Mutia Mandallassari, LBM 5 Blok 17

download Mutia Mandallassari, LBM 5 Blok 17

of 20

Transcript of Mutia Mandallassari, LBM 5 Blok 17

  • 8/10/2019 Mutia Mandallassari, LBM 5 Blok 17

    1/20

    Mutia Mandallassari

    31101200266, SGD

    Bahan belajar LI blok 17 LBM 5, Perawatan pasien dengan kodisis sistemk kelainan darah, Idiopatic

    Trombocitic Purpura.

    I.

    Manifestasi penyakiit sistemik pada rongga mulut

    Penyakit-penyakit darah

    a. Anemia defisiensi besiadalah penyakit darah yang paling umum.

    Manifestasi pada rongga mulut berupa:

    -

    atropik glossitiAtropik glossitis, hilangnya papila lidah,

    menyebabkan lidah lunak dan kemerahanyang menyerupai migratori

    glossitis. Migratori glossitis, dikenal juga dengan sebutan geographic

    tongue, merupakan suatu kondisi lidah yang tidak diketahui

    penyebabnya. Hal tersebut mengakibatkan lesi kemerahan, non-

    indurasi, atropik dan dibatasi dengan sedikit peninggian pada lidah,

    pinggir yang nyata dengan warna yang bermacam-macam dari abu-abu

    sampai putih. Pada atropik glossitis, area-nya tidak mempunyai batas

    keratotik putih dan cenderung meningkat ukurannya daripada

    perubahan posisinya. Pada kasus yang lebih parah, lidah menjadi lunak

    -

    mukosa pucat

    -

    angular cheilitis.Angular cheilitis, terjadi pada sudut bibir, yang

    disebabkan karena infeksi candida albicans, menyebabkan kemerahan

    dan pecah-pecah, serta rasa ketidaknyamanan. Manifestasi Plummer-

    Vinson syndrome juga termasuk disfagi akibat ulserasi

    pharyngoesophageal. Komplikasi-komplikasi rongga mulut muncul

    bersamaan dengan anemia sickle sel berupa osteomyelitis salmonella

    mandibular yang tampak sebagai area osteoporosis dan erosi yang

    diikuti oleh osteosklerosis. Anesthesia atau paresthesia pada nervus

    mandibular, nekrosis pulpa asymptomatik mungkin juga dapat terjadi.

    Kondisi-kondisi tersebut semakin parah apabila terjadi proliferasi

    sumsum tulang yang hebat. Deformitas dentofacial yang berhubungan

    dicirikan secara radiograpfik sebagai area dengan penurunan densitas

    dan pola trabekular kasar yang paling mudah dilihat diantara puncakakar gigi dan batas bawah mandibula. Osteosklerosis dapat terjadi

    bersamaan dengan trombosis dan infarksi.

    b. Leukimia

    Komplikasi oral leukimia:

    -

    hipertrofi gingival

    - petechie

  • 8/10/2019 Mutia Mandallassari, LBM 5 Blok 17

    2/20

    -

    ekimosis

    - ulkus mucosa

    - hemoragik

    - neuropati nervus mentalis, yang dikenal dengan numb chin syndrome

    -

    Ulserasi palatum dan nekrosis dapat menjadi pertanda adanya

    mucormycosis cavum nasalis dan sinus paranasalis-

    . Infeksi bakterial rongga mulut, yang dapat menjadi sumber septisemia,

    merupakan hal yang sering dan harus segera dideteksi dan diobati

    secara agresif.

    -

    Pengobatan leukimia dengan agen kemoterapi dapat mengakibatkan

    reaktivasi Herpes Simplex Virus (HSV) yang dapat mengakibatkan

    terjadinya mukositis. Namun mukositis akibat kemoterapi dapat terjadi

    tanpa reaktivasi HSV, karena penipisan permukaan mukosa dan/atau

    supresi sumsum tulang yang mengakibatkan invasi organisme

    oportunistik pada mukosa

    c.

    Multiple Myeloma (MM)

    Bila MM melibatkan rongga mulut, biasanya berupa manifestasi sekunder

    pada rahang, terutama mandibula, yang dapat mengakibatkan

    pembengkakan rahang, nyeri, bebal, gigi goyah, fraktur patologik. Punched

    out lesions pada tengkorak dan rahang merupakan gambaran radiografik

    yang khas. MM mengakibatkan immunosupresi, maka timbul beberapa

    infeksi seperti oral hairy leukoplakia dan candidiasis . Timbunan amyloid

    pada lidah menyebabkan macroglossia

    Penyakit 2heumatologic

    a. Sjogrens syndrome

    Pasien Sjogrens syndrome(SS) sering mengalami xerostomia

    dan pembengkakan kelenjar parotis (11). SS sering dihubungkan

    dengan arthritis reumatoid. Pada suatu penelitian (12), 88% pasien

    dengan SS mengalami abnormalitas aliran ludah pada

    submandibular/sublingual, dan 55% mengalami abnormalitas aliran

    kelenjar parotis. Pembengkakan kelenjar parotis atau kelenjar

    submandibular ditemukan pada 35% pasien SS. Xerostomia dapatdihubungkan dengan fissure tongue, depapilasi dan kemerahan yang

    terdapat pada lidah, cheilitis, dan candidiasi.

    Fungsi menelan dan bicara menjadi sulit karena adanya

    xerostomia persisten. Parotitis bakterial yang biasanya disertai

    demam dan discharge purulen dari kelenjar juga dapat terjadi. Hal

  • 8/10/2019 Mutia Mandallassari, LBM 5 Blok 17

    3/20

    tersebut meningkatkan karies gigi, terutama pada servik gigi (13).

    Penting untuk mengenal SS dengan cepat dan merujuk ke dokter gigi

    karena karies gigi dapat berkembang cepat. Diagnosa sering

    dipastikan dengan biopsi glandula salivarius labialis minor. Secara

    histologik, terdapat infiltrat limfosit periduktal.

    b. Scleroderma (Sclerosis sistemik progresif)

    Scleroderma merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan

    adanya sklerosis difus dari kulit, saluran gastrointestinal, otot jantung,

    paru-paru dan ginjal. Bibir pasien sclerodermatampak berkerut

    karena konstriksi mulut, menyebabkan kesulitan membuka mulut.

    Fungsi stomatognatik termasuk mulut dan rahang juga mengalami

    kesulitan. Fibrosis esophageal menyebakan hipotensi sphincter

    esophageal bawah dan gastroesophageal reflux, terjadi pada 75%

    pasien scleroderma (14). Disfagia dan rasa terbakar termasuk

    gejalanya. Mukosa mulut tampak pucat dan

    kaku. Telangietacsias multiple dapat terjadi. Lidah dapat kehilangan

    mobilitasnya dan menjadi halus seperti rugae palatal yang menjadi

    datar. Fungsi glandula saliva dapat menurun walaupun tidak

    separah Sjogrens syndrome. Ligamen periodontal sering tampak

    menebal pada gambaran radiografik.

    c. Lupus erythematosus (LE)

    Lupus erythematosus terbagi menjadi discoid lupuserythematosus (DLE) dan sistemik lupus erythematosus (SLE). Lesi-

    lesi mulut terjadi pada 25-50% pasien DLE dibandingkan dengan 7-

    26% pasien SLE (15). Pada DLE, lesi ini biasanya mulai tampak

    sebagai area keputihan irregular yang kemudian meluas kearah

    perife.

    Setelah lesi ini meluas, bagian tengah daerah ini menjadi

    merah dan menjadi ulcer sedangkan bagian tepi meninggi dan

    hyperkeratotik. Lesi mulut lichen planus mirip lesi mulut pada DLE

    baik secara klinis maupun histologi (16). Kriteria histologik yang jelas

    harus dilakukan untuk membedakan keduanya.

    Ulserasi mulut dan nasopharyngeal diketahui sebagai

    manifestasi diagnostik mayor pada SLE oleh American Rheumatism

    Association Commite on Diagnostic and Therapeutic Criteria. Ulserasi-

    ulserasi ini biasanya tidak menimbulkan nyeri dan melibatkan

  • 8/10/2019 Mutia Mandallassari, LBM 5 Blok 17

    4/20

    palatum(17). Lesi-lesi purpurik seperti ecchymosis dan petechiae juga

    dapat terjadi. Lebih dari 30% pasien SLE, sering melibatkan glandula

    saliva, yang mendorong terjadinya Sjogrens syndromesekunder dan

    xerostomia yang parah.

    d.

    Arthritis Rheumatoid

    Sendi Temporomandibular (TMJ) sering terlibat

    dalam arthritis rheumatoid. Hal ini sering dicirikan dengan erosi pada

    condylus yang mengakibatkan berkurangnya gerakan mandibula dan

    disertai nyeri ketika digerakkan. Mulut kering dan pembengkakan

    kelenjar ludah dapat juga ditemukan pada pasien arthritis

    rheumatoid (18). Pada pasien-pasien tersebut dapat juga timbul SS

    sekunder. Fungsi rahang yang menurun penting untuk dilakukan

    rekonstruksi TMJ segera setelah penyakit utamanya terkontrol. Sendi

    prosthetik dapat menjadi solusi sementara pada pasien tersebut.

    Penyakit Onkologi

    a.

    Kanker Metastase

    Tumor metastase rongga mulut dapat menyerang pada

    jaringan lunak atau keras. Namun hal ini sangat jarang, hanya sekitar

    1% neoplasma maligna rongga mulut. Tumor lebih sering

    bermetastase ke rahang daripada jaringan lunak rongga mulut. Tumor

    pada rahang sering terdeteksi bila timbul keluhan bengkak, nyeri,

    paresthesia, atau setelah menyebar ke jaringan lunak. Secara

    keseluruhan, tempat tumor primer metastase ke rahang berasal dari

    payudara, sedangkan paru-paru merupakan tempat tumor primer

    tersering untuk metastase ke jaringan lunak rongga mulut. Pada laki-

    laki, paru-paru merupakan tempat primer tersering baik untuk

    metastase ke rahang dan jaringan lunak rongga mulut. Regio molar

    mandibula merupakan tempat metastase tersering. Pada 30% kasus,

    lesi metastase rongga mulut merupakan indikasi pertama adanya

    malignansi yang tidak terdeteksi dari tubuh (19).

    Manifestasi awal metastase ke attached gingiva dapat

    menyerupai satu dari 3 macam lesi hyperplastik reaktif pada gingivadan harus ditegakkan dengan biopsi. Fibroma ossifikasi perifer

    biasanya muncul dengan bentuk kecil, berbatas tegas, bermassa padat

    dengan dasar berbentuk sessile atau pedunculated pada margin

    gingiva bebas.

    Lesi merah muda pucat sampai merah diatas dapat menjadi

    besar dan dapat terjadi pada semua umur (insidensi puncak pada

  • 8/10/2019 Mutia Mandallassari, LBM 5 Blok 17

    5/20

    umur 20 th). Tumor pyogenik atau pregnancy tumor yang

    mempunyai kecenderungan berdarah, juga dapat terjadi

    pada attached gingiva. Lesi ini biasanya kecil (diameter kurang dari

    1cm), merah, dan berulserasi. Lesi lain yang juga kecil, berbatas tegas,

    bermassa padat merah gelap, sessile atau pedunculated pada attached

    gingiva adalah granuloma giant cell perifer (20). Sebagai kesimpulan,

    penting untuk mengetahui macam-macam tumor yang bermetastase

    ke rongga mulut.

    e. Histiocytosis sel Langerhans (Histiocytosis X)

    Histiocytosis sel Langerhans (HSL) mewakili spectrum

    ganguan klinik dari yang sangat agresive dan penyakit mirip leukemia

    parah pada bayi sampai lesi soliter pada tulang (21).Hilangnya tulang

    alveolar pada anak-anak dengan eksfoliasi prekok gigi susu harus

    diduga adanya HSL. HSL dapat juga terjadi pada usia remaja dan

    dewasa. Dari tulang-tulang rahang, mandibula yang paling seringterlibat. Tanda-tanda yang muncul adalah nyeri, pembengkakan,

    ulserasi, gigi tanggal (ompong). Gambaran radiografik menunjukkan

    gigi tampak melayang di udara (floating in air) dikelilingi daerah

    radiolusen yang luas. Hal ini berkaitan dengan hilangnya tulang

    alveolar yang cepat. Istilah granuloma eosinofilik tulang (eosinophilic

    granuloma of bone) digunakan bila lesi soliter ditemukan, namun lesi

    multipel dapat muncul kemudian

    Kelainan Endokrin

    a.

    Diabetes Mellitus (DM)Banyak manifestasi rongga mulut pada DM, beberapa

    diantaranya dapat diketahui sejak awal tahun 1862. Pada umumnya

    gejala-gejalanya tampak parah, dan sangat progresive pada pasien

    IDDM (Independent Insulin DM) yang tidak terkontrol dari ada pasien

    NIDDM yang terkontrol. Penelitian menunjukkan bahwa umur, lama

    penyakit, dan tingkat kontrol metabolik memegang peranan penting

    timbulnya manifestasi-manifestasi rongga mulut pasien diabetes

    daripada jenis diabetes apakah IDDM atau NIDMM (22). Sekitar

    sepertiga pasien diabetes mempunyai keluhan xerostomia yang mana

    hal ini berkaitan dengan menurunnya aliran saliva dan meningkatnya

    glukosa saliva. Kemudian, pembesaran glandula parotis bilateral difus,

    keras, yang disebut sialadenosis dapat timbul. Proses ini tidak

    reversibel meskipun metabolisme karbohidrat terkontrol baik.

    Perubahan pengecapan dan sindrom mulut terbakar juga dilaporkan

    pada pasien DM tak terkontrol. Xerostomia merupakan faktor

    predisposisi berkembangnya infeksi rongga mulut. Mukosa yang

  • 8/10/2019 Mutia Mandallassari, LBM 5 Blok 17

    6/20

    kering dan rusak lebih mudah timbulnya infeksi oportunistik oleh

    Candida albican. Candidiasis erytematosus tampak sebagai atropi

    papila sentral pada papila dorsal lidah dan terdapat pada lebih dari

    30% pasien DM. Mucormycosis dan glossitis migratory benigna juga

    mempunyai angka insidensi yang tinggi pada IDDM di populasi umum

    Telah ditemukan bahwa terdapat insidensi yang tinggi karies

    gigi pada pasien dengan DM yang tidak terkontrol. Hal ini

    dihubungkan dengan tingginya level glukosa saliva dan cairan

    krevikuler. Penyembuhan luka yang tidak sempurna, xerostomia yang

    diikuti dengan penimbunan plak dan sisa makanan, kerentanan

    terhadap infeksi, dan hiperplasi attached gingiva, semua memberi

    kontribusi meningkatnya insidensi penyakit periodontal pada pasien

    diabetes

    f. Hypoparatiroidisme

    Penurunan sekresi hormon paratiroid (PTH) dapat terjadisetelah pengambilan glandula paratiroid, begitu juga destruksi

    autoimun terhadap glandula paratiroid. Sindrom-sindrom yang

    jarang, seperti Digeorge Syndrome dan Endocrine-candidiasis

    syndrome sering dihubungkan dengan keadaan ini. Hipocalcemia

    terjadi mengikuti turunnya hormon paratiroid(24). Chvostek sign,

    tanda khas hipokalsemia, dicirikan dengan berkedutnya bibir atas bila

    nervus facialis diketuk tepat dibawah proccesus zygomaticus. Jika

    hipoparatiroid timbul di awal kehidupan, selama proses

    odontogenesis/pertumbuhan gigi, dapat terjadi hipoplasi email dan

    kegagalan erupsi gigi. Adanya candidiasis oral persisten pada pasien

    muda menunjukkan mulai terjadinya sindrom endocrine-candidiasis

    g.

    Hyperparatiroidisme

    Manifestasi awal hiperparatiroid adalah hilangnya lamina dura

    di sekitar akar gigi dengan perubahan pola trabecular rahang yang

    muncul kemudian. Terdapat penurunan densitas trabecular dan

    kaburnya pola normal yang menghasilkan penampakan ground

    glass pada gambaran radiografiknya(26). Dengan menetapnya

    penyakit, lesi tulang lainnya muncul, seperti hiperparatiroid brown

    tumor. Nama ini berasal dari warna spesimen jaringan yangmencolok, biasanya merah tua-coklat akibat perdarahan dan

    tumpukan hemosiderin dalam tumor. Gambaran radiografik

    menunjukkan lesi ini unilokuler atau multiloculer radiolusen yang

    berbatas tegas yang biasanya merusak mandibula, clavicula, iga, dan

    pelvis. Lesi ini soliter, namun lebih sering multipel. Lesi yan bertahan

    lama dapat mengakibatkan ekspansi cortical yang nyata. Secara

  • 8/10/2019 Mutia Mandallassari, LBM 5 Blok 17

    7/20

    histologik, lesi ini dicirikan sebagai proliferasi hebat jaringan

    granulasi vascular yang menjadi latar belakang timbulnya multi-

    nucleated osteoclast-type giant cells. Hal ini identik dengan lesi lain

    yang dikenal dengan lesi giant cell sentral pada rahang.

    h.

    Hypercortisolisme

    Hypercortisolisme atau Cushings syndrome, berasal dari

    meningkatnya glukokortikoid darah yang terus-menerus. Hal ini juga

    bisa berkaitan dengan terapi kortikosteroid lain atau produksi

    berlebih endogen dari glandula adrenal. Horman adrenokorticotropik

    (ACTH) yang berlebih dari tumor pituitari juga menyebabkan

    hipercortisolisme dan penyakit Cushings. Penumpukan jaringan

    lemak di area wajah dikenal sebagai moon facies. Pasien juga

    mengalami facial hirsutism yang bervariasi. Fraktur patologis

    mandibula, maxilla atau tulang alveolar juga dapat terjadi karena

    trauma benturan ringan akibat osteoporosis. Penyembuhan fraktur,begitu juga penyembuhan tulang alveolar dan jaringan lunak setelah

    pencabutan gigi menjadi tertunda.

    i.

    Hypoadrenocortisisme

    Hypoadrenocortisisme berasal dari kurangnya produksi

    horman kortikosteroid adrenal karena adanya kerusakan cortex

    adrenal, kondisi ini dikenal sebagai hypoadrenocortisisme primer

    atau Addisons disease. Hal ini biasanya berkaitan dengan

    autoimmune, juga dapat disebabkan karena infeksi seperti

    tuberculosis, tumor metastase, amyloidosis, sarcoidosis atau

    hemochromatosis. Hypoadrenocortisisme sekunder berkembang

    karena fungsi glandula pituitary yang inadequate. Manifestasi

    orofacial termasuk A bronzing hyperpigmentasi pada kulit,

    terutama pada area yang paling banyak terpapar matahari (sun-

    exposed area). Hal ini disebabkan karena meningkatnya kadar beta-

    lipotropin atau ACTH, yang keduanya dapat menstimulasi melanosit.

    Perubahan kulit ini didahului oleh melanosis mukosa mulut.

    Pigmentasi kecoklatan difus atau bercak sering terjadi di mukosa

    buccal, namun dapat terjadi di dasar mulut, ventral lidah dan bagian

    lain mukosa mulut.

    Gangguan jantung

    a.

    PENYAKIT JANTUNG ISKEMIK(ISCHEMIC HEART DISEASE)

    Manifestasi oral Apabila pasien mengkonsumsi antikoagulan

    atau antiplatelet, dapat terjadi perdarahan, bermanifestasi sebagai

    hematoma, petechiae dan perdarahan gusi.

  • 8/10/2019 Mutia Mandallassari, LBM 5 Blok 17

    8/20

    Congenital Heart Deseases (CHD)

    CHD berhubungan dengan abnormalitas struktur jantung dan

    dapat menjadi salah satu gejala dan sindrom atau abnormalitas

    kromosom. 70% pasien dengan sindrom down mengalami CHD. CHD

    mengenai 8-10 kasus per 1000 anak lahir hidup dengan gender yang

    seimbang. Mayoritas kasus menunjukkan bahwa tidak ada factor

    genetik tertentu sebagai penyebab, tetapi faktor yang berisiko tinggi

    untuk terjadinya penyakit jantung bawaan ini diantaranya maternal

    rubela diabetes, alcoholism, konsumsi obat-obatan selama hamil

    seperti phenitoin dan warfain. Keparahan penyakit tergantung dari

    hemodinamik lesi. Gangguan aliran darah disebabkan oleh

    abnormalitas struktur atau defek obstruktif yang

    mengakibatkan shunting aliran darah.

    Yang termasuk CHD adalah :

    b.

    Ventricular Septal Defect/ VSDVSD adalah defek septum dalam dinding ventrikel yang paling

    banyak terjadi. Defek kecil biasanya tanpa gejala dan diketahui saat

    pemeriksaan rutin. Defek besar dapat menyebabkan sesak nafas,

    kesulitan makan dan buruknya peitinbuhan. 30%-50% defek kecil

    dapat menutup sendiri dan terjadi di tahun pertama, sedangkan defek

    besar biasanya ditutup dengan pembedahan.

    c.

    Atrial Septal Defect/ASD

    Atrial Septal Defect/ASD adalah defek septum dekat foramen ovale,

    lebih sering pada orang dewasa.

    d.

    Patent Ductus Arteriosus /PDA

    Patent Ductus Arteriosus /PDA merupakan kegagalan penutupan

    duktus yang menghubungkan areteri pulmonalis dengan aorta, hal ini

    sering terjadi pada bayi lahir

    dengan prematur.

    e.

    Tetralogy of fallot (TOF)

    Tetralogy of fallot (TOF) meliputi kelainan jantung bawaan tipe

    sianotik yang paling banyak terjadi dengan persentase 7 10% dari

    seluruh Congenital Heart Defect (CHD),merupakan kasus yang cukup

    berat, karena terdiri dari 4 defek yaitu Ventricular) septaldefect,pulmonarhy stenosis, dextroposition aorta, right ventricular

    hypertrophy.TOF ini merupakan kelainan pertumbuhan jantung

    dimana terjadi defek atau lubang dari infundibulum septum

    intraventrikular dan umumnya TOF menyebabkan sianosis saat lahir

    dan saat bayi.

    4 Berdasarkan manifestasi klinis, CHD terdiri dan 2 tipe yaitu tipe

  • 8/10/2019 Mutia Mandallassari, LBM 5 Blok 17

    9/20

    sianosis dan asianosis. Tipe sianosis sepertipulmonary stenosis,

    tetralogy of fallot (TOF). Manifestasi klinis tipe sianosis;sianosis

    sistemik, clubbing finger, dyspnea dan heart murmur. Adapun

    prognosisnya tergantung dan berat ringannya malformasi. Pada tipe

    sianosis aliran adalah right to leftt shunt.Tidak ada tanda oral spesifik

    pada pasien dengan CHD, manifestasi klinis tergantung dan anomaly

    struktur yang diderita.4,5 Manifestasi oral dan CHD adalah sianosis

    gusi dan stomatitis, glositis, defek email terutama pada gigi sulung,

    meningkainya risiko karies dan penyakit periodonta1

    Penyakit Ginjal Kronis

    Apabila aspek fungsional ginjal terganggu pada tahp terminal, maka fungsi ginjal

    hampir tidak ada sehingga glomerulus filtration rate terus menurun dan retensi

    dari berbagai produk buangan sistemik akan memberikan gambaran penyakit

    ginjal kronis pada rongga mulut apabila kondisi tubuh dari azotemik menjadi

    uremik. Beberapa manifestasi penyakit ginjal kronis pada rongga mulut:

    a. Oral malodor / Bau mulut tidak sedap

    Merupakan gejala paling awal apabila ginjal gagal berfungsi adal oral

    malodor atau tibulnya rasa kecap logam akibat alterasi sensasi pengecpan

    terutama pada pagi hari. Rasa kecap logam ini berupa bau ammonia

    terutama pada pasien hemodialisis. Hal ini terjadi karena tingginya

    konsentrasi urea pada rongga mulut, kemuadian pecah menjadi ammonia

    pada penderita uremia.

    b. Serostomia atau mulut kering

    Biasanya terjadi sebagai hasil dari beberapa manifestasi beberapa factor

    seperti inflamasi kimia, dehidrasi , pernafasan melalui mulut, keterlibatan

    langsung kelenjar salivarius, retriksi konsumsi cairan dan sebagai efek

    samping dari suatu obat.

    Serostomia cenderung meningkatkan kerentanan pwnderita terhadap

    karies, inflamasi gusi, kanididiasis, kesulitan bicara, menurunnya retensi

    protesa, disfagia dan gangguan penciuanman.

    c.

    Plak, kalkulus, karies

    d.

    Pembesaran gusi

    Pembesaran gusi sekunder akibat dari konsumsi obat-obatan seprti

    cyclosphorin dan calcium channel blocker.

    e.

    Lesi mulut

  • 8/10/2019 Mutia Mandallassari, LBM 5 Blok 17

    10/20

    f.

    Perubahan warna mukosa

    Warna mukosa pada penderita penyakit ginjal sering terlihat lebih pucat, hal

    ini karena dipengaruhi oleh anemia penderita, kaeadaan ini sering disebut

    pallor. Hal lain sring ditemukan adalah warna kemerahan pada mukosa hal

    ini kerana terjadi penumpukan beta karoten.

    g. Lesi keganasan

    h.

    Infeksi rongga mulutAngular chelitis merupkan infeksi jamur yang sering dijunpai pada pasien

    hemodialisis.

    i. Kelainan gigi

    Yang biasa terjadi adalah hipoplasia gigi, enamel, peningkatan mobility gigi,

    dan malokulusi.

    II.

    Medical compromise, bagaimana penatalaksanaan dentalnya

    a.

    Diabetes

    In patients with controlled diabetes, no special treatment is required for

    routine dentistry including prophylaxis and dental restorative care. The patientshould be told to continue with their normal eating and injection regimen.

    Morning appointments are recommended because cortisol levels are highest at

    this time and will provide the best blood glucose level. The morning meal should

    not be skipped.

    Likewise, the type 1 patientshould not be scheduled immediately after an

    insulin injection because this may result in a hypoglycemic episode. No more

    than 2 carpules of lidocaine 1:100,000, prilocaine HCL (1:200,000), or

    bupivacaine with 1:200,000 epinephrine should be delivered for anesthesia.

    In the moderately-controlled diabetic patient, a maximum of 2 carpules of

    bupivacaine or prilocaine should be used and, if a major procedure is planned

    (eg, multiple extractions, periodontal surgery), an antibiotic should be

    prescribed following therapy. Following surgery the patients food intake should

    include the proper caloric content and protein/carbohydrate/fat ratio to

    maintain glucose balance.

    In the uncontrolled or brittle diabetic patient, only acute dental infection

    should be treated on an outpatient basis. Delivered anesthetic should not include

  • 8/10/2019 Mutia Mandallassari, LBM 5 Blok 17

    11/20

    epinephrine. Antibiotics should be prescribed following treatment and

    monitored carefully for sensitivity and efficacy. In-patient intervention is

    recommended for more complicated dental treatment because precise insulin

    management and post treatment care with respect to infection and electrolyte

    balance may be needed

  • 8/10/2019 Mutia Mandallassari, LBM 5 Blok 17

    12/20

    III.

    Pemeriksaan penunjang pasien dengan medical compromised

    Pemeriksaan Darah Lengkap (Complete Blood Count / CBC) yaitu suatu

    jenis pemeriksaaan penyaring untuk menunjang diagnosa suatu penyakit dan

    atau untuk melihat bagaimana respon tubuh terhadap suatu penyakit.

  • 8/10/2019 Mutia Mandallassari, LBM 5 Blok 17

    13/20

    Disamping itu juga pemeriksaan ini sering dilakukan untuk melihat kemajuan

    atau respon terapi pada pasien yang menderita suatu penyakit infeksi.

    Pemeriksaan Darah Lengkap terdiri dari beberapa jenis parameter pemeriksaan, yaitu

    1.

    Hemoglobin

    2.

    Hematokrit3.

    Leukosit (White Blood Cell / WBC)

    4. Trombosit (platelet)

    5.

    Eritrosit (Red Blood Cell / RBC)

    6. Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC)

    7.

    Laju Endap Darah atau Erithrocyte Sedimentation Rate (ESR)

    8.

    Hitung Jenis Leukosit (Diff Count)

    9. Platelet Disribution Width (PDW)

    10.

    Red Cell Distribution Width (RDW)

    Pemeriksaan Darah Lengkap biasanya disarankan kepada setiappasien yang datang ke suatu Rumah Sakit yang disertai dengan suatu gejala

    klinis, dan jika didapatkan hasil yang diluar nilai normal biasanya dilakukan

    pemeriksaan lanjutan yang lebih spesifik terhadap gangguan tersebut,

    sehingga diagnosa dan terapi yang tepat bisa segera dilakukan. Lamanya

    waktu yang dibutuhkan suatu laboratorium untuk melakukan pemeriksaan

    ini berkisar maksimal 2 jam.

    Hemoglobin

    Hemoglobin adalah molekul protein pada sel darah merah yang

    berfungsi sebagai media transport oksigen dari paru paru ke seluruh

    jaringan tubuh dan membawa karbondioksida dari jaringan tubuh ke paruparu. Kandungan zat besi yang terdapat dalam hemoglobin membuat darah

    berwarna merah.

    Dalam menentukan normal atau tidaknya kadar hemoglobin

    seseorang kita harus memperhatikan faktor umur, walaupun hal ini berbeda-

    beda di tiap laboratorium klinik, yaitu :

    Bayi baru lahir : 17-22 gram/dl

    Umur 1 minggu : 15-20 gram/dl

    Umur 1 bulan : 11-15 gram/dl

    Anak anak : 11-13 gram/dl Lelaki dewasa : 14-18 gram/dl

    Perempuan dewasa : 12-16 gram/dl

    Lelaki tua : 12.4-14.9 gram/dl

    Perempuan tua : 11.7-13.8 gram/dl

    Kadar hemoglobin dalam darah yang rendah dikenal dengan istilah

    anemia. Ada banyak penyebab anemia diantaranya yang paling sering adalah

  • 8/10/2019 Mutia Mandallassari, LBM 5 Blok 17

    14/20

    perdarahan, kurang gizi, gangguan sumsum tulang, pengobatan kemoterapi

    dan penyakit sistemik (kanker, lupus,dll).

    Sedangkan kadar hemoglobin yang tinggi dapat dijumpai pada orang

    yang tinggal di daerah dataran tinggi dan perokok. Beberapa penyakit seperti

    radang paru paru, tumor, preeklampsi, hemokonsentrasi, dll.

    Hematokrit

    Hematokrit merupakan ukuran yang menentukan banyaknya jumlah sel darah merah

    dalam 100 ml darah yang dinyatakan dalam persent (%). Nilai normal hematokrit untuk

    pria berkisar 40,7% - 50,3% sedangkan untuk wanita berkisar 36,1% - 44,3%.

    Seperti telah ditulis di atas, bahwa kadar hemoglobin berbanding lurus dengan kadar

    hematokrit, sehingga peningkatan dan penurunan hematokrit terjadi pada penyakit-

    penyakit yang sama.

    Leukosit (White Blood Cell / WBC)

    Leukosit merupakan komponen darah yang berperanan dalam memerangi infeksi yangdisebabkan oleh virus, bakteri, ataupun proses metabolik toksin, dll.

    Nilai normal leukosit berkisar 4.000 - 10.000 sel/ul darah.

    Penurunan kadar leukosit bisa ditemukan pada kasus penyakit akibat infeksi virus,

    penyakit sumsum tulang, dll, sedangkan peningkatannya bisa ditemukan pada penyakit

    infeksi bakteri, penyakit inflamasi kronis, perdarahan akut, leukemia, gagal ginjal, dll

    Trombosit (platelet)

    Trombosit merupakan bagian dari sel darah yang berfungsi membantu dalam proses

    pembekuan darah dan menjaga integritas vaskuler. Beberapa kelainan dalam morfologi

    trombosit antara lain giant platelet (trombosit besar) dan platelet clumping (trombosit

    bergerombol).

    Nilai normal trombosit berkisar antara 150.000 - 400.000 sel/ul darah.

    Trombosit yang tinggi disebut trombositosis dan sebagian orang biasanya tidak adakeluhan. Trombosit yang rendah disebut trombositopenia, ini bisa ditemukan pada kasus

    demam berdarah (DBD), Idiopatik Trombositopenia Purpura (ITP), supresi sumsum tulang,

    dll.

    Eritrosit (Red Blood Cell / RBC)

    https://lh6.googleusercontent.com/-KPBbS2MIFBs/TX4G6ECX3XI/AAAAAAAAANY/8noazwXELyg/s1600/trombosit.png
  • 8/10/2019 Mutia Mandallassari, LBM 5 Blok 17

    15/20

    Eritrosit atau sel darah merah merupakan komponen darah yang paling banyak, dan

    berfungsi sebagai pengangkut / pembawa oksigen dari paru-paru untuk diedarkan ke

    seluruh tubuh dan membawa kardondioksida dari seluruh tubuh ke paru-paru.Nilai normal

    eritrosit pada pria berkisar 4,7 juta - 6,1 juta sel/ul darah, sedangkan pada wanita berkisar

    4,2 juta - 5,4 juta sel/ul darah.Eritrosit yang tinggi bisa ditemukan pada kasus

    hemokonsentrasi, PPOK (penyakit paru obstruksif kronik), gagal jantung kongestif,perokok, preeklamsi, dll, sedangkan eritrosit yang rendah bisa ditemukan pada anemia,

    leukemia, hipertiroid, penyakit sistemik seperti kanker dan lupus, dll

    Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC)

    Biasanya digunakan untuk membantu mendiagnosis penyebab anemia (Suatu kondisi di

    mana ada terlalu sedikit sel darah merah). Indeks/nilai yang biasanya dipakai antara lain :

    MCV(Mean Corpuscular Volume) atau Volume Eritrosit Rata-rata (VER), yaitu

    volume rata-rata sebuah eritrosit yang dinyatakan dengan femtoliter (fl)

    MCV = Hematokrit x 10

    EritrositNilai normal = 82-92 fl

    MCH(Mean Corpuscular Hemoglobin) atau Hemoglobin Eritrosit Rata-Rata (HER),

    yaitu banyaknya hemoglobin per eritrosit disebut dengan pikogram (pg)

    MCH = Hemoglobin x 10

    Eritrosit

    Nilai normal = 27-31 pg

    MCHC(Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration) atau Konsentrasi Hemoglobin

    Eritrosit Rata-rata (KHER), yaitu kadar hemoglobin yang didapt per eritrosit,

    dinyatakan dengan persen (%) (satuan yang lebih tepat adalah gr/dl) MCHC = Hemoglobin x 100

    Hematokrit

    Nilai normal = 32-37 %

    Laju Endap Darah

    Laju Endap Darah atau Erithrocyte Sedimentation Rate (ESR) adalah kecepatan

    sedimentasi eritrosit dalam darah yang belum membeku, dengan satuan mm/jam. LED

    merupakan uji yang tidak spesifik. LED dijumpai meningkat selama proses inflamasi akut,

    infeksi akut dan kronis, kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit kolagen, rheumatoid,malignansi, dan kondisi stress fisiologis (misalnya kehamilan).

    International Commitee for Standardization in Hematology (ICSH) merekomendasikan

    untuk menggunakan metode Westergreen dalam pemeriksaan LED, hal ini dikarenakan

    panjang pipet Westergreen bisa dua kali panjang pipet Wintrobe sehingga hasil LED yang

    sangat tinggi masih terdeteksi.

    Nilai normal LED pada metode Westergreen : Laki-laki : 0 15 mm/jam

    Perempuan : 0 20 mm/jam

  • 8/10/2019 Mutia Mandallassari, LBM 5 Blok 17

    16/20

    Hitung Jenis Leukosit (Diff Count)

    Hitung jenis leukosit digunakan untuk mengetahui jumlah berbagai jenis leukosit. Terdapat

    lima jenis leukosit, yang masing-masingnya memiliki fungsi yang khusus dalam melawan

    patogen. Sel-sel itu adalah neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil, dan basofil. Hasil hitung

    jenis leukosit memberikan informasi yang lebih spesifik mengenai infeksi dan proses

    penyakit. Hitung jenis leukosit hanya menunjukkan jumlah relatif dari masing-masing jenis

    sel. Untuk mendapatkan jumlah absolut dari masing-masing jenis sel maka nilai relatif (%)

    dikalikan jumlah leukosit total dan hasilnya dinyatakan dalam sel/l.

    Nilai normal : Eosinofil 1-3%, Netrofil 55-70%, Limfosit 20-40%, Monosit 2-8%

    Platelet Disribution Width (PDW)

    PDW merupakan koefisien variasi ukuran trombosit. Kadar PDW tinggi dapat ditemukan

    pada sickle cell disease dan trombositosis,sedangkan kadar PDW yang rendah dapat

    menunjukan trombosit yang mempunyai ukuran yang kecil.

    Red Cell Distribution Width (RDW)RDW merupakan koefisien variasi dari volume

    eritrosit. RDW yang tinggi dapat mengindikasikan ukuran eritrosit yang heterogen, dan

    biasanya ditemukan pada anemia defisiensi besi, defisiensi asam folat dan defisiensi

    vitamin B12, sedangkan jika didapat hasil RDW yang rendah dapat menunjukan eritrosityang mempunyai ukuran variasi yang kecil.

    IV.

    Penyakit infeksi yang dapet menyebar melalui infeksi gigi

    Pengertian Fokal infeksi gigi, adalah penyakit gigi merupakan / sebagai sumber

    suatu penyakit umum yang dapat diderita oleh pasien (Nawawi, 1992).Sumber (fokus

    infeksi) yaitu pusat atau suatu daerah didalam tubuh dari mana kuman atau basil

    basil dari kuman tersebut dapat menyebar jauh ketempat lain dalam tubuh dan bisa

    menyebabkan penyakit. Jadi apabila dikatakan gigi sebagi sumber (fokus) infeksi

    berarti bahwa pusat atau sumber infeksi dari salah satu organ tubuh berasal dari gigi.

    Adapun salah satu jalan penjalaran kuman dari pusat infeksi sampai keorgan tubuh

    tersebut, dibawa melalui aliran darah / limfe atau dapat pula secara kontaminasi

    (Moestopo, 1982).

    https://lh6.googleusercontent.com/-Y-pWvQm6w-U/TX4Hixm0n5I/AAAAAAAAANc/lLK__IzlXaI/s1600/hitung+jenis.gif
  • 8/10/2019 Mutia Mandallassari, LBM 5 Blok 17

    17/20

    Fokal infeksi merupakan suatu tempat yang dinyatakan sebagai pusat penyebaran

    suatu infeksi yang dapat mempengaruhi / mengganggu organ lain dalam tubuh bila

    kondisi jaringan setempat memungkinkan. Hipotesa fokal infeksi dan infeksi lokal

    sampai saat ini masih bersifat kontrofersial. Sebab tinjauan laboratorium masih belum

    dapat menunjukkan hasil yang memuaskan akan tetapi pengalaman klinis maupun

    pengamatan klinis sering kali mendukung dugaan tersebut (Nawawi, 1992).

    Sumber (fokus) infeksi dalam rongga mulut, terutama yang berhubungan erat

    dengan gigi dapat berada di jaringanjaringan (Moestopo, 1982) :

    1. Periodontium, yaitu jaringan untuk mengikat gigi didalam tulang alveolus, kalau serabut

    periodontium ini rusak, gigi akan goyang, dan kuman kuman akan lebih mudah

    mencapai daerah ujung akar gigi dan masuk saluran darah. Keadaan ini yang biasa

    disebut pyorhoea yaitu gejala keluarnya nanah dari saku gusi yang berasal dari

    peradangan karena rusaknya periodontium.

    2. Periapikal, yaitu ujung akar gigi

    3. Pulpa gigi.

    Bahkan dapat berasal dari kuman kuman penyakit didaerah gusi, juga sisa sisa

    fragmen gigi yang tertinggal, gigi dan lubang lubang baru setelah pencabutan, bekas

    akar gigi (socket) dapat pula merupakan fokus infeksi.

    Cara dari kuman kuman tersebut dapat menembus masuk kedalam aliran darah,

    haruslah melalui lubang / perlukaan pada pembuluh darah atau kelenjar limfe (getah

    bening), yaitu melalui lesi (kerusakan) yang ditimbulkan oleh trauma mekanis, misalnya

    pada tindakan pencabutan gigi, gerakan mengunyah pada gigi yang rusak dan goyang,

    sehingga pada keadaan ini selain terjadi trauma mekanis juga timbul gerakan memompa

    yang dengan sendirinya akan mempermudah penularan dengan memompakan kuman

    kuman dari sekeliling akar gigi ke dalam aliran darah dan kelenjar getah bening melalui

    pembuluh darah (Moestopo, 1982).

    Penyakit umum yang disebut

    sebut disebabkan fokal infeksi dari gigi, diantaranya :

    1. Demam rheumatic

    Salah satu penyakit jantung didapat yang sering didapatkan adalah demam

    reumatik akut

    (DRA). Demam rematik sendiri merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik non supuratif

    yang digolongkan pada penyakit vaskular kolagen atau kelainan jaringan ikat, dimana

  • 8/10/2019 Mutia Mandallassari, LBM 5 Blok 17

    18/20

    proses reumatiknya merupakan suatu reaksi peradangan yang mengenai banyak organ

    terutama jantung.

    Kerusakan yang timbul di jantung merupakan manifestasi kerusakan terberat,

    sedangkan keterlibatan organ lain hanya bersifat sementara.Kemampuan bakteri penyebab

    demam rematik untuk mengakibatkan katup jantung menjadi fibrosis inilah yang kemudiandikenal sebagai penyakit jantung rematik.

    Tentang terjadinya infeksi sekunder, pada permulaan konsepsi infeksi ini secara

    luas dikemukakan, bakteri dari suatu fokal infeksi kronis diyakini memiliki afinitas yang

    kuat terhadap jaringan atau cairan tertentu.

    Selanjutnya bakteri dari dalam peredaran darah akan tersangkut pada tempat

    tertentu yang merupakan locus minoris resistentiae, yaitu tempat dengan daya tahan

    rendah yang tentunya akan meningkatkan permeabilitas kapiler dengan hasil akhir

    mempermudah kuman untuk berlokalisasi.

    Hipotesis lain menyatakan adanya keterlibatan toksin dari bakteri ini untuk dapat

    menimbulkan efek pada daerah yang jauh dari sumbernya. Bersama dengan reaksi

    imunologi yang terjadi, toksin ini merusak jaringan yang mudah cedera. Akan tetapi,

    mekanisme definitif tentang kronologi infeksi masih belum diketahui secara jelas.

    Keterlibatan gigi pada kerusakan jantung tidak berlangsung secara langsung. Katup

    jantung yang telah rusak karena penyakit demam rematik terdahulu akan sangat mudah

    terkena penyakit ulangan tersebut ketika dimasuki oleh Streptokokus viridians yang justru

    seringkali banyak terdapat di dalam aliran darah setelah dilakukan pencabutan gigi.

    2. Rheumatoid arthritis (rematik pada persendian)

    3. Poly arthritis, ini empunyai gejala ngilu gi banyak persediaan, sehingga sering

    dikacaukan dengan syphilis stadium kedua yang mempunyai gejala sama.

    4. Sub-acute bacterial endocarditis (infeksi pada katup jantung).

    Endocarditis infektif atau endocarditis bacterial adalah infeksi lapisan

    dalam jantung yang disebabkan oleh invasi langsung bakteri atau arganisme lain

    yang menyebabkan abses myocardium (otot jantung) dan gagal jantung. Mills

    (2006) menjelaskan bahwa endocarditis / endokarditis merupakan infeksi yang

    terjadi pada endocardium, katup jantung atau prosthesis jantung yangdiakibatkan oleh invasi bakteri atau jamur.

    Pathophysiology

    Ketika lapisan dalam jantung (endokardium) menjadi radang, klot

    (gumpalan) fibrin terbentuk. Klot fibrin ini akan menjadi koloni oleh pathogen

    selama episode bakteremia yang dapat diakibatkan dari prosedur invasive

  • 8/10/2019 Mutia Mandallassari, LBM 5 Blok 17

    19/20

    (kanulasi arteri dan vena, penanganan gigi yang menyebabkan perdarahan gusi,

    pembedahan gastrointestinal (GI), biopsy hati, sygmoidoscopy), kateterindwelling, infeksi saluran kemih, infeksi kulit dan luka.

    Platelet dan fibrin, selanjutnya mengelilingi mikroorganisme yang

    menginvasi membentuk suatu selubung pelindung dan menyebabkan vegetasiyang terinfeksi menjadi luas. Vegetasi yang meluas (lesi dasar endocarditis)

    menjadi rusak, menebal, kaku dan meninggalkan parut pada lembar katup dan

    cincin fibrous penopang katup jantung. Vegetasi mungkin juga berjalan ke

    berbagai organ dan jaringan (seperti limpa, ginjal, arteri koroner, otak dan paru)

    dan membendung aliran darah. Penutup pelindung yang mengelilingi vegetasi

    membuat sulit bagi sel darah putih (WBC) dan agent antimikroba untuk masuk

    dan menghancurkan lesi yang terinfeksi.

    Etiology

    Bakteri penyebab endokarditis antara lain:

    1.

    Streptococcus Viridan bakteremia terjadi setelah penanganan gigi atauinfeksi saluran pernafasan atas.

    2.

    Staphylococcus aureus bakteremia terjadi setelah pembedahan jantung

    atau penyalahgunaan obat parenteral.

    3.

    Staphylococcus epidermidis bakteremia terjadi karena katup jantung

    prosthetis dan prosedur akses intravena (IV).

    4.

    Enterococci bakteremia biasanya terjadi pada pasien lansia (umur> 60

    tahun) dengan infeksi traktus genitourinary.

    5.

    Bakteri gram negative seperti Haemophilus, Actinobacter dan

    Cardiobacterium tidak umum tetapi dapat menyebabkan komplikasi serius.

    6.

    Jamur (Candida albican, Aspergillus) dan rickettsiae merupakan penyebab

    lain.7.

    Endokardiris infeksius juga dapat terjadi pada katup jantung yang

    sebelumnya cidera karena demam rheumatic, defek congenital, katup jantung

    normal, katupjantung biologis dan mekanis.

    Manifestasi Klinis Umum

    1.

    Demam, menggigil, berkeringat (demam mungkin tidak ditemukan pada pasien

    lansia atau uremia).

    2.

    Anoreksia, penurunan berat badan, lemah

    3. Batuk, nyeri sendi dan punggung (khususnya pada pasien > 60 tahun)

    4.

    Splenomegali

    Selanjutnya, secara spesifik manifestasi klinis dapat ditunjukkan oleh adanyaperubahan dalam perubahan system organ seperti:

    1.

    Manifetasi pada kulit dan kuku

    - Petechiae conjunctiva, membrane mukosa.

    -

    Perdarahan pada bantalan kuku

    - Nodus Osler Nodus merah dan nyeri pada telapak jari dan

    jempol: biasanya tanda akhir infeksi dan ditemukan dengan

    infeksi sub akut.

  • 8/10/2019 Mutia Mandallassari, LBM 5 Blok 17

    20/20

    -

    Lesi Janeway macula berwarna pink cerah pada telapak kaki,

    tidak megeras, mungkin berubah menghitam dalam beberapa hari;

    biasanya tanda awal infeksi endokardium / endocardyum.

    - Clubbing fingers dan jempol utamanya pada pasien yang

    mempunyai kondisi infeksi yang tidak diobati dan meluas.

    2.

    Manifestasi klinis jantung- Murmur yang berubah atau patologis tidak adanya murmur

    dengan tanda dan gejala lain mungkin mengindikasikan infeksi

    jantung sebelah kanan.

    -

    Tachycardia berhubungan dengan penurunan cardiac output

    (CO).

    3.

    Manifestasi sistem saraf pusat

    - Sakit kepala

    -

    Iskemia sereblal sesaat

    - Perubahan status mental, aphasia

    -

    Hepiplegia

    -

    Kehilangan sensoris kortikal- Roths spot pada fundi (perdarahan retina)

    4.

    Manifestasi paru

    - Biasanya terjadi dengan keterlibatan jantung sebelah kanan

    -

    Pneumonitis, pleuritis, edema pulmonal, infiltrate.

    5. Fenomena embolik

    -

    Paru hemoptysis, nyeri dada, nafas pendek.

    - Ginjal hematuria, warna urine abnormal

    -

    Limpa nyeri kuadran atas kiri abdomen ke bahu kiri.

    - Jantung Myocardial infarct, insufisiensi aorta, gagal jantung.

    -

    Otak kebutaan mendadak, paralysis, abses otak, meningitis.

    -

    Pembuluh darah aneurysme mycotik.- Abdomen melena, nyeri akut

    5. Penyakit tertentu pada saluran pencernaan.

    6. Beberapa penyakit mata.