Narasi
-
Upload
ichsanalquluby -
Category
Documents
-
view
40 -
download
5
description
Transcript of Narasi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT sehingga
Penyusunan Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
(LPPD) Kota Magelang Tahun 2007 ini dapat diselesaikan dengan baik.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, daerah otonom berhak, berwenang, dan
sekaligus berkewajiban mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan
Pemerintah, dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, menyediakan pelayanan umum, dan meningkatkan daya
saing daerah sesuai potensi, kekhasan, dan unggulan daerah yang
dikelola secara demokratis, transparan dan akuntabel.
Pemerintah juga berkewajiban mengevaluasi kinerja pemerintahan
daerah dengan evaluasi penyelenggaraan pemerintahan yang bertujuan
untuk menilai kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam
upaya peningkatan kinerja untuk mendukung pancapaian tujuan
penyelenggaraan otonomi daerah berdasarkan prinsip kepemerintahan
yang baik.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2008 tentang
Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, khususnya
pasal 60 yang menyebutkan bahwa EKPPD dilaksanakan mulai tahun
2008 terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah tahun 2007.
Evaluasi Kemampuan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (EKPPD)
tersebut dilakukan dengan cara menilai kinerja tingkat pengambilan
keputusan, yaitu Kepala Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat daerah
(DPRD), dan tingkat pelaksanaan kebijakan daerah yaitu Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD). Adapun sumber informasi utama EKPPD
adalah Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) yang
disampaikan Kepala Daerah kepada Pemerintah.
Pemerintah Kota Magelang telah melaksanakan penyusunan LPPD
Kota Magelang Tahun 2007 berdasar Peraturan Pemerintah Nomor 3
Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 i
Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat dan
telah dikirim kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur. Namun
demikian LPPD yang telah disusun berdasar PP Nomor 3 tahun 2007
tersebut belum menggunakan indikator kinerja kunci sebagai akibat
belum adanya indikator kinerja kunci yang ditetapkan oleh Tim Nasional.
Dengan adanya evaluasi kemampuan penyelenggaraan
pemerintahan daerah yang menilai kinerja dengan menggunakan
indikator kinerja kunci, yaitu pada tataran pengambil kebijakan dengan
13 (tiga belas) aspek serta tataran pelaksana kebijakan dengan 8
(delapan) aspek bersifat umum/generik dan 1 (satu) aspek tingkat
capaian kinerja urusan wajib, maka Pemerintah Kota Magelang
menyusun Suplemen LPPD Kota Magelang tahun 2007 ini sebagai data
tambahan dalam rangka penilaian dengan berdasar pada Petunjuk
Teknis Pengisian Suplemen LPPD tahun 2007 dalam rangka EKPPD yang
diterbitkan oleh Departemen Dalam Negeri melalui Surat Direktur
Jenderal Otonomi Daerah kepada Gubernur dan Bupati/Walikota se
Indonesia Nomor 120/1875/OTDA tanggal 5 September 2008.
Dalam penyusunan Suplemen LPPD ini Pemerintah Kota Magelang
menggunakan sumber data dari seluruh SKPD maupun instansi terkait di
Lingkungan Pemerintah Kota Magelang.
Demikian semoga Suplemen LPPD Kota Magelang tahun 2007 ini
dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi terhadap kinerja Pemerintah
Kota Magelang, dan hasil evaluasi nantinya dapat bermanfaat bagi
peningkatan kinerja penyelenggaraan pemerintahan di Kota Magelang.
WALIKOTA MAGELANG
H. FAHRIYANTO
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 ii
A. Indikator Kinerja Kunci
1. Tataran Pengambil Kebijakan
a. Ketentraman dan ketertiban umum daerah
Aspek Ketentraman dan Ketertiban Umum Daerah mempunyai
6 (enam) fokus) penilaian dan 6 (enam) indikator kinerja kunci.
Adapun keenam fokus penilaian tersebut adalah:
1) Peraturan tentang Ketertiban penataan ruang
2) Peraturan tentang Kependudukan
3) Personil Sapol PP (Kebijakan ketersediaan aparat
Trantibum)
4) Aksi Masyarakat terhadap kebijakan daerah
5) Kebijakan Bidang PSK dan PKL
6) Peraturan tentang Kebersihan Kota
Fokus yang pertama dari aspek ketentraman dan ketertiban
umum daerah yaitu peraturan tentang ketertiban dan penataan
ruang dinilai melalui 3 (tiga) indikator kinerja kunci yaitu:
keberadaan Perda IMB, rasio rumah ber IMB, dan keberadaan
Perda RTRW. Terkait dengan Indikator kinerja kunci keberadaan
IMB, Kota Magelang telah mempunyai Perda No. 5 Tahun 2001
tentang Bangunan dan IMB.
Indikator yang kedua yaitu rasio rumah ber IMB di Kota
Magelang pada tahun 2007 mencapai 17,28%, dimana dari
seluruh jumlah rumah di Kota Magelang yaitu 28.821 buah,
4.980 buah diantaranya telah memiliki IMB.
Sedangkan ditinjau dari indikator keberadaan Perda Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW), Kota Magelang sudah memiliki
Peraturan Daerah yang berkenaan dengan RTRW yaitu
Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Magelang
Nomor 4 tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kotamadya Daerah Tingkat II Magelang sebagaimana diubah
dengan Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 22 tahun 2001
tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kotamadya Daerah
Tingkat II Magelang Nomor 4 Tahun 1999 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Magelang.
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 iii
Fokus selanjutnya dari aspek ketentraman dan ketertiban
umum daerah yaitu Peraturan tentang Kependudukan dinilai
melalui 2 (dua) indikator kunci yaitu pengurusan KTP dan biaya
KTP dalam Perda. Lama waktu pengurusan KTP di Kota
Magelang telah sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam
Peraturan Menteri PAN No. PER/20/M.PAN/04/2006 tanggal 20
April 2006 yaitu selama 2 hari.
Begitu pula dengan indikator biaya KTP dalam Perda telah
sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Magelang No. 12 Tahun
2000 tentang Retribusi Penggantian Beaya Cetak Kartu Tanda
Penduduk dan Akte Catatan Sipil yaitu sebesar Rp 3.000,-.
Fokus ketiga dari aspek ketentraman dan ketertiban umum
daerah yaitu Personil Satpol PP (Kebijakan Ketersediaan Aparat
Trantibum) dinilai berdasarkan rasio personil Satpol PP
terhadap jumlah penduduk. Sedangkan indikator kinerjanya
adalah jumlah personil satpol PP per 8.000 penduduk. Apabila
diperbandingkan antara jumlah penduduk pada akhir tahun
2007 yaitu 120.849 dengan jumlah personil satpol PP 62 orang,
maka per 8.000 penduduk dilayani oleh 4 personil Satpol PP.
Fokus keempat dari aspek ketentraman dan ketertiban umum
daerah yaitu Aksi Masyarakat terhadap kebijakan daerah
dengan dinilai berdasarkan demo/protes terhadap
Perda/Peraturan Walikota. Ditinjau dari indikator aksi
masyarakat, jumlah demo yang berijin dari warga masyarakat
terhadap layanan publik yang diberikan pemerintah Kota
Magelang pada tahun 2007 hanya terjadi 3 (tiga) kali, dimana
ketiga-tiganya telah terselesaikan dengan baik. Hal ini terkait
dengan indikator prosentase protes terselesaikan, sehingga
capaian kinerja dari indikator ini adalah 100%.
Fokus kelima dari aspek ketentraman dan ketertiban umum
daerah yaitu kebijakan bidang PSK dan PKL dinilai berdasarkan
indikator keberadaan Perda tentang PSK dan PKL, dimana Kota
Magelang telah memiliki Perda No. 3 tahun 2006 tentang PKL.
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 iv
Adapun fokus keenam dari aspek ketentraman dan ketertiban
umum daerah yaitu keberadaan peraturan tentang kebersihan
kota dinilai berdasarkan indikator keberadaan peraturan
tentang kebersihan kota. Kota Magelang telah memiliki Perda
yang mengatur tentang kebersihan kota melalui Perda No. 7
tahun 2006 tentang Kebersihan.
b. Keselarasan dan efektifitas hubungan antara pemerintahan
daerah dan Pemerintah serta antar pemerintahan daerah dalam
rangka pengembangan otonomi daerah
Aspek ini mempunyai 5 (lima) fokus penilaian yaitu:
1) Penyampaian laporan kepada pemerintah
2) Penyampaian Laporan Keuangan dan Kinerja
3) Implementasi Standar Pelayanan Minimal (SPM)
4) Konsultasi antara pemerintahan kota dengan pemerintah
5) Konsultasi antara pemerintahan kota dengan Gubernur
selaku Wakil Pemerintah
6) Hubungan antar daerah.
Fokus penyampaian laporan kepada pemerintah dinilai
berdasarkan indikator ketepatan waktu penyampaian LPPD
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 3 tahun 2007
dimana batas waktu pengirimannya adalah 3 bulan setelah
tahun anggaran berakhir. Pengiriman LPPD Kota Magelang
tahun 2007 kepada Pemerintah pada tanggal 12 Mei 2008.
Fokus penyampaian laporan keuangan dan kinerja dinilai
berdasarkan indikator ketepatan waktu penyampaian laporan
keuangan dan kinerja berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 8 Tahun 2006 dimana Laporan Keuangan Kota Magelang
Tahun 2007 kepada BPK dikirimkan tanggal 6 Maret 2008
Pengiriman LPPD Kota Magelang tahun 2007 kepada
Pemerintah pada tanggal 12 Mei 2008. Setelah dilaksanakan
audit oleh BPK, Raperda Pertanggungjawaban Pelaksanaan
APBD Tahun 2007 dikirim kepada DPRD pada tanggal 26 Juni
2008. Begitu pula dengan Laporan Kinerja Pemerintah Kota
Magelang Tahun 2007 sebagai salah satu lampiran dari
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 v
Raperda Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Tahun 2007,
dikirim bersamaan dengan raperda tersebut.
Fokus Implementasi Standar Pelayanan Minimal (SPM) dinilai
melalui indikator jumlah urusan wajib sudah ditetapkan
SPMnya berdasarkan pedoman yang diterbitkan oleh
pemerintah. Pemerintah Kota Magelang telah menerapkan SPM
pada 2 (dua) urusan wajib yaitu urusan pendidikan dan urusan
kesehatan. Kedua urusan ini sangat strategis dilaksanakan
utamanya dalam rangka mendukung dan mewujudkan visi Kota
Magelang sebagai kota jasa yang maju, mandiri dan sejahtera
yang tidak hanya melayani penduduk Kota Magelang saja
(skala lokal) tetapi juga melayani penduduk dari wilayah
sekitarnya (hinterland).
Fokus ketiga dari aspek ini adalah konsultasi antara
pemerintahan kota dengan pemerintah dinilai berdasarkan
indikator frekuensi penyelenggaraan konsultasi antara
pemerintahan kota dengan Gubernur selaku Wakil Pemerintah.
Pertemuan konsultasi antara Pemerintah Kota Magelang
dengan Pemerintah Pusat yang dilakanakan dengan Surat
Tugas Sekretaris Daerah dilaksanakan sebanyak 2(dua)
kegiatan sedangkan dengan Gubernur dengan Surat Tugas dari
Sekda dilaksanakan sebanyak 14 kali.
Fokus yang terakhir dari aspek keselarasan dan efektifitas
hubungan antara pemerintahan daerah dan Pemerintah serta
antar pemerintahan daerah dalam rangka pengembangan
otonomi daerah adalah hubungan antar daerah. Capaian kinerja
dari fokus ini dinilai berdasarkan indikator kinerja kunci
frekuensi kerjasama dengan daerah lain. Pemerintah Kota
Magelang pada tahun 2007 melakukan kerjasama khususnya
dengan Kabupaten Magelang terkait dengan pengelolaan
kawasan perbatasan. Adapun jumlah MOU yang berhasil
disepakati adalah sebanyak 5 (lima) yaitu:
1) Kerja Sama Batas Daerah
2) Kerja Sama Ketransmigrasian
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 vi
3) Kerja Sama Angkutan Perbatasan
4) Kerja Sama Lingkungan Hidup
5) Kerja Sama Kawasan Perbatasan.
c. Keselarasan antara kebijakan pemerintahan daerah dengan
kebijakan Pemerintah
Pemerintah telah banyak mengeluarkan kebijakan berupa
pedoman dan aturan dalam hal peningkatan penyelenggaraan
pemerintahan yang baik, diantaranya UU Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintah Daerah. Undang-undang tersebut
mengatur masalah pemberian keleluasaan pemerintah daerah
untuk mengatur rumah tangganya sendiri sesuai dengan asas
otonomi daerah dan tugas pembantuan. Untuk mewujudkan
suatu pemerintahan yang baik (good governance), efektif,
efisien dan akuntabel dalam penyelenggaraan pemerintah
maka perlu dilakukan berbagai pembenahan dalam berbagai
hal, tidak hanya dari sisi pemerintah saja baik aparaturnya,
sistemnya, maupun sarana prasarana pendukungnya, akan
tetapi keterlibatan masyarakat (publik) dan swasta sangatlah
penting untuk dibenahi.
Namun demikian dengan melihat dan mencermati kondisi saat
ini masih ada beberapa permasalahan dalam rangka
meningkatkan sistem pemerintahan yang baik, antara lain :
Kurangnya responsibilitas dan transparansi dalam
penyelenggaraan pemerintahan.
Adanya birokrasi dan regulasi yang tidak efektif dan
efisien dalam pelayanan kepada masyarakat.
Belum adanya standar pelayanan minimum (SPM) yang
dapat dijadikan tolok ukur (parameter) untuk melayani
masyarakat.
Kurangnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan,
yaitu mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan program - program pembangunan daerah.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangungan Nasional (SPPN) mengamanatkan
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 vii
bahwa perencanaan pembangunan dilaksanakan guna
menjamin adanya sinkronisasi, integrasi dan sinergi antar
ruang, antar waktu, antar fungsi pemerintah serta antar
pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Untuk dapat
mewujudkan hal tersebut maka diperlukan adanya keselarasan
antara kebijakan pemerintahan daerah dengan kebijakan
Pemerintah mengingat kebijakan merupakan implementasi dari
suatu perencanaan.
Penilaian terhadap tataran pengambilan kebijakan aspek
keselarasan antara kebijakan pemerintahan daerah dengan
kebijakan pemerintah mempunyai enam fokus penilaian yang
meliputi:
1. sinkronisasi pelaksanaan pembangunan nasional dan
daerah. Indikator Kinerja Kunci (IKK) dari fokus ini adalah
kesesuaian prioritas pembangunan;
2. kewenangan, dengan indikator kinerja kunci adalah urusan
wajib yang diselenggarakan daerah;
3. keuangan, dengan IKK adalah ketepatan waktu penetapan
Perda APBD, keberadaan perda tentang pengelolaan
keuangan daerah berdasarkan PP Nomor 58 Tahun 2005,
belanja untuk pelayanan dasar,dan belanja untuk urusan
pendidikan dan kesehatan;
4. pelayanan publik, dengan indikator kinerja kunci adalah
keberadaan perda tentang standar pelayanan publik sesuai
dengan peraturan perundang-undangan;
5. kepegawaian, indikator kinerja kunci adalah adanya Standar
Kompetense Jabatan dan Sistem Informasi Kepegawaian;
6. kelembagaan, indikator kinerja kunci adalah kesesuaian
SKPD berdasarkan dengan PP nomor 41/2007.
Sikronisasi pelaksanaan pembangunan nasional dan daerah
mempunyai capaian kinerja sebesar 77,77%. Hal ini didasarkan
dari sembilan prioritas pembangunan dalam Rencana Kerja
Nasional (RKP), terdapat tujuh prioritas pembangunan yang
dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Magelang. Adapun tujuh
prioritas pembangunan tersebut yaitu :
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 viii
1. Penanggulangan Kemiskinan;
2. Peningkatan Kesempatan Kerja, Investasi, dan Ekspor;
3. Revitalisasi Pertanian dalam arti luas dan Pembangunan
Perdesaan;
4. Peningkatan Aksesibilitas dan Kualitas Pendidikan dan
Kesehatan;
5. Penegakan Hukum dan HAM, Pemberantasan Korupsi, dan
Reformasi Birokrasi;
6. Penguatan Kemampuan Pertahanan, Pemantapan Keamanan
dan Ketertiban, serta Penyelesaian Konflik; serta
7. Percepatan Pembangunan Infrastruktur.
Sedang dua prioritas pembangunan nasional yang tidak
dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Magelang dikarenakan tidak
adanya permasalahan di daerah yaitu:
1. Mitigasi dan Penanggulangan Bencana;
2. Pembangunan Daerah Perbatasan dan Wilayah Terisolir.
Capaian kinerja pemerintah daerah untuk fokus kewenangan di
Kota Magelang diperoleh angka 126,92%. Berdasarkan PP
38/2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara
Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi dan Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota, urusan dibagi kedalam 26 (dua puluh
enam) urusan wajib dan 8 (delapan) urusan pilihan. Menurut
data dari APBD Tahun 2007 urusan wajib yang dilaksanakan
oleh Pemerintah Kota Magelang terdiri dari 26 (dua puluh
enam) urusan. Apabila dilihat dan dibandingkan dengan urusan
wajib sesuai PP 38/2007 Pemerintah Kota Magelang maka
Pemerintah Kota Magelang telah melaksanakan urusan wajib
tersebut dengan capaian kinerja 100%.
Indikator pertama dari fokus Keuangan adalah ketepatan waktu
penetapan perda APBD. Perda tentang APBD Kota Magelang
ditetapkan tanggal 12 April 2007 melalui Peraturan Daerah
Nomor 2 Tahun 2007 tentang APBD Kota Magelang. Sehingga
penetapan perda ini tidak tepat karena batas waktu penetapan
perda APBD adalah tanggal 31 Desember 2006.
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 ix
Indikator yang ke tiga dari fokus keuangan adalah persentase
dari belanja pelayanan dasar. Pelayanan umum (public service)
merupakan salah satu tugas dan fungsi Pemerintah dalam
rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat baik
dibidang penyelenggaraan pemerintahan maupun pelayanan
dasar masyarakat yaitu: Kesehatan, Pendidikan, Sosial dan
sebagainya. Peningkatan kualitas pelayanan umum kepada
masyarakat saat ini merupakan tuntutan dan kebutuhan yang
harus mendapatkan perhatian dan penanganan yang lebih baik
dari Pemerintah. Oleh karena itu penyempurnaan sistem dan
penyederhanaan regulasi serta kemudahan akses merupakan
hal mendasar yang perlu segera untuk diwujudkan.
Berdasarkan perhitungan yang diperoleh dengan membagi
jumlah belanja untuk layanan dasar (sebesar
Rp.191.142.442.000,-) dengan jumlah total belanja (sebesar
Rp.351.531.071.000,-) dikalikan seratus persen maka diperoleh
capaian kinerja sebesar 54,37%. Sementara persentase belanja
untuk urusan pendidikan (total belanja Dinas Pendidikan
sebesar Rp.116.743.844.000,-) dan kesehatan (total belanja
Dinas Kesehatan dan RSU Kota Magelang sebesar
Rp.42.808.400.000,-) terhadap total belanja menunjukkan
capaian kinerja sebesar 45,39%.
Indikator yang keempat dari fokus keuangan adalah belanja
untuk urusan pendidikan dan kesehatan. Berdasarkan
perhitungan yang diperoleh dengan membagi jumlah belanja
dari SKPD kesehatan dan pendidikan (sebesar
Rp.159.553.244.000,-) dengan jumlah total belanja (sebesar
Rp.351.531.071.000,-) dikalikan seratus persen maka diperoleh
capaian kinerja sebesar 45,39%.
Fokus ketiga terkait dengan aspek keterkaitan kebijakan
pemerintah daerah dengan pemerintah adalah Pelayanan
publik. Fokus ini mempunyai dua indikator. Indikator yang
pertama dari fokus pelayanan publik adalah keberadaan perda
tentang Standar pelayanan Publik sesuai dengan peraturan
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 x
perundang-undangan Capaian kinerja dari indikator ini adalah
ada tidaknya standar pelayanan publik. Pemerintah Kota
Magelang telah menetapkan Peraturan Walikota Nomor 23
Tahun 2006 tentang Standar Pelayanan Publik di Lingkungan
Pemerintah Kota Magelang.
Terkait dengan fokus kepegawaian diukur dengan 2 (indikator)
yaitu tentang ada/tidaknya Standar Kompetensi Jabatan dan
Sistem Informasi Kepegawaian. Kedua indikator tersebut dapat
dipenuhi oleh Pemerintah Kota Magelang yaitu ditunjukkan
dengan adanya dokumen tentang Standar Kompetensi Jabatan
dan adanya Sistem Informasi Kepegawaian.
Kompetensi Jabatan adalah kemampuan dan karakteristik yang
dimiliki oleh seorang Pegawai Negeri Sipil berupa pengetahuan,
keterampilan dan sikap perilaku yang diperlukan dalam
pelaksanaan tugas jabatannya, sehingga dapat melaksanakan
tugasnya secara profesional, efektif dan efisien. Adapun
Standar Kompetensi Jabatan Struktural adalah persyaratan
kompetensi minimal yang harus dimiliki seorang PNS dalam
pelaksanaan tugas jabatan struktural. Sehingga dengan
tersedianya Standar Komptensi Jabatan diharapkan dapat
dijadikan pedoman di dalam penempatan PNS dalam jabatan
struktural agar terwujud the right man on the right place.
Pada Tahun 2005 Pemerintah Kota Magelang telah
melaksanakan kegiatan Bimbingan Teknis Penyusunan Standar
Komptensi Jabatan yang diselenggarakan Badan Kepegawaian
Daerah dengan narasumber dari Badan Kepegawaian Negara
Pusat. Materi yang diberikan dalam bintek tersebut adalah
Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 46A
Tahun 2003 tanggal 21 Nopember 2003 tentang Pedoman
Penyusunan Standar Kompetensi Jabatan Struktural Pegawai
Negeri Sipil. Peserta Bintek terdiri dari para pejabat struktural
dan staf yang membidangi kepegawaian. Kemudian sebagai
tindak lanjut kegiatan bintek dilaksanakan penyusunan standar
kompetensi jabatan struktural. Adapun hasil dari kegiatan
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 xi
tersebut berupa tersusunnya Peraturan Walikota Magelang
Nomor 10 Tahun 2005 tentang Pedoman Standar Komptensi
Jabatan Struktural Perangkat Daerah Kota Magelang yang
ditetapkan pada tanggal 15 Oktober 2005.
Sehubungan dengan indikator kinerja Sistem Informasi
Kepegawaian pada tahun 2007 Pemerintah Kota Magelang
telah mempunyai Sistem Informasi Kepegawaian sebagai tindak
lanjut dari Permendagri Nomor 17 Tahun 2000 mengenai
SIMPEG. Namum sampai dengan tahun 2007 Pemerintah Kota
Magelang belum mempunyai SK Walikota terkait dengan SIK.
Fokus yang terakhir dari aspek ini adalah kelembagaaan
dengan indikator kinerja kuncinya adalah kesesuaian SKPD
berdasarkan PP 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat
Daerah.
Peraturan Pemerintah tersebut terbit pada tanggal 23 Juli 2007
dengan batas waktu pelaksanaan satu tahun setelah
diterbitkannya peraturan tersebut. Adapun pada tahun 2007
kelembagaan perangkat daerah Kota Magelang masih
berdasarkan pada PP Nomor 84 Tahun 2000 tentang Pedoman
Organisasi Perangkat Daerah, yang diimplementasikan dalam
Peraturan Daerah tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Perangkat Daerah, sebagai berikut:
1. Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 4 Tahun
2003 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat
Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;
2. Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 5 Tahun
2003 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas
Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah
Nomor 1 Tahun 2007 tentang Perubahan Peraturan Daerah
Nomor 5 Tahun 2003 tentang Susunan Organisasi dan Tata
Kerja Dinas Daerah;
3. Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 6 Tahun
2003 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga
Teknis Kota Magelang;
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 xii
4. Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 7 Tahun
2003 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah
Kecamatan dan Pemerintah Kelurahan;
Apabila bentuk kelembagaan SKPD pada tahun 2007
dihadapkan dengan ketentuan PP 41 Tahun 2007 maka secara
umum sesuai namun demikian terdapat catatan pada
beberapa SKPD belum sesuai dengan perumpunan
sebagaimana dalam ketentuan PP 41 Tahun 2007, adapun data
tersaji di bawah ini:
Tabel1.1Kesesuaian Perumpunan Kelembagaan dengan PP.41 Tahun 2007
NO NAMA SKPD
KESESUAIAN PERUMPUNAN PADA PP 41/07 Catatan
sesuai tidak sesuai1 2 3 4 5I
SEKRETARIAT DAERAH
1 ASISTEN ADMINISTRASI PEMERINTAHAN
sesuai ---
BAGIAN TATA PEMERINTAHAN
sesuai ---
BAGIAN HUKUM sesuai --- BAGIAN ORGANISASI sesuai ---
2 ASISTEN ADMINISTRASI EKONOMI, KEUANGAN DAN KESRA
sesuai ---
BAGIAN PEREKONOMIAN sesuai --- BAGIAN UMUM sesuai --- BAGIAN KEUANGAN --- tidak sesuai digabung dengan
rumpun dinas pengelolaan keuangan
BAGIAN KESEJAHTERAAN RAKYAT
sesuai ---
II SEKRETARIAT DEWAN
sesuai ---
III
LEMBAGA TEKNIS DAERAH (LTD)
1 BADAN PERENCANAAN sesuai --- Sub Bag. Anggaran pada Sekretariat Bapeko (karena tupoksi penyusun APBD) maka Sub Bag. Anggaran digabung dengan rumpun dinas pengelolaan keuangan
2 BADAN PENGAWASAN sesuai --- 3 BADAN KEPEGAWAIAN
DAERAHsesuai ---
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 xiii
NO NAMA SKPD
KESESUAIAN PERUMPUNAN PADA PP 41/07 Catatan
sesuai tidak sesuai1 2 3 4 5
4 BPK RSU TIDAR sesuai --- 5 KANTOR SATPOL PP sesuai --- 6 KANTOR INFO &
KEHUMASAN--- tidak sesuai informasi ke
rumpun dinas
7 KANTOR PEMBERDAYAAN MASY.
sesuai ---
8 KANTOR KESBANG LINMAS sesuai --- 9 KANTOR PDE & ARSIP
DAERAHsesuai ---
10 KANTOR KESEJAHTERAAN SOSIAL
sesuai --- Kesos ke rumpun dinas
11 KANTOR KEBUDAYAAN PARIWISATA
--- tidak sesuai Kebudpar ke rumpun dinas
12 KANTOR PELAYANAN KOPERASI & PKM
--- tidak sesuai Koperasi ke rumpun dinas
13 KANTOR KB & KS sesuai ---
IV DINAS DAERAH
1 DINAS PERINDAG sesuai --- 2 DINAS NAKERTRANS sesuai --- 3 DINAS KESEHATAN sesuai ---
1 2 3 4 5 4 DINAS PENDIDIKAN sesuai --- 5 DINAS PENGELOLAAN KEU &
KEKAYAAN DAEsesuai ---
6 DINAS PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP
--- tidak sesuai LH ke rumpun LTD
7 DINAS PEKERJAAN UMUM sesuai --- 8 DINAS PERHUBUNGAN sesuai --- 9 DINAS PERTANIAN sesuai --- UPTD Ketahanan
Pangan ke rumpun LTD
10 DINAS KEPENDUDUKAN DAN CAPIL
sesuai ---
11 DINAS PELAYANAN TERPADU DAN PENANAMAN MODAL
--- tidak sesuai PM ke rumpun LTD, perijinan terpadu berpedoman pada Permendagri 20/08 bentuk BPPT
V KECAMATAN (3 Kecamatan)
sesuai ---
VI KELURAHAN (17 Kelurahan)
sesuai ---
Diamanatkan dalam PP 41 Tahun 2007 dalam penentuan
besaran organisasi perangkat daerah, perlu
mempertimbangkan variabel besaran organisasi. Apabila
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 xiv
dilakukan pengukuran skor Kota Magelang adalah 33 atau
termasuk dalam ketentuan Pasal 21 ayat (1) PP 41 Tahun 2007
dengan nilai kurang dari 40 (Type Kecil), sehingga Perangkat
Daerah terdiri dari : a) Sekretariat Daerah maksimal 3 Asisten;
b) Sekretariat DPRD maksimal 4 Bagian, Bagian terdiri dari 3
Sub Bagian; c) Dinas maksimal 12 Dinas, diluar pengelolaan
keuangan; d) Lembaga Teknis Daerah maksimal 8 LTD, diluar
kepegawaian, pengawasan, rumah sakit, Satpol PP; e)
Kecamatan, dan f) Kelurahan.
Adapun besaran organisasi perangkat daerah Kota Magelan
pada Tahun 2007, terdiri dari: a) Sekretariat Daerah terdiri dari
2 (dua) asisten dan 7 (tujuh) bagian; b) Sekretariat DPRD; c) 4
(empat) Badan dan 9 (sembilan) Kantor; d) 11 (sebelas) Dinas;
e) 3 (tiga) Kecamatan dan f) 17 (tujuh belas) Kelurahan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa besaran organisasi
perangkat daerah Kota Magelang pada tahun 2007 telah
mendekati kesesuaian.
Adapun implementasi PP 41 Tahun 2007 telah dilaksanakan
Pemerintah Kota Magelang melalui Bagian Organisasi Setda
Kota Magelang dengan mengajukan Raperda tentang Susunan
Kedudukan Tugas Pokok Organisasi Perangkat Daerah kepada
DPRD Kota Magelang pada bulan Desember Tahun 2007.
d. Efektifitas hubungan antara pemerintah daerah dan DPRD
Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah pada
tataran pengambil kebijakan seperti tersebut pada pasal 17
Peraturan Pemerintah nomor 6 Tahun 2008 adalah Kepala
daerah dan DPRD baik secara bersama maupun sendiri - sendiri
dalam pembentukan Peraturan Daerah, Peraturan Kepala
Daerah, Keputusan Kepala Daerah, Keputusan Pimpinan DPRD,
Keputusan DPRD, atau Persetujuan/Kesepakatan Bersama
antara Kepala Daerah dan Pimpinan DPRD. Sehubungan dengan
hal tersebut untuk mengukur seberapa besar efektivitas
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 xv
hubungan antara pemerintah daerah dan DPRD dapat dilihat
dengan dua fokus penilaian yaitu:
1. produk peraturan perundangan, dengan indikator
kinerja kunci (IKK) adalah jumlah perda per tahun;
2. fokus Raperda yang diajukan tahun berjalan, dengan
indikator kinerja kunci (IKK) adalah jumlah Raperda yang
disetujui DPRD tahun 2007.
Terkait dengan Produk peraturan perundangan, pada tahun
2007 terdapat sembilan Perda yang ditetapkan oleh Legislatif
yaitu :
1. Perda nomor 1 Tahun 2007 mengenai Perubahan
atas Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 5 Tahun 2003
tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah.
Perda tersebut ditetapkan tanggal 15 Pebruari 2007;
2. Perda nomor 2 tahun 2007 mengenai Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2007, yang
ditetapkan tanggal 12 April 2007;
3. Perda nomor 3 tahun 2007 mengenai Pajak Reklame, yang
ditetapkan tanggal 9 Juli 2007;
4. Perda nomor 4 tahun 2007 mengenai Perubahan Ketiga atas
Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 1 Tahun 2005
tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Perda tersebut
ditetapkan tanggal 9 Juli 2007;
5. Perda nomor 5 tahun 2007 mengenai Pertanggungjawaban
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Tahun 2006, yang ditetapkan tanggal 18 September 2007;
6. Perda nomor 6 tahun 2007 mengenai Perubahan
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Tahun 2007, ditetapkan tanggal 26 Oktober 2007;
7. Perda nomor 7 tahun 2007 mengenai Pengelolaan Tempat
Parkir. Perda ini ditetapkan oleh Legislatif pada tanggal 29
Oktober 2007;
8. Perda nomor 8 tahun 2007 mengenai Retribusi Parkir di Tepi
Jalan Umum. Perda ini ditetapkan tanggal 29 Oktober 2007;
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 xvi
9. Perda nomor 9 tahun 2007 mengenai Perubahan atas
Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 14 Tahun 2002
tentang Retribusi Tempat Khusus Parkir. Perda ini ditetapkan
tanggal 29 Oktober 2007.
Adapun Raperda yang disetujui Legislatif pada tahun berjalan
2007 sebanyak 9 Raperda yang meliputi :
1. Raperda tentang Retribusi atas Perda Kota
Magelang No. 5 Tahun 2003 tentang Susunan Organisasi dan
Tata Kerja Dinas Daerah.
2. Raperda tentang Anggaran dan Pendapatan Belanja
Daerah Kota Magelang Tahun Anggaran 2007
3. Raperda tentang Pajak Reklame
4. Raperda tentang Perubahan Perda No. 1 Tahun
2005 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan
dan Anggota DPRD.
5. Raperda tentang Peranggung Jawaban Pelaksanaan
APBD Tahun 2006
6. Raperda tentang Perubahan APBD Kota Magelang
Tahun Anggaran 2007
7. Raperda tentang Pengelolaan Tempat Parkir
8. Raperda tentang Retribusi Parkir di Tepi Jalan
Umum
9. Raperda tentang Perubahan atas Peraturan Daerah
No.14 Tahun 2002 tentang Retribusi Tempat Khusus Parkir.
e. Efektifitas proses pengambilan keputusan oleh DPRD beserta
tindak lanjut pelaksanaan keputusan
untuk mengukur seberapa besar efektivitas proses
pengambilan keputusan oleh DPRD beserta tindak lanjut
pelaksanaan keputusan dapat dilihat dengan dua fokus
penilaian yaitu:
1) Pengambilan keputusan DPRD
2) Keputusan DPRD yang ditindaklanjuti oleh Pemda
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 xvii
Pengambilan keputusan DPRD dengan indikator kinerja kunci
Voting yang dilakukan oleh DPRD dalam sidang paripurna
selama satu tahun. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagai
Badan Legislatif Daerah melaksanakan sidang paripurna
bersama kepala daerah untuk memberikan persetujuan
bersama atas Rancangan Peraturan Daerah yang disiapkan
Kepala Daerah atau yang disiapkan DPRD. Pengambilan
keputusan dalam sidang paripurna yang dilaksanakan DPRD
bersama Kepala Daerah merupakan proses pembahasan dalam
pengambilan kebijakan yang tidak bertentangan dengan
kepentingan umum, mengutamakan kepentingan umum dan
dilakukan secara musyawarah dan mufakat ataupun dengan
pengambilan suara terbanyak (Voting).
DPRD kota Magelang dalam tahun 2007 telah melakukan 10
kali sidang paripurna dalam pembahasan Rancangan Peraturan
Daerah (Raperda) yang diajukan Pemerintah Kota Magelang.
Pengambilan Keputusan dalam sidang Paripurna Pembahasan
Raperda yang diajukan Pemerintah Kota Magelang didasarkan
pada pengambilan keputusan secara Musyawarah dan mufakat
sebanyak 9 kali sidang paripurna dan ditetapkan/ditindaklanjuti
oleh Pemda sebagai Perda Kota Magelang Tahun 2007. Dan 1
(satu) buah Raperda belum ditetapkan, sehingga dari 10
Raperda yang dibahas tidak ada yang ditetapkan dengan
pengambilan keputusan dengan voting.
Keputusan DPRD yang ditindaklanjuti oleh Pemda dengan
ijdikator kinerja kunci Keputusan DPRD yang ditindaklanjuti
oleh Pemda. Dari 9 (sembilan) Keputusan yang ditetapkan
kesemuanya ditindaklanjuti oleh Pemda sehingga capaian
kinerjanya 100%.
f. Efektifitas proses pengambilan keputusan oleh kepala daerah
beserta tindak lanjut pelaksanaan keputusan
untuk mengukur seberapa besar efektivitas proses
pengambilan keputusan oleh kepala daerah beserta tindak
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 xviii
lanjut pelaksanaan keputusan dapat dilihat dengan dua fokus
penilaian yaitu:
1) Tidak lanjut keputusan Walikota
2) Tidak lanjut peraturan Walikota
Pemerintah Daerah merupakan pelaksanan peraturan
perundang-undangan yang mengatur tentang penyelenggaraan
kepemerintahan baik peraturan pemerintah pusat maupun
peraturan pemerintah daerah. Dalam pelaksanaan Peraturan
Perundangan yang berlaku, Kepala Daerah (Walikota) membuat
kebijakan guna melaksanakan Peraturan Perundang-undangan
tersebut. Kepala Daerah membentuk Peraturan Kepala Daerah
yang mengatur tentang petunjuk pelaksanaan dalam
melaksanakan peraturan perundang-undangan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah pusat maupun oleh Pemerintah
Daerah, serta membuat keputusan kepala daerah yang
merupakan penetapan dalam menjalankan peraturan yang
telah ditetapkan.
Pemerintah Kota Magelang dalam tahun 2007 telah
menetapkan keputusan walikota sebanyak 536 buah.
Sedangkan peraturan walikota sebagai pedoman dalam
melaksanakan peraturan perundang-undangan yang telah
ditetapkan sebanyak 34 peraturan walikota sehingga
prosentase pelaksanaan Peraturan walikota dan keputusan
Walikota yang telah ditetapkan sebesar 100 %.
g. Ketaatan pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan daerah
pada peraturan perundang-undangan
untuk mengukur seberapa besar efektivitas Ketaatan
pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan daerah pada
peraturan perundang-undangan dapat dilihat dengan fokus
penilaian yaitu: jumlah perda yang dibatalkan. Untuk
Pemerintah Kota Magelang dalam menindaklanjuti pelaksanaan
Perda tidak ada pembatalan Perda yang telah ditetapkan
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 xix
selama tahun 2007. Seluruh Produk Perda tetap dilaksanakan
oleh masing-masing instansi terkait.
h. Intensitas dan efektifitas proses konsultasi publik antara
pemerintahan daerah dengan masyarakat atas penetapan
kebijakan publik yang strategis dan relevan untuk Daerah
Pada Aspek Intensitas dan efektifitas proses konsultasi publik
antara pemerintah daerah dengan masyarakat atas penetapan
kebijakan publik yang strategis dan relevan untuk Daerah,
mengacu pada tiga fokus yaitu:
1) Konsultasi publik
2) Perda tentang Konsultasi Publik
3) Media informasi Pemerintah Daerah yang dapat diakses
oleh Publik.
Pada Tahun 2007 Pemerintah Kota Magelang telah
mengadakan kegiatan konsultasi publik yang diadakan DPRD
dan Pemda dalam rangka penyusunan Perda. Konsultasi publik
ini dimaksudkan sebagai media bagi stakeholders untuk
menyampaikan pendapat dan gagasan serta turut
menyempurnakan kebijakan publik yang akan disusun. Adapun
konsultasi publik yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota
Magelang dalam rangka penyusunan kebijakan publik yang
bersifat strategis bagi masyarakat sebagai berikut:
1) Konsultasi publik Rencana Aksi Daerah Hak Asasi Manusia
(RAD HAM)
2) Konsultasi Publik Rencana Aksi Daerah Pemberantasan
Korupsi (RAD-PK)
3) Konsultasi Publik Jaringan Penelitian, Pengembangan dan
Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Jarlitbangrap
IPTEK)
Dengan adanya konsultasi publik tersebut diharapkan
penetapan kebijakan publik yang strategis dan relevan untuk
daerah dapat dilaksanakan yang tentunya kualitas kebijakan
publik yang dihasilkan juga mampu mengartikulasi dan
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 xx
mengagregasikan seluruh kepentingan dari berbagai
stakeholders.
Sedangkan perda atau peraturan walikota tentang konsultasi
publik belum ada.
Kebijakan publik yang telah ditetapkan oleh pemerintah
tersebut diharapkan bisa diketahui oleh publik, sehingga perlu
diundangkan dalam lembar daerah atau berita daerah, yang
kemudian ditetapkan menjadi Peraturan Daerah.
Peraturan-peraturan yang dibuat oleh Pemerintah Kota
Magelang dapat diakses oleh publik melalui media yang
disediakan oleh oleh Pemerintah Kota Magelang antara lain
melalui:
1) Website Pemerintah Kota Magelang
(www.magelangkota.go.id)
2) Majalah Dinamika
3) Radio Pemerintah Daerah
4) Mobil Keliling
5) Media Luar Ruang (Spanduk dan Baliho)
6) Forum Musrenbang.
i. Transparansi dalam pemanfaatan alokasi, pencairan dan
penyerapan DAU, DAK, dan Bagi Hasil
Transparansi dalam pemanfaatan alokasi, pencairan dan
penyerapan DAU, DAK, dan Bagi Hasil merupakan salah satu
prasyarat untuk menciptakan good governance dan
Pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi. Transparansi
dibangun atas dasar arus informasi yang bebas, seluruh proses
pemerintahan, lembaga-lembaga dan informasi perlu diakses
oleh pihak-pihak yang berkepentingan, dan informasi yang
tersedia harus memadai agar dapat dimengerti dan dipantau.
Transparansi pengelolaan keuangan daerah pada akhirnya
akan menciptakan horizontal accountability antara pemerintah
daerah dengan masyarakat sehingga tercipta pemerintah
daerah yang bersih, efektif, efisien, akuntabel, responsive dan
kepentingan masyarakat. Kemudian parameter di dalam
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 xxi
menilai sejauh mana transparansi terhadap pemanfaatan
alokasi, pencairan dan penyerapan DAU,DAK, dan Bagi Hasil,
dapat diukur dengan :
Serapan dana perimbangan dimana akan dilihat dari
prosentase (%) Dana Perimbangan yang terserap
dibanding yang direncanakan. Berdasarkan data dibawah
ini
Tabel 1.2Tabel Serapan Dana Perimbangan
Uraian Anggaran (Rp.) Realisasi (Rp.) Lebih/Kurang (Rp.)
%
1.2 Dana
Perimbangan
271.153.047.000 276.703.274.596 5.550.227.596 102,05
1.2.1 Dana Bagi Hasil Pajak / Bagi Hasil Bukan Pajak
12.313.047.000 17.863.274.596 5.550.227.596 145,08
1.2.2 Dana Alokasi Umum
235.917.000.000 235.917.000.000 0 100
1.2.3 Dana Alokasi Khusus
22.923.000.000 22.923.000.000 0 100
Sumber : Laporan Realisasi Anggaran Kota Magelang, 2007
Maka dapat dihitung untuk serapan dana perimbangan yang
merupakan perbandingan antara dana perimbangan yang
terserap yaitu sebesar Rp.276.703.274.596,00 dengan dana
perimbangan yang direncanakan sebesar Rp.
271.153.047.000,00 dengan demikian prosentase (%) untuk
serapan dan perimbangan adalah sebesar 105,05 %. Dari
hasil penyerapan dana perimbangan melebihi target yang
telah direncanakan tentunya membawa dampak pada
keleluasaan pengalokasian belanja di Pemerintah Kota
Magelang, Namun demikian kelebihan penyerapan dana
perimbangan tersebut sudah diikuti dengan rencana-rencana
strategis agar kelebihan dana tersebut dapat dipergunakan
dengan optimal. Untuk melihat gambaran serapan dana
perimbangan dapat dilihat dari grafik berikut ini:
Grafik 1.1Grafik Serapan Dana Perimbangan
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 xxii
Alokasi belanja pada APBD dari DAU merupakan
perbandingan antara jumlah belanja publik dengan Dana
Alokasi Umum. Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah untuk struktur belanja
telah mengalami perubahan dimana tidak terdapat lagi
kelompok belanja aparatur dan belanja publik, namun
menjadi belanja langsung dan tidak langsung, oleh
karena itu didalam laporan ini perlu dilakukan proxy /
pendekatan terhadap belanja APBD. Selanjutnya untuk
perhitungan Alokasi belanja pada APBD Tahun 2007 dari
DAU sebelum proxy sebagaimana tabel di bawah ini :
Tabel 1.3Tabel Alokasi Belanja pada APBD Tahun 2007 dan DAU sebelum Proxy
No Uraian Anggaran (Rp.) Realiasi (Rp.) % 2 BELANJA DAERAH 351,531,871,000.00 317,029,444,983.00 90.19 2.1 Belanja Tidak
Langsung173,518,360,000.00 153,967,181,508.00 88.73
2.1.1 Belanja Pegawai 150,529,498,000.00 142,048,666,478.00 94.372.1.2 Belanja Bunga 0.00 0.00 2.1.3 Belanja Subsidi 0.00 0.00 2.1.4 Belanja Hibah 0.00 0.00 2.1.5 Belanja Bantuan Sosial 10,679,655,000.00 9,241,410,861.00 86.532.1.6 Belanja Bagi hasil
Kepada Provinsi/Kab/Kota dan Pemdes
2,800,538,000.00 2,630,111,169.00 93.91
2.1.7 Belanja Bantuan Keuangan Kepada
0.00 0.00
Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemdes
2.1.8 Belanja TidakTerduga 9,508,669,000.00 46,993,000.00 0.49 2.2 Belanja Langsung 178,013,511,000.00 163,062,263,475.00 91.602.2.1 Belanja Pegawai 23,088,250,000.00 20,278,178,436.00 87.832.2.2 Belanja Barang dan Jasa 76,285,328,000.00 68,205,037,999.00 89.412.2.3 Belanja Modal 78,639,933,000.00 74,579,047,040.00 94.84
Sumber : Laporan Realisasi Anggaran Kota Magelang, 2007
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 xxiii
Kemudian tabel dibawah ini, merupakan proxy dari belanja
tidak langsung dan belanja langsung ke belanja publik
dimana belanja yang diasumsikan untuk belanja publik
adalah belanja yang manfaat dan kegunaanya langsung
diterima oleh masyarakat. Adapun prosentase (%) jumlah
belanja publik dibagi Dana Alokasi Umum setelah diadakan
proxy adalah sebagai berikut :
Tabel 1.4Tabel Prosentase Belanja Publik
No
Uraian Anggaran (Rp.) %
1 Dana Alokasi Umum 235,917,000,000,00 2 Belanja Publik 177,914,123,000.00 75.412.1 Belanja Bantuan Sosial 10,679,655,000.00
2.2Belanja Bagi hasil Kepada Provinsi/Kab/Kota dan Pemdes 2,800,538,000.00
2.3 Belanja TidakTerduga 9,508,669,000.00 2.4 Belanja Barang dan Jasa 76,285,328,000.00 2.5 Belanja Modal 78,639,933,000.00
Sumber : Laporan Realisasi Anggaran Kota Magelang, 2007 (diolah)
berdasarkan tabel diatas maka prosentase (%) jumlah
belanja publik terhadap Dana Alokasi Umum adalah 75,41%,
dalam hal ini dapat dilihat bahwa keperpihakan Pemerintah
Kota Magelang kepada penyediaan barang publik dari
sumber dana yang diterima dari dana perimbangan. Di
Pemerintah Kota Magelang dengan jumlah belanja publik
yang besar maka penyediaan terhadap kebutuhan pelayanan
dasar masyarakat di bidang pendidikan, kesehatan dan
infrastruktur dapat dipenuhi dengan optimal. Tentu saja
bukan hanya pada kuantitas yang dialokasikan namun yang
lebih penting adalah dengan adanya penyediaan barang
publik tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Selanjutnya berdasar grafik dibawah ini dapat
dilihat prosentase belanja publik terhadap Dana Alokasi
Umum
Grafik 1.2Grafik Alokasi Belanja terhadap DAU
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 xxiv
Alokasi belanja pada APBD, merupakan prosentase
(%) perbandingan antara jumlah belanja publik dibagi
APBD, sebagaimana data dibawah ini
Tabel 1.5Tabel Prosentase Belanja Publik terhadap APBD
TAHUN BELANJA PUBLIK APBD %
2007 177,914,123,000.00 392,530,871,000.00 45.32
Sumber : Laporan Realisasi Anggaran Kota Magelang, 2007 (diolah)
berdasarkan tabel diatas maka prosentasenya (%) adalah
sebesar 45,32%, Memang kalau dibandingkan dengan APBD,
alokasi belanja publik masih dibawah 50%. Hal ini
dikarenakan proporsi alokasi belanja sebagian besar sudah
terserap kedalam belanja untuk gaji dan pegawai yaitu
sebesar 38,35%, belanja ini harus dianggarkan karena
berhubungan dengan kewajiban kepada pegawai di
Pemerintah Kota Magelang. Selanjutnya berdasar grafik
dibawah ini dapat dilihat prosentase jumlah belanja publik
terhadap APBD
Grafik 1.3Grafik Alokasi Belanja Publik terhadap APBD
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 xxv
j. Intensitas, efektifitas, dan transparansi pemungutan sumber-
sumber pendapatan asli daerah dan pinjaman / obligasi daerah
Intensitas, efektifitas, dan transparansi pemungutan sumber-
sumber pendapatan asli daerah dan pinjaman / obligasi daerah,
pada dasarnya sumber-sumber pendapatan asli daerah dan
pinjaman/obligasi daerah digunakan untuk membiayai
kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada peningkatan
pelayanan publik, oleh karena itu dikaitkan dengan
transparansi anggaran, tentu saja tidak hanya dilihat dari
transparansi terhadap pengeluaran namun juga pada saat
pemungutan sumber-sumber pendapatan asli daerah dan
pinjaman/obligasi daerah. Terdapat dua fokus sebagai tolok
ukur untuk mengetahui Intensitas, efektifitas, dan transparansi
pemungutan sumber-sumber pendapatan asli daerah dan
pinjaman / obligasi daerah yaitu:
Besaran Pendapatan Asli Daerah (PAD) dimana
mengukur prosentase (%) PAD terhadap seluruh
pendapatan dalam APBD maka dapat dilihat dalam data
berikut ini:
Tabel 1. 5Tabel Prosentase PAD terhadap seluruh Pendapatan dalam APBD
TAHUN PAD (Rp.) TOTAL PENDAPATAN (Rp.)
%
2007 30,969,916,000 315.875.304.000 9,80 Sumber : Laporan Realisasi Anggaran Kota Magelang, 2007 (diolah)
dengan demikian dapat diketahui bahwa prosentase PAD
terhadap total APBD yaitu sebesar 9,80%. Hal ini disadari
sepenuhnya oleh Pemerintah Kota Magelang bahwa
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 xxvi
kontribusi PAD terhadap Total Pendapatan masih relatif kecil,
namun demikian mengingat bahwa visi Kota Magelang
adalah sebagai Kota Jasa yang Mandiri, maka telah dilakukan
langkah-langkah untuk meningkatkan peran PAD, salah
satunya yaitu dengan penggalian potensi PAD yang
berhubungan dengan Kota Jasa, melalui pembukaan simpul-
simpul ekonomi yang berada di Kota Magelang, untuk
menarik investor yang nantinya diharapkan akan
memberikan multiplier effect yang besar.
Besaran realisasi pinjaman daerah, Pemerintah Kota
Magelang dalam tahun 2007, tidak melakukan realisasi
pinjaman baik yang berasal dari dalam negeri maupun
luar negeri, hal ini dikarenakan selain ada resiko yang
besar terhadap likuiditas keuangan daerah (cash flow)
apabila pinjaman tersebut sudah jatuh tempo dan
ternyata pemerintah daerah tidak dapat memenuhi
kewajiban untuk membayar bunga pinjaman/obligasi dan
pokoknya. Disamping pada tahun 2007, seluruh kegiatan
yang direncanakan dapat dipenuhi alokasi anggarannya
tanpa melalui pinjaman/penerbitan obligasi daerah.
k. Efektifitas perencanaan, penyusunan, pelaksanaan tata usaha,
pertanggungjawaban, dan pengawasan APBD
Didalam pengelolaan keuangan daerah terdapat siklus dan
mekanisme keuangan daerah yang terdiri dari beberapa
tahapan yaitu mulai dari perencanaan dan penganggaran,
pelaksanaan dan penatausahaan anggaran, serta
pertanggungjawaban dan pengawasan APBD. Tahapan tersebut
tidak dapat dipisah-pisahkan dalam rangka mewujudkan
transparansi dan akuntabilitas publik. Terdapat beberapa
kriteria untuk mengukur sejauhmana Efektifitas perencanaan,
penyusunan, pelaksanaan tata usaha, pertanggungjawaban,
dan pengawasan APBD yaitu :
Kewajaran Laporan Keuangan (Lapkeu), berdasarkan
audit Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007xxvii
terhadap laporan keuangan Pemerintah Kota Magelang
tahun 2007 maka diperoleh hasil opini yaitu wajar dengan
pengecualian (WDP). Pengeculian ini dikarenakan adanya
Dinas Pendidikan belum menyajikan asset yang berasal
dari bantuan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Propinsi,
sehingga asset Dinas Pendidikan sebesar
Rp.226.467.708.561 kurang dapat diyakini kewajarannya.
Besaran SILPA, merupakan realisasi SILPA dibagi jumlah
pendapatan dikalikan 100 prosen (%), seperti terlihat
dalam tabel berikut ini:
Tabel 1. 6Tabel Realisasi SILPA terhadap Jumlah Pendapatan
TAHUN SILPA (Rp.) TOTAL PENDAPATAN(Rp.) %2007 75,655,567,000 315,875,304,000 23.95
Sumber : Laporan Realisasi Anggaran Kota Magelang, 2007 (diolah)
berdasarkan tabel tersebut maka prosentase (%) SILPA
terhadap total pendapatan adalah 23,95 %. Sebagai
salah satu upaya untuk menjaga kesinambungan fiskal
(sustainable fiscal) pembiayaan dimasa yang akan
datang maka Pemerintah Kota Magelang telah
melakukan efisiensi pengeluaran belanja yang kemudian
disimpan dalam Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Daerah
Tahun sebelumnya (SILPA). Secara grafik dapat dilihat
dibawah ini:
Grafik 1.4Grafik Besaran SILPA terhadap Total Pendapatan
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007xxviii
Proporsi Belanja, merupakan prosentase perbandingan
antara jumlah belanja langsung dibagi dengan jumlah
APBD dikalikan 100 prosen (%). Dalam Tahun 2007,
sesuai dengan tabel dibawah ini :
Tabel 1. 7Tabel Belanja Langsung terhadap Jumlah APBD
No Uraian Anggaran (Rp.) Realiasi (Rp.) %
2 BELANJA DAERAH 351,531,871,000.00 317,029,444,983.00 90.19 2.1 Belanja Tidak
Langsung173,518,360,000.00 153,967,181,508.00 88.73
2.1.1 Belanja Pegawai 150,529,498,000.00 142,048,666,478.00 94.372.1.2 Belanja Bunga 0.00 0.00 2.1.3 Belanja Subsidi 0.00 0.00 2.1.4 Belanja Hibah 0.00 0.00 2.1.5 Belanja Bantuan Sosial 10,679,655,000.00 9,241,410,861.00 86.532.1.6 Belanja Bagi hasil
Kepada Provinsi/Kab/Kota dan Pemdes
2,800,538,000.00 2,630,111,169.00 93.91
2.1.7 Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemdes
0.00 0.00
2.1.8 Belanja TidakTerduga 9,508,669,000.00 46,993,000.00 0.49 2.2 Belanja Langsung 178,013,511,000.00 163,062,263,475.00 91.602.2.1 Belanja Pegawai 23,088,250,000.00 20,278,178,436.00 87.832.2.2 Belanja Barang dan Jasa 76,285,328,000.00 68,205,037,999.00 89.412.2.3 Belanja Modal 78,639,933,000.00 74,579,047,040.00 94.84
Sumber : Laporan Realisasi Anggaran Kota Magelang, 2007
Proporsi belanja untuk Indikator Kinerja Kunci (IKK)
proporsi belanja langsung sebagaimana tabel di atas
dimana jumlah belanja langsung sebesar Rp.
163.062.263.475 dibagi dengan belanja APBD sebesar
Rp. 351.531.871.000,- dikalikan 100% dihasilkan capaian
kinerja sebesar 46,38%.
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 xxix
Realisasi Pendapatan, merupakan prosentase
perbandingan antara realisasi pendapatan dibagi dengan
total pendapatan APBD dikalikan 100 prosen (%). Dalam
Tahun 2007, prosentasenya sesuai dengan tabel dibawah
ini :
Tabel 1. 8Tabel Realisasi Pendapatan terhadap APBD
No Uraian Anggaran (Rp.) Realisasi (Rp.) % 1 PENDAPAT
AN DAERAH
315,875,304,000.00
325,829,691,927.19
103.15
1.1 Pendapata
n Asli Daerah
30,969,916,000.00
35,814,844,996.19
115.64
1.1.1
Pajak Daerah
4,281,286,000.00 5,052,524,991.00 118.01
1.1.2
Retribusi Daerah
19,820,477,000.00 21,525,877,597.00 108.60
1.1.3
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
1,990,229,000.00 2,062,265,214.00 103.62
1.1.4
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
4,877,924,000.00 7,174,177,194.19 147.07
1.2 Dana
Perimbangan
271,153,047,000.00
276,703,274,596.00
102.05
1.2.1
Dana Bagi Hasil Pajak / Bagi Hasil Bukan Pajak
12,313,047,000.00 17,863,274,596.00 145.08
1.2.2
Dana Alokasi Umum
235,917,000,000.00
235,917,000,000.00
100.00
1.2.3
Dana Alokasi Khusus
22,923,000,000.00 22,923,000,000.00 100.00
1.3 Lain-lain
Pendapatan Daerah yang Sah
13,752,341,000.00
13,311,572,335.00
96.79
1.3.1
Hibah 0.00 0.00
1.3.2
Dana Darurat
0.00 0.00
1.3.3
Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya
10,668,531,000.00 10,245,262,335.00 96.03
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 xxx
No Uraian Anggaran (Rp.) Realisasi (Rp.) % 1.3.4
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
0.00 0.00
1.3.5
Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya
3,083,810,000.00 3,066,310,000.00 99.43
Sumber : Laporan Realisasi Anggaran Kota Magelang, 2007
Rasio realisasi Pendapatan dibandingkan dengan Total
Pendapatan adalah sebesar 103,15 %. Hal ini dapat
diartikan bahwa terdapat kelebihan dari target
pendapatan yang telah direncanakan. Pemenuhan target
tersebut tentu saja merupakan hasil dari pemaksimalan
potensi pendapatan yang terdapat di Kota Magelang
selain upaya yang terus menerus dan tidak mengenal
lelah dari unsur-unsur pemungut pajak dan usaha yang
keras untuk mewujudkan efisiensi dan efektifitas
pemungutan pajak. Selanjutnya dapat dilihat besarnya
realisasi anggaran pendapatan dibandingkan dengan
pendapatan yang direncanakan dalam APBD seperti
grafik berikut ini :
Grafik 1.5Grafik Realisasi pendapatan terhadap Pendapatan yang direncanakan
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 xxxi
Realisasi Belanja, merupakan prosentase (%) realisasi
belanja terhadap total belanja APBD. Pada tahun 2007,
prosentasenya (%) seperti terlihat dalam tabel fokus
Proporsi Belanjacdiatas, maka Rasio realisasi belanja
terhadap anggaran belanja adalah sebesar 90,19 %,
artinya terdapat penghematan belanja berupa efisiensi
biaya pada kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan.
Efisiensi biaya yang dilakukan tersebut dengan tetap
memperhatikan capaian kinerja yang sudah
direncanakan, sehingga konsep value for money dapat
dicapai.
Pengawasan Inspektorat Kota dalam siklus
pengelolaan keuangan daerah maka tahapan terakhir
yang harus dilaksanakan adalah pengawasan anggaran,
sebagai wujud akuntabilitas. Salah satu tolok ukur yang
dapat dipakai adalah dengan melihat frekuensi kunjungan
Inspektorat Daerah ke setiap SKPD, adapun
perhitungannya adalah dengan membandingkan temuan
BPK RI yang ditindaklanjuti dengan temuan BPK RI tahun
2006. Adapun jumlah temuan BPK RI yang ditindaklanjuti
pada tahun 2007 sebanyak 20 temuan, sedangkan
temuan tahun 2006 sebanyak 11 temuan, sehingga rasio
temuan BPK RI yang ditindaklanjuti sebesar 181,82%.
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007xxxii
l. Pengelolaan potensi daerah
kriteria untuk mengukur Kinerja Pengelolaan potensi daerah
ada dua fokus yaitu :
1)Peta Potensi Daerah, Otonomi daerah harus ditopang
dengan kemandirian yang memadai agar dapat menjalankan
roda pembangunan daerahnya berdasarkan peta potensi
yang dimiliki oleh setiap daerah. Untuk mengetahui capian
kinerja untuk Indikator Kinerja Kunci Rasio realisasi PAD
2007 terhadap potensi PAD dengan membandingkan jumlah
realisasi PAD Kota Magelang Tahun 2007 sebesar Rp.
35.814.844.996,- dengan perkiraan potensi PAD Tahun 2007
sebesar Rp. 30.969.916.000,- yaitu sebesar 115,64%.
Untuk lebih meningkatkan PAD, Pemerintah Daerah telah
melakukan upaya dengan memperluas basis penerimaan,
memperkuat proses pemungutan, meningkatkan
pengawasan, meningkatkan efisiensi administrasi dan
menekan biaya pemungutan, meningkatkan kapasitas
penerimaan melalui perencanaan yang lebih baik.
2)Peningkatan PAD, Indikator Kinerja Kunci (IKK) fokus ini
yaitu peningkatan PAD merupakan kenaikan atau penurunan
PAD dibagi dengan PAD tahun lalu. Seperti terlihat dalam
tabel berikut ini:
Tabel 1. 9Tabel Peningkatan APBD
Uraian 2006 2007 Lebih Kurang (Rp.)
%
PAD 29,389,593,000 30,969,916,000 1,580,323,000 5.38
Sumber : Perda Perubahan APBD 2006 dan APBD 2007 (diolah)
Capaian kinerja dari Indikator Kinerja Kunci (IKK) Peningkatan
PAD yaitu dengan membandingkan kenaikan atau penurunan
PAD Kota Magelang Tahun 2007 sebesar Rp. 1.580.323.000,-
dengan PAD Tahun 2006 yaitu sebesar 5,38%, hal ini
menunjukkan masih relatif kecil kenaikan prosentasenya, oleh
karena itu upaya yang ditempuh di Pemerintah Kota Magelang
adalah dengan menggali potensi PAD yang telah dipetakan
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007xxxiii
diatas, disamping dengan menekan distorsi penerimaan
Pendapatan Asli Daerah. Secara grafik dapat dilihat
perkembangan PAD dari Tahun 2006 ke Tahun 2007:
Grafik 1.5Grafik Perbandingan PAD Tahun 2006 dan Tahun 2007
m. Terobosan / inovasi baru dalam penyelenggaraan pemerintahan
daerah
Aspek ini mempunyai tiga fokus yang dipergunakan sebagai
indikator penilaian yaitu :
1) inovasi baru, dengan indikator kinerja kunci yaitu jumlah
inovasi yang dikembangkan dalam rangka peningkatan
pelayanan publik dan kesejahteraan mayarakat.
2) pengadaan barang dan jasa, dengan indikator kinerja kunci
yaitu keberadaan E - procurement.
3) daya saing daerah, indikator kinerja kuncinya adalah jumlah
persetujuan investasi yang merupakan jumlah realisasi ijin
investasi dalam tahun 2007.
Terkait dengan aspek inovasi baru ada beberapa inovasi yang
dikembangkan oleh Pemerintah Kota Magelang dalam rangka
peningkatan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat
diantaranya adalah :
Desa Buku Taman Kyai Langgeng
Desa Buku Taman Kyai Langgeng merupakan aset
pariwisata yang dimiliki Kota Magelang mengingat
keberadaannya sebagai satu - satunya desa buku yang ada
di Indonesia, dan desa buku ke enam yang ada di Asia
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007xxxiv
Tenggara. Keberadaan Desa Buku Taman Kyai Langgeng
dengan didukung manajemen pengelolaan yang baik
sehingga diharapkan akan mampu mendongkrak
keberadaan pariwisata Kota Magelang.
Lembaga Keuangan Kelurahan (LKK)
Pembentukan LKK ini sebagai sebagai salah satu kegiatan
dalam rangka pelaksanaan program pengentasan
kemiskinan. Keberadaan Lembaga ini dibentuk dengan
tujuan untuk dapat memberikan fasilitasi pelayanan
keuangan kepada masyarakat, meningkatkan dan
menumbuhkan sentra - sentra industri kelembagaan,
program, permodalan dan akses sumber daya pengusaha
mikro. Selain itu juga untuk menumbuhkan kemampuan
dalam pengelolaan dana bergulir terpadu dan profesional
dengan pembukuan yang dapat dipertanggung-jawabkan
serta bertujuan untuk meningkatkan pendapatan pengusaha
mikro.
Krenova
Penyelenggaraan krenova oleh Pemerintah Kota Magelang
dengan tujuan untuk menjaring dan memotivasi masyarakat
Kota Magelang di bidang pengembangan inovasi dan kreasi
ilmu pengetahuan dan tehnologi. Krenova ini
diselenggarakan dengan tujuan untuk meningkatkan
kreativitas dan inovasi masyarakat guna penggalian dan
penemuan tehnologi baru yang diharapkan mampu
memperkuat struktur ekonomi kerakyatan dan industri.
Pengembangan sarana dan prasarana rumah sederhana
sehat
Kegiatan ini dilaksanakan dengan sasaran kegiatan guna
tercapainya peningkatan kualitas dn derajad kesehatan
masyarakat yang mempunyai rumah yang kurang layak huni
menjadi layak huni dengan derajad kesehatan yang
memadai.
RAD- PK
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007xxxv
Rencana Aksi Daerah Pemberantasan Korupsi (RAD – PK)
merupakan program Nasional yang mana Kota Magelang
sebagai salah satu pilot project dari kegiatan tersebut.
Adapun tujuan diselenggarakannya kegiatan RAD-PK di Kota
Magelang adalah untuk mensosialisasikan dokumen RAD-PK
kepada seluruh stakeholders.
Beberapa dokumen perencanaan dan inovasi yang
dikembangkan oleh Pemerintah Kota Magelang pada tahun
2007 dalam rangka peningkatan pelayanan publik dan
kesejahteraan masyarakat diantaranya :
a. Dokumen masterplan penanggulangan kemiskinan di
Kota Magelang;
b. Dokumen masterplan pendidikan;
c. Dokumen perencanaan Pengembangan Sistem
Kesehatan Daerah.
d. Dokumen Profil Investasi Kota Magelang Tahun 2007
Terkait dengan fokus pengadaaan barang dan jasa, pada tahun
2007 Pemerintah Kota Magelang belum memberlakukan E-
procurement sehingga capaian kinerjanya sebesar nol.
Fokus selanjutnya dari aspek ini adalah daya saing daerah.
Berdasarkan data pada PDRB Tahun 2007 (harga berlaku). Nilai
investasi Kota Magelang pada tahun 2006 dan 2007 dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1. 10Tabel Nilai Investasi Kota Magelang
Investasi di Kota MagelangNilai Investasi (berdasarkan harga berlaku)
2006 2007Pembentukan Modal Tetap Bruto
454.493.590.000 508.653.340.000
Penambahan Stock 100.277.280.000 120.286.166.000
Total Investasi 554.770.870.000 628.939.500.000
Berdasarkan tabel tersebut di atas dapat diketahui bahwa nilai
investasi di Kota Magelang pada tahun 2007 mengalami
kenaikan sebesar Rp.74.168.630.000,- atau sebesar 13,37%.
Berdasarkan catatan dari Dinas Pelayanan Terpadu dan
Penanaman Modal pada tahun 2007 ini, tidak ada realisasi ijin
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007xxxvi
investasi di Kota Magelang. Dengan demikian capaian kinerja
jumlah persetujuan investasi dalam tahun 2007 adalah nol.
2. Tataran Pelaksana Kebijakan
a. Kebijakan teknis penyelenggaraan urusan pemerintahan
Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2007 merupakan
pelaksanaan tahun ketiga dari Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2004–2009 dan merupakan
kelanjutan RKP Tahun 2006, serta digunakan sebagai pedoman
bagi penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN). Penetapan kebijakan APBN dilaksanakan secara
bersama-sama antara Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan
Pemerintah. Dengan cakupan dan cara penetapan tersebut,
RKP mempunyai fungsi pokok sebagai berikut:
- Menjadi acuan bagi seluruh komponen bangsa, karena
memuat seluruh kebijakan publik;
- Menjadi pedoman dalam menyusun APBN, karena memuat
arah kebijakan pembangunan nasional satu tahun; dan
- Menciptakan kepastian kebijakan, karena merupakan
komitmen Pemerintah.
Bahwa sesuai Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2004
tentang Rencana Kerja Pemerintah, RKP menjadi acuan bagi
Pemerintah Daerah dalam penyusunan RKP Daerah (RKPD).
Berkaitan hal tersebut, Pemerintah Kota Magelang telah
menyusun Rencana Kerja Pemerintah Kota Magelang dengan
Peraturan Walikota Magelang Nomor 7 tahun 2006 tentang
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kota Magelang Tahun 2007.
RKPD Kota Magelang tahun 2007 merupakan penjabaran dari
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota
Magelang tahun 2005-2010 atau Peraturan Daerah (Perda)
Kota Magelang Nomor 9 tahun 2005. Dalam Perda ini memuat
sasaran pembangunan, prioritas pembangunan, kebijakan
pembangunan dan program pembangunan serta rancangan
kerangka ekonomi daerah dan rencana kerja beserta
pendanaan indikatif baik yang langsung dilaksanakan oleh
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007xxxvii
pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong
partisipasi masyarakat dan mengacu pada Rencana Kerja
Pemerintah (RKP).
Dalam hal pelaksanaan program yang mengacu pada Rencana
Kerja Pemerintah, untuk masing-masing Satuan Kerja
Perangkat daerah (SKPD) di Lingkungan Pemerintah Kota
Magelang dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 1. 9Tabel Pelaksanaan Program SKPD yang Mengacu pada RKP
NO NAMA SKPD JMH PROGRAM DI SKPD
RASIO THD PROGRAM NASIONAL
(%)
1 BADAN PERENCANAAN KOTA 13 7,512 BADAN PENGAWASAN KOTA 3 1,733 BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH 4 2,314 BADAN PELAYANAN KESEHATAN
RSU TIDAR3 1,73
5 DINAS PENDIDIKAN 7 4,046 DINAS KESEHATAN 10 5,787 DINAS PEKERJAAN UMUM 7 4,048 DINAS PERHUBUNGAN 4 2,319 DINAS PENGENDALIAN
LINGKUNGAN HIDUP6 3,47
10 DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL
1 0,58
11 DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
4 2,31
12 DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN KEKAYAAN DAERAH
2 1,15
13 DINAS PELAYANAN TERPADU DAN PENANAMAN MODAL
5 2,89
14 DINAS PERTANIAN 15 8,6715 DINAS PERINDUSTRIAN DAN
PERDAGANGAN3 1,73
16 KANTOR KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA
6 3,47
17 KANTOR KESEJAHTERAAN SOSIAL 6 3,4718 KANTOR PELAYANAN KOPERASI
DAN UKM4 2,31
19 KANTOR KESATUAN BANGSA DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT
8 4,62
20 KANTOR SATUAN POLISI PAMONG PRAJA
1 0,58
21 KANTOR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
9 5,20
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007xxxviii
NO NAMA SKPD JMH PROGRAM DI SKPD
RASIO THD PROGRAM NASIONAL
(%)
22 KANTOR INFORMASI DAN KEHUMASAN
2 1,15
23 KANTOR PENGOLAHAN DATA ELEKTRONIK DAN ARSIP
2 1,15
24 KANTOR KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA
3 1,73
25 SEKRETARIAT DAERAH 3 1,7326 SEKRETARIAT DPRD 2 1,1527 KECAMATAN MAGELANG UTARA 8 4,6228 KECAMATAN MAGELANG
SELATAN7 4,04
29 KECAMATAN MAGELANG TENGAH 8 4,62156 90,09
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa semua SKPD di
Lingkungan Pemerintah Kota Magelang telah menindaklanjuti
Program yang dilaksanakan oleh Pemerintah dengan
prosentase yang bervariatif. Prosentase tersebut
diperhitungkan dengan membandingkan jumlah program
yang dilaksanakan oleh masing-masing SKPD dengan
jumlah program nasional dalam RKP. Namun prosentase
tersebut tidak menunjukkan banyaknya kegiatan pendukung
yang dilaksanakan karena perhitungan menggunakan
pendekatan program. Sehingga besar kecilnya prosentase tidak
menggambarkan banyak sedikitnya pelaksanaan kegiatan
sebagai tindak lanjut dari pelaksanaan program nasional.
Secara akumulatif, Program Nasional sebanyak 173 program,
dan telah dilaksanakan/ditindaklanjuti oleh Pemerintah Kota
Magelang sebanyak 156 program sehingga Nilai Capaian
Kinerja Pelaksanaan Program Nasional oleh SKPD
sebesar 90,09%. Hal ini menunjukkan bahwa Program Nasional
yang telah ditetapkan Pemerintah telah
ditindaklanjuti/dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Magelang
hampir 100%.
b. Ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan
Dalam rangka pelaksanaan kebijakan teknis yang telah
ditetapkan oleh Pemerintah, Pemerintah Kota Magelang
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007xxxix
menindaklanjuti dengan Peraturan Walikota dan dilaksanakan
oleh 7 (tujuh) Satuan Kerja Perangkat Daerah. Adapun SKPD
Pelaksana dan Peraturan Walikota yang telah ditetapkan yaitu :
1. Dinas Pendidikan
Peraturan Walikota Magelang Nomor 12 Tahun 2007 tentang
Petunjuk Teknis Penerimaan Peserta Didik baru (PPDB) pada
Taman Kanak-Kanak, Sekolah dan Madrasah di Kota
Magelang tahun Pelajaran 2007/2008
2. Dinas Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah
Peraturan Walikota Magelang Nomor 24 tahun 2007
tentang Pedoman Teknis Retribusi Pengelolaan
Kebersihan Kota Magelang
Peraturan Walikota Magelang Nomor 30 Tahun 2007
tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan
Daerah Tahun Anggaran 2008
Peraturan Walikota Magelang Nomor 5 Tahun 2007
tentang Perubahan atas Peraturan Walikota Magelang
Nomor 26 tahun 2006 tentang Sistem dan Prosedur
Pengelolaan Keuangan Daerah Tahun Anggaran 2007
Peraturan Walikota Magelang Nomor 7 Tahun 2007
tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyaluran dan
Penggunaan Alokasi Dana di Tingkat Kelurahan Tahun
2007
Peraturan Walikota Magelang Nomor 15 Tahun 2007
Pedoman Pengelolaan Keuangan Tunjangan Komunikasi
Intensif bagi Pimpinan dan Anggota DPRD serta Belanja
Penunjang Operasional Pimpinan DPRD Kota Magelang.
3. Dinas Pelayanan Terpadu dan Penanaman Modal
Peraturan Walikota Magelang Nomor 6 tahun 2007 tentang
Pengaturan Hari Kerja dan Penggunaan Pakaian Seragam
Dinas pada DPTPM Kota Magelang
4. Dinas Pertanian
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 xl
Peraturan Walikota Magelang Nomor 20 Tahun 2007 tentang
Pedoman Penyebaran dan Pengembangan Ternak
Pemerintah Kota Magelang
5. Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat
Peraturan Walikota magelang Nomor 14 Tahun 2007 tentang
Pedoman Bantuan Keuangan Kepada Partai yang
menempatkan Kursi di DPRD Kota Magelang
6. Kantor pelayanan Koperasi dan UKM
Peraturan Walikota Magelang Nomor 3 tahun 2007
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Walikota
Magelang Nomor 18 tahun 2007 tentang Pedoman
Pengelolaan Pinjaman dana Bergulir pada Kantor
Pelayanan Koperasi, Usaha Kecil
Peraturan Walikota Magelang Nomor 19 tahun 2007
tentang Petunjuk Teknis Bantuan Modal Penyertaan bagi
KSP/USP Koperasi Kota Magelang tahun 2007
Peraturan Walikota Magelang Nomor 28 tahun 2007
tentang Pedoman pengelolaan Pinjaman dana Bergulir
melalui Kelompok Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Kota
Magelang Tahun Anggaran 2007
7. Sekretariat Daerah
Peraturan Walikota Magelang Nomor 21 tahun 2007
tentang Pengaturan Waktu, Lokasi Berjualan, Konstruksi
Lapak serta Jenis Dagangan Bagi Pedagang Kaki Lima
Kota Magelang
Peraturan Walikota Nomor 22 tahun 2007 tentang
Standarisasi sarana dan Prasarana Kerja
Peraturan Walikota Magelang Nomor 31 Tahun 2007
tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang dan
Jasa Pemerintah Kota Magelang
Berkaitan dengan pelaksanaan peraturan perundang-undangan
yang lain, Pemerintah Kota Magelang juga telah
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 xli
menindaklanjuti Perda yang telah ditetapkan oleh instansi yang
berkaitan yaitu :
8. Badan Perencanaan
Perda No. 2 Tahun 2007 Anggaran dan Pendapatan
Belanja Daerah Kota Magelang Tahun Anggaran 2007.
Perda No.6 Tahun 2007 Perubahan APBD Kota Magelang
Tahun Anggaran 2007.
9. Dinas Perhubungan
Perda No. 7 Tahun 2007 Pengelolaan Tempat Parkir
Perda No. 8 Tahun 2007 Retribusi Parkir di Tepi Jalan
Umum
Perda No. 9 Tahun 2007 Perubahan atas Peraturan
Daerah No.14 Tahun 2002 tentang Retribusi Tempat
Khusus Parkir
10. Sekretaris Daerah
Perda No. 1 Tahun 2007 Retribusi atas Perda Kota
Magelang No. 5 Tahun 2003 tentang Susunan Organisasi
dan Tata Kerja Dinas Daerah.
11. Sekretariat DPRD
Perda No. 4 Tahun 2007 Perubahan Perda No. 1 Tahun
2005 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan
Pimpinan dan Anggota DPRD.
12. Dinas Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan
Daerah
Perda No. 3 Tahun 2007 tentang Pajak Reklame
Perda No. 5 Tahun 2007 tentang Pertanggung Jawaban
Pelaksanaan APBD Tahun 2006
c. Penataan kelembagaan daerah
Aspek Penataan Kelembagaan untuk fokus kesesuaian struktur
jabatan dengan PP 41 Tahun 2007 dinilai melalui 2 (dua)
Indikator Kinerja Kunci (IKK) yaitu rasio struktur jabatan dan
eselonering yang terisi serta keberadaan jabatan fungsional
dalam struktur organisasi SKPD. Capaian kinerja untuk aspek
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 xlii
tersebut diatas NIHIL karena Pemerintah Kota Magelang pada
tahun 2007 belum melaksanakan PP Nomor 41 Tahun 2007
tentang Organisasi Perangkat Daerah yang ditetapkan tanggal
23 Juli 2007 dan diamanatkan di dalam PP 41 tahun 2007 dan
Permendagri Nomor 57 Tahun 2007 paling lambat tanggal 23
Juli 2008 Peraturan Daerah tentang Susunan Kedudukan dan
Tugas Pokok Organisasi Perangkat Daerah harus sudah
ditetapkan. Namun demikian pada tahun 2007 Pemerintah kota
Magelang telah menindaklanjuti PP Nomor 41 Tahun 2007
tersebut dengan Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah
tentang Organisasi Perangkat Daerah di Lingkungan
Pemerintah Kota Magelang dan pada Bulan Desember 2007
telah sampai pada penyampaian Raperda tersebut kepada
DPRD.
d. Pengelolaan kepegawaian daerah
Dilihat dari aspek Pengelolaan Kepegawaian maka untuk fokus
tingkat kompetensi Sumber Daya Manusia dalam
menyelenggarakan tugas SKPD yang relevan dengan urusan
terkait dapat dinilai melalui 4 (empat) Indikator Kinerja Kunci:
Struktur jabatan yang terisi pada tahun yang
bersangkutan
Pejabat yang telah memenuhi persyaratan pendidikan
formal sesuai dengan bidang tugasnya;
Pejabat yang telah memenuhi persyaratan pendidikan
pelatihan kepemimpinan;
Pejabat yang telah memenuhi persyaratan kepangkatan.
Terkait dengan Indikator prosentase struktur jabatan yang terisi
pada tahun 2007 di lingkungan Pemerintah Kota Magelang
dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 1. 12Tabel Struktur Jabatan di Kota Magelang
No Eselon Jabatan Isi Jabatan Kosong Jumlah
1. Eselon II A - 1 1
2. Eselon II B 18 - 18
3. Eselon III A 77 1 78
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 xliii
4. Eselon III B 3 - 3
5. Eselon IV A 262 19 281
6. Eselon IV B 67 1 68
Jumlah Keseluruhan 427 22 449
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah jabatan
keseluruhan yang ada adalah 429 jabatan dan yang sudah terisi
sejumlah 427 jabatan. Sehingga struktur jabatan yang sudah
terisi dapat diperoleh capaian kinerja 427/449 x 100% = 95,
10%.
Sedangkan Indikator yang kedua adalah pejabat yang telah
memenuhi persyaratan pendidikan formal sesuai dengan
bidang tugasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. 13Tabel Pendidikan Formal Pejabat
No
Pejabat/EselonPENDIDIKAN
JMLSMA D-3 D-4 S-1 S-2 S-3
1. Eselon II - - - 6 12 - 18
2. Eselon III - 2 - 54 24 - 80
3. Eselon IV 47 40 7 216 19 - 329
Jumlah Keseluruhan 427
Dari gambaran tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa syarat
pendidikan formal bagi pejabat (eselon II, III dan IV) di
lingkungan Pemerintah Kota Magelang terpenuhi, karena dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 2002 tentang
Pengangkatan Dalam Jabatan Struktural tidak menyebutkan
ketentuan khusus kualifikasi pendidikan formal apabila seorang
PNS menduduki jabatan. Capaian Kinerja untuk pejabat yang
telah memenuhi persyaratan pendidikan formal sesuai dengan
bidang tugasnya adalah 427/429 x 100% = 95,10%
Guna memenuhi syarat kompetensi bagi pejabat struktural
adalah dengan memenuhi pendidikan kepemimpinan yang
dipersyaratkan. Indikator ketiga yaitu pejabat yang telah
memenuhi persyaratan pendidikan pelatihan kepemimpinan
yang diperoleh dari SKPD yang ada di Lingkungan Pemerintah
Kota Magelang terdiri dari Diklat Kepemimpinan Tk II (Eselon II)
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 xliv
diperoleh capaian kinerja sebesar 17/18 x 100% = 94,44%,
Diklat Kepemimpinan Tk III (Eselon III)diperoleh capaian kinerja
sebesar 70/81 x 100% = 87,5% dan Diklat Kepemimpinan Tk.IV
(Eselon IV) diperoleh capaian kinerja sebesar 311/349 x 100%
= 89,11. Sehingga total keseluruhan pejabat di Kota Magelang
yang telah memenuhi persyaratan pendidikan pelatihan
kepemimpinan sebesar 88,64%
Indikator Kinerja Kunci terakhir adalah pejabat yang telah
memenuhi persyaratan kepangkatan di Kota Magelang dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. 14Tabel Kepangkatan Pejabat di Kota Magelang
No
Jabatan/EselonKepangkatan
JmlIIIb IIIc IIId IVa IVb IVc IVd
1. Eselon II - - - - 10 7 1 18
2. Eselon III - - 17 33 30 - - 80
3. Eselon IV 46 129 154 - - - - 329
Jumlah Keseluruhan 427
Dari 449 jabatan yang harus ada, hanya 427 jabatan yang terisi
maka persyaratan kepangkatan untuk pejabat yang telah
menduduki jabatan di lingkungan Pemerintah Kota Magelang
selama tahun 2007 diperoleh capaian kinerja 427/449 x 100%
= 95,10%.
Adapun fokus yang kedua dari aspek pengelolaan kepegawaian
adalah upaya peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia
(SDM), dapat dilihat pada Indikator Kinerja Kunci (IKK) yaitu
anggaran yang digunakan untuk peningkatan kapasitas
pegawai dengan penghitungan alokasi anggaran peningkatan
kualitas SDM dibagi nilai APBD untuk SKPD yang ada. Dari SKPD
yang ada di Lingkungan Pemerintah Kota Magelang, pada tahun
2007 SKPD yang mengalokasikan anggaran untuk program
kegiatan pengembangan kapasitas SDM dapat dilihat pada
tabel dibawah ini:
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 xlv
Tabel 1. 15Tabel Alokasi Anggaran untuk Pengembangan SDM
No Instansi Alokasi Anggaran peningkatan Kualitas SDM/Nilai APBD untuk SKPD x 100%
Capaian Kinerja
1. Diknas 86.000.000/116.743.844.000 x 100% 0,07%
2. DKK 11.500.000/15.024.887.000 x 100% 0,07%
3. RSU Tidar 80.000.000/27.784.513.000 x 100% 0,29%
4. Kantor KB dan KS
740.000/1.857.570.000 x 100% 0,04%
5. Kantor Satpol PP
21.047.000/2.715.383.000 x 100% 0,77%
6. Setwan 489.000.000/5.359.514.000 x 100% 9,12%
7. DPKKD 8.576.000/10.326.267.000 x 100% 0,08%
8. Bawas 24.790.000/2.153.641.000 x 100% 1,15%
9. BKD 2.718.220.000/7.709.890.000 x 100% 35,25%
10. PDE 110.938.000/1.618.218.000 x 100% 6,85%
11. Disperindag 1.890.000/2.688.103.000 x 00% 0,07%
Dari hasil tabel tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
masing-masing SKPD dalam mengalokasikan anggaran
peningkatan kualitas SDM masih rendah. Hal ini disebabkan
bahwa peningkatan kualitas SDM di Kota Magelang
diselenggarakan oleh Badan Kepegawaian Daerah, dimana
serapan anggarannya hanya 35,25% dari total anggaran BKD
sebesar 7.709.890.000,- Sedangkan untuk total anggaran
peningkatan kualitas SDM di Pemerintah Kota Magelang adalah
3.544.701.000/351.531.871.000 x% = 1,01%
e. Perencanaan pembangunan daerah
Pelaksanaan kebijakan perencanaan pembangunan di Kota
Magelang pada prinsipnya telah sesuai dengan Undang-Undang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (UU No.25 Tahun
2004), dimulai dari proses penjaringan aspirasi masyarakat
sampai dengan implementasinya dalam APBD.
Dokumen-dokumen perencanaan pembangunan yang
dipersyaratkan dalam Undang-Undang tersebut telah tersusun,
baik dalam skala Pemerintah Kota maupun SKPD. Dari 29 SKPD
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 xlvi
hanya Dinas Pendidikan yang pada saat itu belum mempunyai
Renstra, sedangkan dokumen Renja SKPD selalu ada pada
semua SKPD sebagai syarat dan menjadi dasar dalam
penyusunan RKPD. Sebagai dasar dalam penyusunan RAPBD,
maka setiap SKPD telah menyusun RKA untuk masing-masing
kegiatan sebagaimana tertuang Renja SKPD.
Dari 260 program yang mestinya dijalankan oleh SKPD pada
tahun 2007 sebagaimana tertuang dalam RKPD, ada 13
program SKPD yang tidak dituangkan dalam Renja SKPD yang
terdiri dari :
2 program pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil;
3 program pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi;
2 program pada Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM;
1 program pada Kantor Kesatuan Bangsa dan
Perlindungan Masyarakat; dan
5 program pada Kantor Pemberdayaan Masyarakat.
Hal tersebut utamanya disebabkan adanya efisiensi dan
keterbatasan APBD disamping adanya kebijakan-kebijakan baru
yang menuntut adanya beberapa perubahan, dalam hal ini
penundaan beberapa program dan kegiatan.
Perubahan penting yang berpengaruh lainnya adalah adanya
pemecahan kecamatan yang semula dua kecamatan menjadi
tiga kecamatan dan perubahan SOTK yang memunculkan SKPD
baru yakni Kecamatan Magelang Tengah dan DPTPM (Dinas
Pelayanan Terpadu dan Penanaman Modal).
Perubahan tersebut memperbesar jumlah program yang
dijalankan oleh SKPD menjadi 291 program.
Kebijakan plafonisasi anggaran telah banyak membantu
sinkronisasi antara Renja dan RKA untuk RAPBD, sehingga
perbedaan tidak terjadi dalam program, karena masing-masing
SKPD telah mempunyai acuan perkiraan anggaran maksimal
untuk mencapai target kinerjanya. Perubahan hanya terjadi
pada kegiatan yakni dalam hal urgensinya maupun jumlah
anggaran yang diperlukan.
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 xlvii
Hal lain yang mendukung adalah bahwa proses perencanaan
dari awal senantiasa juga berusaha melibatkan DPRD, sehingga
sinkronisasi program juga terlihat hingga ke APBD dan
implementasinya dalam Dokumen Pengeluaran Anggaran
(DPA).
Kesimpulannya adalah tidak ada program dalam Renja yang
tidak diakomodir dalam RKA maupun DPA.
f. Pengelolaan keuangan daerah
Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan
yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,
pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan
daerah.
Pengelolaan keuangan daerah Kota Magelang dilaksanakan
dalam suatu sistem yang terintegrasi yang diwujudkan dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang
ditetapkan dengan peraturan daerah, yaitu:
1. Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 2 Tahun
2007 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Tahun Anggaran 2007;
2. Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 6 Tahun
2007 tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Tahun Anggaran 2007;
Tahun 2007 merupakan tahun pertama penerapan pengelolaan
keuangan daerah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 58
Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, yang
secara operasional diatur dalam Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah. Sehingga APBD Tahun Anggaran 2007 juga
merupakan APBD pertama yang disusun berdasarkan pada
ketentuan tersebut diatas.
Selain itu, dalam penyusunan APBD Tahun Anggaran 2007 juga
berpedoman pada Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)
Tahun 2007, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 26 Tahun
2006 tentang Pedoman Penyusunan APBD Tahun Anggaran
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 xlviii
2007 serta Kerangka Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan
Keuangan Daerah Tahun 2007, sebagaimana tertuang dalam
Nota Kesepakatan bersama antara Pemerintah Kota Magelang
dengan DPRD Kota Magelang tentang dokumen Kebijakan
Umum APBD (KUA) Tahun Anggaran 2007 dan Prioritas dan
Plafon Anggaran (PPA) Tahun Anggaran 2007.
Banyaknya ketentuan yang terkait dan mengikat dalam
penyusunan APBD, dimaksudkan untuk mewujudkan
sinkronisasi dan sinergitas dalam perencanaan dan
penganggaran daerah, sehingga pengelolaan keuangan daerah
dapat dipertanggungjawabkan baik aspek teknis, prosedur,
materiil maupun aspek legalitasnya.
Terkait dengan pengelolaan keuangan daerah, pengukuruan
indikator kinerja kunci dalam suplemen LPPD ini difokuskan
pada 4 (empat) hal, yaitu:
1. Alokasi anggaran
Dengan rumus sebagai berikut:
(alokasi anggaran SKPD : total APBD) x 100%
Yang dimaksud dengan:
alokasi anggaran SKPD adalah total anggaran belanja
SKPD
total APBD adalah total anggaran belanja APBD
2. besaran belanja modal
Dengan rumus sebagai berikut:
(belanja modal : total belanja SKPD) x 100%
Yang dimaksud dengan:
belanja modal adalah realisasi belanja modal SKPD
total belanja SKPD adalah total anggaran belanja SKPD
3. besaran belanja pemeliharaan.
Terbagi dalam 2 (dua) rumus sebagai berikut:
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 xlix
(total belanja pemeliharaan : total belanja barang dan
jasa SKPD) x 100%
Yang dimaksud dengan:
total belanja pemeliharaan adalah total realisasi belanja
pada kegiatan pemeliharaan
total belanja barang dan jasa SKPD adalah total anggaran
belanja barang dan jasa SKPD
(total belanja pemeliharaan : total belanja SKPD) x 100%
Yang dimaksud dengan:
total belanja pemeliharaan adalah total realisasi belanja
pada kegiatan pemeliharaan
total belanja SKPD adalah total anggaran belanja SKPD
4. Laporan Keuangan SKPD, meliputi ada atau tidaknya
dokumen pendukung di dalam laporan keuangan SKPD yang
berupa neraca, maupun CaLK.
Adapun secara rinci perhitungan IKK masing-masing SKPD
sebagaimana terlampir.
g. Pengelolaan barang milik daerah
Barang milik daerah sebagai salah satu unsur penting dalam
rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan
masyarakat harus dikelola dengan baik dan benar, yang pada
gilirannya dapat mewujudkan pengelolaan barang milik daerah
dengan memperhatikan azas-azas sebagai berikut:
Azas fungsional, yaitu pengambilan keputusan dan
pemecahan masalah dibidang pengelolaan barang milik
daerah yang dilaksanakan oleh kuasa pengguna barang,
pengguna barang, pengelola barang dan Kepala Daerah
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 l
sesuai fungsi, wewenang dan tanggung jawab masing-
masing;
Azas kepastian hukum, yaitu pengelolaan barang milik
daerah harus dilaksanakan berdasarkan hukum dan
peraturan perundang-undangan;
Azas transparansi, yaitu penyelenggaraan pengelolaan
barang milik daerah harus transparan terhadap hak
masyarakat dalam memperoleh informasi yang benar;
Azas efisiensi, yaitu pengelolaan barang milik daerah
diarahkan agar barang milik daerah digunakan sesuai
batasan-batasan standar kebutuhan yang diperlukan dalam
rangka menunjang penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi
pemerintahan secara optimal;
Azas akuntabilitas, yaitu setiap kegiatan pengelolaan barang
milik daerah harus dapat dipertanggungjawabkan kepada
rakyat;
Azas kepastian nilai, yaitu pengelolaan barang milik daerah
harus didukung oleh adanya ketepatan jumlah dan nilai
barang dalam rangka optimalisasi pemanfaatan dan
pemindahtanganan barang milik daerah serta penyusunan
neraca Pemerintah Daerah.
Barang milik daerah adalah semua kekayaan daerah baik yang
dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah maupun yang berasal dari perolehan lain yang
sah baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak beserta
bagian-bagiannya ataupun yang merupakan satuan tertentu
yang dapat dinilai, dihitung, diukur atau ditimbang termasuk
hewan dan tumbuh-tumbuhan kecuali uang dan surat-surat
berharga lainnya.
Barang milik daerah sebagaimana tersebut di atas, terdiri dari:
barang yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah yang
penggunaannya/ pemakaiannya berada pada Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD)/Instansi/lembaga Pemerintah
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 li
Daerah lainnya sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan;
barang yang dimiliki oleh Perusahaan Daerah atau Badan
Usaha Milik Daerah lainnya yang status barangnya
dipisahkan.
Barang milik daerah yang dipisahkan adalah barang daerah
yang pengelolaannya berada pada Perusahaan Daerah atau
Badan Usaha Milik Daerah lainnya yang anggarannya
dibebankan pada anggaran Perusahaan Daerah atau Badan
Usaha Milik Daerah lainnya.
Adapun siklus pengelolaan barang milik daerah merupakan
rangkaian kegiatan dan/atau tindakan yang meliputi:
a. perencanaan kebutuhan dan penganggaran;
b. pengadaan;
c. penerimaan, penyimpanan dan penyaluran;
d. penggunaan;
e. penatausahaan;
f. pemanfaatan;
g. pengamanan dan pemeliharaan;
h. penilaian;
i. penghapusan;
j. pemindahtanganan;
k. pembinaan, pengawasan dan pengendalian;
l. pembiayaan;
m. tuntutan ganti rugi.
Dalam pengelolaan barang milik daerah Pemerintah Kota
Magelang telah berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Barang Milik Daerah.
Pengukuruan indikator kinerja kunci pengelolaan barang milik
daerah dalam suplemen LPPD ini difokuskan pada 3 hal, yaitu:
manajemen aset SKPD, penggunaan tanah oleh SKPD dan
penggunaan asset SKPD. Adapun perhitungan IKK masing-
masing SKPD sebagaimana terlampir.
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 lii
h. Pemberian fasilitasi terhadap partisipasi masyarakat
Bahwa dalam rangka pelayanan kepada masyarakat
Pemerintah Kota Magelang menyediakan fasilitas/prasarana
pelayanan baik dari pemerintah kota magelang kepada
masyarakat maupun bagi masyarakat yang akan
menyampaikan pengaduan terhadap pelayanan pemerintah
Kota Magelang. Fasilitasi terhadap partisipasi masyarakat
tersebut merupakan upaya pemerintah untuk meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat menuju pelayanan prima.
Adapun bentuk-bentuk fasilitasi/prasarana yang diberikan oleh
Pemerintah Kota Magelang kepada masyarakat antara lain
berupa :
Papan Pengumuman, yang hampir di seluruh Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) tersedia dan memberikan
pengumuman sesuai dengan kebutuhan masing-masing
SKPD.
Leaflet, yang dibuat dalam rangka menyampaikan informasi-
informasi tertentu agar dapat langsung diterima oleh
masyarakat dan mengefektifkan peran/partisipasi
masyarakat terhadap informasi yang disampaikan.
Mobil Keliling, yang disediakan oleh Pemerintah Kota
Magelang dalam rangka mendekatkan pelayanan kepada
masyarakat, antara lain adanya mobil perpustakaan
keliling,mobil puskesmas keliling dan mobil patroli dari Dinas
Perhubungan dan Kantor Satpol PP. Pemkot Magelang juga
melaksanakan pengelolaan persampahan dengan sistem
pengambilan sampah dari depo untuk dibawa ke Tempat
Pembuangan Sampah Akhir, yaitu dengan mobil keliling di
masing-masing kelurahan dan mobil keliling untuk
pengambilan sampah dari masing-masing kelurahan ke TPA.
Pengumuman di Mass Media, dilakukan sesuai dengan
kebutuhan, misalnya dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan daerah, sesuai dengan amanat peraturan
bahwa pemerintah daerah harus menyampaikan informasi
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 liii
penyelenggaraan pemerintahan kepada masyarakat. Selain
penyampaian informasi tersebut, dalam rangka pelaksanaan
kegiatan yang berhubungan dengan pengadaan barang dan
jasa, SKPD menyampaikan informasi melalui media massa.
Adapun bentuk fasilitasi/prasarana yang disediakan oleh
Pemerintah Kota Magelang kepada masyarakat yang akan
menyampaikan pengaduan berkaitan dengan penyelenggaraan
pemerintahan telah disediakan Pos Pengaduan, baik di masing-
masing SKPD terutama SKPD yang memberikan pelayanan
langsung kepada masyarakat maupun pos pengaduan yang
ditujukan kepada Walikota melalui website
www.magelangkota.go.id.
Terkait dengan Indikator yang kedua yaitu responsibilitas
terhadap partisipasi masyarakat, dengan indikator kinerja
keberadaan survey kepuasan masyarakat. Pemerintah Kota
Magelang melalui Bagian Organisasi Setda Kota Magelang pada
Tahun 2007 telah melaksanakan survey IKM, bahkan survey
tersebut telah mulai dilaksanakan oleh Pemerintah Kota
Magelang Tahun 2005. Survey tersebut dilaksanakan
berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara (PAN) Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman
Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit
Pelayanan Instansi Pemerintah. Adapun pada Tahun 2007
Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) terhadap pelayanan
Pemerintah termasuk dalam kategori BAIK, meskipun ada
sedikit penurunan dari tahun sebelumnya. Hal ini lebih
dimungkinkan karena jumlah layanan yang menjadi obyek
penilaian lebih banyak dan semakin kritisnya masyarakat yang
menjadi responden yang menghendaki pelayanan prima dari
pemerintah.
B. Tingkat Pencapaian Standar Pelayanan Minimal
1. Urusan Wajib
a. Pendidikan
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 liv
Urusan pendidikan dinilai melalui cukup banyak Indikator
Kinerja Kunci (IKK) yaitu berjumlah 15 (limabelas) IKK. Adapun
Indikator-indikator tersebut meliputi :
1) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
2) Penduduk yang berusia >15 tahun melek huruf (tidak buta
aksara)
3) Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI/Paket A
4) Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs/Paket B
5) Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/SMK/MA/Paket C
6) Angka Putus Sekolah (APS) SD/MI
7) Angka Putus Sekolah (APS) SMP/MTs
8) Angka Putus Sekolah (APS) SMA/SMK/MA
9) Angka Kelulusan (AL) SD/MI
10) Angka Kelulusan (AL) SMP/MTs
11) Angka Kelulusan (AL) SMA/SMK/MA
12) Angka Melanjutkan (AM) dari SD/MI ke SMP/MTs
13) Angka Melanjutkan (AM) dari SMP/MTs ke SMA/SMK/MA
14) Guru yang memenuhi kualifikasi S-1/D-IV
Dari sejumlah 5.898 anak usia 4-6 tahun di Kota Magelang
terdapat sejumlah 2.706 anak yang bersekolah pada jenjang
Taman Kanak-kanak (TK), RA dan Penitipan Anak sehingga
capaian kinerja untuk indikator Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD) di Kota Magelang Tahun 2007 sebesar 45,89%.
Sedangkan untuk indikator penduduk yang berusia >15 tahun
melek huruf (tidak buta aksara) di Kota Magelang Tahun 2008
dilihat dari Jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas sebanyak
92.307 orang, sedangkan dari jumlah tersebut penduduk yang
dapat baca tulis sebanyak 91.121 orang. Berdasarkan data
tersebut, maka capaian kinerja untuk indikator penduduk yang
berusia >15 tahun melek huruf (tidak buta aksara) adalah
98,71%.
Indikator Angka Partisipasi Murni (APM) dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Tabel 1. 16Tabel Indikator APM
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 lv
NO Jenis APM Uraian Jumlah Capaian Kinerja (%)
1 SD/MI/Paket A
Jumlah siswa usia 7-12 tahun jenjang SD 15.464
137,49Jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun 11.247
2 SMP/MTs/Paket B
Jumlah siswa usia 13-15 tahun jenjang SMP 10.216
158,95Jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun 6.427
3 SMA/SMK/MA/ Paket C
Jumlah siswa usia 16-18 tahun jenjang SMA 16.025
206,13Jumlah penduduk kelompok usia 16-18 tahun 7.774
Capaian kinerja untuk Indikator Kinerja Kunci APK dan APM di
Kota Magelang untuk semua tingkatan diatas 100%, kondisi ini
terjadi karena jumlah daya tampung sekolahan yang ada di
Kota Magelang lebih banyak dibandingkan dengan jumlah
penduduk usia sekolah di Kota Magelang sehingga fasilitas
pelayanan pendidikan di Kota Magelang banyak dimanfaatkan
oleh daerah Hinterland seperti warga Kabupaten Magelang,
Semarang, Temanggung, Wonosobo, Purworejo dan Kebumen.
Indikator selanjutnya dalam menilai capaian kinerja
penyelenggaraan pemerintahan daerah urusan pendidikan
adalah Angka Putus Sekolah (APS). Adapun APS di Kota
Magelang untuk berbagai tingkatan dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Tabel 1. 17Tabel Indikator APS
NO Jenis APS Uraian JumlahCapaian Kinerja
(%)
1 SD/MI
Jumlah putus sekolah pada tingkat dan jenjang SD
2
0,01Jumlah siswa pada tingkat yang sama dan jenjang SD pada tahun ajaran sebelumnya
15.295
2 SMP/MTs Jumlah putus sekolah pada 36 0,35
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 lvi
tingkat dan jenjang SMP
Jumlah siswa pada tingkat yang sama dan jenjang SMP pada tahun ajaran sebelumnya
10.216
3 SMA/SMK/MA
Jumlah putus sekolah pada tingkat dan jenjang SMA/SMK/MA
140
0,81Jumlah siswa pada tingkat yang sama dan jenjang SMA/SMK/MA pada tahun ajaran sebelumnya
17.223
Capaian kinerja untuk Indikator Kinerja Kunci APS di Kota
Magelang untuk semua tingkatan besarnya dibawah 1%,
dimana APS terendah SD/MI sebesar 0,01% dan APS tertinggi
SMA/SMK/MA yaitu sebesar 0,81%, sedangkan capaian kinerja
APS SMP/MTs sebesar 0,34%.
Angka kelulusan (AL) juga merupakan salah satu Indikator
Kinerja Kunci untuk urusan pendidikan, dimana angka kelulusan
ini meliputi AL SD/MI, SMP/MTs dan SMA/SMK/MA. Adapun
capian kinerja untuk indikator Angka Kelulusan (AL) dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 1. 18Tabel Indikator Angka Kelulusan (AL)
NO Jenis AL Uraian Jumlah Capaian Kinerja (%)
1 SD/MI
Jumlah lulusan pada jenjang SD/MI 2.261
100,00Jumlah siswa tingkat tertinggi pada jenjang SD/MI pada tahun ajaran sebelumnya
2.261
2 SMP/MTs
Jumlah lulusan pada jenjang SMP/MTs 3.194
94,46Jumlah siswa tingkat tertinggi pada jenjang SMP/MTs pada tahun ajaran sebelumnya
3.381
3 SMA/SMK/MA
Jumlah lulusan pada jenjang SMA/SMK/MA 4.790
89,90Jumlah siswa tingkat tertinggi pada jenjang SMA/SMK/MA pada tahun ajaran sebelumnya
5.328
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa Angka
Lulusan di Kota Magelang untuk SD/MI mencapai 100,00%,
sedangkan untuk SMP/MTs sebesar 94,46% dan SMA/SMK/MA
sebesar 89,90%.
Terkait dengan angka kelulusan sekolah, maka indikator
selanjutnya adalah Angka Melanjutkan (AM) dari SD/MI ke
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 lvii
SMP/MTs maupun dari SMP/MTs ke SMA/SMK/MA. Capaian
kinerja
untuk indikator ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 1. 19Tabel Indikator AM
NO Jenis AM Uraian Jumlah Capaian Kinerja (%)
1 SD/MI ke SMP/MTs
Jumlah siswa baru tingkat I pada jenjang SMP/MTs 2.175
95,68Jumlah lulusan pada jenjang SD/MI tahun ajaran sebelumnya 2.273
2 SMP/MTs ke SMA/SMK/MA
Jumlah siswa baru tingkat I pada jenjang SMA/SMK/MA 1.687
92,18Jumlah lulusan pada jenjang SMP/MTs tahun ajaran sebelumnya
1.830
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa capian kinerja
untuk indikator Angka Melanjutkan (AM) dari SD/MI ke SMP/MTs
sebesar 95,68%, sedangkan Angka Melanjutkan (AM) dari
SMP/MTs ke SMA/SMK/MA sebesar 92,18%.
Capaian kinerja untuk guru yang memenuhi kualifikasi S-1/D-IV
dapat dihitung dari jumlah guru di Kota Magelang yang
berijazah S-1 dan D-IV sebanyak 1.512 orang dibandingkan
dengan jumlah seluruh guru yang ada di Kota Magelang baik
guru SD/MI, SMP/MTs maupun SMA/SMK/MA sebanyak 1.975
orang. Berdasarkan angka tersebut diketahui bahwa prosentase
guru yang memenuhi kualifikasi S-1/D-IV sebesar 76,65%.
b. Kesehatan
Indikator Kinerja Kunci (IKK) untuk urusan Kesehatan ada 8
yaitu :
1) Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani
2) Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
yang memiliki kompetensi kebidanan
3) Cakupan Desa/kelurahan Universal Child Immunization
(UCI)
4) Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat perawatan
5) Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit
TBC BTA
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 lviii
6) Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit
DBD
7) Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat
miskin
8) Cakupan kunjungan bayi
Untuk urusan kesehatan utamanya menekankan pelayanan
kesehatan kepada ibu hamil, balita dan anak-anak serta
masyarakat miskin. Pada tahun 2007, di Kota Magelang
terdapat kasus ibu dengan komplikasi kebidanan sebanyak 268
kasus, dan semua kasus tersebut dapat ditangani secara
definitif, sehingga nilai capaian kinerja untuk Cakupan
komplikasi kebidanan yang ditangani adalah sebesar 100%.
Pada tahun yang sama terdapat 2.472 sasaran ibu bersalin di
Kota Magelang sedangkan yang dapat ditolong/ditangani oleh
tenaga kesehatan hanya sebesar 2.352 orang sehingga Nilai
Capaian Kinerja untuk Cakupan pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan
sebesar 95,14 %.
Pada tahun 2007 semua Kelurahan di Kota Magelang (17
Kelurahan) sudah melaksanakan Universal Child Immunization
(UCI) sehingga nilai capaian kinerja untuk Cakupan
Desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI) adalah
sebesar 100%. Meskipun demikian pada saat itu masih
terdapat/ditemukan 103 kasus Balita Gizi Buruk di Kota
Magelang akan tetapi semua kasus tersebut dapat
ditangani/mendapat perawatan di sarana pelayanan kesehatan
di Kota Magelang sehingga nilai capaian kinerja untuk
Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat perawatan adalah sebesar
100%.
Indikator Kunci pelayanan kesehatan yang lain adalah Cakupan
penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC BTA dan
penyakit DBD. Di Kota Magelang selama kurun waktu 2007
diperkirakan terdapat 127 penderita baru TBC BTA (+), padahal
yang dapat ditemukan dan diobati hanya sebesar 70 kasus,
sehingga nilai capainya kinerja untuk Cakupan penemuan dan
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 lix
penanganan penderita penyakit TBC BTA hanya sebesar
55,12%. Pada saat yang sama di Kota Magelang ditemukan 170
orang penderita penyakit DBD, dan semua kasus itu dapat
ditangani sesuai SOP sehingga nilai capaian kinerja untuk
Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit DBD
adalah sebesar 100%.
Di tahun 2007 di Kota Magelang ditemukan 26.031
orang/masyarakat miskin, sedangkan jumlah kunjungan pasien
masyarakat miskin di sarana kesehatan sebanyak 32.014,
sehingga nilai capaian kinerja untuk Cakupan pelayanan
kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin sebesar 122,98%.
Nilai tersebut cukup besar, karena jumlah pasien masyarakat
miskin yang berkunjung di Sarana Kesehatan Stara 1 yang ada
di Kota Magelang tidak hanya masyarakat miskin yang berasal
dari Kota Magelang saja tetapi juga masyarakat miskin dari luar
Kota Magelang.
Hal lain yang penting untuk mendapat pelayanan dasar
kesehatan adalah bayi lahir yang hidup. Selama tahun 2007
terdapat sebanyak 2.347 bayi lahir yang hidup di Kota
Magelang, akan tetapi tidak semuanya mendapat pelayanan
sesuai standar, hanya 2.319 bayi. Sehingga nilai capainya
kinerja untuk Cakupan kunjungan bayi sebesar 98,81%.
c. Lingkungan hidup
Definisi Lingkungan Hidup sesuai dengan Undang-Undang No.
23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah
kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan
makhluk hidup, termasuk diantaranya manusia dan
perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan
dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Definisi
tersebut mengandung makna manusia mempunyai peran yang
dominan dalam mempengaruhi kualitas lingkungan hidup.
Setiap aktifitas kehidupan manusia berpengaruh terhadap
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 lx
keadaan lingkungan hidup termasuk diantaranya adalah
timbulnya dampak pencemaran baik udara, air maupun tanah.
Untuk menilai kinerja penyelenggaraan pemerintahan urusan
lingkungan hidup digunakan 4 (empat) indikator kinerja kunci
(IKK) yaitu:
Penanganan sampah
Cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan Amdal
Rasio tempat pembuangan sampah (TPS) per satuan
penduduk
Penegakan hukum lingkungan
Penanganan persampahan merupakan permasalahan krusial
yang sering dihadapi kota-kota di seluruh Indonesia, tak
terkecuali Kota Magelang. Dari total produksi sampah di Kota
Magelang pada tahun 2007 sebesar 302,12 m3, volume sampah
yang tertangani sebesar 283,64 m3. Berdasarkan data tersebut
maka capaian kinerja dari indikator persentase penanganan
sampah di Kota Magelang pada tahun 2007 telah mencapai
93,88%.
Capaian kinerja dari indikator cakupan pengawasan terhadap
pelaksanaan Amdal masih Nihil. Hal ini disebabkan belum
dilaksanakannya pengawasan terhadap perusahaan wajib
Amdal, dimana untuk kegiatan di Kota Magelang yang
memenuhi kriteria wajib Amdal berdasarkan Peraturan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006 tentang Jenis
Rencana Usaha dan/ Atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi
dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup adalah
kawasan Lapangan Golf Borobudur International Golf yang
berlokasi di lereng Gunung Tidar.
Indikator Kinerja Kunci yang ketiga yaitu Rasio Tempat
Pembuangan Sampah (TPS) per satuan penduduk merupakan
perbandingan antara daya tampung Tempat Pembuangan
Sampah (TPS) sebesar 187,34 m3 dengan jumlah penduduk
Kota Magelang pada tahun 2007 sebesar 120.849 jiwa. Dengan
demikian maka capaian kinerja dari indikator rasio tempat
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 lxi
pembuangan sampah (TPS) per satuan jumlah penduduk pada
tahun 2007 adalah 0,15.
Sesuai dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 19
Tahun 2004 tentang Pedoman Pengelolaan Pengaduan Kasus
Pencemaran dan atau Perusakan Lingkungan Hidup Pemerintah
Daerah berkewajiban menangani pengaduan kasus
pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup. Untuk
menilai kinerja pemerintah daerah dalam penanganan
pengaduan, maka digunakan indikator kunci penegakan hukum
lingkungan. Berdasarkan jumlah aduan kasus lingkungan yang
harus ditangani pada tahun 2007 yaitu sejumlah 2 kasus telah
ditangani kesemuanya sehingga capaian kinerja dari indikator
penegakan hukum lingkungan telah mencapai 100%.
d. Pekerjaan umum
Untuk mengetahui capaian kinerja Indikator Kinerja Kunci (IKK)
urusan Pekerjaan Umum dapat diketahui melalui 3 (tiga)
indikator yaitu:
1) Panjang jalan kota dalam kondisi baik
2) Rumah Tangga Ber Sanitasi
3) Kawasan Kumuh
Capaian kinerja untuk Indikator Kinerja Kunci (IKK) panjang
jalan kota dalam kondisi baik diketahui dengan
membandingkan panjang jalan Kota Magelang dalam kondisi
baik untuk status Jalan Kota dan Jalan Propinsi sepanjang 97.57
km, dibanding dengan panjang seluruh jalan yang ada di Kota
Magelang baik status Jalan Kota maupun Jalan Propinsi
sepanjang 106.47 km. Berdasarkan perbandingan tersebut
dapat diketahui capaian kinerja Indikator Kinerja Kunci (IKK)
panjang jalan kota dalam kondisi baik sebesar 91.6 %.
Sedang untuk Indikator Kinerja Kunci (IKK) Rumah Tangga Ber
Sanitasi merupakan perbandingan antara jumlah rumah tangga
ber sanitasi dengan jumlah total rumah tangga, di mana untuk
jumlah rumah tangga yang telah bersanitasi di Kota Magelang
sejumlah 20.417 KK dari seluruh rumah tangga yang ada di
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 lxii
Kota Magelang yaitu sejumlah 27.904 KK. Dari perbandingan
tersebut diketahui capaian kinerja Indikator Kinerja Kunci (IKK)
rumah tangga ber sanitasi sebesar 73.16 %.
Indikator Kinerja Kunci (IKK) kawasan kumuh yang
membandingkan antara luas kawasan kumuh dengan luas
wilayah, di Kota Magelang terdapat kawasan kumuh yang
menyebar pada 3 Kecamatan di 17 Kelurahan dengan luas 1,98
km2, sedang luas wilayah Kota Magelang sendiri adalah 18,12
km2. Dari perbandingan tersebut diketahui capaian kinerja
Indikator Kinerja Kunci (IKK) Prosentase kawasan kumuh
sebesar 10.9 %.
e. Tata Ruang
Untuk mengetahui capaian kinerja Indikator Kinerja Kunci (IKK)
urusan Tata Ruang dapat diketahui melalui Indikator Kinerja
Kunci (IKK) Rasio Ruang Terbuka Hijau (RTH) per satuan luas
wilayah ber HPL/HGB.
Sebagaimana Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang, disebutkan bahwa Kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) terdiri Ruang
Terbuka Hijau (RTH) Publik dan Privat. Untuk Kota Magelang kawasan Ruang
Terbuka Hijau (RTH) hingga saat ini baru diketahui Ruang Terbuka Hijau
(RTH) Publik dengan luas 252.465 ha, yang terdiri dari :
- Gunung Tidar : 28.000 Ha
- Taman Kyai Langgeng : 10.590 Ha
- Taman Lain-lain : 56.875 Ha
- Sempadan sungai : 20.630 Ha
- Tegal, Ladang, Huma, Empang, dll : 62.130 Ha
- Pemakaman : 0.500 Ha
- Jalur hijau (green belt) : 73.740 Ha
Sedang Kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Privat di Kota
Magelang yang sebagian besar dimiliki oleh instansi pemerintah
datanya belum tersedia, rencana Tahun 2008 akan dilakukan
pemetaan RTH milik Privat, di mana luas kawasan RTH Privat
terbesar dimiliki oleh instansi Pertahanan dan Keamanan
(AKMIL, RINDAM dan sebagainya) yang diperkirakan lebih dari
10 % dari luas wilayah Kota Magelang.
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 lxiii
Dari data tersebut di atas capaian kinerja Indikator Kinerja
Kunci (IKK) Rasio Ruang Terbuka Hijau (RTH) per satuan luas
wilayah ber HPL/HGB untuk Kota Magelang yaitu sebesar 16.78
% didapat dari perbandingan luas Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Publik (252,465 ha) dengan luas wilayah Kota Magelang yang
ber HPL/HGB ( 1.504 Ha).
f. Perencanaan pembangunan
Untuk mengetahui capaian kinerja Indikator Kinerja Kunci (IKK)
urusan Perencanaan Pembangunan dapat diketahui melalui 4
(empat) indikator yaitu:
1) Tersedianya dokumen perencanaan RPJPD yang telah
ditetapkan dengan PERDA.
2) Tersedianya dokumen perencanaan RPJMD yang telah
ditetapkan dengan PERDA/PERKADA.
3) Tersedianya dokumen perencanaan RKPD yang telah
ditetapkan dengan PERKADA.
4) Penjabaran program RPJMD kedalam RKPD
Capaian kinerja untuk Indikator Kinerja Kunci (IKK) Tersedianya
dokumen perencanaan RPJPD yang telah ditetapkan dengan
PERDA di Kota Magelang Tidak Ada. RPJPD Kota Magelang saat
ini baru dalam proses penetapan, draft akhir RPJPD Kota
Magelang Tahun 2005 – 2025 sudah ada. Kelambatan
penyusunan RPJPD Kota Magelang dikarenakan RPJP Nasional
yang digunakan sebagai acuan baru ditetapkan tahun 2007
sedangkan RPJPD Propinsi jawa Tengah hingga sekarang juga
belum ditetapkan.
Capaian kinerja untuk Indikator Kinerja Kunci (IKK) Tersedianya
dokumen perencanaan RPJMD yang telah ditetapkan dengan
PERDA di Kota Magelang telah ada. Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah Kota Magelang tahun 2005-2010
telah ditetapkan melalui Peraturan Daerah Kota Magelang
Nomor 9 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Kota Magelang Tahun 2005-2010.
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 lxiv
Capaian kinerja untuk Indikator Kinerja Kunci (IKK) Tersedianya
dokumen perencanaan RKPD yang telah ditetapkan dengan
PERKADA di Kota Magelang telah ada. Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Magelang tahun 2007 telah
ditetapkan melalui Peraturan Walikota Nomor 7 Tahun 2006
tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kota Magelang
Tahun 2007, RKPD Kota Magelang Tahun 2007 tersebut
merupakan penjabaran dari RPJMD Kota Magelang Tahun 2005-
2010 untuk tahun ke 2 (dua).
Capaian kinerja untuk Indikator Kinerja Kunci (IKK) Penjabaran
program RPJMD kedalam RKPD merupakan perbandingan
antara jumlah program RKPD dengan Jumlah program RPJMD. Di
mana jumlah program RKPD Kota Magelang hingga tahun 2007
sejumlah 128 program sedang jumlah program RPJMD Kota
Magelang yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kota
Magelang Nomor 9 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Kota Magelang Tahun 2005-2010 ada 168
program. Berdasarkan perbandingan tersebut dapat diketahui
capaian kinerja Indikator Kinerja Kunci (IKK) Penjabaran
program RPJMD kedalam RKPD sebesar 76.02 %
g. Perumahan
Kinerja Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan urusan
perumahan dinilai berdasarkan 3 (tiga) Indikator Kinerja Kunci
(IKK) yaitu Rumah Tangga yang menggunakan air bersih,
luasan lingkungan permukiman kumuh, dan rumah layak huni.
Untuk menilai indikator yang pertama yaitu rumah tangga yang
menggunakan air bersih didapat dengan membandingkan
antara jumlah rumah tangga pengguna air bersih dengan
jumlah seluruh rumah tangga. Dari total jumlah rumah tangga
di Kota Magelang pada tahun 2007 yaitu sebanyak 33.235
rumah tangga, 21.456 rumah tangga diantaranya merupakan
pengguna air bersih, sehingga capaian kinerja dari indikator
rumah tangga yang menggunakan air bersih di Kota Magelang
pada tahun 2007 mencapai 64,56 %. Jumlah Rumah Tangga
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 lxv
pengguna air bersih dimaksud adalah jumlah rumah tangga
pelanggan air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
Kota Magelang. Sedangkan rumah tangga pengguna air bersih
selain pelanggan PDAM, yang memanfaatkan air bersih dari
sumur maupun sumber lainnya belum termasuk di dalamnya.
Apabila ditinjau dari indikator luasan lingkungan permukiman
kumuh, maka dari total luas wilayah Kota Magelang seluas
18,12 km2, lingkungan permukiman kumuh yang masih
terdapat di wilayah Kota Magelang seluas 0,0815 km2.
Berdasarkan data tersebut maka capaian kinerja dari indikator
luasan lingkungan permukiman kumuh di Kota Magelang
adalah 0,45 %. Mengingat pada dasarnya hampir seluruh
wilayah di Kota Magelang sudah tercukupi sarana prasarana
dasarnya, maka yang dimaksud dengan lingkungan
permukiman kumuh di Kota Magelang adalah lingkungan yang
mempunyai permasalahan ketidakteraturan sarana dan
prasarana dasar. Kondisi ini disebabkan tingginya kepadatan
penduduk di Kota Magelang yang mencapai 6.669 jiwa/ km2
pada tahun 2007. Hal yang dibutuhkan dalam penanganan
permasalahan ini adalah penataan permukiman.
Sedangkan apabila ditinjau dari indikator kinerja kunci yang
ketiga yaitu rumah layak huni, dari seluruh rumah di wilayah
Kota Magelang yaitu sebanyak 33.235 buah, sebagian besar
atau sebanyak 21.456 buah diantaranya merupakan rumah
layak huni. Dengan demikian capaian kinerja dari indikator
kinerja kunci rasio rumah layak huni di Kota Magelang adalah
sebesar 64,56 %.
h. Kepemudaan dan olahraga
Urusan kepemudaan dan olahraga merupakan salah satu
urusan wajib pemerintah daerah. Untuk menilai kinerja
penyelenggaraan pemerintahan urusan kepemudaan dan
olahraga digunakan 2 (dua) indikator kinerja kunci yaitu: jumlah
gelanggang/ balai remaja (selain milik swasta) dan lapangan
olahraga.
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 lxvi
Dengan jumlah gelanggang/ balai remaja di wilayah Kota
Magelang sebanyak 85 buah dibandingkan dengan jumlah
penduduk Kota Magelang pada tahun 2007 sebanyak 120.849
jiwa, maka capaian kinerja dari indikator jumlah gelanggang/
balai remaja per 1.000 penduduk adalah sebesar 0,7034.
Sedangkan capaian kinerja dari indikator rasio lapangan
olahraga per 1.000 penduduk di Kota Magelang diperoleh dari
jumlah lapangan olah raga di Kota Magelang yaitu sebanyak 5
buah dibandingkan dengan jumlah penduduk Kota Magelang
pada tahun 2007 sebanyak 120.849 jiwa, sehingga capaian
kinerjanya adalah 0,0414.
i. Penanaman modal
Capaian kinerja pemerintah daerah untuk urusan penanaman
modal di Kota Magelang Nihil. Hal ini terjadi karena pada Tahun
2006 dan 2007 tidak ada realisasi Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN) di Kota Magelang.
j. Koperasi dan usaha kecil dan menengah
Capaian kinerja untuk urusan Koperasi dan usaha kecil dan
menengah dapat dilihat dari dua indikator kunci kinerja yaitu :
1) jumlah koperasi per jumlah koperasi
2) usaha mikro dan kecil.
Pembentukan dan pembinaan koperasi merupakan program
nasional yang harus dilaksanakan oleh setiap daerah. Tak
terkecuali Kota Magelang, pembentukan dan pembinaan
koperasi menjadi program wajib yang dilaksanakan oleh kantor
Koperasi dan UKM Kota Magelang. Jumlah keseluruhan koperasi
di Kota Magelang adalah sebanyak 196 koperasi. Adapun jenis
koperasi yang menjadi binaan Kantor Koperasi dan UKM Kota
Magelang antara lain : KPRI, Kop. Karyawan, Primkopad,
Primkopol, Koperasi serba usaha (KSU), Koperasi Pasar (Kopas),
Koperasi Simpan Pinjam (KSP), Koperasi Wanita (Kopwan),
Koperasi Pensiunan, Koperasi Mahasiswa (Kopma), Koperasi
lainnya dan Koperasi sekunder. Dari 12 jenis koperasi yang
menjadi binaan Kantor Koperasi dan UKM, koperasi serba usaha
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 lxvii
(KSU) yang memiliki jumlah terbesar. Kemudian diikuti dengan
koperasi karyawan, KPRI, Primkopad dan koperasi simpan
pinjam (KSP). Tetapi jika dilihat dari prosentase koperasi yang
aktif dari masing-masing jenis koperasi tersebut maka koperasi
primkopad yang memiliki prosentase terbesar kemudian diikuti
dengan KPRI, koperasi simpan pinjam, koperasi serba usaha
dan koperasi karyawan. Dengan kenyataan seperti ini,
diharapkan dalam pemberian ijin pembentukan koperasi harus
diberlakukan secara ketat, begitu pula dengan pembinaaanya
harus dilakukan secara terus menerus,sehingga semakin sedikit
koperasi yang tidak aktif.
Dari 196 koperasi yang ada di Kota Magelang, koperasi yang
aktif sebanyak 139 koperasi, sementara koperasi yang tidak
aktif adalah sebanyak 57 koperasi. Ada beberapa masalah yang
menyebabkan koperasi tersebut tidak aktif, diantaranya
adalah : karena kantornya pindah, usaha koperasi berhenti,
adanya kredit macet atau karena dulu untuk memenuhi target
nasional. Kita tahu bahwa koperasi adalah soko guru
perekonomian di Indonesia, sehingga pembentukan koperasi
merupakan program nasional. Karena tujuan koperasi yang
utama adalah mensejahterakan anggota koperasi. Dengan
demikian prosentase jumlah koperasi aktif per jumlah seluruh
koperasi di Kota Magelang capaian kinerjanya adalah sebesar
70,92%. Dengen demikian 29,08% dari jumlah koperasi di Kota
Magelang adalah tidak aktif.
Perkembangan industri di Kota Magelang berdasarkan nilai
investasinya sampai dengan Tahun 2007 adalah sebagai
berikut : Industri kecil sebanyak 1.674 dengan penyerapan
tenaga kerja sebanyak 7.103 orang. Sedangkan industri sedang
terdapat sebanyak 16 unit usaha dengan penyerapan tenaga
kerja sebanyak 1.348 orang. Hal ini menunjukan bahwa indistri
kecil mempunyai potensi untuk bisa dikembangkan. Kenyataan
juga menunjukkan bahwa di saat terjadi krisis ekonomi, usaha-
usaha industri kecil maupun sedang lebih mampu bertahan bila
dibandingkan dengan industri yang berskala besar.
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 lxviii
Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kota Magelang, jumlah usaha mikro dan kecil di Kota Magelang
adalah sebanyak 1.620 usaha. Sedangkan jumlah seluruh UKM
adalah 2.159 usaha. Dengan demikian nilai capaian kinerja dari
prosentase usaha mikro dan kecil di Kota Magelang adalah
sebesar 75%.
k. Kependudukan dan catatan sipil
Urusan Kependudukan dan Catatan Sipil tingkat capaian kinerja
penyelenggaraan pemerintahannya dinilai dari 3 (tiga) Indikator
Kinerja Kunci (IKK) yaitu kepemilikan Kartu Tanda Penduduk
(KTP), kepemilikan akte kelahiran per 1000 penduduk dan
penerapan KTP Nasional. Indikator Prosentase Kepemilikan KTP
dilihat dari Jumlah Penduduk Kota Magelang yang memiliki KTP
yaitu sebanyak 96.330 orang sedangkan Jumlah penduduk
wajib KTP (>17 dan atau pernah/sudah menikah) sebanyak
127.784 orang, sehingga capaian kinerjanya adalah 75,39%.
Adapun capaian kinerja untuk indikator kepemilikan akte
kelahiran per 1000 orang dilihat dari jumlah penduduk yang
memiliki akte kelahiran sebanyak 69.138 orang dibagi dengan
jumlah penduduk Kota Magelang sebanyak 127.784 orang,
sehingga capaian kinerja untuk indikator ini adalah 540,105.
Indikator selanjutnya yaitu penerapan KTP Nasional berbasis
Nomor Induk Kependudukan (NIK) pada Tahun 2007 ini sudah
dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Magelang, bahkan hal ini
sudah diimplementasikan sejak Tahun 2005.
l. Ketenagakerjaan
Capaian kinerja untuk urusan Ketenagakerjaan dapat dilihat
dari dua indikator kunci kinerja yaitu :
1) Tingkat partisipasi angkatan kerja
2) Pencari kerja yang ditempatkan.
Ketersediaan tenaga kerja dan kualitas tenaga kerja yang
dimiliki oleh suatu daerah merupakan syarat yang diperlukan
oleh suatu daerah untuk berkembang. Dilihat dari tingkat
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 lxix
partisipasi angkatan kerja yang merupakan perbandingan
antara jumlah penduduk angkatan kerja dengan jumlah
penduduk usia produktif, maka nilai capaian kinerja dari tingkat
partisipasi angkatan kerja di Kota Magelang adalah sebesar
60,61%. Data diambil dari data Sakernas tahun 2007.
Jumlah pekerja yang ditempatkan/yang telah mendapatkan
pekerjaan sampai dengan tahun 2007 adalah sebanyak 751
orang dari jumlah pekerja yang mendaftar yaitu sebesar 3.426
orang. Dengan demikian nilai capaian kinerja dari prosentase
pekerja yang telah ditempatkan/mendapatkan pekerjaan
adalah sebanyak 21,92%. Hal ini berarti bahwa ada sebanyak
78,08% pekerja yang belum ditempatkan (pencari kerja). Hal ini
menjadi tantangan bagi pemerintah untuk menyiapkan
lapangan kerja bagi 78,08% pekerja yang belum ditempatkan,
sehingga bisa menekan angka pengangguran.
Berdasarkan data laporan tahunan profil ketenagakerjaan dan
ketransmigrasian dari Disnakertrans Kota Magelang diperoleh
data bahwa menurut tingkat pendidikan, pencari kerja yang
banyak diminati oleh dunia usaha adalah lulusan SLTA yaitu
sebanyak 588 orang. Sedangkan lulusan SLTP adalah sebanyak
64 orang dan lulusan D3 sebanyak 46 orang. Sementara
pencari kerja yang ditempatkan dari pekerja yang berlatar
belakang pendidikan sarjana hanya sebanyak 44 orang. Jika
dilihat dari jumlah pekerja yang mendaftar menurut tingkat
pendidikan, pencari kerja yang berlatar belakang sarjana relatif
banyak yaitu sebesar 1.193 orang. Sedangkan dari lulusan
SLTA (SMU sebanyak 999 orang,SMK sebanyak 878 orang)
sebanyak 1.877 orang.
m. Ketahanan pangan
Undang-Undang Pangan No.7 Tahun 1996 memberikan definisi
ketahanan pangan sebagai kondisi terpenuhinya kebutuhan
pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya
pangan secara cukup, baik dari jumlah maupun mutunya,
aman, merata dan terjangkau. Penilaian aspek tingkat capaian
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 lxx
kinerja dari penyelenggaraan urusan ketahanan pangan diukur
dengan 2 (dua) indikator kinerja kunci yaitu: regulasi ketahanan
pangan dan ketersediaan pangan utama.
Indikator regulasi pangan terkait dengan kebijakan pemerintah
untuk menjaga keberadaan dan ketahanan pangan sebagai
kebutuhan dasar manusia. Pangan menyangkut harkat hidup
orang banyak dan menjadi tanggung jawab pemerintah, oleh
karena itu pemerintah mulai tahun 1979 telah
mengembangkan sistem Ketahanan Pangan dan Gizi.
Mengingat peran strategis ketahanan pangan, maka
Pemerintah Kota Magelang telah menindak lanjuti kebijakan
pemerintah di bidang ketahanan pangan dengan mengeluarkan
3 (tiga) Surat keputusan Walikota sebagai dasar operasional
yaitu:
o Surat Keputusan Walikota Magelang Nomor 444/27/02/31
tahun 2001 tentang Pembentukan Tim Teknis Kewaspadaan
Pangan dan Gizi Kota Magelang
o Surat Keputusan Walikota Magelang Nomor 521/32/02 tahun
2001 tentang Pembentukan Dewan Bimbingan Massal
Ketahanan Pangan
o Surat keputusan Walikota magelang Nomor 521.1/19.b/112
Tahun 2007 tentang Pembentukan Tim Pelaksana Gerakan
Program Peningkatan Beras Nasional.
Ketersediaan pangan utama merupakan indikator kedua yang
digunakan untuk mengukur capaian kinerja urusan ketahanan
pangan yang diperoleh dengan membagi rata-rata jumlah
ketersediaan pangan utama per tahun dengan jumlah
penduduk dikalikan 1.000. Rata-rata jumlah ketersediaan
pangan dihitung berdasarkan stok pangan (beras) di
masyarakat dan pemerintah. Stok yang berada di masyarakat
terdistribusi atas stok di pedagang, stok di penggilingan, dan
stok di rumah tangga konsumen. Sedangkan stok pemerintah
didapat dari stok yang berada di Bulog atau Dolog, dimana
untuk Kota Magelang merupakan stok yang berada di Sub
Dolog. Dari perhitungan, didapat total jumlah stok beras yang
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 lxxi
berada di masyarakat dan pemerintah adalah sebesar
28.732.038 kg, yang juga merupakan rata-rata jumlah
ketersediaan pangan utama per tahun. Dengan jumlah
penduduk Kota Magelang pada tahun 2007 sebanyak 120.849
jiwa, maka capaian kinerja dari ketersediaan pangan utama
adalah sebesar 237.752 kg.
n. Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak
Indikator Kinerja Kunci (IKK) untuk urusan Pemberdayaan
perempuan dan perlindungan anak ada 3 yaitu :
1) Partisipasi perempuan di lembaga pemerintah
2) Angka melek huruf perempuan usia 15 tahun keatas
3) Partisipasi angkatan kerja perempuan
Berdasarkan hasil Susenas 2007 yang dilaksanakan oleh BPS, di
Kota Magelang, terdapat 26.340 orang pekerja perempuan. Dari
jumlah itu diperkirakan 8.280 orang bekerja di lembaga
pemerintahan (dalam hal ini termasuk dalam sektor jasa,
karena meliputi jasa pendidikan, kesehatan, administrasi
pemerintahan, keuangan dan jasa lainnya). Dengan demikian
nilai capaian kinerja untuk partisipasi perempuan di lembaga
pemerintah hanya sebesar 31,43%. Pada saat itu jumlah
angkatan kerja perempuan di Kota Magelang hanya 25.829
orang sedangkan total angkatan kerja di Kota Magelang
sebesar 63.525 orang sehingga partisipasi angkatan kerja
perempuan hanya sebesar 40,65%.
Masalah pendidikan dasar juga penting dalam pemberdayaan
perempuan, pada tahun 2007, dari sejumlah 49.269 anak
perempuan usia lebih dari 15 tahun, hanya 46.847 orang saja
yang sudah mempunyai kemampuan baca tulis (data Sakernas
2007), sehingga nilai Angka melek huruf perempuan usia 15
tahun keatas sebesar 95,08%.
o. Keluarga berencana dan keluarga sejahtera
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 lxxii
Indikator Kinerja Kunci (IKK) untuk urusan Keluarga berencana
dan keluarga sejahtera ada 5 yaitu :
1) Prevalensi peserta KB aktif
2) Persentase Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera
I
Di Kota Magelang, pada tahun 2007 terdapat 18.345 pasangan
usia subur, tetapi yang menjadi peserta program KB aktif hanya
14.003 orang saja sehingga nilai capaian kinerja untuk Tingkat
prevalensi peserta KB aktif adalah 76,33%.
Di Kota Magelang, pada tahun 2007 ternyata masih ditemukan
7.756 Keluarga Pra Sejahtera dan Sejahtera I, sedangkan
jumlah seluruh Keluarga di Kota Magelang ada 31.831,
sehingga nilai capaian kinerja untuk Persentase Keluarga Pra
Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I sebesar 24,37%.
p. Perhubungan
Indikator Kinerja Kunci untuk urusan perhubungan hanya
membandingkan jumlah angkutan darat dibandingkan dengan
jumlah penumpang angkutan darat. Pendekatan yang
dilakukan dalam perhitungan jumlah angkutan darat disini
adalah jumlah Angkutan Perkotaan (Angkota) di Kota
Magelang, dimana sampai saat ini jumlahnya ada 335 buah
(Angkota jalur 1 sampai jalur 12). Kapasitas tempat duduk
setiap Angkota berkisar antara 11 sampai 12 tempat duduk.
Satu buah Angkota rata-rata melakukan perputaran dalam
rutenya (rit) sehari maximal 10 kali putaran, sehingga
akumulasi perhitungan total jumlah kapasitas tempat duduk
adalah sebanyak 40.381 per hari.
Berdasarkan hasil Survey Load Factor yang dilaksanakan oleh
Dinas Perhubungan Kota Magelang pada tahun 2007 diperoleh
jumlah penumpang khusus Angkota rata-rata 15.120 per hari.
Jumlah penumpang ini lebih sedikit dibanding jumlah kapasitas
tempat duduk yang ada/disediakan sebab ada beberapa faktor
yang mempengaruhi kondisi tersebut misalnya makin banyak
orang yang memilih/menggunakan moda angkutan pribadi
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 lxxiii
(baik roda dua maupun roda empat) sehingga mempengaruhi
jumlah penumpang angkutan umum. Dengan demikian nilai
capaian kinerja untuk Jumlah angkutan darat dibandingkan
dengan jumlah penumpang sangat besar yaitu 270%.
q. Komunikasi dan informatika
Untuk Urusan Komunikasi dan Informasi terdapat dua Indikator
Kinerja Kunci (IKK) yaitu Web site milik pemerintah daerah dan
Jumlah Pameran/Expo per tahun. Sejak Tahun 2006 Pemerintah
daerah Kota Magelang sudah memiliki web site, yaitu
www.magelangkota.go.id. Adapun pameran/expo yang
diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Magelang selama tahun
2007 ada hanya 5 (lima) pameran yaitu :
1) “Pameran Investasi” yang diselenggarakan oleh Dinas
Pelayanan Terpadu dan Penanaman Modal (DPTPM) Kota
Magelang
2) “Pameran Promosi Pariwisata Nusantara di Dalam dan
Diluar Negeri” yang diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata
Kota Magelang.
3) “Pameran dan Bursa Buku” yang diselenggarakan oleh
Dinas Pendidikan Kota Magelang
4) “Grand Event Desa Buku” yang diselenggarakan oleh Dinas
Pendidikan Kota Magelang
5) “Pameran (Kreativitas dan inovasi) / KRENOVA” yang
diselenggarakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan
Kota Magelang.
r. Pertanahan
Urusan pertanahan di Kota Magelang dilaksanakan dengan
selalu berkoordinasi dengan Badan Pertanahan Nasional (BPN)
Kota Magelang. Capaian Kinerja untuk urusan pemerintahan
dilihat dari 3 (tiga) Indikator Kinerja Kunci (IKK) yaitu luas lahan
bersertifikat, penyelesaian kasus tanah negara dan
penyelesaian ijin lokasi. Luas wilayah Kota Magelang adalah
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 lxxiv
18.120.000 m2, sedangkan luas lahan yang bersertifikat di Kota
Magelang adalah 15.043.200 m2, sehingga capaian kinerja
untuk indikator ini adalah sebesar 83,02 %.
Pada Tahun 2007 di Kota Magelang tidak terdapat kasus yang
berkaitan dengan tanah negara, sehingga capaian kinerja untuk
indikator kedua yaitu prosentase penyelesaian jumlah kasus
tanah negara yang terjadi di Kota Magelang adalah Nihil.
Indikator ketiga yaitu penyelesaian ijin lokasi di Kota Magelang
capaian kinerjanya Nihil, karena tidak adanya permohonan ijin
lokasi selama Tahun 2007. Adapun permohonan yang ada pada
Tahun 2007 di Kota Magelang adalah Permohonan Penetapan
Lokasi, dimana Jumlah permohonan penetapan lokasi selama
Tahun 2007 sebanyak 4 buah permohonan yaitu Perumahan
Kejaksaan Negeri, Kantor Pengadilan Agama, Pasar Gotong
Royong serta Perpanjangan penetapan lokasi untuk GOR
Samapta. Dari keempat permohonan tersebut, Ijin penetapan
lokasi yang dikeluarkan oleh BPN sebanyak 3 buah, dimana
permohonan perpanjangan penetapan lokasi untuk GOR
Samapta belum selesai. Capaian kinerja untuk indikator ini
yang diasumsikan sebagai prosentase penyelesaian penetapan
lokasi adalah sebesar 75%.
s. Kesatuan bangsa dan politik
Urusan Kesatuan Bangsa dan Politik dapat dilihat dari 2 (dua)
indikator Kinerja Kunci (IKK) yaitu kegiatan pembinaan politik
daerah dan kegiatan pembinaan terhadap LSM, Ormas dan
OKP. Pemerintah Kota Magelang melalui Kantor Kesbang dan
Linmas selama Tahun 2007 melaksanakan 4 (empat) kegiatan
pembinaan politik daerah yaitu :
Penyuluhan Politik kepada masyarakat
Fasilitasi penyelesaian perselisihan partai politik
Koordinasi forum-forum diskusi politik
Penyusunan data base politik
Adapun Capaian Kinerja untuk kegiatan pembinaan terhadap
LSM, Ormas dan OKP yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 lxxv
Magelang selama Tahun 2007 sebanyak 4 (empat) kegiatan
yaitu :
Fasilitasi pencapaian halaqoh dan berbagai forum
keagamaan lainnya dalam upaya peningkatan wawasan
kebangsaan
Seminar, talk show dan diskusi peningkatan wawasan
kebangsaan
Pentas seni dan budaya festival, lomba cipta dalam upaya
peningkatan wawasan kebangsaan
Penyuluhan pencegahan peredaran dan penggunaan
minuman keras dan narkoba
t. Otonomi daerah
Urusan otonomi daerah diukur melalui 2 (dua) Indikator Kinerja
Kunci yaitu Sistem Informasi Manajemen (SIM) Pemda dan
Indeks Kepuasan Layanan Masyarakat. Sistem Informasi
Manajemen yang dibuat dan diimplementasikan oleh
Pemerintah Kota Magelang melalui berbagai SKPD pada Tahun
2007 berjumlah 19 (sembilan belas) SIM sebagaimana dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 1. 20Tabel SIM yang ada di Kota Magelang
NO NAMA SIM NO NAMA SIM1 SIM Kearsipan 11 SIM Rumah Sakit Umum2 SIM Gaji 12 SIM Askes 3 SIM Barang Daerah (Asset) 13 SI Akt Dinas (SIADINA)4 SIM KUA dan PPAS 14 Software Program Buku Induk
Sekolah5 SIM Anggaran (RKA dan DPA) 15 SIM Terpadu Dinas Pendidikan6 SIM RKPD 16 Software SIG Pendidikan7 SIM Renja 17 Software Perpustakaan8 SIM Keluarga Miskin (Gakin) 18 Software Sistem Inf Akuntansi9 SIM Kependudukan 19 Software PSB online SMP
10 SIM Kepegawaian
Terkait dengan Indikator yang kedua yaitu ada atau tidaknya
survey Kepuasan Layanan Masyarakat, Pemerintah Kota
Magelang melalui Bagian Organisasi Setda Kota Magelang pada
Tahun 2007 telah melaksanakan survey IKM, bahkan survey
tersebut telah mulai dilaksanakan oleh Pemerintah Kota
Magelang Tahun 2005. Survey tersebut dilaksanakan
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 lxxvi
berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara (PAN) Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman
Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit
Pelayanan Instansi Pemerintah. Survey yang dilaksanakan
meliputi 14 (empat belas) unsur pelayanan yang ada
dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Magelang. Adapun pada
Tahun 2007 Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) terhadap
pelayanan Pemerintah termasuk dalam kategori BAIK.
u. Pemberdayaan masyarakat dan desa
Untuk urusan Pemberdayaan masyarakat dan desa terdapat
dua Indikator Kinerja Kunci (IKK) yaitu Jumlah PKK aktif dan
Posyandu aktif. Pada tahun 2007 terdapat 2.864 PKK di Kota
Magelang, yang aktif hanya sebesar 2.834 saja sehingga nilai
capaian kinerja untuk Jumlah PKK Aktif sebesar 98,95%. Adapun
jumlah Posyandu yang ada di Kota Magelang 188 buah dan
semuanya aktif sehingga nilai capaian kinerja untuk Posyandu
Aktif sebesar 100%.
v. Sosial
Untuk urusan sosial terdapat dua Indikator Kinerja Kunci (IKK)
yaitu :
1) Sarana Sosial seperti panti asuhan, panti jompo dan panti
rehabilitasi
2) Penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial
3) PMKS yang memperoleh bantuan sosial
Di Kota Magelang jumlah sarana sosial seperti panti asuhan,
panti jompo dan panti rehabilitasi adalah sebanyak 9 buah.
Dari data penyandang masalah kesejaheraan sosial (PMKS)
Kota Magelang tedapat 8.460 orang PMKS yang ada. Sementara
jumlah PMKS yang tertangani adalah sebanyak 1.202 orang.
Dengan demikian nilai capaian kinerja dari prosentase
penanganan penyandang masalah kesejateraan sosial di Kota
Magelang adalah sebanyak 14,20%. Hal ini berarti ada
sebanyak 85,80% orang PMKS yang belum ditangani.
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007lxxvii
Jumlah PMKS yang mendapatkan bantuan sosial adalah
sebanyak 325 orang. Sementara jumlah PMKS yang seharusnya
mendapatkan bantuan sosial adalah sebanyak 940 orang.
Dengan demikian nilai capaian kinerja dari prosentase PMKS
yang memperoleh bantuan adalah sebesar 34,57%. Hal ini
menunjukkan bahwa sebanyak 65,43% PMKS tidak memperoleh
bantuan sosial.
w. Budaya
Untuk mengetahui capaian kinerja Indikator Kinerja Kunci (IKK)
urusan budaya 3 (tiga) indikator yaitu:
1) Penyelenggaraan festifal seni dan budaya.
2) Sarana penyelenggaraan seni dan budaya.
3) Benda, situs dan kawasan cagar budaya yang dilestarikan.
Banyaknya penyelenggaraan festifal seni budaya yang
dilaksanakan pada tahun 2007 sebanyak 7 (tujuh) kegiatan,
antara lain :
Pentas Kuntulan di Taman Mini Indonesia Indah
Mengisi Anjungan Taman Maerokoco Semarang
Pentas Jatilan mengikuti PRPP dalam rangka Hari Jadi
Provinsi Jawa Tengah
Pentas Wayang Kulit Hari Jadi Kota Magelang di Meteseh
dan di Aloon-Aloon Kota Magelang.
Pentas Wayang Kulit dalam rangka peringatan hari
Kemerdekaan RI
Kegiatan Seni di masing-masing kelurahan di Aloon-Aloon
berupa jatilan, rebana, kobro siswo dan seni kuntulan.
Kirab Pusaka di Kelurahan Tidar yang dilaksanakan dalam
rangka ulang tahun padepokan yang ada diwilayah
kelurahan Tidar.
Berkaitan indikator kedua yaitu jumlah sarana
penyelenggaraan seni dan budaya, di Kota Magelang terdapat
2 (dua) sarana yaitu :
Perangkat Gamelan dan Wayangan di Pemerintah kota
Magelang.
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007lxxviii
Panggung Pentas di Aloon-aloon Kota Magelang.
Untuk indikator ketiga yaitu benda, situs dan kawasan cagar
budaya yang dilestarikan terdapat 36 (tiga puluh enam) jenis
dengan klasifikasi mempunyai nilai sejarah dan umur 50 (lima
puluh) tahun.
x. Statistik
Untuk mengetahui capaian kinerja Indikator Kinerja Kunci (IKK)
urusan satatistik ada 2 (dua) indikator yaitu:
1) Adanya buku “Kota dalam Angka”
2) Adanya buku “PDRB Kota”
Kebutuhan data statistik menjadi sangat mutlak dibutuhkan
dalam pembangunan. Kegiatan pengumpulan data pokok dari
berbagai dinas/instansi /badan/perusahaan/yayasan dan
sebagainya hasil kompilasi yang menjadi tugas wajib Badan
Pusat Statistik (BPS), diwujudkan dalam bentuk publikasi
daerah dalam angka (DDA). Muatan dalam publiaksi tersebut
mencakup Keadaan Geografis; Pemerintahan; Penduduk; Sosial;
Pertanian; Industri, Listrik dan Air Minum; Pos, Telekomunikasi
dan Pariwisata serta Keuangan dan Harga. Publikasi DDA di
Kota Magelang sudah dilakukan sebelum diberlakukannya
Otonomi Daerah, pad tahun 2007 ini sudah menggunakan dua
bahasa (Indonesia dan Inggris).
Sementara itu, penghitungan dan analisis produk domestik
regional bruto (PDRB) dipublikasikan secara kerja sama antara
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPEDA) dan BPS
Kota Magelang. PDRB sebagai salah satu tolok ukur
keberhasilan pembangunan dalam bidang ekonomi, juga
digunakan dalam perumusan penghitungan Dana Alokasi
Umum (DAU). Publikasi PDRB Kota Magelang tahun 2007 dalam
bentuk analisis yang mencakup Pendahuluan yang berisi latar
belakang, konsep definisi, tujuan dan manfaat, penggunaan
tahun dasar dan metode penghitungan; PDRB Kota Magelang
Tahun 2007 yang memuat PDRB menurut lapangan usaha,
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 lxxix
kelompok sektor dan penggunaan; Ulasan Ekonomi Kota
Magelang Tahun 2007, menyajikan struktur dan pertumbuhan
ekonomi dari kelompok sektor, sektoral dan penggunaan serta
dilengkapi dengan perbandingan dengan daerah sekitar dan
wilayah Kota lainnya; PDRB Per Kecamatan; dan Penutup yang
berisi kesimpulan dan rekomendasi yang mungkin dapat
dilakukan untuk pembangunan perekonomian di Kota Magelang
di masa yang akan datang.
y. Kearsipan
Untuk mengetahui capaian kinerja Indikator Kinerja Kunci (IKK)
urusan kearsipan ada 2 (dua) indikator yaitu:
1) Penerapan Pengelolaan arsip secara baku
2) Kegiatan peningkatan SDM Pengelolaan Kearsipan
Dari 29 SKPD yang terdapat di Pemerintah Kota Magelang,
kesemuanya telah menerapkan kearsipan secara baku (100%).
Sepanjang tahun 2007 juga telah dilakukan 2 kali pembinaan
pada petugas pengelola pengarsipan.
z. Perpustakaan
Untuk mengetahui capaian kinerja Indikator Kinerja Kunci (IKK)
urusan kearsipan ada 2 (dua) indikator yaitu:
1) Koleksi buku yang tersedia di perpustakaan daerah
2) Pengunjung Perpustakaan
Pada perpustakaan daerah Kota Magelang, terdapat 24.775
eksemplar buku yang terdiri dari 18.566 judul, yang bisa dibaca
atau dipinjam oleh 10.743 anggota yang tercatat pada tahun
2007, dengan capaian kinerja sebesar 43,40%. Tercatat pula
39.122 kunjungan anggota, yang berarti rata-rata tiap anggota
dalam setahun datang ke perpustakaan sekitar 3 kali. Dengan
demikian nilai capaian kinerja untuk Pengunjung Perpustakaan
adalah 364,16%
2. Urusan Pilihan
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 lxxx
a. Kelautan dan perikanan
Capaian kinerja dari penyelenggaraan urusan pilihan kelautan
dan perikanan dinilai berdasarkan 2 (dua) indikator yaitu
jumlah produksi perikanan, dan konsumsi ikan. Mengingat Kota
Magelang tidak memiliki laut, maka perikanan yang
dilaksanakan adalah perikanan darat.
Dari target produksi ikan Kota Magelang pada tahun 2007
sebesar 61.241 ton telah tercapai jumlah produksi ikan sebesar
57.683 ton, dengan demikian capaian kinerja untuk indikator
produksi perikanan Kota Magelang pada tahun 2007 mencapai
94,19%.
Sedangkan dilihat dari indikator konsumsi ikan, jumlah
konsumsi ikan di Kota Magelang pada tahun 2007 mencapai
1.391.362 kg dari target sebesar 3.145.688 kg, sehingga
capaian kinerja dari indikator konsumsi ikan penduduk Kota
Magelang pada tahun 2007 adalah 44,23%.
b. Pertanian
Sesuai dengan karakteristik Kota Magelang yang merupakan
kawasan perkotaan, peruntukan lahannya didominasi
pekarangan/ lahan untuk bangunan dan halaman sebesar
73,09%. Sedangkan luas areal sawah di Kota Magelang yang
merupakan sawah dengan pengairan teknis hanya seluas
213,09 Ha atau 11,76 dari luas wilayah. Untuk mengukur
kinerja dari urusan pertanian digunakan 2 (dua) indikator
kinerja kunci yaitu produktivitas padi atau bahan pangan utama
lokal lainnya per hektar dan kontribusi sektor pertanian
terhadap PDRB.
Produksi tanaman padi yang merupakan bahan pangan utama
di Kota Magelang pada tahun 2007 adalah sebesar 2.731 ton
dengan luas areal tanaman padi seluas 502 Ha. Dengan
demikian capaian kinerja dari indikator produktivitas padi per
hektar di Kota Magelang pada tahun 2007 adalah 5,44 ton/Ha.
Besarnya PDRB sektor pertanian atas dasar harga berlaku Kota
Magelang pada tahun 2007 adalah 52.671.370, sedangkan total
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007 lxxxi
PDRB atas dasar harga berlaku Kota Magelang pada tahun 2007
adalah sebesar 1.478.242.770. Berdasarkan data tersebut,
maka capaian kinerja dari indikator kontribusi sektor pertanian
terhadap PDRB Kota Magelang adalah sebesar 3,58%.
c. Kehutanan
Hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan
lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi
pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu
dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Total luas hutan di Kota
Magelang adalah seluas 99,560 Ha, didominasi oleh hutan kota
yang berada di kawasan Gunung Tidar dengan luas 70,1674 Ha,
sedangkan sisanya berupa hutan rakyat. Untuk menilai capaian
kinerja penyelenggaraan urusan kehutanan diukur dengan
indikator rehabilitasi hutan dan lahan kritis serta indikator
kerusakan kawasan hutan.
Di wilayah Kota Magelang tidak terdapat lahan kritis. Hutan
kota yang berada di kawasan Gunung Tidar kondisinya terjaga
dengan baik demikian pula dengan hutan-hutan lainnya yang
berupa hutan rakyat, sehingga capaian kinerja dari indikator
rehabilitasi hutan dan lahan kritis di Kota Magelang adalah
Nihil. Kegiatan yang dilaksanakan di Kota Magelang adalah
penghijauan pada lahan-lahan dan pekarangan penduduk.
Demikian pula ditinjau dari indikator kerusakan hutan,
mengingat tidak adanya kawasan hutan di Kota Magelang yang
mengalami kerusakan, maka capaian kinerja dari indikator
kerusakan kawasan hutan adalah Nihil.
d. Energi dan sumber daya mineral
Untuk mengetahui capaian kinerja Indikator Kinerja Kunci (IKK)
urusan Energi dan SDM dapat diketahui melalui 2 (dua)
indikator yaitu:
1) Pertambangan tanpa ijin/Liar.
2) Kontribusi sektor pertambangan terhadap PDRB
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007lxxxii
Dari 2 (dua) indikator tersebut di atas capaian kinerja Indikator
(IKK) urusan Energi dan SDM untuk Kota Magelang Nihil,
dikarenakan Kota Magelang tidak mempunyai kegiatan
pertambangan dan juga tidak ada konstribusi sektor
pertambangan untuk PDRB Kota Magelang.
e. Pariwisata
Untuk mengetahui capaian kinerja Indikator Kinerja Kunci (IKK)
urusan Pariwisata dapat diketahui melalui 2 (dua) indikator
yaitu:
1) Jumlah kunjungan wisata.
2) Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB
Pada tahun 2007 tercatat ada 4.850.810 wisatawan yang
mengunjungi Kota Magelang. Mereka menuju ke obyek-obyek
wisata seperti Taman Kyai Langgeng, museum-museum,
taman-taman terbuka, serta pusat pertokoan di Jalan Pemuda.
Walaupun menjadi salah satu unggulan Kota Magelang, sektor
pariwisata dari bidang Hiburan dan Rekreasi tidak dapat
menyumbang PDRB yang cukup besar (0,31%). Akan tetapi,
sektor pendukung pariwisata menyumbang kontribusi yang
cukup besar bagi PDRB Kota Magelang.
f. Industri
Untuk mengetahui capaian kinerja Indikator Kinerja Kunci (IKK)
urusan Industri dapat diketahui melalui 2 (dua) indikator yaitu:
1) Kontribusi sektor industri terhadap PDRB
2) Pertumbuhan Industri
Dilihat dari kontribusi sektor industri terhadap PDRB,
sumbangan sektor industri relatif kecil, sehingga capaian
kinerja kontribusi sektor industri terhadap PDRB hanya sebesar
3.35%. Sektor industri di Kota Magelang termasuk sektor yang
emerging (artinya memeliki potensi utuk dapat tumbuh),
karena memiliki daya saing (competitive advantage) yang
tinggi tetapi bukan merupakan sektor basis. Konsentrasi yang
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007lxxxiii
rendah dari sektor industri harus ditangkap oleh Pemerintah
Kota Magelang sebagai kelemahan (weakness) yang perlu
diketahui dan diantisipasi. Mengingat keterbatasan sumber
daya alam dan luas wilayah yang relatif kecil di Kota Magelang,
maka pembangunan industri diarahkan pada pemberdayaan
usaha mikro, kecil dan menengah tanpa menutup kemungkinan
adanya pengembangan industri besar yang berwawasan
kerakyatan.
Sektor industri memiliki potensi untuk tumbuh jika dilihat dari
produktifitasnya. Produktivias sektor industri merupakan hasil
pembagian antara output sektor industri dengan total tenaga
kerja di sektor industri, dimana output sektor industri
merupakan hasil penjumlahan antara nilai tambah di sektor
industri dengan biaya antara (biaya yang digunakan selama
proses produksi). Jika dilihat dari produktifitas sektor industri,
sektor ini memiliki nilai capaian kinerja produktivitas sektor
industri sebesar 7.96 (JutaRp) /orang. Artinya kemampuan 1
orang tenaga kerja di sektor industri bisa menghasilkan output
sektor industri sebesar 7.96 (JutaRp).
g. Perdagangan
Untuk mengetahui capaian kinerja Indikator Kinerja Kunci (IKK)
urusan Perdagangan dapat diketahui melalui 2 (dua) indikator
yaitu:
1) Kontribusi sektor perdagangan terhadap PDRB
2) Eksport bersih perdagangan
Peran sektor perdagangan di Kota Magelang menurut PDRB
Tahun 2007 menempati urutan keempat setelah : sektor jasa,
bangunan, pengangkutan dan komunikasi. Dengan demikian
nilai capaian kinerja dari Kontribusi sektor perdagangan
terhadap PDRB di Kota Magelang adalah sebesar 5,56%.
Berdasarkan data yang tercatat dari Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kota Magelang, tidak ada importir di Kota
Magelang. Dengan demikian ekspor bersih perdagangan adalah
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007lxxxiv
sebesar nilai ekspor yaitu Rp 36.008.089.734 (asumsi 1 U$ =
Rp 9.300,-).
h. Ketransmigrasian
Untuk mengetahui capaian kinerja Indikator Kinerja Kunci (IKK)
urusan Ketransmigrasian dapat diketahui melalui indikator
Transmigran Swakarsa.
Pada tahun 2007 Pemerintah Kota Magelang telah mengirimkan
10 transmigran (10KK) ke lokasi pemukiman transmigrasi Pulau
Malan, Kabupaten Katingan Provinsi Kalimantan tengah. Usaha
yang nantinya dikembangakan oleh kesepuluh transmigran
yang dikirim antara lain: bertani, berdagang, beternak dan
kerajinan anyaman. Berdasarkan data dari Dinas Tenaga kerja
dan Transmigrasi Kota Magelang, tidak ada transmigran
swakarsa. Transmigrasi swakarsa adalah transmigrasi yang
dilakukan atas inisiatif sendiri dari sekelompok orang dengan
biaya sendiri. Dengan demikian capaian kinerja untuk jumlah
transmigran swakarsa terhadap jumlah transmigran di Kota
Magelang adalah 0%.
Suplemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Magelang Tahun 2007lxxxv