NapZa [email protected]

45
Asuhan Keperawatan Komunitas dengan Ketergantungan NAPZA Disusun oleh : 1. Agus Ali M 2. Dio Hafidz 3. Indra Adamsyah 4. Nelly Khasanah 5. Tiara Hana F. 6. Alfian Hakiki 7. Era P. Faradila. 8. Ekhtiari W 9. Werdha Sandi U. PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INSAN CENDEKIA MEDIKA i

Transcript of NapZa [email protected]

Page 1: NapZa Nes@.docx

Asuhan Keperawatan Komunitas dengan Ketergantungan

NAPZA

Disusun oleh :

1. Agus Ali M

2. Dio Hafidz

3. Indra Adamsyah

4. Nelly Khasanah

5. Tiara Hana F.

6. Alfian Hakiki

7. Era P. Faradila.

8. Ekhtiari W

9. Werdha Sandi U.

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

2013

i

Page 2: NapZa Nes@.docx

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya makalah

yang berjudul “Asuhan Keperawatan Komunitas dengan Ketergantungan NAPZA” ini

dapat terselesaikan dengan tepat waktu. Makalah ini di susun oleh penulis guna memenuhi

tugas mata kuliah Sistem Komunitas.

Penulis berharap dengan di susunnya makalah ini dapat menambah pengetahuan para

pembaca, terkhusus untuk mahasiswa program studi S1 Keperawtan STIKES ICME

JOMBANG mengenai asuhan keperawatan komunitas dengan ketergantungan NAPZA.”

Tak ada gading yang tak retak” penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini

masih banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan

saran dari para pembaca demi penyempurnaan makalah ini.

Terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam

penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.

Jombang, 21 Januari 2013

Penulis

ii

Page 3: NapZa Nes@.docx

Daftar Isi

Halaman judul.......................................................................................................i

Kata pengantar......................................................................................................ii

Daftar isi................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1

1.1.latarbelakang masalah..............................................................................1

1.2.rumusan masalah......................................................................................2

BAB II KONSEP TEORI.....................................................................................3

2.1.Pengetian Napza.......................................................................................3

2.2.Kategori Napza........................................................................................3

2.3.Etiologi penyalahgunaan Napza..............................................................7

2.4.Ciri-ciri pengguna Napza.........................................................................9

2.5.Akibat Penyalahgunaan Napza................................................................10

2.6. Peran Keluarga Mencegah Terjadinya Penyalahgunaan Narkoba..........12

2.7.Penanggulangan Masalah Napza.............................................................13

2.8.Prinsip penatalaksanaan Keperawatan.....................................................14

BAB III KONSEP ASKEP...................................................................................18

3.1.Pengkajian................................................................................................19

3.2.Analisa data..............................................................................................20

3.3.Diagnosa Keperawatan............................................................................22

3.4.Rencana Asuhan Keperawatan komunitas...............................................23

BAB IV PENUTUP...............................................................................................26

4.1.Kesimpulan..............................................................................................26

4.2.Saran........................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................27

iii

Page 4: NapZa Nes@.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.2.Latar Belakang

Saat ini di seluruh Indonesia, banyak institusi kesehatan tersebar di bebagai daerah.

Jadi dapat diperkirakan mahasiswa-mahasiswa dengan basic kesehatan semakin banyak

pula. Untuk membantu mengatasi masalah remaja, maka mahasiswa dengan basic

kesehatan hendaknya ikut berperan aktif yakni dengan memberikan pendidikan pada remaja

di sekolah ataupun di fakultas non kesehatan. Strategi yang dapat di jalankan adalah

melalui penyebarluasan pengalaman dan pelajaran tentang masalah yang banyak terjadi

pada remaja.

Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menjadi masa yang yang

menyenangkan, meski bukan berarti tanpa masalah. Banyak proses yang harus dilalui

seseorang dimasa transisi kanak-kanak menjadi dewasa ini. Tantangan yang dihadapi

orangtua dan petugas kesehatan dalam menangangi problematika remaja pun akan semakin

kompleks. Namun ada penyelesaian masalah untuk membentuk manusia-manusia kreatif

dengan karakter yang kuat, salah satunya dengan melakukan asuhan keperawatan

komunitas pada kelompok remaja.

Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang semakin canggih

membawa dampak pada semua kehidupan, terutama pada generasi penerus bangsa

khususnya pada remaja. Salah satunya dampak negative banyak para pelajar di kalangan

remaja sudah merokok, berkendaraan dengan kecepatan tinggi, percobaan bunuh diri,

minum-minuman dan penggunaan zat yang merusak kesehatan.

Dampak yang terjadi pada remaja itu merupakan masalah yang komplek, ditandai

oleh dorongan penggunaan yang tidak terkendali untuk terus menerus digunakan, walaupun

mengalami dampak yang negative dan menimbulkan gangguan fungsi sehari-hari baik

dirumah, sekolah maupun di masyarakat.

Penyalahgunaan Napza dari tahun ketahun semakin meningkat. Permasalahan

penyalahgunaan Napza mempunyai dimensi yang luas dan komplikasi baik dari sudut

medik, psikiatrik, kesehatan jiwa maupun psikososial (ekonomi, politik, sosial budaya,

1

Page 5: NapZa Nes@.docx

kriminalitas, kerusuhan massal dan sebagainya). Penyalahgunaan Napza dipengaruhi

banyak faktor. Keluarga merupakan salah satu faktor risiko terhadap penyalahgunaan

Napza pada remaja. Remaja yang menyalahgunakan Napza mempunyai fungsi

kebersamaan, fungsi fleksibilitas dan fungsi komunikasi yang rendah dalam keluarga,

sedangkan fungsi agama tidak berhubungan dengan kejadian penyalahgunaan Napza pada

remaja.

1.3.Masalah

1. Apa pengertian dari ketergantungan NAPZA itu sendiri ?

2. Apa penyebab dari penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA ?

3. Bagaimana cara mencegah penyalahgunaan NAPZA?

4. Bagaimanakah Asuhan keperawatan komunitas dengan ketergantungan NAPZA ?

2

Page 6: NapZa Nes@.docx

BAB II

PEMBAHASAN

2.1.Pengertian NAPZA

Narkoba merupakan singkatan dari Narkotika dan obat atau bahan berbahaya.

Narkotika juga dikenal dengan istilah NAPZA yaitu Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif

lainnya. Semua istilah ini mengacu pada sekelompok zat yang umumnya mempunyai resiko

kecanduan.

Narkoba atau NAPZA merupakan bahan/zat yang bila masuk ke dalam tubuh akan

mempengaruhi tubuh terutama saraf pusat/otak sehingga jika disalah gunakan akan

menyebabkan gangguan fisik, psikis/jiwa dan fungsi social.

Ketergantungan: Penggunaan zat yang sudah cukup berat, telah terjadi ketergantungan

fisik dan psikologis. Ketergantungan fisik ditandai dengan adanya toleransi dan sindroma

putus zat (suatu kondisi dimana individu yang biasa menggunakan zat adiktif secara rutin

pada dosis tertentu menurunkan jumlah zat yang digunakan atau berhenti memakai,

sehingga menimbulkan kumpulan gejala sesuai dengan macam zat yang digunakan.

Sedangkan toleransi adalah suatu kondisi dari individu yang mengalami peningkatan dosis

(jumlah zat), untuk mencapai tujuan yang biasa diinginkannya.

Pada awalnya zat-zat ini digunakan untuk tujuan medis seperti penghilang rasa sakit.

Namun belakangan ini banyak orang yang menggunakan zat-zat ini secara tetap, bukan

untuk tujuan medis atau digunakan tanpa mengukuti dosis yang seharusnya maka disebut

penyalahgunaan NAPZA (Drug Abuse).

Oleh sebab itu pemerintah memberlakukan Undang-Undang untuk penyalah gunaan

narkoba yaitu UU No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika dan UU No. 22 Tahun 1997

tentang Narkotika.

2.2.Kategori NAPZA

a. Berdasarkan jenisnya NAPZA digolongkan menjadi kategori :

1. Psikotropika

Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika,

yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat

yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Menurut

3

Page 7: NapZa Nes@.docx

Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 meliputi ekstasi, shabu-shabu, LSD, obat

penenang/obat tidur, obat anti depresi, dan anti psikosis. Jenis psikotropika salah

satunya Amphetamin, yaitu sekelompok zat/obat yang mempunyai khasiat sebagai

stimulant susunan syaraf pusat. Amfetamin bersifat menimbulkan rangsangan

serupa dengan adrenalin. Suatu hormon yang merangsang kegiatan susunan saraf

pusat dan meningkatkan kinerja otak. ATS yaitu (amfetamin Type Stimulant)

adalah nama sekelompok zat /obat yang mempunyai khasiat sama dengan atau

seperti amphetamin. Nama lainya yaitu Speed, Crystal, dan Ectasy. Shabu adalah

nama jalanan untuk Amphetamin

2. Narkotika

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik

sintetis maupun semin sintetis yang menyebabkan pengaruh bagi penggunanya.

Pengaruh tersebut berupa pembiusan, hilangnya rasa sakit, rangsangan semangat,

halusinasi atau timbulnya khayalan-khayalan yang menyebabkan efek

ketergantungan bagi pemakainya. Jenis narkotika sendiri yaitu :

a. Opioda.

Opioda adalah sekelompok zat alamiah , semi sintetis atau sintetis yang mempunyai

khasiat farmakologi mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri, meliputi:

1. Opioda alamiah, yaitu Opium, Morfin dan Codein

2. Opioda semi sintetis, yaitu hidroMorfin dan heroin. Heroin adalah hasil

pemrosesan opioda alamiah dengan sedikit perubahan kimia.

3. Opioda sintetik meliputi meperidin, propoksifen, leforfanol dan, lefarolfan.

b. Morfin.

Morfin adalah opioda alamiah yang mempunyai daya analgesik yang kuat, berbentuk

kristal, berwarna putih dan berubah menjadi kecoklatan dan tidak berbau. Opium mentah

mengandung 4 - 21% Morfin. Sebagian Opium diolah menjadi Morfin dan Codein.

c. Codein.

Adalah alkaloida yang terkandung dalam Opium sebesar 0,7 – 2.5%, merupakan opioda

alami yang banyak digunakan untuk keperluan medis. Memiliki daya analgetik lemah

4

Page 8: NapZa Nes@.docx

yaitu hanya seperduabelas daya analgetik Morfin. Codein di gunakan sebagai antitusif

(peredam batuk) yang kuat

d. Heroin/putaw

Heroin adalah opioda semi sintetis berupa serbuk putih yang berasa pahit.

e. Ganja, Marijuana,Cannabis sativa, Cannabis indica

Ganja adalah tumbuhan perdu liar yang tumbuh di daerah beriklim tropis dan subtropik,

komponen psikoaktif ganja adalah delta-9-tetra hydrocannabinol atau delta 9-THC. Kadar

THC ganja tertinggi terdapat pada pucuk bunga tanaman betina.

Selama tiga milenia orang-orang afrika dan asia menggunakan cannabis dalam berbagai

bentuk sediaan. Ada tiga bentuk sediaan yaitu Cannabis, Hashish, dan minyak hashis.

Marijuana adalah daun dan bunga kering pada tanaman cannabis dan umumnya memiliki

dampak yang paling ringan diantara ketiga bentuk sediaan Cannabis.

Kadar THC dari berbagai jenis ganja bervariasi dan juga tergantung dari kesuburan tanah

tempat tumbuhnya, jenis ganja yang di konsumsi mengandung THC sekitar 5% bila tanah

tempat penanaman subur dan perawatan tumbuhan baik, kadar THC dalam ganja dapat

mencapai 10%.

f. Metadon.

Metadon adalah opioda sintetis yang mempunyai daya kerja lebih lama dan lebih efektif

daripada Morfin dengan cara penggunaan ditelan. Metadon digunakan sebagai terapi

substitusi dalam Methadon Maintenace Programe, untuk mengobati ketergantungan pada

opioda.

g. Kokain.

Kokain adalah alkaloida dari daun tumbuhan erthroxilon coca. Sejenis tumbuhan yang

tumbuh di lereng gunung pegunungan Andes di Amerika selatan.

h. Crack.

Adalah saripati kokain yang mempunyai dampak ketergantungan lebih kuat daripada

kokain. Penggunaanya dihisap seperti rokok, nama lain di sebut Coke, Snow, Flake, dan

Rock

5

Page 9: NapZa Nes@.docx

3. Zat adiktif lain

Zat adiktif lainnya adalah bahan lain bukan narkotika atau psikotropika yang

penggunaannya dapat menimbulkan ketergantungan.

Antara lain:

a.      Alkohol (ethanol atau ethyl alcohol)

Adalah hasil fermentasi peragian karbohidrat dari bulir padi-padian, cassava, sari buah

anggur, nira. Kadar alkohol yang diperoleh dari hasil fermentasi adalah tidak lebih dari

14%. Alkohol yang disebut dengan methyl alcohol adalah jenis alkohol yang sangat

berbahaya. Kadar alkohol dari bir 3-5%. Wine 10-14%, whisky, rhum, gin, vodka, Brendi

antara 50%

b.      Kafein, caffeine (1.3.7. Trimethyisantine).

Kafein adalah alkaloida yang terdapat dalam buah tanaman kopi. Biji kopi mengandung

1-2.5% kafein. Kafein juga terdapat pada minuman ringan.

c.       Nicotine (Nicotina Tabacum L)

Terdapat pada tumbuhann tembakau dengan kadar sekitar 1-4%. Dalam setiap batang

rokok terdapat sekitar 1,1 mg nikotin. Nikotin menimbulkan ketergantungan. Dalam daun

tembakau, terdapat ratusaan jenis zat lainya selain dari nikotin.

d.      Zat sedatif (penenang) dan hipnotika.

Yang tergolong sedatif/hipnotika adalah benzodiazepin meliputi antara lain : Temazepam,

Diazepam, Nitrazepam, klonazepam.

e.       Halusinogen, yaitu sekelompok zat alamiah atau sintetik yang bila di konsumsi

menimbulkan dampak halusinasi.

f.       Inhalansia yaitu zat-zat yang di sedot melalui hidung seperti:

1.      Hidrokarbon alfatis dan solvent termasuk toluene yang (terdapat dalam perekat/lem,

pelumas, bensin, aerosol, dan semir sepatu)

2.      Halogen Hidrokarbon termasuk Trichloretilena, tetrachloretilena (terdapat di minyak

pelumas)

3.      Nitrit alifatis meliputi aminitri, isobutilnitrit dan butyl nitrit (semuanya terdapat pada

pengharum ruangan)

4.      Keton meliputi aseton

5.      Ester meliputi ethylasetat, amilacetat, buthylchetat dan propilacetat

6

Page 10: NapZa Nes@.docx

Narkoba yang disalahgunakan biasanya tidak satu jenis melainkan kombinasi dari

beberapa jenis narkoba, pemakaian narkoba misalnya dengan minuman ringan atau dengan

minuman beralkohol untuk mendapatkan efek yang di inginkan.

b. Klasifikasi NAPZA Menurut Efek pada Pemakai

1. Stimulan

Yaitu zat yang merangsang sistem saraf pusat.

2. Depresan

Menekan sistem saraf pusat.

3. Halusinogen

Mengubah daya persepsi halusinasi.

2.3. Etiologi Penyalahgunaan Napza

Pada setiap kasus, ada penyebab yang khas mengapa seseorang menyalahgunakan

Napza dan ketergantungan. Hal ini berarti penyebab seseorang terjebak dalam perilaku ini

merupakan sesuatu yang unik dan tidak dapat disamakan begitu saja dengan kasus lainnya.

Namun beberapa penelitian terdapat beberapa faktor yang berperan pada penyalahgunaan

Napza. Diantaranya :

1. Faktor Keluarga

Berdasarkan hasil penelitian tim UNIKA Atma Jaya dan Perguruan Tinggi

Kepolisian Jakarta Tahun 1995, terdapat beberapa tipe keluarga yang beresiko

tinggi anggota keluarganya (terutama anaknya yang remaja) terlibat

penyalahgunaan Napza yaitu :

a. Keluarga yang memiliki sejarah (termasuk orang tua) mengalami

ketergantungan Napza.

b. Keluarga dengan managemen keluarga yang kacau, yang terlihat dari

pelaksanaan aturan yang tidak konsisten dijalankan oleh ayah dan ibu

(misalnya, ayah bilang ya, ibu bilang tidak).

c. Keluarga dengan konflik yang tinggi dan tidak pernah ada upaya

penyelesaian yang memuaskan semua pihak yang berkonflik. Konflik

dapat terjadi antara ayah dan ibu, ayah dan anak, ibu dan anak, maupun

antar saudara.

d. Keluarga dengan orang tua yang otoriter. Disini peran orang tua sangat

dominan, dengan anak yang hanya sekedar harus menuruti apa kata orang

7

Page 11: NapZa Nes@.docx

tua, dengan alasan sopan santun, adat istiadat, atau demi kemajuan dan

masa depan anak itu sendiri tanpa diberi kesempatan untuk berdialog dan

menyatakan ketidak setujuannya.

e. Keluarga yang perfeksionis, yaitu keluarga yang menuntut anggotanya

mencapai kesempurnaan dengan standar tinggi yang harus dicapai dalam

banyak hal.

f. Keluarga yang neurosis yaitu keluarga yang diliputi kecemasan dengan

alasan yang kurang kuat, mudah cemas, dan curiga serta sering berlebihan

dalam menanggapi sesuatu.

2. Faktor Kepribadian

Kepribadian penyalahgunaan Napza juga turut berperan dalam perilaku ini.

Para remaja biasaya penyalahguna Napza memiliki konsep diri yang negative dan

harga diri yang rendah.

Perkembangan emosi yang terhambat dengan ditandai oleh ketidakmampuan

mengekspresikan emosinya secara wajar, mudah cemas, pasif agresif dan

cendrung depresi juga turut mempengaruhi.

Selain itu kemampuan remaja untuk memecahkan masalahnya secara adekuat

berpengaruh terhadap bagaimana ia mudah mencari pemecahan masalah dengan

melarikan diri. Hal ini juga berkaitan dengan mudahnya menyalahkan lingkungan

dan lebih melihat faktor-faktor diluar dirinya yang menentukan segala sesuatu.

Dalam hal ini, kepribadian yang dependen dan tidak mandiri memainkan peranan

penting dalam memandang Napza sebagai satu-satunya pemecahan masalah yang

dihadapi. Sangat wajar bila dalam usianya remaja membutuhkan pengakuan dari

lingkungan sebagai bagian pencarian identitas dirinya. Namun jika ia memiliki

kepribadian yang tidak mandiri dan menganggap segala sesuatunya harus

diperoleh dari lingkungan, akan sangat memudahkan kelompok teman sebaya

untuk mempengaruhinya menyalahgunakan Napza. Di sinilah sebenarnya peran

keluarga dalam meningkatkan harga diri dan kemandirian pada anak remajanya.

3. Faktor kelompok teman sebaya (per group)

Kelompok teman sebaya dapat menimbulkan tekanan kelompok yaitu cara

teman-teman atau orang-orang seumur untuk mempengaruhi seseorang agar

berperilaku seperti kelompok itu. Tekanan kelompok dialami oleh semua orang

bukan hanya remaja, karena pada kenyataannya semua orang ingin disukai dan

8

Page 12: NapZa Nes@.docx

tidak ada yang mau dikucilkan. Kegagalan untuk memenuhi tekanan dari

kelompok teman sebaya, seperti berinteraksi dengan kelompok teman yang lebih

popular, mencapai prestasi dalam bidang olah raga, social dan akademik, dapat

menyebabkan frustasi dan mencari kelompok lain yang dapat menerimanya.

Sebaliknya keberhasilan dari kelompok teman sebaya yang memiliki perilaku dan

norma yang mendukung penyalahgunaan Napza dapat muncul.

4. Faktor Kesempatan

Ketersediaan Napza dan kemudahan memperolehnya juga dapat dikatakan

sebagai pemicu. Indonesia yang sudah menjadi tujuan pasar narkotika

internasional, menyebabkan zat-zat ini dengan mudah diperoleh. Bahkan beberapa

media massa melansir bahwa para penjual narkotika menjual barang dagangannya

di sekolah-sekolah, termasuk sampai di SD. Penegakan hukum yang belum

sepenuhnya berhasil tentunya dengan berbagai kendalanya juga turut

menyuburkan usaha penjualan Napza Indonesia. Akhirnya, dari beberapa faktor

yang sudah diuraikan, tidak ada faktor yang satu-satunya berperan dalam setiap

kasus penyalahgunaan Napza. Ada faktor yang memberikan kesempatan dan ada

faktor pemicu. Biasanya, semua faktor itu berperan. Karena itu penanganannya

pun harus melibatkan berbagai pihak, termasuk keterlibatan aktif orang tua.

2.4. Ciri-Ciri Pengguna Napza

1. Fisik

a. Berat badan turun drastis.

b. Buang air besar dan kecil kurang lancar.

c. Mata cekung dan merah, muka pucat, dan bibir kehitam-hitaman.

d. Sembelit atau sakit perut tanpa alasan yang jelas.

e. Tangan penuh dengan bintik-bintik merah seperti bekas gigitan

nyamuk dan ada tanda bekas luka sayatan. Goresan dan perubahan

warna kulit ditempat bekas suntikan.

2. Emosi

a. Bila ditegur atau dimarahi, dia malah menunjukan sikap

membangkang.

b. Emosinya naik turun dan tidak ragu untuk memukul orang atau

berbicara kasar terhadap anggota keluarga atau orang disekitarnya.

9

Page 13: NapZa Nes@.docx

c. Nafsu makan tidak menentu.

d. Sangat sensitive dan mudah bosan.

3. Perilaku

a. Bicara cedal atau pelo.

b. Jalan sempoyongan.

c. Malas dan sering melupakan tanggung jawab dan tugas-tugas

rutinnya.

d. Mengalami jantung berdebar-debar.

e. Menyalami nyeri kepala.

f. Mengalami nyeri/ngilu sendi-sendi.

g. Mengeluarkan air mata berlebihan.

h. Mengeluarkan keringat berlebihan.

i. Menunjukan sikap tidak peduli dan jauh dari keluarga.

j. Selalu kehabisan uang.

k. Sering batuk dan pilek berkepanjangan, biasanya terjadi pada saat

gejala “putus zat”.

l. Sering bohong dan ingkar janji dengan berbagai alasan.

m. Sering bertemu dengan orang yang tidak dikenal keluarga, pergi tanpa

pamit dan pulang lewat tengah malam.

n. Sering mengalami mimpi buruk.

o. Sering menguap.

p. Cenderung menarik diri.

q. Mencuri uang.

r. Takut air.

2.5. Akibat Penyalahgunaan Napza

Terdapat 3 aspek akibat langsung penyalahgunaan Napza yang berujung pada

menguatnya ketergantungan.

Secara fisik : pengguna Napza akan mengubah metabolism tubuh seseorang. Hal ini

terlihat dari peningkatan dosis yang semakin lama semakin besar dan gejala putus obat,

keduanya menyebabkan seseorang berusaha terus-menerus mengkonsumsi Napza.

Gejala Sakau :

1. Bola mata mengecil.

2. Hidung dan mata berair.

10

Page 14: NapZa Nes@.docx

3. Bersin-bersin.

4. Menguap.

5. Banyak keringat.

6. Mual-mual.

7. Muntah.

8. Diare.

9. Nyeri tulang dan persendian.

Gejala Overdosis :

Overdosis atau kelebihan dosis terjadi akibat tubuh mengalami keracunan akibat obat.

OD sering terjadi bila menggunakan narkoba dalam jumlah banyak dengan rentang waktu

terlalu singkat, biasanya digunakan secar bersamaan antara putaw, pil, heroin digunakan

bersama alcohol. Atau menelan obat tidur seperti golongan barbiturate (luminal) atau obat

penenang (valium, xanax, mogadon).

Ciri-ciri overdosis :

1. Tidak ada respon.

2. Tidur mendengkur.

3. Bibir dan kuku membiru.

4. Tubuh dingin dan kulit lembab.

5. Kejang-kejang.

6. Adanya riwayat pemakaian morfin/heroin terdapat tanda bekas jarum suntik.

7. Frekuensi pernafasan < 12 kali/menit.

8. Penurunan kesadaran.

Secara psikis : berkaitan dengan berubahnya beberapa fungsi mental, seperti rasa

bersalah, malu dan perasaan nyaman yang timbul dari mengkonsumsi Napza. Cara yang

kemudian ditempuh untuk beradaptasi adalah dengan mengkonsumsi lagi Napza.

Secara social : dampak social yang memperkuat pemakaian Napza. Proses ini

biasanya diawali dengan perpecahan di dalam kelompok social terdekat seperti keluarga

(lihat faktor penyebab keluarga), sehingga muncul konflik dengan orang tua, teman-teman,

pihak sekolah atau pekerjaan. Perasaan dikucilkan pihak-pihak ini kemudian menyebabkan

si penyalahguna bergabung dengan kelompok orang-orang serupa, yaitu para penyalahguna

NAPZA juga. Semua akibat ini berujung pada meningkatkannya perilaku penyalahgunaan

NAPZA.

11

Page 15: NapZa Nes@.docx

2.6. Peran Keluarga dalam Mencegah Terjadinya Penyalahgunaan Narkoba

Pencegahan penyalahgunaan Narkoba adalah upaya yang dilakukan terhadap faktor-

faktor yang berpengaruh atau penyebab baik secara langsung atau tidak langsung. Dengan

tujuan agar seseorang atau sekelompok masyarakat mengubah keyakinan, sikap, dan

perilakunya sehingga tidak memakai narkoba atau berhenti memakai narkoba. Keluarga

adalah lingkungan pertama dan utama dalam membentuk dan mempengaruhi keyakinan,

sikap dan perilaku seseorang terhadap pengguna narkoba. Langkah-langkah yang dapat

dilakukan diantaranya :

1. Bangun keluarga harmonis.

2. Mendengarkan secara aktif.

Orang tua perlu melatih cara mendengar aktif. Ulangi pernyataan sebagai tanda anda

paham apa yang diungkapkan anak. Perhatikan bahasa tubuh anak (mimic, muka, gerakan

tubuh) saat berbicara. Jika bertentangan perhatikan bahasa tubuh yang menyatakan isi hati

yang sebenarnya.

3. Orang tua sebagai teladan

Berhentilah merokok, minum minuman beralkohol atau memakai narkoba. Buang

semua peralatan dan persediaan rokok atau minuman beralkohol. Perlihatkan kemampuan

orang tua berkata tidak terhadap hal-hal yang bertentangan dengan hati nurani. Hormati

hak-hak anak dan orang lain. Hidup secara tertib dan teratur.

4. Kembangkan kemampuan anak tolak narkoba

Beritahu anak mengenai haknya melakukan sesuatu yang cocok bagi dirirnya. Jika

ada teman yang memaksa atau membujuk, ia berhak menolaknya. Bimbing anak mencari

kawan sejati yang tidak menjerumuskannya. Cari peluang untuk mengajarkan anak

mengenai bahaya narkoba dengan menggunakan nalar sehat. Hindari cara menakut-nakuti

dalam member nasehat. Ajarkan anak menolak tawaran memakai narkoba. Ketahui jadwal

kegiatan anak, siapa kawan-kawannya tetapi jangan bertindak seperti polisi di rumah.

5. Dukung kegiatan anak yang sehat dan kreatif

Dukung kegiatan anak di sekolah, berolahraga, menyalurkan hobi, bermain music dan

sebagainya. Tanpa menuntut prestasi atau harus menang. Libatkan diri dalam kegiatan

anak. Anak menghargai saat orang tua melibatkan diri dalam kegiatan mereka, tanpa terlalu

banyak ikut campur dalam keputusan yang diambil anak.

6. Buat kesepakatan tentang norma dan peraturan

12

Page 16: NapZa Nes@.docx

Anak menginginkan kehidupan yang teratur. Ia belajar bertanggung jawab jika

ditetapkan aturan bagi perilaku dan kegiatannya sehari-hari. Tetapkan hal itu bersama anak

secara adil dan tuliskan peraturan-peraturan itu secara singkat dan jelas.

Yang penting untuk dihindari :

a. Menghakimi atau menuduh .

b. Merasa benar sendiri.

c. Terlalu banyak member nasehat atau ceramah.

d. Sikap seolah-olah mengetahui semua jawaban.

e. Mengkritik atau mencela

f. Menganggap enteng semua persoalan anak. Hindari kata-kata negative ;

harus, jangan, tidak boleh. Gunakan kalimat terbuka seperti contoh :

2.7. Penanggulangan Masalah NAPZA

Penanggulangan masalah NAPZA dilakukan mulai dari pencegahan, pengobatan

sampai pemulihan (rehabilitasi).

1. Pencegahan

Pencegahan dapat dilakukan, misalnya dengan :

a. Memberikan informasi dan pendidikan yang efektif tentang NAPZA.

b. Deteksi dini perubahan perilaku.

c. Menolak tegas untuk mencoba (“say no to drugs”) atau katakan tidak pada narkoba”.

2. Pengobatan

Terapi pengobatan pada klien NAPZA misalnya detossifikasi. Detoksifikasi adalah

upaya untuk mengurangi atau menghentikan gejala zat, dengan dua cara yaitu :

a. Detoksifikasi tanpa subsitusi

Klien ketergantungan putau (heroin) yang berhenti menggunakan zat yang mengalami

gejala putus zat tidak diberi obat untuk menghilangkan gejala putus zat tersebut. Klien

hanya dibiarkan saja sampai gejala putus zat tersebut berhenti sendiri.

b. Detoksifikasi dengan substitusi

Putau atau heroin dapat disubstitusi dengan memberikan jenis opiate misalnya kodein,

bufremorfin dan metadon. Substansi bagi pengguna sedative-hipnotik dan alcohol dapat

dari jenis anti ansietas misalnya diazepam. Pemberian substitusi asalah dengan cara

penurunan dosis secara bertahap sampai berhenti sama sekali. Selama pemberian substitusi

dapat juga diberikan obat yang ditimbulkan akibat putus zat trsebut.

3. Rehabilitasi

13

Page 17: NapZa Nes@.docx

Rehabilitasi adalah upaya kesehatan yang dilakukan secara utuh dan terpadu melalui

pendekatan non medis, psikologis, social dan religi agar pengguna NAPZA yang menderita

sindrom ketergantungan dapat mencapai kemampuan fungsional seoptimal mungkin.

Tujuannya pemulihan dan pengembangan pasien baik fisik, mental, social dan spiritual.

Sarana rehabilitasi yang disediakan harus memiliki tenaga kesehatan sesuai dengan

kebutuhan. (Depkes, 2001)

2.8. Prinsip penatalaksanaan Keperawatan

a. Prinsip Biopsikososiospiritual ( Struart Sundeen )

Biologis :

Tindakan biologis dikenal dengan detoksifikasi yang bertujuan untuk

( 1 ) Memberikan asuhan yang aman dalam “ withdrawl “ (proses penghentian) bagi klien

pengguna NAPZA.

( 2 ) Memberikan asuhan yang humanistik dan memelihara martabat klien.

( 3 ) Memberikan terapi yang sesuai. Setelah detoksifikasi tercapai, mempertahankan

kondisi bebas dari zat adiktif, dimana terapi farmakologis harus diunjang oleh terapi yang

lainnya.

Psikologis :

Bersama klien mengevaluasi pengalaman yang lalu dan mengidentifikasikan aspek

positifnya untuk dipakai mengatasi kegagalan.

Sosial :

- Konseling Keluarga

Keluarga sering frustasi menghadapi klien dan tidak mengerti sifat dan proses adiksi

sehingga seringkali melakukan hal yang tidak teraupetik terhadap klien. Keluarga sering

melindungi klien dari dampak adiksi, meminta anggota keluarga lain untuk memaafkan

klien. Menyalahkan diri sendiri, menghindari konfrontasi yang semuanya

menyebabkanklien meneruskan pemakaian zat adiktif. Masalah yang dihadapi

klienmenimbulkan dampak bagi keluarga seperti rasa tidak aman, malu, rasa bersalah,

masalah keuangan, takut dan merasa diisolasi. Oleh karena itu perawat perlu mendorong

keluarga untuk mengikuti pendidikan kesehatan tentang proses penggunaan dan

ketergantungan, gejala putus zat, gejala relapse, tindakan keperawatan, lingkungan

teraupetik, dan semua hal yang terkait dengan pencegahan relapse di rumah.

- Terapi Kelompok

Terdiri dari 7-10 orang yang difasilitasi oleh terapist, kegiatan yang dilakukan adalah tiap

anggota bebasa menyampaikan riwayat sampai terjadinya adiksi, upaya yang dilakukan

14

Page 18: NapZa Nes@.docx

untuk berhenti memakai zat, kesulitan yang dihadapi dalam melakukan program perawatan,

terapist dan anggota kelompok memberikan umpan balik dengan jujur dan dapat menambah

pengalaman masing-masing.

- Self help group

Self help group adalah kelompok yang anggotanya terdiri dari klien yang berkeinginan

bebas dari zat adiktif, dukungan antara anggota akan memberi kekuatan dan motivasi untuk

bebas dari zat adiktif.

b. Prinsip Community Therapeutik ( Ana Keliat )

Pada tempat ini klien dilatih untuk merubah perilaku kearah yang positif, sehingga

mampu menyesuaikan dengan kehidupan di masyarakat. Hal ini dapat dilakukan bila

klien diberi kesempatan mengungkapkan masalah pribadi dan lingkungan. community

teraupetik melakukan intervensi untuk mengatasinya.

Beberapa metode yang dilakukan :

- Slogan yang berisi norma atau nilai ke arah positif.

- Pertemuan pagi (moorning Meeting) yang diikuti oleh seluruh staf dan klien untuk

membahas masalah individu, interaksi antar klien dan kelompok.

- “Talking to “ : metode yang digunakan untuk saling memperingatkan dengan cara

yang ramah sampai yanng keras.

- Learning experience yaitu pemberian tugas yang bersifat membangun untuk merubah

perilaku negatif.

- Pertemuan kelompok

- Pertemuan Umum ( general meeting )

c.Prinsip Prestasi ( Yosep )

P Prayer ( religious

)

- Pemberian ceramah agama

- Menyediakan bacaan buku-buku agama yang memotivasi

hidup.

- Kolaborasi dalam Psychoreligius terapy.

- Menjelaskan prinsip-prinsip kesuksesan hidup menurut

konsep agama yang diyakini.

- Menjelaskan tanggung jawab yang harus dipukul apabila

melanggar norma agama.

- Menjelaskan kisah-kisah orang saleh yang diridoi tuhan

15

Page 19: NapZa Nes@.docx

sebagai suri tauladan.

- Diskusi keagamaan, pengajian, seminar keagamaan.

- Dsb.

R Reconciliation of

family

- Diskusi dengan keluarga

- Mengajarkan komunikasi assertif pada keluarga

- Melibatkan anggota keluarga dalam terapi.

- Penyuluhan tentang proses, dampak dan penatalaksanaan

adiksi.

- Motivasi keluarga untuk membantu klien mampu jujur

bila sugestinya datang.

- Diskusikan upaya keluarga membantu klien mengurangi

sugesti.

- Bantu suasana mendukung keakraban dirumah.

- Identifikasi penerimaan keluarga terhadap masalah.

- Bantu menerima masalah.

- Identifikasi harapan untuk sembuh total.

- Diskusikan arti kesembuhan

- Identifikasi pola asuh dalam keluarga

- Bantu keluarga latihan mengucapkan kata-kata yang

menghargai dan mendukung klien untuk berhenti.

- Bantu menyembunyikan klien dari penggunaan zat.

- Bantu memutuskan hubungan dengan pengguna zat.

- Diskusikan untuk menghargai usaha klien tidak

berhubungan lagi dengan pengguna zat. DSb

E Environment

Condusif

- Menghindari orang yang adiksi.

- Menjauhi tempat-tempat yang berkaitan dengan adiksi.

- Mencari lingkungan pergaulan baru.

- Mencari teman dekat dengan kemampuan prestasi yang

tinggi.

- Hijrah menuju tempat tinggal yang lebih kondusif untuk

maju.

- Bergaul dengan orang-orang yang berprestasi.

- Bantu mengidentifikasikan teman bukan pengguna zat.

16

Page 20: NapZa Nes@.docx

- Beri dukungan akan harapan bergaul lebih banyak

dengan bukan pengguna zat. Dsb

S Say No! (don’’t

Try)

- Tidak pernah mencoba ( bagi yang belum terkena )

- Belajar mengungkapkan kata-kata tidak

- Belajar berfikir positif dan bersikap optimis

- Bantu klien menilai faktor negatif bila kontak dengan

sesama pengguna zat.

- Bantu klien mengakhiri hubungan dengan teman

pengedar.

- Bantu klien menghindari penggunaan zat lain. Dsb

T Time

Management

- Membuat jadwal kegiatan harian

- Mencatat kegiatan harian

- Melakukan evaluasi kegiatan harian setiap menjelang

tidur.

- Memberikan kegiatan secara bertahap sesuai dengan

kebutuhan pasien.

- Memberikan reinforcement prestasi yang dicapai pasien

- Mengikutsertakan klien dalam kegiatan pertemuan

kelompok setiap pagi : diberi tugas membacaberita yang

aktual, serta dibahas bersama klien lain.

- Mengikutsertakan dan membuat jadwal pada jam-jam

tertentu.

- Mengikutsertakan klien pada seminar dengan topik-topik

tertentu seperti AIDS, dampak zat adiktif, cara hidup

sehat. Dsb

A Activity of

Dynamic

- Membuat target prestasi ahrian.

- Meniru orang-orang sukses dalam menghabiskan waktu

setiap hari.

- Menjelaskan kiat-kiat mengusir kemalasan

- Diskusikan cara mengalihkan pikiran dari sugesti ingin

menggunakan zat dengan menciptakan sugesti yang lebih

positif

- Identifikasi potensi/hobi/aktivitas yang menyenangkan.

17

Page 21: NapZa Nes@.docx

- Diskusikan manfaat aktivitas.

- Bantu merencanakan aktivitas ( susun jadwal )

- Motivasi untuk melakukan aktivitas masalah dengan

memulai segera.

- Motivasi untuk mengatsi bosan dengan selingan istirahat

saat beraktivitas. Dsb.

S Subject for

Future

- Membuat perencanaan tahunan

- Mencari, mengidentifikasi tokoh idola yang dikagumi

klien

- Mempelajari riwayat hidup orang-orang sukses

- Latihan menggunakan kata-kata, “ingin hidup sehat “,

masa depan penting,”masih ada harapan”.Dsb

I Information of

impact drug

abuse

- Menunjukkan angka-angka statistik korban NAPZA.

- Menunjukkan hasil-hasil penelitian pengaruh NAPZA

terhadap timbulnya penyakit kronis.

- Menjelaskan hubungan antara

prestasi,kekayaan,kedudukan,kebahagian dengan

perilaku masa lalu.

- Menjelaskan bahwa banyak prestasi yang dicapai orang

lain yang tidak mengggunakan NAPZA.Dsb

18

Page 22: NapZa Nes@.docx

BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

3.1. Pengkajian

Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis

terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisa sehingga masalah kesehatan yang dihadapi

oleh masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok yang menyangkut permasalahan

pada fisiologis, psikologis, social ekonomi, maupun spiritual dapat ditentukan. Dalam tahap

pengkajian ada lima kegiatan yaitu : pengumpulan data, pengolahan data, analisa data,

perumusan atau penentuan masalah kesehatan masyarakat dan prioritas masalah.

Kegiatan pengkajian yang dilakukan dalam pengumpulan data meliputi :

a) Data Inti, meliputi : riwayat atau sejarah perkembangan komunitas, data demografi,

vital statistic, status kesehatan komunitas

b) Data lingkungan fisik, meliputi : pemukiman, sanitasi, fasilitas, batas-batas

wilayah, dan kondisi geografis

c) Pelayanan kesehatan dan social, meliputi : pelayanan kesehatan, fasilitas social

(pasar, toko, dan swalayan)

d) Ekonomi, meliputi : jenis pekerjaan, jumlah penghasilan rata-rata tiap bulan,

jumlah pengeluaran rata-rata tiap bulan, jumlah pekerja dibawah umur, ibu rumah tangga

dan lanjut usia.

e) Keamanan dan transportasi

f) Politik dan keamanan, meliputi : system pengorganisasian, struktur organisasi,

kelompok organisasi dalam komunitas, peran serta kelompok organisasi dalam kesehatan

g) Sistem komunikasi, meliputi : sarana untuk komunikasi, jenis alat komunikasi yang

digunakan dalam komunitas, cara penyebaran informasi

h) Pendidikan, meliputi : tingkat pendidikan komunitas, fasilitas pendidikan yang

tersedia, dan jenis bahasa yang digunakan

i) Rekreasi, meliputi : kebiasaan rekreasi dan fasilitas tempat rekreasi

19

Page 23: NapZa Nes@.docx

3.2. Analisa Data

Contoh Kasus :1. Di desa sarirejo rt 2 diketahui bahwa memiliki jumlah 41 KK dengan proporsi Keluarga

RT 2 yang punya anak sekolah/remaja 21 ( 51,22% ), Usia anak dan remaja saat ini, 6

– 11 tahun : 9( 27,27% ), 12 – 15 tahun : 13(39,39% ), 16 – 21 tahun : 11 ( 33,34% )

Proporsi pendidikan anak saat ini SD : 9(27,27 %)SMP: 10(30,330 %) SMA : 6(18,18

%) tidak sekolah : 8(24,25%) Remaja yang tidak ada kegiatan tertentu 13 ( 54,16%)

Penggunaan waktu luang anak sekolah dan remaja, Music/TV 19 (90,48%), Keagamaan

2 ( 9,52%) Kebiasaan anak sekolah dan remaja Merokok 11( 45,83% ).

Warga RT 2 mengatakan tidak ada kegiatan karang taruna di tempatnya sehingga para

remaja tidak memiliki aktivitas yang terarah, di RT 2 masih banyak remaja usia sekolah

yang putus sekolah, biasanya remaja rt 2 lebih sering nongkrong-nongkrong malam hari

di beberapa tempat. Warga juga mengeluhkan resah sering ada perselisihan antara genk

motor yang ada d RT 2.

No Data Etiologi Masalah1 DS :

Warga mengatakan masih banyak

anak yang putus sekolah

Warga mengatakan tidak ada

kegiatan karangtaruna

DO :

1.Keluarga RT 2 yang punya anak

sekolah/remaja 21 ( 51,22% )

2. Usia anak dan remaja saat ini, 6 –

11 tahun : 9( 27,27% ), 12 – 15

tahun : 13(39,39% ), 16 – 21 tahun

: 11 ( 33,34% )

3. Proporsi pendidikan anak saat ini

SD : 9(27,27 %)SMP: 10(30,330

%) SMA : 6(18,18 %) tidak

kurangnya pengetahuan tentang efek bahaya dari penggunaan narkoba dan sikap yang salah terhadap NAPZA

Resti Penyalahgunaan NAPZA pada warga

20

Page 24: NapZa Nes@.docx

2

3.

sekolah : 8(24,25%)

DS :

Para remaja mengatakan kegiatan

sehari-hari di waktu luang adalah

menonton TV.

Para remaja mengatakan biasa

nongkrong di pinggir jalan saat

malam hari sampai pagi.

DO :

1. Remaja yang tidak ada kegiatan

tertentu 13 ( 54,16%)

2. Penggunaan waktu luang anak

sekolah dan remaja, Music/TV 19

(90,48%), Keagamaan 2 ( 9,52%)

DS :

Warga mengatakan resah ada 2

kelompok genk motor yang sering

berseteru 1 bulan terakhir ini

DO :

1.Remaja yang tidak ada kegiatan

tertentu 13 ( 54,16%)

2.Kebiasaan anak sekolah dan remaja

Merokok 11( 45,83% )

kurang kondusifnya lingkungan (terdapat banyak tempat kumpul anak muda yang biasanya digunakan sampai pagi)

peningkatan penyalahgunaan NAPZA pada remaja

Risiko peningkatan penyalahgunaan NAPZA pada warga terutama anak muda

Resiko peningkatan perilaku kekerasanPada remaja

21

Page 25: NapZa Nes@.docx

3.3. Diagnosa Keperawatan1. Resti Penyalahgunaan NAPZA pada warga berhubungan, kurangnya

pengetahuan tentang efek bahaya dari penggunaan narkoba dan sikap yang

salah terhadap NAPZA

2. Risiko peningkatan penyalahgunaan NAPZA pada warga terutama anak muda

berhubungan kurang kondusifnya lingkungan (terdapat banyak tempat

kumpul anak muda yang biasanya digunakan sampai pagi)

3. Risiko peningkatan perilaku kekerasan pada remaja berhubungan dengan

peningkatan penyalahgunaan NAPZA pada remaja

22

Page 26: NapZa Nes@.docx

3.4.Rencana Asuhan Keperawatan Komunitas

No Diagnosa Tujuan Sasaran Rencana Kegiatan Hari/

Tanggal

Tempat Evaluasi

Kriteria

Hasil

Standar

1. Resti

Penyalahgunaan

NAPZA pada

warga

berhubungan,

kurangnya

pengetahuan

tentang efek bahaya

dari penggunaan

narkoba dan sikap

yang salah terhadap

NAPZA

Setelah

dilakukan

kunjungan 2x

;pengetahuan

masyarakat

mengenai

bahaya

penggunaan

NAPZA

semakin

meningkat

dan

menunjukkan

perubahan

sikap dalam

penggunaan

Seluruh

warga

(terutam

a anak

muda)

1. deteksi dini penyalahgunaan

NAPZA pada remaja

2.Melakukan penyuluhan tentang

jenis jenis dari napza, bahaya dari

penyalahgunaan napza dan cara

penanggulangannya

3. Menyebarkan poster-poster yang

berisikan bahaya dari

penyalahgunaan napza di jalan-

jalan RW 03

4. memotivasi masyarakat untuk

mendisikusikan modifikasi

lingkungan fisik dan kebiasaan

yang meningkatkan resiko

penyalahgunaan NAPZA

Balai

RW

Remaja

yang

menyalahg

unakan

napza

menjadi

berkurang

90 % dari warga

mengetahui

bahaya napza

dan berusaha

menghindarinya

23

Page 27: NapZa Nes@.docx

NAPZA

2. Risiko peningkatan

penyalahgunaan

NAPZA pada

warga terutama

anak muda

berhubungan

kurang kondusifnya

lingkungan

(terdapat banyak

tempat kumpul

anak muda yang

biasanya digunakan

sampai pagi)

Remaja dan

warga

mampu

memahami

bagaimana

pengaruh

lingkungan

terhadap

sikap yang

mengarah

kepada

penyalahgun

aan NAPZA

Seluruh

warga

remaja

1.Melakukan penyuluhan tentang

jenis-jenis serta efek NARKOBA,

penyakit-penyakit yang dapat

diakibatkan dari ketergantungan

napza dan cara penanggulangan

ketergantungan napza

2.memberikan informasi kepada

warga bahwa penjualan NAPZA

juga termasuk kedalam

penyalahgunaan NAPZA yang

dapat meningkatkan peluang bagi

masyarakat lain dalam

penyalahgunaan NAPZA

3. Memotivasi dan memfasilitasi

warga yang positif ketergantungan

napza untuk mengikuti program

pemutusan ketergantungan napza

4. diskusikan bersama warga

mengenai lingkungan dan

bagaimana menciptakan

Balai

RW

Warga

mampu

memaham

i

bagaimana

prosen

peningkata

n

penyalahg

unaan

Napza dan

apa saja

yang

termasuk

faktor

pendukun

gnya

80 % warga

yang memiliki

resiko

penyalahgunaan

napza dapat

menghindari

lingkungan yang

rentan terhadap

penyalahgunaan

Napza

24

Page 28: NapZa Nes@.docx

lingkungan yang lebih kondusif

5.membangun sistem pelaporan,

informasi, tentang masalah napza

di lingkungan masing-masing

dengan tenaga kesehatan dan

aparat penegak hukum.

3 Risiko peningkatan

perilaku kekerasan

pada remaja

berhubungan

dengan peningkatan

penyalahgunaan

NAPZA pada

remaja

Warga

mampu

memahami

pengaruh

NAPZA

terhadap

psikologis

remaja

Warga

khususn

ya

remaja

1.meningkatkan pengetahuan

masyarakat tentang napza dan

bahayanya.

2.Meningkatkan keamanan

lingkungan, pengawasan untuk

tidak memberi ruang gerak bagi

para pengedar napza.

3.Meningkatkan kegiatan agama

dan kegiatan yang positif di

lingkungan masing-masing.

4.memotivasi keluarga untuk

meningkatkan koping keluarga dan

dukungan keluarga terhadap remaja

Balai Perilaku

kekerasan

semakin

berkurang

pada

masyaraka

t

Remaja dan

masyarakat pada

umumnya

paham tentang

efek negatif

kekerasan dan

bagaimana

menghindari

tindakan

kekerasan

25

Page 29: NapZa Nes@.docx

BAB IV

PENUTUP

4.1.Kesimpulan

Proporsi penyalahguna NAPZA dikalangan remaja sangat besar. Dimana faktor – faktor yang berhubungan dengan

terjadinya penyalahgunaan NAPZA dikalangan remaja terdiri dari karakteristik jenis kelamin dan umur serta pengetahuan ;

faktor lingkungan dalam keluarga yaitu variabel komunikasi ;serta faktor lingkungan di luar keluarga yaitu variabel

pergaulan teman sebaya dan penggunaan waktu luang.

4.2.Saran

1. Bagi dinas pendidikan perlu ditingkatkan program penyalahgunaan NAPZA kepada remaja-remaja yang mulai

mengenal lingkungan luar dengan melibatkan departemen kesehatan,kehakiman dan kepolisian.

2. Memberikan informasi kepada orang tua untuk mencari pemecahan dalam mencegah terjadinya penyalahgunaan

NAPZA.

3. Bagi orang tua perlu lebih ditingkakan pengawasan terhadap anak terutama pada kegiatan diluarnya.

26

Page 30: NapZa Nes@.docx

DAFTAR PUSTKA

E.Doenges, Marilyn. dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran.

Singgih D. Gunarsa. 2000. Psikologi Praktis Anak, Remaja, dan Keluarga. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.

Sumiati, dkk. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAPZA. Jakarta : Trans Info

Media.

Wirawan Sarwono, Salito. 1989. Psikologi Remaja. Jakarta : CV. Rajawali.

Yatim,D.I. dkk., (eds). 1986. Keperibadian Keluarga dan Narkotika: Tinjauan Sosial. Bandung : Accan.

27