modul.mercubuana.ac.id · Web viewDi luar itu terdapat banyak entitas bisnis lain yang kita kenal...

21
MODUL PERKULIAHAN Manajemen Perpajakan Strategi Penghematan Pajak Melalui Pemilihan Bentuk Usaha Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ekonomi Akuntansi 02 Kautsar Aditya Wicaksana S.E.,M.B.A Abstrak Kompetensi

Transcript of modul.mercubuana.ac.id · Web viewDi luar itu terdapat banyak entitas bisnis lain yang kita kenal...

Page 1: modul.mercubuana.ac.id · Web viewDi luar itu terdapat banyak entitas bisnis lain yang kita kenal dalam lingkup hukum kita seperti Joint Operation (KSO), Waralaba, BUT. Kita akan

MODUL PERKULIAHAN

Manajemen Perpajakan Strategi Penghematan Pajak Melalui Pemilihan Bentuk Usaha

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun OlehEkonomi Akuntansi 02 Kautsar Aditya Wicaksana S.E.,M.B.A

Abstrak KompetensiBanyak pilihan bentuk usaha yang dapat dipertimbangkan investor, itu semua akan bermuara pada besarnya pajak yang akan ditanggung kelak. Tingkat keuntungan bisa sama di antara beberapa bentuk usaha namun besarnya pajak yang ditanggung bisa berbeda; selain mempertimbangkan aspek pengembangan usaha (business development) dalam jangka panjang.

Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami pertimbangan dalam pemilihan bentuk usaha dari segi bisnis pada umumnya dan dari segi perpajakan pada khususnya, antara bentuk usaha perseroan terbatas, firma/CV, perseorangan, dan organisasi nirlaba seperti Yayasan.

Page 2: modul.mercubuana.ac.id · Web viewDi luar itu terdapat banyak entitas bisnis lain yang kita kenal dalam lingkup hukum kita seperti Joint Operation (KSO), Waralaba, BUT. Kita akan

Pertimbangan dalam Pemilihan Bentuk Usaha

Persoalan ini sering dihadapi oleh penanam modal atau investor baru yang ingin punya

usaha tapi bingung mau ditempatkan di mana dana investasinya, dari sekian banyak pilihan

bentuk usaha. Ia juga harus memikirkan jenis usaha atau portofolio investasi, apakah

portofolio investasi sekuritas (seperti saham, obligasi dan reksadana), kegiatan

perdagangan (commerce), kegiatan industri, atau kegiatan jasa (service) yang tujuan

akhirnya adalah menentukan investasi yang memberikan kontribusi profit paling besar,

tentu dengan risiko investasi yang paling rendah. Di sini kita hanya mendiskusikan masalah

pemilihan bentuk usaha dilihat dari aspek perpajakannya, bukan membahas jenis usaha

atau investasi karena yang terakhir ini masuk dalam ranah commercial business strategy.

Banyak pilihan bentuk usaha yang dapat dipertimbangkan investor, itu semua akan

bermuara pada besarnya pajak yang akan ditanggung kelak. Nah, disinilah persoalannya,

tingkat keuntungan bisa sama di antara beberapa bentuk usaha namun besarnya pajak

yang ditanggung bisa berbeda; selain mempertimbangkan aspek pengembangan usaha

(business development) dalam jangka panjang. Apalah artinya keuntungan yang diperoleh

dalam jangka pendek dengan meminimalkan jumlah pajak, tetapi terbentur pada batasan

ruang gerak pengembangan pasar dan perluasan usahanya kedepan dan jaringan bisnis

yang sempit. Belum lagi bila kita bicara tentang kepercayaan mitra usaha (bank dan

supplier) terhadap badan usaha yang umumnya lebih senang bekerjasama dengan bisnis

yang berbadan hukum. Ketika kita bicara mengenai masalah permodalan, pihak bank

cenderung memilih bekerja sama dengan badan usaha PT ketimbang usaha perseorangan,

karena misalnya perhitungan risiko manajemennya lebih tinggi pada usaha perseorangan.

Banyak alternatif yang bisa kita pergunakan untuk menghindari pungutan pajak. Cara

yang paling gampang adalah dengan tidak melaporkan penghasilan yang kita terima, tapi

tindakan itu akan membuat kita sport jantung, merasa dikejar-kejar terus oleh fiskus. Cara

yang paling elegan untuk menghindari pungutan pajak ini adalah dengan mencari cara

meminimalkan pembayaran pajak tanpa menabrak koridor peraturan perpajakan.

Dalam peraturan perpajakan, banyak celah hukum yang dapat kita manfaatkan untuk

meminimalkan beban pajak tanpa harus berhadapan langsung dengan aparat pajak dalam

pemeriksaan dan penyidikan pajak, yaitu dengan cara merapikan tax management dan tax

planning perusahaan. Tujuan perencanaan pajak yang baik adalah memberikan keuntungan

sebesar-besarnya kepada investor agar return on investment yang diperoleh semakin tinggi.

Strategi perencanaan pajak dapat dimulai sejak awal berbisnis dengan melakukan setting up

bentuk usaha yang akan dipilih investor.

‘15 2 Manajemen Perpajakan

Pusat Bahan Ajar dan eLearningKautsar Aditya Wicaksana S.E.,M.B.A http://www.mercubuana.ac.id

Page 3: modul.mercubuana.ac.id · Web viewDi luar itu terdapat banyak entitas bisnis lain yang kita kenal dalam lingkup hukum kita seperti Joint Operation (KSO), Waralaba, BUT. Kita akan

Entitas hukum bisnis di Indonesia yang di akui UU Perpajakan adalah:

1) Perseroan Terbatas (PT), Koperasi dan Yayasan

2) Persekutuan (Firma, CV, Kongsi)

3) Perseorangan

Dilihat dari aspek legalitasnya, Perseroan Terbatas (PT), Koperasi, dan Yayasan,

adalah entitas berbadan hukum (karena ada pengesahan pemerintah yakni Menteri

Kehakiman/Menteri Hukum dan HAM atas akte pendirian dan anggaran dasarnya);

sedangkan Persekutuan (Firma, CV, Kongsi) dan Perseorangan tidak berbadan hukum.

Di luar itu terdapat banyak entitas bisnis lain yang kita kenal dalam lingkup hukum kita

seperti Joint Operation (KSO), Waralaba, BUT. Kita akan membatasi pembahasan ini dalam

ketiga bentuk hukum entitas bisnis tersebut, karena kebanyakan pelaku bisnis Indonesia

menggunakan ketiganya dalam menjalankan bisnis mereka.

Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan bentuk usaha (Mohammad

Zain, 2003: 97), adalah:

1) Bagaimana hubungan antara tarif pajak penghasilan orang pribadi dan tarif pajak

penghasilan wajib pajak, termasuk ketentuan khusus yang mengatur hal itu.

2) Pengenaan pajak penghasilan secara berganda, baik atas laba bruto usaha, maupun

penghasilan dari pembagian keuntungan (dividen) kepada para pemegang

sahamnya.

3) Kesempatan untuk menunda pengenaan pajak pada tarif pajak penghasilan lebih

kecil/ besar apabila dibandingkan dengan kesempatan yang terdapat pada tarif pajak

penghasilan akumulasi penghasilan perusahaan.

4) Adanya ketentuan mengenai kerugian hasil usaha neto (kompensasi kerugian) dan

kredit investasi yang berlaku bagi bentuk usaha tertentu.

5) Kemungkinan pengajuan perlakukan khusus terhadap pajak atas akumulasi laba,

pajak atas penghasilan personal, holding company, dan seterusnya.

6) Liberalisasi ketentuan yang mengatur fringe benefit dan atau payment in kind.

Usaha Perseroan Terbatas

Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan hukum yang

merupakan persekutuan modal yang didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan

usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi

persyaratan yang ditetapkan dalam UU serta peraturan pelaksanaannya.

Perseroan Terbuka (Tbk.) adalah Perseroan Publik atau Perseroan yang melakukan

penawaran umum saham sesuai dengan ketentuan UU di bidang pasar modal.

‘15 3 Manajemen Perpajakan

Pusat Bahan Ajar dan eLearningKautsar Aditya Wicaksana S.E.,M.B.A http://www.mercubuana.ac.id

Page 4: modul.mercubuana.ac.id · Web viewDi luar itu terdapat banyak entitas bisnis lain yang kita kenal dalam lingkup hukum kita seperti Joint Operation (KSO), Waralaba, BUT. Kita akan

Perseroan Terbatas adalah salah satu bentuk badan hukum entitas bisnis yang banyak

digunakan di Indonesia, yang didirikan dengan paying hukum UU No. 40 Tahun 2007

tentang Perseroan Terbatas. Untuk mendirikan sebuah perusahaan berbentuk PT,

berdasarkan akte notaris yang didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri dan

diumumkan dalam Tambahan Berita Negara RI, diperlukan adanya pengesahan dari

Kementerian Hukum dan HAM. Pasal 97 UU tersebut secara eksplisit membedakan PT

dengan badan hukum lainnya, pada PT tanggung jawab perusahaan dibebankan kepada

direksi bukan pemegang saham. Direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan

bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan. Jadi

selama pemegang saham tidak merangkap sebagai pengurus perusahaan, maka dia tidak

dapat dimintai tanggungjawabannya terhadap tindakan operasional perusahaan oleh pihak

manapun. Tanggung jawab pemegang saham terbatas pada nilai saham yang diambilnya.

Dalam menjalankan hak dan kewajiban sesuai dengan ketentuan UU perpajakan, dalam

hal badan, wajib pajak diwakili oleh pengurus yang pajak terutang, kecuali apabila dapat

membuktikan dan meyakinkan Direktur Jenderal Pajak bahwa mereka, dalam

kedudukannya, benar-benar tidak mungkin untuk dibebani tanggung jawab atas pajak yang

terutang tersebut. Mengenai tanggung jawab renteng ini dijelaskan lebih lanjut dalam Surat

Edaran Dirjen Pajak No. 02/PJ.74/1990 dengan merujuk kepada ketentuan Pasal 32 ayat 2

UU No. 6 Tahun 1983 yang telah diubah terakhir kalinya dengan UU No. 28 Tahun 2007 dan

UU No. 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan.

Dalam ketentuan perpajakan, sesuai Pasal 17 UU Nomor 7 Tahun 1983 yang telah

diubah terakhir kali dengan UU Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan,

pengenaan pajak PT dikenakan pada level net income sebelum pembagian dividen

perusahaan kepada pemegang saham.

Ilustrasi perhitungan pajak perseroan – PT dapat kita lihat berikut ini:

Income Tahun 2011 Rp2.000.000.000

COGS Rp800.000.000

Gross Income Rp1.200.000.000

Operating Expenses Rp500.000.000

Net Income before tax Rp700.000.000

Corporate Tax (PPh badan) 25% Rp175.000.000

Net Income after tax Rp525.000.000

‘15 4 Manajemen Perpajakan

Pusat Bahan Ajar dan eLearningKautsar Aditya Wicaksana S.E.,M.B.A http://www.mercubuana.ac.id

Page 5: modul.mercubuana.ac.id · Web viewDi luar itu terdapat banyak entitas bisnis lain yang kita kenal dalam lingkup hukum kita seperti Joint Operation (KSO), Waralaba, BUT. Kita akan

Pada saat penghasilan tersebut ditransfer ke pemegang saham sebagai deviden, maka atas

pembagian tersebut akan dikenakan pajak lagi sebesar 10% (PPh Final Pasal 4 ayat 2 untuk

WPOP), sebagai berikut:

Net Income before tax Rp700.000.000

Corporate Tax (PPh Badan) 25% Rp175.000.000

Net Income after Tax Rp525.000.000

Pajak atas Deviden 10% (PPh Final) Rp52.500.000

Return yang diterima pemegang saham Rp472.500.000

% Beban pajak (total tax/net income) (Rp175.000.000 + Rp52.500.000):

Rp700.000.000 x 100% = 32,5%

Dengan demikian, secara total investor WPOP akan terbebani pajak keuntyungan yang

diperoleh dari badan usaha PT tersebut sebesar 32,5%.

Usaha Persekutuan (CV, Firma, Kongsi)

Dalam literatur hukum, kita tahu ada 3 (tiga) macam perkumpulan, bukan badan hukum

atau tidak termasuk kategori sebagai badan hukum, yaitu Persekutuan Perdata, Firma, dan

CV. Pendirian sebuah Firma (Fa), walaupun didirikan dengan akte notaris, didaftarkan di

Kepaniteraan Pengadilan Negeri dan diumumkan dalam Tambahan Berita Negara RI, tidak

diperlukan adanya pengesahan dari Kementerian Hukum dan HAM. Demikian pula halnya

dengan pendirian sebuah CV, karena pada dasarnya CV merupakan firma dengan bentuk

khusus.

Oleh karena belum ada Undang-Undang yang mengatur masalah Firma, CV, dan

persekutuan Perdata, maka untuk persekutuan tersebut kita kembali kepada Kitab Undang-

Undang Hukum Dagang (KHUD) dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang mengatur

masalah tersebut. Misalnya mengenai pendirian Persekutuan (firma atau CV) yang diatur

dalam Pasal 1618 dan 1320 KHUPerdata dan juga terdapat dalam Pasal 22 KUHD.

Perbedaan antara persekutuan dengan PT terletak pada tanggung jawab persero

(shareholder). Pasal 18 dan 19 buku 1 KHUD mengatur tanggung jawab renteng pemilik/

persero terhadap semua operasional atau tuntutan dari pihak lain apabila terjadi suatu

perkara.

Apabila CV mempunyai banyak utang sehingga jatuh pailit, dan apabila harta benda CV

tidak mencukupi untuk pelunasan utang-utangnya, maka harta benda pribadi persero

‘15 5 Manajemen Perpajakan

Pusat Bahan Ajar dan eLearningKautsar Aditya Wicaksana S.E.,M.B.A http://www.mercubuana.ac.id

Page 6: modul.mercubuana.ac.id · Web viewDi luar itu terdapat banyak entitas bisnis lain yang kita kenal dalam lingkup hukum kita seperti Joint Operation (KSO), Waralaba, BUT. Kita akan

pengurus dapat dipertanggungjawabkan untuk melunasi utang perusahaan. Sebaliknya

harta benda para Persero Commanditaris (sleeping partner) tidak dapat diganggu gugat.

Pengaturan pajak CV diatur dalam Pasal 6 dan Pasal 4 ayat 3 huruf i Undang-Undang

PPh. Berbeda dengan PT, pengenaan pajak CV hanya dikenakan sekali pada level net

income Perseroan. Ketika didistribusikan kepada pemegang saham tidak dikenakan pajak

dividen lagi. Kita lihat ilustrasi dibawah ini sesuai dengan data-data keuangan PT diatas.

Pasal 4 ayat 3 huruf i UU No. 7 Tahun 1983 yang telah diubah terakhir kalinya dengan UU

No. 38 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, menegaskan, “Yang dikecualikan dari obyek

pajak” yakni bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer

yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma dan

kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif.

Untuk kepentingan pengenaan pajak badan-badan, sebagaimana disebut dalam

ketentuan tersebut yang merupakan himpunan para anggotanya, dikenai pajak sebagai satu

kesatuan, yaitu pada tingkat badan tersebut. Oleh karena itu bagian laba yang diterima oleh

para anggota badan tersebut bukan lagi merupakan objek pajak.

Dengan asumsi yang sama seperti contoh pada table berikut ini, maka ilustrasi

perhitungan pajak firma/CV dapat kita lihat sbb:

Income Tahun 2011 Rp2.000.000.000

COGS Rp800.000.000

Gross Income Rp1.200.000.000

Operating Expenses Rp500.000.000

Net Income before tax Rp700.000.000

Corporate Tax (PPh badan) 25% Rp175.000.000

Net Income after tax Rp525.000.000

Pada saat penghasilan tersebut ditransfer ke pemegang saham sebagai deviden, maka

atas pembagian tersebut tidak dikenai pajak lagi sbb:

Net Income before tax Rp700.000.000

Corporate Tax (PPh Badan) 25% Rp175.000.000

Net Income after Tax Rp525.000.000

Pajak atas Deviden 0% Rp0

Return yang diterima pemegang saham Rp525.000.000

% Beban pajak (total tax/net income) Rp175.000.000:Rp700.000.000x100% =

25%

Dengan demikian, secara total, investor akan terbebani pajak keuntungan yang

diperoleh dari badan usaha Firma/CV tersebut sebesar 25%. Bila dibandingkan dengan

‘15 6 Manajemen Perpajakan

Pusat Bahan Ajar dan eLearningKautsar Aditya Wicaksana S.E.,M.B.A http://www.mercubuana.ac.id

Page 7: modul.mercubuana.ac.id · Web viewDi luar itu terdapat banyak entitas bisnis lain yang kita kenal dalam lingkup hukum kita seperti Joint Operation (KSO), Waralaba, BUT. Kita akan

badan usaha PT, persentase beban pajak investor Firma/CV dengan payung hukum UU

PPH No.36 Tahun 2008 ternyata lebih rendah dari PT, dimana badan usaha PT tersebut,

sebagaimana diuraikan sebelumnya sebesar 32,5%. Begitu juga secara nominal

keuntungan (return) yang diberikan kepada pemegang saham adalah lebih besar yang

diterima oleh pemegang saham Persekutuan (=Rp525 juta) disbanding dengan pemegang

saham PT (=Rp472,5 juta)

Usaha Perseorangan

Mayoritas penduduk Indonesia menjalankan bisnisnya secara perseorangan, tidak mau

terikat dengan badan usaha yang lebih formal, tanpa akte notaries dan bersikap fleksibel

terhadap kewajiban yang harus dipenuhi, namun tetap memiliki NPWP untuk memenuhi

kewajiban perpajakannya. Bentuk badan usaha perseorangan dapat berupa wartel, salon,

rumah makan, usaha dagang (UD), waralaba dan masih banyak lagi.

Ada beberapa perbedaan dalam menghitung pajak usaha antara pajak perseorangan

dengan pajak Perseroan, antara lain:

Dalam perhitungan pajak perseorangan, ada beberapa faktor pengurang seperti

Penghasilan tidak kena pajak (PTKP) dan biaya jabatan (hanya untuk pegawai tetap), yang

dalam perhitungan pajak Perseroan faktor tersebut tidak ada dalam ketentuannya.

Terdapat pembedaan tax rate dan lapisan penghasilan kena pajak (taxable income

bracket) antara PPh Perseorangan dengan Pajak Penghasilan badan, di mana PPh

Perseorangan menggunakan tarif progresif dari lapisan tarif 5% hingga tariff maksimum

30%, sedangkan Pajak Penghasilan Badan menggunakan tarif tunggal 25% ( tarif 25%

berlaku sejak awal Tahun 2010, sedangkan Tahun 2009 tarifnya 28%).

Lapisan Penghasilan PPh Psl 21 Perseorangan

(UU PPh No 36 Tahun 2008)

Tarif Pajak

0 s.d. Rp50.000.000 5%

Di atas Rp50.000.000 s.d. Rp250.000.000 15%

Di atas Rp250.000.000 s.d. Rp500.000.000 25%

Di atas Rp500.000.000 30%

Secara sederhana beban pajak yang harus ditanggung investor WPOP dengan

mengenakan pajak dengan tariff progresif seperti terlihat pada table berikut:

Income Tahun 2011 Rp2.000.000.000

COGS Rp800.000.000

Gross Income Rp1.200.000.000

‘15 7 Manajemen Perpajakan

Pusat Bahan Ajar dan eLearningKautsar Aditya Wicaksana S.E.,M.B.A http://www.mercubuana.ac.id

Page 8: modul.mercubuana.ac.id · Web viewDi luar itu terdapat banyak entitas bisnis lain yang kita kenal dalam lingkup hukum kita seperti Joint Operation (KSO), Waralaba, BUT. Kita akan

Operating Expenses Rp500.000.000

Net Income before tax Rp700.000.000

PTKP (Kawin 3 anak atau K/3)*) Rp21.120.000

Taxable Income Rp678.880.000

Tax: PPh Pasal 21 Rp148.664.000

*) 15.840.000 + (4*1.320.000) = 21.120.000

Pada saat penghasilan tersebut ditransfer ke pemegang saham sebagai deviden maka atas

pembagian tersebut tidak akan dikenakan pajak lagi, sbb:

Net Income before tax Rp700.000.000

Tax: PPh Pasal 21 Rp148.664.000

Net Income after Tax Rp551.336.000

Pajak atas Deviden 0% Rp0

Return yang diterima pemegang saham Rp551.336.000

% Beban pajak (total tax/net income) Rp148.664.000:700 juta x 100% =

21,23%

Perhitungan PPh Pasal 21:

Penghasilan kena pajak 678.880.000

PPh Psl 21:

5% x 50.000.000 2.500.000

15% x 200.000.000 30.000.000

25% x 250.000.000 62.500.000

30% x 178.888.000 53.664.000

Total 148.664.000

Secara komparatif, beban pajak yang harus ditanggung investor dari ketiga entitas bisnis

tersebut adalah:

PT Persekutuan (Fa/CV)

Perseorangan

Net Income Rp2.000.000.000 Rp2.000.000.000 Rp2.000.000.000

Beban Pajak (Rp) Rp253.750.000 Rp175.000.000 Rp148.664.000

Beban Pajak (%) 32,5% 25% 21,23%

Dari analisis di atas, ada beberapa hal penting yang perlu kita catat:

‘15 8 Manajemen Perpajakan

Pusat Bahan Ajar dan eLearningKautsar Aditya Wicaksana S.E.,M.B.A http://www.mercubuana.ac.id

Page 9: modul.mercubuana.ac.id · Web viewDi luar itu terdapat banyak entitas bisnis lain yang kita kenal dalam lingkup hukum kita seperti Joint Operation (KSO), Waralaba, BUT. Kita akan

1. Beban pajak yang di tanggung investor melalui persekutuan ternyata, lebih kecil

daripada usaha berbentuk PT.

2. Bisnis perseorangan tersebut bisa memberikan tingkat efisiensi pajak yang jauh lebih

besar dari pada dibentuk badan usaha lainnya. Namun kita tidak boleh tergesa-gesa

mengambil keputusan atas dasar pertimbangan ini semata, harus memperhatikan

pertimbangan lain.

3. Pemilihan salah satu entitas bisnis dapat dijadikan referensi dalam pengambilan

keputusan oleh para investor untuk meminimalkan beban pajak. Namun demikian

faktor pajak bukan satu-satunya.

4. Investor konvensional lebih sering mengandalkan instuisi (naluri) bisnisnya daripada

perhitungan di atas kertas. Dalam pengambilan keputusan, mereka hanya

bermodalkan pengalaman (learning curve yang tinggi) yang sangat berharga

sehingga dengan keyakinan penuh menjalankan usaha dengan kiat dan alur

pemikiran mereka yang sederhana, tetapi realistis dan terbukti bisa berhasil.

Bagaimanapun juga, pengelolaan bisnis modern dilakukan secara profesional dan

tidak bisa mengandalkan instuisi semata, karena yang terakhir ini hanya dilakukan

oleh pelaku bisnis kawakan.

5. Di antara sederetan pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan bisnis

modern, harus juga diakomodasi masalah permodalan, advis management risk,

lingkungan hidup, tanggung jawab persero bila terjadi klaim pihak ketiga, business

dan market development, serta hak dan kewajiban lainnya yang timbul dari pemilihan

bentuk usaha tersebut.

Usaha Koperasi

Koperasi adalah badan usaha yang mengorganisasi pemanfaatan dan pendayagunaan

sumber daya ekonomi para anggotanya atas dasar prinsip-prinsip koperasi dan kaidah

usaha ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup anggota pada khususnya dan masyarakat

daerah kerja pada umumnya, dengan demikian koperasi merupakan gerakan ekonomi

rakyat dan sokoguru perekonomian nasional (PSAK No. 27), (IAI, SAK per 1 Juli 2009)

Koperasi adalah salah satu bentuk badan hukum entitas bisnis yang cukup banyak

digunakan di Indonesia, yang didirikan dengan payung hukum UU No. 25 Tahun 1992

tentang Perkoperasian. Dasar pendirian sebuah perusahaan dengan bentuk koperasi

adalah pada akte notaris yang didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri dan

diumumkan dalam Tambahan Berita Negara RI serta disahkan oleh Kementerian Hukum

dan HAM. Dalam koperasi, tanggung jawab perusahaan dibebankan kepada pengurus,

bukan kepada anggota koperasi. Pengurus koperasi adalah organ koperasi yang

‘15 9 Manajemen Perpajakan

Pusat Bahan Ajar dan eLearningKautsar Aditya Wicaksana S.E.,M.B.A http://www.mercubuana.ac.id

Page 10: modul.mercubuana.ac.id · Web viewDi luar itu terdapat banyak entitas bisnis lain yang kita kenal dalam lingkup hukum kita seperti Joint Operation (KSO), Waralaba, BUT. Kita akan

berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan koperasi dan untuk kepentingan

koperasi.

Beberapa jenis koperasi:

1. Koperasi Konsumen (misalnya koperasi warung serba ada atau supermarket)

2. Koperasi Produsen (misalnya koperasi jasa konsultasi)

3. Koperasi Simpan Pinjam

4. Koperasi Pemasaran

Sebagaimana pada bentuk badan usaha lainnya, pada prinsipnya koperasi dapat

melakukan kegiatan di hampir semua bidang usaha, sehingga atas penghasilan koperasi

yang disebut Sisa Hasil Usaha (SHU) merupakan objek pajak penghasilan yang dikenai tarif

PPh Badan, dengan tarif tunggal 28% (Tahun 2008), dan tarif 25% (Tahun 2009 dan

seterusnya).

Pada dasarnya, apa pun insentif pajak yang diberikan kepada badan usaha (PT,

Firma,CV) juga berlaku bagi koperasi.

Beberapa fasilitas insentif pajak penghasilan dan yang dikecualikan dari pajak dalam UU

PPh No. 36 Tahun 2008 yang berlaku bagi koperasi, antara lain:

a. Yang dikecualikan dari objek pajak adalah harta hibah dan bantuan atau sumbangan

kepada koperasi, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, babersangkutan (Pasal 4

ayat 3 huruf a UU PPh No. 36 Tahun 2008).

b. Sisa Hasil Usaha (SHU) yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya, tidak

dipotong PPh Pasal 23 (Pasal 23 ayat 4 huruf f UU PPh No. 36 Tahun 2008).

c. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh dari penyertaan modal pada badan

usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat dividen tersebut

berasal dari cadangan laba yang ditahan.

Pasal 4 ayat 3 huruf f UU PPh No. 36 Tahun 2008.

Yang dikecualikan dari objek pajak adalah:

Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai

wajib pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha milik

daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat

kedudukan di Indonesia dengan syarat:

‘15 10 Manajemen Perpajakan

Pusat Bahan Ajar dan eLearningKautsar Aditya Wicaksana S.E.,M.B.A http://www.mercubuana.ac.id

Perlakuan Perpajakan Koperasi

Insentif Pajak Bagi Koperasi

Page 11: modul.mercubuana.ac.id · Web viewDi luar itu terdapat banyak entitas bisnis lain yang kita kenal dalam lingkup hukum kita seperti Joint Operation (KSO), Waralaba, BUT. Kita akan

1. Dividen tersebut berasal dari cadangan laba ditahan; dan

2. Bagi Perseroan Terbatas, badan usaha milik negara, dan badan usaha milik daerah

yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling

rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor.

d. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 2009 PPh tentang Bunga simpanan

yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi perorangan. Besarnya Pajak

Penghasilan (final) adalah:

1. 0 % (nol persen) untuk penghasilan berupa bunga simpanan sampai dengan Rp 240

ribu per bulan; atau

2. 10 % (sepuluh persen) dari jumlah bruto bunga untuk penghasilan berupa bunga

simpanan lebih dari Rp 240 ribu per bulan.

e. Tarif baru bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).

Insentif ini khusus untuk UMKM berbadan hukum yang memiliki omzet di bawah Rp 4,8

miliar per tahun atau Rp 400 juta per bulan. Diberi insentif pemotongan tarif PPh sebesar

50% dari tarif pajak normal sebesar 25% oleh pemerintah.

f. Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 2007 dan No. 62 Tahun 2008 tentang Fasilitas Pajak

Penghasilan. Untuk Penanaman Modal di bidang-bidang usaha tertentu dan atau di

daerah-daerah tertentu.

Ada beberapa kegiatan usaha koperasi yang mendapatkan perlakuan khusus:

1. Koperasi yang menanamkan modalnya di bidang-bidang usaha tertentu dan atau di

daerah tertentu (mendapatkan fasilitas pajak penghasilan untuk penanaman modal,

sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah No.1 Tahun 2007 dan No. 62 Tahun

2008).

2. Pembebasan bea masuk dan tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilai serta Pajak

Penjualan atas impor kendaraan bermotor jenis sedan untuk dipergunakan dalam usaha

pertaksian oleh Koperasi Pengemudi Taksi. PPN dan PPn BM yang ditanggung pemerintah

berlaku sepanjang kendaraan tersebut digunakan dalam usaha pertaksian sekurang-

kurangnya selama lima tahun sejak tanggal dikeluarkannya STNK (Keputusan Presiden

Nomor 74 Tahun 1995).

3. Pondok Boro yang dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai adalah

bangunan sederhana, berupa bangunan bertingkat atau tidak bertingkat, yang dibangun dan

dibiayai oleh perorangan atau koperasi buruh atau koperasi karyawan yang diperuntukkan

bagi para buruh tidak tetap atau para pekerja sektor informal berpenghasilan rendah

dengan biaya sewa yang disepakati, yang tidak dipindahtangankan dalam jangka waktu 5

‘15 11 Manajemen Perpajakan

Pusat Bahan Ajar dan eLearningKautsar Aditya Wicaksana S.E.,M.B.A http://www.mercubuana.ac.id

Kegiatan Usaha Koperasi yang Mendapatkan Perlakuan khusus

Page 12: modul.mercubuana.ac.id · Web viewDi luar itu terdapat banyak entitas bisnis lain yang kita kenal dalam lingkup hukum kita seperti Joint Operation (KSO), Waralaba, BUT. Kita akan

(lima) tahun sejak diperoleh (Peraturan Menkeu No. 36/PMK. 03/2007.jo.No.

80/PMK.03/2008 dan No.31/PMK.03/2011).

Dalam ketentuan perpajakan, sesuai Pasal 17 UU No. 7 Tahun 1983 yang telah diubah

terakhir kali dengan UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, pajak koperasi

dikenakan pada level net income sebelum pembagian SHU perusahaan kepada anggota

koperasi.

Ilustrasi perhitungan pajak koperasi dapat kita lihat dalam tabel berikut ini:

Income Tahun 2011 Rp2.000.000.000

COGS Rp800.000.000

Gross Income Rp1.200.000.000

Operating Expenses Rp500.000.000

Net Income before tax Rp700.000.000

Corporate Tax (PPh badan) 25% Rp175.000.000

Net Income after tax Rp525.000.000

Usaha Organisasi Nirlaba (Yayasan)

Karakteristik organisasi atau lembaga nirlaba berbeda dengan organisasi bisnis.

Perbedaan utama terletak pada cara organisasi memperoleh sumber daya yang dibutuhkan

untuk melakukan berbagai aktivitas operasinya.

Organisasi nirlaba memperoleh sumber daya dari sumbangan para anggota dan para

penyumbang lain yang tidak mengharapkan imbalan apa pun dari organisasi tersebut (IAI,

SAK per 1 Juli 2009).

Yayasan adalah salah satu bentuk badan hukum entitas bisnis yang cukup banyak

digunakan di Indonesia, yang didirikan dengan payung hukum UU No. 16 Tahun 2001

tentang Yayasan. Pendirian sebuah perusahaan dengan bentuk yayasan, didasarkan pada

akte notaris yang didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri dan diumumkan dalam

Tambahan Berita Negara RI, serta diperlukan adanya pengesahan dari Kementerian Hukum

dan HAM. Dalam yayasan, tanggung jawab perusahaan dibebankan kepada pengurus.

Pengurus yayasan adalah organ yayasan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh

atas pengurusan yayasan untuk kepentingan dan tujuan yayasan. Bahkan setiap pengurus

bertanggung jawab penuh secara pribadi apabila yang bersangkutan dalam menjalankan

tugasnya tidak sesuai dengan anggaran dasar sehingga mengakibatkan kerugian yayasan

atau pihak ketiga (Pasal 35 ayat 3).

Ada beberapa macam jenis yayasan, diantaranya:

1. Yayasan Pendidikan (dari TK hingga universitas)

‘15 12 Manajemen Perpajakan

Pusat Bahan Ajar dan eLearningKautsar Aditya Wicaksana S.E.,M.B.A http://www.mercubuana.ac.id

Page 13: modul.mercubuana.ac.id · Web viewDi luar itu terdapat banyak entitas bisnis lain yang kita kenal dalam lingkup hukum kita seperti Joint Operation (KSO), Waralaba, BUT. Kita akan

2. Yayasan keagamaan dan sosial (misalnya Yayasan mesjid dan Yayasan Panti

Asuhan Yatim Piatu)

3. Yayasan Kesehatan (misalnya: poliklinik dan rumah sakit)

4. Yayasan bidang penelitian dan pengembangan (misalnya yayasan lembaga

konsumen).

Sebagaimana pada bentuk badan usaha lainnya, pada prinsipnya yayasan dapat

melakukan kegiatan di hampir semua bidang usaha, sehingga atas penghasilan yayasan

yang disebut dengan juga dengan Sisa Hasil Usaha (SHU) merupakan objek pajak

penghasilan yang dikenai tarif PPh Badan, dengan tarif tunggal 28% (Tahun 2008), dan tarif

25% (Tahun 2009 dan seterusnya).

Pengakuan penghasilan maupun biaya pada yayasan sama dengan badan usaha

lainnya.

Namun demikian, ada beberapa kegiatan usaha yayasan yang mendapat perlakuan

khusus seperti diuraikan berikut ini:

1. Mendapat fasilitas pembebasan bea masuk dan cukai dengan mengajukan

permohonan untuk dapat ditetapkan sebagai badan atau lembaga yang

mendapatkan fasilitas pembebasan bea masuk berdasarkan Keputusan Menteri

Keuangan Nomor 144/KMK.05/1997 tentang Pembebasan bea masuk dan cukai

atas impor barang kiriman hadiah untuk keperluan ibadah umum, amal, sosial dan

kebudayaan (Peraturan Menteri Keuangan Nomor 22/PMK. 04/2006, sebagaimana

telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor

67/PMK.04/2006). Dalam hal ini yayasan dapat mengajukan permohonan untuk

memperoleh fasilitas tersebut setiap saat dibutuhkan.

2. Dikecualikan dari kewajiban pembayaran atau pemungutan pajak penghasilan atas

penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan, yakni orang pribadi

yang melakukan pengalihan tanah dan atau bangunan dengan cara hibah kepada

keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan,

badan pendidikan, badan sosial, termasuk yayasan, koperasi atau orang pribadi

yang menjalankan usaha mikro dan kecil, sepanjang hibah tersebut tidak ada

‘15 13 Manajemen Perpajakan

Pusat Bahan Ajar dan eLearningKautsar Aditya Wicaksana S.E.,M.B.A http://www.mercubuana.ac.id

Perlakuan Perpajakan Yayasan

Kegiatan Usaha Yayasan yang Mendapatkan Perlakuan khusus

Page 14: modul.mercubuana.ac.id · Web viewDi luar itu terdapat banyak entitas bisnis lain yang kita kenal dalam lingkup hukum kita seperti Joint Operation (KSO), Waralaba, BUT. Kita akan

hubungannya dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara

pihak-pihak yang bersangkutan (PER- 30/PJ/2009 dan SE-48/PJ./2009).

3. Yayasan keagamaan dan sosial lainnya

Sesuai Pasal 2 UU Pajak Penghasilan, yayasan tetap digolongkan sebagai subjek

pajak penghasilan. Objek pajaknya terbagi dua, sesuai orientasi bidang usaha

yayasan. Bila yayasan bermotif mencari keuntungan (misalnya yayasan

uuniversitas), maka penerimaannya merupakan objek pajak penghasilan, namun

sebaliknya bila penerimaan yayasan bukan bermotif mencari keuntungan (misalnya

sumbangan untuk panti asuhan yatim piatu), maka atas penerimaan tersebut tidak

terutang PPh.

Sebagaimana badan usaha lainnya, yayasan juga harus melaksanakan kewajiban

pemotongan pajak penghasilan dalam hal yayasan tersebut melakukan transaksi

pembayaran berbagai jasa, seperti sewa, dividen, royalti dan gaji karyawan.

4. Peraturan Dirjen Pajak No. PER-44/PJ./2009 dan Peraturan Menkeu

No.80/PMK.03/2009 tentang Pelaksanaan pengakuan sisa lebih yang diterima atau

diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan dan

atau bidang penelitian dan pengembangan yang dikecualikan dari objek pajak

penghasilan. Yayasan pendidikan diperkenankan untuk mengakui Dana

pembangunan gedung dan prasarana pendidikan yang berasal dari sisa lebih.

Sisa lebih adalah selisih dari seluruh penerimaan yang merupakan objek pajak

penghasila, selain penghasilan yang dikenakan pajak penghasilan tersendiri, dikurangi

pengeluaran untuk biaya operasional sehari-hari badan atau lembaga nirlaba.

Badan atau lembaga nirlaba wajib menyampaikan pemberitahuan mengenai rencana fisik

sederhana dan rencana biaya pembangunan dan pengadaan sarana dan prasarana

kegiatan pendidikan dan atau penelitian dan pengembangan kepada Kepala Kantor

Pelayanan Pajak; tempat wajib pajak terdaftar dengan tindasan kepada instansi yang

membidanginya. Pemberitahuan disampaikan bersamaan dengan penyampaian Surat

Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak yang diperolehnya sisa lebih

tersebut atau paling lama sebelum pembangunan dan pengadaan sarana dan prasarana

kegiatan pendidikan dan atau penelitian dan pengembangan dimulai, dalam jangka waktu 4

(empat) sejak diperolehnya sisa lebih tersebut.

Apabila setelah lewat dari jangka waktu 4 (empat) tahun, badan atau lembaga nirlaba

tidak menggunakan atau terdapat sisa lebih yang tidak digunakan untuk pembangunan dan

pengadaan sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan atau penelitian dan

pengembangan dimaksud, maka sisa lebih tersebut diakui sebagai penghasilan dan dikenai

Pajak Penghasilan pada tahun pajak berikutnya.

‘15 14 Manajemen Perpajakan

Pusat Bahan Ajar dan eLearningKautsar Aditya Wicaksana S.E.,M.B.A http://www.mercubuana.ac.id

Page 15: modul.mercubuana.ac.id · Web viewDi luar itu terdapat banyak entitas bisnis lain yang kita kenal dalam lingkup hukum kita seperti Joint Operation (KSO), Waralaba, BUT. Kita akan

Daftar Pustaka

Pohan, Chairil Anwar, 2013. Manajemen Perpajakan Strategi Perencanaan Pajak dan

Bisnis, Kompas Gramedia, Jakarta

Zain, Muhammad. 2007. Manajemen Perpajakan, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

‘15 15 Manajemen Perpajakan

Pusat Bahan Ajar dan eLearningKautsar Aditya Wicaksana S.E.,M.B.A http://www.mercubuana.ac.id