TESISrepository.uinjambi.ac.id/755/1/MMP.1622639 MOHD KASIM... · 2020. 1. 17. · 8 PERSEMBAHAN...

153
MANAJEMEN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) NEGERI 2 KATEMAN KABUPATEN INDRAGIRI HILIR PROVINSI RIAU TESIS Diajukan sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Magister (S2) Pendidikan Islam dalam Konsentrasi Manajemen Pendidikan Islam Oleh MOHD. KASIM NIM. MMP.1622639 PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2018

Transcript of TESISrepository.uinjambi.ac.id/755/1/MMP.1622639 MOHD KASIM... · 2020. 1. 17. · 8 PERSEMBAHAN...

  • 1

    MANAJEMEN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DI SEKOLAH MENENGAH

    PERTAMA (SMP) NEGERI 2 KATEMAN KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

    PROVINSI RIAU

    TESIS

    Diajukan sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Magister (S2) Pendidikan Islam dalam Konsentrasi

    Manajemen Pendidikan Islam

    Oleh

    MOHD. KASIM NIM. MMP.1622639

    PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2018

  • 2

    ii

  • 3

  • 4

  • 5

  • 6

  • 7

    MOTTO

    Artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu

    (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”. (Q.S. Al-Qashash: 77).1

    1Anonim, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Departemen Agama RI, 2008), hal. 779.

    (٧٧׃القصص)

    vii

  • 8

    PERSEMBAHAN

    Tesis ini penulis persembahkan kepada:

    1. Yang mulia ibunda Hj. Asiah

    2. Yang mulia ayahanda H.M. Kulau

    3. Yang mulia Ibu Mertua Masnah

    4. Yang mulia ayah mertua Nahari

    5. Istri Tercinta Siti Aminah

    6. Anak tersayang M. Dzaky Akmal Pattiwere dan Aflahul Mubarak

    7. Teman-Teman Konsentrasi Manajemen Pendidikan Islam

    Pascasarjana UIN STS Jambi

    viii

  • 9

    ABSTRAK

    Mohd. Kasim. Manajemen Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Kateman Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau. Tesis. Pascasarjana UIN STS Jambi, 2018.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji manajemen kepala sekolah dalam meningkatkan partisipasi masyarakat di SMP Negeri 2 Kateman. Pertanyaan dalam penelitian ini adalah mengapa manajemen kepala sekolah dalam meningkatkan partisipasi masyarakat di SMP Negeri 2 Kateman belum optimal.

    Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif bersifat deskriptif analitis. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Penentuan subjek penelitian menggunakan teknik purposive sampling. Teknik analisis data dilakukan dengan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan serta verifikasi keterpercayaan hasil penelitian diperoleh dengan teknik perpanjangan keikutsertaan, ketelitian pengamatan, triangulasi data dan konsultasi pembimbing.

    Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa manajemen kepala sekolah belum mampu meningkatkan partisipasi masyarakat di SMP Negeri 2 Kateman karena tidak adanya skala prioritas perbaikan peningkatan partisipasi masyarakat setiap tahunnya. Manajemen kepala sekolah dalam meningkatkan partisipasi masyarakat di SMP Negeri 2 Kateman dimulai membuat rencana kerja seadanya tentang peningkatan partisipasi masyarakat, kemudian menerima siswa baru dalam melakukan pengembangan kecakapan hidupnya, membina guru yang bukan sarjana pendidikan luar sekolah agar bisa bekerja dalam peningkatan partisipasi masyarakat, juga mengelola fasilitas yang terbatas ketersediannya untuk membantu kerja program tersebut.

    Kata Kunci: Manajemen Kepala Sekolah, Partisipasi Masyarakat

    ix

  • 10

    ABSTRACT Mohd. Kasim. Principal Management in Improving Community Participation in 2 Kateman State Junior High School (SMP) Negeri Indragiri Hilir, Riau Province. Thesis. Postgraduate UIN STS Jambi, 2018.

    This study aims to study the management of the principal in increasing community participation in SMP Negeri 2 Kateman. The question in this study is why the management of the principal in increasing community participation in SMP Negeri 2 Kateman is not optimal. This study uses a qualitative analytical descriptive approach. Data collection is done by observation, interview and documentation techniques. Determination of research subjects using purposive sampling technique.

    Data analysis techniques were carried out by data reduction, data presentation and drawing conclusions as well as verifying reliability of research results obtained by participation extension techniques, accuracy of observation, data triangulation and advisory consultation.

    The results of this study indicate that the principal's management has not been able to increase community participation in SMP 2 Kateman because there is no priority scale for improving community participation every year. The management of the principal in increasing community participation in the Kateman 2 State Junior High School begins to make a rudimentary work plan about increasing community participation, then accepting new students in developing their life skills, fostering non-school education teachers to work in increasing community participation, also managing limited availability of facilities to assist the program work. Keywords: Principal Management, Community Participation

    x

  • 11

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis persembahkan kehadirat Allah SWT yang

    mengatur sekalian alam, yang telah melimpahkan karunia dan rahmat-

    Nya, serta telah memberikan kekuatan kepada penulis dalam

    menyelesaikan tesis ini. Shalawat beriring salam semoga tetap tercurah

    kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Karya tulis dalam bentuk

    tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna

    memperoleh Gelar Magister dalam Ilmu Manajemen Pendidikan Islam

    pada Pascasarjana UIN STS Jambi. Penulis menyadari bahwa dalam

    penulisan laporan hasil penelitian tesis ini belum sempurna, baik secara

    metodologi maupun secara analisis. Untuk itu penulis mengharapkan kritik

    dan saran konstruktif dari pembaca.

    Selama proses penyelesaian karya tulis ini, banyak pihak yang telah

    memberikan konstribusi baik langsung maupun tidak. Oleh karena itu,

    pada kesempatan ini penulis menghaturkan banyak terima kasih dan

    penghargaan yang setinggi-tingginya kepada mereka. Ucapan terima

    kasih terutama penulis khususkan kepada Yth:

    1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA, sebagai Rektor UIN STS Jambi,

    2. Bapak Prof. Dr. H. Ahmad Husein Ritonga, MA sebagai Direktur

    Pascasarjana UIN STS Jambi sebagai pimpinan lembaga tempat

    penulis menimba ilmu.

    3. Ibu Dr. Risnita, M.Pd, sebagai Wakil Direktur Pascasarjana UIN STS

    Jambi

    4. Bapak Dr. Abdul Malik, M.Si Sebagai Ketua Prodi Manajemen

    Pendidikan Islam

    5. Bapak Prof. Dr. H. Mukhtar, M.Pd, sebagai pembimbing I.

    6. Bapak Dr. Jalaluddin, M.Pd.I, sebagai pembimbing II.

  • 12

    7. Para dosen dan segenap civitas akademik Pascasarjana UIN STS

    Jambi yang telah menjadi pembimbing dan pengampu mata kuliah

    dan membantu dalam birokrasi pengurus selama penulis studi di

    Pascasarjana UIN STS Jambi.

    8. Bapak Dr. Abdul Halim, M.Ag, kepala perpustakaan dan segenap

    karyawannya yang telah banyak membantu penulis dalam

    menemukan rujukan yang berkenaan dengan karya tulis ini.

    9. Ibu Partinah, S.Pd, sebagai Kepala SMPN 2 Kateman dan guru yang

    telah memberikan sejumlah data dan informasi penting yang penulis

    butuhkan dalam mendukung penyelesaian karya tulis ini.

    Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu

    persatu dalam lembaran ini. Semoga kontribusi mereka semua bernilai di

    sisi Allah SWT. Amin Ya Rabbal’alamin !

    Jambi, 21 November 2018 Peneliti/Penulis MOHD. KASIM NIM: MMP.1622639

    xii

  • 13

    DAFTAR ISI Halaman

    HALAMAN JUDUL ........................................................................... i LEMBAR LOGO ............................................................................... ii NOTA DINAS ................................................................................... iii LEMBARAN PERSETUJUAN .......................................................... iv SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS TESIS .............................. v HALAMAN PENGESAHAN ............................................................. vi HALAMAN MOTTO .......................................................................... vii HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................... viii ABSTRAK ........................................................................................ ix ABSTRACT ...................................................................................... x KATA PENGANTAR ........................................................................ xi DAFTAR ISI ..................................................................................... xiii DAFTAR TABEL .............................................................................. xv DAFTAR GAMBAR .......................................................................... xvi BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah ............................................. 1 B. Rumusan Masalah ....................................................... 12 C. Fokus Penelitian .......................................................... 12 D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................. 12

    BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

    A. Landasan Teori 1. Manajemen Kepala Sekolah ................................... 14 2. Partisipasi Masyarakat ........................................... 28

    B. Penelitian yang Relevan .............................................. 36

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    A. Pendekatan Penelitian ................................................. 40 B. Situasi Sosial dan Subjek Penelitian ............................ 41 C. Jenis dan Sumber Data ............................................... 42 D. Teknik Pengumpulan Data .......................................... 44 E. Teknik Analisis Data .................................................... 48 F. Uji Keterpercayaan Data.............................................. 52 G. Pelaksanaan Penelitian ............................................... 55

    BAB IV DESKRIPSI LOKASI, TEMUAN PENELITIAN DAN

    ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian .......................................... 56 B. Temuan Penelitian ....................................................... 67

    1. Manajemen Kepala Sekolah Belum Mampu Meningkatkan Partisipasi Masyarakat di SMP Negeri 2 Kateman .................................................... 68

    xiii

  • 14

    2. Manajemen Kepala SMP Negeri 2 Kateman ............ 74 3. Partisipasi Masyarakat Terhadap SMP Negeri 2

    Kateman .................................................................. 83 4. Manajemen Kepala Sekolah dalam Meningkatkan

    Partisipasi Masyarakat di SMP Negeri 2 Kateman ... 86 C. Analisis Hasil Penelitian .................................................... 106

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan .................................................................... 119 B. Implikasi ......................................................................... 120 C. Rekomendasi ................................................................. 124 D. Kata Penutup .................................................................. 126

    DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN CURRICULUM VITAE

    xiv

  • 15

    DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    Tabel 1. Jadwal Penelitian .................................................................. 56 Tabel 2. Keadaan Guru di SMP Negeri 2 Kateman ............................ 65 Tabel 3. Keadaan Siswa di SMP Negeri 2 Kateman ........................... 66 Tabel 4. Keadaan Sarana dan Prasarana di SMP Negeri 2 Kateman . 67 Tabel 5. Bentuk-Bentuk Kerjasama Masyarakat di SMP Negeri 2 Kateman ……………………………………………………. 95

    xv

  • 16

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    Gambar 1: Analisis Data Model Interaktif ......................................... …51 Gambar 1: Struktur Organisasi SMP Negeri 2 Kateman Tahun

    2018/2019 ...................................................................... 62

    xvi

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Kepala sekolah sebagai seorang manajer pada suatu sekolah

    hendaknya dapat mengelola keadaan yang akan berjalan sesuai dengan

    program masing-masing individu, terutama guru yang akan menjadi

    senjata andalan dalam suatu organisasi pendidikan. Setiap sekolah sudah

    pasti berharap agar mutu pendidikan di lembaganya meningkat supaya

    sekolahnya dipartisipasi oleh banyak siswa. Oleh karena itu, manajemen

    kepala sekolah harus mengacu landasan keilmuan dan landasan

    keagamaan. Salah satu landasan agama mengenai manajemen pada

    pada ayat di bawah ini:

    Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Q.S. Hasyir: 18).2

    Ayat ini menjelaskan salah satu fungsi manajemen yaitu

    perencanaan. Allah SWT meminta setiap diri manusia untuk

    memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat).

    Untuk memperhatikan hari esok tentu dengan rencana yang matang dan

    maksimal.

    Kepala sekolah sebagai seorang manajer dituntut untuk memiliki skill

    yang handal agar roda organisasi berjalan sehat, bijaksana dan cerdas

    dalam menciptakan keputusan-keputusan yang dapat dijadikan dasar atau

    2 Anonim, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2005), hal.

    919.

    (١٨: لحشر١)

  • 2

    acuan bagi warga sekolah. Kemampuan kepala sekolah dalam

    menciptakan kebijakan-kebijakan bermutu sangat menentukan efektifitas

    program dan mutu pendidikan sekolah, karena secara langsung kebijakan

    yang ditetapkan akan mempengaruhi mekanisme manajemen kerja

    organisasi sekolah dalam mencapai tujuan yang diharapkan

    Tugas kepala sekolah dalam membuat kebijakan sekolah harus

    memiliki data-data dan catatan-catatan yang berkaitan dengan komponen-

    komponen manajemen pendidikan. Untuk menjamin terlaksananya tugas

    pendidikan secara baik hendaklah terlebih dahulu dipersiapkan

    manajemen mutu, elastis, dinamis, dan kondusif yang memungkinkan bagi

    pencapaian tujuan tersebut. Hal ini berarti bahwa pihak manajerial sekolah

    dituntut agar dapat menjalankan manajemen mutu dengan cara yang

    paling baik sesuai dengan keadaan dan situasi lingkungan.

    Manajemen sekolah membutuhkan kemampuan profesional kepala

    sekolah sebagai pemimpin pendidikan. Selaku pemimpin kepala sekolah

    mempunyai tanggung jawab yang sangat besar terhadap kelancaran

    aktifitas pendidikan di sekolah yang dipimpinnya. Dengan asumsi bahwa

    peran pokok kepala sekolah terdapat dalam kesanggupannya untuk

    mempengaruhi lingkungan melalui kepemimpinannya yang dinamis.

    Kepala sekolah merupakan orang kunci dalam pemeliharaan dan

    pengembangan pengajaran di sekolah. Ia selaku pemimpin intruksional

    harus mampu menggerakkan sekolahnya mencapai kemajuan dan dapat

    mengidentifikasi bakat-bakat dan kemampuan-kemampuan sumber daya

    manusia di lembaga pendidikan yang dipimpinnya. Maka kepala sekolah

    menjadi seorang koordinator pengetahuan dan kemampuan-kemampuan

    personilnya, dan ia akan berusaha bagi pengembangan dan kemajuan

    seluruh program intruksional.

    Manajer sekolah harus menyusun tugas dengan mendahulukan

    tujuan utama organisasi. Dalam upaya pencapaian tujuan, harus mendele-

  • 3

    gasikan tugas-tugasnya kepada staf.3 Sungguh masih teramat banyak

    kelemahan, kekurangan dan kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam

    menata dan menjalankan tata aturan Allah SWT di dunia ini dalam

    mempersiapkan masa depan.4 Untuk itu, seorang pemimpin harus

    mengambil tanggung jawab menyelesaikan masa itu. Tanggung jawab

    adalah unsur yang nyata dalam organisasi wujudnya dalam kesadaran

    personel berupa petunjuk-petunjuk tentang apa yang hendak di perbuat

    sebagai pekerjaanya. jika atasan memberi tugas yang samar-samar,

    bawahan akan menerima gambaran yang samar-samar pula tentang

    pekerjaannya, dan dengan itu rasa tanggung jawab yang tak lengkap,

    yang niscaya akan menimbulkan infisiensi dalam organisasi.5

    Kepala sekolah sebagai seorang manajer dituntut untuk memiliki skill

    yang handal agar roda organisasi berjalan sehat, bijaksana dan cerdas

    dalam menciptakan keputusan-keputusan yang dapat dijadikan dasar atau

    acuan bagi warga sekolah. Kemampuan kepala sekolah dalam

    menciptakan kebijakan-kebijakan bermutu sangat menentukan efektifitas

    program dan mutu pendidikan sekolah, karena secara langsung kebijakan

    yang ditetapkan akan mempengaruhi mekanisme manajemen kerja

    organisasi sekolah dalam mencapai tujuan yang diharapkan

    Tugas kepala sekolah dalam mengelola sekolah harus memiliki data-

    data dan catatan-catatan yang berkaitan dengan komponen-komponen

    penyelenggaraan pendidikan. Untuk menjamin terlaksananya tugas

    pendidikan secara baik hendaklah terlebih dahulu dipersiapkan

    manajemen mutu, elastis, dinamis, dan kondusif yang memungkinkan bagi

    pencapaian tujuan tersebut. Hal ini berarti bahwa pihak manajerial sekolah

    dituntut agar dapat menjalankan manajemen mutu dengan cara yang

    3 Oktavia Pramono, Leadership ½ Malaikat Solusi jitu Atasi Krisis Kepimimpinan

    (Yogyakarta: Sura Media Utama, 2013) hal.18. 4 Zainuddin, Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hal. 22 5 Abdul Azis Wahab, Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan (Bandung:

    Alfabeta, 2008), hal. 237.

  • 4

    paling baik sesuai dengan keadaan dan situasi lingkungan. Allah SWT

    berfirman:

    Artinya: “Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan” (Q.S. At-Taubah: 105).6

    Ayat di atas menjelaskan bahwa setiap orang harus bekerja secara

    maksimal. Nabi Muhammad SAW bersabda:

    عن عائشة : أن النبي صلى هللا عليه و سلم قال : إن هللا يحب إذا عمل أخرجه الطبراني( أحدكم عمال أن يتقنه )

    Artinya: “Dari A’isyah, sesungguhnya Nabi saw berkata; sesungguhnya

    Allah menyukai seseorang yang mengerjakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya” (HR. At-Thabrani).7

    Kepala sekolah yang semula otoriter, mereformasi dirinya menjadi

    kepala sekolah yang kolaboratif, sehingga menumbuhkan iklim sekolah

    yang demokratis yang dapat mengakomodir aspirasi seluruh warga

    sekolah. Manusia, di samping makhluk individu juga sebagai makhluk

    sosial. Sifat alami manusia antara lain saling membutuhkan, gotong

    royong, kebersamaan, bermusyawarah, saling ketergantungan antara satu

    dengan yang lainnya. Implementasi dari pada sifat-sifat tersebut, maka

    diperlukan hubungan atau interaksi baik di suatu kelompok masyarakat

    atau organisasi. Kemajuan suatu organisasi diperlukan seseorang sosok

    pemimpin yang baik di antara mereka, karena memimpin merupakan

    komponen yang mengikat satu kesatuan dalam kelompok. Menurut suatu

    6 Anonim, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Departemen Agama RI, 2008), hal.

    298. 7 Sahih al-Jami’ al-shaghir 2/144 no. 1876

    (١۰۵التَّْوبَة: )

  • 5

    pendapat dkatakan bahwa ada tipe kepemimpinan di mana si cakap yang

    penuh kehati-hatian, berkemampuan sedang sampai tinggi, (komitmennya

    berubah-ubah) adalah orang yang tahu persis bagaimana cara

    mengerjakan tugasnya tetapi kurang kepercayaan diri dalam bekerja

    sendirian.8

    Pada organisasi pendidikan, manajemen juga diterapkan pada

    tenaga kependidikan, dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan

    organisasi pendidikan itu. Manajemen adalah suatu bentuk kerja, yang

    mana dalam melaksanakan kerja tersebut harus melaksanakan kegiatan-

    kegiatan tertentu yang dikenal sebagai administrasi yang meliputi

    perencanaan, perorganisasian, pengarahan dan pengendalian sumber

    daya organisasi, motivasi serta pengontrolan. Sekolah sebagai sebuah

    organisasi tidak terlepas dari leadership dan manajemen yang baik.

    Adapun Manajemen Kepala Sekolah adalah usaha kepala sekolah dalam

    untuk melaksanakan fungsi manajemen terhadap sumber daya sekolah

    dalam mencapai tujuan pendidikan.9 Indikator manajemen kepala sekolah

    adalah usaha kepala sekolah melakukan perencanaan, pengorganisasian,

    kepemimpinan dan pengawasan terhadap kegiatan sekolah.

    Berdasarkan indikator ini dapat dijelaskan bahwa kepala sekolah

    harus memiliki kemampuan untuk merencanakan program kerja

    (planning); mewujudkan dan menjalankan kinerja suatu organisasi dalam

    struktur organisasi atau intansi yang dipimpinnya (organization); bergerak

    memberikan contoh kepada bawahan sebelum menggerakkan,

    mengerjakan, melaksanakan program kerja kantor yang dipimpinnya

    secara bersama (actuating) dan setelah semua berjalan dan terlaksana

    dengan baik sesuai yang diprogramkan maka sebagai seorang pemimpin

    haruslah mengontrol kinerja bawahannya apakan berjalan sesaat, atau

    berjalan biasa-biasa saja, atau tidak berjalan (controling) dan sudah

    8 Ken Blanchard dan Garry Ridge, Helping People Win at Work (Jakarta: Alex Media

    Komputindo, 2009). hal. 91-92. 9 Euis Karwati dan Donni Juni Priansa, Kinerja Profesionalisme Kepala Sekolah

    Membangun Sekolah yang Bermutu (Bandung: Alfabeta, 2013), hal. 119-121.

  • 6

    menjadi tugas seorang pemimpin untuk mengadakan kontrol/pengawasan

    sekiranya terdapat masalah di lapangan maka pemimpin juga

    berkewajiban mencari solusi/jalan keluarnya.

    Manajemen sekolah membutuhkan kemampuan profesional kepala

    sekolah sebagai pemimpin pendidikan. Kinerja karyawan meningkat

    secara signifikan ketika mereka diberikan tujuan spesifik untuk melakukan

    daripada ketika mereka meninggalkan tanpa tujuan yang tidak jelas.

    Tujuan jelas atau melakukan yang terbaik menghambat kreativitas dan

    usaha sehingga menjadi tidak termotivasi sedangkan penetapan tujuan

    yang menantang dan spesifik sangat penting untuk meningkatkan

    kinerja.10

    Kepala sekolah bertanggung jawab dalam mengatur, mengelola,

    melaksanakan, dan mengendalikan kegiatan-kegiatan pendidikan yang

    diekmbangkan di sekolah. Maju mundurnya suatu sekolah berada

    ditangan kepala sekolah, karena peran kepala sekolah sangat strategis

    dan menentukan bagi pengembangan sekolah terutama dalam

    menggerakkan dan memperdayakan komponen-komponen sekolah dan

    Kepala sekolah harus mengetahui secara utuh pengelolaan sekolah serta

    harus mempunyai target kemajuan sekolah tersebut. Manajemen sekolah

    menggariskan konsep partipasi pada tingkat paling bawah, yaitu sekolah

    dengan segala komunitasnya. Komunitas sekolah, dimaksud adalah

    kepala sekolah, guru, staf tata usaha, pengurus komite sekolah, orang tua

    siswa, masyarakat yang peduli, dan siswa. Dengan manajemen partisipatif

    bermakna bahwa kepala sekolah membutuhkan sistem kerja yang teratur

    untuk mensinergikan keragaman orang-orang dengan tugas pokok dan

    fungsi yang beragam pula agar bermuara pada satu koridor pendidikan

    dan pembelajaran pada level kompleks sekolah.11

    10 Cynthia Eshun & Frank K. Duah, Rewards as a Motivation Tool for Employee

    Performance (Ghana: Blekinge Tekniska Hokskola, 2011), hal. 35. 11 Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah (Jakarta: Bumi Aksara, 2013) hal.

    74.

  • 7

    Selaku manajer, kepala sekolah mempunyai tanggung jawab yang

    sangat besar terhadap kelancaran aktivitas pendidikan di sekolah yang

    dipimpinnya. Dengan asumsi bahwa peran pokok kepala sekolah terdapat

    dalam kesanggupannya untuk mempengaruhi lingkungan melalui

    kepemimpinannya yang dinamis. Kepala sekolah merupakan orang kunci

    dalam pemeliharaan dan pengembangan pengajaran di sekolah. Ia selaku

    pemimpin intruksional harus mampu menggerakkan sekolahnya mencapai

    kemajuan dan dapat mengidentifikasi bakat-bakat dan kemampuan-

    kemampuan sumber daya manusia di lembaga pendidikan yang

    dipimpinnya. Maka kepala sekolah menjadi seorang koordinator

    pengetahuan dan kemampuan-kemampuan personilnya, dan ia akan

    berusaha bagi pengembangan dan kemajuan seluruh program

    intruksional.

    Kepala sekolah sebagai manajer/ administrator bertanggung jawab

    atas kinerja semua stafnya dan dia harus terlibat secara aktif dalam

    proses mengidentifikasi dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan

    pelatihan mereka.12 Kepala sekolah adalah aspek penting dalam

    organisasi. Perubahan dapat menyebabkan pergolakan besar dalam

    dinamika kelompok tim kepemimpinan senior dan arah di mana organisasi

    bergerak. Namun, jika rencana tersebut adalah produk dari tim

    kepemimpinan seluruh, ia memiliki kesempatan yang lebih baik untuk

    bertahan transisi kepemimpinan. Rencananya perlu dimiliki oleh tim

    kepemimpinan, tidak tergantung pada seorang pemimpin tunggal.

    Mendapatkan penerimaan dan masukan untuk rencana dari anggota baru

    dari tim kepemimpinan senior sangat penting untuk keberhasilan rencana

    ini.13 Seorang pemimpin memiliki tanggung jawab untuk menyusun,

    menjalankan dan mengadakan evaluasi terhadap tugasnya untuk

    12 Josephat Stephen Itika, Fundamentals of Human Resource Management Emerging

    Experiences from Africa (RB Leiden: African Studies Centre, 2011), hal. 127. 13 Denise Lindsey Wells, Strategic Management for Senior Leaders: A Handbook for

    Implementation (Arlington, Virginia: Department of the Navy Total Quality Leadership Office), hal. 58.

  • 8

    mencapai outcome yang terbaik. Pemimpin bertanggung jawab untuk

    kesuksesan stafnya tanpa kegagalan.14

    Penguasaan tugas yang bersifat konseptual-nonteknis pasca level

    manajer sangat urgen untuk diimbangi dengan keterampilan pada tugas

    yang bersifat teknis murni. Sebab keterampilan yang dimiliki oleh manajer

    tersebut akan berimplementasi pada nuansa organisasi terutama pada

    pemimpin kelas bawahnya untuk menuju pada perubahan organisasi dan

    juga akan semakin menancapkan kuku kekuasaannya. Tingkat perubahan

    akan semakin bermakna dari tingkat perubahan yang berhubungan

    dengan pengetahuan.

    Manajemen kepala sekolah memerlukan dukungan semua pihak,

    baik kepala sekolah yang selalu konsisten untuk mewujudkan sekolah

    yang berprestasi maupun kualitas/prestasi siswa itu sendiri serta sarana

    dan fasilitas yang memadai, di samping guru yang memiliki kesiapan

    intelektual, emosional, dan moral etis yang tinggi.15

    Partisipasi dalam bahasa inggris participation yang berarti

    pengambilan bagian, atau pengikutsertaan.16 Partisipasi adalah hal ikut

    serta dalam suatu kegiatan..17 Artinya partisipasi adalah suatu maksud

    untuk ambil bagian dalam suatu kegiatan mencapa tujuan. Masyarakat

    adalah sekumpulan orang yang hidup bersama pada suatu tempat atau

    wilayah dng ikatan aturan tertentu atau segolongan orang-orang yang

    mempunyai kesamaan tertentu.18

    Dapat disintesiskan bahwa partisipasi masyarakat adalah

    penerimaan yang tinggi dari sekelompok orang yang bernama masyarakat

    terhadap sesuatu (nanti dimaksud adalah sekolah). Indikator partisipasi

    14 Husaini Usman, Manajemen; Teori, Praktek dan Riset Pendidikan (Jakarta: Bumi

    Aksara, 2013), hal. 249. 15 Herabudin, Administrasi dan Supervisi Pendidikan (Bandung: Pustaka Setia

    2009), hal. 221. 16 John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia,

    2011), hal. 419. 17 Susilo Riwayadi dan Suci Nur Anisyah, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Surabaya:

    Sinar Terang, 2009), hal. 527. 18 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai

    Pustaka, 2008), hal. 924.

  • 9

    masyarakat adalah kesediaan masyarakat membantu, mendukung dan

    bekerja sama terhadap suatu aktivitas. Dapat dijelaskan sesuai indikator

    ini bahwa untuk dapat membangun kegiatan yang baik, maka keterlibatan

    masyarakat dalam proses pendidikan menjadi penting, agar masyarakat

    makin sadar bahwa menyiapkan pendidikan yang baik itu tidak mudah.

    Kualitas pendidikan juga tidak semata-mata diukur dengan hasil Ujian

    Nasional yang tinggi, tetapi dapat dilihat juga dengan tingkat kepuasan

    masyarakat sebagai pelanggan. Hal ini merupakan upaya saling tolong

    menolong satu sama lain, firman Allah SWT tentang hal ini:

    Artinya: “...Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan

    dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran...” (Q.S. Al-Ma’idah: 2). 19

    Manajemen kerja sama ini sangat penting dilakukan dalam rangka

    penyelenggaraan pendidikan yang tepat sasaran dan dapat memenuhi

    peningkatan mutu pendidikan yang memadai. Dalam membangun

    kerjasama secara sinergis antara sekolah,dan masyarakat dibutuhkan

    sosok pemimpin yang mampu mempraktekkan tugas manajerialnya

    dengan baik. Unsur-unsur yang membentuk komunitas sekolah terdiri dari

    individu dan kelompok, kelompok dalam satuan pendidikan, orang tua dan

    keluarga serta masyarakat di sekitar satuan pendidikan tersebut. Unsur-

    unsur tersebut harus terbangun jalinan hubungan kemitraan secara

    sistemik, sebagaimana yang tergambar pada prinsip kemitraan seperti

    saling membutuhkan, saling mempercayai, saling ”menguntungkan”

    (memberi manfaat), dan dilandasi kemitraan dan semangat untuk

    kepentingan bersama.

    19 Anonim, Al-Qur’an...Op. Cit., hal. 97.

    (٢: المائدة(

  • 10

    Dalam konteks sekolah, stakeholders adalah masyarakat sekolah

    yang merupakan warga atau individu yang berada di sekolah dan di

    sekitar sekolah yang berhubungan secara langsung maupun tidak

    langsung terhadap manajemen sekolah, memiliki kesadaran sosial dan

    mempunyai pengaruh terhadap sekolah. Stakeholders adalah segenap

    komponen terkait yang memiliki hak serta kewajiban yang sama dalam

    merencanakan, melaksanakan dan melakukan pengawasan terhadap

    program pendidikan. Secara umum istilah stakeholders diartikan sebagai

    pemangku kepentingan. Pengertian stakeholder dalam konteks ini adalah

    tokoh – tokoh masyarakat baik formal maupun informal, seperti pimpinan

    pemerintahan (lokal), tokoh agama, tokoh adat, pimpinan organisasi social

    dan seseorang yang dianggap tokoh atau pimpinan yang diakui dalam

    pranata social budaya atau suatu lembaga (institusi), baik yang bersifat

    tradisional maupun modern.20

    Keberhasilan peningkatan partisipasi dapat diukur dengan indikator-

    indikator sebagai berikut:

    1. Kontribusi/dedikasi stakeholders meningkat dalam hal jasa (pemikiran,

    ketrampilan), finansial, moral, dam material/barang.

    2. Meningkatnya kepercayaan stakeholders kepada sekolah, terutama

    menyangkut kewibawaan dan kebersihan.

    3. Meningkatnya tanggung jawab stakeholders terhadap

    penyelenggaraan pendidikan di sekolah.

    4. Meningkatnya kualitas dan kuantitas masukan (kritik dan saran) untuk

    peningkatan mutu pendidikan.

    5. Meningkatnya kepedulian stakeholders terhadap setiap langkah yang

    dilakukan oleh sekolah untuk peningkatan mutu.

    6. Keputusan-keputusan yang dibuat oleh sekolah benar-benar

    mengekspresikan aspirasi dan pendapat stakeholders dan mampui

    meningkatkan kualitas pendidikan.21

    20 Kompri, Manajemen Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2014), hal. 345. 21 Ibid., hal. 347.

  • 11

    Alasan penting seorang kepala sekolah berusaha meningkatkan

    partisipasi masyarakat pada sebuah satuan pendidikan adalah karena

    persoalan yang dihadapi oleh semua pihak makin kompleks dan perlu

    sinergi potensi dan sumber daya untuk optimalisasi penanganan

    persoalan bersama. Dengan adanya partisipasi masyarakat pada suatu

    sekolah tentunya bentuk kerja sama dapat dilakukan dengan optimal

    dalam rangka penyelenggaraan pendidikan yang tepat sasaran dan dapat

    memenuhi peningkatan mutu pendidikan yang memadai.

    Satuan pendidikan SMP Negeri 2 Kateman yang berlokasi di Desa

    Tanjung Raja Kecamatan Kateman Kabupaten Indragiri Hilir sudah

    melaksanakan upaya meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap

    sekolah. Akan tetapi masih bersifat sederhana dalam artian belum

    dimanejerial dengan optimal, sehingga belum menunjukkan adanya

    peningkatan partisipasi masyarakat di lembaga ini pada setiap tahunnya.

    Berdasarkan grand tour di SMP Negeri 2 Kateman penulis

    menemukan beberapa permasalahan antara lain sebagai berikut.

    Pertama, kepala sekolah melibatkan dalam berbagai kegiatan sekolah.

    Kepala sekolah sudah menyusun rencana untuk itu, seperti

    mengagendakan rapat dengan wali murid, mengagendakan rapat dengan

    komite sekolah, berkonsultasi dengan tokoh masyarakat mengenai

    kemajuan sekolah. Hanya saja partisipasi masyarakat masih belum tinggi,

    sebagian masyarakat jika diundang tidak datang.

    Kedua, kepala sekolah sudah menunjuk bawahan (salah satu guru

    yang sudah lama mengabdi di sekolah ini) untuk mengelola hubungan

    dengan masyarakat. Hanya saja cara yang ditempuh untuk berkomunikasi

    masih tradisional sekolah melalui surat atau telephone. Padahal bisa

    menggunakan media portofolio, penajaman program komunitas wali

    murid, pameran, dan lain-lain. Ketiga, manajemen kepala sekolah dalam

    menggerakkan personalia bekerja menjalin hubungan dengan masyarakat

    sudah ada, hanya saja belum teratur karena kesibukan bekerja. Misalnya

    ada rapat dengan wali murid, tidak selalu dihadiri kepala sekolah,

  • 12

    melainkan diwakilkan dengan coordinator bidang humas. Keempat,

    pengawasan terhadap kerjasama hubungan dengan masyarakat belum

    dijadikan umpan balik, nyatanya kegiatan-kegiatan bersama masyarakat

    masih sama setiap tahunnya, tidak ada perubahan dan peningkatan

    intesitas dan kualitas kerja sama.22 Berdasarkan data di atas, dapat

    dikatakan bahwa manajemen kepala sekolah belum mampu

    meningkatkan partisipasi masyarakat di SMP Negeri 2 Kateman.

    B. Rumusan Masalah

    Berangkat dari masalah yang demikian maka pertanyaan pokok

    yang diajukan adalah:

    1. Mengapa manajemen kepala sekolah belum mampu meningkatkan

    partisipasi masyarakat di SMP Negeri 2 Kateman?

    2. Bagaimana manajemen kepala SMP Negeri 2 Kateman?

    3. Bagaimana partisipasi masyarakat terhadap SMP Negeri 2 Kateman?

    4. Bagaimana manajemen kepala sekolah dalam meningkatkan

    partisipasi masyarakat di SMP Negeri 2 Kateman?

    C. Fokus Penelitian

    Supaya aspek penelitian lebih terarah, maka penelitian ini dengan

    fokus kajian pada manajemen kepala sekolah, dimaksudkan sebagai

    aktivitas kepala sekolah dalam merencanakan (planning), pelaksanaan

    (actuating) dan pengawasan/evaluasi (controlling) setiap program-program

    sekolah dalam satu tahun pelajaran 2017/2018. Fokus penelitian juga

    dilakukan terhadap partisipasi masyarakat yang diselenggarakan dalam 1

    tahun pelajaran di SMP Negeri 2 Kateman.

    D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

    1. Tujuan Penelitian

    a. Ingin mengetahui ketidakmampuan manajemen kepala sekolah dalam

    peningkatan partisipasi masyarakat di SMP Negeri 2 Kateman.

    22 Wawancara dengan Koord. Bidang Humas SMP Negeri 2 Kateman, 12 Juli 2017

  • 13

    b. Ingin mengetahui manajemen kepala SMP Negeri 2 Kateman.

    c. Ingin mengetahui partisipasi masyarakat terhadap SMP Negeri 2

    Kateman.

    d. Ingin mengetahui manajemen kepala sekolah dalam peningkatan

    partisipasi masyarakat di SMP Negeri 2 Kateman.

    2. Kegunaan Penelitian

    Setelah selesai kegiatan penelitian ini, dan tujuan yang telah

    dirumuskan telah tercapai, maka penelitian diharapkan akan berguna:

    a. Sebagai media pengembangan teori keilmuan manajemen pendidikan

    khususnya yang berkaitan dengan manajemen kepala sekolah dalam

    meningkatkan partisipasi masyarakat di SMP Negeri 2 Kateman.

    b. Sebagai masukan bagi pihak SMP Negeri 2 Kateman mengenai

    manajemen kepala sekolah dalam meningkatkan partisipasi

    masyarakat.

    c. Sebagai acuan bagi peneliti lainnya dalam pengembangan kajian

    manajemen kepala sekolah dalam meningkatkan partisipasi

    masyarakat.

  • 14

    BAB II

    LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

    A. Landasan Teori

    1. Manajemen Kepala Sekolah

    Manajemen menurut Tery & Rue, dikutip Amtu adalah suatu proses

    atau kerangka kerja yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu

    kelompok orang-orang ke arah tujuan organisasional atau maksud-

    maksud yang nyata.23 Manajemen sebagai suatu kemampuan yang

    selanjutnya menjadi cikal bakal suatu profesi,24 ada lagi pendapat lain

    mengatakan bahwa poses manajemen mempunyai beberapa tahapan

    yaitu: Penentuan Tujuan, perumusan strategi, perencanaan, penentuan

    program kerja, perorganisasian, penggerakan sumber daya manusia,

    pemantauan kegiatan operasional, pengawasan, penilaian serta

    penciptaan dan penggunaan sistem umpan balik.25 Manajemen adalah

    penerapan fungsi-fungsi: perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,

    pelaporan, pengkoordinasian, pembiayaan, dan pengawasan dengan

    menggunakan dan memanfaatkan fasilitas maupun sumberdaya yang

    tersedia.26

    Dari beberapa pendapat ahli penulis menyimpulkan bahwasannya

    manajemen merupakan proses yang berbentuk kerangka kerja yang

    bertujuan untuk mengatur secara keseluruhan untuk mencapai tujuan

    yang diharapkan. Dalam pelaksanaan manajemen di dalamnya ada

    beberapa kegiatan-kegiatan tertentu yang harus dilakukan secara

    bertahap dengan tujuan bahwa hasil akhir yang diharapkan terwujud

    secara efektif dan efisien. Manajemen adalah suatu proses atau kerangka

    kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok

    23 Onisimus Amtu, Manajemen Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2011), hal. 2. 24 Engkoswara dan Aan Komariah, Administrasi Pendidikan (Jakarta: Alfabeta, 2012),

    hal. 85. 25 Sondang P. Siagan, Sistem Infomasi Manajemen (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hal.

    33. 26 Syaiful Sagala, Manajemen Strategik dan Peningkatan Mutu Pendidikan (Bandung:

    Alfabeta, 2010), hal. 56.

    14

  • 15

    orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud

    yang nyata.

    Dalam proses pelaksanaan manajemen berkaitan erat dengan

    kegiatan-kegiatan tertentu yang harus dilakukan, yang mana kegiatan-

    kegiatan tersebut dapat dikenal dengan nama fungsi-fungsi manajemen,

    yang terdiri dari: planning: menentukan tujuan-tujuan yang hendak dicapai

    selama suatu masa yang akan datang dan apa yang harus diperbuat agar

    dapat mencapai tujuan-tujuan itu; organizing: mengelompokkan dan

    menentukan berbagai kegiatan penting dan memberikan kekuasaan untuk

    melaksanakan kegiatan-kegiatan itu; staffing: menentukan keperluan-

    keperluan sumber daya manusia, pengerahan, penyaringan, latihan dan

    pengembangan tenaga kerja; motivating: mengarahkan dan menyalurkan

    perilaku manusia kearah tujuan-tujuan; dan controlling: mengukur

    pelaksanaan dengan tujuan-tujuan, menentukan sebab-sebab

    penyimpangan-penyimpangan dan mengambil tindakan-tindakan korektif

    dimana perlu.

    Manajemen adalah suatu proses sosial yang direncanakan untuk

    menjamin, partisipasi dan keterlibatan sejumlah orang dalam mencapai

    sasaran dan tujuan tertentu yang ditetapkan secara efektif. Manajemen

    mengandung unsur pembimbingan, pengarahan dan pengelolaan

    sekelompok orang terhadap pencapaian sasaran umum. Manajemen yang

    dibahas pada kajian ini adalah manajemen kepala sekolah.

    Kepala sekolah dapat didefinisikan sebagai seorang tenaga

    fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana

    diselenggarakan proses pembelajaran, atau tempat di mana terjadi

    interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima

    pelajaran.27 Kepala sekolah adalah pemimpin pendidikan tingkat satuan

    pendidikan yang harus memiliki dasar kepmimpinan yang kuat.28

    27 Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah (Jakarta: RajaGrafindo Persada,

    2008), hal. 83. 28 E. Mulyasa, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah (Jakarta: Bumi Aksara,

    2012), hal. 16.

  • 16

    Kepala sekolah adalah orang yang bertanggung jawab untuk

    pencapaian tujuan sekolah khususnya berkaitan dengan mutu pendidikan

    dan juga kepuasaan pelanggan yaitu guru secara internal dan orang ta

    siswa secara eksternal.29 Kepala sekolah adalah orang yang diberikan

    tugas dan tanggung jawab mengelola sekolah dengan menghimpun,

    memanfaatkan dan menggerakkan seluruh potensi sekolah secara optimal

    dalam mencapai tujuan sekolah.30

    Kepala sekolah/madrasah adalah guru yang diberi tugas tambahan

    untuk memimpin taman kanak-kanak/raudhotul athfal (TK/RA), taman

    kanak-kanak luar biasa (TKLB), sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah

    (SD/MI), sekolah dasar luar biasa (SDLB), sekolah menengah

    pertama/madrasah tsanawiyah (SMP/MTs), sekolah menengah pertama

    luar biasa (SMPLB), sekolah menengah atas/madrasah aliyah (SMA/MA),

    sekolah menengah kejuruan/madrasah aliyah kejuruan (SMK/MAK), atau

    sekolah menengah atas luar biasa (SMALB) yang bukan sekolah bertaraf

    internasional (SBI) atau yang tidak dikembangkan menjadi sekolah

    bertaraf internasional (SBI).31

    Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa kepala

    sekolah/madrasah adalah guru yang diberi tugas tambahan untuk

    memimpin sekolah atau diberikan tugas dan tanggung jawab mengelola

    sekolah dengan menghimpun, memanfaatkan dan menggerakkan seluruh

    potensi sekolah secara optimal dalam mencapai tujuan sekolah.

    Manajemen kepala sekolah adalah usaha kepala sekolah agar

    terlaksananya fungsi-fungsi manajerial terhadap sumber daya, baik

    sumber daya manusia maupun material sekolah dan menggunakannya

    secara efektif sesuai dengan tujuan sekolah.32 Manajemen kepala sekolah

    adalah kemampuan kepala sekolah dalam menyusun perencanaan

    29 Maisah, Manajemen Pendidikan (Jakarta: Referensi, 2013), hal. 68. 30 Syaiful Sagala, Manajemen...Op. Cit., hal. 88. 31 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 Tahun 2010 tentang Penugasan

    Guru Sebagai Kepala Sekolah/Madrasah pasal 1 ayat 1 32 Syafaruddin, Efektivitas…Op. Cit., hal. 122.

  • 17

    sekolah untuk berbagai tingkat perencanaan, pengembangan organisasi

    sekolah sesuai kebutuhan, memimpin dan mengelola guru dan staf dalam

    rangka pendayagunaan SDM secara optimal dan mengelola partisipasi

    masyarakat.33

    Manajemen pendidikan yang dilakukan kepala sekolah yang

    dilakukan kepala sekolah yaitu manajemen dalam melaksanakan tugas

    pendidikan di sekolah dengan mendayagunakan segala sumber secara

    efisien untuk mencapai tujuan secara efektif.34 Manajemen kepala sekolah

    terhadap lembaga pendidikan adalah segala sesuatu yang berkenaan

    dengan pengelolaan proses pendidikan di sekolah untuk mencapai tujuan

    yang tetap ditetapkan.35 Manajemen kepala sekolah adalah usaha kepala

    sekolah dalam mempengaruhi dan mengajak orang lain untuk bekerja

    sama sesuai tugas dan fungsinya masing-masing dalam membantu

    memperlancar pencapaian tujuan sekolah secara efektif dan efisien.36

    Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa Manajemen

    kepala sekolah adalah kemampuan kepala sekolah dalam menyusun

    perencanaan sekolah untuk berbagai tingkat perencanaan,

    pengembangan organisasi sekolah sesuai kebutuhan, memimpin dan

    mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan SDM secara

    optimal.

    Manajemen sekolah (new trend in education or school

    management) menggariskan konsep partipasi pada tingkat paling bawah,

    yaitu sekolah dengan segala komunitasnya. Komunitas sekolah, dimaksud

    adalah kepala sekolah, guru, staf tata usaha, pengurus komite sekolah,

    orang tua siswa, masyarakat yang peduli, dan siswa. Dengan manajemen

    partisipatif bermakna bahwa kepala sekolah membutuhkan sistem kerja

    yang teratur untuk mensinergikan keragaman orang-orang dengan tugas

    33 Euis Karwati dan Donni Juni Priansa, Op. Cit., hal. 119-121. 34 Dadang Suhardan, dkk., Manajemen Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2008), hal. 87. 35 Eka Prihatin, Teori Administrasi Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2011), hal. 147. 36 M. Daryanto, Administrasi dan Manajemen Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), hal.

    62-63.

  • 18

    pokok dan fungsi yang beragam pula agar bermuara pada satu koridor

    pendidikan dan pembelajaran pada level kompleks sekolah.37 Dengan

    kondisi ini, maka akuntabilitas kepala sekolah sangat diharapkan.

    Kebijakan pendidikan oleh pemerintah kepada sekolah

    menyebabkan sekolah kurang mengkondisikan partisipasi masyarakat

    sehingga peran serta masyaralat terhadap upaya memajukan sekolah

    sangat minim. Secara umum masyarakat hanya berpartisipasi dalam

    aspek finansial yang merupakan input sekolah. Padahal justru masyarakat

    sangat perlu berpastisipasi terhadap proses pendidikan (pengambilan

    keputusan, monitoring, evaluasi dan akuntabilitas) karena sekolah sebagai

    lembaga yang berada di tengah-tengah masyarakat, meneruskan keingian

    masyarakat dalam hal mencerdaskan anak-anak dan mereka memiliki

    tanggung jawab terhadap masyarakat (akuntabilitas). Padahal selama ini

    sekolah tidak memiliki beban untuk mempertanggungjawabkan kinerja

    pendidikan terhadap masyarakat.38

    Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal yang dipercaya oleh

    masyarakat memiliki tanggung jawab yang harus dilaksanakan secara

    konsekuwen oleh para pengelolanya. Sekolah adalah merupakan ujung

    tombak bagi pendidikan nasional karena indikator keberhasilan pendidikan

    selama ini hanya bisa diukur setelah sekolah tersebut (dalam berbagai

    jenjang) melakukan proses evaluasi baik secara lokal maupun nasional.39

    Sekolah dan masyarakat memiliki hubungan timbal balik untuk

    menjaga kelestarian dan kemajuan masyarakat itu sendiri., sekolah

    diselenggarakan untuk dapat menjaga kelestarian nilai-nilai positif

    masyarakat, dengan harapan sekolah dapat mewariskan nilai-nilai yang

    dimiliki masyarakat dengan baik dan benar. Sekolah juga berperan

    sebagai agen perubahan (agent of change), di mana sekolah dapat

    mengadakan perubahan nilai-nilai dan tradisi sesuai dengan kemajuan

    37 Sudarwan Danim, Visi…Op. Cit., hal. 74. 38 Syafaruddin, Efektivitas Kebijakan Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal. 160. 39 Anwar Hafid, dkk., Konsep Dasar Ilmu Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2013), hal. 49-

    50.

  • 19

    dan tuntutan masyarakat dalam kemajuan dan pembangunan. Hubungan

    sekolah dan masyarakat dilakukan untuk menjembatani kebutuhan yang

    dibutuhkan oleh sekolah dan masyarakat itu sendiri. Sekolah melakukan

    komunikasi dengan masyarakat agar memahami kebutuhan pendidikan

    dan pembangunan masyarakat. Hubungan sekolah dan masyarakat dapat

    diikatkan sebagai usaha kooperatif untuk menjaga dan mengembangkan

    saluran informasi dua arah yang efisien serta saling pengertian.40

    Berbagai tindakan dapat dilakukan kepala sekolah dalam

    melakukan pembenahan sekolah melalui peningkatan motivasi dan

    disiplin tenaga pendidikan. Menurut Emma O’Brien, et.al., akumulasi

    pengetahuan tidak terlihat ketika tidak digunakan untuk menghasilkan

    kegiatan yang berguna yang dapat meningkatkan fungsi organisasi.41

    Usaha peningkatan mutu pendidikan di sekolah perlu didukung oleh

    kemampuan manajerial kepala sekolah. Sekolah perlu berkembang maju

    dari tahun ke tahun. Kenyataan menunjukkan bahwa tingkat kemajuan

    sekolah sangat ditentukan oleh sejauhmana tingkat kemajuan manajemen

    dan administrasi sekolah. Manajemen selalu berkaitan dengan kehidupan

    organisasi sosial di mana terdapat sekelompok orang yang menduduki

    berbagai jenjang tingkat kepemimpinan dan sekelompok orang lain yang

    tanggung jawab utamanya adalah menyelenggarakan kegiatan

    operasional. Pandangan ini sangat mendasar karena keberhasilan

    seseorang yang menduduki jabatan manajerial tidak lagi diukur dari

    keterampilannya menyelenggarakan kegiatan operasional, melainkan dari

    kemahiran dan kemampuannya menggerakkan orang lain dalam

    organisasi.

    Manajemen sekolah harus dilakukan secara profesional oleh kepala

    sekolah. Orientasi profesional adalah kecakapan individu yang menjadi

    40 Rohiat, Manajemen Sekolah: Teori Dasar dan Praktik (Bandung: Refika Aditama,

    2008), hal. 28. 41 Emma O’Brien, et.al., Knowledge Management for Process, Organizational and

    Marketing Innovation: Tools and Methods (Hershey, New York: Information Science Reference (an Imprint of IGI Global, 2011), hal. 120.

  • 20

    sentral tugasnya dan bukan organisasinya, sehingga mereka mempunyai

    kecenderunan untuk melihat permintaan organisasi sebagai penekanan

    atau gangguan, dan mereka akan mencari jalan untuk menghindarinya.

    Tetapi, saat ini hal itu tidak mungkin terjadi, sejak para profesional harus

    memiliki sebuah organisasi tepat mereka bekerja.42 Bahwa akses pada

    pendidikan bermutu, peningkatan kualitas manajemen pendidikan dan

    upgrade kemampuan guru kini dirasakan lebih terbuka dan bisa dijangkau

    oleh seluruh elemen masyarakat, termasuk pemangku kepentingan

    pendidikan, tanpa diskriminasi.43

    Tujuan manajemen sekolah secara umum adalah: a)

    Memungkinkan organisasi mendapatkan dan mepertahankan tenaga kerja

    yang cakap, dapat dipercaya dan memiliki motivasi tinggi. b)

    Meningkatkan dan memperbaiki kapasitas yang dimiliki oleh karyawan. c)

    Mengembangkan sistem kerja dengan kinerja tinggi yang meliputi

    prosedur prekrutan dan seleksi yang ketat, sistem kompensasi dan insetif

    yang disesuaikan dengan kinerja, pengembangan manajemen serta

    aktivitas pelatihan yang terakit dengan kebutuhan organisasi dan individu.

    d) Mengembangkan praktik manajemen dan komitmen tinggi yang

    menyadari bahwa tenaga pendidik dan kependidikan merupakan

    stakeholder internal yang berharga serta membantu mengembangkan

    iklim kerjasama dan kepercayaan bersama. e) Menciptakan iklim kerja

    yang harmonis.44

    Dengan berfungsinya peran kepala sekolah, maka diyakini bahwa

    sekolah yang dipimpinnya akan mengalami perkembangan dan

    peningkatan mutu pendidikan, serta pemenuhan partisipasi masyarakat

    sekolah. Peran aktif kepala sekolah belum bisa dilaksanakan maksimal,

    karena adanya beberapa faktor penghambat dalam upaya tersebut yang

    42 Mukhtar dan Iskandar, Orientasi Baru Supervisi Pendidikan (Jakarta: Referensi,

    2013), hal. 141. 43 Asrori S. Karni, Etos Studi Kaum Santri: Wajah Baru Pendidikan Islam (Bandung:

    Mizan Pustaka, 2009), hal. xxxi 44 Dadang Suhardan, dkk., Op. Cit., hal. 232.

  • 21

    mungkin terkendalanya pelaksanaan teknis dalam proses perbaikan mutu

    pendidikan. Menurut Mc. Farland yang dikutip oleh Syaiful Sagala45

    mengemukan bahwa kepemimpinan merupakan suatu proses dimana

    pimpinan digambarkan akan member perintah atau pengarahan,

    bimbingan atau mempengaruhi pekerjaan orang lain dalam memilih dan

    mencapai tujuan yang telah ditetapkan

    Tentunya dalam upaya-upaya tersebut terdapat unsur-unsur

    penghambat dalam mencapai mutu yang baik. Allah SWT berfirman:

    Artinya: “…Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri…” (Q.S. 13: 11)46

    Ayat lainnya berbunyi:

    Artinya: “Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus

    (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan” (Q.S; 55: 33).47

    Ayat di atas menjelaskan bahwa kekuatan yang dimaksud pada diri

    seseorang seperti ilmu, kompetensi dan sikap yang menjadi modal untuk

    perubahan dirinya, termasuk pada diri seorang kepala sekolah.

    Seorang kepala sekolah setidaknya harus menguasai bekal

    kemampuan untuk (1) menyusun program kegiatan sekolah; (2)

    menetapkan prosedur mekanisme kerja; melaksanakan monitoring,

    45 Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer (Bandung: CV. Alfabeta, 2009),

    hal. 145. 46 Anonim, Al-Qur’an...Op. Cit., hal. 370. 47 Ibid., hal. 887.

    (١١: الرعد)

    (٣٣׃االرحمن)

  • 22

    evaluasi, supervisi, dan membuat laporan kegiatan sekolah; (4)

    meningkatkan dan memantapkan disiplin guru dan siswa.48

    Tetapi harus melalui proses pendidikan, yang harus juga bermutu

    tinggi. Kegiatan manajemen yang dilakukan kepala sekolah adalah:

    a. Planning

    Perencanaan adalah inti manajemen karena semua kegiatan

    organisasi yang bersangkutan didasarkan pada rencana. Dengan

    perencanaan itu, maka para pengambil keputusan bisa menggunakan

    sumber daya yang ada secara berdaya guna dan berhasil guna (secara

    efektif dan efisien). Demikian pula perencanaan sumber daya manusia

    (human resources planning) adalah merupakan inti dari manajemen

    sumber daya manusia, karena dengan adanya perencanaan maka

    kegiatan seleksi, pelatihan dan pengembangan, serta kegiatan-kegiatan

    lain yang berkaitan dengan sumber daya manusia lebih terarah.

    Kebijakan memandu keputusan dan tindakan terhadap orang-orang

    keputusan dan tindakan yang paling mungkin untuk mencapai hasil yang

    diinginkan.49 Pemimpin harus diperkenalkan dengan konsep: (1)

    kecakapan untuk melihat organisasi melalui beberapa lensa yang

    berbeda-beda, (2) fleksibel dalam pemikiran, (3) menganjurkan fleksibel

    dalam tindakan, (4) kecakapan memainkan peran yang perlu dalam

    situasi, tanpa mengorbankan nilai-nilai dasar.50 Melalui kecakapan ini,

    maka perencanaan sekolah bisa dilakukan secara rinci sesuai kebutuhan.

    Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005

    Tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 42: 1) Setiap satuan

    pendidikan wajib memiliki sarana yang memiliki perabot, peralaan

    pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan

    habis dipakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang

    proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan dan 2) Setiap satuan

    48 Husaini Usman, Op. Cit., hal. 314. 49 Thei Geurts, Public Policy Making: The 21st Century Perspective (Netherlands: Be

    Informed, 2011), hal. 6. 50 Eka Prihatin, Op. Cit., hal. 119.

  • 23

    pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas,

    ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidikan, ruang tata usaha,

    ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja¸ ruang unit

    produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga,

    tempat beribadah tempat bermaian, tempa berkreasi, dan ruang/tempat

    lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur

    dan berkelanjutan.51

    b. Organizing

    Kepala sekolah sebagai pemimpin harus bisa menempatkan posisi

    guru dan staf sesuai dengan bidangnya (keahliannya) karena jika tidak

    pasti akan menemui kendala besar yang mengakibatkan kehancuran

    dalam organisasi, termasuk dalam mengelola partisipasi masyarakat yang

    ada. Kepala sekolah menjalankan fungsi manajer terhadap pelaksanaan

    pekerjaan di sekolah. Melalui fungsi ini kepala sekolah dapat berupaya

    untuk meningkatkan sumber daya sekolah yang ada. Kegiatan kepala

    sekolah dalam keseluruhan proses pendidikan merupakan kegiatan yang

    integral terhadap keseluruhan proses kegiatan pendidikan lainnya. Selaku

    pemimpin kepala sekolah mempunyai tanggung jawab yang sangat besar

    terhadap kelancaran aktivitas pendidikan di sekolah yang dipimpinnya.

    Dengan asumsi bahwa tugas pokok kepala sekolah adalah mempengaruhi

    lingkungan melalui kepemimpinannya yang dinamis dan pengembangan

    pembelajaran di sekolah. Perkataan (qawl) dari Sayyidina Ali bin Abi

    Thalib:

    اَْلَحقُّ باِلَ نَِظاٍم يَْغِلبُهُ اْلبَاِطُل بِالن َِظامِ Artinya: “Kebenaran yang tidak diorganisir dapat dikalahkan oleh kebatilan

    yang diorganisir.” Qawl ini mengingatkan kita tentang pentingnya berorganisasi dan

    sebaliknya bahayanya suatu kebenaran yang tidak diorganisir melalui

    51 Anonim, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang

    Standar Nasional Pendidikan (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2007), hal. 25-26.

  • 24

    langkah-langkah yang kongkrit dan strategi-strategi yang mantap. Maka

    tidak ada garansi bagi perkumpulan apa pun yang menggunakan identitas

    Islam meski memenangkan pertandingan, persaingan maupun

    perlawanan jika tidak dilakukan pengorganisasian yang kuat.

    c. Actuating

    Kepala sekolah selaku pemimpin harus mampu menggerakkan

    sekolahnya mencapai kemajuan dengan mengidentifikasi bakat-bakat dan

    kemampuan-kemampuan sumber daya manusia di lembaga pendidikan

    yang dipimpinnya. Maka kepala sekolah menjadi seorang koordinator

    pengetahuan dan kemampuan-kemampuan personilnya, dan ia akan

    berusaha tenaga profesional bagi pengembangan program sekolah.

    Pemimpin yang memiliki ciri-ciri kepemimpinan adalah seseorang

    yang memiliki kualitas diri yang baik tercermin dari sifat-sifat atau watak.52

    Kepemimpinan yang baik menciptakan iklim yang kondusif tercapainya

    tujuan bersama dengan manajemen yang prima. Kepemimpinan

    merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap pemimpin dalam

    memimpin suatu kelompok, baik terorganisasi maupun tidak. Peranannya

    sangat penting, mengingat pemimpin adalah sentral figur dalam kelompok

    tersebut. Nabi Muhammad SAW bersabda:

    لُُّكْم َراعٍ اَبِى ُهَرْيَرةَ قَاَل قَاَل َرُسْوُل هللاِ َصلَّى هللاُ َعلَْيِه َوَسلََّم : كُ عن َوُكلُُّكْم َمْسئُْوٌل َعْن َرِعيَّتِِه. )رواه البخاري(

    Artinya “Dari Abu Harairah Ra ia berkata: Nabi Bersabda: “Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan dimintai pertanggung-jawaban atas kepemimpinannya.” (H.R. Bukhari).53

    Hadis di atas menjelaskan bahwa Setiap adalah pemimpin akan

    dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Oleh karena itu,

    pemimpin menjadi barometer keberhasilan kelompok dalam proses

    perencanaan, pelaksanaan, pemberian motivasi, pengawasan sehingga

    52 Engkoswara dan Aan Komariah, Op. Cit., hal. 178. 53 Al-Imam Muhammad ibn Ismail Al-Bukhari, Shahih Bukhari, (Al-Makhtab Al-Syamilah

    tt, Edisi II), Hadis Nomor 666.

  • 25

    tercapainya tujuan-tujuan bersama dalam kelompok tersebut. Dengan

    demikian, kepemimpinan yang baik dapat meningkatkan kemampuan

    bawahan untuk menunjukan kualitas kerja secara maksimal, sehingga

    pencapaian tujuan dapat dilakukan secara efesien dan efektif. Pemimpin,

    dalam kepemimpinannya menampilkan beragam model dan gaya yang

    akhirnya akan mengklasifikasikan pemimpin tersebut ke dalam tipe-tipe

    kepemimpinan tertentu.

    Dalam Islam, kepemimpinan dan adanya pemimpin merupakan

    fitrah. Kondisi ini terlahir sebagai akibat dari beragamnya kemampuan,

    kehendak, kemauan, fikiran, sifat, dan lain-lain pada masing-masing

    manusia. Selanjutnya dijelaskan keadaan ini melahirkan orang yang

    menjadi pemimpin dari sejumlah orang yang lebih banyak. Terlahirnya

    sosok-sosok yang menjadi pemimpin ini karena kemampuannya dalam

    mewujudkan kepemimpinan. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat An-

    Nisaa ayat 1 menjelaskan tentang proses lahirnya pemimpin sebagai

    berikut:

    Artinya: Hai manusia bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah

    menciptakanmu dari satu diri (Adam). Dan daripadanya Allah menciptakan istrinya (Hawa). Dan dari keduanya Allah mengembangbiakan banyak laki-laki dan perempuan. Bertakwalah kepada Allah dimana kalian saling pinta meminta sesama kalian (dengan mempergunakan nama-Nya) peliharalah hubungan kasih sayang (antara kalian). Sesungguhnya Allah itu adalah pengawas kalian. (QS. An-Nisaa’: 1)54

    54 Anonim, Al-Qur’an…Op. Cit., hal. 150.

    (١׃النساء)

  • 26

    Ayat di atas menjelaskan bahwa setiap manusia harus bertakwa

    kepada Allah SWT dan memelihara hubungan dengan sesama secara

    baik. Kyai, sebagai orang yang memiliki pengetahuan dan keilmuan dalam

    bidang agama (Islam) maka ia menjadi pemimpin bagi umat.

    Kepemimpinan yang terlahir karena kualitas pribadi maka dalam

    kepemimpinananya akan menampilkan kharismatika yang dominan.

    Apabila kepemimpinan dipadukan dengan istilah pendidikan, maka

    muncullah istilah kepemimpinan pendidikan.

    Orang-orang yang duduk pada posisi pimpinan yang benar-benar

    piawai dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya untuk mencapai

    tujuan organisasi secara efektif, efisien, dan dengan akuntabilitas tertentu.

    Mereka harus memiliki etos kerja tinggi, bermartabat, dan mampu

    memberdayakan seluruh sumber daya yang tersedia. 55

    Istilah 'pemberdayaan' sering digunakan dalam konteks regenerasi

    berbasis komunitas di mana keterlibatan masyarakat lokal dalam proses

    regenerasi dipandang sebagai 'memberdayakan'. Umumnya, ini

    dipandang sebagai menstabilkan kekuasaan antara sektor negara dan

    masyarakat dan sektor sukarela, dan terkait dengan niat mempromosikan

    komunitas yang dipimpin perubahan, Setiap gagasan umum

    pemberdayaan masyarakat menyiratkan beberapa transfer pengambilan

    keputusan dari pelaku kelembagaan yang kuat untuk pemangku

    kepentingan lainnya dalam rantai kebijakan. Gagasan 'kemitraan' telah

    menjadi dilihat sebagai kendaraan utama untuk pengiriman

    pemberdayaan masyarakat meningkat ini.56

    Orang-orang diberdayakan ketika mereka mampu menjalankan

    kekuasaannya secara lebih bebas, seperti menggunakan keahlian

    mereka. Praktik kepemimpinan dan manajemen yang menimbulkan

    pemberdayaan antara lain pengunaan manajemen partisipatif,

    55 Sudarwan Danim, Kinerja Staf dan Organisasi (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hal.

    20. 56 Dave Adamson and Richard Bromiley, Community Empowerment in Practice (The

    Homestead 40 Water End York: Joseph Rowntree Foundation, 2008), hal. 11.

  • 27

    membebaskan orang dari aturan yang terlalu mengekang, melatih orang

    dengan keahlian yang mereka butuhkan, dan mengunakan struktur tim.

    Sebelum memberdayakan orang lain, cara karyawan yang level tanggung

    jawabnya di atas rata rata. Kemampuan dan motivasi adalah faktor sukses

    untuk pemberdayaan.57

    d. Controlling

    Manajer mempunyai tugas membantu para pegawai dalam

    mengembanngkan potensi yang mereka miliki dalam melaksanakan

    tugasnya sehari-hari sesuai dengan harapan. Pengambilan keputusan

    partisipatif, yaitu pelibatan warga kepala sekolah secara langsung dalam

    pengambilan keputusan, maka rasa memiliki warga kepala sekolah dapat

    meningkat. Peningkatan rasa memiliki ini akan menyebabkan peningkatan

    rasa tanggung jawabkan meningkatkan dedikasi warga terhadap kepala

    sekolahnya. Inilah esensi pengambilan keputusan partisipatif. Baik

    peningkatan mutu kepala sekolah maupun pengambilan keputusan

    partisipatif tersebut kesemuanya ditujukan untuk meningkatkan mutu

    sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional yang berlaku. Untuk

    mencapai tujuan itu, maka diperlukan peningkatan mutu sekolah. Allah

    SWT berfirman:

    Artinya “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan

    carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan” (Q.S; Al-Ma’idah: 35).58

    Ayat di atas menjelaskan setiap orang perlu mencari cara atau jalan

    untuk menyelesaikan berbagai rencana yang ada dengan efektif. Cara

    terbaik untuk menggerakan para anggota organisasi adalah dengan cara

    57 Andrew J. DuBrin, The Complete Ideal’s Guides: Leadership, Terj. Tri Wibowo BS

    (Jakarta: Prenada, 2009) hal. 229. 58 Anonim, Al-Qur’an...Op. Cit., hal. 165.

    (٣٥: المائدة(

  • 28

    pemberian komando dan tanggung jawab utama para bawahan terletak

    pada pelaksanaan perintah yang diberikan itu.

    Sekolah yang bermutu adalah sekolah yang mampu berperan

    sebagai proses edukasi (proses pendidikan yang menekankan pada

    kegiatan mendidik dan mengajar), proses sosialisasi (proses

    bermasyarakat terutama bagi anak didik) dan wadah proses transformasi

    (proses perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik/lebih maju).

    Peningkatan mutu pendidikan salah satu kebijakan pemerintah dalam

    pembangunan pendidikan. Selama ini pemerintah telah banyak

    melakukan berbagai usaha dalam rangka peningkatan pendidikan. Antara

    lain mengadakan penataran para guru, menyediakan buku-buku

    pendidikan, pengembangan kurikulum yang ada dan menerbitkan

    peraturan perundang-undangan. Selain itu juga pemerintah telah

    menambah gedung-gedung sekolah, laboratorium, komputer, laboratorium

    bahasa dan lain-lain.

    Perubahan pada sesuatu seseorang atau kelompok karena adanya

    upaya untuk perubahan dengan kekuatan atau kemampuan yang ada

    atau yang dimiliki seseorang atau kelompok itu. Peningkatan mutu

    pendidikan dalam era pembangunan yang bersifat global, mau tidak mau

    harus mendapat perhatian utama, sebab kalau tidak maka masyarakat

    dan bangsa Indonesia akan terpuruk dalam pergaulan dunia.

    Berdasarkan teori di atas dapat disintesiskan bahwa manajemen

    kepala sekolah adalah usaha kepala sekolah dalam untuk melaksanakan

    fungsi manajemen terhadap sumber daya sekolah dalam mencapai tujuan

    pendidikan. Indikator manajemen kepala sekolah adalah usaha kepala

    sekolah sebagai manajer melakukan perencanaan, pengorganisasian,

    kepemimpinan dan pengawasan semua program-program sekolah.

    2. Partisipasi Masyarakat

    Berikut ini merupakan definisi dari masyarakat menurut para ahli,

    diantaranya:

  • 29

    a. Ralph Linton. Ralph berpendapat bahwa masyarakat ialah setiap

    kelompok manusia yang telah hidup secara bersama-sama dalam

    waktu yang lama, sehingga mereka bisa mengatur kehidupan mereka

    dan menganggap mereka sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-

    batas yang telah disepakati bersama.

    b. Maclver. Menurut Maclver, masyarakat merupakan suatu sistem dari

    kebiasaan, dan tata cara dari wewenang dan kerja sama natar

    kelompok atau golongan, serta pengawasan tingkah laku dan

    kebebasan-kebebasan individu. Masyarakat memiliki kebiasaan yang

    selalu berubah, dan itulah yang membuat jalinan sosial.

    c. Selo Soemardjan. Menurutnya, masyarakat merupakan sekelompok

    individu yang hidup secara bersama-sama dalam waktu lama sehingga

    sudah terbentuk kebudayaan.59

    Masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan

    terikat oleh sesuatu kebudayaan yang mereka angggap sama.

    Masyarakat majemuk merupakan masyarakat yang terbagi dalam

    kelompok persatuan yang sering memiliki budaya yang berbeda.60

    Masyarakat menunjuk pada warga desa, kota, suku bangka dan bangsa.61

    Masyarakat mempunyai arti sekumpulan orang yang terdiri dari berbagai

    kalangan dan tinggal didalam satu wilayah, kalangan bisa terdiri dari

    kalangan orang mampu hingga orang yang tidak mampu. Masyarakat

    yang sesungguhnya adalah sekumpulan orang yang telah memiliki hukum

    adat, norma-norma dan berbagai peraturan yang siap untuk ditaati.62

    Setiadi mendefinikan masyarakat yaitu manusia yang senantiasa

    berhubungan (berinteraksi) dengan manusia lain dalam suatu kelompok.

    Emile Durkheim mendefinisikan masyarakat sebagai kenyataan objektif

    59 http://www.ilmudasar.com/2016/11/Pengertian-Ciri-Unsur-Macam-Jenis-Masyarakat-

    adalah.html 60 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Op. Cit., hal. 565. 61 Syaiful Sagala, Manajemen...Op. Cit., hal. 233 62 http://www.e-jurnal.com/2013/12/pengertian-masyarakat-dalam-pandangan.html

  • 30

    individu-individu yang merupakan anggota-anggotanya.63 Masyarakat

    (yang diterjemahkan dari istilah society) adalah sekelompok orang yang

    membentuk sebuah sistem semi tertutup atau sebaliknya, dimana

    kebanyakan interaksi adalah antara individu-individu yang terdapat dalam

    kelompok tersebut. Kata "masyarakat" berakar dari bahasa Arab,

    musyarakah. Arti yang lebih luasnya, sebuah masyarakat adalah suatu

    jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah

    sebuah kelompok atau komunitas yang interdependen atau individu yang

    saling bergantung antara yang satu dengan lainnya. Pada umumnya

    sebutan masyarakat dipakai untuk mengacu sekelompok individu yang

    hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.64

    Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

    masyarakat sebagai suatu sistem memiliki dinamika yang mengikuti aspek

    atau kaidah sebab akibat (kausal). Apabila terdapat perubahan pada salah

    satu unsur masyarakat, maka unsur yang lainnya akan ikut berubah. Maka

    dalam memahami masyarakat, harus dilihat dari kerangka sistemik

    (menyeluruh).

    Partisipasi masyarakat perlu dibentuk secara optimal sehingga

    masyarakat bisa memberikan kontribusi yang optimal pula bagi sekolah.

    Ukuran berpartisipasi atau tidaknya seseorang atau standar suatu

    partisipasi adalah 1) pernyataan menyukai sesuatu daripada hal lainnya,

    2) partisipasi dalam suatu aktivitas, 3) cenderung memberi perhatian lebih

    terhadap suatu objek tersebut,65 4) keinginan yang besar terhadap

    sesuatu.66 Partisipasi merupakan gejala psikologis yang bisa berpengaruh

    untuk melakukan sesuatu. Partisipasi menjadi salah satu penentu

    seseorang ingin mengerjakan sesuatu dan partisipasi menjadikan

    63 Bambang Tejokusumo, Dinamika Masyarakat Sebagai Sumber Belajar Ilmu

    Pengetahuan Sosial (Geoedukasi Volume III Nomor 1, Maret 2014), hal. 38-39. 64 https://sosialsosiologi.blogspot.co.id/2012/12/definisi-masyarakat.html 65 Menurut Slameto dalam Syaiful Bahri Djamarah, Op. Cit., hal. 191. 66 Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran (Jogjakarta: Ar-

    Ruzz Media, 2010), hal. 24.

  • 31

    seseorang memiliki cita-cita yang tinggi. Termasuk dibicarakan di sini

    partisipasi masyarakat untuk menyekolahkan anaknya ke institusi tertentu.

    Sekolah harus memiliki output yang diharapkan. Output sekolah

    adalah prestasi sekolah yang dihasilkan oleh proses pembelajaran dan

    manajemen di sekolah.67 Ada sekolah yang hanya memiliki beberapa

    siswa saja, ada juga yang hanya memiliki gedung sekolah saja, bahwa

    ada juga sekolah yang ditinggalkan siswanya, juga ada sekolah yang

    hanya menyiasati bagaimana memperoleh siswa sebanyak-banyaknya,

    tanpa memperhatikan bagaimana mewujudkan siswa yang berprestasi.

    Keprihatinan terhadap sekolah seperti ini cukup beralasan karena sekolah

    demikian memiliki keterbatasan-keterbatasan dalam menyiasati agar

    sekolah tersebut tetap eksis dan menjadi sekolah yang berprestasi.

    Kenyataan di lapangan membuktikan bahwa hubungan sekolah

    dengan masyarakat mengalami kendala yang cukup berarti diantaranya

    (1) tujuan komunikasi yang kurang jelas; (2) saluran komunikasi yang

    transparan dan profesional; (3) keterampilan komunikasi yang kurang

    mendukung; (4) tindak lanjut yang kurang mendukung dan pengawasan

    kurang terstruktur dan berkesinambungan.68

    Model-model pelibatan partisipan sesuai dengan tugas pokok dan

    fungsinya sebagai berikut:

    a. Pelibatan unsur masyarakat lokal dalam pembangunan dan

    pengembangan sekolah.

    b. Pelibatan unsur profesional dalam pembanguan dan pengembangan

    sekolah.

    c. Pelibatan unsur dunia usaha dalam pembanguan dan pengembangan

    sekolah.69

    Berbagai pelibatan atau partisipasi yang terjadi atau yang

    berlangung seperti ini diharapkan mampu menjalin kerja sama dengan

    67 Sofan Amri, Peningkatan Mutu Pendidikan Sekolah Dasar dan Menengah (Jakarta:

    Prestasi Pustaka Publisher, 2013), hal. 299. 68 Dadang Suhardan, dkk., Op. Cit., hal. 280. 69 Sudarwan Danim, Visi...Op. Cit., hal. 114.

  • 32

    dunia swasta seperti industri agar mau bekerja sama dengan sekolah

    secara efektif dan efisien.

    Bentuk-bentuk operasional hubungan sekolah dengan masyarakat

    bisa bermacam-macam dan menurut Gunawan, sebagaimana dikutip

    Kompri70, adalah:

    a. Di bidang sarana akademik tinggi/rendahnya prestasi lulusan

    ((kuantitas dan kualitas), penelitian, karya ilmiah (local, nasional,

    internasional), jumlah dan tingkat kesarjanaan guru-gurunya.

    b. Di bidang prasarana pendidikan gedung/bangunan sekolah termasuk

    sekolah termasuk ruang-ruang belajar, ruang-ruang belajar, ruang

    praktikum, ruang kantor, dan sebagainya.

    c. Di bidang sosial partisipasi sekolah dengan masyarakat sekitarnya

    seperti kerja bakti, perayaan hari besar nasional/keagamaan,

    pengamanan lingkungan, tamanisasi, kebersihan dan sebagainya.

    d. Kegiatan karyawisata juga bisa dijadikan sarana Husemas.

    e. Kegiatan olah raga dan kesenian juga dapat merupakan sarana

    Husemas.

    f. Menyediakan fasilitas sekolah untuk kepentingan masyarakat sekitar

    sepanjang tidak mengganggu kelancaran PBM.

    g. Mengikut sertakan sivitas akademika sekolah dalam kegiatan-kegiatan

    masyarakat sekitarnya.

    h. Mengikut sertakan tokoh-tokoh/pemuka-pemuka/pakar-pakar

    masyarakat dalam kegiatan kurikuler dan ekstrakulikuler sekolah.

    i. Dan masih banyak lagi kegiatan-kegiatan operasional Husemas yang

    dapat dikreasikan sesuai situasi, kondisi, serta kemampuan-

    kemampuan pihak-pihak terkait.

    Berikut partisipasi masyarakat yang terwujud dalam bentuk tugas

    masyarakat yaitu:

    70 Kompri, op. Cit., hal. 299.

  • 33

    a. Memberi pertimbangan (advisory agency) dalam memberdayakan

    masyarakat dan lingkungan sekolah, serta menentukan/

    melaksanakan kebijakan pendidikan.

    b. Mendukung (supporting agency) kerja sama sekolah dengan

    masyarakat, baik secara finansial, pemikiran maupun tenaga dalam

    penyelenggaraan pendidikan.

    c. Mengontrol (controling agency) kerja sama sekolah dengan

    masyarakat dalam rangka transparansi dan akuntabilitas

    penyelenggaraan dan output pendidikan.

    d. Mediator antara sekolah, pemerintah (eksekutif), dewan perwakilan

    rakyat daerah (DRPD/legeslatif), dengan masyarakat.

    e. Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap

    penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.

    f. Melakukan kerja sama dengan masyarakat, dan dunia kerja,

    pemerintah, dan DPRD dalam rangka penyelenggaraan pendidikan

    yang berkualitas.

    g. Memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada

    pemerintah daerah dan DPRD, berkaitan dengan kebijakan dan

    program pendidikan, kriteria kinerja pendidikan di daerahnya, kriteria

    tenaga pendidikan, termasuk kepala sekolah, kriteria sarana dan

    prasarana pendidikan dan pembelajaran.71

    Partisipasi masyarakat juga terwujud dari dukungan yang diperlukan

    sekolah meliputi: 1) Personil, seperti tenaga ahli, konsultan, guru, orang

    tua, pengawas, dan sebagainya, 2) Dana yang diperlukan untuk

    mendukung tersedianya sarana dan prasarana pembelajaran dan 3)

    dukungan berupa informasi, lembaga dan sikap politis.72

    Kepala sekolah bisa meningkatkan partisipasi masyarakat dan

    kemitraan sekolah sebagaimana diatur oleh pemerintah adalah:

    71 E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah yang Profesional (Bandung: Remaja

    Rosdakarya, 2008), hal. 189-190. 72 Wahjosumidjo, Op. Cit, hal. 343-344.

  • 34

    a. Sekolah/Madrasah melibatkan warga dan masyarakat pendukung

    sekolah/madrasah dalam mengelola pendidikan.

    b. Warga sekolah/madrasah dilibatkan dalam pengelolaan akademik.

    c. Masyarakat pendukung sekolah/madrasah dilibatkan dalam

    pengelolaan non-akademik.

    d. Keterlibatan peran serta warga sekolah/madrasah dan masyarakat

    dalam pengelolaan dibatasi pada kegiatan tertentu yang ditetapkan.

    e. Setiap sekolah/madrasah menjalin kemitraan dengan lembaga lain

    yang relevan, berkaitan dengan input, proses, output, dan

    pemanfaatan lulusan.

    f. Kemitraan sekolah/madrasah dilakukan dengan lembaga pemerintah

    atau non-pemerintah.

    g. Kemitraan SD/MI/SDLB atau yang setara dilakukan minimal dengan

    SMP/MTs/SMPLB atau yang setara, serta dengan TK/RA/BA atau

    yangsetara di lingkungannya.

    h. Kemitraan SMP/MTs/SMPLB, atau yang setara dilakukan minimal

    dengan SMA/SMK/SMALB, MA/MAK, SD/MI atau yang setara, serta

    dunia usaha dan dunia industri.

    i. Kemitraan SMA/SMK, MA/MAK, atau yang setara dilakukan minimal

    dengan perguruan tinggi, SMP/MTs, atau yang setara, serta dunia

    usaha dan dunia industri di lingkungannya.

    j. Sistem kemitraan sekolah/madrasah ditetapkan dengan perjanjian

    secara tertulis.73

    Dalam rangka mewujudkan visi dan misi sekolah sesuai dengan

    paradigma baru manajemen pendidikan, disarankan perlunya

    memberdayakan masyarakat. Hal ini penting, karena sekolah memerlukan

    masukan dari masyarakat dalam menyusun program yang relevan,

    sekaligus memerlukan dukungan masyarakat dalam melaksanakan

    program tersebut. Di sisi lain, masyarakat memerlukan jasa sekolah untuk

    73 Anonim, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2007 tentang

    Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2009), hal. 13.

  • 35

    mendapatkan program-program pendidikan sesuai dengan yang

    diinginkan. Jalinan semacam itu dapat terjadi, jika sekolah dapat

    membangun hubungan yang saling menguntungkan (mutualisme) dengan

    masyarakat.74

    Kepala sekolah yang baik merupakan salah satu kunci untuk bisa

    menciptakan hubungan yang baik antara sekolah dan masyarakat secara

    efektif. Kepala sekolah dituntut untuk senantisasi berusaha membina dan

    meningkatkan hubungan kerja sama yang baik antara sekolah dan

    masyarakat guna mewujudkan sekolah yang efektif dan efisien. Hubungan

    yang harmonis ini akan membentuk:

    a. Saling pengertian antara sekolah, orang tua, masyarat dan lembaga-

    lembaga lain yang ada di masyarakat, termasuk dunia kerja.

    b. Saling membantu antara sekolah dan masyarakat karena mengetahui

    manfaat, arti dan pentingnya peranan masing-masing.

    c. Kerja sama yang erat antara sekolah dengan berbagai pihak yang ada

    di masyarakat dan mereka merasa ikut bertangung jawab atas

    suksesnya pendidikan di sekolah.75

    Partisipasi masyarakat bisa diarahkan pada pencapaian mutu

    pendidikan sekolah sesuai harapan. Faktor-faktor yang mempengaruhi

    partisipasi masyarakat terhadap sekolah adalah:

    a. Kurikulum. Melaksanakan pembaharuan kurikulum, dalam konteks ini

    dimaksudkan untuk menyelaraskan kebutuhan pendidikan dengan

    kondisi yang akan dihadapi oleh masyarakat secara luas.

    b. Manajemen. Peningkatan kemampuan manajemen, dimaksudkan

    sebagai langkah-langkah antispatif dalam mengendalikan dan

    memberdayakan jalannya organisasi sekolah.

    c. Guru. Mengembangkan kualitas guru, mengingat bahwa guru

    merupakan titik tumpuan proses pembelajaran.

    74 E. Mulyasa, Menjadi Kepala...Op. Cit., hal. 163 75 Suharno, Manajemen Pendidikan: Suatu Pengantar Bagi Para Calon Guru (Surakarta:

    LPP UNS dan UNS Press, 2008), hal. 32.

  • 36

    d. Siswa. Menembakan potensi kreativitas, partisipasi, dan bakat siswa,

    yang dimaksudkan untuk memberikan pelayanan yang maksimal

    kepada siswa agar mampu mengembangkan dirinya secara maksimal

    dan mampu menggali potensi diri.

    e. Fasilitas. Menyempurnakan desain penataan dan pemanafaatan

    fasiltas, peralatan dan teknologi pendidikan, hal ini dimaksudka untuk

    mendukung kompetensi sekolah dengan segala potens dan sumber

    daya yang dimiliki untuk memaksimalkan pelayanan yang dberikannya

    kepada masyarakat, termasuk dalam hal ini terhadap siswa.

    f. Kepala sekolah. Meningatkan kredibilitas kepemimpinan dan kerja

    sama. Hal ini perlu juga untuk dilakukan mengingat bahwa dalam

    konteks sekarang, sekolah tidak lagi hanya dihadapkan kepada

    sejumlah persoalan internal saja, tetapi sudah merupakan bagian dari

    masyarakat global.76

    Berdasarkan teori di atas dapat disintesiskan bahwa partisipasi

    masyarakat adalah keterlibatan masyarakat terhadap kegiatan

    pendidikan/sekolah. Indikator partisipasi masyarakat adalah keterlibatan

    masyarakat terhadap kegiatan sekolah.

    B. Penelitian yang Relevan

    Studi yang relevan dengan penelitian ini yang telah dilakukan oleh

    beberapa peneliti terdahulu, diantarannya yang telah dilakukan oleh:

    1. M. Kusam tahun 2008 dengan tesis berjudul Studi Manajemen

    Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Bangko Kabupaten Merangin. Hasil

    yang ditemukan bahwa langkah-langkah proses manajemen yang

    telah dilakukan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Bangko dimulai

    dengan penyeleksian siswa baru untuk setiap tahunnya untuk

    mendapatkan input yang berkualitas, melakukan life skill yang berjalan

    secara normal, melakukan pelatihan guru, meskipun belum merata

    bagi setiap guru yang ada, penertiban media massa yang merusak

    76 Mukhtar dan Iskandar, Op. Cit., hal. 144.

  • 37

    setiap 1 bulan sekali, dan meningkatkan disiplin siswa dalam belajar

    dengan membuat seperangkat aturan baku dengan segala

    sanksi/hukuman bagi siswa yang melanggar tata tertib yan

    dibuat/ditetapkan.

    2. Fadhilah tahun 2016 dengan tesis Manajemen Kepala Sekolah dalam

    Melaksanakan Program Kegiatan Keagamaan di Sekolah Menengah

    Kejuruan Negeri 1 Kota Jambi. Kesimpulan penelitian ini adalah

    manajemen kepala sekolah dalam melaksanakan kegiatan keagamaan

    di SMKN 1 Kota Jambi belum optimal masih optimal karena komitmen

    kepala sekolah yang lemah melaksanakan program yang ada.

    Implikasi penelitian ini adalah 1) Kepala SMKN 1 Kota Jambi harus

    proaktif terhadap tugas pengembangan kegiatan keagamaan , 2)

    Kepala SMKN 1 Kota Jambi memberi kemudahan dalam pelaksanaan

    kegiatan keagamaan siswa di sekolah dan 3) kepala sekolah harus

    giat dalam peningkatan kegiatan keagamaan siswa.

    3. Maria Hastuti tahun 2017 dengan tesis berjudul Manajemen Kepala

    Sekolah Terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja pada Sekolah

    Menengah Atas Negeri 10 Tanjung Jabung Timur. Hasil penelitian ini

    menunjukkan bahwa manajemen kepala sekolah terhadap anggaran

    pendapatan dan belanja pada SMAN 10 Tanjung Jabung Timur telah

    sesuai dengan prosedur dan aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh

    pemerintah. Guna mengefektifkan dan menghindari kesalahan dalam

    pelaksanaan pembiayaan maka kepala sekolah beserta seluruh guru

    membuat RAPBS dalam sebuah RAKER. Sedangkan pelaksanaannya

    disesuaikan dengan RAPBS dan aturan yang telah ditetapkan oleh

    pemerintah.

    4. Tobroni