagregasikan seluruh kepentingan dari berbagai

stakeholders.

Sedangkan perda atau peraturan walikota tentang konsultasi

publik belum ada.

Kebijakan publik yang telah ditetapkan oleh pemerintah

tersebut diharapkan bisa diketahui oleh publik, sehingga perlu

diundangkan dalam lembar daerah atau berita daerah, yang

kemudian ditetapkan menjadi Peraturan Daerah.

Peraturan-peraturan yang dibuat oleh Pemerintah Kota

Magelang dapat diakses oleh publik melalui media yang

disediakan oleh oleh Pemerintah Kota Magelang antara lain

melalui:

1) Website Pemerintah Kota Magelang

(www.magelangkota.go.id)

2) Majalah Dinamika

3) Radio Pemerintah Daerah

4) Mobil Keliling

5) Media Luar Ruang (Spanduk dan Baliho)

6) Forum Musrenbang.

i. Transparansi dalam pemanfaatan alokasi, pencairan dan

penyerapan DAU, DAK, dan Bagi Hasil

Transparansi dalam pemanfaatan alokasi, pencairan dan

penyerapan DAU, DAK, dan Bagi Hasil merupakan salah satu

prasyarat untuk menciptakan good governance dan

Pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi. Transparansi

dibangun atas dasar arus informasi yang bebas, seluruh proses

pemerintahan, lembaga-lembaga dan informasi perlu diakses

oleh pihak-pihak yang berkepentingan, dan informasi yang

tersedia harus memadai agar dapat dimengerti dan dipantau.

Transparansi pengelolaan keuangan daerah pada akhirnya

akan menciptakan horizontal accountability antara pemerintah

daerah dengan masyarakat sehingga tercipta pemerintah

daerah yang bersih, efektif, efisien, akuntabel, responsive dan

kepentingan masyarakat. Kemudian parameter di dalam

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 xxi

Page 22: Narasi

menilai sejauh mana transparansi terhadap pemanfaatan

alokasi, pencairan dan penyerapan DAU,DAK, dan Bagi Hasil,

dapat diukur dengan :

Serapan dana perimbangan dimana akan dilihat dari

prosentase (%) Dana Perimbangan yang terserap

dibanding yang direncanakan. Berdasarkan data dibawah

ini

Tabel 1.2Tabel Serapan Dana Perimbangan

Uraian Anggaran (Rp.) Realisasi (Rp.) Lebih/Kurang (Rp.)

%

         1.2 Dana

Perimbangan

271.153.047.000 276.703.274.596 5.550.227.596 102,05

1.2.1 Dana Bagi Hasil Pajak / Bagi Hasil Bukan Pajak

12.313.047.000 17.863.274.596 5.550.227.596 145,08

1.2.2 Dana Alokasi Umum

235.917.000.000 235.917.000.000 0 100

1.2.3 Dana Alokasi Khusus

22.923.000.000 22.923.000.000 0 100

Sumber : Laporan Realisasi Anggaran Kota Magelang, 2007

Maka dapat dihitung untuk serapan dana perimbangan yang

merupakan perbandingan antara dana perimbangan yang

terserap yaitu sebesar Rp.276.703.274.596,00 dengan dana

perimbangan yang direncanakan sebesar Rp.

271.153.047.000,00 dengan demikian prosentase (%) untuk

serapan dan perimbangan adalah sebesar 105,05 %. Dari

hasil penyerapan dana perimbangan melebihi target yang

telah direncanakan tentunya membawa dampak pada

keleluasaan pengalokasian belanja di Pemerintah Kota

Magelang, Namun demikian kelebihan penyerapan dana

perimbangan tersebut sudah diikuti dengan rencana-rencana

strategis agar kelebihan dana tersebut dapat dipergunakan

dengan optimal. Untuk melihat gambaran serapan dana

perimbangan dapat dilihat dari grafik berikut ini:

Grafik 1.1Grafik Serapan Dana Perimbangan

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 xxii

Page 23: Narasi

Alokasi belanja pada APBD dari DAU merupakan

perbandingan antara jumlah belanja publik dengan Dana

Alokasi Umum. Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah untuk struktur belanja

telah mengalami perubahan dimana tidak terdapat lagi

kelompok belanja aparatur dan belanja publik, namun

menjadi belanja langsung dan tidak langsung, oleh

karena itu didalam laporan ini perlu dilakukan proxy /

pendekatan terhadap belanja APBD. Selanjutnya untuk

perhitungan Alokasi belanja pada APBD Tahun 2007 dari

DAU sebelum proxy sebagaimana tabel di bawah ini :

Tabel 1.3Tabel Alokasi Belanja pada APBD Tahun 2007 dan DAU sebelum Proxy

No Uraian Anggaran (Rp.) Realiasi (Rp.) %         2 BELANJA DAERAH 351,531,871,000.00 317,029,444,983.00 90.19         2.1 Belanja Tidak

Langsung173,518,360,000.00 153,967,181,508.00 88.73

2.1.1 Belanja Pegawai 150,529,498,000.00 142,048,666,478.00 94.372.1.2 Belanja Bunga 0.00 0.00  2.1.3 Belanja Subsidi 0.00 0.00  2.1.4 Belanja Hibah 0.00 0.00  2.1.5 Belanja Bantuan Sosial 10,679,655,000.00 9,241,410,861.00 86.532.1.6 Belanja Bagi hasil

Kepada Provinsi/Kab/Kota dan Pemdes

2,800,538,000.00 2,630,111,169.00 93.91

2.1.7 Belanja Bantuan Keuangan Kepada

0.00 0.00  

  Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemdes

     

2.1.8 Belanja TidakTerduga 9,508,669,000.00 46,993,000.00 0.49         2.2 Belanja Langsung 178,013,511,000.00 163,062,263,475.00 91.602.2.1 Belanja Pegawai 23,088,250,000.00 20,278,178,436.00 87.832.2.2 Belanja Barang dan Jasa 76,285,328,000.00 68,205,037,999.00 89.412.2.3 Belanja Modal 78,639,933,000.00 74,579,047,040.00 94.84

Sumber : Laporan Realisasi Anggaran Kota Magelang, 2007

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 xxiii

Page 24: Narasi

Kemudian tabel dibawah ini, merupakan proxy dari belanja

tidak langsung dan belanja langsung ke belanja publik

dimana belanja yang diasumsikan untuk belanja publik

adalah belanja yang manfaat dan kegunaanya langsung

diterima oleh masyarakat. Adapun prosentase (%) jumlah

belanja publik dibagi Dana Alokasi Umum setelah diadakan

proxy adalah sebagai berikut :

Tabel 1.4Tabel Prosentase Belanja Publik

No

Uraian Anggaran (Rp.) %

1 Dana Alokasi Umum 235,917,000,000,00        2 Belanja Publik 177,914,123,000.00 75.412.1 Belanja Bantuan Sosial 10,679,655,000.00  

2.2Belanja Bagi hasil Kepada Provinsi/Kab/Kota dan Pemdes 2,800,538,000.00  

2.3 Belanja TidakTerduga 9,508,669,000.00  2.4 Belanja Barang dan Jasa 76,285,328,000.00  2.5 Belanja Modal 78,639,933,000.00  

Sumber : Laporan Realisasi Anggaran Kota Magelang, 2007 (diolah)

berdasarkan tabel diatas maka prosentase (%) jumlah

belanja publik terhadap Dana Alokasi Umum adalah 75,41%,

dalam hal ini dapat dilihat bahwa keperpihakan Pemerintah

Kota Magelang kepada penyediaan barang publik dari

sumber dana yang diterima dari dana perimbangan. Di

Pemerintah Kota Magelang dengan jumlah belanja publik

yang besar maka penyediaan terhadap kebutuhan pelayanan

dasar masyarakat di bidang pendidikan, kesehatan dan

infrastruktur dapat dipenuhi dengan optimal. Tentu saja

bukan hanya pada kuantitas yang dialokasikan namun yang

lebih penting adalah dengan adanya penyediaan barang

publik tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan

masyarakat. Selanjutnya berdasar grafik dibawah ini dapat

dilihat prosentase belanja publik terhadap Dana Alokasi

Umum

Grafik 1.2Grafik Alokasi Belanja terhadap DAU

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 xxiv

Page 25: Narasi

Alokasi belanja pada APBD, merupakan prosentase

(%) perbandingan antara jumlah belanja publik dibagi

APBD, sebagaimana data dibawah ini

Tabel 1.5Tabel Prosentase Belanja Publik terhadap APBD

TAHUN BELANJA PUBLIK APBD %

2007 177,914,123,000.00 392,530,871,000.00 45.32

Sumber : Laporan Realisasi Anggaran Kota Magelang, 2007 (diolah)

berdasarkan tabel diatas maka prosentasenya (%) adalah

sebesar 45,32%, Memang kalau dibandingkan dengan APBD,

alokasi belanja publik masih dibawah 50%. Hal ini

dikarenakan proporsi alokasi belanja sebagian besar sudah

terserap kedalam belanja untuk gaji dan pegawai yaitu

sebesar 38,35%, belanja ini harus dianggarkan karena

berhubungan dengan kewajiban kepada pegawai di

Pemerintah Kota Magelang. Selanjutnya berdasar grafik

dibawah ini dapat dilihat prosentase jumlah belanja publik

terhadap APBD

Grafik 1.3Grafik Alokasi Belanja Publik terhadap APBD

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 xxv

Page 26: Narasi

j. Intensitas, efektifitas, dan transparansi pemungutan sumber-

sumber pendapatan asli daerah dan pinjaman / obligasi daerah

Intensitas, efektifitas, dan transparansi pemungutan sumber-

sumber pendapatan asli daerah dan pinjaman / obligasi daerah,

pada dasarnya sumber-sumber pendapatan asli daerah dan

pinjaman/obligasi daerah digunakan untuk membiayai

kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada peningkatan

pelayanan publik, oleh karena itu dikaitkan dengan

transparansi anggaran, tentu saja tidak hanya dilihat dari

transparansi terhadap pengeluaran namun juga pada saat

pemungutan sumber-sumber pendapatan asli daerah dan

pinjaman/obligasi daerah. Terdapat dua fokus sebagai tolok

ukur untuk mengetahui Intensitas, efektifitas, dan transparansi

pemungutan sumber-sumber pendapatan asli daerah dan

pinjaman / obligasi daerah yaitu:

Besaran Pendapatan Asli Daerah (PAD) dimana

mengukur prosentase (%) PAD terhadap seluruh

pendapatan dalam APBD maka dapat dilihat dalam data

berikut ini:

Tabel 1. 5Tabel Prosentase PAD terhadap seluruh Pendapatan dalam APBD

TAHUN PAD (Rp.) TOTAL PENDAPATAN (Rp.)

%

2007 30,969,916,000 315.875.304.000 9,80 Sumber : Laporan Realisasi Anggaran Kota Magelang, 2007 (diolah)

dengan demikian dapat diketahui bahwa prosentase PAD

terhadap total APBD yaitu sebesar 9,80%. Hal ini disadari

sepenuhnya oleh Pemerintah Kota Magelang bahwa

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 xxvi

Page 27: Narasi

kontribusi PAD terhadap Total Pendapatan masih relatif kecil,

namun demikian mengingat bahwa visi Kota Magelang

adalah sebagai Kota Jasa yang Mandiri, maka telah dilakukan

langkah-langkah untuk meningkatkan peran PAD, salah

satunya yaitu dengan penggalian potensi PAD yang

berhubungan dengan Kota Jasa, melalui pembukaan simpul-

simpul ekonomi yang berada di Kota Magelang, untuk

menarik investor yang nantinya diharapkan akan

memberikan multiplier effect yang besar.

Besaran realisasi pinjaman daerah, Pemerintah Kota

Magelang dalam tahun 2007, tidak melakukan realisasi

pinjaman baik yang berasal dari dalam negeri maupun

luar negeri, hal ini dikarenakan selain ada resiko yang

besar terhadap likuiditas keuangan daerah (cash flow)

apabila pinjaman tersebut sudah jatuh tempo dan

ternyata pemerintah daerah tidak dapat memenuhi

kewajiban untuk membayar bunga pinjaman/obligasi dan

pokoknya. Disamping pada tahun 2007, seluruh kegiatan

yang direncanakan dapat dipenuhi alokasi anggarannya

tanpa melalui pinjaman/penerbitan obligasi daerah.

k. Efektifitas perencanaan, penyusunan, pelaksanaan tata usaha,

pertanggungjawaban, dan pengawasan APBD

Didalam pengelolaan keuangan daerah terdapat siklus dan

mekanisme keuangan daerah yang terdiri dari beberapa

tahapan yaitu mulai dari perencanaan dan penganggaran,

pelaksanaan dan penatausahaan anggaran, serta

pertanggungjawaban dan pengawasan APBD. Tahapan tersebut

tidak dapat dipisah-pisahkan dalam rangka mewujudkan

transparansi dan akuntabilitas publik. Terdapat beberapa

kriteria untuk mengukur sejauhmana Efektifitas perencanaan,

penyusunan, pelaksanaan tata usaha, pertanggungjawaban,

dan pengawasan APBD yaitu :

Kewajaran Laporan Keuangan (Lapkeu), berdasarkan

audit Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007xxvii

Page 28: Narasi

terhadap laporan keuangan Pemerintah Kota Magelang

tahun 2007 maka diperoleh hasil opini yaitu wajar dengan

pengecualian (WDP). Pengeculian ini dikarenakan adanya

Dinas Pendidikan belum menyajikan asset yang berasal

dari bantuan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Propinsi,

sehingga asset Dinas Pendidikan sebesar

Rp.226.467.708.561 kurang dapat diyakini kewajarannya.

Besaran SILPA, merupakan realisasi SILPA dibagi jumlah

pendapatan dikalikan 100 prosen (%), seperti terlihat

dalam tabel berikut ini:

Tabel 1. 6Tabel Realisasi SILPA terhadap Jumlah Pendapatan

TAHUN SILPA (Rp.) TOTAL PENDAPATAN(Rp.) %2007 75,655,567,000 315,875,304,000 23.95

              

Sumber : Laporan Realisasi Anggaran Kota Magelang, 2007 (diolah)

berdasarkan tabel tersebut maka prosentase (%) SILPA

terhadap total pendapatan adalah 23,95 %. Sebagai

salah satu upaya untuk menjaga kesinambungan fiskal

(sustainable fiscal) pembiayaan dimasa yang akan

datang maka Pemerintah Kota Magelang telah

melakukan efisiensi pengeluaran belanja yang kemudian

disimpan dalam Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Daerah

Tahun sebelumnya (SILPA). Secara grafik dapat dilihat

dibawah ini:

Grafik 1.4Grafik Besaran SILPA terhadap Total Pendapatan

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007xxviii

Page 29: Narasi

Proporsi Belanja, merupakan prosentase perbandingan

antara jumlah belanja langsung dibagi dengan jumlah

APBD dikalikan 100 prosen (%). Dalam Tahun 2007,

sesuai dengan tabel dibawah ini :

Tabel 1. 7Tabel Belanja Langsung terhadap Jumlah APBD

No Uraian Anggaran (Rp.) Realiasi (Rp.) %

2 BELANJA DAERAH 351,531,871,000.00 317,029,444,983.00 90.19         2.1 Belanja Tidak

Langsung173,518,360,000.00 153,967,181,508.00 88.73

2.1.1 Belanja Pegawai 150,529,498,000.00 142,048,666,478.00 94.372.1.2 Belanja Bunga 0.00 0.00  2.1.3 Belanja Subsidi 0.00 0.00  2.1.4 Belanja Hibah 0.00 0.00  2.1.5 Belanja Bantuan Sosial 10,679,655,000.00 9,241,410,861.00 86.532.1.6 Belanja Bagi hasil

Kepada Provinsi/Kab/Kota dan Pemdes

2,800,538,000.00 2,630,111,169.00 93.91

2.1.7 Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemdes

0.00 0.00  

2.1.8 Belanja TidakTerduga 9,508,669,000.00 46,993,000.00 0.49         2.2 Belanja Langsung 178,013,511,000.00 163,062,263,475.00 91.602.2.1 Belanja Pegawai 23,088,250,000.00 20,278,178,436.00 87.832.2.2 Belanja Barang dan Jasa 76,285,328,000.00 68,205,037,999.00 89.412.2.3 Belanja Modal 78,639,933,000.00 74,579,047,040.00 94.84

Sumber : Laporan Realisasi Anggaran Kota Magelang, 2007

Proporsi belanja untuk Indikator Kinerja Kunci (IKK)

proporsi belanja langsung sebagaimana tabel di atas

dimana jumlah belanja langsung sebesar Rp.

163.062.263.475 dibagi dengan belanja APBD sebesar

Rp. 351.531.871.000,- dikalikan 100% dihasilkan capaian

kinerja sebesar 46,38%.

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 xxix

Page 30: Narasi

Realisasi Pendapatan, merupakan prosentase

perbandingan antara realisasi pendapatan dibagi dengan

total pendapatan APBD dikalikan 100 prosen (%). Dalam

Tahun 2007, prosentasenya sesuai dengan tabel dibawah

ini :

Tabel 1. 8Tabel Realisasi Pendapatan terhadap APBD

No Uraian Anggaran (Rp.) Realisasi (Rp.) %         1 PENDAPAT

AN DAERAH

315,875,304,000.00

325,829,691,927.19

103.15

         1.1 Pendapata

n Asli Daerah

30,969,916,000.00

35,814,844,996.19

115.64

1.1.1

Pajak Daerah

4,281,286,000.00 5,052,524,991.00 118.01

1.1.2

Retribusi Daerah

19,820,477,000.00 21,525,877,597.00 108.60

1.1.3

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

1,990,229,000.00 2,062,265,214.00 103.62

1.1.4

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah

4,877,924,000.00 7,174,177,194.19 147.07

         1.2 Dana

Perimbangan

271,153,047,000.00

276,703,274,596.00

102.05

1.2.1

Dana Bagi Hasil Pajak / Bagi Hasil Bukan Pajak

12,313,047,000.00 17,863,274,596.00 145.08

1.2.2

Dana Alokasi Umum

235,917,000,000.00

235,917,000,000.00

100.00

1.2.3

Dana Alokasi Khusus

22,923,000,000.00 22,923,000,000.00 100.00

         1.3 Lain-lain

Pendapatan Daerah yang Sah

13,752,341,000.00

13,311,572,335.00

96.79

1.3.1

Hibah 0.00 0.00  

1.3.2

Dana Darurat

0.00 0.00  

1.3.3

Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya

10,668,531,000.00 10,245,262,335.00 96.03

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 xxx

Page 31: Narasi

No Uraian Anggaran (Rp.) Realisasi (Rp.) %         1.3.4

Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus

0.00 0.00  

1.3.5

Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya

3,083,810,000.00 3,066,310,000.00 99.43

Sumber : Laporan Realisasi Anggaran Kota Magelang, 2007

Rasio realisasi Pendapatan dibandingkan dengan Total

Pendapatan adalah sebesar 103,15 %. Hal ini dapat

diartikan bahwa terdapat kelebihan dari target

pendapatan yang telah direncanakan. Pemenuhan target

tersebut tentu saja merupakan hasil dari pemaksimalan

potensi pendapatan yang terdapat di Kota Magelang

selain upaya yang terus menerus dan tidak mengenal

lelah dari unsur-unsur pemungut pajak dan usaha yang

keras untuk mewujudkan efisiensi dan efektifitas

pemungutan pajak. Selanjutnya dapat dilihat besarnya

realisasi anggaran pendapatan dibandingkan dengan

pendapatan yang direncanakan dalam APBD seperti

grafik berikut ini :

Grafik 1.5Grafik Realisasi pendapatan terhadap Pendapatan yang direncanakan

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 xxxi

Page 32: Narasi

Realisasi Belanja, merupakan prosentase (%) realisasi

belanja terhadap total belanja APBD. Pada tahun 2007,

prosentasenya (%) seperti terlihat dalam tabel fokus

Proporsi Belanjacdiatas, maka Rasio realisasi belanja

terhadap anggaran belanja adalah sebesar 90,19 %,

artinya terdapat penghematan belanja berupa efisiensi

biaya pada kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan.

Efisiensi biaya yang dilakukan tersebut dengan tetap

memperhatikan capaian kinerja yang sudah

direncanakan, sehingga konsep value for money dapat

dicapai.

Pengawasan Inspektorat Kota dalam siklus

pengelolaan keuangan daerah maka tahapan terakhir

yang harus dilaksanakan adalah pengawasan anggaran,

sebagai wujud akuntabilitas. Salah satu tolok ukur yang

dapat dipakai adalah dengan melihat frekuensi kunjungan

Inspektorat Daerah ke setiap SKPD, adapun

perhitungannya adalah dengan membandingkan temuan

BPK RI yang ditindaklanjuti dengan temuan BPK RI tahun

2006. Adapun jumlah temuan BPK RI yang ditindaklanjuti

pada tahun 2007 sebanyak 20 temuan, sedangkan

temuan tahun 2006 sebanyak 11 temuan, sehingga rasio

temuan BPK RI yang ditindaklanjuti sebesar 181,82%.

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007xxxii

Page 33: Narasi

l. Pengelolaan potensi daerah

kriteria untuk mengukur Kinerja Pengelolaan potensi daerah

ada dua fokus yaitu :

1)Peta Potensi Daerah, Otonomi daerah harus ditopang

dengan kemandirian yang memadai agar dapat menjalankan

roda pembangunan daerahnya berdasarkan peta potensi

yang dimiliki oleh setiap daerah. Untuk mengetahui capian

kinerja untuk Indikator Kinerja Kunci Rasio realisasi PAD

2007 terhadap potensi PAD dengan membandingkan jumlah

realisasi PAD Kota Magelang Tahun 2007 sebesar Rp.

35.814.844.996,- dengan perkiraan potensi PAD Tahun 2007

sebesar Rp. 30.969.916.000,- yaitu sebesar 115,64%.

Untuk lebih meningkatkan PAD, Pemerintah Daerah telah

melakukan upaya dengan memperluas basis penerimaan,

memperkuat proses pemungutan, meningkatkan

pengawasan, meningkatkan efisiensi administrasi dan

menekan biaya pemungutan, meningkatkan kapasitas

penerimaan melalui perencanaan yang lebih baik.

2)Peningkatan PAD, Indikator Kinerja Kunci (IKK) fokus ini

yaitu peningkatan PAD merupakan kenaikan atau penurunan

PAD dibagi dengan PAD tahun lalu. Seperti terlihat dalam

tabel berikut ini:

Tabel 1. 9Tabel Peningkatan APBD

Uraian 2006 2007 Lebih Kurang (Rp.)

%

PAD 29,389,593,000 30,969,916,000 1,580,323,000 5.38

Sumber : Perda Perubahan APBD 2006 dan APBD 2007 (diolah)

Capaian kinerja dari Indikator Kinerja Kunci (IKK) Peningkatan

PAD yaitu dengan membandingkan kenaikan atau penurunan

PAD Kota Magelang Tahun 2007 sebesar Rp. 1.580.323.000,-

dengan PAD Tahun 2006 yaitu sebesar 5,38%, hal ini

menunjukkan masih relatif kecil kenaikan prosentasenya, oleh

karena itu upaya yang ditempuh di Pemerintah Kota Magelang

adalah dengan menggali potensi PAD yang telah dipetakan

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007xxxiii

Page 34: Narasi

diatas, disamping dengan menekan distorsi penerimaan

Pendapatan Asli Daerah. Secara grafik dapat dilihat

perkembangan PAD dari Tahun 2006 ke Tahun 2007:

Grafik 1.5Grafik Perbandingan PAD Tahun 2006 dan Tahun 2007

m. Terobosan / inovasi baru dalam penyelenggaraan pemerintahan

daerah

Aspek ini mempunyai tiga fokus yang dipergunakan sebagai

indikator penilaian yaitu :

1) inovasi baru, dengan indikator kinerja kunci yaitu jumlah

inovasi yang dikembangkan dalam rangka peningkatan

pelayanan publik dan kesejahteraan mayarakat.

2) pengadaan barang dan jasa, dengan indikator kinerja kunci

yaitu keberadaan E - procurement.

3) daya saing daerah, indikator kinerja kuncinya adalah jumlah

persetujuan investasi yang merupakan jumlah realisasi ijin

investasi dalam tahun 2007.

Terkait dengan aspek inovasi baru ada beberapa inovasi yang

dikembangkan oleh Pemerintah Kota Magelang dalam rangka

peningkatan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat

diantaranya adalah :

Desa Buku Taman Kyai Langgeng

Desa Buku Taman Kyai Langgeng merupakan aset

pariwisata yang dimiliki Kota Magelang mengingat

keberadaannya sebagai satu - satunya desa buku yang ada

di Indonesia, dan desa buku ke enam yang ada di Asia

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007xxxiv

Page 35: Narasi

Tenggara. Keberadaan Desa Buku Taman Kyai Langgeng

dengan didukung manajemen pengelolaan yang baik

sehingga diharapkan akan mampu mendongkrak

keberadaan pariwisata Kota Magelang.

Lembaga Keuangan Kelurahan (LKK)

Pembentukan LKK ini sebagai sebagai salah satu kegiatan

dalam rangka pelaksanaan program pengentasan

kemiskinan. Keberadaan Lembaga ini dibentuk dengan

tujuan untuk dapat memberikan fasilitasi pelayanan

keuangan kepada masyarakat, meningkatkan dan

menumbuhkan sentra - sentra industri kelembagaan,

program, permodalan dan akses sumber daya pengusaha

mikro. Selain itu juga untuk menumbuhkan kemampuan

dalam pengelolaan dana bergulir terpadu dan profesional

dengan pembukuan yang dapat dipertanggung-jawabkan

serta bertujuan untuk meningkatkan pendapatan pengusaha

mikro.

Krenova

Penyelenggaraan krenova oleh Pemerintah Kota Magelang

dengan tujuan untuk menjaring dan memotivasi masyarakat

Kota Magelang di bidang pengembangan inovasi dan kreasi

ilmu pengetahuan dan tehnologi. Krenova ini

diselenggarakan dengan tujuan untuk meningkatkan

kreativitas dan inovasi masyarakat guna penggalian dan

penemuan tehnologi baru yang diharapkan mampu

memperkuat struktur ekonomi kerakyatan dan industri.

Pengembangan sarana dan prasarana rumah sederhana

sehat

Kegiatan ini dilaksanakan dengan sasaran kegiatan guna

tercapainya peningkatan kualitas dn derajad kesehatan

masyarakat yang mempunyai rumah yang kurang layak huni

menjadi layak huni dengan derajad kesehatan yang

memadai.

RAD- PK

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007xxxv

Page 36: Narasi

Rencana Aksi Daerah Pemberantasan Korupsi (RAD – PK)

merupakan program Nasional yang mana Kota Magelang

sebagai salah satu pilot project dari kegiatan tersebut.

Adapun tujuan diselenggarakannya kegiatan RAD-PK di Kota

Magelang adalah untuk mensosialisasikan dokumen RAD-PK

kepada seluruh stakeholders.

Beberapa dokumen perencanaan dan inovasi yang

dikembangkan oleh Pemerintah Kota Magelang pada tahun

2007 dalam rangka peningkatan pelayanan publik dan

kesejahteraan masyarakat diantaranya :

a. Dokumen masterplan penanggulangan kemiskinan di

Kota Magelang;

b. Dokumen masterplan pendidikan;

c. Dokumen perencanaan Pengembangan Sistem

Kesehatan Daerah.

d. Dokumen Profil Investasi Kota Magelang Tahun 2007

Terkait dengan fokus pengadaaan barang dan jasa, pada tahun

2007 Pemerintah Kota Magelang belum memberlakukan E-

procurement sehingga capaian kinerjanya sebesar nol.

Fokus selanjutnya dari aspek ini adalah daya saing daerah.

Berdasarkan data pada PDRB Tahun 2007 (harga berlaku). Nilai

investasi Kota Magelang pada tahun 2006 dan 2007 dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1. 10Tabel Nilai Investasi Kota Magelang

Investasi di Kota MagelangNilai Investasi (berdasarkan harga berlaku)

2006 2007Pembentukan Modal Tetap Bruto

454.493.590.000 508.653.340.000

Penambahan Stock 100.277.280.000 120.286.166.000

Total Investasi 554.770.870.000 628.939.500.000

Berdasarkan tabel tersebut di atas dapat diketahui bahwa nilai

investasi di Kota Magelang pada tahun 2007 mengalami

kenaikan sebesar Rp.74.168.630.000,- atau sebesar 13,37%.

Berdasarkan catatan dari Dinas Pelayanan Terpadu dan

Penanaman Modal pada tahun 2007 ini, tidak ada realisasi ijin

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007xxxvi

Page 37: Narasi

investasi di Kota Magelang. Dengan demikian capaian kinerja

jumlah persetujuan investasi dalam tahun 2007 adalah nol.

2. Tataran Pelaksana Kebijakan

a. Kebijakan teknis penyelenggaraan urusan pemerintahan

Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2007 merupakan

pelaksanaan tahun ketiga dari Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2004–2009 dan merupakan

kelanjutan RKP Tahun 2006, serta digunakan sebagai pedoman

bagi penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

(APBN). Penetapan kebijakan APBN dilaksanakan secara

bersama-sama antara Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan

Pemerintah. Dengan cakupan dan cara penetapan tersebut,

RKP mempunyai fungsi pokok sebagai berikut:

- Menjadi acuan bagi seluruh komponen bangsa, karena

memuat seluruh kebijakan publik;

- Menjadi pedoman dalam menyusun APBN, karena memuat

arah kebijakan pembangunan nasional satu tahun; dan

- Menciptakan kepastian kebijakan, karena merupakan

komitmen Pemerintah.

Bahwa sesuai Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2004

tentang Rencana Kerja Pemerintah, RKP menjadi acuan bagi

Pemerintah Daerah dalam penyusunan RKP Daerah (RKPD).

Berkaitan hal tersebut, Pemerintah Kota Magelang telah

menyusun Rencana Kerja Pemerintah Kota Magelang dengan

Peraturan Walikota Magelang Nomor 7 tahun 2006 tentang

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kota Magelang Tahun 2007.

RKPD Kota Magelang tahun 2007 merupakan penjabaran dari

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota

Magelang tahun 2005-2010 atau Peraturan Daerah (Perda)

Kota Magelang Nomor 9 tahun 2005. Dalam Perda ini memuat

sasaran pembangunan, prioritas pembangunan, kebijakan

pembangunan dan program pembangunan serta rancangan

kerangka ekonomi daerah dan rencana kerja beserta

pendanaan indikatif baik yang langsung dilaksanakan oleh

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007xxxvii

Page 38: Narasi

pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong

partisipasi masyarakat dan mengacu pada Rencana Kerja

Pemerintah (RKP).

Dalam hal pelaksanaan program yang mengacu pada Rencana

Kerja Pemerintah, untuk masing-masing Satuan Kerja

Perangkat daerah (SKPD) di Lingkungan Pemerintah Kota

Magelang dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 1. 9Tabel Pelaksanaan Program SKPD yang Mengacu pada RKP

NO NAMA SKPD JMH PROGRAM DI SKPD

RASIO THD PROGRAM NASIONAL

(%)

1 BADAN PERENCANAAN KOTA 13 7,512 BADAN PENGAWASAN KOTA 3 1,733 BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH 4 2,314 BADAN PELAYANAN KESEHATAN

RSU TIDAR3 1,73

5 DINAS PENDIDIKAN 7 4,046 DINAS KESEHATAN 10 5,787 DINAS PEKERJAAN UMUM 7 4,048 DINAS PERHUBUNGAN 4 2,319 DINAS PENGENDALIAN

LINGKUNGAN HIDUP6 3,47

10 DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL

1 0,58

11 DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

4 2,31

12 DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN KEKAYAAN DAERAH

2 1,15

13 DINAS PELAYANAN TERPADU DAN PENANAMAN MODAL

5 2,89

14 DINAS PERTANIAN 15 8,6715 DINAS PERINDUSTRIAN DAN

PERDAGANGAN3 1,73

16 KANTOR KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA

6 3,47

17 KANTOR KESEJAHTERAAN SOSIAL 6 3,4718 KANTOR PELAYANAN KOPERASI

DAN UKM4 2,31

19 KANTOR KESATUAN BANGSA DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT

8 4,62

20 KANTOR SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

1 0,58

21 KANTOR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

9 5,20

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007xxxviii

Page 39: Narasi

NO NAMA SKPD JMH PROGRAM DI SKPD

RASIO THD PROGRAM NASIONAL

(%)

22 KANTOR INFORMASI DAN KEHUMASAN

2 1,15

23 KANTOR PENGOLAHAN DATA ELEKTRONIK DAN ARSIP

2 1,15

24 KANTOR KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA

3 1,73

25 SEKRETARIAT DAERAH 3 1,7326 SEKRETARIAT DPRD 2 1,1527 KECAMATAN MAGELANG UTARA 8 4,6228 KECAMATAN MAGELANG

SELATAN7 4,04

29 KECAMATAN MAGELANG TENGAH 8 4,62156 90,09

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa semua SKPD di

Lingkungan Pemerintah Kota Magelang telah menindaklanjuti

Program yang dilaksanakan oleh Pemerintah dengan

prosentase yang bervariatif. Prosentase tersebut

diperhitungkan dengan membandingkan jumlah program

yang dilaksanakan oleh masing-masing SKPD dengan

jumlah program nasional dalam RKP. Namun prosentase

tersebut tidak menunjukkan banyaknya kegiatan pendukung

yang dilaksanakan karena perhitungan menggunakan

pendekatan program. Sehingga besar kecilnya prosentase tidak

menggambarkan banyak sedikitnya pelaksanaan kegiatan

sebagai tindak lanjut dari pelaksanaan program nasional.

Secara akumulatif, Program Nasional sebanyak 173 program,

dan telah dilaksanakan/ditindaklanjuti oleh Pemerintah Kota

Magelang sebanyak 156 program sehingga Nilai Capaian

Kinerja Pelaksanaan Program Nasional oleh SKPD

sebesar 90,09%. Hal ini menunjukkan bahwa Program Nasional

yang telah ditetapkan Pemerintah telah

ditindaklanjuti/dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Magelang

hampir 100%.

b. Ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan

Dalam rangka pelaksanaan kebijakan teknis yang telah

ditetapkan oleh Pemerintah, Pemerintah Kota Magelang

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007xxxix

Page 40: Narasi

menindaklanjuti dengan Peraturan Walikota dan dilaksanakan

oleh 7 (tujuh) Satuan Kerja Perangkat Daerah. Adapun SKPD

Pelaksana dan Peraturan Walikota yang telah ditetapkan yaitu :

1. Dinas Pendidikan

Peraturan Walikota Magelang Nomor 12 Tahun 2007 tentang

Petunjuk Teknis Penerimaan Peserta Didik baru (PPDB) pada

Taman Kanak-Kanak, Sekolah dan Madrasah di Kota

Magelang tahun Pelajaran 2007/2008

2. Dinas Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah

Peraturan Walikota Magelang Nomor 24 tahun 2007

tentang Pedoman Teknis Retribusi Pengelolaan

Kebersihan Kota Magelang

Peraturan Walikota Magelang Nomor 30 Tahun 2007

tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan

Daerah Tahun Anggaran 2008

Peraturan Walikota Magelang Nomor 5 Tahun 2007

tentang Perubahan atas Peraturan Walikota Magelang

Nomor 26 tahun 2006 tentang Sistem dan Prosedur

Pengelolaan Keuangan Daerah Tahun Anggaran 2007

Peraturan Walikota Magelang Nomor 7 Tahun 2007

tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyaluran dan

Penggunaan Alokasi Dana di Tingkat Kelurahan Tahun

2007

Peraturan Walikota Magelang Nomor 15 Tahun 2007

Pedoman Pengelolaan Keuangan Tunjangan Komunikasi

Intensif bagi Pimpinan dan Anggota DPRD serta Belanja

Penunjang Operasional Pimpinan DPRD Kota Magelang.

3. Dinas Pelayanan Terpadu dan Penanaman Modal

Peraturan Walikota Magelang Nomor 6 tahun 2007 tentang

Pengaturan Hari Kerja dan Penggunaan Pakaian Seragam

Dinas pada DPTPM Kota Magelang

4. Dinas Pertanian

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 xl

Page 41: Narasi

Peraturan Walikota Magelang Nomor 20 Tahun 2007 tentang

Pedoman Penyebaran dan Pengembangan Ternak

Pemerintah Kota Magelang

5. Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat

Peraturan Walikota magelang Nomor 14 Tahun 2007 tentang

Pedoman Bantuan Keuangan Kepada Partai yang

menempatkan Kursi di DPRD Kota Magelang

6. Kantor pelayanan Koperasi dan UKM

Peraturan Walikota Magelang Nomor 3 tahun 2007

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Walikota

Magelang Nomor 18 tahun 2007 tentang Pedoman

Pengelolaan Pinjaman dana Bergulir pada Kantor

Pelayanan Koperasi, Usaha Kecil

Peraturan Walikota Magelang Nomor 19 tahun 2007

tentang Petunjuk Teknis Bantuan Modal Penyertaan bagi

KSP/USP Koperasi Kota Magelang tahun 2007

Peraturan Walikota Magelang Nomor 28 tahun 2007

tentang Pedoman pengelolaan Pinjaman dana Bergulir

melalui Kelompok Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Kota

Magelang Tahun Anggaran 2007

7. Sekretariat Daerah

Peraturan Walikota Magelang Nomor 21 tahun 2007

tentang Pengaturan Waktu, Lokasi Berjualan, Konstruksi

Lapak serta Jenis Dagangan Bagi Pedagang Kaki Lima

Kota Magelang

Peraturan Walikota Nomor 22 tahun 2007 tentang

Standarisasi sarana dan Prasarana Kerja

Peraturan Walikota Magelang Nomor 31 Tahun 2007

tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang dan

Jasa Pemerintah Kota Magelang

Berkaitan dengan pelaksanaan peraturan perundang-undangan

yang lain, Pemerintah Kota Magelang juga telah

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 xli

Page 42: Narasi

menindaklanjuti Perda yang telah ditetapkan oleh instansi yang

berkaitan yaitu :

8. Badan Perencanaan

Perda No. 2 Tahun 2007 Anggaran dan Pendapatan

Belanja Daerah Kota Magelang Tahun Anggaran 2007.

Perda No.6 Tahun 2007 Perubahan APBD Kota Magelang

Tahun Anggaran 2007.

9. Dinas Perhubungan

Perda No. 7 Tahun 2007 Pengelolaan Tempat Parkir

Perda No. 8 Tahun 2007 Retribusi Parkir di Tepi Jalan

Umum

Perda No. 9 Tahun 2007 Perubahan atas Peraturan

Daerah No.14 Tahun 2002 tentang Retribusi Tempat

Khusus Parkir

10. Sekretaris Daerah

Perda No. 1 Tahun 2007 Retribusi atas Perda Kota

Magelang No. 5 Tahun 2003 tentang Susunan Organisasi

dan Tata Kerja Dinas Daerah.

11. Sekretariat DPRD

Perda No. 4 Tahun 2007 Perubahan Perda No. 1 Tahun

2005 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan

Pimpinan dan Anggota DPRD.

12. Dinas Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan

Daerah

Perda No. 3 Tahun 2007 tentang Pajak Reklame

Perda No. 5 Tahun 2007 tentang Pertanggung Jawaban

Pelaksanaan APBD Tahun 2006

c. Penataan kelembagaan daerah

Aspek Penataan Kelembagaan untuk fokus kesesuaian struktur

jabatan dengan PP 41 Tahun 2007 dinilai melalui 2 (dua)

Indikator Kinerja Kunci (IKK) yaitu rasio struktur jabatan dan

eselonering yang terisi serta keberadaan jabatan fungsional

dalam struktur organisasi SKPD. Capaian kinerja untuk aspek

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 xlii

Page 43: Narasi

tersebut diatas NIHIL karena Pemerintah Kota Magelang pada

tahun 2007 belum melaksanakan PP Nomor 41 Tahun 2007

tentang Organisasi Perangkat Daerah yang ditetapkan tanggal

23 Juli 2007 dan diamanatkan di dalam PP 41 tahun 2007 dan

Permendagri Nomor 57 Tahun 2007 paling lambat tanggal 23

Juli 2008 Peraturan Daerah tentang Susunan Kedudukan dan

Tugas Pokok Organisasi Perangkat Daerah harus sudah

ditetapkan. Namun demikian pada tahun 2007 Pemerintah kota

Magelang telah menindaklanjuti PP Nomor 41 Tahun 2007

tersebut dengan Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah

tentang Organisasi Perangkat Daerah di Lingkungan

Pemerintah Kota Magelang dan pada Bulan Desember 2007

telah sampai pada penyampaian Raperda tersebut kepada

DPRD.

d. Pengelolaan kepegawaian daerah

Dilihat dari aspek Pengelolaan Kepegawaian maka untuk fokus

tingkat kompetensi Sumber Daya Manusia dalam

menyelenggarakan tugas SKPD yang relevan dengan urusan

terkait dapat dinilai melalui 4 (empat) Indikator Kinerja Kunci:

Struktur jabatan yang terisi pada tahun yang

bersangkutan

Pejabat yang telah memenuhi persyaratan pendidikan

formal sesuai dengan bidang tugasnya;

Pejabat yang telah memenuhi persyaratan pendidikan

pelatihan kepemimpinan;

Pejabat yang telah memenuhi persyaratan kepangkatan.

Terkait dengan Indikator prosentase struktur jabatan yang terisi

pada tahun 2007 di lingkungan Pemerintah Kota Magelang

dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 1. 12Tabel Struktur Jabatan di Kota Magelang

No Eselon Jabatan Isi Jabatan Kosong Jumlah

1. Eselon II A - 1 1

2. Eselon II B 18 - 18

3. Eselon III A 77 1 78

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 xliii

Page 44: Narasi

4. Eselon III B 3 - 3

5. Eselon IV A 262 19 281

6. Eselon IV B 67 1 68

Jumlah Keseluruhan 427 22 449

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah jabatan

keseluruhan yang ada adalah 429 jabatan dan yang sudah terisi

sejumlah 427 jabatan. Sehingga struktur jabatan yang sudah

terisi dapat diperoleh capaian kinerja 427/449 x 100% = 95,

10%.

Sedangkan Indikator yang kedua adalah pejabat yang telah

memenuhi persyaratan pendidikan formal sesuai dengan

bidang tugasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. 13Tabel Pendidikan Formal Pejabat

No

Pejabat/EselonPENDIDIKAN

JMLSMA D-3 D-4 S-1 S-2 S-3

1. Eselon II - - - 6 12 - 18

2. Eselon III - 2 - 54 24 - 80

3. Eselon IV 47 40 7 216 19 - 329

Jumlah Keseluruhan 427

Dari gambaran tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa syarat

pendidikan formal bagi pejabat (eselon II, III dan IV) di

lingkungan Pemerintah Kota Magelang terpenuhi, karena dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 2002 tentang

Pengangkatan Dalam Jabatan Struktural tidak menyebutkan

ketentuan khusus kualifikasi pendidikan formal apabila seorang

PNS menduduki jabatan. Capaian Kinerja untuk pejabat yang

telah memenuhi persyaratan pendidikan formal sesuai dengan

bidang tugasnya adalah 427/429 x 100% = 95,10%

Guna memenuhi syarat kompetensi bagi pejabat struktural

adalah dengan memenuhi pendidikan kepemimpinan yang

dipersyaratkan. Indikator ketiga yaitu pejabat yang telah

memenuhi persyaratan pendidikan pelatihan kepemimpinan

yang diperoleh dari SKPD yang ada di Lingkungan Pemerintah

Kota Magelang terdiri dari Diklat Kepemimpinan Tk II (Eselon II)

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 xliv

Page 45: Narasi

diperoleh capaian kinerja sebesar 17/18 x 100% = 94,44%,

Diklat Kepemimpinan Tk III (Eselon III)diperoleh capaian kinerja

sebesar 70/81 x 100% = 87,5% dan Diklat Kepemimpinan Tk.IV

(Eselon IV) diperoleh capaian kinerja sebesar 311/349 x 100%

= 89,11. Sehingga total keseluruhan pejabat di Kota Magelang

yang telah memenuhi persyaratan pendidikan pelatihan

kepemimpinan sebesar 88,64%

Indikator Kinerja Kunci terakhir adalah pejabat yang telah

memenuhi persyaratan kepangkatan di Kota Magelang dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. 14Tabel Kepangkatan Pejabat di Kota Magelang

No

Jabatan/EselonKepangkatan

JmlIIIb IIIc IIId IVa IVb IVc IVd

1. Eselon II - - - - 10 7 1 18

2. Eselon III - - 17 33 30 - - 80

3. Eselon IV 46 129 154 - - - - 329

Jumlah Keseluruhan 427

Dari 449 jabatan yang harus ada, hanya 427 jabatan yang terisi

maka persyaratan kepangkatan untuk pejabat yang telah

menduduki jabatan di lingkungan Pemerintah Kota Magelang

selama tahun 2007 diperoleh capaian kinerja 427/449 x 100%

= 95,10%.

Adapun fokus yang kedua dari aspek pengelolaan kepegawaian

adalah upaya peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia

(SDM), dapat dilihat pada Indikator Kinerja Kunci (IKK) yaitu

anggaran yang digunakan untuk peningkatan kapasitas

pegawai dengan penghitungan alokasi anggaran peningkatan

kualitas SDM dibagi nilai APBD untuk SKPD yang ada. Dari SKPD

yang ada di Lingkungan Pemerintah Kota Magelang, pada tahun

2007 SKPD yang mengalokasikan anggaran untuk program

kegiatan pengembangan kapasitas SDM dapat dilihat pada

tabel dibawah ini:

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 xlv

Page 46: Narasi

Tabel 1. 15Tabel Alokasi Anggaran untuk Pengembangan SDM

No Instansi Alokasi Anggaran peningkatan Kualitas SDM/Nilai APBD untuk SKPD x 100%

Capaian Kinerja

1. Diknas 86.000.000/116.743.844.000 x 100% 0,07%

2. DKK 11.500.000/15.024.887.000 x 100% 0,07%

3. RSU Tidar 80.000.000/27.784.513.000 x 100% 0,29%

4. Kantor KB dan KS

740.000/1.857.570.000 x 100% 0,04%

5. Kantor Satpol PP

21.047.000/2.715.383.000 x 100% 0,77%

6. Setwan 489.000.000/5.359.514.000 x 100% 9,12%

7. DPKKD 8.576.000/10.326.267.000 x 100% 0,08%

8. Bawas 24.790.000/2.153.641.000 x 100% 1,15%

9. BKD 2.718.220.000/7.709.890.000 x 100% 35,25%

10. PDE 110.938.000/1.618.218.000 x 100% 6,85%

11. Disperindag 1.890.000/2.688.103.000 x 00% 0,07%

Dari hasil tabel tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

masing-masing SKPD dalam mengalokasikan anggaran

peningkatan kualitas SDM masih rendah. Hal ini disebabkan

bahwa peningkatan kualitas SDM di Kota Magelang

diselenggarakan oleh Badan Kepegawaian Daerah, dimana

serapan anggarannya hanya 35,25% dari total anggaran BKD

sebesar 7.709.890.000,- Sedangkan untuk total anggaran

peningkatan kualitas SDM di Pemerintah Kota Magelang adalah

3.544.701.000/351.531.871.000 x% = 1,01%

e. Perencanaan pembangunan daerah

Pelaksanaan kebijakan perencanaan pembangunan di Kota

Magelang pada prinsipnya telah sesuai dengan Undang-Undang

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (UU No.25 Tahun

2004), dimulai dari proses penjaringan aspirasi masyarakat

sampai dengan implementasinya dalam APBD.

Dokumen-dokumen perencanaan pembangunan yang

dipersyaratkan dalam Undang-Undang tersebut telah tersusun,

baik dalam skala Pemerintah Kota maupun SKPD. Dari 29 SKPD

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 xlvi

Page 47: Narasi

hanya Dinas Pendidikan yang pada saat itu belum mempunyai

Renstra, sedangkan dokumen Renja SKPD selalu ada pada

semua SKPD sebagai syarat dan menjadi dasar dalam

penyusunan RKPD. Sebagai dasar dalam penyusunan RAPBD,

maka setiap SKPD telah menyusun RKA untuk masing-masing

kegiatan sebagaimana tertuang Renja SKPD.

Dari 260 program yang mestinya dijalankan oleh SKPD pada

tahun 2007 sebagaimana tertuang dalam RKPD, ada 13

program SKPD yang tidak dituangkan dalam Renja SKPD yang

terdiri dari :

2 program pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil;

3 program pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi;

2 program pada Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM;

1 program pada Kantor Kesatuan Bangsa dan

Perlindungan Masyarakat; dan

5 program pada Kantor Pemberdayaan Masyarakat.

Hal tersebut utamanya disebabkan adanya efisiensi dan

keterbatasan APBD disamping adanya kebijakan-kebijakan baru

yang menuntut adanya beberapa perubahan, dalam hal ini

penundaan beberapa program dan kegiatan.

Perubahan penting yang berpengaruh lainnya adalah adanya

pemecahan kecamatan yang semula dua kecamatan menjadi

tiga kecamatan dan perubahan SOTK yang memunculkan SKPD

baru yakni Kecamatan Magelang Tengah dan DPTPM (Dinas

Pelayanan Terpadu dan Penanaman Modal).

Perubahan tersebut memperbesar jumlah program yang

dijalankan oleh SKPD menjadi 291 program.

Kebijakan plafonisasi anggaran telah banyak membantu

sinkronisasi antara Renja dan RKA untuk RAPBD, sehingga

perbedaan tidak terjadi dalam program, karena masing-masing

SKPD telah mempunyai acuan perkiraan anggaran maksimal

untuk mencapai target kinerjanya. Perubahan hanya terjadi

pada kegiatan yakni dalam hal urgensinya maupun jumlah

anggaran yang diperlukan.

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 xlvii

Page 48: Narasi

Hal lain yang mendukung adalah bahwa proses perencanaan

dari awal senantiasa juga berusaha melibatkan DPRD, sehingga

sinkronisasi program juga terlihat hingga ke APBD dan

implementasinya dalam Dokumen Pengeluaran Anggaran

(DPA).

Kesimpulannya adalah tidak ada program dalam Renja yang

tidak diakomodir dalam RKA maupun DPA.

f. Pengelolaan keuangan daerah

Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan

yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,

pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan

daerah.

Pengelolaan keuangan daerah Kota Magelang dilaksanakan

dalam suatu sistem yang terintegrasi yang diwujudkan dalam

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang

ditetapkan dengan peraturan daerah, yaitu:

1. Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 2 Tahun

2007 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Tahun Anggaran 2007;

2. Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 6 Tahun

2007 tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah Tahun Anggaran 2007;

Tahun 2007 merupakan tahun pertama penerapan pengelolaan

keuangan daerah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 58

Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, yang

secara operasional diatur dalam Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan

Keuangan Daerah. Sehingga APBD Tahun Anggaran 2007 juga

merupakan APBD pertama yang disusun berdasarkan pada

ketentuan tersebut diatas.

Selain itu, dalam penyusunan APBD Tahun Anggaran 2007 juga

berpedoman pada Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)

Tahun 2007, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 26 Tahun

2006 tentang Pedoman Penyusunan APBD Tahun Anggaran

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 xlviii

Page 49: Narasi

2007 serta Kerangka Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan

Keuangan Daerah Tahun 2007, sebagaimana tertuang dalam

Nota Kesepakatan bersama antara Pemerintah Kota Magelang

dengan DPRD Kota Magelang tentang dokumen Kebijakan

Umum APBD (KUA) Tahun Anggaran 2007 dan Prioritas dan

Plafon Anggaran (PPA) Tahun Anggaran 2007.

Banyaknya ketentuan yang terkait dan mengikat dalam

penyusunan APBD, dimaksudkan untuk mewujudkan

sinkronisasi dan sinergitas dalam perencanaan dan

penganggaran daerah, sehingga pengelolaan keuangan daerah

dapat dipertanggungjawabkan baik aspek teknis, prosedur,

materiil maupun aspek legalitasnya.

Terkait dengan pengelolaan keuangan daerah, pengukuruan

indikator kinerja kunci dalam suplemen LPPD ini difokuskan

pada 4 (empat) hal, yaitu:

1. Alokasi anggaran

Dengan rumus sebagai berikut:

(alokasi anggaran SKPD : total APBD) x 100%

Yang dimaksud dengan:

alokasi anggaran SKPD adalah total anggaran belanja

SKPD

total APBD adalah total anggaran belanja APBD

2. besaran belanja modal

Dengan rumus sebagai berikut:

(belanja modal : total belanja SKPD) x 100%

Yang dimaksud dengan:

belanja modal adalah realisasi belanja modal SKPD

total belanja SKPD adalah total anggaran belanja SKPD

3. besaran belanja pemeliharaan.

Terbagi dalam 2 (dua) rumus sebagai berikut:

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 xlix

Page 50: Narasi

(total belanja pemeliharaan : total belanja barang dan

jasa SKPD) x 100%

Yang dimaksud dengan:

total belanja pemeliharaan adalah total realisasi belanja

pada kegiatan pemeliharaan

total belanja barang dan jasa SKPD adalah total anggaran

belanja barang dan jasa SKPD

(total belanja pemeliharaan : total belanja SKPD) x 100%

Yang dimaksud dengan:

total belanja pemeliharaan adalah total realisasi belanja

pada kegiatan pemeliharaan

total belanja SKPD adalah total anggaran belanja SKPD

4. Laporan Keuangan SKPD, meliputi ada atau tidaknya

dokumen pendukung di dalam laporan keuangan SKPD yang

berupa neraca, maupun CaLK.

Adapun secara rinci perhitungan IKK masing-masing SKPD

sebagaimana terlampir.

g. Pengelolaan barang milik daerah

Barang milik daerah sebagai salah satu unsur penting dalam

rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan

masyarakat harus dikelola dengan baik dan benar, yang pada

gilirannya dapat mewujudkan pengelolaan barang milik daerah

dengan memperhatikan azas-azas sebagai berikut:

Azas fungsional, yaitu pengambilan keputusan dan

pemecahan masalah dibidang pengelolaan barang milik

daerah yang dilaksanakan oleh kuasa pengguna barang,

pengguna barang, pengelola barang dan Kepala Daerah

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 l

Page 51: Narasi

sesuai fungsi, wewenang dan tanggung jawab masing-

masing;

Azas kepastian hukum, yaitu pengelolaan barang milik

daerah harus dilaksanakan berdasarkan hukum dan

peraturan perundang-undangan;

Azas transparansi, yaitu penyelenggaraan pengelolaan

barang milik daerah harus transparan terhadap hak

masyarakat dalam memperoleh informasi yang benar;

Azas efisiensi, yaitu pengelolaan barang milik daerah

diarahkan agar barang milik daerah digunakan sesuai

batasan-batasan standar kebutuhan yang diperlukan dalam

rangka menunjang penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi

pemerintahan secara optimal;

Azas akuntabilitas, yaitu setiap kegiatan pengelolaan barang

milik daerah harus dapat dipertanggungjawabkan kepada

rakyat;

Azas kepastian nilai, yaitu pengelolaan barang milik daerah

harus didukung oleh adanya ketepatan jumlah dan nilai

barang dalam rangka optimalisasi pemanfaatan dan

pemindahtanganan barang milik daerah serta penyusunan

neraca Pemerintah Daerah.

Barang milik daerah adalah semua kekayaan daerah baik yang

dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah maupun yang berasal dari perolehan lain yang

sah baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak beserta

bagian-bagiannya ataupun yang merupakan satuan tertentu

yang dapat dinilai, dihitung, diukur atau ditimbang termasuk

hewan dan tumbuh-tumbuhan kecuali uang dan surat-surat

berharga lainnya.

Barang milik daerah sebagaimana tersebut di atas, terdiri dari:

barang yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah yang

penggunaannya/ pemakaiannya berada pada Satuan Kerja

Perangkat Daerah (SKPD)/Instansi/lembaga Pemerintah

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 li

Page 52: Narasi

Daerah lainnya sesuai ketentuan peraturan perundang-

undangan;

barang yang dimiliki oleh Perusahaan Daerah atau Badan

Usaha Milik Daerah lainnya yang status barangnya

dipisahkan.

Barang milik daerah yang dipisahkan adalah barang daerah

yang pengelolaannya berada pada Perusahaan Daerah atau

Badan Usaha Milik Daerah lainnya yang anggarannya

dibebankan pada anggaran Perusahaan Daerah atau Badan

Usaha Milik Daerah lainnya.

Adapun siklus pengelolaan barang milik daerah merupakan

rangkaian kegiatan dan/atau tindakan yang meliputi:

a. perencanaan kebutuhan dan penganggaran;

b. pengadaan;

c. penerimaan, penyimpanan dan penyaluran;

d. penggunaan;

e. penatausahaan;

f. pemanfaatan;

g. pengamanan dan pemeliharaan;

h. penilaian;

i. penghapusan;

j. pemindahtanganan;

k. pembinaan, pengawasan dan pengendalian;

l. pembiayaan;

m. tuntutan ganti rugi.

Dalam pengelolaan barang milik daerah Pemerintah Kota

Magelang telah berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis

Pengelolaan Barang Milik Daerah.

Pengukuruan indikator kinerja kunci pengelolaan barang milik

daerah dalam suplemen LPPD ini difokuskan pada 3 hal, yaitu:

manajemen aset SKPD, penggunaan tanah oleh SKPD dan

penggunaan asset SKPD. Adapun perhitungan IKK masing-

masing SKPD sebagaimana terlampir.

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 lii

Page 53: Narasi

h. Pemberian fasilitasi terhadap partisipasi masyarakat

Bahwa dalam rangka pelayanan kepada masyarakat

Pemerintah Kota Magelang menyediakan fasilitas/prasarana

pelayanan baik dari pemerintah kota magelang kepada

masyarakat maupun bagi masyarakat yang akan

menyampaikan pengaduan terhadap pelayanan pemerintah

Kota Magelang. Fasilitasi terhadap partisipasi masyarakat

tersebut merupakan upaya pemerintah untuk meningkatkan

pelayanan kepada masyarakat menuju pelayanan prima.

Adapun bentuk-bentuk fasilitasi/prasarana yang diberikan oleh

Pemerintah Kota Magelang kepada masyarakat antara lain

berupa :

Papan Pengumuman, yang hampir di seluruh Satuan Kerja

Perangkat Daerah (SKPD) tersedia dan memberikan

pengumuman sesuai dengan kebutuhan masing-masing

SKPD.

Leaflet, yang dibuat dalam rangka menyampaikan informasi-

informasi tertentu agar dapat langsung diterima oleh

masyarakat dan mengefektifkan peran/partisipasi

masyarakat terhadap informasi yang disampaikan.

Mobil Keliling, yang disediakan oleh Pemerintah Kota

Magelang dalam rangka mendekatkan pelayanan kepada

masyarakat, antara lain adanya mobil perpustakaan

keliling,mobil puskesmas keliling dan mobil patroli dari Dinas

Perhubungan dan Kantor Satpol PP. Pemkot Magelang juga

melaksanakan pengelolaan persampahan dengan sistem

pengambilan sampah dari depo untuk dibawa ke Tempat

Pembuangan Sampah Akhir, yaitu dengan mobil keliling di

masing-masing kelurahan dan mobil keliling untuk

pengambilan sampah dari masing-masing kelurahan ke TPA.

Pengumuman di Mass Media, dilakukan sesuai dengan

kebutuhan, misalnya dalam rangka penyelenggaraan

pemerintahan daerah, sesuai dengan amanat peraturan

bahwa pemerintah daerah harus menyampaikan informasi

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 liii

Page 54: Narasi

penyelenggaraan pemerintahan kepada masyarakat. Selain

penyampaian informasi tersebut, dalam rangka pelaksanaan

kegiatan yang berhubungan dengan pengadaan barang dan

jasa, SKPD menyampaikan informasi melalui media massa.

Adapun bentuk fasilitasi/prasarana yang disediakan oleh

Pemerintah Kota Magelang kepada masyarakat yang akan

menyampaikan pengaduan berkaitan dengan penyelenggaraan

pemerintahan telah disediakan Pos Pengaduan, baik di masing-

masing SKPD terutama SKPD yang memberikan pelayanan

langsung kepada masyarakat maupun pos pengaduan yang

ditujukan kepada Walikota melalui website

www.magelangkota.go.id.

Terkait dengan Indikator yang kedua yaitu responsibilitas

terhadap partisipasi masyarakat, dengan indikator kinerja

keberadaan survey kepuasan masyarakat. Pemerintah Kota

Magelang melalui Bagian Organisasi Setda Kota Magelang pada

Tahun 2007 telah melaksanakan survey IKM, bahkan survey

tersebut telah mulai dilaksanakan oleh Pemerintah Kota

Magelang Tahun 2005. Survey tersebut dilaksanakan

berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur

Negara (PAN) Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman

Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit

Pelayanan Instansi Pemerintah. Adapun pada Tahun 2007

Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) terhadap pelayanan

Pemerintah termasuk dalam kategori BAIK, meskipun ada

sedikit penurunan dari tahun sebelumnya. Hal ini lebih

dimungkinkan karena jumlah layanan yang menjadi obyek

penilaian lebih banyak dan semakin kritisnya masyarakat yang

menjadi responden yang menghendaki pelayanan prima dari

pemerintah.

B. Tingkat Pencapaian Standar Pelayanan Minimal

1. Urusan Wajib

a. Pendidikan

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 liv

Page 55: Narasi

Urusan pendidikan dinilai melalui cukup banyak Indikator

Kinerja Kunci (IKK) yaitu berjumlah 15 (limabelas) IKK. Adapun

Indikator-indikator tersebut meliputi :

1) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

2) Penduduk yang berusia >15 tahun melek huruf (tidak buta

aksara)

3) Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI/Paket A

4) Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs/Paket B

5) Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/SMK/MA/Paket C

6) Angka Putus Sekolah (APS) SD/MI

7) Angka Putus Sekolah (APS) SMP/MTs

8) Angka Putus Sekolah (APS) SMA/SMK/MA

9) Angka Kelulusan (AL) SD/MI

10) Angka Kelulusan (AL) SMP/MTs

11) Angka Kelulusan (AL) SMA/SMK/MA

12) Angka Melanjutkan (AM) dari SD/MI ke SMP/MTs

13) Angka Melanjutkan (AM) dari SMP/MTs ke SMA/SMK/MA

14) Guru yang memenuhi kualifikasi S-1/D-IV

Dari sejumlah 5.898 anak usia 4-6 tahun di Kota Magelang

terdapat sejumlah 2.706 anak yang bersekolah pada jenjang

Taman Kanak-kanak (TK), RA dan Penitipan Anak sehingga

capaian kinerja untuk indikator Pendidikan Anak Usia Dini

(PAUD) di Kota Magelang Tahun 2007 sebesar 45,89%.

Sedangkan untuk indikator penduduk yang berusia >15 tahun

melek huruf (tidak buta aksara) di Kota Magelang Tahun 2008

dilihat dari Jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas sebanyak

92.307 orang, sedangkan dari jumlah tersebut penduduk yang

dapat baca tulis sebanyak 91.121 orang. Berdasarkan data

tersebut, maka capaian kinerja untuk indikator penduduk yang

berusia >15 tahun melek huruf (tidak buta aksara) adalah

98,71%.

Indikator Angka Partisipasi Murni (APM) dapat dilihat pada tabel

berikut ini :

Tabel 1. 16Tabel Indikator APM

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 lv

Page 56: Narasi

NO Jenis APM Uraian Jumlah Capaian Kinerja (%)

1 SD/MI/Paket A

Jumlah siswa usia 7-12 tahun jenjang SD 15.464

137,49Jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun 11.247

2 SMP/MTs/Paket B

Jumlah siswa usia 13-15 tahun jenjang SMP 10.216

158,95Jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun 6.427

3 SMA/SMK/MA/ Paket C

Jumlah siswa usia 16-18 tahun jenjang SMA 16.025

206,13Jumlah penduduk kelompok usia 16-18 tahun 7.774

Capaian kinerja untuk Indikator Kinerja Kunci APK dan APM di

Kota Magelang untuk semua tingkatan diatas 100%, kondisi ini

terjadi karena jumlah daya tampung sekolahan yang ada di

Kota Magelang lebih banyak dibandingkan dengan jumlah

penduduk usia sekolah di Kota Magelang sehingga fasilitas

pelayanan pendidikan di Kota Magelang banyak dimanfaatkan

oleh daerah Hinterland seperti warga Kabupaten Magelang,

Semarang, Temanggung, Wonosobo, Purworejo dan Kebumen.

Indikator selanjutnya dalam menilai capaian kinerja

penyelenggaraan pemerintahan daerah urusan pendidikan

adalah Angka Putus Sekolah (APS). Adapun APS di Kota

Magelang untuk berbagai tingkatan dapat dilihat pada tabel

berikut ini :

Tabel 1. 17Tabel Indikator APS

NO Jenis APS Uraian JumlahCapaian Kinerja

(%)

1 SD/MI

Jumlah putus sekolah pada tingkat dan jenjang SD

2

0,01Jumlah siswa pada tingkat yang sama dan jenjang SD pada tahun ajaran sebelumnya

15.295

2 SMP/MTs Jumlah putus sekolah pada 36 0,35

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 lvi

Page 57: Narasi

tingkat dan jenjang SMP

Jumlah siswa pada tingkat yang sama dan jenjang SMP pada tahun ajaran sebelumnya

10.216

3 SMA/SMK/MA

Jumlah putus sekolah pada tingkat dan jenjang SMA/SMK/MA

140

0,81Jumlah siswa pada tingkat yang sama dan jenjang SMA/SMK/MA pada tahun ajaran sebelumnya

17.223

Capaian kinerja untuk Indikator Kinerja Kunci APS di Kota

Magelang untuk semua tingkatan besarnya dibawah 1%,

dimana APS terendah SD/MI sebesar 0,01% dan APS tertinggi

SMA/SMK/MA yaitu sebesar 0,81%, sedangkan capaian kinerja

APS SMP/MTs sebesar 0,34%.

Angka kelulusan (AL) juga merupakan salah satu Indikator

Kinerja Kunci untuk urusan pendidikan, dimana angka kelulusan

ini meliputi AL SD/MI, SMP/MTs dan SMA/SMK/MA. Adapun

capian kinerja untuk indikator Angka Kelulusan (AL) dapat

dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 1. 18Tabel Indikator Angka Kelulusan (AL)

NO Jenis AL Uraian Jumlah Capaian Kinerja (%)

1 SD/MI

Jumlah lulusan pada jenjang SD/MI 2.261

100,00Jumlah siswa tingkat tertinggi pada jenjang SD/MI pada tahun ajaran sebelumnya

2.261

2 SMP/MTs

Jumlah lulusan pada jenjang SMP/MTs 3.194

94,46Jumlah siswa tingkat tertinggi pada jenjang SMP/MTs pada tahun ajaran sebelumnya

3.381

3 SMA/SMK/MA

Jumlah lulusan pada jenjang SMA/SMK/MA 4.790

89,90Jumlah siswa tingkat tertinggi pada jenjang SMA/SMK/MA pada tahun ajaran sebelumnya

5.328

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa Angka

Lulusan di Kota Magelang untuk SD/MI mencapai 100,00%,

sedangkan untuk SMP/MTs sebesar 94,46% dan SMA/SMK/MA

sebesar 89,90%.

Terkait dengan angka kelulusan sekolah, maka indikator

selanjutnya adalah Angka Melanjutkan (AM) dari SD/MI ke

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 lvii

Page 58: Narasi

SMP/MTs maupun dari SMP/MTs ke SMA/SMK/MA. Capaian

kinerja

untuk indikator ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 1. 19Tabel Indikator AM

NO Jenis AM Uraian Jumlah Capaian Kinerja (%)

1 SD/MI ke SMP/MTs

Jumlah siswa baru tingkat I pada jenjang SMP/MTs 2.175

95,68Jumlah lulusan pada jenjang SD/MI tahun ajaran sebelumnya 2.273

2 SMP/MTs ke SMA/SMK/MA

Jumlah siswa baru tingkat I pada jenjang SMA/SMK/MA 1.687

92,18Jumlah lulusan pada jenjang SMP/MTs tahun ajaran sebelumnya

1.830

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa capian kinerja

untuk indikator Angka Melanjutkan (AM) dari SD/MI ke SMP/MTs

sebesar 95,68%, sedangkan Angka Melanjutkan (AM) dari

SMP/MTs ke SMA/SMK/MA sebesar 92,18%.

Capaian kinerja untuk guru yang memenuhi kualifikasi S-1/D-IV

dapat dihitung dari jumlah guru di Kota Magelang yang

berijazah S-1 dan D-IV sebanyak 1.512 orang dibandingkan

dengan jumlah seluruh guru yang ada di Kota Magelang baik

guru SD/MI, SMP/MTs maupun SMA/SMK/MA sebanyak 1.975

orang. Berdasarkan angka tersebut diketahui bahwa prosentase

guru yang memenuhi kualifikasi S-1/D-IV sebesar 76,65%.

b. Kesehatan

Indikator Kinerja Kunci (IKK) untuk urusan Kesehatan ada 8

yaitu :

1) Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani

2) Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan

yang memiliki kompetensi kebidanan

3) Cakupan Desa/kelurahan Universal Child Immunization

(UCI)

4) Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat perawatan

5) Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit

TBC BTA

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 lviii

Page 59: Narasi

6) Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit

DBD

7) Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat

miskin

8) Cakupan kunjungan bayi

Untuk urusan kesehatan utamanya menekankan pelayanan

kesehatan kepada ibu hamil, balita dan anak-anak serta

masyarakat miskin. Pada tahun 2007, di Kota Magelang

terdapat kasus ibu dengan komplikasi kebidanan sebanyak 268

kasus, dan semua kasus tersebut dapat ditangani secara

definitif, sehingga nilai capaian kinerja untuk Cakupan

komplikasi kebidanan yang ditangani adalah sebesar 100%.

Pada tahun yang sama terdapat 2.472 sasaran ibu bersalin di

Kota Magelang sedangkan yang dapat ditolong/ditangani oleh

tenaga kesehatan hanya sebesar 2.352 orang sehingga Nilai

Capaian Kinerja untuk Cakupan pertolongan persalinan oleh

tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan

sebesar 95,14 %.

Pada tahun 2007 semua Kelurahan di Kota Magelang (17

Kelurahan) sudah melaksanakan Universal Child Immunization

(UCI) sehingga nilai capaian kinerja untuk Cakupan

Desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI) adalah

sebesar 100%. Meskipun demikian pada saat itu masih

terdapat/ditemukan 103 kasus Balita Gizi Buruk di Kota

Magelang akan tetapi semua kasus tersebut dapat

ditangani/mendapat perawatan di sarana pelayanan kesehatan

di Kota Magelang sehingga nilai capaian kinerja untuk

Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat perawatan adalah sebesar

100%.

Indikator Kunci pelayanan kesehatan yang lain adalah Cakupan

penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC BTA dan

penyakit DBD. Di Kota Magelang selama kurun waktu 2007

diperkirakan terdapat 127 penderita baru TBC BTA (+), padahal

yang dapat ditemukan dan diobati hanya sebesar 70 kasus,

sehingga nilai capainya kinerja untuk Cakupan penemuan dan

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 lix

Page 60: Narasi

penanganan penderita penyakit TBC BTA hanya sebesar

55,12%. Pada saat yang sama di Kota Magelang ditemukan 170

orang penderita penyakit DBD, dan semua kasus itu dapat

ditangani sesuai SOP sehingga nilai capaian kinerja untuk

Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit DBD

adalah sebesar 100%.

Di tahun 2007 di Kota Magelang ditemukan 26.031

orang/masyarakat miskin, sedangkan jumlah kunjungan pasien

masyarakat miskin di sarana kesehatan sebanyak 32.014,

sehingga nilai capaian kinerja untuk Cakupan pelayanan

kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin sebesar 122,98%.

Nilai tersebut cukup besar, karena jumlah pasien masyarakat

miskin yang berkunjung di Sarana Kesehatan Stara 1 yang ada

di Kota Magelang tidak hanya masyarakat miskin yang berasal

dari Kota Magelang saja tetapi juga masyarakat miskin dari luar

Kota Magelang.

Hal lain yang penting untuk mendapat pelayanan dasar

kesehatan adalah bayi lahir yang hidup. Selama tahun 2007

terdapat sebanyak 2.347 bayi lahir yang hidup di Kota

Magelang, akan tetapi tidak semuanya mendapat pelayanan

sesuai standar, hanya 2.319 bayi. Sehingga nilai capainya

kinerja untuk Cakupan kunjungan bayi sebesar 98,81%.

c. Lingkungan hidup

Definisi Lingkungan Hidup sesuai dengan Undang-Undang No.

23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah

kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan

makhluk hidup, termasuk diantaranya manusia dan

perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan

dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Definisi

tersebut mengandung makna manusia mempunyai peran yang

dominan dalam mempengaruhi kualitas lingkungan hidup.

Setiap aktifitas kehidupan manusia berpengaruh terhadap

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 lx

Page 61: Narasi

keadaan lingkungan hidup termasuk diantaranya adalah

timbulnya dampak pencemaran baik udara, air maupun tanah.

Untuk menilai kinerja penyelenggaraan pemerintahan urusan

lingkungan hidup digunakan 4 (empat) indikator kinerja kunci

(IKK) yaitu:

Penanganan sampah

Cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan Amdal

Rasio tempat pembuangan sampah (TPS) per satuan

penduduk

Penegakan hukum lingkungan

Penanganan persampahan merupakan permasalahan krusial

yang sering dihadapi kota-kota di seluruh Indonesia, tak

terkecuali Kota Magelang. Dari total produksi sampah di Kota

Magelang pada tahun 2007 sebesar 302,12 m3, volume sampah

yang tertangani sebesar 283,64 m3. Berdasarkan data tersebut

maka capaian kinerja dari indikator persentase penanganan

sampah di Kota Magelang pada tahun 2007 telah mencapai

93,88%.

Capaian kinerja dari indikator cakupan pengawasan terhadap

pelaksanaan Amdal masih Nihil. Hal ini disebabkan belum

dilaksanakannya pengawasan terhadap perusahaan wajib

Amdal, dimana untuk kegiatan di Kota Magelang yang

memenuhi kriteria wajib Amdal berdasarkan Peraturan Menteri

Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006 tentang Jenis

Rencana Usaha dan/ Atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi

dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup adalah

kawasan Lapangan Golf Borobudur International Golf yang

berlokasi di lereng Gunung Tidar.

Indikator Kinerja Kunci yang ketiga yaitu Rasio Tempat

Pembuangan Sampah (TPS) per satuan penduduk merupakan

perbandingan antara daya tampung Tempat Pembuangan

Sampah (TPS) sebesar 187,34 m3 dengan jumlah penduduk

Kota Magelang pada tahun 2007 sebesar 120.849 jiwa. Dengan

demikian maka capaian kinerja dari indikator rasio tempat

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 lxi

Page 62: Narasi

pembuangan sampah (TPS) per satuan jumlah penduduk pada

tahun 2007 adalah 0,15.

Sesuai dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 19

Tahun 2004 tentang Pedoman Pengelolaan Pengaduan Kasus

Pencemaran dan atau Perusakan Lingkungan Hidup Pemerintah

Daerah berkewajiban menangani pengaduan kasus

pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup. Untuk

menilai kinerja pemerintah daerah dalam penanganan

pengaduan, maka digunakan indikator kunci penegakan hukum

lingkungan. Berdasarkan jumlah aduan kasus lingkungan yang

harus ditangani pada tahun 2007 yaitu sejumlah 2 kasus telah

ditangani kesemuanya sehingga capaian kinerja dari indikator

penegakan hukum lingkungan telah mencapai 100%.

d. Pekerjaan umum

Untuk mengetahui capaian kinerja Indikator Kinerja Kunci (IKK)

urusan Pekerjaan Umum dapat diketahui melalui 3 (tiga)

indikator yaitu:

1) Panjang jalan kota dalam kondisi baik

2) Rumah Tangga Ber Sanitasi

3) Kawasan Kumuh

Capaian kinerja untuk Indikator Kinerja Kunci (IKK) panjang

jalan kota dalam kondisi baik diketahui dengan

membandingkan panjang jalan Kota Magelang dalam kondisi

baik untuk status Jalan Kota dan Jalan Propinsi sepanjang 97.57

km, dibanding dengan panjang seluruh jalan yang ada di Kota

Magelang baik status Jalan Kota maupun Jalan Propinsi

sepanjang 106.47 km. Berdasarkan perbandingan tersebut

dapat diketahui capaian kinerja Indikator Kinerja Kunci (IKK)

panjang jalan kota dalam kondisi baik sebesar 91.6 %.

Sedang untuk Indikator Kinerja Kunci (IKK) Rumah Tangga Ber

Sanitasi merupakan perbandingan antara jumlah rumah tangga

ber sanitasi dengan jumlah total rumah tangga, di mana untuk

jumlah rumah tangga yang telah bersanitasi di Kota Magelang

sejumlah 20.417 KK dari seluruh rumah tangga yang ada di

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 lxii

Page 63: Narasi

Kota Magelang yaitu sejumlah 27.904 KK. Dari perbandingan

tersebut diketahui capaian kinerja Indikator Kinerja Kunci (IKK)

rumah tangga ber sanitasi sebesar 73.16 %.

Indikator Kinerja Kunci (IKK) kawasan kumuh yang

membandingkan antara luas kawasan kumuh dengan luas

wilayah, di Kota Magelang terdapat kawasan kumuh yang

menyebar pada 3 Kecamatan di 17 Kelurahan dengan luas 1,98

km2, sedang luas wilayah Kota Magelang sendiri adalah 18,12

km2. Dari perbandingan tersebut diketahui capaian kinerja

Indikator Kinerja Kunci (IKK) Prosentase kawasan kumuh

sebesar 10.9 %.

e. Tata Ruang

Untuk mengetahui capaian kinerja Indikator Kinerja Kunci (IKK)

urusan Tata Ruang dapat diketahui melalui Indikator Kinerja

Kunci (IKK) Rasio Ruang Terbuka Hijau (RTH) per satuan luas

wilayah ber HPL/HGB.

Sebagaimana Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan

Ruang, disebutkan bahwa Kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) terdiri Ruang

Terbuka Hijau (RTH) Publik dan Privat. Untuk Kota Magelang kawasan Ruang

Terbuka Hijau (RTH) hingga saat ini baru diketahui Ruang Terbuka Hijau

(RTH) Publik dengan luas 252.465 ha, yang terdiri dari :

- Gunung Tidar : 28.000 Ha

- Taman Kyai Langgeng : 10.590 Ha

- Taman Lain-lain : 56.875 Ha

- Sempadan sungai : 20.630 Ha

- Tegal, Ladang, Huma, Empang, dll : 62.130 Ha

- Pemakaman : 0.500 Ha

- Jalur hijau (green belt) : 73.740 Ha

Sedang Kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Privat di Kota

Magelang yang sebagian besar dimiliki oleh instansi pemerintah

datanya belum tersedia, rencana Tahun 2008 akan dilakukan

pemetaan RTH milik Privat, di mana luas kawasan RTH Privat

terbesar dimiliki oleh instansi Pertahanan dan Keamanan

(AKMIL, RINDAM dan sebagainya) yang diperkirakan lebih dari

10 % dari luas wilayah Kota Magelang.

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 lxiii

Page 64: Narasi

Dari data tersebut di atas capaian kinerja Indikator Kinerja

Kunci (IKK) Rasio Ruang Terbuka Hijau (RTH) per satuan luas

wilayah ber HPL/HGB untuk Kota Magelang yaitu sebesar 16.78

% didapat dari perbandingan luas Ruang Terbuka Hijau (RTH)

Publik (252,465 ha) dengan luas wilayah Kota Magelang yang

ber HPL/HGB ( 1.504 Ha).

f. Perencanaan pembangunan

Untuk mengetahui capaian kinerja Indikator Kinerja Kunci (IKK)

urusan Perencanaan Pembangunan dapat diketahui melalui 4

(empat) indikator yaitu:

1) Tersedianya dokumen perencanaan RPJPD yang telah

ditetapkan dengan PERDA.

2) Tersedianya dokumen perencanaan RPJMD yang telah

ditetapkan dengan PERDA/PERKADA.

3) Tersedianya dokumen perencanaan RKPD yang telah

ditetapkan dengan PERKADA.

4) Penjabaran program RPJMD kedalam RKPD

Capaian kinerja untuk Indikator Kinerja Kunci (IKK) Tersedianya

dokumen perencanaan RPJPD yang telah ditetapkan dengan

PERDA di Kota Magelang Tidak Ada. RPJPD Kota Magelang saat

ini baru dalam proses penetapan, draft akhir RPJPD Kota

Magelang Tahun 2005 – 2025 sudah ada. Kelambatan

penyusunan RPJPD Kota Magelang dikarenakan RPJP Nasional

yang digunakan sebagai acuan baru ditetapkan tahun 2007

sedangkan RPJPD Propinsi jawa Tengah hingga sekarang juga

belum ditetapkan.

Capaian kinerja untuk Indikator Kinerja Kunci (IKK) Tersedianya

dokumen perencanaan RPJMD yang telah ditetapkan dengan

PERDA di Kota Magelang telah ada. Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah Kota Magelang tahun 2005-2010

telah ditetapkan melalui Peraturan Daerah Kota Magelang

Nomor 9 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Kota Magelang Tahun 2005-2010.

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 lxiv

Page 65: Narasi

Capaian kinerja untuk Indikator Kinerja Kunci (IKK) Tersedianya

dokumen perencanaan RKPD yang telah ditetapkan dengan

PERKADA di Kota Magelang telah ada. Rencana Kerja

Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Magelang tahun 2007 telah

ditetapkan melalui Peraturan Walikota Nomor 7 Tahun 2006

tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kota Magelang

Tahun 2007, RKPD Kota Magelang Tahun 2007 tersebut

merupakan penjabaran dari RPJMD Kota Magelang Tahun 2005-

2010 untuk tahun ke 2 (dua).

Capaian kinerja untuk Indikator Kinerja Kunci (IKK) Penjabaran

program RPJMD kedalam RKPD merupakan perbandingan

antara jumlah program RKPD dengan Jumlah program RPJMD. Di

mana jumlah program RKPD Kota Magelang hingga tahun 2007

sejumlah 128 program sedang jumlah program RPJMD Kota

Magelang yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kota

Magelang Nomor 9 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Kota Magelang Tahun 2005-2010 ada 168

program. Berdasarkan perbandingan tersebut dapat diketahui

capaian kinerja Indikator Kinerja Kunci (IKK) Penjabaran

program RPJMD kedalam RKPD sebesar 76.02 %

g. Perumahan

Kinerja Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan urusan

perumahan dinilai berdasarkan 3 (tiga) Indikator Kinerja Kunci

(IKK) yaitu Rumah Tangga yang menggunakan air bersih,

luasan lingkungan permukiman kumuh, dan rumah layak huni.

Untuk menilai indikator yang pertama yaitu rumah tangga yang

menggunakan air bersih didapat dengan membandingkan

antara jumlah rumah tangga pengguna air bersih dengan

jumlah seluruh rumah tangga. Dari total jumlah rumah tangga

di Kota Magelang pada tahun 2007 yaitu sebanyak 33.235

rumah tangga, 21.456 rumah tangga diantaranya merupakan

pengguna air bersih, sehingga capaian kinerja dari indikator

rumah tangga yang menggunakan air bersih di Kota Magelang

pada tahun 2007 mencapai 64,56 %. Jumlah Rumah Tangga

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 lxv

Page 66: Narasi

pengguna air bersih dimaksud adalah jumlah rumah tangga

pelanggan air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)

Kota Magelang. Sedangkan rumah tangga pengguna air bersih

selain pelanggan PDAM, yang memanfaatkan air bersih dari

sumur maupun sumber lainnya belum termasuk di dalamnya.

Apabila ditinjau dari indikator luasan lingkungan permukiman

kumuh, maka dari total luas wilayah Kota Magelang seluas

18,12 km2, lingkungan permukiman kumuh yang masih

terdapat di wilayah Kota Magelang seluas 0,0815 km2.

Berdasarkan data tersebut maka capaian kinerja dari indikator

luasan lingkungan permukiman kumuh di Kota Magelang

adalah 0,45 %. Mengingat pada dasarnya hampir seluruh

wilayah di Kota Magelang sudah tercukupi sarana prasarana

dasarnya, maka yang dimaksud dengan lingkungan

permukiman kumuh di Kota Magelang adalah lingkungan yang

mempunyai permasalahan ketidakteraturan sarana dan

prasarana dasar. Kondisi ini disebabkan tingginya kepadatan

penduduk di Kota Magelang yang mencapai 6.669 jiwa/ km2

pada tahun 2007. Hal yang dibutuhkan dalam penanganan

permasalahan ini adalah penataan permukiman.

Sedangkan apabila ditinjau dari indikator kinerja kunci yang

ketiga yaitu rumah layak huni, dari seluruh rumah di wilayah

Kota Magelang yaitu sebanyak 33.235 buah, sebagian besar

atau sebanyak 21.456 buah diantaranya merupakan rumah

layak huni. Dengan demikian capaian kinerja dari indikator

kinerja kunci rasio rumah layak huni di Kota Magelang adalah

sebesar 64,56 %.

h. Kepemudaan dan olahraga

Urusan kepemudaan dan olahraga merupakan salah satu

urusan wajib pemerintah daerah. Untuk menilai kinerja

penyelenggaraan pemerintahan urusan kepemudaan dan

olahraga digunakan 2 (dua) indikator kinerja kunci yaitu: jumlah

gelanggang/ balai remaja (selain milik swasta) dan lapangan

olahraga.

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 lxvi

Page 67: Narasi

Dengan jumlah gelanggang/ balai remaja di wilayah Kota

Magelang sebanyak 85 buah dibandingkan dengan jumlah

penduduk Kota Magelang pada tahun 2007 sebanyak 120.849

jiwa, maka capaian kinerja dari indikator jumlah gelanggang/

balai remaja per 1.000 penduduk adalah sebesar 0,7034.

Sedangkan capaian kinerja dari indikator rasio lapangan

olahraga per 1.000 penduduk di Kota Magelang diperoleh dari

jumlah lapangan olah raga di Kota Magelang yaitu sebanyak 5

buah dibandingkan dengan jumlah penduduk Kota Magelang

pada tahun 2007 sebanyak 120.849 jiwa, sehingga capaian

kinerjanya adalah 0,0414.

i. Penanaman modal

Capaian kinerja pemerintah daerah untuk urusan penanaman

modal di Kota Magelang Nihil. Hal ini terjadi karena pada Tahun

2006 dan 2007 tidak ada realisasi Penanaman Modal Dalam

Negeri (PMDN) di Kota Magelang.

j. Koperasi dan usaha kecil dan menengah

Capaian kinerja untuk urusan Koperasi dan usaha kecil dan

menengah dapat dilihat dari dua indikator kunci kinerja yaitu :

1) jumlah koperasi per jumlah koperasi

2) usaha mikro dan kecil.

Pembentukan dan pembinaan koperasi merupakan program

nasional yang harus dilaksanakan oleh setiap daerah. Tak

terkecuali Kota Magelang, pembentukan dan pembinaan

koperasi menjadi program wajib yang dilaksanakan oleh kantor

Koperasi dan UKM Kota Magelang. Jumlah keseluruhan koperasi

di Kota Magelang adalah sebanyak 196 koperasi. Adapun jenis

koperasi yang menjadi binaan Kantor Koperasi dan UKM Kota

Magelang antara lain : KPRI, Kop. Karyawan, Primkopad,

Primkopol, Koperasi serba usaha (KSU), Koperasi Pasar (Kopas),

Koperasi Simpan Pinjam (KSP), Koperasi Wanita (Kopwan),

Koperasi Pensiunan, Koperasi Mahasiswa (Kopma), Koperasi

lainnya dan Koperasi sekunder. Dari 12 jenis koperasi yang

menjadi binaan Kantor Koperasi dan UKM, koperasi serba usaha

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 lxvii

Page 68: Narasi

(KSU) yang memiliki jumlah terbesar. Kemudian diikuti dengan

koperasi karyawan, KPRI, Primkopad dan koperasi simpan

pinjam (KSP). Tetapi jika dilihat dari prosentase koperasi yang

aktif dari masing-masing jenis koperasi tersebut maka koperasi

primkopad yang memiliki prosentase terbesar kemudian diikuti

dengan KPRI, koperasi simpan pinjam, koperasi serba usaha

dan koperasi karyawan. Dengan kenyataan seperti ini,

diharapkan dalam pemberian ijin pembentukan koperasi harus

diberlakukan secara ketat, begitu pula dengan pembinaaanya

harus dilakukan secara terus menerus,sehingga semakin sedikit

koperasi yang tidak aktif.

Dari 196 koperasi yang ada di Kota Magelang, koperasi yang

aktif sebanyak 139 koperasi, sementara koperasi yang tidak

aktif adalah sebanyak 57 koperasi. Ada beberapa masalah yang

menyebabkan koperasi tersebut tidak aktif, diantaranya

adalah : karena kantornya pindah, usaha koperasi berhenti,

adanya kredit macet atau karena dulu untuk memenuhi target

nasional. Kita tahu bahwa koperasi adalah soko guru

perekonomian di Indonesia, sehingga pembentukan koperasi

merupakan program nasional. Karena tujuan koperasi yang

utama adalah mensejahterakan anggota koperasi. Dengan

demikian prosentase jumlah koperasi aktif per jumlah seluruh

koperasi di Kota Magelang capaian kinerjanya adalah sebesar

70,92%. Dengen demikian 29,08% dari jumlah koperasi di Kota

Magelang adalah tidak aktif.

Perkembangan industri di Kota Magelang berdasarkan nilai

investasinya sampai dengan Tahun 2007 adalah sebagai

berikut : Industri kecil sebanyak 1.674 dengan penyerapan

tenaga kerja sebanyak 7.103 orang. Sedangkan industri sedang

terdapat sebanyak 16 unit usaha dengan penyerapan tenaga

kerja sebanyak 1.348 orang. Hal ini menunjukan bahwa indistri

kecil mempunyai potensi untuk bisa dikembangkan. Kenyataan

juga menunjukkan bahwa di saat terjadi krisis ekonomi, usaha-

usaha industri kecil maupun sedang lebih mampu bertahan bila

dibandingkan dengan industri yang berskala besar.

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 lxviii

Page 69: Narasi

Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Kota Magelang, jumlah usaha mikro dan kecil di Kota Magelang

adalah sebanyak 1.620 usaha. Sedangkan jumlah seluruh UKM

adalah 2.159 usaha. Dengan demikian nilai capaian kinerja dari

prosentase usaha mikro dan kecil di Kota Magelang adalah

sebesar 75%.

k. Kependudukan dan catatan sipil

Urusan Kependudukan dan Catatan Sipil tingkat capaian kinerja

penyelenggaraan pemerintahannya dinilai dari 3 (tiga) Indikator

Kinerja Kunci (IKK) yaitu kepemilikan Kartu Tanda Penduduk

(KTP), kepemilikan akte kelahiran per 1000 penduduk dan

penerapan KTP Nasional. Indikator Prosentase Kepemilikan KTP

dilihat dari Jumlah Penduduk Kota Magelang yang memiliki KTP

yaitu sebanyak 96.330 orang sedangkan Jumlah penduduk

wajib KTP (>17 dan atau pernah/sudah menikah) sebanyak

127.784 orang, sehingga capaian kinerjanya adalah 75,39%.

Adapun capaian kinerja untuk indikator kepemilikan akte

kelahiran per 1000 orang dilihat dari jumlah penduduk yang

memiliki akte kelahiran sebanyak 69.138 orang dibagi dengan

jumlah penduduk Kota Magelang sebanyak 127.784 orang,

sehingga capaian kinerja untuk indikator ini adalah 540,105.

Indikator selanjutnya yaitu penerapan KTP Nasional berbasis

Nomor Induk Kependudukan (NIK) pada Tahun 2007 ini sudah

dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Magelang, bahkan hal ini

sudah diimplementasikan sejak Tahun 2005.

l. Ketenagakerjaan

Capaian kinerja untuk urusan Ketenagakerjaan dapat dilihat

dari dua indikator kunci kinerja yaitu :

1) Tingkat partisipasi angkatan kerja

2) Pencari kerja yang ditempatkan.

Ketersediaan tenaga kerja dan kualitas tenaga kerja yang

dimiliki oleh suatu daerah merupakan syarat yang diperlukan

oleh suatu daerah untuk berkembang. Dilihat dari tingkat

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 lxix

Page 70: Narasi

partisipasi angkatan kerja yang merupakan perbandingan

antara jumlah penduduk angkatan kerja dengan jumlah

penduduk usia produktif, maka nilai capaian kinerja dari tingkat

partisipasi angkatan kerja di Kota Magelang adalah sebesar

60,61%. Data diambil dari data Sakernas tahun 2007.

Jumlah pekerja yang ditempatkan/yang telah mendapatkan

pekerjaan sampai dengan tahun 2007 adalah sebanyak 751

orang dari jumlah pekerja yang mendaftar yaitu sebesar 3.426

orang. Dengan demikian nilai capaian kinerja dari prosentase

pekerja yang telah ditempatkan/mendapatkan pekerjaan

adalah sebanyak 21,92%. Hal ini berarti bahwa ada sebanyak

78,08% pekerja yang belum ditempatkan (pencari kerja). Hal ini

menjadi tantangan bagi pemerintah untuk menyiapkan

lapangan kerja bagi 78,08% pekerja yang belum ditempatkan,

sehingga bisa menekan angka pengangguran.

Berdasarkan data laporan tahunan profil ketenagakerjaan dan

ketransmigrasian dari Disnakertrans Kota Magelang diperoleh

data bahwa menurut tingkat pendidikan, pencari kerja yang

banyak diminati oleh dunia usaha adalah lulusan SLTA yaitu

sebanyak 588 orang. Sedangkan lulusan SLTP adalah sebanyak

64 orang dan lulusan D3 sebanyak 46 orang. Sementara

pencari kerja yang ditempatkan dari pekerja yang berlatar

belakang pendidikan sarjana hanya sebanyak 44 orang. Jika

dilihat dari jumlah pekerja yang mendaftar menurut tingkat

pendidikan, pencari kerja yang berlatar belakang sarjana relatif

banyak yaitu sebesar 1.193 orang. Sedangkan dari lulusan

SLTA (SMU sebanyak 999 orang,SMK sebanyak 878 orang)

sebanyak 1.877 orang.

m. Ketahanan pangan

Undang-Undang Pangan No.7 Tahun 1996 memberikan definisi

ketahanan pangan sebagai kondisi terpenuhinya kebutuhan

pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya

pangan secara cukup, baik dari jumlah maupun mutunya,

aman, merata dan terjangkau. Penilaian aspek tingkat capaian

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 lxx

Page 71: Narasi

kinerja dari penyelenggaraan urusan ketahanan pangan diukur

dengan 2 (dua) indikator kinerja kunci yaitu: regulasi ketahanan

pangan dan ketersediaan pangan utama.

Indikator regulasi pangan terkait dengan kebijakan pemerintah

untuk menjaga keberadaan dan ketahanan pangan sebagai

kebutuhan dasar manusia. Pangan menyangkut harkat hidup

orang banyak dan menjadi tanggung jawab pemerintah, oleh

karena itu pemerintah mulai tahun 1979 telah

mengembangkan sistem Ketahanan Pangan dan Gizi.

Mengingat peran strategis ketahanan pangan, maka

Pemerintah Kota Magelang telah menindak lanjuti kebijakan

pemerintah di bidang ketahanan pangan dengan mengeluarkan

3 (tiga) Surat keputusan Walikota sebagai dasar operasional

yaitu:

o Surat Keputusan Walikota Magelang Nomor 444/27/02/31

tahun 2001 tentang Pembentukan Tim Teknis Kewaspadaan

Pangan dan Gizi Kota Magelang

o Surat Keputusan Walikota Magelang Nomor 521/32/02 tahun

2001 tentang Pembentukan Dewan Bimbingan Massal

Ketahanan Pangan

o Surat keputusan Walikota magelang Nomor 521.1/19.b/112

Tahun 2007 tentang Pembentukan Tim Pelaksana Gerakan

Program Peningkatan Beras Nasional.

Ketersediaan pangan utama merupakan indikator kedua yang

digunakan untuk mengukur capaian kinerja urusan ketahanan

pangan yang diperoleh dengan membagi rata-rata jumlah

ketersediaan pangan utama per tahun dengan jumlah

penduduk dikalikan 1.000. Rata-rata jumlah ketersediaan

pangan dihitung berdasarkan stok pangan (beras) di

masyarakat dan pemerintah. Stok yang berada di masyarakat

terdistribusi atas stok di pedagang, stok di penggilingan, dan

stok di rumah tangga konsumen. Sedangkan stok pemerintah

didapat dari stok yang berada di Bulog atau Dolog, dimana

untuk Kota Magelang merupakan stok yang berada di Sub

Dolog. Dari perhitungan, didapat total jumlah stok beras yang

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 lxxi

Page 72: Narasi

berada di masyarakat dan pemerintah adalah sebesar

28.732.038 kg, yang juga merupakan rata-rata jumlah

ketersediaan pangan utama per tahun. Dengan jumlah

penduduk Kota Magelang pada tahun 2007 sebanyak 120.849

jiwa, maka capaian kinerja dari ketersediaan pangan utama

adalah sebesar 237.752 kg.

n. Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak

Indikator Kinerja Kunci (IKK) untuk urusan Pemberdayaan

perempuan dan perlindungan anak ada 3 yaitu :

1) Partisipasi perempuan di lembaga pemerintah

2) Angka melek huruf perempuan usia 15 tahun keatas

3) Partisipasi angkatan kerja perempuan

Berdasarkan hasil Susenas 2007 yang dilaksanakan oleh BPS, di

Kota Magelang, terdapat 26.340 orang pekerja perempuan. Dari

jumlah itu diperkirakan 8.280 orang bekerja di lembaga

pemerintahan (dalam hal ini termasuk dalam sektor jasa,

karena meliputi jasa pendidikan, kesehatan, administrasi

pemerintahan, keuangan dan jasa lainnya). Dengan demikian

nilai capaian kinerja untuk partisipasi perempuan di lembaga

pemerintah hanya sebesar 31,43%. Pada saat itu jumlah

angkatan kerja perempuan di Kota Magelang hanya 25.829

orang sedangkan total angkatan kerja di Kota Magelang

sebesar 63.525 orang sehingga partisipasi angkatan kerja

perempuan hanya sebesar 40,65%.

Masalah pendidikan dasar juga penting dalam pemberdayaan

perempuan, pada tahun 2007, dari sejumlah 49.269 anak

perempuan usia lebih dari 15 tahun, hanya 46.847 orang saja

yang sudah mempunyai kemampuan baca tulis (data Sakernas

2007), sehingga nilai Angka melek huruf perempuan usia 15

tahun keatas sebesar 95,08%.

o. Keluarga berencana dan keluarga sejahtera

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 lxxii

Page 73: Narasi

Indikator Kinerja Kunci (IKK) untuk urusan Keluarga berencana

dan keluarga sejahtera ada 5 yaitu :

1) Prevalensi peserta KB aktif

2) Persentase Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera

I

Di Kota Magelang, pada tahun 2007 terdapat 18.345 pasangan

usia subur, tetapi yang menjadi peserta program KB aktif hanya

14.003 orang saja sehingga nilai capaian kinerja untuk Tingkat

prevalensi peserta KB aktif adalah 76,33%.

Di Kota Magelang, pada tahun 2007 ternyata masih ditemukan

7.756 Keluarga Pra Sejahtera dan Sejahtera I, sedangkan

jumlah seluruh Keluarga di Kota Magelang ada 31.831,

sehingga nilai capaian kinerja untuk Persentase Keluarga Pra

Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I sebesar 24,37%.

p. Perhubungan

Indikator Kinerja Kunci untuk urusan perhubungan hanya

membandingkan jumlah angkutan darat dibandingkan dengan

jumlah penumpang angkutan darat. Pendekatan yang

dilakukan dalam perhitungan jumlah angkutan darat disini

adalah jumlah Angkutan Perkotaan (Angkota) di Kota

Magelang, dimana sampai saat ini jumlahnya ada 335 buah

(Angkota jalur 1 sampai jalur 12). Kapasitas tempat duduk

setiap Angkota berkisar antara 11 sampai 12 tempat duduk.

Satu buah Angkota rata-rata melakukan perputaran dalam

rutenya (rit) sehari maximal 10 kali putaran, sehingga

akumulasi perhitungan total jumlah kapasitas tempat duduk

adalah sebanyak 40.381 per hari.

Berdasarkan hasil Survey Load Factor yang dilaksanakan oleh

Dinas Perhubungan Kota Magelang pada tahun 2007 diperoleh

jumlah penumpang khusus Angkota rata-rata 15.120 per hari.

Jumlah penumpang ini lebih sedikit dibanding jumlah kapasitas

tempat duduk yang ada/disediakan sebab ada beberapa faktor

yang mempengaruhi kondisi tersebut misalnya makin banyak

orang yang memilih/menggunakan moda angkutan pribadi

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 lxxiii

Page 74: Narasi

(baik roda dua maupun roda empat) sehingga mempengaruhi

jumlah penumpang angkutan umum. Dengan demikian nilai

capaian kinerja untuk Jumlah angkutan darat dibandingkan

dengan jumlah penumpang sangat besar yaitu 270%.

q. Komunikasi dan informatika

Untuk Urusan Komunikasi dan Informasi terdapat dua Indikator

Kinerja Kunci (IKK) yaitu Web site milik pemerintah daerah dan

Jumlah Pameran/Expo per tahun. Sejak Tahun 2006 Pemerintah

daerah Kota Magelang sudah memiliki web site, yaitu

www.magelangkota.go.id. Adapun pameran/expo yang

diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Magelang selama tahun

2007 ada hanya 5 (lima) pameran yaitu :

1) “Pameran Investasi” yang diselenggarakan oleh Dinas

Pelayanan Terpadu dan Penanaman Modal (DPTPM) Kota

Magelang

2) “Pameran Promosi Pariwisata Nusantara di Dalam dan

Diluar Negeri” yang diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata

Kota Magelang.

3) “Pameran dan Bursa Buku” yang diselenggarakan oleh

Dinas Pendidikan Kota Magelang

4) “Grand Event Desa Buku” yang diselenggarakan oleh Dinas

Pendidikan Kota Magelang

5) “Pameran (Kreativitas dan inovasi) / KRENOVA” yang

diselenggarakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan

Kota Magelang.

r. Pertanahan

Urusan pertanahan di Kota Magelang dilaksanakan dengan

selalu berkoordinasi dengan Badan Pertanahan Nasional (BPN)

Kota Magelang. Capaian Kinerja untuk urusan pemerintahan

dilihat dari 3 (tiga) Indikator Kinerja Kunci (IKK) yaitu luas lahan

bersertifikat, penyelesaian kasus tanah negara dan

penyelesaian ijin lokasi. Luas wilayah Kota Magelang adalah

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 lxxiv

Page 75: Narasi

18.120.000 m2, sedangkan luas lahan yang bersertifikat di Kota

Magelang adalah 15.043.200 m2, sehingga capaian kinerja

untuk indikator ini adalah sebesar 83,02 %.

Pada Tahun 2007 di Kota Magelang tidak terdapat kasus yang

berkaitan dengan tanah negara, sehingga capaian kinerja untuk

indikator kedua yaitu prosentase penyelesaian jumlah kasus

tanah negara yang terjadi di Kota Magelang adalah Nihil.

Indikator ketiga yaitu penyelesaian ijin lokasi di Kota Magelang

capaian kinerjanya Nihil, karena tidak adanya permohonan ijin

lokasi selama Tahun 2007. Adapun permohonan yang ada pada

Tahun 2007 di Kota Magelang adalah Permohonan Penetapan

Lokasi, dimana Jumlah permohonan penetapan lokasi selama

Tahun 2007 sebanyak 4 buah permohonan yaitu Perumahan

Kejaksaan Negeri, Kantor Pengadilan Agama, Pasar Gotong

Royong serta Perpanjangan penetapan lokasi untuk GOR

Samapta. Dari keempat permohonan tersebut, Ijin penetapan

lokasi yang dikeluarkan oleh BPN sebanyak 3 buah, dimana

permohonan perpanjangan penetapan lokasi untuk GOR

Samapta belum selesai. Capaian kinerja untuk indikator ini

yang diasumsikan sebagai prosentase penyelesaian penetapan

lokasi adalah sebesar 75%.

s. Kesatuan bangsa dan politik

Urusan Kesatuan Bangsa dan Politik dapat dilihat dari 2 (dua)

indikator Kinerja Kunci (IKK) yaitu kegiatan pembinaan politik

daerah dan kegiatan pembinaan terhadap LSM, Ormas dan

OKP. Pemerintah Kota Magelang melalui Kantor Kesbang dan

Linmas selama Tahun 2007 melaksanakan 4 (empat) kegiatan

pembinaan politik daerah yaitu :

Penyuluhan Politik kepada masyarakat

Fasilitasi penyelesaian perselisihan partai politik

Koordinasi forum-forum diskusi politik

Penyusunan data base politik

Adapun Capaian Kinerja untuk kegiatan pembinaan terhadap

LSM, Ormas dan OKP yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 lxxv

Page 76: Narasi

Magelang selama Tahun 2007 sebanyak 4 (empat) kegiatan

yaitu :

Fasilitasi pencapaian halaqoh dan berbagai forum

keagamaan lainnya dalam upaya peningkatan wawasan

kebangsaan

Seminar, talk show dan diskusi peningkatan wawasan

kebangsaan

Pentas seni dan budaya festival, lomba cipta dalam upaya

peningkatan wawasan kebangsaan

Penyuluhan pencegahan peredaran dan penggunaan

minuman keras dan narkoba

t. Otonomi daerah

Urusan otonomi daerah diukur melalui 2 (dua) Indikator Kinerja

Kunci yaitu Sistem Informasi Manajemen (SIM) Pemda dan

Indeks Kepuasan Layanan Masyarakat. Sistem Informasi

Manajemen yang dibuat dan diimplementasikan oleh

Pemerintah Kota Magelang melalui berbagai SKPD pada Tahun

2007 berjumlah 19 (sembilan belas) SIM sebagaimana dapat

dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 1. 20Tabel SIM yang ada di Kota Magelang

NO NAMA SIM NO NAMA SIM1 SIM Kearsipan 11 SIM Rumah Sakit Umum2 SIM Gaji 12 SIM Askes 3 SIM Barang Daerah (Asset) 13 SI Akt Dinas (SIADINA)4 SIM KUA dan PPAS 14 Software Program Buku Induk

Sekolah5 SIM Anggaran (RKA dan DPA) 15 SIM Terpadu Dinas Pendidikan6 SIM RKPD 16 Software SIG Pendidikan7 SIM Renja 17 Software Perpustakaan8 SIM Keluarga Miskin (Gakin) 18 Software Sistem Inf Akuntansi9 SIM Kependudukan 19 Software PSB online SMP

10 SIM Kepegawaian

Terkait dengan Indikator yang kedua yaitu ada atau tidaknya

survey Kepuasan Layanan Masyarakat, Pemerintah Kota

Magelang melalui Bagian Organisasi Setda Kota Magelang pada

Tahun 2007 telah melaksanakan survey IKM, bahkan survey

tersebut telah mulai dilaksanakan oleh Pemerintah Kota

Magelang Tahun 2005. Survey tersebut dilaksanakan

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 lxxvi

Page 77: Narasi

berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur

Negara (PAN) Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman

Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit

Pelayanan Instansi Pemerintah. Survey yang dilaksanakan

meliputi 14 (empat belas) unsur pelayanan yang ada

dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Magelang. Adapun pada

Tahun 2007 Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) terhadap

pelayanan Pemerintah termasuk dalam kategori BAIK.

u. Pemberdayaan masyarakat dan desa

Untuk urusan Pemberdayaan masyarakat dan desa terdapat

dua Indikator Kinerja Kunci (IKK) yaitu Jumlah PKK aktif dan

Posyandu aktif. Pada tahun 2007 terdapat 2.864 PKK di Kota

Magelang, yang aktif hanya sebesar 2.834 saja sehingga nilai

capaian kinerja untuk Jumlah PKK Aktif sebesar 98,95%. Adapun

jumlah Posyandu yang ada di Kota Magelang 188 buah dan

semuanya aktif sehingga nilai capaian kinerja untuk Posyandu

Aktif sebesar 100%.

v. Sosial

Untuk urusan sosial terdapat dua Indikator Kinerja Kunci (IKK)

yaitu :

1) Sarana Sosial seperti panti asuhan, panti jompo dan panti

rehabilitasi

2) Penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial

3) PMKS yang memperoleh bantuan sosial

Di Kota Magelang jumlah sarana sosial seperti panti asuhan,

panti jompo dan panti rehabilitasi adalah sebanyak 9 buah.

Dari data penyandang masalah kesejaheraan sosial (PMKS)

Kota Magelang tedapat 8.460 orang PMKS yang ada. Sementara

jumlah PMKS yang tertangani adalah sebanyak 1.202 orang.

Dengan demikian nilai capaian kinerja dari prosentase

penanganan penyandang masalah kesejateraan sosial di Kota

Magelang adalah sebanyak 14,20%. Hal ini berarti ada

sebanyak 85,80% orang PMKS yang belum ditangani.

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007lxxvii

Page 78: Narasi

Jumlah PMKS yang mendapatkan bantuan sosial adalah

sebanyak 325 orang. Sementara jumlah PMKS yang seharusnya

mendapatkan bantuan sosial adalah sebanyak 940 orang.

Dengan demikian nilai capaian kinerja dari prosentase PMKS

yang memperoleh bantuan adalah sebesar 34,57%. Hal ini

menunjukkan bahwa sebanyak 65,43% PMKS tidak memperoleh

bantuan sosial.

w. Budaya

Untuk mengetahui capaian kinerja Indikator Kinerja Kunci (IKK)

urusan budaya 3 (tiga) indikator yaitu:

1) Penyelenggaraan festifal seni dan budaya.

2) Sarana penyelenggaraan seni dan budaya.

3) Benda, situs dan kawasan cagar budaya yang dilestarikan.

Banyaknya penyelenggaraan festifal seni budaya yang

dilaksanakan pada tahun 2007 sebanyak 7 (tujuh) kegiatan,

antara lain :

Pentas Kuntulan di Taman Mini Indonesia Indah

Mengisi Anjungan Taman Maerokoco Semarang

Pentas Jatilan mengikuti PRPP dalam rangka Hari Jadi

Provinsi Jawa Tengah

Pentas Wayang Kulit Hari Jadi Kota Magelang di Meteseh

dan di Aloon-Aloon Kota Magelang.

Pentas Wayang Kulit dalam rangka peringatan hari

Kemerdekaan RI

Kegiatan Seni di masing-masing kelurahan di Aloon-Aloon

berupa jatilan, rebana, kobro siswo dan seni kuntulan.

Kirab Pusaka di Kelurahan Tidar yang dilaksanakan dalam

rangka ulang tahun padepokan yang ada diwilayah

kelurahan Tidar.

Berkaitan indikator kedua yaitu jumlah sarana

penyelenggaraan seni dan budaya, di Kota Magelang terdapat

2 (dua) sarana yaitu :

Perangkat Gamelan dan Wayangan di Pemerintah kota

Magelang.

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007lxxviii

Page 79: Narasi

Panggung Pentas di Aloon-aloon Kota Magelang.

Untuk indikator ketiga yaitu benda, situs dan kawasan cagar

budaya yang dilestarikan terdapat 36 (tiga puluh enam) jenis

dengan klasifikasi mempunyai nilai sejarah dan umur 50 (lima

puluh) tahun.

x. Statistik

Untuk mengetahui capaian kinerja Indikator Kinerja Kunci (IKK)

urusan satatistik ada 2 (dua) indikator yaitu:

1) Adanya buku “Kota dalam Angka”

2) Adanya buku “PDRB Kota”

Kebutuhan data statistik menjadi sangat mutlak dibutuhkan

dalam pembangunan. Kegiatan pengumpulan data pokok dari

berbagai dinas/instansi /badan/perusahaan/yayasan dan

sebagainya hasil kompilasi yang menjadi tugas wajib Badan

Pusat Statistik (BPS), diwujudkan dalam bentuk publikasi

daerah dalam angka (DDA). Muatan dalam publiaksi tersebut

mencakup Keadaan Geografis; Pemerintahan; Penduduk; Sosial;

Pertanian; Industri, Listrik dan Air Minum; Pos, Telekomunikasi

dan Pariwisata serta Keuangan dan Harga. Publikasi DDA di

Kota Magelang sudah dilakukan sebelum diberlakukannya

Otonomi Daerah, pad tahun 2007 ini sudah menggunakan dua

bahasa (Indonesia dan Inggris).

Sementara itu, penghitungan dan analisis produk domestik

regional bruto (PDRB) dipublikasikan secara kerja sama antara

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPEDA) dan BPS

Kota Magelang. PDRB sebagai salah satu tolok ukur

keberhasilan pembangunan dalam bidang ekonomi, juga

digunakan dalam perumusan penghitungan Dana Alokasi

Umum (DAU). Publikasi PDRB Kota Magelang tahun 2007 dalam

bentuk analisis yang mencakup Pendahuluan yang berisi latar

belakang, konsep definisi, tujuan dan manfaat, penggunaan

tahun dasar dan metode penghitungan; PDRB Kota Magelang

Tahun 2007 yang memuat PDRB menurut lapangan usaha,

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 lxxix

Page 80: Narasi

kelompok sektor dan penggunaan; Ulasan Ekonomi Kota

Magelang Tahun 2007, menyajikan struktur dan pertumbuhan

ekonomi dari kelompok sektor, sektoral dan penggunaan serta

dilengkapi dengan perbandingan dengan daerah sekitar dan

wilayah Kota lainnya; PDRB Per Kecamatan; dan Penutup yang

berisi kesimpulan dan rekomendasi yang mungkin dapat

dilakukan untuk pembangunan perekonomian di Kota Magelang

di masa yang akan datang.

y. Kearsipan

Untuk mengetahui capaian kinerja Indikator Kinerja Kunci (IKK)

urusan kearsipan ada 2 (dua) indikator yaitu:

1) Penerapan Pengelolaan arsip secara baku

2) Kegiatan peningkatan SDM Pengelolaan Kearsipan

Dari 29 SKPD yang terdapat di Pemerintah Kota Magelang,

kesemuanya telah menerapkan kearsipan secara baku (100%).

Sepanjang tahun 2007 juga telah dilakukan 2 kali pembinaan

pada petugas pengelola pengarsipan.

z. Perpustakaan

Untuk mengetahui capaian kinerja Indikator Kinerja Kunci (IKK)

urusan kearsipan ada 2 (dua) indikator yaitu:

1) Koleksi buku yang tersedia di perpustakaan daerah

2) Pengunjung Perpustakaan

Pada perpustakaan daerah Kota Magelang, terdapat 24.775

eksemplar buku yang terdiri dari 18.566 judul, yang bisa dibaca

atau dipinjam oleh 10.743 anggota yang tercatat pada tahun

2007, dengan capaian kinerja sebesar 43,40%. Tercatat pula

39.122 kunjungan anggota, yang berarti rata-rata tiap anggota

dalam setahun datang ke perpustakaan sekitar 3 kali. Dengan

demikian nilai capaian kinerja untuk Pengunjung Perpustakaan

adalah 364,16%

2. Urusan Pilihan

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 lxxx

Page 81: Narasi

a. Kelautan dan perikanan

Capaian kinerja dari penyelenggaraan urusan pilihan kelautan

dan perikanan dinilai berdasarkan 2 (dua) indikator yaitu

jumlah produksi perikanan, dan konsumsi ikan. Mengingat Kota

Magelang tidak memiliki laut, maka perikanan yang

dilaksanakan adalah perikanan darat.

Dari target produksi ikan Kota Magelang pada tahun 2007

sebesar 61.241 ton telah tercapai jumlah produksi ikan sebesar

57.683 ton, dengan demikian capaian kinerja untuk indikator

produksi perikanan Kota Magelang pada tahun 2007 mencapai

94,19%.

Sedangkan dilihat dari indikator konsumsi ikan, jumlah

konsumsi ikan di Kota Magelang pada tahun 2007 mencapai

1.391.362 kg dari target sebesar 3.145.688 kg, sehingga

capaian kinerja dari indikator konsumsi ikan penduduk Kota

Magelang pada tahun 2007 adalah 44,23%.

b. Pertanian

Sesuai dengan karakteristik Kota Magelang yang merupakan

kawasan perkotaan, peruntukan lahannya didominasi

pekarangan/ lahan untuk bangunan dan halaman sebesar

73,09%. Sedangkan luas areal sawah di Kota Magelang yang

merupakan sawah dengan pengairan teknis hanya seluas

213,09 Ha atau 11,76 dari luas wilayah. Untuk mengukur

kinerja dari urusan pertanian digunakan 2 (dua) indikator

kinerja kunci yaitu produktivitas padi atau bahan pangan utama

lokal lainnya per hektar dan kontribusi sektor pertanian

terhadap PDRB.

Produksi tanaman padi yang merupakan bahan pangan utama

di Kota Magelang pada tahun 2007 adalah sebesar 2.731 ton

dengan luas areal tanaman padi seluas 502 Ha. Dengan

demikian capaian kinerja dari indikator produktivitas padi per

hektar di Kota Magelang pada tahun 2007 adalah 5,44 ton/Ha.

Besarnya PDRB sektor pertanian atas dasar harga berlaku Kota

Magelang pada tahun 2007 adalah 52.671.370, sedangkan total

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 lxxxi

Page 82: Narasi

PDRB atas dasar harga berlaku Kota Magelang pada tahun 2007

adalah sebesar 1.478.242.770. Berdasarkan data tersebut,

maka capaian kinerja dari indikator kontribusi sektor pertanian

terhadap PDRB Kota Magelang adalah sebesar 3,58%.

c. Kehutanan

Hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan

lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi

pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu

dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Total luas hutan di Kota

Magelang adalah seluas 99,560 Ha, didominasi oleh hutan kota

yang berada di kawasan Gunung Tidar dengan luas 70,1674 Ha,

sedangkan sisanya berupa hutan rakyat. Untuk menilai capaian

kinerja penyelenggaraan urusan kehutanan diukur dengan

indikator rehabilitasi hutan dan lahan kritis serta indikator

kerusakan kawasan hutan.

Di wilayah Kota Magelang tidak terdapat lahan kritis. Hutan

kota yang berada di kawasan Gunung Tidar kondisinya terjaga

dengan baik demikian pula dengan hutan-hutan lainnya yang

berupa hutan rakyat, sehingga capaian kinerja dari indikator

rehabilitasi hutan dan lahan kritis di Kota Magelang adalah

Nihil. Kegiatan yang dilaksanakan di Kota Magelang adalah

penghijauan pada lahan-lahan dan pekarangan penduduk.

Demikian pula ditinjau dari indikator kerusakan hutan,

mengingat tidak adanya kawasan hutan di Kota Magelang yang

mengalami kerusakan, maka capaian kinerja dari indikator

kerusakan kawasan hutan adalah Nihil.

d. Energi dan sumber daya mineral

Untuk mengetahui capaian kinerja Indikator Kinerja Kunci (IKK)

urusan Energi dan SDM dapat diketahui melalui 2 (dua)

indikator yaitu:

1) Pertambangan tanpa ijin/Liar.

2) Kontribusi sektor pertambangan terhadap PDRB

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007lxxxii

Page 83: Narasi

Dari 2 (dua) indikator tersebut di atas capaian kinerja Indikator

(IKK) urusan Energi dan SDM untuk Kota Magelang Nihil,

dikarenakan Kota Magelang tidak mempunyai kegiatan

pertambangan dan juga tidak ada konstribusi sektor

pertambangan untuk PDRB Kota Magelang.

e. Pariwisata

Untuk mengetahui capaian kinerja Indikator Kinerja Kunci (IKK)

urusan Pariwisata dapat diketahui melalui 2 (dua) indikator

yaitu:

1) Jumlah kunjungan wisata.

2) Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB

Pada tahun 2007 tercatat ada 4.850.810 wisatawan yang

mengunjungi Kota Magelang. Mereka menuju ke obyek-obyek

wisata seperti Taman Kyai Langgeng, museum-museum,

taman-taman terbuka, serta pusat pertokoan di Jalan Pemuda.

Walaupun menjadi salah satu unggulan Kota Magelang, sektor

pariwisata dari bidang Hiburan dan Rekreasi tidak dapat

menyumbang PDRB yang cukup besar (0,31%). Akan tetapi,

sektor pendukung pariwisata menyumbang kontribusi yang

cukup besar bagi PDRB Kota Magelang.

f. Industri

Untuk mengetahui capaian kinerja Indikator Kinerja Kunci (IKK)

urusan Industri dapat diketahui melalui 2 (dua) indikator yaitu:

1) Kontribusi sektor industri terhadap PDRB

2) Pertumbuhan Industri

Dilihat dari kontribusi sektor industri terhadap PDRB,

sumbangan sektor industri relatif kecil, sehingga capaian

kinerja kontribusi sektor industri terhadap PDRB hanya sebesar

3.35%. Sektor industri di Kota Magelang termasuk sektor yang

emerging (artinya memeliki potensi utuk dapat tumbuh),

karena memiliki daya saing (competitive advantage) yang

tinggi tetapi bukan merupakan sektor basis. Konsentrasi yang

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007lxxxiii

Page 84: Narasi

rendah dari sektor industri harus ditangkap oleh Pemerintah

Kota Magelang sebagai kelemahan (weakness) yang perlu

diketahui dan diantisipasi. Mengingat keterbatasan sumber

daya alam dan luas wilayah yang relatif kecil di Kota Magelang,

maka pembangunan industri diarahkan pada pemberdayaan

usaha mikro, kecil dan menengah tanpa menutup kemungkinan

adanya pengembangan industri besar yang berwawasan

kerakyatan.

Sektor industri memiliki potensi untuk tumbuh jika dilihat dari

produktifitasnya. Produktivias sektor industri merupakan hasil

pembagian antara output sektor industri dengan total tenaga

kerja di sektor industri, dimana output sektor industri

merupakan hasil penjumlahan antara nilai tambah di sektor

industri dengan biaya antara (biaya yang digunakan selama

proses produksi). Jika dilihat dari produktifitas sektor industri,

sektor ini memiliki nilai capaian kinerja produktivitas sektor

industri sebesar 7.96 (JutaRp) /orang. Artinya kemampuan 1

orang tenaga kerja di sektor industri bisa menghasilkan output

sektor industri sebesar 7.96 (JutaRp).

g. Perdagangan

Untuk mengetahui capaian kinerja Indikator Kinerja Kunci (IKK)

urusan Perdagangan dapat diketahui melalui 2 (dua) indikator

yaitu:

1) Kontribusi sektor perdagangan terhadap PDRB

2) Eksport bersih perdagangan

Peran sektor perdagangan di Kota Magelang menurut PDRB

Tahun 2007 menempati urutan keempat setelah : sektor jasa,

bangunan, pengangkutan dan komunikasi. Dengan demikian

nilai capaian kinerja dari Kontribusi sektor perdagangan

terhadap PDRB di Kota Magelang adalah sebesar 5,56%.

Berdasarkan data yang tercatat dari Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Kota Magelang, tidak ada importir di Kota

Magelang. Dengan demikian ekspor bersih perdagangan adalah

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007lxxxiv

Page 85: Narasi

sebesar nilai ekspor yaitu Rp 36.008.089.734 (asumsi 1 U$ =

Rp 9.300,-).

h. Ketransmigrasian

Untuk mengetahui capaian kinerja Indikator Kinerja Kunci (IKK)

urusan Ketransmigrasian dapat diketahui melalui indikator

Transmigran Swakarsa.

Pada tahun 2007 Pemerintah Kota Magelang telah mengirimkan

10 transmigran (10KK) ke lokasi pemukiman transmigrasi Pulau

Malan, Kabupaten Katingan Provinsi Kalimantan tengah. Usaha

yang nantinya dikembangakan oleh kesepuluh transmigran

yang dikirim antara lain: bertani, berdagang, beternak dan

kerajinan anyaman. Berdasarkan data dari Dinas Tenaga kerja

dan Transmigrasi Kota Magelang, tidak ada transmigran

swakarsa. Transmigrasi swakarsa adalah transmigrasi yang

dilakukan atas inisiatif sendiri dari sekelompok orang dengan

biaya sendiri. Dengan demikian capaian kinerja untuk jumlah

transmigran swakarsa terhadap jumlah transmigran di Kota

Magelang adalah 0%.

Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007lxxxv