MOH SYAFEI
-
Upload
adit-praha -
Category
Documents
-
view
229 -
download
0
Transcript of MOH SYAFEI
-
8/3/2019 MOH SYAFEI
1/5
MOH SYAFEI (INS)
Rakyat yang sudah sadar, bahwa pendidikan kolonial itu banyak kekurangan-
kekurangannya, terus berusaha untuk mengadakan reaksi terhadap sekolah-sekolahPemerintah jajahan. Kini yang bangkit dalam dunia pendidikan di Indonesia, ialah Moh.
Syafei, yang pada tahun 1926 menciptakan sebuah perguruan yang dinamakannya INS
(Indonesische Nederlandsche School). Sekolah itu didirikan di Kayutanam ( 50 km dari
Padang). Lebih terkenal dengan nama : Perguruan Ruang Pendidik INS. Keistimewaan
dari perguruan itu, ialah: rencana pelajarannya dan metode mengajarnya mendekati
rancangan Kerschensteiner dan tidak disesuaikan dengan rencana pelajaran sekolah-sekolah
kolonial. Dengan usahanya itu Moh. Syafei dapat kita tempatkan pada barisan pencipta-
pencipta Indonesia, yang telah menyumbangkan darmanya bagi kepentingan pembangunan
nasional.
Riwayat hidupnya
Moh. Syafei, yang dilahirkan di Kalimantan pada tahun 1899, adalah anak angkat
Mara Sutan, seorang Guru dan pengarang.
Sesudah tamat dari Sekolah Guru di Bukittinggi, ia bekerja sebagai Guru pada
Sekolah Kartini di Jakarta selama 6 tahun. Untuk menambah pengetahuannya sebagai Guru
dan sebagai penggemar seni, maka pada tahun 1922 bertolaklah ia ke negeri Belanda. Di
sana ia dapat memperoleh 4 ijazah: ijazah-ijazah guru Eropah, menggambar, pekerjaan
tangan dan musik.
Sekembalinya ke tanah air, maka pada tanggal 31 Oktober 1926 ia diserahi tugas
memimpin sekolah di Kayutanam, sebuah kota kecil yang memiliki alam yang indah dan
hawa gunung Singgalang yang sejuk. Kemudian sekolah itu diserahkan seluruhnya
kepadanya, sehingga Moh. Syafei dapat merealisasikan cita-citanya dengan lebih leluasa
lagi.
Sesuai dengan pendapat K. Hajar Dewantara, maka Moh. Syafei-pun berpedoman
pada prinsip berdiri sendiri, tidak mengharapkan bantuan dari luar yang sekiranya dapat
mengikat. Segala bangunan dan perkakas sekolah semuanya hasil kerja dan buah tangan
murid-muridnya sendiri.
Sesudah Jepang menduduki Indonesia, ia memasuki gelanggang politik. Pada tahun
1946 ia diangkat menjadi Menteri PP dan K dalam kabinet Syahrir yang kedua. Kemudian
ia menjadi anggauta Dewan Pertimbangan Agung dan pada tahun 1950, anggauta
Parlemen. Tanggal 5 Maret 1969 beliau meninggal dunia.
-
8/3/2019 MOH SYAFEI
2/5
Cita-cita pendidikannya
Bila kita perhatikan sistim pendidikan Moh. Syafei, maka akan tampak pada kita
adanya pengaruh dari Kerschensteiner dan Dewey (aliran Sekolah Kerja). Ia berpendapat,
bahwa anak-anak kita itu perlu belajar bekerja, sehingga mereka pandai mempergunakan
tangannya di samping memakai otaknya. Hendaknya kepada anak-anak itu diajarkan
sesuatu pekerjaan yang sesuai dengan pembawaan dan kemauannya bagi penghidupannya
kelak. Jelaslah, bahwa hal ini merupakan reaksi terhadap sekolah kolonial yang
mempersiapkan murid untuk menjadi buruh pada kantor-kantor Pemerintah atau
perusahaan-perusahaan milik orang asing. Dengan sekolahnya itu Moh. Syafei ingin
membentuk pemuda-pemuda Indonesia yang berani bertanggung-jawab, berani berdiri
sendini, membuka perusahaan sendiri, hidup bebas dan tidak tergantung pada orang lain.
Sesuai dengan K.H. Dewantara, iapun menentang intelektualisme, yang hanya
mementingkan pembentukan akal saja. Manusia sebagai kesatuan jiwa-raga, juga sebagai
kesatuan individu dan anggauta masyarakat hendaknya diperhatikan perkembangannya.
Jadi bukan hanya akalnya saja. Maka pendidikan harus ditujukan untuk mencapai
kepribadian yang selaras.
Tujuan perguruannya
Karena itulah maka tujuan perguruannya, ialah:
1. Mendidik anak-anak agar mereka dapat berfikir secara rasionil.
Dengan ini ia ingin membawa anak-anak kepada hal-hal yang praktis, agar mereka
kelak dapat memegang peranan tertentu yang menguntungkan bagi masyarakat. Untuk
itu anak-anak sebagai calon anggauta masyarakat, harus memiliki kecakapan-kecakapan
praktis. Karena itulah ia memilih aliran Sekolah Kerja. Dan hal ini akan lebih jelas lagi,
kalau kita menghubungkannya dengan tujuannya yang kedua, yakni:
2. Mendidik anak-anak bekerja beraturan dan sungguh-sungguh.
Syafei mengadakan hubungan yang seerat-eratnya antara berfikir dan berbuat Ia
berpendapat, bahwa kemiskinan dan kesengsaraan sebagian besar disebabkan karena
rakyat kurang mampu mempergunakan otaknya. Karena pertimbangan itulah, maka
tiap-tiap hari anak-anak dilatih fikirannya dan dibiasakan untuk bekerja secara
sistimatis, beraturan dan efisien. Itulah sebabnya maka pekerjaan tangan dijadikan mata
pelajaran yang penting sekali. Anak-anak di tiap-tiap kelas mendapat pekerjaan tangan
1 a 3 jam sehari. Pekerjaan itu diberikan seluas-luasnya, dan yang seringan-ringannya,
seperti: membuat alat-alat pelajaran dan kayu, bambu, rotan, tanah liat, bercocok tanam,beternak, dan lain-lain, sampai kepada pekerjaan yang besar-besar, seperti: mendirikan
ruangan-ruangan untuk belajar, tempat kediaman murid dan guru, tempat bermain
sandiwara, membuat lapangan olahraga, dan banyak-banyak lagi. Dan kegiatan-
-
8/3/2019 MOH SYAFEI
3/5
kegiatan itu tampak dengan jelas, bahwa sekolah selalu berdaya-upaya untuk menutupi
sendiri sekalian biaya.
3. Membentuk murid-murid menjadi manusia yang berwatak.
Sependapat dengan Dewey, M. Syafei beranggapan, bahwa sistim belajar dengan jalan
bekerja itulah yang dapat membentuk watak anak-anak.
4. Menanam perasaan persatuan.
Dalam segala usaha M. Syafei ingin menanamkan perasaan persatuan, perasaan bekerja
bersama antara murid-muridnya. Dalam mendirikan ruangan belajar, membuat lapangan
olahraga, mengangkut batu dan sungai, dan sebagainya, perasaan persatuan itu timbul
dengan sendirinya. Juga dalam berbagai-bagai permainan sandiwara, musik, olahraga,
persatuan dan bekerja bersama itu berlangsung dengan memuaskan sekali. Untuk lebih
mempererat semangat bersatu, maka di kalangan murid-munid didirikan perkumpulan
koperasi. Usaha itu dapat juga dianggap sebagai latihan bekerja, bersama dalam
lapangan ekonomi.
Usaha-usaha pelaksanaan
Usaha permulaan
Waktu Ruang Pendidik itu mulai dipimpinnya, semua alat-alat dan keperluan
pelajaran selain bersifat sederhana sekali, juga serba berkekurangan. Murid-muridnya yang
pertama, sebanyak 110 orang, tidak duduk pada bangku, tetapi di atas tikar. Keadaan yang
demikian itu berlangsung 9 bulan lamanya. Sesudah itu, secara gotong-royong, murid-
murid mendirikan sebuah bangsal yang sederhana di tengah-tengah kebun kopi. Bangsal itu
dijadikan 4 kelas, sedangkan muridnya bertambah menjadi 200 orang. Murid-mund
berhasil membuat bangku-bangku yang sederhana: berkaki satu dan ditanamkan ke dalam
tanah. Bahan-bahan yang dipergunakan semua diambil dan lingkungan sekitar, seperti:
bambu dan daun rumbia. Meskipun segala sesuatunya bersifat sederhana, tetapi sungguh
mengandung nilai yang besar, karena semuanya adalah usaha murid-munid yang dilakukan
dengan semangat kerja-sama.
Karena sekolahnya makin lama makin maju, murid-muridnya makin bertambah
banyak, maka pada tahun 1929 dipindahkan ke sebidang tanah, 3 bau luasnya, yang asalnya
hutan belukar. Dengan kemauan yang kuat anak-anak membongkar hutan itu. Bahan-bahan
dikumpulkan: bambu ditebang, batu diangkut dari sungai. Maka segeralah dimulai dengan
mendirikan :
1. Lima bangsal sekolah, tempat mereka belajar, yang masing-masingberukuran 7 x 35 meter. Semua sederhana, tihangnya dari kayu, dindingnya dari bambu,
atapnya dari daun rumbia. Secara berangsur-angsur murid-munid membuat juga
bangku-bangku yang lebih sempurna.
-
8/3/2019 MOH SYAFEI
4/5
2. Sebuah pondok, yang didirikan dekat bangsal-bangsal itu. Pondok
itu disediakan sebagai tempat kediaman pemimpin sekolah. Juga sederhana: berdinding
bambu, beratap rumbia dan berlantai tanah.
3. Bangsal-bangsal tempat belajar bertukang kayu, mengerjakan besi,
kaleng, menganyam, membuat barang-barang keramik, membuat patung dari tanah.
Semua itu anak-anak sendiri yang mengerjakannya dengan mendapat bantuan dari
petunjuk-petunjuk dari dua orang tukang.
Maka kini sekolah mempunyai perlengkapan yang lebih banyak, meskipun masih
sederhana. Jumlah muridnya meningkat menjadi 400 orang.
Usaha selanjutnya
Sekolah yang dimulainya dengan sangat bersahaja itu, akhirnya menjadi sangat luas
dan mempunyai tempat-tempat untuk bertukang, bersandiwara, berolahraga dan
mempunyai kolani renang, kebun-kebun pertanian dan toko koperasi.
Usaha pengluasan itu dimulai sejak tahun 1932, setelah dari Pemerintah dapat dibeli
sebidang tanah, 15 bau luasnya, dan letaknya di desa Pelabihan, 2 km dan Kayutanam.
Tanah itu pada mulanya masih berupa hutan belukar yang berawa-rawa dan berbukit-bukit.
Setelah anak-anak selesai merambah belukar dan menimbun rawa-rawa, maka
dimulailah dengan usaha-usaha mengumpulkan bahan-bahan untuk gedung sekolah yang
baru. Murid-mund giat mengumpulkan wang dengan jalan mengadakan pertunjukan
sandiwara, pameran hasil-hasil pekerjaan tangan dan sebagainya untuk membeli keperluan-
keperluan yang tidak dapat diadakan sendiri. Ada juga diterima bantuan-bantuan dari
beberapa orang dermawan.
Maka timbullah bangunan-bangunan baru yang lebih kokoh dan rapih buatannya,
berupa: gedung sekolah, rumah-rumah guru, pesanggrahan dan asrama yang dapat
menampung 300 orang murid, ruang makan dengan dapurnya, tempat bekerja, gedung
kesenian, tempat bermain tennis, tempat bermain bola, tempat berenang dan taman bacaan.
Setelah selesai semuanya, maka pada tahun 1939 pindahlah sekaliannya ke sekolah
yang baru di desa Pelabihan itu. Ruang Pendidik, yang ketika itu mempunyai 600 orang
murid, merupakan sebuah masyarakat kecil yang senantiasa sibuk dan membangun.
Penyelenggaraan Pendidikan dan Pengajaran
Pada zaman Belanda Ruang Pendidik INS terbagi atas dua tingkatan atau ruangan,
yakni: Ruang Bawah dan Ruang Atas.Ruang Bawah
Tingkatan ini bersifat sekolah rendah. Lama belajar 7 tahun. Pelajaran terbagi atas 2
bagian: pelajaran teori meliputi 75% dan pelajaran praktek 25% dan seluruh jam pelajaran.
Pelajaran diberikan bukan saja pada pagi hari, tetapi juga pada petang hari.
-
8/3/2019 MOH SYAFEI
5/5
Ruang Atas
Tingkatan ini merupakan sekolah menengahnya. Lama belajar 6 tahun. Di sini
pelajaran dari Ruang Bawah diperdalam dan diperluas. Pelajaran praktek meliputi 50% dan
seluruh waktu belajar. Selesai pelajaran di Ruang Atas ini, maka murid-murid diserahkan
langsung kepada masyarakat untuk memberikan darmanya.
Isi Rencana Pelajaran yang terpenting
Syafei benar-benar mementingkan mata pelajaran curahan. Menggambar dan musik,
yang selalu diberikan sendiri oleh M. Syafei, sangat dipentingkan.
Dimasukkan ke dalam vak menggambar: aga latihan membuat klise dan kayu, yang
hasilnya banyak dipakai menghias Rantai Mas, majalah pelajar INS.
Musik meliputi latihan-latihan seni suara, bermain biola, gitar, seruling. Di samping
itu diberikan juga seni tari secara mendalam, juga latihan-latihan sandiwara.
Pekerjaan tangan meliputi seluruh pengajaran, jadi sebagai bentuk pengajaran. Anak-
anak bekerja di bengkel dan di ruangan kerja lainnya, di kebun serta menghasilkan barang-
barang yang dapat dijual untuk membiayai perguruan.
Pendidikan jasmani mendapat perhatian secukupnya. Di samping gerak badan biasa,
anak-anak mendapat kesempatan pula untuk bermain sepak raga, bermain tennis dan
berenang di tempat yang mereka buat sendiri.
Pendidikan budi pekerti diberikan dengan menanamkan perasaan keagamaan, yang
bersih dan sifat-sifat kekolotan dan kepicikan. Dalam hubungan ini M. Syafei
menganjurkan agar ditempuh cara hidup modern yang rasionil.
Pada zaman kemerdekaan (1952) - sebagai penghargaan Pemerintah terhadap usaha-
usaha Syafei - dibukalah SGB Istimewa, yang dapat meneruskan dan menyebarkan cita-
citanya. Sekolah itu mendapat bantuan dari Pemerintah. Meskipun demikian tidak perlu
terikat sepenuhnya pada peraturan-peraturan Pemerintah.
Lulusan INS tersebar ke seluruh pelosok. Untuk memperkokoh persatuan di kalangan
bekas-bekas pelajar-pelajarnya, maka didirikanlah Perbemins (Persatuan bekas murid INS).