MTE Neuritis Optik

download MTE Neuritis Optik

of 18

description

kwpfdlwq';rkl

Transcript of MTE Neuritis Optik

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya, sehingga makalah Meet The Expert yang berjudul Neuritis Optikus dapat kami selesaikan.Makalah Meet The Expert ini ditulis untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai neuritis optikus sebagai salah satu syarat dalam mengikuti kepaniteraan klinik senior di bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.Terima Kasih kami ucapakan kepada staf pengajar yang telah membimbing penulis selama menjalani kepaniteraan klinik senior di bagian Ilmu Kesehatan Mata, serta Dr. M. Hidayat, Sp.M sebagai pembimbing dalam penulisan Meet The Expert ini.Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah Meet The Expert ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan segala kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa yang akan datang.Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua di masa mendatang.

Padang, Mei 2012

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTARDAFTAR ISIBAB 1 PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang11.2 Tujuan Penulisan11.3 Batasan Masalah21.4 Metode Penulisan2BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA2.1 Anatomi dan Fisiologi .. .............................................32.1.1 Nervus Optikus42.1.2 Lesi Jalur Penglihatan62.2 Definisi Neuritis Optik92.3 Epidemiologi Neuritis Optik92.4 Etiologi Neuritis Optik92.5 Klasifikasi Neuritis Optik102.6 Patofisiologi Neuritis Optik102.7 Gajala Klinis Neuritis Optik112.8 Diagnosis Neuritis Optik122.9 Pemeriksaan Fisik Neuritis Optik132.10 Pemeriksaan Penunjang Neuritis Optik132.11 Diagnosis Banding Neuritis Optik152.12 Penatalaksanaan Neuritis Optik152.13 Prognosis Neuritis Optik17

BAB 3 PENUTUP 3.1 Kesimpulan183.2 Saran19

DAFTAR PUSTAKA

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangMata merupakan organ yang sangat berkaitan erat dengan otak dan seringkali memberikan petunjuk diagnostik yang penting akan adanya gangguan pada sistem saraf pusat. Penyakit intrakranial umumnya menyebabkan gangguan penglihatan oleh karena destruksi ataupun tekanan pada bagian tertentu dari jalur impuls visual.Jalur impuls aferen melewati struktur-struktur yang terlibat dalam penerimaan dan pemprosesan informasi visual yang meliputi : mata, nervus optikus, chiasma optik, traktus optikus, nukleus genikulatum lateral, radiasio optik dan korteks striatum. Pada umumnya abnormalistas visual memiliki berbagai macam etiologi dan tergantung letak lesi yang dikenainya. Neuritis optikus merupakan keadaan inflamasi, demielinisasi yang menyebabkan kehilangan penglihatan secara akut dan biasanya melibatkan satu mata (monokular). Neuritis optikus tidak berdiri sendiri, namun disebabkan oleh berbagai macam penyakit/keadaan. Salah satunya adalah multipel sklerosis (MS), suatu penyakit demielinasasi sistem saraf pusat. Neuritis optikus seringkali dihubungkan dengan penyakit ini. Neuritis optikus menjadi manifestasi klinik pada 15-20% pasien multiple sklerosis dan terjadi pada 50% perjalanan penyakit multipel sklerosis.Kehilangan penglihatan dan adanya defek pupil aferen relatif merupakan gambaran umum dari neuritis optikus. Diskus optik terlihat hiperemis dan membengkak. Terdapat subtipe dari neuritis optikus, yaitu neuritis retrobulbar dan papilitis. Keadaan tersebut menggambarkan adanya inflamasi pada saraf optik. Pada makalah ini khusus akan dibahas mengenai neuritis optikus dan beberapa penyebab neuritis optikus yang kini prevalensinya mulai meningkat.1.2Tujuan Penulisan Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan pengetahuan mengenai abnormalitas visual yang diakibatkan oleh neuritis optikus.

1.3Batasan MasalahMakalah Meet The Expert ini membahas secara ringkas tentang anatomi dan fisiologi jalur visual, kelainan pada jalur visual, refleks pupil, serta segala hal terkait abnormalitas visual yang diakibatkan oleh neuritis optikus.1.4Metode Penulisan Makalah ini disusun berdasarkan tinjauan kepustakaan yang merujuk kepada beberapa literatur.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1.Anatomi Nervus OptikusNervus optikus terdiri dari lebih kurang 1 juta akson yang berasal dari lapisan sel-sel ganglion retina dan terus berjalan kearah korteks oksipitalis. Nervus optikus memiliki panjang kira-kira 50 mm, meskipun beberapa individu memiliki panjang yang bervariasi. Nervus optikus memiliki empat bagian:1. Bagian Intraokuler Permukaan anterior bagian ini dapat dilihat dengan ofthalmoskop, yang disebut juga optic nerve head atau optic disk. Berbentuk oval dengan ukuran horizontal 1,5 mm dan vertical 1,75 mm, dibagian tengahnya terdapat cekungan yang disebut cup yang mana cabang arteri centralis dan vena lewat ditengah-tengah cup. 2. Bagian IntraorbitaBagian intraorbital dari nervus optikus terletak di dalam muscle cone. Sebelum menyilang di kanalis optikus, nervus dikelilingi oleh anulus zinn yang merupakan origo otot-otot rektus. Rektus superior dan rektus medial sebagian berasal dari selubung nervus optikus. Bentuk seperti huruf S, yang merupakan bagian terpanjang dari nervus optikus, kira-kira 25 mm dan lebar 3-4mm. Sehingga menyebabkan bola mata bebas bergerak saat melirik kesegala arah tanpa menimbulkan regangan sepanjang nervus optikus. Selubung nervus optikus terdiri dari pia meter, araknoid, dan duramater. Pia matter adalah bagian yang paling dalam dari selubung nervus optikus, merupakan mantel jaringan ikat vascular, yang ditutupi oleh sel-sel meningotelial, berbentuk septum dan membagi akson nervus optikus menjadi berkas-berkas. Araknoid terdiri dari jaringan kolagen, sedikit jaringan elastic dan sel-sel meningotelial. Berbatasan dengan duramatter dan dihubungkan dengan pia matter melalui ruangan sub araknoid oleh vaskulartrabekula. Duramatter membentuk lapisan paling luar dari selubung meningeal. Duramatter akan bergabung di anterior dengan lapisan luar sclera.3. Bagian IntrakanalikularPada bagian ini nervus optikus keluar dari orbital melalui foramen optikum. Kemudian nervus optikus berjalan dalam kanalis optikus. Kanalis optikus dibentuk oleh dua sayap tulang sphenoid yang menyatu. Panjang kanal ini lebih kurang 10 mm dimana dinding lateral 9 mm dan dinding medial 14 mm.4. Bagian IntracranialSetelah melewati kanalis optikus, kedua nervus optikus lewat di atas arteri optalmika, atas dan medial arteri karotis interna. Lalu nervus optikus bersilang di posterior sinus kavernosus untuk bergabung dengan kiasma optikum. Kiasma optikum membagi traktus optikus kiri dan kanan, yang mana mereka berakhir di badan genikulatum lateral. Dari sini akan dibentuk jalur genikulokalkarina (radiasio visual), yang mana masing-masingnya menyimpang ke korteks visual primer.2.2. Fisiologi Nervus OptikusKetika mata focus pada sebuah benda, cahaya dari objek masuk ke mata dan ditransformasikan menjadi sinyal listrik pada retina. Kemudian sinar dibawa nervus optikus ke pusat penglihatan di otak untuk diinterpretasikan. System visual anterior memberikan informasi visual melalui 2 jalur. Pertama sel magnoseluler, paling sensitive terhadap cahaya yang kurang terang dan pergerakan. Kedua sel parvoseluler yang respon terhadap penglihatan watna dan dikriminasi detail halus. Hubungan intraseluler sel-sel ganglion tergantung transport aksoplasmik. Transport aksoplasmik ini merupakan suatu proses yang membutuhkan energy untuk menggerakkan molekul-molekul dan organ-organ subseluler secara orthograde maupun retrograde. Orthograde bererti pergerakan dari sel body ke badan genikulatum lateral. Dan retrograde ke arah sel body. Salah satu komponen transport akso plasmik adalah fast orthograde, yang bergerak sepanjang akson dengan frata-rata 400 mm per hari dan dianggap untuk mensuplai transmisi sinaps. Komponen kedua adalah slow orthograde yang bergerak 1- 4 mm per hari. Fungsi mempertahankan pertumbuhan dan stabilitas metabolic akson. Komponen ini membuat akson mengenali lingkuangannya dan mengirimkan informasi kembali ke sel tubuh. Baik transport orthograde dan retrograde berjalan di aksonal sitoskeleton, yang dibentuk oleh mikrotubulus, neurofilamen dan mikrofilamen. Mikrotubulus dan neurofilamen memiliki ukuran panjang kira-kira 10-100 m. Ketiga komponen itu ditempatkan di sentral akson. Di dalam neurofilamen, mikrotubulus membentuk budle yang diselingi mikrofilamen dan dikelilingi matriks padat protein. Mikrotubulus memiliki lengan yang dihubungkan protein yang mungkin menambah ikatan mikrotubulus dengan mikrofilamen dan neurofilamen disekitarnya. 2.3.DefinisiNeuritis Optik adalah penyakit inflamasi dan demielinisasi pada saraf optik.12.4. EpidemiologiDi Amerika Serikat terdapat lebih kurang 25.000 kasus terdiagnosa per tahun. Pasien neuritis optic pada umumnya usia muda, berkisar di atas usia 10 tahun dan di bawah usia 50 tahun. 3Pada anak-anak, Neuritis Optik memiliki onset tersering pada usia 9- 12 tahun, sering berhubungan dengan insidensi infeksi virus, dan distribusi gender yang sama antara laki-laki dan perempuan4Di sisi lain, Optic Neuritis Treatment Trial (ONTT) menyatakan bahwa kasus neuritis optikus ini lebih sering terjadi pada wanita dari pada laki-laki dengan persentase wanita 77%. Dan 85% di antaranya terjadi pada ras Caucasian dan rata-rata usia 32 tahun. Insidensi per tahun di Amerika Serikat kira-kira 5 kasus per 100.000 dan prevalensi adalah 115 per 100.000. 5

2.5. EtiologiOptik neuritis dapat terjadi pada multiple sklerosis, penyakit sistemik seperti sarkoidosis, penyakit kolagen vaskuler, atau efek jauh dari kanker dan infeksi termasuk cat scratch, human immunodeficiency virus (HIV), sifilis, retinal necrosis, Whipples disease, atau West Nile encephalitis dapat menyertai optic neuritis. Semua ini dapat dijelaskan oleh tampilan atipikal seperti nyeri yang persisten, kehilangan fungsi penglihatan progresif dalam dua minggu, atau kurangnya penyembuhan fungsi penglihatan setelah 4 minggu. 31. Idiopatik: sebagian besar kasus adalah tidak diketahui penyebabnya.2. Neuritis optik herediter (Lebers Disease) merupakan bentuk warisan kehilangan penglihatan yang mempengaruhi kebanyakan laki-laki berusia 20 atau 30-an, dapat menyebabkan neuritis optik.3. Gangguan demielinisasi sejauh ini merupakan penyebab paling sering neuritis optik. Termasuk Multipel Sklerosis, Optik neuromielitis (Devis Disease) dan Ensefalitis periaxial difuse Schilder. Kira-kira 70% casus Multipel Sklerosis dapat berkembang menjadi Neuritis optik.4. Neuritis Optik Parainfeksi dihubungkan dengan berbagai infeksi virus seperti Campak, gondongan, cacar, pertusis, dan Demam glanldular. Ini dapat terjadi setelah imunisasi.5. Neuritis optik infeksi dapat berhubungan dengan sinus (etmoiditis akut) atau dihubungkan dengan demam akibat cakaran kucing, sarkoidosis, sifilis (pada staging primer dan sekunder), penyakit lime dan meningitis cryptococcus pada pasein AIDS.6. Neuritis optik Toxic: metil alkohol, kina dan arsen7. Obat-obatan: etambutol, INH, interferon8. Defisisensi vitamin B.2

2.6. KlasifikasiKlasifikasi Oftalmologis11.Retrobulbar neuritisGambaran optik disk normal, karena papil optik disk tidak terkena. Ini merupakan tipe yang paling sering pada dewasa, dan berhubungan dengan multipel sklerosis2.PapilitisProses patologi mempengaruhi papil optik pada mulanya, dan lanjutannya bersamaan dengan inflamasi retina. Karakteristik : hiperemia bervariasi dan udem pada optik disk. Ada gambaran flame shape hemorrhagic di peri papillari.3.Neuro retinitisKarakteristik sama dengan papilitis,tetapi ada inflamasi berhubungan dengan inflamasi pada serat lapisan retina, dan makula.Klasifikasi berdasarkan etiologi1. DemielinisasiBelum diketahui pasti patofisiologinya, tetapi berdasarkan penelitian disebabkan oleh saraf yang kehilangan lapisan mielinnya.2. ParainfeksiusDiawali oleh infeksi virus dan imunisasi3.InfeksiusBerhubungan dengan penyakit demam cat-scratch, sifilis, Krip[tokokus meningitis pada pasien AIDS dan Herpes Zoster.

2.7. PatogenesisBerhubungan dengan sklerosis multipel. Sifat dasar yang menyebabkan multiple sklerosis tidak diketahui dengan pasti. Beberapa teori menyebutkan adanya faktor autoimun yang di picu oleh inkubasi virus yang menahun .Inkubasi virus yang menahun merangsang pembentukan antigen histokompatibilitas ( HLA-A3, HLA-A7) sehingga merangsang mekanisme imun humoral yang menyebabkan oligodendrogliopati primer mengakibatkan demielinisasi dan cedera akson. Pada fase akut, daerah yang terkena mengalami edema, meradang, berwarna merah muda. Makrofag membuang daerah mielin yang berdegenerasi . Saat fase akut mereda, gliosis (sel neuron yang aktif didaerah saraf yang rusak)aktif lagi.Sehingga menyebabkan daerah yang mengalami demielinisasisemakin luas. Akibatnya dari demielinisasi terjadi penciutan daerah akson. (plak) sehingga menganggu hantaran serabut saraf.

Demielinisasi dan degenerasi aksonOligodendrogliopati Rangsang imun humoralAntigen histokompatibilitas

Gangguan hantaran saraf

2.8. Manifestasi klinisGambaran akutGejala neuritis optik biasanya monokular. Pada 10% kasus, gejala terjadi dikedua mata,baik secara simultan ataupun berurutan. Neuritis optik bilateral terjadi lebih sering pada anak lebih muda dari usia 12-15 tahun dan berasal dari Asia dan Afrika selatan. Karena jarang terjadi, pasien dengan gejala neuritis optik bilateral, harus dicurigai penyebab lain dari neuritis optik. Namun, gejala subklinik defisit visual dalam ketajaman penglihatan, sensitivitas kontras, penglihatan warna, dan lapang pandang pada mata kontralateral dapat dicetuskan dengan uji penglihatan secara mendalam pada pasien dengan penyakit monokular. 2Gambaran klinis neuritis optik secara sistematis dipaparkan dalam Optic Neuritis Treatment Trial (ONTT) yang melibatkan 457 pasien yang berusia 18-46 tahun dengan neuritis optik akut unilateral. Dari penelitian tersebut, dua gejala paling sering adalah hilangnya penglihatan dan nyeri pada mata yang semakin memberat bila bola mata digerakkan. Hilang penglihatan terjadi dalam periode jam-hari, mencapai puncak dalam 1-2 minggu. Apabila hilangnya penglihatan terus berlangsung lebih dari periode ini, maka perlu dipikirkan diagnosis lain. 2Tanda dan gejala lainnya yaitu: Defek pupil aferen (afferent pupillary defect) selalu terjadi pada neuritis optik bila mata yang lain tidak ikut terlibat. Adanya defek pupil aferen ini ditunjukkan dengan pemeriksaan swinging light test (Marcus-Gunn pupil). Defek lapang pandang pada neuritis optik ditandai dengan skotoma sentral Papilitis dengan hiperemia dan edema diskus optik sehingga membuat batas diskus tidak jelas. Papilitis banyak terdapat pada usia < 14 tahun dan populasi asia tenggara. Enam puluh persen pasien memiliki neuritis retrobulbar dengan pemeriksaan funduskopi yang normal. Perdarahan peripapil,jarang pada neuritis optik tetapi sering menyertai papilitis karena neuropati optik iskemik anterior. Fotopsia sering dicetuskan oleh pergerakan bola mata Buta warna pada mata yang terkena, terjadi pada 88% pasien yang ikut terlibat dalam penelitian ONTT. 2Tanda lain adanya inflamasi pada mata yang terdeteksi pada pemeriksaan funduskopi atau slit lamp, yaitu: perivenous sheathing, periflebitis retina (risiko tinggi terkena MS), uveitis, sel di bilik mata depan, atau pars planitis menandakan adanya infeksi atau penyakit autoimun yang lain. 2

Gambaran KronikWalaupun telah terjadi penyembuhan secara klinis, tanda neuritis optik masih dapat tersisa. Tanda kronik dari neuritis optik yaitu: Kehilangan penglihatan secara persisten. Kebanyakan pasien neuritis optik mengalami perbaikan penglihatan dalam 1 tahun. Defek pupil aferen relatif tetap bertahan pada 25% pasien dua tahun setelah gejala awal. Desaturasi warna, terutama warna merah. Pasien dengan desaturasi warna merah akan melihat warna merah sebagai pink, atau orange bila melihat dengan mata yang terkena. Fenomena Uhthoff yaitu terjadinya eksaserbasi temporer dari gangguan penglihatan yang timbul dengan peningkatan suhu tubuh. Olahraga dan mandi dengan air panas merupakan pencetus klasik. Diskus optik terlihat mengecil dan pucat, terutama didaerah temporal. Pucatnya diskus meluas sampai batas diskus ke serat retina peripapil.6

2.9.Diagnosis2.9.1.Anamnesis Pasien mengeluh adanya pandangan berkabut atau visus yang kabur, kesulitan membaca, perbedaan subjektif pada terangnya cahaya, persepsi warna yang terganggu, hilangnya persepsi dalam atau kaburnya visus untuk sementara.1 Terdapat riwayat demam atau imunisasi sebelumnya pada anak akan mendukung diagnosis. Pada orang dewasa, terdapat faktor risiko sklerosis multipel yang lebih besar. Rasa sakit pada mata, terutama ketika mata bergerak.3

2.9.2.Pemeriksaan Fisis Pemeriksaan visus. Hilangnya visus dapat ringan ( 20 / 30), sedang ( 20 / 60), maupun berat ( 20 / 70).3 Pemeriksaan lapang pandang. Refleks pupil. Defek aferen pupil terlihat dengan refleks cahaya langsung yang menurun atau hilang.3 Penglihatan warna.3

2.9.3.Pemeriksaan Penunjang1. FunduskopiTerdapat beberapa stadium perubahan pada neuritis optik disertai kelainan pada bilik mata belakang, yaitu:a. Perubahan awalPapilitis dapat ditemukan dalam 38 % kasus. Diskus optikus normal dalam 44% kasus. Pucatnya bagian temporal menunjukkan adanya lesi optik neuritis yang berat pada mata yang sama, hal ini dijumpai pada 18% dari pasien yang menjalani pemeriksaan. Papilitis tahap awal di karakteristikkan dengan adanya batas diskus yang mengabur dan sedikit hiperemis.3 b. Papilitis yang mencapai perkembangan yang lengkap Adanya papiledema pada opthalmoskopi tidak memungkinkan untuk menyatakan hal ini, ditandai dengan adanya pembengkakan, hilangnya fisiologis cup, hiperemis dan perdarahan yang terpisah. Pembungkus vena biasanya jarang terlihat. Pemeriksaan dengan slit lamp untuk melihat adanya sel pada vitreous adalah hal yang sangat penting.3 c. Perubahan lanjutPada neuritis optik retrobulbar, diskus yang normal dapat dijumpai selama 4-6 minggu, saat dimana pucat dijumpai. Papilitis yang berlanjut kadang-kadang didapati gambaran optik atropi sekunder. Pada keadaan ini batas diskus dapat mengabur, mungkin terdapat jaringan glial pada diskus, dan pucatnya diskus bagian stadium akhir optik neuritis. Pada stadium ini, serabut saraf atropi dapat diamati pada retina dengan perangkat lampu hijau merah.3 2. MRI (magnetic resonance imaging)MRI diperlukan untuk melihat nervus optikus dan korteks serebri. Hal ini dilakukan terutama pada kasus-kasus yang diduga terdapat sklerosis multipel. 3. Pungsi lumbal dan pemeriksaan darahDilakukan untuk melihat adanya proses infeksi atau inflamasi.

2.10.Diagnosis banding

1. Tumor saraf atau massa supraselar : Dapat dibedakan dengan melihat Optic disk yang pucat pucat, penurunan visus dan edema optic disk.2. Iskemik anterior optik neuropati : Sering terjadi pada orang tua dengan riwayat ganguan vaskular. Pembengkakan optik disk hanya bersifat sementara.3. Iskemik posterior optik neuropati : Tidak terjadi pembengkakan optik disc.2.11. TerapiNeuritis optik pada anak kebanyakan mengalami pemulihan ketajaman penglihatan dengan sendirinya. Biasanya pemulihan berlangsung secara spontan sehingga tidak diperlukan pengobatan secara khusus. Pemulihan dimulai selama beberapa minggu dan berlanjut hingga beberapa bulan. Steroid intravena dapat mempercepat pemulihan visus namun tidak memperbaiki hasil akhir yang diperoleh. Sayangnya, pada beberapa persen anak visus tidak kembali normal.4Sedangkan pada orang dewasa, The Optic Neuritis Treatment Trial (ONTT) menyatakan bahwa pasien yang diobati dengan steroid oral memiliki risiko rekurensi yang lebih besar dalam 6 bulan pengamatan. Sehingga steroid oral tidak direkomendasikan. Pada pasien yang diobati dengan steroid intravena (yaitu dengan metilprednisolon 4 x 250 mg selama 3 hari dan dilanjutkan dengan prednison oral selama 14 hari) terdapat pemulihan visus sedikit lebih cepat, walaupun hasil akhir visus yang diperoleh tidak lebih baik dari yang tidak diobati. Sehingga steroid intravena direkomendasikan untuk pasien neuritis optik yang berat di kedua mata dan pasien yang memiliki risiko tinggi mendapatkan episode kedua dalam 3 tahun. Penelitian terakhir menyatakan bahwa risiko mendapatkan serangan berulang dapat diturunkan dengan memberikan pengobatan lain setelah pemberian steroid intravena pada pasien berisiko tinggi. Pemeriksaan dengan MRI penting untuk memperkirakan rekurensi atau perburukan penyakit.1

2.12. KomplikasiKomplikasi yang timbul dari neuritis optik dapat mencakup kerusakan saraf optik. Kebanyakan orang memiliki beberapa kerusakan saraf optik permanen berikut sebuah episode neuritis optik, tetapi mereka mungkin tidak mengalami gejala apapun. Penurunan ketajaman visual atau kehilangan penglihatan bisa bertahan setelah neuritis optik telah membaik. Sampai dengan 10% orang dengan riwayat neuritis optik memiliki beberapa derajat kehilangan visi jangka panjang. Lesi-lesi demielinisasi saraf optikus yang lebih panjang, terutama di kanalis optikus, dapat berkaitan dengan prognosis visual yang jelek. Obat steroid digunakan untuk mengobati neuritis optik dapat menekan sistem kekebalan tubuh, mungkin menyebabkan tubuh menjadi lebih rentan terhadap infeksi. Penggunaan jangka panjang steroid juga dapat menyebabkan penipisan tulang (osteoporosis) dan efek samping lainnya.1,2,

2.13. Prognosis1. Rasa nyeri hanya beberapa hari.2. Angka kesembuhan mencapai 92 % pada pasien yang mendapat penanganan optimal.3. Jarang yang mengalami kehilangan penglihatan yang progresif.4. Penglihatan tidak kembali seperti normal. Penglihatan pasien akan menjadi buram, distorsi, gangguan dalam melihat warna.7

BAB IIIPENUTUP

3.1. Kesimpulan

Neuritis optikus merupakan keadaan inflamasi, demielinisasi yangmenyebabkan kehilangan penglihatan secara akut dan biasanya melibatkan satumata (monokular). Neuritis optikus tidak berdiri sendiri, namun disebabkan olehberbagai macam penyakit/keadaan. Kehilangan penglihatan dan adanya defek pupil aferen relatif merupakan gambaran umum dari neuritis optikus. Diskus optik terlihat hiperemis danmembengkak. Terdapat subtipe dari neuritis optikus, yaitu neuritis retrobulbar danpapilitis. Keadaan tersebut menggambarkan adanya inflamasi pada saraf optik.Pasien mengeluh adanya pandangan berkabut atau visus yang kabur, kesulitanmembaca, adanya bintik buta, perbedaan subjektif pada terangnya cahaya, persepsiwarna yang terganggu, hilangnya persepsi dalam atau kaburnya visus untuksementara.

Proses penyembuhan dan pemulihan ketajaman penglihatan terjadi pada92% pasien. Jarang yang mengalami kehilangan penglihatan yang progresif. Meskipun demikian, penglihatan tidak dapatsepenuhnya kembali normal.

3.2 SaranPerlunya pemahaman yang luas mengenai jalur visual, etiologi, serta lokasilesi yang terjadi pada neuritis optikus sehingga diharapkan dapat memudahkanpenegakan diagnosis penyakit. Dengan penegakan diagnosis yang tepat,tatalaksana penyakit bisa dilakukan dengantepat dan optimal.

DAFTAR PUSTAKA1. Vaughan, dkk. 2007.Neuro-oftalmologi dalam Oftamologi umum. Edisi ke 17. Jakarta: EGC. Hal: 266-2742. Khurana, A K. Disease of the optic Nerve in Comprehensive Ophtalmology. 4th edition. New Age International Limited publisher. Hal: 294-2963. Leonard A. Levin, Daniel M. Albert. 2010. Ocular Disease Mechanisms and Management. USA: Elsevier4. Edward R Chu, Chelia S Chen. Clinical Practice: Optic Neuritis More than a loss of vision. Reprinted from Australian Family Physician Vol. 38, No. 10, October 20095. Marjorie A. Murphy, MD. Clinical Update on Optic Neuritis and Multiple Sclerosis. 2008. Proquest Medical Library page 576. www.uptodate.com/contents/optic-neuritis-pathophysiology-clinical-features-and-diagnosis diunduh pada tanggal 2 Mei 20127. Optic neuritis. Neuro-opthamology society North American.