mutu pelayanan keperawatan

50
MAKALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN ( MANAJEMEN MUTU DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN ) DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 1. YUMNI RUMIWANG 2. AHMAD CHAERI 3. M. RAMLI 4. SUDARMAN 5. M. HISBULLAH 6. ARTADRINIA Z.L. 7. CHAYYI FANANI R. 8. RAHMAN ISNAINI 9. KHAERUL UMAM 10. KOMALA SARI 11. ERNAWATI 12. AKHMAD MUKHLIS K.R. i

description

dfhdg

Transcript of mutu pelayanan keperawatan

MAKALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN ( MANAJEMEN MUTU DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN )

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1

29

1. YUMNI RUMIWANG 2. AHMAD CHAERI 3. M. RAMLI4. SUDARMAN5. M. HISBULLAH 6. ARTADRINIA Z.L.7. CHAYYI FANANI R.8. RAHMAN ISNAINI9. KHAERUL UMAM 10. KOMALA SARI 11. ERNAWATI 12. AKHMAD MUKHLIS K.R.

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARATSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAMPROGRAM STUDI S1 KEPERAWATANMATARAM TAHUN 2015KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., atas limpahan dan rahmat karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Manajemen Keperawatan (Manajemen Mutu Pelayanan Keperawatan). Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas Mata Kuliah Manajemen Keperawatan. Karena makalah ini tidak mungkin dapat diselesaikan tanpa bantuan dari pihak-pihak tertentu, maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada :1. Agus Supinganto, Ners., M.Kes., selaku Ketua STIKES YARSI Mataram. 2. Sopian Halid, S.Kep., Ners., M.Kes., selaku PUKET II STIKES YARSI Mataram sekaligus dosen pengampu Mata Kuliah Manajemen Keperawatan.3. Indah Wasliah, Ners., M.Kep., Sp.Anak., selaku Ka. Prodi S1 Keperawatan STIKES YARSI Mataram.4. B. Nurainun Apriani Idris, Ners., selaku dosen pembimbing akademik.5. Semua pihak yang ikut membantu dalam penyusunan makalah ini.Penulis membuat makalah ini dengan seringkas-ringkasnya dan bahasa yang jelas agar mudah dipahami. Karena penulis menyadari keterbatasan yang penulis miliki, penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca, agar pembuatan makalah penulis yang berikutnya dapat menjadi lebih baik.Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Mataram, Mei 2015

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL KATA PEGANTAR iiDAFTAR PUSTAKA iiiBAB 1 PENDAHULUAN 11.1 Latar Belakang 11.2 Rumusan Masalah 21.3 Tujuan Penulisan 31.4 Ruang Lingkup 31.5 Metode Penulisan 31.6 Sistematika Penulisan 3BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 42.1 Pengertian Mutu 42.2 Pengertian Mutu Pelayanan Kesehatan 42.3 Dimensi Mutu Asuhan Keperawatan 102.4 Ciri Mutu Asuhan Keperawatan 132.5 Pengertian Standar 142.6 Tujuan SAK (Standar Asuhan Keperawatan)152.7 Komponen SAK162.8 Pelaksanaan Evaluasi Penerapan SAK 22BAB 3 PENUTUP 273.1 Simpulan 273.2 Saran 27DAFTAR PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPembangunan nasional yang dilaksanakan secara bertahap sejak Indonesia merdeka sudah meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Peningkatan kesejahteraan suatu wilayah diukur dari tingkat pendidikan, status kesehatan, dan pendapatan masyarakat. Ketiganya jika digabungkan akan menjadi ukuran Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di wilayah tersebut. Peningkatan IPM disuatu wilayah akan meningkatkan jumlah masyarakat kelas ekonomi menengah ke atas. Kelompok masyarakat inilah yang akan menyuarakan tuntutan mereka tentang peningkatan mutu pelayanan publik (public services) termasuk di bidang pelayanan kesehatan.Sebagai bagian dari sistem kesehatan nasional, subsistem pelayanan kesehatan yang dikembangkan disuatu wilayah seharusnya diarahkan untuk mencegah, mempromosikan, memelihara, dan meningkatkan status kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. Pelayanan keperawatan profesional merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang komprehensif ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat, baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.Dalam memberikan pelayanan profesional manajer keperawatan dituntut untuk akuntabel terhadap pengelolahan pelayanan keperawatan untuk mencapai pelayanan yang bermutu.Suatu pelayanan kesehatan dikatakan bermutu apabila kinerja yang menunjukan tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan tidak hanya dapat menimbulkan kepuasan bagi pasien sesuai dengan kepuasan rata-rata penduduk tetapi juga sesuai dengan standar dan kode etik profesi yang telah ditetapkan.Proses pengembangan mutu pada sebuah institusi pelayanan kesehatan (health care provider) dapat dipahami melalui berbagai jenis produk dan jasa pelayanan yang ditawarkan kepada masyarakat, segmen pasar atau konsumen produk tersebut dan harapan masyarakat pengguna jasa pelayanan terhadap kinerja pelayanan kesehatan yang mereka terima.Pelayanan kesehatan yang ditawarkan oleh institusi kesehatan adalah jasa hasil akhir (outcome). Jasa pelayanan kesehatan adalah status kesehatan individu atau kelompok masyarakat setelah mereka menggunakan jasa pelayanan kesehatan (health care and health services). Produk kesehatan dapat dihubugkan dengan batasan sehat menurut WHO atau KEMENKES RI (UU No. 23 Tahun 1992). Yang unik dalam konteks pelayanan kesehatan adalah produk akhir yang dihasilkan oleh institusi pelayanan kesehatan yaitu status kesehatan perorangan atau kelompok masyarakat. Produk kesehatan ini dinilai oleh konsumen setelah mereka merasakan manfaatnya. Produk ini juga bisa diukur secara statistik apabila dikaitkan dengan status kesehatan masyarakat. Dimensi produk pelayanan di masyarakat dikategorikan dalam bentuk health (kesehatan individu atau kelompok masyarakat), disability (jumlah ketidakmampuan di masyarakat), death (besarnya dan jenisnya kematian), dan fertility (kesuburan). Ukuran yang digunakan untuk status kesehatan masyarakat adalah angka kesakitan (morbidity rate), angka kematian (mortality rate), angka ketidakmampuan (disability rate), dan angka fertilitas (fertility rate). Ukuran morbiditas adalah prevalen rate ada beberapa, antara lain angka kematian kasar (crude death rate), dan angka kematian berdasarkan penyababnya (specific death rate).1.2 Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud mutu ? 2. Apa yang dimaksud mutu pelayanan kesehatan ?3. Apa saja dimensi mutu pelayanan kesehatan ?4. Bagaimana ciri-ciri mutu asuhan keperawatan ?5. Apa yang dimaksut standar ?6. Apa tujuan dari SAK ?7. Apa saja komponen dari SAK ?8. Bagaimana pelaksanaan evaluasi dan penerapan SAK ?

1.3 Tujuan 1. Tujuan UmumMahasiswa mengetahui tentang konsep manajemen mutu dalam pelayanan keperawatan.2. Tujuan Khusus a. Mengetahui pengertian mutu.b. Mengetahui pengertian mutu pelayanan kesehatan.c. Mengetahui dimensi mutu pelayanan kesehatan. d. Mengetahui ciri-ciri mutu asuhan keperawatan.e. Mengetahui pengertian standar.f. Mengetahui tujuan dari SAK. g. Mengetahui komponen SAK (Standar I-VI).h. Mengetahui pelaksanaan evaluasi dan penerapan SAK (instrumen A, B dan C).1.4 Ruang Lingkup Sistem Manajemen dan Kepemimpinan dalam praktek keperawatan sangatlah luas dan kompleks. Agar pembahasan lebih terarah, dalam makalah ini penulis hanya membahas mengenai aspek Menejemen Mutu dalam Pelayanan keperawatan dan Standar Asuhan Keperawatan.1.5 Metode Penulisan Dalam makalah ini menggunakan metode penulisan deskriptif dengan menggunakan teknik studi literatur dari berbagai sumber yang terkait dengan Manajemen Mutu dalam Pelayanan Keperawatan. 1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dari makalah ini adalah :1. Bab 1 Pendahuluan. Bab ini meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan, ruang lingkup, metode penulisan dan sistematika penulisan.2. Bab 2 Tinjauan Pustaka. Bab ini meliputi pengertian mutu, pengertian mutu pelayanan kesehatan, dimensi mutu pelayanan kesehatan, ciri mutu asuhan keperawatan, pengertian standar, tujuan dari SAK, komponen SAK (Standar I-VI), dan pelaksanaan evaluasi dan penerapan SAK.3. Bab 3 Penutup. Bab ini meliputi simpulan dan saran.BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Mutu Mutu merupakan gambaran total sifat dari suatu produk atau jasa pelayanan yang berhubungan dengan kemampuannya untuk memberikan kebutuhan kepuasan (American society for quality control). Mutu adalah fitness for use atau kemampuan kecocokan penggunaan (J.M. Juran, 1989).Azwar (1996) menjelaskan bahwa mutu adalah tingkat kesempurnaan dari penampilan sesuatu yang sedang diamati dan juga merupakan kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan. Sedangkan Tappen (1995) menjelaskan bahwa mutu adalah penyesuaian terhadap keinginan pelanggan dan sesuai dengan standar yang berlaku serta tercapainya tujuan yang diharapkan. Berdasarkan uraian di atas, maka mutu dapat dikatakan sebagai kondisi dimana hasil dari produk sesuai dengan kebutuhan pelanggan, standar yang berlaku dan tercapainya tujuan. Mutu tidak hanya terbatas pada produk yang menghasilkan barang tetapi juga untuk produk yang menghasilkan jasa atau pelayanan termasuk pelayanan keperawatan.2.2 Pengertian Mutu Pelayanan Kesehatan1. PelayananProduk yang dihasilkan oleh suatu organisasi dapat menghasilkan barang atau jasa. Jasa diartikan juga sebagai pelayanan karena jasa itu menghasilkan pelayanan (Supranto, 2006). Definisi mengenai pelayanan telah banyak dijelaskan, dan Kottler (2000, dalam Supranto, 2006) menjelaskan mengenai definisi pelayanan adalah suatu perbuatan di mana seseorang atau suatu kelompok menawarkan pada kelompok/orang lain sesuatu yang pada dasarnya tidak berwujud dan produksinya berkaitan atau tidak berkaitan dengan fisik produk. Sedangkan Tjiptono (2004) menjelaskan bahwa pelayanan merupakan aktivitas, manfaat atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual, sehingga dapat dikatakan bahwa pelayanan itu merupakan suatu aktivitas yang ditawarkan dan menghasilkan sesuatu yang tidak berwujud namun dapat dinikmati atau dirasakan. Kotler (1997, dalam Supranto, 2006) juga menjelaskan mengenai karakteristik dari pelayanan dengan membuat batasan-batasan untuk jenis-jenis pelayanan-pelayanan sebagai berikut : a. Pelayanan itu diberikan dengan berdasarkan basis peralatan (equipment based) atau basis orang (people based) dimana pelayanan berbasis orang berbeda dari segi penyediaannya, yaitu pekerja tidak terlatih, terlatih atau professional (Disampaikan dalam Pelatihan Manajemen Keperawatan).b. Beberapa jenis pelayanan memerlukan kehadiran dari klien (clients precense). c. Pelayanan juga dibedakan dalam memenuhi kebutuhan perorangan (personal need) atau kebutuhan bisnis (business need).d. Pelayanan yang dibedakan atas tujuannya, yaitu laba atau nirlaba (profit or non profit) dan kepemilikannya swasta atau publik (private or public). Berdasarkan dari pendapat-pendapat tersebut, maka dapat dikatakan bahwa pelayanan merupakan salah satu bentuk hasil dari produk yang memberikan pelayanan dan mempunyai sifat tidak berwujud sehingga pelayanan hanya dapat dirasakan setelah orang tersebut menerima pelayanan tersebut. Selain itu, pelayanan memerlukan kehadiran atau partisipasi pelanggan dan pemberi pelayanan baik yang professional maupun tidak profesional secara bersamaan sehingga dampak dari transaksi jual beli pelayanan dapat langsung dirasakan dan jika pelanggan itu tidak ada maka pemberi pelayanan tidak dapat memberikan pelayanan.2. KeperawatanKeperawatan sudah banyak didefinisikan oleh para ahli, dan menurut Herderson (1966, dalam Kozier et al, 1997) menjelaskan keperawatan sebagai kegiatan membantu individu sehat atau sakit dalam melakukan upaya aktivitas untuk membuat individu tersebut sehat atau sembuh dari sakit atau meninggal dengan tenang (jika tidak dapat disembuhkan), atau membantu apa yang seharusnya dilakukan apabila ia mempunyai cukup kekuatan, keinginan, atau pengetahuan. Sedangkan Kelompok Kerja Keperawatan (1992) menyatakan bahwa keperawatan adalah suatu bentuk layanan profesional yang merupakan bagian integral dari layanan kesehatan, berbentuk layanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat baik sakit maupun sehat, yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Layanan keperawatan diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, serta kurangnya kemauan dalam melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri.Pelayanan Keperawatan yang diberikan kepada pasien menimbulkan adanya interaksi antara perawat dan pasien, sehingga perlu diperhatikan kualitas hubungan antara perawat dan pasien. Hubungan ini dimulai sejak pasien masuk rumah sakit. Kozier et al (1997) menyatakan bahwa hubungan perawat-pasien menjadi inti dalam pemberian asuhan keperawatan, karena keberhasilan penyembuhan dan peningkatan kesehatan pasien sangat dipengaruhi oleh hubungan perawat-pasien. Oleh karena itu, metode pemberian asuhan keperawatan harus memfasilitasi efektifnya hubungan tersebut. Konsep yang mendasari hubungan perawat pasien adalah hubungan saling percaya, empati, caring, otonomi, dan mutualitas.Pengertian keperawatan di atas dikaitkan dengan karakteristik dan batasan yang telah dijelaskan sebelumnya, maka keperawatan dapat dikatakan sebagai jenis produk yang menghasilkan pelayanan yang berbasis orang (people based) yaitu berbasis pada pasien baik sakit maupun sehat akibat ketidaktahuan, ketidakmampuan, atau ketidakmauan dengan menyediakan layanan keperawatan oleh tenaga perawat profesional berbentuk layanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif. Sebagai suatu praktek keperawatan yang profesional, dalam pelayanannya menggunakan pendekatan proses keperawatan yang merupakan metode yang sistematis dalam memberikan asuhan keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Namun dalam pelaksanaannya harus memperhatikan kualitas hubungan antara perawat dan pasien yaitu rasa percaya, empati dan caring.Berdasarkan penjelasan mengenai mutu dan pelayanan keperawatan di atas, maka Mutu Pelayanan Keperawatan dapat merupakan suatu pelayanan keperawatan yang komprehensif meliputi bio-psiko-sosio-spiritual yang diberikan oleh perawat profesional kepada pasien (individu, keluarga maupun masyarakat) baik sakit maupun sehat, dimana perawatan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien dan standar pelayanan. Namun pada dasarnya, definisi mutu pelayanan keperawatan itu dapat berbeda-beda tergantung dari sudut pandang mana mutu tersebut dilihat. Berbagai sudut pandang mengenai definisi mutu pelayanan keperawatan tersebut diantaranya yaitu :1. Sudut Pandang Pasien (Individu, Keluarga, Masyarakat)Meishenheimer (2001) menjelaskan bahwa pasien atau keluarga pasien mendefinisikan mutu sebagai adanya perawat atau tenaga kesehatan yang memberikan perawatan yang terampil dan kemampuan perawat dalam memberikan perawatan. Sedangkan Wijono (2000) menjelaskan mutu pelayanan berarti suatu empati, respeck dan tanggap akan kebutuhannya, pelayanan harus sesuai dengan kebutuhan mereka, diberikan dengan cara yang ramah pada waktu mereka berkunjung. Pada umumnya mereka ingin pelayanan yang mengurangi gejala secara efektif dan mencegah penyakit, sehingga pasien beserta keluarganya sehat dan dapat melaksanakan tugas mereka sehari-hari tanpa gangguan fisik.Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka dapat dikatakan bahwa mutu pelayanan keperawatan didefinisikan oleh pasien (individu, keluarga, masyarakat) sebagai pelaksanaan pelayanan keperawatan yang sesuai dengan kebutuhannya yang berlandaskan rasa empati, penghargaan, ketanggapan, dan keramahan dari perawat serta kemampuan perawat dalam memberikan pelayanan. Selain itu melalui pelayanan keperawatan tersebut, juga dapat menghasilkan peningkatan derajat kesehatan pasien.

2. Sudut Pandang Perawat Mutu berdasarkan sudut pandang perawat sering diartikan dengan memberikan pelayanan keperawatan sesuai yang dibutuhkan pasien agar menjadi mandiri atau terbebas dari sakitnya (Meishenheimer, 2001).Pendapat lainnya dikemukakan oleh Wijono (2000), bahwa mutu pelayanan berarti bebas melakukan segala sesuatu secara profesional untuk meningkatkan derajat kesehatan pasien dan masyarakat sesuai dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang maju, mutu pelayanan yang baik dan memenuhi standar yang baik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perawat sebagai tenaga profesional yang memberikan pelayanan keperawatan terhadap pasien mendefinisikan mutu pelayanan keperawatannya sebagai kemampuan melakukan asuhan keperawatan yang profesional terhadap pasien (individu, keluarga, masyarakat) dan sesuai standar keperawatan, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.3. Sudut Pandang Manajer Keperawatan Mutu pelayanan difokuskan pada pengaturan staf, pasien dan masyarakat yang baik dengan menjalankan supervisi, manajemen keuangan dan logistik dengan baik serta alokasi sumber daya yang tepat (Wijono, 2000). Pelayanan keperawatan memerlukan manajemen yang baik sehingga manajer keperawatan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dengan melaksanakan fungsi-fungsi manajemen dengan baik yang memfokuskan pada pengelolaan staf keperawatan dan pasien sebagai individu, keluarga dan masyarakat. Selain itu pengelolaan pun mencakup pada manajemen keuangan dan logistik.4. Sudut Pandang Institusi Pelayanan Meishenheimer (2001) mengemukakan bahwa mutu pelayanan diasumsikan sebagai kemampuan untuk bertahan, pertimbangan penting mencakup tipe dan kualitas stafnya untuk memberikan pelayanan, pertanggungjawaban intitusi terhadap perawatan pasien yang tidak sesuai, dan menganalisis dampak keuangan terhadap operasional institusi. Sedangkan Wijono (2000) menjelaskan bahwa mutu dapat berarti memiliki tenaga profesional yang bermutu dan cukup. Selain itu mengharapkan efisiensi dan kewajaran penyelenggaraan pelayanan, minimal tidak merugikan dipandang dari berbagai aspek seperti tidak adanya pemborosan tenaga, peralatan, biaya, waktu dan sebagainya.Berdasarkan uraian di atas, maka definisi mutu pelayanan keperawatan dari pandangan intitusi pelayanan yaitu terlaksananya efektifitas dan efisiensi pelayanan termasuk dalam hal ketenagaan, peralatan, biaya operasional, dan waktu pelayanan. Efektifitas dan efisiensi pelayanan tersebut didukung dengan peningkatan mutu stafnya, selain itu rumah sakit pun dituntut untuk mempunyai tanggung jawab terhadap pelayanan keperawatan yang menimbulkan dampak negatif pada pasien.5. Sudut Pandang Organisasi Profesi Badan legislatif dan regulator sebagai pembuat kebijakan baik lokal maupun nasional lebih menekankan pada mendukung konsep mutu pelayanan sambil menyimpan uang pada program yang spesifik. Selain itu juga menekankan pada institusi-institusi pelayanan keperawatan dan fasilitas pelayanan keperawatan. Badan akreditasi dan sertifikasi menyamakan kualitas dengan mempunyai seluruh persyaratan administrasi dan dokumentasi klinik yang lengkap pada periode waktu tertentu dan sesuai dengan standar pada level yang berlaku. Sertifikat mengindikasikan bahwa institusi pelayanan keperawatan tersebut telah sesuai standar minimum untuk menjamin keamanan pasien. Sedangkan akreditasi tidak hanya terbatas pada standar pendirian institusi tetapi juga membuat standar sesuai undang-undang yang berlaku (Meishenheimer , 2001).Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai organisasi profesi mempunyai tanggung jawab dalam meningkatkan profesi keperawatan. Sehingga untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan, organisasi profesi tersebut membuat dan memfasilitasi kebijakan regulasi keperawatan yang mencakup sertifikasi, lisensi dan akreditasi. Dimana regulasi tersebut diperlukan untuk meyakinkan masyarakat bahwa pelayanan keperawatan yang diberikan telah berdasarkan kaidah suatu profesi dan pemberi pelayanan keperawatan telah memenuhi standar kompetensi yang telah ditetapkan.2.3 Dimensi Mutu Asuhan Keperawatan Windy (2009) menyatakan bahwa dimensi mutu dalam pelayanan keperawatan terbagi kedalam 5 macam, diantaranya:1. Tangible (bukti langsung) Merupakan hal-hal yang dapat dilihat dan dirasakan langsung oleh pasien yang meliputi fasilitas fisik, peralatan, dan penampilan staf keperawatan. Sehingga dalam pelayanan keperawatan, bukti langsung dapat dijabarkan melalui : kebersihan, kerapian, dan kenyamanan ruang perawatan; penataaan ruang perawatan; kelengkapan, kesiapan dan kebersihan peralatan perawatan yang digunakan; dan kerapian serta kebersihan penampilan perawat. 2. Reliability (keandalan) Keandalan dalam pelayanan keperawatan merupakan kemampuan untuk memberikan pelayanan keperawatan yang tepat dan dapat dipercaya, dimana dapat dipercaya dalam hal ini didefinisikan sebagai pelayanan keperawatan yang konsisten. Oleh karena itu, penjabaran keandalan dalam pelayanan keperawatan adalah : prosedur penerimaan pasien yang cepat dan tepat; pemberian perawatan yang cepat dan tepat; jadwal pelayanan perawatan dijalankan dengan tepat dan konsisten (pemberian makan, obat, istirahat, dan lain-lain); dan prosedur perawatan tidak berbelat belit. 3. Responsiveness (ketanggapan) :Perawat yang tanggap adalah yang bersedia atau mau membantu pelanggan dan memberikan pelayanan yang cepat/tanggap. Ketanggapan juga didasarkan pada persepsi pasien sehingga faktor komunikasi dan situasi fisik disekitar pasien merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Oleh karena itu, ketanggapan dalam pelayanan keperawatan dapat dijabarkan sebagai berikut : perawat memberikan informasi yang jelas dan mudah dimengerti oleh pasien; kesediaan perawat membantu pasien dalam hal beribadah; kemampuan perawat untuk cepat tanggap menyelesaikan keluhan pasien; dan tindakan perawat cepat pada saat pasien membutuhkan. 4. Assurance (jaminan kepastian) Jaminan kepastian dimaksudkan bagaimana perawat dapat menjamin pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien berkualitas sehingga pasien menjadi yakin akan pelayanan keperawatan yang diterimanya. Untuk mencapai jaminan kepastian dalam pelayanan keperawatan ditentukan oleh komponen : kompetensi, yang berkaitan dengan pengetahuan dan keterampilan perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan; keramahan, yang juga diartikan kesopanan perawat sebagai aspek dari sikap perawat; dan keamanan, yaitu jaminan pelayanan yang menyeluruh sampai tuntas sehingga tidak menimbulkan dampak yang negatif pada pasien dan menjamin pelayanan yang diberikan kepada pasien aman. 5. Emphaty (empati) Empati lebih merupakan perhatian dari perawat yang diberikan kepada pasien secara individual. Sehingga dalam pelayanan keperawatan, dimensi empati dapat diaplikasikan melalui cara berikut, yaitu : memberikan perhatian khusus kepada setiap pasien; perhatian terhadap keluhan pasien dan keluarganya; perawatan diberikan kepada semua pasien tanpa memandang status sosial dan lain-lain. Menurut Muninjaya (2011), dimensi mutu jasa pelayanan kesehatan terbagi ke dalam 6 kriteria, yaitu : 1. Professionalism and skills Dibidang pelayanan kesehatan, kriteria ini berhubungan dengan outcome yaitu tingkat kesembuhan pasien. Pelanggan menyadari bahwa jasa pelayanan kesehatan dihaslkan oleh SDM yang memiliki pengetahuan dan keterampilan profesional yang berbeda. Dokter dan petugas kesehatan menjadi faktor produksi utama yang akan menentukan hasil (outcome) pelayanan kesehatan, termasuk yang akan menjamin tingkat kepuasan para penggunanya. 2. Attitudes and behaviorKriteria sikap dan perilaku staf akan berhubungan dengan proses pelayanan. Pelanggan institusi jasa pelayanan kesehatan akan merasakan jika dokter dan para medis rumah sakit sudah melayani mereka dengan baik sesuai SOP pelayanan. Situasi ini ditunjukan oleh sikap dan perilaku positif staf yang akan membantu para pengguna pelayanan kesehatan mengatasi keluhan sakitnya.3. Accessibility and flexibilityKriteria penilaian ini berhubungan dengan proses pelayanan. Pengguna jasa pelayanan akan merasakan bahwa institusi penyedia pelayanan jasa, lokasi, jam kerja, dan sistemnya dirancang dengan baik untuk memudahkan para pengguna mengakses pelayanan sesuai dengan kondisi pengguna jasa (fleksibilitas), yaitu disesuaikan dengan keadaan sakit pasien, jarak yang harus ditempuh, tarif pelayanan, dan kemampuan ekonomi pasien atau keluarga untuk membayar tarif pelayanan. 4. Reliability and trustworthinessKriteria penilaian ini juga berhubungan dengan proses pelayanan. Pengguna jasa pelayanan kesehatan bukan tidak memahami resiko yang mereka hadapi jika memilih jasa pelayanan yang ditawarkan oleh dokter. Misalnya, operasi caesar pada sebuah persalinan. Pasien dan keluarganya sudah mempercayai sepenuhnya dokter yang akan melakukan tindakan operasi tersebut karena pengalaman dan repotasinya. Untuk itu, operasi caesar yang ditawarkan oleh dokter kepada ibu bersalin dan suaminya tetap dapat diterima meskipun pasien dan suaminya mangetahui resiko yang akan dihadapi.5. RecoveryKriteria penilaian ini juga berhubungan dengan proses pelayanan. Pelanggan memang menyadari kalau ada kesalahan atau resiko akibat tindakan medis yang diambil, tetapi para pengguna jasa pelayanan mempercayai bahwa institusi penyedia jasa pelayanan sudah melakukan prbaikan (recovery) terhadap mutu pelayanan yang ditawarkan kepada publik untuk mengurangi resiko medis yang akan diterima pasien. 6. Reputation and credibilityKriteria ini berhubungan dengan image. Pelanggan akan meyakini benar bahwa institusi penyedia jasa pelayanan kesehatan memang memiliki reputasi baik, dapat dipercaya, dan punya nilai (rating) tinggi di bidang pelayanan kesehatan. Kepercayaan ini sudah terbukti dari reputasi pelayanan yang sudah ditunjukkan selama ini oleh institusi penyedia jasa pelayanan kesehatan ini.Uraian mengenai dimensi mutu di atas akan membantu kita untuk menentukan mutu pelayanan keperawatan. Mutu pelayanan keperawatan jika dipandang sebagai suatu sistem yang terdiri dari input, proses dan outcome, maka mutu pelayanan keperawatan merupakan interaksi dan ketergantungan antara berbagai aspek, komponen atau unsur pelayanan keperawatan dan untuk menjaga mutu pelayanan keperawatan perlu dilakukan penilaian sebagai evaluasi dari mutu pelayanan tersebut. 2.4 Ciri Mutu Asuhan Keperawatan Ciri-ciri mutu asuhan keperawatan yang baik adalah 1) memenuhi standar profesi yang ditetapkan; 2) sumber daya untuk pelayanan asuhan keperawatan dimanfaatkan secara wajar, efisien dan efektif; 3) aman bagi pasien dan tenaga keperawatan sebagai pemberi jasa pelayanan; 4) memuaskan bagi pasien dan tenaga keperawatan; 5) aspek sosial, ekonomi, budaya, agama, etika dan tata nilai masyarakat diperhatikan dan dihormati (Standar Asuhan Keperawatan, 1998).Menurut Muninjaya (2011), sebagai bagian dari sistem pelayanan publik, pelayanan kesehatan disuatu wilayah harus memenuhi kriteria sebagai berikut : 1. Availability. Pelayanan kesehatan harus tersedia untuk melayani seluruh masyarakat disuatu wilayah dan dilaksanakan secara komprehensif mulai dari upaya pelayanan yang bersifat preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif. 2. Appropriateness. Pelayanan kesehatan harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat di suatu wilayah. Kebutuhan masyarakat diukur dari pola penyakit yang berkembang di wilayah tersebut.3. Continuity-sustainability. Pelayanan kesehatan di suatu daerah harus berlangsung untuk jangka lama dan dilaksanakan secara berkesinambungan.4. Acceptability. Pelayanan kesehatan harus diterima oleh masyarakat dan memperhatikan aspek sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat. 5. Affordable. Biaya atau tarif pelayanan kesehatan harus terjangkau oleh masyarakat umum.6. Efficient. Pelayanan kesehatan harus dikelola (manajemen) secara efisien.7. Quality. Pelayanan kesehatan yang diakses masyarakat harus terjaga mutunya. 2.5 Pengertian Standar Menurut Muninjaya (2011), manajer institusi penyedia pelayanan kesehatan harus mengembangkan system manajemen kinerja institusi sesuai dengan standar kinerja masing-masing unit kerja yang telah ditetapkan. Sistem ini dapat dimanfaatkan oleh pimpinan untuk menyadarkan staf tentang mutu kinerjanya masing-masing (performance awareness), pengukuran mutu kinerja dan peningkatannya. Program performance awareness terdiri atas 1) identifikasi dan penetapan prioritas kunci pada proses yang dianggap kritis, 2) mengembangkan dan menyosialisasikan standar. Kriteria proses unit pelayanan yang dianggap kritis meliputi volume pekerjaan tinggi, resiko tinggi, rawan masalah, dan biaya tinggi; misalnya di IRD, kamar operasi, ruang partus dan lain sebagainya. Standar kinerja dan proses yang sudah di prioritaskan harus ditetapkan sebagai proses yang kritis. Ada beberapa penjelasan terkait dengan penetapan standar kinerja yaitu pernyataan tertulis tentang harapan yang spesifik tentang kinerja manajemen. Standar adalah penampilan terbaik terhadap sesuatu. Standar dapat digunakan untuk membuat perbandingan. Standar adalah suatu catatan minimum tentang kelayakan isi, yang mendapat pengakuan dari masyarakat bahwa standar adalah model yang perlu ditiru. Jika dikaitkan dengan pelayanan kesehatan, standar menjelaskan tentang sesuatu yang harus dicapai, tentang tingkat yang harus dicapai, dan tentang kegiatan yang harus dipenuhi untuk memenuhi persyaratan mutu tertentu. Staf harus di didik untuk menerapkan standar kinerja yang telah disepakati dan yang ditetapkan oleh institusi termasuk peran mereka untuk menerapkan standar kinerja tersebut.Menurut tingkatnya, standar kinerja ada dua yaitu standar minimum dan standar optimum. Standar minimum menyajikan suatu tingkar dasar yang harus diterima. Standar optimum adalah sesuatu yang harus dipenuhi disamping standar lain yang secara terarah dan berkesinambungan harus dicapai. Standar minimum harus dipenuhi seluruhnya tanpa ditawar-tawar. Standar optimum mewakili suatu tingkatan terbaik sesuai dengan apa yang telah ditetapkan dan ini hanya bisa dicapai oleh mereka yang berdedikasi tinggi. 2.6 Tujuan SAK (Standar Asuhan Keperawatan)Menurut Nursalam (2009), tujuan standar asuhan keperawatan adalah : 1. Meningkatkan kualitas asuhan keperawatan Perawat berusaha mencapai standar yang telah ditetapkan, dan termotivasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat bersifat mendasar terhadap peningkatan kualitas pasiennya.2. Mengurangi biaya asuhan keperawatan Apabila perawat melakukan kegiatan yang telah ditetapkan dalam standar, maka beberapa kegiatan keperawatan yang tidak perlu dapat dihindarkan. Hal ini berarti perawat akan menghemat biaya baik bagi perawat maupun bagi pasien. Dengan adanya standar, maka permasalahan pasien akan cepat ditemukan dan teratasi sehingga hari perawatan pasien semakin pendek dan akan mengurangi biaya perawatan bagi pasien.3. Melindungi perawat dari kelalaian dalam melaksanakan tugas dan melindungi pasien dari tindakan yang tidak terapeutikStandar keperawatan harus dapat menguraikan prosedur yang wajib dilakukan dalam memberikan asuhan keperawatan, sehinga perawat akan dapat memahami setiap tindakan yang dilakukan. Hal ini akan dapat menghindarkan kesalahan dan kelalaian dalam melakukan asuhan keperawatan.Pada pasal 53 ayat 2 dan 4 UU Kesehatan No.: 23 Tahun 1992, dijelaskan bahwa tenaga kesehatan (perawat dan bidan) dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar profesi dan menghormati hak pasien. Dari penjelasan tersebut, bahwa standar keperawatan mempunyai dasar hukum, barang siapa melanggar atau lalai akan menerima sanksi pada pasal 82-85. 2.7 Komponen SAK (Standar I-VI) 1. Standar I : Perencanana Keperawatan Pernyataan :Perencanan pelayanan keperawatan disusun berdasarkan hasil pengumpulan dan analisis data, hasil kegiatan pelayanan perawatan dan sumber daya (manusia, fasilitas, peralatan dan dana) yang tepat dan memadai untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan.Rasional :Perencanan pelayanan keperawatan merupakan fungsi utama pengelolaan dan landasan kegiatan dalam upaya mencapai tujuan pelayanan keperawatan.Kriteria struktur :a. Adanya kebijakan manajemen pelayanan keperawatan sebagai pendukung penyusunan perencanan.b. Adanya visi, misi pelayanan kesehatan.c. Adanya falsafah dan tujuan pelayanan keperawatan yang mengacu pada visi misi.d. Tersedianya data dan informasi yang dibutuhkan untuk perencanan yang tepat dan memadai.e. Adanya standar antara lain: standar ketenagakerjaan, standar fasilitasi, dan peralatan pelayanan keperawatan dan kebidanan.f. Tersedianya sumber daya yang dibutuhkan untuk pelayanan keperawatan.g. Adanya mekanisme perencanan pelayanan keperawatan.Kriteria hasil :a. Adanya dokumen yang menunjukan prencanan keperawatan meliputi: aspek ketenagaan, fasilitas, dan peralatan serta upaya pengendalian mutu pelayanan.b. Perencanan keperawatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari rencana induk perencanan sarana kesehatan.2. Standar II : Pengorganisasian Pelayanan KeperawatanPernyataan:Pengaturan sumberdaya (manusia, fasilitas, peralatan, dan dana) melalui integrasi dan koordinasi untuk mencapai tujuan pelayanan.Rasional:Pengaturan sumberdaya manusia berkesinambungan layanan keperawatan secara efektif dan efisien.Kriteria struktur:a. Adanya kebijakan tentang manajemen pelayanan keperawatan sebagai pendukung pengorganisasian.b. Adanya struktur organisasi dan tata hubungan kerja struktural dan fungsional pelayanan keperawatan di sarana pelayanan keperawatan.c. Adanya uraian tugas, tanggung jawab dan wewenang yang jelas dan tertulis bagi tiap tenaga keperawatan.d. Adanya tenaga keperawatan yang ditunjuk untuk menduduki jabatan tertentu.e. Adnya dokumen kualifikasi/persyaratan jabatan bagi pimpinan keperwatan.Kriteria proses:a. Memahami uraian tugas, tanggung jawab, dan wewenang bagi tiap tenaga keperawatan.b. Melakasanakan tugas sesuai dengan uraian tugas, tanggung jawab dan wewenang.c. Melakukan koordinasi kegiatan pelyanan keperawatanKriteria hasil:a. Adanya tenaga keperawatan yang menduduki jabatan, sesuai dengan persyaratan.b. Pelayanan keperawatan bagian integral didalam struktur organisasi sarana kesehatan.c. Adanya dokumen pengatur pendayagunaan sumberdaya keperawatan meliputi : ketenagaan, fasilitas, peralatan.d. Adanya dokumen pelaksanaan rapat koordinasi.3. Standar III : Pengaturan Ketenagaan Pelayanan Keperawatan dan KebidananPernyataan:Pendayagunaan tenaga keperawatan sesuai kompetisi dan potensi pengembangan untuk terlaksananya pelayanan keperawatan yang bermutu.Rasional:Pengelolaan manajemen keperawatan dapat terlaksana secara efektif dan efisien apabila didukung dengan pengaturan tenaga keperawatan yang bermutu.Kriteria struktur:a. Adanya kebijakan tentang pendayagunaan tenaga keperawatan.b. Adanya standar tenaga keperawatan sesuai dengan kebutuhan pelayanan keperawatan.c. Adanya pola tenaga keperawatan di sarana keperawatan.Kriteria proses:a. Mengidentifikasi jenis dan kualifikasi tenaga keperawatan sesuai dengan kebutuhan pelayanan keperawatan.b. Menetapkan jumlah dan jenis tenaga keperawatan untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan standar pelayanan keperawatan dan pola tenaga keperawatan.c. Menjadi anggota tim rekrutmen tenaga keperawatan.d. Melaksanakan program orientasi bagi tenaga baru.e. Melaksanakan model penugasan.f. Menyusun jadwal dinas yang fleksibel.g. Melaksanakan program mutasi, mobilisasi, dan mempertahankan (retention) tenaga keperawatan.h. Menyusun program pengembangan staf keperawatani. Melaksanakan penilaian kinerja

Kriteria hasil:a. Adanya dokumen pola tenaga keperawatan di sarana keperawatan.b. Adanya jadwal dinas yang menggambarkan komposisi tenaga keperawatan yang seimbang kompetensinya pada setiap tugas gilir (shift).c. Adanya dokumen hasil penilaian kinerja tenaga keperawatan.d. Adanya dokumen pelaksana program pengembangan staf.e. Adanya dokumen program pelaksanaan program orientasi.f. Adanya dokumen pelaksana program mutasi mobilisasi dan mempertahankan (retention).g. Adanya dokumen model penugasan asuhan pelayanan keperawatan.4. Standar IV : Pengarahan Pelayanan KeperawatanPernyataan:Pengarahan yang terstruktur untuk mencapai pelayanan keperawatan bermutu sesuai tujuan organisasi sarana keperawatan.Rasional:Iklim kerja kondusif diciptakan melalui interpersonal manajer pelayanan keperawatan dalam memotivasi dan membimbing staf sehingga meningkatkan kinerja staf meningkat.Kriteria struktur:a. Adanya kebijakan tentang manjemen pelayanan keperawatan yang mendukung fungsi pengarahan.b. Adanya tenaga keperawatan yang memiliki kemampuan, dan keterampilan manajerial.c. Adanya mekanisme pembinaan tenaga keperawatan.d. Adanya fasilitas mendukung lingkungan kerja yang kondusif untuk pembinaan.Kriteria proses:a. Melaksanakan pembinaan tenaga keperawatan berdasarkan hasil evaluasi kerja.b. Memberikan umpan balik.c. Melaksanakan tindak lanjut hasil program tindak lanjut hasil program pembinaan antara lain: pemberian penghargaan dan saksi.Kriteria hasil:a. Adanya dokumen pelaksana program pembinaan.b. Adanya peningkatan kemampuan tenaga keperawatan yang dibina.c. Adanya dokumen upaya tindak lanjut hasil pelaksanaan pembinaan antara lain : pemberian penghargaan dan sanksi.5. Standar V : Evaluasi Pelayanan KeperawatanPernyataan:Evaluasi dilakukan secara obyektif sebagai upaya perbaikan untuk tercapainya tujuan keperawatan.Rasional:Evaluasi dapat mendorong terjadinya perubahan perkembangan sistem dalam peningkatan mutu dalam pelayanan keperawatan.Kriteria struktur:a. Adanya kebijakan tentang manajemen pelayanan keperawatan yang mendukung evaluasi pelayanan keperawatan.b. Adanya mekanisme evaluasi pencapaian tujuan pelayanan keperawatan.c. Adanya alat evaluasi pencapaian pelayanan keperawatan.d. Adanya standar pelayanan keperawatan.Kriteria proses:a. Menyusun rencana evaluasi pencapaian tujuan pelayanan keperawatan.b. Melaksanakan evaluasi pencapaian tujuan keperawatan.c. Memberikan umpan balik hasil evaluasi pencapaian tujuan pelayanan keperawatan.d. Melaksanakan tindak lanjut hasil pencapaian tujuan.Kriteria hasil:a. Adanya dokumen hasil evaluasi pencapaian tujuan pelayanan keperawatan.b. Adanya dokumen tindak lanjut hasil evaluasi pencapaian tujuan keperawatan.c. Adanya dokumen perbaikan pelayanan keperawatan.6. Standar VI : Pengendalian Mutu Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan di Sarana KesehatanPernyataan:Upaya pemantauan yang berkesinambungan yang diperlukan untuk menilai mutu pelayanan keperawatan dan kebidanan di sarana kesehatan.Rasional:Program pengendalian mutu dapat menunjang tercapainya pelayanan keperawatan dan kebidanan yang efisien dan efektif di sarana kesehatan.Kriteria struktur:a. Adanya kebijakan program pengendalian mutu pelayanan keperawatan dan kebidanan di sarana kesehatan.b. Adanya program pengendalian mutu pelayanan keperawatan.c. Adanya standar pelayanan keperawatan.d. Adanya mekanisme program pengendalian mutu.e. Adanya tim pengendalian mutu dalam organisasi pelayanan kesehatan.f. Adanya sumber yang memadai sumber dalam jumlah dan kualitas.Kriteria proses:a. Menyusun alat pengendalian mutu sesuai dengan metode yang dipilih.b. Melaksanakan upaya mutu antara lain: audit keperawatan/supervisi keperawatan, gugus kendali mutu, survey kepuasan pasien, keluarga/petugas, presentasi kasus dan ronde keperawatan.c. Menganalisa dan menginterpretasikan data hasil evaluasi mutu.d. Menyusun upaya tindak lanjut.Kriteria hasil:a. Adanya dokumen hasil pengendalian mutu.b. Adanya dokumen umpan balik dan upaya tindak lanjut.c. Adanya dokumen hasil survey kepuasan pasien, keluarga, dan petugas.d. Adanya penampilan klinik tenaga keperawatan sesuai dengan standar pelayanan keperawatan.e. Menurunnya angka kejadian komplikasi sebagai akibat pemberian asuhan keperawatan antara lain : dekubitus, jatuh, pneumonia, peneumia orthostatic, infeksi nasokomial, drop foot.2.8 Pelaksanaan Evaluasi Penerapan SAK (Instrumen A, B dan C)Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada Tahun 1995 telah menetapkan petunjuk tentang Instrumen Evaluasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit yang terdiri dari :1. Instrumen Studi Dokumentasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan (Instrumen A), meliputi :a. Petunjuk penggunaan instrumen A terdiri :1) Aspek yang dinilai dalam instrumen ini adalah :a) Pengkajian Keperawatan.b) Diagnosa Keperawatan.c) Perencanaan Keperawatan.d) Tindakan Keperawatan.e) Evaluasi Keperawatan.f) Catatan Asuhan Keperawatan.2) Pengisian instrumen dilakukan oleh perawat dengan kriteria sebagai berikut:a) Perawat terpilih dari ruangan tempat dilakukan evaluasi.b) Perawat yang telah menguasai / memahami proses perawatan.c) Telah mengikuti pelatihan penerapan Standar Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit.3) Rekam medik pasien yang dinilai harus memenuhi kriteria sebagai berikut:a) Rekam medik pasien yang telah pulang dan telah dirawat minimal 3 (tiga) hari diruangan yang bersangkutan.b) Data dikumpulkan sebelum berkas rekam medik pasien dikembalikan pada bagian Medical Recort Rumah Sakit.c) Khusus untuk kamar operasi dan UGD penilaian dilakukan setelah pasien dipindahkan ke ruang lain / pulang.d) Rekam medik pasien yang memenuhi kriteria selama periode evaluasi berjumlah 20 untuk setiap ruangan.e) Pada setiap akhir penilaian dibuat rekapitulasinya.4) Bentuk instrumen A terdiri dari :a) Kolom 1 : No urut yang dinilai.b) Kolom 2 : Aspek yang dinilai.c) Kolom 3 : No kode rekam medik yang dinilai.d) Kolom 4 : Keterangan.5) Cara pengisian instrumen A.a) Perawat penilai mengisi kolom 3 dan 4.b) Kolom 3 terdiri dari 10 sub kolom yang diisi denagn kode berkas pasien (1, 2, 3, dst), sesuai dengan urutan waktu pulang, pada periode evaluasi.Tiap sub kolom hanya digunakan untuk penilaian terhadap satu rekam medik pasien.Contoh : Sub kolom 01 digunakan untuk mengisi hasil penilaian rekam medik dengan kode berkas 01.Rekam medik yang telah digunakan untuk penilaian harus diberi tanda dengan kode berkas agar tidak dinilai ulang.c) Pada tiap sub kolom diisi dengan tanda V bila aspek yang dinilai ditemukan dan tanda O bila aspek yang dinilai tidak ditemukan pada rekam medik pasien yang bersangkutan.d) Kolom keterangan diisi bila penilai menganggap perlu mencantumkan penjelasan atau bila ada keraguan penilaian.e) Sub total diisi sesuai dengan hasil penjumlahan jawaban nilai V yang ditemukan pada masing-masing kolom.f) Total diisi dengan hasil penjumlahan sub total, 01 + 02 + 03 dan seterusnya.g) Tiap variable dihitung presentasenya dengan cara :T o t a lPresentase =x 100 % Jumlah berkas x jumlah aspek yang dinilai.b. Instrumen Studi Dokumentasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan.Aspek yang dinilai :1) Pengkajian.a) Mencatat data yang dikaji sesuai dengan pedoman pengkajian.b) Data dikelompokkan (bio, psiko, sosial, spiritual).c) Data dikaji sejak pasien masuk sampai pulang.d) Masalah dirumuskan berdasarkan kesenjangan antara status kesehatan dengan norma dan pola fungsi kehidupan.2) Diagnosa.a) Diagnosa keperawatan berdasarkan masalah yang telah dirumuskan.b) Diagnosa keperawatan mencerminkan PE / PES.c) Merumuskan diagnosa keperawatan aktual / potensial.3) Perencanaan.a) Berdasarkan diagnosa keperawatan.b) Disusun menurut urutan prioritas.c) Rumusan tujuan mengandung komponen pasien/subyek, perubahan, perilaku, kondisi pasien dan atau kriteria.d) Rencana tindakan mengacu pada tujuan dengan kalimat perintah, terinci dan jelas atau melibatkan pasien/keluarga.e) Rencana tindakan menggambarkan keterlibatan pasien/keluarga.f) Rencana tindakan menggambarkan kerja sama dengan tim kesehatan lain.4) Tindakan.a) Tindakan dilaksanakan mengacu pada rencana perawatan.b) Perawat mengobservasi respon pasien terhadap tindakan keperawatan.c) Revisi tindakan berdasarkan hasil evaluasi.d) Semua tindakan yang telah dilaksanakan dicatat ringkas dan jelas.5) Evaluasi.a) Evaluasi mengacu pada tujuan.b) Hasil evaluasi dicatat.6) Catatan Asuhan Keperawatan.a) Menulis pada format yang baku.b) Pencatatan dilakukan sesuai dengan tindakan yang dilaksanakan.c) Pencatatan ditulis dengan jelas, ringkas, istilah yang baku dan benar.d) Setiap melakukan tindakan/kegiatan perawat mencantumkan paraf/nama jelas, dan tanggal jam dilakukannya tindakan.e) Berkas catatan keperawatan disimpan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.2. Instrument Evaluasi Persepsi Pasien terhadap Mutu Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit (Instrumen B), meliputi :a. Petunjuk penggunakan instrumen B.b. Instrumen evaluasi persepsi pasien terhadap asuhan keperawatan di Rumah Sakit.3. Instrumen Observasi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan di Rumah Sakit (Instrumen C), meliputi :a. Petunjuk penggunaan instrumen C.b. Instrumen observasi pelaksanaan tindakan keperawatan di ruang medical surgical atau ruang penyakit dalam / ruang bedah.c. Instrumen observasi pelaksanaan tindakan keperawatan di ruang kebidanan.d. Instrumen observasi pelaksanaan tindakan keperawatan di kamar operasi.e. Instrumen observasi pelaksanaan tindakan keperawatan di instalasi gawat darurat.f. Instrumen observasi pelaksanaan tindakan keperawatan di ruang perawatan intensif.g. Instrumen observasi pelaksanaan tindakan keperawatan di ruang perinatologi.

BAB 3PENUTUP

3.1 Simpulan Mutu pelayanan keperawatan dapat merupakan suatu pelayanan keperawatan yang komprehensif meliputi bio-psiko-sosio-spiritual yang diberikan oleh perawat profesional kepada pasien (individu, keluarga maupun masyarakat) baik sakit maupun sehat, dimana perawatan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien dan standar pelayanan. Dimensi mutu pelayanan keperawatan meliputi tangible, reliability, responsiveness, assurance, dan emphaty (Windy, 2009).Standar adalah suatu catatan minimum tentang kelayakan isi, yang mendapat pengakuan dari masyarakat bahwa standar adalah model yang perlu ditiru. Tujuan dari standar asuhan keperawatan adalah meningkatkan kualitas asuhan keperawatan, mengurangi biaya asuhan keperawatan serta melindungi perawat dari kelalaian dalam melaksanakan tugas dan melindungi pasien dari tindakan yang tidak terapeutik. 3.2 Saran 1. Bagi Instansi Kesehatan Dengan adanya makalah ini diharapkan intansi-instansi kesehatan lebih memperhatikan mutu pelayanan kesehatan yang diberikan sehingga dapat memberikan kepuasan bagi pasien dan keluarga serta dapat memberikan pelayanan kesehatan secara komprehensif dan menyeluruh. 2. Bagi Pembaca Diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pembaca, namun tidak hanya berpatokan pada makalah ini, yakni dapat termotivasi untuk mencari materi ini dari berbagai sumber. 3. Bagi PenulisDiharapkan sebagai tambahan pengetahuan dan wawasan penulis tentang manajemen mutu pelayanan kesehatan sehingga dapat digunakan manfaatnya di kemudian hari.

DAFTAR PUSTAKA

Anggri. (2011). Peran dan Pemimpin dalam Meningkatkan Mutu. http://anggri-healthsystemdisaster.blogspot.com/2011/02/peran-pemimpin-dalam-meningkatkan-mutu.html. Di akses pada tanggal 19 Mei 2015.Azwar, Azrul. (1996). Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta : Sinar Harapan.Azwar, Azrul. (2008). Menuju Pelayanan Kesehatan yang lebih Bermutu. Jakarta : IDI.Depkes. R.I. (1993). Standar Asuhan Keperawatan. Jakarta : DPP PPNI.Depkes. R.I. (1993). Surat Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medik Nomor YM. 00.03.2.6.7637 Tanggal 18 Agustus 1993 Tentang Berlakunya Standar Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta : PPNI.Depkes. R.I. (1997). Instrument Evaluasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta : Depkes RI.Depkes. R.I. (1998). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 159 b/MEN.KES/ PER/ II/1998 Tentang Organisasi Rumah Sakit. Jakarta : Depkes RI.Depkes. R.I. (1999). Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010. Jakarta : Depkes RI.Endri Astuti. (2005). Indikator Mutu Keperawatan Menurut ANA. http://www.mutupelayanankesehatan.net/index.php/publikasi/artikel/19-headline/1272-jenis-jenis-indikator-mutu-pelayanan-keperawatan. Di akses pada tanggal 19 Mei 2015.Etika LavleeHongki. (2012). Manajemen Keperawatan. http://www.slideshare.net/etikars/31801900-manajemen-keperawatan?related=1. Di akses pada tanggal 19 Mei 2015.Juran, J.M. (1989). Juran on Leadership for Quality, the Free Press, McMillan, Inc. E. Nugroho (penterjemah). (1995). Kepemimpinan Mutu. Jakarta : Pustaka Binaman Pressindo.Kottler, Philip. (1997). Manajemen Pemasaran (Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Kontrol). Jakarta : Prenhallindo.Meishenheimer. (2001). Quality Assurance for Home Health Care. Maryland : Aspen Publication.Muninjaya, A. A. Gde. (2011). Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta : EGC. Nursalam. (2009). Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta : Salemba Medika.Ratizza Ramli. (2010). Manajemen Keperawatan. http://www.academia.edu/4750548/Manajemen_Keperawatan_By_Ratiza_S.Kep. Di akses pada tanggal 19 Mei 2015.Supranto. (2006). Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan : Untuk Menaikkan Pangsa Pasar. Jakarta : Rineka Cipta.Tappen, R. (1995). Nursing Leadership and Management Concept and Practice. Philadelphia : F.A. Davis Company.Wijono, Djoko. 2000. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan Vol.1. Surabaya : Airlangga University Press. Windy Rakhmawati. (2009). Pengawasan dan Pengendalian dalam Pelayanan Keperawatan.http://pustaka.unpad.ac.idwpcontentuploads201003pengawasan_dan_pengendalian_dlm_pelayanan_keperawatan.pdf. Di akses pada tanggal 19 Mei 2015.