MPK-BI

61
MPK (Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian) BAHASA INDONESIA Visi dan Misi Matakuliah Bahasa Indonesia 1. Visi Menjadikan Bahasa Indonesia sebagai salah satu instrumen (sarana) pengembangan kepribadian mahasiswa menuju terbentuknya (terwujudnya) insan terpelajar yang mahir berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan santun. 2. Misi 1. Membina mahasiswa agar merasa bangga dengan menggunakan bahasa Indonesia dalam berbagai forum dan memiliki tanggung jawab untuk memelihara bahasa nasionalnya dengan sungguh-sungguh. 2. Mendorong mahasiswa agar mampu mewujudkan nilai-nilai budaya yang tercermin dalam bahasa persatuannya melalui kehidupan sehari-hari. 3. Membina proses pembelajaran bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi agar semakin berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan mahasiswa. 4. Melalui pembelajaran yang bermutu mendorong tercapainya kemahiran mahasiswa dalam menggunakan Bahasa Indonesia untuk menguasai, menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dengan penuh rasa tanggung jawab sebagai warga negara Indonesia yang berkepribadian mulia (berakhlak mulia). 1. Sejarah, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa 1.1 Sejarah Bahasa Indonesia

description

Diktat

Transcript of MPK-BI

MPK (Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian)

BAHASA INDONESIA

Visi dan Misi Matakuliah Bahasa Indonesia

1. VisiMenjadikan Bahasa Indonesia sebagai salah satu instrumen (sarana) pengembangan kepribadian mahasiswa menuju terbentuknya (terwujudnya) insan terpelajar yang mahir berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan santun.

2. Misi

1. Membina mahasiswa agar merasa bangga dengan menggunakan bahasa Indonesia dalam berbagai forum dan memiliki tanggung jawab untuk memelihara bahasa nasionalnya dengan sungguh-sungguh.

2. Mendorong mahasiswa agar mampu mewujudkan nilai-nilai budaya yang tercermin dalam bahasa persatuannya melalui kehidupan sehari-hari.

3. Membina proses pembelajaran bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi agar semakin berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan mahasiswa.

4. Melalui pembelajaran yang bermutu mendorong tercapainya kemahiran mahasiswa dalam menggunakan Bahasa Indonesia untuk menguasai, menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dengan penuh rasa tanggung jawab sebagai warga negara Indonesia yang berkepribadian mulia (berakhlak mulia).

1. Sejarah, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa

1.1Sejarah Bahasa Indonesia

1.1.1 Sebelum Kemerdekaan

Bahasa Indonesia merupakan salah satu dialek bahasa Melayu. Sudah

berabad-abad, bahasa Melayu dipakai sebagai alat perhubungan di antara

penduduk Indonesia yang mempunyai bahasa yang berbeda. Bangsa asing yang

datang ke Indonesia juga memakai bahasa Melayu untuk berkomunikasi dengan

penduduk setempat.

Hal ini dapat dibuktikan dengan ditemukannya prasasti tertua yang

ditulis dalam bahasa Melayu dengan huruf Pallawa berasal dari abad ke-7,

seperti di bawah ini:

a. Prasasti Kedukan Bukit di Palembang tahun 683

b. Prasasti Talang Tua di Palembang tahun 684

c. Prasasti Kota Kapur di Bangka tahun 686

d. Prasasti Karang Brahi di Jambi tahun 688

e. Prasasti Gandasuli di Jawa Tengah tahun 832

f. Prasasti Bogor tahun 942

Pada waktu itu (zaman Sriwijaya) bahasa Melayu berfungsi sebagai:

1. Bahasa Kebudayaan

2. Bahasa perhubungan (lingua franca) antarsuku di nusantara

3. Bahasa perdagangan di sepanjang pantai

4. Bahasa resmi kerajaan

Pada tanggal 28 Oktober tahun 1928 dalam Kongres Pemuda yang dihadiri

aktivis dari berbagai daerah di Indonesia, bahasa Melayu diubah namanya

menjadi bahasa Indonesia yang diikrarkan dalam Sumpah Pemuda sebagai

bahasa persatuan atau bahasa Nasional. Sebagai wujud perhatian terhadap

bahasa Indonesia maka diadakan Kongres Bahasa Indonesia I di Solo Tahun

1938.

Pada Pemerintah Jepang, diberlakukan pelarangan penggunaan bahasa

Belanda. Pelarangan ini berdampak positif terhadap bahasa Indonesia, karena

BI dipakai dalam berbagai aspek kehidupan termasuk politik dan pemerintahan.

Alasan bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia :

1. Bahasa Melayu sudah menjadi bahasa lingua franca, bahasa

perdagangan dan bahasa perhubungan di Indonesia.

2. Sistem bahasa Melayu yang sederhana.

3. Suku-suku bangsa di Indonesia rela menerima bahasa Melayu sebagai

bahasa nasional.

4. Kesanggupan bahasa Melayu untuk menjadi bahasa kebudayaan dalam

arti luas.

1.1.2 Sesudah Kemerdekaan

Sehari sesudah proklamasi kemerdekaan, pada tanggal 18 Agustus

ditetapkan Undang-Undang Dasar 1945 yang di dalamnya terdapat pasal, yaitu

pasal 36, yang menyatakan bahwa “bahasa negara ialah bahasa Indonesia.”

Dengan demikian, selain berkedudukan sebagai bahasa nasional, bahasa

Indonesia juga berkedudukan sebagai bahasa negara. Sebagai bahasa negara,

BI dipakai dalam semua urusan yang berkaitan dengan pemerintah dan negara.

Sesudah kemerdekaan, BI mengalami perkembangan pesat dengan ditandai

oleh:

Setiap tahun jumlah pemakai BI bertambah.

Kedudukan BI sebagai bahasa nasional dan bahasa negara semakin kuat.

Perhatian Pemerintah dan masyarakat terhadap BI semakin baik dan

sangat besar

Perhatian Pemerintah Orla dan Orba terhadap BI sangat besar dengan

dibentuknya lembaga yang mengurus masalah kebahasa yang sekarang

menjadi Pusat Bahasa dan penyelenggara Kongres BI.

Perubahan ejaan BI dari Ejaan Van Ophuijsen ke Ejaan Soewandi hingga

EYD selalu mendapat tanggapan dari masyarakat.

Peristiwa penting yang berkaitan dengan perkembangan bahasa Indonesia:

1. Tahun 1901Ch.A. Van Ophuijsen menyusun ejaan resmi bahasa Melayu

dalam kitab Logat Melayu.

2. Tahun 1908 Pemerintah mendirikan Taman Bacaan Rakyat kemudian

tahun 1917 diubah menjadi Balai Pustaka

3. Tahun 1928 Bahasa Indonesia diangkat sebagai bahasa nasional

4. Tahun 1933 berdiri angkatan Pujangga Baru

5. Tahun 1938 diadakan Kongres Bahasa Indonesia I

6. Tahun 1945 dalam UUD tegas bahasa Indonesia ditetapkan sebagai

bahasa Negara

7. Tahun 1947 diresmikan Ejaan Republik (Ejaan Soewandi)

8. Tahun 1954 Kongres bahasa Indonesia II “bahasa Indonesia secara terus

menerus disempurnakan”

9. Tahun 1972 Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan diresmikan

oleh presiden RI melalui sidang kenegaraan.

10.Mentri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan PUEyD dan PUPI

11.Tahun 1978 Kongres bahasa Indonesia III di Jakarta yang berusaha

memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.

12.Tahun 1983 Kongres bahasa Indonesia IV (pembinaan dan

pengembangan bahasa Indonesia harus lebih ditingkatkan agar

penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dapat dicapai secara

maksimal).

13.Tahun 1988 kongres bahasa Indonesia V meluncurkan KBBI .

Fungsi Bahasa Indonesia

Di dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional,bahasa Indonesia

berfungsi sebagai (1) lambang kebanggaan kebangsaan, (2) lambang identitas

nasional, (3) alat perhubungan antarwarga, antardaerah, antarbudaya dan, (4)

alat yang memungkinkan penyatuan berbagai berbagai suku bangsa dengan

latar belakang berbeda ke dalam kesatuan kebangsaan Indonesia.

Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara, bahasa Indonesia

berfungsi sebagai : (1)Bahasa resmi kenegaraan, (2) bahasa pengantar

pendidikan, (3) alat perhubungan untuk kepentingan perencanaan dan

pelaksanaan pembangunan, (4) alat pengembangan budaya, pengetahuan dan

teknologi.

1.2 Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia

1.2.1 Bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional

Sebagai bahasa nasional, BI berfungsi sebagai lambang kebanggaan

kebangsaan, lambang identitas nasional, alat pemersatu berbagai suku bangsa,

alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya.

1.2.1.1 Bahasa Indonesia sebagai lambang Kebanggaan Nasional

Tidak semua bangsa di dunia mempunyai sebuah bahasa nasional yang

dipakai secara luas dan dijunjung tinggi. Adanya sebuah bahasa yang dapat

menyatukan berbagai suku bangsa yang berbeda merupakan suatu kebanggaan

bagi bangsa Indonesia. Ini menunjukkan bahwa bangsa Indonesia sanggup

mengatasi perbedaan yang ada.

1.2.1.2 Bahasa Indonesia sebagai Lambang Identitas Nasional

Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa yang budaya dan

bahasanya berbeda. Untuk membangun kepercayaan diri yang kuat, sebuah

bangsa memerlukan identitas. Identitas sebuah bangsa bisa diwujudkan

diantaranya melalui bahasanya. Dengan adanya sebuah bahasa yang mengatasi

berbagai bahasa yang berbeda, suku-suku bangsa yang berbeda dapat

mengidentikkan diri sebagai satu bangsa melalui bahasa tersebut.

1.2.1.3 Bahasa Indonesia sebagai Alat Pemersatu Berbagai Suku Bangsa

Sebuah bangsa yang terdiri atas berbagai suku bangsa yang budaya

dan bahasanya berbeda akan mengalami masalah besar dalam melangsungkan

kehidupannya. Perbedaan dapat memecah belah bangsa tersebut. Dengan

adanya bahasa Indonesia yang diakui sebagai bahasa nasional oleh semua suku

bangsa yang ada, perpecahan itu dapat dihindari karena suku-suku bangsa

tersebut merasa satu. Kalau tidak ada sebuah bahasa, seperti bahasa Indonesia,

yang bisa menyatukan suku-suku bangsa yang berbeda, akan banyak muncul

masalah perpecahan bangsa.

1.2.1.4 bahasa Indonesia sebagai Alat Perhubungan Antardaerah dan

Antarbudaya

Masalah yang dihadapi bangsa yang terdiri atas berbagai suku bangsa

dengan budaya dan bahasa yang berbeda adalah komunikasi. Diperlukan

sebuah bahasa yang dapat dipakai oleh suku-suku bangsa yang berbeda

bahasanya sehingga mereka dapat berhubungan. Bahasa Indonesia sudah lama

memenuhi kebutuhan ini. Sudah berabad-abad bahasa ini menjadi lingua franca

di wilayah Indonesia.

1.2.2 Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara

Sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa

resmi kenegaraan, bahasa pengantar dalam dunia pendidikan alat perhubungan

di tingkat nasional untuk kepentingan pembangunan dan pemerintahan, alat

pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi.

1.2.2.1 Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Resmi Kenegaraan

Sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia dipakai untuk urusan-urusan

kenegaraan. Dalam hal ini, pidato-pidato resmi, dokumen, dan surat-surat resmi

harus ditulis dalam bahasa Indonesia. Upacara-upacara kenegaraan juga

dilangsungkan dengan bahasa Indonesia. Pemakaian bahasa Indonesia dalam

acara-acara kenegaraan sesuai dengan UUD 1945 mutlak diharuskan. Tidak

dipakainya bahasa Indonesia dalam hal ini dapat mengurangi kewibawaan

negara karena ini merupakan pelanggaran terhadap UUD 1945.

1.2.2.2 Bahasa Indonesia sebagai Bahasa pengantar dalam Dunia

Pendidikan

Dunia pendidikan di sebuah negara memerlukan sebuah bahasa yang

seragam sehingga kelangsungan pendidikan tidak terganggu. Pemakaian lebih

dari satu bahasa dalam dunia pendidikan akan mengganggu keefektifan

pendididkan. Biaya pendidikan menjadi lebih hemat. Peserta didik dari tempat

yang berbeda dapat saling berhubungan. Bahasa Indonesia merupakan satu-

satunya bahasa yang dapat memenuhi kebutuhan akan bahasa yang seragam

dalam pendidikan di Indonesia. Bahasa Indonesia telah berkembang pesat dan

pemakaiannya sudah tersebar luas. Pemakaian bahasa Indonesia dalam dunia

pendidikan bukan hanya terbatas pada bahsa pengantar, bahan-bahan ajar juga

memakai bahasa Indonesia.

1.2.2.3 Bahasa Indonesia sebagai Alat Perhubungan di Tingkat Nasional

untuk Kepentingan Pembangunan dan pemerintahan

Untuk kepentingan pembangunan dan pemerintahan di tingkat nasional

diperlukan sebuah bahasa sebagai alat perhubungan sehingga komunikasi tidak

terhambat. Kalau ada lebih dari satu bahasa yang dipakai sebagai alat

perhubungan, keefektifan pembangunan dan pemerintahan akan tergganggu

karena akan diperlukan waktu yang lebih lama dalam berkomunikasi. Bahasa

indonesia dapat mengatasi hambatan ini.

1.2.2.4 Bahasa Innonesia sebagai Alat Pengembangan Kebudayaan, Ilmu

Pengetahuan, dan Teknologi

Untuk mengembangkan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi

diperlukan bahasa yang bisa dipakai untuk keperluan tersebut dan bahasa

tersebut dapat dimengerti oleh masyarakat luas. Tanpa bahasa seperti ini,

pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi akan mengalami

hambatan karena proses pengembangannya akan memerlukan waktu yang lama

dan hasilnya pun tidak akan tersebar secara luas. Bahasa Indonesia merupakan

satu-satunya bahasa di Indonesia yang memenuhi syarat sebagai alat

pengembang kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi karena bahasa

Indonesia telah dikembangkan untuk keperluan tersebut dan bahasa ini

dimengerti oleh sebagian masyarakat Indonesia.

3. Membaca Kritis untuk Menulis

Untuk menunjang pengembangan daya nalarnya, mahasiswa biasanya

dilibatkan dalam praktis menulis ilmiah, yang harus didukung oleh referensi yang

memadai. Untuk hal ini, mereka wajib membaca bahan-bahan rujukan secara

kritis. Maka para mahasiswa peserta dilibatkan dalam kegiatan yang mendukung

berkembangnya pemahaman tentang membaca Kritis, dan kemudian dilibatkan

dalam praktik membaca kritis tulisan/artikel ilmiah, tulisan/artikel populer, dan

buku ilmiah, serta bahan-bahan yang tersaji dalam internet. Produk dari praktik

membaca kriris ini adalah rangkuman bahan yang dibaca dan komentar kritis

mahasiswa terhadap gagasan dan konsep dalam bacaan terkait, dan kutipan-

kutipan yang relevan.

Membaca merupakan kegiatan yang sangat menunjang kegiatan menulis.

Dengan banyak membaca, kita akan mempunyai banyak informasi dan

pengetahuan yang tidak kita dapatkan dari pengalaman sehari-hari. Dengan

banyak membaca, kita juga akan mendapat banyak gagasan yang berguna

untuk tulisan kita. Tulisan yang baik memberikan pengetahuan bagi

pembacanya. Oleh karena itu, kalau kita ingin menghasilkan tulisan yang baik,

kita perlu banyak membaca. Tidak mengherankan bahwa penulis yang baik

umumnya banyak membaca.

3.1 Pengertian Membaca Kritis untuk Menulis

Kegiatan membaca kritis untuk menulis pada dasarnya merupakan kegiatan

membaca untuk mendapatkan informasi yang relevan dan diperlukan untuk

tulisan yang akan dikembangkan. Dengan demikian, kegiatan membaca kritis

untuk menulis harus dikaitkan dengan informasi seperti apa yang ingin kita

masukkan dalam tulisan kita, apakah informasi umum, khusus, atau informasi

yang terperinci. Jenis tulisan yang kita baca berisi informasi yang berbeda.

Informasi yang kita dapatkan dari tulisan populer, misalnya, berbeda dengan

informasi yang kita dapatkan dari tulisan ilmiah.

Membaca kritis menghendaki kita untuk tidak menerima begitu saja

kebenaran informasi yang kita dapatkan. Kita selalu bersikap skeptis, bertanya

terus-menerus, dan berusaha mencari bukti untuk menguji kebenaran informasi

tersebut. Pengujian itu bisa dilakukan dengan mencari informasi pada sumber-

sumber yang lain. Oleh karena itu, membaca kritis memerlukan ketekunan dan

kesabaran.

3.2 Ragam Membaca Kritis

Ada berbagai ragam membaca kritis tergantung pada jenis informasi seperti

apa yang kita inginkan.

3.2.1 Membaca cepat/sekilas untuk mencari topik

Kadang-kadang kita membaca bukan untuk mencari informasi yang rinci.

Kita hanya ingin mengetahui secara umum apa yang dibicarakan dalam tulisan

yang kita baca. Dalam hal ini, kita tidak perlu memfokuskan perhatian kita pada

bagian-bagian yang tertentu. Kita bisa membaca tulisan dengan cepat/secara

sekilas dari awal sampai akhir. Dari kegiatan membaca cepat ini kita akan

mendapat ide tentang topik tulisan yang kita baca.

3.2.2 Membaca cepat untuk informasi khusus

Membaca cepat juga bisa dilakukan kalau kita menginginkan informasi

khusus dari sebuah tulisan. Perhatian kita hanya tertuju pada bagian-bagian

yang kita inginkan. Bagian-bagian yang mengandung informasi yang tidak kita

inginkan tidak mendapat perhatian kita.

3.2.3 Membaca teliti untuk informasi rinci

Kita mungkin juga ingin mendapatkan informasi rinci tentang suatu hal.

Dalam hal ini, kegiatan memmbaca kita akan difokuskan pada bagian yang

mengandung informasi yang ingin kita ketahui secara rinci. Begitu kita sampai

pada bagian tersebut, kita membacanya dengan teliti sampai kita benar-benar

memahami informasi yang ingin kita dapatkan. Bagian-bagian lain yang kita tidak

perlukan tidak perlu dibaca lebih lanjut.

3.3 Membaca kritis tulisan/artikel ilmiah

Membaca tulisan/artikel ilmiah berbeda dengan membaca jenis tulisan lain

karena jenis informasinya berbeda. Tulisan ilmiah biasanya berisi informasi yang

merupakan hasil penelitian. Ini berbeda dengan jenis tulisan lain yang

informasinya bisa berupa pendapat atau kesan pribadi yang belum dibuktikan

melalui penelitian atau prosedur ilmiah. Berikut adalah beberapa hal yang

mungkin perlu diperhatikan dalam membaca tulisan/artikel ilmiah.

3.3.1 Mengenali tesis/pernyataan masalah

Tulisan/artikel ilmiah biasanya mempunyai tesis atau pernyataan umum

tentang masalah yang dibahas. Sebuah tesis biasanya bisa diungkapkan dengan

sebuah kalimat pernyataan. Dengan mengenali tesis sebuah tulisan, kita akan

mudah memahami isi tulisan dan menilai apakah penulisnya berhasil atau tidak

dalam membahas atau memecahkan masalah yang diajukan.

3.3.2 Meringkas butir-butir penting setiap artikel

Meringkas butir-butir penting setiap artikel yang kita baca perlu dilakukan

karena ringkasan itu bisa dikembangkan untuk mendukung pernyataan-

pernyataan yang kita buat. Dengan adanya ringkasan, kita juga tidak perlu lagi

membaca artikel secara keseluruhan kalau kita memerlukan informasi tertentu

dari artikel yang bersangkutan.

3.3.3 Menyitir konsep-konsep penting (pandangan ahli, hasil penelitian, dan

teori)

Menyitir konsep-konsep penting dari tulisan ilmiah perlu dilakukan untuk

mendukung butir-butir penting dan tesis tulisan kita. Dengan memahami konsep-

konsep penting dari sebuah tulisan ilmiah, kita juga akan dapat lebih memahami

konsep-konsep yang akan kita kembangkan dalam tulisan kita.

3.3.4 Menentukan bagian yang akan dikutip

Mengutip pendapat orang lain merupakan kegiatan yang sering kita lakukan

dalam menulis. Dalam mengutip bagian dari sebuah tulisan ilmiah, kita perlu

memerhatikan relevansi bagian tersebut untuk tulisan kita. Butir-butir yang

dianggap tidak relevan tidak perlu dikutip.

3.3.5 menentukan implikasi dari bagian/sumber yang dikutip

Dalam mengutip bagian dari sebuah artikel, kita perlu menyadari

implikasinya. Apakah kutipan itu akan mendukung gagasan yang akan kita

kembangkan dalam tulisan kita atau sebaliknya?

3.3.6 Menentukan posisi penulis sebagai pengutip

Dalam mengutip pernyataan yang ada dalam sebuah artikel, kita perlu

secara jelas meletakkan posisi kita. Apakah kita bersikap netral, menyetujui, atau

tidak menyetujui pernyataan yang kita kutip?

3.4 Membaca kritis tulisan/artikel populer

Tulisan yang kita buat dapat memanfaatkan informasi dari tulisan/artikel

populer. Kegiatan membaca kritis tulisan populer sedikit berbeda dengan

kegiatan membaca kritis tulisan ilmiah karena kedua jenis tulisan tersebut

mempunyai sifat yang berbeda.

Untuk memahami suatu bacaan, kita perlu mengambil langkah-langkah

strategis untuk menguasai atau memahami isi bacaan. Jadi, usaha yang efektif

untuk memahami dan mengingat lebih lama dapat dilakukan dengan: (1)

mengorganisasikan bahan yang dibaca dalam kaitan yang mudah dipahami dan

(2) mengaitkan fakta yang satu dengan yang lain, atau dengan menghubungkan

pengalaman atau konteks yang Anda hadapi.

Pemahaman atau komprehensi adalah kemampuan membaca untuk

mengerti ide pokok, detail yang penting, dan seluruh pengertian. Untuk

pemahaman itu perlu: (1) menguasai perbendaharaan katanya, (2) akrab dengan

struktur dasar dalam penulisan (kalimat, paragraf, tata bahasa).

Kemampuan tiap orang dalam memahami apa yang dibaca berbeda. Hal

ini tergantung pada perbendaharaan kata yang dimiliki, minat, jangkauan mata,

kecepatan interpretasi, latar belakang pengalaman sebelumnya, kemampuan

intelektual, keakraban dengan ide yang dibaca, tujuan membaca, dan keluwesan

mengatur kecepatan. Ada beberapa cara membaca efesien dengan sistem

sebagai berikut:

1) SQ3R (Survei-Question-Read- Recite- Review)

2) SQ4R (Survey- Question-Read- Recite-Rite- Review)

3) POINT (Purpose-Overview-Interpret-Note-Test)

4) OK4R (Overview- Key Ideas-Read-Ricite, Review-Reflect), dll.

Salah satu yang banyak dikenal dan dipraktekkan orang adalah SQ3R.

Secara umum sistem-sistem yang dikemukakan oleh para ahli itu memakai

pendekatan yang sama yang membuat kita aktif dan bertujuan dalam

menghadapi bacaan. Teknik-teknik yang diberikan dimaksudkan untuk

menemukan ide pokok dan detail penting yang mendukung ide pokok serta

mengingatnya lebih lebih lama.

SQ3R

Sistem membaca SQ3R dikemukakan oleh Francis P. Robinson tahun

1941, merupakan sistem membaca yang semakin populer digunakan orang

SQ3R merupakan proses membaca yang terdiri dari lima langkah:

-Survey

-Question

-Read

-Ricite (Recall)

-Review

Dalam sistem SQ3R ini, sebelum membaca terlebih dahulu kita survei

bacaan untuk mendapatkan gagasan umum apa yang akan kita baca. Lalu

dengan mengajukan berbagai pertanyaan pada diri sendiri yang jawabannya kita

harapkan terdapat dalam bacaan tersebut kita akan lebih mudah memahami

bacaan. Dan, selanjutnya dengan mencoba mengutarakan dengan kata-kata

sendiri pokok-pokok yang penting, kita akan menguasai dan mengingatnya lebih

lama.

Langkah 1: Survei (S)

Survei atau prabaca adalah teknik untuk mengenal bahan sebelum

membacanya secara lengkap, dilakukan untuk mengenal organisasi dan ikhtisar

umum yang akan dibaca dengan maksud untuk:

1. mempercepat menangkap arti,

2. memdapat abstrak,

3. mengetahui ide-ide yang penting

4. melihat susunan (organisasi) bahan bacaan tersebut,

5. mendapatkan minat perhatian yang seksama terhadap bacaan,dan

6. memudahkan mengingat lebih banyak dan memahami lebih

mudah.

Langkah 2: Question (Q)

Bersamaan pada saat survei, ajukan pertanyaan sebanyak-banyaknya

tentang isi bacaan itu, dengan mengubah judul dan subjudul serta sub dari

subjudul menjadi suatu pertanyaan. Gunakan kata-kata siapa, apa, kapan,

dimana, atau mengapa. Sebagai contoh, subjudul “Kekurangan Tenaga Ahli

Ilmiah dan Teknik”, dapat diubah dengan bertanya: Mengapa kekurangan tenaga

ahli ilmiah dan Teknik? Atau Apa kurikulum di perguruan tinggi kurang

memadai? Apa akibatnya terhadap perkembangan Iptek?, dan seterusnya.

Dengan adanya berbagai pertanyaan itu cara membaca kita menjadi

lebih aktif dan lebih mudah menangkap gagasan yang ada daripada kalau hanya

membaca asal membaca.

Langkah 3: Read (R)

Membaca merupakan langkah ketiga bukan langkah pertama atau

bukan pula satu-satunya langkah untuk menguasai bacaan. Cara membacanya

pun tidak seperti membaca novel, hanya mengikuti apa yang sedang

berlangsung, melainkan membaca secara kritis.

Baca tulisan itu bagian demi bagian. Sementara membaca bagian-

bagian itu carilah jawaban atas pertanyaan yang Anda bentuk berdasarkan judul-

judul bagian bagian atau pertanyaan lain yang muncul sehubungan dengan topik

bacaan itu.

Pada tahap membaca ini ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu: (1)

Jangan membuat catatan-catatan. Ini akan memperlambat Anda dalam

membaca. (2) Jangan membuat tanda-tanda seperti garis bawah pada kata

maupun frasa tertentu. Pada tahap membaca ini, konsentrasikan diri untuk

mendapatkan ide pokoknya serta mengetahui detail yang penting.

Langkah 4: Recite (R)

Setiap selesai membaca suatu bagian, berhentilah sejenak. Dan

cobalah menjawab pertanyaan-pertanyaan bagian itu atau menyebut hal-hal

yang penting dari bacaan. Pada kesempatan itu, Anda dapat juga menbuat

catatan seperlunya. Jika masih mengalami kesulitan, ulangi membaca bacaan itu

sekali lagi.

Langkah 5: Review (R)

Daya ingat kita terbatas, oleh karena itu janganlah Anda lewatkan

langkah terakhir ini: review. Setelah selesai keseluruhan dari apa yang harus

dibaca, ulangi untuk menelusuri kembali judul-judul dan subjudul dari bagian-

bagian yang penting lainnya dengan menemukan pokok-poko penting untuk

diingat kembali.

2. Ragam Bahasa Indonesia

Pentingkah bahasa Indonesia ?

Untuk melihat penting atau tidaknya bahasa Indonesia dilihat dari 3

indikator sebagai berikut :

7. Jumlah penuturnya,

8. Luas daerah penyebarannya,

9. Dipakai tidaknya bahasa tersebut sebagai sarana ilmu, sastra dan

budaya.

Beberapa Istilah Ragam Bahasa

Ragam tulis dan ragam lisan

Perbedaan :

Ragam lisan :

- Menghendaki hadirnya

orang kedua,

- Fungsi gramatikal tidak

selalu hadir

- Sangat ditentukan oleh

kondisi, situasi, ruang dan

waktu,

- Dapat dibantu oleh unsur-

unsur suprasegmental.

Ragam Tulis :

- Tidak menghendaki lawan

bicara

- Fungsi gramatikal mutlak

diperlukan

- Tidak terikat oleh kondisi,

situasi, ruang dan waktu

- Harus dilengkapi dengan

tanda baca, ejaan dan

ketepatan diksi.

Ragam baku dan tidak baku

Ragam baku adalah ragam yang dikembangkan dan diakui oleh sebagian

warga masyarakat pemakainya sebagai bahasa resmi sebagai kerangka

rujukan norma bahasa dalam penggunaannya.

Ragam tidak baku adalah ragam yang tidak dilembagakan dan ditandai

oleh ciri-ciri yang menyimpang dari norma ragam baku.

Sifat ragam baku

a. Kemantapan dinamis

b. Cendekia

c. Seragam

Ragam baku tulis dan ragam baku lisan

Ragam baku tulis adalah ragam yang dipakai secara resmi dalam buku-

buku pelajaran atau buku ilmiah lainnya

Ragam baku lisan dapat dinilai dari besar atau kecilnya ragam daerah

yang terdengar dalam ucapannya.

Ragam sosial dan ragam fungsional

Ragam sosial adalah ragam bahasa yang sebagian norma dan

kaidahnya didasarkan atas kesepakatan bersama dalam lingkungan sosial

yang lebih kecil dalam masyarakat. Ragam sosial biasanya dihubungkan

dengan tinggi atau rendahnya status kemasyarakatan lingkungan sosial

yang bersangkutan.

Ragam fungsional (professional) adalah ragam bahasa yang dikaitkan

dengan profesi, lembaga, lingkungan kerja dll.

Bahasa Indonesia yang baik dan benar

Pengertian benar mengacu pada kaidah-kaidah bahasa yang berlaku.

Bentuk kata dianggap benar kalau memperlihatkan proses pembentukan

yang benar menurut kaidah yang berlaku.

Sedangkan pengertian baik pada kata atau kalimat adalah pandangan

yang diarahkan pada pilihan katanya yang selanjutnya akan berpengaruh

pada makna kata. Penggunaan bahasa yang disesuaikan dengan situasi

dan kondisi pemakaian bahasa.

Simpulan : bahasa yang benar adalah bahasa yang menerapkan kaidah

secara konsisten sedangkan bahasa yang baik adalah bahasa yang

memiliki nilai rasa yang tepat dan sesuai dengan situasi pemakaiannya.

Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah

Pengertian Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah :

Bahasa Indonesia ragam ilmiah merupakan salah satu ragam bahasa

Indonesia yang digunakan dalam menulis karya ilmiah. Sebagai

bahasa yang digunakan untuk memaparkan fakta, konsep, prinsip,

teori atau gabungan dari keempatnya , bahasa Indonesia diharapkan

dapat menjadi media yang efektif untuk komunikasi ilmiah baik

secara lisan dan tertulis.

Karakteristik Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah:

1. Bahasa Indonesia bersifat Cendekia artinya bahasa Indonesia

mampu digunakan secara tepat untuk mengungkapkan hasil berpikir

secara logis sehingga mampu membentuk pernyataan yang tepat dan

seksama.

2. Bahasa Indonesia bersifat lugas dan jelas artinya bahasa

Indonesia mampu menyampaikan gagasan ilmiah secara jelas dan tepat.

Untuk itu, setiap gagasan diungkapkan secara langsung sehingga makna

yang ditimbulkan adalah makna lugas.

3. Menghindari penggunaan kalimat fragmentaris, yaitu kalimat

yang belum selesai/ terpotong-potong. Kalimat ini terjadi antara lain

karena adanya keinginan penulis mengungkapkan gagasan dalam

beberapa kalimat tanpa menyadari kesatuan gagasan yang diungkapkan.

4. Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah mempunyai sifat bertolak

dari Gagasan, artinya penonjolan diarahkan pada gagasan atau hal

yang diungkapkan dan tidak pada penulis. Implikasinya, kalimat yang

digunakan didominasi oleh kalimat pasif.

5. Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah bersifat formal dan

objektif, ditandai oleh pilihan kosakata, bentuk kata, dan struktur

kalimat. Kosakata yang digunakan bernada formal dan kalimat-kalimatnya

mengandung unsur yang lengkap.

6. Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah bersifat ringkas dan padat,

direalisasikan dengan tidak adanya unsur-unsur bahasa yang mubazir. Itu

berarti menuntut adanya penggunaan bahasa yang hemat. Konsisten,

artinya dalam penggunaan unsur bahasa, tanda baca, tanda-tanda lain

dan istilah yang sesuai dengan kaidah dan semuannya digunakan secara

konsisten.

BAHASA INDONESIA YANG SALAH DAN YANG BENAR

1. Subjek Berkata Depan

Kalimat terdiri dari unsur-unsur funsional yang sisebut Subjek (S),

Predikat (P), Objek (O), Pelengkap (Pel), dan Keterangan (K). Kelima unsur itu

tidak selalu hadir. Ada kalimat yanh hanya terdiri atas S dan P, ada yang terdiri

dari S,P, dan O, ada yang terdiri dari S,P, dan Pel, ada yang terdiri S,P, dan K

atau ada yang lengkap seperti S,P,O,Pel, dan K. Contoh:

(1) Seorang eksekutif membawa laporan keuangan perusahaan ke sebuah

kantor akuntanpublik.

(2) Cara ini merupakan salah satu alat managemen waktu yang paling

efektif.

(3) Produktivitas berhubungan erat dengan masalah balas jasa.

(4) Tanda-tanda perkembangan yang baik mulai tampak.

Kalimat (1) berpola S-P-O-K; kalimat (2) berpola S-P-Pel;kalimat (3)S-P-

Pel; dan kalimat (4) berpola S-P. Bila dicermati ternyata sebuah kalimat minimal

terdiri atas fungsi S dan P sebagai unsur inti sehingga kalimatnya disebut kalimat

lengkap (sempurna), bila salah satu fungsi tidak hadir disebut sebagai kalimat

tidak lengkap.

Dalam pemakaian bahasa sering dijumpai kalimat-kalimat berbentuk

sebagai berikut.

(1) Dari pengalaman selama ini menunjukkan bahwa program KB belum

dianggap sebagai usaha yang dapat memecahkan masalah penduduk.

(2) Di dalam keputusan itu menunjukkan kebijaksanaan yang dapat

menguntungkan masyarakat umum.

(3) Dari penelitian ini kelak akan dapat meningkatkan fungsi dan

kedudukan bahasa daerah pada umumnya dan bahasa Indonesia pada

khususnya.

(4) Dalam pengujian hipotesis ini dilaksanakan dengan membagi

responden menjadi dua kelompok.

Sepintas lalu kalimat (1)-(4) di atas termasuk kalimat yang benar, tetapi

jika diamati dengan seksama ternyata kalimat-kalimat itu mengandung

kesalahan. Kesalahan tersebut berkaitan dengan pengisi fungsi S yang dianggap

penulis dalam kalimat-kalimat tersebut yaitu semua yang ditulis tebal dan miring

sebagai pengisi fungsi S. Namun frasa-frasa tersebut bukan frasa nomina

melainkan frasa depan sehingga bukan sebagai fungsi S melainkan fungsi K,

dengan kata lain keempat kalimat tersebut tidak memenuhi kaidah bahasa

Indonesia karena fungsi S –nya tidak diisi oleh kata atau frasa benda.

Pembetulan terhadap kalimat-kalimat tersebut dapat dilakukan dengan

menghilangkan kata depan dari, di dalam, dari, dan dalam sehingga kalimatnya

berbentuk sebagai berikut:

(5) Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa program KB belum

dianggap sebagai usaha yang dapat memecahkan masalah penduduk.

(6) Keputusan itu menunjukkan kebijaksanaan yang dapat menguntungkan

masyarakat umum.

(7) Penelitian ini kelak akan dapat meningkatkan fungsi dan kedudukan

bahasa daerah pada umumnya dan bahasa Indonesia pada khususnya.

(8) Pengujian hipotesis ini dilaksanakan dengan membagi responden

menjadi dua kelompok.

Penghilangan kata depan yang terdapat pada fungsi S bukanlah satu-

satunya cara untuk membetulkan kalimat-kalimat itu. Kalimat (1-4) dapat

dibetulkan dengan cara mengubah predikat yang berawalan meN- menjadi

predikat kata kerja berawalan di-, seperti dalam kalimat berikut:

(9) Dari pengalaman selama ini ditunjukkan bahwa program KB belum

dianggap sebagai usaha yang dapat memecahkan masalah penduduk.

(10) Di dalam keputusan itu ditunjukkan kebijaksanaan yang dapat

menguntungkan masyarakat umum.

(11) Dari penelitian ini kelak akan dapat ditingkatkan fungsi dan kedudukan

bahasa daerah pada umumnya dan bahasa Indonesia pada khususnya.

2. Objek Berkata Depan

Kalimat yang terdiri dari Subjek dan Predikat dapat diikuti oleh unsur lain

yang disebut Objek (O). Yang dimaksud Objek adalah unsur kalimat yang

terletak di belakang P yang dapat dijadikan S jika dalam kalimat dipasifkan.

Contoh:

(1) Kita akan menemui tujuh macam air hangat yang letaknya di sebelah

barat.

(2) Kita juga akan menjumpai bungalow dan hotel.

(3) Para pedagang menjajakan berbagai macam kerajinan dan makanan di

Pantai Manggar.

Frasa Nomina yang dicetak miring dalam kalimat (1)-(3) merupakan

satuan yang mengisi fungsi O, bila dipasifkan maka satuan tersebut akan

mengisi fungsi S dalam kalimat berikut:

(4) Tujuh macam air hangat yang letaknyadi sebelah barat akan kita

temui.

(5) Bungalow dan hotel juga akan kita jumpai.

(6) berbagai macam kerajinan dan makanan dijajakan oleh para pedagang

di pantai Manggar.

Kesalahan yang sering dilakukan adalah objek berkata depan, seperti dalam

kalimat berikut:

(7) Banyak anggota masyarakat belum menyadari akan pentingnya

kesehatan lingkungan.

(8) Keajaiban menyinari ke angkasa dan ke seluruh penjuru dunia.

(9) Vegetasi yang mempunyai perakaran yang besar dan dalam

mempengaruhi terhadap tingkat kelongsoran tanah.

(10) Skripsi ini akan menitikberatkan pada masalah penambangan

liar.

Kalimat (7-10) di atas memiliki Objek yang berupa frasa depan,yaitu frasa yang

didahului kata depan seperti satuan-satuan bahasa yang dicetak miring di atas.

Menurut kaidah bahasa Indonesia Objek kalimat tidak boleh didahului kata

depan, sehingga keempat kalimat di atas dapat diperbaiki sebagai berikut:

(11) Banyak anggota masyarakat belum menyadari pentingnya

kesehatan lingkungan.

(12) Keajaiban mengitari angkasa dan seluruh penjuru dunia.

(13) Vegetasi yang mempunyai perakaran yang besar dan dalam

mempengaruhi tingkat kelongsoran tanah.

(14) Skripsi ini akan menitikberatkan masalah penambangan liar.

3. Kalimat Pasif Bentuk Diri

Dalam berbagai tulisan sering kita jumpai kalimat yang susunannya

sebagaiberikut:

(1) Rambu-rambu yang terdapat di jalan raya kamu harus perhatikan.

(2) Masalah pelebaran jalan kita akan bicarakan nanti.

(3) Masalah itu bapak telah jelaskan kepada ibu.

Sepintas lalu kalimat (1-3) di atas merupakan kalimat yang benar, tetapi

jika diperiksa dengan teliti, ternyata kalimat itu salah. Kesalahan itu terletak pada

bagian-bagian yang dicetak miring. Kesalahan ini dapat dibetulkan seperti dalam

kalimat berikut ini:

(4) Rambu-rambu yang terdapat di jalan raya harus kamu perhatikan.

(5) Masalah pelebaran jalan akan kita bicarakan nanti.

(6) Masalah itu telah bapak jelaskan kepada ibu.

4. Pemakaian Bentuk-Bentuk dimana, dalam mana, dari mana, dan yang

mana sebagai penghubung.

Dalam bahasa Indonesia sering dijumpai pemakaian bentuk di mana,

dalam mana, di dalam mana, dari mana, dan yang mana sebagai

penghubung. Contoh dalam kalimat berikut:

(1) Rumah di mana ia tinggal sangat luas.

(2) Karmila membuka-buka album dalam mana ia menyimpan foto barunya.

(3) Ia membuka almari di dalam mana ia meletakkan kunci sepeda motornya.

(4) Bila tidak bersekolah, saya tinggal di gedung kecil dari mana suara

gamelan yang lembut dapat terdengar.

(5) Sektor pariwisata yang mana merupakan tulang punggung perekonomian

negara harus senantiasa ditingkatkan.

Penggunaan bentuk-bentuk tersebut kemungkinan besar dipengaruhi

oleh bahasa asing, khususnya bahasa Inggris.

(6) The house where he lives is very large.

(7) Karmila opened the album in which she had kept her new photogragh.

(8) He opened the cupboard in which he had put the key of his motorbike.

(9) If I have no class, I stay at small building from where the sound of

gamelan be heard smoothly.

(10) The Tourism sector which is the economical back bone of the

country must always be intensified.

Dalam bahasa Indonesia karena sudah ada penghubung yang lebih

tepat, yaitu tempat dan yang, seharusnya contoh (1-5) diubah menjadi:

(11) Rumah tempat ia tinggal sangat luas.

(12) Karmila membuka-buka album tempat ia menyimpan foto barunya.

(13) Ia membuka almari tempat ia meletakkan kunci sepeda motornya.

(14) Bila tidak bersekolah, saya tinggal di gedung kecil tempat suara

gamelan yang lembut dapat terdengar.

(15) Sektor pariwisata yang merupakan tulang punggung perekonomian

negara harus senantiasa ditingkatkan.

Dalam bahasa Indonesia memang terdapat bentuk dimana, dari mana,

dan yang mana, tetapi tidak lazim digunakan sebagai kata penghubung

melainkan untuk menandai kalimat tanya.

5. Penghilangan Kata Depan (Preposisi)

Kata depan adalah kata yang menandai pertalian makna antara kata

atau frasa yang mengikutinya dengan kata atau frasa lain dalam suatu kalimat.

Dalam bahasa Indonesia terdapat bermacam-macam kata depan. Menurut

penelitian yang telah dilakukan, dalam bahasa Indonesia terdapat 115 kata

depan, di antaranya adalah di, ke, dari, daripada. Misalnya:

(1) Ledakan bom atom pertama diperingati di Hirosima.

(2) Ia belum pernah ke Jakarta

(3) Karung goni berasal dari Delanggu.

Pemakaian kata depan di dalam kalimat sangat penting sebab

pemakaian itu untuk menandai makna kata atau frasa yang mengikutinya.

Dalam (1) di atas kata depan di menandai makna ‘tempat berada’. Kata depan

ke dalam kalimat (2) menandai makna ‘tempat yang dituju’. Kata depan dari

dalam kalimat (3) menandai ‘makna asal’.

Meskipun pemakaian kata depan tersebut sangat penting namun

pemakaiannya sering dihilangkan. Hal demikian misalnya terlihat pada kalimat

berikut ini:

(4) Kejernihan penalaran tampak baris-baris puisi di atas.

(5) Membaca puisi itu seakan-akan anak dibawa untuk lebih menghargai

sesama umat Tuhan yang Mahakuasa.

Apabila diperhatikan secara teliti, akan dapat diketahui bahwa pada

kalimat (4) terdapat penghilangan kata depan pada dan pada kalimat (5)

terdapat penghilangan kata depan dengan, sehingga kalimat-kalimatnya

menjadi:

(6) Kejernihan penalaran tampak pada baris-baris puisi di atas.

(7) Dengan membaca puisi itu seakan-akan anak dibawa untuk lebih

menghargai sesama umat Tuhan yang Mahakuasa.

Dalam bahasa Indonesia terdapat pula kata depan yang di satu pihak

harus dipakai dan di lain pihak boleh dipakai secara manasuka. Kata depanyang

dimaksud adalah kata depan oleh. Perhatikan contoh berikut ini:

(8) Bukuku dipinjam (oleh) Mimin.

(9) Dipinjam (oleh) Mimin bukuku.

(10) Oleh Mimin bukuku dipinjam.

(11) Seketika Ratna dirangkul dan dicium keningnya oleh ketiga

adiknya.

(12) Perumnas yang harganya sangat mahal itutidak terjangkau oleh

masyarakat kelas rendah.

Kehadiran kata depan oleh pada kalimat (8) dan (9) bersifat manasuka,

tetapi pada kalimat (10-12) pemakaian kata depan oleh wajib, karena apabila

dihilangkan maka kalimatnya menjadi terganggu.

*(13) Seketika Ratna dirangkul dan dicium keningnya ketiga adiknya.

*(14) Mimin bukuku dipinjam.

*(15) Perumnas yang harganya sangat mahal itu tidak terjangkau masyarakat

kelas rendah.

Uraian di atas memberi petunjuk bahwa pemakaian kata depan oleh

sebagai penanda pelaku bersifat manasuka apabila pelaku perbuatan itu terletak

langsung di belakang kata kerja pasif bentuk di-. Apabila tidak demikian,

misalnya terletak di muka kata kerja atau terletak berjauhan dari kata kerjanya,

maka pemakaian kata depan oleh itu bersifat wajib.

6. Penghilangan Afiks (imbuhan)

Situasi pemakaian bahasa menentukan bentuk bahasa seseorang.

Dalam situasi resmi orang cenderung menggunakan bahasa secara lengkap,

sedangkan dalam situasi tidak resmi atau santai orang cenderung menggunakan

bahasa secara tidak lengkap. Ketidaklengkapan itu misalnya karena adanya

penghilangan unsur-unsur tertentu. Salah satu unsur yang sering dihilangkan

ialah afik (imbuhan).

Dalam kenyataan berbahasa Indonesia dewasa ini situasi itu cenderung

tidak diperhatikan oleh para penutur. Baik dalamsituasi resmi maupun situasi

tidak resmi para penutur bahasa Indonesia sering menghilangkan afiks. Afiks

yang sering dihilangkan ialah ber- dan meN- seperti terlihat pada contoh berikut:

(1) Dalam makalah ini saya akan bicara tentang kerja keahlian.

(2) Pagi ini pemerintah berangkatkan lima puluh kepala keluarga ke lokasi

transmigrasi.

Pada contoh (1) terdapat penghilangan afiks ber- pada kata bicara,

sedangkan pada kalimat (2) terdapat penghilangan afiks meN- pada kata

berangkatkan. Kedua contoh di atas digunakan dalam ragam santai atau situasi

tidak resmi. Dalam situasi resmi, kalimat (1-2) menjadi kalimat berikut ini:

(3) Dalam makalah ini saya akan berbicara tentang kerja keahlian.

(4) Pagi ini pemerintah memberangkatkan lima puluh kepala keluarga ke

lokasi transmigrasi.

7. Pemilihan Kata

Setiap kata memiliki makna tertentu yang berbeda dengan kata yang lain.

Kendatipun ada beberapa kata yang secara sekilas tampaknya memiliki makna

yang hampir sama, tetapi jika diteliti lebih seksama lagi akan tampaklah bahwa

masing-masing kata itu memiliki perbedaan. Kata-kata yang bersinonim,

biasanya memiliki persamaan makna yang tidak bersifat bersifat menyeluruh

(total). Kesamaan itu hanya bersifat sebagian. Jadi, kata-kata bersinonim yang di

dalam konteks tertentu saling dapat disubtitusikan, dalam konteks yang lain

pensubtitusiannya kadang-kadang tidak memungkinkan. Untuk jelasnya dapat

diperhatikan pemakaian kedua kata bersinonim bakal dan calon di bawah ini:

(1) Ani sedang berbincang-bincang dengan calon mertuanya.

(2) Sampai sekarang pohon mangga di halaman rumahnya belum

menampakkan bakal buahnya.

(3) *Ani sedang berbincang-bincang dengan bakal mertuanya

(4) *Sampai sekarang pohon mangga di halaman rumahnya belum

menampakkan calon buahnya.

Dengan contoh (1) dan (2) serta (3) dan (4) di atas jelaslah bahwa kata

bersinonim calon dan bakal memiliki ranah pemakaian yang berbeda. Kata

calon biasanya berkolokasi dengan kata benda insani sedangkan kata bakal

berkolokasi dengan kata benda noninsani.

Banyaknya kata yang mempunyai kemiripan menuntut banyak ketelitian.

Sebelum menggunakannya pemilihan kata kiranya perlu diperhatihan ketepatan

makna dan kelaziman pemakaiannya.

8. Pemakaian Bentuk yang Mubazir

Dalam berbagai tulisan sering dijumpai kalimat seperti ini:

(1) Bahasa adalah merupakan sarana komunikasi yang sangat penting.

Bila dilihat dari segi tatabahasa, kalimat tersebut sudah benar. Kata

bahasa menduduki fungsi Subjek, sedangkan adalah merupakan sarana

komunikasi yang sangat penting menduduki fungsi Predikat. Kan tetapi, bila

dilihat dari segi kehematan kalimat tersebut mengandung unsur yang mubazir.

Istilah mubazir terlampau banyak, berlebih-lebihan sehingga sia-sia saja atau

tidak berguna. Pemakaian bentuk yang mubazir artinya pemakaian bentuk

bahasa yang tidak diperlukan apabila dipandang dari segi informasi yang hendak

disampaikan. Maksudnya dengan atau tanpa pemakaian bentuk yang mubazir itu

informasi yang hendak disampaikan tetap dapat diterima dengan jelas oleh pihak

lain, tanpa ada kemungkinan salah tafsir.

Kemubaziran yang terdapat pada kalimat (1) disebabkan oleh

penggunaan kata adalah dan merupakan sekaligus. Kata adalah sama atau

hampir sama artinya dengan kata merupakan. Dengan kata lain, kedua kata

tersebut bersinonim. Bila dilihat dari segi fungsinya, kedua kata itu juga sama

yaitu menandai permulaan predikat. Berdasarkan alasan itulah, pemakaian

adalah, merupakan dianggap mubazir karena penggunaan salah satu dari

keduanya sudah cukup. Dengan demikian, kemungkinan perbaikan kalimat

tersebut ialah:

(2) Bahasa adalah sarana komunikasi yang sangat penting

(3) Bahasa merupakan sarana komunikasi yang sangat penting

9. Latihan-latihan:

Perbaikilah kalimat-kalimat di bawah ini agar masing-masing menjadi kalimat

yang benar:

(1) Bagi mereka yang bukan anggota koperasi, dengan berbelanja di

koperasi lebih menghemat biaya daripada kalau rakyat pedesaan

berbelanja di kota, misalnya mengeluarkan banyak biaya transformasi.

(2) Hampir di setiap bidang kehidupan selalu berhubungan dengan hukum

sehingga kesadaran hukum masyarakat pun semakin ditingkatkan.

(4) Dari beberapa pendapat para ahli gizi asupan makanan yang baik dapat

digunakan untuk dasar penentu pertumbuhan dan perkembangan anak.

(5) Orang tua wajib mengawasi tentang perilaku anaknya.

(6) Seminar ini akan membahas mengenai masalah lingkungan hidup.

(7) Banyak anggota masyarakat kita belum menyadari mengenai betapa

pentingnya segi pariwisata.

(8) Saya menjadi bingung, lalu saya mencoba untuk menjelaskan tentang hal

ini kepadanya.

(9) Tahun yang telah kita lewati dapat mencerminkan pada kekurangan kita

dalam hidup ini.

(10) Majelis hakim menjelaskan tentang faktor-faktor yang

memberatkan Tersangka korupsi.

(11) Tingkah laku adiknya yang menyimpang dari ajaran agama kakak

sering pikirkan.

(12) Kita wajib amalkan pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

(13) Masalah keadilan sosial ia selalu kemukakan dalam pidato-

pidatonya.

(14) Sebagaimana kita sudah katakan di depan, semua manusia

mempunyai bahasa.

(15) Persetujuan itu adalah persetujuan yang mana sangat longgar.

(16) Para pekerja merasa senang di dalam melakukan tugas-tugas yang

mana dibebankan oleh pimpinan kepadanya.

(17) Terdapat pula masyarakat di mana orang sukar untuk menerima

apa yang disebut bahasa baku.

(18) Saya sangat tertarik pada matakuliah matematika dan kimia yang

mana biasanya dibenci orang.

(19) Masa sekarang ini pemerintah baru menggalakan penghijauan.

(20) Buku initerdiri lima bab.

(21) Dia lahir tahun 1964.

(22) Peristiwa Bandung Lautan Api telah menimbulkan efek psikologis

dunia internasional waktu itu.

(23) Presiden terima bekas Dubes Kerajaan Belanda.

(24) Gelombang laut ancam bangunan SD Sarang Meduro.

(25) Guru SD diminta tak perlu takut laporkan nasibnya..

(26) Ketrampilan bicara jelas kita pelajari secara sosial.

(27) Polisi itu tangkap pencuri.

(28) Masyarakat perlu diberikan pemahaman, penghayatan , dan

penataan terhadap hukum yang berlaku di Indonesia.

(29) Tampak melintang berbentukkan empat persegi panjang.

(30) Kapolres menugaskan stapnya untuk menuntaskan masalah itu.

(31) Pengrusakan terhadap hutan merupakan tindakan yang tidak

bertanggung jawab.

(32) Pemerintah pusat mengingatkan Gubernur Kalimat Timur agar

berhati-hati dalam menangani permukiman kembali masyarakat terasing

di daerah itu.

(33) Pengarang yang baik dengan tegas membedakan antara fakta dan

pernilaian.

(34) Karena kesalahpahaman, kedua sahabat itu akhirnya saling jauh

menjauhinya.

(35) Semua ini merupakan kendala hambatan bagi kita semua.

(36) Menjaga lingkungan sekitar supaya tetap bersih, sehat, dan berseri

adalah merupakan tanggung jawab seluruh warga.

(37) Meskipun kedua orang itu tidak mempunyai hubungan darah sama

sekali, mereka selalu saling tolong menolong dalam setiap kesulitan.

(38) Petani-petani Indonesia masih banyak yang miskin dan

terbelakang.

(39) Saya tak bisa membicarakan perasaan krasan di Yogya, tapi saya

tahu perasaan ini kuat dan dalam.

(40) Kami hanya terdiri 8 orang dan sangat akrab walaupun mereka

jauh lebih tua ketimbang saya.

Kata dan Kalimat

Kata adalah satuan bahasa yang terkecil yang dapat berdiri sendiri dan

menyatakan makna tertentu. Kata-kata yang disusun menurut kaidah

tertentu membentuk satuan bahasa yang lebih besar yaitu kalimat.

Kalimat pada umumnya merupakan rangkaian kata yang dapat berdiri

sendiri, mengandung intonasi lengkap dan menyatakan pikiran tertentu.

Pikiran yang utuh biasanya muncul dalam bentuk subjek dan predikat

Contoh :

Saya dan Amin pergi ke desa itu kemarin

Pegawai itu mengerjakan tugasnya dengan baik

A. Bagian-bagian Kalimat

1. Subjek dan predikat

Subjek dan predikat merupakan inti pembentukan kalimat sehingga

kehadirannya tidak dapat ditinggalkan. Subjek kalimat berfungsi

sebagai inti pembicaraan sedangkan predikat berfungsi sebagai

penjelas terhadap subjek.

Contoh : Saya sebaiknya beristirahat sejenak

Persoalannya akan diselesaikan dalam waktu singkat

2. Objek dan keterangan

Objek merupakan penjelas predikat sehingga hubungannya

keduanya sangat erat. Objek selalu terletak di belakang predikat

dalam kata kerja aktif transitif (frasa verba transitif) dan terikat

dengan predikat karena objek menjadi bagian inti kalimat. Objek

kalimat dapat berupa –nya, -ku, dan –mu serta dapat menjadi

subjek dalam kalimat pasif. Kalimat yang predikatnya bukan kata

kerja transitif tidak dapat diubah menjadi kalimat pasif

Contoh : Paman pulang ke desa

Saya ingin menjelaskan sesuatu

Sedangkan keterangan memiliki hubungan yang longgar dengan

predikat , tempatnya dapat ditukar atau dihilangkan tanpa

mengurangi makna kalimat

Contoh : Kami merayakan hari ulang tahunnya kemarin

Ia membaca buku itu beberapa kali

PENGGABUNGAN DAN PERLUASAN KALIMAT

A. Kalimat Tunggal dan Kalimat Majemuk

Kalimat tunggal adalah kalimat yang berpola S-P, S-P-O, S-P-K, S-P-O-K

yang dapat diubah menjadi beberapa variasi tertentu.

Contoh : - Usahanya berhasil

- Petani iti menggarap sawahnya

- Mahasiswa tersebut belajar dengan tekun

- Kami memanfaatkan peluang itu dengan baik

Dalam tulisan ilmiah penulis biasanya cenderung menggunakan kalimat

yang lebih kompleks sebagai hasil dari penggabungan beberapa kalimat

tunggal sehingga berubah menjadi kalimat majemuk.

Contoh : - Penghasilannya relatif kecil

- Ia tetap menekuni pekerjaannya

- Ia harus melaksanakan kewajibannya menghidup[i

keluarganya

Ketiga kalimat di atas dapat disatukan menjadi kalimat majemuk.

B. Kalimat majemuk setara

Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang merupakan

penggabungan beberapa kalimat tunggal setara ditandai dengan kata

sambung yang menyatakan kesejajaran (dan, serta, lagi pula, sesudah

itu, baik ... maupun) dan sejenisnya, bertentangan (tetapi, melainkan),

pilihan (atau).

C. Kalimat majemuk bertingkat

Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat majemuk yang terbentuk dari

sebuah kalimat tunggal yang salah satu bagiannya diperluas. Hubungan

bagian-bagian kalimat yang satu dengan yang lain dalam suatu struktur

kalimat majemuk tidak sama atau bertingkat sehingga memiliki induk

kalimat dan anak kalimat.

Contoh “Ia datang di rumah kemarin”

Perluasan kalimat majemuk bertingkat dapat ditandai dengan penggunaan

kata sambung ketika, setelah, sewaktu, jika, apabila, agar, supaya dsb.

DIKSI

Diksi adalah pilihan kata yang berfungsi membantu seseorang dalam

mengungkapkan makna secara tepat menmgenai apa yang ingin disampaikan

penulis/pembicara baik lisan maupun tulis.

Pembagian makna

1. Makna denotatif dan makna konotatif

Makna denotatif atau konseptual adalah arti harafiah suatu kata tanpa ada

makna lain yang menyertainya, sedangkan makna konotatif atau makna

asosiatif adalah makna kata yang memiliki tautan pikiran , peranan dan

lain-lain yang menimbulkan nilai rasa tertentu.

Makna denotatif adalah makna yang bersifat umum sedang makna

konotatif lebih bersifat pribadi atau khusus.Makna konotatif mengandung

makna kiasan yang sering disebut idiom.

2. Makna umum dan makna khusus

Makna umum adalah makna kata yang memiliki acuan yang lebih luas

sedangkan makna khusus memiliki acuan yang lebih khusus

3. Kata konkret dan kata abstrak

Kata konkret adalah kata yang acuannya mudah dicerap oleh

pancaindera, sedangkan kata abstrak adalah kata yang acuannya tidak

mudah dicerap oleh pancaindera.

4. Sinonim

Sinonim adalah dua kata atau lebih yang memiliki makna yang sama

tetapi bentuknya berbeda.

5. Pembentukan kata

Ada dua cara pembentukan kata yakni dari dalam yang akan membentuk

kata baru dan dari luar bahasa Indonesia diserap melalui pungutan kosa

kata. Kata pungut adalah kata yang diambil dari kata asing yang belum

dimiliki oleh bahasa Indonesia. Kata asing yang sudah dipungut kedalam

bahasa Indonesia disebut kata serapan.

Bentuk serapan ada 3 macam yakni:

a. Kita mengambil kata yang sudah sesuai dengan bahasa Indonesia,

b. Dengan menyesuaikan kata terhadap ejaan bahasa Indonesia,

c. Dengan menterjemahkan kata asing kedalam bahasa Indonesia

Dalam memilih kata terutama dalam situasi resmi perlu

mempertimbangkan hal berikut:

a. Kata yang lazim dipakai dalam bahasa tutur atau bahasa setempat

sebaiknya dihindari.

b. Kata-kata yang mengandung nilai rasa hendaknya dipakai secara

cermat.

c. Kata yang tidak lazim sebaiknya dihindari, kecuali sudah diterima oleh

masyarakat.

6. Ungkapan idiomatik

Ungkapan idiomatik adalah konstruksi ysng khas pada suatu bahasa yang

salah satu unsurnya tidak dapat dihilangkan atau diganti.

Contoh : sehubungan dengan, berhubungan dengan, sesuai dengan,

terdiri atas/dari, terjadi dari, disebabkan oleh, berbicara tentang,

bergantung pada , dll.

TUGAS:

- Coba Saudara mencari sebuah artikel dan sesuaikan dengan jurusan Anda!

Kemudian dicermati dengan melihat kelengkapan unsur atau bagian –bagian

kalimat serta tidak menyalahi kaidah kepaduan bentuk dan kepaduan makna.

BAB IV

PARAGRAF BAHASA INDONESIA

1. Pengertian

Paragraf adalah seperangkat kalimat yang membicarakan suatu gagasan atau

topik. Jumlah kalimat dalam satu paragraf tidak selalu sama, namun hanya

berisi satu topik pembicaraan atau kalimat yang satu dengan kalimat lain

selalu berkaitan. Topik paragraf adalah pikiran utama di dalam sebuah

paragraf. Semua pembicaraan dalam paragraf terpusat pada pikiran utama

tersebut.

Contoh

Sampah selamanya selalu memusingkan. Berkali-kali masalahnya

diseminarkan dan berkali-kali pula jalan pemecahannya dirancang.

Namun, keterbatasan-keterbatasan yang kita miliki tetap menjadikan

sampah sebagai masalah yang pelik. Pada waktu seminar-seminar itu

berlangsung, penimbunan sampah terus terjadi. Hal ini mengundang

perhatian kita karena masalah sampah banyak sedikitnya mempunyai

kaitan dengan masalah pencemaran air dan banjir. Selama pengumpulan,

pengangkutan, pembuangan akhir, dan pengolahan sampah itu belum

dapat dilaksanakan dengan baik, selama itu pula sampah menjadi

masalah.

2 Syarat-syarat paragraf

Paragraf yang baik harus memenuhi dua ketentuan yakni kesatuan

paragraf dan kepaduan paragraf.

a. Kesatuan paragraf

Dalam sebuah paragraf terdapat hanya satu pokok pikiran, sehingga

kalimat-kalimat yang membentuk paragraf perlu ditata secara cermat

agar tidak ada satupun kalimat kalimat yang menyimpang dari ide

pokok.

Contoh : Jateng sukses. Kata-kata itu meluncur gembira dari pelatih

regu Jateng setelah selesai pertandingan final Kejurnas Tinju Amatir,

minggu malam di GOR Jawa Tengah. Semarang terletak di pantai

utara Jawa, ibu kota Provinsi Jateng.Pernyataan itu dianggap wajar apa

yang diimpi-impikan selama ini dapat terwujud.

b. Kepaduan paragraf

Kepaduan paragraf dapat dilihat melalui penyusunan kalimat secara

logis dan ungkapan-ungkapan pengait antarkalimat. Macam-macam

pengait paragraf antara lain : ungkapan penghubung transisi, kata

ganti, atau kata kunci (pengulangan kata yang dipentingkan).

3 Pembagian paragraf menurut jenisnya

a. Paragraf pembuka

Paragraf pembuka merupakan pengantar untuk sampai pada segala

pembicaraan yang menjadi toik pembicaraan.Oleh karena itu paragraf

pembuka harus dapat menarik perhatian pembaca serta sanggup

menghubungkan pikiran pembaca kepada masalah yang akan

disajikan.

b. Paragraf pengembang

Paragraf pengembang terletak di antara paragraf pembuka dan paragraf

terakhir. Paragraf ini mengembangkan pokok pembicaraan yang

dirancang. Jadi paragraf pengembang mengemukakan inti persoalan.

Oleh sebab itu paragraf satu dan yang lain harus meperlihatkan

hubungan yang serasi dan logis. Pengembangannya dapat secara

ekspositoris(memaparkan objek yang tertuju pada satu unsur saja

melalui analisis kronologis), deskriptif(melukiskan yang ada di depan

mata) atau naratif(bentuk cerita seperti dalam novel, cerpen dll)

maupun argumentatif(dapat dimaskkan dalam jenis ekspositoris atau

disebut juga persuasi yang berusaha meyakinkan pembaca terhadap

objek tulisan).

c. Paragraf penutup

Paragraf penutup terdapat di akhir karangan. Biasanya berupa

simpulan semua pembicaraan yang telah dipaparkan pada bagian-

bagian sebelumnya.

4 Paragraf deduktif dan paragraf induktif

Paragraf deduktif adalah paragraf yang kalimat topiknya berada di

awal paragraf, sedangkan paragraf induktif, kalimat topik berada di akhir

paragraf.

BAB VI

KARANGAN ILMIAH

1. Topik Karangan

Topik karangan adalah pokok pembicaraan dalam karangan . Pokok pembicaraan

adalah sesuatu yang belum terurai. Top[ik dapat dioperoleh dari berbagai sumber

seperti pengalaman, pendapat, pengamatan, penyelidikan yang dilakukan oleh

penulis maupun dari buku.

Dalam memilih topik karangan seharusnya memperhatikan :

1. Topik menarik perhatian penulis

2. Topik telah dikuasai dengan baik

3. Bahan mudah diperoleh

4. Topik dibatasi ruang lingkupnya.

2. Pembatasan topik karangan

Pembatasan topik akan mempermudah penulis dalam memilih hal-hal yang akan

dikembangkan serta memungkinkan penulis untuk mengadakan penelitian yang

intensif

3. Cara membatasi topik karangan :

1. Membatasi menurut tempatnya

2. Membatasi menurut waktu, periode, zaman

3. Membatasi menurut hubungan sebab akibat

4. Membatasi menurut aspek khusus – umum

5. Membatasi menurut bidang

6. kehidupan manusia (politik, sosial, ekonomi, kebudayaan, agama)

7. Membatasi menurut objek material dan objek formal

4. Judul Karangan

Judul adalah kepala atau nama sebuah karangan. Sebagai kepala karangan judul harus

mampu menarik perhatian pembaca.

Judul karangan ilmiah harus memperhatikan persyaratan :

1. Judul harus relevan dengan isi karangan

2. Judul harus provokatif agar dapat menimbulkan keingintahuan pembaca

3. Judul harus singkat

4. Judul harus jelas

5. Judul harus mengacu pada hakikat pokok persoalan yang dibicarakan.

5. Penyusunan Kerangka Karangan

a. Pengertian

Kerangka rangan adalah suatu rencana kerja yang memuat garis-garis besar dari

suatu karangan yang akan digarap.Menyusun kerangka karangan berarti

memecahkan topik ke dalam subtopik dan selanjutnya ke sub-sub topik

berikutnya. Kerangka tersebut dapat berbentuk kerangka topik atau kerangka

kalimat Kerangka karangan tidak bersifat kaku tetapi selalu dapat berubah untuk

mencapai bentuk yang semakin sempurna.

b.Manfaat kerangka karangan

1. Untuk menyusun karangan supaya teratur

2. Memudahkan penulis menciptak klimaks yang berbeda-beda

3. Menghindari penggarapan sebuah topik sampai dua kali atau lebih

4. Memudahkan penulis untuk mencari materi pembantu

5. Bila menemukan karangan yang lebih siap, dapat dimasukkan dalam

kerangka karangan yang hakekatnya sama

d. Langkah menyusun kerangka karangan

1. Rumuskan tema yang jelas berdasarkan topik dan tujuan

2. Menginventarisasi topik-topik bawahan yangh dianggap perincian dari tujuan

yang telah dirumuskan

3. Mengadakan evaluasi topik-topik yang telah tercatat pada langkah kedua.

Evaluasi dapat dilakukan melalui tahap berikut :

a. Apakah semua topik yang tercatat mempunyai pertalian langsung

dengan tujuan?

b. Topik yang akan dipakai dievaluasi kembali apakah masih ada dua

atau lebih topik yang sama?

c. Apakah semua topik itu sama derajatnya ataumerupakan bawahan dari

topik yang sudah ada?

4. Untuk mendapatkan sebuah karangan yang lebih rinci maka langkah kedua

dan ketiga diperiksa kembali untuk menyusun topik yang lebih rendah

tingkatannya.

5. Mengurutkan semua rincian sehingga diperoleh sebuah kerangka karangan

yang sistematis.

e. Tipe susunan kerangka karangan

1. Urutan waktu (kronologis)

2. Urutan ruang (spasial)

3. Urutan klimaks dan anti klimaks

4. Urutan kausal

5. Urutan umum ke khusus

6. Urutan familiaritas

7. Perbandingan dan pertentangan

8. Urutan pemecahan masalah

9. Urutan akseptabilitas

f. Macam-macam kerangka karangan

g. Syarat-syarat kerangka karangan :

1. Tesis atau pengungkapan maksud harus jelas

2. Tiap unit dalam rangka karangan hanya mengandung satu gagasan

3. Pokok dalam kerangka karangan harus disusun secara logis

4. Harus menggunakan pasangan simbol yang konsisten