MUSEUM PENGKHIANATAN PKI

28
LAPORAN STUDY TOUR LUBAG BUAYA SATRIA MANDALA IPTEK Disusun Oleh : Nama : Alvi Alvarizi Kelas : 5 A SDN BOJONGGEDE 03 Jl. Pasar Baru No.198 Bojonggede – Bogor

description

MUSEUM PENGKHIANATAN PKI

Transcript of MUSEUM PENGKHIANATAN PKI

Page 1: MUSEUM PENGKHIANATAN PKI

LAPORAN STUDY TOUR

LUBAG BUAYA

SATRIA MANDALA

IPTEK

Disusun Oleh :

Nama : Alvi Alvarizi

Kelas : 5 A

SDN BOJONGGEDE 03

Jl. Pasar Baru No.198 Bojonggede –

Bogor

2012

Page 2: MUSEUM PENGKHIANATAN PKI

MUSEUM PENGKHIANATAN PKI

(KOMUNIS)

RUANG INTRO

Dalam Ruang Intro terdapat 3 mozaik foto yang masing - masing

menggambarkan :

1. Kekejaman - kekejaman PKI terhadap bangsa sendiri dalam

pemberontakan Madiun.

2. Penggalian jenazah korban keganasan PKI dalam Gerakan 30

September 1965.

3. Pengadilan gembong – gembong G.30 S/PKI oleh Mahkamah Miiiter

Luar Biasa.

Page 3: MUSEUM PENGKHIANATAN PKI
Page 4: MUSEUM PENGKHIANATAN PKI

PENCULIKAN MEN/PANGAD LETJEN TNI A. YANI (1 OKTOBER

1965)

Pukul 02.30 tanggal 1 Oktober 1965 pasukan penculik G.30.S/PKI

sudah berkumpul di Lubang Buaya. Pasukan dengan nama Pasopati

dipimpin Lettu Dul Arief. Pasukan penculik Men/pangad Letjen TNI A. Yani

memakai seragam Cakrabirawa tiba di sasaran pukul 04.00 dan berhasil

melucuti regu pengawal. Mereka memasuki rumah dan bertemu dengan

seorang putera Jenderal A. Yani.

Para penculik menyuruh anak tersebut untuk membangunkan ayahnya.

Jenderal A. Yani keluar dari kamar dengan berpakaian piyama.

Salah seorang penculik mengatakan bahwa Bapak diminta segera

menghadap Presiden. Beliau akan mandi dan berpakaian dulu. Salah

seorang anggota penculik mengatakan tidak perlu mandi dan mencuci

mukapun tidak boleh. Melihat sikap yang kurang ajar itu, Jenderal

A. Yani marah dan menampar oknum tersebut. Beliau berbalik dan

menutup pintu. Ketika itulah Pak Yani diberondong dengan senjata

Thomson dan gugur seketika. Kemudian tubuh Jenderal A. Yani yang

berlumuran darah diseret ke luar rumah dan dilemparkan keatas truk, lalu

dibawa ke Lubang Buaya.

Diorama Penculikan Men/pangad Letjen TNI A. Yani(1 Oktober 1965)

Page 5: MUSEUM PENGKHIANATAN PKI

PENGANIAYAAN DI LUBANG BUAYA (1 OKTOBER 1965)

Dini hari tanggal 1 Oktober 1965 gerombolan G.30.S/PKI menculik 6

pejabat teras TNI AD dan seorang perwira pertama. Di Lubang Buaya

tubuh mereka dirusak dengan benda-benda tumpul dan senjata tajam ,

yang masih hidup disiksa satu demi satu kemudian kepalanya ditembak.

Sesudah disiksa para korban dilemparkan kedalam sumur tua yang

sempit. Penyiksaan dan pembunuhan itu dilakukan o!eh anggota Pemuda

Rakyat (PR). Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani) dan ormas-ormas PKI

lainnya

Diorama Penganiayaan di Lubang Buaya (1 Oktober 1965)

PENGAMANAN LANUMA HALIM PERDANAKUSUMA (2 OKTOBER

1965)

Panglima Kostrad Mayjen TNI Soeharto mengeluarkan perintah

untuk segera mengamankan Lapangan Udara Halim Perdanakusuma

mengingat kekuatan G.30.S/PKI berpusat dipangkalan tersebut Pasukan

yang akan melaksanakan tugas pengamanan terdiri atas 1 Yon RPKAD, 1

Yon Para Kujang Siliwangi yang diperkuat 1 kompi pancer. Pasukan

bergerak pukul 03 00 tanggai 2 Oktobe, 1965 dari Markas Kostrad menuju

Lapangan Udara Halim Perdanakusuma dari arah timur. Mereka tiba

ditempat sasaran pukul 06.00 pagi tanggal 2 Oktober 1965. Lapangan

Halim Perdanakusuma dijaga oleh Yon 454/Diponegoro yang diperalat

G.30.S/PKI.

Beberapa orang anggota RPKAD berhasil menyusup sampai

ketempat parkir pesawat-pesawat terbang, sedang anggota lainnya sudah

berada di depan Yon 454. Dengan gerakan pendadakan, maka pasukan

RPKAD dan Kujang berhasil melumpuhkan pasukan Yon 454. Pukul 06.10

Halim berhasil dikuasai oleh RPKAD dan Yon Para Kujang dan gerakan

Page 6: MUSEUM PENGKHIANATAN PKI

selanjutnya ialah menguasai Lubang Buaya.

PENGANGKATAN JENAZAH (4 OKTOBER 1965)

Setelah menguasai Halim Perdanakusuma, asukan RPKAD melanjutkan

gerakan ke Lubang Buaya Setelah daerah itu diamankan, mulai

melakukan pencairan jenazah perwira-perwira TNI-AD yang diculik oleh

gerombolan G.30.S/PKI.

Sore hari tanggal 3 Oktober 1965 diperoleh petunjuk dan anggota

POLRI yang pernah ditawan oleh geromboian C.30.S/PKI. ia memberitahu

bahwa perwira-perwira tersebut sudah dibunuh dan, jenazahnya dikubur

di sekitar tempat pelatihan musuh. Ternyata ienazah dimasukkan kedalam

sumur tua lalu ditimbun dengan sampah kering,daun-daun, singkong

secara berselang-seling. Pengangkatan jenazah dilakukan pada tanggal 4

Oktober 1965 oleh anggota-anggota Kesatuan Intai

Para Amfibi (KIPAM) dari Marinir (KKO-TNI-AL) dan anggota RPKAD.

Pengangkatan jenazah tersebut disaksikan oleh Mayor Jenderal TNI

Soeharto.

Diorama Pengangkatan Jenazah 7 Pahlawan Revolusi(4 Oktober 1965)

Page 7: MUSEUM PENGKHIANATAN PKI

PROSES LAHIRNYA SURAT PERINTAH

11 MARET 1966 (11 MARET 1966)

Pada tanggal 11 Maret 1966 Kabinet Dwikora bersidang di Istana

Negara ditengah memuncaknya demontrasi mahasiswa yang menuntut

pembubaran PKI, pembersihan kabinet dari oknum-oknum G.30.S/PKI dan

penurunan harga. Presiden Soekarno meninggalkan ruang sidang setelah

mendapat laporan bahwa Istana dikepung oleh pasukan tak dikenal,

kemudian berangkat ke Istana Bogor. Tiga perwira tinggi TNI-AD yakni

Mayjen TNI Basuki Rachmad, Brigjen TNI M. Yusuf dan Brigjen TNI Amir

Machmud menyusul ke Bogor setelah melapor kepada Men/pangad-Letjen

TNI Soeharto. Presiden Soekarno memerintahkan kepada ketiga perwira

tinggi bersama ketiga Wakil Perdana menteri untuk menyusun konsep

surat perintah. Akhirnya lahir Surat Perintah 11 Maret 1966.. yang

berisikan pemberian wewenang kepada Letjen TNI Soeharto untuk

mengambil segala tindakan yang dianggap perlu guna terjaminnya

keamanan dan ketenangan serta kestabilan jalannya pemerintahan dan

jalannya revolusi.

Page 8: MUSEUM PENGKHIANATAN PKI

PELANTIKAN JENDERAL TNI SOEHARTO SEBAGAI PEJABAT

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (12 MARET 1967)

Pada tanggal 22 Februari 1967 Pres Mendataris MPRS/Panglima

Tertinggi ABRI dengan resmi menyerahkan kekuasaan pemerintahan

sehari kepada Jenderal TNI Soeharto. Sidang Istimewa MPRS tanggal 12

Maret 1967 menghasilkan Ketetapan MPRS Nomor : XXXIII/MPRS /1967,

tentang Pencabutan Kekuasaan Pemerintahan Negara dari Presiden

Soekarno dan mengangkat Jenderal TNI Soeharto Pengemban Ketetapan

MPRS No. IX/MPRS/1966 sebagai Pejabat Presiden.

Pertahanan Nasional mengadakan Penataran, Kewaspadaan Nasional

(Tarpadnas) Sejak tanggai 19 September 1991 Tarpadnas diikuti oleh

w,ikil-wakil pemuda dari 27 Propinsi dan berbagai organisasi massa

pemuda.

Page 9: MUSEUM PENGKHIANATAN PKI

FOTO-FOTO PARA PAHLAWAN REVOLUSI

Tujuh foto pahlawan revolusi setengah badan dalam ukuran besar yaitu

foto Letjen TNI Ahmad Yani, Mayjen TNI Soeprapto, Mayjen TNI M.T

Harjono, Mayjen TNI S. Parman, Brigjen TNI D.I. Pandjaitan,

Brigjen TNI Soetojo Siswomihardjo, dan Lettu Pierre Andries Tendean.

RUANG RELIK

Ruang Relik berisi barang-barang peninggalan para pahlawan

revolusi terutama pakaian yang dikenakan pada saat beliau gugur, petikan

visum dokter, peluru yang diketemukan dalam tubuhnya, tali pengikat dan

lain-lain. Di ruangan ini disajikan pula Aqualung (alat bantu pernafasan)

dan sebuah radio lapangan yang pernah digunakan Jenderal Soeharto

pada waktu memimpin penumpasan G.30.S/PKI.

RUANG TEATER

Page 10: MUSEUM PENGKHIANATAN PKI

Diruangan ini disajikan pertunjukan vidio digital (VCD) yang berisi

rekaman bergelar pengangkatan jenazah Pahlawan Revolusi dari sumur

tua di Lubang Buaya, pemakaman ke Taman Makam Pahlawan Kalibata,

Sidang Mahmillub serta pengangkatan Jenderal Soeharto menjadi Pejabat

Presiden RI pada tanggal 12 Maret 1967 VCD ini ± 30 menit.

RUANG PAMERAN FOTO

Ruangan ini menyajikan foto-foto pengangkatan dan pemakaman jenazah

Pahlawan Revolusi ke Taman Makam Pahlawan, Kalibata, Jakarta.

Page 11: MUSEUM PENGKHIANATAN PKI

PAMERAN TAMAN

SUMUR MAUT

Partai Komunis Indonesia ingin merebut I Pemerintah Indonesia

dengan menggunakan aksi kekerasan yaitu melakukan penculikan dan

pembunuhan terhadap enam perwira tinggi dan satu perwu yang terjadi

pada tanggai 1 Oktober 1965.

Setelah diculik, tujuh perwira tersebut desa Lubang Buaya di daerah

Pondok Gede, Jakarta Tmur. Dari ketujuh perwira tersebut, empat

diantaranya masih dalam keadaan hidup. Sesampainya di Lubang Buaya,

keempat perwira yang masih hidup disiksa beramai-ramai secara keji dan

biadab oleh gerombolan G.30.S/PKI kemudian dibunuh satu persatu

Jenazah Ketujuh perwira tersebut, kemudian dimasukkan kedalam

sebuah sumur tedalaman 12 m dan berdiameter 75 cm dengan posisi

kepala dibawah. Selanjutnya para gerombolan menutup sumur dengan

timbunan batang - batang sampah secara berselang seling beberapa kali

dan terakhir sumur tersebut ditutup dengan tanah diatasnya. Sebagai

tipuan mereka menggali lubang – lubang ssehingga dapat menyesatkan

bagi orang-orang yang akan mencari jenazah ke tujuh perwira tersebut

Dan sumur tua diketemukan tujuh jenazah Jenderal TNI A. Yani,

Mayor Jenderal TNI S. Parman, Mayor Jenoeral TNI MT. Harjono, Mayor

Jendral TNI Soeprapto, Brigadir Jenderal TNI Soetojo Siswomiharjo, Brigadir

Jenderal D.I. Pandjaitan, dan Letnan Satu Pierre Andries Tendean. Berkat

kerja keras dari satuan – satuan ABRI, jenazah-jenazah tersebut dapat

diangkat pada tanggal 4 Oktober 1965 dalam keadaan rusak akibat

penganiayaan secara kejam di luar kemanusiaan.

Page 12: MUSEUM PENGKHIANATAN PKI

Sumur Tua

Cungkup Sumur Tua

Page 13: MUSEUM PENGKHIANATAN PKI

RUMAH-RUMAH BERSEJARAH RUMAH PENYIKSAAN

Menjelang akhir Agustus 1965 Pimpinan Biro Khusus PKI Syam

Kamaruzaman terus menerus mengadakan pertemuan. Pertemuan pada

tanggal 22 September 1965 diselenggarakan di rumah Syam di jalan

Pramuka, Jakarta. Pertemuan tersebut membahas tentang penetapan

sasaran gerakan bagi masing-masing pasukan. Pasukan yang akan

bergerak menculik dan membunuh para Jenderal yang dianggap lawan

politiknya diberi nama pasukan Pasopati yang dipimpin oleh Letnan Satu

Dul Arief. Pasukan tersebut bergerak dari Lubang Buaya pada dini hari

pada tanggal 1 Oktober 1965 yang didahului dengan gerakan penculikan.

Mereka yang diculik adalah

1. Letjen TNI Ahmad Yani

2. Mayjen TNI MT. Harjono

3. Mayjen TNI R. Soeprapto

4. Mayjen TNI S. Parman

5. Brigjen TNI D.I. Pandjaitan

6.Brigjen TNI Soetojo Siswomihardjo

7. Lettu Pierre Andries Tendean

Mereka yang masih hidup dimasukan kedalam sebuah rumah

berukuran 8 m x 15,5 m. Secara kejam mereka dianiaya dan

dibunuh oleh anggota Pemuda Rakyat dan Gerwani serta organisasi lain

yang merupakan organisasi satelit PKI. Setelah puas dengan segala

Kekelamannya semua jenazah dimasukkan kedalam sumur lalu ditimbun

dengan sampah dan tanah.

Rumah yang digunakan untuk menyiksa para korban terbuat dari

bilik dan papan Sebelum meletus pemberontakan G 30.S/PKI rumah itu

digunakan sebagai tempat belajar Sekolah Rakyat (sekarang SD).

Page 14: MUSEUM PENGKHIANATAN PKI

DIORAMA PENYIKSAAN

Menggambarkan penyiksaan para korban yang masih dalam keadaan

hidup. Mereka adalah Mayor Jenderal TNI R. Soeprapto, Mayor Jenderal

TNI Parman, Brigjen TNI Soetojo Siswomihardjo dan Lettu Czi Pierre Andries

Tendean.

RUMAH POS KOMANDO

Rumah ini milik seorang penduduk RW 02 Lubang Buaya bernama Haji

Sueb. Pada waktu meletusnya gerakan 30 September PKI tahun 1965,

dipakai oleh pimpinan gerakan yaitu eks Letkol Untung dalam rangka

mempersiapkan penculikan terhadap 6 Jenderal dan 1 perwira

pertama TNI-AD.

Pada tanggal 30 September 1965 pukul 24 .00 WIB, dirumah Pos

Komando Pasukan Pasopat, dibriefing mengenai pelaksanaan gerakan.

Pasukan Pasopati bergerak menuju sasaran setelah selesai

menerima pengarahan dari Dul Arief.

Sebagai bukti sejarah bagi generasi muda. rumah Haji Sueb

diabadikan di Monumen Pancasila Sakti, untuk mengingat betapa

kejamnya PKI terhadap para Pahlawan Revolusi.

Di dalam rumah Pos Komando masih terdapat peninggalan

barang-barang asl i antara lain : 3 buah lampu Petromaks, mesin

jahit, dan lemari kaca.

Page 15: MUSEUM PENGKHIANATAN PKI

DAPUR UMUM

Rumah Dapur Umum merupakan salah satu rumah bersejarah yang ada

dilokasi Monumen Pancasila Sakti Lubang Buaya. Rumah tersebut

dilestarikan sebagai koleksi benda bersejarah karena merupakan bagian dari

sarana yang dipakai oleh PKI untuk menunjang terlaksananya kegiatan

penganiayaan dan pembunuhan terhadap tujuh orang perwira TNI AD

dalam peristiwa G.30.S/PKI. Rumah yang statusnya milik Ibu Amroh itu

dipakai oleh PKI sebagai tempat penyediaan sarana konsumsi gerombolan

G.30.S/PKI di Lubang Buaya.

Sebelum PKI menguasai Desa Lubang Buaya ( Sekarang lokasi

Monumen Pancasila Sakti), mereka mengadakan pendekatan terlebih

dahulu terhadap penduduk yang tinggal dilokasi Monumen. Untuk dapat

mencapai tujuan, PKI memerintahkan para penduduk mengungsi untuk

sementara, karena disekitar mereka sedang ada latihan perang secara

besar-besaran balk siang maupun malam

Oleh karena itu kira-kira tiga hari sebelum peristiwa G.30.S/PKI

meletus, Ibu Amroh yang sehan-hari sebagai pedagang pakaian keliling

(cingkau) meninggalkan rumah dalam keadaan tidak terkunci dan tanpa

menerima uang saku sepeserpun. Mereka menuruti segala kemauan PKI

karena dijanjikan atas keamanan rumah dan isinya Walaupun akhirnya

mereka tahu bahwa mereka dibohongi oleh PKI

Setelah mengungsi bebei apa nari ketempat sanak famili, mereka

kembah ke Lubang Buaya atas saran dari pamong desa tempat

mengungsi Alangkah terkejutnya mereka ketika mereka mehhat keadaan

rumah berantakan tidak karuan. Sebagian perabot rumah tangga dalam

keadaan rusak dan sebagian hilang, sebagian lagi tercecer dihalaman dan

kebun.

Page 16: MUSEUM PENGKHIANATAN PKI

MUSEUM SATRIAMANDALA

Sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam rangka merebut

dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

memakan waktu yang cukup panjang dengan pengorbanan jiwa dan

raga maupun harta benda yang tak ternilai harganya. Perjuangan

bangsa Indonesia dengan TNI sebagai intinya, berjuang secara bahu

membahu dalam suasana kebersamaan. Dalam perjalanan sejarah

dapat disarikan bahwa sejarah perjuangan nasional termasuk

didalam sejarah TNI mempunyai peran penting dalam meningkatkan

jiwa dan semangat serta memperkuat jati diri bangsa dalam

mencapai tujuan nasional. Karena dengan belajar sejarah

masyarakat bangsa diharapkan mampu bersikap serta bertindak arif

dan bijaksana dalam menghadapi masa depan. Oleh karenanya

minat prajurit dan masyarakat untuk memahami dan menempatkan

kehidupan berbangsa dan bernegara senantiasa harus

ditumbuhkembangkan.

Museum-museum, monumen, dan perpustakaan di lingkungan

Pusjarah TNI, menyajikan peninggalan sejarah perjuangan bangsa

Indonesia, khususnya sejarah perjuangan TNI dalam merebut,

mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan melalui diorama-

diorama. Diantaranya diorama yang menggambarkan tentang

kejayaan Nusantara dan cita-cita mempersatukan bangsa tersaji di

Museum Keprajuritan Indonesia. Sedangkan diorama-diorama yang

terdapat di Museum Satriamandala menggambarkan tentang

sejarah kelahiran Tentara Nasional Indonesia (TNI). Yang di

dalamnya terdapat Gedung Waspada Purbawisesa yang menyajikan

diorama yang menggambarkan perjuangan TNI bersama-sama

rakyat dalam menumpas gerombolan separatis DI/TII. Selanjutnya

Page 17: MUSEUM PENGKHIANATAN PKI

penyajian diorama tentang peristiwa pemberontakan G30S/PKI

terhadap NKRI terdapat di Monumen Pancasila Sakti. Selain itu

koleksi-koleksi sumber tertulis, seperti buku-buku dan majalah-

majalah yang berkaitan dengan sejarah perjuangan TNI tersedia di

Perpustakaan TNI.

Melalui museum-museum, monumen, dan perpustakaan,

masyarakat aan memahami perjuangan bangsa Indonesia

khususnya sejarah perjuangan TNI dan sekaligus menumbuhkan

motivasi untuk meneladani semangat juang para pahlawan bangsa.

 

RUANG SENJATA

Museum Satriamandala terletak di Jalan Jenderal Gatot Subroto

no.14, Jakarta Selatan. Gedung museum ini sebelumnya dikenal sebagai

Wisma Yaso yaitu tempat kediaman Ratna Sari Dewi Soekarno dan tempat

Bung Karno disemayamkan sebelum dimakamkan di Blitar, Jawa Timur.

Di museum ini tersimpan berbagai benda sejarah yang berkaitan

dengan perjuangan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dari tahun 1945

sampai sekarang, seperti aneka senjata berat maupun ringan, atribut

ketentaraan, panji-panji dan lambang-lambang di lingkungan TNI,

kendaraan perang seperti tank dan panser, berbagai jenis pesawat

terbang peninggalan masa lalu. Satu diantaranya adalah pesawat Cureng

Page 18: MUSEUM PENGKHIANATAN PKI

yang pernah diterbangkan oleh Agustinus Adisutjipto serta tandu yang

dipergunakan Panglima Besar Jenderal Sudriman saat bergerilya melawan

penjajah.Di dalam museum terdapat 74 diorama yang menggambarkan

peranan TNI dalam membela dan mempertahankan Negara Kesatuan

Republik Indonesia (NKRI).

Page 19: MUSEUM PENGKHIANATAN PKI

MUSEUM IPTEK TMII

Ilmu pengetahuan merupakan fondasi bagi teknologi sedangkan

teknologi adalah tulang punggung pembangunan. Ilmu pengetahuan dan

teknologi atau IPTEK merupakan segi yang tidak dapat dikesampingkan

dari kehidupan dan kesejahteraan manusia. Di TMII pada tanggal 10

November 1995 diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia, Pusat

Peragaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

Disadarai bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

dunia berkembang sangat cepat, dan perkembangan ini harus disadari

adanya dan diketahui arahnya. Pendirian pusat peragaan ini dimaksudkan

untuk menyadarkan masyarakat akan adanya perkembangan ini dan ikut

maju bersama perkembangan tersebut. Dengan peragaan ini pula

masyarakat dapat melihat dari dekat, bahkan ikut berperan serta di

dalamnya dan memahami bagaimana ilmu pengetahuan dan teknologi itu

berjalan.

Dengan peragaan ilmu pengetahuan dan teknologi ini, pengunjung

dapat mengembangkan motivasinya dalam memahami prinsip-prinsip

IPTEK. Banyak benda peragaan IPTEK yang dapat dimainkan sendiri oleh

pengunjung di pusat peragaan ini. Dengan sistem ini. pengunjung akan

secara langsung menjadi pelaku atau pelaksana ilmu pengetahuan dan

teknologi.

Bagi siswa, bahkan umum pun, Pusat Peragaan IPTEK merupakan

arena yang mengasyikkan dan sekaligus mendorong untuk lebih

mendalami makna dan peran IPTEK dalam kehidupan dan kesejahteraan

manusia. Bersama Pusat Peragaan IPTEK ini diharapkan berkembang pula

apresisasi masyarakat terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahwa

IPTEK bukan sesuatu yang menakutkan akan tercermin dari peragaan di

pusat ini.

Page 20: MUSEUM PENGKHIANATAN PKI
Page 21: MUSEUM PENGKHIANATAN PKI