Motivasi berprestasi

15
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai mahasiswa psikologi islam, sangatlah diharapkan bisa mengetahui sekaligus memahami lebih luas ilmu psikologi itu sendiri. Dan pemahaman itu dapat diperoleh melalui perkuliahan, diskusi dan melalui penelitian. Oleh sebab itu salah satu hal yang sangat penting dipahami oleh mahasiswa adalah motivasi berprestasi, yang mana materi ini sangat memiliki peranan besar terhadap keberhasilan mahasiswa, juga diharapkan dapat lebih termotivasi dalam menimba ilmu di bangku perkuliahan. Oleh karena demikian besarnya peranan motivasi berprestasi, untuk diketahui oleh mahasiswa, maka saya tuliskan makalah ini dengan tujuan untuk menambah pemahaman mahasiswa agar kelak nanti nya mahasiswa bisa menjadi seorang yg berilmu sekaligus dapat mengamalkan ilmu itu secara benar, untuk itulah perlu motivasi, baik secara instrinsik maupun ekstrinsik. 1

Transcript of Motivasi berprestasi

Page 1: Motivasi berprestasi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai mahasiswa psikologi islam, sangatlah diharapkan bisa

mengetahui sekaligus memahami lebih luas ilmu psikologi itu sendiri. Dan

pemahaman itu dapat diperoleh melalui perkuliahan, diskusi dan melalui

penelitian. Oleh sebab itu salah satu hal yang sangat penting dipahami oleh

mahasiswa adalah motivasi berprestasi, yang mana materi ini sangat memiliki

peranan besar terhadap keberhasilan mahasiswa, juga diharapkan dapat lebih

termotivasi dalam menimba ilmu di bangku perkuliahan. Oleh karena demikian

besarnya peranan motivasi berprestasi, untuk diketahui oleh mahasiswa, maka

saya tuliskan makalah ini dengan tujuan untuk menambah pemahaman mahasiswa

agar kelak nanti nya mahasiswa bisa menjadi seorang yg berilmu sekaligus dapat

mengamalkan ilmu itu secara benar, untuk itulah perlu motivasi, baik secara

instrinsik maupun ekstrinsik.

1

Page 2: Motivasi berprestasi

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Motivasi

Istilah motivasi, seperti halnya kata emosi, berasal dari bahasa latin yang berarti

“bergerak”. Ilmu Psikologi tentu saja mempelajari motivasi; sasarannya adalah mempelajari

penyebab atau alasan yang membuat kita melakukan sesuatu. Bagi para psikolog, organisme

tersebut bergerak menuju suatu tujuan, atau bergerak menjauh dari sesuatu yang tidak

menyenangkan. Kita bisa bergerak untuk mencapai suatu tujuan karena motivasi instrinsik,

yakni suatu keinginan untuk melakukan suatu aktivitas atau mencapai sesuatu hal tertentu

dengan semata-mata karena kesenangan atau kepuasan yang didapat daraai melakukan

aktivitas tersebut, atau karena motivasi ekstrinsik, keinginan untuk mengejar sesuatu tujuan

karena imbalan-imbalan eksternal.

Sebenarnya, motivasi merupakan istilah yang lebih menunjuk pada seluruh proses

gerakan, termasuk situasi yang mendorong, dorongan yang timbul dalam diri individu,

tingkah laku yang ditimbulkannya, dan tujuan atau akhir dari gerakan atau perbuatan. Karena

itu, bisa juga dikatakan bahwa motivasi berarti membangkitkan motif, membangkitkan daya

gerak, atau mengerakkan seseorang atau diri sendiri untuk berbuat sesuatu dalam rangka

mencapai suatu kepuasan atau tujuan. Seseorang melaksanakan kecakapan, seperti nya karena

adanya suatu motif. Jika motif itu tidak timbul, belum tentu ia berbuat demikian. Kita sering

mendengarkan bahwa pada umumnya mahasiswa itu rajin belajar. Akan tetapi, kalau

seseorang begitu tekun belajar, membaca buku hingga lewat tengah malam, tanpa

menghiraukan atau merasakan kantuk dan kelelahan, tentu itu disebabkan oleh adanya

motivasi yang timbul padanya. Oleh sebab itu, pembahasan mengenai motivasi akan memberi

jawaban atas pertanyaan “mengapa”, atau “mengapa mahasiswa harus tekun belajar”,

“mengapa petani harus bekerja keras”, dan seterusnya.

Sesungguhnya, motivasi itu sendiri bukan merupakan suatu kekuatan yang netral, atau

kekuatan yang kebal terhadap pengaruh faktor-faktor lain, misalnya pengalaman masa

lampau, taraf inteligensi,kemampuan fisik, situasi lingkungan, cita-cita hidup, dan

sebagainya. Dalam suatu motif, umumnya terdapat dua unsur pokok, yaitu unsur dorongan

atau kebutuhan dan unsur tujuan (Handoko, 1992:10). Proses interaksi timbal balik antara

2

Page 3: Motivasi berprestasi

kedua unsur terjadi didalam diri manusia, namun dapat dipengaruhi oleh hal-hal dilluar diri

individu.

Misalnya, keadaan cuaca, kondisi lingkungan, dan sebagainya. Oleh karena itu, bisa

saja terjadi perubahan motivasi dalam waktu yang relatif singkat jika ternyata motivasi

pertama mendapat hambatan atau tidak mungkin terpenuhi. Psikologi mengajukan pertanyaan

tentang motivasi karena ingin mengerti gejala-gejala psikis yang menjadi objek ilmu

psikologi. “mengerti” berarti mengetahui sebab-musababnya. Dan karena tingkah laku

manusia yang hendak dimengerti oleh psikologi, sebab-musababnya disebut “motivasi”,

mengingat manusia adalah makhluk yang berbudi. Dalam pandangan Dister, setiap tingkah

laku manusia merupakan buah dari hasil hubungan dinamika timbal-balik antara tiga faktor.

Ketiga-tiganya memainkan peranan dalam melahirkan tindakan manusia, walaupun dalam

tindakan, faktor yang satu lebih besar peranannya dibandingkan faktor yang lain. Ketiga

faktor yang dimaksudkan Dister tersebut ialah:

1. Dorongan Spontan Manusia

Pada setiap orang, terdapat kecenderungan yang bersifat spontan. Artinya, dorongan

ini timbul dengan sendirinya dan tidak ditimbulkan oleh individu dengan sengaja. Dorongan

semacam ini bersifat alamiah dan bekerja secara otomatis. Tidak dikerjakan oleh manusia

dengan “tahu dan mau”. Contohnya, dorongan seksual, nafsu makan, kebutuhan akan tidur.

Sejauh perbuatan manusia didasarkan pada dorongan spontan itu, perbuatan tersebut

dikatakan “mendahului pribadi manusia”. Artinya, perbuatan itu belum dijiwai oleh inti

kepribadian orang yang bersangkutan.

2. Ke-aku-an sebagai Inti-pusat Kepribadian Manusia

Suatu dorongan yang secara spontan “terjadi” pada diri manusia dapat ia jadikan

miliknya sendiri, kalau ia menanggapi dorongan itu secara positif. Akibatnya, proses yang

tadinya “terjadi” padaku kini ku jadikan sendiri kini menjadi perbuatan ku. Bahkan, jika aku

tidak-aktif melainkan lebih pasif, misalnya jika aku menanggung atau menderita sesuatu,

tanggungan dan penderitaan itu dapat dijadikan milik sendiri, sehingga menjadi aku betul-

betul perbuatanku.

3. Situasi atau Lingkungan Hidup

3

Page 4: Motivasi berprestasi

Selain faktor pertama dan kedua, masih ada faktor ketiga yang harus diikutsertakan

dalam menerangkan tingkah laku manusia secara psikologis, yaitu situasi dan Lingkungan

hidup seseorang. Tindakan dan perbuatan manusia itu tidak terlepas dari dunia dan

sekitarnya. Tentu saja akulah melakukan perbuatan tertentu untuk melaksanakan rencana ku.

lagi pula, pelaksanaan tersebut berlangsung di dunia, sehingga seluruh perbuatan itu

menjurus kedunia juga. perlu di catat bahwa yang disebut “dunia” atau “lingkungan” ialah

buah dari hasil pertukaran antara pengalaman batin manusia dengan hal-ihwal di luar diri

manusia. Dan ketiga faktor inilah yang tidak bisa di pisah kan antara yang satu dengan yang

lainnya.

B. Teori Motivasi

1. Teori Kebutuhan Abraham Maslow

Hierarki kebutuhan Maslow merupakan salah satu teori motivasi yang

paling terkenal. Teori ini sangat berpengaruh dalam psikologi industri dan organisasi

sebagai teori motivasi kerja dan digunakan dalam bidang terapan lainnya, seperti

konseling, pemasaran, dan pariwisata.

Secara singkat, Maslow berpendapat bahwa kebutuhan manusia sebagai

pendorong (motivator) membentuk suatu hierarki atau jenjang peringkat. Pada

awalnya, maslow mengajukan hierarki lima tingkat yang terdiri dari kebutuhan

fisiologis, rasa aman, cinta, penghargaan, dan mewujudkan jati diri. Dikemudian hari

dia menambahkan dua kebutuhan lagi, yaitu kebutuhan untuk mmengetahui dan

memahami, serta kebutuhan estetika (Ross, 1998). Namun, tidat jelas bagaimana

kedudukan kedua kebutuhan ini dalam hierarki awal tersebut. Maslow berpendapat,

jika tidak ada satupun dari kebutuhan dalam hierarki tersebut yang dipuaskan,

kebutuhan akann didominasi oleh kebutuhan fisiologis. Akan tetapi jika kebutuhan

fisiologis terpuaskan semua, kebutuhan tersebut tidak lagi dapat mendorong atau

memotivasi; individu tersebut akan di motivasi oleh kebutuhan hierarki tingkat

berikutnya yaitu, kebutuhan akan rasa aman. Demikianlah berikut dan seterusnya.

2. Teori Desakan Kebutuhan Murray

Klasifikasi Murray (Ross, 1994), dibandingkan dengan hierarki kebutuhan

Maslow, tidak mudah disajikan pada orang yang bukan ahli psikologi. Menurut

Murray,-kebutuhan- kebutuhan manusia berdiri sendiri-sendiri, terpisah satu dengan

yang lain. Ini berarti, jika kita mengetahui kekuatan atau tingkat kepuasan satu

kebutuhan, tidak berarti kita akan tahu pula mengenai kekuatan kebutuhan-kebutuhan

4

Page 5: Motivasi berprestasi

lain. Jadi, untuk mengetahui apa yang memotivasi, kita harus mengukur kekuatan

semua kebutuhannya yang penting, dan bukannya hanya sekedar menentukan tingkat

yang sudah dicapainya dalam suatu kebutuhan hierarki atau jejjang kebutuhan.

Teori mitivasi kebutuhan Henry A. Murray (1983) yang dinamakan teori

kebutuhan manifestasi atau teori desakan kebutuhan, rumusan awalnya dibuat oleh

murray pada tahun 1930-an dan tahun 1940-an. Model tersebut banyak dikembangkan

dan diperluas oleh David McClealland dan John Atkinson. Sama seperti Maslow,

Murray yakin bahwa orang dapat dikelompokkan menurut kekuatan bebrbagai

kebutuhan tersebut. Defenisi kebutuhan di sini adalah “perhatian sekarang untuk

mencapai suatu sasaran” (McClelland, 1971 : 13). Denngan kata lain, kebutuhan

dipadang sebagai kekuatan motivasi utama bagi orang dari sisi arah dan intensitas.

Secara keseluruhan, Murray berpendapat bahwa setiap orang mempunyai kira-kiora

dua lusin kebutuhan, termasuk kebutuhan untuk berhasil, bergaul, kekuatan dan

otonomi. Ia yakin bahwa kebutuhan lebih banyak diperoleh dari luar, bukan sesuatu

yang diwarisi, dan diaktifkan (dimanistasikan) oleh isyarat dari lingkungan luar.

3. Teori Kebutuhan untuk Berprestasi McClelland

McClelland adalah seorang ahli psikologi sosial yang terkenal dengan

pemikirannya mengenai kebutuhan untuk berprestasi (needs for achievement).

Konsep ini disingkat dengan sebuah simbol yang kemudian menjadi sangat terkenal,

yakni: n-Ach. Menurut McClelland, perbedaan dalam kebutuhan untuk berprestasi

sudah tampak sejak anak bereusia lima tahun. Hal ini sangat erat hubungan dengan

kehidupan keluarga, terutama dalam pengaruh itu ketika si anak menginjak usia

delapan hingga sepuluh tahun.

Dalam batasan tertentu, dorongan atau kebutuhan berprestasi adalah sesuatu

yang ada dan dibawa sejak lahir. Namun, dipihak lain, kebutuhan untuk berprestasi

ternyata, dalam banyak hal, adalah sesuatu yang ditumbuhkan, dikembangkan, hasil

dari interaksi dalam lingkungan. Kebutuhan untuk berprestasi, menurut McClelland,

adalah sesuatu daya dalam mental manusia untuk melakukan suatu kegiatan yang

lebih baik, lebih cepat, lebih efektif dan lebih efesien daripada kegiatan yang

dilaksanakan sebelumnya.

Dalam kehidupan psikis manusia, ada daya yang mampu mendorongnya

kearah suatu kegiatan yang hebat sehingga, dengan daya tersebut, ia dapat mencapai

kemajuan yang termat cepat. Daya pendorong tersebut dinamakan virus mental,

karena apabila berjangkit dalam jiwa manusia, daya tersebut akan berkembang biak

5

Page 6: Motivasi berprestasi

dengan cepat; dengan kata lain, daya tersebut akan meluas dan menimbulkan dampak

dalam kehidupan.

Selanjutnya, McClelland mengatakan bahwa kalau dalam sebuah masyarakat terdapat

banyak orang yang memiliki n-Ach yang tinggi, masyarakat tersebut akan

menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, bila dia hanya berhenti disini.

4. Teori Harapan Vroom

Vroom (1964) mengembangkan sebuah teori motivasi berdasarkan jenis-

jenis pilihan yang dibuat orang untuk mencapai suatu tujuan, alih-alih berdasarkan

kebutuhan internal. Teori harapan (expectancy theory) memiliki tiga asumsi pokok

(Pace & Faules, 1998; 124-125).

1) Setiap individu percaya bahwa ia berperilaku dengan cara tertentu, ia akan

memperoleh hal tertentu. Ini disebut sebagai harapan hasil (outcome expectancy).

Misalnya, Individu mungkin percaya (atau mempunyai suatu harapan). Bahwa

bila memperoleh suatu skor sekurang-kurangnya 85 pada tes mendatang, individu

akan dinyatakan lulus kuliah. Juga mempunyai harapan sekurang-kurang nya nilai

B dikelas, keluarga individu akan menyetujui apa yg dilakukan individu tersebut.

Jadi, kita dapat mendefenisikan suatu harapan sebagai hasil dari penilaian

subjektif seseorang atas kemungkinan bahwa suatu hasil tertentu akan muncul

dari tindakan orang tersebut.

2) Setiap hasil mempunyai nilai atau daya tarik bagi orang tertentu. Ini disebut

valenci (valence). Misalnya, seseorag mungkin menghargai sebuah gelar atau

peluang untuk kemajuan karier, sementara orang lain mungkin menghargai suatu

program pensiun atau kondisi kerja. Valensi atau nilai sebagian aspek pekerjaan

biasanya berasal dari kebutuhan internal, namun motivasi yang sebenarnya

merupakan proses yang lebih rumit lagi. Jadi, kita dapat mendefenisika valensi

sebagai nilai yang diberikan orang pada suatu hasil yang diharapka.

3) Setiap hasil berkaitan dengan suatu persepsi mengenai seberapa sulit mencapai

hasil tersebut. Hak ini disebut harapan usaha (effort expectancy). Misalnya anda

mempunyai persepsi bahwa bilamempelajari buku ini dengan giat, anda akan

memperoleh nilai 85 dalamujian berikutnya. Namun, andaharus berusaha lebih

giat lagi untuk mempelajari kuliah ini agar memperoleh nilai 90. Jadi, kita dapat

mendefenisikan harapan usaha sebagai kemungkinan bahwa usaha seseorang

akan menghasilkan pencapaian tujuan tertentu.

6

Page 7: Motivasi berprestasi

Motivasi Biologis dan Motivasi Sosial

Ditinjau dari segi asalnya, motif pada diri manusia dapat digolongkan dalam

motivasi biologis dan motivasi sosial, yaitu motivasi yang berkembang pada diri orang dan

berasal dari organismenya sebagai makhluk biologis, dan moti-motif yang berasal dari

lingkungan kebudayaan (Gerungan, 1987).

Motivasi biologis merupakan motivasi yang berasal dari kebutuhan organisme

orang demi kelanjutan hidupnya secara biologi. Motivasi biologis ini bercorak universal dan

kurang terikat pada lingkungan kebudayaan tempat manusia itu kebettulan berada dan

berkembang. Motivasi biologi ini asli dari dalam diri orang, dan berkembang dengan

sendirinya. Contoh motivasi biologi misalnya lapar, haus, kebutuhan akan kegiatan dan

istirahat, mengambil nafas, seks, buang air.

Selanjutnya, motivasi sosial adalah motivasi yang dipelajari orang dan berasal

dari lingkungan kebudayaan tempat orang itu berada dan berkembang. Motivasi sosial ini

tidak berkembang dengan sendirinya, mau tak mau, tetapi berdasarkan interaksi sosial dengan

orang-orag atau hasil kebudayaan orang.

Dampak dan Pengukuran Motivasi di Tempat Kerja

Pada awal tahun 1950-an, David McClelland dan rekan-rekannya (1953)

menyatakan bahwa beberapa orang memiliki kebutuhan berprestasi yang memotivasi

mereka, sebagaimana rasa lapar memotivasi orang untuk makan. Untuk mengukur kekuatan

motif tersebut, McClelland mengunakan suatu variasi dari Thematic Apperception Test

(TAT). Tes ini meminta partisipan untuk mengarang cerita berdasarkan sejumlah gambar

yang ambigu, seperti gambar seorang anak kecil yang memegang biola, dengan ekspresi

wajah yang sukar ditebak. McClelland (1961) menyatakan bahwa kekuatan motif berprestasi

ditunjukkan dalam fantasi-fantasi para partisipan. “Dalam fantasi, segala sesuatu mungkin,

setidaknya secara simbolis,” McClelland menjelaskan, “dalam TAT, seseorang bisa menjadi

diktator yang sangat berkuasa, atau sebaliknya menjadi seorang pecundang yang

menyedihkan.. Seseorang bisa membunuh neneknya sendiri atau pergi ke hawaii

menggunakan pogo stick.”.

TAT merupakan salah satu tes proyeksi yang memiliki beberapa dukungan

empiris terkait pengukuran motivasi berprestasi, namun tidak berarti TAT memiliki

rehabilitas test-test yang memadai. Respon orang-orang dalam TAT mudah dipengaruhi oleh

7

Page 8: Motivasi berprestasi

berbagai hal yang terjadi dalam hidup mereka saat itu, bukannya diakibatkan oleh dorongan

internal untuk mencapai suatu kesuksesan (Lilienfeld, Wood, and Garb, 2000).

Beberapa orag mungkin saja bercerita mengenai pencapaian suatu prestasi yang

spektakuler dan berhasil mengalahkan segala macam tantangan, namun bukan karena mereka

sungguh-sungguh memiliki motivasi kuat, melainkan karena mereka sedang terpesona

menyaksilan acara American Idol dan menghayalkan seandainya mereka yang menjadi idola

jutaan orang diseluruh dunia. Terlepas dari seluruh kekuragannya, TAT telah mendorong

dilaksanakannya berbagai penelitian yang bertujuan memahami alasan dibalik kuatnya tekad

sebagian orang mencapai suatu prestasi tanpa mempedulikan kesulitan yang dihadapi,

semntara orang-orang lainnya seakan menjalani hidup dengan ‘mengalir begitu saja’

a) Pentingnya Memiliki Tujuan. Saat ini, pendekatan yang umum digunakan dalam

memahami motivasi berprestasi memiliki penekanan pada tujuan (goals) alih-alih

pada dorongan internal. Tujuan yang telah kita tetapkan dan alasan yang telah kita

miliki untuk mengejar tujuan tersebut akan menentukan pencapaian (prestasi) yang

kita dapatkan, meskipun tidak semua tujuan akan menuntun kita pada prestasi yang

nyata. Tujuan dapat meningkatkan motivasi dan kinerja apabila ketiga kondisi berikut

ini terpenuhi (Higgins; Locke dan Latham, 2002):

b) Tujuan bersifat spesifik. Tujuan yang tidak jelas, seperti “melakukan yang terbaik,”

bikanlah tujuan yang efektif, tujuan ini bahkan tidak berbeda dengan tidak memiliki

tujuan sama sekali. Kita perlu lebbih spesifik menentukan tujuan, termasuk

menentukan waktu pegerjaan: “pada hari ini saya, saya akan mengerjakan makalah

ini, minimal empat halaman.”

c) Tujuan harus menantang, namun dapat dicapai. Kita cenderung bekerja keras untuk

mencapai tujuan yang sulit namun realistis. semakin tinggi dan semakin sulit suatu

tujuan maka semakin tinggi juga tingkat motivasi dan kinerja kita, kecuali kalau kita

memilih suatu tujuan yang mustahil kita capai.

d) Tujuan kita dibatasi pada mendapatkan apa yang kita inginkan, bukannya

menghindari apa yang tidak kita inginkan. Tujuan mendekati (approach goal)

merupakan pengalaman positif yag kita harapkan secara langsung, seperti

mendapatkan nilai yang lebih baik atau mempelajari cara menyelam dilaut. Tujuan

menghindari (avoidance goals) melibatkan usaha menghindari pengalaman yang

tidak meyenangkan, seperti berusaha tidak mempermalukan diri sendiri pada suatu

pesta, atau menghindari ketidakmandirian.

8

Page 9: Motivasi berprestasi

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Motivasi merupakan suatu proses dalam diri individu yang

menyebabkan organisme tersebut bergerak menuju tujuan yang dimiliki, atau

bergerak menjauh dari situasi yang tidak menyenangkan. Kita bisa bergerak

mencapai suatu tujuan karena motivasi instrinsik, yakni suatu keinginan untuk

melakukan suatu aktivitas atau meraih suatu pencapaian tertentu semata-mata

demi kesenagan atau kepuasan yang didapat dari melakukan aktivitas tersebut,

atau karena motivasi ekstrinsik, yakni keinginan untuk mengejar suatu tujuan

yang diakibatkan oleh imbalan-imbalan eksternal. Motivasi dari sudut asalnya,

motif pada diri manusia dapat digolongkan dalam motivasi biologis dan motivasi

sosial,

9

Page 10: Motivasi berprestasi

DAFTAR PUSTAKA

Wade Carole, Tavris Carol. Psikologi Edisi ke 9 Jilid 2. Erlangga: Jakarta 2007

Sobur , Alex Drs. Msi. Psikologi Umum. Pustaka Setia: Bandung 2003

10