Mutia Yogasrinirepository.ub.ac.id/9888/1/Mutia Yogasrini.pdfmemberikan kritik dan saran terhadap...

73
IMPLEMENTASI CREATE SHARED VALUE (CSV) PADA PT. HOLCIM INDONESIA TBK. Disusun Oleh: Mutia Yogasrini NIM. 135020301111033 SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Derajat Sarjana Ekonomi JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

Transcript of Mutia Yogasrinirepository.ub.ac.id/9888/1/Mutia Yogasrini.pdfmemberikan kritik dan saran terhadap...

Page 1: Mutia Yogasrinirepository.ub.ac.id/9888/1/Mutia Yogasrini.pdfmemberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi penulis. 5. Harits Mukti Hendito, yang telah menemani penulis semenjak

IMPLEMENTASI CREATE SHARED VALUE (CSV) PADA PT. HOLCIM

INDONESIA TBK.

Disusun Oleh:

Mutia Yogasrini

NIM. 135020301111033

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih

Derajat Sarjana Ekonomi

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017

Page 2: Mutia Yogasrinirepository.ub.ac.id/9888/1/Mutia Yogasrini.pdfmemberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi penulis. 5. Harits Mukti Hendito, yang telah menemani penulis semenjak
Page 3: Mutia Yogasrinirepository.ub.ac.id/9888/1/Mutia Yogasrini.pdfmemberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi penulis. 5. Harits Mukti Hendito, yang telah menemani penulis semenjak
Page 4: Mutia Yogasrinirepository.ub.ac.id/9888/1/Mutia Yogasrini.pdfmemberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi penulis. 5. Harits Mukti Hendito, yang telah menemani penulis semenjak
Page 5: Mutia Yogasrinirepository.ub.ac.id/9888/1/Mutia Yogasrini.pdfmemberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi penulis. 5. Harits Mukti Hendito, yang telah menemani penulis semenjak

RIWAYAT HIDUP

Nama : Mutia Yogasrini

Tempat, Tanggal Lahir : Banda Aceh, 16 September 1995

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Lamandau III No. 4 Kebayoran

Baru, Jakarta Selatan

E-mail : [email protected]

Pendidikan Formal

2001 – 2007 : SD Al-Azhar Syifa Budi Kemang Jakarta

2007 – 2010 : SMPN 12 Jakarta

2010 – 2013 : SMA Negeri 6 Jakarta

2013 – 2018 : S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya

Malang

Pendidikan Non Formal

2013 : SAP Training Upported by SAP ERP di Jurusan Akuntansi FEB

UB

Pengalaman Organisasi dan Kepanitiaan

2016 : Staf divisi kesekretariatan Brawijaya Accounting Fair (BAF)

Pengalaman Kerja

2016 : Internship bagian stock opname PT. PLN Persero Malang

Page 6: Mutia Yogasrinirepository.ub.ac.id/9888/1/Mutia Yogasrini.pdfmemberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi penulis. 5. Harits Mukti Hendito, yang telah menemani penulis semenjak

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“IMPLEMENTASI CREATE SHARED VALUE (CSV) PADA PT. HOLCIM

INDONESIA TBK.”. Skripsi ini merupakan tugas akhir yang wajib ditempuh

untuk memenuhi syarat kelulusan dalam meraih derajat Sarjana Ekonomi Strata-1

di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.

Skripsi ini dapat disusun dan diselesaikan dengan baik berkat dari bimbingan,

dukungan dan bantuan dari segala pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran kepada

penulis dalam menyusun skripsi ini, serta Rasulullah SAW yang selalu

menjadi panutan untuk selalu menuntut ilmu.

2. Kedua orang tua serta kakak penulis yang selalu memberikan doa, motivasi,

semangat, dukungan, nasihat, perhatian, dan kasih sayang yang tidak

terhingga kepada penulis.

3. Ibu Dr. Erwin Saraswati, Ak., CPMA., CSRA., CA. selaku dosen

pembimbing yang telah memberikan waktu, tenaga dan pikiran untuk

membimbing serta memberikan saran kepada penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

4. Bapak Dr. Roekhudin, Ak., CSRS., CA. selaku dosen penguji I dan Ibu

Rizka Fitriasari, MSA., Ak., CA. selaku dosen penguji II yang telah

memberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi penulis.

5. Harits Mukti Hendito, yang telah menemani penulis semenjak kuliah

semester 4, atas segala semangat, canda dan tawa, keluh kesah, dan motivasi

hingga skripsi ini selesai.

6. Efa Lutfi ‘Azizah, teman yang selalu menemani saat menunggu dan

mengejar dosen, teman saat sedih dan susah, saat senang, dan telah

memberikan motivasi kepada penulis.

Page 7: Mutia Yogasrinirepository.ub.ac.id/9888/1/Mutia Yogasrini.pdfmemberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi penulis. 5. Harits Mukti Hendito, yang telah menemani penulis semenjak

7. Zahratul Huzna, Afif Luqman H., Marselle Mahardheka, Arrizal Bondan S.,

teman-teman yang selalu menemani dan memberikan hiburan serta teman

travelling.

8. Teman-teman yang menemani dari semester 1, Irene Ikhwallia P., Alyssa

Almas S., Desy Elfarisa atas pengalaman, wawasan dan dukungan selama

ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, secara

langsung dan tidak langsung telah memberikan banyak dukungan dalam

penyelesaian skripsi penulis.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna.

Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik untuk menyempurnakan

penelitian dengan tema yang sama di masa mendatang. Akhir kata, penulis berharap

semoga skripsi ini dapat menjadi suatu bahan referensi, atau setidaknya bermanfaat

bagi siapa saja yang membutuhkannya,

Malang, Januari 2018

Mutia Yogasrini

Page 8: Mutia Yogasrinirepository.ub.ac.id/9888/1/Mutia Yogasrini.pdfmemberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi penulis. 5. Harits Mukti Hendito, yang telah menemani penulis semenjak

ABSTRAK

IMPLEMENTASI CREATE SHARED VALUE (CSV) PADA PT. HOLCIM

INDONESIA TBK.

Oleh:

Mutia Yogasrini

135020301111033

Dosen Pembimbing:

Dr. Erwin Saraswati, Ak., CPMA., CSRA., CA

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai bagaimana

implementasi CSV di suatu perusahaan. Penelitian ini dilakukan dengan cara

menganalisis laporan pembangunan keberlanjutan suatu perusahaan dengan

guidelines CSV yang telah diterapkan oleh Mitsui Trust Holdings, Inc. dan industri

rumah makan di Swedia. Penelitian ini memfokuskan pada salah satu perusahaan

semen ketiga terbesar di Indonesia yaitu PT. Holcim Indonesia, Tbk. Jenis data

yang digunakan adalah data sekunder. Metode analisis yang digunakan dalam

penelitian ini adalah content analysis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

implementasi program CSV pada perusahaan dibagi menjadi tiga aspek, yaitu

ekonomi, lingkungan, dan sosial. Aspek ekonomi mencakup pembangunan

infrastruktur dan hal yang mempengaruhi perusahaan maupun masyarakat dari segi

ekonomi. Aspek lingkungan dilihat dari penggunaan sumber daya dan emisi yang

dihasilkan oleh perusahaan dan cara perusahaan meminimalisir hal tersebut. Aspek

sosial diidentifikasikan melalui kegiatan-kegiatan sosial, keselamatan kerja

pegawai, dan yang menyangkut hak-hak pegawai.

Kata kunci: Create Shared Value (CSV), laporan pembangunan keberlanjutan,

implementasi, content analysis.

Page 9: Mutia Yogasrinirepository.ub.ac.id/9888/1/Mutia Yogasrini.pdfmemberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi penulis. 5. Harits Mukti Hendito, yang telah menemani penulis semenjak

ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF CREATE SHARED VALUE (CSV) AT PT.

HOLCIM INDONESIA TBK.

By:

Mutia Yogasrini

135020301111033

Advisor:

Dr. Erwin Saraswati, Ak., CPMA., CSRA., CA

The objective of this research is to provide information about the

implementation of CSV at a company. This research was done by comparing the

sustainable development report of a company with CSV guidelines applied by

Mitsui Trust Holdings, Inc. and restaurant industry in Sweden. This research

focuses on one of three largest cement companies in Indonesia, that is PT. Holcim

Indonesia, Tbk. This study uses secondary data that are analyzed through content

analysis method. The results of this study shows that the implementation of CSV at

the company is divided into three aspects; they are economy, environment, and

social. The economic aspect includes infrastructure development and anything that

affects the company and the society in terms of economy. The environmental aspect

is seen from resources usage, emissions caused by the company’s operation, and

the way the company minimizes it. The social aspect is identified through social

activities, the safety of employees, and anything about employee’s rights.

Keywords: Create Shared Value (CSV), sustainable development report,

implementation, content analysis

Page 10: Mutia Yogasrinirepository.ub.ac.id/9888/1/Mutia Yogasrini.pdfmemberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi penulis. 5. Harits Mukti Hendito, yang telah menemani penulis semenjak

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

ABSTRAK ........................................................................................................... ii

ABSTRACT ........................................................................................................ iii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL ............................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah......................................................................................... 5

1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 5

1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 6

1.4.1 Manfaat Teoritis ................................................................................... 6

1.4.2 Manfaat Praktik .................................................................................... 6

BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................. 7

2.1 Teori Legitimasi ............................................................................................ 7

2.2 Teori Stakeholder (Stakeholder Theory) ...................................................... 9

2.3 Coporate Social Responsibility (CSR) ....................................................... 10

2.3.1 Definisi Corporate Social Responsibility (CSR) ................................ 10

2.3.2 Komponen dasar Corporate Social Responsibility (CSR) ................. 13

2.3.3 Prinsip-prinsip Corporate Social Responsibility (CSR) ..................... 14

2.3.4 Alasan dan Manfaat Diterapkannya Corporate Social Responsibility

(CSR) bagi Perusahaan ....................................................................... 16

2.4 Creating Shared Value (CSV) .................................................................... 18

Page 11: Mutia Yogasrinirepository.ub.ac.id/9888/1/Mutia Yogasrini.pdfmemberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi penulis. 5. Harits Mukti Hendito, yang telah menemani penulis semenjak

2.5 Perbandingan antara Corporate Social Responsibility (CSR) dan Create

Shared Value (CSV) ................................................................................... 21

2.6 Penelitian Terdahulu ................................................................................... 23

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 28

3.1 Jenis Penelitian ........................................................................................... 28

3.2 Jenis dan Sumber Data ................................................................................ 29

3.3 Metode Pengumpulan Data ......................................................................... 29

3.4 Teknik Analisis Data .................................................................................. 31

BAB IV PEMBAHASAN .................................................................................. 33

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................................ 33

4.1.1 Sejarah PT. Holcim Indonesia Tbk. ................................................... 34

4.1.2 Laporan Corporate Social Responsibility (CSR) Perusahaan ............ 35

4.2 Kerangka Laporan Program Create Shared Value (CSV) .......................... 37

4.3 Analisis Implementasi Program Create Shared Value (CSV) pada PT. Holcim

Indonesia Tbk. ............................................................................................ 40

4.3.1 Proses 1 ............................................................................................... 42

4.3.2 Proses 2 ............................................................................................... 45

4.3.3 Proses 3 ............................................................................................... 48

BAB V PENUTUP ............................................................................................. 53

5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 53

5.2 Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 54

5.3 Saran ........................................................................................................... 55

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 56

Page 12: Mutia Yogasrinirepository.ub.ac.id/9888/1/Mutia Yogasrini.pdfmemberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi penulis. 5. Harits Mukti Hendito, yang telah menemani penulis semenjak

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbedaan Corporate Social Responsibility (CSR) dengan Create Shared

Value (CSV) ........................................................................................................ 22

Tabel 2.2 Daftar Penelitian Terdahulu ................................................................ 27

Tabel 4.1 Penyesuaian Antara Program Create Shared Value (CSV) pada

Sumitomo Mitsui dengan Program Corporate Social Responsibility (CSR) pada PT.

Holcim Indonesia Tbk. ........................................................................................ 41

Tabel 4.2 Kerangka yang Akan Digunakan untuk Menganalisis Implementasi

Create Shared Value (CSV) pada PT. Holcim Indonesia Tbk............................ 42

Page 13: Mutia Yogasrinirepository.ub.ac.id/9888/1/Mutia Yogasrini.pdfmemberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi penulis. 5. Harits Mukti Hendito, yang telah menemani penulis semenjak

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Proses Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Holcim

Indonesia Tbk. ..................................................................................................... 36

Gambar 4.2 Kerangka Create Shared Value (CSV) pada Mitsui Trust Holdings, Inc.

............................................................................................................................. 39

Page 14: Mutia Yogasrinirepository.ub.ac.id/9888/1/Mutia Yogasrini.pdfmemberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi penulis. 5. Harits Mukti Hendito, yang telah menemani penulis semenjak

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu penyebab meningkatnya pencemaran lingkungan adalah

banyaknya bisnis yang tidak memperdulikan lingkungan sekitar. Untuk

mengatasi hal tersebut, perusahaan diwajibkan untuk melakukan Corporate

Social Responsibility (CSR) dan melaporkannya dalam laporan berkelanjutan

perusahaan. Elkington (1998) mengemas Corporate Social Responsibility

(CSR) dalam tiga fokus yang biasa disingkat 3P, profit, planet dan people.

Menurut Elkington (1998), perusahaan yang baik tidak hanya memburu

keuntungan ekonomi (profit) saja, melainkan pula harus memiliki kepedulian

terhadap kelestarian lingkungan (planet) dan kesejahteraan (people).

Di Indonesia, Corporate Social Responsibility (CSR) mulai marak

diterapkan pada tahun 1990. Pada tahun sebelumnya sudah ada beberapa

perusahaan yang melakukan nilai-nilai sosial, namun belum memakai istilah

Corporate Social Responsibility (CSR). Saat ini setiap perusahaan khususnya

perusahaan besar berkompetisi secara tidak langsung melakukan kegiatan

Corporate Social Responsibility (CSR) dengan berbagai bentuk yang menarik

dan kreatif. Melalui aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR), sebuah

perusahaan bukan hanya melakukan suatu kewajiban dan tanggung jawab,

melainkan juga meningkatkan image perusahaan itu sendiri di mata publik

(PRide, 2015). Kebijakan mengenai penerapan Corporate Social

Page 15: Mutia Yogasrinirepository.ub.ac.id/9888/1/Mutia Yogasrini.pdfmemberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi penulis. 5. Harits Mukti Hendito, yang telah menemani penulis semenjak

2

Responsibility (CSR) di Indonesia diatur dalam Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial

dan Lingkungan Perseroan Terbatas dan Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 40 Tahun 2007 Pasal 74 tentang Perseroan Terbatas.

Menurut Ang Swat dan Marsella (2015) pengungkapan Corporate Social

Responsibility (CSR) telah menjadi salah satu sarana untuk menjamin

keberlanjutan bagi perusahaan. Selain faktor keuangan, konsekuensi sosial

dan lingkungan yang ada untuk saat ini dan masa datang telah menjadi salah

satu faktor pertimbangan baru dalam pengambilan keputusan investasi oleh

investor. Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) menjadi

salah satu cara untuk meningkatkan nilai perusahaan, dan hal tersebut akan

tercermin dalam peningkatan harga saham sebagai bentuk atas reaksi investor

terhadap pengungkapan tersebut. Salah satu kekhawatiran dalam praktik

Corporate Social Responsibility (CSR) adalah program Corporate Social

Responsibility (CSR) yang tidak berkelanjutan. Masyarakat diberikan

bantuan, pelayanan atau pelatihan hanya dalam waktu tertentu saja dan tidak

secara berkala (Kompasiana, 22 Januari 2015). Program Corporate Social

Responsibility (CSR) juga dianggap hanya untuk memperbaiki reputasi

perusahaan dan termasuk ke dalam biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan

(Porter dan Kramer, 2011). Menurut Macagno (2013), permasalahan dalam

Corporate Social Responsibility (CSR) adalah aktivitasnya bersifat sukarela

yang tidak berhubungan dengan aktivitas bisnis utama sebuah perusahaan.

Page 16: Mutia Yogasrinirepository.ub.ac.id/9888/1/Mutia Yogasrini.pdfmemberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi penulis. 5. Harits Mukti Hendito, yang telah menemani penulis semenjak

3

Pada tahun 2011 dalam Harvard Business Review, Porter & Kramer

memperkenalkan sebuah konsep baru yang dikembangkan dari Corporate

Social Responsibility (CSR), konsep tersebut adalah Create Shared Value

(CSV). Konsep tersebut menekankan adanya peluang untuk membangun

keunggulan kompetitif dengan cara memasukkan masalah sosial sebagai

bahan pertimbangan utama dalam merancang strategi perusahaan

(Kompasiana, 22 Januari 2015). Elkington dan Hartigan (2008) berpendapat

bahwa shared value tercipta ketika sebuah perusahaan menghasilkan nilai

bagi masyarakat dan pemegang saham. Menurut Porter dan Kramer (2011),

salah satu perbedaan antara Corporate Social Responsibility (CSR) dan

Create Shared Value (CSV) yaitu Corporate Social Responsibility (CSR)

berfokus pada “doing good”, sementara Create Shared Value (CSV)

merupakan integrasi antara aktivitas perusahaan dan bagian dari masyarakat.

Create Shared Value (CSV) merupakan sebuah cara melakukan bisnis dengan

mempertimbangkan sosial dan lingkungan tidak hanya sebagai faktor

eksternal perusahaan, tetapi juga sebagai keseluruhan dari bisnis (Lapina et

al, 2012).

Perusahaan dapat menerapkan shared value melalui tiga kerangka.

Pertama, perusahaan perlu melakukan redefinisi pasar dan produk. Kedua,

redefinisi produktivitas sepanjang value chain. Porter dan Kramer (2011)

berpendapat kesempatan untuk mewujudkan shared value juga didorong oleh

kenyataan bahwa masalah sosial bisa meningkatkan biaya ekonomi bagi

value chain perusahaan. Ketiga, anjuran untuk membangun klaster industri

Page 17: Mutia Yogasrinirepository.ub.ac.id/9888/1/Mutia Yogasrini.pdfmemberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi penulis. 5. Harits Mukti Hendito, yang telah menemani penulis semenjak

4

pendukung di sekitar lokasi perusahaan. Porter dan Kramer memandang

bahwa shared value bisa tercipta melalui pembangunan klaster industri. (Ari,

2011).

Drozdz et al (2015) mengemukakan bahwa Porter dan Kramer mendapat

banyak kritik terkait Create Shared Value (CSV). Menurut Crane et al (2014)

Create Shared Value (CSV) tidak orisinil dan tidak sesuai dengan perbedaan

antara tujuan sosial dan ekonomi, sedangkan Mohammed (2013) berpendapat

bahwa Create Shared Value (CSV) tidak memiliki kerangka yang pasti untuk

bisa menghitung Create Shared Value (CSV).

Perusahaan yang dipilih peneliti untuk menjadi objek penelitian adalah

PT. Holcim Indonesia Tbk. yang bergerak di bidang manufaktur dan

distribusi semen. Bisnisnya diklasifikasikan menjadi tiga segmen, yaitu

produksi dan distribusi semen serta produksi beton siap-campur,

pertambangan agregat, dan jasa lainnya yang terdiri dari jasa distribusi semen.

Holcim merupakan perusahaan semen terbesar di dunia, sedangkan di

Indonesia menempati urutan ketiga dikalahkan oleh PT. Semen Indonesia dan

Indocement (Semen Tiga Roda) (jpnn, 2017). Holcim Indonesia

memproduksi sekitar 11 juta ton semen dan klinker per tahun untuk

memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri maupun untuk diekspor ke negara-

negara se-kawasan. Dalam proses bisnisnya, Holcim membutuhkan banyak

bahan mentah seperti gamping, lempung, pasir silika, pasir besi dan masih

banyak lagi. Holcim juga membutuhkan banyak energi seperti batubara dan

minyak solar industri yang tidak bisa diperbaharui, serta pada tahun 2016

Page 18: Mutia Yogasrinirepository.ub.ac.id/9888/1/Mutia Yogasrini.pdfmemberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi penulis. 5. Harits Mukti Hendito, yang telah menemani penulis semenjak

5

Holcim menghasilkan 655 kg emisi CO2 per semen ton. Oleh karena itulah,

peneliti memilih PT. Holcim sebagai objek penelitian.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti ingin menyusun penelitian mengenai

implementasi Create Shared Value (CSV) pada PT. Holcim Indonesia Tbk,.

Bagi peneliti, Create Shared Value (CSV) merupakan kegiatan yang penting

dalam sebuah perusahaan karena dapat menguntungkan tidak hanya pihak

perusahaan, tetapi juga dapat menguntungkan pihak masyarakat dan

stakeholders. Alasan lain peneliti mengambil topik tersebut, karena Create

Shared Value (CSV) memiliki dampak secara jangka panjang terhadap

produksi perusahaan dan juga lingkungan sekitar perusahaan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan

masalah yang akan dibahas dalam penelitian adalah bagaimana implementasi

program Create Shared Value (CSV) pada PT. Holcim Indonesia Tbk.?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disampaikan diatas, tujuan dari

penelitian adalah menganalisis implementasi program Create Shared Value

(CSV) pada PT. Holcim Indonesia Tbk.

Page 19: Mutia Yogasrinirepository.ub.ac.id/9888/1/Mutia Yogasrini.pdfmemberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi penulis. 5. Harits Mukti Hendito, yang telah menemani penulis semenjak

6

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini dapat dikemukakan menjadi dua sisi, yaitu

manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1.4.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk

mengembangkan teori akuntansi manajemen dalam bidang Corporate Social

Responsibility (CSR). Selain itu, penelitian dapat dimanfaatkan sebagai

referensi dalam penelitian selanjutnya terkait program Create Shared Value

(CSV) pada perusahaan.

1.4.2 Manfaat Praktik

1. Bagi Peneliti

Mengetahui bagaimana implementasi Create Shared Value (CSV) pada

suatu perusahaan.

2. Bagi Perusahaan

Bagi PT. Holcim Indonesia Tbk., sebagai salah satu alat bagi perusahaan

untuk menunjukkan kinerja dalam program Create Shared Value (CSV)

perusahaan.

Bagi perusahaan-perusahaan lain, dapat menjadi pendorong untuk

menerapkan Create Shared Value (CSV).

3. Bagi Pihak Lain

Menambah wawasan dan pemahaman mengenai Create Shared Value

(CSV) serta pelaporannya.

Page 20: Mutia Yogasrinirepository.ub.ac.id/9888/1/Mutia Yogasrini.pdfmemberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi penulis. 5. Harits Mukti Hendito, yang telah menemani penulis semenjak

7

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Teori Legitimasi

Teori legitimasi didasarkan pada pengertian kontrak sosial yang

diimplikasikan antara institusi sosial dan masyarakat (Ahmad dan Sulaiman,

2004). Teori tersebut dibutuhkan oleh institusi-institusi untuk mencapai

tujuan agar kongruen dengan masyarakat luas.

O’Donovan (2002) berpendapat legitimasi organisasi dapat dilihat

sebagai sesuatu yang diberikan masyarakat kepada perusahaan dan sesuatu

yang diinginkan atau dicari perusahaan dari masyarakat. Dengan demikian,

legitimasi merupakan manfaat atau sumberdaya potensial bagi perusahaan

untuk bertahan hidup (going concern) (Nor Hadi, 2011:87). Menurut

Dowling dan Pfeffer (1975), legitimasi adalah hal yang penting bagi

organisasi, batasan-batasan yang ditekankan oleh norma-norma dan nilai-

nilai sosial, dan reaksi terhadap batasan tersebut mendorong pentingnya

analisis perilaku organisasi dengan memperhatikan lingkungan.

Deegan et al (2000) menyatakan legitimasi sebagai perspektif yang

berorientasi pada sistem, entitas diasumsikan dipengaruhi oleh dan

berpengaruh pada masyarakat dimana perusahaan beroperasi. Pengungkapan

perusahaan dianggap merupakan satu cara penting yang manajemen lakukan

untuk dapat mempengaruhi persepsi eksternal tentang organisasi tersebut.

Page 21: Mutia Yogasrinirepository.ub.ac.id/9888/1/Mutia Yogasrini.pdfmemberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi penulis. 5. Harits Mukti Hendito, yang telah menemani penulis semenjak

8

Menurut Degaan et al (2000) dalam perspektif teori legitimasi, suatu

perusahaan akan secara sukarela melaporkan aktivitasnya jika manajemen

menganggap bahwa hal ini adalah yang diinginkan komunitas.

Guthrie dan Parker (1989) yang dikutip oleh Rokhlinasari (2015)

menyatakan jika perusahaan merasa bahwa legitimasi-nya dipertanyakan

maka perusahaan dapat mengambil beberapa strategi perlawanan, yaitu:

a. Perusahaan dapat berupaya untuk mendidik dan menginformasikan

kepada stakeholder-nya mengenai perubahan yang terjadi dalam

perusahaan.

b. Perusahaan dapat berupaya untuk merubah pandangan stakeholder

tanpa mengganti perilaku perusahaan.

c. Perusahaan dapat berupaya untuk memanipulasi persepsi

stakeholder dengan cara membelokkan perhatian stakeholder dari

isu yang menjadi perhatian kepada isu lain yang berkaitan dan

menarik.

d. Perusahaan dapat berupaya untuk mengganti dan mempengaruhi

harapan pihak eksternal tentang kinerja perusahaan.

Berdasarkan pengertian yang telah dikemukakan oleh para peneliti

terkemuka diatas, teori legitimasi merupakan interaksi antara perusahaan

dengan masyarakat. Perusahaan harus mentaati norma sosial yang berlaku

untuk mendapatkan kepercayaan dari masyarakat sekitar. Perusahaan juga

harus bersifat transparan dengan cara mengungkapkan aktivitas sosial dan

operasinya.

Page 22: Mutia Yogasrinirepository.ub.ac.id/9888/1/Mutia Yogasrini.pdfmemberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi penulis. 5. Harits Mukti Hendito, yang telah menemani penulis semenjak

9

2.2 Teori Stakeholder (Stakeholder Theory)

Terdapat banyak definisi mengenai stakeholder, menurut Crowther dan

Aras (2008) stakeholder merupakan individu ataupun sekolompok orang

yang berpengaruh atau dipengaruhi oleh pencapaian perusahaan dan tanpanya

perusahaan tidak akan ada. Individu atau kelompok yang termasuk

stakeholders adalah: manajer, karyawan, pelanggan, investor, pemegang

saham, supplier, pemerintah, dan masyarakat. Argumen untuk teori

stakeholder didasarkan pada penegasan bahwa memaksimalkan

kesejahteraan bagi pemegang saham tidak sejalan dengan memaksimalkan

kesejahteraan masyarakat (Crowther dan Aras, 2008: 30).

Dalam teori stakeholder, perusahaan bukanlah entitas yang hanya

beroperasi untuk kepentingannya sendiri serta hanya berorientasi pada

keuntungan semata, namun harus memberikan manfaat bagi stakeholder-nya

yang dalam hal ini terdiri atas pemegang saham, kreditor, konsumen,

pemasok, pemerintah, masyarakat, analis dan pihak lain. Jadi, dapat dikatakan

bahwa keberadaan dan keberlangsungan suatu perusahaan sangat dipengaruhi

oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan tersebut

(Ghozali dan Chariri, 2007).

Menurut Rokhlinasari (2015) beberapa alasan yang mendorong

perusahaan perlu memperhatikan kepentingan stakeholders, yaitu:

a. Isu lingkungan melibatkan kepentingan berbagai kelompok dalam

masyarakat yang dapat menganggu kualitas hidup mereka.

Page 23: Mutia Yogasrinirepository.ub.ac.id/9888/1/Mutia Yogasrini.pdfmemberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi penulis. 5. Harits Mukti Hendito, yang telah menemani penulis semenjak

10

b. Dalam era globalisasi telah mendorong produk-produk yang

diperdagangkan harus bersahabat dengan lingkungan.

c. Para investor dalam menanamkan modalnya cenderung untuk

memilih perusahaan yang memiliki dan mengembangkan kebijakan

dan program lingkungan.

d. LSM dan pecinta lingkungan makin vokal dalam mengkritik

perusahaan yang kurang peduli terhadap lingkungan.

Ang Swat dan Marsella (2015) memberi kesimpulan bahwa teori

stakeholder merupakan teori yang mengatakan bahwa keberlangsungan suatu

perusahaan tidak terlepas dari adanya peranan stakeholder baik dari internal

maupun eksternal. Corporate Social Responsibility (CSR) dapat menjadi

strategi perusahaan untuk memenuhi kepentingan dari para stakeholder akan

informasi non keuangan perusahaan terkait dampak sosial dan lingkungan

yang timbul dari adanya aktivitas perusahaan.

2.3 Corporate Social Responsibility (CSR)

2.3.1 Definisi Corporate Social Responsibility (CSR)

Walaupun Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan konsep

populer yang sering diterapkan dalam sebuah perusahaan, terdapat bermacam

definisi yang dikemukakan oleh para ahli, praktisi dan peneliti. Johnson &

Johnson (2006) (dikutip oleh Nor Hadi, 2011: 46) mendefinisikan “Corporate

social responsibility (CSR) is about how companies manage the business

processes to produce an overall positive impact on society”. Definisi tersebut

Page 24: Mutia Yogasrinirepository.ub.ac.id/9888/1/Mutia Yogasrini.pdfmemberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi penulis. 5. Harits Mukti Hendito, yang telah menemani penulis semenjak

11

pada dasarnya berangkat dari filosofi bagaimana cara mengelola perusahaan

baik sebagian maupun secara keseluruhan memiliki dampak positif bagi

dirinya dan lingkungan. Maka, perusahaan harus mampu mengelola bisnis

operasinya dengan menghasilkan produk yang berorientasi secara positif

terhadap masyarakat dan lingkungan.

World Business Council For Sustainable Development (WBCSD) yang

merupakan lembaga internasional yang berdiri tahun 1955 dan beranggotakan

120 perusahaan multinasional yang berasal dari 30 negara dunia,

mendefinisikan Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai komitmen

bisnis untuk berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang

berkelanjutan, bekerja dengan karyawan, keluarga dan masyarakat lokal

(WBCSD, 2001). Secara umum Corporate Social Responsibility (CSR)

adalah seperangkat kebijakan, praktik dan program yang terintegrasi di

seluruh operasi bisnis dan proses pengambilan keputusan serta dimaksudkan

untuk memastikan bahwa perusahaan memaksimalkan dampak positif dari

operasinya pada masyarakat atau “operasi dengan cara yang memenuhi atau

melebihi etika, hukum, komersial dan harapan publik” (BSR, 2001).

World Bank yang merupakan lembaga keuangan global memiliki definisi

Corporate Social Responsibility (CSR) tersendiri. World Bank memandang

Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai:

The commitment of business to contribute to sustainable

economic development working with employees and their

representatives the local community and society at large to

improve quality of life, in ways that are both good for business

and good for development.

Page 25: Mutia Yogasrinirepository.ub.ac.id/9888/1/Mutia Yogasrini.pdfmemberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi penulis. 5. Harits Mukti Hendito, yang telah menemani penulis semenjak

12

Definisi tersebut menunjukkan bahwa Corporate Social Responsibility

(CSR) merupakan komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam

pengembangan ekonomi berkelanjutan bekerja sama dengan para karyawan

dan perwakilan masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup, yang baik

untuk bisnis maupun untuk pengembangan.

Corporate Social Responsibility (CSR) forum memberikan definisi:

CSR mean open and transparent business practices that are based

on ethical values and respect for employees, communities and

environment.

Sementara itu, sejumlah negara juga mempunyai definisi tersendiri

mengenai Corporate Social Responsibility (CSR). Uni Eropa (EU green

paper on CSR) mengemukakan bahwa:

CSR is a concept whereby companies integrate social and

environmental concerns in their business operations and in their

interaction with their stakeholders on a voluntary basic.

Menurut Uni Eropa, Corporate Social Responsibility (CSR)

merupakan konsep dimana perusahaan menggabungkan kepedulian

sosial dan lingkungan dalam operasi bisnis perusahaan dan dalam

interaksinya dengan para pemangku kepentingan secara sukarela.

Meskipun Corporate Social Responsibility (CSR) tidak memiliki

definisi tunggal, namun semua definisi-definisi yang dikemukakan

oleh para ahli, praktisi dan peneliti memiliki konsep yang sama, yaitu

perlu adanya keseimbangan antara lingkungan dan sosial dengan

kegiatan perusahaan.

Page 26: Mutia Yogasrinirepository.ub.ac.id/9888/1/Mutia Yogasrini.pdfmemberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi penulis. 5. Harits Mukti Hendito, yang telah menemani penulis semenjak

13

2.3.2 Komponen Dasar Corporate Social Responsibility (CSR)

Dalam Corporate Social Responsibility (CSR), perusahaan tidak

diharapkan pada tanggung jawab yang hanya berpijak pada single bottom

line, yaitu nilai perusahaan (corporate value) yang direfleksikan dalam

kondisi keuangannya saja. Tanggung jawab perusahaan harus berpijak pada

triple bottom lines, selain aspek finansial juga sosial dan lingkungan

(Hendrik, 2008: 25).

Elkington (1997) mempopulerkan istilah triple bottom line dan

mengembangkan konsepnya dalam istilah economic prosperity,

environmental quality dan social justice (dikutip oleh Yusuf, 2007: 32).

Melalui buku tersebut, Elkington (1998) memberi pandangan bahwa

perusahaan yang ingin berkelanjutan, haruslah memperhatikan “3P”. Selain

mengejar profit, perusahaan juga mesti memperhatikan dan terlibat pada

pemenuhan kesejahteraan masyarakat (people) dan turut berkontribusi aktif

dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet).

a. Profit (Keuntungan)

Profit merupakan unsur terpenting dan menjadi tujuan utama dari setiap

kegiatan usaha. Tak heran bila fokus utama dari seluruh kegiatan dalam

perusahaan adalah mengejar profit atau mendongkrak harga saham

setinggi tingginya, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Inilah

bentuk tanggung jawab ekonomi yang paling esensial terhadap pemegang

saham (Yusuf, 2007: 33).

b. People (Masyarakat)

Page 27: Mutia Yogasrinirepository.ub.ac.id/9888/1/Mutia Yogasrini.pdfmemberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi penulis. 5. Harits Mukti Hendito, yang telah menemani penulis semenjak

14

Masyarakat merupakan salah satu stakeholders penting bagi perusahaan,

karena dukungan masyarakat sekitar sangat diperlukan bagi keberadaan,

kelangsungan hidup, dan perkembangan suatu perusahaan. Sebagai bagian

yang tak terpisahkan dengan masyarakat lingkungan, perusahaan perlu

berkomitmen untuk berupaya memberikan manfaat sebesar-besarnya

kepada masyarakat yang dituangkan dalam bentuk kepedulian. Selain itu,

perlu disadari bahwa operasional suatu perusahaan berpotensi

memberikan dampak kepada masyarakat sekitar, baik dalam makna positif

maupun negatif. Oleh karenanya, perusahaan perlu untuk melakukan

berbagai kegiatan yang menyentuh kebutuhan masyarakat, sebagai

kompensasi atas dampak yang diterima oleh masyarakat (Isa & Busyra,

2008: 136).

c. Planet (Lingkungan)

Lingkungan fisik memiliki signifikansi terhadap eksistensi perusahaan.

Mengingat, lingkungan merupakan tempat di mana perusahaan menopang.

Satu konsep yang tidak bisa diniscayakan adalah hubungan perusahaan

dengan alam yang bersifat sebab-akibat. Kerusakan lingkungan,

eksploitasi tanpa batas keseimbangan, cepat atau lambat akan

menghancurkan perusahaan dan masyarakat (Nor Hadi, 2011: 58).

2.3.3 Prinsip-prinsip Corporate Social Responsibility (CSR)

Ranah tanggungjawab sosial (social responsibility) mengandung dimensi

yang sangat luas dan kompleks. Di samping itu, tanggung-jawab sosial (social

responsibility) juga mengandung interpretasi yang sangat berbeda, terutama

Page 28: Mutia Yogasrinirepository.ub.ac.id/9888/1/Mutia Yogasrini.pdfmemberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi penulis. 5. Harits Mukti Hendito, yang telah menemani penulis semenjak

15

dikaitkan dengan kepentingan stakeholders. Untuk itu, dalam rangka

memudahkan pemahaman dan penyederhanaan, banyak ahli mencoba

menggarisbawahi prinsip dasar yang terkandung dalam tanggungjawab sosial

(social responsibility) (Nor Hadi, 2011: 59).

Crowther dan Aras (2008) mengungkapkan terdapat tiga prinsip dasar

yang mencakup semua aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR).

Yaitu:

1. Sustainability

Hal ini berkaitan dengan pengaruh tindakan yang dilakukan pada saat ini

terhadap pilihan yang tersedia di masa depan. Sumber daya yang terbatas

jumlahnya menjadi perhatian khusus karena jika sumber daya tersebut

digunakan pada saat ini secara berlebihan, maka di masa depan sumber daya

tersebut tidak tersedia lagi (Crowther dan Aras, 2008).

2. Accountability

Hal ini berkaitan dengan kejelasan fungsi dan tanggungjawab perusahaan

sehingga dalam kegiatannya berjalan efektif. Jika prinsip ini diterapkan

secara efektif, maka perusahaan akan terhindar dari masalah benturan

kepentingan (Sedarmayanti, 2007:57).

3. Transparency

Transparency berarti informasi yang diberikan kepada para stakeholders

harus memadai dan akurat berdasarkan fakta. Perusahaan harus

meningkatkan kualitas dan kuantitas pelaporan untuk menghindari adanya

kecurangan seperti manupulasi laporan (Sutedi, 2012:11). Semua dampak

Page 29: Mutia Yogasrinirepository.ub.ac.id/9888/1/Mutia Yogasrini.pdfmemberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi penulis. 5. Harits Mukti Hendito, yang telah menemani penulis semenjak

16

dari tindakan perusahaan harus dapat dilihat oleh semua pengguna informasi

melalui mekanisme pelaporan perusahaan.

2.3.4 Alasan dan Manfaat diterapkannya Corporate Social Responsibility

(CSR) bagi Perusahaan

Terdapat berbagai manfaat diterapkannya Corporate Social

Responsibility (CSR) bagi perusahaan yang dikemukakan oleh para ahli.

Menurut Ujang R. (2013) aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR)

memiliki fungsi strategis bagi perusahaan, yaitu sebagai bagian dari

manajemen risiko khususnya dalam membentuk pengaman sosial. Dengan

menjalankan Corporate Social Responsibility (CSR), perusahaan diharapkan

tidak hanya mengejar keuntungan jangka pendek, namun juga harus turut

berkontribusi bagi peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat

dan lingkungan jangka panjang.

Menurut Wibisono (2007) manfaat bagi perusahaan yang berupaya

menerapkan Corporate Social Responsibility (CSR) yaitu, dapat

mempertahankan atau mendongkrak reputasi dan brand image perusahaan,

layak mendapatkan social licence to operate, mereduksi risiko bisnis

perusahaan, melebarkan akses sumberdaya, membentangkan akses

menuju market, mereduksi biaya, memperbaiki hubungan

dengan stakeholders, memperbaiki hubungan dengan regulator,

meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan serta berpeluang

mendapatkan penghargaan. Sementara menurut Sukada et al (2007), manfaat

Corporate Social Responsibility (CSR) diantaranya bagi perusahaan-

Page 30: Mutia Yogasrinirepository.ub.ac.id/9888/1/Mutia Yogasrini.pdfmemberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi penulis. 5. Harits Mukti Hendito, yang telah menemani penulis semenjak

17

perusahaan yaitu berkesempatan mendapatkan sumberdaya manusia terbaik,

produktivitas pekerja di perusahaan bereputasi baik dicatat lebih tinggi

dibandingkan perusahaan yang bereputasi lebih rendah, mendapatkan

kesempatan investasi yang lebih tinggi di masa depan. Muljati (2011) yang

dikutip dari Totok M. (2014: 136) mengemukakan manfaat Corporate Social

Responsibility (CSR) bagi perusahaan, yaitu meningkatkan citra perusahaan,

memperkuat “brand” perusahaan, mengembangkan kerjasama dengan

pemangku kepentingan (stakeholders), membedakan perusahaan dengan

pesaingnya, menghasilkan inovasi dan pembelajaran untuk meningkatkan

perusahaan perusahaan, membuka akses untuk investasi dan pembiayaan bagi

perusahaan, meningkatkan harga saham. Manfaat yang dikemukakan oleh

Muljati (2011) kurang lebih memiliki konsep yang sama dengan Wibisono

(2007).

Menurut Bhatt (2002: 6) terdapat tiga alasan perusahaan menerapkan

Corporate Social Responsibility (CSR), yang pertama yaitu perusahaan harus

patuh pada peraturan dan ketentuan hukum yang berlaku. Kedua, perusahaan

harus mengembangkan dan mengimpelementasikan kebijakan serta prosedur

untuk meminimalisasi berbagai kerusakan atau kerugian yang mungkin

dihasilkan dari operasi perusahaan atau dari rekanan bisnisnya. Ketiga,

perusahaan dapat menciptakan “positive social value” dengan melibatkan

masyarakat di dalamnya. Sedangkan menurut Mulyadi (2003) terdapat tiga

motif perusahaan menerapkan Corporate Social Responsibility (CSR), yaitu

motif menjaga kemanan fasilitas produksi, motif mematuhi kesepakatan

Page 31: Mutia Yogasrinirepository.ub.ac.id/9888/1/Mutia Yogasrini.pdfmemberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi penulis. 5. Harits Mukti Hendito, yang telah menemani penulis semenjak

18

kontrak kerja, dan motif moral untuk memberikan pelayanan sosial pada

masyarakat lokal.

2.4 Creating Shared Value (CSV)

Konsep Create Shared Value (CSV) pertama kali diperkenalkan oleh

Porter dan Kramer (2011). Porter dan Kramer (2011) menggambarkan

masalah dimana perusahaan dianggap memanfaatkan masyarakat untuk

kesejahteraannya sendiri. Perusahaan berupaya untuk mengatasi masalah

tersebut, namun dengan pendekatan yang salah. Dengan menggunakan

Corporate Social Responsibility (CSR) dan menangani masalah sosial

sebagai kegiatan diluar bisnis, perusahaan gagal mendapatkan kepercayaan

masyarakat luas, dan reputasinya jatuh. Porter dan Kramer (2011)

berpendapat bahwa Corporate Social Responsibility (CSR) digunakan untuk

meningkatkan reputasi perusahaan, sementara Create Shared Value (CSV)

adalah cara untuk melegitimasi bisnis.

Porter dan Kramer (2011) berpendapat bahwa perusahaan harus

mengatasi masalah tersebut dengan menata ulang model bisnisnya dengan

cara yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, serta penciptaan nilai

ekonomi di dalam perusahaan. Porter dan Kramer (2011) mendefinisikan

shared value sebagai proses operasi yang meningkatkan daya saing

perusahaan sembari menangani kondisi ekonomi dan sosial. Menurut Lapina

et al (2012), Create Shared Value (CSV) adalah sebuah konsep baru yang

berpendapat bahwa kemajuan masyarakat merupakan inti kesuksesan sebuah

Page 32: Mutia Yogasrinirepository.ub.ac.id/9888/1/Mutia Yogasrini.pdfmemberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi penulis. 5. Harits Mukti Hendito, yang telah menemani penulis semenjak

19

perusahaan, dan pada isu-isu masyarakat terdapat peluang yang luas untuk

meningkatkan daya saing dan penciptaan nilai organisasi.

Porter dan Kramer (2011) mengemukakan adanya kelemahan dan

kerugian sosial menimbulkan biaya internal bagi perusahaan. Namun bukan

berarti menangani kelemahan dan kerugian menaikkan biaya dari perusahaan,

karena perusahaan dapat berinovasi melalui penggunaan teknologi baru,

metode operasi, dan pendekatan manajemen. Dengan begitu, produktivitas

perusahaan akan meningkat dan akan memperluas pasar juga.

Terdapat tiga cara untuk mewujudkan shared value menurut Porter dan

Kramer (2011), yaitu:

1. Redefinisi Produk dan Pasar.

Pada ekonomi sekarang, permintaan untuk produk dan jasa yang

merupakan kebutuhan masyarakat meningkat pesat. Perusahaan makanan

yang biasanya fokus pada rasa dan kuantitas untuk mendorong konsumsi

yang lebih banyak lagi mengubah fokusnya pada kebutuhan mendasar

untuk nutrisi yang lebih baik.

Untuk perusahaan, langkah awal untuk menciptakan shared value

dengan cara ini adalah dengan mengidentifikasi semua kebutuhan

masyarakat, keuntungan, dan kerugian yang dapat terjadi pada produk

perusahaan. Kesempatan tersebut tidaklah tetap atau stabil, melainkan

selalu berubah mengikuti perkembangan teknologi, perkembangan

ekonomi, dan pergeseran prioritas masyarakat. Eksplorasi terus-menerus

terhadap kebutuhan masyarakat dapat menuntun perusahaan untuk

Page 33: Mutia Yogasrinirepository.ub.ac.id/9888/1/Mutia Yogasrini.pdfmemberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi penulis. 5. Harits Mukti Hendito, yang telah menemani penulis semenjak

20

menemukan peluang baru untuk diferensiasi dan memposisikan ulang

posisi perusahaan di pasar tradisional, dan untuk menyadari potensi dari

pasar baru yang sebelumnya perusahaan abaikan.

2. Redefinisi Produktivitas dalam Rantai Nilai (Value Chain).

Rantai nilai sebuah perusahaan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh

banyak masalah sosial dalam perusahaan, seperti sumber daya alam dan

penggunaan air, kesehatan dan keamanan, kondisi kerja, dan perlakuan

yang sama terhadap antar pekerja di tempat kerja. Kesempatan untuk

menciptakan shared value meningkat karena masalah-masalah sosial

tersebut dapat menimbulkan biaya ekonomi pada rantai nilai perusahaan.

Sebagai contoh, Wal-Mart dapat mengatasi masalah kelebihan

kemasan produk dan gas-gas rumah kaca (greenhouse) dengan cara

mengurangi kemasan dan mengubah rute perjalanan truk-nya untuk

memotong 100 juta mil dari rute pengiriman-nya di tahun 2009,

menghemat $200 juta bahkan saat perusahaan mengirim lebih banyak

produk. Inovasi dalam membuang plastik yang telah digunakan di toko

telah menyelamatkan jutaan orang dengan menurunkan biaya pembuangan

ke tempat pembuangan sampah lebih rendah (Porter dan Kramer, 2011).

3. Memungkinkan Pengembangan Cluster Lokal.

Tidak ada perusahaan yang dapat berdiri sendiri. Kesuksesan dari

setiap perusahaan dipengaruhi oleh perusahaan pendukung dan

infrastruktur di sekitarnya (Andelin et al, 2015). Produktivitas dan inovasi

sangat dipengaruhi oleh “cluster”, atau konsentrasi geografis perusahaan,

Page 34: Mutia Yogasrinirepository.ub.ac.id/9888/1/Mutia Yogasrini.pdfmemberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi penulis. 5. Harits Mukti Hendito, yang telah menemani penulis semenjak

21

bisnis terkait, pemasok (supplier), penyedia jasa, dan infrastruktur logistik

pada bidang tertentu (Porter dan Kramer, 2011). Cluster meliputi institusi,

asosiasi perdagangan, hukum persaingan, standar kualitas, dan

transparansi pasar.

Cluster memiliki peran penting untuk mendorong produktivitas,

inovasi, dan persaingan dan sebaliknya tanpa cluster yang mendukung,

produktivitas akan jatuh. Perusahaan menciptakan shared value dengan

membangun cluster untuk meningkatkan produktivitas sembari

menangani kesenjangan di sekitar cluster.

2.5 Perbandingan antara Corporate Social Responsibility (CSR) dan Create

Shared Value (CSV)

Menurut Lapina et al (2012) baik Corporate Social Responsibility (CSR)

maupun Create Shared Value (CSV) berfokus pada kebutuhan masyarakat

serta tantangan dan dorongan bisnis untuk mencapai kedua hal tersebut.

Namun terdapat beberapa perbedaan signifikan di antara kedua pendekatan

tersebut.

Perbedaan yang paling signifikan adalah perspektif perusahaan terhadap

sosial dan permasalahan-nya. Sementara kedua pendekatan menuntut bisnis

untuk mempertimbangkan kepentingan dan kebutuhan masyarakat dan

lingkungan mereka, beserta dengan pemegang saham, karyawan dan

pelanggan, Corporate Social Responsibility (CSR) melihat hal tersebut

sebagai biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan (eksternalitas). Ini

Page 35: Mutia Yogasrinirepository.ub.ac.id/9888/1/Mutia Yogasrini.pdfmemberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi penulis. 5. Harits Mukti Hendito, yang telah menemani penulis semenjak

22

berarti melakukan kebaikan (doing good) untuk seseorang atau sesuatu di luar

organisasi dan kebutuhannya sendiri. Corporate Social Responsibility (CSR)

berarti memenuhi harapan masyarakat, memenuhi persyaratan dan

melakukan kegiatan ekstra untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Di

sisi lain, Create Shared Value (CSV) melihat lingkungan dan sosial

sekitarnya sebagai bagian dari model bisnis perusahaan, maka berbuat baik

bagi masyarakat merupakan prasyarat untuk berbisnis dengan baik (Lapina et

al, 2012).

Tabel 2.1

Perbedaan Corporate Social Responsibility (CSR) dengan Create

Shared Value (CSV)

Corporate Social Responsibility (CSR) Create Shared Value (CSV)

Value: doing good Value: economic and societal benefits

relative to cost

Citizenship, philanthropy, sustainability Joint company and community value

creation

Discretionary or in response to external

pressure

Integral to competing

Separate from profit maximization Integral to profit maximization

Agenda is determined by external reporting and

personal preferences

Agenda is company specific and internally

generated

Impact limited by corporate footprint and CSR

budget

Realigns the entire company budget

Example: fair trade purchasing Example: transforming procurement to

increase quality and yield

Sumber: Porter dan Kramer (2011)

Pada pembiayaan, menurut Porter dan Kramer (2011) aktivitas

Corporate Social Responsibility (CSR) terbatas pada anggaran yang

dialokasikan secara khusus, perusahaan yang menerapkan Create Shared

Value (CSV) tidak menerapkan anggaran khusus untuk tanggungjawab sosial

Page 36: Mutia Yogasrinirepository.ub.ac.id/9888/1/Mutia Yogasrini.pdfmemberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi penulis. 5. Harits Mukti Hendito, yang telah menemani penulis semenjak

23

perusahaan-nya. Sebagai gantinya, diambil melalui keseluruhan anggaran

perusahaan, menjadi bagian dari setiap fungsi dan setiap aktivitas.

Dikutip dari Latipa et al (2012), Sen dan Bhattacharya (2001)

mengungkapkan dengan Create Shared Value (CSV), nilai Corporate Social

Responsibility (CSR) “melakukan kebaikan” berubah menjadi “keuntungan

ekonomi dan sosial yang relatif terhadap biaya”. Dan sementara Corporate

Social Responsibility (CSR) sering digunakan sebagai cara tambahan untuk

melindungi posisi perusahaan di pasar dan masyarakat, Create Shared Value

(CSV) merupakan bagian integral dari strategi daya saing perusahaan.

Porter dan Kramer (2011) berpendapat bahwa Create Shared Value

(CSV) lebih baik dari Corporate Social Responsibility (CSR) dan pada

akhirnya akan menggantikan Corporate Social Responsibility (CSR). Hal

tersebut karena Create Shared Value (CSV) menawarkan tidak hanya

pandangan yang benar-benar berbeda pada tanggungjawab sosial, tetapi juga

cara baru untuk memahami pelanggan, produktivitas dan pengaruh eksternal

terhadap kesuksesan perusahaan.

2.6 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang membahas mengenai Create Shared Value

(CSV) pada perusahaan memiliki hasil yang beragam.

Syahierdan (2013) membahas mengenai implementasi Create Shared

Value (CSV) pada PT. Nestle Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk

Page 37: Mutia Yogasrinirepository.ub.ac.id/9888/1/Mutia Yogasrini.pdfmemberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi penulis. 5. Harits Mukti Hendito, yang telah menemani penulis semenjak

24

menganalisis bentuk dari Create Shared Value (CSV) dengan indikator-

indikator yang diungkapkan sesuai pedoman pelaporan Corporate Social

Responsibility (CSR), implementasinya dari segi ekonomi, sosial dan

lingkungan, dan alokasi dana untuk program Create Shared Value (CSV)

yang telah ditetapkan dasar-dasarnya sesuai dengan undang-undang yang

berlaku. Hasil penelitian menunjukkan indikator-indikator dari laporan

Create Shared Value (CSV) yang diungkapkan telah sesuai dengan pedoman

pelaporan dari GRI G3. Implementasi kegiatan Create Shared Value (CSV)

dari segi ekonomi, sosial dan lingkungan berfokus pada program gizi, air dan

pembangunan pedesaan. Terakhir, penentuan alokasi dana untuk program

Create Shared Value (CSV) yang dikeluarkan oleh perusahaan sesuai dengan

Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007 dan Peraturan

Menteri Negara BUMN No.Per-05/MBU/2007.

Dyah (2017) menganalisa mengenai kepatuhan PT. Pupuk Kaltim (PKT)

terhadap pedoman GRI G4 dan relevansi terhadap Create Shared Value

(CSV) yang terlihat pada laporan Corporate Social Responsibility (CSR).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan telah memenuhi pedoman

GRI G4 meskipun terdapat beberapa aspek yang belum disajikan. Relevansi

terhadap Create Shared Value (CSV) terdapat pada aspek lingkungan seperti

pengurangan gas emisi, pengurangan penggunaan energi, dan pengelolaan

limbah. Pada aspek sosial, relevansi terhadap Create Shared Value (CSV)

terlihat pada penyediaan training, kesehatan, dan keselamatan kerja.

Sementara relevansi Create Shared Value (CSV) pada Laporan Program

Page 38: Mutia Yogasrinirepository.ub.ac.id/9888/1/Mutia Yogasrini.pdfmemberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi penulis. 5. Harits Mukti Hendito, yang telah menemani penulis semenjak

25

Kemitraan dan Bina Lingkungan terlihat pada pemberian modal untuk para

mitra binaan pada industri pertanian, perikanan dan peternakan. Perusahaan

juga membangun dan mengembangkan sarana prasarana umum, kesehatan,

dan memberikan beasiswa pada masyarakat.

Fatma (2014) membahas mengenai penerapan Create Shared Value

(CSV) dan dampaknya terhadap kinerja perusahaan. Objek dari penelitian

tersebut adalah PT. Petrokimia Gresik (PKG). Hasil penelitian menunjukkan

bahwa kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) berdampak pada

kinerja perusahaan seperti yang ditunjukkan oleh tiga indikator, yang terdiri

dari kinerja keuangan, citra perusahaan, dan sumber daya manusia. Kegiatan

Create Shared Value (CSV) yang dilakukan oleh perusahaan memiliki

dampak positif dan cukup signifikan terhadap kinerja perusahaan, antara lain

meningkatnya rasio tahun keuangan perusahaan dan meningkatnya penjualan

produk.

Nuruddin (2013) membahas mengenai penerapan Create Shared Value

(CSV) sebagai acuan pengembangan Corporate Social Responsibility (CSR)

berbasis kewirausahaan sosial (studi kasus pada PT. Nestle Indonesia).

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi program Create

Shared Value (CSV) pada sektor pembangunan pedesaan dan bentuk kegiatan

kewirausahaan sosial yang dapat diimplementasikan dalam Corporate Social

Responsibility (CSR) berdasarkan review program dari Corporate Social

Responsibility (CSR) perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan program

Create Shared Value (CSV) pada sektor pembangunan pedesaan dibagi

Page 39: Mutia Yogasrinirepository.ub.ac.id/9888/1/Mutia Yogasrini.pdfmemberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi penulis. 5. Harits Mukti Hendito, yang telah menemani penulis semenjak

26

menjadi beberapa kegiatan, yaitu bantuan kepada peternak sapi perah,

pemberian pinjaman lunak, pembangunan fasilitas biogas, dan pemberian

pelatihan untuk meningkatkan kualitas susu. Bentuk kewirausahaan sosial

yang dapat dilakukan dalam aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR)

yaitu pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan kualitas masyarakat,

penggunaan energi alternatif, meningkatkan kesehatan masyarakat,

kepedulian terhadap lingkungan, dan kepedulian kepada para pekerja.

Page 40: Mutia Yogasrinirepository.ub.ac.id/9888/1/Mutia Yogasrini.pdfmemberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi penulis. 5. Harits Mukti Hendito, yang telah menemani penulis semenjak

27

Tabel 2.2

Daftar Penelitian Terdahulu

Peneliti Tujuan Penelitian Hasil Penelitian

Syahierdan

Wirdamawika

Ramadhanny

(2013)

Menganalisis kesesuaian indikator

yang diungkapkan dari Create

Shared Value (CSV) dengan

pedoman pelaporan Corporate

Social Responsibility (CSR),

implementasinya dari segi

ekonomi, sosial dan lingkungan,

dan alokasi dana untuk program

Create Shared Value (CSV).

Indikator dari laporan Create Shared Value (CSV)

yang diungkapkan telah sesuai dengan pedoman

pelaporan dari GRI G3. Implementasi kegiatan

Create Shared Value (CSV) dari segi ekonomi,

sosial dan lingkungan berfokus pada program gizi,

air dan pembangunan pedesaan. Penentuan alokasi

dana untuk program Create Shared Value (CSV)

sesuai dengan Undang-Undang.

Dyah Ayu

Widhayati

(2017)

Menganalisis kepatuhan PT.

Pupuk Kaltim (PKT) terhadap

pedoman GRI G4 dan relevansi

terhadap Create Shared Value

(CSV) yang terlihat pada laporan

Corporate Social Responsibility

(CSR).

Perusahaan telah memenuhi pedoman GRI G4

meskipun terdapat beberapa aspek yang belum

disajikan. Relevansi terhadap Create Shared

Value (CSV) yaitu pengurangan gas emisi,

pengurangan penggunaan energi, dan pengelolaan

limbah, penyediaan training, kesehatan, dan

keselamatan kerja, pemberian modal untuk para

mitra binaan pada industri pertanian, perikanan dan

peternakan, membangun dan mengembangkan

sarana prasarana umum, kesehatan, dan

memberikan beasiswa pada masyarakat.

Fatma

Hartining Tyas

(2014)

Menganalisis penerapan Create

Shared Value (CSV) dan

dampaknya terhadap kinerja

perusahaan.

Kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR)

berdampak pada kinerja perusahaan. Dampak

kegiatan Create Shared Value (CSV) perusahaan

antara lain meningkatnya rasio tahun keuangan

perusahaan dan meningkatnya penjualan produk.

Nuruddin

Ahmad Putra

(2013)

Menganalisis implementasi

program Create Shared Value

(CSV) pada sektor pembangunan

pedesaan dan bentuk kegiatan

kewirausahaan sosial yang dapat

diimplementasikan dalam

Corporate Social Responsibility

(CSR) berdasarkan review

program dari Corporate Social

Responsibility (CSR) perusahaan.

Create Shared Value (CSV) pada sektor

pembangunan pedesaan, yaitu bantuan kepada

peternak sapi perah, pemberian pinjaman lunak,

pembangunan fasilitas biogas, dan pemberian

pelatihan untuk meningkatkan kualitas susu.

Bentuk kewirausahaan sosial yang dapat dilakukan

dalam yaitu pendidikan dan pelatihan untuk

meningkatkan kualitas masyarakat, penggunaan

energi alternatif, meningkatkan kesehatan

masyarakat, kepedulian terhadap lingkungan, dan

kepedulian kepada para pekerja.

Page 41: Mutia Yogasrinirepository.ub.ac.id/9888/1/Mutia Yogasrini.pdfmemberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi penulis. 5. Harits Mukti Hendito, yang telah menemani penulis semenjak

28

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kualitatif deksriptif. Menurut Sugiyono (2015: 1) metode penelitian kualitatif

adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek

yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik

pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data

bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari

pada generalisasi. Penelitian kualitatif merupakan jenis penelitian yang

temuannya tidak diperoleh melalui prosedur kuantifikasi, perhitungan

statistik, atau bentuk cara-cara lainnya yang menggunakan ukuran angka.

Kualitatif berarti sesuatu yang berkaitan dengan aspek kualitas, nilai atau

makna yang terdapat dibalik fakta dan hanya dapat diungkapkan dan

dijelaskan melalui linguistik, bahasa, atau kata-kata (Gunawan, 2014).

Penelitian deskriptif kualitatif merupakan penelitian yang tidak

dimaksudkan untuk menguji atau merumuskan hipotesis tertentu, tetapi hanya

untuk menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala ataupun

keadaannya (Syahierdian W., 2013). Menurut Dewi Ayuningtyas (2010)

dinamakan penelitian bersifat deskriptif karena dilakukan tanpa hipotesa

Page 42: Mutia Yogasrinirepository.ub.ac.id/9888/1/Mutia Yogasrini.pdfmemberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi penulis. 5. Harits Mukti Hendito, yang telah menemani penulis semenjak

29

yang dirumuskan secara ketat dengan tujuan untuk mendeskripsikan secara

terperinci mengenai fenomena sosial tertentu.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Berdasarkan sumbernya data dibagi menjadi dua, yaitu data primer dan

data sekunder (Sulistyaningsih, 2011). Data primer adalah data yang mengacu

pada informasi yang diperoleh dari tangan pertama oleh peneliti yang

berkaitan dengan variabel minat untuk tujuan spesifik studi (Uma Sekaran,

2011). Data sekunder menurut Supomo dan Indriantoro (2002) merupakan

sumber data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media

perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain).

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

berupa laporan pembangunan keberlanjutan PT. Holcim Indonesia Tbk. tahun

2016. Di dalam laporan tersebut terdapat informasi mengenai kegiatan

Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan. Penulis juga

menggunakan data sekunder lain yang didapat dari:

1. Teks lengkap, yang terdapat dalam buku, artikel, jurnal dan data online

dari internet.

2. Rangkuman artikel atau penulisan peneliti lainnya.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Studi Kepustakaan.

Page 43: Mutia Yogasrinirepository.ub.ac.id/9888/1/Mutia Yogasrini.pdfmemberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi penulis. 5. Harits Mukti Hendito, yang telah menemani penulis semenjak

30

Menurut Pohan dalam Prastowo (2012: 81), studi kepustakaan bertujuan

untuk mengumpulkan data dan informasi ilmiah, berupa teori-teori,

metode, atau pendekatan yang pernah berkembang dan telah di

dokumentasi-kan dalam bentuk buku, jurnal, naskah, catatan, rekaman

sejarah, dokumen-dokumen, dan lain-lain yang terdapat di perpustakaan.

Menurut Nazir (2005) studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan

data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku, literatur,

catatan-catatan, dan laporan yang berhubungan dengan permasalahan

yang diteliti.

Metode studi kepustakaan yang dilakukan peneliti adalah dengan

mengumpulkan dan mempelajari informasi berupa buku-buku, jurnal,

penelitian terdahulu, serta artikel-artikel yang berhubungan dengan

objek penelitian dari perpustakaan dan secara online.

2. Studi Dokumentasi.

Studi dokumentasi atau biasa disebut kajian dokumen merupakan teknik

pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada subjek

penelitian dalam rangka memperoleh informasi terkait objek penelitian.

Dalam studi dokumentasi, peneliti biasanya melakukan penelusuran

data historis objek penelitian serta melihat sejauh mana proses

yang berjalan telah terdokumentasikan dengan baik (Creswell, 2010).

Studi dokumentasi yang dilakukan peneliti adalah dengan

mengumpulkan laporan pembangunan keberlanjutan PT. Holcim

Indonesia Tbk. pada website perusahaan.

Page 44: Mutia Yogasrinirepository.ub.ac.id/9888/1/Mutia Yogasrini.pdfmemberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi penulis. 5. Harits Mukti Hendito, yang telah menemani penulis semenjak

31

3.4 Teknik Analisis Data

Bogdan dan Biklen (1982) mengemukakan analisis data adalah upaya

yang dilakukan dengan cara mengorganisir data, memilah data menjadi

satuan yang dapat dikelola, mencari dan menemukan pola, menemukan hal

penting yang dapat dipelajari, dan memutuskan apakah terdapat informasi

dari data yang dapat diberikan kepada orang lain. Penyusunan penelitian ini

menggunakan metode content analysis untuk menganalisis implementasi

kegiatan Create Shared Value (CSV) perusahaan. Schreier (2012)

mengemukakan bahwa content analysis merupakan salah satu cara dari

beberapa metode kualitatif untuk menganalisis data dan menafsirkan

maknanya.

Content analysis merupakan suatu teknik untuk mengambil kesimpulan

dengan mengidentifikasi berbagai karakteristik khusus suatu pesan secara

objektif, sistematis, dan generalis (Holsti, 1969). Menurut Supomo dan

Indriantoro (2002) content analysis adalah metode melalui teknik observasi

dan analisis terhadap isi atau pesan dari suatu dokumen untuk menghasilkan

deskripsi yang objektif dan sistematik, seperti kategori isi, telaah, pemberian

kode berdasarkan karakteristik kejadian atau transaksi yang terdapat dalam

dokumen.

Teknik content analysis yang digunakan oleh peneliti adalah dengan

menyesuaikan program Create Shared Value (CSV) oleh Sumitomo Mitsui

Trust Holdings Inc. dengan program Corporate Social Responsibility (CSR)

Page 45: Mutia Yogasrinirepository.ub.ac.id/9888/1/Mutia Yogasrini.pdfmemberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi penulis. 5. Harits Mukti Hendito, yang telah menemani penulis semenjak

32

dari PT. Holcim Indonesia Tbk. kemudian peneliti mengemukakan isi dari

program CSR perusahaan tersebut.

Page 46: Mutia Yogasrinirepository.ub.ac.id/9888/1/Mutia Yogasrini.pdfmemberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi penulis. 5. Harits Mukti Hendito, yang telah menemani penulis semenjak

33

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

PT. Holcim Indonesia Tbk adalah perusahaan semen swasta dan

merupakan produsen dan pemasok material bangunan berbahan dasar semen

terkemuka di Indonesia. Saham mayoritas Holcim (80,65%) dimiliki dan

dikelola oleh LafargeHolcim Group yang berbasis di Swiss, perusahaan

semen terbesar di dunia dengan lebih dari 90.000 karyawan dan beroperasi di

lebih dari 80 negara.

Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1975, dimana

produk-produknya dipasarkan di dalam negeri dan internasional. Sebagai

salah satu perusahaan semen terbesar di Indonesia, Holcim mengoperasikan

jaringan pasokan bahan bangunan domestik yang mencakup distributor

khusus, pengecer, tukang batu, dan solusi nilai tambah. Perusahaan juga

mempertahankan bisnis terintegrasi untuk semen, beton siap pakai, dan

produksi agregat, dan pengelolaan limbah dibawah Geocycle. Pada 2016,

Holcim menyelesaikan integrasi strategis untuk mengukuhkan posisinya

sebagai bagian dari LafargeHolcim Group global.

Holcim Indonesia mengelola jaringan luas usaha yang didukung oleh

empat pabrik semen yang berlokasi di Narogong (Jawa Barat), Cilacap (Jawa

Tengah), Tuban (Jawa Timur), dan Lhoknga (Nanggroe Aceh Darussalam)

Page 47: Mutia Yogasrinirepository.ub.ac.id/9888/1/Mutia Yogasrini.pdfmemberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi penulis. 5. Harits Mukti Hendito, yang telah menemani penulis semenjak

34

dengan total kapasitas produksi 15 juta ton. Produk dan layanan Holcim

Indonesia tersedia baik bagi pelanggan individu maupun organisasi di

Indonesia, dengan latar belakang industri yang berbeda-beda, termasuk

industri kontruksi, infrastruktur, dan perumahan.

Selama beberapa tahun ini Holcim Indonesia juga aktif menjadi anggota

Asosiasi Semen Indonesia (ASI) dan Indonesian Business Council for

Sustainable Development (IBCSD). Holcim juga menjadi salah satu pendiri

Lembaga Konsil Bangunan Hijau Indonesia, Business and Human Rights

Working Group (B&HRWG), Corporate Forum for Sustainable

Development (CFCD), dan Masyarakat Cagak Sawita Rupa Indonesia, dan

anggota pendiri Cement Sustainability Initiative (CSI).

4.1.1 Sejarah PT. Holcim Indonesia Tbk.

PT. Holcim Indonesia Tbk didirikan pada tahun 1971 dengan nama PT.

Semen Cibinong Tbk (PTSC). Pada tahun 1977, PTSC tercatat di Bursa Efek

Jakarta sebagai perusahaan publik pertama di Indonesia. Pada tahun 2001

Holcim Ltd menjadi pemegang saham mayoritas di PT. Semen Cibinong Tbk

(PTSC). Pada tahun 2006, PT. Semen Cibinong Tbk (PTSC) berubah nama

menjadi PT. Holcim Indonesia Tbk. Selanjutnya, Holcim Indonesia menjadi

anggota Asosiasi Semen Indonesia dan sebagai unit usaha di bawah group

Holcim perusahaan aktif sebagai anggota World Bussiness Council for

Sustainable Development (WBCSD) dan anggota pendiri Cement

Sustainability Initiative. Perusahaan melakukan akuisisi dengan perusahaan

lokal pada tahun 2008 guna memperluas bisnis ready-mixed dan agregat serta

Page 48: Mutia Yogasrinirepository.ub.ac.id/9888/1/Mutia Yogasrini.pdfmemberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi penulis. 5. Harits Mukti Hendito, yang telah menemani penulis semenjak

35

cement grinding. Pada tahun 2010, PT. Holcim Indonesia melakukan

peletakan batu pertama pendirian pabrik semen di Tuban, Jawa. Kegiatan

operasional grinding pertama di Tuban 1 dimulai pada tahun 2013. Pada tahun

berikutnya, PT. Holcim melakukan peletakan batu pertama pembangunan

terminal semen di Lampung. Pada tahun 2015, pabrik Tuban 1 dan Tuban 2

yang kapasitas produksi total mencapai 3,4 juta ton/tahun secara resmi

beroperasi. Keberadaan pabrik semen Holcim di Tuban, merupakan

pengembangan dari pabrik semen Holcim di Cilacap, Jawa Tengah dan Bogor,

Jawa Barat. Pada tahun 2016, PT. Holcim Indonesia Tbk melakukan akuisisi

dengan PT. Lafarge Cement Indonesia.

4.1.2 Laporan Corporate Social Responsibility (CSR) Perusahaan

Holcim Indonesia Tbk. melaporkan program Corporate Social

Responsibility (CSR) perusahaan pada Laporan Pembangunan Berkelanjutan

yang disusun sesuai dengan pedoman pelaporan keberlanjutan Global

Reporting Initiatives (GRI) G4. Penerbitan laporan ini telah mematuhi

Undang-undang Republik Indonesia No. 40 Tahun 2007 Pasal 66 Ayat 2c

tentang Perseroan Terbatas dan Peraturan OJK melalui Keputusan Ketua

Bapepam-LK Nomor: KEP-431/BL/2012 tanggal 1 Agustus 2012. Agar

kredibilitas laporan tetap terjaga, seluruh data dan informasi dalam laporan

telah ditinjau dan diverifikasi oleh seluruh departemen. Holcim menggunakan

jasa eksternal auditor Ernst & Young untuk layanan audit terkait data

keuangan. Dalam laporan tersebut, Holcim menerapkan empat prinsip untuk

memandu proses penetapan isi laporan:

Page 49: Mutia Yogasrinirepository.ub.ac.id/9888/1/Mutia Yogasrini.pdfmemberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi penulis. 5. Harits Mukti Hendito, yang telah menemani penulis semenjak

36

1. Keterlibatan Stakeholder

Pada prinsip ini, Holcim mengajak stakeholder untuk terlibat dalam

proses identifikasi dan validasi aspek-aspek material perusahaan.

2. Konteks Keberlanjutan

Perusahaan harus melaporkan kinerja perseroan dalam konteks

keberlanjutan yang lebih luas mencakup kinerja perusahaan secara global.

3. Materialitas

Prinsip ini mewakili dampak signifikan perseroan secara ekonomi,

lingkungan, dan sosial atau yang mempengaruhi penilaian dan keputusan

para stakeholder.

4. Ketepatan

Laporan harus membahas aspek, ruang lingkup, batasan, dan waktu

secara sesuai.

Gambar 4.1

Proses Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Holcim

Indonesia Tbk.

Sumber: Holcim Indonesia CSR Report

Page 50: Mutia Yogasrinirepository.ub.ac.id/9888/1/Mutia Yogasrini.pdfmemberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi penulis. 5. Harits Mukti Hendito, yang telah menemani penulis semenjak

37

Dalam proses untuk mencapai penciptaan nilai (creation of value),

Holcim menggunakan tiga strategi yang dikembangkan berdasarkan lima

pemikiran seperti yang terdapat pada gambar diatas. Pemikiran-pemikiran

tersebut antara lain, kinerja keberlanjutan lingkungan, manajemen biaya,

kepuasan pelanggan, kepemimpinan, dan tanggungjawab sosial perusahaan.

Tiga strategi yang digunakan Holcim yaitu, fokus produk, keanekaragaman

geografi, dan manajemen lokal standar global. Untuk mewujudkan hal

tersebut, diperlukan sumber daya manusia sebagai dasar.

Berdasarkan analisis di atas, PT. Holcim Indonesia Tbk. belum

menerapkan program Create Shared Value (CSV) secara keseluruhan, namun

seperti yang terlihat dalam gambar 4.1, perusahaan sudah menjadikan Create

Shared Value (CSV) sebagai tujuan kegiatan program Corporate Social

Responsibility (CSR) perusahaan. Beberapa kegiatan Corporate Social

Responsibility (CSR) perusahaan sudah ada yang mengandung Create Shared

Value (CSV), hal tersebut yang akan dibahas peneliti dalam bab empat ini.

4.2 Kerangka Laporan Program Create Shared Value (CSV)

Seperti yang sudah tercantum dalam bab satu, Create Shared Value

(CSV) tidak memiliki pedoman atau kerangka untuk pelaporannya sehingga

tidak ada cara yang benar ataupun cara yang salah dalam membuat laporan

program Create Shared Value (CSV) suatu perusahaan. Oleh karena itu,

kerangka laporan Create Shared Value (CSV) yang dibuat oleh setiap

Page 51: Mutia Yogasrinirepository.ub.ac.id/9888/1/Mutia Yogasrini.pdfmemberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi penulis. 5. Harits Mukti Hendito, yang telah menemani penulis semenjak

38

perusahaan dapat berbeda-beda. Pada sub-bab ini, peneliti akan menganalisis

kerangka laporan yang digunakan oleh perusahaan yang sudah menerapkan

Create Shared Value (CSV) yang nanti akan disimpulkan dan digunakan

untuk menganalisis implementasi Create Shared Value (CSV) pada PT.

Holcim Indonesia Tbk.

Peneliti memilih kerangka Create Shared Value (CSV) dari perusahaan

Sumitomo Mitsui Trust Holdings, Inc. yang bergerak dalam bidang

perbankan dan berbasis di Jepang. Seperti yang telah dijelaskan pada bab dua

bahwa menurut Porter dan Kramer (2011) kelemahan sosial dapat menjadi

sumber produktivitas perusahaan. Area-area yang berpengaruh terhadap

produktivitas perusahaan tersebut adalah penggunaan energi, penggunaan air,

dampak lingkungan, akses dan kelangsungan hidup pemasok, keterampilan

pegawai, keamanan pegawai, dan kesehatan pegawai (Porter dan Kramer,

2011). Kerangka yang peneliti pilih sudah mencakup seluruh area yang

disebutkan dalam teori Porter dan Kramer (2011), hal tersebut menjadi alasan

peneliti untuk memilih dua kerangka Create Shared Value (CSV) dari kedua

perusahaan tersebut.

Page 52: Mutia Yogasrinirepository.ub.ac.id/9888/1/Mutia Yogasrini.pdfmemberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi penulis. 5. Harits Mukti Hendito, yang telah menemani penulis semenjak

39

Gambar 4.2

Kerangka Create Shared Value (CSV) pada Sumitomo Mitsui Trust

Holdings, Inc.

Sumber: Laporan CSR Sumitomo Mitsui Trust Holdings, Inc.

Dalam laporannya, Sumitomo Mitsui Trust Holdings, Inc.

menglasifikasikan proses Create Shared Value (CSV) ke dalam tiga proses

seperti yang dapat dilihat pada gambar diatas. Proses pertama, membuat

bisnis baru untuk memperbaiki masalah sosial yang menyangkut energi,

perubahan iklim, keanekaragaman hayati, dan banyaknya populasi orangtua.

Masalah sosial disesuaikan dengan daerah dimana perusahaan itu berada.

Proses kedua, memperkuat perusahaan dengan meningkatkan kegiatan sosial

perusahaan pada setiap aktivitas bisnisnya. Proses yang terakhir,

meningkatkan kepercayaan stakeholders melalui kegiatan sosial dan

memperkuat bisnis perusahaan. Kegiatan sosial yang dilakukan adalah

memberikan dukungan untuk lingkungan dan hewan-hewan, memberikan

dukungan untuk “succesful aging” dan berkontribusi dalam masyarakat.

Page 53: Mutia Yogasrinirepository.ub.ac.id/9888/1/Mutia Yogasrini.pdfmemberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi penulis. 5. Harits Mukti Hendito, yang telah menemani penulis semenjak

40

Peneliti akan menyesuaikan program Create Shared Value (CSV) yang

terdapat dalam Sumitomo Mitsui Trust Holdings Inc. dengan program

Corporate Social Responsibility (CSR) dari PT. Holcim Indonesia. Setelah

itu, peneliti akan menganalisis isi dari program CSR PT. Holcim Indonesia

Tbk. yang mengandung unsur Create Shared Value (CSV) dengan

menerapkan kerangka Create Shared Value (CSV) dari Mitsui Trust Holdings

Inc.

4.3 Implementasi Program Create Shared Value (CSV) pada PT. Holcim

Indonesia Tbk.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, peneliti akan menyesuaikan

program Create Shared Value (CSV) yang terdapat dalam Sumitomo Mitsui

Trust Holdings Inc. dengan program Corporate Social Responsibility (CSR)

dari PT. Holcim Indonesia. Berikut hasil dari penyesuaian yang telah peneliti

lakukan.

Page 54: Mutia Yogasrinirepository.ub.ac.id/9888/1/Mutia Yogasrini.pdfmemberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi penulis. 5. Harits Mukti Hendito, yang telah menemani penulis semenjak

41

Tabel 4.1

Penyesuaian Antara Program Create Shared Value (CSV) pada

Sumitomo Mitsui dengan Program Corporate Social Responsibility

(CSR) pada PT. Holcim Indonesia Tbk.

CSV pada Sumitomo Mitsui CSR pada Holcim

Process 1 Climate Change

Energy

Successful Aging X

Social Contribution as Business Activities

Process 2 Organizational Governance

Consumer Issues X

Fair Operating Practices X

Employee and Human Rights

Process 3 Support for The Environment and Living

Creatures

Contributions to Local Communities and

Society

Pada tabel di atas, terdapat tiga proses dalam penerapan Create Shared

Value (CSV) pada Sumitomo Mitsui Trust Holdings Inc. dan dari ketiga

proses tersebut, terdapat 9 aspek yang terdapat dalam program Corporate

Social Responsibility (CSR) PT. Holcim Indonesia dan 3 aspek yang tidak

terdapat dalam program Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan.

berdasarkan analisis tersebut, kerangka yang akan digunakan untuk

menganalisis implementasi Create Shared Value (CSV) pada PT. Holcim

Indonesia Tbk. adalah sebagai berikut.

Page 55: Mutia Yogasrinirepository.ub.ac.id/9888/1/Mutia Yogasrini.pdfmemberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi penulis. 5. Harits Mukti Hendito, yang telah menemani penulis semenjak

42

Tabel 4.2

Kerangka yang Akan Digunakan untuk Menganalisis Implementasi

Create Shared Value (CSV) pada PT. Holcim Indonesia Tbk.

Process 1 Process 2 Process 3

Climate change,

Energy, Social

Contribution as

Business Activities

Organizational Governance,

Employee and Human Rights

Support for The

Environment and Living

Creatures, Contributions

to Local Communities

and Society

4.3.1 Proses 1

Pada proses 1, program Create Shared Value (CSV) yang menjadi fokus

adalah program terkait perubahan iklim, energi, serta kontribusi sosial

perusahaan yang dilakukan sebagai aktivitas bisnis perusahaan. Sebagai

bentuk kepedulian perusahaan terhadap perubahan iklim, Holcim melakukan

pengelolaan efektif pada emisi CO2, penggunaan air, penggunaan energi,

serta limbah yang dihasilkan perusahaan.

Holcim secara rutin mengukur emisi gas yang dihasilkan dari kegiatan

operasional perusahaan agar kadar emisi tetap berada dalam jumlah yang

terhitung aman, bahkan jauh di bawah batas kadar emisi maksimal yang

ditetapkan pemerintah. Sampai tahun 2016, Holcim berhasil mengurangi

emisi karbon sebesar 21,2% dibandingkan dengan tahun 1990.

Dalam proses produksi semen, Holcim memerlukan 146 liter air per ton

material semen. Holcim berhasil mengoptimalkan penggunaan air hujan

sebanyak 111% dan mengurangi penggunaan air PDAM sebesar 54%,

Holcim juga memanfaatkan air limbah produksi semen dan beton siap pakai.

Page 56: Mutia Yogasrinirepository.ub.ac.id/9888/1/Mutia Yogasrini.pdfmemberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi penulis. 5. Harits Mukti Hendito, yang telah menemani penulis semenjak

43

Dari total konsumsi air yang digunakan perusahaan, 29,45% atau 531.358 m3

total air merupakan air dari proses daur ulang.

Holcim telah menurunkan tingkat emisi per ton semen melalui

peningkatan efisiensi energi. Upaya yang dilakukan Holcim untuk

menerapkan efisiensi energi adalah:

1. Penggunaan listrik secara efisien (lampu, pendingin ruangan, mesin, dsb).

2. Instalasi jaringan listrik dengan baik.

3. Pengecekan rutin mesin dan alat transportasi.

4. Penggunaan bahan bakar di proses produksi semen.

5. Meningkatkan utilitasi dari bahan bakar alternatif dan bahan baku.

Terkait penggunaan energi alternatif dalam operasional Holcim, pada tahun

2016 perusahaan mencatat adanya peningkatan penggunaan sumber energi

alternatif sebanyak 24,25%, dari 1.806 TJ pada tahun 2015 menjadi 2.244 TJ

pada tahun 2016.

Holcim mempunyai unit bisnis bernama Geocycle yang berfungsi untuk

menciptakan nilai melalui pemanfaatan energi dan mineral yang terkandung

dalam limbah dengan menggunakannya sebagai sumber daya untuk proses

produksi (pengelolaan limbah). Penanganan limbah secara internal dilakukan

dengan cara menggunakan kembali dan mendaur ulang barang bekas yang

masih memiliki nilai ekonomis. Sepanjang tahun 2016, Holcim menghasilkan

total 2.634 ton limbah padat tak berbahaya. Sejumlah 2.070 ton atau 78,59%

limbah tersebut telah didaur ulang atau dimanfaatkan kembali sebagai bahan

baku alternatif. Total limbah berbahaya yang dihasilkan dari operasional

Page 57: Mutia Yogasrinirepository.ub.ac.id/9888/1/Mutia Yogasrini.pdfmemberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi penulis. 5. Harits Mukti Hendito, yang telah menemani penulis semenjak

44

Holcim adalah sebanyak 2.140 ton. Sebanyak 75,93% dari total limbah

berbahaya mampu digunakan kembali sebagai sumber energi dalam kegiatan

internal operasional perusahaan.

Holcim juga telah melaksanakan proyek percobaan yang disebut

Geotainer di pabrik Narogong, melalui kemitraan dengan pemerintah Kota

Bogor. Tujuan dari proyek tersebut adalah untuk melakukan penelitian akan

pengelolaan limbah padat perkotaan secara mekanis biologis atau Mechanical

Biological Treatment (MBT) of Municipal Solid Waste (MSW) dari TPU

terdekat, untuk digunakan sebagai bahan bakar turunan limbah atau Refuse-

Derived Fuel (RDF) sebagai bahan bakar alternatif. Dengan digunakannya

limbah dalam proses pembakaran, Holcim mampu memitigasi risiko naiknya

biaya energi, meningkatkan keamanan energi, dan mengurangi konsumsi

sumber daya alam.

Produk utama Holcim adalah semen, beton, dan solusi berbahan dasar

beton lainnya. Bahan bangunan berbahan dasar semen produk perusahaan

menjadi penunjang utama urbanisasi maupun pembangunan infrastruktur,

perumahan dan industri. Hal tersebut membuat Holcim dapat memenuhi

kebutuhan bisnisnya sekaligus mengatasi berbagai persoalan lingkungan

dengan pembangunan infrastruktur. Pembangunan infrastruktur yang

dilakukan oleh Holcim antara lain:

1. Membantu Dinas Marga Pemerintah DKI Jakarta pada tahun 2016 dalam

menyelesaikan permasalahan jalan di perlintasan kereta api di wilayah

Page 58: Mutia Yogasrinirepository.ub.ac.id/9888/1/Mutia Yogasrini.pdfmemberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi penulis. 5. Harits Mukti Hendito, yang telah menemani penulis semenjak

45

Karet, Tanah Abang, Jakarta. Holcim Indonesia terpilih menjadi mitra

resmi untuk penyediaan solusi perbaikan jalan rusak di Jakarta.

2. Melakukan perbaikan landasan ancang (taxiway) di Bandara Internasional

Juanda, Jawa Timur, dan jalur pejalan kaki di Jakarta.

3. Melakukan kontrak kerja sama dengan WIKA, perusahaan konstruksi

milik pemerintah di Indonesia, untuk memasok 1.700 m3 beton yang

digunakan dalam pembangunan New Condensate and Diesel Tank

(NCDT) milik BP Berau Ltd., yang mengoperasikan platform gas lepas

pantai dan kilang LNG di Tangguh, Papua Barat.

4. Membangun Taman Pandang Istana, sebuah taman publik yang berlokasi

di Monas, Jakarta. Taman tersebut dibangun untuk memberikan fasilitas

kegiatan publik, termasuk dalam mengekspresikan ide dan pendapat

masyarakat dalam berbagai topik dan isu.

5. Bekerjasama dengan Dinas Pekerjaan Umum Kota Kediri, Holcim

memberikan pembekalan teknis kepada 94 ahli bangunan. Tujuan dari

pembekalan tersebut adalah untuk membantu program pembangunan

sanitasi di Kota Kediri.

4.3.2 Proses 2

Pada proses 2, program Create Shared Value (CSV) berfokus pada tata

kelola perusahaan, serta sumber daya manusia dan hak asasi manusia yang

dipenuhi. Tata kelola perusahaan berkontribusi terhadap kesuksesan

perusahaan jangka panjang, membangun kepercayaan dan membina

Page 59: Mutia Yogasrinirepository.ub.ac.id/9888/1/Mutia Yogasrini.pdfmemberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi penulis. 5. Harits Mukti Hendito, yang telah menemani penulis semenjak

46

hubungan antara perusahaan dan stakeholders untuk menciptakan dan

menghasilkan nilai keberlanjutan.

Holcim memiliki Kode Etik Bisnis yang menjadi pedoman bagi karyawan

dalam menyelaraskan komitmen integritas dengan nilai-nilai inti perusahaan.

Kode Etik Bisnis ini berisi berbagai panduan serta saran praktis untuk

membuat keputusan dan penilaian yang baik dalam konteks pekerjaan

sehingga perusahaan dan karyawan dapat mematuhi kebijakan perusahaan

dan hukum dan perundangan yang berlaku, serta dalam membina hubungan

dengan pelanggan, masyarakat dan mitra kerja.

Holcim juga memiliki program Integrity Line sebagai mekanisme

pelaporan whistleblowing. Melalui program tersebut, karyawan dapat

melaporkan kecurangan yang terjadi dan menjadi terdorong untuk

memastikan agar etika bisnis dan Kode Etik Bisnis terlaksana dalam kegiatan

bisnis sehari-hari. Selain itu, terdapat program Anti-Bribery and Corruptive

Directive (ABCD) yang dirancang untuk mencegah atau mendeteksi dan

memulihkan potensi pelanggaran.

Sebagai upaya mewujudkan penerapan tata kelola perusahaan yang

efektif, Holcim berkomitmen menerapkan sistem manajemen risiko. Holcim

melakukan evaluasi risiko berdasarkan kemungkinan terjadinya risiko dan

potensi kerugian. Jenis risiko bisnis yang signifikan bagi Holcim, yaitu risiko

operasional, risiko nilai tukar, dan risiko pasar.

Dibalik kesuksesan Holcim, terdapat sumber daya manusia yang

berkompeten dan berperan penuh dalam kegiatan produksi perusahaan. Maka,

Page 60: Mutia Yogasrinirepository.ub.ac.id/9888/1/Mutia Yogasrini.pdfmemberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi penulis. 5. Harits Mukti Hendito, yang telah menemani penulis semenjak

47

Holcim memiliki standar kesehatan dan keselamatan kerja yang tinggi bagi

para pegawai. Pelatihan di bawah Institution of Occupational Safety and

Health (IOSH) menjadi persyaratan pelatihan minimum bagi setiap manajer.

Seluruh pabrik Holcim juga menyelenggarakan berbagai workshop

keselamatan dan rapat Central Contractor Safety setiap enam bulan sekali.

Kegiatan tersebut wajib diikuti oleh tim manajemen kontraktor, staf

keselamatan kontraktor dan pihak manajemen Holcim. Holcim juga

membentuk Corporate Safety Committee untuk memastikan standar

keamanan grup dapat terimplementasi dengan baik. Corporate Safety

Committee akan menunjuk pegawai dari masing-masing departemen, divisi,

dan fungsi manajemen sebagai anggota komite. Hal tersebut dilakukan untuk

mengimplementasikan kesehatan dan keselamatan yang tegas dan relevan

juga memungkinkan pegawai untuk bertanggung jawab secara individu

sesuai jabatan masing-masing.

Holcim juga menciptakan lingkungan kerja yang sehat dengan

melakukan pemantauan kebersihan tempat kerja setiap tahunnya. Seluruh

temuan terkait kesehatan dan kebersihan dicatat dan dilaporkan kepada

manajer dan karyawan terkait untuk ditindaklanjuti.

Dalam hal kompensasi, Holcim sangat menjaga hak-hak para pegawai

dengan mematuhi standar upah minimum regional yang berlaku. Terdapat

program Total Rewards yang dirancang untuk memberikan kompensasi yang

kompetitif di semua area operasional dan mendukung remunerasi yang adil

antara pria dan wanita. Selain gaji bulanan, Holcim juga memberikan

Page 61: Mutia Yogasrinirepository.ub.ac.id/9888/1/Mutia Yogasrini.pdfmemberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi penulis. 5. Harits Mukti Hendito, yang telah menemani penulis semenjak

48

tunjangan kesehatan, uang pensiun, dan pengembangan keterampilan.

Dengan mengikuti prinsip-rinsip Global Compact PBB, Holcim melarang

adanya pekerja anak atau kerja paksa dalam kegiatan operasi perusahaan, usia

minimum untuk bergabung dengan perusahaan adalah 18 tahun.

Guna menjaga kualitas dari Sumber Daya Manusia yang dimiliki, Holcim

mengadakan berbagai program pelatihan dan pengembangan untuk setiap

pegawai. Program pengembangan yang telah dilaksanakan antara lain, Anti

Bribery and Corruption Directive (ABCD), Fair Competition Training,

Third-party Due Diligince (TPDD), Supervisory Development Program

(SDP), People Manager 101, Program Sertifikasi Fasilitator Internal,

Orientasi Perusahaan, Health & Safety Improvement Program (HSIP),

Sertifikasi Teknis untuk CIP, Program Pensiun, dan Pelatihan Regional untuk

CIP. Program-program tersebut diberikan dalam bentuk seminar dan

workshop yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi dan pengetahuan

pegawai. Terdapat juga Program Kepemimpinan Holcim yang berfokus untuk

mengembangkan kepemimpinan, membina bakat dan minat karyawan, dan

meningkatkan keterampilan pegawai pada bidang teknis.

4.3.3 Proses 3

Pada proses 3, program CSV berfokus pada kegiatan perusahaan untuk

mendukung lingkungan dan makhluk hidup, serta kontribusi perusahaan pada

sosial masyarakat sekitar perusahaan.

Sebagai bentuk kepedulian pada alam, Holcim menanam 20.185 pohon

di wilayah operasional pabrik Holcim yang berada di Narogong, Cilacap,

Page 62: Mutia Yogasrinirepository.ub.ac.id/9888/1/Mutia Yogasrini.pdfmemberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi penulis. 5. Harits Mukti Hendito, yang telah menemani penulis semenjak

49

Tuban, Maloko, dan Jeladri. Selain itu, perusahaan mendedikasikan sekitar

65% dari area konsesi di Nusa Kambangan untuk kawasan konservasi

keanekaragaman hayati. Holcim bekerja sama dengan Kementrian

Lingkungan Hidup, Badan Kelautan dan Perikanan, dan Dinas Pengelolaan

Sumber Daya Segara Anakan mengadakan program penanaman bakau di

pelabuhan Wijayapura, pulau Nusakambangan. Holcim bekerja sama dengan

Fakultas Kehutanan IPB (Institut Pertanian Bogor) membuat proyek hutan

pendidikan yang diberi nama Holcim Educational Forest (HEF). Hutan yang

terletak di Cibadak, Sukabumi, Jawa Barat tersebut menjadi habitat bagi

berbagai jenis tumbuh-tumbuhan. Selain itu, terdapat juga area pembibitan

dengan kapasitas mencapai 30.000 bibit tanaman.

Sebagai bentuk keterlibatan dalam sosial masyarakat, Holcim membantu

pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah, serta menciptakan

lapangan kerja. Dalam usahanya tersebut, program yang dibuat oleh Holcim

untuk masyarakat, yaitu:

1. Membuat aplikasi internet handphone mFish untuk membantu para

nelayan lokal berhubungan dan saling berbagi informasi penting satu

sama lain dengan menggunakan ponsel.

2. Menyumbangkan delapan ekor sapi kepada Badan Usaha Milik Gampong

Lampaya, Aceh Besar, sebagai upaya untuk kegiatan beternak sapi di

wilayah tersebut.

3. Mendukung kegiatan peternakan Bebek Basur yang dilakukan oleh

masyarakat sekitar Cilacap Selatan, yang hasilnya akan dijual ke pasar

Page 63: Mutia Yogasrinirepository.ub.ac.id/9888/1/Mutia Yogasrini.pdfmemberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi penulis. 5. Harits Mukti Hendito, yang telah menemani penulis semenjak

50

lokal dan limbahnya akan dijual kepada pemilik kebun pepaya sebagai

kompos.

4. Memberikan fasilitas Galeri Sampireun yang digunakan untuk menjual

produk UKM dan sebagai pusat pengembangan usaha masyarakat

Narogong.

5. Mendukung usaha kecil yang dibentuk dan dikelola oleh perempuan

setempat yang berada di wilayah sekitar perusahaan.

6. Membuat Pusat Kegiatan Masyarakat (PKM) di wilayah pabrik Holcim

di Tuban. Hingga kini, PKM telah membantu berbagai proyek dan

program yang memberi manfaat bagi 15.818 orang. Salah satu program

utama PKM adalah program Saprodi, yaitu dukungan pendanaan mikro

bagi petani dan pemilik usaha kecil. Total 135 petani telah mendapatkan

bantuan dari program tersebut.

Holcim juga menawarkan layanan Solusi RumahKu untuk membantu

pembangunan tempat tinggal masyarakat. Layanan bantuan yang ditawarkan

antara lain, konsultasi desain, akses pembiayaan ke bank mitra, dan

menyediakan bahan bangunan yang terpercaya.

Area fokus investasi sosial Holcim mencakup pendidikan dan pelatihan

masyarakat, kesehatan masyarakat, dan sumber daya manusia di perusahaan

tersebut. Dalam area pendidikan dan pelatihan, Holcim memberikan berbagai

macam beasiswa bagi masyarakat yang berada di sekitar wilayah operasional

perusahaan dan bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah. Beasiswa yang

diberikan oleh Holcim adalah Beasiswa Reguler Holcim, sebanyak 5000

Page 64: Mutia Yogasrinirepository.ub.ac.id/9888/1/Mutia Yogasrini.pdfmemberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi penulis. 5. Harits Mukti Hendito, yang telah menemani penulis semenjak

51

siswa dapat menyelesaikan pendidikan mereka dengan baik di tingkat dasar

maupun menengah. Beasiswa LCI, telah diserahkan kepada 400 siswa lokal

dari daerah Lhoknga dan Leupung. Terakhir, GOTA (Gerakan Orang Tua

Asuh), yang juga diikuti oleh karyawan pabrik Holcim sebagai orang tua asuh

bagi siswa yang berasal dari sekitar wilayah operasional perusahaan.. Selain

memberikan beasiswa, Holcim juga memiliki program Enterprise-based

Vocational Education (EVE). Program tersebut bertujuan untuk menyeleksi

dan mengembangkan potensi remaja lulusan SMA yang tinggal di sekitar

wilayah operasional Holcim untuk melanjutkan studi mereka dalam program

kejuruan. Beberapa lulusan yang dihasilkan dari program Enterprise-based

Vocational Education (EVE) tersebut direkrut untuk bekerja di Holcim.

Program tersebut diselenggarakan dengan kerjasama lembaga akademik

Indonesia, yaitu Politeknik Negeri Jakarta dan Universitas Jenderal

Soedirman, dan telah meluluskan sebanyak 415 siswa. Pada tahun 2016,

program Enterprise-based Vocational Education (EVE) membuka

pendaftaran untuk pabrik Lhoknga dan berhasil menerima 14 siswa dari 106

pelamar.

Dalam area kesehatan masyarakat, Holcim memiliki beberapa program

utama untuk peningkatan kesehatan masyarakat. Holcim bersama

Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta komunitas Masyarakat

Peduli Ciliwung memulai program restorasi untuk memperbaiki kondisi

sungai Ciliwung di Jakarta. Karyawan Holcim juga memberikan pelatihan

keanekaragaman hayati kepada Masyarakat Peduli Ciliwung. Selain itu

Page 65: Mutia Yogasrinirepository.ub.ac.id/9888/1/Mutia Yogasrini.pdfmemberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi penulis. 5. Harits Mukti Hendito, yang telah menemani penulis semenjak

52

terdapat Konsep Terpadu untuk Mendukung dan Memberdayakan

Masyarakat atau disebut juga Posdaya. Dalam Posdaya, Holcim akan

melakukan pemetaan sosial yang bekerjasama dengan lembaga pendidikan

dan badan pemerintah, dari hasil pemetaan sosial, Holcim akan memberikan

respon langsung atas situasi yang dihadapi masyarakat. Pusat Posdaya akan

didirikan di desa atau kecamatan, dan hingga tahun 2016 Holcim telah

memberi dukungan kepada 50 Posdaya dan memberi manfaat bagi 8000

orang.

Page 66: Mutia Yogasrinirepository.ub.ac.id/9888/1/Mutia Yogasrini.pdfmemberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi penulis. 5. Harits Mukti Hendito, yang telah menemani penulis semenjak

53

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi Create Shared

Value (CSV) pada PT. Holcim Indonesia, Tbk. Data yang digunakan

merupakan data sekunder yaitu Laporan Pembangunan Keberlanjutan

perusahaan tahun 2016 yang dianalisis dengan menggunakan teknik Content

Analysis.

Konsep Create Shared Value (CSV) yang dikembangkan oleh Porter dan

Kramer (2011) belum memiliki pedoman kerangka pelaporan secara resmi,

sehingga peneliti tidak menggunakan pedoman Global Reporting Initiative

(GRI) dalam penelitian ini. Oleh karena itu, peneliti menggunakan kerangka

perusahaan lain yang sudah menerapkan Create Shared Value (CSV) untuk

menjadi pedoman analisis implementasi program Create Shared Value (CSV)

di PT. Holcim Indonesia, Tbk. Perusahaan yang digunakan sebagai pedoman

yaitu, Sumitomo Mitsui Trust Holding, Inc. yang merupakan perusahaan

perbankan Jepang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Implementasi

Program Create Shared Value (CSV) pada PT. Holcim Indonesia, Tbk. dibagi

menjadi tiga proses.

1. Proses 1.

Berfokus pada perubahan iklim, energi yang digunakan perusahaan, serta

kontribusi sosial perusahaan yang dilakukan sebagai aktivitas bisnis

Page 67: Mutia Yogasrinirepository.ub.ac.id/9888/1/Mutia Yogasrini.pdfmemberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi penulis. 5. Harits Mukti Hendito, yang telah menemani penulis semenjak

54

perusahaan. Pada Holcim, kontribusi sosial yang dilakukan sebagai

aktivitas bisnis perusahaan adalah pembangunan infrastruktur. Hal

tersebut dikarenakan produk utama dari Holcim adalah semen, beton, dan

solusi berbahan dasar beton lainnya yang menjadi penunjang utama

pembangunan infrastruktur, perumahan dan industri.

2. Proses 2.

Pada proses ini, program Create Shared Value (CSV) yang difokuskan

adalah tata kelola perusahaan, sumber daya manusia serta pemenuhan hak

asasi manusia dalam perusahaan. Tata kelola perusahaan berkontribusi

terhadap kesuksesan perusahaan jangka panjang, membangun

kepercayaan dan membina hubungan antara perusahaan dan stakeholders

untuk menciptakan dan menghasilkan nilai keberlanjutan.

3. Proses 3.

Pada proses ini, program Create Shared Value (CSV) yang menjadi fokus

adalah kegiatan perusahaan untuk pelestarian alam, serta kontribusi

perusahaan pada sosial masyarakat sekitar perusahaan. Sebagai bentuk

keterlibatan dalam sosial masyarakat, Holcim membantu pengembangan

usaha mikro, kecil dan menengah, serta menciptakan lapangan kerja.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini mempunyai keterbatasan yang

dapat dijadikan pertimbangan bagi peneliti berikutnya untuk hasil yang lebih

baik, antara lain:

Page 68: Mutia Yogasrinirepository.ub.ac.id/9888/1/Mutia Yogasrini.pdfmemberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi penulis. 5. Harits Mukti Hendito, yang telah menemani penulis semenjak

55

1. Penelitian ini memiliki keterbatasan pada aspek subjektivitas peneliti,

karena menggunakan metode content analysis dalam proses pemahaman

informasi sustainability report yang diterbitkan perusahaan.

2. Tidak terdapat kerangka Create Shared Value (CSV) yang pasti, sehingga

peneliti menggunakan kerangka Create Shared Value (CSV) yang

diterapkan oleh Mitsui Trust Holding Inc.

5.3 Saran

Saran bagi penelitian selanjutnya mengenai Create Shared Value (CSV),

yaitu:

1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan metode lain seperti

metode wawancara untuk meminimalisir tingkat subjektivitas.

2. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memberikan penjelasan yang

lebih terperinci mengenai perhitungan biaya program Create Shared

Value (CSV) yang dikeluarkan oleh perusahaan dan pembagian-nya pada

setiap program. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara menganalisis

laporan keuangan perusahaan dan melakukan wawancara dengan bagian

Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan.

Page 69: Mutia Yogasrinirepository.ub.ac.id/9888/1/Mutia Yogasrini.pdfmemberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi penulis. 5. Harits Mukti Hendito, yang telah menemani penulis semenjak

56

DAFTAR PUSTAKA

Adrian, Sutedi. 2012. Good Corporate Governance. Jakarta: Sinar Grafika.

Ahmad dan Sulaiman. (2004). Environment Disclosure in Malaysian Annual

Reports: A Legitimacy Theory Perspective. International Journal of

Commerce & Management. 14(1)

Ahmad P., Nuruddin. 2013. The Implementation of Creating Shared Value

(CSV) as A Reference for CSR Development Based on Social

Entrepreneurship (Case Study at PT. Nestle Indonesia). (Skripsi,

Universitas Brawijaya, Malang). Diakses dari www.digilibfeb.ub.ac.id.

Andelin, Mia., Karhu, Jessica., & Junnila, Seppo. 2015. Creating Shared

Value in a Construction Project – a Case Study. Procedia Economics

and Finance. 21: 446-453.

Ayu W., Dyah. 2017. The Compliance of GRI G4 Guidelines and The

Relevance With Creating Shared Value (CSV) Concept: Sustainability

and Partnership and Community Development Reports Analysis of PT.

Pupuk Kaltim. (Skripsi, Universitas Brawijaya, Malang). Diakses dari

www.digilibfeb.ub.ac.id.

Ayuningtyas, Dewi. 2010. Analisis Bentuk-Bentuk Corporate Social

Responsibility Serta Pengungkapannya pada Perusahaan-Perusahaan

Pemenang Indonesia Sustainability Reporting Awards (ISRA) 2008.

(Skripsi, Universitas Brawijaya, Malang). Diakses dari

www.digilibfeb.ub.ac.id.

Bhatt, Ganesh D. 2002. Management Strategies for Individual Knowledge

and Organizational Knowledge. Journal of Knowledge Management.

6(1): 31-39.

Bogdan, R. C., & Biklen, S. K. 1982. Qualitative Research for Education: An

Introduction to Theory and Methods. Boston: Allyn and Bacon, Inc.

Budi, Hendrik. 2008. Corporate Social Responsibility. Jakarta: Sinar Grafika.

Crane, A., Palazzo, G., Spence, L. J., & Matten, D. 2014. Contesting the

Value of “Creating Shared Value”. California Management Review.

56(2): 130-153.

Creswell, John W. 2010. Research Design: Pendekatan Kualitatif,

Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: PT. Pustaka Pelajar.

Page 70: Mutia Yogasrinirepository.ub.ac.id/9888/1/Mutia Yogasrini.pdfmemberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi penulis. 5. Harits Mukti Hendito, yang telah menemani penulis semenjak

57

Crowther, D., & Aras, G. 2008. Corporate Social Responsibility (1st edition).

Diakses dari http://bookboon.com/en/defining-corporate-social-

responsibility-ebook.

Deegan, C., Rankin, M., Voght, P. 2000. Firms Disclosure Reactions to Major

Social Incidents: Australian Evidence. Accounting Forum. 24(1), 101-

130.

Dowling, J., & Pfeffer, J. 1975. Organizational Legitimacy: Social Values

and Organizational Behaviour. Pacific Social Review. 18(1): 122-136.

Drozdz et al. 2015. An Assessment of Customer Shared Value in the

Restaurant Industry – a Survey from Sweden. Theorotical and Applied

Economics Journal. 22(4): 85-98.

Elkington, John. 1998. Cannibals with Forks: The Triple Bottom Line of 21st

Century Business. Capstone.

Elkington, John, & Hartigan, Pamela. 2008. The Power of Unreasonable

People: How Social Entrepreneurs Create Markets That Change the

World. Harvard Business School Press.

Ghozali, I., & Chariri, A. 2007. Teori Akuntansi. Semarang: Badan Penerbit

Universitas Diponegoro.

Gunawan, Imam. 2014. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik.

Jakarta: Bumi Aksara.

Hadi, Nor. 2011. Corporate Social Responsibility. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Hartining T., Fatma. 2014. The Implementation of Creating Shared Value

(CSV) and Its Impact on Company’s Performance. (Skripsi, Universitas

Brawijaya, Malang). Diakses dari www.digilibfeb.ub.ac.id.

Hendrik, Budi U. 2008. Corporate Social Responsibility. Jakarta: Sinar

Grafika.

Holsti, O. R. 1969. Content Analysis for the Social Sciences and Humanities.

Massachusetts: Addison-Westley Publishing.

JPNN. 2017. 4 Produsen Semen Terbesar Dunia yang Beroperasi di

Indonesia. Diakses dari https://www.jpnn.com/news/4-produsen-

semen-terbesar-dunia-yang-beroperasi-di-indonesia?page=4.

Page 71: Mutia Yogasrinirepository.ub.ac.id/9888/1/Mutia Yogasrini.pdfmemberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi penulis. 5. Harits Mukti Hendito, yang telah menemani penulis semenjak

58

L. Lindawati, Ang S., & Puspita, Marsella E. 2015. Corporate Social

Responsibility: Implikasi Stakeholder dan Legitimacy Gap dalam

Peningkatan Kinerja Perusahaan. Jurnal Akuntansi Multiparadigma.

6(1): 157-174.

Lapina I., Borkus, I., Starineca, O. 2012. Corporate Social Responsibility and

Creating Shared Value: Case of Latvia. International Journal of Social,

Behavioral, Educational, Economic, Business and Industrial

Engineering. 6(8).

Macagno, T., 2013. A Model for Managing Corporate Sustainability.

Business and Society Review. 118(2): 223-252.

Mardikanto, Totok. 2014. CSR (Corporate Social Responsibility)

(Tanggungjawab Sosial Korporasi). Bandung: Alfabeta.

Margiono, M. Ari. 2011. Melirik Paradigma Creating Shared Value. Bisnis

Indonesia.

Masyhari, Nanang. 2017. Holcim Latih 94 Ahli Bangunan Kota Kediri.

Diakses dari

http://beritajatim.com/ekonomi/289697/holcim_latih_94_ahli_bangun

an_kota_kediri.html

Mohammed, M. 2013. Conceptual Framework for Corporate Accountability

in the Context of Sustainability – a Literature Review.

Mulyadi. 2003. Pengelolaan Program Corporate Social Responsibility:

Pendekatan, Keberpihakan dan Keberlanjutannya. Center for

Population Studies, UGM.

Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

O’Donovan, G. 2002. Environmental Disclosure in the Annual Report:

Extending the Applicability and Predictive Power of Legitimacy

Theory. Accounting, Auditing and Accountability Journal. 15(3): 344-

371.

Porter, M. E., & Kramer, M. R. 2011. Creating Shared Value: How to

Reinvent Capitalism and Unleash a Wave of Innovation and Growth.

Harvard Business Review. 89(1-2): 62-77.

Prastowo, Andi. 2012. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif

Rancangan Penelitian. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Page 72: Mutia Yogasrinirepository.ub.ac.id/9888/1/Mutia Yogasrini.pdfmemberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi penulis. 5. Harits Mukti Hendito, yang telah menemani penulis semenjak

59

Pride. 2015. Megupas CSR dalam Konsep dan Sejarah. Diakses dari

http://pride.co.id/2015/01/mengupas-csr-dalam-konsep-dan-sejarah/.

PT. Holcim Indonesia Tbk. 2016. Sustainable Development Report.

PT. Holcim Indonesia Tbk. 2014. CSR Special Report.

Rusdianto, Ujang. 2013. CSR Communications A Framework for PR

Practitioners. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Rokhilanasari, S. 2015. Teori-teori dalam Pengungkapan Informasi

Corporate Social Responsibility Perbankan. Diakses dari

https://syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/amwal/article/view/217.

Schreier, Margrit. 2012. Qualitative Content Analysis. Diakses dari

https://www.researchgate.net/file.PostFileLoader.html?id=56b500a55

cd9e36fb28b4585&assetKey=AS%3A325861132783616%401454702

756916.

Sedarmayanti. 2007. Good Governance (Kepemerintahan yang Baik) dan

Good Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan yang Baik).

Bandung: Mandar Maju.

Sekaran, Uma. 2011. Research Methods for Business. Jakarta: Salemba

Empat.

Sen, Sankar., & Bhattacharya, C. B. 2001. Does Doing Good Always Lead to

Doing Better? Consumer Reactions to Corporate Social Responsibility.

Journal of Marketing Research. 38(2): 225-243.

Sugiyono. 2015. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Suharto, Edi. 2015. CSR Masih Relevankah?. Diakses dari:

http://www.kompasiana.com/rcl2014/csr-masih-

relevankah_54f90baca3331100448b4a3e.

Sukada, Sonny., Wibowo, Pamadi., Ginano, Katamsi., Jalal., Kadir, Irpan., &

Rahman, Taufik. 2007. Membuka Bisnis Berkelanjutan: Memahami

Konsep dan Praktik Tanggungjawab Sosial Perusahaan. Jakarta:

Indonesia Business Links.

Sulistyaningsih. 2011. Metodologi Penelitian Kebidanan, Kuantitatif &

Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sumitomo Mitsui Trust Holdings, Inc. 2013. CSR Report.

Page 73: Mutia Yogasrinirepository.ub.ac.id/9888/1/Mutia Yogasrini.pdfmemberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi penulis. 5. Harits Mukti Hendito, yang telah menemani penulis semenjak

60

Supomo, Bambang., & Indriantoro, Nur. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis.

Yogyakarta: BFEE UGM.

Wahyudi, Isa, & Busyra, Azheri. 2008. Corporate Social Responsibility:

Prinsip, Pengaturan dan Implementasi. Malang.

Wibisono, Yusuf. 2007. Membedah Konsep & Aplikasi CSR. Gresik: Fascho

Publishing.

Wirdamawika R., Syahierdian. 2013. Implementasi Creating Shared Value

pada PT. Nestle Indonesia. (Skripsi, Universitas Brawijaya, Malang).

Diakses dari www.digilibfeb.ub.ac.id.