Waktu Mulia New

55
1 Waktu - Waktu yang Utama “berisi waktu – waktu yang utama sepanjang masa beserta amalan sunnah di dalamnya sesuai Al Qur’an dan Sunnah”

Transcript of Waktu Mulia New

Page 1: Waktu Mulia New

1

Waktu - Waktu yang Utama

“berisi waktu – waktu yang utama sepanjang masa beserta amalan sunnah di dalamnya sesuai Al Qur’an dan Sunnah”

Page 2: Waktu Mulia New

2

Cetakan I Dzulqa’dah 1432 H / Oktober 2011

silahkan diperbanyak & semoga bermanfaat

ebook bisa didownload di

http://www.mediafire.com/?760ucdocc85qjn9

Page 3: Waktu Mulia New

3

Daftar Isi

BAB I Mengenal Asyhurul Hurum

Bulan Haram dan Keutamaannya ………………… 6

BAB 2 Bulan – Bulan Utama

Muharram ………………… ………………………….. 9

Rajab ………………… ……………………………………. 10

Sya’ban ………………… ………………………….. 10

Ramadhan ………………… ………………………….. 11

Syawal ………………… ……………………………………. 14

Dzulqa’dah ………………… …………………………… 17

Dzulhijjah ………………… …………………………… 17

BAB 3 Hari – Hari Utama Senin & Kamis ………………… …………………………… 22

Jum’at ………………… …………………………………….. 22

BAB 4 Waktu Utama dalam Sehari Semalam

Pagi dan Sore ………………… …………………………… 25

Waktu Dhuha ………………… ……………………………. 25

Waktu Dhuhur hingga Ashar ………………… ………… 26

Setelah Isya – sebelum subuh ………………… ………… 27

BAB 5 Waktu Utama Lainnya

Antara Adzan & Iqamad ………………… ………………….. 31

Saat Shalat ………………… ……………………………. 31

Saat Khatam Qur’an ………………… ………………….. 33

BAB 6 Lafadz Takbir Iedh

FOOTNOTE (PENJELASAN)………………………….. 37

DAFTAR PUSTAKA ………………………………….. 55

Page 4: Waktu Mulia New

4

Muqaddimah

Alhamdulillah, setelah memakan waktu kurang lebih dua bulan akhirnya buku saku yang sederhana ini bisa penulis selesaikan. Shalawat serta salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah SAW, sanak keluarga, para Sahabat beliau, serta orang - orang yang mengikuti jejak mereka.

Ringkasan ini penulis persembahkan untuk keluarga penulis serta orang tua kami semuanya. Semoga buku ini bisa menjadi amal ibadah kami. Dan semoga Allah berkenan membimbing kami semua sehingga kami bisa istiqomah di jalan-Nya. Dan, semoga Allah selalu memberi rahmat, rizki yang halalan thoyiban, keselamatan, dan kesehatan kepada kami sekeluarga. Amin

Buku ini berjudul “Waktu – Waktu yang Utama”, yang isinya berupa waktu - waktu yang utama sepanjang masa beserta amalan sunnah di dalamnya sesuai Al Qur’an dan Sunnah. Penulis mengusahakan untuk menghadirkan hadits-hadits yang shahih dalam pembahasan di dalamnya serta pendapat dari para ulama yang muktabar, seperti Imam Nawawi, Ibnu Hajar, Syaikh bin Baz, Sayyid Sabiq, dan lain sebagainya.

Penulis juga mengusahakan pembahasan di dalam buku ini sesederhana mungkin agar mudah dibaca. Untuk pembahasan lebih lanjut, silahkan dilihat di halaman footnote

Bila dalam pemaparan-nya ada hal yang bersifat khilafiyah (perbedaan pendapat), penulis akan mengutamakan pendapat Jumhur Ulama, serta pendapat yang menurut penulis lebih rajih (kuat). Wallahu’alam

Semoga buku kecil ini bisa bermanfaat buat kita semua dalam rangka beramal sesuai sunnah Rasulullah SAW yang shahih. Amin

Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in. Wassalammu’alaikum

Malang, 15 Oktober 2011

Arif Budianto email : [email protected]

Page 5: Waktu Mulia New

5

Bab I

mengenal Bulan Haram

(Asyhurul Hurum)

Page 6: Waktu Mulia New

6

Bulan Haram (Asyhurul Hurum) dan Keutamaan-nya

Sebelum melangkah lebih jauh tentang waktu – waktu yang utama dan amal –amal shalih di dalamnya, mari kita mengenal terlebih dahulu tentang bulan haram (asyhurul hurum). Bulan haram adalah bulan-bulan yang dimuliakan oleh Allah SWT dan dinyatakan di dalam Al Qur’an : “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram…..” (QS. At-Taubah: 36)

Bulan haram ini meliputi empat bulan yaitu Dzulqadah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab.

Ibnu Abbas mengatakan bahwa amal-amal kebaikan yang dilakukan di dalam bulan-bulan haram ini akan dilipat gandakan pahala-nya, sedangkan keburukan-keburukan yang dikerjakan akan dilipat gandakan dosa-nya(1). Oleh karena itu, hendaknya kita memperbanyak amal shalih kita selama bulan-bulan haram ini.

Salah satu amalan yang disukai di bulan-bulan haram adalah memperbanyak puasa sunnah(2) yang meliputi puasa senin-kamis, puasa daud, dan puasa tiga hari dalam sebulan / ayyamul bidh.

1.Puasa sunnah tiga hari setiap bulannya / ayyamul bidh Puasa sunnah tiga hari setiap bulannya ini hukumnya sunnah muakkad. Adapun ganjaran bagi yang melaksanakannya disebutkan dalam hadits berikut : Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Puasalah tiga hari dari setiap bulan. Sesungguhnya amal kebajikan itu ganjarannya sepuluh kali lipat. Seolah ia seperti berpuasa sepanjang tahun." (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan al-Nasai)

Puasa ini dianjurkan di seluruh bulan hijriah. Di tiap-tiap bulan tersebut, kita bisa memilih tanggal berapapun untuk berpuasa ini, baik berurutan maupun tidak(3). Namun afdal-nya dilakukan

Page 7: Waktu Mulia New

7

di tanggal 13, 14, 15 (atau disebut pula puasa ayyamul bidh) sebagaimana disebutkan dalam hadits : "Wahai Abu Dzarr, jika engkau ingin berpuasa tiga hari dari salah satu bulan, maka berpuasalah pada hari ketiga belas, empat belas, dan lima belas." (HR. Al-Tirmidzi)

2.Puasa senin – kamis Rasulullah SAW bersabda : “ Kedua hari itu (Senin dan Kamis) adalah hari dimana catatan amal diserahkan kepada Rabb semesta alam. Aku suka bila amalku diserahkan dalam keadaan aku sedang berpuasa (HR Nasa’I 2357, Ahmad V/210, Al Baihaqi dalam asy-Syu’ab 3821 - hadits hasan)

3.Puasa daud Puasa daud adalah puasa terbaik dan paling disukai oleh Allah SWT sebagaimana dinyatakan dalam hadits berikut :

Rasulullah SAW berkata :” Puasa yang paling dicintai oleh Allah adalah puasa Daud” (HR Bukhori 1131, HR Muslim 1159)

Selain puasa yang telah disebutkan tadi, ada tambahan puasa khusus di bulan haram yaitu:

1. Puasa Asyura (tanggal 10 Muharram) 2. Puasa Arafah (tanggal 9 Dzulhijjah)

Page 8: Waktu Mulia New

8

Bab 2

Bulan – Bulan yang Utama

dalam Setahun

Page 9: Waktu Mulia New

9

Pada bab ini penulis akan menyampaikan bulan - bulan yang utama dalam satu tahun beserta amalan – amalan sunnah di dalamnya. Bulan – bulan ini mencakup asyhurul hurum (bulan – bulan haram) dan beberapa bulan lainnya sesuai riwayat- riwayat yang diperoleh dari Nabi SAW.

Amalan pada bulan –bulan haram (Dzulqadah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab) secara umum sudah penulis sampaikan di halaman sebelumnya, dan pada pembahasan kali ini yang akan diangkat adalah amalan – amalan yang spesifik.

MUHARRAM

Bulan Muharram merupakan bulan yang agung dan penuh berkah. Bulan ini adalah bulan pertama di tahun hijriyah dan termasuk salah satu dari bulan-bulan haram. Muharram disebut juga bulan Allah sesuai sabda Rasulullah SAW :

Dari Abu Hurairah ra dia berkata, "Rasulullah saw ditanya,'Salat apa yang lebih utama setelah salat fardhu?' .Nabi menjawab, 'Salat di tengah malam'. Mereka bertanya lagi, 'Puasa apa yang lebih utama setelah puasa Ramadhan?' Nabi menjawab, 'Puasa pada bulan Allah yang kamu namakan Muharrom'." (HR Ahmad, Muslim, dan Abu Daud) (4)

Amalan khusus di bulan Muharram ini yaitu puasa sunnah Asyura pada tanggal 10 Muharram berdasarkan hadits berikut : Nabi Saw. Bersabda : “Puasa hari Arafah bisa menghapus dosa selama dua tahun, tahun lalu dan tahun yang akan datang. Sementara, puasa hari Asyura menghapus dosa tahun yang lewat.” (HR al-Jamaah kecuali Bukhari dan Al-Tirmidzi) (5)

Adapun teknis pelaksanakan puasa Asyura ada beberapa cara. Berikut ini penulis sampaikan urut dari yang paling utama (6):

Puasa tanggal 9, 10 dan 11 (ini yang paling utama, karena selain memperoleh pahala puasa Asyura juga memperoleh pahala puasa sunah 3 hari dalam 1 bulan)

Page 10: Waktu Mulia New

10

Puasa tanggal 9 dan 10 Muharram (disebut puasa Tasu’a dan Asyura)

Puasa tanggal 10 dan 11 Muharram Puasa tanggal 10 Muharram saja

RAJAB

Rajab adalah salah satu bulan haram dimana pahala amal shalih yang dilakukan di dalamnya akan dilipatgandakan oleh Allah SWT.

Namun perlu diingat, di dalam bulan ini tidak ada amalan-amalan khusus tertentu, baik itu puasa tertentu, shalat-shalat tertentu, tanggal-tanggal istimewa, dan ibadah-ibadah khusus lainnya.

Cukuplah kita mengerjakan amal shalih yang jelas disunnahkan oleh Nabi SAW. Misalnya memperbanyak dzikir, membaca Alquran, berpuasa sunnah (senin-kamis, puasa Daud, atau puasa 3 hari dalam sebulan / ayyamul bidh), dan sedekah(7)

SYA'BAN

Pada bulan Sya’ban dianjurkan memperbanyak puasa sunnah sebagai persiapan menuju Ramadhan Dari Usamah bin Zaid berkata: Saya bertanya: “Wahai Rasulullah Saw, saya tidak melihat engkau puasa disuatu bulan lebih banyak melebihi bulan Sya’ban. Rasul Saw bersabda:Bulan tersebut banyak dilalaikan manusia, antara Rajab dan Ramadhan, yaitu bulan diangkat amal-amal kepada Rabb alam semesta, maka saya suka amal saya diangkat sedang saya dalam kondisi puasa.” (Ahmad, Abu Dawud, An-Nasa’i dan Ibnu Huzaimah)

Puasa sunnah tersebut meliputi puasa sunnah senin - kamis, puasa daud, dan puasa 3 hari dalam sebulan / ayyamul bidh.

Page 11: Waktu Mulia New

11

Yang perlu diperhatikan dalam puasa sunnah ini, yaitu kita tidak boleh berpuasa sunnah bila telah lewat pertengahan bulan sya’ban. Namun larangan ini tidak berlaku bagi(8):

1. Orang yang terbiasa berpuasa sunnah. Misalnya terbiasa puasa Senin-Kamis / puasa daud / ayyamul bidh, ia boleh berpuasa meski sudah masuk pertengahan bulan Sya'ban.

2. Orang yang mulai berpuasa sejak sebelum memasuki pertengahan Sya'ban. Misalnya ia mulai berpuasa sejak awal Sya'ban lalu setelah melewati pertengahan Sya'ban, ia meneruskan puasanya.

3. Orang yang berpuasa qadha (membayar hutang puasa)

Tentang malam Nisfu Sya’ban (15 Sya’ban)

Jumhur ahli ilmu mengatakan bahwa tidak ditemukan satu haditspun yang shahih tentang ibadah khusus di malam nisfu sya'ban (misalnya pembacaan surat tertentu, puasa tertentu, shalat tertentu, ibadah-ibadah tertentu, dan lain-lain)(9).

Syeikh ‘Athiyah Saqar (mantan mufti Al-Azhar) menyatakan silahkan kalau kita ingin menghidup-kan malam tersebut, tapi tanpa ritual – ritual khusus tertentu dan dilakukan sendiri-sendiri, misalnya dengan memperbanyak tilawah Al Qur’an, memperbanyak istighfar, dll.

RAMADHAN

Adapun ibadah utama selama bulan Ramadhan yaitu :

1.Puasa Ramadhan (hukum-nya wajib) Barangsiap berpuasa karena iman dan mengharapkan pahala, maka akan diampuni dosanya yang telah lalu (HR Bukhori 38 dan IV/157, HR Ibnu Majah 1641)

Page 12: Waktu Mulia New

12

2.Shalat Terawih Abu Hurairoh mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda: ”Barangsiapa yang melakukan qiyamullail (shalat tarawih) dengan penuh keimanan dan keikhlasan maka dihapuskan dosa-dosanya yang lalu.”(HR Muttafaqqun Alaih)

Shalat terawih dan witir sebanyak 11 raka’at maupun 23 raka’at semua-nya boleh dikerjakan. Masing-masing mempunyai dasar yang bisa dipertanggungjawabkan(10).

Makmum dianjurkan mengikuti shalat imam sampai selesai. Bila imam shalat 20 raka’at, maka makmum dianjurkan ikut 20 raka’at. Bila imam melanjutkan dengan shalat witir, maka makmum juga mengikuti witir. Mengikuti shalat imam sampai selesai mempunyai keutamaan sebagai berikut :

“Sesungguhnya seseorang yang shalat bersama imam sampai selesai dicatat baginya shalat seluruh malam” (HR. Imam Ahmad dan Ibnu Hibban. Al-Albani menyatakan sahih)

Bila seseorang sudah ikut shalat witir lalu malam-nya dia ingin shalat sunnah lagi (misalnya tahajjud), hal ini diperbolehkan. Dia bisa langsung shalat tahajjud tersebut seperti biasa tanpa perlu mengulang witir-nya(11).

Dianjurkan membaca qunut dalam shalat witir pada pertengahan kedua Ramadhan (mulai malam ke 16 sampai malam terakhir). Qunut ini dibaca di rakaat witir yang terakhir. Adapun cara maupun bacaan-nya sama persis dengan qunut subuh(12)

3.Tilawah Al Qur’an Memperbanyak membaca Alquran dan mengkhatamkannya baik sekali ataupun lebih. Dan dianjurkan memperbanyak do’a setelah khatam-an(13) Anjuran untuk mengkhatamkan Al Qur’an ini juga berlaku bagi imam shalat terawih. Cara membacanya misal-nya dengan membaca 1 juz setiap malam saat shalat terawih. Namun tentu saja hal ini disesuaikan dengan kondisi makmum(14)

Page 13: Waktu Mulia New

13

4.Memperbanyak sedekah Termasuk di dalamnya adalah menunaikan zakat fitrah, infaq, dan memberi makan orang yang berbuka puasa

5.I’tikaf I’tikaf hanya bisa dilakukan di masjid berdasarkan firman Allah SWT :

وأنتم عاكفون في المساجدArtinya : “Sedang kamu beri'tikaf didalam mesjid.” (QS. Al Baqoroh : 187)

Adapun masjid yang utama untuk i’tikaf adalah masjid Jami’ (yang biasa digunakan untuk shalat Jum’at), namun boleh juga di masjid lainnya yang biasa dipakai untuk shalat berjama’ah.

Kapankah turunnya Lailatul Qodar? Al Hafidz Ibnu Hajar menyebutkan ada 40 lebih pendapat tentang kapan turunnya lailatul qadar. Mayoritas ulama berpendapat lailatul qadar itu terdapat pada malam-malam ganjil di sepuluh malam terakhir berdasarkan sabda Rasulullah SAW : “Carilah Lailatul Qadar pada malam ganjil di sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan (HR Bukhori)

Pendapat lainnya bahkan menambahkan bahwa Lailatul Qadar ini berpindah-pindah tiap tahunnya di antara malam-malam ganjil tersebut. Adapun pendapat yang masyhur di masyarakat yaitu malam 27 Ramadhan(15).

Bagi yang berhalangan untuk i’tikaf, misalnya sedang sakit, haid, nifas, dan lain-lain, insyaAllah tetap bisa mendapatkan keutamaan Lailatul Qodar, yaitu dengan memanfaatkan 10 malam terakhir Ramadhan dengan memperbanyak amal shalih. Misalnya dengan memperbanyak zikir.

Do’a yang diajarkan oleh Rasulullah SAW jika kita menjumpai malam Lailatul Qodar, yaitu

Page 14: Waktu Mulia New

14

artinya : “Ya Allah! Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun, oleh karena itu berilah keampunan-Mu untukku.” (HR Shahih Tirmidzi).

Hendaknya do’a ini kita baca dalam 10 hari terakhir bulan Ramadhan.

6.Umrah

Umrah adalah ibadah sunnah(16) dan dianjurkan bagi yang mampu untuk melaksanakan-nya. Jumhur ulama mengatakan bahwa umrah itu boleh dilaksanakan di sepanjang tahun (setiap saat). Hanya saja sangat dianjurkan jika dikerjakan di bulan Ramadhan Rasulullah SAW bersabda : “Umrah pada bulan Ramadhan setara dengan haji bersama-ku” (HR Muttafaqqun Alaih)

SYAWWAL

Syaikh Ali Jum’ah Muhammad (Mufti Agung Al-Ahzar) mengatakan bahwa insyaAllah salah satu ciri puasa Ramadhan yang sukses adalah bersegera melakukan kebaikan setelah berakhirnya bulan Ramadhan. Adapun kebaikan dan amal shalih di bulan Syawal ada banyak, yaitu :

1.Memperbanyak Takbir Takbir dibaca sejak munculnya hilal bulan syawal (jika memungkinkan, jika tidak maka dimulai dari sampai-nya berita ‘Id, atau sejak terbenamnya matahari tanggal 30 Ramadhan) hingga Imam mulai shalat Id(17). Takbir dibaca setiap saat (disebut takbir mutlak). Lafadz takbir bisa dilihat di halaman 35

Dasar anjuran takbir di malam Ied yaitu : “Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya (bulan Ramadhan) dan hendaklah kamu bertakbir (membesarkan) Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS. Al-Baqarah : 185)

Page 15: Waktu Mulia New

15

2.Shalat Idh Hari raya umat muslim dalam setahun hanya ada 2, yaitu hari raya idhul fitri dan idhul adha. Kedua momen ini (termasuk puasa Ramadhan) adalah salah satu syiar Islam yang agung yang sangat sayang sekali untuk dilewatkan begitu saja. Momen ini tidak hanya dialami oleh masyarakat 1 kota saja, tetapi dalam 1 negara, bahkan juga di seluruh dunia.

Sungguh disayangkan bila momen-momen yang penting ini tidak kita rayakan secara serempak bahkan seringkali jadi ajang beda pendapat (yaitu penentuan awal puasa, idhul fitri, dan idhul adha). Jika kita mau jujur, Jumhur Ulama menyerahkan masalah penentuan awal puasa, Idhul Fitri dan Idhul Adha ini kepada ulil amri dimana kita tinggal demi menjaga persatuan dan kesatuan. Rasulullah SAW berkata : ‘Puasa kalian adalah pada hari kalian berpuasa. Dan berbuka kalian, ialah pada hari kalian berbuka. Dan hari penyembelihan kalian, ialah hari ketika kalian (semua) menyembelih”( Abu Dawud, Ibnu Majah, Tirmidzi dan dishahihkannya)

Sunnah – sunnah pada hari Idh(18)

a. Mandi hari idh, adapun tatacara-nya sama seperti mandi janabah

b. Berjalan kaki menuju tempat shalat idh sambil bertakbir dengan keras. Dianjurkan memilih jalan yang berbeda saat berangkat dan pulang shalat iedh

c. Jika yang dilakukan itu shalat idhul fitri, dianjurkan makan dulu sebelum berangkat. Jika itu shalat idhul Adha, maka dianjurkan makan-nya setelah pulang shalat.

d. Berhias, memakai minyak wangi dan baju yang terbaik untuk laki-laki

e. Dianjurkan agar anak-anak dan kaum wanita (baik gadis ataupun janda, tua maupun muda, bahkan wanita yang sedang haid sekalipun) untuk hadir ke tempat pelaksanaan shalat Idh

f. Disunnahkan mengikuti khutbah Idh

Page 16: Waktu Mulia New

16

Tata cara Shalat Idh(19) Waktu pelaksanaan shalat ‘Id adalah sama seperti waktu Dhuha, yaitu sejak matahari setinggi tombak hingga tergelincir (tepat di atas kepala). Bila yang dilakukan itu shalat Idhul Fitri, maka afdhal-nya sedikit ditunda (kira-kira saat matahari setinggi 2 tombak). Sedangkan untuk shalat Idhul Adha disegerakan, yaitu saat mahari setinggi 1 tombak.

Disunnahkan mengerjakan shalat ‘Id di tanah lapang di luar pemukiman kaum muslimin (tetapi masih dekat dengan pemukiman tersebut menurut mazhab Hambali), kecuali jika ada udzur. Misalnya, seperti: hujan, angin yang kencang dan lainnya, maka boleh dikerjakan di masjid (20)

Bila terlewat shalat id

Sebagian ‘ulama menganjurkan untuk meng-qadha shalat Idh tersebut, namun tanpa khuthbah(21). Adapun tatacara-nya sama persis dengan shalat Idh, yaitu dilakukan sebanyak 2 rakaat, bertakbir sebanyak 7 kali di rakaat pertama (selain takbiratul ihram), dan 5 kali di rakaat ke dua (selain takbir bangkit dari sujud menuju rakaat ke dua)

3.Puasa Sunnah Syawal "Barang siapa berpuasa Ramadhan kemudian menyusulinya dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka seakan-akan ia telah berpuasa satu tahun penuh." (HR Muslim)

Syaikh Ali Jum’ah Muhammad (Mufti Agung Al- Ahzar) mengatakan bahwa puasa 6 hari di bulan Syawal ini tidak harus dilakukan secara berturut-turut. Seseorang bisa melakukannya secara terpisah-pisah misalnya pada hari Senin dan Kamis, atau pada hari-hari lainnya.

Bagi yang punya hutang puasa Ramadhan, dianjurkan untuk meng-qadha hutang puasa Ramadhannya terlebih dahulu baru berpuasa syawal. Namun bagi yang tidak ada hutang puasa, sangat dianjurkan untuk menyegerakan berpuasa syawal ini.

Page 17: Waktu Mulia New

17

Info Tambahan : Syaikh Utsaimin mengatakan tidak boleh menggabungkan niat puasa qadha Ramadhan dengan niat puasa 6 hari di bulan syawal karena yang satu adalah ibadah wajib sedangkan yang lainnya adalah ibadah sunnah

DZULQA’DAH

Dzulqa’dah adalah salah satu bulan haram dimana pahala amal shalih yang dilakukan di dalamnya akan dilipatgandakan oleh Allah SWT (baca hal 6 tentang bulan haram).

DZULHIJJAH

Bulan Dzulhijjah juga termasuk bulan haram. Bulan ini sangat mulia terutama sepuluh hari yang pertama karena penuh dengan keutamaan dan keberkahan(22). Adapun dasar-nya adalah sebagai berikut :

“demi fajar. Dan malam yang sepuluh.” (QS. Al Fajr : 1- 2)

Rasulullah SAW bersabda ,”Tidaklah ada hari-hari yang beramal shaleh didalamnya lebih dicintai Allah dari pada hari-hari ini—yaitu sepuluh hari—para sahabat bertanya,”Wahai Rasulullah, tidak pula jihad di jalan Allah? Beliau saw menjawab,”tidak pula jihad di jalan Allah kecuali seorang yang keluar dengan jiwa dan harta lalu orang itu tidak kembali dengan membawa itu semua sama sekali(maksudnya yaitu gugur sebagai syahid dan semua hartanya dirampas oleh musuh)”(HR Bukhori)

Hendaknya sepuluh hari yang penuh berkah tersebut kita isi dengan amal – amal shalih sebagai berikut :

1.Haji dan Umrah Haji yang sifatnya wajib adalah sekali dalam seumur hidup (bagi yang mampu). Adapun haji ke-2, ke-3, dan seterusnya hanya bersifat sunnah.

Page 18: Waktu Mulia New

18

Haji adalah amal yang paling utama sebagaimana disebutkan dalam riwayat berikut : Rasulullah SAW ditanya tentang amal yang paling utama. Beliau menjawab : “Beriman kepada Allah dan Rasul-Nya”. Beliau ditanya lagi, “ Kemudian apa lagi?”. Beliau menjawab “Berjihad di jalan Allah”. Lalu beliau ditanya lagi, “Kemudian apa lagi?”. Beliau menjawab “Haji yang mabrur” (HR Muttafaqun Alaih)

“Umrah ke umrah adalah penghapus dosa antara keduanya, dan haji yang mabrur tidak mempunyai pahala selain surga.” (HR Bukhori).

2.Puasa Sunnah

Dianjurkan memperbanyak puasa sunnah (puasa senin kamis, puasa daud, maupun puasa 3 hari dalam sebulan) pada tanggal 1 – 9 Dzulhijjah. Adapun puasa pada tanggal 9 Dzulhijjah disebut puasa sunnah Arafah. Dari Abu Qatadah ra bahwa Rasulullah saw bersabda, "Puasa hari Arafah dapat menghapuskan dosa selama dua tahun, yaitu satu tahun yang telah berlalu dan satu tahun yang akan datang." (HR Jamaah kecuali Bukhari dan Tirmidzi).

Puasa Arafah dianjurkan bagi semua umat muslim yang tidak sedang berhaji. Adapun waktu-nya mengacu wukuf-nya jama’ah haji di Arafah. Seandainya saat itu jamaah haji sedang wukuf, namun penanggalan di negeri kita masih tanggal 8 Dzulhijjah, kita tetap puasa Arafah pada hari itu. Sedangkan pelaksanaan Shalat Idh-nya boleh kita tunda mengikuti Shalat Idh di negara kita demi menjaga persatuan umat muslim (23).

3.Memperbanyak Dzikir dan Takbir Dianjurkan banyak berdzikir mulai tanggal 1 Dzulhijjah hingga hari tasrik yang terakhir (13 Dzulhijjah) berdasarkan dalil-dalil berikut : “Dan supaya mereka menyebut nama Allah (berdzikir) pada hari yang telah ditentukan (QS Al- Haj : 28)

“Hari-hari Tasyrik adalah hari makan, minum dan dzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala”.

Page 19: Waktu Mulia New

19

“Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang ma’dudat (yang berbilang)” (Al-Baqarah: 203)

Takbir dalam bulan Dzulhijjah dibaca sejak fajar hari Arafah (9 Dzulhijjah) hingga setelah shalat Ashar hari Tasyrik yang terakhir (13 Dzulhijjah). Takbir dibaca setiap saat (disebut takbir mutlak) dan tiap selesai shalat fardhu (disebut takbir muqayyad)(24).

Adapun lafadz takbir bisa dilihat di halaman 35

4.Memperbanyak Do’a dan Istighfar

Hari Arafah adalah hari yang paling utama dalam setahun untuk berdo’a. Perbanyaklah dzikir dan do’a dalam hari ini. Dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sebaik-baik do’a adalah do’a pada hari Arafah.”( HR. Tirmidzi no. 3585, Hadits Hasan).

Adapun sebaik-baik do’a yang dibaca pada hari Arafah yaitu :

artinya : “Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, Yang Maha Esa, Tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan pujian. Dia-lah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu” (Shahih At-Tirmidzi 3/ 184)

Hari Arafah disebut juga hari pembebasan dari api neraka, sesuai hadits berikut : “Di antara hari yang Allah banyak membebaskan seseorang dari neraka adalah hari Arofah. Dia akan mendekati mereka lalu akan menampakkan keutamaan mereka pada para malaikat. Kemudian Allah berfirman: Apa yang diinginkan oleh mereka?” (HR. Muslim no. 1348, dari ‘Aisyah)

Fadhilah ini berlaku baik bagi yang melaksanakan haji maupun yang tidak. Oleh karena itu, dianjurkan banyak memohon ampun kepada Allah di hari ini(25)

Page 20: Waktu Mulia New

20

5.Shalat Idh Shalat idh dikerjakan di hari raya Idhul Adha. Hari raya ini lebih agung dan utama dibandingkan Idhul Fitri karena Idhul Adha ini merupakan penyempurna ibadah haji. Adapun pembahasan mengenai shalat Idh lebih lanjut bisa dilihat di halaman 15. 6.Berkurban Berkurban dapat dilakukan setelah pelaksanaan Shalat Idh hingga hari Tasrik yang terakhir (13 Dzulhijjah). Bagi yang akan melakukan ibadah kurban, dimakruhkan memotong sebagian atau seluruh rambut (hal ini meliputi rambut di sekujur tubuh), kuku dan bagian tubuhnya yang lain(26)

7.Melakukan berbagai amal shalih lainnya Ibnu Rajab mengatakan bahwa pahala yang akan dilipatgandakan dalam 10 hari pertama Dzulhijjah ini meliputi semua amal shalih(27)

Page 21: Waktu Mulia New

21

Bab 3

Hari – Hari yang Utama

dalam seminggu

Page 22: Waktu Mulia New

22

Senin - Kamis Dianjurkan mengisi hari Senin dan Kamis ini dengan puasa sunnah dan memperbanyak tilawah Al Qur’an(28)

Rasulullah SAW bersabda : “ Kedua hari itu (Senin dan Kamis) adalah hari dimana catatan amal diserahkan kepada Rabb semesta alam. Aku suka bila amalku diserahkan dalam keadaan aku sedang berpuasa (HR Nasa’I 2357, Ahmad V/210, Al Baihaqi dalam asy-Syu’ab 3821 - hadits hasan)

Bagi yang berencana melakukan safar (perjalanan), disunnahkan dilakukan di hari Kamis

Dari Ka'ab bin Malik r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. keluar pada hari peperangan Tabuk pada hari Kamis. Beliau s.a.w. itu memang suka sekali keluar bepergian pada hari Kamis. (HR. Muttafaq 'alaih)

Jum’at

Hari Jum’at adalah hari yang terbaik dalam seminggu. Hari ini merupakan hari raya mingguan untuk umat muslim(29). Beberapa aktivitas yang disunnahkan di hari Jumat, yaitu(30):

1. Membaca surat as-Sajadah (di rakaat pertama) dan al-lnsan (di rakaat kedua) ketika shalat subuh. Abu Hurairah berkata: "Adalah Nabi SAW membaca pada sholat Subuh hari jum'at Surat as-Sajdah dan Surat al-lnsan." (HR. Bukhori no. 891)

2. Memperbanyak do’a di hari Jum’at terutama di waktu-waktu yang mustajab yaitu : o Saat antara duduk-nya imam di atas mimbar sampai

selesai shalat(31) o Setelah shalat Ashar(32)

3. Memperbanyak Shalawat baik pada siang maupun malam harinya (33)

4. Membaca surat Al-Kahfi(34)

Page 23: Waktu Mulia New

23

5. Mandi hari Jum’at (tatacara-nya seperti mandi janabah)(35). Selain itu juga dianjurkan mencukur kumis, memotong kuku, mencabut bulu ketiak dan menggunakan wewangian.

6. Berangkat shalat Jum’at di awal waktu, dan tidak melakukannya dengan tergesa-gesa(36). Saat tiba di masjid, dimakruhkan melangkahi pundak jama’ah shalat Jum’at lainnya untuk mencari tempat yang kosong(37)

7. Mendengarkan khotbah Jum’at dan tidak melakukan hal yang sia-sia (misalnya bermain, bercakap – cakap, mengedarkan kotak amal, dll) selama khutbah tersebut(38)

8. Melaksanakan shalat sunnah Tahiyatul Masjid ketika masuk masjid, dan shalat sunnah ba’diyah Jum’at

Sholat tahiyatul masjid disunnahkan untuk dilaksanakan, meskipun ketika masuk mesjid khotib sedang menyampaikan khutbah(39)

Adapun shalat sunnah ba’diyah Jum’at dikerjakan sebanyak 4 raka’at (dengan 2 rakaat salam, 2 rakaat salam), atau cukup 2 rakaat saja. Shalat ini bisa dikerjakan di masjid maupun di rumah(40)

9. Memperbanyak dzikir selepas shalat Jum’at “Apabila shalat telah ditunaikan, maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung (Al Jumu’ah : 10)

10. Tidak melakukan safar (berpergian ke luar kota) jika telah masuk waktu shalat Jum’at. Namun jika dilakukan sebelum-nya atau sesudah ikut shalat maka boleh(41)

Di sebagian masyarakat ada tradisi mengisi malam Jum’at dengan beberapa amal tertentu, misalnya saja Yasinan. Namun sayang sekali hal ini tidak ada dasarnya dari Nabi SAW bahkan beliau sendiri melarang mengkhususkan malam Jum’at dibandingkan malam-malam lainnya(42)

Page 24: Waktu Mulia New

24

Bab 4

Waktu – Waktu Utama dalam

Sehari - Semalam

Page 25: Waktu Mulia New

25

Pagi dan Sore Hari “Dan bertasbihlah dengan memuji Rabb-mu, sebelum terbit matahari dan sebelum terbenam-nya”( QS Thaha :30)

Yang dimaksud pagi disini adalah setelah shalat Subuh hingga terbit matahari. Sedangkan sore adalah setelah shalat Ashar hingga terbenam matahari. Dua waktu ini adalah waktu utama untuk berdzikir kepada Allah. Banyak dzikir-dzikir shahih yang diajarkan oleh Nabi SAW, diantaranya :

artinya : “Maha Suci Allah, aku memuji-Nya”

“Barangsiapa ketika pagi dan sore hari membaca kalimat ini 100 kali, maka tidak ada seorang pun pada hari Kiamat yang hadir membawa sesuatu yang lebih afdal daripada yang ia bawa, kecuali seseorang yang membaca seperti apa yang ia ucapkan atau lebih” (HR Muslim)

Waktu Dhuha

Waktu dhuha dimulai sejak terbit-nya matahari setinggi tombak hingga tepat di atas kepala (sekitar 15 menit sebelum waktu Dzuhur). Pada waktu ini dianjurkan untuk melaksanakan shalat sunnah Dhuha.

Adapun waktu yang paling afdhal untuk shalat dhuha yaitu beberapa saat sebelum waktu dhuha berakhir (43)

Keutamaan shalat Dhuha yaitu setara dengan sedekah untuk 360 persendian tubuh kita (HR Muslim) dan akan dicukupkan oleh Allah SWT hingga akhir hari (HR. Tarmidzi, hadits shahih).

Page 26: Waktu Mulia New

26

Mengingat keutamaan-nya yang sangat banyak tersebut, shalat Dhuha dianjurkan dikerjakan secara rutin(44).

Shalat dhuha dikerjakan minimal 2 rakaat dan maksimal tidak ada batasnya(45). Semua dilakukan dengan 2 rakaat salam, 2 rakaat salam.

Tidak ada dzikir-dzikir khusus pada waktu ini. Silahkan memilih sendiri dzikir-dzikir yang disukai.

Meraih Pahala Haji dan Umroh dengan Shalat Dhuha

Dianjurkan setelah shalat subuh berjama’ah di masjid, untuk tetap tinggal di masjid lalu berdzikir kepada Allah. Bila sudah masuk waktu dhuha, lalu shalat Dhuha(46)

“Barangsiapa mengerjakan shalat subuh berjama’ah (di masjid) lalu duduk dan berdzikir kepada Allah hingga terbit matahari, lalu mengerjakan shalat dua rakaat, niscaya akan memperoleh pahala seperti pahala melakukan ibadah haji dan umroh, sempurna, sempurna, dan sempurna” (HR Tirmidzi, hadits hasan)

Shalat dhuha yang dikerjakan di awal waktunya ini lazim disebut Shalat Isyra’ / Syuru’

Waktu Dzuhur hingga Ashar Dianjurkan memperbanyak dzikir dan amal shalih lainnya berdasarkan beberapa dalil, diantaranya(47) : Bahwa Rasulullah SAW shalat 4 rakaat setelah matahari tergelincir sebelum shalat Dzuhur, beliau bersabda : ‘Ia adalah waktu dimana pintu-pintu langit dibuka, maka aku ingin ada amal shalihku yang naik pada waktu tersebut’ (HR Tirmidzi, hadits hasan)

Page 27: Waktu Mulia New

27

Setelah Shalat Isya hingga sebelum Subuh Amal sunnah yang utama pada waktu ini adalah shalat malam (qiyammul lail), yang meliputi :

1.Shalat Tahajjud

Shalat tahajjud adalah shalat malam yang dikerjakan setelah bangun tidur. Shalat ini hukumnya sunnah muakkad.

Adapun jumlah rakaatnya yaitu minimal 2 rakaat dan maksimal-nya tidak ada batas-nya (hendak-nya dikerjakan dengan 2 rakaat salam, 2 rakaat salam agar sesuai sunnah).

Ibnu Umar meriwayatkan ada seseorang yg bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimana caranya shalat malam?” Beliau bersabada: “dua rakaat dua rakaat, lalu apabila engkau khawatir tiba waktu subuh, maka shalat witirlah satu rakaat” (HR Muttafaq alaih)

2.Witir Shalat witir hukumnya sunnah muakkad(48) dan dianjurkan dikerjakan secara rutin(49). Shalat witir bisa dikerjakan di awal malam (setelah shalat Isya’, tanpa tidur terlebih dahulu) terutama bagi mereka yang khawatir tidak mampu bangun malam. Bahkan boleh bila dikerjakan cuma 1 rakaat saja (50).

Jika mampu, dianjurkan berwitir sebanyak 3, 5, 7, 9, atau bahkan 11 rakaat. Cara mengerjakannya yaitu dengan 2 rakaat salam, 2 rakaat salam, lalu yang terakhir sebanyak 1 rakaat atau 3 rakaat lalu salam.

Jika mengerjakan 3 rakaat, cara mengerjakannya yaitu :

2 rakaat salam, lalu 1 rakaat lagi dan salam. 3 rakaat sekaligus (tanpa tahiyat awal) lalu salam di akhir

rakaat.

Page 28: Waktu Mulia New

28

Qunut Witir Disunnah-kan membaca qunut di rakaat terakhir shalat witir. Qunut ini boleh dibaca setiap hari (sepanjang tahun). Namun, di bulan Ramadhan, hendaklah qunut dibaca selama pertengahan Ramadhan yang akhir saja.

Tata cara maupun bacaan qunutnya sama persis dengan qunut subuh (untuk pembahasan qunut witir di bulan Ramadhan, silahkan lihat halaman 12)

Catatan : Bila seseorang sudah shalat witir lalu malam-nya dia ingin shalat sunnah lagi (misalnya tahajjud), hal ini diperbolehkan. Dia bisa langsung shalat tahajjud tersebut seperti biasa tanpa perlu mengulang witir-nya(51)

3.Terawih (di bulan Ramadhan)

Hukum shalat terawih adalah sunnah muakad. Lihat pembahasan shalat terawih di halaman 12

KEUTAMAAN 1/3 MALAM TERAKHIR

Semua shalat malam yang telah disebutkan di atas boleh dikerjakan baik di awal, pertengahan, maupun akhir malam. Namun waktu yang terbaik adalah di sepertiga malam yang terakhir.

Rasulullah SAW bersabda : ‘Rabb kita turun setiap malam ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam yang terakhir. Maka Dia berfirman : ‘Siapa yang berdo’a kepadaKu, niscaya Aku kabulkan, siapa yang memohon kepadaKu, niscaya Aku akan memberinya, dan siapa yang memohon ampun kepada-Ku, niscaya aku mengampuninya’ (HR Muttafaqqun Alaih)

Dalam Islam, malam itu dimulai dari terbenamnya matahari (waktu magrib) hingga masuk waktu subuh. Jadi 1/3 malam terakhir adalah 1/3 yang akhir dari waktu tersebut

Page 29: Waktu Mulia New

29

Ini adalah waktu yang terbaik untuk melaksanakan qiyammul lail, berdo’a, dan istighfar.

Page 30: Waktu Mulia New

30

Bab 5

Waktu Utama yang Lainnya

Page 31: Waktu Mulia New

31

Antara Adzan dan Iqamat Dianjurkan memperbanyak do’a antara adzan dan

Iqamat, sebagaimana sabda Nabi SAW : ‘Do’a antara adzan dan Iqamat tidak tertolak’ (HR Tirmidzi, hadits hasan-shahih)

Saat Shalat SAAT SHALAT ADALAH SAATNYA BERDO’A(52)

Di dalam shalat wajib maupun shalat sunnah, ada dua tempat utama untuk berdo’a kepada Allah, yaitu :

1.Saat sujud Rasulullah SAW bersabda : “Keadaan dimana seorang hamba paling dekat kepada Rabb-nya adalah ketika dia sujud. Maka perbanyaklah doa kalian” (HR Muslim)

Perbanyalah do’a pada saat sujud, baik itu dengan do’a – do’a yang ma’tsur (diriwayatkan dari Al Qur’an dan Hadits) maupun do’a apa saja sesuai keinginan kita. Apabila tidak mampu berdo’a dengan bahasa Arab, hendaklah do’a-nya dibaca di dalam hati.

Catatan : Ini bisa dilakukan di semua sujud, bukan hanya sujud di raka’at terakhir saja 2.Setelah tasyahud akhir dan sebelum salam Hendaknya membaca do’a apa saja yang disukai untuk kepentingan dunia maupun akhirat. Do’a yang dibaca adalah do’a yang ma’tsur (diriwayatkan dari Al Qur’an dan Hadits).

Dari Abullah bin Mas’ud bahwa Nabi mengajarkan tasyahud kepada mereka lalu di akhirnya Nabi bersabda : “ Kemudian hendaknya dia memilih do’a yang dia sukai” (HR Muslim)

Page 32: Waktu Mulia New

32

KEUTAMAAN SHALAT BERJAMAAH DI MASJID

Shalat wajib 5 waktu sangat dianjurkan dilakukan berjama’ah di masjid (bagi laki-laki). Bahkan banyak ulama yang menyatakan hukumnya wajib. Ibnu Hajar Asqalani (dalam kitab Fathul Bari) menjelaskan bahwa pahala shalat berjama’ah sebesar 25 atau 27 derajad itu hanya bisa diperoleh dengan cara berjama’ah di masjid.

Keutamaan shalat berjama’ah di masjid itu sangat banyak, diantara-nya :

1.Berangkat shalat di awal waktu sehingga bisa melaksanakan shalat Tahiyatul Masjid, dan amal-amal ketaatan lainnya. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: "Barangsiapa pergi ke masjid pada waktu pagi atau sore hari, maka Allah menyediakan untuknya suatu hidangan - yang lazim diberikan untuk tamu - di syurga, setiap kali ia pergi pagi atau sore hari itu." (HR Muttafaa'alaih) 2.Memperbanyak dzikir-dzikir yang ma’tsur (diriwayatkan dari Al Qur’an dan Nabi SAW) setelah shalat dan tidak buru-buru pulang. Rasulullah s.a.w. bersabda: "Dan malaikat itu mendoakan kepada seseorang di antara engkau semua supaya mendapatkan kerahmatan, selama orang itu masih ada di dalam tempat shalatnya yang ia bersembahyang di situ, juga selama ia belum berhadas. Malaikat itu mengucapkan: "Ya Allah, ampunilah orang itu, ya Allah, belas kasihanilah ia." (HR Bukhari) 3.Dianjurkan tetap di masjid hingga tiba waktu shalat berikutnya. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sukakah engkau semua kalau saya tunjukkan akan sesuatu amalan yang dapat melebur semua kesalahan dan dengan-nya dapat pula menaikkan beberapa derajat?" Para sahabat men-jawab: "Baiklah, ya Rasulutlah." Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Yaitu menyempurnakan wudhu' sekalipun menemui beberapa hal yang tidak disenangi - seperti terlampau dingin dan

Page 33: Waktu Mulia New

33

sebagainya, banyak-nya melangkahkan kaki untuk ke masjid dan menantikan shalat sesudah melakukan shalat. Itulah yang dapat disebut ribath, itulah yang disebut ribath - perjuangan menahan nafsu untuk memper-banyak ketaatan pada Tuhan." (HR Muslim)

Saat Khatam-an Al Qur’an Membaca Al Qur’an merupakan dzikir yang terbaik(53)

dan dianjurkan membacanya setiap saat.

Rasulullah SAW bersabda : “Allah berfirman dalam hadits Qudsi : ‘Siapa saja yang waktu-nya disibukkan dengan Al Qur’an dan mengingat-Ku hingga tidak sempat untuk berdo’a meminta sesuatu kepada-Ku, maka Aku akan memberikan kepadanya sebaik-baiknya pemberian yang diberikan pada para peminta. Dan keutamaan firman Allah dibanding dengan ucapan lain seperti keutamaan Allah di atas para ciptaan-Nya’ “ (HR Tarmidzi, hasan shahih)

Salah satu keutamaan membaca al Qur’an diterangkan dalam hadits berikut ini

"Bacalah olehmu semua akan al-Quran itu, sebab al-Quran itu akan datang pada hari kiamat sebagai sesuatu yang dapat memberikan syafaat - yakni pertolongan - kepada orang-orang yang mempunyainya." (HR. Muslim)

Waktu yang terbaik untuk membaca Al Qur’an adalah di dalam shalat. Jadi memperlama membaca Al Qur’an saat berdiri di dalam shalat itu lebih afdhal daripada memperlama sujud dan lainnya.

Sedangkan di luar shalat, sangat dianjurkan dibaca di waktu malam, terutama setengah malam yang terakhir. Selain itu antara magrib dan Isya’, dan juga setelah shalat Subuh(54)

Adapun hari-hari yang dianjurkan untuk memperbanyak tilawah Al Qur’an adalah hari Jum’at, Senin, Kamis, hari Arafah (9 Dzulhijjah), 10 hari pertama bulan Dzulhijjah, dan bulan Ramadhan.

Hendaknya setiap muslim memperbanyak do’a ketika khataman Al Qur’an. Dalam hal ini, tidak ada do’a - do’a

Page 34: Waktu Mulia New

34

khusus yang diriwayatkan dari Rasulullah SAW. Jadi silahkan memilih do’a yang sesuai dengan keinginan kita (55).

Page 35: Waktu Mulia New

35

Bab 6

Lafadz Takbir

Page 36: Waktu Mulia New

36

Lafadz Takbir Idhul Fitri

dan Idhul Adha Syaikh Ali Jum’ah mengatakan bahwa tidak ada bentuk takbir yang khusus di dalam sunnah Nabi SAW. Masalah ini bersifat mutlak (umum) sehingga seseorang bisa memilih lafadz mana saja yang ia kehendaki.

Adapun lafadz yang biasa dibaca sahabat yaitu

Ibnu Mas’ud :

"Artinya : Allah Maha Besar Allah Maha Besar, Tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah, Allah Maha Besar Allah Maha Besar dan untuk Allah segala pujian". [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah 3/168 dengan isnad yang shahih]

Ibnu Abbas :

"Artinya : Allah Maha Besar Allah Maha Besar Allah Maha Besar dan bagi Allah lah segala pujian, Allah Maha Besar dan Maha Mulia, Allah Maha Besar atas petunjuk yang diberikannya pada kita". [Diriwayatkan oleh Al Baihaqi 3/315 dan sanadnya shahih]

Salman :

"Artinya : Allah Maha Besar Allah Maha Besar Allah Maha Besar , sungguh Maha Besar". [Diriwayatkan oleh Baihaqi III/316, sanadnya shahih]

Page 37: Waktu Mulia New

37

Foot Note

(penjelasan)

Page 38: Waktu Mulia New

38

1. Latho-if Al Ma’arif halaman 207 2. Shahih Muslim bi Syarhin Nawawi juz VIII hal 56, Al Majmu

VI/386, Muqaddimat Ibnu Rusyd (I/242), Nailul Authar (IV/293).

Bulan haram adalah waktu yang sangat baik untuk melakukan amalan ketaatan, sampai-sampai para salaf sangat suka melakukan puasa pada bulan haram. Sufyan Ats Tsauri mengatakan, “Pada bulan-bulan haram, aku sangat senang berpuasa di dalamnya.” (Latho-if Al Ma’arif, 214)

3. Majmu' Fatawa wa Rasail Syaikh Utsaimin 4. Memperbanyak puasa sunnah pada bulan Muharram sebenarnya

lebih utama daripada di bulan - bulan lainnya. Namun ada pula riwayat yang menceritakan bahwa Rasulullah SAW justru memperbanyak puasa sunnah pada bulan Sya’ban. Adapun penjelasan mengenai hal ini, yaitu kemungkinan beliau baru mendapat wahyu tentang keutamaan bulan Muharram pada akhir hayatnya, sebelum sempat mengerjakan puasa sunnah pada bulan tersebut. (Syarah Shahih Muslim oleh Imam Nawawi)

5. Imam Nawawi menjelaskan yang dimaksud dengan menghapus dosa-dosa adalah dosa-dosa kecil, tapi jika orang tersebut tidak memiliki dosa-dosa kecil diharapkan dosa-dosa besarnya diringankan, dan jika ia tidak memiliki dosa-dosa besar, semoga Allah akan mengangkat derajat orang tersebut di sisi-Nya (Al Majmu’ Syarah Al Muhadzdzab jilid 6 bab Puasa Hari Arafah)

6. Hadits untuk berpuasa tanggal 11 ini sebenarnya dhaif sebagaimana disebutkan oleh Syaikh Utsaimin. Tapi kita diperbolehkan melakukannya untuk menambah puasa kita di bulan Muharram ini. Adapun melakukan puasa Asyura hanya pada tanggal 10 Muharram tidak makruh menurut Ibnu Taimiyah (kitab Al Fatawa Al Kubro jilid 5) dan Ibnu Hajar Al-Haitami (kitab Tuhfatul Muhtaj Jilid 3) Amalan yang tidak berdasar selama Muharram : Cukup banyak amalan – amalan yang tidak ada dasar-nya dari Rasulullah SAW selama bulan Muharram ini. Sebagian contohnya akan penulis ambilkan dari yang dikemukakan Ibnu Taimiyah

Page 39: Waktu Mulia New

39

Mempercayai Muharram (Suro) itu adalah bulan sial Tradisi bercelak, mandi janabat, memasak biji-bijian,

gembira, dan menyemir rambut pada hari asyura (10 Muharram)

Meluaskan belanja keluarga pada hari asyura. Hal ini karena hadits yang menceritakannya sangat lemah sehingga tidak bisa dibuat rujukan

Bersedih hati, menangis, meraung –raung pada hari asyura untuk memperingati tragedi pembantaian cucu Rasulullah SAW di padang Karbala. Ini adalah tradisi syiah

7. lihat kitab “Tabyiinul ‘Ajb” hal 23 yang disusun oleh Ibnu Hajar.

Amalan yang tidak berdasar selama Rajab : Banyak sekali amalan bulan Rajab yang beredar di masyarakat, namun sayang sekali tidak ditemukan dalil yang mendasarinya. Amalan – amalan tidak berdasar itu antara lain : shalat Raghaib / shalat Rajab (dikerjakan di malam Jum'at

pertama antara Maghrib dan Isya') puasa khusus rajab di tanggal-tanggal tertentu

8. Fiqih Sunnah Sayyid Sabiq. Amalan yang tidak berdasar selama Sya’ban : mengkhususkan bulan sya’ban untuk ziarah kubur, padusan/ keramasan

9. Ada sebuah hadits yang dinilai kuat oleh syaikh Albani berkaitan dengan malam nisfu sya’ban, yaitu : Dari Abu Musa Al Asy’ari radhiallahu ‘anhu, Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah melihat pada malam pertengahan Sya’ban. Maka Dia mengampuni semua makhluqnya, kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan” (HR. Ibn Majah, At Thabrani, dan dishahihkan Al Albani) Sebagai tambahan informasi, ada sebuah peristiwa penting yang diperkirakan terjadi di hari nisfu sya’ban, yaitu peristiwa tahwilul qiblah (beralihnya qiblat) dari masjidil aqsa ke ka’bah. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam fatwa Al-Azhar no: 39 tahun 1997

Page 40: Waktu Mulia New

40

10. Beberapa riwayat shahih dari para sahabat tentang jumlah raka’at terawih : Telah menceritakan kepadaku dari Malik dari Muhammad bin Yusuf dari As-Sa ib bin Yazid dia berkata, “Umar bin Khatthab memerintahkan Ubay bin Ka’ab dan Tamim Ad Dari untuk mengimami orang-orang, dengan sebelas rakaat.” (HR. Malik dalam Al Muwaththo’ 1/115, disahih-kan oleh Syaikh Musthofa Al ‘Adawi) Telah menceritakan kepada kami ‘Ali, bahwa Ibnu Abi Dzi’b dari Yazid bin Khoshifah dari As Saib bin Yazid, ia berkata : “Mereka melaksanakan qiyam lail di masa ‘Umar di bulan Ramadhan sebanyak 20 raka’at. Ketika itu mereka membaca 200 ayat Al Qur’an.” (HR. ‘Ali bin Al Ja’d dalam musnadnya 1/413 disahih-kan oleh Syaikh Musthofa Al ‘Adawi) Dari Daud bin Qois dan selainnya, dari Muhammad bin Yusuf, dari As Saib bin Yazid, ia berkata bahwa ‘Umar pernah mengumpulkan manusia di bulan Ramadhan, Ubay bin Ka’ab dan Tamim Ad Daari yang menjadi imam dengan mengerjakan shalat 21 raka’at. Ketika itu mereka membaca 200 ayat. Shalat tersebut baru bubar ketika menjelang fajar (di-shahihkan oleh Syaikh Musthofa Al ‘Adawi) Atsar Atho’ (seorang tabi’in) yang dikeluarkan dalam Mushonnaf Ibni Abi Syaibah (2/163) mengisahkan : Telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair, dari ‘Abdul Malik, dari ‘Atho’, ia berkata, “Aku pernah menemukan manusia ketika itu melaksanakan shalat malam 23 raka’at dan sudah termasuk witir di dalamnya.” (di-shahihkan oleh Syaikh Musthofa Al ‘Adawi) Atsar dari ‘Abdurrahman bin Al Aswad yang dikeluarkan dalam Mushonnaf Ibni Abi Syaibah (2/163) mengisahkan : Telah menceritakan kepada kami Hafsh, dari Al Hasan bin ‘Ubaidillah, ia berkata bahwa dulu ‘Abdurrahman bin Al Aswad shalat bersama kami di bulan Ramadhan sebanyak 40 raka’at, lalu beliau berwitir dengan 7 raka’at (di-shahihkan oleh Syaikh Musthofa Al ‘Adawi)

Ibnu Taimiyah berpendapat di dalam kitab Majmu’ Al Fatawa :

Page 41: Waktu Mulia New

41

Semua bentuk tarawih di atas diperbolehkan dan baik. Jika jama’ah itu mampu berdiri lama, maka dianjurkan memperlama berdiri-nya. Adapun jika jama’ah itu tidak mampu, maka dianjurkan memperbanyak raka’atnya. Oleh karena itu, barangsiapa yang menyangka bahwa shalat malam di bulan Ramadhan memiliki batasan bilangan tertentu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sehingga tidak boleh lebih atau kurang dari 11 raka’at, maka sungguh dia telah keliru

11. Fiqih Islam wa Adillatuhu (terjemahan) 2/167, Fiqih Sunnah (Terbitan Pena Ilmu & Amal, I/356), ini juga pendapat mayoritas ulama mazhab. Dalilnya :

Rasulullah SAW bersabda : “Tidak ada dua witir dalam satu malam” (HR Abu Daud kitab As-shalah I/329)

12. pendapat Ibnu Qudamah, dan Imam Nawawi. Sebenarnya, dalam hal ini banyak keleluasaan. Para sahabat Nabi ada yang tidak pernah ber-qunut. Ada pula yang berqunut sepanjang tahun (setiap saat). Adapula yang ber-qunut di separuh terakhir bulan Ramadhan. Semuanya boleh dan tidak tercela (Al – Fatawa XXIII/99 Ibnu Taimiyah)

Dalil anjuran qunut di pertengahan terakhir Ramadhan : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Bakr, dari Ibnu Juraij, ia berkata : Aku pernah bertanya kepada ‘Athaa’ (bin Abi Rabbaah) tentang qunut yang dilakukan di bulan Ramadlaan. Ia menjawab : “’Umar adalah orang yang pertama melakukan qunut”. Aku bertanya kembali : “Setengah terakhir secara keseluruhan ?”. Ia menjawab : “Ya” (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah, 2/304. Sanad riwayat ini shahih sampai ‘Athaa’)

Ma'mar mengatakan : "Sesungguhnya aku qunut witir sepanjang tahun kecuali awal Ramadhan sampai dengan pertengahan saya tidak qunut, demikian juga dilakukan oleh Hasan al-Bahsri, ia menyebutkan dari Qatadah dan lainnya (Lihat Mushannaf 'Abdurrazzaq 3/120 dengan sanad yang shahih)

Bacaan Qunut witir : Bacaan qunut shalat witir ini sama persis dengan qunut subuh yaitu sebagai berikut :

Page 42: Waktu Mulia New

42

artinya : “Ya Allah! Berilah aku petunjuk sebagaimana orang yang telah Engkau beri petunjuk, berilah aku perlindungan (dari penyakit dan apa yang tidak disukai) sebagaimana orang yang telah Engkau lindungi, sayangilah aku sebagaimana orang yang telah Engkau sayangi. Berilah berkah apa yang Engkau berikan kepadaku, jauhkan aku dari kejelekan apa yang Engkau takdirkan, sesungguhnya Engkau yang menjatuhkan qadha, dan tidak ada orang yang memberikan hukuman kepadaMu. Sesungguhnya orang yang Engkau bela tidak akan terhina, dan orang yang Engkau musuhi tidak akan mulia. Maha Suci Engkau, wahai Tuhan kami dan Maha Tinggi Engkau.” (HR. Empat penyusun kitab Sunan, Ahmad, Ad-Darimi, Al-Hakim dan Al-Baihaqi. Sedang doa yang ada di antara dua kurung, menurut riwayat Al-Baihaqi. Lihat Shahih At-Tirmidzi 1/144, Shahih Ibnu Majah 1/194 dan Irwa’ul Ghalil, oleh Al-Albani 2/172.) Disunnahkan membaca shalawat atas Rasulullah SAW setelah Qunut (riwayatnya shahih, disebutkan oleh Al Albani dalam Irwa’ul Ghalil II/175)

Cara membaca Qunut witir : Qunut shalat witir dapat dilakukan sebelum atau sesudah ruku’. Namun yang terbaik dilaksanakan sesudah ruku’ karena riwayat tentang hal itu sangat banyak (pendapat mayoritas ulama, yaitu imam Ahmad, Ibnu Taimiyah, Syaikh Bin Baz, Said bin Ali bin Wahf al Qathani)

o bila sebelum ruku’ : Setelah selesai membaca Al Qur’an hendaknya bertakbir sambil mengangkat kedua tangan dan membaca do’a Qunut. Setelah itu bertakbir lagi lalu ruku’ (Fiqih Sunnah -Terbitan Pena Ilmu & Amal, I/352)

Page 43: Waktu Mulia New

43

o bila setelah ruku’ : Qunut dibaca setelah bangkit dari ruku, setelah membaca “sami’allahu li man hamidah, rabbana wa laka al hamd”. Setelah selesai membaca qunut, lalu bertakbir lagi dan sujud (Fiqih Sunnah -Terbitan Pena Ilmu & Amal, I/353)

Catatan : Imam disunnahkan mengeraskan suaranya saat membaca qunut, dan para jama’ahnya mengucapkan “amiin”. Bila shalat-nya sendiri (munfarid), bacaan qunut bisa dikeraskan maupun tidak. Bagi imam, makmum maupun munfarid, dianjurkan mengangkat kedua tangan saat membaca Qunut. Lihat catatan kaki Enslikopedi Dzikir dan Do’a Imam Nawawi halaman 176

13. lihat footnote no 55 14. Pendapat sebagian ulama Hanafiyah dan Hanabilah dalam Fath

Al Qadir I/835 , Al Mughni II/169. Sebenarnya tidak ada batasan bacaan surat dalam shalat terawih. Imam bisa memperpanjang dan memperpendek bacaan sesuai kondisi makmum. Bila makmum ridha bacaan shalat diperpanjang, maka itu lebih afdhal (namun tidak dianjurkan lebih dari 1 kali khatam, karena bisa memberatkan makmum) Adapun cara memperbanyak bacaan Qur’an saat shalat malam dan terawih (baik bagi imam maupun orang yang shalat sendiri / munfarid) salah satunya yaitu shalat sambil memegang Mushaf (Al Qur’an). Jadi shalat-nya sambil membaca Al Qur’an tersebut. Dalil yang membolehkannya yaitu ada riwayat yang kuat dari Aisyah r.a. bahwa beliau memerintahkan budaknya (bernama) Dzakwan untuk menjadi imam dalam qiyam Ramadhan. Lalu dia membaca (Al-Qur’an) dari mushaf. Riiwayat tersebut disebutkan oleh Bukhari dalam shahihnya secara mu’allaq (tidak disebutkan rangkaian sanadnya), namun dipastikan bahwa hal tersebut bersumber dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam (jazman) Catatan : Setelah mengkhatamkan Al Qur’an di dalam shalat, kita tidak perlu membaca do’a – do’a apapun karena tidak ada riwayat

Page 44: Waktu Mulia New

44

yang menjelaskan hal ini. Berbeda jika kita mengkhatamkan-nya di luar shalat, kita justru dianjurkan memperbanyak doa setelah khatam. Lihat footnote no 55

15. Pendapat-pendapat mengenai turunnya Lailatul Qadar ini bisa kita lihat di Shahih Fiqih Sunnah 3/201. Pendapat yang mengatakan Lailatul Qadar itu turun di malam 27 adalah dari riwayat dari Ibnu Abbas, Ubai bin Ka’ab dan Ibnu Umar. Ubai bin Ka’ab bahkan berani bersumpah untuk memastikan-nya (HR Muslim dan HR Tarmidzi). Namun sekali lagi, tidak ada konsensus yang pasti mengenai hal ini

Yang perlu dicermati, malam-malam yang ganjil itu bisa saja berbeda antara negara yang satu dengan yang lain-nya. Hal ini mengingat sering terjadi perbedaan awal masuk Ramadhan di negara-negara Islam.

Oleh karena itu, untuk lebih berhati-hati, hendaknya kita menghidupkan sepuluh hari akhir Ramadhan secara penuh.

Hukum I’tikaf

I'tikaf adalah amal sunnah yang dapat dilaksanakan di bulan Ramadhan maupun di luar Ramadhan. Ada riwayat shahih bahwa Rasulullah SAW pernah I’tikaf di luar Ramadhan, yaitu di sepuluh hari bulan Syawal (Enslikopedi Fatwa Syaikh Albani halaman 195)

Meraih Lailatul Qadar bagi Wanita Haid

Juwaibir pernah mengatakan bahwa dia pernah bertanya pada Adh Dhohak, “Bagaimana pendapatmu dengan wanita nifas, haidh, musafir dan orang yang tidur (namun hatinya dalam keadaan berdzikir), apakah mereka bisa mendapatkan bagian dari lailatul qadar?” Adh Dhohak pun menjawab, “Iya, mereka tetap bisa mendapatkan bagian. Siapa saja yang Allah terima amalannya, dia akan mendapatkan bagian malam tersebut.” (Latho-if Al Ma’arif, hal. 341)

Riwayat di atas menunjukkan bahwa wanita haidh, nifas, musafir, dan yang berhalangan untuk i’tikaf tetap bisa mendapatkan keutamaan lailatul qadar dengan cara menghidupkan 10 malam itu dengan memperbanyak amal-amal sunah

16. pendapat Abu Hanifah, Malik, dan Ibnu Taimiyah

Page 45: Waktu Mulia New

45

17. Fiqih Sunnah (Terbitan Pena Ilmu & Amal, 2/39), Al Mughni 3/256, Majmu Fatawa XXIV/220-221, tafsir Al-Jami` Li Ahkamil Quran karya Al-Qurthubi 2/302)

18. Irwa’ul Ghalil 2/104 , Al Mughni 3/258, Fiqih Sunnah (Terbitan Pena Ilmu & Amal, 2/23). Adapun waktu untuk mandi Idh menurut Imam Nawawi bisa dimulai menjelang waktu subuh. Tapi yang lebih afdal adalah setelah subuh sehingga ketika berangkat shalat Idh dalam keadaan segar. Mandi (dengan cara mandi janabah) ada yang diwajibkan dan disunnahkan. Berikut penulis sampaikan lebih detail Mandi diwajibkan pada kondisi : o keluar mani karena syahwat, baik dalam keadaan tertidur

(mimpi) maupun terbangun, laki-laki maupun wanita o jima’ (meskipun tidak keluar mani) o ketika masa nifas dan haid berakhir (penyebab nifas itu bisa

karena melahirkan secara normal maupun caesar, serta bisa pula karena keguguran)

o kematian (dimandikan oleh yang hidup) o seseorang yang baru masuk islam (muallaf) o bayi yang meninggal ketika lahir / keguguran (dengan syarat

sudah dikandung selama 4 bulan atau lebih). Selain wajib dimandikan, juga dikafani dan dishalati

Mandi disunnahkan pada kondisi : o mandi Jum’at o mandi pada hari raya idhul fitri & idhul adha o mandi setelah memandikan mayat o mandi ketika mengenakan kain ihram (baik itu untuk haji

maupun umrah) o mandi ketika memasuki kota Mekah o ketika wukuf di arafah o mandi setelah sadar dari pingsan o mandi ketika ingin mengulangi jima’ (bersenggama dengan

istri). Namun seandainya berwudhu saja, juga baik

Page 46: Waktu Mulia New

46

o mandi setiap kali shalat bagi wanita istihadhoh. Namun seandainya berwudhu saja, itu sudah cukup

(Fiqih Sunnah -terbitan Pena Ilmu & Amal- I/106, Al Minhaj Syarh Muslim 4/136, Enslikopedi Fatwa Syaikh Albani , Fiqh Al Mar’ah Al Muslimah hal. 51)

19. Dalam shalat Iedh dianjurkan mengangkat kedua tangan pada

tiap takbir berdasarkan riwayat marfu’ dari Ibnu Umar (disampaikan oleh Syaikh bin Baz dan Syaikh Utsaimin)

20. Al Mughni (Ibnu Qudamah) 3/260, Fiqih Islami wa Adilatuhu (terjemahan) 2/465, Majmu’ Fatawa wa Rasa`il Ibni ‘Utsaimin XVI/141.

21. Fiqih Islami wa Adilatuhu (terjemahan) 2/463. Disebutkan bahwa Imam Syafi’I dan Imam Ahmad berpendapat : siapa saja yang tertinggal shalat Iedh bersama imam maka disunahkan meng-qadha-nya. Yaitu dengan shalat dua rakaat, 7 takbir di rakaat pertama, dan 5 takbir di rakaat kedua (sama persis dengan pelaksanaan shalat Ied pada umum-nya). Boleh di-qadha kapan saja dia bisa, baik pada hari raya tersebut atau setelahnya. Namun lebih baik di-qadha pada hari-hari berikutnya

22. Para ulama mengatakan bahwa 10 hari Dzulhijjah adalah 10 hari yang paling utama, sedangkan 10 malam terakhir Ramadhan adalah 10 malam yang paling utama .

Catatan : Ibnu Qayyim menjelaskan bahwa sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan lebih utama dari sepuluh malam pertama bulan Dzulhijjah. Sedangkan sepuluh hari (siangnya) pertama Dzulhijah lebih utama dari sepuluh hari (siangnya) terakhir Ramadhan. Hal ini karena di 10 malam Ramadhan yang akhir itu ada Lailatul Qadar sedangkan di 10 hari (siang) Dzulhijjah ada hari Nahr (qurban), hari Arofah, dan tarwiyah. (Zaadul Ma’ad, Ibnul Qayyim, Muassasah Ar Risalah, cetakan ke-14, 1407, 1/35)

23. Hal ini karena puasa Arafah diperintahkan bagi umat muslim yang sedang tidak wukuf. Jadi, acuan puasa Arafah adalah mengikuti waktu wukuf di Arab Saudi. Lalu untuk menjaga persatuan,

Page 47: Waktu Mulia New

47

hendaknya shalat Idh-nya tetap bersama-sama pemerintah setempat. Ulama yang membolehkan hal ini misalnya Syaikh ‘Utsman bin ‘Abdillah As-Salimi hafizhahullah (ulama besar di Yaman)

Catatan : Ada beberapa ulama yang menganjurkan puasa khusus tanggal 8 Dzulhijjah (disebut puasa tarwiyah) berdasarkan hadits berikut : “Puasa pada hari tarwiyah (8 Dzulhijah) akan mengampuni dosa setahun yang lalu.” Namun hadits ini dianggap lemah oleh Ibnul Jauzi, As-Syaukani, Albani (Al Mawdhu’at, 2/565, Al Fawa-id Al Majmu’ah, Irwa’ul Gholil no. 956)

24. Fiqih Sunnah (terbitan Pena Ilmu & Amal) I/352, Shahih Fiqih Sunnah 2/347. Inilah pendapat yang dianut oleh jumhur ulama salaf dan ahli fiqih dari kalangan sahabat dan imam (Majmu’ Fatawa XXIV/220).

Sebagian ulama lain seperti Syaikh bin Baz dan Syaikh Utsaimin mengatakan bahwa cara bertakbir itu ada dua macam, yaitu : Takbir Muthlaq dibaca setiap saat sejak tanggal 1 Dzulhijjah

sampai akhir hari Tasyriq (13 Dzulhijjah) Takbir Muqayyad, dilakukan setiap selesai shalat fardhu,

dimulai sejak shalat shubuh hari Arafah (9 Dzulhijjah) hingga shalat ‘Ashar hari Tasyriq yang terakhir (13 Dzulhijjah).

Catatan : Bagi yang tidak sedang berhaji, takbir muqayyad dimulai dari shalat subuh hari arafah (9 Dzulhijah) hingga waktu ‘Ashar pada hari tasyriq yang terakhir (13 Dzulhijjah). Bagi yang berhaji, dimulai dari shalat Zhuhur hari Nahr (10 Dzulhijah) hingga hari tasyriq yang terakhir (13 Dzulhijjah)

25. (Latho-if Al Ma’arif, Ibnu Rajab Al Hambali, hal. 482).

Ibnu Rajab lalu menerangkan langkah-langkah meraih fadhilah tersebut pada hari arafah : a.berpuasa arafah (9 Dzulhijjah) b.menjaga diri dari perbuatan haram c.memperbanyak syahadat tauhid, keikhlasan dan kejujuran

Page 48: Waktu Mulia New

48

d.memerdekakan seorang budak jika mampu e.memperbanyak do’a ampunan dan pembebasan dari api neraka

26. Larangan ini hanya berlaku bagi yang berniat kurban. Adapun bagi anggota keluarganya (yang diikutkan dalam pahala qurban baik sudah dewasa ataupun belum, misalnya istri & anak), tidak terkena larangan ini. Dalil larangan memotong rambut dan kuku ini adalah :

Jika kalian telah menyaksikan hilal Dzul Hijah (maksudnya telah memasuki tanggal satu Dzulhijah) dan kalian ingin berqurban, maka hendaklah shohibul qurban membiarkan (tidak memotong) rambut dan kukunya.” (HR. Muslim no. 1977)

Imam Syafi’i menjelaskan bahwa larangan ini bersifat makruh (makruh tanzih).

Faidah : Dalam Syarah Muslim, Imam Nawawi menyebutkan faidah larangan ini, yaitu : o Menyerupai orang yang sedang ihram o Agar seluruh tubuh mendapat pembebasan dari api neraka

Catatan : Orang yang pada awalnya (di awal Dzulhijah) tidak berniat untuk berkurban, ternyata di tengah – tengah jalan ia berniat, maka larangan ini berlaku sejak adanya niat kurban tersebut.

27. Kitab Keutamaan Bulan Dzulqa’dah dan Dzulhijjah 28. Lihat Ensiklopedi Dzikir & Do’a Imam Nawawi halaman 260 29. Kitab Keutamaan Bulan Dzulqa’dah dan Dzulhijjah.

Dalil tentang keutamaan hari Jum’at dibanding hari- hari lainnya dalam 1 minggu yaitu : Dari Aus bin Anas bahwasanya Nabi SAW bersabda: "Sesungguhnya hari yang paling utama bagi kalian adalah hari Jum'at. Pada hari itu Adam diciptakan dan diwafatkan. Pada hari itu juga ditiupnya sangkakala..." (HR. Abu Dawud: 1531, Ibnu Majah: 1085, an-Nasai: 1373, al-Albani menshohihkannya dalam al-Irwa' no. 4, al-Misykah: 1361)

Page 49: Waktu Mulia New

49

30. Fiqih Islam Wa Adillatuhu (terjemahan) - Prof. Dr. Wahbah Zuhaili 2/411

31. HR Muslim. Yang dimaksud yaitu saat Khatib duduk di antara 2 khutbah Jum’at

32. Rasulullah SAW bersabda : “Carilah waktu yang mustajab pada hari Jum'at itu ba'da asar sampai terbenamnya matahari” (HR. at-Tirmidzi: 489, al-Baghowi: 1051. Lihat Shohih al-Targhib: 793). Pendapat ini dikuatkan oleh al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Fath al-Bari: 3/89, Ibnul Qoyyim dalam Zad al-Ma'ad: 1/378, dan disetujui pula oleh asy-Syaukani dalam Nail al-Author: 3/233. Allohu A'lam

33. HR Abu Daud, hadits shahih 34. Sabda Rasulullah SAW, ‘Siapa yang membaca surat al-Kafhi,

Allah akan meneranginya diantara dua jumat’ (HR. Hakim, hadits Shahih)

35. “Barang siapa mandi Jum'at seperti mandi jinabat” (HR. al-Bukhori: 881 dan Muslim: 850)

Waktu mandi jum'at dimulai dari terbitnya fajar (masuk-nya waktu subuh) hari Jum'at hingga menjelang pelaksanaan Shalat Jum'at. Disunnahkan mengakhirkan mandi hingga akan berangkat Shalat Jum'at (Enslikopedi Islam Al Kamil 3/81).

Adapun waktu-waktu yang diwajibkan maupun disunnah-kan untuk mandi (mandi janabah) bisa dilihat secara lengkap di footnote no 18 Catatan : Seseorang bisa melakukan 1 kali mandi dengan dua niat sekaligus. Misalnya : o mandi jum’at dan mandi hari raya o mandi jum’at dengan mandi junub

(Fiqih Sunnah -Terbitan Pena Ilmu & Amal, I/115-)

36. Dari Abu Hurairoh RA, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Apabila hari Jum'at, malaikat berdiri pada setiap pintu masjid. Mereka menulis orang yang datang pertama dan yang setelaknya dan yang setelaknya. Permisalan orang yang datang pagi-pagi seperti orang yang berkurban dengan seekor unta. Orang yang datang setelaknya seperti berkurban dengan seekor sapi. Yang datang selelahnya seperti berkurban dengan seekor domba. Yang datang setelahnya seperti berkurban dengan seekor ayam. Yang datang setelaknya seperti

Page 50: Waktu Mulia New

50

berkurban sebutir telur. Apabila imam telak memulai khotbahnya, malaikat melipat lembaran catatannya untuk mendengarkan khotbah” (HR. Bukhori) Siapa yang mandi dan bersuci di hari jum’at lalu ia pergi shalat Jum’at lebih awal dengan berjalan kaki dan tidak naik kendaraan, mendekat ke tempat imam, lalu mendengarkan khotbah dan tidak berbuat sia-sia. Maka setiap langkah yang dilalui-nya seakan ia telah beramal setahun dan mendapatkan pahala puasa dan shalat malam-nya (HR Tarmidzi, hadits hasan)

37. Hal ini tidak makruh jika yang melakukan itu imam, atau seseorang yang melihat bahwa di barisan depan ada tempat kosong tapi tidak diisi oleh orang-orang yang datang terlebih dahulu (dengan syarat hal itu tidak mengganggu orang lain) - Fiqih Sunnah (Terbitan Pena Ilmu & Amal, I/583) –

Dalil larangan melangkahi pundak orang lain :

Ada seseorang yang datang saat shalat Jum’at lalu melangkahi pundak orang lain, sedangkan Nabi SAW sedang berkutbah. Maka beliau lalu bersabda : “Duduklah, kamu telah mengganggu orang lain dan kamu terlambat datang” (HR Abu Daud, hadits shahih)

38. “Jika kamu berkata kepada temanmu : ‘Diamlah’ pada hari Jum’at sementara imam sedang khutbah maka kamu telah berbuat sia- sia” (Diriwayatkan semua Imam Hadits kecuali Ibnu Majah) “Siapa yang menyentuh kerikil (bermain-main ketika khutbah) maka ia telah berbuat sia-sia (HR Ibnu Majah, dishahih-kan oleh Tirmidzi) Para ulama mengatakan, maksud hadits di atas adalah tidak ada pahala Jum’at sedikitpun baginya sesuai ijma’ , karena gugurnya kewajiban waktu Jum’at darinya (Fiqih Islami Wa Adilatuhu – terjemahan – 2/404)

39. HR. Ibnu Hibban No. 569 dan Ad-Daruquthny No. 169- hadits Shahih

Page 51: Waktu Mulia New

51

Catatan : Jika mau, bisa mengerjakan shalat sunnah mutlak sebelum adanya khutbah Jum’at. Hal ini diriwayatkan dengan shahih dari para sahabat. Adapun caranya yaitu, melakukan shalat sunnah mutlak minimal 2 rakaat, dan maksimal tidak ada batas-nya (semampunya). Semua dikerjakan dengan 2 rakaat salam, 2 rakaat salam. Shalat ini dapat dikerjakan hingga sebelum imam datang untuk khutbah (Fiqih Sunnah -Terbitan Pena Ilmu & Amal, I/356-)

40. HR Bukhori, dan Nailul Authar 3/280 41. Zadul Ma’ad Ibnul Qayyim (cetakan pustaka Azzam hal 44) 42. Rasulullah SAW bersabda : "Janganlah kalian mengkhususkan malam

jum'at untuk shalat malam di antara malam - malam yang lain dan janganlah pula mengkhususkan hari Jum'at untuk berpuasa dari beberapa hari yang lain, kecuali kalau kebetulan tepat pada hari puasa yang dilakukan oleh seseorang di antara engkau semua (HR Muslim)

43. HR Muslim

44. pendapat jumhur ulama. Lihat Al Mughni (II/132). Dasar anjuran ini adalah :

Abu hurairah berkata : “Kekasihku Rasulullah SAW berwasiat kepadaku dengan tiga hal, dan aku tidak akan meninggalkannya sehingga aku mati: berpuasa tiga hari setiap bulan, melakukan shalat Dhuha dan melakukan shalat witir sebelum tidur.” (Hadits Bukhari [1107, 1845], Muslim [1182]) Selain itu, juga didasarkan keutamaan-keutamaan shalat Dhuha yang sangat banyak.

Adapun riwayat sebagian sahabat (Ibnu Mas’ud, Ibnu Umar, dan selainnya) yang mengingkari pelaksanaan shalat Dhuha secara rutin ini tidaklah menafikkan persyariatannya. Karena ada kaidah, bila ada dua riwayat yang satu menafikan (mengingkari) dan yang satunya lagi menetapkan, maka yang menetapkan itulah yang lebih kuat karena mensyariatkan tambahan amal

45. Mengenai jumlah maksimal shalat dhuha, ada beberapa pendapat. Yaitu 8 dan 12 rakaat. Namun pendapat yang terkuat adalah jumlah rakaatnya tidak dibatasi. Dan dilaksanakan dengan 2 rakaat salam, 2 rakaat salam sebagaimana keumuman shalat sunnah.

Page 52: Waktu Mulia New

52

Salah satu dalil bahwa shalat Dhuha ini tidak ada batasan rakaatnya yaitu : Sayyidah Aisyah Radhiyallahu ‘anha saat ditanya oleh Mu’adzah :”Berapa rakaat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengerjakan shalat Dhua?” Dia menjawab : “Empat rakaat dan bisa juga lebih, sesuai kehendak Allah” (HR Muslim, hadits hasan) Untuk pembahasan lebih rinci silahkan lihat kitab Shahih Fiqih Sunnah halaman 79

46. Himpunan dan Tatacara Shalat Sunnah Said bin Ali bin Wahf halaman 94. Selama menunggu waktu Dhuha itu, diperbolehkan bergeser bila diperlukan (asalkan tetap di dalam masjid). Jadi misalnya wudhunya batal, boleh pergi untuk berwudhu, lalu melanjutkan kembali dzikir-nya (pendapat syaikh Utsaimin)

47. Enslikopedi Dzikir dan Do’a Imam Nawawi hal 224 48. pendapat mayoritas ulama dari kalangan sahabat, tabi’in, dan

sesudah-nya 49. Rasulullah SAW bahkan selalu mengerjakan shalat witir dan

shalat sunnah fajar (qabliyah subuh) baik dalam keadaan safar (perjalanan) maupun mukim (Zad al-Ma’ad: 1/456). Hal ini menunjukkan betapa pentingnya kedua shalat sunnah tersebut

50. Dasarnya adalah hadits Abu Ayyub Al-Anshaari Radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :“Witir adalah hak atas setiap muslim. Barangsiapa yang suka berwitir tiga raka’at hendaknya ia melakukannya. Dan barangsiapa yang berwitir satu raka’at, hendaknya ia melakukannya” (Shahih Sunan Abu Daud I : 267)

Adapun dalil dibolehkannya shalat witir setelah shalat Isya (sebelum tidur) yaitu :

Rasulullah SAW bersabda : “Barangsiapa khawatir tidak bangun di akhir malam, maka hendaklah dia mengerjakan shalat witir di awal waktunya. Dan barangsiapa yang serius hendak bangun di akhir malam, maka hendaklah dia mengerjakan shalat witir di akhir malam, karena sesungguhnya shalat di akhir malam itu disaksikan (oleh para Malaikat). Dan demikian itu lebih baik” (HR. Muslim)

Page 53: Waktu Mulia New

53

Penjelasan lebih lanjut, silahkan lihat Fathul Bari Ibnu Hajar (III/57), Himpunan dan Tatacara Shalat Sunnah Said bin Ali halaman 59.

51. Lihat footnote no 11 52. Ada hadits yang menerangkan keutamaan berdo’a setelah shalat

fardhu : “Rasulullah SAW ditanya, ‘Do’a apakah yang lebih didengar (dikabulkan)?’ Nabi lalu menjawab : ‘Do’a tengah malam yang terakhir dan setelah shalat fardhu’ (HR Tirmidzi, hadits hasan)

Hadits di atas dinilai hasan oleh imam Tirmidzi, namun kata-kata ‘dan setelah shalat fardhu’ dinilai dhoif oleh Ibnu Hajar dan Ibnu Qayyim.

Ibnu Qayyim mengatakan bahwa berdoa setelah shalat fardhu itu tidak disyariatkan oleh Nabi (Zadul Ma’ad I/257). Yang disyariatkan setelah shalat hanyalah berdzikir.

Terlepas benar tidaknya penilaian hadits di atas, mari optimalkan dua waktu utama dalam shalat (shalat sunnah maupun wajib) yang telah diterangkan di depan untuk berdo’a

53. Fiqih Islam Wa Adilatuhu (terjemahan) 2/235, Enslikopedi Dzikir & Do’a Imam Nawawi

54. Lihat Ensiklopedi Dzikir & Do’a Imam Nawawi halaman 260 55. Syaikh Bakr Abu Zaid mengatakan terdapat riwayat yang shahih

bahwa Anas bin Malik mengumpulkan keluarga dan anaknya lalu berdo’a ketika khataman Al Quran. Perbuatan beliau tersebut lalu diikuti oleh sejumlah tabi'in. Adapun do’a yang dibaca ketika khatam ini tidak ada ketentuan khusus yang diriwayatkan dari Nabi dan para sahabat. Jadi silahkan berdo’a sesuai keinginan masing-masing. Adapun di masyarakat ada do’a yang masyhur yaitu do’a Senandung Al Qur’an yang lafadz-nya sebagai berikut :

Page 54: Waktu Mulia New

54

“Ya Allah sayangilah aku dengan sebab Al Qur’an dan jadikanlah Al Qur’an untukku sebagai pemimpin, cahaya, petunjuk dan rahmat. Ya Allah, ingatkanlah aku akan ayat-ayat al Qur’an yang kulupa, ajarilah aku tentang isi Al Qur’an yang tidak aku ketahui dan berilah aku nikmat bisa membacanya di waktu malam. Jadikanlah Al Qur’an sebagai membelaku wa tuhan semesta alam”

Hadits menerangkan lafadz di atas adalah hadits lemah dan tidak bersanad, tercantum di kitab Ihya ‘Ulumuddin 1/278 Al Ghazali

Page 55: Waktu Mulia New

55

DAFTAR PUSTAKA

Buku Refrensi

1. Fiqih Islami Wa Adilatuhu (terjemahan) Syaikh Wahbah Zuhaily

2. Enslikopedi Dzikir dan Do’a (Al-Adzkar) Imam Nawawi, ditahrij oleh Syaikh Amir bin Ali

3. Shahih Riyadus Shalihin Imam Nawawi, ditahrij oleh Syaikh Al Albani

4. Shahih Fiqih Sunnah Abu Malik Kamal bin as-Sayyid Salim 5. Fiqih Sunnah Sayyid Sabiq ditahqiq oleh Muhammad Sayyid

Sabiq 6. Enslikopedi Islam Al Kamil Syaikh Muhammad bin Ibrahim At-

Tuwaijri 7. Tafsir Ibnu Katsir 8. Fathul Bahri (syarah hadits Bukhori) Ibnu Hajar Asqalani 9. Zadul Ma’ad (‘bekal menuju akhirat’) Ibnu Qayyim Al

Jauziyah 10. Hisnul Muslim Syeikh Said bin Wahaf al-Qathani 11. Himpunan dan Tatacara Shalat Sunnah Sesuai Tuntunan

Rasulullah SAW Syeikh Said bin Wahaf al-Qathani 12. Kajian Lengkap tentang Shalat Syeikh Said bin Wahaf al-

Qathani 13. Enslikopedi Fatwa Syaikh Al Albani 14. Sifat Shalat Nabi Syaikh Nasiruddin Al Albani

Situs Refrensi

1. www.dar-alifta.org Lembaga Fatwa Mesir (Al Azhar) 2. www.syariahonline.com Konsultasi syariah pilihan 3. www.islamqa.com oleh Syaikh Muhammad Sholeh Al Munajid 4. www.eramuslim.com 5. www.rumasyo.com diasuh oleh ustad Muhammad Tuasikal 6. www.almanhaj.or.id kajian salafusshalih