Moral Dalam Pendidikan

3
Moral dalam pendidikan kita Posted on Sabtu, 24 Maret 2007 by faiq Pagi ini saya terhenyak dan tertarik dengan Tajuk Rencana yang ditulis di harian umum Suara Merdeka (24/3/2007). Tajuk tersebut berisi ringkasan pidato pengukuhan Prof Dr Mulyati sebagai Guru Besar Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Semarang, pada Rabu (21/3/2007) lalu. Tajuk tersebut berjudul “Pendidikan dan Persoalan Norma” oooOOOooo Kebobrokan moral di negeri ini konon katanya adalah cermin kegagalan sistem pendidikan kita, benarkah??? Seberapa besar persentase pendidikan akhlak/moral ditanamkan dalam kurikulum pendidikan di Indonesia??? Kilas balik, saya bernostalgia…. masih teringat dalam memori saya, sewaktu masih duduk di bangku SD. Ketika melihat pak/bu Guru memasuki halaman sekolah, berebut kita para murid untuk menyambutnya. Setelah bersalaman dengan penuh tawadzuk (hormat), kitapun kemudian membantu beliau membawakan tas (“YMT” yang membawakan tas), buku, atau bawaan beliau yang lain ke dalam kelas/ruang guru. Semua itu dilakukan dengan ikhlas dan penuh rasa gembira. Kalau secara kebetulan berpapasan/bertemu di jalan, mengucap salam sambil menundukkan kepala. Menghormati orang yang lebih tua dan bersopan santun, begitulah ajaran itu tertanam dalam selama duduk di bangku SD. Sayapun terlupa siapa yang mengajari itu, dan ada di mata pelajaran apa ya??? Ini saya alami saat saya sekolah di pelosok desa. Memasuki jenjang pendidikan SMP (1980), saya hijrah ke kota. Sekolah di sebuah SMP favorit di kota tersebut. Seingat saya, masa itu ajaran sopan santun masih tertanam. Menghormati guru, juga masih berlaku. Namun kenakalan-kenakalan “kecil” sudah mulai nampak. Buktinya, saya sering melihat guru BP sedang “menceramahi” kawan pelajar di ruang BP. Saya pernah masuk ruang BP nggak ya….???

description

pendidikan

Transcript of Moral Dalam Pendidikan

Moral dalam pendidikankitaPosted on Sabtu, 24 Maret 2007 by faiq

Pagi ini saya terhenyak dan tertarik dengan Tajuk Rencana yang ditulis di harian umum Suara Merdeka (24/3/2007). Tajuk tersebut berisi ringkasan pidato pengukuhan Prof Dr Mulyati sebagai Guru Besar Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Semarang, pada Rabu (21/3/2007) lalu. Tajuk tersebut berjudul Pendidikan dan Persoalan Norma oooOOOoooKebobrokan moral di negeri ini konon katanya adalah cermin kegagalan sistem pendidikan kita, benarkah??? Seberapa besar persentase pendidikan akhlak/moral ditanamkan dalam kurikulum pendidikan di Indonesia???Kilas balik, saya bernostalgia. masih teringat dalam memori saya, sewaktu masih duduk di bangku SD. Ketika melihat pak/bu Guru memasuki halaman sekolah, berebut kita para murid untuk menyambutnya. Setelah bersalaman dengan penuh tawadzuk (hormat), kitapun kemudian membantu beliau membawakan tas (YMT yang membawakan tas), buku, atau bawaan beliau yang lain ke dalam kelas/ruang guru. Semua itu dilakukan dengan ikhlas dan penuh rasa gembira. Kalau secara kebetulan berpapasan/bertemu di jalan, mengucap salam sambil menundukkan kepala. Menghormati orang yang lebih tua dan bersopan santun, begitulah ajaran itu tertanam dalam selama duduk di bangku SD. Sayapun terlupa siapa yang mengajari itu, dan ada di mata pelajaran apa ya??? Ini saya alami saat saya sekolah di pelosok desa.Memasuki jenjang pendidikan SMP (1980), saya hijrah ke kota. Sekolah di sebuah SMP favorit di kota tersebut. Seingat saya, masa itu ajaran sopan santun masih tertanam. Menghormati guru, juga masih berlaku. Namun kenakalan-kenakalan kecil sudah mulai nampak. Buktinya, saya sering melihat guru BP sedang menceramahi kawan pelajar di ruang BP. Saya pernah masuk ruang BP nggak ya.???Selain mata pelajaran umum (pengetahuan), ada mata pelajaran Pendidikan Agama dan Pendidikan Moral Pancasila PMP, apakah ini representasi pendidikan moral di sekolah?? Juga ada pelajaran PKK yang selain mengajarkan ketrampilan, diajarkan pula sikap Well Groomed. Di sinipun dari cerita seorang kawan, saya mulai mengenal apa itu titip menitip apabila telah tiba masa penerimaan murid baru. Apakah ini termasuk mata pelajaran sekaligus transfer ilmu tentang suap menyuap???., tak tahulah Padahal proses seleksi murid baru, katanya sudah diperketat.Jenjang pendidikan SMA (1983) masih saya jalani di kota yang sama. Seleksi penerimaan murid baru masih memakai sistem test (belum DANEM), alhamdulillah lolos (di SMA favorit. lagi). Masalahtitip menitip masih pula marak. Kenakalan murid?? rasanya ruang BP dalam seminggu pasti ada tamu. Seingat saya, dari seluruh mata pelajaran yang ada hanya Agama dan PMP yang memakai istilah Pendidikan.Ketika masuk Perguruan Tinggi (1986), transfer ilmu titip menitip semakin nyata saya ketahui. Hanya (sayangnya.??) keluarga saya tak ada kenalan yang bisa dititipi dan saya dalam kenyataannya memang tak lolos SIPENMARU. Yah, memang sudah suratan takdir harus mau sekolah di Luar Negeri alias PTS.Di fakultas saya, dari 148 SKS yang harus diselesaikan (tak termasuk ujian negara), pendidikan Agama hanya dapat porsi 6 SKS, Pendidikan Pancasila (2), dan Pendidikan Kewiraan (2). Lalu apakah ketiga mata kuliah tersebut dapat disebut sebagai representasi mata kuliah yang mengajarkan etika/moral?? Atau apakah mahasiswa sudah tak perlu diajarkan moral/etika, karena mereka sudah dewasa?? sudah bisa memilih mana benar/salah, mana boleh/tidak atau mana halal/haram??Sewaktu menjadi dosen dan ikut dalam kursus Applied Approach (AA) pengganti Kursus Akta IV, seorang instruktur mengatakan bahwa sekarang ini ada fenomena seorang dosen/guru tidak mampu berfungsi sebagai guru (teacher) namun hanya berperan sebagai cheater (pembual) di depan kelas. Artinya, dia tidak kapabel.oooOOOoooDalam era globalisasi sekarang ini, kita disuguhi banyak contoh kemerosotan moral yang sudah dianggap biasa. Masih ingat kasus video mesum anggota DPR dan artis yang heboh itu?? Kurang lebih satu bulan setelah kasus tersebut terkuak, sang artis nongol di acara malam yang berbau entertainment di sebuah stasiun televisi swasta kita. Ketika secara guyonan oleh sang Host disinggung kasus yang memalukan itu, sang artis dengan tertawa lebar mengatakan, Kan sudah nonton filmnya, gratis lagi. Kata-kata tersebut diucapkan dengan tanpa beban alias tak tahu malu..Demikian juga dengan proses titip menitip di atas (apalagi jika dibarengi dengan penyerahan segepok uang), secara tak langsung akan mendidik anak-anak kita dalam hal suap menyuap.Menurut saya, pesan moral dalam pendidikan tidak hanya didapat di bangku sekolah (sebagai mata pelajaran), tetapi juga diperoleh dari perilaku/contoh/teladan dalam kehidupan sehari-hari. Bukankah kita akan lebih cepat menyerap apa yang kita lihat daripada apa yang kita dengar???Sumber : http://f4iqun.wordpress.com/2007/03/24/moral-dalam-pendidikan-kita/