Paper Sni Pki
-
Upload
justin-hunt -
Category
Documents
-
view
22 -
download
3
Transcript of Paper Sni Pki
1
Pendahuluan
Membahas mengenai studi Sejarah, sebenarnya sama sekali berbeda dengan
stereotip kebanyakan masyarakat awam. Sejarah sama sekali tidak cukup di wakili oleh
tonggak tonggak kejadian masa silam, rentetan tahun dan penunjukan sejumlah nama
tokoh terkenal. Sejarah bukan hanya memiliki sifat menghafal paparan kronologis atau
uraian naratif dari suatu peristiwa ke peristiwa lain yang terkadang diliputi hingar bingar
serangkaian hujatan dan pendiskreditan tetapi uraian naratif tersebut haruslah dibarengi
dengan kritik analisis karena sebagai orang yang ditakdirkan hidup di zaman yang baru
seperti ini bukan tidak mungkin akan menghadapi disinformasi sejarah yang sedemikian
rupa sehingga tidak terlihat beda antara mana sejarah, mana dongeng, mana kebenaran
dan kejujuran di satu pihak dan kepalsuan di pihak lain.
Beralih ke contoh konkritnya. Setelah melewati tahun tahun yang di warnai
dengan kolonialisme dan imperialisme, Indonesia akhirnya merdeka, -setidak tidaknya
begitu menurut pengertian hukum internasional, red.- dan kini tugasnya menata dan
mengkonstruksi masa depannya seperti apa. Pencermataan terhadap sejarah panjang
Indonesia tersebut membuahkan banyak terdapat kata revolusi di dalamnya. Revolusi
ini bukan hanya menjadi alat tercapainya kemerdekaan tetapi juga menjadi kisah sentral
dan merupakan unsur yang kuat dalam persepsi bangsa Indonesia tentang dirinya
sendiri. Semua usaha yang tidak menentu untuk mencari identitas-identitas baru, untuk
persatuan dalam menghadapi kekuasaan asing dan untuk tatanan sosial yang lebih adil
menampakkan hasilnya pada pasca perang dunia II. Untuk pertama kalinya di dalam
kehidupan kebanyakan rakyat Indonesia, segala sesuatu yang serba paksaan yang
berasal dari kekuasaan asing hilang secara tiba tiba. Euforia harapan akan kehidupan
yang demokratis dibawah kaki sendiri pun bermunculan dan ini seakan menghilang
ketika memasuki tahun 1950 dimana dalam tahun tahun setelahnya diliputi kisah
tentang kegagalan rentetan pemimpin untuk memenuhi harapan tinggi yang ditimbulkan
oleh keberhasilan mencapai kemerdekaan1. Tidak mengherankan apabila hasilnya
bukanlah munculnya suatu bangsa baru yang serasi melainkan suatu perseteruan sengit
di antara individu maupun kekuatan sosial yang bertentangan.
1 MC Ricklefls. 2008. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Hal: 493
2
Konflik internal yang terjadi menimbulkan revolusi dalam bentuk baru yang
tadinya melawan kekuatan asing menjadi perlawanan terhadap pihak yang di anggap
bertentangan dengan ideologi pemerintah. Dari adanya 3 kekuatan dominan dalam
pemerintahan yakni nasionalis, agamis dan komunis, dalam hal ini penulis akan
membahas mengenai Partai Komunis Indonesia (PKI) dalam kasus bagaimana PKI
dapat bangkit kembali setelah sebelumnya terpuruk akibat kasus pemberontakan PKI
Madiun tahun 1948. Menjadi menarik untuk di kaji ketika PKI yang tadinya sudah
dianggap menghilang setelah kasus pemberontakan tersebut kemudian dapat muncul
kembali di arena politik Indonesia dan menjadi salahsatu partai dengan basis massa
terbesar pada pemilu 1955.
Terkait dengan abstraksi tersebut, maka penulis berusaha memaparkan: PARTAI
KOMUNIS INDONESIA 1965: “BANGKITNYA KEKUATAN HALUAN KIRI PASCA
PEMBERONTAKAN MADIUN 1948” dengan pembatasan masalah:
Bagaimanakah awal dan perkembangan Marxisme/komunis dalam
perwujudan PKI di Indonesia
Bagaimanakah cara dan strategi pemimpin PKI dalam membangun dan
mengembangkan partai pasca pemberontakan PKI Madiun 1948
Pembahasan
Masuknya marxisme/komunisme ke Indonesia
Tahun 1913 aktivis politik berhaluan marxis berkebangsaan belanda bernama H.
J.F.M Sneevliet tiba di Hindia Belanda. Sebelumnya ia adalah pemimpin organisasi
buruh angkutan dan anggota social democratische arbeiders partij (SDAP) di belanda.
Sneevliet menanamkan ideologi marxismenya pada organisasi buruh kereta api
3
Vereniging Von Spooren Transweg Personeel (VSTP) yang berdiri pada tahun 1908 di
semarang. Kemudian pada tahun 1914 bersama J.A Brandsteider, H.W Dekker dan P.
Bergsma mendirikan organisasi marxis dengan sebutan Indische Sociaal Democratishe
Vereniging (ISDV). ISDV memusatkan perhatiannya pada kondisi dan masalah social
kolonial
Sneevliet memanfaatkan organisasi Serikat Islam (SI) untuk memperbesar
hegemoni ideology Marxisme, dengan cara memasukkan keanggotaan ISDV menjadi
anggota SI Dan SI juga diijinkan untuk memasukkan anggotanya ke ISDV2. ISDV
inilah yang kelak menjadi Perserikatan Komunis di hindia belanda. SI sendiri terbelah
dua menjadi SI merah yang beraliran Marxis dan SI putih yang menentang Marxisme.
Kerangkapan keanggotaan (double membership) ISDV ke dalam SI dan sebaliknya
terjadi pada tahun 1916. Inilah taktik yang digunakan Sneevliet untuk membangun
kekuatan politiknya didalam tubuh organisasi massa terbesar saat itu. Semaun, Misbach,
Alimin dan Darsono adalah sebagian kader militan SI yang berhasil dipengaruhi.
Pada Kongres ISDV ke-VII di Semarang, nama organisasi diusulkan oleh Baars
yang baru pulang dari Belanda agar diubah menjadi Perserikatan Komunis, sebagai
bagian dari jaringan komunis internasional.3
PKI Pasca kolonial Belanda
Pada tahun 1922, Perserikatan komunis karena aktivitasnya yang dianggap
radikal menjadi sangat diwaspadai pemerintah Hindia Belanda. Untuk menghentikan
Perserikatan Komunis ini pemerintah mengusir para pemimpinnya keluar Hindia
Belanda. Namun pada tahun 1924 partai komunis melakukan konsolidasi kembali dan
2 Ahmad Suhelmi.2007. Islam dan Kiri: Respons Elit Politik Islam Terhadap Isu Kebangkitan Komunis Pasca-Soeharto. Hal: 17.
Ada beberapa hal yang menyebabkan berhasilnya ISDV melakukan infiltrasi ke dalam tubuh SI: 1). Central Sarekat Islam (CSI) sebagai badan koordinasi pusat masih sangat lemah kekuasaannya. Tiap-tiap cabang SI bertindak sendiri-sendiri secara bebas. Para pemimpin lokal yang kuat mempunyai pengaruh yang menentukan didalam SI cabang. 2). Kondisi kepartaian ketika itu memungkinkan orang untuk sekaligus menjadi anggota lebih dari satu partai. Hal ini disebabkan karena pada mulanya organisasi-organisasi didirikan bukan sebagai suatu partai politik melainkan sebagai suatu organisasi guna mendukung berbagai kepentingan sosial-budaya dan ekonomi.
3 Ruth McVey. 2009. Kemunculan Komunisme Indonesia. Hal:59-78 Perubahan nama dari ISDV menjadi Partai Komunis Hindia
Belanda ada hubungan erat dengan keberhasilan revolusi Bolsjewik di Rusia tanggal 1 Oktober 1917. Revolusi tersebut memberi angin segar kepada penganut marxisme di seluruh dunia yang menyerukan agar keberhasilan revolusi di Rusia itu diikuti dengan revolusi dunia. Lenin menggariskan bahwa untuk tercapainya revolusi dunia hendaknya didirikan partai komunis di tiap negara. Pada tahun 1918 di Belanda SDAP merubah namanya menjadi Partai Komunis Belanda (CPN), kemudian beberapa anggota ISDV yang dimotori oleh Baars mengusulkan agar ISDV mengikuti langkah SDAP. Lalu berdasarkan hasil kongres ISDV tanggal 23 Mei 1920, ISDV berubah nama menjadi Partai Komunis Hindia Belanda.
4
mengadakan kongres di Jakarta dengan mempergunakan nama Partai Komunis
Indonesia (PKI).
Saat PKI merasa telah mampu melancarkan perlawanan terhadap Belanda,
Sardjono, Budi Sutjitro, Sugono dan lainnya merancang pemberontakan. Ide
pemberontakan ini tidak disokong sepenuhnya oleh seluruh cabang yang ada. Tan
Malaka sudah meragukan akan keberhasilan pemberontakan ini, karena massa belum
siap. Namun upaya untuk melakukan pemberontakan terus dilakukan, sehingga PKI
mencetuskan pergolakan rakyat dibeberapa tempat pada tahun 1926-1927. Namun
seperti sebelumnya pemerintah Hindia Belanda berhasil menguasai dan kembali
membuang pemimpin PKI keluar Hindia Belanda. Setelah tanggal 23 Maret 1928 PKI
dan Sarekat Rakyat dinyatakan terlarang.
PKI Pasca Pendudukan Jepang
Pada masa Hindia-Belanda terjadi beberapa kali pemberontakan, antara lain
pada tahun 1926-1927. Hanya saja pemberontakan ini kurang terkoordinasi sehingga
mengalami kegagalan dan berhasil ditumpas oleh penguasa kolonial Hindia Belanda.
Tindakan penghancuran pemerintah kolonial terhadap kekuatan PKI pasca
pemberontakan 1926-1927 tidak menyebabkan kekuatan PKI hilang dari peta politik
Indonesia. PKI yang hancur berantakan pasca-pemberontakan 1926-1927 terbukti tetap
survive dan bertahan sampai datangnya bala tentara Jepang Tahun 1942.
Pasca Perang Dunia II dan perang Asia Timur 1941, PKI tidak melakukan
aktivitas politiknya4. Hal ini dipengaruhi oleh pandangan KOMINTERN yang melihat
Perang Dunia II adalah pertentangan musuh-musuh komunisme yaitu kubu kapitalisme
(eropa barat-A.S) dengan kubu Naziisme-Fasisme ( jerman, italia, dan jepang). Namun
penyerangan terhadap uni soviet oleh nazi jerman membuat gerakan KOMINTERN
menyepakati doktrin Dimitrov yang isinya membenarkan kerja sama kubu komunisme
internasional dengan kubu kapitalisme dalam menghadapi kubu naziisme. Sampai pada
tahun 1947 yaitu saat dianutnya kembali doktrin Zhdanov yakni politik garis keras
terhadap kubu kapitalisme.
4 Alex Dinuth. 1977. Kewaspadaan Nasional dan Bahaya Laten Komunis. Hal: 33-34Soetopo Soetanto, Kaum Komunis Tidak Ikut Dalam Mempersiapkan Berdirinya Negara Indonesia Merdeka
5
Karena Pemerintahan Jepang yang terkenal sebagai rejim militer fasis, maka
yang dilakukan kaum kiri adalah melakukan perlawanan rahasia (underground
movements)5 karena hampir tidak mungkin melakukan kerjasama atau berkolaborasi
dengan Jepang. Dan sesuai dengan doktrin Dimitrov, komunis di tahun 1942-1945 ini
bekerja sama dengan pihak Belanda. Kegiatan utama kaum komunis disalurkan melalui
Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo) yang berkooperasi dengan pemerintah Hindia
Belanda. Tokoh utama kaum komunis ialah Amir Sjarifoeddin. Ia bersedia menerima
dana rahasia sebesar £ 25.000 dari Charles van der Plas, petinggi Belanda yang juga
bekas Gubernur Jawa Timur di era Republik Indonesia Serikat, untuk melakukan
gerakan intelijen bagi kepentingan Hindia Belanda selama pendudukan Jepang. Akan
tetapi pada bulan Februari 1944 Amir tertangkap oleh Kenpetai Jepang dan dijatuhi
hukuman mati. Atas permintaan Soekarno dan Hatta ia tidak jadi di eksekusi tapi
hukumannya diubah menjadi penjara seumur hidup.
PKI Pasca Kemerdekaan
Pada tanggal 3 Nopember 1945 dikeluarkan Maklumat Pemerintah yang ditanda
tangani oleh Wakil Presiden Mohammad Hatta. Maklumat tersebut memuat keinginan
pemerintah akan adanya partai politik. Dengan dasar maklumat pemerintah inilah
kemudian berdiri berbagai partai politik baik yang meneruskan partai politik yang telah
ada sejak jaman penjajahan Belanda dan jaman pendudukan Jepang maupun partai
politik yang baru berdiri.
Dengan adanya keleluasaan yang diberikan oleh pemerintah, pada tanggal 21
Oktober 1945, Mohammad Jusuf menghidupkan kembali PKI secara legal. PKI segera
mendapat banyak simpatisan dan anggota baru. Dalam waktu kurang dari enam bulan,
didirikan cabang-cabang partai di Jawa. Pada bulan Februari 1946 Mohammad Jusuf
menggelar Kongres PKI yang pertama di Cirebon, Jawa Barat.
Sebulan kemudian, PKI yang dipimpin Mohammad Jusuf melakukan
pemberontakan di Cirebon. Pemberontakan ini dipicu karena tidak puas dengan
kepemimpinan birokrasi lokal yang masih diisi pamong praja yang lama.
5 Alex Dinuth. 1977. Kewaspadaan Nasional dan Bahaya Laten Komunis. Hal: 21-22
Gerakan bawah tanah ini dipimpin oleh Amir Syarifuddin. Ia dipercaya karena ia anti fasis; sementara itu bagi kaum komunis hal tersebut sesuai dengan garis Komunis Internasional (Dimitrov). Georgio Dimitrov, Sekjend Komintern (1935-1943), dalam menghadapi fasisme mengatakan: “hal pertama yang harus dilakukan…membentuk suatu front persatuan untuk mengadakan persatuan gerakan di semua negara di seluruh dunia….Komunis Internasional tidak memberikan syarat-syarat untuk persatuan gerakan kecuali satu…persatuan gerakan ditujukan untuk melawan fasisme..”.
6
Pemberontakan ini dapat digagalkan. Orang-orang komunis yang tidak setuju dengan
pemberontakan tersebut “mengutuk” tindakan yang dilakukan oleh Mohammad Jusuf.
Sesudah terjadinya “Pemberontakan Mohammad Jusuf”, maka beberapa orang
pimpinan komunis dari tahun 1926 kembali ke Indonesia. Dalam tahun 1946 Sardjono
kembali dari persembunyiannya di Australia dan pada bulan Maret 1946 ia berinisiatif
mengumpulkan semua tokoh komunis yang ada. Setelah Sardjono muncul, Alimin
kembali ke Indonesia dari Cina. Kemudian disusul beberapa intelektual muda Indonesia
yang berhaluan komunis dari negeri Belanda diantaranya: Abdul Madjit Djojodiningrat,
Setiadjit, dan Maruto Darusman.Sebagian besar dari mereka akhirnya sepakat
menggelar kongres PKI pada akhir April 1946 di Solo, Jawa Tengah. Sejak saat itu, PKI
kembali berdiri sebagai partai legal.
Pada masa-masa awal kemerdekaan orang-orang komunis tampak menempuh
cara lunak. Misalnya Alimin yang datang dari Cina mengetengahkan sikapnya bahwa ia
ingin bekerjasama dengan Belanda membangun Negara Indonesia Serikat yang
demokratis. Sikap kaum komunis yang demikian sesuai dengan kesepakatan dari
KOMINTERN (komunis internasional). Karena Gerakan komunis di Indonesia terikat
oleh Komintern yang berpusat di Moskow. Komintern mengharuskan agar orang-orang
komunis melakukan kerjasama dengan kaum borjuis dan kolonialis.
Pada tanggal 3 Juli 1947 Amir Sjarifoeddin menjadi Perdana Menteri
menggantikan Perdana Menteri Sjahrir. Amir Sjarifoeddin tampak menjalankan garis
Dimitrov dengan jalan mengikuti garis politik yang ditempuh pemerintah. Sejalan
dengan garis Dimitrov, Amir Sjarifoeddin meneruskan perundingan-perundingan
dengan Belanda yang akhirnya menghasilkan perjanjian Renville yang ditandatangani
tanggal 17 Januari 1948. Isi perjanjian tersebut antara lain bahwa RI mengakui garis van
Mook, garis imajiner yang diciptakan sebagai batas kekuasaan RI dan Belanda.
Perundingan tersebut mendapat reaksi dikalangan partai-partai politik karena dianggap
mengorbankan RI dan tunduk kepada Belanda. Kemudian PNI dan Masyumi menarik
dukungannya sehingga tanggal 23 Januari 1948 kabinet Amir jatuh dan digantikan oleh
kabinet Hatta.
Setelah kabinet Amir Sjarifoeddin jatuh dan digantikan oleh kabinet Hatta saat
itu pula komunis mengganti haluan pergerakannya dari doktrin Dimitrov kembali ke
doktrin Zhdanov.
7
Sejalan dengan garis Zhdanov tersebut maka era kompromi dan perundingan
dengan kaum kolonialis maupun nasionalis berakhir, kaum komunis Indonesia
kemudian menerapkan cara keras. Sesuai dengan garis Zhdanov tersebut PKI
menentang semua langkah diplomatik RI dengan Belanda. Karena itulah komunis
mengecam Kabinet Hatta terutama program RERA (Rekonstruksi-Rasionalisasi
Angkatan Perang).
Seiring dengan pelaksanaan strategi baru, Amir Sjarifoeddin berusaha
menghimpun kekuatan golongan kiri yang terdiri atas kelompok yang menentang
RERA. Kelompok tersebut antara lain PKI, Partai Sosialis Sayap Kiri, Partai Buruh,
Pemuda Sosialis Indonesia, Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia, dan Barisan
Tani Indonesia. Semuanya tergabung dalam Front Demokrasi Rakyat (FDR) pada bulan
Februari 1948.
Musso datang ke Indonesia pada tanggal 10 Agustus 1948. Musso datang
bersama Soeripno, tokoh komunis muda yang ditugaskan untuk membuka hubungan
diplomasi dengan Negara-negara Eropa Timur. Soeripno pulang untuk melakukan
konsultasi ulang dengan pemerintah. Kepulangannya ini bersama sekretarisnya bernama
Suparto yang sebenarnya adalah Musso6.
Pada pertemuan Politbiro PKI tanggal 13-14 Agustus 1948 di Yogyakarta,
Musso menjabarkan gagasan “jalan barunya”7. Dalam pertemuan tersebut Musso
mengkritik sejumlah kelemahan dan kesalahan perjalanan organisasi komunis Indonesia
yang didapatnya pasca kepergiannya ke Moskow. Musso mengambil alih pimpinan
FDR dari tangan Amir sjarifoeddin dan mengadakan koreksi serta melebur semua
organisasi golongan kiri yang tergabung dalam Front Demokrasi Rakyat (FDR)
menjadi partai tunggal yakni Partai Komunis Indonesia.
Pada tanggal 18 September 1948 pukul 03.00 PKI melancarkan pemberontakan
di Madiun.8 Tembakan pistol sebanyak tiga kali dijadikan sebagai tanda dimulainya
pemberontakan. Pasukan bersenjata PKI bergerak menguasai kantor-kantor
6 Mestika Zed. 2003. Kepialangan Politik dan Revolusi: Palembang 1900-1950. Hal: 438 Musso (1897-1948) adalah pemimpin PKI
tahun 1920-an yang menganut pemikiran Stalinis bahwa hanya ada boleh satu partai kelas buruh. Ia merupakan tokoh komunis Indonesia terkemuka setelah Tan Malaka.
7 Musso. 1972. Djalan Baru Untuk Republik Indonesia. Hal: 7-30Konsep Jalan Baru Musso memuat pokok-pokok sebagai berikut:
1. Di lapangan organisasi; golongan kiri seperti Partai Buruh Indonesia (PBI), Partai Komunis Indonesia, dan Partai Sosialis, harus melebur dan hanya membentuk satu partai dengan nama PKI. 2. Di lapangan politik, menentang politik luar negeri RI yang kompromistis, sedangkan untuk politik dalam negeri agar diadakan pembenahan struktur dan aparatur pemerintahan. 3. Mengadakan front nasional sebagai prasyarat tercapainya revolusi demokrasi, serta mengerahkan kekuatan massa untuk menghadapi Belanda dan memperbaiki kesalahan prinsipil yakni ideologi partai. Selengkapnya lihat:
8
pemerintahan, bank, dan kantor telepon. Tidak lama kemudian PKI berhasil menguasai
Keresidenan Madiun, Kabupaten Purwodadi, dan Kecamatan Cepu.
Pada hari Senin pagi tanggal 20 September 1948 di Balai Kota Madiun, PKI
memproklamasikan berdirinya “Soviet Republik Indonesia”. Pada tanggal 21 Juli 1948
secara rahasia telah diadakan pertemuan di hotel "Huisje Hansje" Sarangan (Madiun).
Dalam pertemuan ini tidak hadir orang dari PNI. Dalam pertemuan Sarangan ini, yang
belakangan terkenal dengan sebutan "Perundingan Sarangan", dihasilkan "Red Drive
Proposals" atau “Usul-usul Pembasmian Kaum Merah"9
Tanggal 30 September 1948, pasukan TNI berhasil menduduki Madiun. Tanggal
4 Desember 1948 Musso tertembak mati dan beberapa minggu kemudian Mr. Amir
Sjarifoeddin, Suripno, Sardjono, Harjono, dan Djokosujono dieksekusi.
Pada tanggal 19 Desember 1948 agresi militer Belanda II menyebabkan
pemberontakan PKI tidak dapat diselesaikan secara tuntas. Tindakan hukum kepada
pemimpin dan anggota PKI serta partainya tidak dapat sepenuhnya dilakukan. Hal ini
terbukti dari adanya orang-orang PKI yang berhasil melarikan diri seperti Abdul
Madjid, Alimin, Ngadiman, Hardjosuprapto, Aidit, Njoto, Tan Ling Djie, dan
Soemarsono
PKI Pasca Pemberontakan Madiun 1948
Demokrasi liberal yang berlangsung di Indonesia (1950-1959) memberikan
kesempatan pada PKI untuk mengadakan rehabilitasi. Para pengamat sejarah sepakat
bahwa salah satu hal yang terpenting diperhatikan dalam ‘kelahiran kembali’ PKI
adalah munculnya Alimin yang secara mengejutkan dari tempat persembunyiannya. Di 8Saat peristiwa Madiun tahun 1948 terjadi, yang menjadi sasaran mereka yang pertama adalah orang-orang Masyumi, terutama para
pemimpin dan kiayi-ulamanya, orang-orang PNI, anggota-anggota pemerintah dan pegawai-pegawai pemerintah lainnya. (Jusuf Badri Halaman: 283). Kenapa mereka yang menjadi sasaran PKI karena selama ini mereka mencela aksi-aksi komunis dan tidak pernah mendukung PKI. Lebih lengkapnya, lihat Fadli Zon dan M. Halwan Aliudin, Kesaksian Korban Pemberontakan PKI 1948 (Jakarta: KWK, 2005)
9 Maulwi Saelan. 2001. Dari Revolusi ’45 Sampai Kudeta’66. Hal: 111.
Majalah , Bintang Merah, No. 12-13 Tahun 1951 menulis: “ Konperensi Sarangan yang rahasia itu telah menelorkan putusan jahat….yang bernama “Red Drive Proposal”, yaitu rencana yang disetujui bersama oleh pemerintah Hatta dengan pemerintah Amerika, lengkap dengan disertai ongkos-ongkosnya”. Menurut Roge Vailland sebagimana yang dikutip oleh Maulwi Saelan bahwa kedudukan pemerintah di Yogyakarta sangat gawat. Tujuan Pertemuan Sarangan adalah untuk mendapatkan dukungan diplomatik dan material dari Amerika Serikat. Hatta segera mengatakan bahwa negerinya dapat menyediakan secara berlimpah bahan-bahan mentah strategis kepada AS. Jawaban Amerika Serikat segera datang, AS langsung memberikan bantuan dollar dan akan mendukung campur tangan PBB yang dapat berakibat pengusiran Belanda dari Indonesia, dan kemudian Indonesia akan menerima kemerdekaannya. Tapi AS mengajukan syarat: 1. RI memutuskan hubungan dengan London yang juga ingin berperan di Indonesia.
2. Membersihkan unsur-unsur komunis dalam grup-grup bersenjata.
9
hancurkannya kekuatan militan PKI di Madiun serta ditahannya sekitar 3500 orang
aktivis komunis membuat jaringan organisasi PKI praktis lumpuh dan banyak kader
yang baik mati terbunuh. Tetapi lebih dari itu, peristiwa Madiun membuat patah
semangat para kadernya untuk menghidupkan kembali PKI jadi tidaklah mengherankan
munculnya kembali Alimin yang sempat di desa desuskan mati di Madiun seolah
menjadi isyarat dan dorongan semangat bagi mereka untuk aktif menghidupkan partai.
Alimin mengaktifkan kembali PKI pada tanggal 4 februari 1950. Ia membangun
2 strategi untuk PKI yang baru dibangkitkannya yakni:
Dengan segala cara berusaha menghapus citra buruk PKI sebagai
pemberontak terhadap negara
Fokus PKI diubah menjadi partai kader yaitu sebuah partai yang
mengandalkan kualitas para anggotanya yang bermutu dan cakap
ketimbang mengumpulkan masa sebanyak mungkin
Hal menarik lainnya adalah berita yang disiarkan melalui surat kabar ssekitar
bulan juli 1950 mengenai kisah di tahannya dua orang pemuda karena berusaha keluar
dari pelabuhan Tanjungpriok tanpa mampu menunjukan tiket atau paspor dari sebuah
kapal yang baru datang dai singapura. Kedua orang tersebut menurut berita dikoran
bernama DN Aidit dan MH Lukman tetapi kemudian diberitakan keduanya setelah di
tahan sebentar lalu dilepaskan atas perintah walikota Jakarta Soewiryo. Kelanjutannya
kedua orang tersebut melarikan diri ke Cina dan konon sempat menyaksikan Revolusi
Cina tahun 1949 yang di pimpin oleh Mao Zedong tetapi banyak yang meragukan cerita
ini dan mengatakan bahwa gaya demikian memang merupakan cara khas komunis yang
berusaha menciptakan semacam legenda untuk mendukung eksistensinya sebagai tokoh
yang ‘hebat’. Mengutip sumber sumber dari intelejen Belanda, setelah kegagalan
pemberontakan Madiun keduanya jusru bersembunyi di Kemayoran, Jakarta10.
Simpulan yang kemudian di susun adalah berita mengenai di tahannya kedua komunis
muda tersebut merupakan rekayasa politik selain untuk menampilkan citra bahwa
mereka menyaksikan kehebatan komunis Cina, juga untuk menghindarikan diri dari
kejaran intelejen Belanda yang berada di Batavia sekitar 1948-1949.10 Atmaji Sumarkidjo. 2000. Mendung Di atas Istana Merdeka: Menyingkap Peran Biro Khusus PKI dalam Pemberontakan G 30 S.
Hal: 41-42
10
Kedua hal yang dikemukakan di atas mempunyai pengaruh terhadap berdirinya
kembali PKI di Indonesia. Banyak kalangan ragu, bila alimin idak berani menampilkan
dirinya sendiri, apakan Aidit dan Lukman berani muncul di hadapan umum lagi. Tetapi
dengan adanya anak muda yang biasanya lebih militan, PKI bisa tumbuh lebih cepat
ketimbang, mungkin, bila alimin masih memimpin partai tersebut. Perbedaan gaya dan
pandangan membuat timbulnya polarisasi dalam tubuh partai mulai tahun 1950. Alimin
dan tokoh konservatif semacam Tan Ling Djie yang percaya bahwa cara perjuangan
yang cocok adalah melalui parlemen cenderung mempergunakan strategi rasional-
revolusionaer untuk membangkitkan roda partai. Golongan yang lebih muda malah
menghendaki semangat emosional-revolusioner untuk mengembangkan partai.
Jadi meskipun Alimin dengan caranya mampu membangkitkan kembali PKI di
masyarakat, namun golongan muda tetap tidak puas dengan kemajuan kemajuan yang di
capai karena mereka berangggapan bahwa taktik-taktik partai yang di pakai oleh
golongan tua tidak sesuai dengan tuntutan zamannya dan tidak membantu
memppulerkan nama PKI di masyarakat. Koran Bintang Merah yang kebetulan di
pimpin oleh anak anak muda yang mendukung Aidit terus menerus menyerang gaya
kepemimpinan Alimin.
Kemudian pada bulan januari 1951 terjadilah pergeseran kepemimpinan dalam
tubuh PKI. D.N Aidit berhasil menggeser kedudukan Alimin di Politbiro dan Aidit
sekaligus berhasil menempatkan para kader muda dan teman temannya dengan hanya
menyisakan satu kursi untuk Alimin sebagai wakil generasi tua PKI. Orang-orang Aidit
yang masuk Politbiro antara lain MH Lukman, Nyoto, dan Sudisman. Mereka menurut
istilah Aidit kemudian “mengkoreksi kesalahan politik dan organisasi yang di lakukan
oleh Comittee Central...”. D.N aidit merehabilitasi nama PKI dari citra buruk salah satu
taktiknya adalah menggunakan cara cara propaganda bohong, dengan umpamanya
menyebutkaan bahwa pada tahun 1948 PKI di provokasi oleh Soekarno-Hatta yang
mendapat dukungan dari ‘imperalis Amerika’. Dan CC-PKI kemudian juga
mengeluarkan “buku putih” tentang pemberontakan madiun (pembalikan fakta untuk
membersihkan nama PKI mengenai ‘provokasi dan fitnah’ yang dilancarkan terhadap
partaidalam kaitan dengan peristiwa pemberontakan Madiun. Buku Putih tentang
Peristiwa Madiun yang di terbitkan oleh CC-PKI tahun 1953 akhirnya ditarik kembali
11
oleh CC hanya beberapa bulan kemudian karena tekanan keras pemerintah,dalam hal ini
TNI, yang merasa tidak senang dengan isinya.
Dari keadaan internal PKI, DN Aidit menyadaro dalam tubuh partai terdapat dua
kutub aliran yang sering disebut “ke-kanan-kananan” serta ke-kiri-kirian”. Yang berbau
kanan dianggap berpikir empirik serta menghendaki PKI menjadi partai yang terbuka
dalam menggalang massa dan anggota. Golongan yang berbau kiri tetap menginginkan
agar partai bersikap keras terhadap pemerintah dan dengan demikian mereka sebaiknya
menggalang anggota/kader yang tangguh dan berkualitas, tentu saja dengan konsekuensi
jumlahnya mungkin tidak banyak. Dan seperti juga Alimin, DN Aidit melihat
kepentingan yang lebih besar dari partai sehingga mau bekerja sama dengan partai lain,
misalnya dengan kelompok Murba dan Partai Sosalisnya Sutan Sjahrir, bahkan dalam
satu atau isu politik DN Aidit mau menjalin hubungan dengan pihak Partai Nasional
Indonesia (PNI) seperti dalam isu mengenai Irian Barat dimana keduanya setuju agar
pemerintah mengambil tindakan ekstrim perlawanan terhadap pihak Belanda.
Agar ia dapat bertahan dalam posisinya, DN Aidit bertindak luwes dan berusaha
menampung kedua aspirasi tersebut dalam kebujakan yang luas. Di satu pihak, ia tetap
berusaha menarik simpati masyarakat agar bisa menjadi suatu partai yang besarm
dengan di sisi yang lain Aidit juga memperkuat struktur partai sehingga menjadi kuat .
Aidit dengan pandai memanfaatkan militansi SOBSI untuk menunjukan bahwa ia juga
sepakat dengan kelompok kiri. Para tokoh SOBSI dan juga SARBUPRI di bawah
pimpinan Sjam mampu melakukan berbagai proses pengacauan di beberapa pelabuhan
utama di Indonesia. Proses pengalaman di pelabuhan yang berupa pemogokan itu
dilakukan sebagai demonstrasi solidaritas buruh Indonesia untuk mendukung pihak
Korea padahal Perang Korea sendiri mendatangakan keuntungan besar bagi Indonesia
karena bisa meningkatkan ekspor bahan mentah seperti karet dan minyak untuk
keperluan perang.
Menurut Brackman, pada awal februari 1951 diperkirakan ada sekitar setengah
juta buruh yang bekerja di perkebunan yang melakukan mogok kerja dan jelas
tujuannya adalah untuk menghentukan produksi sehingga Indonesia tidak bisa
memanfaatkan booming dari hasil agribisnis tersebut dan merupakan isyarat politik dari
12
PKI bahwa mereka mendukung apa yang dilakukan pihak Korea dan Cina. Menyadari
bahaya tindakan mogok itu, PM M. Natsir mengeluarkan Dekrit Nomor 1 yang
melarang pemogokan para buruh industri industri vital yang meski tidak disebutkan
secara spesifik tetapi orang tahu bahwa yang dimaksudkan adalah dari sektor
perkebunan.
Pada bulan Juni 1951, meski dekrit larangan demonstrasi di proyek atau instalasi
vital masih berlaku, SOBSI melakukan gerakan mogok yang menuntut bonus hari raya
lebaran. Gerakan dari masa SOBSI yang cukup banyak itu menyebabkan jaringan
penerbangan dalam negeri lumpuh, pelayaran tidak berjalanm pusat penyulingan
minyak dan pabrik pabrik yabg mengolah hasil perkebunan tidak mampu berproduksi.
Jelaslah pemogokan tersebut mempunyai tiga tujuan yang sesuai dengan keinginan PKI
yakni:
Menimbulkan citra buruk pada pemerintah
Menimbulkan ketidaksenangan terhadap modal asing karena yang
terkena aksi mogok tersebut adalah kebanyakan perusahaan asing
Menghancurkan kondisi perekonomian nasional
Pada tahun 1951 PKI dianggap menggerakkan kerusuhan di jakarta dan bogor.
Karena hal ini Kabinet Sukiman melakukan penangkapan dan penggeledahan di rumah-
rumah para pemimpin PKI. Oleh PKI peristiwa penangkapan dan penggeledahan ini
disebut “razia agustus 1951” dan dianggap sebagai provokasi pemerintahan Sukiman
dalam mencari alasan untuk membubarkan PKI. Setelah peristiwa ini PKI
melaksanakan gerakan bawah tanah.
D.N Aidit menyusun program partai untuk mencapai tujuannya yaitu
mengkomuniskan Indonesia. Salah satu cara yang dipakai adalah memanfaatkan
golongan buruh dan tani yang dinilai golongan tertekan oleh imperialis asing. Golongan
buruh dan tani ini menjadi massa bagi PKI, karena PKI ikut bersuara memperjuangkan
keadilan bagi nasib buruh dan tani ini11.
11 Alex Dinuth.1997. Kewaspadaan Nasional dan Bahaya Laten Komunis. Hal: 280Arbi Sanit, Kegiatan PKI di kalangan Petani Jawa Tengah dan Jawa Timur Pada Tahun 1950-an
13
Menarik massa dari kalangan buruh dan tani saja tidak cukup untuk dapat
membuat komunis menjadi paham yang berkembang di Indonesia. Komunis melalui
partainya PKI juga harus dapat ikut berperan dalam pemerintahan. Langkah yang harus
dilakukan untuk duduk kembali di pemerintahan, PKI harus mengadakan aliansi dengan
partai besar. PNI lah yang menjadi targetnya. Ketika Kabinet Wilopo jatuh oleh PNI
yang didukung PKI terbentuk Kabinet baru yang dipimpin Mr. Ali Sastromidjojo dari
PNI. Kabinet ini terbentuk tanpa adanya partai masyumi dan PSI.
Posisi PKI sendiri semakin berpengaruh hingga pada pemilihan umum tahun
1955. PKI berhasil mengumpulkan enam juta suara pemilih dan menjadi empat terbesar
setelah PNI, Masyumi, dan NU. Keberhasilan PKI memperoleh suara ini sebagai bukti
bahwa trauma politik pemnberontakan PKI 1948 tidak mempengaruhi eksistensi partai.
Hal ini tentu saja karena segala upaya yang dilakukan pemimpin PKI dalam
membersihkan nama baik PKI serta pemanfaatan dari keadaan yang terjadi di Indonesia
setelah tahun 1948. Karena PKI berhasil mengumpulkan suara pemilu ke-empat terbesar
maka Soekarno menyatakan keinginannya agar PKI diikutsertakan dalam Kabinet.
namun hal ini tidak terwujud.
Sikap Presiden Soekarno dianggap banyak menolong PKI dalam proses
perkembangan politiknya selanjutnya. Ini bisa dilihat dari konsep yang dikemukakan
oleh presiden Soekarno yaitu NASAKOM (Nasionalis, Agama, dan Komunis). Didalam
konsep NASAKOM tersebut, sangat terlihat bahwa paham komunis mendapat tempat
istimewa dalam pandangan Soekarno. Hal tersebut seakan-akan membuat Soekarno
sebagai pelindung PKI untuk dapat eksis di dalam kabinet pemerintah.
Salah satunya ketika Soekarno mengemukakan konsep politik yang disebut
demokrasi terpimpin dengan pembentukan kabinet gotong royong yang didalamnya
terdapat wakil dari parpol termasuk PKI. Tahun tahun selanjutnya PKI menjadi partai
yang berpengaruh terlebih bahwa PKI masuk kedalam jajaran Angkatan Bersenjata
Republik Indonesia (ABRI) dan jajaran aparatur Negara lainnya.hingga akhirnya PKI
mulai melaksanakan kegiatan yang disebutnya tahap ofensif revolution.
14
Kesimpulan
Pasca pemberontakan Madiun 1948, bangkit dan berkembangnya PKI kembali
adalah hasil upaya dari para pemimpinnya dan juga dikarenakan kondisi yang terjadi di
Indonesia setelah tahun 1948. Pertaman tokoh PKI yang berperan membangun dan
mengembangkan partai setelah pemberontakan Madiun 1948, diantaranya adalah
Alimin, Aidit, Lukman dan Njoto.
Masa kepemimpinan Alimin usaha yang dilakukan adalah membentuk secretariat
comite central sementara, menghidupkan partai sosialis, menghapus citra buruk partai,
15
membangun partai kader dan menerapkan strategi infiltrasi (gabungan) kedalam
organisasi massa.
Masa kepemimpinan Aidit, Lukman, dan Njoto usaha yang dilakukan adalah
membangun struktur organisasi, menjadikan PKI sebagai partai massa yang
berpengaruh. Menyatukan semua potensi komunisme, merehabilitasi partai dan tokoh-
tokoh yang terlibat dalam pemberontakan PKI madiun dan menerapkan strategi kanan
(cooperative) yakni menjalin kerjasama dengan berbagai kekuatan massa.
Kedua keadaan yang terjadi di Indonesia setelah tahun 1948 juga menjadi faktor
dapat bangkit dan berkembang kembalinya PKI. Krisis politik dalam negeri, Agresi
Militer Belanda II, sikap pemerintah yang tidak tegas dalam mengadili PKI selaku
partai yang memberontak, dan paham demokrasi liberal yang berkembang di Indonesia
tahun 1950 memberi keuntungan bagi PKI untuk dapat bangkit kembali. Hingga pada
tahun 1955 PKI dapat menjadi partai terbesar keempat dalam pemilihan umum.