Makalah Waralaba Di Indonesia

61
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman dan begitu pesatnya sektor perekonomian yang semakin meningkat, dinamis dengan penuh persaingan serta tidak mengenal batas-batas wilayah. Berbagai bisnis yang dijalankan dengan mudahnya untuk dilaksanakan. Oleh karena itu bisnis di zaman sekarang ini diperlukannya hukum untuk menaungi dan melindungi dengan tujuan untuk mewujudkan rasa keadilan sosial dan adanya kepastian hukum, bukan hanya sekedar mencari keuntungan (profit oriented) tetapi ada pertanggung jawaban terhadap dampak yang ditimbulkan dari operasional bisnis secara menyeluruh tersebut. Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, para bisnisman dan orang-orang yang ingin terjun langsung didunia bisnis hendakny aterlebih dahulu mengetahui dan memahami hukum bisnis secara detail agar bisnis yang ditekuni berjalan dengan baik dan memberikan manfaat bagi dirinya dan menyejahterakan masyarakat pada umumnya. Di Indonesia seperti kebanyakan negara berkembang yang lain, berusaha semaksimal mungkin untuk 1

Transcript of Makalah Waralaba Di Indonesia

Page 1: Makalah Waralaba Di Indonesia

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan zaman dan begitu pesatnya sektor

perekonomian yang semakin meningkat, dinamis dengan penuh persaingan serta

tidak mengenal batas-batas wilayah. Berbagai bisnis yang dijalankan dengan

mudahnya untuk dilaksanakan. Oleh karena itu bisnis di zaman sekarang ini

diperlukannya hukum untuk menaungi dan melindungi dengan tujuan untuk

mewujudkan rasa keadilan sosial dan adanya kepastian hukum, bukan hanya

sekedar mencari keuntungan (profit oriented) tetapi ada pertanggung jawaban

terhadap dampak yang ditimbulkan dari operasional bisnis secara menyeluruh

tersebut.

Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, para bisnisman

dan orang-orang yang ingin terjun langsung didunia bisnis hendakny aterlebih

dahulu mengetahui dan memahami hukum bisnis secara detail agar bisnis yang

ditekuni berjalan dengan baik dan memberikan manfaat bagi dirinya dan

menyejahterakan masyarakat pada umumnya.

Di Indonesia seperti kebanyakan negara berkembang yang lain, berusaha

semaksimal mungkin untuk meningkatkan kesejahteraan warganya. Untuk itu

pengembangan pada sektor ekonomi menjadi tumpuan utama agar taraf hidup

rakyat menjadi lebih mapan. Pembangunan ekonomi merupakan pengolahan

kekuatan ekonomi riil dimana dapat dilakukan melalui penanaman modal,

penggunaan teknologi dan kemampuan berorganisasi atau manajemen.

Syahrin Naihasy mengatakan lebih lanjut bahwa sejak perekonomian dunia telah

mengalami perubahan yang sangat dahsyat dan kini dunia, termasuk Indonesia,

menyaksikan fase ekonomi global yang bergerak cepat dan telah membuka

tabirlintas batas antar Negara. Dapat dikatakan bahwa dunia usaha adalah sebagai

tumpuan utama yang dipergunakan sebagai pilar dandilaksanakandengan berbagai

1

Page 2: Makalah Waralaba Di Indonesia

macam cara yang sekiranya dapat memupuk perkembangannya dengan lebih

optimal dan berdaya guna.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apakah Pengertian Waralaba ?

2. Apakah di dalam Waralaba ada Bentuk Perjanjian ?

3. Apa Perbedaan Pemberian Waralaba dan Lisensi

4. Mengetahui Hukum Waralaba Di Indonesia

1.3. Tujuan Penulisan

Untuk mempermudah tercapainya arah serta sasaran yang diharapkan bagi

pembaca, maka penyusun merumuskan beberapa tujuan yang hendak dicapai.

Adapun rumusan tujuan-tujuan tersebut adalah untuk mengetahui :

1. Sejarah Waralaba

2. Pengertian Waralaba

3. Waralaba Sebagai Bentuk Perjanjian

4. Perbedaan Pemberian Waralaba dan Lisensi

2

Page 3: Makalah Waralaba Di Indonesia

BAB II

PERMASALAHAN

2.1 Definisi Franchise

Franchise adalah suatu system distribusi dimna pemlik bisnis yang semi

mandiri (terwaralaba) membayar iuran dan royalty kepada induk perusahaan

pewaralaba untuk mendapatkan hak menggunakan merek dagang, menjual barang

atau jasanya, dan sering kali menggunakan format dan system bisnisnya.

Menurut David J.Kaufmann definisi franchising sebagai sebuah sistem

pemasaran dan distribusi yang dijalankan oleh institusi bisnis kecil (franchisee)

yang digaransi dengan membayar sejumlah fee, hak terhadap akses pasar oleh

franchisor dengan standar operasi yang mapan dibawah asistensi franchisor.

Menurut Reitzel, Lyden, Roberts & Severance, franchise definisikan

sebagai sebuah kontrak atas barang yang intangible yang dimiliki oleh seseorang

(franchisor) seperti merek yang diberikan kepada orang lain (franchisee) untuk

menggunakan barang (merek) tersebut pada usahanya sesuai dengan teritori yang

disepakati.

Menurut dictionary of business terms.

1. Suatu izin yang diberikan oleh sebuah prusahaan (franshisor) kepada seorang

atau kepada suatu perusahaan (franchisee) untuk mengoperasikan suatu retail,

makanan atau supermarket dimana pihak franchisee setuju untuk menggunakan

milik franchisor berupa nama, produk, servis, promosi, penjualan, distribusi,

metode untuk display dll company support.

2. Hak untuk memasarkan barang-barang atau jasa perusahaan (co’s goods and

services) dalam suatu wilayah tertentu, hak tersebut telah diberikan oleh

3

Page 4: Makalah Waralaba Di Indonesia

perusahaan kepada seorang individu, kelompok individu, kelompok marketing,

pengecer atau grosir.1

3. Franchise adalah hubungan kemitraan antara usahawan yang usahanya kuat dan

sukses dengan usahawan yang relative baru atau lemah dalam usaha tersebut

dengan tujuan saling menguntungkan, khususnya dalam bidang usaha penyediaan

produk dan jasa langsung kepada konsumen.

2.2. Unsur-Unsur Franchise

1. Adanya minimal 2 pihak, yaitu pihak franchisor dan pihak franchisee.

Pihak franchisor sebagai pihak yang memberikan franchise sementara

pihak franchisee merupakan pihak yang diberikan/ menerima franshise

tersebut;

2. Adanya penawaran paket usaha dari franchisor,

3. Adanya kerja sama pengelolaan unit usaha antara pihak franchisor dengan

pihak franchisee,

4. Dipunyaianya unit usaha tertentu (outlet) oleh pihak franchisee yang akan

memamfaatkan paket usaha miliknya pihak franchisor,

5. Seringkali terdapat kontrak tertulis antara pihak franchisor dan pihak

franchisee.

2.3 Dasar Hukum Franchise

Perjanjian sebagai dasar hukum KUH Perdata pasal 1338 (1), 1233 s/d

1456 KUH Perdata; para pihak bebas melakukan apapun sepanjang tidak

bertentangan dengan hukum yang berlaku, kebiasan, kesopanan atau hal-hal lain

yang berhubungan dengan ketertiban umum, juga tentang syarat-syarat sahnya

perjanjian dsb.

Hukum keagenan sebagai dasar hukum; KUH Dagang (Makelar &

Komisioner), ketentuan-ketentuan yang bersifat administrative seperti berbagai

ketentuan dari Departemen Perindustrian, Perdagangan dsb. Seringkali ditentukan

1 Syahrin Naihasy, Hukum Bisnis (Business Law), Mida Pustaka, Yogyakarta, 2005, hlm. 8

4

Page 5: Makalah Waralaba Di Indonesia

dengan tegas dalam kontrak franchise bahwa di antara pihak franchisor dengan

franchisee tidak ada suatu hubungan keagenan.

Undang-undang Merek, Paten dan Hak Cipta sebagai dasar hukum; berhubung

ikut terlibatnya merek dagang dan logo milik pihak franchisor dalam suatu bisnis

franchise, apalagi dimungkinkan adanya suatu penemuan baru oleh pihak

franchisor, penemuan dimana dapat dipatenkan. UU No.19 (1992) Merek, UU No

6 (1982) Paten, UU No.7 (1987) Hak Cipta.

UU Penanaman Modal Asing sebagai dasar hukum; Apabila pihak

franchisor akan membuka outlet di suatu Negara yang bukan negaranya pihak

franchisor tersebut maka sebaiknya dikonsultasi dahulu kepada ahli hukum

penanaman modal asing tentang berbagai kemungkinana dan alternative yang

mungkin diambil dan yang paling menguntungkannya. Franchise justru dipilih

untuk mengelak dari larangan-larangan tertentu bagi suatu perusahaan asing

ketika hendak beroperasi lewat direct investment.

Peraturan lain lain sebagai dasar hukum;

Ketentuan hukum administrative, seperti mengenai perizinan usaha, pendirian

perseroan terbatas, dll peraturan administrasi yang umumnya dikeluarkan oleh

Departmen Perdagangan. Kepmen Perdagangan No 376/Kp/XI/1983 tentang

kegiatan perdagangan.

a. Ketentuan Ketenagakerjaan,

b. Hukum Perusahaan (UU PT No 1 (1995)),

c. Hukum pajak- adakah pajak ganda, pajak penghasilan, pajak pertambahan

nilai, pajak

d. withholding atas royalty dan pajak penghasilan atas tenaga kerja asing.

e. Hukum persaingan,

2

2 Tengku Keizerina Devi Azwar, Perlindungan Hukum Dalam Franchise, 2005, hlm. 1 - 2

5

Page 6: Makalah Waralaba Di Indonesia

f. Hukum industri bidang tertentu misalnya aturan tentang standar mutu,

kebersihan dan aturan lain lain yang bertujuan melindungi konsumen, atau

bahkan UU pangan sendiri.

g. Hukum tentang kepemilikan- hak guna bangunan, hak milik, etc.

h. Hukum tentang pertukaran mata uang- RI menganut rezim devisa bebas,

maka tidak ada larangan maupun batasan terhadap keluar masuknya valuta

asing dari/ke Indonesia.

i. Hukum tentang rencana tata ruang; apakah wilayah tersebut

memungkinkan dibukannya sebuah franchise, kualitas bahan untuk gedung

tersebut memenuhi syarat? Etc etc.

j. Hukum tentang pengawasan ekspor/ impor misalnya dalam hal

pengambilan keputusan apakah barang barang tertentu mesti dibawa dari

Negara pihak franchisor atau cukup diambil saja dari Negara pihak

franchisee.

k. Hukum tentang bea cukai- apakah lebih menguntungkan barang-barang

tertentu dipasok dari luar negeri atau cukup menghandalkan produk local

semata.

2.4 Istilah-istilah yang terdapat di dalam Franchise

Fee

Fee merupakan biaya yang harus dikeluarkan oleh penerima waralaba

(franchisee) kepada pemberi waralaba (franchisor) yang umumnya dihitung

berdasarkan persentase penjualan.

Franchise Fee (Biaya Pembelian Hak Waralaba)

Franchise Fee adalah biaya pembelian hak waralaba yang dikeluarkan oleh

pembeli waralaba (franchisee) setelah dinyatakan memenuhi persyaratan sebagai

franchisee sesuai kriteria franchisor.

Hak Cipta (Copyright)

6

Page 7: Makalah Waralaba Di Indonesia

Hak cipta adalah hak eklusif sesesorang untuk menggunakan dan memberikan

lisensi kepada orang lain untuk menggunakan kepemilikan intelektual tersebut

misalnya sistem kerja, buku, lagu, logo, merek, materi publikasi dan sebagainya.

Initial Investment

Initial investment adalah modal awal yang harus disetorkan dan dimiliki oleh

franchisee pada saat memulai usaha waralabanya. Initial investment terdiri atas

franchise fee, investasi untuk fixed asset dan modal kerja untuk menutup operasi

selama bulan-bulan awal usaha waralabanya.

Perjanjian Waralaba (Franchise Agreement)

Perjanjian waralaba merupakan kumpulan persyaratan, ketentuan dan

komitment yang dibuat dan dikehendaki oleh franchisor bagi para franchisee-nya.

Didalam perjanjian waralaba tercantum ketentuan berkaitan dengan hak dan

kewajiban franchisee dan franchisor, misalnya hak teritorial yang dimiliki

franchisee, persyaratan lokasi, ketentuan pelatihan, biaya-biaya yang harus

dibayarkan oleh franchisee kepada franchisor, ketentuan berkaitan dengan lama

perjanjian waralaba dan perpanjangannya dan ketetentuan lain yang mengatur

hubungan antara franchisee dengan franchisor.

Outlet Milik Franchisor (Company Owned Outlet, Pilot Store)

Franchisor yang terpercaya adalah franchisor yang telah terbukti sukses dan

mengoperasikan outlet milik mereka sendiri yang dinamakan Company Owned

Outlet atau Pilot Store. Jangan pernah membeli hak waralaba dari franchisor yang

tidak memiliki outlet yang sejenis dengan outlet yang dipasarkan hak waralabnya. 3

Advertising Fee (Biaya Periklanan)

Advertising Fee (Biaya Periklanan) nerupakan biaya yang dibayarkan oleh

penerima waralaba (franchisee) kepada pemberi waralaba (franchisor) untuk 3 Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2005, hlm. 339

7

Page 8: Makalah Waralaba Di Indonesia

membiayai pos pengeluaran/belanja iklan dari franchisor yang disebarluaskan

secara nasional/international.

Pro Forma Keuangan (Financial Pro Forma)

Proforma keuangan dalam waralaba umumnya terdiri atas Neraca, Laporan Rugi

Laba dan Laporan Arus Kas. Ketiga janis laporan ini merupakan laporan yang

wajib diberikan oleh franchisor kepada calon franchisee-nya, sebelum Perjanjian

Waralaba ditandatangani.

Protected Territory

Protected Territory adalah batas geografis yang diberikan oleh franchisor kepada

franchisee secara ekslusif. Di dalam area Protected Territory, franchisor tidak

diperbolehkan memberikan hak waralaba untuk bisnis sejenis kepada pihak lain

atau mendirikan bisnis serupa dengan tujuan menyaingi atau pun tidak usaha yang

dimilki franchisee.

Quality Control (Audit Operasional)

Quality Control (Audit Operasional) merupakan metode yang dilakukan oleh

franchisor untuk menjamin standar operasional yang tercantum dalam Manual

Operasi dijalankan secara konsisten di jaringan waralabanya.

Rahasia Dagang (Trade Secret)

Rahasia dagang merupakan pengetahuan yang dimiliki oleh franchisor yang

diberikan kepada franchisee akibat ditandatanganinya perjanjian waralaba diantara

mereka. Rahasia dagang dapat berupa prosedur operasi, resep atau pun daftar

pelanggan dan pemasok.

Signature Product

Signature Product merupakan produk/Jasa yang dijual franchisor yang merupakan

identitas sekaligus satu merek dagang ekslusif yang dikenal luas dan seringkali

mewakili identitas bagi perusahaan tersebut, misalnya es teler bagi Es Teler 77

8

Page 9: Makalah Waralaba Di Indonesia

atau Big Mac untuk McDonald’s. Franchisor yang berhasil selalu memiliki

signature product yang memiliki awareness, citra positif dan diterima baik di

pasar.

Slick

Slick merupakan materi iklan siap tayang yang disiapkan oleh franchisor untuk

para franchisee-nya. Adanya materi iklan siap pakai ini akan mempermurah biaya

iklan dan marketing dari franchisee.

Studi Kelayakan Pewaralaba (Franchisee Feasibility Studies)

Waralaba merupakan metode yang effektif dan terbukti sukses untuk

mendapatkan dana ekspansi eksternal dengan resiko terendah. Agar Franchisee

dapat sesukses Franchisor, maka perlu dilakukan Studi Kelayakan Pewaralaba.

Studi ini bertujuan untuk mengenali dan menemukan apakah calon franchisee

memiliki karakteristik tertentu yang dimiliki oleh franchisor saat merintis usaha

tersebut dari nol.

4

Turnkey

Turnkey dalah satu kondisi dimana franchisor bertanggung jawab terhadap

dimulainya usaha franchisee mulai dari nol sampai pintu toko dibuka untuk

pertama kalinya bagi pelanggan.

Tying

Tying merupakan kebijakan yang dilakukan oleh franchisor untuk memaksa

franchisee membeli produk tertentu dari franchisor sebagai syarat untuk

pembelian produk lainnya. Di Amerika Serikat, Tying adalah illegal jika harga

produk yang ditawarkan franchisor ternyata tidak lebih murah dari harga pasar.

2.5 Perkembangan Franchise

4 Munir Fuady, op. cit. hlm. 341 - 345

9

Page 10: Makalah Waralaba Di Indonesia

Di Indonesia ada 20 kategori usaha yang sering atau pernah menjadi objek bisnis

franchise:

1. Bidang Usaha Makanan:

Restoran, contoh: Rumah makan Wapo

Makanan siap hidang, contoh: McD. KFC, A&W, Burger King

Makanan ringan (es krim, yogurt, baked goods, donat, pastry), contoh:

Mama Oven, Hagen daaz, Baskin Robins, J.CO

· Makanan khusus (speciality foods), contoh: Ayam goreng Solo

2. Jasa Konsultan Dan Keperluan Bisnis

Aneka jasa konsultan (business aids and services)

Jasa pencarian dan penempatan tenaga kerja (employment services)

Periklanan dan direct mail

3. Jasa pemeliharaan, perbaikan dan kebersihan

Pemeliharaan dan perbaikan gedung dan rumah (maintenance, cleanding

and sanitation)

Jasa kebersihan gedung dan rumah (janitorial, maid and personal services)

Jasa pertamanan (lawn garden, agricultural supplies and services)

4. Jasa pialang pembelian rumah dan penyewaan property, contoh: Ray

White, Century 21

5. Jasa penjualan, pemeliharaan dan reparasi kendaraan bermotor.

6. Toko pengecer keperluan pribadi dan rumah tangga:

Toko pengecer barang khusus (speciality retail stores)

Toko keperluan sehari-hari (convenience store)

Toko pakaian dan sepatu.

7. Hotel dan tempat penginapan

10

Page 11: Makalah Waralaba Di Indonesia

8. Kontraktor perumahan dan tempat komercial

9. Percetakan dan fotocopy

10. Penjualan dan pemeliharaan perabot rumah tangga seperti home

furnishing, retail and repair services)

11. Penyewaan mobil dan truck

12. Rekreasi

Exercise, sports, entertainment and services5

Penyewaan video, audio products and services

13. Penjualan computer dan electronic

14. Jasa dan produk pemeliharaan kesehatan

15. Biro perjalanan

16. Produk dan jasa pendidikan (health aids products and services)

17. Jasa pengepakan dan pengiriman (package preparation/ shipment/ mail

services)

18. Salon rambut dan kecantikan,

19. Binatu (laundry and dry cleaning)

20. Jasa untuk anak (children services)

2.6 Keuntungan dan Kerugian Franchisee dan Franchisor

Keuntungan

Bagi Franchisor (perusahaan induk) :

1. Produk atau jasa terdistribusi secara luas tanpa memerlukan biaya

promosi dan biaya investasi cabang baru.

5 Deden Setiawan, Franchise Guide Series – Ritel, Dian Rakyat, 2007, hlm. 13

11

Page 12: Makalah Waralaba Di Indonesia

2. Produk atau jasa dikonsumsi dengan mutu yang sama.

3. Keuntungan dari royalti atau penjual lisensi.

4. Bisnisnya bisa berkembang dengan cepat di banyak lokasi secara

bersamaan, meningkatnya keuntungan dengan memanfaatkan

investasi dari franchisee.

Bagi Franchisee (pemilik hak-jual) :

1. Popularitas produk atau jasa sudah dikenal konsumen, menghemat

biaya promosi.

2. Mendapatkan fasilitas-fasilitas manajemen tertentu sesuai dengan

training yang dilakukan oleh franchiser.

3. Mendapatkan image sama dengan perusahaan induk.

Kerugian bagi franchisee (pemilik hak-jual) :

1. Biaya startup cost yang tinggi, karena selain kebutuhan investasi awal,

franchisee harus membayar pembelian franchise yang biasanya cukup mahal.

2. Franchisee tidak bebas mengembangkan usahanya karena berbagai peraturan

yang diberikan oleh franchisor.

3. Franchisee biasanya terikat pada pembelian bahan untuk produksi untuk

standarisasi produk /jasa yang dijual.

4. Franchisee harus jeli dan tidak terjebak pada isi perjanjian dengan franchisor,

karena bagaimanapun biasanya perjanjian akan berpihak kepada prinsipal /

franchisor dengan perbandingan 60:40.

6

Penghasilan yang terus mengalir ke franchisor dari royalti dan penjualan

masukan kepada franchisee yang lebih penting adalah sumber pendapatan dari

biaya awal untuk menjual waralaba. Dengan demikian, franchisor dan franchisee

mencapai sukses dengan membantu satu sama lain.6 Deden Setiawan, Franchise Guide Series – Ritel, Dian Rakyat, 2007, hlm. 28

12

Page 13: Makalah Waralaba Di Indonesia

2.6 Membeli Franchise

UCOF adalah alat tangguh yang didesain untuk membantu calon terwaralaba

dalam memilih waralaba yang cocok untuknya dan menghindari pewaralaba yang

tidak jujur. Pertahanan terbaik wirausaha untuk menghadapi ketidak jujuran

pewaralaba adalah dengan persiapan, akal sehat, dan kesabaran. Meskipun ada

perlindungan yang ditawarkan oleh UCOF, calon pembeli waralaba tetap harus

berhati – hati karena kecurangan waralaba masih tetap ada dalam bidang yang

bertumbuh dengan cepat ini. Langkah – langkah berikut akan membantu anda

membuat pilihan yang benar :

1. Mengevaluasi diri sendiri

2. Teliti pasar anda

3. Pertimbangkan pilihan – pilihan waralaba anda

4. Dapatkan salinan UCOF dari pewaralaba

5. Berbicara dengan pihak yang telah membeli waralaba

6. Ajukan beberapa pertanyaan sulit kepada pewaralaba

7. Tentukan pilihan anda

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Perlindungan Hukum Bagi Para Pihak Waralaba

Pemerintah sebagai pemegang otoritas mempunyai kekuasaan untuk

menerapkan peraturan-peraturan yang menyangkut hubungan bisnis bagi para

13

Page 14: Makalah Waralaba Di Indonesia

pihak sekaligus melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang,

yaitu agar supaya undang – undang yang Pemerintah tersebut dapat dilaksanakan

dengan baik tanpa adanya suatu pelanggaran atau penyelewengan. Perhatian

Pemerintah yang begitu besar ini bertujuan memberikan perlindungan hokum

serta kepastian hukum agar masing-masing pihak merasa aman dan nyaman

dalam menjalankan bisnis khususnya yang terlibat dalam bisnis waralaba ini.

Hukum bisnis waralaba idealnya untuk melindungi kepentingan para pihak

namun kenyataan di lapangan belum tentu sesuai seperti yang diharapkan. Seperti

yang dikemukakan oleh Roscoe Pound yang membagi 3 ( tiga ) golongan yang

harus dilindungi oleh hukum, yaitu, kepentingan umum, kepentingan

sosial dan kepentingan perseorangan. Akan tetapi posisi pemberi waralaba

yang secara ekonomi lebih kuat akan memberikan pengaruhnya pula bagi

beroperasinya hukum di masyarakat.

Hukum mempunyai kedudukan yang kuat, karena konsepsi tersebut

memberikan kesempatan yang luas kepada negara atau Pemerintah untuk

mengambil tindakan – tindakan yang diperlukan untuk membawa masyarakat

kepada tujuan yang di kehendaki dan menuangkannya melaui peraturan yang

dibuatnya. Dengan demikian hukum bekerja dengan cara memberikan petunjuk

tingkah laku kepada manusia dalam memenuhi kebutuhan.

Satjipto Rahardjo mengatakan bahwa ketaatan perbuatan terhadap

ketentuan-ketentuan organisasi dipengaruhi oleh kepribadian, asal- usul sosial,

kepentingan ekonominya, maupun kepentingan politik serta pandangan hidupnya 7maka semakin besar pula kepentingannya dalam hukum.[14] Di sisi lain

diungkapkan juga bahwa masyarakat senantiasa mengalami perubahan

demikian pula dengan hukumnya, bahwa hukum itu berkembang dengan

mengikuti tahap-tahap perkembangan masyarakat. Sedangkan kunci utama dalam

pembuatan hukum yang mengarah kepada perubahan sosial terletak pada

pelaksanaan ataupun implementasi – implementasi hokum tersebut.

7 Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2005, hlm. 218

14

Page 15: Makalah Waralaba Di Indonesia

3.2 Peraturan Pemerintah Tentang Waralaba

Peraturan Pemerintah RI No 16 tahun 1997 tanggal 18 Juni 1997 yang kini

telah dicabut dengan dikeluarkannya peraturan terbaru yaitu Peraturan Pemerintah

RI No. 42 Tahun 2007 tanggal 23 Juli 2007.

Waralaba menurut pasal 1 Peraturan Pemerintah RI No 16 tahun 1997

adalah “perikatan dimana salah satu pihak diberikan hak untuk memanfaatkan dan

atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas

usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan dan

atau penjualan barang dan atau jasa”.

Sedangkan berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 42 Tahun 2007

pasal 1 ayat (1) menyebutkan pengertian waralaba adalah: “hak khusus yang

dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan

ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan / atau jasa yang telah

terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan dan / atau digunakan oleh pihak lain

berdasarkan perjanjian waralaba”

Dalam franchise ada dua pihak yang terlibat yaitu franchisor atau pemberi

waralaba dan franchisee atau penerima waralaba di mana masing-masing pihak

terikat dalam suatu perjanjian yaitu perjanjian waralaba. Peraturan Pemerintah RI

No. 42 Tahun 2007 dalam pasal 1 ayat ( 2 ) yang dimaksud franchisor atau

pemberi waralaba adalah orang perseorangan atau badan usaha yang memberikan

hak untuk memanfaatkan dan / atau menggunakan waralaba yang dimilikinya

kepada penerima waralaba dan dalam pasal 1 ayat ( 3 ) yang dimaksud franchise

atau penerima waralaba adalah orang perseorangan atau badan usaha yang

diberikan hak oleh pemberi waralaba untuk memanfaatkan dan / atau

menggunakan waralaba yang dimiliki pemberi waralaba.

Sementara itu dalam pasal 3 ada enam syarat yang harus dimiliki suatu usaha

apabila ingin diwaralabakan yaitu :

a. Memiliki ciri khas usaha

15

Page 16: Makalah Waralaba Di Indonesia

b. Terbukti sudah memberikan keuntungan

c. Memiliki standar atas pelayanan dan barang dan / atau jasa yang

ditawarkan yang dibuat secara tertulis

d. Mudah diajarkan dan diaplikasikan

e. Adanya dukungan yang berkesinambungan

f. Hak kekayaan Intelektual yang telah terdaftar

Dalam sistem franchise ada pos-pos biaya yang normal dikeluarkan sebagai

berikut :

1. Royalty

Pembayaran oleh pihak franchisee kepada pihak franchisor sebagai

imbalan dari pemakaian hak franchise oleh franchisee. Walaupun tidak tertutup

kemungkinan pembayaran royalty pada suatu waktu dalam jumlah tertentu yang

sebelumnya tidak diketahuinya.

2. Franchise fee

Yang dimaksud Franchise fee adalah biaya pembelian hak waralaba yang

dikeluarkan oleh pembeli waralaba (franchisee) setelah dinyatakan memenuhi

persyaratan sebagai franchisee sesuai kriteria franchisor. Umumnya franchise fee

dibayarkan hanya satu kali saja dan akan dikembalikan oleh franchisor kepada

franchisee dalam bentuk fasilitas pelatihan awal, dan dukungan set up awal dari

outlet pertama yang akan dibuka oleh franchisee. Franchisee dalam hal ini

menerima hak untuk berdagang di bawah nama dan sistem yang sama, pelatihan, 8serta berbagai keuntungan lainnya. Sama halnya dengan memulai bisnis secara

mandiri, franchisee bertanggung jawab untuk semua biaya yang muncul guna

memulai usaha ini tetapi kemungkinan mengeluarkan uang lebih rendah karena

kekuatan jaringan yang dimiliki oleh franchisor.

3. Direct Expenses

8 Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum Dalam Bisnis, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hlm. 56

16

Page 17: Makalah Waralaba Di Indonesia

Biaya langsung yang harus dikeluarkan sehubungan dengan

pengembangan bisnis franchise. Misalnya, terhadap pemondokan pihak yang akan

menjadi pelatih dan feenya, biaya pelatihan dan biaya pada saat pembukaan.

4. Biaya sewa

Ada beberapa franchisor yang menyediakan tempat bisnis, maka dalam

hal demikian pihak franchisee harus membayar harga sewa tempat tersebut

kepada franchisor agar tidak timbul disputes di kemudian hari.

5. Marketing and advertising fees

Franchisee ikut menanggung biaya dengan menghitungnya, baik secara

persentase dari omzet penjualan ataupun jika ada marketing atau iklan tertentu.

6. Assignment fees

Biaya yang harus dibayar oleh pihak franchisee kepada pihak franchisor

jika pihak franchisee mengalihkan bisnisnya kepada pihak lain, termasuk bisnis

yang merupakan objeknya franchise. Oleh pihak franchisor biaya itu

dimanfaatkan untuk kepentingan persiapan pembuatan perjanjian penyerahan,

pelatihan pemegang franchise yang baru dan sebagainya.

3.3 Waralaba sebagai Bentuk Perjanjian

Dalam franchise, dasar hukum dari penyelenggaraannya adalah kontrak

antara kedua belah pihak. Kontrak franchise biasanya menyatakan bahwa

franchise adalah kontraktor independent dan bukannya agen atau pegawai

franchisor. Namun demikian perusahaan induk dapat membatalkan franchise

tersebut, bila franchisee melanggar persyaratan-persyaratan dalam persetujuan itu.

3.3.1 Istilah dan Pengertian Kontrak

Istilah kontrak berasal dari bahasa Inggris, yaitu contract. Hukum kontrak

merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, yaitu contract of law, sedangkan

17

Page 18: Makalah Waralaba Di Indonesia

dalam bahasa Belanda disebut dengan istilah Overeenscom-strecht. Dalam

tampilannya yang klasik, untuk istilah kontrak ini sering disebut dengan

istilah “perjanjian” sebagai terjemahan dari “agreement” dalam bahasa Inggris.

Namun demikian istilah “kontrak” (sebagai terjemahan dari istilah Inggris

“contract”) adalah paling modern, paling luas dan paling lazim digunakan,

termasuk pemakaiannnya dalam dunia bisnis.

Yang dimaksud dengan kontrak adalah suatu kesepakatan yang

diperjanjikan (promissory agreement) di antara 2 (dua) atau lebih pihak yang

dapat menimbulkan, memodifikasi, atau menghilangkan hubungan hokum.

Pengertian perjanjian atau kontrak diatur di pasal 1313 KUH Perdata pasal 1313

KUH Perdata berbunyi “Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu

pihak atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih.

3.3.2. Syarat-syarat Sahnya Kontrak

Selanjutnya untuk sahnya suatu perjanjian menurut pasal 1320 Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata diperlukan empat syarat yaitu :

a. Kesepakatan (toesteming / izin) kedua belah pihak

b. Kecakapan Bertindak

c. Mengenai suatu hal tertentu

d. Suatu sebab yang halal ( Geoorloofde oorzaak )9

Ada beberapa syarat untuk kontrak yang berlaku umum tetapi di atur di luar pasal

1320 KUH Perdata, yaitu sebagai berikut :

a. Kontrak harus dilakukan dengan itikad baik

b. Kontrak tidak boleh bertentangan dengan kebiasaan yang berlaku

c. Kontrak harus dilakukan berdasarkan asas kepatutan

d. Kontrak tidak boleh melanggar kepentingan umum

3.3.3. Asas-asas/Dasar-dasar Hukum Kontrak

9 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Alumni Bandung 1982, hal, 266

18

Page 19: Makalah Waralaba Di Indonesia

Yang dimaksud dengan dasar-dasar hukum kontrak adalah prinsip yang

harus di pegang bagi para pihak yang mengikatkan diri ke dalam hubungan

hukum kontrak. Menurut Hukum Perdata, sebagai dasar hukum utama dalam

berkontrak, dikenal 5 (lima) asas penting sebagai berikut :

a. Asas Kebebasan Berkontrak

Setiap orang bebas untuk mengadakan perjanjian baik yang sudah diatur

maupun yang belum diatur dalam undang-undang.

b. Asas Konsensualisme

Asas konsensualisme dapat disimpulkan dalam Pasal 1320 ayat ( 1 ) KUH

Perdata. Dalam pasal itu ditentukan bahwa salah satu syarat sahnya perjanjian,

yaitu adanya kesepakatan kedua belah pihak.

c. Asas Pacta Sunt Servanda

Asas pacta sunt servanda merupakan asas bahwa hakim atau pihak ketiga

harus menghormati substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak, sebagaimana

layaknya sebuah undang-undang.

d. Asas Itikad Baik

Asas itikad merupakan asas bahwa para pihak, yaitu pihak kreditur dan debitur

harus melaksanakan substansi kontrak berdasarkan kepercayaan atau

keyakinan yang teguh atau kemauan baik dari para pihak.10

e. Asas Kepribadian

Asas kepribadian merupakan asas yang menentukan bahwa seseorang yang

akan melakukan dan atau membuat kontrak hanya untuk kepentingan

perseorangan saja.

10 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Alumni Bandung 1982, hal, 267

19

Page 20: Makalah Waralaba Di Indonesia

3.3.4. Prestasi dan Wanprestasi dalam Kontrak

Istilah prestasi dalam hukum kontrak adalah pelaksanaan dari isi kontrak yang

telah dibuat para pihak dengan kesepakatan bersama. Suatu kontrak yang

bermakna prestasi ada tiga yaitu :

1. Menyerahkan suatu barang;

2. Melakukan suatu perbuatan;

3. Tidak melakukan suatu perbuatan.

Sedangkan wanprestasi menurut Subekti adalah apabila si berutang (debitur)

tidak melakukan apa yang dijanjikannya, alpa atau lalai atau ingkar janji atau juga

melanggar perjanjian, bila melakukan atau berbuat sesuatu yang tidak boleh

dilakukannya maka dikatakan melakukan wanprestasi.

3.3.5. Pengganti Kerugian

Ganti rugi adalah sanksi yang dapat dibebankan kepada debitur yang tidak

memenuhi prestasi dalam suatu kontrak untuk memberikan penggantian biaya,

kerugian dan bunga. Menurut Tukirin Sy. Sastroresono pengertian masing-masing

berikut :

1. Biaya adalah segala pengeluaran yang telah dikeluarkan secara nyata oleh

salah satu pihak;

2. Rugi adalah hilangnya suatu keuntungan yang sudah dihitung;

3. Bunga adalah timbul dalam perikatan yang memberikan sejumlah uang

dan pelaksanaannya tidak tepat pada waktunya.

3.3.6. Bentuk-bentuk Kontrak

Bentuk-bentuk kontrak dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu tertulis

dan lisan. Perjanjian tertulis adalah perjanjian yang dibuat oleh para pihak dalam

bentuk tulisan. Sedangkan perjanjian lisan suatu perjanjian yang dibuat oleh para

pihak dalam wujud lisan ( cukup kesepakatan para pihak ).

20

Page 21: Makalah Waralaba Di Indonesia

Ada tiga bentuk perjanjian tertulis, sebagaimana dikemukakan berikut ini :

1. Perjanjian di bawah tangan yang ditandatangani oleh para pihak yang

bersangkutan saja. Perjanjian itu hanya mengikat para pihak dalam perjanjian,

tetapi tidak mempunyai kekuatan mengikat pihak ketiga;

2. Perjanjian dengan saksi notaris untuk melegalisir tanda tangan para pihak.

Fungsi kesaksian notaris atas suatu dokumen semata-mata hanya untuk

melegalisir kebenaran tanda tangan para pihak. Akan tetapi, kesaksian tersebut

tidaklah mempengaruhi kekuatan hukum dari isi perjanjian;

3. Perjanjian yang dibuat di hadapan dan oleh notaris dalam bentuk akta notariel.

Akta notariel adalah akta yang dibuat di hadapan dan di muka pejabat yang

berwenang untuk itu.

3.3.7. Berakhirnya Kontrak

Berakhirnya kontrak merupakan selesai atau hapusnya sebuah kontrak

yang dibuat antara dua pihak tentang sesuatu hal. Sesuatu hal bisa berarti segala

perbuatan hukum yang dilakukan oleh kedua pihak.11

Dalam praktek, dikenal pula cara berakhirnya kontrak yaitu :[25]

1. Jangka waktu berakhir;

2. Dilaksanakan obyek perjanjian;

3. Kesepakatan ke dua belah pihak;

4. Pemutusan kontrak secara sepihak oleh salah satu pihak;

5. Adanya putusan pengadilan.

3.3.8. Penyelesaian Sengketa dalam Kontrak

Menurut jalur hukum ada tiga ( 3 ) cara yang dapat ditempuh untuk

menyelesaikannya, yaitu :

1. Jalur Pengadilan;11 Salim HS, Hukum Kontrak, Sinar Grafika, Jakarta, 2003, hlm. 33

21

Page 22: Makalah Waralaba Di Indonesia

2. Jalur Arbitrase (perwasitan);

3. Jalur Negosiasi (perundingan).

3.4. Perbedaan Pemberian Waralaba Dan Lisensi

Pengertian franchise (waralaba) selalu diartikan berbeda dengan lisensi.

Padahal, intinya hampir sama. Dalam praktik lisensi (licensing) diartikan lebih

sempit, yakni perusahaan atau seseorang (licencor) yang memberi hak kepada

pihak tertentu ( licensee ) untuk memakai merek/hak cipta/paten (Hak milik

kekayaan intelektual) untuk memproduksi atau menyalurkan produk/jasa pihak

licencor. Imbalannya licensee membayar fee.

Lisencor tidak mencampuri urusan manajemen dan pemasaran pihak

licensee. Misalnya, perusahaan Mattel Inc. yang memiliki hak karakter Barbie

(boneka anak-anak) di AS memberikan hak lisensi kepada perusahaan mainan

di Indonesia. Lisensi merupakan ijin yang diberikan kepada pihak lain untuk

memproduksi dan memasarkan produk atau jasa tertentu. Pihak pemberi lisensi

(licensor) hanya berkewajiban mengawasi mutu produk atau jasa yang dijual oleh

penerima lisensi (licensee).

Perbedaan antara kedua sistem ini terletak pada tanggung jawab

Masing-masing pihak , dimana pada sistem franchise kedua belah pihak terikat

dalam sebuah kontrak kemitraan yang diikuti dengan kewajiban dan tanggung

jawab masing -masing pihak. Dalam hal pemberian lisensi, pihak pemberi lisensi

tidak mempunyai kewajiban dan tanggung jawab atas bisnis yang dijalankan

oleh pihak penerima lisensi. Pemberi lisensi hanya berkepentingan pada

perhitungan royalti atau pembagian keuntungan dari volume atau omzet

penjualan setiap waktu. Kemudian pemberi lisensi tidak mempunyai tanggung

jawab untuk melakukan bimbingan atau pelatihan kepada penerima lisensi.

3.5 Waralaba di Indonesia

22

Page 23: Makalah Waralaba Di Indonesia

Di Indonesia, sistem waralaba mulai dikenal pada tahun 1950-an, yaitu

dengan munculnya dealer kendaraan bermotor melalui pembelian lisensi.

Perkembangan kedua dimulai pada tahun 1970-an, yaitu dengan dimulainya

sistem pembelian lisensi plus, yaitu franchisee tidak sekedar menjadi penyalur,

namun juga memiliki hak untuk memproduksi produknya.

Agar waralaba dapat berkembang dengan pesat, maka persyaratan utama

yang harus dimiliki satu teritori adalah kepastian hukum yang mengikat baik bagi

franchisor maupun franchisee. Karenanya, kita dapat melihat bahwa di negara

yang memiliki kepastian hukum yang jelas, waralaba berkembang pesat, misalnya

di AS dan Jepang. Tonggak kepastian hukum akan format waralaba di Indonesia

dimulai pada tanggal 18 Juni 1997, yaitu dengan dikeluarkannya Peraturan

Pemerintah (PP) RI No. 16 Tahun 1997 tentang Waralaba. PP No. 16 tahun 1997

tentang waralaba ini telah dicabut dan diganti dengan PP no 42 tahun 2007 12tentang Waralaba. Selanjutnya ketentuan-ketentuan lain yang mendukung

kepastian hukum dalam format bisnis waralaba adalah sebagai berikut:

1.Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No.

259/MPP/KEP/7/1997 Tanggal 30 Juli 1997 tentang Ketentuan Tata Cara

Pelaksanaan Pendaftaran Usaha Waralaba;

2.Peraturan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No.

31/M-DAG/PER/8/2008 tentang Penyelenggaraan Waralaba;

3. Undang-undang No. 14 Tahun 2001 tentang Paten;

4. Undang-undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek;

5. Undang-undang No. 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang.

Banyak orang masih skeptis dengan kepastian hukum terutama dalam bidang

waralaba di Indonesia. Namun saat ini kepastian hukum untuk berusaha dengan

format bisnis waralaba jauh lebih baik dari sebelum tahun 1997. Hal ini terlihat

12 Tukirin Sy. Sastroresono, Hukum Dagang Dan Hukum Perdata, Universitas Terbuka, Jakarta, 1998, hlm. 526

23

Page 24: Makalah Waralaba Di Indonesia

dari semakin banyaknya payung hukum yang dapat melindungi bisnis waralaba

tersebut.

Perkembangan waralaba di Indonesia, khususnya di bidang rumah makan

siap saji sangat pesat. Hal ini ini dimungkinkan karena para pengusaha kita yang

berkedudukan sebagai penerima waralaba (franchisee) diwajibkan

mengembangkan bisnisnya melalui master franchise yang diterimanya dengan

cara mencari atau menunjuk penerima waralaba lanjutan. Dengan

mempergunakan sistem piramida atau sistem sel, suatu jaringan format bisnis

waralaba akan terus berekspansi. Ada beberapa asosiasi waralaba di Indonesia

antara lain APWINDO (Asosiasi Pengusaha Waralaba Indonesia), WALI

(Waralaba & License Indonesia), AFI (Asosiasi Franchise Indonesia).

Ada beberapa konsultan waralaba di Indonesia antara lain IFBM, The

Bridge, Hans Consulting, FT Consulting, Ben WarG Consulting, JSI dan lain-lain.

Ada beberapa pameran Waralaba di Indonesia yang secara berkala mengadakan

roadshow diberbagai daerah dan jangkauannya nasional antara lain International

Franchise and Business Concept Expo (Dyandra), Franchise License Expo

Indonesia ( Panorama convex), Info Franchise Expo ( Neo dan Majalah Franchise

Indonesia).

3.6 Penyebab Waralaba di Indonesia Bermasalah.

Komite Waralaba dan Lisensi Kamar Dagang dan Industri (Kadin)

Indonesia mengungkapkan 60% waralaba yang berpraktik di dalam negeri

bermasalah, sehingga pihaknya meminta pemerintah segera menertibkan usaha

franchise. Ketua Komite Tetap Waralaba dan Lisensi Kadin Indonesia Amir

Karamoy mengatakan data itu berdasarkan jumlah penerima waralaba

(terwaralaba) yang bangkrut, karena menanamkan modalnya di bisnis waralaba

yang tidak bertanggung jawab.

Amir mengatakan bahwa ada sekitar 800 merek waralaba di Indonesia, dan

60% di antaranya bermasalah. Franchisor (pemberi waralaba) dalam praktiknya

24

Page 25: Makalah Waralaba Di Indonesia

tidak seperti diharapkan, sehingga dispute (sengketa) terjadi. Karena itu diminta

agar bisnis waralaba lebih ditata.

Kadin Indonesia meminta pemerintah segera menertibkan usaha waralaba,

karena yang dirugikan kebanyakan investor skala kecil. Karena banyaknya praktik

yang bermasalah di bisnis waralaba, Amir mengatakan saat ini pemilik modal

mesti teliti memilih merek waralaba, sehingga bisa mendapatkan hasil seperti

yang diharapkan.

Beberapa faktor penyebab kegagalan waralaba yang paling utama adalah

kegagalan meraih target penjualan yang memadai, hal ini biasanya karena tempat

usaha yang kurang strategis. Faktor-faktor lainnya antara lain adalah kurangnya

support dari penjual franchise kepada franchisee misalnya dalam dukungan

promosi, manajemen dan lain-lain sehingga terkesan franchisee berjalan sendirian, 13dan ada juga yang mengatakan karena naiknya harga bahan baku dan inflasi

yang berimbas pada lemahnya daya beli masyarakat secara umum. Selain itu,

faktor yang tak kalah pentingnya adalah “mindset” franshisee/ pembeli waralaba

yang berfikir bahwa membeli waralaba itu artinya tinggal terima untung saja dan

“terlalu mengharapkan” franchisor yang bekerja, atau telalu berharap pada sistem

yang bekerja.

Untuk menekan waralaba bermasalah, diharapkan ada kewajiban bagi satu

perusahaan yang akan menjalankan bisnis franchise sebagai perusahaan terbuka

lebih dulu. Kadin Indonesia juga mengharapkan pemerintah agar mendorong

perusahaan besar dan BUMN untuk berekspansi dalam sistem waralaba.

Alasannya, perusahaan besar memiliki latar belakang modal dan pengetahuan

serta pengalaman bisnis yang baik sehingga terwaralaba lebih terjamin.

3.7 Dasar Hukum Waralaba:

1.Peraturan Pemerintah No.17 tahun 2007 tentang Waralaba

13 Satjipto Rahardjo, Hukum Dan Masyarakat, Angkasa, Bandung, 1980, hlm. 72

25

Page 26: Makalah Waralaba Di Indonesia

2.Peraturan Menteri Perdagangan RI No.31/M-DAG/PER/8/2008 tentang

Penyelenggaraan Waralaba

3.7.1 Resume :

1. Pengertian Umum

- Waralaba adalah hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan

usaha terhadap system bisnis dengan cirri khas usaha dalam rangka memasarkan

barang dan/atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan dan/atau

digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba.

Waralaba harus memenuhi criteria sebagai berikut:

a. Memiliki ciri khas usaha;

b. Terbukti sudah memberikan keuntungan;

c. Memiliki standar atas pelayanan dan barang dan/atau jasa yang ditawarkan

(dibuat tertulis);

d. Mudah diajarkan dan diaplikasikan;

e. Adanya dukungan yang berkesinambungan;

f. HKI yang telah terdaftar.

Waralaba terdiri dari pemberi waralaba dan penerima waralaba.

Pemberi Waralaba adalah orang perseorangan atau badan usaha yang

memberikan hak untuk memanfaatkan dan/atau menggunakan waralaba

yang dimilikinya kepada penerima waralaba.

Penerima Waralaba adalah orang perseorangan atau badan usaha yang

diberikan hak oleh pemberi waralaba untuk memanfaatkan dan/atau

menggunakan waralaba yang dimiliki oleh pemberi waralaba.

Pemberi Waralaba lanjutan adalah orang perseorangan atau badan usaha

yang menerima hak dari pemberi waralaba untuk menggunakan dan/atau

menggunakan waralaba yang dimiliki pemberi waralaba untuk menunjuk

penerima waralaba lanjutan.

26

Page 27: Makalah Waralaba Di Indonesia

Penerima Waralaba lanjutan adalah orang perseorangan atau badan usaha

yang menerima hak untuk menggunakan dan/atau menggunakan waralaba

dari pemberi waralaba lanjutan.

3.7.2. Perjanjian Waralaba

a. Waralaba diselenggarakan berdasarkan perjanjian waralaba antara pemberi

waralaba dengan penerima waralaba dan mempunyai kedudukan hukum

yang setara dan terhadap mereka berlaku hukum Indonesia.

b. Perjanjian Waralaba sedikitnya memuat:

c. Identitas Pemberi Waralaba dan Penerima Waralaba;

d. Jenis HKI

e. Kegiatan Usaha

f. Hak dan Kewajiban Pemberi Waralaba dan Penerima Waralaba14

g. Bantuan, fasilitas, bimbingan operasional, pelatihan, dan pemasaran yang

diberikan pemberi waralaba kepada penerima waralaba.

h. Wilayah usaha, misalnya di propinsi tertentu atau di seluruh wilayah

Republik Indonesia.

i. Jangka waktu perjanjian.

j. Tata cara pembayaran imbalan, seperti fee atau royalty.

k. Kepemilikan, perubahan kepemilikan dan hak ahli waris.

l. Penyelesaian sengketa.

m. Tata cara perpanjangan, pengakhiran dan pemutusan perjanjian.

n. Jaminan dari pihak Pemberi Waralaba untuk tetap menjalankan kewajiban-

kewajibanya kepada penerima waralaba.

3.7.3 Pendaftaran Waralaba

Pemberi Waralaba wajib memiliki Surat Pendaftaran Waralaba (STPW)

dengan mendaftarkan Prospektus Penawaran Waralaba dan dokumen

persyaratan lain sesuai dengan peraturan menteri perdagangan.14 Deden Setiawan, Franchise Guide Series – Ritel, Dian Rakyat, 2007, hlm. 28

27

Page 28: Makalah Waralaba Di Indonesia

Prospektus Penawaran Waralaba paling sedikit memuat:

a. Identitas Pemberi Waralaba

b. Legalitas Usaha Waralaba (Izin Usaha teknis seperti SIUP, Izin Tetap

Usaha Pariwisata, Surat Izin Pendirian Satuan Pendidikan atau Izin Usaha

yang berlaku di Negara Pember Waralaba)

c. Sejarah kegiatan usahanya

d. Struktur organisasi Pemberi Waralaba

e. Laporan Keuangan 2 tahun terakhir dihitung mundur dari waktu

permohonan Prospektus Penawaran Waralaba (sebagai perusahaan

waralaba).

f. Jumlah tempat usaha

g. Daftar Penerima Waralaba

h. Hak dan Kewajiban Pemberi Waralaba dan Penerima Waralaba.

Prospektus Penawaran Waralaba yang didaftarkan oleh pemberi waralaba

berasal dari luar negeri harus dilegalisir oleh Public Notary dengan

melampirkan surat keterangan dari Atase Perdagangan RI atau Pejabat

Kantor Perwakilan RI di Negara asal.

Penerima Waralaba wajib memiliki Surat Pendaftaran Waralaba dengan

mendaftarkan Perjanjian Waralaba dan dokumen persyaratan lain sesuai

dengan peraturan menteri perdagangan.

STPW berlaku untuk jangka waktu 5 tahun dan dapat diperpanjang untuk

jangka waktu yang sama.

Permohonan STPW diajukan kepada Direktorat Jenderal Perdagangan

Dalam Negeri c.q Direktur Bina Usaha dan Pendaftaran Perusahaan untuk

Pemberi Waralaba luar negeri, Pemberi Waralaba lanjutan dari luar negeri,

Penerima Waralaba berasal dari waralaba luar negeri, dan Penerima

Waralaba dari Waralaba dalam negeri .

Permohonan STPW diajukan kepada Kepala Dinas Perdagangan

Provinsi/Kabupaten/ Kota setempat untuk Pemberi Waralaba yang berasal

28

Page 29: Makalah Waralaba Di Indonesia

dari dalam negeri, Pemberi Waralaba lanjutan dari dalam negeri, penerima

waralaba berasal dari waralaba dalam negeri, penerima waralaba lanjutan

berasal dari waralaba luar negeri, penerima waralaba lanjutan berasal dari

waralaba dalam negeri.

Paling lama 3 hari kerja terhitung sejak diterimanya Surat Permohonan

Surat Tanda Pendaftaran Waralaba (SP-STPW) dan dokumen persyaratan

secara lengkap dan benar, pejabat penerbit STPW menerbitkan STPW.

Apabila SP-STPW beserta dokumen persyaratan dinilai belum lengkap

dan benar, pejabat penerbit STPW membuat surat penolakan penerbitan

STPW kepada pemohon STPW, paling lama 3 hari kerja terhitung sejak

tanggal diterimanya surat permohonan.

Setiap Pemilik STPW wajib menyampaikan laporan kegiatan Waralaba

kepada Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri cq. Direktur Bina 15Usaha dan Pendaftaran Perusahaan dengan tembusan kepada Kepala

Dinas yang bertanggung jawab di bidang perdagangan

Provinsi/Kabupaten/Kota setempat.

4. Sanksi

Pemberi Waralaba dan/atau Penerima Waralaba yang melanggar ketentuan

sebagaimana dimaksud pada Pasal 7 Permendag No.31/M-DAG/PER/8/2008

(Pendaftaran Waralaba) dikenakan sanksi administrative berupa:

a. Peringatan tertulis paling banyak 3 kali berturut-turut dengan tenggang

waktu masing-masing 2 minggu terhitung sejak tanggal surat peringatan

oleh pejabat penerbit STPW.

b. Denda paling banyak Rp.100.000.000,-

15 Deden Setiawan, Franchise Guide Series – Ritel, Dian Rakyat, 2007, hlm. 13

29

Page 30: Makalah Waralaba Di Indonesia

BAB IV

TINJUAN PUSTAKA

4.1 Makna Go Public

Menurut Drs. Peter Salim dalam “The Contemporary English-Indonesian

Dictionary” edisi kedua 1986 halaman 1524 mendefinisikan istilah go public

sebagai berikut: “Go public adalah menawarkan saham atau obligasi untuk di jual

kepada umum untuk pertama kalinya”.

Perusahaan yang sebelum menjual saham kepada masyarakat disebut

perusahaan tertutup (private Company) sedangkan perusahaan yang sudah

menjual sahamnya ke masyarakat disebut perusahaan terbuka atau perusahaan

public (public listed company).

Perusahaan publik di Indonesia sejak tahun 1996, banyak yang mulai

mengubah nama perusahaan dengan menambahkan kata Tbk di belakang nama

yang lama. Tbk berarti terbuka. Misalnya: “PT Buana Finance Indonesia” menjadi

“PT Buana Finance Indonesia Tbk”. Perubahan nama perusahaan public dengan

menambahkan kata “Tbk” di belakang nama yang lama adalah sesuai dengan

Undang-undang Perseroan terbatas (UUPT) No.1/1995.Banyak perusahaan di

30

Page 31: Makalah Waralaba Di Indonesia

Indonesia maupun di luar negeri, menjual obligasi kepada masyarakat tetapi

perusahaan tersebut tidak di sebut perusahaan publik atau tidak dikatakan

perusahaan tersebut go public. Misalnya PT PLN yang banyak menerbitkan

obligasi tidak disebut perusahaan publik/terbuka.

Dengan demikian istilah go public hanya digunakan untuk penawaran

umum saham tidak termasuk obligasi. Jadi,uraian di atas, istilah go public dapat di

definisikan sebagai berikut: “Go public adalah kegiatan menawarkan saham

perusahaan untuk di jual kepada publik untuk pertama kalinya.”

16

4.2 Proses Go Public

Keputusan untuk going public atau tetap menjadi perusahaan privat

merupakan keputusan yang harus dipikirkan masak-masak. Jika perusahaan

memutuskan untuk going public dan melempar saham perdananya ke public

(Initial Public Offering, IPO), isu utama yang muncul adalah tipe saham apa yang

akan di lempar, berapa harga yang akan ditetapkan untuk selembar sahamnya dan

kapan waktunya yang paling tepat.

Tahapan proses go public, dibagi menjadi 4 tahap, yaitu:

1. Tahap Persiapan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah semua kegiatan yang harus

di lakukan sebelum mengajukan pendaftaran ke Bapepam:

1. Persetujuan pemegang saham melalui RUPS;

2. Perubahan anggaran dasar perseroan agar sesuai dengan anggaran dasar

perusahaan public (Seperti: peningkatan modal dalam perseroan,

penentuan nilai nominal saham).

3. Penunjukan penjamin pelaksana emisi (lead underwriter);

16 Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2005, hlm. 238

31

Page 32: Makalah Waralaba Di Indonesia

4. Penunjukan lembaga dan profesi pasar modal (seperti: akuntan public,

konsultan hukum, Penilai, Biro administrasi efek, Notaris);

5. Mengadakan perjanjian pendahuluan dengan bursa efek untuk

mencatatkan saham perseroan guna diperdagangkan di pasar sekunder;

6. Perjanjian pendahuluan penjaminan emisi efek (preliminary underwriting

agreement).

2. Tahap Pemasaran

Sebelum suatu calon perusahaan public dapat memasarkan penawaran

umum sahamnya (marketing), maka terlebih dahulu harus mengajukan pernyataan

pendaftaran go public kepada Bapepam. Perusahaan bisa melakukan langkah

public expose. Yang merupakan tindakan pemasaran kepada masyarakat dengan

mengadakan pertemuan untuk mempresentasikan kinerja perusahaan, prospek 17usaha, resiko, dsb. Sehingga timbul daya tarik pemodal untuk membeli saham

yang di tawarkan.

3. Tahap Penawaran Umum

1. Menerbitkan prospectus ringkas di 2 media cetak yang berbahasa

Indonesia;

2. Penyebaran prospectus lengkap;

3. Penyebaran FPPS ( Formulir Pemesanan Pembeli Saham);

4. Menerima pembayaran;

5. Penyerahan surat kolektif saham.

4. Tahap Perdagangan di Pasar Sekunder

Tahap ini meliputi tahapan melakukan pendaftaran ke bursa efek untuk

mencatat sahamnya sesuai dengan perjanjian pendahuluan pencatatan yang telah

di setujui. Dengan tercapainya persetujuan pencatatan antara kedua belah pihak,

maka pihak emiten dapat melakukan pembayaran biaya pencatatan (listing fee).

4.3 Persyaratan Go Public di Bursa Efek Indonesia17 Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2005, hlm. 242

32

Page 33: Makalah Waralaba Di Indonesia

1. Persyaratan untuk Go Public di Bursa efek Indonesia, yaitu:

2. Perusahaan berbentuk perseroan terbatas (PT);

3. Mempunyai usaha riil yang tidak dilarang oleh undang-undang yang ada di

Indonesia;

4. Telah beroperasi minimal 1 tahun;

5. Perijinannya (surat-surat) lengkap;

6. Telah membayar pajak;

7. Mempunyai aktiva berwujud bersih seperti gedung, tanah, pabrik, mesin,

kendaraan dan lain-lain, minimal sebesar 5 miliar rupiah;

8. Dapat mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan;

9. Mempunyai sertifikat AMDAL ( untuk pabrik ) dan Ecolabelling

(ramah lingkungan) untuk industri kehutanan;

10. Laporan keuangan harus diaudit dan memperoleh pendapat wajar tanpa

pengecualian (WTP);

11. Khusus calon emiten yang bidang usahanya memerlukan ijin pengelolaan

seperti jalan tol, penguasaan hutan, harus memiliki ijin tersebut minimal

15 tahun;

12. Khusus calon emiten bidang pertambangan harus memiliki ijin

pengelolaan yang masih berlaku minimal 15 tahun, memiliki minimal 1

kontrak kerja atau kuasa pertambangan atau surat ijin penambangan

daerah, minimal salah satu anggota direksinya memiliki kemampuan

teknis dan pengalaman di bidang pertambangan, dan calon emiten sudah

memiliki cadangan terbukti ( Proven deposit) atau yang setara;

13. Pernyataan pendaftaran emisi telah dinyatakan efektif oleh Bapepam-LK.

4.4 Keuntungan dan Kerugian Go Public

Go Public berarti menjual saham perusahaan ke para investor dan membiarkan

saham tersebut diperdagangkan di pasar saham. Sebagai contoh, PT Indofood, PT

Aneka Tambang, Indosat, dan masih banyak perusahaan lainnya yang sudah

menjadi go public.

33

Page 34: Makalah Waralaba Di Indonesia

Adapun keuntungan dari Perusahaan yang go public adalah:

Perusahaan dapat meningkatkan Likuiditas dan memungkinkan para pendiri

perusahaan untuk menikmati hasil yang mereka capai. Dan semakin banyak

investor yang membeli saham tersebut, maka semakin banyak modal yang

diterima perusahaan dari investor luar;

1. Para pendiri perusahaan dapat melakukan diversifikasi untuk mengurangi

resiko portofolio mereka;

2. Memberi nilai suatu perusahaan. Suatu perusahaan dapat dinilai dari harga

saham dikalikan dengan jumlah lembar saham yang dijual dipasaran;

3. Perusahaan dapat melakukan merger ataupun negosiasi dengan perusahaan

lainnya dengan hanya menggunakan saham;18

4. Meningkatkan potensi pasar. Banyak perusahaan yang merasa lebih mudah

untuk memasarkan produk dan jasa mereka setelah menjadi perusahaan go

public atau Tbk.

Tetapi harus kita ketahui juga bahwa ada kerugian dari Perusahaan yang go public

yaitu:

a. Laporan Rutin

b. Setiap perusahaan yang go public secara periodik harus membuat laporan

kepada Bursa Efek Indonesia, bisa saja per kuartal atau tahunan, tentu saja

untuk membuat laporan tersebut diperlukan biaya.

c. Terbuka

d. Semua perusahaan go public pasti transparan dan sangat mudah untuk

diketahui oleh para kompetitornya dari segi data dan managementnya.

e. Keterbatasan kekuasaan Pemilik

f. Para pemilik perusahaan harus memperhatikan kepentingan bersama para

pemegang saham, tidak bisa lagi melakukan praktek nepotisme,

kecurangan dalam pengambilan keputusan dan lainnya, karena perusahaan

tersebut milik publik.

18 Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2005, hlm. 245

34

Page 35: Makalah Waralaba Di Indonesia

g. Hubungan antarinvestor

h. Perusahaan terbuka harus menjaga hubungan antara perusahaan dengan

para investornya dan di informasikan mengenai perkembangan dari

perusahaan tersebut.

i. Mematuhi Peraturan Pasar Modal yang Berlak Pasar modal memang

menerbitkan berbagai peraturan. Namun semua ketentuan tersebut pada

dasarnya justru akan membantu perusahaan untuk dapat berkembang

dengan cara yang baik di masa mendatang. Para pemegang saham, pendiri

dan manajemen perusahaan tidak perlu khawatir dengan berbagai

pemenuhan peraturan tersebut karena cukup banyak pihak yang dapat

dimanfaatkan jasanya untuk membantu.

4.5 Pengertian Waralaba, Franchisor, dan Franchisee

Waralaba atau Franchising (dari bahasa Prancis untuk kejujuran atau

kebebasan) adalah hak-hak untuk menjual suatu produk atau jasa maupun layanan.

Sedangkan menurut versi pemerintah Indonesia, yang dimaksud dengan waralaba

adalah perikatan dimana salah satu pihak diberikan hak memanfaatkan dan atau

menggunakan hak dari kekayaan intelektual (HAKI) atau pertemuan dari ciri khas

usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan

yang ditetapkan oleh pihak lain tersebut dalam rangka penyediaan dan atau

penjualan barang dan jasa.

Sedangkan menurut Asosiasi Franchise Indonesia, yang dimaksud dengan

waralaba ialah suatu sistem pendistribusian barang atau jasa kepada pelanggan

akhir, dimana pemilik merek (franchisor) memberikan hak kepada individu atau

perusahaan untuk melaksanakan bisnis dengan merek, nama, sistem, prosedur dan

cara-cara yang telah ditetapkan sebelumnya dalam jangka waktu tertentu meliputi

area tertentu.

Selain pengertian waralaba, perlu dijelaskan pula apa yang dimaksud dengan

franchisor dan franchisee.

35

Page 36: Makalah Waralaba Di Indonesia

a. Franchisor atau pemberi waralaba, adalah badan usaha atau

perorangan yang memberikan hak kepada pihak lain untuk

memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan

intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimilikinya.

b. Franchisee atau penerima waralaba, adalah badan usaha atau

perorangan yang diberikan hak untuk memanfaatkan dan atau

menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau

ciri khas yang dimiliki pemberi waralaba.19

4.6 Jenis-Jenis Waralaba

Waralaba dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Waralaba luar negeri, cenderung lebih disukai karena sistemnya lebih

jelas, merek sudah diterima diberbagai dunia, dan dirasakan lebih

bergengsi.

b. Waralaba dalam negeri, juga menjadi salah satu pilihan investasi untuk

orang-orang yang ingin cepat menjadi pengusaha tetapi tidak memiliki

pengetahuan cukup piranti awal dan kelanjutan usaha ini yang disediakan

oleh pemilik waralaba.

c. Biaya Waralaba

Biaya meliputi:

a. Ongkos awal, dimulai dari Rp. 10 juta hingga Rp. 1 miliar. Biaya ini

meliputi pengeluaran yang dikeluarkan oleh pemilik waralaba untuk

membuat tempat usaha sesuai dengan spesifikasi franchisor dan ongkos

penggunaan HAKI.

b. Ongkos royalti, dibayarkan pemegang waralaba setiap bulan dari laba

operasional. Besarnya ongkos royalti berkisar dari 5-15 persen dari

penghasilan kotor. Ongkos royalti yang layak adalah 10 persen. Lebih dari

10 persen biasanya adalah biaya yang dikeluarkan untuk pemasaran yang

perlu dipertanggung jawabkan.19 Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2005, hlm. 248

36

Page 37: Makalah Waralaba Di Indonesia

4.7 Alasan Franchise Diusulkan Menjadi Go Public

Saat ini, yang paling ramai bisnis yang di-franchise-kan adalah di bidang

bisnis makanan, maklumlah, karena makanan adalah merupakan kebutuhan paling

pokok manusia, dan semua manusia perlu makan. Oleh karena itulah bermunculan

franchise yang bergerak dibidang makanan ini, seperti yang berasal dari luar

negeri antara lain : McDonnald, KFC, Dunkin Donuts, dan lain-lain. Sedangkan

yang dari lokal antara lain : RedCrispy, Andrew Crepes, Bakmi Raos dan lain-

lainnya. Selain franchise yang produknya berupa makanan, juga ada franchise

yang produknya berupa non makanan dan jasa, misalnya di bidang pendidikan,

pengantaran barang, salon, busana dan lain-lain.

Waralaba adalah sebuah pilihan yang menarik bagi pebisnis pemula,

karena waralaba memungkinkan anda menanamkan uang dalam sebuah sistem

yang sudah mapan, telah dicoba dan teruji, dan terbukti keberhasilannya. Namun

bagi pebisnis yang sudah malang melintang di dunia wirausaha, mungkin tawaran

waralaba sudah tidak begitu menarik lagi.

Franchise diusulkan menjadi go public karena berbagai alasan. Pada

umumnya perusahaan yang telah go public, perusahaannya akan memiliki

keuntungan yang didapat antara lain, perusahaan dapat menerima dana yang besar

langsung sekaligus, tidak bertahap. Keuntungan kedua adalah masyarakat yang

memasukkan penyertaan atau kepemilikan biasanya tidak berminat untuk masuk

ke dalam manajemen, sehingga kepentingan mayoritas pemilik perusahaan bisa

berjalan stabil dan terkendali. Keuntungan ketiga adalah pembagian deviden

berdasarkan keuntungan. Jika perusahaan mencetak laba, baru deviden dibagikan,

jika tidak, perusahaan tidak wajib membagikannya. Keuntungan keempat adalah

gengsi. Perusahaan yang go public memiliki tingkat prestisius yang tinggi dimata

masyarakat luas karena perusahaan go public dituntut untuk bersikap lebih

transparan sehingga berkesan lebih profesional.

Meskipun waralaba juga memiliki kerugian, tetapi Anang berharap

pemerintah tetap memberi perhatian pada usaha kecil dan menengah yang

37

Page 38: Makalah Waralaba Di Indonesia

berpotensi menjad iusaha waralaba unggulan. Hal ini mengingat bisnis makanan

cepat saji skala dunia seperi McDonald's dan KFC juga berawal dari skala kecil.

20 Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2005, hlm. 248

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Waralaba sebagai model pengembangan kemitraan bisnis memberikan

peluang Yang sangat besar kepada para pengusaha UKM untuk mengembangkan

usahanya, Keunggulan sistem waralaba ini merupakan salah satu start- up of new

businees yang sangat prospektif bagi kelompok UKM, menguntungkan pembeli

waralaba karena tidak memerlukan promosi lagi dan bayar iklan produk, mampu

mengembangkan segmentasi pasar terbesar dengan menguasai jaringan-jaringan

pasar, sarana bagi proses alih teknologi dan ketrampilan, menciptakan banyak

kesempatan kerja,

Pengusaha UKM dapat memanfaatkan keunggulan franchisor secara simbiose

mutualistis dengan mengelola produk yang mudah dipasarkan, image yang

menarik serta paket usaha yang kompetitif tanpa keharusan mengeluarkan modal

yang besar.

Untuk itu pengusaha UKM perlu meningkatkan profesionalismenya agar

mampu meraih sukses dalam mengelola waralaba. Faktor kemampuan, motivasi,

hubungan UKM franchisor dan struktur manajemen, merupakan faktor kristikal

yang sangat mempengaruhi keberhasilan bisnis waralaba dan

penerapannya.Dalam rangka memberikan kepastian hukum dalam bisnis waralaba

maka perlu adanya perangkat perundang-undangan dan sistem pendanaan yang

memungkinkan KUKM lebih berperan dalam pengembangan usaha waralaba

Oleh karena itu pemerintah berkewajiban Untuk mendorong sistem waralaba

38

Page 39: Makalah Waralaba Di Indonesia

khususnya paket-paket usaha yang diciptakan oleh pengusaha dalam negeri (hak

kekayaan intelektualnya) dan diterapkan kepada pengusaha UKM yang

merupakan fondasi perekonomian Indonesia jangka Panjang

Waralaba (Franchise) merupakan suatu bentuk bisnis kerjasama yang

dilakukan oleh dua belah pihak, dimana pihak pertama (franchisor) memberikan

hak kepada pihak kedua (franchisee) untuk menjual produk atau jasa dengan

memanfaatkan merk dagang yang dimiliki oleh pihak pertama (franchisor) sesuai

dengan prosedur atau sistem yang diberikan.

5.2 Saran

Adapun yang harus dilakukan oleh calon franchisee untuk dapat

mengetahui propek franchise yang akan dibelinya antara lain:

Pertama, lihatlah bisnis yang sudah berjalan, apakah sukses atau tidak. Sukses

atau tidaknya suatu bisnis secara detail dapat dilihat dari laporan keuangan

perusahaan.

Kedua, lihatlah apa yang menjadi daya tarik dari bisnis tersebut. Apakah

kelebihan bisnis tersebut yang dapat menarik pengunjung labih banyak

dibandingkan dengan bisnis sejenis. Hal ini penting karena dalam memasarkan

sebuah barang atau jasa, differensiasi atau keunikan menjadi hal utama dalam

menarik minat pengunjung.

Ketiga, telitilah apakah perusahaan tersebut sudah memiliki sebuah sistem dan

prosedur standar dalam menjalankan bisnisnya. Sistem ini harus sudah teruji

mampu mengatasi masalah yang mungkin terjadi dilapangan. Selain itu program

promosi yang dilakukan oleh franchisor harus diketahui oleh franchisee, karena

promosi ini sangat berpengaruh terhadap kelangsungan bisnis.

Keempat, cari tahu sudah berapa banyak franchisee yang menjalankan franchise

tersebut, dan jika memungkinkan carilah informasi dari para franchisee itu

mengenai bisnis yang sudah berjalan, dukungan dari franchisor dalam mengatasi

masalah dan prospek kedepan mengenai bisnis tersebut.

39

Page 40: Makalah Waralaba Di Indonesia

Kelima, cari tahu mengenai franchise lain yang bergerak di bidang usaha yang

sama, apa saja kelebihan dan kekurangan franchise tersebut dibandingkan

franchise yang sedang kita bidik, untuk mendapatkan pandangan yang lebih

objektif dalam menentukan pilihan. Siapa tahu ada franchise lain yang memiliki

prospek lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Fuady, Munir. 2005. Pengantar Hukum Bisnis. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti

HS, Salim. 2003. Hukum Kontrak. Jakarta: Sinar Grafika

Khairandy, Ridwan. 2000. Perjanjian Franchise Sebagai Sarana Alih Teknologi.

Jakarta: Pusat Studi Hukum UII

Yogyakartabekerjasama dengan yayasan Klinik Haki

Naihasy, Syahrin. 2005. Hukum Bisnis (Bisnis Law). Yogyakarta: Mida Pustaka

Rahardjo, Satjipto. 1980. Hukum dan Masyarakat. Bandung: Angkasa

Rahardjo, Satjipto. 1982. Ilmu Hukum. Bandung: Alumni

Sastroresono, Tukirin Sy. 1998. Hukum Dagang Dan Hukum Perdata. Jakarta:

Universitas Terbuka

Setiawan, Deden. 2007. Franchise Guide Series – Ritel. Dian Rakyat

Simatupang, Richard Burton. 2003. Aspek Hukum dalam Bisnis. Jakarta: Rineka

Cipta

Subekti. 2002. Hukum Perjanjian. Jakarta: PT. Intermasa

Subekti. 2004. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Jakarta: Pradnya Paramita

Budi Utomo, Setiawan. Fiqih Aktual. Jakarta: Gema Insani, 2003.

Sumarsono, Sonny. Manajemen Bisnis Waralaba. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009.

Wijaya, Gunawan. Seri Hukum Bisnis. Jakarta: PT Grafindo Persada, 2001.

Widyatmini. 1996. Diktat Pengantar Bisnis. Gunadarma : Jakarta.

DH Basu Swastha DR. 1998. Pengantar Bisnis Modern. Liberty : Yogyakarta.

Solihin Ismail. 2006 . Pengantar Bisnis. Prenada Media : Jakarta

Setiawan , Fahmi.2005.Pengantar Bisnis Waralaba, Jakarta: Graha Media

40

Page 41: Makalah Waralaba Di Indonesia

Rahmad , Fadli.2007.Hukum Bisnis Waralaba, Surabaya: Pustaka Media

Fatma , Ramlan.2000.Franchise Prosedur, Surabaya: Pustaka Media

Naihasy, Syahrin. 2005. Hukum Bisnis (Bisnis Law). Yogyakarta: Mida Pustaka

41