MPK-BI
-
Upload
ispriadi-muchammad-frie -
Category
Documents
-
view
407 -
download
21
description
Transcript of MPK-BI
MPK (Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian)
BAHASA INDONESIA
Visi dan Misi Matakuliah Bahasa Indonesia
1. VisiMenjadikan Bahasa Indonesia sebagai salah satu instrumen (sarana) pengembangan kepribadian mahasiswa menuju terbentuknya (terwujudnya) insan terpelajar yang mahir berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan santun.
2. Misi
1. Membina mahasiswa agar merasa bangga dengan menggunakan bahasa Indonesia dalam berbagai forum dan memiliki tanggung jawab untuk memelihara bahasa nasionalnya dengan sungguh-sungguh.
2. Mendorong mahasiswa agar mampu mewujudkan nilai-nilai budaya yang tercermin dalam bahasa persatuannya melalui kehidupan sehari-hari.
3. Membina proses pembelajaran bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi agar semakin berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan mahasiswa.
4. Melalui pembelajaran yang bermutu mendorong tercapainya kemahiran mahasiswa dalam menggunakan Bahasa Indonesia untuk menguasai, menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dengan penuh rasa tanggung jawab sebagai warga negara Indonesia yang berkepribadian mulia (berakhlak mulia).
1. Sejarah, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa
1.1Sejarah Bahasa Indonesia
1.1.1 Sebelum Kemerdekaan
Bahasa Indonesia merupakan salah satu dialek bahasa Melayu. Sudah
berabad-abad, bahasa Melayu dipakai sebagai alat perhubungan di antara
penduduk Indonesia yang mempunyai bahasa yang berbeda. Bangsa asing yang
datang ke Indonesia juga memakai bahasa Melayu untuk berkomunikasi dengan
penduduk setempat.
Hal ini dapat dibuktikan dengan ditemukannya prasasti tertua yang
ditulis dalam bahasa Melayu dengan huruf Pallawa berasal dari abad ke-7,
seperti di bawah ini:
a. Prasasti Kedukan Bukit di Palembang tahun 683
b. Prasasti Talang Tua di Palembang tahun 684
c. Prasasti Kota Kapur di Bangka tahun 686
d. Prasasti Karang Brahi di Jambi tahun 688
e. Prasasti Gandasuli di Jawa Tengah tahun 832
f. Prasasti Bogor tahun 942
Pada waktu itu (zaman Sriwijaya) bahasa Melayu berfungsi sebagai:
1. Bahasa Kebudayaan
2. Bahasa perhubungan (lingua franca) antarsuku di nusantara
3. Bahasa perdagangan di sepanjang pantai
4. Bahasa resmi kerajaan
Pada tanggal 28 Oktober tahun 1928 dalam Kongres Pemuda yang dihadiri
aktivis dari berbagai daerah di Indonesia, bahasa Melayu diubah namanya
menjadi bahasa Indonesia yang diikrarkan dalam Sumpah Pemuda sebagai
bahasa persatuan atau bahasa Nasional. Sebagai wujud perhatian terhadap
bahasa Indonesia maka diadakan Kongres Bahasa Indonesia I di Solo Tahun
1938.
Pada Pemerintah Jepang, diberlakukan pelarangan penggunaan bahasa
Belanda. Pelarangan ini berdampak positif terhadap bahasa Indonesia, karena
BI dipakai dalam berbagai aspek kehidupan termasuk politik dan pemerintahan.
Alasan bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia :
1. Bahasa Melayu sudah menjadi bahasa lingua franca, bahasa
perdagangan dan bahasa perhubungan di Indonesia.
2. Sistem bahasa Melayu yang sederhana.
3. Suku-suku bangsa di Indonesia rela menerima bahasa Melayu sebagai
bahasa nasional.
4. Kesanggupan bahasa Melayu untuk menjadi bahasa kebudayaan dalam
arti luas.
1.1.2 Sesudah Kemerdekaan
Sehari sesudah proklamasi kemerdekaan, pada tanggal 18 Agustus
ditetapkan Undang-Undang Dasar 1945 yang di dalamnya terdapat pasal, yaitu
pasal 36, yang menyatakan bahwa “bahasa negara ialah bahasa Indonesia.”
Dengan demikian, selain berkedudukan sebagai bahasa nasional, bahasa
Indonesia juga berkedudukan sebagai bahasa negara. Sebagai bahasa negara,
BI dipakai dalam semua urusan yang berkaitan dengan pemerintah dan negara.
Sesudah kemerdekaan, BI mengalami perkembangan pesat dengan ditandai
oleh:
Setiap tahun jumlah pemakai BI bertambah.
Kedudukan BI sebagai bahasa nasional dan bahasa negara semakin kuat.
Perhatian Pemerintah dan masyarakat terhadap BI semakin baik dan
sangat besar
Perhatian Pemerintah Orla dan Orba terhadap BI sangat besar dengan
dibentuknya lembaga yang mengurus masalah kebahasa yang sekarang
menjadi Pusat Bahasa dan penyelenggara Kongres BI.
Perubahan ejaan BI dari Ejaan Van Ophuijsen ke Ejaan Soewandi hingga
EYD selalu mendapat tanggapan dari masyarakat.
Peristiwa penting yang berkaitan dengan perkembangan bahasa Indonesia:
1. Tahun 1901Ch.A. Van Ophuijsen menyusun ejaan resmi bahasa Melayu
dalam kitab Logat Melayu.
2. Tahun 1908 Pemerintah mendirikan Taman Bacaan Rakyat kemudian
tahun 1917 diubah menjadi Balai Pustaka
3. Tahun 1928 Bahasa Indonesia diangkat sebagai bahasa nasional
4. Tahun 1933 berdiri angkatan Pujangga Baru
5. Tahun 1938 diadakan Kongres Bahasa Indonesia I
6. Tahun 1945 dalam UUD tegas bahasa Indonesia ditetapkan sebagai
bahasa Negara
7. Tahun 1947 diresmikan Ejaan Republik (Ejaan Soewandi)
8. Tahun 1954 Kongres bahasa Indonesia II “bahasa Indonesia secara terus
menerus disempurnakan”
9. Tahun 1972 Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan diresmikan
oleh presiden RI melalui sidang kenegaraan.
10.Mentri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan PUEyD dan PUPI
11.Tahun 1978 Kongres bahasa Indonesia III di Jakarta yang berusaha
memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.
12.Tahun 1983 Kongres bahasa Indonesia IV (pembinaan dan
pengembangan bahasa Indonesia harus lebih ditingkatkan agar
penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dapat dicapai secara
maksimal).
13.Tahun 1988 kongres bahasa Indonesia V meluncurkan KBBI .
Fungsi Bahasa Indonesia
Di dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional,bahasa Indonesia
berfungsi sebagai (1) lambang kebanggaan kebangsaan, (2) lambang identitas
nasional, (3) alat perhubungan antarwarga, antardaerah, antarbudaya dan, (4)
alat yang memungkinkan penyatuan berbagai berbagai suku bangsa dengan
latar belakang berbeda ke dalam kesatuan kebangsaan Indonesia.
Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara, bahasa Indonesia
berfungsi sebagai : (1)Bahasa resmi kenegaraan, (2) bahasa pengantar
pendidikan, (3) alat perhubungan untuk kepentingan perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan, (4) alat pengembangan budaya, pengetahuan dan
teknologi.
1.2 Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia
1.2.1 Bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional
Sebagai bahasa nasional, BI berfungsi sebagai lambang kebanggaan
kebangsaan, lambang identitas nasional, alat pemersatu berbagai suku bangsa,
alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya.
1.2.1.1 Bahasa Indonesia sebagai lambang Kebanggaan Nasional
Tidak semua bangsa di dunia mempunyai sebuah bahasa nasional yang
dipakai secara luas dan dijunjung tinggi. Adanya sebuah bahasa yang dapat
menyatukan berbagai suku bangsa yang berbeda merupakan suatu kebanggaan
bagi bangsa Indonesia. Ini menunjukkan bahwa bangsa Indonesia sanggup
mengatasi perbedaan yang ada.
1.2.1.2 Bahasa Indonesia sebagai Lambang Identitas Nasional
Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa yang budaya dan
bahasanya berbeda. Untuk membangun kepercayaan diri yang kuat, sebuah
bangsa memerlukan identitas. Identitas sebuah bangsa bisa diwujudkan
diantaranya melalui bahasanya. Dengan adanya sebuah bahasa yang mengatasi
berbagai bahasa yang berbeda, suku-suku bangsa yang berbeda dapat
mengidentikkan diri sebagai satu bangsa melalui bahasa tersebut.
1.2.1.3 Bahasa Indonesia sebagai Alat Pemersatu Berbagai Suku Bangsa
Sebuah bangsa yang terdiri atas berbagai suku bangsa yang budaya
dan bahasanya berbeda akan mengalami masalah besar dalam melangsungkan
kehidupannya. Perbedaan dapat memecah belah bangsa tersebut. Dengan
adanya bahasa Indonesia yang diakui sebagai bahasa nasional oleh semua suku
bangsa yang ada, perpecahan itu dapat dihindari karena suku-suku bangsa
tersebut merasa satu. Kalau tidak ada sebuah bahasa, seperti bahasa Indonesia,
yang bisa menyatukan suku-suku bangsa yang berbeda, akan banyak muncul
masalah perpecahan bangsa.
1.2.1.4 bahasa Indonesia sebagai Alat Perhubungan Antardaerah dan
Antarbudaya
Masalah yang dihadapi bangsa yang terdiri atas berbagai suku bangsa
dengan budaya dan bahasa yang berbeda adalah komunikasi. Diperlukan
sebuah bahasa yang dapat dipakai oleh suku-suku bangsa yang berbeda
bahasanya sehingga mereka dapat berhubungan. Bahasa Indonesia sudah lama
memenuhi kebutuhan ini. Sudah berabad-abad bahasa ini menjadi lingua franca
di wilayah Indonesia.
1.2.2 Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara
Sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa
resmi kenegaraan, bahasa pengantar dalam dunia pendidikan alat perhubungan
di tingkat nasional untuk kepentingan pembangunan dan pemerintahan, alat
pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
1.2.2.1 Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Resmi Kenegaraan
Sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia dipakai untuk urusan-urusan
kenegaraan. Dalam hal ini, pidato-pidato resmi, dokumen, dan surat-surat resmi
harus ditulis dalam bahasa Indonesia. Upacara-upacara kenegaraan juga
dilangsungkan dengan bahasa Indonesia. Pemakaian bahasa Indonesia dalam
acara-acara kenegaraan sesuai dengan UUD 1945 mutlak diharuskan. Tidak
dipakainya bahasa Indonesia dalam hal ini dapat mengurangi kewibawaan
negara karena ini merupakan pelanggaran terhadap UUD 1945.
1.2.2.2 Bahasa Indonesia sebagai Bahasa pengantar dalam Dunia
Pendidikan
Dunia pendidikan di sebuah negara memerlukan sebuah bahasa yang
seragam sehingga kelangsungan pendidikan tidak terganggu. Pemakaian lebih
dari satu bahasa dalam dunia pendidikan akan mengganggu keefektifan
pendididkan. Biaya pendidikan menjadi lebih hemat. Peserta didik dari tempat
yang berbeda dapat saling berhubungan. Bahasa Indonesia merupakan satu-
satunya bahasa yang dapat memenuhi kebutuhan akan bahasa yang seragam
dalam pendidikan di Indonesia. Bahasa Indonesia telah berkembang pesat dan
pemakaiannya sudah tersebar luas. Pemakaian bahasa Indonesia dalam dunia
pendidikan bukan hanya terbatas pada bahsa pengantar, bahan-bahan ajar juga
memakai bahasa Indonesia.
1.2.2.3 Bahasa Indonesia sebagai Alat Perhubungan di Tingkat Nasional
untuk Kepentingan Pembangunan dan pemerintahan
Untuk kepentingan pembangunan dan pemerintahan di tingkat nasional
diperlukan sebuah bahasa sebagai alat perhubungan sehingga komunikasi tidak
terhambat. Kalau ada lebih dari satu bahasa yang dipakai sebagai alat
perhubungan, keefektifan pembangunan dan pemerintahan akan tergganggu
karena akan diperlukan waktu yang lebih lama dalam berkomunikasi. Bahasa
indonesia dapat mengatasi hambatan ini.
1.2.2.4 Bahasa Innonesia sebagai Alat Pengembangan Kebudayaan, Ilmu
Pengetahuan, dan Teknologi
Untuk mengembangkan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi
diperlukan bahasa yang bisa dipakai untuk keperluan tersebut dan bahasa
tersebut dapat dimengerti oleh masyarakat luas. Tanpa bahasa seperti ini,
pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi akan mengalami
hambatan karena proses pengembangannya akan memerlukan waktu yang lama
dan hasilnya pun tidak akan tersebar secara luas. Bahasa Indonesia merupakan
satu-satunya bahasa di Indonesia yang memenuhi syarat sebagai alat
pengembang kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi karena bahasa
Indonesia telah dikembangkan untuk keperluan tersebut dan bahasa ini
dimengerti oleh sebagian masyarakat Indonesia.
3. Membaca Kritis untuk Menulis
Untuk menunjang pengembangan daya nalarnya, mahasiswa biasanya
dilibatkan dalam praktis menulis ilmiah, yang harus didukung oleh referensi yang
memadai. Untuk hal ini, mereka wajib membaca bahan-bahan rujukan secara
kritis. Maka para mahasiswa peserta dilibatkan dalam kegiatan yang mendukung
berkembangnya pemahaman tentang membaca Kritis, dan kemudian dilibatkan
dalam praktik membaca kritis tulisan/artikel ilmiah, tulisan/artikel populer, dan
buku ilmiah, serta bahan-bahan yang tersaji dalam internet. Produk dari praktik
membaca kriris ini adalah rangkuman bahan yang dibaca dan komentar kritis
mahasiswa terhadap gagasan dan konsep dalam bacaan terkait, dan kutipan-
kutipan yang relevan.
Membaca merupakan kegiatan yang sangat menunjang kegiatan menulis.
Dengan banyak membaca, kita akan mempunyai banyak informasi dan
pengetahuan yang tidak kita dapatkan dari pengalaman sehari-hari. Dengan
banyak membaca, kita juga akan mendapat banyak gagasan yang berguna
untuk tulisan kita. Tulisan yang baik memberikan pengetahuan bagi
pembacanya. Oleh karena itu, kalau kita ingin menghasilkan tulisan yang baik,
kita perlu banyak membaca. Tidak mengherankan bahwa penulis yang baik
umumnya banyak membaca.
3.1 Pengertian Membaca Kritis untuk Menulis
Kegiatan membaca kritis untuk menulis pada dasarnya merupakan kegiatan
membaca untuk mendapatkan informasi yang relevan dan diperlukan untuk
tulisan yang akan dikembangkan. Dengan demikian, kegiatan membaca kritis
untuk menulis harus dikaitkan dengan informasi seperti apa yang ingin kita
masukkan dalam tulisan kita, apakah informasi umum, khusus, atau informasi
yang terperinci. Jenis tulisan yang kita baca berisi informasi yang berbeda.
Informasi yang kita dapatkan dari tulisan populer, misalnya, berbeda dengan
informasi yang kita dapatkan dari tulisan ilmiah.
Membaca kritis menghendaki kita untuk tidak menerima begitu saja
kebenaran informasi yang kita dapatkan. Kita selalu bersikap skeptis, bertanya
terus-menerus, dan berusaha mencari bukti untuk menguji kebenaran informasi
tersebut. Pengujian itu bisa dilakukan dengan mencari informasi pada sumber-
sumber yang lain. Oleh karena itu, membaca kritis memerlukan ketekunan dan
kesabaran.
3.2 Ragam Membaca Kritis
Ada berbagai ragam membaca kritis tergantung pada jenis informasi seperti
apa yang kita inginkan.
3.2.1 Membaca cepat/sekilas untuk mencari topik
Kadang-kadang kita membaca bukan untuk mencari informasi yang rinci.
Kita hanya ingin mengetahui secara umum apa yang dibicarakan dalam tulisan
yang kita baca. Dalam hal ini, kita tidak perlu memfokuskan perhatian kita pada
bagian-bagian yang tertentu. Kita bisa membaca tulisan dengan cepat/secara
sekilas dari awal sampai akhir. Dari kegiatan membaca cepat ini kita akan
mendapat ide tentang topik tulisan yang kita baca.
3.2.2 Membaca cepat untuk informasi khusus
Membaca cepat juga bisa dilakukan kalau kita menginginkan informasi
khusus dari sebuah tulisan. Perhatian kita hanya tertuju pada bagian-bagian
yang kita inginkan. Bagian-bagian yang mengandung informasi yang tidak kita
inginkan tidak mendapat perhatian kita.
3.2.3 Membaca teliti untuk informasi rinci
Kita mungkin juga ingin mendapatkan informasi rinci tentang suatu hal.
Dalam hal ini, kegiatan memmbaca kita akan difokuskan pada bagian yang
mengandung informasi yang ingin kita ketahui secara rinci. Begitu kita sampai
pada bagian tersebut, kita membacanya dengan teliti sampai kita benar-benar
memahami informasi yang ingin kita dapatkan. Bagian-bagian lain yang kita tidak
perlukan tidak perlu dibaca lebih lanjut.
3.3 Membaca kritis tulisan/artikel ilmiah
Membaca tulisan/artikel ilmiah berbeda dengan membaca jenis tulisan lain
karena jenis informasinya berbeda. Tulisan ilmiah biasanya berisi informasi yang
merupakan hasil penelitian. Ini berbeda dengan jenis tulisan lain yang
informasinya bisa berupa pendapat atau kesan pribadi yang belum dibuktikan
melalui penelitian atau prosedur ilmiah. Berikut adalah beberapa hal yang
mungkin perlu diperhatikan dalam membaca tulisan/artikel ilmiah.
3.3.1 Mengenali tesis/pernyataan masalah
Tulisan/artikel ilmiah biasanya mempunyai tesis atau pernyataan umum
tentang masalah yang dibahas. Sebuah tesis biasanya bisa diungkapkan dengan
sebuah kalimat pernyataan. Dengan mengenali tesis sebuah tulisan, kita akan
mudah memahami isi tulisan dan menilai apakah penulisnya berhasil atau tidak
dalam membahas atau memecahkan masalah yang diajukan.
3.3.2 Meringkas butir-butir penting setiap artikel
Meringkas butir-butir penting setiap artikel yang kita baca perlu dilakukan
karena ringkasan itu bisa dikembangkan untuk mendukung pernyataan-
pernyataan yang kita buat. Dengan adanya ringkasan, kita juga tidak perlu lagi
membaca artikel secara keseluruhan kalau kita memerlukan informasi tertentu
dari artikel yang bersangkutan.
3.3.3 Menyitir konsep-konsep penting (pandangan ahli, hasil penelitian, dan
teori)
Menyitir konsep-konsep penting dari tulisan ilmiah perlu dilakukan untuk
mendukung butir-butir penting dan tesis tulisan kita. Dengan memahami konsep-
konsep penting dari sebuah tulisan ilmiah, kita juga akan dapat lebih memahami
konsep-konsep yang akan kita kembangkan dalam tulisan kita.
3.3.4 Menentukan bagian yang akan dikutip
Mengutip pendapat orang lain merupakan kegiatan yang sering kita lakukan
dalam menulis. Dalam mengutip bagian dari sebuah tulisan ilmiah, kita perlu
memerhatikan relevansi bagian tersebut untuk tulisan kita. Butir-butir yang
dianggap tidak relevan tidak perlu dikutip.
3.3.5 menentukan implikasi dari bagian/sumber yang dikutip
Dalam mengutip bagian dari sebuah artikel, kita perlu menyadari
implikasinya. Apakah kutipan itu akan mendukung gagasan yang akan kita
kembangkan dalam tulisan kita atau sebaliknya?
3.3.6 Menentukan posisi penulis sebagai pengutip
Dalam mengutip pernyataan yang ada dalam sebuah artikel, kita perlu
secara jelas meletakkan posisi kita. Apakah kita bersikap netral, menyetujui, atau
tidak menyetujui pernyataan yang kita kutip?
3.4 Membaca kritis tulisan/artikel populer
Tulisan yang kita buat dapat memanfaatkan informasi dari tulisan/artikel
populer. Kegiatan membaca kritis tulisan populer sedikit berbeda dengan
kegiatan membaca kritis tulisan ilmiah karena kedua jenis tulisan tersebut
mempunyai sifat yang berbeda.
Untuk memahami suatu bacaan, kita perlu mengambil langkah-langkah
strategis untuk menguasai atau memahami isi bacaan. Jadi, usaha yang efektif
untuk memahami dan mengingat lebih lama dapat dilakukan dengan: (1)
mengorganisasikan bahan yang dibaca dalam kaitan yang mudah dipahami dan
(2) mengaitkan fakta yang satu dengan yang lain, atau dengan menghubungkan
pengalaman atau konteks yang Anda hadapi.
Pemahaman atau komprehensi adalah kemampuan membaca untuk
mengerti ide pokok, detail yang penting, dan seluruh pengertian. Untuk
pemahaman itu perlu: (1) menguasai perbendaharaan katanya, (2) akrab dengan
struktur dasar dalam penulisan (kalimat, paragraf, tata bahasa).
Kemampuan tiap orang dalam memahami apa yang dibaca berbeda. Hal
ini tergantung pada perbendaharaan kata yang dimiliki, minat, jangkauan mata,
kecepatan interpretasi, latar belakang pengalaman sebelumnya, kemampuan
intelektual, keakraban dengan ide yang dibaca, tujuan membaca, dan keluwesan
mengatur kecepatan. Ada beberapa cara membaca efesien dengan sistem
sebagai berikut:
1) SQ3R (Survei-Question-Read- Recite- Review)
2) SQ4R (Survey- Question-Read- Recite-Rite- Review)
3) POINT (Purpose-Overview-Interpret-Note-Test)
4) OK4R (Overview- Key Ideas-Read-Ricite, Review-Reflect), dll.
Salah satu yang banyak dikenal dan dipraktekkan orang adalah SQ3R.
Secara umum sistem-sistem yang dikemukakan oleh para ahli itu memakai
pendekatan yang sama yang membuat kita aktif dan bertujuan dalam
menghadapi bacaan. Teknik-teknik yang diberikan dimaksudkan untuk
menemukan ide pokok dan detail penting yang mendukung ide pokok serta
mengingatnya lebih lebih lama.
SQ3R
Sistem membaca SQ3R dikemukakan oleh Francis P. Robinson tahun
1941, merupakan sistem membaca yang semakin populer digunakan orang
SQ3R merupakan proses membaca yang terdiri dari lima langkah:
-Survey
-Question
-Read
-Ricite (Recall)
-Review
Dalam sistem SQ3R ini, sebelum membaca terlebih dahulu kita survei
bacaan untuk mendapatkan gagasan umum apa yang akan kita baca. Lalu
dengan mengajukan berbagai pertanyaan pada diri sendiri yang jawabannya kita
harapkan terdapat dalam bacaan tersebut kita akan lebih mudah memahami
bacaan. Dan, selanjutnya dengan mencoba mengutarakan dengan kata-kata
sendiri pokok-pokok yang penting, kita akan menguasai dan mengingatnya lebih
lama.
Langkah 1: Survei (S)
Survei atau prabaca adalah teknik untuk mengenal bahan sebelum
membacanya secara lengkap, dilakukan untuk mengenal organisasi dan ikhtisar
umum yang akan dibaca dengan maksud untuk:
1. mempercepat menangkap arti,
2. memdapat abstrak,
3. mengetahui ide-ide yang penting
4. melihat susunan (organisasi) bahan bacaan tersebut,
5. mendapatkan minat perhatian yang seksama terhadap bacaan,dan
6. memudahkan mengingat lebih banyak dan memahami lebih
mudah.
Langkah 2: Question (Q)
Bersamaan pada saat survei, ajukan pertanyaan sebanyak-banyaknya
tentang isi bacaan itu, dengan mengubah judul dan subjudul serta sub dari
subjudul menjadi suatu pertanyaan. Gunakan kata-kata siapa, apa, kapan,
dimana, atau mengapa. Sebagai contoh, subjudul “Kekurangan Tenaga Ahli
Ilmiah dan Teknik”, dapat diubah dengan bertanya: Mengapa kekurangan tenaga
ahli ilmiah dan Teknik? Atau Apa kurikulum di perguruan tinggi kurang
memadai? Apa akibatnya terhadap perkembangan Iptek?, dan seterusnya.
Dengan adanya berbagai pertanyaan itu cara membaca kita menjadi
lebih aktif dan lebih mudah menangkap gagasan yang ada daripada kalau hanya
membaca asal membaca.
Langkah 3: Read (R)
Membaca merupakan langkah ketiga bukan langkah pertama atau
bukan pula satu-satunya langkah untuk menguasai bacaan. Cara membacanya
pun tidak seperti membaca novel, hanya mengikuti apa yang sedang
berlangsung, melainkan membaca secara kritis.
Baca tulisan itu bagian demi bagian. Sementara membaca bagian-
bagian itu carilah jawaban atas pertanyaan yang Anda bentuk berdasarkan judul-
judul bagian bagian atau pertanyaan lain yang muncul sehubungan dengan topik
bacaan itu.
Pada tahap membaca ini ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu: (1)
Jangan membuat catatan-catatan. Ini akan memperlambat Anda dalam
membaca. (2) Jangan membuat tanda-tanda seperti garis bawah pada kata
maupun frasa tertentu. Pada tahap membaca ini, konsentrasikan diri untuk
mendapatkan ide pokoknya serta mengetahui detail yang penting.
Langkah 4: Recite (R)
Setiap selesai membaca suatu bagian, berhentilah sejenak. Dan
cobalah menjawab pertanyaan-pertanyaan bagian itu atau menyebut hal-hal
yang penting dari bacaan. Pada kesempatan itu, Anda dapat juga menbuat
catatan seperlunya. Jika masih mengalami kesulitan, ulangi membaca bacaan itu
sekali lagi.
Langkah 5: Review (R)
Daya ingat kita terbatas, oleh karena itu janganlah Anda lewatkan
langkah terakhir ini: review. Setelah selesai keseluruhan dari apa yang harus
dibaca, ulangi untuk menelusuri kembali judul-judul dan subjudul dari bagian-
bagian yang penting lainnya dengan menemukan pokok-poko penting untuk
diingat kembali.
2. Ragam Bahasa Indonesia
Pentingkah bahasa Indonesia ?
Untuk melihat penting atau tidaknya bahasa Indonesia dilihat dari 3
indikator sebagai berikut :
7. Jumlah penuturnya,
8. Luas daerah penyebarannya,
9. Dipakai tidaknya bahasa tersebut sebagai sarana ilmu, sastra dan
budaya.
Beberapa Istilah Ragam Bahasa
Ragam tulis dan ragam lisan
Perbedaan :
Ragam lisan :
- Menghendaki hadirnya
orang kedua,
- Fungsi gramatikal tidak
selalu hadir
- Sangat ditentukan oleh
kondisi, situasi, ruang dan
waktu,
- Dapat dibantu oleh unsur-
unsur suprasegmental.
Ragam Tulis :
- Tidak menghendaki lawan
bicara
- Fungsi gramatikal mutlak
diperlukan
- Tidak terikat oleh kondisi,
situasi, ruang dan waktu
- Harus dilengkapi dengan
tanda baca, ejaan dan
ketepatan diksi.
Ragam baku dan tidak baku
Ragam baku adalah ragam yang dikembangkan dan diakui oleh sebagian
warga masyarakat pemakainya sebagai bahasa resmi sebagai kerangka
rujukan norma bahasa dalam penggunaannya.
Ragam tidak baku adalah ragam yang tidak dilembagakan dan ditandai
oleh ciri-ciri yang menyimpang dari norma ragam baku.
Sifat ragam baku
a. Kemantapan dinamis
b. Cendekia
c. Seragam
Ragam baku tulis dan ragam baku lisan
Ragam baku tulis adalah ragam yang dipakai secara resmi dalam buku-
buku pelajaran atau buku ilmiah lainnya
Ragam baku lisan dapat dinilai dari besar atau kecilnya ragam daerah
yang terdengar dalam ucapannya.
Ragam sosial dan ragam fungsional
Ragam sosial adalah ragam bahasa yang sebagian norma dan
kaidahnya didasarkan atas kesepakatan bersama dalam lingkungan sosial
yang lebih kecil dalam masyarakat. Ragam sosial biasanya dihubungkan
dengan tinggi atau rendahnya status kemasyarakatan lingkungan sosial
yang bersangkutan.
Ragam fungsional (professional) adalah ragam bahasa yang dikaitkan
dengan profesi, lembaga, lingkungan kerja dll.
Bahasa Indonesia yang baik dan benar
Pengertian benar mengacu pada kaidah-kaidah bahasa yang berlaku.
Bentuk kata dianggap benar kalau memperlihatkan proses pembentukan
yang benar menurut kaidah yang berlaku.
Sedangkan pengertian baik pada kata atau kalimat adalah pandangan
yang diarahkan pada pilihan katanya yang selanjutnya akan berpengaruh
pada makna kata. Penggunaan bahasa yang disesuaikan dengan situasi
dan kondisi pemakaian bahasa.
Simpulan : bahasa yang benar adalah bahasa yang menerapkan kaidah
secara konsisten sedangkan bahasa yang baik adalah bahasa yang
memiliki nilai rasa yang tepat dan sesuai dengan situasi pemakaiannya.
Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah
Pengertian Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah :
Bahasa Indonesia ragam ilmiah merupakan salah satu ragam bahasa
Indonesia yang digunakan dalam menulis karya ilmiah. Sebagai
bahasa yang digunakan untuk memaparkan fakta, konsep, prinsip,
teori atau gabungan dari keempatnya , bahasa Indonesia diharapkan
dapat menjadi media yang efektif untuk komunikasi ilmiah baik
secara lisan dan tertulis.
Karakteristik Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah:
1. Bahasa Indonesia bersifat Cendekia artinya bahasa Indonesia
mampu digunakan secara tepat untuk mengungkapkan hasil berpikir
secara logis sehingga mampu membentuk pernyataan yang tepat dan
seksama.
2. Bahasa Indonesia bersifat lugas dan jelas artinya bahasa
Indonesia mampu menyampaikan gagasan ilmiah secara jelas dan tepat.
Untuk itu, setiap gagasan diungkapkan secara langsung sehingga makna
yang ditimbulkan adalah makna lugas.
3. Menghindari penggunaan kalimat fragmentaris, yaitu kalimat
yang belum selesai/ terpotong-potong. Kalimat ini terjadi antara lain
karena adanya keinginan penulis mengungkapkan gagasan dalam
beberapa kalimat tanpa menyadari kesatuan gagasan yang diungkapkan.
4. Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah mempunyai sifat bertolak
dari Gagasan, artinya penonjolan diarahkan pada gagasan atau hal
yang diungkapkan dan tidak pada penulis. Implikasinya, kalimat yang
digunakan didominasi oleh kalimat pasif.
5. Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah bersifat formal dan
objektif, ditandai oleh pilihan kosakata, bentuk kata, dan struktur
kalimat. Kosakata yang digunakan bernada formal dan kalimat-kalimatnya
mengandung unsur yang lengkap.
6. Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah bersifat ringkas dan padat,
direalisasikan dengan tidak adanya unsur-unsur bahasa yang mubazir. Itu
berarti menuntut adanya penggunaan bahasa yang hemat. Konsisten,
artinya dalam penggunaan unsur bahasa, tanda baca, tanda-tanda lain
dan istilah yang sesuai dengan kaidah dan semuannya digunakan secara
konsisten.
BAHASA INDONESIA YANG SALAH DAN YANG BENAR
1. Subjek Berkata Depan
Kalimat terdiri dari unsur-unsur funsional yang sisebut Subjek (S),
Predikat (P), Objek (O), Pelengkap (Pel), dan Keterangan (K). Kelima unsur itu
tidak selalu hadir. Ada kalimat yanh hanya terdiri atas S dan P, ada yang terdiri
dari S,P, dan O, ada yang terdiri dari S,P, dan Pel, ada yang terdiri S,P, dan K
atau ada yang lengkap seperti S,P,O,Pel, dan K. Contoh:
(1) Seorang eksekutif membawa laporan keuangan perusahaan ke sebuah
kantor akuntanpublik.
(2) Cara ini merupakan salah satu alat managemen waktu yang paling
efektif.
(3) Produktivitas berhubungan erat dengan masalah balas jasa.
(4) Tanda-tanda perkembangan yang baik mulai tampak.
Kalimat (1) berpola S-P-O-K; kalimat (2) berpola S-P-Pel;kalimat (3)S-P-
Pel; dan kalimat (4) berpola S-P. Bila dicermati ternyata sebuah kalimat minimal
terdiri atas fungsi S dan P sebagai unsur inti sehingga kalimatnya disebut kalimat
lengkap (sempurna), bila salah satu fungsi tidak hadir disebut sebagai kalimat
tidak lengkap.
Dalam pemakaian bahasa sering dijumpai kalimat-kalimat berbentuk
sebagai berikut.
(1) Dari pengalaman selama ini menunjukkan bahwa program KB belum
dianggap sebagai usaha yang dapat memecahkan masalah penduduk.
(2) Di dalam keputusan itu menunjukkan kebijaksanaan yang dapat
menguntungkan masyarakat umum.
(3) Dari penelitian ini kelak akan dapat meningkatkan fungsi dan
kedudukan bahasa daerah pada umumnya dan bahasa Indonesia pada
khususnya.
(4) Dalam pengujian hipotesis ini dilaksanakan dengan membagi
responden menjadi dua kelompok.
Sepintas lalu kalimat (1)-(4) di atas termasuk kalimat yang benar, tetapi
jika diamati dengan seksama ternyata kalimat-kalimat itu mengandung
kesalahan. Kesalahan tersebut berkaitan dengan pengisi fungsi S yang dianggap
penulis dalam kalimat-kalimat tersebut yaitu semua yang ditulis tebal dan miring
sebagai pengisi fungsi S. Namun frasa-frasa tersebut bukan frasa nomina
melainkan frasa depan sehingga bukan sebagai fungsi S melainkan fungsi K,
dengan kata lain keempat kalimat tersebut tidak memenuhi kaidah bahasa
Indonesia karena fungsi S –nya tidak diisi oleh kata atau frasa benda.
Pembetulan terhadap kalimat-kalimat tersebut dapat dilakukan dengan
menghilangkan kata depan dari, di dalam, dari, dan dalam sehingga kalimatnya
berbentuk sebagai berikut:
(5) Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa program KB belum
dianggap sebagai usaha yang dapat memecahkan masalah penduduk.
(6) Keputusan itu menunjukkan kebijaksanaan yang dapat menguntungkan
masyarakat umum.
(7) Penelitian ini kelak akan dapat meningkatkan fungsi dan kedudukan
bahasa daerah pada umumnya dan bahasa Indonesia pada khususnya.
(8) Pengujian hipotesis ini dilaksanakan dengan membagi responden
menjadi dua kelompok.
Penghilangan kata depan yang terdapat pada fungsi S bukanlah satu-
satunya cara untuk membetulkan kalimat-kalimat itu. Kalimat (1-4) dapat
dibetulkan dengan cara mengubah predikat yang berawalan meN- menjadi
predikat kata kerja berawalan di-, seperti dalam kalimat berikut:
(9) Dari pengalaman selama ini ditunjukkan bahwa program KB belum
dianggap sebagai usaha yang dapat memecahkan masalah penduduk.
(10) Di dalam keputusan itu ditunjukkan kebijaksanaan yang dapat
menguntungkan masyarakat umum.
(11) Dari penelitian ini kelak akan dapat ditingkatkan fungsi dan kedudukan
bahasa daerah pada umumnya dan bahasa Indonesia pada khususnya.
2. Objek Berkata Depan
Kalimat yang terdiri dari Subjek dan Predikat dapat diikuti oleh unsur lain
yang disebut Objek (O). Yang dimaksud Objek adalah unsur kalimat yang
terletak di belakang P yang dapat dijadikan S jika dalam kalimat dipasifkan.
Contoh:
(1) Kita akan menemui tujuh macam air hangat yang letaknya di sebelah
barat.
(2) Kita juga akan menjumpai bungalow dan hotel.
(3) Para pedagang menjajakan berbagai macam kerajinan dan makanan di
Pantai Manggar.
Frasa Nomina yang dicetak miring dalam kalimat (1)-(3) merupakan
satuan yang mengisi fungsi O, bila dipasifkan maka satuan tersebut akan
mengisi fungsi S dalam kalimat berikut:
(4) Tujuh macam air hangat yang letaknyadi sebelah barat akan kita
temui.
(5) Bungalow dan hotel juga akan kita jumpai.
(6) berbagai macam kerajinan dan makanan dijajakan oleh para pedagang
di pantai Manggar.
Kesalahan yang sering dilakukan adalah objek berkata depan, seperti dalam
kalimat berikut:
(7) Banyak anggota masyarakat belum menyadari akan pentingnya
kesehatan lingkungan.
(8) Keajaiban menyinari ke angkasa dan ke seluruh penjuru dunia.
(9) Vegetasi yang mempunyai perakaran yang besar dan dalam
mempengaruhi terhadap tingkat kelongsoran tanah.
(10) Skripsi ini akan menitikberatkan pada masalah penambangan
liar.
Kalimat (7-10) di atas memiliki Objek yang berupa frasa depan,yaitu frasa yang
didahului kata depan seperti satuan-satuan bahasa yang dicetak miring di atas.
Menurut kaidah bahasa Indonesia Objek kalimat tidak boleh didahului kata
depan, sehingga keempat kalimat di atas dapat diperbaiki sebagai berikut:
(11) Banyak anggota masyarakat belum menyadari pentingnya
kesehatan lingkungan.
(12) Keajaiban mengitari angkasa dan seluruh penjuru dunia.
(13) Vegetasi yang mempunyai perakaran yang besar dan dalam
mempengaruhi tingkat kelongsoran tanah.
(14) Skripsi ini akan menitikberatkan masalah penambangan liar.
3. Kalimat Pasif Bentuk Diri
Dalam berbagai tulisan sering kita jumpai kalimat yang susunannya
sebagaiberikut:
(1) Rambu-rambu yang terdapat di jalan raya kamu harus perhatikan.
(2) Masalah pelebaran jalan kita akan bicarakan nanti.
(3) Masalah itu bapak telah jelaskan kepada ibu.
Sepintas lalu kalimat (1-3) di atas merupakan kalimat yang benar, tetapi
jika diperiksa dengan teliti, ternyata kalimat itu salah. Kesalahan itu terletak pada
bagian-bagian yang dicetak miring. Kesalahan ini dapat dibetulkan seperti dalam
kalimat berikut ini:
(4) Rambu-rambu yang terdapat di jalan raya harus kamu perhatikan.
(5) Masalah pelebaran jalan akan kita bicarakan nanti.
(6) Masalah itu telah bapak jelaskan kepada ibu.
4. Pemakaian Bentuk-Bentuk dimana, dalam mana, dari mana, dan yang
mana sebagai penghubung.
Dalam bahasa Indonesia sering dijumpai pemakaian bentuk di mana,
dalam mana, di dalam mana, dari mana, dan yang mana sebagai
penghubung. Contoh dalam kalimat berikut:
(1) Rumah di mana ia tinggal sangat luas.
(2) Karmila membuka-buka album dalam mana ia menyimpan foto barunya.
(3) Ia membuka almari di dalam mana ia meletakkan kunci sepeda motornya.
(4) Bila tidak bersekolah, saya tinggal di gedung kecil dari mana suara
gamelan yang lembut dapat terdengar.
(5) Sektor pariwisata yang mana merupakan tulang punggung perekonomian
negara harus senantiasa ditingkatkan.
Penggunaan bentuk-bentuk tersebut kemungkinan besar dipengaruhi
oleh bahasa asing, khususnya bahasa Inggris.
(6) The house where he lives is very large.
(7) Karmila opened the album in which she had kept her new photogragh.
(8) He opened the cupboard in which he had put the key of his motorbike.
(9) If I have no class, I stay at small building from where the sound of
gamelan be heard smoothly.
(10) The Tourism sector which is the economical back bone of the
country must always be intensified.
Dalam bahasa Indonesia karena sudah ada penghubung yang lebih
tepat, yaitu tempat dan yang, seharusnya contoh (1-5) diubah menjadi:
(11) Rumah tempat ia tinggal sangat luas.
(12) Karmila membuka-buka album tempat ia menyimpan foto barunya.
(13) Ia membuka almari tempat ia meletakkan kunci sepeda motornya.
(14) Bila tidak bersekolah, saya tinggal di gedung kecil tempat suara
gamelan yang lembut dapat terdengar.
(15) Sektor pariwisata yang merupakan tulang punggung perekonomian
negara harus senantiasa ditingkatkan.
Dalam bahasa Indonesia memang terdapat bentuk dimana, dari mana,
dan yang mana, tetapi tidak lazim digunakan sebagai kata penghubung
melainkan untuk menandai kalimat tanya.
5. Penghilangan Kata Depan (Preposisi)
Kata depan adalah kata yang menandai pertalian makna antara kata
atau frasa yang mengikutinya dengan kata atau frasa lain dalam suatu kalimat.
Dalam bahasa Indonesia terdapat bermacam-macam kata depan. Menurut
penelitian yang telah dilakukan, dalam bahasa Indonesia terdapat 115 kata
depan, di antaranya adalah di, ke, dari, daripada. Misalnya:
(1) Ledakan bom atom pertama diperingati di Hirosima.
(2) Ia belum pernah ke Jakarta
(3) Karung goni berasal dari Delanggu.
Pemakaian kata depan di dalam kalimat sangat penting sebab
pemakaian itu untuk menandai makna kata atau frasa yang mengikutinya.
Dalam (1) di atas kata depan di menandai makna ‘tempat berada’. Kata depan
ke dalam kalimat (2) menandai makna ‘tempat yang dituju’. Kata depan dari
dalam kalimat (3) menandai ‘makna asal’.
Meskipun pemakaian kata depan tersebut sangat penting namun
pemakaiannya sering dihilangkan. Hal demikian misalnya terlihat pada kalimat
berikut ini:
(4) Kejernihan penalaran tampak baris-baris puisi di atas.
(5) Membaca puisi itu seakan-akan anak dibawa untuk lebih menghargai
sesama umat Tuhan yang Mahakuasa.
Apabila diperhatikan secara teliti, akan dapat diketahui bahwa pada
kalimat (4) terdapat penghilangan kata depan pada dan pada kalimat (5)
terdapat penghilangan kata depan dengan, sehingga kalimat-kalimatnya
menjadi:
(6) Kejernihan penalaran tampak pada baris-baris puisi di atas.
(7) Dengan membaca puisi itu seakan-akan anak dibawa untuk lebih
menghargai sesama umat Tuhan yang Mahakuasa.
Dalam bahasa Indonesia terdapat pula kata depan yang di satu pihak
harus dipakai dan di lain pihak boleh dipakai secara manasuka. Kata depanyang
dimaksud adalah kata depan oleh. Perhatikan contoh berikut ini:
(8) Bukuku dipinjam (oleh) Mimin.
(9) Dipinjam (oleh) Mimin bukuku.
(10) Oleh Mimin bukuku dipinjam.
(11) Seketika Ratna dirangkul dan dicium keningnya oleh ketiga
adiknya.
(12) Perumnas yang harganya sangat mahal itutidak terjangkau oleh
masyarakat kelas rendah.
Kehadiran kata depan oleh pada kalimat (8) dan (9) bersifat manasuka,
tetapi pada kalimat (10-12) pemakaian kata depan oleh wajib, karena apabila
dihilangkan maka kalimatnya menjadi terganggu.
*(13) Seketika Ratna dirangkul dan dicium keningnya ketiga adiknya.
*(14) Mimin bukuku dipinjam.
*(15) Perumnas yang harganya sangat mahal itu tidak terjangkau masyarakat
kelas rendah.
Uraian di atas memberi petunjuk bahwa pemakaian kata depan oleh
sebagai penanda pelaku bersifat manasuka apabila pelaku perbuatan itu terletak
langsung di belakang kata kerja pasif bentuk di-. Apabila tidak demikian,
misalnya terletak di muka kata kerja atau terletak berjauhan dari kata kerjanya,
maka pemakaian kata depan oleh itu bersifat wajib.
6. Penghilangan Afiks (imbuhan)
Situasi pemakaian bahasa menentukan bentuk bahasa seseorang.
Dalam situasi resmi orang cenderung menggunakan bahasa secara lengkap,
sedangkan dalam situasi tidak resmi atau santai orang cenderung menggunakan
bahasa secara tidak lengkap. Ketidaklengkapan itu misalnya karena adanya
penghilangan unsur-unsur tertentu. Salah satu unsur yang sering dihilangkan
ialah afik (imbuhan).
Dalam kenyataan berbahasa Indonesia dewasa ini situasi itu cenderung
tidak diperhatikan oleh para penutur. Baik dalamsituasi resmi maupun situasi
tidak resmi para penutur bahasa Indonesia sering menghilangkan afiks. Afiks
yang sering dihilangkan ialah ber- dan meN- seperti terlihat pada contoh berikut:
(1) Dalam makalah ini saya akan bicara tentang kerja keahlian.
(2) Pagi ini pemerintah berangkatkan lima puluh kepala keluarga ke lokasi
transmigrasi.
Pada contoh (1) terdapat penghilangan afiks ber- pada kata bicara,
sedangkan pada kalimat (2) terdapat penghilangan afiks meN- pada kata
berangkatkan. Kedua contoh di atas digunakan dalam ragam santai atau situasi
tidak resmi. Dalam situasi resmi, kalimat (1-2) menjadi kalimat berikut ini:
(3) Dalam makalah ini saya akan berbicara tentang kerja keahlian.
(4) Pagi ini pemerintah memberangkatkan lima puluh kepala keluarga ke
lokasi transmigrasi.
7. Pemilihan Kata
Setiap kata memiliki makna tertentu yang berbeda dengan kata yang lain.
Kendatipun ada beberapa kata yang secara sekilas tampaknya memiliki makna
yang hampir sama, tetapi jika diteliti lebih seksama lagi akan tampaklah bahwa
masing-masing kata itu memiliki perbedaan. Kata-kata yang bersinonim,
biasanya memiliki persamaan makna yang tidak bersifat bersifat menyeluruh
(total). Kesamaan itu hanya bersifat sebagian. Jadi, kata-kata bersinonim yang di
dalam konteks tertentu saling dapat disubtitusikan, dalam konteks yang lain
pensubtitusiannya kadang-kadang tidak memungkinkan. Untuk jelasnya dapat
diperhatikan pemakaian kedua kata bersinonim bakal dan calon di bawah ini:
(1) Ani sedang berbincang-bincang dengan calon mertuanya.
(2) Sampai sekarang pohon mangga di halaman rumahnya belum
menampakkan bakal buahnya.
(3) *Ani sedang berbincang-bincang dengan bakal mertuanya
(4) *Sampai sekarang pohon mangga di halaman rumahnya belum
menampakkan calon buahnya.
Dengan contoh (1) dan (2) serta (3) dan (4) di atas jelaslah bahwa kata
bersinonim calon dan bakal memiliki ranah pemakaian yang berbeda. Kata
calon biasanya berkolokasi dengan kata benda insani sedangkan kata bakal
berkolokasi dengan kata benda noninsani.
Banyaknya kata yang mempunyai kemiripan menuntut banyak ketelitian.
Sebelum menggunakannya pemilihan kata kiranya perlu diperhatihan ketepatan
makna dan kelaziman pemakaiannya.
8. Pemakaian Bentuk yang Mubazir
Dalam berbagai tulisan sering dijumpai kalimat seperti ini:
(1) Bahasa adalah merupakan sarana komunikasi yang sangat penting.
Bila dilihat dari segi tatabahasa, kalimat tersebut sudah benar. Kata
bahasa menduduki fungsi Subjek, sedangkan adalah merupakan sarana
komunikasi yang sangat penting menduduki fungsi Predikat. Kan tetapi, bila
dilihat dari segi kehematan kalimat tersebut mengandung unsur yang mubazir.
Istilah mubazir terlampau banyak, berlebih-lebihan sehingga sia-sia saja atau
tidak berguna. Pemakaian bentuk yang mubazir artinya pemakaian bentuk
bahasa yang tidak diperlukan apabila dipandang dari segi informasi yang hendak
disampaikan. Maksudnya dengan atau tanpa pemakaian bentuk yang mubazir itu
informasi yang hendak disampaikan tetap dapat diterima dengan jelas oleh pihak
lain, tanpa ada kemungkinan salah tafsir.
Kemubaziran yang terdapat pada kalimat (1) disebabkan oleh
penggunaan kata adalah dan merupakan sekaligus. Kata adalah sama atau
hampir sama artinya dengan kata merupakan. Dengan kata lain, kedua kata
tersebut bersinonim. Bila dilihat dari segi fungsinya, kedua kata itu juga sama
yaitu menandai permulaan predikat. Berdasarkan alasan itulah, pemakaian
adalah, merupakan dianggap mubazir karena penggunaan salah satu dari
keduanya sudah cukup. Dengan demikian, kemungkinan perbaikan kalimat
tersebut ialah:
(2) Bahasa adalah sarana komunikasi yang sangat penting
(3) Bahasa merupakan sarana komunikasi yang sangat penting
9. Latihan-latihan:
Perbaikilah kalimat-kalimat di bawah ini agar masing-masing menjadi kalimat
yang benar:
(1) Bagi mereka yang bukan anggota koperasi, dengan berbelanja di
koperasi lebih menghemat biaya daripada kalau rakyat pedesaan
berbelanja di kota, misalnya mengeluarkan banyak biaya transformasi.
(2) Hampir di setiap bidang kehidupan selalu berhubungan dengan hukum
sehingga kesadaran hukum masyarakat pun semakin ditingkatkan.
(4) Dari beberapa pendapat para ahli gizi asupan makanan yang baik dapat
digunakan untuk dasar penentu pertumbuhan dan perkembangan anak.
(5) Orang tua wajib mengawasi tentang perilaku anaknya.
(6) Seminar ini akan membahas mengenai masalah lingkungan hidup.
(7) Banyak anggota masyarakat kita belum menyadari mengenai betapa
pentingnya segi pariwisata.
(8) Saya menjadi bingung, lalu saya mencoba untuk menjelaskan tentang hal
ini kepadanya.
(9) Tahun yang telah kita lewati dapat mencerminkan pada kekurangan kita
dalam hidup ini.
(10) Majelis hakim menjelaskan tentang faktor-faktor yang
memberatkan Tersangka korupsi.
(11) Tingkah laku adiknya yang menyimpang dari ajaran agama kakak
sering pikirkan.
(12) Kita wajib amalkan pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
(13) Masalah keadilan sosial ia selalu kemukakan dalam pidato-
pidatonya.
(14) Sebagaimana kita sudah katakan di depan, semua manusia
mempunyai bahasa.
(15) Persetujuan itu adalah persetujuan yang mana sangat longgar.
(16) Para pekerja merasa senang di dalam melakukan tugas-tugas yang
mana dibebankan oleh pimpinan kepadanya.
(17) Terdapat pula masyarakat di mana orang sukar untuk menerima
apa yang disebut bahasa baku.
(18) Saya sangat tertarik pada matakuliah matematika dan kimia yang
mana biasanya dibenci orang.
(19) Masa sekarang ini pemerintah baru menggalakan penghijauan.
(20) Buku initerdiri lima bab.
(21) Dia lahir tahun 1964.
(22) Peristiwa Bandung Lautan Api telah menimbulkan efek psikologis
dunia internasional waktu itu.
(23) Presiden terima bekas Dubes Kerajaan Belanda.
(24) Gelombang laut ancam bangunan SD Sarang Meduro.
(25) Guru SD diminta tak perlu takut laporkan nasibnya..
(26) Ketrampilan bicara jelas kita pelajari secara sosial.
(27) Polisi itu tangkap pencuri.
(28) Masyarakat perlu diberikan pemahaman, penghayatan , dan
penataan terhadap hukum yang berlaku di Indonesia.
(29) Tampak melintang berbentukkan empat persegi panjang.
(30) Kapolres menugaskan stapnya untuk menuntaskan masalah itu.
(31) Pengrusakan terhadap hutan merupakan tindakan yang tidak
bertanggung jawab.
(32) Pemerintah pusat mengingatkan Gubernur Kalimat Timur agar
berhati-hati dalam menangani permukiman kembali masyarakat terasing
di daerah itu.
(33) Pengarang yang baik dengan tegas membedakan antara fakta dan
pernilaian.
(34) Karena kesalahpahaman, kedua sahabat itu akhirnya saling jauh
menjauhinya.
(35) Semua ini merupakan kendala hambatan bagi kita semua.
(36) Menjaga lingkungan sekitar supaya tetap bersih, sehat, dan berseri
adalah merupakan tanggung jawab seluruh warga.
(37) Meskipun kedua orang itu tidak mempunyai hubungan darah sama
sekali, mereka selalu saling tolong menolong dalam setiap kesulitan.
(38) Petani-petani Indonesia masih banyak yang miskin dan
terbelakang.
(39) Saya tak bisa membicarakan perasaan krasan di Yogya, tapi saya
tahu perasaan ini kuat dan dalam.
(40) Kami hanya terdiri 8 orang dan sangat akrab walaupun mereka
jauh lebih tua ketimbang saya.
Kata dan Kalimat
Kata adalah satuan bahasa yang terkecil yang dapat berdiri sendiri dan
menyatakan makna tertentu. Kata-kata yang disusun menurut kaidah
tertentu membentuk satuan bahasa yang lebih besar yaitu kalimat.
Kalimat pada umumnya merupakan rangkaian kata yang dapat berdiri
sendiri, mengandung intonasi lengkap dan menyatakan pikiran tertentu.
Pikiran yang utuh biasanya muncul dalam bentuk subjek dan predikat
Contoh :
Saya dan Amin pergi ke desa itu kemarin
Pegawai itu mengerjakan tugasnya dengan baik
A. Bagian-bagian Kalimat
1. Subjek dan predikat
Subjek dan predikat merupakan inti pembentukan kalimat sehingga
kehadirannya tidak dapat ditinggalkan. Subjek kalimat berfungsi
sebagai inti pembicaraan sedangkan predikat berfungsi sebagai
penjelas terhadap subjek.
Contoh : Saya sebaiknya beristirahat sejenak
Persoalannya akan diselesaikan dalam waktu singkat
2. Objek dan keterangan
Objek merupakan penjelas predikat sehingga hubungannya
keduanya sangat erat. Objek selalu terletak di belakang predikat
dalam kata kerja aktif transitif (frasa verba transitif) dan terikat
dengan predikat karena objek menjadi bagian inti kalimat. Objek
kalimat dapat berupa –nya, -ku, dan –mu serta dapat menjadi
subjek dalam kalimat pasif. Kalimat yang predikatnya bukan kata
kerja transitif tidak dapat diubah menjadi kalimat pasif
Contoh : Paman pulang ke desa
Saya ingin menjelaskan sesuatu
Sedangkan keterangan memiliki hubungan yang longgar dengan
predikat , tempatnya dapat ditukar atau dihilangkan tanpa
mengurangi makna kalimat
Contoh : Kami merayakan hari ulang tahunnya kemarin
Ia membaca buku itu beberapa kali
PENGGABUNGAN DAN PERLUASAN KALIMAT
A. Kalimat Tunggal dan Kalimat Majemuk
Kalimat tunggal adalah kalimat yang berpola S-P, S-P-O, S-P-K, S-P-O-K
yang dapat diubah menjadi beberapa variasi tertentu.
Contoh : - Usahanya berhasil
- Petani iti menggarap sawahnya
- Mahasiswa tersebut belajar dengan tekun
- Kami memanfaatkan peluang itu dengan baik
Dalam tulisan ilmiah penulis biasanya cenderung menggunakan kalimat
yang lebih kompleks sebagai hasil dari penggabungan beberapa kalimat
tunggal sehingga berubah menjadi kalimat majemuk.
Contoh : - Penghasilannya relatif kecil
- Ia tetap menekuni pekerjaannya
- Ia harus melaksanakan kewajibannya menghidup[i
keluarganya
Ketiga kalimat di atas dapat disatukan menjadi kalimat majemuk.
B. Kalimat majemuk setara
Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang merupakan
penggabungan beberapa kalimat tunggal setara ditandai dengan kata
sambung yang menyatakan kesejajaran (dan, serta, lagi pula, sesudah
itu, baik ... maupun) dan sejenisnya, bertentangan (tetapi, melainkan),
pilihan (atau).
C. Kalimat majemuk bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat majemuk yang terbentuk dari
sebuah kalimat tunggal yang salah satu bagiannya diperluas. Hubungan
bagian-bagian kalimat yang satu dengan yang lain dalam suatu struktur
kalimat majemuk tidak sama atau bertingkat sehingga memiliki induk
kalimat dan anak kalimat.
Contoh “Ia datang di rumah kemarin”
Perluasan kalimat majemuk bertingkat dapat ditandai dengan penggunaan
kata sambung ketika, setelah, sewaktu, jika, apabila, agar, supaya dsb.
DIKSI
Diksi adalah pilihan kata yang berfungsi membantu seseorang dalam
mengungkapkan makna secara tepat menmgenai apa yang ingin disampaikan
penulis/pembicara baik lisan maupun tulis.
Pembagian makna
1. Makna denotatif dan makna konotatif
Makna denotatif atau konseptual adalah arti harafiah suatu kata tanpa ada
makna lain yang menyertainya, sedangkan makna konotatif atau makna
asosiatif adalah makna kata yang memiliki tautan pikiran , peranan dan
lain-lain yang menimbulkan nilai rasa tertentu.
Makna denotatif adalah makna yang bersifat umum sedang makna
konotatif lebih bersifat pribadi atau khusus.Makna konotatif mengandung
makna kiasan yang sering disebut idiom.
2. Makna umum dan makna khusus
Makna umum adalah makna kata yang memiliki acuan yang lebih luas
sedangkan makna khusus memiliki acuan yang lebih khusus
3. Kata konkret dan kata abstrak
Kata konkret adalah kata yang acuannya mudah dicerap oleh
pancaindera, sedangkan kata abstrak adalah kata yang acuannya tidak
mudah dicerap oleh pancaindera.
4. Sinonim
Sinonim adalah dua kata atau lebih yang memiliki makna yang sama
tetapi bentuknya berbeda.
5. Pembentukan kata
Ada dua cara pembentukan kata yakni dari dalam yang akan membentuk
kata baru dan dari luar bahasa Indonesia diserap melalui pungutan kosa
kata. Kata pungut adalah kata yang diambil dari kata asing yang belum
dimiliki oleh bahasa Indonesia. Kata asing yang sudah dipungut kedalam
bahasa Indonesia disebut kata serapan.
Bentuk serapan ada 3 macam yakni:
a. Kita mengambil kata yang sudah sesuai dengan bahasa Indonesia,
b. Dengan menyesuaikan kata terhadap ejaan bahasa Indonesia,
c. Dengan menterjemahkan kata asing kedalam bahasa Indonesia
Dalam memilih kata terutama dalam situasi resmi perlu
mempertimbangkan hal berikut:
a. Kata yang lazim dipakai dalam bahasa tutur atau bahasa setempat
sebaiknya dihindari.
b. Kata-kata yang mengandung nilai rasa hendaknya dipakai secara
cermat.
c. Kata yang tidak lazim sebaiknya dihindari, kecuali sudah diterima oleh
masyarakat.
6. Ungkapan idiomatik
Ungkapan idiomatik adalah konstruksi ysng khas pada suatu bahasa yang
salah satu unsurnya tidak dapat dihilangkan atau diganti.
Contoh : sehubungan dengan, berhubungan dengan, sesuai dengan,
terdiri atas/dari, terjadi dari, disebabkan oleh, berbicara tentang,
bergantung pada , dll.
TUGAS:
- Coba Saudara mencari sebuah artikel dan sesuaikan dengan jurusan Anda!
Kemudian dicermati dengan melihat kelengkapan unsur atau bagian –bagian
kalimat serta tidak menyalahi kaidah kepaduan bentuk dan kepaduan makna.
BAB IV
PARAGRAF BAHASA INDONESIA
1. Pengertian
Paragraf adalah seperangkat kalimat yang membicarakan suatu gagasan atau
topik. Jumlah kalimat dalam satu paragraf tidak selalu sama, namun hanya
berisi satu topik pembicaraan atau kalimat yang satu dengan kalimat lain
selalu berkaitan. Topik paragraf adalah pikiran utama di dalam sebuah
paragraf. Semua pembicaraan dalam paragraf terpusat pada pikiran utama
tersebut.
Contoh
Sampah selamanya selalu memusingkan. Berkali-kali masalahnya
diseminarkan dan berkali-kali pula jalan pemecahannya dirancang.
Namun, keterbatasan-keterbatasan yang kita miliki tetap menjadikan
sampah sebagai masalah yang pelik. Pada waktu seminar-seminar itu
berlangsung, penimbunan sampah terus terjadi. Hal ini mengundang
perhatian kita karena masalah sampah banyak sedikitnya mempunyai
kaitan dengan masalah pencemaran air dan banjir. Selama pengumpulan,
pengangkutan, pembuangan akhir, dan pengolahan sampah itu belum
dapat dilaksanakan dengan baik, selama itu pula sampah menjadi
masalah.
2 Syarat-syarat paragraf
Paragraf yang baik harus memenuhi dua ketentuan yakni kesatuan
paragraf dan kepaduan paragraf.
a. Kesatuan paragraf
Dalam sebuah paragraf terdapat hanya satu pokok pikiran, sehingga
kalimat-kalimat yang membentuk paragraf perlu ditata secara cermat
agar tidak ada satupun kalimat kalimat yang menyimpang dari ide
pokok.
Contoh : Jateng sukses. Kata-kata itu meluncur gembira dari pelatih
regu Jateng setelah selesai pertandingan final Kejurnas Tinju Amatir,
minggu malam di GOR Jawa Tengah. Semarang terletak di pantai
utara Jawa, ibu kota Provinsi Jateng.Pernyataan itu dianggap wajar apa
yang diimpi-impikan selama ini dapat terwujud.
b. Kepaduan paragraf
Kepaduan paragraf dapat dilihat melalui penyusunan kalimat secara
logis dan ungkapan-ungkapan pengait antarkalimat. Macam-macam
pengait paragraf antara lain : ungkapan penghubung transisi, kata
ganti, atau kata kunci (pengulangan kata yang dipentingkan).
3 Pembagian paragraf menurut jenisnya
a. Paragraf pembuka
Paragraf pembuka merupakan pengantar untuk sampai pada segala
pembicaraan yang menjadi toik pembicaraan.Oleh karena itu paragraf
pembuka harus dapat menarik perhatian pembaca serta sanggup
menghubungkan pikiran pembaca kepada masalah yang akan
disajikan.
b. Paragraf pengembang
Paragraf pengembang terletak di antara paragraf pembuka dan paragraf
terakhir. Paragraf ini mengembangkan pokok pembicaraan yang
dirancang. Jadi paragraf pengembang mengemukakan inti persoalan.
Oleh sebab itu paragraf satu dan yang lain harus meperlihatkan
hubungan yang serasi dan logis. Pengembangannya dapat secara
ekspositoris(memaparkan objek yang tertuju pada satu unsur saja
melalui analisis kronologis), deskriptif(melukiskan yang ada di depan
mata) atau naratif(bentuk cerita seperti dalam novel, cerpen dll)
maupun argumentatif(dapat dimaskkan dalam jenis ekspositoris atau
disebut juga persuasi yang berusaha meyakinkan pembaca terhadap
objek tulisan).
c. Paragraf penutup
Paragraf penutup terdapat di akhir karangan. Biasanya berupa
simpulan semua pembicaraan yang telah dipaparkan pada bagian-
bagian sebelumnya.
4 Paragraf deduktif dan paragraf induktif
Paragraf deduktif adalah paragraf yang kalimat topiknya berada di
awal paragraf, sedangkan paragraf induktif, kalimat topik berada di akhir
paragraf.
BAB VI
KARANGAN ILMIAH
1. Topik Karangan
Topik karangan adalah pokok pembicaraan dalam karangan . Pokok pembicaraan
adalah sesuatu yang belum terurai. Top[ik dapat dioperoleh dari berbagai sumber
seperti pengalaman, pendapat, pengamatan, penyelidikan yang dilakukan oleh
penulis maupun dari buku.
Dalam memilih topik karangan seharusnya memperhatikan :
1. Topik menarik perhatian penulis
2. Topik telah dikuasai dengan baik
3. Bahan mudah diperoleh
4. Topik dibatasi ruang lingkupnya.
2. Pembatasan topik karangan
Pembatasan topik akan mempermudah penulis dalam memilih hal-hal yang akan
dikembangkan serta memungkinkan penulis untuk mengadakan penelitian yang
intensif
3. Cara membatasi topik karangan :
1. Membatasi menurut tempatnya
2. Membatasi menurut waktu, periode, zaman
3. Membatasi menurut hubungan sebab akibat
4. Membatasi menurut aspek khusus – umum
5. Membatasi menurut bidang
6. kehidupan manusia (politik, sosial, ekonomi, kebudayaan, agama)
7. Membatasi menurut objek material dan objek formal
4. Judul Karangan
Judul adalah kepala atau nama sebuah karangan. Sebagai kepala karangan judul harus
mampu menarik perhatian pembaca.
Judul karangan ilmiah harus memperhatikan persyaratan :
1. Judul harus relevan dengan isi karangan
2. Judul harus provokatif agar dapat menimbulkan keingintahuan pembaca
3. Judul harus singkat
4. Judul harus jelas
5. Judul harus mengacu pada hakikat pokok persoalan yang dibicarakan.
5. Penyusunan Kerangka Karangan
a. Pengertian
Kerangka rangan adalah suatu rencana kerja yang memuat garis-garis besar dari
suatu karangan yang akan digarap.Menyusun kerangka karangan berarti
memecahkan topik ke dalam subtopik dan selanjutnya ke sub-sub topik
berikutnya. Kerangka tersebut dapat berbentuk kerangka topik atau kerangka
kalimat Kerangka karangan tidak bersifat kaku tetapi selalu dapat berubah untuk
mencapai bentuk yang semakin sempurna.
b.Manfaat kerangka karangan
1. Untuk menyusun karangan supaya teratur
2. Memudahkan penulis menciptak klimaks yang berbeda-beda
3. Menghindari penggarapan sebuah topik sampai dua kali atau lebih
4. Memudahkan penulis untuk mencari materi pembantu
5. Bila menemukan karangan yang lebih siap, dapat dimasukkan dalam
kerangka karangan yang hakekatnya sama
d. Langkah menyusun kerangka karangan
1. Rumuskan tema yang jelas berdasarkan topik dan tujuan
2. Menginventarisasi topik-topik bawahan yangh dianggap perincian dari tujuan
yang telah dirumuskan
3. Mengadakan evaluasi topik-topik yang telah tercatat pada langkah kedua.
Evaluasi dapat dilakukan melalui tahap berikut :
a. Apakah semua topik yang tercatat mempunyai pertalian langsung
dengan tujuan?
b. Topik yang akan dipakai dievaluasi kembali apakah masih ada dua
atau lebih topik yang sama?
c. Apakah semua topik itu sama derajatnya ataumerupakan bawahan dari
topik yang sudah ada?
4. Untuk mendapatkan sebuah karangan yang lebih rinci maka langkah kedua
dan ketiga diperiksa kembali untuk menyusun topik yang lebih rendah
tingkatannya.
5. Mengurutkan semua rincian sehingga diperoleh sebuah kerangka karangan
yang sistematis.
e. Tipe susunan kerangka karangan
1. Urutan waktu (kronologis)
2. Urutan ruang (spasial)
3. Urutan klimaks dan anti klimaks
4. Urutan kausal
5. Urutan umum ke khusus
6. Urutan familiaritas
7. Perbandingan dan pertentangan
8. Urutan pemecahan masalah
9. Urutan akseptabilitas
f. Macam-macam kerangka karangan
g. Syarat-syarat kerangka karangan :
1. Tesis atau pengungkapan maksud harus jelas
2. Tiap unit dalam rangka karangan hanya mengandung satu gagasan
3. Pokok dalam kerangka karangan harus disusun secara logis
4. Harus menggunakan pasangan simbol yang konsisten