MPM-2

2
Apakah Peternakan yang Paling Banyak Terdapat di Indonesia dan Mengarah pada Perspektif Pembangunan yang Bagaimana? Di Indonesia, peternakan yang paling banyak adalah peternakan ayam baik ayam potong (broiler) maupun ayam petelur (layer), karena peternakan unggas khususnya ayam menempati 75% total produksi peternakan. Peternakan ayam di Indonesia telah mampu memenuhi permintaan kebutuhan masyarakat sehingga dapat swasembada sejak 1995. Untuk peternakan ayam ini, sudah terjadi hubungan yang baik antara pemerintah dengan peternak. Yang dapat dilihat adalah mengenai program perintah tentang pemenuhan protein hewani dan peternak ayam dapat memenuhinya. Pemerintah sadar akan permintaan akan daging unggas (ayam) akan terus meningkat dari tahun ke tahun. Namun, pakan merupakan masalah besar di balik kesuksesan swasembada ayam di Indonesia. Pakan ayam misalnya jagung,bungkil kedelai, tepung ikan, tepung tulang, dll. masih impor, padahal biaya paling tinggi dari produksi ternak (50-80%) adalah untuk pakan. Tercatat pada tahun 2004 besaran impor untuk jagung (988 ribu ton), bungkil kedelai ( 1,8 juta ton), dan tepung hewani (360 ribu ton). Kendala perkembangan peternakan sangat dirasakan dari keterbatasan pengembangan dari skala usaha komersial kecil menuju skala usaha komersial yang lebih besar adalah faktor modal usaha, akses pada saprodi dan ketersediaan pakan. Dari situ dapat terlihat bahwa perspektif pembangunan untuk peternakan mengarah pada pembangunan Bottom-Up, yaitu untuk mendapatkan modal, akses saprodi dan pakan sangat bergantung pada pemerintah ( changer agent). Apabila pemerintah tidak dapat memberi pinjaman modal, tidak memberi kelancaran untuk akses saprodi maupun tidak memperhatikan tentang

description

okok

Transcript of MPM-2

Page 1: MPM-2

Apakah Peternakan yang Pal ing Banyak Terdapat di Indonesia dan Mengarah pada Perspekti f Pembangunan

yang Bagaimana?

Di Indonesia, peternakan yang paling banyak adalah peternakan ayam baik ayam potong (broiler) maupun ayam petelur (layer), karena peternakan unggas khususnya ayam menempati 75% total produksi peternakan. Peternakan ayam di Indonesia telah mampu memenuhi permintaan kebutuhan masyarakat sehingga dapat swasembada sejak 1995. Untuk peternakan ayam ini, sudah terjadi hubungan yang baik antara pemerintah dengan peternak. Yang dapat dil ihat adalah mengenai program perintah tentang pemenuhan protein hewani dan peternak ayam dapat memenuhinya. Pemerintah sadar akan permintaan akan daging unggas (ayam) akan terus meningkat dari tahun ke tahun. Namun, pakan merupakan masalah besar di balik kesuksesan swasembada ayam di Indonesia. Pakan ayam misalnya jagung,bungkil kedelai, tepung ikan, tepung tulang, dll. masih impor, padahal biaya paling t inggi dari produksi ternak (50-80%) adalah untuk pakan. Tercatat pada tahun 2004 besaran impor untuk jagung (988 ribu ton), bungkil kedelai ( 1,8 juta ton), dan tepung hewani (360 ribu ton). Kendala perkembangan peternakan sangat dirasakan dari keterbatasan pengembangan dari skala usaha komersial kecil menuju skala usaha komersial yang lebih besar adalah faktor modal usaha, akses pada saprodi dan ketersediaan pakan. Dari situ dapat terl ihat bahwa perspektif pembangunan untuk peternakan mengarah pada pembangunan Bottom-Up, yaitu untuk mendapatkan modal, akses saprodi dan pakan sangat bergantung pada pemerintah ( changer agent). Apabila pemerintah tidak dapat memberi pinjaman modal, t idak memberi kelancaran untuk akses saprodi maupun tidak memperhatikan tentang ketersediaan pakan maka peternak akan sangat kebingungan. Terjadi ketergantungan dari peternak terhadap pemerintah, meskipun pada awalnya peternak yang mengusahakan untuk perkembangan peternakannya.

CITRA AYU P.

09/289168/PT/05787