Monitoring anestesi

4
6. Produksi Urin Dalam anastesi, produksi urin dipengaruhi oleh obat anestesi, tekanan darah, volume darah, hidrasi pasien, dan faal ginjal. Jumlah urin normal kira – kira 0,5 ml/kgBB/jam. Bila urin di tampung dengan kateter perlu dijaga sterilitas agar tidak terinfeksim karena kateter sering dipasang sampai beberapa hari. 7. Perdarahan selama pembedahan Selama anestesi dan pembedahan kita harus mengawasi warna perdarahan, apakah merah tua atau merah muda. Selain itu jumlah perdarahan harus dihitung baik botol penghisap maupun dari kasa operasi yang mengandung darah. Perhitungan perdarahan dari kasa yang di timbang, diperkirakan 1 gr darah dianggap sama dengan 1 ml darah, dengan kesalahan 25%. Selain itu dapat pula dilakukan dengan metode kalorimeter : Kadar hemoglobin harus diketahui Kasa yang mengandung darah dilarutkan ke dalam jumlah pelarut Jumlah perdarah (ml)= Kalorimeter terbaca X Volume pelarut ( ml ).

description

Monitoring anestesi

Transcript of Monitoring anestesi

Page 1: Monitoring anestesi

6. Produksi Urin

Dalam anastesi, produksi urin dipengaruhi oleh obat anestesi, tekanan

darah, volume darah, hidrasi pasien, dan faal ginjal. Jumlah urin normal kira –

kira 0,5 ml/kgBB/jam. Bila urin di tampung dengan kateter perlu dijaga sterilitas

agar tidak terinfeksim karena kateter sering dipasang sampai beberapa hari.

7. Perdarahan selama pembedahan

Selama anestesi dan pembedahan kita harus mengawasi warna

perdarahan, apakah merah tua atau merah muda. Selain itu jumlah perdarahan

harus dihitung baik botol penghisap maupun dari kasa operasi yang

mengandung darah. Perhitungan perdarahan dari kasa yang di timbang,

diperkirakan 1 gr darah dianggap sama dengan 1 ml darah, dengan kesalahan

25%. Selain itu dapat pula dilakukan dengan metode kalorimeter :

Kadar hemoglobin harus diketahui

Kasa yang mengandung darah dilarutkan ke dalam jumlah pelarut

Jumlah perdarah (ml)= Kalorimeter terbaca X Volume pelarut ( ml ).

Perdarahan akut dapat diatasi dengan kristaloid, koloid, plasma ekspander, atau

darah.

8. Warna kulit

Warna kulit dapat membantu diagnosa hipovolemi. Warna kulit yang

kemerahan pada wajah, ekstremitas jarang dalam keadaan hipovolemi. Warna

kulit yang pucat pada wajah maupun ekstremitas merupakan tanda hipovolemi.

9. Suhu

Tubuh tidak mampu mempertahankan suhu. Obat anestesi mendepresi pusat

pengatur suhu (susunan saraf pusat), sehingga mudah turun naik dengan suhu

lingkungan dan teknik anestesi yang diberikan. Monitoring suhu jarang dilakukan

Page 2: Monitoring anestesi

selama pembedahan kecuali pada bayi/anak-anak, pasien demam, dan tekhnik

anestesi dengan hipotermi buatan.

Pengukuran suhu dilakukan melalui :

1. Oesofagus denngan sensornya setinggi atrium.

2. Rektum lebih mudah tetapi tidak begitu tepat karena letak lebih jauh dari

jantung dan otak. Selain sisa kotoran dalam rektum akan mengganggu

nilai pengukuran.

3. Membran timpani. Suhu di tempat ini hampir sama dengan suhu otak, dan

tidak banyak berbeda dari suhu oesofagus.

4. Ketiak (aksila) lebih mudah. Tidak menggambarkan suhu yang tepat

karena terlalu banyak dipengaruhi oleh suhu sekitarnya.

Dalam keadaan anestesi, banyak hal yang mempengaruhi pengaturan suhu

tubuh antara lain :

1. Jenis sirkuit anestesi (sirkuit tertutup produksi panas meningkat)

2. Tebal dan lebarnya kain penutup operasi

3. Intensitas lampu operasi

4. Suhu kamar operasi

5. Luas permukaan tubuh yang terbuka selama operasi (rongga peritonium,

pleura)

6. Anestesi dan pembedahan yang memakan waktu lama.

Pemantauan suhu tubuh terutama suhu pusat, dan usaha untuk

mengurangi penurunan suhu dengan cara mengatur suhu ruang operasi,

meletakkan bantal pemanas, menghangatkan cairan yang akan diberikan

menghangatkan, dan melembabkan gas-gas anestestika.

Page 3: Monitoring anestesi

10. Blokade Neuromuskular

Stimulasi saraf untuk mengetahui relaksasi otot sudah cukup baik atau

sebaliknya setelah selesai anestesi apakah tonus otot sudah kembali normal.

11. Sistem Saraf

Pada pasien sehat sadar, oksigenasi pada otaknya adekuat kalau

orientasi terhadap personal, waktu, dan tempat baik. Pada saat pasien dalam

keadaan tidak sadar, monitoring, terhadap SSP dikerjakan dengan memeriksa

respon pupil terhadap cahaya, respon terhadap trauma pembedahan, respon

terhadap otot apakah relaksasi cukup atau tidak.