TESISrepository.uinjambi.ac.id/755/1/MMP.1622639 MOHD KASIM... · 2020. 1. 17. · 8 PERSEMBAHAN...
Transcript of TESISrepository.uinjambi.ac.id/755/1/MMP.1622639 MOHD KASIM... · 2020. 1. 17. · 8 PERSEMBAHAN...
-
1
MANAJEMEN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DI SEKOLAH MENENGAH
PERTAMA (SMP) NEGERI 2 KATEMAN KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
PROVINSI RIAU
TESIS
Diajukan sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Magister (S2) Pendidikan Islam dalam Konsentrasi
Manajemen Pendidikan Islam
Oleh
MOHD. KASIM NIM. MMP.1622639
PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2018
-
2
ii
-
3
-
4
-
5
-
6
-
7
MOTTO
Artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”. (Q.S. Al-Qashash: 77).1
1Anonim, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Departemen Agama RI, 2008), hal. 779.
(٧٧׃القصص)
vii
-
8
PERSEMBAHAN
Tesis ini penulis persembahkan kepada:
1. Yang mulia ibunda Hj. Asiah
2. Yang mulia ayahanda H.M. Kulau
3. Yang mulia Ibu Mertua Masnah
4. Yang mulia ayah mertua Nahari
5. Istri Tercinta Siti Aminah
6. Anak tersayang M. Dzaky Akmal Pattiwere dan Aflahul Mubarak
7. Teman-Teman Konsentrasi Manajemen Pendidikan Islam
Pascasarjana UIN STS Jambi
viii
-
9
ABSTRAK
Mohd. Kasim. Manajemen Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Kateman Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau. Tesis. Pascasarjana UIN STS Jambi, 2018.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji manajemen kepala sekolah dalam meningkatkan partisipasi masyarakat di SMP Negeri 2 Kateman. Pertanyaan dalam penelitian ini adalah mengapa manajemen kepala sekolah dalam meningkatkan partisipasi masyarakat di SMP Negeri 2 Kateman belum optimal.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif bersifat deskriptif analitis. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Penentuan subjek penelitian menggunakan teknik purposive sampling. Teknik analisis data dilakukan dengan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan serta verifikasi keterpercayaan hasil penelitian diperoleh dengan teknik perpanjangan keikutsertaan, ketelitian pengamatan, triangulasi data dan konsultasi pembimbing.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa manajemen kepala sekolah belum mampu meningkatkan partisipasi masyarakat di SMP Negeri 2 Kateman karena tidak adanya skala prioritas perbaikan peningkatan partisipasi masyarakat setiap tahunnya. Manajemen kepala sekolah dalam meningkatkan partisipasi masyarakat di SMP Negeri 2 Kateman dimulai membuat rencana kerja seadanya tentang peningkatan partisipasi masyarakat, kemudian menerima siswa baru dalam melakukan pengembangan kecakapan hidupnya, membina guru yang bukan sarjana pendidikan luar sekolah agar bisa bekerja dalam peningkatan partisipasi masyarakat, juga mengelola fasilitas yang terbatas ketersediannya untuk membantu kerja program tersebut.
Kata Kunci: Manajemen Kepala Sekolah, Partisipasi Masyarakat
ix
-
10
ABSTRACT Mohd. Kasim. Principal Management in Improving Community Participation in 2 Kateman State Junior High School (SMP) Negeri Indragiri Hilir, Riau Province. Thesis. Postgraduate UIN STS Jambi, 2018.
This study aims to study the management of the principal in increasing community participation in SMP Negeri 2 Kateman. The question in this study is why the management of the principal in increasing community participation in SMP Negeri 2 Kateman is not optimal. This study uses a qualitative analytical descriptive approach. Data collection is done by observation, interview and documentation techniques. Determination of research subjects using purposive sampling technique.
Data analysis techniques were carried out by data reduction, data presentation and drawing conclusions as well as verifying reliability of research results obtained by participation extension techniques, accuracy of observation, data triangulation and advisory consultation.
The results of this study indicate that the principal's management has not been able to increase community participation in SMP 2 Kateman because there is no priority scale for improving community participation every year. The management of the principal in increasing community participation in the Kateman 2 State Junior High School begins to make a rudimentary work plan about increasing community participation, then accepting new students in developing their life skills, fostering non-school education teachers to work in increasing community participation, also managing limited availability of facilities to assist the program work. Keywords: Principal Management, Community Participation
x
-
11
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis persembahkan kehadirat Allah SWT yang
mengatur sekalian alam, yang telah melimpahkan karunia dan rahmat-
Nya, serta telah memberikan kekuatan kepada penulis dalam
menyelesaikan tesis ini. Shalawat beriring salam semoga tetap tercurah
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Karya tulis dalam bentuk
tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna
memperoleh Gelar Magister dalam Ilmu Manajemen Pendidikan Islam
pada Pascasarjana UIN STS Jambi. Penulis menyadari bahwa dalam
penulisan laporan hasil penelitian tesis ini belum sempurna, baik secara
metodologi maupun secara analisis. Untuk itu penulis mengharapkan kritik
dan saran konstruktif dari pembaca.
Selama proses penyelesaian karya tulis ini, banyak pihak yang telah
memberikan konstribusi baik langsung maupun tidak. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini penulis menghaturkan banyak terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada mereka. Ucapan terima
kasih terutama penulis khususkan kepada Yth:
1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA, sebagai Rektor UIN STS Jambi,
2. Bapak Prof. Dr. H. Ahmad Husein Ritonga, MA sebagai Direktur
Pascasarjana UIN STS Jambi sebagai pimpinan lembaga tempat
penulis menimba ilmu.
3. Ibu Dr. Risnita, M.Pd, sebagai Wakil Direktur Pascasarjana UIN STS
Jambi
4. Bapak Dr. Abdul Malik, M.Si Sebagai Ketua Prodi Manajemen
Pendidikan Islam
5. Bapak Prof. Dr. H. Mukhtar, M.Pd, sebagai pembimbing I.
6. Bapak Dr. Jalaluddin, M.Pd.I, sebagai pembimbing II.
-
12
7. Para dosen dan segenap civitas akademik Pascasarjana UIN STS
Jambi yang telah menjadi pembimbing dan pengampu mata kuliah
dan membantu dalam birokrasi pengurus selama penulis studi di
Pascasarjana UIN STS Jambi.
8. Bapak Dr. Abdul Halim, M.Ag, kepala perpustakaan dan segenap
karyawannya yang telah banyak membantu penulis dalam
menemukan rujukan yang berkenaan dengan karya tulis ini.
9. Ibu Partinah, S.Pd, sebagai Kepala SMPN 2 Kateman dan guru yang
telah memberikan sejumlah data dan informasi penting yang penulis
butuhkan dalam mendukung penyelesaian karya tulis ini.
Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu
persatu dalam lembaran ini. Semoga kontribusi mereka semua bernilai di
sisi Allah SWT. Amin Ya Rabbal’alamin !
Jambi, 21 November 2018 Peneliti/Penulis MOHD. KASIM NIM: MMP.1622639
xii
-
13
DAFTAR ISI Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................... i LEMBAR LOGO ............................................................................... ii NOTA DINAS ................................................................................... iii LEMBARAN PERSETUJUAN .......................................................... iv SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS TESIS .............................. v HALAMAN PENGESAHAN ............................................................. vi HALAMAN MOTTO .......................................................................... vii HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................... viii ABSTRAK ........................................................................................ ix ABSTRACT ...................................................................................... x KATA PENGANTAR ........................................................................ xi DAFTAR ISI ..................................................................................... xiii DAFTAR TABEL .............................................................................. xv DAFTAR GAMBAR .......................................................................... xvi BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................. 1 B. Rumusan Masalah ....................................................... 12 C. Fokus Penelitian .......................................................... 12 D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................. 12
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN
A. Landasan Teori 1. Manajemen Kepala Sekolah ................................... 14 2. Partisipasi Masyarakat ........................................... 28
B. Penelitian yang Relevan .............................................. 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian ................................................. 40 B. Situasi Sosial dan Subjek Penelitian ............................ 41 C. Jenis dan Sumber Data ............................................... 42 D. Teknik Pengumpulan Data .......................................... 44 E. Teknik Analisis Data .................................................... 48 F. Uji Keterpercayaan Data.............................................. 52 G. Pelaksanaan Penelitian ............................................... 55
BAB IV DESKRIPSI LOKASI, TEMUAN PENELITIAN DAN
ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian .......................................... 56 B. Temuan Penelitian ....................................................... 67
1. Manajemen Kepala Sekolah Belum Mampu Meningkatkan Partisipasi Masyarakat di SMP Negeri 2 Kateman .................................................... 68
xiii
-
14
2. Manajemen Kepala SMP Negeri 2 Kateman ............ 74 3. Partisipasi Masyarakat Terhadap SMP Negeri 2
Kateman .................................................................. 83 4. Manajemen Kepala Sekolah dalam Meningkatkan
Partisipasi Masyarakat di SMP Negeri 2 Kateman ... 86 C. Analisis Hasil Penelitian .................................................... 106
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................... 119 B. Implikasi ......................................................................... 120 C. Rekomendasi ................................................................. 124 D. Kata Penutup .................................................................. 126
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN CURRICULUM VITAE
xiv
-
15
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 1. Jadwal Penelitian .................................................................. 56 Tabel 2. Keadaan Guru di SMP Negeri 2 Kateman ............................ 65 Tabel 3. Keadaan Siswa di SMP Negeri 2 Kateman ........................... 66 Tabel 4. Keadaan Sarana dan Prasarana di SMP Negeri 2 Kateman . 67 Tabel 5. Bentuk-Bentuk Kerjasama Masyarakat di SMP Negeri 2 Kateman ……………………………………………………. 95
xv
-
16
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 1: Analisis Data Model Interaktif ......................................... …51 Gambar 1: Struktur Organisasi SMP Negeri 2 Kateman Tahun
2018/2019 ...................................................................... 62
xvi
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kepala sekolah sebagai seorang manajer pada suatu sekolah
hendaknya dapat mengelola keadaan yang akan berjalan sesuai dengan
program masing-masing individu, terutama guru yang akan menjadi
senjata andalan dalam suatu organisasi pendidikan. Setiap sekolah sudah
pasti berharap agar mutu pendidikan di lembaganya meningkat supaya
sekolahnya dipartisipasi oleh banyak siswa. Oleh karena itu, manajemen
kepala sekolah harus mengacu landasan keilmuan dan landasan
keagamaan. Salah satu landasan agama mengenai manajemen pada
pada ayat di bawah ini:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Q.S. Hasyir: 18).2
Ayat ini menjelaskan salah satu fungsi manajemen yaitu
perencanaan. Allah SWT meminta setiap diri manusia untuk
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat).
Untuk memperhatikan hari esok tentu dengan rencana yang matang dan
maksimal.
Kepala sekolah sebagai seorang manajer dituntut untuk memiliki skill
yang handal agar roda organisasi berjalan sehat, bijaksana dan cerdas
dalam menciptakan keputusan-keputusan yang dapat dijadikan dasar atau
2 Anonim, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2005), hal.
919.
(١٨: لحشر١)
-
2
acuan bagi warga sekolah. Kemampuan kepala sekolah dalam
menciptakan kebijakan-kebijakan bermutu sangat menentukan efektifitas
program dan mutu pendidikan sekolah, karena secara langsung kebijakan
yang ditetapkan akan mempengaruhi mekanisme manajemen kerja
organisasi sekolah dalam mencapai tujuan yang diharapkan
Tugas kepala sekolah dalam membuat kebijakan sekolah harus
memiliki data-data dan catatan-catatan yang berkaitan dengan komponen-
komponen manajemen pendidikan. Untuk menjamin terlaksananya tugas
pendidikan secara baik hendaklah terlebih dahulu dipersiapkan
manajemen mutu, elastis, dinamis, dan kondusif yang memungkinkan bagi
pencapaian tujuan tersebut. Hal ini berarti bahwa pihak manajerial sekolah
dituntut agar dapat menjalankan manajemen mutu dengan cara yang
paling baik sesuai dengan keadaan dan situasi lingkungan.
Manajemen sekolah membutuhkan kemampuan profesional kepala
sekolah sebagai pemimpin pendidikan. Selaku pemimpin kepala sekolah
mempunyai tanggung jawab yang sangat besar terhadap kelancaran
aktifitas pendidikan di sekolah yang dipimpinnya. Dengan asumsi bahwa
peran pokok kepala sekolah terdapat dalam kesanggupannya untuk
mempengaruhi lingkungan melalui kepemimpinannya yang dinamis.
Kepala sekolah merupakan orang kunci dalam pemeliharaan dan
pengembangan pengajaran di sekolah. Ia selaku pemimpin intruksional
harus mampu menggerakkan sekolahnya mencapai kemajuan dan dapat
mengidentifikasi bakat-bakat dan kemampuan-kemampuan sumber daya
manusia di lembaga pendidikan yang dipimpinnya. Maka kepala sekolah
menjadi seorang koordinator pengetahuan dan kemampuan-kemampuan
personilnya, dan ia akan berusaha bagi pengembangan dan kemajuan
seluruh program intruksional.
Manajer sekolah harus menyusun tugas dengan mendahulukan
tujuan utama organisasi. Dalam upaya pencapaian tujuan, harus mendele-
-
3
gasikan tugas-tugasnya kepada staf.3 Sungguh masih teramat banyak
kelemahan, kekurangan dan kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam
menata dan menjalankan tata aturan Allah SWT di dunia ini dalam
mempersiapkan masa depan.4 Untuk itu, seorang pemimpin harus
mengambil tanggung jawab menyelesaikan masa itu. Tanggung jawab
adalah unsur yang nyata dalam organisasi wujudnya dalam kesadaran
personel berupa petunjuk-petunjuk tentang apa yang hendak di perbuat
sebagai pekerjaanya. jika atasan memberi tugas yang samar-samar,
bawahan akan menerima gambaran yang samar-samar pula tentang
pekerjaannya, dan dengan itu rasa tanggung jawab yang tak lengkap,
yang niscaya akan menimbulkan infisiensi dalam organisasi.5
Kepala sekolah sebagai seorang manajer dituntut untuk memiliki skill
yang handal agar roda organisasi berjalan sehat, bijaksana dan cerdas
dalam menciptakan keputusan-keputusan yang dapat dijadikan dasar atau
acuan bagi warga sekolah. Kemampuan kepala sekolah dalam
menciptakan kebijakan-kebijakan bermutu sangat menentukan efektifitas
program dan mutu pendidikan sekolah, karena secara langsung kebijakan
yang ditetapkan akan mempengaruhi mekanisme manajemen kerja
organisasi sekolah dalam mencapai tujuan yang diharapkan
Tugas kepala sekolah dalam mengelola sekolah harus memiliki data-
data dan catatan-catatan yang berkaitan dengan komponen-komponen
penyelenggaraan pendidikan. Untuk menjamin terlaksananya tugas
pendidikan secara baik hendaklah terlebih dahulu dipersiapkan
manajemen mutu, elastis, dinamis, dan kondusif yang memungkinkan bagi
pencapaian tujuan tersebut. Hal ini berarti bahwa pihak manajerial sekolah
dituntut agar dapat menjalankan manajemen mutu dengan cara yang
3 Oktavia Pramono, Leadership ½ Malaikat Solusi jitu Atasi Krisis Kepimimpinan
(Yogyakarta: Sura Media Utama, 2013) hal.18. 4 Zainuddin, Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hal. 22 5 Abdul Azis Wahab, Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan (Bandung:
Alfabeta, 2008), hal. 237.
-
4
paling baik sesuai dengan keadaan dan situasi lingkungan. Allah SWT
berfirman:
Artinya: “Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan” (Q.S. At-Taubah: 105).6
Ayat di atas menjelaskan bahwa setiap orang harus bekerja secara
maksimal. Nabi Muhammad SAW bersabda:
عن عائشة : أن النبي صلى هللا عليه و سلم قال : إن هللا يحب إذا عمل أخرجه الطبراني( أحدكم عمال أن يتقنه )
Artinya: “Dari A’isyah, sesungguhnya Nabi saw berkata; sesungguhnya
Allah menyukai seseorang yang mengerjakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya” (HR. At-Thabrani).7
Kepala sekolah yang semula otoriter, mereformasi dirinya menjadi
kepala sekolah yang kolaboratif, sehingga menumbuhkan iklim sekolah
yang demokratis yang dapat mengakomodir aspirasi seluruh warga
sekolah. Manusia, di samping makhluk individu juga sebagai makhluk
sosial. Sifat alami manusia antara lain saling membutuhkan, gotong
royong, kebersamaan, bermusyawarah, saling ketergantungan antara satu
dengan yang lainnya. Implementasi dari pada sifat-sifat tersebut, maka
diperlukan hubungan atau interaksi baik di suatu kelompok masyarakat
atau organisasi. Kemajuan suatu organisasi diperlukan seseorang sosok
pemimpin yang baik di antara mereka, karena memimpin merupakan
komponen yang mengikat satu kesatuan dalam kelompok. Menurut suatu
6 Anonim, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Departemen Agama RI, 2008), hal.
298. 7 Sahih al-Jami’ al-shaghir 2/144 no. 1876
(١۰۵التَّْوبَة: )
-
5
pendapat dkatakan bahwa ada tipe kepemimpinan di mana si cakap yang
penuh kehati-hatian, berkemampuan sedang sampai tinggi, (komitmennya
berubah-ubah) adalah orang yang tahu persis bagaimana cara
mengerjakan tugasnya tetapi kurang kepercayaan diri dalam bekerja
sendirian.8
Pada organisasi pendidikan, manajemen juga diterapkan pada
tenaga kependidikan, dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan
organisasi pendidikan itu. Manajemen adalah suatu bentuk kerja, yang
mana dalam melaksanakan kerja tersebut harus melaksanakan kegiatan-
kegiatan tertentu yang dikenal sebagai administrasi yang meliputi
perencanaan, perorganisasian, pengarahan dan pengendalian sumber
daya organisasi, motivasi serta pengontrolan. Sekolah sebagai sebuah
organisasi tidak terlepas dari leadership dan manajemen yang baik.
Adapun Manajemen Kepala Sekolah adalah usaha kepala sekolah dalam
untuk melaksanakan fungsi manajemen terhadap sumber daya sekolah
dalam mencapai tujuan pendidikan.9 Indikator manajemen kepala sekolah
adalah usaha kepala sekolah melakukan perencanaan, pengorganisasian,
kepemimpinan dan pengawasan terhadap kegiatan sekolah.
Berdasarkan indikator ini dapat dijelaskan bahwa kepala sekolah
harus memiliki kemampuan untuk merencanakan program kerja
(planning); mewujudkan dan menjalankan kinerja suatu organisasi dalam
struktur organisasi atau intansi yang dipimpinnya (organization); bergerak
memberikan contoh kepada bawahan sebelum menggerakkan,
mengerjakan, melaksanakan program kerja kantor yang dipimpinnya
secara bersama (actuating) dan setelah semua berjalan dan terlaksana
dengan baik sesuai yang diprogramkan maka sebagai seorang pemimpin
haruslah mengontrol kinerja bawahannya apakan berjalan sesaat, atau
berjalan biasa-biasa saja, atau tidak berjalan (controling) dan sudah
8 Ken Blanchard dan Garry Ridge, Helping People Win at Work (Jakarta: Alex Media
Komputindo, 2009). hal. 91-92. 9 Euis Karwati dan Donni Juni Priansa, Kinerja Profesionalisme Kepala Sekolah
Membangun Sekolah yang Bermutu (Bandung: Alfabeta, 2013), hal. 119-121.
-
6
menjadi tugas seorang pemimpin untuk mengadakan kontrol/pengawasan
sekiranya terdapat masalah di lapangan maka pemimpin juga
berkewajiban mencari solusi/jalan keluarnya.
Manajemen sekolah membutuhkan kemampuan profesional kepala
sekolah sebagai pemimpin pendidikan. Kinerja karyawan meningkat
secara signifikan ketika mereka diberikan tujuan spesifik untuk melakukan
daripada ketika mereka meninggalkan tanpa tujuan yang tidak jelas.
Tujuan jelas atau melakukan yang terbaik menghambat kreativitas dan
usaha sehingga menjadi tidak termotivasi sedangkan penetapan tujuan
yang menantang dan spesifik sangat penting untuk meningkatkan
kinerja.10
Kepala sekolah bertanggung jawab dalam mengatur, mengelola,
melaksanakan, dan mengendalikan kegiatan-kegiatan pendidikan yang
diekmbangkan di sekolah. Maju mundurnya suatu sekolah berada
ditangan kepala sekolah, karena peran kepala sekolah sangat strategis
dan menentukan bagi pengembangan sekolah terutama dalam
menggerakkan dan memperdayakan komponen-komponen sekolah dan
Kepala sekolah harus mengetahui secara utuh pengelolaan sekolah serta
harus mempunyai target kemajuan sekolah tersebut. Manajemen sekolah
menggariskan konsep partipasi pada tingkat paling bawah, yaitu sekolah
dengan segala komunitasnya. Komunitas sekolah, dimaksud adalah
kepala sekolah, guru, staf tata usaha, pengurus komite sekolah, orang tua
siswa, masyarakat yang peduli, dan siswa. Dengan manajemen partisipatif
bermakna bahwa kepala sekolah membutuhkan sistem kerja yang teratur
untuk mensinergikan keragaman orang-orang dengan tugas pokok dan
fungsi yang beragam pula agar bermuara pada satu koridor pendidikan
dan pembelajaran pada level kompleks sekolah.11
10 Cynthia Eshun & Frank K. Duah, Rewards as a Motivation Tool for Employee
Performance (Ghana: Blekinge Tekniska Hokskola, 2011), hal. 35. 11 Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah (Jakarta: Bumi Aksara, 2013) hal.
74.
-
7
Selaku manajer, kepala sekolah mempunyai tanggung jawab yang
sangat besar terhadap kelancaran aktivitas pendidikan di sekolah yang
dipimpinnya. Dengan asumsi bahwa peran pokok kepala sekolah terdapat
dalam kesanggupannya untuk mempengaruhi lingkungan melalui
kepemimpinannya yang dinamis. Kepala sekolah merupakan orang kunci
dalam pemeliharaan dan pengembangan pengajaran di sekolah. Ia selaku
pemimpin intruksional harus mampu menggerakkan sekolahnya mencapai
kemajuan dan dapat mengidentifikasi bakat-bakat dan kemampuan-
kemampuan sumber daya manusia di lembaga pendidikan yang
dipimpinnya. Maka kepala sekolah menjadi seorang koordinator
pengetahuan dan kemampuan-kemampuan personilnya, dan ia akan
berusaha bagi pengembangan dan kemajuan seluruh program
intruksional.
Kepala sekolah sebagai manajer/ administrator bertanggung jawab
atas kinerja semua stafnya dan dia harus terlibat secara aktif dalam
proses mengidentifikasi dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan
pelatihan mereka.12 Kepala sekolah adalah aspek penting dalam
organisasi. Perubahan dapat menyebabkan pergolakan besar dalam
dinamika kelompok tim kepemimpinan senior dan arah di mana organisasi
bergerak. Namun, jika rencana tersebut adalah produk dari tim
kepemimpinan seluruh, ia memiliki kesempatan yang lebih baik untuk
bertahan transisi kepemimpinan. Rencananya perlu dimiliki oleh tim
kepemimpinan, tidak tergantung pada seorang pemimpin tunggal.
Mendapatkan penerimaan dan masukan untuk rencana dari anggota baru
dari tim kepemimpinan senior sangat penting untuk keberhasilan rencana
ini.13 Seorang pemimpin memiliki tanggung jawab untuk menyusun,
menjalankan dan mengadakan evaluasi terhadap tugasnya untuk
12 Josephat Stephen Itika, Fundamentals of Human Resource Management Emerging
Experiences from Africa (RB Leiden: African Studies Centre, 2011), hal. 127. 13 Denise Lindsey Wells, Strategic Management for Senior Leaders: A Handbook for
Implementation (Arlington, Virginia: Department of the Navy Total Quality Leadership Office), hal. 58.
-
8
mencapai outcome yang terbaik. Pemimpin bertanggung jawab untuk
kesuksesan stafnya tanpa kegagalan.14
Penguasaan tugas yang bersifat konseptual-nonteknis pasca level
manajer sangat urgen untuk diimbangi dengan keterampilan pada tugas
yang bersifat teknis murni. Sebab keterampilan yang dimiliki oleh manajer
tersebut akan berimplementasi pada nuansa organisasi terutama pada
pemimpin kelas bawahnya untuk menuju pada perubahan organisasi dan
juga akan semakin menancapkan kuku kekuasaannya. Tingkat perubahan
akan semakin bermakna dari tingkat perubahan yang berhubungan
dengan pengetahuan.
Manajemen kepala sekolah memerlukan dukungan semua pihak,
baik kepala sekolah yang selalu konsisten untuk mewujudkan sekolah
yang berprestasi maupun kualitas/prestasi siswa itu sendiri serta sarana
dan fasilitas yang memadai, di samping guru yang memiliki kesiapan
intelektual, emosional, dan moral etis yang tinggi.15
Partisipasi dalam bahasa inggris participation yang berarti
pengambilan bagian, atau pengikutsertaan.16 Partisipasi adalah hal ikut
serta dalam suatu kegiatan..17 Artinya partisipasi adalah suatu maksud
untuk ambil bagian dalam suatu kegiatan mencapa tujuan. Masyarakat
adalah sekumpulan orang yang hidup bersama pada suatu tempat atau
wilayah dng ikatan aturan tertentu atau segolongan orang-orang yang
mempunyai kesamaan tertentu.18
Dapat disintesiskan bahwa partisipasi masyarakat adalah
penerimaan yang tinggi dari sekelompok orang yang bernama masyarakat
terhadap sesuatu (nanti dimaksud adalah sekolah). Indikator partisipasi
14 Husaini Usman, Manajemen; Teori, Praktek dan Riset Pendidikan (Jakarta: Bumi
Aksara, 2013), hal. 249. 15 Herabudin, Administrasi dan Supervisi Pendidikan (Bandung: Pustaka Setia
2009), hal. 221. 16 John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia,
2011), hal. 419. 17 Susilo Riwayadi dan Suci Nur Anisyah, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Surabaya:
Sinar Terang, 2009), hal. 527. 18 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka, 2008), hal. 924.
-
9
masyarakat adalah kesediaan masyarakat membantu, mendukung dan
bekerja sama terhadap suatu aktivitas. Dapat dijelaskan sesuai indikator
ini bahwa untuk dapat membangun kegiatan yang baik, maka keterlibatan
masyarakat dalam proses pendidikan menjadi penting, agar masyarakat
makin sadar bahwa menyiapkan pendidikan yang baik itu tidak mudah.
Kualitas pendidikan juga tidak semata-mata diukur dengan hasil Ujian
Nasional yang tinggi, tetapi dapat dilihat juga dengan tingkat kepuasan
masyarakat sebagai pelanggan. Hal ini merupakan upaya saling tolong
menolong satu sama lain, firman Allah SWT tentang hal ini:
Artinya: “...Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan
dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran...” (Q.S. Al-Ma’idah: 2). 19
Manajemen kerja sama ini sangat penting dilakukan dalam rangka
penyelenggaraan pendidikan yang tepat sasaran dan dapat memenuhi
peningkatan mutu pendidikan yang memadai. Dalam membangun
kerjasama secara sinergis antara sekolah,dan masyarakat dibutuhkan
sosok pemimpin yang mampu mempraktekkan tugas manajerialnya
dengan baik. Unsur-unsur yang membentuk komunitas sekolah terdiri dari
individu dan kelompok, kelompok dalam satuan pendidikan, orang tua dan
keluarga serta masyarakat di sekitar satuan pendidikan tersebut. Unsur-
unsur tersebut harus terbangun jalinan hubungan kemitraan secara
sistemik, sebagaimana yang tergambar pada prinsip kemitraan seperti
saling membutuhkan, saling mempercayai, saling ”menguntungkan”
(memberi manfaat), dan dilandasi kemitraan dan semangat untuk
kepentingan bersama.
19 Anonim, Al-Qur’an...Op. Cit., hal. 97.
(٢: المائدة(
-
10
Dalam konteks sekolah, stakeholders adalah masyarakat sekolah
yang merupakan warga atau individu yang berada di sekolah dan di
sekitar sekolah yang berhubungan secara langsung maupun tidak
langsung terhadap manajemen sekolah, memiliki kesadaran sosial dan
mempunyai pengaruh terhadap sekolah. Stakeholders adalah segenap
komponen terkait yang memiliki hak serta kewajiban yang sama dalam
merencanakan, melaksanakan dan melakukan pengawasan terhadap
program pendidikan. Secara umum istilah stakeholders diartikan sebagai
pemangku kepentingan. Pengertian stakeholder dalam konteks ini adalah
tokoh – tokoh masyarakat baik formal maupun informal, seperti pimpinan
pemerintahan (lokal), tokoh agama, tokoh adat, pimpinan organisasi social
dan seseorang yang dianggap tokoh atau pimpinan yang diakui dalam
pranata social budaya atau suatu lembaga (institusi), baik yang bersifat
tradisional maupun modern.20
Keberhasilan peningkatan partisipasi dapat diukur dengan indikator-
indikator sebagai berikut:
1. Kontribusi/dedikasi stakeholders meningkat dalam hal jasa (pemikiran,
ketrampilan), finansial, moral, dam material/barang.
2. Meningkatnya kepercayaan stakeholders kepada sekolah, terutama
menyangkut kewibawaan dan kebersihan.
3. Meningkatnya tanggung jawab stakeholders terhadap
penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
4. Meningkatnya kualitas dan kuantitas masukan (kritik dan saran) untuk
peningkatan mutu pendidikan.
5. Meningkatnya kepedulian stakeholders terhadap setiap langkah yang
dilakukan oleh sekolah untuk peningkatan mutu.
6. Keputusan-keputusan yang dibuat oleh sekolah benar-benar
mengekspresikan aspirasi dan pendapat stakeholders dan mampui
meningkatkan kualitas pendidikan.21
20 Kompri, Manajemen Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2014), hal. 345. 21 Ibid., hal. 347.
-
11
Alasan penting seorang kepala sekolah berusaha meningkatkan
partisipasi masyarakat pada sebuah satuan pendidikan adalah karena
persoalan yang dihadapi oleh semua pihak makin kompleks dan perlu
sinergi potensi dan sumber daya untuk optimalisasi penanganan
persoalan bersama. Dengan adanya partisipasi masyarakat pada suatu
sekolah tentunya bentuk kerja sama dapat dilakukan dengan optimal
dalam rangka penyelenggaraan pendidikan yang tepat sasaran dan dapat
memenuhi peningkatan mutu pendidikan yang memadai.
Satuan pendidikan SMP Negeri 2 Kateman yang berlokasi di Desa
Tanjung Raja Kecamatan Kateman Kabupaten Indragiri Hilir sudah
melaksanakan upaya meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap
sekolah. Akan tetapi masih bersifat sederhana dalam artian belum
dimanejerial dengan optimal, sehingga belum menunjukkan adanya
peningkatan partisipasi masyarakat di lembaga ini pada setiap tahunnya.
Berdasarkan grand tour di SMP Negeri 2 Kateman penulis
menemukan beberapa permasalahan antara lain sebagai berikut.
Pertama, kepala sekolah melibatkan dalam berbagai kegiatan sekolah.
Kepala sekolah sudah menyusun rencana untuk itu, seperti
mengagendakan rapat dengan wali murid, mengagendakan rapat dengan
komite sekolah, berkonsultasi dengan tokoh masyarakat mengenai
kemajuan sekolah. Hanya saja partisipasi masyarakat masih belum tinggi,
sebagian masyarakat jika diundang tidak datang.
Kedua, kepala sekolah sudah menunjuk bawahan (salah satu guru
yang sudah lama mengabdi di sekolah ini) untuk mengelola hubungan
dengan masyarakat. Hanya saja cara yang ditempuh untuk berkomunikasi
masih tradisional sekolah melalui surat atau telephone. Padahal bisa
menggunakan media portofolio, penajaman program komunitas wali
murid, pameran, dan lain-lain. Ketiga, manajemen kepala sekolah dalam
menggerakkan personalia bekerja menjalin hubungan dengan masyarakat
sudah ada, hanya saja belum teratur karena kesibukan bekerja. Misalnya
ada rapat dengan wali murid, tidak selalu dihadiri kepala sekolah,
-
12
melainkan diwakilkan dengan coordinator bidang humas. Keempat,
pengawasan terhadap kerjasama hubungan dengan masyarakat belum
dijadikan umpan balik, nyatanya kegiatan-kegiatan bersama masyarakat
masih sama setiap tahunnya, tidak ada perubahan dan peningkatan
intesitas dan kualitas kerja sama.22 Berdasarkan data di atas, dapat
dikatakan bahwa manajemen kepala sekolah belum mampu
meningkatkan partisipasi masyarakat di SMP Negeri 2 Kateman.
B. Rumusan Masalah
Berangkat dari masalah yang demikian maka pertanyaan pokok
yang diajukan adalah:
1. Mengapa manajemen kepala sekolah belum mampu meningkatkan
partisipasi masyarakat di SMP Negeri 2 Kateman?
2. Bagaimana manajemen kepala SMP Negeri 2 Kateman?
3. Bagaimana partisipasi masyarakat terhadap SMP Negeri 2 Kateman?
4. Bagaimana manajemen kepala sekolah dalam meningkatkan
partisipasi masyarakat di SMP Negeri 2 Kateman?
C. Fokus Penelitian
Supaya aspek penelitian lebih terarah, maka penelitian ini dengan
fokus kajian pada manajemen kepala sekolah, dimaksudkan sebagai
aktivitas kepala sekolah dalam merencanakan (planning), pelaksanaan
(actuating) dan pengawasan/evaluasi (controlling) setiap program-program
sekolah dalam satu tahun pelajaran 2017/2018. Fokus penelitian juga
dilakukan terhadap partisipasi masyarakat yang diselenggarakan dalam 1
tahun pelajaran di SMP Negeri 2 Kateman.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Ingin mengetahui ketidakmampuan manajemen kepala sekolah dalam
peningkatan partisipasi masyarakat di SMP Negeri 2 Kateman.
22 Wawancara dengan Koord. Bidang Humas SMP Negeri 2 Kateman, 12 Juli 2017
-
13
b. Ingin mengetahui manajemen kepala SMP Negeri 2 Kateman.
c. Ingin mengetahui partisipasi masyarakat terhadap SMP Negeri 2
Kateman.
d. Ingin mengetahui manajemen kepala sekolah dalam peningkatan
partisipasi masyarakat di SMP Negeri 2 Kateman.
2. Kegunaan Penelitian
Setelah selesai kegiatan penelitian ini, dan tujuan yang telah
dirumuskan telah tercapai, maka penelitian diharapkan akan berguna:
a. Sebagai media pengembangan teori keilmuan manajemen pendidikan
khususnya yang berkaitan dengan manajemen kepala sekolah dalam
meningkatkan partisipasi masyarakat di SMP Negeri 2 Kateman.
b. Sebagai masukan bagi pihak SMP Negeri 2 Kateman mengenai
manajemen kepala sekolah dalam meningkatkan partisipasi
masyarakat.
c. Sebagai acuan bagi peneliti lainnya dalam pengembangan kajian
manajemen kepala sekolah dalam meningkatkan partisipasi
masyarakat.
-
14
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN
A. Landasan Teori
1. Manajemen Kepala Sekolah
Manajemen menurut Tery & Rue, dikutip Amtu adalah suatu proses
atau kerangka kerja yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu
kelompok orang-orang ke arah tujuan organisasional atau maksud-
maksud yang nyata.23 Manajemen sebagai suatu kemampuan yang
selanjutnya menjadi cikal bakal suatu profesi,24 ada lagi pendapat lain
mengatakan bahwa poses manajemen mempunyai beberapa tahapan
yaitu: Penentuan Tujuan, perumusan strategi, perencanaan, penentuan
program kerja, perorganisasian, penggerakan sumber daya manusia,
pemantauan kegiatan operasional, pengawasan, penilaian serta
penciptaan dan penggunaan sistem umpan balik.25 Manajemen adalah
penerapan fungsi-fungsi: perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
pelaporan, pengkoordinasian, pembiayaan, dan pengawasan dengan
menggunakan dan memanfaatkan fasilitas maupun sumberdaya yang
tersedia.26
Dari beberapa pendapat ahli penulis menyimpulkan bahwasannya
manajemen merupakan proses yang berbentuk kerangka kerja yang
bertujuan untuk mengatur secara keseluruhan untuk mencapai tujuan
yang diharapkan. Dalam pelaksanaan manajemen di dalamnya ada
beberapa kegiatan-kegiatan tertentu yang harus dilakukan secara
bertahap dengan tujuan bahwa hasil akhir yang diharapkan terwujud
secara efektif dan efisien. Manajemen adalah suatu proses atau kerangka
kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok
23 Onisimus Amtu, Manajemen Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2011), hal. 2. 24 Engkoswara dan Aan Komariah, Administrasi Pendidikan (Jakarta: Alfabeta, 2012),
hal. 85. 25 Sondang P. Siagan, Sistem Infomasi Manajemen (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hal.
33. 26 Syaiful Sagala, Manajemen Strategik dan Peningkatan Mutu Pendidikan (Bandung:
Alfabeta, 2010), hal. 56.
14
-
15
orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud
yang nyata.
Dalam proses pelaksanaan manajemen berkaitan erat dengan
kegiatan-kegiatan tertentu yang harus dilakukan, yang mana kegiatan-
kegiatan tersebut dapat dikenal dengan nama fungsi-fungsi manajemen,
yang terdiri dari: planning: menentukan tujuan-tujuan yang hendak dicapai
selama suatu masa yang akan datang dan apa yang harus diperbuat agar
dapat mencapai tujuan-tujuan itu; organizing: mengelompokkan dan
menentukan berbagai kegiatan penting dan memberikan kekuasaan untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan itu; staffing: menentukan keperluan-
keperluan sumber daya manusia, pengerahan, penyaringan, latihan dan
pengembangan tenaga kerja; motivating: mengarahkan dan menyalurkan
perilaku manusia kearah tujuan-tujuan; dan controlling: mengukur
pelaksanaan dengan tujuan-tujuan, menentukan sebab-sebab
penyimpangan-penyimpangan dan mengambil tindakan-tindakan korektif
dimana perlu.
Manajemen adalah suatu proses sosial yang direncanakan untuk
menjamin, partisipasi dan keterlibatan sejumlah orang dalam mencapai
sasaran dan tujuan tertentu yang ditetapkan secara efektif. Manajemen
mengandung unsur pembimbingan, pengarahan dan pengelolaan
sekelompok orang terhadap pencapaian sasaran umum. Manajemen yang
dibahas pada kajian ini adalah manajemen kepala sekolah.
Kepala sekolah dapat didefinisikan sebagai seorang tenaga
fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana
diselenggarakan proses pembelajaran, atau tempat di mana terjadi
interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima
pelajaran.27 Kepala sekolah adalah pemimpin pendidikan tingkat satuan
pendidikan yang harus memiliki dasar kepmimpinan yang kuat.28
27 Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah (Jakarta: RajaGrafindo Persada,
2008), hal. 83. 28 E. Mulyasa, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah (Jakarta: Bumi Aksara,
2012), hal. 16.
-
16
Kepala sekolah adalah orang yang bertanggung jawab untuk
pencapaian tujuan sekolah khususnya berkaitan dengan mutu pendidikan
dan juga kepuasaan pelanggan yaitu guru secara internal dan orang ta
siswa secara eksternal.29 Kepala sekolah adalah orang yang diberikan
tugas dan tanggung jawab mengelola sekolah dengan menghimpun,
memanfaatkan dan menggerakkan seluruh potensi sekolah secara optimal
dalam mencapai tujuan sekolah.30
Kepala sekolah/madrasah adalah guru yang diberi tugas tambahan
untuk memimpin taman kanak-kanak/raudhotul athfal (TK/RA), taman
kanak-kanak luar biasa (TKLB), sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah
(SD/MI), sekolah dasar luar biasa (SDLB), sekolah menengah
pertama/madrasah tsanawiyah (SMP/MTs), sekolah menengah pertama
luar biasa (SMPLB), sekolah menengah atas/madrasah aliyah (SMA/MA),
sekolah menengah kejuruan/madrasah aliyah kejuruan (SMK/MAK), atau
sekolah menengah atas luar biasa (SMALB) yang bukan sekolah bertaraf
internasional (SBI) atau yang tidak dikembangkan menjadi sekolah
bertaraf internasional (SBI).31
Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa kepala
sekolah/madrasah adalah guru yang diberi tugas tambahan untuk
memimpin sekolah atau diberikan tugas dan tanggung jawab mengelola
sekolah dengan menghimpun, memanfaatkan dan menggerakkan seluruh
potensi sekolah secara optimal dalam mencapai tujuan sekolah.
Manajemen kepala sekolah adalah usaha kepala sekolah agar
terlaksananya fungsi-fungsi manajerial terhadap sumber daya, baik
sumber daya manusia maupun material sekolah dan menggunakannya
secara efektif sesuai dengan tujuan sekolah.32 Manajemen kepala sekolah
adalah kemampuan kepala sekolah dalam menyusun perencanaan
29 Maisah, Manajemen Pendidikan (Jakarta: Referensi, 2013), hal. 68. 30 Syaiful Sagala, Manajemen...Op. Cit., hal. 88. 31 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 Tahun 2010 tentang Penugasan
Guru Sebagai Kepala Sekolah/Madrasah pasal 1 ayat 1 32 Syafaruddin, Efektivitas…Op. Cit., hal. 122.
-
17
sekolah untuk berbagai tingkat perencanaan, pengembangan organisasi
sekolah sesuai kebutuhan, memimpin dan mengelola guru dan staf dalam
rangka pendayagunaan SDM secara optimal dan mengelola partisipasi
masyarakat.33
Manajemen pendidikan yang dilakukan kepala sekolah yang
dilakukan kepala sekolah yaitu manajemen dalam melaksanakan tugas
pendidikan di sekolah dengan mendayagunakan segala sumber secara
efisien untuk mencapai tujuan secara efektif.34 Manajemen kepala sekolah
terhadap lembaga pendidikan adalah segala sesuatu yang berkenaan
dengan pengelolaan proses pendidikan di sekolah untuk mencapai tujuan
yang tetap ditetapkan.35 Manajemen kepala sekolah adalah usaha kepala
sekolah dalam mempengaruhi dan mengajak orang lain untuk bekerja
sama sesuai tugas dan fungsinya masing-masing dalam membantu
memperlancar pencapaian tujuan sekolah secara efektif dan efisien.36
Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa Manajemen
kepala sekolah adalah kemampuan kepala sekolah dalam menyusun
perencanaan sekolah untuk berbagai tingkat perencanaan,
pengembangan organisasi sekolah sesuai kebutuhan, memimpin dan
mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan SDM secara
optimal.
Manajemen sekolah (new trend in education or school
management) menggariskan konsep partipasi pada tingkat paling bawah,
yaitu sekolah dengan segala komunitasnya. Komunitas sekolah, dimaksud
adalah kepala sekolah, guru, staf tata usaha, pengurus komite sekolah,
orang tua siswa, masyarakat yang peduli, dan siswa. Dengan manajemen
partisipatif bermakna bahwa kepala sekolah membutuhkan sistem kerja
yang teratur untuk mensinergikan keragaman orang-orang dengan tugas
33 Euis Karwati dan Donni Juni Priansa, Op. Cit., hal. 119-121. 34 Dadang Suhardan, dkk., Manajemen Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2008), hal. 87. 35 Eka Prihatin, Teori Administrasi Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2011), hal. 147. 36 M. Daryanto, Administrasi dan Manajemen Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), hal.
62-63.
-
18
pokok dan fungsi yang beragam pula agar bermuara pada satu koridor
pendidikan dan pembelajaran pada level kompleks sekolah.37 Dengan
kondisi ini, maka akuntabilitas kepala sekolah sangat diharapkan.
Kebijakan pendidikan oleh pemerintah kepada sekolah
menyebabkan sekolah kurang mengkondisikan partisipasi masyarakat
sehingga peran serta masyaralat terhadap upaya memajukan sekolah
sangat minim. Secara umum masyarakat hanya berpartisipasi dalam
aspek finansial yang merupakan input sekolah. Padahal justru masyarakat
sangat perlu berpastisipasi terhadap proses pendidikan (pengambilan
keputusan, monitoring, evaluasi dan akuntabilitas) karena sekolah sebagai
lembaga yang berada di tengah-tengah masyarakat, meneruskan keingian
masyarakat dalam hal mencerdaskan anak-anak dan mereka memiliki
tanggung jawab terhadap masyarakat (akuntabilitas). Padahal selama ini
sekolah tidak memiliki beban untuk mempertanggungjawabkan kinerja
pendidikan terhadap masyarakat.38
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal yang dipercaya oleh
masyarakat memiliki tanggung jawab yang harus dilaksanakan secara
konsekuwen oleh para pengelolanya. Sekolah adalah merupakan ujung
tombak bagi pendidikan nasional karena indikator keberhasilan pendidikan
selama ini hanya bisa diukur setelah sekolah tersebut (dalam berbagai
jenjang) melakukan proses evaluasi baik secara lokal maupun nasional.39
Sekolah dan masyarakat memiliki hubungan timbal balik untuk
menjaga kelestarian dan kemajuan masyarakat itu sendiri., sekolah
diselenggarakan untuk dapat menjaga kelestarian nilai-nilai positif
masyarakat, dengan harapan sekolah dapat mewariskan nilai-nilai yang
dimiliki masyarakat dengan baik dan benar. Sekolah juga berperan
sebagai agen perubahan (agent of change), di mana sekolah dapat
mengadakan perubahan nilai-nilai dan tradisi sesuai dengan kemajuan
37 Sudarwan Danim, Visi…Op. Cit., hal. 74. 38 Syafaruddin, Efektivitas Kebijakan Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal. 160. 39 Anwar Hafid, dkk., Konsep Dasar Ilmu Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2013), hal. 49-
50.
-
19
dan tuntutan masyarakat dalam kemajuan dan pembangunan. Hubungan
sekolah dan masyarakat dilakukan untuk menjembatani kebutuhan yang
dibutuhkan oleh sekolah dan masyarakat itu sendiri. Sekolah melakukan
komunikasi dengan masyarakat agar memahami kebutuhan pendidikan
dan pembangunan masyarakat. Hubungan sekolah dan masyarakat dapat
diikatkan sebagai usaha kooperatif untuk menjaga dan mengembangkan
saluran informasi dua arah yang efisien serta saling pengertian.40
Berbagai tindakan dapat dilakukan kepala sekolah dalam
melakukan pembenahan sekolah melalui peningkatan motivasi dan
disiplin tenaga pendidikan. Menurut Emma O’Brien, et.al., akumulasi
pengetahuan tidak terlihat ketika tidak digunakan untuk menghasilkan
kegiatan yang berguna yang dapat meningkatkan fungsi organisasi.41
Usaha peningkatan mutu pendidikan di sekolah perlu didukung oleh
kemampuan manajerial kepala sekolah. Sekolah perlu berkembang maju
dari tahun ke tahun. Kenyataan menunjukkan bahwa tingkat kemajuan
sekolah sangat ditentukan oleh sejauhmana tingkat kemajuan manajemen
dan administrasi sekolah. Manajemen selalu berkaitan dengan kehidupan
organisasi sosial di mana terdapat sekelompok orang yang menduduki
berbagai jenjang tingkat kepemimpinan dan sekelompok orang lain yang
tanggung jawab utamanya adalah menyelenggarakan kegiatan
operasional. Pandangan ini sangat mendasar karena keberhasilan
seseorang yang menduduki jabatan manajerial tidak lagi diukur dari
keterampilannya menyelenggarakan kegiatan operasional, melainkan dari
kemahiran dan kemampuannya menggerakkan orang lain dalam
organisasi.
Manajemen sekolah harus dilakukan secara profesional oleh kepala
sekolah. Orientasi profesional adalah kecakapan individu yang menjadi
40 Rohiat, Manajemen Sekolah: Teori Dasar dan Praktik (Bandung: Refika Aditama,
2008), hal. 28. 41 Emma O’Brien, et.al., Knowledge Management for Process, Organizational and
Marketing Innovation: Tools and Methods (Hershey, New York: Information Science Reference (an Imprint of IGI Global, 2011), hal. 120.
-
20
sentral tugasnya dan bukan organisasinya, sehingga mereka mempunyai
kecenderunan untuk melihat permintaan organisasi sebagai penekanan
atau gangguan, dan mereka akan mencari jalan untuk menghindarinya.
Tetapi, saat ini hal itu tidak mungkin terjadi, sejak para profesional harus
memiliki sebuah organisasi tepat mereka bekerja.42 Bahwa akses pada
pendidikan bermutu, peningkatan kualitas manajemen pendidikan dan
upgrade kemampuan guru kini dirasakan lebih terbuka dan bisa dijangkau
oleh seluruh elemen masyarakat, termasuk pemangku kepentingan
pendidikan, tanpa diskriminasi.43
Tujuan manajemen sekolah secara umum adalah: a)
Memungkinkan organisasi mendapatkan dan mepertahankan tenaga kerja
yang cakap, dapat dipercaya dan memiliki motivasi tinggi. b)
Meningkatkan dan memperbaiki kapasitas yang dimiliki oleh karyawan. c)
Mengembangkan sistem kerja dengan kinerja tinggi yang meliputi
prosedur prekrutan dan seleksi yang ketat, sistem kompensasi dan insetif
yang disesuaikan dengan kinerja, pengembangan manajemen serta
aktivitas pelatihan yang terakit dengan kebutuhan organisasi dan individu.
d) Mengembangkan praktik manajemen dan komitmen tinggi yang
menyadari bahwa tenaga pendidik dan kependidikan merupakan
stakeholder internal yang berharga serta membantu mengembangkan
iklim kerjasama dan kepercayaan bersama. e) Menciptakan iklim kerja
yang harmonis.44
Dengan berfungsinya peran kepala sekolah, maka diyakini bahwa
sekolah yang dipimpinnya akan mengalami perkembangan dan
peningkatan mutu pendidikan, serta pemenuhan partisipasi masyarakat
sekolah. Peran aktif kepala sekolah belum bisa dilaksanakan maksimal,
karena adanya beberapa faktor penghambat dalam upaya tersebut yang
42 Mukhtar dan Iskandar, Orientasi Baru Supervisi Pendidikan (Jakarta: Referensi,
2013), hal. 141. 43 Asrori S. Karni, Etos Studi Kaum Santri: Wajah Baru Pendidikan Islam (Bandung:
Mizan Pustaka, 2009), hal. xxxi 44 Dadang Suhardan, dkk., Op. Cit., hal. 232.
-
21
mungkin terkendalanya pelaksanaan teknis dalam proses perbaikan mutu
pendidikan. Menurut Mc. Farland yang dikutip oleh Syaiful Sagala45
mengemukan bahwa kepemimpinan merupakan suatu proses dimana
pimpinan digambarkan akan member perintah atau pengarahan,
bimbingan atau mempengaruhi pekerjaan orang lain dalam memilih dan
mencapai tujuan yang telah ditetapkan
Tentunya dalam upaya-upaya tersebut terdapat unsur-unsur
penghambat dalam mencapai mutu yang baik. Allah SWT berfirman:
Artinya: “…Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri…” (Q.S. 13: 11)46
Ayat lainnya berbunyi:
Artinya: “Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus
(melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan” (Q.S; 55: 33).47
Ayat di atas menjelaskan bahwa kekuatan yang dimaksud pada diri
seseorang seperti ilmu, kompetensi dan sikap yang menjadi modal untuk
perubahan dirinya, termasuk pada diri seorang kepala sekolah.
Seorang kepala sekolah setidaknya harus menguasai bekal
kemampuan untuk (1) menyusun program kegiatan sekolah; (2)
menetapkan prosedur mekanisme kerja; melaksanakan monitoring,
45 Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer (Bandung: CV. Alfabeta, 2009),
hal. 145. 46 Anonim, Al-Qur’an...Op. Cit., hal. 370. 47 Ibid., hal. 887.
(١١: الرعد)
(٣٣׃االرحمن)
-
22
evaluasi, supervisi, dan membuat laporan kegiatan sekolah; (4)
meningkatkan dan memantapkan disiplin guru dan siswa.48
Tetapi harus melalui proses pendidikan, yang harus juga bermutu
tinggi. Kegiatan manajemen yang dilakukan kepala sekolah adalah:
a. Planning
Perencanaan adalah inti manajemen karena semua kegiatan
organisasi yang bersangkutan didasarkan pada rencana. Dengan
perencanaan itu, maka para pengambil keputusan bisa menggunakan
sumber daya yang ada secara berdaya guna dan berhasil guna (secara
efektif dan efisien). Demikian pula perencanaan sumber daya manusia
(human resources planning) adalah merupakan inti dari manajemen
sumber daya manusia, karena dengan adanya perencanaan maka
kegiatan seleksi, pelatihan dan pengembangan, serta kegiatan-kegiatan
lain yang berkaitan dengan sumber daya manusia lebih terarah.
Kebijakan memandu keputusan dan tindakan terhadap orang-orang
keputusan dan tindakan yang paling mungkin untuk mencapai hasil yang
diinginkan.49 Pemimpin harus diperkenalkan dengan konsep: (1)
kecakapan untuk melihat organisasi melalui beberapa lensa yang
berbeda-beda, (2) fleksibel dalam pemikiran, (3) menganjurkan fleksibel
dalam tindakan, (4) kecakapan memainkan peran yang perlu dalam
situasi, tanpa mengorbankan nilai-nilai dasar.50 Melalui kecakapan ini,
maka perencanaan sekolah bisa dilakukan secara rinci sesuai kebutuhan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005
Tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 42: 1) Setiap satuan
pendidikan wajib memiliki sarana yang memiliki perabot, peralaan
pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan
habis dipakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang
proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan dan 2) Setiap satuan
48 Husaini Usman, Op. Cit., hal. 314. 49 Thei Geurts, Public Policy Making: The 21st Century Perspective (Netherlands: Be
Informed, 2011), hal. 6. 50 Eka Prihatin, Op. Cit., hal. 119.
-
23
pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas,
ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidikan, ruang tata usaha,
ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja¸ ruang unit
produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga,
tempat beribadah tempat bermaian, tempa berkreasi, dan ruang/tempat
lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur
dan berkelanjutan.51
b. Organizing
Kepala sekolah sebagai pemimpin harus bisa menempatkan posisi
guru dan staf sesuai dengan bidangnya (keahliannya) karena jika tidak
pasti akan menemui kendala besar yang mengakibatkan kehancuran
dalam organisasi, termasuk dalam mengelola partisipasi masyarakat yang
ada. Kepala sekolah menjalankan fungsi manajer terhadap pelaksanaan
pekerjaan di sekolah. Melalui fungsi ini kepala sekolah dapat berupaya
untuk meningkatkan sumber daya sekolah yang ada. Kegiatan kepala
sekolah dalam keseluruhan proses pendidikan merupakan kegiatan yang
integral terhadap keseluruhan proses kegiatan pendidikan lainnya. Selaku
pemimpin kepala sekolah mempunyai tanggung jawab yang sangat besar
terhadap kelancaran aktivitas pendidikan di sekolah yang dipimpinnya.
Dengan asumsi bahwa tugas pokok kepala sekolah adalah mempengaruhi
lingkungan melalui kepemimpinannya yang dinamis dan pengembangan
pembelajaran di sekolah. Perkataan (qawl) dari Sayyidina Ali bin Abi
Thalib:
اَْلَحقُّ باِلَ نَِظاٍم يَْغِلبُهُ اْلبَاِطُل بِالن َِظامِ Artinya: “Kebenaran yang tidak diorganisir dapat dikalahkan oleh kebatilan
yang diorganisir.” Qawl ini mengingatkan kita tentang pentingnya berorganisasi dan
sebaliknya bahayanya suatu kebenaran yang tidak diorganisir melalui
51 Anonim, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang
Standar Nasional Pendidikan (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2007), hal. 25-26.
-
24
langkah-langkah yang kongkrit dan strategi-strategi yang mantap. Maka
tidak ada garansi bagi perkumpulan apa pun yang menggunakan identitas
Islam meski memenangkan pertandingan, persaingan maupun
perlawanan jika tidak dilakukan pengorganisasian yang kuat.
c. Actuating
Kepala sekolah selaku pemimpin harus mampu menggerakkan
sekolahnya mencapai kemajuan dengan mengidentifikasi bakat-bakat dan
kemampuan-kemampuan sumber daya manusia di lembaga pendidikan
yang dipimpinnya. Maka kepala sekolah menjadi seorang koordinator
pengetahuan dan kemampuan-kemampuan personilnya, dan ia akan
berusaha tenaga profesional bagi pengembangan program sekolah.
Pemimpin yang memiliki ciri-ciri kepemimpinan adalah seseorang
yang memiliki kualitas diri yang baik tercermin dari sifat-sifat atau watak.52
Kepemimpinan yang baik menciptakan iklim yang kondusif tercapainya
tujuan bersama dengan manajemen yang prima. Kepemimpinan
merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap pemimpin dalam
memimpin suatu kelompok, baik terorganisasi maupun tidak. Peranannya
sangat penting, mengingat pemimpin adalah sentral figur dalam kelompok
tersebut. Nabi Muhammad SAW bersabda:
لُُّكْم َراعٍ اَبِى ُهَرْيَرةَ قَاَل قَاَل َرُسْوُل هللاِ َصلَّى هللاُ َعلَْيِه َوَسلََّم : كُ عن َوُكلُُّكْم َمْسئُْوٌل َعْن َرِعيَّتِِه. )رواه البخاري(
Artinya “Dari Abu Harairah Ra ia berkata: Nabi Bersabda: “Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan dimintai pertanggung-jawaban atas kepemimpinannya.” (H.R. Bukhari).53
Hadis di atas menjelaskan bahwa Setiap adalah pemimpin akan
dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Oleh karena itu,
pemimpin menjadi barometer keberhasilan kelompok dalam proses
perencanaan, pelaksanaan, pemberian motivasi, pengawasan sehingga
52 Engkoswara dan Aan Komariah, Op. Cit., hal. 178. 53 Al-Imam Muhammad ibn Ismail Al-Bukhari, Shahih Bukhari, (Al-Makhtab Al-Syamilah
tt, Edisi II), Hadis Nomor 666.
-
25
tercapainya tujuan-tujuan bersama dalam kelompok tersebut. Dengan
demikian, kepemimpinan yang baik dapat meningkatkan kemampuan
bawahan untuk menunjukan kualitas kerja secara maksimal, sehingga
pencapaian tujuan dapat dilakukan secara efesien dan efektif. Pemimpin,
dalam kepemimpinannya menampilkan beragam model dan gaya yang
akhirnya akan mengklasifikasikan pemimpin tersebut ke dalam tipe-tipe
kepemimpinan tertentu.
Dalam Islam, kepemimpinan dan adanya pemimpin merupakan
fitrah. Kondisi ini terlahir sebagai akibat dari beragamnya kemampuan,
kehendak, kemauan, fikiran, sifat, dan lain-lain pada masing-masing
manusia. Selanjutnya dijelaskan keadaan ini melahirkan orang yang
menjadi pemimpin dari sejumlah orang yang lebih banyak. Terlahirnya
sosok-sosok yang menjadi pemimpin ini karena kemampuannya dalam
mewujudkan kepemimpinan. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat An-
Nisaa ayat 1 menjelaskan tentang proses lahirnya pemimpin sebagai
berikut:
Artinya: Hai manusia bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah
menciptakanmu dari satu diri (Adam). Dan daripadanya Allah menciptakan istrinya (Hawa). Dan dari keduanya Allah mengembangbiakan banyak laki-laki dan perempuan. Bertakwalah kepada Allah dimana kalian saling pinta meminta sesama kalian (dengan mempergunakan nama-Nya) peliharalah hubungan kasih sayang (antara kalian). Sesungguhnya Allah itu adalah pengawas kalian. (QS. An-Nisaa’: 1)54
54 Anonim, Al-Qur’an…Op. Cit., hal. 150.
(١׃النساء)
-
26
Ayat di atas menjelaskan bahwa setiap manusia harus bertakwa
kepada Allah SWT dan memelihara hubungan dengan sesama secara
baik. Kyai, sebagai orang yang memiliki pengetahuan dan keilmuan dalam
bidang agama (Islam) maka ia menjadi pemimpin bagi umat.
Kepemimpinan yang terlahir karena kualitas pribadi maka dalam
kepemimpinananya akan menampilkan kharismatika yang dominan.
Apabila kepemimpinan dipadukan dengan istilah pendidikan, maka
muncullah istilah kepemimpinan pendidikan.
Orang-orang yang duduk pada posisi pimpinan yang benar-benar
piawai dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya untuk mencapai
tujuan organisasi secara efektif, efisien, dan dengan akuntabilitas tertentu.
Mereka harus memiliki etos kerja tinggi, bermartabat, dan mampu
memberdayakan seluruh sumber daya yang tersedia. 55
Istilah 'pemberdayaan' sering digunakan dalam konteks regenerasi
berbasis komunitas di mana keterlibatan masyarakat lokal dalam proses
regenerasi dipandang sebagai 'memberdayakan'. Umumnya, ini
dipandang sebagai menstabilkan kekuasaan antara sektor negara dan
masyarakat dan sektor sukarela, dan terkait dengan niat mempromosikan
komunitas yang dipimpin perubahan, Setiap gagasan umum
pemberdayaan masyarakat menyiratkan beberapa transfer pengambilan
keputusan dari pelaku kelembagaan yang kuat untuk pemangku
kepentingan lainnya dalam rantai kebijakan. Gagasan 'kemitraan' telah
menjadi dilihat sebagai kendaraan utama untuk pengiriman
pemberdayaan masyarakat meningkat ini.56
Orang-orang diberdayakan ketika mereka mampu menjalankan
kekuasaannya secara lebih bebas, seperti menggunakan keahlian
mereka. Praktik kepemimpinan dan manajemen yang menimbulkan
pemberdayaan antara lain pengunaan manajemen partisipatif,
55 Sudarwan Danim, Kinerja Staf dan Organisasi (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hal.
20. 56 Dave Adamson and Richard Bromiley, Community Empowerment in Practice (The
Homestead 40 Water End York: Joseph Rowntree Foundation, 2008), hal. 11.
-
27
membebaskan orang dari aturan yang terlalu mengekang, melatih orang
dengan keahlian yang mereka butuhkan, dan mengunakan struktur tim.
Sebelum memberdayakan orang lain, cara karyawan yang level tanggung
jawabnya di atas rata rata. Kemampuan dan motivasi adalah faktor sukses
untuk pemberdayaan.57
d. Controlling
Manajer mempunyai tugas membantu para pegawai dalam
mengembanngkan potensi yang mereka miliki dalam melaksanakan
tugasnya sehari-hari sesuai dengan harapan. Pengambilan keputusan
partisipatif, yaitu pelibatan warga kepala sekolah secara langsung dalam
pengambilan keputusan, maka rasa memiliki warga kepala sekolah dapat
meningkat. Peningkatan rasa memiliki ini akan menyebabkan peningkatan
rasa tanggung jawabkan meningkatkan dedikasi warga terhadap kepala
sekolahnya. Inilah esensi pengambilan keputusan partisipatif. Baik
peningkatan mutu kepala sekolah maupun pengambilan keputusan
partisipatif tersebut kesemuanya ditujukan untuk meningkatkan mutu
sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional yang berlaku. Untuk
mencapai tujuan itu, maka diperlukan peningkatan mutu sekolah. Allah
SWT berfirman:
Artinya “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan” (Q.S; Al-Ma’idah: 35).58
Ayat di atas menjelaskan setiap orang perlu mencari cara atau jalan
untuk menyelesaikan berbagai rencana yang ada dengan efektif. Cara
terbaik untuk menggerakan para anggota organisasi adalah dengan cara
57 Andrew J. DuBrin, The Complete Ideal’s Guides: Leadership, Terj. Tri Wibowo BS
(Jakarta: Prenada, 2009) hal. 229. 58 Anonim, Al-Qur’an...Op. Cit., hal. 165.
(٣٥: المائدة(
-
28
pemberian komando dan tanggung jawab utama para bawahan terletak
pada pelaksanaan perintah yang diberikan itu.
Sekolah yang bermutu adalah sekolah yang mampu berperan
sebagai proses edukasi (proses pendidikan yang menekankan pada
kegiatan mendidik dan mengajar), proses sosialisasi (proses
bermasyarakat terutama bagi anak didik) dan wadah proses transformasi
(proses perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik/lebih maju).
Peningkatan mutu pendidikan salah satu kebijakan pemerintah dalam
pembangunan pendidikan. Selama ini pemerintah telah banyak
melakukan berbagai usaha dalam rangka peningkatan pendidikan. Antara
lain mengadakan penataran para guru, menyediakan buku-buku
pendidikan, pengembangan kurikulum yang ada dan menerbitkan
peraturan perundang-undangan. Selain itu juga pemerintah telah
menambah gedung-gedung sekolah, laboratorium, komputer, laboratorium
bahasa dan lain-lain.
Perubahan pada sesuatu seseorang atau kelompok karena adanya
upaya untuk perubahan dengan kekuatan atau kemampuan yang ada
atau yang dimiliki seseorang atau kelompok itu. Peningkatan mutu
pendidikan dalam era pembangunan yang bersifat global, mau tidak mau
harus mendapat perhatian utama, sebab kalau tidak maka masyarakat
dan bangsa Indonesia akan terpuruk dalam pergaulan dunia.
Berdasarkan teori di atas dapat disintesiskan bahwa manajemen
kepala sekolah adalah usaha kepala sekolah dalam untuk melaksanakan
fungsi manajemen terhadap sumber daya sekolah dalam mencapai tujuan
pendidikan. Indikator manajemen kepala sekolah adalah usaha kepala
sekolah sebagai manajer melakukan perencanaan, pengorganisasian,
kepemimpinan dan pengawasan semua program-program sekolah.
2. Partisipasi Masyarakat
Berikut ini merupakan definisi dari masyarakat menurut para ahli,
diantaranya:
-
29
a. Ralph Linton. Ralph berpendapat bahwa masyarakat ialah setiap
kelompok manusia yang telah hidup secara bersama-sama dalam
waktu yang lama, sehingga mereka bisa mengatur kehidupan mereka
dan menganggap mereka sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-
batas yang telah disepakati bersama.
b. Maclver. Menurut Maclver, masyarakat merupakan suatu sistem dari
kebiasaan, dan tata cara dari wewenang dan kerja sama natar
kelompok atau golongan, serta pengawasan tingkah laku dan
kebebasan-kebebasan individu. Masyarakat memiliki kebiasaan yang
selalu berubah, dan itulah yang membuat jalinan sosial.
c. Selo Soemardjan. Menurutnya, masyarakat merupakan sekelompok
individu yang hidup secara bersama-sama dalam waktu lama sehingga
sudah terbentuk kebudayaan.59
Masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan
terikat oleh sesuatu kebudayaan yang mereka angggap sama.
Masyarakat majemuk merupakan masyarakat yang terbagi dalam
kelompok persatuan yang sering memiliki budaya yang berbeda.60
Masyarakat menunjuk pada warga desa, kota, suku bangka dan bangsa.61
Masyarakat mempunyai arti sekumpulan orang yang terdiri dari berbagai
kalangan dan tinggal didalam satu wilayah, kalangan bisa terdiri dari
kalangan orang mampu hingga orang yang tidak mampu. Masyarakat
yang sesungguhnya adalah sekumpulan orang yang telah memiliki hukum
adat, norma-norma dan berbagai peraturan yang siap untuk ditaati.62
Setiadi mendefinikan masyarakat yaitu manusia yang senantiasa
berhubungan (berinteraksi) dengan manusia lain dalam suatu kelompok.
Emile Durkheim mendefinisikan masyarakat sebagai kenyataan objektif
59 http://www.ilmudasar.com/2016/11/Pengertian-Ciri-Unsur-Macam-Jenis-Masyarakat-
adalah.html 60 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Op. Cit., hal. 565. 61 Syaiful Sagala, Manajemen...Op. Cit., hal. 233 62 http://www.e-jurnal.com/2013/12/pengertian-masyarakat-dalam-pandangan.html
-
30
individu-individu yang merupakan anggota-anggotanya.63 Masyarakat
(yang diterjemahkan dari istilah society) adalah sekelompok orang yang
membentuk sebuah sistem semi tertutup atau sebaliknya, dimana
kebanyakan interaksi adalah antara individu-individu yang terdapat dalam
kelompok tersebut. Kata "masyarakat" berakar dari bahasa Arab,
musyarakah. Arti yang lebih luasnya, sebuah masyarakat adalah suatu
jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah
sebuah kelompok atau komunitas yang interdependen atau individu yang
saling bergantung antara yang satu dengan lainnya. Pada umumnya
sebutan masyarakat dipakai untuk mengacu sekelompok individu yang
hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.64
Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
masyarakat sebagai suatu sistem memiliki dinamika yang mengikuti aspek
atau kaidah sebab akibat (kausal). Apabila terdapat perubahan pada salah
satu unsur masyarakat, maka unsur yang lainnya akan ikut berubah. Maka
dalam memahami masyarakat, harus dilihat dari kerangka sistemik
(menyeluruh).
Partisipasi masyarakat perlu dibentuk secara optimal sehingga
masyarakat bisa memberikan kontribusi yang optimal pula bagi sekolah.
Ukuran berpartisipasi atau tidaknya seseorang atau standar suatu
partisipasi adalah 1) pernyataan menyukai sesuatu daripada hal lainnya,
2) partisipasi dalam suatu aktivitas, 3) cenderung memberi perhatian lebih
terhadap suatu objek tersebut,65 4) keinginan yang besar terhadap
sesuatu.66 Partisipasi merupakan gejala psikologis yang bisa berpengaruh
untuk melakukan sesuatu. Partisipasi menjadi salah satu penentu
seseorang ingin mengerjakan sesuatu dan partisipasi menjadikan
63 Bambang Tejokusumo, Dinamika Masyarakat Sebagai Sumber Belajar Ilmu
Pengetahuan Sosial (Geoedukasi Volume III Nomor 1, Maret 2014), hal. 38-39. 64 https://sosialsosiologi.blogspot.co.id/2012/12/definisi-masyarakat.html 65 Menurut Slameto dalam Syaiful Bahri Djamarah, Op. Cit., hal. 191. 66 Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran (Jogjakarta: Ar-
Ruzz Media, 2010), hal. 24.
-
31
seseorang memiliki cita-cita yang tinggi. Termasuk dibicarakan di sini
partisipasi masyarakat untuk menyekolahkan anaknya ke institusi tertentu.
Sekolah harus memiliki output yang diharapkan. Output sekolah
adalah prestasi sekolah yang dihasilkan oleh proses pembelajaran dan
manajemen di sekolah.67 Ada sekolah yang hanya memiliki beberapa
siswa saja, ada juga yang hanya memiliki gedung sekolah saja, bahwa
ada juga sekolah yang ditinggalkan siswanya, juga ada sekolah yang
hanya menyiasati bagaimana memperoleh siswa sebanyak-banyaknya,
tanpa memperhatikan bagaimana mewujudkan siswa yang berprestasi.
Keprihatinan terhadap sekolah seperti ini cukup beralasan karena sekolah
demikian memiliki keterbatasan-keterbatasan dalam menyiasati agar
sekolah tersebut tetap eksis dan menjadi sekolah yang berprestasi.
Kenyataan di lapangan membuktikan bahwa hubungan sekolah
dengan masyarakat mengalami kendala yang cukup berarti diantaranya
(1) tujuan komunikasi yang kurang jelas; (2) saluran komunikasi yang
transparan dan profesional; (3) keterampilan komunikasi yang kurang
mendukung; (4) tindak lanjut yang kurang mendukung dan pengawasan
kurang terstruktur dan berkesinambungan.68
Model-model pelibatan partisipan sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya sebagai berikut:
a. Pelibatan unsur masyarakat lokal dalam pembangunan dan
pengembangan sekolah.
b. Pelibatan unsur profesional dalam pembanguan dan pengembangan
sekolah.
c. Pelibatan unsur dunia usaha dalam pembanguan dan pengembangan
sekolah.69
Berbagai pelibatan atau partisipasi yang terjadi atau yang
berlangung seperti ini diharapkan mampu menjalin kerja sama dengan
67 Sofan Amri, Peningkatan Mutu Pendidikan Sekolah Dasar dan Menengah (Jakarta:
Prestasi Pustaka Publisher, 2013), hal. 299. 68 Dadang Suhardan, dkk., Op. Cit., hal. 280. 69 Sudarwan Danim, Visi...Op. Cit., hal. 114.
-
32
dunia swasta seperti industri agar mau bekerja sama dengan sekolah
secara efektif dan efisien.
Bentuk-bentuk operasional hubungan sekolah dengan masyarakat
bisa bermacam-macam dan menurut Gunawan, sebagaimana dikutip
Kompri70, adalah:
a. Di bidang sarana akademik tinggi/rendahnya prestasi lulusan
((kuantitas dan kualitas), penelitian, karya ilmiah (local, nasional,
internasional), jumlah dan tingkat kesarjanaan guru-gurunya.
b. Di bidang prasarana pendidikan gedung/bangunan sekolah termasuk
sekolah termasuk ruang-ruang belajar, ruang-ruang belajar, ruang
praktikum, ruang kantor, dan sebagainya.
c. Di bidang sosial partisipasi sekolah dengan masyarakat sekitarnya
seperti kerja bakti, perayaan hari besar nasional/keagamaan,
pengamanan lingkungan, tamanisasi, kebersihan dan sebagainya.
d. Kegiatan karyawisata juga bisa dijadikan sarana Husemas.
e. Kegiatan olah raga dan kesenian juga dapat merupakan sarana
Husemas.
f. Menyediakan fasilitas sekolah untuk kepentingan masyarakat sekitar
sepanjang tidak mengganggu kelancaran PBM.
g. Mengikut sertakan sivitas akademika sekolah dalam kegiatan-kegiatan
masyarakat sekitarnya.
h. Mengikut sertakan tokoh-tokoh/pemuka-pemuka/pakar-pakar
masyarakat dalam kegiatan kurikuler dan ekstrakulikuler sekolah.
i. Dan masih banyak lagi kegiatan-kegiatan operasional Husemas yang
dapat dikreasikan sesuai situasi, kondisi, serta kemampuan-
kemampuan pihak-pihak terkait.
Berikut partisipasi masyarakat yang terwujud dalam bentuk tugas
masyarakat yaitu:
70 Kompri, op. Cit., hal. 299.
-
33
a. Memberi pertimbangan (advisory agency) dalam memberdayakan
masyarakat dan lingkungan sekolah, serta menentukan/
melaksanakan kebijakan pendidikan.
b. Mendukung (supporting agency) kerja sama sekolah dengan
masyarakat, baik secara finansial, pemikiran maupun tenaga dalam
penyelenggaraan pendidikan.
c. Mengontrol (controling agency) kerja sama sekolah dengan
masyarakat dalam rangka transparansi dan akuntabilitas
penyelenggaraan dan output pendidikan.
d. Mediator antara sekolah, pemerintah (eksekutif), dewan perwakilan
rakyat daerah (DRPD/legeslatif), dengan masyarakat.
e. Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap
penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.
f. Melakukan kerja sama dengan masyarakat, dan dunia kerja,
pemerintah, dan DPRD dalam rangka penyelenggaraan pendidikan
yang berkualitas.
g. Memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada
pemerintah daerah dan DPRD, berkaitan dengan kebijakan dan
program pendidikan, kriteria kinerja pendidikan di daerahnya, kriteria
tenaga pendidikan, termasuk kepala sekolah, kriteria sarana dan
prasarana pendidikan dan pembelajaran.71
Partisipasi masyarakat juga terwujud dari dukungan yang diperlukan
sekolah meliputi: 1) Personil, seperti tenaga ahli, konsultan, guru, orang
tua, pengawas, dan sebagainya, 2) Dana yang diperlukan untuk
mendukung tersedianya sarana dan prasarana pembelajaran dan 3)
dukungan berupa informasi, lembaga dan sikap politis.72
Kepala sekolah bisa meningkatkan partisipasi masyarakat dan
kemitraan sekolah sebagaimana diatur oleh pemerintah adalah:
71 E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah yang Profesional (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2008), hal. 189-190. 72 Wahjosumidjo, Op. Cit, hal. 343-344.
-
34
a. Sekolah/Madrasah melibatkan warga dan masyarakat pendukung
sekolah/madrasah dalam mengelola pendidikan.
b. Warga sekolah/madrasah dilibatkan dalam pengelolaan akademik.
c. Masyarakat pendukung sekolah/madrasah dilibatkan dalam
pengelolaan non-akademik.
d. Keterlibatan peran serta warga sekolah/madrasah dan masyarakat
dalam pengelolaan dibatasi pada kegiatan tertentu yang ditetapkan.
e. Setiap sekolah/madrasah menjalin kemitraan dengan lembaga lain
yang relevan, berkaitan dengan input, proses, output, dan
pemanfaatan lulusan.
f. Kemitraan sekolah/madrasah dilakukan dengan lembaga pemerintah
atau non-pemerintah.
g. Kemitraan SD/MI/SDLB atau yang setara dilakukan minimal dengan
SMP/MTs/SMPLB atau yang setara, serta dengan TK/RA/BA atau
yangsetara di lingkungannya.
h. Kemitraan SMP/MTs/SMPLB, atau yang setara dilakukan minimal
dengan SMA/SMK/SMALB, MA/MAK, SD/MI atau yang setara, serta
dunia usaha dan dunia industri.
i. Kemitraan SMA/SMK, MA/MAK, atau yang setara dilakukan minimal
dengan perguruan tinggi, SMP/MTs, atau yang setara, serta dunia
usaha dan dunia industri di lingkungannya.
j. Sistem kemitraan sekolah/madrasah ditetapkan dengan perjanjian
secara tertulis.73
Dalam rangka mewujudkan visi dan misi sekolah sesuai dengan
paradigma baru manajemen pendidikan, disarankan perlunya
memberdayakan masyarakat. Hal ini penting, karena sekolah memerlukan
masukan dari masyarakat dalam menyusun program yang relevan,
sekaligus memerlukan dukungan masyarakat dalam melaksanakan
program tersebut. Di sisi lain, masyarakat memerlukan jasa sekolah untuk
73 Anonim, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2007 tentang
Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2009), hal. 13.
-
35
mendapatkan program-program pendidikan sesuai dengan yang
diinginkan. Jalinan semacam itu dapat terjadi, jika sekolah dapat
membangun hubungan yang saling menguntungkan (mutualisme) dengan
masyarakat.74
Kepala sekolah yang baik merupakan salah satu kunci untuk bisa
menciptakan hubungan yang baik antara sekolah dan masyarakat secara
efektif. Kepala sekolah dituntut untuk senantisasi berusaha membina dan
meningkatkan hubungan kerja sama yang baik antara sekolah dan
masyarakat guna mewujudkan sekolah yang efektif dan efisien. Hubungan
yang harmonis ini akan membentuk:
a. Saling pengertian antara sekolah, orang tua, masyarat dan lembaga-
lembaga lain yang ada di masyarakat, termasuk dunia kerja.
b. Saling membantu antara sekolah dan masyarakat karena mengetahui
manfaat, arti dan pentingnya peranan masing-masing.
c. Kerja sama yang erat antara sekolah dengan berbagai pihak yang ada
di masyarakat dan mereka merasa ikut bertangung jawab atas
suksesnya pendidikan di sekolah.75
Partisipasi masyarakat bisa diarahkan pada pencapaian mutu
pendidikan sekolah sesuai harapan. Faktor-faktor yang mempengaruhi
partisipasi masyarakat terhadap sekolah adalah:
a. Kurikulum. Melaksanakan pembaharuan kurikulum, dalam konteks ini
dimaksudkan untuk menyelaraskan kebutuhan pendidikan dengan
kondisi yang akan dihadapi oleh masyarakat secara luas.
b. Manajemen. Peningkatan kemampuan manajemen, dimaksudkan
sebagai langkah-langkah antispatif dalam mengendalikan dan
memberdayakan jalannya organisasi sekolah.
c. Guru. Mengembangkan kualitas guru, mengingat bahwa guru
merupakan titik tumpuan proses pembelajaran.
74 E. Mulyasa, Menjadi Kepala...Op. Cit., hal. 163 75 Suharno, Manajemen Pendidikan: Suatu Pengantar Bagi Para Calon Guru (Surakarta:
LPP UNS dan UNS Press, 2008), hal. 32.
-
36
d. Siswa. Menembakan potensi kreativitas, partisipasi, dan bakat siswa,
yang dimaksudkan untuk memberikan pelayanan yang maksimal
kepada siswa agar mampu mengembangkan dirinya secara maksimal
dan mampu menggali potensi diri.
e. Fasilitas. Menyempurnakan desain penataan dan pemanafaatan
fasiltas, peralatan dan teknologi pendidikan, hal ini dimaksudka untuk
mendukung kompetensi sekolah dengan segala potens dan sumber
daya yang dimiliki untuk memaksimalkan pelayanan yang dberikannya
kepada masyarakat, termasuk dalam hal ini terhadap siswa.
f. Kepala sekolah. Meningatkan kredibilitas kepemimpinan dan kerja
sama. Hal ini perlu juga untuk dilakukan mengingat bahwa dalam
konteks sekarang, sekolah tidak lagi hanya dihadapkan kepada
sejumlah persoalan internal saja, tetapi sudah merupakan bagian dari
masyarakat global.76
Berdasarkan teori di atas dapat disintesiskan bahwa partisipasi
masyarakat adalah keterlibatan masyarakat terhadap kegiatan
pendidikan/sekolah. Indikator partisipasi masyarakat adalah keterlibatan
masyarakat terhadap kegiatan sekolah.
B. Penelitian yang Relevan
Studi yang relevan dengan penelitian ini yang telah dilakukan oleh
beberapa peneliti terdahulu, diantarannya yang telah dilakukan oleh:
1. M. Kusam tahun 2008 dengan tesis berjudul Studi Manajemen
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Bangko Kabupaten Merangin. Hasil
yang ditemukan bahwa langkah-langkah proses manajemen yang
telah dilakukan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Bangko dimulai
dengan penyeleksian siswa baru untuk setiap tahunnya untuk
mendapatkan input yang berkualitas, melakukan life skill yang berjalan
secara normal, melakukan pelatihan guru, meskipun belum merata
bagi setiap guru yang ada, penertiban media massa yang merusak
76 Mukhtar dan Iskandar, Op. Cit., hal. 144.
-
37
setiap 1 bulan sekali, dan meningkatkan disiplin siswa dalam belajar
dengan membuat seperangkat aturan baku dengan segala
sanksi/hukuman bagi siswa yang melanggar tata tertib yan
dibuat/ditetapkan.
2. Fadhilah tahun 2016 dengan tesis Manajemen Kepala Sekolah dalam
Melaksanakan Program Kegiatan Keagamaan di Sekolah Menengah
Kejuruan Negeri 1 Kota Jambi. Kesimpulan penelitian ini adalah
manajemen kepala sekolah dalam melaksanakan kegiatan keagamaan
di SMKN 1 Kota Jambi belum optimal masih optimal karena komitmen
kepala sekolah yang lemah melaksanakan program yang ada.
Implikasi penelitian ini adalah 1) Kepala SMKN 1 Kota Jambi harus
proaktif terhadap tugas pengembangan kegiatan keagamaan , 2)
Kepala SMKN 1 Kota Jambi memberi kemudahan dalam pelaksanaan
kegiatan keagamaan siswa di sekolah dan 3) kepala sekolah harus
giat dalam peningkatan kegiatan keagamaan siswa.
3. Maria Hastuti tahun 2017 dengan tesis berjudul Manajemen Kepala
Sekolah Terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja pada Sekolah
Menengah Atas Negeri 10 Tanjung Jabung Timur. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa manajemen kepala sekolah terhadap anggaran
pendapatan dan belanja pada SMAN 10 Tanjung Jabung Timur telah
sesuai dengan prosedur dan aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah. Guna mengefektifkan dan menghindari kesalahan dalam
pelaksanaan pembiayaan maka kepala sekolah beserta seluruh guru
membuat RAPBS dalam sebuah RAKER. Sedangkan pelaksanaannya
disesuaikan dengan RAPBS dan aturan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah.
4. Tobroni