Mohamad F Dan Kalamullah Ramli

download Mohamad F Dan Kalamullah Ramli

of 9

Transcript of Mohamad F Dan Kalamullah Ramli

  • 7/26/2019 Mohamad F Dan Kalamullah Ramli

    1/9

    JURNAL ILMIAH ELITE ELEKTRO, VOL. 3, NO. 1, MARET 2012: 6-14

    6

    Efisiensi Kinerja Pengelolaan Energi pada ArsitekturDataCenterKomputasi

    Awan Menggunakan Greencloud

    Mohamad Fathurahman1*

    dan Kalamullah Ramli2

    1. Teknik Telekomunikasi, Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Jakarta, Depok 16425, Indonesia

    2. Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok 16425, Indonesia

    *E-mail: [email protected]

    Abstrak

    Keberadaan data center pada sistem cloud computing sangat besar artinya. Data center yang terletak pada lapisan

    infrastucture as a services(IaaS) pada sistem cloudberisi komponen fisik yang meliputi komponen komputasi seperti

    server dan switch dan komponen non komputasi seperti sistem pendingin dan pengaturan suhu. Seiring dengan

    meningkatnya jumlah pengguna data center, maka konsumsi daya listrik pada data center akan meningkat. Telah

    diusulkan skema penghematan energi pada data center yakni skema DVFS dan DNS. Pada penelitian ini telah

    disimulasikan menggunakan Greencloud, yang merupakan ekstensi dari NS2, kepada tiga macam arsitektur datacenter

    yakni two-tier, three-tierdan three-tier high-speeddengan jenis workloadadalah high performance computing(HPC).

    Penerapan skema penghematan meliputi skema DVFS dan DNS saja serta DVFS dan DNS sekaligus. Dari hasil yang

    diperoleh menunjukkan bahwa penerapan skema DNS menunjukkan hasil terbaik karena berhasil melakukan

    penghematan rata-rata sebesar 63,42% pada server dan hampir 100% pada switch.

    Abstract

    Performance Comparison between Energy-Aware Cloud Computing Data Center Architectures Using

    GreenCloud.The existence of a data center in the cloud computing system was huge. Data center is located on the IaaS

    layer cloud systems containing physical component includes computing components such as servers and switches and

    non-computing components such as cooling systems and temperature regulation. Along with the increasing number ofusers of data center, then the electric power consumption in the data center will increase. Energy conservation schemes

    have been proposed in the data center is DNS and DVFS. In this study has been simulated using GreenCloud, which is

    an extension of NS2, the three kinds of data center architecture these are two-tier, three-tier and three-tier high-speed

    with the type of data center workloads is high performance computing (HPC). The applications of the savings schemes

    include schemes DVFS only, DNS only and both DVFS and DNS. From the results obtained indicate that the

    application of the DNS control scheme is the best because it managed to save an average of 63.42% on the server and

    almost 100% on the switch for all data center architecture.

    Keywords: cloud computing, data center, DVFS, DNS, GreenCloud and NS2

    1. Pendahuluan

    Perkembangan dunia internet dalam dekade terakhir di

    Indonesia tumbuh sangat pesat. Kebutuhan akan

    informasi yang berasal dari internet bukan hanya

    diperlukan oleh beberapa kalangan tertentu dengan

    bidang tertentu tapi juga berbagai kalangan dengan

    berbagai jenis informasi yang diperlukan. Penyedia jasa

    jaringan internet untuk memenuhi kebutuhan tersebut

    tentu saja harus mampu menyediakan kebutuhan dari

    usernya.

    Untuk kebutuhan layanan data dan informasi, seperti di

    perkantoran dan lingkungan pendidikan, telah banyak

    digunakan fasilitas berupa komputasi awan (cloud

    computing). Pada beberapa tahun terakhir layanan

    komputasi awan mengalami peningkatan yang cukup

    signifikan karena melibatkan datacenterdan paradigma

    komputasi paralel. Sebagian besar perusahaan IT dunia,

    seperti Microsoft, Google, Amazone dan IBM

    merupakan pelopor layanan komputasi awan. Dengan

    adanya layanan komputasi awan, sebuah lembaga atau

    perusahaan tidak perlu lagi memiliki datacentersendiri

  • 7/26/2019 Mohamad F Dan Kalamullah Ramli

    2/9

    JURNAL ILMIAH ELITE ELEKTRO, VOL. 3, NO. 1, MARET 2012: 6-14 7

    untuk penyimpanan data/arsip yang dimilikinya.

    Kebutuhan akan data center dipenuhi melalui layanan

    komputasi awan ini sehingga akan banyak menghemat

    biaya karena lembaga atau perusahaan tidak perlu

    membangun dan mengoperasikan data centernya

    sendiri.

    Bagi penyedia layanan komputasi awan, selanjutnya

    akan dinyatakan sebagai cloud, tren seperti ini adalah

    sebuah peluang bisnis yang sangat menarik [1]. Layanan

    cloud sendiri sebetulnya adalah layanan penyediaan

    datacenterbaik untuk keperluan pribadi maupun bisnis.

    Dengan semakin banyaknya pengguna layanan ini,

    penyedia layanan cloud harus banyak mengoperasikan

    data center. Dari definisi sederhana sendiri, cloud

    computing didefinisikan sebagai sebuah kolam yang

    terdiri atas sekumpulan sumber daya teknologi

    informasi yang terorganisir untuk menyediakan sebuah

    fungsi komputasi sebagai sebuah utilitas. Cloud

    computing adalah suatu paradigma di mana informasisecara permanen tersimpan di server di internet dantersimpan secara sementara di komputer pengguna

    (client) termasuk di dalamnya adalah desktop, komputer

    tablet, notebook, komputer tembok, handheld, sensor-

    sensor, monitor, dan lain-lain [2].

    Biasanya pemberi layanan cloud kelas dunia memiliki

    berbagai macam data center yang terdistribusi secara

    geografis. Pengoperasian datacenteryang terdistribusi

    secara geografis memerlukan penggunaan sumber daya

    listrik yang besar pula. Apabila penyedia layanan cloud

    tidak mampu melakukan efisiensi penggunaan daya

    listrik, maka akan berpengaruh terhadap kualitas

    layanan cloud.

    Berdasarkan hal tersebut di atas, dari sudut pandang

    efisiensi energi, komputasi awan adalah kolam sumber

    daya komputasi dan komunikasi yang dikelola

    sedemikian hingga mampu mengubah energi daya yang

    diterima menjadi kegiatan komputasi atau transfer data

    yang diinginkan pengguna [3]. Dengan pertimbangan

    efisiensi energi pada cloud, perlu dilakukan studi untuk

    mengetahui seberapa besar penggunaan energi listrik

    pada data center dan metode efisiensi apa saja yang

    dapat dilakukan. Selanjutnya akan dibahas data center

    dan efisiensi energi, skenario dan hasil pembahasan.

    DataCenterdan Efisiensi Energi. Sebuah sistem cloudterdiri atas infrastruktur, platform dan perangkat lunak

    yang menjadi satu kesatuan dalam melayani pelanggan

    cloudyang terdaftar berdasarkan layanan yang diinginkan.

    Di dunia industri, layanan ini masing-masing meliputi

    Infrastructure as a Service(IaaS), Platform as a Service

    (PaaS), dan Software as a Service (SaaS).

    Secara umum sebuah sistem komputasi awan dapat

    dibagi ke dalam tiga lapisan berdasarkan ketiga konsep

    IaaS, PaaS dan SaaS seperti tampak pada Gambar 1.

    Gambar 1 Arsitektur Komputasi Awan [4]

    Lapisan IaaS bertanggungjawab terhadap pengelolaan

    fisik mesin, pembuatan kolam mesin virtual atau sumber

    daya penyimpan melalui mekanisme virtualisasi untuk

    menyediakan layanan elastis bagi lapisan di atasnya.

    Lapisan PaaS berada di atas lapisan IaaS dimanaplatformnya terdiri atas sistem operasi dan framework

    aplikasi. Lapisan teratas ditempati oleh SaaS yang di

    dalamnya terdapat aplikasi cloud yang sebenarnya.

    Dalam pembahasan tentang efisiensi energi pada data

    center, pembahasan akan difokuskan pada lapisan IaaS.

    Berdasarkan arsitektur cloud pada Gambar 1, lapisan

    IaaS terdiri atas tiga lapisan yakni, physical resource,

    virtual resource dan management tool [4]. Physical

    resource terdiri atas data center dengan komponen-

    komponennya seperti server, switchdan komponen non

    IT seperti sistem pendingin dan pencahayaan.

    Masalah utama dari infrastruktur cloud bukan hanyadari segi biaya yang mahal akan tetapi juga kurang

    ramah lingkungan. Biaya pemakaian energi yang tinggi

    kemudian emisi karbon yang dihasilkan akibat akan

    tingginya kebutuhan akan energi listrik baik untuk

    tujuan yang berhubungan dengan komputasi ataupun

    untuk tujuan pendukung operasional dari data center.

    Para penyedia layanan infrastruktur cloudperlu untuk

    mengukur agar margin keuntungan layanan cloud tidak

    tereduksi oleh tingginya biaya pemakaian energi listrik.

    Banyak diantara penyedia layanan cloud membangun

    datacenternya di dekat sumber air agar pasokan energi

    dapat diperoleh dari Pembangkit Listrik Tenaga Air

    (PLTA). Belum lagi ada tekanan dari pemerhati

    lingkungan agar mengurangi emisi karbon untukmengurangi pengaruh dari perubahan iklim.

    Datacentersangat populer dalam provisioningsumber

    daya komputasi. Biaya operasional data center telah

    meningkat seiring dengan meningkatnya kapasitas

    komputasi. Konsumsi energi dari data center telah

    menjadi masalah yang berkembang di kalangan

    pengelola datacenter. Hal ini menjadi salah satu pintu

    masuk utama dalam tagihan utama operasional data

    center(OPEX).

  • 7/26/2019 Mohamad F Dan Kalamullah Ramli

    3/9

    JURNAL ILMIAH ELITE ELEKTRO, VOL. 3, NO. 1, MARET 2012: 6-148

    Kolam server pada teknologi datacentersaat ini dapat

    menangani 100.000 host dengan sekitar 70%

    komunikasi dilakukan secara internal [5]. Hal ini

    menjadi tantangan dalam merancang arsitektur jaringan

    yang saling berhubungan dan protokol komunikasi yang

    digunakan.

    Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa hampir 90%

    konsumsi energi listrik dari datacenterdihabiskan oleh

    perangkat IT seperti server dan switch dan perangkat

    pendingin serta sisanya terbuang sebagai panas dan

    perangkat non IT lainnya [3].

    Pada beberapa tahun terakhir, layanan komputasi awan

    meningkat pesat karena adanya keterlibatan datacenter

    dan paradigma komputasi paralel. Pengoperasian data

    centeryang tersebar di wilayah yang luas memerlukan

    pertimbangan seberapa besar konsumsi energi terhadap

    total biaya pengoperasian dari datacenter.

    Salah satu tantangan terbesar dari pengelola datacenter

    adalah meningkatnya biaya konsumsi untuk daya dan

    pendinginan. Seperti ditunjukkan pada Gambar 2

    berikut, pada dekade terakhir biaya untuk daya dan

    pendingin data center telah meningkat sebesar 400%

    dan kecenderungannya akan terus meningkat. Pada

    beberapa kasus, konsusmi daya listrik memakan porsi

    40-50% dari keseluruhan biaya operasional dari data

    center [6].

    Berdasarkan surver terakhir pada data center, faktor

    penghambat terbesar dalam pengembangan datacenter,

    senilai 59% adalah berasal dari konsumsi daya dan

    pendinginan [7].

    Jika kecenderungan ini terus terjadi, kemampuan data

    center untuk menambah layanan baru akan terhambat.

    Untuk mengatasi hal ini, pengelola datacentermemiliki

    tiga pilihan [6], sebagai berikut 1) menambah kapasitas

    daya dan pendingin, 2) membangun datacenterbaru, 3)

    melakukan pengelolaan energi yang memaksimalkan

    penggunaan kapasitas yang ada.

    Gambar 2. Struktur Pembiayaan Data Center dan

    Kecenderungannya [6]

    Dua pilihan awal akan sangat mahal karena melibatkan

    belanja modal dan pemasangan instalasi baru. Maka

    pilihan ketigalah yang paling memungkinkan untuk

    mengatasi dua hal tersebut di atas. Berikut ini akan

    diuraikan secara singkat dua macam skema pengelolaan

    energi pada datacenteryang meliputi

    Arsitektur Data Center. Kolam server pada sebuah

    data center saat ini mampu menangani sampai dengan

    100.000 host dengan sekitar 70% pelaksanaan

    komunikasi dilaksanakan secara internal [5]. Hal ini

    memberikan tantangan dalam merancang arsitektur

    jaringan interkoneksi dan protokol komunikasinya. Pada

    skala data center, arsitektur konvensional sering kali

    terjadi bottleneck disebabkan karena faktor fisik dan

    batasan biaya dari perangkat jaringan yang dipakai.

    Secara khusus, ketersediaan komponen 10 Gigabit

    Ethernet dapat mengatasi keterbatasan karena

    menawarkan kapasitas yang lebih besar namun masih

    terlampau mahal.

    Arsitektur data center sendiri yang banyak digunakan

    saat ini adalah arsitektur three-tier (Gambar 3).

    Arsitektur ini terdiri atas lapisan a) access, b) aggregation,

    c) core. Keberadaan lapisan aggregationmeningkatkan

    jumlah node server (lebih dari 10000 server) dengan

    tetap menjaga Layer-2 menggunakan switchyang tidak

    terlalu mahal pada jaringan access yang menyediakan

    topologi loop-free. Link antara core dan aggregation

    berkapasitas 10 GE sedangkan link antara aggregation

    dan accessberkapasitas 1 GE. Beberapa datacenterada

    yang masih menggunakan arsitektur two-tier dimana

    pada arsitektur two-tier, computing server (S) disusun

    ke dalam rak membentuk jaringan tier-one. Padajaringan tier-two, switch pada Layer-3 (L3)

    menyediakan konektivitas mesh penuh menggunakan

    link 10 GE. Pada perkembangan selanjutnya dengan

    tersedianya link dengan kapasitas 100 GE, maka

    dikembangkan arsitektur data center three-tier high-

    speedyang pada dasarnya sama dengan arsitektur three-

    tier hanya saja kapasitas linknya sepuluh kali lipat

    daripada arsitektur three-tier yakni untuk kapasitas link

    antara core dan aggregation menjadi 100 GE, antara

    aggregation dan access menjadi 10 GE sedangkan

    antara access dengan server tetap 1 GE.

    Gambar 3. ArsitekturDataCenterThree-tier [3]

  • 7/26/2019 Mohamad F Dan Kalamullah Ramli

    4/9

    JURNAL ILMIAH ELITE ELEKTRO, VOL. 3, NO. 1, MARET 2012: 6-14 9

    Dynamics voltage and frequency scaling (DVFS).

    Dynamic voltage scalingadalah pengelolaan daya pada

    arsitektur komputer dimana tegangan yang digunakan

    oleh komponen dapat diturunkan atau dinaikan sesuai

    kebutuhan. Dynamic voltage scaling untuk menaikan

    tegangan disebut overvolting sedangkan untukmenurunkannya disebut undervolting. Undervolting

    dilakukan untuk konversi energi sedangkan overvolting

    dilakukan untuk meningkatkan kinerja komputasi.

    Demikian halnya dengan dynamic frequency scaling,

    dilakukan dengan cara menaikan frekuensi kerja untuk

    meningkatkan kinerja dan menurunkannya untuk

    menghemat energi. DVFS adalah teknik umum yang

    banyak digunakan dalam mekanisme penghematan

    penggunaan daya mulai dari sebuah sistem embedded,

    laptop, PC sampai dengan sebuah sistem server. DVFS

    mampu mengurangi konsumsi daya pada rangkaian

    terpadu CMOS seperti pada komputer modern dengan

    menurunkan frekuensi operasi melalui Pers. (1):

    PstaticCfVP +=2 (1)

    Dengan C adalah kapasitansi kapasitor gerbang (yang

    tergantung pada ukuran fitur), f adalah frekuensi kerja

    dan V adalah suplai tegangan. Tegangan yang

    diperlukan untuk operasi yang stabil ditentukan oleh

    frekuensi dimana rangkaian mendapat clock. Hal ini

    dapat mengakibatkan pengurangan yang signifikan dari

    konsumsi daya karena hubungan V2.

    Menurut Sueur & Heiser [8], kesimpulan yang didapat

    dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa 1) DVFS

    hanya mampu mengubah besarnya konsumsi daya

    dinamis (dynamic power) sementara daya statis (staticpower) meningkat, 2) mode sleep/idle lebih efektif

    diterapkan dari pada penurunan tegangan/frekuensi

    dalam penurunan konsumsi daya, 3) implementasi

    DVFS pada prosesor multi-core lebih rumit dan

    keuntungan secara finansialnya kecil

    Dynamics Shutdown (DNS). Dengan pertimbangan

    bahwa server yang dalam kondisi idel tetap

    mengkonsumsi energi sebesar 66% dari kapasitas

    penuhnya [8] maka pada mekanisme DNS, skema

    penghematan dilakukan dengan cara mematikan server

    yang dalam kondisi idel sehingga konsumsi energi bisa

    ditekan pada kondisi minimal.

    Greencloud [9] adalah packet level simulator yang

    merupakan ekstensi dari Network Simulator Ns2 [7]

    yang digunakan untuk mengukur konsumsi energi dari

    data center. Secara default, arsitektur dari data center

    yang disediakan oleh greencloud adalah arsitektur

    three-tier. Jadi greencloud adalah simulator untuk

    konsumsi daya listrik data center. Data center ini

    adalah bagian dari arsitektur cloud computing yang

    berada pada lapisan IaaS (Gambar 1).

    2. Metode Penelitian

    Greencloud adalah sebuah ekstensi dari Network

    Simulator NS2 yang dikembangkan untuk mempelajari

    environment dari komputasi awan. Greencloud

    menawarkan kepada pemakainya pemodelan mengenaikonsumsi energi oleh elemen-elemen dari data center

    seperti server, switch dan link. Lebih khusus lagi

    Greencloudfokus kepadapacket-levelsimulationsbagi

    komunikasi pada data center yang tidak ditemui pada

    simulator lainnya.

    Pada simulator Greencloud diimplementasikan model

    energi untuk switchdan linkberdasarkan kepada Chen

    et al. [10] dengan nilai konsumsi daya untuk elemen

    yang berbeda diambil urutannya berdasarkan

    Mahadevan et al. [5]. Skema penghematannya meliputi

    1) hanya DVFS, 2) hanya DNS, dan 3) DVFS dan DNS.

    Workload (beban kerja) adalah obyek yang dirancanguntuk pemodelan universal bagi berbagai macam

    pengguna layanan cloud, seperti misalnya jejaring sosial,

    instant messaging, dan content delivery. Pada grid

    computing, workload biasanya dimodelkan sebagai

    urutan pekerjaan (job) yang dibagi-bagi ke dalam

    sekumpulan tugas (task). Sebuah task dapat berdiri

    sendiri, atau memerlukan sebuah output dari dari task

    lain untuk memulai eksekusi. Lebih lanjut lagi, karena

    ciri dari aplikasi grid computing (misalnya pemodelan

    biologis, keuangan, dan cuaca) jumlah job yang ada

    lebih banyak daripada sumber daya komputasi yang

    tersedia.

    Agar dapat mencakup semua jenis aplikasi cloud, makadidefinisikan tiga jenis job, yaitu [3]:

    Computationally Intensive Workloads (CIW) adalah

    model aplikasi high performance computing (HPC)

    yang bertujuan memecahkan masalah komputasi tingkat

    lanjut. CIW membebani computing server dan hampir

    tidak ada transfer data pada jaringan interkoneksi dari

    data center. Proses efisiensi energi pada CIW terletak

    pada konsumsi daya server dimana server mencoba

    untuk mengelompokkan workload pada sekecil

    mungkin jumlah server dan perute-an traffic yang

    dihasilkan menggunakan seminimal mungkin rute.

    Data-Intensive Workloads (DIW) adalah modelkebalikan dari CIW dimana pada model ini memerlukan

    transfer data yang besar dan hampir tidak ada

    pembebanan pada server.

    Balanced Workloads (BW) bertujuan untuk

    memodelkan aplikasi yang memiliki kemampuan

    komputasi seperti CIW dan transfer data seperti DIW.

    Pada bagian ini akan dilakukan studi kasus perhitungan

    konsumsi energi pada datacenteruntuk arsitektur two-

    tier(2T) dan three-tier(3T) yang meliputi three-tier fat-

  • 7/26/2019 Mohamad F Dan Kalamullah Ramli

    5/9

    JURNAL ILMIAH ELITE ELEKTRO, VOL. 3, NO. 1, MARET 2012: 6-1410

    tree (3Tft) dan tree-tier high-speed (3Ths). Bandwidth

    antara lapisan core dan aggregation didistribusikan

    menggunakan teknologi multi-path routing seperti

    routing equal cost multi-path (ECMP). Teknik ECMP

    adalah strategi routing dimana pengiriman paket

    berikutnya pada satu tujuan dapat menempuh berbagaijalur terbaik yang nantinya akan diletakkan pada urutan

    teratas dari tabel routing. Untuk arsitektur three-tier,

    karena menggunakan ECMP, maka jumlah maksimum

    switch coreadalah delapan [3].

    Dalam melakukan pengukuran kinerja, skenario

    pengukuran kinerja antara 3Tft dengan 3Ths akan

    digunakan jumlah server (computing node) yang sama

    yakni sebanyak 3072 server. Untuk skenario simulasi

    ditunjukkan pada Tabel 1. Penentuan parameter

    simulasi mengacu pada Kliazovich et al. [3] dengan

    perbedaan pada jenis workload. Jika pada Kliazovich et

    al. [3] jenis workloadyang digunakan adalah balancing

    workloadssedangkan pada penelitian ini jenis workloadadalah computationally intensive workloads(CIW) atau

    sering disebut dengan high performance computing

    (HPC). Hal ini dilakukan untuk menguji apakah dengan

    jenis workload ini, skema penghematan menghasilkan

    tingkat efisiensi yang lebih baik. Pada arsitektur 2T,

    data center tidak terdapat switch aggregation. Switch

    core langsung dihubungkan dengan jaringan access

    menggunakan link1 GE (linkC2-C3) dan interkoneksi

    antar core switch menggunakan link 10 GE (C1-C2).

    Arsitektur 3Ths merupakan peningkatan dari 3Tft

    dengan menyediakan bandwidth sepuluh kali lipat

    antara linkcoredengan aggregation(C1-C2) dan antara

    aggregationdengan jaringan accessmasing-masing 100

    GE dan 10 GE. Keberadaan link100 GE memungkinkanjumlah core pada arsitektur 3Ths sebagaimana

    mekanisme jumlah jalur pada perutean ECMP dibatasi

    hanya sebanyak dua (2) buah untuk melayani jumlah

    switch pada lapisan access yang sama jumlahnya

    dengan arsitektur 2T dan 3Tft.

    Tabel 1. Skenario Parameter Simulasi

    ParameterArsitekturDataCenter

    Two-tierThree-tier

    fat-tree

    Three-tier

    high-speed

    Topologi

    Jumlah Core (C1)

    Aggregation node (C2)

    Access Switch (C3)

    Server (S)Link(C1-C2)

    Link(C2-C3)

    Link(C3-S)

    16

    -

    64

    307210 GE

    1 GE

    1 GE

    8

    16

    128

    307210 GE

    1 GE

    1 GE

    2

    4

    512

    3072100 GE

    10 GE

    1 GE

    Link Propagation Delay 10 ns

    DataCenter Beban rata-rata DC

    Jenis Beban Kerja User

    (Workload )

    Waktu Simulasi

    30 %

    High Performance Computing

    60 menit

    Selanjutnya simulasi akan dibagi ke dalam 4 buah

    skenario berdasarkan parameter pada Tabel 1 meliputi:

    1) Skenario I: Perhitungan konsumsi energi tanpa skema

    penghematan. Pada skenario ini, akan diukur konsumsi

    energi datacenteryang meliputi server dan switchpada

    ketiga macam arsitektur DC (datacenter); 2) SkenarioII: Perhitungan konsumsi energi dengan skema

    penghematan DVFS baik pada server maupun switch; 3)

    Skenario III: Perhitungan Konsumsi Energi dengan

    Skema Penghematan DNS baik pada server maupun

    switch; 4) Skenario IV: Perhitungan konsumsi energi

    dengan skema penghematan DVFS dan DNS sekaligus

    baik pada server maupun switch.

    Dari hasil simulasi akan dilihat skema penghematan

    yang mana yang paling baik dan bentuk penyajian hasil

    pengukuran dibuat dalam bentuk kuantitatif berbentuk

    tabel dan secara kualitatif dalam bentuk grafik.

    3. Hasil dan Pembahasan

    Pada bagian awal ini, akan ditampilkan hasil simulasi

    untuk ketiga macam arsitektur DC namun tanpa skema

    penghematan energi baik pada server maupun switch

    seperti ditunjukkan pada Tabel 2. Dari Tabel 2,

    konsumsi daya oleh server memakan porsi rata-rata

    sebesar 70% dari total konsumsi energi dari datacenter

    sementara linkkomunikasi dan switchkurang lebih 30%.

    Untuk konsumsi daya switch sendiri, untuk kasus

    arsitektur three-tiermisalnya, dipecah kembali menjadi

    11% untuk core switch kemudian 23% untuk

    aggregation switch dan 66% untuk access switch. Hal

    ini menunjukkan bahwa setelah server menurunkan

    konsumsi dayanya maka pengaruh paling tinggi dialamioleh switchdi lapisan access.

    Pada Gambar 4 lebih jelas lagi terlihat bahwa pada

    skema tanpa penghematan energi, hanya sekitar 30%

    atau sepertiga dari seluruh kapasitas server (kurva sebelah

    Tabel 2. Distribusi Konsumsi Energi DC tanpa Skema

    Penghematan

    Parameter

    Konsumsi Daya (kWh)

    Two-tier (2T)Three-tierFat-tree

    (3Tft)

    Three-tierhigh-speed

    (3Ths)

    DataCenterServer

    Switch

    Core (C1)Aggregation (C2)

    Access (C3)

    16,016411,7010

    (73,06%)

    4,3152

    (26,94%)

    1,58480

    2,7304

    15,755611,7010

    (74,27%)

    4,0546

    (25,73%)

    0,45540,9108

    2,6884

    15,847211,7010

    (73,84%)

    4,1462

    (26,16%)

    1,00980,4480

    2,6884

    DC Load 27,8% 27,8% 27,8%

  • 7/26/2019 Mohamad F Dan Kalamullah Ramli

    6/9

    JURNAL ILMIAH ELITE ELEKTRO, VOL. 3, NO. 1, MARET 2012: 6-14 11

    kiri grafik) yang berada pada peak rate. Sedangkan

    hampir 2/3 dalam kondisi idel sehingga skema DNS

    dapat diterapkan. Sebagian kecil dari server, pada grafik

    di bagian yang menurun, dimana server sedikit dibawah

    kondisipeak rate, skema DVFS dapat diterapkan.

    Skenario kedua seperti ditunjukkan oleh Tabel 3 adalah

    hasil simulasi dari arsitektur datacenterdengan metode

    penghematan menggunakan skema DVFS. Pada skema

    penghematan menggunakan DVFS hasilnya terlihat

    pada Tabel 3, tampak bahwa konsumsi daya meningkat

    pesat pada server sedangkan pada switchbesarnya tidak

    terlalu berbeda jauh dengan tanpa skema penghematan

    seperti pada Tabel 2. Hal ini disebabkan karena jenis

    dari workloaddari clouduseradalah HPC dimana pada

    workload jenis ini hampir semua proses komputasi

    berlangsung pada server sehingga untuk melakukan

    proses komputasi memerlukan lebih besar daya listrik

    namun dilaksanakan oleh jumlah server yang lebih

    sedikit, terlihat pada besarnya DC loaddikisaran 18,8%dibandingkan dengan 27,8% pada skenario pertama.

    Gambar 4. Distribusi Beban Kerja Pada Server Tanpa

    Skema Penghematan

    Tabel 3. Distribusi Konsumsi Energi DC untuk Skema

    Penghematan DVFS

    Parameter

    Konsumsi Daya (kWh)

    Two-tier

    (2T)

    Three-tier

    Fat-tree

    (3Tft)

    Three-tier

    high-speed

    (3Ths)

    DataCenterServer

    Switch

    Core (C1)Aggregation (C2)

    Access (C3)

    2865,60152861,2199

    (99,85%)

    4,3816

    (0,15%)

    1,60920

    2,7724

    2865,37332861,1909

    (99,86%)

    4,1824

    (0,14%)

    0,47070,9393

    2,7724

    2865,96872861,6929

    (99,85%)

    4,2758

    (0,15%)

    1,04140,4620

    2,7724

    DC Load 18,8% 18,8% 18,8%

    Skenario ketiga ini menggunakan skema penghematan

    energi dynamic shut-down (Tabel 4). Pada skema

    penghematan menggunakan DNS, terlihat cukup besar

    penghematan yang dihasilkan. Seperti pada kasus

    skenario pertama, sebagian besar konsumsi energi

    (sebesar 99,98%) dialokasikan pada server karenaworkload yang digunakan adalah HPC. Namun

    konsumsi daya pada server telah mengalami

    penghematan jika dibandingkan dengan tanpa skema

    penghematan rata-rata sebesar 63,42%.

    Skenario ke empat ini menggunakan skema

    penghematan energi DVFS dan DNS (Tabel 5). Pada

    skema penghematan dengan DVFS dan DNS, hasilnya

    adalah kombinasi dari skema DVFS dan DNS dimana

    konsumsi daya pada data center meningkat sesuai

    dengan skema DVFS sedangkan pada switchmenurun

    sesuai dengan skema DNS.

    Tabel 4. Distribusi Konsumsi Energi DC untuk SkemaPenghematan DNS

    Parameter

    Konsumsi Daya (Wh)

    Two-tier

    (2T)

    Three-tier

    Fat-tree

    (3Tft)

    Three-tier

    high-speed

    (3Ths)

    DataCenterServer

    Switch

    Core (C1)

    Aggregation (C2)Access (C3)

    4281,064280,30

    (99,98%)

    0,76

    (0,02%)

    0,22

    0,000,43

    4280,954280,30

    (99,98%)

    0,65

    (0,02%)

    0,11

    0,110,43

    4280,954280,30

    (99,99%)

    0,65

    (0,01%)

    0,22

    0,110,43

    DC Load 27,8% 27,8% 27,8%

    Tabel 5. Distribusi Konsumsi Energi DC untuk SkemaPenghematan DVFS dan DNS

    Parameter

    Konsumsi Daya (Wh)

    Two-tier(2T)

    Three-tierFat-tree

    (3Tft)

    Three-tierhigh-speed

    (3Ths)

    DataCenterServer

    Switch

    Core (C1)

    Aggregation (C2)Access (C3)

    2859026,062859025,30

    (100%)

    0,76

    (0%)

    0,22

    0,000,43

    2858996,962858996,30

    (100%)

    0,30

    (0%)

    0,11

    0,110,44

    2859499,08285998,30

    (100%)

    0,78

    (0%)

    0,22

    0,110,45

    DC Load 18,8% 18,8% 18,8%

  • 7/26/2019 Mohamad F Dan Kalamullah Ramli

    7/9

    JURNAL ILMIAH ELITE ELEKTRO, VOL. 3, NO. 1, MARET 2012: 6-1412

    Dari keseluruhan pengujian, tampak bahwa untuk jenis

    workload HPC, penghematan terbesar diperoleh melalui

    skema DNS.

    Skema DVFS berhasil menurunkan beban dari data

    center dari rata-rata 30% pada tanpa skema dan DNSmenjadi kurang dari 20% dan selama proses simulasi

    menurun. Namun bila dilihat dari beben tiap server,

    seperti terlihat pada Gambar 4, terlihat bahwa pada

    kondisi tanpa skema, server yang terbebani kurang lebih

    30% dari total server sedangkan sisanya (70%) dalam

    kondisi tidak terbebani namun tetap mengkonsumsi

    energi cukup besar karena menurut [10] meskipun dalam

    keadaan idle, server-server tersebut mengkonsumsi

    energi sebesar 66% dari kondisi terbebani penuh.

    Bila dibandingkan dengan skema DNS pada Gambar 4

    di atas, grafiknya mirip dengan yang tanpa skema.

    Namun sebetulnya dari segi konsumsi energi skema

    DNS lebih hemat (63,42%) dibandingkan dengan tanpaskema karena pada skema DNS server yang dalam

    kondisi idle benar-benar di-shotdown sehingga

    konsumsi energinya berada pada kondisi minimal dan

    konsumsi daya dari switch juga berhasil diturunkan

    karena proses komputasi seluruhnya berlangsung pada

    server, dan proses komputasi tersebut dilaksanakan oleh

    kurang lebih 30% dari total server.

    Sebaliknya pada skema DVFS, beban server tersebar

    hampir merata ke seluruh server sehingga total

    konsumsi energi dari server data center akan sangat

    membesar. Dengan tambahan skema DNS, tidak banyak

    berpengaruh terhadap beban server namun sangat

    berpengaruh terhadap beban pada switch dimanaberhasil diturunkan sampai mencapai 100%.

    Yang paling jelas menunjukkan perbedaan adalah pada

    konsumsi energi tiap server seperti ditunjukkan pada

    Gambar 5. Pada skema tanpa penghematan terlihat jelas

    bahwa 70% server yang dalam kondisi idle tetap

    mengkonsumsi energi bandingkan dengan misalnya

    dengan skema DNS dimana tampak pada grafiknya

    bahwa pada skema ini server yang dalam kondisi idle

    sama sekali tidak mengkonsumsi energi alias nol

    sehingga konsumsi energi server secara keseluruhan

    menurun drastis bila dibandingkan dengan tanpa skema.

    Sedangkan pada skema DVFS, konsumsi energi

    menyebar ke seluruh server dengan lonjakan sangatbesar pada server pertama (2850814,41 Wh yang tidak

    terlihat pada grafik). Penambahan skema DNS tidak

    banyak berpengaruh terhadap penurunan konsumsi daya

    dari server namun berpengaruh cukup signifikan

    terhadap pengurangan daya pada switch.

    Gambar 4. Grafik Sebaran Beban Server terhadap Banyaknya Server untuk berbagai Skema Penghematan

  • 7/26/2019 Mohamad F Dan Kalamullah Ramli

    8/9

    JURNAL ILMIAH ELITE ELEKTRO, VOL. 3, NO. 1, MARET 2012: 6-14 13

    Gambar 5. Grafik Konsumsi Energi Tiap Server untuk berbagai Skema Penghematan

    Akhirnya dari segala uraian di atas skema penghematan

    terbaik untuk ketiga jenis arsitektur datacenteradalahskema DNS (dynamic shutdown) dengan jenis workload

    adalah high performance computingatau computationally

    intensive workload (CIW) dimana hampir seluruh

    proses komputasi berlangsung di server. Konsumsi daya

    pada switch juga berhasil ditekan pada titik sangat

    rendah.

    4. Simpulan

    Setelah dilakukan simulasi konsumsi daya pada data

    centeruntuk arsitektur two-tier, three-tierdan three-tier

    high-speed, dengan menerapkan skema penghematan

    energi DVFS dan DNS diperoleh hasil sebagai berikut:

    (1) Pada skema tanpa penghematan energi, untuk ketiga

    arsitektur datacenter, konsumsi energi terbesar berada

    pada server rata-rata sebesar 73,72% sedangkan sisanya

    sebesar 26,28% dikonsumsi oleh switch, sedangkan

    jumlah server yang mengalami peak rate rata-rata

    sebanyak 27,8%; (2) Pada skema penghematan DVFS,

    konsumsi terbesar tetap pada server dengan lonjakan

    cukup drastis rata-rata hampir 100% dengan konsumsi

    energi pada switchrelatif sama dengan pada kasus tanpa

    skema penghematan, namun jumlah server yang

    mengalamipeak ratemenurun rata-rata sebesar 18,8%;

    (3) Skema penghematan DNS merupakan skemapenghematan terbaik untuk tipe workload HPC karena

    berhasil menghemat penggunaan energi listrik baik pada

    server maupun switch sebesar masing-masing 63,42%

    dan hampir 100%; (4) Penerapan skema penghematan

    DVFS dan sekaligus DNS tidak memberikan hasil yang

    lebih baik untuk kasus workload HPC.

    Daftar Acuan

    [1] Antara News, Bisnis Beralih pada Investasi

    Komputasi Awan.

    http://www.antaranews.com/berita/300251/bisnis-

    beralih-pada-investasi-komputasi-awan, 2012.

    [2]

    C. Hewitt, IEEE Internet Computing, 12/5 (2008) 96,

    http://www.computer.org/portal/web/csdl/doi/10.11

    09/MIC.2008.1072012

    [3] D. Kliazovich, P. Bouvry, S.U. Khan, 53rd IEEE

    Global Communications Conference (Globecom),

    Miami, FL, USA, 2010.

    [4]

    S.-Y. Jing, S. Ali, K. She, Y. Zhong, J. Supercomput.

    (2011) 1-24, http://www.chinacloud.cn/upload/2011-

    12/11121414522296.pdf. DOI 10.1007/s11227-011-

    0722-1.

  • 7/26/2019 Mohamad F Dan Kalamullah Ramli

    9/9

    JURNAL ILMIAH ELITE ELEKTRO, VOL. 3, NO. 1, MARET 2012: 6-1414

    [5]

    P. Mahadevan, P. Sharma, S. Banerjee, P.

    Ranganathan, Energy Aware Network Operations,

    IEEE INFOCOM workshops, 2009, p.1.

    [6] D. Filani, Intel Corp, Intel Technol. J. 12/1 (2008)

    1.DOI: 10.1535/itj.1201.06.

    [7]

    The Network Simulator Ns2,http://www.isi.edu/nsnam/ns/, 2010.

    [8] E.L. Sueur, G. Heiser, Proceedings of the 2010

    Workshop on Power Aware Computing and

    Systems (HotPower'10), NICTA and University of

    New South Wales, 2010.

    [9]

    Greencloud - The Green Cloud Simulator,

    http://greencloud.gforge.uni.lu/ diakses tanggal 10

    Februari 2012.

    [10]Y. Chen, A. Das, W. Qin, A. Sivasubramaniam, Q.

    Wang, N. Gautam, Proceeding of the ACM

    SIGMETRICS International Conference onMeasurement and Modeling of Computer Systems,

    ACM, New York,2005, p.303.