PENGERTIAN NAPZA
-
Upload
djati-hendr -
Category
Documents
-
view
186 -
download
9
description
Transcript of PENGERTIAN NAPZA
PENGERTIAN NAPZA
Gangguan penggunaan zat adiktif adalah suatu penyimpangan perilaku yang
disebabkan oleh penggunaan zat adiktif yang bekerja pada susunan saraf pusat yang
mempengaruhi tingkah laku, memori alam perasaan, proses pikir fungsi social . Gangguan
penggunaan zat ini terdiri dari : penyalahgunaan dan ketergantungan zat.
NAPZA adalah zat adiktif yang mempengarui kondisi kejiwaan atau psikologi
seseorang (pikiran, perasaaan, dan perilaku). Serta dapat menimbulkan ketergantungan fisik
maupun psikologi. Yang termasuk dalam NAPZA adalah narkotika, psikotropika, zat adiktif
dan lainnya.
Menurut Hawari (1991) Napza adalah singkatan dari Narkotika, Alkohol, Psikotropika
dan Zat adiktif lainya. Napza mencakup segala macam zat yang disalah gunakan untuk
Gitting, mabuk, fly atau high, yang dapat mengubah tingkat kesadaran seseorang. Termasuk
dalam Napza adalah obat perangsang, penenang, penghilang rasa sakit, pencipta ilusi atau
psikotropika, dan zat-zat yang tidak termasuk obat namun dapat disalahgunakan (misalnya
alkohol atau zat yang bisa dihirup seperti bensin, lem, tinner, dan lain-lainya sehingga high.
Narkoba merupakan istilah yang sering dipakai untuk narkotika dan obat berbahaya.
Narkoba merupakan sebutan bagi bahan yang tergolong narkotika, alkohol, psikotropika, dan
zat adiktif lainnya. Disamping lazim dinamakan narkoba, bahan-bahan serupa biasa juga
disebut dengan nama lain, seperti NAZA (Narkotika,Alkohol, dan Zat adiktif lainnya) dan
NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat adiktif lainnya) (Witarsa, 2006).
Menurut Budiarta (2000) Napza merupakan zat atau obat yang berasal dari tanaman,
baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi bahkan menghilangkan rasa nyeri dan dapat
menimbulkan ketergantungan.
Napza pada dasarnya merupakan jenis obat atau zat yang berguna bagi perkembangan
ilmu pengetahuan dan kesehatan seperti terapi, contohnya adalah morfin, opium, sabu-sabu
(amfetamina), PCP (halusinogen) dan lain-lain (Rojak, 2005).
Menurut pendapat Yatim (dalam Buletin Psikologi, 1998) yang termasuk Napza adalah
semua jenis obat yang menimbulkan ketergantungan, antara lain adalah Narkotika
sekelompok obat yang bersifat menenangkan syaraf dan mengurangi rasa sakit, Depresants;
1
jenis obat yang digunakan untuk menenangkan seseorang atau dipakai untuk obat tidur,
Stimulan, meningkatkan kemampuan fisik seseorang, namun juga dapat menimbulkan
kerusakan fisik, Kanabis; sejenis tanaman perdu yang mengandung delta-gtetra kanobinol
(THC), dan yang terakhir Hallusinogen; pada pengguna dapat menimbulkan perasaan tidak
rill, yang dapat meningkatkan halusinasi menjadi persepsi yang salah.
Menurut UU no 35 2009 tentang narkotika, yang termasuk NAPZA yaitu:
Narkotika: zat yang tergolong opioid, ganja, kokain, amfetamin
Alkohol: minuman yang mengandung etanol/etil-alkohol; wiski, vodka, arak, ciu dll
Psikotropik: obat penenang diazepam, bromazepam, obat tidur (nitrazepam,
estazolam, antipsikotik, antidepresan)
Zat adiktif: tembakau, kopi, teh, thinner
Barlow dan Durand (1995) menggolongkan berbagai macam zat kedalam 4 bagian besar
yaitu :
1. Depresan, yaitu zat-zat yang menyababkan timbulnya efek perilaku tenang (sedatif).
Termasuk didalamnya antara lain alkohol, obat-obatan sedatif, hipnotik, dan
anxiolytics dari kelompok barbiturates dan benzodiazepines.
2. Stimulan, adalah zat-zat yang membuat orang menjadi lebih aktif dan waspada, dan
juga dapat meningkatkan mood. Termasuk jenis ini antara lain amphetamin; kokain,
nikotin, dan kafein.
3. Opiat, merupakan yang yang memiliki efek utama yang menimbulkan analgesia
(mengurangi rasa sakit) temporer dan euforia. Dalam hal ini contohnya heroin, opium,
kodein, dan morfin.
4. Halusinogen, adalah zat-zat yang menghasilkan delusi, paranoid, halusinasi, dan
memicu persepsi sensoris. Termasuk dalam kelompok ini antara lain mariyuana dan
LSD.
2
Macam-Macam Obat yang Disalahgunakan
1. Depresan
Depresan (depressant) adalh obat yang menghambat atau mengekang aktivitas sistem
syaraf pusat. Obat tersebut mengurangi perasaan tegang dan cemas, mneyebabkan
gerakan kita menjadi lebih lambat, dan merusak proses kognitif kita. Dalam dosis tinggi,
depresan dapat menahan fungsi vital dan menyebabkan kematian. Depresan yang paling
umum digunakan, alcohol, dapat menyebabkan kematian bila dikonsumsi dalam jumlah
besar karena efeknya menekan respirasi (pernafasan).Efek lainnya spesifik, tergantung
pada jenis depresan tertentu. Sebagai contoh, sejumlah depresan, seperti heroin,
menciptakan kenikmatan yang “cepat”. Berikut adalah bebrapa tipe utama depresan:
a. Alkohol
Istilah alkohol mengacu pada sekelompok besar molekul organik yang
memiliki kelompok hidroksil terikat pada atom karbon yang jenuh. Beberapa
masyarakat alkohol dianggap hal yang biasa sehingga alkohol jarang disebut sebagai
“obat” atau “zat” terlarang.
Davison & Neale (2001) menjelaskan bahwa pengaruh alkohol dalam tubuh terkait
dengan interaksinya dengan beberapa sistem syaraf dalam tubuh. Alkohol juga
menaikan tingkat serotonim dan Dopamin, dan hal-hal ini dapat menimbulkan efek
menyenangkan yang dirasakan individu. Akhirnya alkohol menghambat reseptor
Glutamat yang dapat menyebabkan efek intoksikasi alkohol pada kemampuan
kognitif, seperti bicara tidak jelas dan hilangannya ingatan.
Alkohol digolongkan sebagai obat depresan karena efek biokimiawinya serupa
dengan golongan obat penenang minor lainnya, benzodiazepine, yang termasuk obat
diazepam yang terkenal (Valium) dan klordiazepoksida (Librium). Kita dapat
menganggap alcohol sebagai tipe obat penenang yang dapat dibeli tanpa resep dokter.
Banyak orang awam dan professional menggunakan istilah alkoholisme
(alcoholism) untuk merujuk pada ketergantungan alcohol. Meski definisi alkoholisme
bervariasi, kami menggunakan istilah tersebut untuk merujuk pada ketergantungan
fisik, atau adiksi, pada alcohol yang ditandai oleh hendaya pada kontrol terhadap
penggunaan obat.
3
Kerugian personal dan sosial dari alkoholisme melampaui kerugian dari
gabungan semua obat terlarang. Penyalahgunaan alcohol berhubungan dengan
menurunnya produktivitas, kehilangan pekerjaan, dan penurunan status sosioekonomi.
Secara keseluruhan, sekitar 100.000 orang di Amerika Serikat meninggal karena
penyebab yang terkait dengan alcohol setiap tahunnya, kebanyakan akibat kecelakaan
bermotor dan penyalit yang berhubungan dengan alcohol.
Orang dengan alkoholisme banyak ditemui dalam seluruh kehidupan dan
berasal dari semua kelas sosial dan ekonomi. Banyak yang memiliki keluarga,
pekerjaan yang bagus, dan hidup yang cukup nyaman. Namun alkoholisme daapt
memiliki dampak meusak pada orang yang mampu sebagaimana halnya pada yang
kurang mampu, menyebabkan kehancuran karier dan perkawinan, kecelakaan
kendaraan bermotor dan kecelakaan lainnya, serta gangguan fisik yang berat dan
mengancam hidup, sebagaimana juga kerugian emosional yang amat besar.
Faktor Resiko Alkoholisme
Peneliti mengidentifikasi sejumlah faktor yang meningkatkan resiko seseorang untuk
mengembangkan alkoholisme dan masalah yang berkaitan dengan alcohol. Hal-hal
tersebut tercakup berikut ini:
a. Gender. Laki-laki mempunyai kecenderungan dua kali lipat lebih besar dibanding
perempuan (20% vs. 8%) untuk mengembangkan gangguan ketergantungan
alcohol. Satu alasan yang mungkin untuk perbedaan gender ii adalah
sosiokultural, mungkin larangan budaya lebih ketat kepada perempuan.
b. Usia. Mayoritas kasus ketergantungan alcohol terjadi di masa dewasa muda,
umurnya sebelum usia 40 tahun. Meski gangguan penggunaan alcohol cenderung
berkembang agak lambat pada perempuan daripada laki-laki, perempuan yang
mengembangkan masalah ini memiliki masalah kesehatan, sosial, dan pekerjaan
pada usia paruh baya sebagaimana halnya pada laki-laki.
c. Gangguan kepribadain antisosial. Perilaku antisosial pada masa remaja atau
dewasa meningkatkan resiko alkoholisme di kemudian hari. Di lain pihak, banyak
orang dengan alkoholisme tidak menunjukkan kecenderungan antisosial di amsa
remaja, dan banyak remaja antisosial tidak menyalahgunakan alcohol atau obat
lain pada usia dewasa.
4
d. Riwayat keluarga. Prediktor terbak untuk masalah minum-minum pada masa
dewasa tampaknya adalah riwayat penyalahgunaan alcohol daalm keluarga.
Anggota keluarga yang minum dapat bertindak sebagai model.
e. Faktor sosiodemografik. Riwayat hidup ketergantunga alcohol lebih umum
ditemukan pada orang dengan pendapatan dan tingkat pendidikan yang lebih
rendah dan pada orang yang hidup sendiri.
Etiologi Alkohol
Sejarah pada masa kanak-kanak
Beberapa penelitian menunjukan adanya fungsi otak tertentu yang dapat
diwariskan, yang diduga menjadi predisposisi terhadap munculnya gangguan yang
berkaitan dengan alkohol. Selain itu, adanya sejarah masa kanak-kanank berupa
gangguan ADD/ADHD, gangguan concuct, atau keduanya, meningkatkan kemungkinan
munculnya masalah yang berkaitan dengan alkohol pada masa dewasa. Demikian juga
gangguan kepribadian, khususnya gangguan kepribadian antisosial, cenderung menjadi
predisposisi pada gangguan berkaitan dengan alkohol.
Sudut pandang Psikoanalitik.
Hipotesis pada pendekatan ini adalah berkaitan dengan hukuman berlebihan dari
superego dan fisaksi masa oral dalam perkembangan psikoseksual. Menurut teori ini,
seseorang dengan superego kuat yang cenderung menyalahkan dan menghukum diri
sendiri akan menggunakan alkohol sebagai cara untuk menghilangkan stres yang timbul
dari ketidaksadaran ini. Sedangkan oprang yang mengalami fiksasi pada masa oral akan
berkurang kecemasannya dengan memasukkan sesuatu termasuk alkohol ke dalam
mulut. Sedangkan hipotesis lain menyebutkan bahwa alkohol mungkin disalagunakan
oleh seseorang sebagai cara untuk mengurangi ketegangan, kecemasan, dan beberapa
jenis masalah jiwa lainnya. Konsumsi alkohol pada beberapa orang juga dapat
menimbulkan perasaan berkuasa dan meningkatkan harga diri.
5
Sudut pandang Sosial dan Budaya
Menurut pendapat ini, beberapa kondisi sosial tertentu dapat memicu konsumsi
alkohol yang berlebihan. Misalnya kehidupan di asrama mahasiswa atau barak militer.
Sudut pandang Perilaku dan Belajar
Pendekatan ini menekankan pada aspek nilai imbalan positif dari alkohol, yang
dapat menimbulkan perasaan bahagia dan euforia pada seseorang. Alkohol juga dapat
mengurangi ketakutan dan kecemasan, yang kemudian mendorong seseorang untuk tetap
minum alkohol.
Sudut pandang Genetik dan Biologis Lainnya.
Beberapa data menunjukkan adanya komponen genetik pada beberapa gangguan
yang berhubungan dengan alkohol. Data juga menunjukan bahwa seseorang yang
memiliki keluarga inti mengalami masalah yang sama sebesar 3 atau 4 kali lebih tinggi
daripada mereka yang tidak memiliki keluarga alkoholik. Namun hingga saat ini
bagaimana npredisposisi genetik ini diwariskan belum dapat diketahui secara pasti.
Penyalahgunaan Alkohol
Perkelahian dan tindak kekerasan, ketidak mampuan menilai realitas, ggn dalam
fungki pekerjaan dan sosial
Bicara cadel, ggn koordinasi, cara jaln tidak mantap, nistagmus, muka merah
Perubahan alam perasaan: euphoria, disforia, iritabilitas: marah, tersinggung
Banyak bicara, ggn perhatian dan konsentrasi
Penangan Alkohol
1. Penanganan (treatment)
Kebanyakan ahli sependapat bahwa penghentian total konsumsi alkohol merupakan
inti dari berhasil atau tidaknya penanganan. Adapun pragnosis keberhasilan
penanganan yang paling baik adalah pada individu yang datang sendiri ketempat
6
rehabilitasi atau penangannan masalah yang berkait dengan alkohol, karena mereka
sudah menyadari bahwa mereka membutuhkan pertolongan.
2. Penanganan tradisional di rumah sakit
Penanganan di rumah sakit terutama adalah proses deteksifikasi, yaitu menghentikan
penggunaan alkohol dan membersihkan tubuh dari zat tersebut.
3. Pendekatan biologis
Terapi biologis sebaiknya dipandang sebagai perlengkap yang dapat memberikan
keuntungan jika dikombinasikan dengan intervensi psikologis. Beberapa obat
psikoaktif dapat digunakan untuk mengatasi masalah yang berhubungan dengan
alkohol dan meningkatkan keadaan mental pasien.
4. Penekatan Kognitif dan perilaku
Diajarkan cara untuk mengurangi kecemasan. Antara lain dengan pelatihan relaksasi,
asertivitas, keterampilan kontrol diri, dan strategi baru untuk dapat menguasai
lingkungan. Mereka juga diberi beberapa program kondisioning untuk mengubah pola
minum atau menghentikan kebiasaan minum.
b. Barbiturate
Barbiturate (barbiturates) seperti amobarbital, pentobarbital, fenobarbital, dan
sekobarbital adalah depresan, atau sedative (sedative). Obat-obatan ini memiliki
beberapa kegunaan medis, termasuk pengurangan kecemasan dan ketegangan,
mengurangi rasa sakit, serta penanganan epilepsy dan tekanan darah tinggi.
Penggunaan barbiturate dengan cepat menimbulkan ketergantungan psikologis dan
ketergantungan fisiologis dalam bentuk toleransi maupun perkembangan sindrom
putus zat.
Barbiturat juga merupakan obat jalanan yang popular karena barbiturate
menenangkan dan menghasilkan kondisi euphoria ringan atau ”high”. Barbiturat
dalam dosis tinggi, seperti alcohol, mengakibatkan kebingungan, pembicaraan yang
kacau, kerusakan motorik, iritabilitas, dan penilaian yang buruk, gabungan efek yang
7
mematikan adalah saat penggunaannya dikombinasikan dengan mengendarai
kendaraan bermotor. Dampak barbiturate berlangsung selama 3-6 jam.
Karena efek sinerginya, campuran barbiturate dan alcohol sekitar empat kali
lebih kuat dibanding bila salah satunya digunakan sendiri. Obat antikecemasan yang
sudah digunakan secara luas, seperti Valium dan Librium, cukup aman bila digunakan
sendiri tetapi dapat pula berbahaya dan menyebabkan overdosis saat penggunaannya
dikombinasikan dengan alcohol (APA, 2000).
Orang yang tergantung secara fisiologis perlu diputuszatkan dari sedative,
barbiturate, dan agen antikecemasan secara hati-hati, dan hanya di bawah pengawasan
medis. Putus zat mendadak bisa membuat kondisi delirium yang dapat menyebabkan
halusinasi visual, taktil, atau auditori serta gangguan dalam proses berpikir dan
kesadaran. Semakin panjang periode penggunaan dan semakin tinggi dosis yang
digunakan, semakin besar risiko efek putus zat. Serangan grand mal dan bahkan
kematian bisa terjadi jika individu putus zat mendadak tanpa perawatan.
c. Opioid
Opiod adalah kelompok sedative yang menimbukan rasa kecanduan yang
dalam dosis sedang ,menghilangkan rasa sakit dan menyebabkan tidur. Paling terkenal
diantaranya adlah opium, yang aslinya merupakn obat utama dalam lalu lintas
perdagangan illegal internasional dan telah dikenal oleh orang – orang dalam
peradaban sumeria di masa 7000 tahun sebelum masehi . mereka member nama
tanaman poppy yang menghasilkan obat tersebut dengan nama yang masih dikenal
hingga saat ini , yang berarti “ tanaman kebahagiaan “.
Opioid adalah narkotik (narcotics), istilah yang digunakan untuk obat adiktif
yang memiliki kemampuan melepaskan rasa sakit dan menyebabkan tidur. Opioid
terdiri dari opiat yang tumbuh secra alami (morfin, heroin, kodein) yang berasal dari
sari tanaman poppy dan juga obat sintesis (Demerol, Percodan, Darvon) yang dibuat
di laboratorium sehingga memiliki efek seperti opiate. Orang Samaria Kuno
menyebut tanaman poppy dengan opium, yang berarti “tanaman kebahagiaan”.
Opioid menghasilkan perasaan nikmat yang cepat dan intens, yang menjadi
alasan utama di balik popularitasnya sebagai obat jalanan. Opioid juga menumpulkan
8
kesadaran seseorang akan masalah pribadinya, di mana hal tersebut menarik bagi
orang yang mencari pelarian mental dari stress.
Aplikasi medis utama dari opioid alami atau sintetis adalah melepaskan rasa
sakit, atau analgesia. Bagaimanapun juga, penggunaan medis opioid diatur secara
hati-hati karena overdosis dapat menyebabkan koma dan bahkan kematian. Namun
beberapa resep opioid, terutama obat OxyContin, menjadi obat yang disalahgunakan
saat digunakan secara illegal sebagai obat jalanan (Tough, 2011). Penggunaan jalanan
dari opioid dihubungkan dengan jumlah overdosis dan kecelakaan yang fatal.
Opiat menjadi obat yang disalahgunakan karena obat tersebut menghasilkan
kondisi euforik yang nikmat, atau “rush”. Efek menyenangkan tersebut berasal dari
kemampuan opiate untuk menstimulasi sirkuit kenikmatan otak secara langsung,
jaringan otak yang bertanggung jawab untuk kenikmatan secara seksual atau
kenikmatan dari makan makanan yang memuaskan.
Sindrom putus zat yang disebabkan opioid dapat berlangsung parah.
Distimulasi dalam selang waktu 4 hingga 6 jam dari dosis terakhir. Gejala seperti flu
disertai kecemasan, perasaan lelah, iritabilitas, dan ketagihan (craving) untuk obat.
Dalam beberapa hari, gejala meningkat diantaranya: denyut jantung semakin cepat,
tekanan darah tinggi, kejang, gemetar, panas dingin, demam, muntah, insomnia, dan
diare. Meski gejala ini tidak nyaman, gejala tersebut biasanya tidak merusak, terutama
bila obat-obat lain diberikan untuk mengurangi gejala. Lagi pula, tidak seperti putus
zat dari berbiturat, gejala putus zat opioid jarang mengakibatkan kematian.
Ciri – ciri
Reaksi sebelum menggunakan heroin , dapat terjadi dalam delapan jam setelah
penyuntikan sebelumnya, setidak – tidaknya setelah terjadi toleransi yang tinggi .
selama bebrapa jam berikutnya individu umumnya mengalami rasa sakit pada
otot ,bersin – bersin ,berkeringat, berurai air mata dan berulang kali menguap .
simtom – simtom tersebut mirip dengan simtom influenza. Dalam 36 jam symptom
putus zat tersebuit akan menjadi sangat parah . dapat terjadi kejatan otot yang tidak
terkendali ,kram , menggigil dan wajah memerah dan berkeringat secara berlebihan .
dan meningkatnya denyut jantung serta tekanan darah . orang yang kecanduan tidak
dapat tidur ,muntah – muntah , dan mengalami diare , symptom tersebut berlangsung
selama 72 jam kemudian bertahap dalam kurun waktu 5 hingga 10 hari .
9
Morfin
Morfin (morphine) diperkenalkan pada sekitar Perang Sipil Amerika Serikat.
Morfin turunan opium yang kuat, digunakan secara bebas untuk mengurangi rasa
sakit akibat terluka. Ketergantungan fisiologis pada morfin dikenal sebagai
“penyakit tentara”. Hanya ada sedikitstigma yang dilekatkan pada ketergantungan
hingga saat morfin menjadi zat yang dilarang.
Heroin
Heroin adalah opiate yang paling luas digunakan, merupakan depresan yang kuat
yangd apat menciptakan euphoria yang cepat. Pengguna heroin menyatakan
bahwa heroin sangat nikmat sehingga dapat menghilangkan segala pikirang
tentang makanan atau seks. Heroin biasanya disuntikkan baik secara langsung di
bawah kulit (skin popping) atau pada vena (mainlining). Dampak positif langsung
terjadi. Ada aliran cepat yang berlangsung selama 5 hingga 15 menit serta kondisi
kepuasan, euphoria, dan bahagia yang berlangsung selama 3 hingga 5 jam. Dalam
kondisi ini, semua dorongan positif tampak terpuaskan. Semua perasaan negative
seperti rasa bersalah, tegang, dan kecemasan. Dengan penggunaan yang panjang,
dapat berkembang menjadi adiksi. Heroin adalah depresan yang memiliki dampak
kimiawi tidak secara langsung menstimulasi perilaku criminal atau agresif.
GEJALA PENYALAHGUNAAN OPIOID
Pupil mengecil
Euforia (gembira berlebihan tanpa sebab sampai terjadi fly)
Apatis
Retardasi psikomotor
Mengantuk/tidur
Pembicaraan cadel (slurred speech)
Gangguan pemusatan perhatian
Daya ingat menurun
Tingkah laku maladaptif
10
GEJALA PUTUS OPIOID/SAKAW
Air mata nrocos
Hidung meler
Medriasis
Keringat berlebih, menggigil
Mual, muntah, diare
Bulu kuduk berdiri/berkedik (piloereksi)
Menguap (yawning)
Tekanan darah naik
Penanganan Biologis
Program terapi obat banyak digunakan untuk menangani kecanduan heroin
mencakup pemberian (subtitusi heroin ) , yaitu obat – obatan yang secara kimia sama
dengan heroin yang dapat menggantikan ketagiahan tubuh terhadap heroin atau
antagonis heroin, obat – obatan yang mencegah pengguna alami mabuk heroin .
kategori pertama mencakup metadon , levometadil asetat, dan bupreofin . narkotika
sintesis yang dirancang untuk menggantikan heroin . karena obat – obatan itu sendiri
menimbulkan kecanduan , keberhasilan terapi pada intinya mengubah kecanduan
heroin menjadi pecandu zat lain . perubahan ini terjadi karena narkotika sintesis
tersebut memiliki ketergantungan silang dengan heroin , yaitu bekerja pada reseptor
yang sama pada system syaraf pusat . obat tersebut menjadi pengganti atas
ketergantungan sebelumnya.
Penanganan Psikologis
Penyalah gunaan obat terkadang ditangani di ruang konsultasi para
psikiater,psikolog dan para pekerja kesehatan mental lain. Beberapa jenis psikoterapi
di terapkan bagi gangguan penggunaan obat, seperti halnya bagi gangguan
penyesuaian lain pada manusia, sering kali dikombinasikan dengan penanganan
biologis yang bertujuan untuk mengurangi ketergantungan fisk.
11
Dalam perbandingan langsung yang pertama kali dilakukan dalam sebuah
studi yang terkendali ,desipramin dan penaganan kognitif perilaku ditemukan cukup
efektif untuk mengurangi penggunaan kokain serta memperbaiki funsi
keluarga ,social , dan psikologis pada umumnya.dalam studi carrol ,para pasien yang
menerima penanganan kognitif belajar cara menghindari berbagai situasi beresiko
tiinggi ,memahami daya tarik obat bagi mereka ,dan mengembangkan berbagai
alternative selain menggunakan kokain . para penyalah guna kokain dalam studi ini
dari kecenderungan menganggap situasi dimana mereka terpeleset menggunakan obat
sebagai sutu bencanaa. Semakin depresi pasien, semakin positif hasil obat
antidepresan dan terapi kognitif. Secara keseluruhan ,hasil penanganan psikososial
lebih baik daripada hasil obat anti depresan dalam mengurangi penggunaan kokain
dan pola ini dapat bertahan dalam pemantauan selama satu tahun.
Rumah tinggal atau komunitas mandiri (self – help) merupakan pendekatan
psikologis yang paling banyak digunakan dalam mengatasi kecanduan heroin dan
penyalah gunaan zat yang lain . menggunakan synaonn, sebuah komunitas terapeutik
bagi para mantan pecandu obat yang didirikan pada tahun 1958 oleh Charles Seserich
di santa monica. Sebagai model ,tempat tinggal tersebut sirancang secara radikal
merekstukturisasi pandangan hidup pecandu hingga tidak ada lagi tempat bagi obat –
obat terlarang . rumah – rumah rehabilitasi tersebut memiliki cirri – cirri sebagai
berikut :
1. Pemisahan antara pecandu dari berbagai kontak social sebelumnya, berdasarkan
asumsi bahwa kontak – kontak tersebut berperan pentimng dalam menumbuhkan gaya
hidup mencandu
2. Sebuah lingkungan komprehensif dengan dukungan berkesinambungan dimana tidak
tersedia obat – obatan diberikan untuk memudahkan transisi dari penggunaan obat
secara rutin
3. Keberadaan orang – orang kharismatik menjadi panutan ,mantan pecandu yang
tampak mampu menghadapi berbagai tanangan hidup tanpa obat – obatan .
4. Konfrotasi langsung
5. Sebuah tempat dimana para pecandu dihargai sebagai manusia dan bukan diberi
stigma sebagai orang yang gagal atau penjahat.
12
2. Stimulan
Stimulan seperti amfetamin dan kokain adalah zat psikoadiktif yang
meningkatkan aktivitas sistem saraf. Efeknya agak berbeda antara obat yang satu
dengan obat lainnya, namun sejumlah stimulant menyebabkan perasaan euphoria dan
self-confidence. Stimulan seperti amfetamin, kokain, dan bahkan kafein (stimulant
yang ada pada kopi) meningkatkan tersedianya neurotransmitter norepinefrina dan
dopamine pada otak. Dengan demikian, neurotransmitter ini tetap tersedia dalam level
yang tinggi dalam simpul sinaptik antar neuron-neuron, menjaga aktivitas sistem saraf
tetap tinggi dan kondisi keterangsangan tinggi.
a. Amfetamin
Amfetamin (amphetamines) merupakan golongan stimulan sintesis. Nama
jalanan untuk stimulant ini termasuk speed, upper, bennis, (di Indonesia shabu-
shabu) (untuk amfetamin sulfat; nama dagang Benzidrine), “meth” (untuk
metamfetamin; nama dagang Methedrine), dan dexies (untuk dextroamfetamin;
nama dagang; Dexedrine). Amfetamin digunakan dalam dosis tinggi karena
menghasilkan euphoria secara cepat. Sering digunakan dalam bentuk pil, atau
dihisap dalam bentuk murni disebut “ice atau “crystal meth”. Bentuk paling kuat
dari amfetamin, metamfetamin cair, disuntikkan langsung ke dalam vena dan
menghasilkan kenikmatan yang intens dan langsung. Beberapa pengguna
menyuntikkan metamfetamin berhari-hari untuk mempertahankan perasaan
“melayang” yang lebih lama. Cepat atau lambat seperti itu harus berakhir. Dosis
tinggi dapat menyebabkan kelelahan, iritabilitas, halusinasi, delusi paranoid,
hilang selera makan, dan insomnia.
Ketergantungan fisiologis dapat berkembang dari penggunaan amfetamin,
menyebabkan sindrom putus zat yang kebanyakan ditandai oleh depresi dan
kelelahan, juga perasaan tidak senang, mimpi aneh, insomnia atau hipersomnia.
(tidur berlebihan), meningkatnya nafsu makan, dan menurunnya perilaku motorik
atau aitasi (APA, 2000). Ketergantungan pikologis tampak paling banyak pada
orang yang menggunakan amfetamin sebagai cara mengatasi stress atau depresi.
Penyalahgunaan metamfetamin dapat menyebabkan kerusakan otak, kesulitan
belajar, dan mengingat sebagai tambahan dan efek-efek lainnya. Perilaku agresif
juga dapat terjadi, terutama bila obat dihisap atau disuntikkan melalui vena (APA,
2000). Halusinasi dan delusi psikosis amfetamin mirip ciri-ciri skizofrenia
13
paranoid, yang telah mendorong peneliti untuk mempelajari perubahan kimiawi
yang disebabkan amfetamin sebagai kemungkinan penyeban skizofrenia.
b. Ekstasi
Obat ekstasi atau MDMA adalah obat terlarang yang keras, tiruan murahan
yang struktur kimianya mirip dengan amfetamin. Ekstasi menghasilkan euphoria
ringan dan halusinasi dan terus bertambah penggunanya di kalangan anak muda,
terutama di kampus dan di klub serta pesta-pesta riuh di banyak kota. Obat
tersebut dapat menimbulkan efek psikologis yang merugikan, termsuk depresi,
kecemasan, insomnia, dan bahkan paranoia dan psikosis. Obat tersebut dapat
merusak fungsi kognitif, termasuk kemampuan belajar dan perhatian (atensi) dan
dapat memiliki efek jangka panjang terhadap memori. Obat tersebut juga dapat
mengurangi tingkat serotonin dalam otak, sebuah neurotransmitter yang
berhubungan dengan pengaturan mood dan selera makan. Hal ini menjelaskan
mengapa pengguna obat dapat mengalami perasaan depresi saat mereka berhenti
mengonsumsi obat. Efek samping fisik termasuk detak jantung dan tekanan darah
berhenti mengonsumsi, rahang yang tegang atau gemeletuk, dan tubuh yang panas
dan/atau dingin. Obat ini dapat mematikan dikonsumsi dalam dosis tinggi.
c. Kokain
Mungkin mengejutkan bahwa resep asli Coca-Cola mengandung sari kokain
(cocain). Pada tahun 1906, perusahaan menghilangkan kokain dari resep
rahasianya. Minuman tersebut tadinya digambarkan sebagai :tonik otak dan
minuman intelektual”, sebagian karena kandungan kokainnya. Kokain adalah
stimulant natural yang disuling dari daun coca, tanaman dari mana minuman
ringan tersebut mendapatkan namanya. Coca-Cola masih diberi rasa dari sari
tanaman coca, satu yang tidak diketahui merupakan psikoaktif.
Telah lama diyakini bahwa kokain tidak menyebabkan adiksi secara fisik.
Namun, bukti-bukti menunjukkan adanya cirri adiktif dari obat tersebut, yaitu
menghasilkan efek toleransi dan sindrom putus zat yang dapat diidentifikasi, yang
ditandai oelh mood yang depresif dan gangguan dalam tidur dan selera makan
(APA, 2000). Ketagihan yang kuat terhadap obat dan hilangnya kemampuan
untuk merasakan kesenangan dapat juga muncul. Sindrom putus zat biasanya
berdurasi singkat dan dapat disertai “crash”, atau periode depresi yang kuat dan
kelelahan setelah putus zat mendadak. Kokain biasanya dihirup dalam bentuk
bubuk atau dihisap dalam bentuk crack, bentuk yang lebih padat dari kokain yang
14
mengandung lebih dar 75% kokain murni. Crack “rocks” demikian disebutnya
karena kelihatan seperti kerikil putih, tersedia dalam jumlah kecil yang siap untuk
dihisap. Crack menghasilkan rush yang cepat dan kuat, yang akan menghilang
dalam beberapa menit. Rush dari hirupan lebih ringan dan perlu waktu untuk
bereaksi, namun cenderung menetap lebih lama dripada rush dari crack.
Penyalahgunaan kokain ditandai dengan penggunaan berkala yang berat yang
berlangsungmungkin sekitar 12 hingga 36 jam, yang kemudian disertai 2-5 hari
abstinensi, selama masa itu pengguna dapat mengalami ketagihan yang
mendorong penguna berat berikutnya.
d. Nikotin
Kebiasaan merokok bukan cuma kebiasaan yang buruk, tetapi juga merupakan
bentuk adiksi fisik terhadap obat stimulant, nikotin, yang ditemukan dalam bentuk
tembakau termasuk rokok, cerutu, dan tembakau tanpa asap.
Nikotin adalah zat yang menyebabkan ketergantungan, yang terdapat pada tembakau. Zat ini menstimulasi neuron dopamin di mesolimbik, yang kemudian menimbulkan efek yang diharapkan oleh pengguna. Namun nikotin juga memiliki efek negatif. Selain menyebabkan kematian, nikotin menyebabkan berbagai gangguan bagi kesehatan, antara lain kanker saluran pernapasan, kanker laring, dan beberapa jenis penyakit kardiovaskuler.
Nikotin dihantarkan ke tubuh melalui penggunaan produk tembakau. Sebagai
stimulant, nikotin meningkatkan kewaspadaan tetapi juga dapat meningkatkan
risiko flu, kulit berkeringat, mual dan muntah, kebingungan dan pusing, serta
diare, semua rasa tidak nyaman yang diakui oleh perokok pemula. Nikotin juga
merangsang pelepasan epinefrina, hormone yang menimbulkan aktivitas otonom
yang cepat termasuk detak jantung yang meningkat, dan pelepasan cadangan gula
ke dalam darah. Nikotin menekan selera makan dan member “kenikmatan”
psikologis yang singkat. Nikotin juga menyebabkan lepasnya endofrin, hormone
seperti opiate yang diproduksi di otak. Ini yang menyebabkan rasa senang yang
dihubungkan dengan penggunaan tembakau.
Penggunaan habitual dari nikotin menyebabkan ketergantungan fisiologis dari
obat. Ketergantungan nikotin dihubungkan dengan toleransi (konsumsi meningkat
hingga tingkat satu atau dua pak sehari) dan gejala sindrom putus zat. Sindrom
putus zat untuk nikotin mencakup ciri seperti kurang energy, mood tertekan,
iritabilitas, frustrasi, kegugupan, konsentrasi yang rusak, pusing dan kebingungan,
15
mengantuk, sakit kepala, kelelahan, buang air besar tidak teratur, insomnia,
kejang, detak jantung melemah, detak jantung tidak teratur, meningkatnya selera
makan, peningkatan berat badan, berkeringat, gemetar, dan ketagihan akan rokok.
GEJALA PENYALAHGUNAAN AMFETAMIN
Agitasi psikomotor
Harga diri meningkat
Banyak bicara
Kewasdaan meningkat
Halusinasi penglihatan dan rasa gembira/elasi, sering lepas kendali dan melakukan tindakan asusila, karena amphetamin menghilangkan hambatan impuls seksual, terlibat pesta seksual
Jantung berdebar-debar
Medriasis
Tekanan darah naik
Keringat banyak dan kedinginan
Mual, muntah
Tingkah laku maladaptif (perkelahian, ggn daya nilai realitas, ggn fungsi sosial, dan pekerjaan)
Gerakan otot tidak terkendali
GEJALA PUTUS AMFETAMIN
Perubahan afek/mood (murung, sedih, tidak dapat merasakan senang dan keinginan bunuh diri)
Lelah, letih, lesu, tidak berdaya, kehilangan semangat
Gangguan tidur (insomnia)
Mimpi berlebihan sehingga mengganggu tidur
GEJALA PENYALAHGUNAAN KOKAIN
16
Agitasi psikomotor
Rasa gembira/elasi
Harga diri meningkat/grandiositas
Banyak bicara
Kewaspadaan meningkat
Jantung berdebar
Medriasis
Tensi naik
Keringat berlebuh
Mual, muntah
Perilaku maladaptif
GEJALA PUTUS KOKAIN
Depresi : murung, sedih, rasa bersalah, keinginan bunuh diri
Rasa letih, lesu, tidak bersemangat
Gangguan tidur, insomnia
Gangguan mimpi, sulit tidur, ketika bisa tidur mengalami banyak mimpi sehingga tidak nyaman
3. Halusinogen
Halusinogen (hallucinogens) juga dikenal sebagai psychedelics, merupakan
golongan obat yang menghasilkan distorsi sensori atau halusinasi, termasuk
perubahan besar dalam persepsi warna dan pendengaran. Halusinogen dapat juga
memiliki efek tambahan seperti relaksasi dan euphoria, atau pada beberapa kasus,
panic. Halusinogen termasuk obat seperti lysergic acid diethylamide (LSD),
psilocybin, dan meskalin. Zat psikoadiktif yang mirip dampaknya dengan obat
psychedelic adalah mariyuana (cannabis, ganja) dan phencyclidine (PCP).
17
a. LSD
LSD merupakan singkatan dari lysergic acid diethylamide, obat halusinogen
sintetis. Sebagai tambahan terhadap munculnya parade warna yang terang dan
distorsi visual yang dihasilkan LSD, pengguna menyatakan LSD “memperluas
kesadaran” dan membuka dunia baru, seolah mereka melihat suatu kenyataan
yang melampaui kenyataan yang biasa. Kadang kala mereka yakin bahwa mereka
mendapat wawasan yang luar biasa selama “perjalanan” LSD, namun saat
pemgalaman tersebut memudar mereka biasanya tidak dapat meneruskannya atau
bahkan mengingat kembali penemuan-penemuan yang mereka dapat. Efek LSD
tidak dapat diramalkan dan tergantung jumlah yang dikonsumsi serta harapan
pengguna, kepribadian, mood, dan lingkungan. Pengalaman pengguna yang
sebelumnya dengan obat juga memainkan peran, karena pengguna yang pernah
belajar mengatasi efek obat melalui pengalamannya yang lalu dapat lebih baik
mempersiapkan diri dibanding pengguna yang baru.
Beberapa pengguna memiliki pengalaman tidak menyenangkan dengan obat
ini, atau “perjalanan yang buruk”. Perasaan takut yang sangat atau panic dapat
terjadi. Pengguna dapat merasa takut kehilangan kendali atau kewarasan.
Beberapa mengalami ketakutan yang amat sangat akan kematian. Kecelakaan fatal
kerap terjadi selama perjalanan dengan LSD. Hal ini dapat berasal dari perubahan
kimia di otak yang disebabkan karena penggunaan obat sebelumnya. Pemicu kilas
balik diantaranya masuk dalam lingkungan yang gelap, penggunaan berbagai obat,
kecemasan atau kondisi kelelahan, atau stress (APA, 2000). Faktor psikologis,
seperti masalah psikologis yang mendasari, juga dapat menjelaskan mengapa
beberapa pengguna mengalami kilas balik. Pada beberapa kasus, kilas balik dapat
merupakan pegulangan kembali bayangan pengalaman LSD.
b. Phencyclidine (PCP)
Dikenal sebagai “debu malaikat” di jalanan, dikembangkan sebagai anastetik
pada tahun 1950-an namun tidak diteruskan karena ditemukannya efek samping
halusinasi obat. Bentuk PCP yang dapat dihisap menjadi popular sebagai obat
jalanan pada tahun 1970-an. Efek PCP, seperti kebanyakan obat, berhubungan
dengan dosis. Di samping menyebabkan halusinasi, PCP juga mempercepat detak
jantung dan tekanan darah dan menyebabkan keringat berlebih, merona, dan mati
rasa. PCP digolongkan sebagai delirian, obat yang mampu menciptakan kondisi
18
delirium. Obat tersebut juga memiliki dampak disosiatif, menyebabkan pengguna
merasa seolah ada semacam batas atau dinding tak terlihat antara mereka dan
lingkungannya. Disosiasi dapat dialami sebagai hal menyenangkan, mengikat,
atau menakutkan, tergantung bayangan pengguna, mood, situasi, dan sebagainya.
Overdosis dapat meningkatkan rasa kantuk dan tatapan kosong, kejang, dan pada
saat tertentu, koma; paranoia dan perilaku agresif, dan kecelakaan tragis yang
dihasilkan dari distorsi persepsi atau hendaya pada daya nilai selama masa
intoksikasi.
c. Mariyuana
Mariyuana berasal dari tanaman Cannabis sativa. Mariyuana kadang
menghasilkan halusinasi ringan, sehingga dianggap sebagai halusinogen minor.
Zat psikoaktif dalam mariyuana adalah delta-9 tetrahydrocannabinol, atau THC.
THC ditemukan di cabang dan daun tanaman tetapi paling tinggi konsentrasinya
pada getah tanaman betina. Hashish atau “hash” juga berasal dari getah. Meski
lebih kuat dari mariyuana, hashish memiliki efek yang serupa.
GEJALA PENYALAHGUNAAN LSD
Gangguan psikologik yaitu perubahan afektif ke Euforia
Ggn persepsi: halusinasi penglihatan dan ilusi
Derialisasi
Depersonalisasi
Distorsi waktu : beberapa menit serasa beberapa jam
Distorsi ruang : merasa kendaraan yang di depannya sangat jauh padahal sudah dekat, keadaan ini membayakan dirinya dan orang lain bisa terjadi kecelakaan
Waham, kecurigaan, panik dan timbul pikiran bunuh diri
Terdapat flashback : kembalinya bayangan dan perasaan yang berkaitan dengan penggunaan LSD di masa lalu yang berupa pengalaman yang menyenangkan (good trip) dan pengalaman yang tidak menyenangkan (bad trip)
GEJALA PENYALAHGUNAAN KANABIS
Euforia
19
Halusinasi dan delusi
Distorsi waktu
Apatis
Mata merah
Flashback (munculnya efek ganja karena sisa THC
Melut kering
Perilaku maladaptif
GEJALA PUTUS KANABIS
Gangguan tidur
Iritabel
Lemah dan letih
Ansietas dan depresi
Menguap terus-menerus
Mual dan diare
Gangguan konsentrasi dan tremor
Nafsu makan berkurang
Nyeri otot
Gangguan konsentrasi
4. SEDATIF-HIPNOTIK
Nitrazepam, Flunitrazepam, Bromazepam, Klonazepam
Penekan SSP, dalam dosis kecil mengatasi ansietas, dosis besar menginduksi tidur
Yang sering disalahgunakan golongan Benzodiazepam, tetapi ini lebih aman daripada barbiturat
Cara penggunaan: Oral, IV/IM/Injeksi
20
PENYALAHGUNAAN SEDATIF-HIPNOTIK
Emosi labil
Hilangnya impuls seksual dan agresif
Mudah tersinggung, Marah
Banyak bicara
Pembicaraan cadel
Ggn koordinasi
Cara jalan yang tidak mantap
Ggn perhatian atau daya ingat
SIDROME PUTUS SEDATIF-HIPNOTIK
Mual, muntah
Kelelahan umum
Hiperaktivitas saragf otonom
Kecemasan
Ggn afektif dan iritabilitas
Hipotensi ortostatik
Tremor halur pada tangan dan lidah
Definisi Penyalahgunaan Napza
Menurut Willis (2005), maksud dari penyalahgunaan adalah suatu pemakaian non medical
atau ilegal barang haram yang dinamakan Napza (narkotika dan obat-obat adiktif) yang dapat
merusak kesehatan dan kehidupan produktif manusia pemakainya. Manusia pemakai Napza
bisa dari berbagai kalangan, mulai dari level ekonomi tinggi hingga rendah, para penjahat,
pekerja, ibu-ibu rumah tangga, bahkan sekarang sudah sampai ke sekolah-sekolah yang jelas-
jelas terdiri dari para generasi muda, bahkan lebih khusus lagi anak-anak dan remaja.
Penggunaan narkoba sebenarnya yang tepat adalah untuk keperluan medis. Tetapi, karena
narkoba menciptakan efek kecanduan dan kesenangan, sehingga banyak orang yang
21
melakukan penyalahgunaan narkoba ini. penggunaan narkoba di dunia dalam bentuk
penyalahggunaan sungguh sangat mengkhatirkan, dan disinyalirkan merupakan pembunuh
terbesar dan penyebar virus HIV/AIDS yang dominan disamping hubungan seks bebas.
Penyalahgunaan narkoba adalah penggunaan narkoba hanya untuk kesenangan,
ketergantungan dan lain-lain. Dampaknya sangat negatif, dan mempengaruhi perkembangan
fisik dan psikis yang sangat abnormal.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika (pasal 1
ayat 14), yang dimaksud dengan Penyalahgunaan Narkoba adalah orang yang menggunakan
narkoba tanpa sepengetahuan dan pengawasan dokter (Joewana, 2005). Seorang
penyalahguna narkoba mempunyai masalah-masalah langsung yang berhubungan dengan
obat-obatan dan alkohol dalam hidup mereka. Masalah-masalah tersebut dapat muncul secara
fisik, mental, emosional, dan/atau bahkan spiritual.
Faktor-Faktor Penyebab Penyalahgunaan Napza
Menurut Hawkins dkk (Buletin Psikologi, 1998) beberapa faktor utama yang dipandang
berpengaruh terhadap penyalahgunaan Napza adalah:
a. Faktor internal
Pola kepribadian seseorang besar pengaruhnya dalam penyalahgunaan Napza. Ciri
kepribadian yang lemah dan antisosial sering merupakan penyebab seseorang menjadi
penyalahguna Napza.
b. Faktor keluarga
22
Beberapa kondisi keluarga yang berpengaruh terhadap penyalahgunaan Napza adalah:
1) Hubungan antara anggota keluarga tidak harmonis.
2) Keluarga yang tidak utuh.
3) Suasana rumah diwarnai dengan pertengkaran yang terus — menerus.
4) Kurang komunikasi dan kasih sayang antara anggota keluarga.
5) Keluarga yang sering ribut dan berselisih.
6) Keluarga yang kurang mengamalkan hidup beragama.
7) Keluarga yang orang tuanya telah menggunakan Napza.
c. Faktor lingkungan teman sebaya
Pengaruh buruk dari lingkungan pergaulan, khususnya pengaruh dan tekanan dari kelompok
teman sebaya sering menjadi sumber penyebab terjadinya penyalahgunaan Napza. Kelompok
teman sebaya tersebut berperan sebagai media awal perkenalan Napza Menurut Hawkins dkk
(dalam Buletin Psikologi 1998). Penyalahgunaan Napza pada kelompok teman sebaya
merupakan prediktor yang kuat terhadap penyalahgunaan Napza pada remaja.
Tren perkembangan narkoba yang diungkap oleh Badan Narkotika Nasional (BNN)
memberikan 5 alasan yaitu:
1. Permintaan pasar yang terus meningkat.
2. Produksi narkoba yang merata hampir di setiap negara.
3. Banyak jenis baru yang lebih berbahaya.
4. Derajat kesehatan masyarakat yang menurun.
5. Saat ini Indonesia bukan saja sebagai negara tempat pemasaran tapi juga sebagai negara
produsen narkoba.
23
Dampak penyalahgunaan NAPZA
Dampak penyalahgunaan NAPZA yang berujung pada menguatnya ketergantungan,
diantaranya:
- Secara fisik:
Penggunaan NAPZA akan mengubah metabolisme tubuh seseorang. Hal ini terlihat dari
peningkatan dosis yang semakin lama semakin besar dan gejala putus obat. Keduanya
menyebabkan seseorang untuk berusaha terus-menerus mengkonsumsi NAPZA.
- Secara psikis
Berkaitan dengan berubahnya beberapa fungsi mental, seperti rasa bersalah, malu dan
perasaan nyaman yang timbul dari mengkonsumsi NAPZA. Cara yang kemudian ditempuh
untuk beradaptasi dengan perubahan fungsi mental itu adalah dengan mengkonsumsi lagi
NAPZA.
- Secara sosial
Dampak sosial yang memperkuat pemakaian NAPZA. Proses ini biasanya diawali dengan
perpecahan di dalam kelompok sosial terdekat seperti keluarga (lihat faktor penyebab
keluarga), sehingga muncul konflik dengan orang tua, teman-teman, pihak sekolah atau
pekerjaan. Perasaan dikucilkan pihak-pihak ini kemudian menyebabkan si penyalahguna
bergabung dengan kelompok orang-orang serupa, yaitu para penyalahguna NAPZA juga.
Semua akibat ini berujung pada meningkatkannya perilaku penyalahgunaan NAPZA.
Beberapa dampak yang sering terjadi dari peningkatan ini adalah sebagai berikut.
24
- Dari kebutuhan untuk memperoleh NAPZA terus-menerus menyebabkan penyalahguna
sering melakukan pelanggaran hukum seperti mencuri dan menipu orang lain untuk
mendapatkan uang membeli NAPZA.
- Menurun bahkan menghilangnya produktivitas pemakai, apakah itu di sekolah maupun di
tempat kerja. Penyalahguna akan kehilangan daya untuk melakukan kegiatannya sehari-hari.
- Penggunaan jarum suntik secara bersama meningkatkan resiko tertularnya berbagai macam
penyakit seperti HIV. Peningkatan jumlah orang dengan HIV positif di Indonesia akhir-akhir
ini berkaitan erat dengan meningkatnya penyalahgunaan NAPZA.
- Pemakaian NAPZA secara berlebihan menyebabkan kematian. Gejala over dosis pada
penyalahguna NAPZA menjadi lebih besar karena batas toleransi seseorang sering tidak
disadari oleh yang bersangkutan.
Menurut Al Bachri (dalam Budiarta, 2000), dampak dari penggunaan Napza bagi
penggunanya adalah merasakan kecemasan yang luar biasa, paranoid, delusi formikasi,
berperilaku agresi, memiliki nafsu seksual yang tinggi, dan timbulnya berbagai penyakit
seperti stroke, radang hati, jantung dan sebagainya hingga menimbulkan kematian.
TINGKAT PEMAKAIAN NAPZA
Pemakaian coba-coba : tujuannya ingin mencoba untuk memenuhi rasa ingin tahu
Pemakaian rekreasional : untuk bersenang-senang saat rekreasi/sensasi
Pemakaian situasional : pemakaian saat mengalami keadaan tertentu seperti sedih, kecewa dll untuk menghilangkan perasaan tersebut
Penyalahgunaan (abuse) : pemakaian yang patologis, ditandai intoksikasi sepanjang hari, tidak mampu mengurangi atau menghentikan, terus menggunakan walaupun menderita sakit fisik yang cukup berat
Ketergantungan (dependent use) : telah terjadi toleransi tubuh dan gejala putus obat, bila pemakaian dihentikan atau dikurangi dosisnya.
25
MITOS-MITOS TENTANG NAPZA
NAPZA (Mariyuana) dianggap dapat meningkatkan suasana hati, gairah sex, rangsangan seksual, kenyataannya THC pada pria berakibat hipertrofi prostat dan testis, menurnnya kadar hormon testosteron, dorongan sexsual menurun, disfungsi ereksi, ggn sperma. Bagi wanita : berpengaruh ggn sel telur dan dorongan seksual yang menurun
Mengkonsumsi NAPZA (heroin) akan menambahkekuatan dan aktivitas laki-laki. Ternyat Heroin pada pria menjadikan penurunan kadar testoteron, turunya gairah seksual, disfungsi ereksi, hambatan ejakulasi. Sedang heroin pada wanita menyebabkan penurunan dorongan seksual, kegagalan orgasme, terhambatnya menstruasi dan infertilitas
Ganja memiliki efek medis yang digunakan pda pasien kemoterapi untuk menghilangkan rasa mual dan meningkatkan nafsu makan bagi penderita HIV AIDS
Ganja yang dihisap tidak memilikimanfaat medis. Menghisap ganja sama dengan memasukkan THC ke dalam sistem tubuh, akibatnya menurunya imunitas, kanker kepala, kanker kepal dal leher
Hipertropy prostat dan testis
Tujuan terapi pada penderita NAPZA (Husin, 2001);
Abstinence: ini yang paling ideal, namun suatu kenyataan sebagian besar pasien tidak mampu atau tidak bermotivasi untuk itu.
Pengurangan keseringan (frekuensi) dan keparahan relaps, banyak hal yang dapat dipergunakan untuk mencapai keadaan tersebut, yang paling banyak adalah pemberian suatu ketrampilan untuk mencegah pengulangan.
Memperbaiki fungsi psikologis, dan fungsi adaptasi sosial. Tujuan ini sekarang diberikan fasilitasi oleh pemerintah, yaitu dengan diberikannya pelayanan di Rumah Sakit yang di tunjuk, seperti yang termaktub dalam UU no 35 2009 pasal 56. Rumah sakit akan melakukan terapi rumatan dengan Metadon.
KONSEP DASAR TERAPI (Nida, 1999):
Tidak ada satu-satunya bentuk terapi yang sesuai untuk semua individu
26
Fasilitas terapi harus selalu tersedia sepanjang waktu, karena kapan kebutuhan diperlukan tidak dapat diramal.
Terapi yang efektif yaitu harus mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan individu, tidak semata-mata menghentikan penggunaan NAPZA.
Rencana terapi harus sering dievaluasi, kontinyu, dimodifikasi guna penyesuaian dengan need korban.
Korban ketergantungan harus bertahan dalam satu periode waktu yang cukup lama Konseling dan psikoterapi merupakan komponen penting Medikasi juga penting, namun diperlukan kombinasi dengan konseling dan terapi
perilaku Ko-morbiditas baik fisik maupun psikiatrik harus diterapi bersama-sama dan
integratif Detoksifikasi hanya awal terapi, dan banyak dilaporkan kegagalan jika menggunakan
terapi tunggal Terapi tidak harus selalu voluntary, kadang-kadang juga compulsory Dalam proses terapi, korban ketergantungan sering menggunakan zat lain tanpa
sepengetahuan terapis, sehingga perlu selalu dimonitor Konsekuensi fisik lain juga harus mendapatkan terapi, recovery adalah suatu proses
panjang.
Jenis terapi: digunakan terapi kombinasi yaitu farmako terapi dan non-farmakoterapi
Terapi umum keadaan EMERGENSI (BNN, 2003):
1. Airway; bebaskan jalan nafas2. Breathing: lancarkan pernafasan3. Circulation: lancarkan peredaran darah4. Pemeriksaan lebih lanjut kemungkinan perdarahan atau trauma5. Observasi kemungkinan kejang6. Bila terjadi hipoglikemia, berikan 50ml Glukosa 50% IV
Terapi Simtomatik: Analgetik Hipnotik-sedatif Anti agresif
27
Anti anxietas Anti halusinasi
Terapi Withdrawal: Abrupt withdrawal (cold turkey) atau hanya obat-obat simtomatik Klasik (clonidin, kodein, plus obat-obatan simtomatik) Metadon Buprenorfin Rapit detox atau ultra rapid detox
Terapi SubtitusiSering dinamakan Program Terapi RumatanZat subtitusi yang digunakan:
Full agonist metadon, feroin, morfin) Antagonist (naltrkson, nalokson) Partial agonist (buprenorfin)
Nama program terapi tergantung pada jenis zat subtitusi yang digunakanOpioid yang digunakan digantikan dengan subtitusi metadon ataupun buprenorfin maupun naltrekson. Terbukti cukup efektif dalam:
Meningkatkan rasa kesejahteraan korban/klien. Memudahkan kembali ke aktivitas pekerjaan / fungsi dalam masyarakat. Mampu menurunkan angka kriminalitas dan meningkatkan kepatuhan terapi
Kontroversi terapi subtitusi: Menggunakan opiate sintetis yang sangat adiktif Dapat berakibat mengganti ketergantungan Tidak semua berhasil
Terapi KomplikasiKomplikasi dari ketergantungan NAPZA dapat berupa : Overdosis, Infeksi, Psikosis, Gangguan Perilaku. Terapi yang diberikan disesuaikan dengan gejala yang muncul.Program Terapi
Integrated Dual Disorder Therapy Program (IDDT) Program Terapi Residensi Program Terapi Harm Reduction
Harm Ruduction (depkes, 2007): Penjangkauan dan Pendampingan Komonikasi Informasi dan Edukasi (KIE) Pendidikan Sebaya Konseling Perubahan Perilaku Konseling dan Testing HIV Sukarela (Volluntary Counselling and Testing / VCT) Program Penyucihamaan Layanan Jarum dan Alat Suntik Steril
28
Pemusnahan Peralatan Suntik Bekas Layanan Terapi Pemulihan Ketergantungan Narkoba Program Terapi Rumatan Metadon Layanan Perawatan, Dukungan dan Pengobatan (Care, Support, Treatment) Pelayanan Kesehatan Dasar
PSIKOTERAPIPenggunaan pada korban NAPZA dapat dilakukan secara individual maupun kelompok, masing-masing mempunyai keuntungan.Individual:
Lebih privasi Terapis lebih fleksibel untuk menanggapi permasalahan Prosentase waktu terapi lebih tinggi untuk fokus pada isu relevan individu Logistik: lebih praktis Dapat lebih sesuai untuk individu yang tidak mampu terlibat dalam kelompok Biaya tentu lebih mahal Tidak ada tekanan teman sekelompok untuk perubahan ke arah positif
Kelompok: Identifikasi timbal balik, mengurangi perasaan diasingkan Penerimaan teman sekelompok Konfrontasi terapeutik, umpan balik relistis Tekanan teman sekelompok, tanggung jawab untuk perubahan positif Pertukaran informasi, membangkitkan optimisme dan harapan Lebih hemat biaya Akan menyingkap identitas dan permasalahan pribadi ke orang lain Isi dan langkah perawatan ditentukan oleh kelompok secara keseluruhan Hanya suatu bagian kecil waktu terapi difokuskan bagi kebutuhan seseorang Kurang praktis (logistik) Tidak seluruhnya sesuai untuk semua ketergantungan zat
Cognitive Behavior Therapy (CBT)
Didasarkan atas konsep bahwa emosi dan perilaku dihasilkan (terutama, tidak semata-
mata) dari proses pikiran; dan manusia dapat mengubah proses ini untuk mendapatkan cara
merasa dan berperilaku yang berbeda (Froggatt, 2006).
Psikopatologi CBT
Activating Event (A) adalah suatu kejadian yang mengaktivasi, stressor yang sangat
mempengaruhi individu. Baik langsung maupun tidak langsung mengenai individu. Hal
tersebut sangat diyakini oleh individu (Belief, B). Karena sangat mempengaruhi pikiran
individu dan keyakinan tersebut sehingga menimbulkan konsekuensi (Consequences, C), jika
29
mempengaruhi emosionalnya maka akan timbul keluhan somatik yang selanjutnya
mempengaruhi perilakunya. Keadaan tersebut akan bersifat feedback terhadap belief, atau
menjadikan penguatan terhadap belief nya. Individu semakin yakin bahwa keluhan tersebut
akibat dari stressor. Konsekuensi juga bisa langsung mempengaruhi perilakunya yang juga
akan berakibat terjadi penguatan terhadap keyakinannya (belief). Keadaan tersebut di atas
terus menerus dirasakan oleh individu yang akhirnya mempengaruhi kinerjanya, peran
sosialnya, maupun peran kesehariannya.
CBT adalh melakukan pemutusan dari belief dan atau feedback yang menimbulkan
konsekuinsi somatik dan perilaku atau agar supaya tidak menimbulkan penguatan terhadap
keyakinannya. Juga bisa pada konsekuensi yang mempengaruhi emosionalnya, sehingga
tidak menimbulkan keluhan somatik lagi.
Penggunaan CBT untuk korban NAPZA Penyalahgunaan zat diperantarai proses kognitif dan tingkah laku komplek Penyalahgunaan zat dan hubungannya dengan proses kognitif perilaku adalah proses
yang dipelajari Penyalahgunaan zat dan hubungannya dengan proses kognitif perilaku dapat
dimofikasi, terutama dengan CBT
CBT untuk penata laksanaan ketergantungan zat dapat juga dikombinasikan dengan terapi yang lain, seperti: Motivational Enhancement Therapy, Contigency Management, Cognitf therapy, Behavioral Marital therapy, Community Reinforcement Approach.
Kesimpulan
Napza adalah singkatan dari Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat adiktif lainya.
Napza mencakup segala macam zat yang disalah gunakan yang dapat mengubah tingkat
kesadaran seseorang.
Pelanggaran atas ketentuan UU dan peraturan-paraturan penyalahgunaan obat-obatan
terlarang dahulu diancam dengan sanksi pidana sebagaimana yang diatur dalam UU tentang
Narkotika dan Psikotropika dalam UU No 22 tahun 1997, yang menyebutkan bahwa
pengguna dan pengedar obat-obatan terlarang di hukum minimal kurungan penjara dan
maksimal hukuman mati.
Dalam psikologi forensik dapat dianalisis penyebab seseorang menyalahgunakan
napza serta dampak yang ditimbulkan dari pemakaian napza tersebut, yang biasanya berakhir
pada ketergantungan pemakaian. Ketergantungan dapat psikologis terjadi ketika pengguna
30
narkoba ingin menghindari persoalan hidup yang dihadapi dan melepaskan diri dari suatu
keadaan atau kesulitan hidup. Kesulitan hidup tersebut dapat berupa tekanan ekonomi,
konflik dalam keluarga, masalah pekerjaan, atau masalah-masalah lain yang dapat
menimbulkan stres. Keadaan tersebut terus-menerus terjadi atau berulang kembali. Akibatnya
pengguna narkoba tergantung dengan narkoba yang dikonsumsinya. Penggunaan yang
semula dalam waktu-waktu tertentu, akhirnya menjadi kebiasaan yang tidak bisa dilepaskan
(Sasangka, 2003).
Seiring berkembangnya zaman, saat ini, undang-undang yang berlaku dalam masalah
narkotika ini adalah Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Perubahannya
salah satunya dari segi hukumannya, yaitu para pengguna obat-obatan terlarang tersebut tidak
dikenakan sanksi penjara, melainkan hanya masuk rehabilitasi saja. Pemerintah dalam
Undang-Undang Narkotika pasal 45 mewajibkan pecandu untuk menjalani pengobatan dan
perawatan melalui fasilitas rehabilitasiilitasi. Rehabilitasiilitasi dilakukan dengan maksud
untuk memulihkan dan mengembangkan kemampuan fisik, mental dan sosial penderita yang
bersangkutan (Supramono, 2004). Hal ini dikarenakan para pengguna obat-obatan terlarang
itu dianggap sebagai korban, bukan pelaku. Sementara para pengedar Obat-obatan terlarang
dihukum penjara hingga hukuman mati. Dalam proses rehabilitasi tersebut peran psikologi
forensik adalah berperan dalam proses menegakan hukum yang diberikan kepada korban
serta berperan didalam proses rehabilitasi dengan memberikan dukungan psikologis kepada
para pengguna napza tersebut.
Masuknya seseorang ke dalam jeratan ketergantungan akan mengakibatkan kebutuhan
zat narkoba secara pasti meningkat dan terus menerus. Keadaan ini tentu saja berdampak
kepada meningkatnya kebutuhan finansialnya dalam upaya memperoleh zat tersebut. Bagi
mereka yang memiliki sumber daya keuangan cukup maka ia akan dapat bertahan lama,
tetapi mereka yang terbatas sumber daya ekonominya, maka ia akan mulai menjual barang-
barangnya sendiri, kemudian mencuri uang atau barang orang lain, atau terjebak ke dalam
prostitusi, atau kegiatan kejahatan terorganisasi lainnya. Dalam hal keadaan ini telah
terlaksana, maka dengan sendirinya dapat diterapkan ketentuan hukum pidana lain yang
sesuai.
31
DAFTAR PUSTAKA
Nevid, dkk. 2003. Psikologi Abnormal Edisi kelima Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Asuhan keperawatan pada klien dengan masalah psikososial dan gangguan
jiwa / Jenny Marlindawani Purba… [et.al]. – Medan: USU Press, 2008.
Hawari, Dadang.,2003, Penyelahgunaan dan ketergantungan NAZA,FKUI,
Jakarta, gaya baru
Constanzo, Mark. 2008. Aplikasi Psikologi dalam Sistem Hukum.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
http://repository.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1811/1/
Artikel_10500364.pdf.
32
http://www.psychologymania.com/2012/06/penggunaan-narkoba.html
http://www.psychologymania.com/2012/06/definisi-narkoba.html
33