Modul timor leste - UNUD
Transcript of Modul timor leste - UNUD
UNIVERSITAS UNIVERSITAS UNIVERSITAS UNIVERSITAS UDAYANAUDAYANAUDAYANAUDAYANA
2020202016161616
Matrikulasi Mahasiswa S1 Timor Leste
Dosen Pengampu:
Dr. Ida Bagus Putu Purbadharmaja,SE.,ME.
MODUL
DASAR-DASAR TEORI EKONOMI
BAGIAN 1
TINJAUAN RINGKAS MENGENAI TEORI, MASALAH
DAN KEBIJAKAN EKONOMI
1.1 MIKRO EKONOMI
� Kajian bagian kecil-kecil dari bagian perekonomian, atau kajian mengenai kegiatan individual
konsumen, perusahaan atau pasar.
� Fokus analisis untuk membuat pilihan:
� Efesiensi dalam penggunaan sumberdaya
� Memperoleh kepuasan yang maksimum
1.2 EKONOMI MAKRO
� Kajian ekonomi makro adalah global (agregat), konsumen agregat, pengusaha dan perilaku
perekonomian secara keseluruhan.
� Fokus analisis ekonomi makro:
� Menentukan tingkat kegiatan dalam perekonomian sesuai dengan permintaan;
� Menentukan campur tangan pemerintah untuk mencapai kinerja ekonomi yang
dikehendaki.
1.3 ISU-ISU UTAMA DALAM EKONOMI MIKRO
♦ Kegiatan produksi
♦ Kegiatan konsumsi
1.4 MASALAH DALAM EKONOMI MIKRO
♦ Jenis apakah barang dan jasa yang harus diproduksi;
♦ Bagaimanakah caranya memproduksi berbagai barang dan jasa yang dibutuhkan tersebut;
♦ Untuk siapakah berbagai barang dan jasa tersebut diproduksi.
1.5 MASALAH EKONOMI MAKRO
♦ Mengapa pada suatu wilayah terjadi pengangguran, dan kenapa semakin buruk keadaannya?
♦ Mengapa kenaikan harga-harga seringkali diikuti oleh masalah pengangguran yang serius?
♦ Mengapa di berbagai wilayah tidak mengalami pertumbuhan ekonomi yang sama cepat?
♦ Mengapa kegiatan perekonomian tidak mengalami perkembangan yang stabil, kadang-
kadang naik, turun atau stagnan.
Sejak dekade 1930-an dengan adanya Great Depression (1929 – 32) analisis ekonomi
lebih banyak tertuju pada masalah: pengangguran, inflasi, ketidakstabilan ekonomi dan
pertumbuhan, yang dipelopori oleh J.M. Keynes.
1.6 ISU-ISU UTAMA EKONOMI MAKRO
♦ Berusaha menjawab pertanyaan/masalah ekonomi umum;
♦ Berusaha menerangkan keadaan yang menciptakan masalah-masalah tersebut;
♦ Berusaha mengambil langkah-langkah yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah-
masalah tersebut.
1.7 PENENTUAN KEGIATAN EKONOMI
Tingkat keseimbangan suatu perekonomian ditentukan oleh pengeluaran (permintaan)
agregat dan penawaran agregat.
Komponen pengeluaran agregat terdiri dari:
1. Pengeluaran konsumsi rumahtangga;
2. Investasi dunia usaha
3. Pengeluaran dan investasi pemerintah
4. Ekspor
1.8 MASALAH-MASALAH POKOK PEREKONOMIAN
i. Masalah pertumbuhan ekonomi;
ii. Masalah ketidakstabilan kegiatan ekonomi;
iii. Masalah pengangguran dan inflasi;
iv. Masalah neraca perdagangan dan neraca pembayaran.
1.9 PERTUMBUHAN EKONOMI
Perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan produksi barang dan
jasa dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat.
Peningkatan kemampuan produksi oleh masyarakat pada suatu negara disebabkan
karena terjadi penambahan faktor-faktor produksi, baik kuantitas maupun kualitasnya. Teknologi
lebih baik, pengalaman dan pendidikan SDM meningkat.
1.10 KURVA KEMUNGKINAN PRODUKSI DAN PENGANGGURAN (KKP)
KKP adalah batas produksi maksimum yang dapat diciptakan oleh suatu negara pada
periode waktu tertentu dengan jumlah kombinasi faktor-faktor produksi tertentu.Gambar 1. Kurva
Kemungkinan Produksi (KKP)
C
Bara
ng p
ert
ania
n
A R P Yo Y1 M
0 X1 Xo B D Barang industry
♦ Kemakmuran masyarakat maksimum apabila kombinasi barang pertanian dan barang industri
pada kombinasi AB, yang ada pada titik P. Barang pertanian diproduksi sebesar Yo dan
barang industri Xo.
♦ Pada titik M terjadi pengangguran faktor-faktor produksi, karena digunakan dibawah
kapasitas.
♦ Dengan berkembangnya teknologi dan adanya pertambahan faktor-faktor produksi,
memungkinkan suatu negara untuk berproduksi lebih banyak. KKP bergeser dai AB ke CD.
Titik R merupakan kombinasi optimal yang dicapai.
1.11 PENDAPATAN NASIONAL POTENSIAL DAN SEBENARNYA
Pendapatan nasional potensial adalah tingkat pendapatan nasional yang dicapai apabila
segala sumberdaya, khususnya tenaga kerja sepenuhnya digunakan.
Gambar 2. Pendapatan nasional potensial dan sebenarnya.
160
Pendapata
n n
asio
nal r
iil
140 Pendapatan nasional potensial
140
120
100
80 Pendapatan nasional sebenarnya
60 Jurang PNB
40
20
0 1982 1984 1986 1988 1990 1992 1994
1.12 PENGANGGURAN
Keadaan dimana seseorang yang tergolong angkatan kerja dan ingin mendapat
pekerjaan, tetapi belum dapat memperolehnya.
Pengangguran pada intinya dibedakan dalam dua golongan besar, yaitu:
1) Pengangguran alamiah yang terdiri dari:
a) Pengangguran friksional atau pengangguran normal, atau pengangguran mencari.
Hal ini terjadi bukan karena ketidak mampuan untuk mendapatkan pekerjaan, tetapi
keinginan untuk memperoleh pekerjaan yang lebih baik (baik dari sudut tingkat
pendapatannya, maupun masa depannya).
b) Pengangguran struktural, yaitu yang diakibatkan oleh perkembangan ekonomi yang
diikuti oleh perubahan struktur dan corak kegiatan ekonomi. Misalnya akibat banyak tanah
digunakan untuk industri, petani menjadi banyak yang menganggur. Pengangguarn yang
diakibatkan oleh mekanisasi pada suatu sektor disebut penagguran teknologi.
2) Penganguran siklikal, yaitu yang diakibatkan oleh perubahan dalam tingkat kegiatan
ekonomi.
1.13 SEBAB-SEBAB PENGANGGURAN
Kekurangan pengeluaran agregat, sebagai akibat rendahnya permintaan. Akibat
kurangnya permintaan, produksi dikurangi, sehingga penggunaan tenaga kerja juga berkurang.
Rendahnya permintaan diakibatkan oleh rendahnya tingkat pendapatan nasional.
1.14 FAKTOR LAIN PENYEBAB PENGANGGURAN
♦ Ingin mencari pekerjaan yang lebih baik
♦ Digunakan peralatan modern yang hemat TK
♦ Tidak sesuainya antara ketrampilan dimiliki dengan yang diperlukan oleh industri-industri.
1.15 AKIBAT BURUK PENGANGGURAN
♦ Pengangguran mengurangi pendapatan masyarakat dan mengurangi tingkat kemakmuran
yang mereka capai.
♦ Pengangguran yang berkepanjangan juga menimbulkan efek psikologis bagi penganggur
atau keluarganya.
1.16 PERHITUNGAN DAN BEBERAPA ISTILAH PENGANGGURAN
♦ Usia kerja: penduduk yang berusia 10 tahun ke atas.
♦ Angkatan kerja: penduduk yang berusia 10 tahun ke atas yang ingin bekerja.
♦ Penyerapan tenaga kerja : penggunaan tenga kerja yang sebenarnya.
Contoh :
Penduduk usia kerja : 12.000 orang
Angkatan kerja : 9.100 orang
Penyerapan tenaga kerja : 8.500 orang
Partisipasi angkatan kerja =
9.100 X 100% = 65%
12.000
Jumlah pengangguran = 9.100 – 8.500 = 600 orang
Tingkat Pengangguran =
600 X 100% = 6,59%
9.100
1.17 INFLASI
Didifinisikan sebagai suatu kenaikan harga-harga secara umum dari satu periode ke
periode lainnya.
♦ Tingkat inflasi rendah (merayap) di bawah 2 – 4% pertahun;
♦ Tingkat inflasi moderat : 5 – 10 % pertahun;
♦ Tingkat inflasi serius (hyper) : ratusan persen
1.18SUMBER INFLASI
i. Tingkat permintaan agregat melebihi kapasitas dunia usaha dalam menghasilkan
barang/jasa (exceed demand inflation).
ii. Adanya tuntutan kenaikan upah dari para pekerja (cost push inflation).
1.19 FAKTOR LAIN PENYEBAB INFLASI
i. Kenaikan harga barang-barang impor
ii. Penambahan penawaran uang yang berlebihan tanpa diikuti oleh pertambahan
produksi/penawaran barang/jasa
iii. Kekacauan politik dan ekonomi, sebagai akibat pemerintah yang kurang bertanggung-jawab.
1.20 AKIBAT BURUK DARI INFLASI
♦ Kemakmuran sebagian besar masyarakat menjadi merosot;
♦ Prospek pembangunan ekonomi jangka panjang menjadi semakin buruk;
♦ Inisiatif untuk melakukan investasi yang produktif berkurang;
♦ Mengurangi ekspor dan menambah impor;
♦ Memperlambat pertumbuhan ekonomi.
1.21 PERHITUNGAN INFLASI
Inflasi dihitung dengan menggunakan indeks harga konsumen, dengan langkah-langkah:
1. Memilih tahun dasar;
2. Menentukan jenis barang-barang yang akan diamati perubahan harganya;
3. Menghitung indeks harga.
Tabel 1. Perhitungan Indeks Harga
Kelompok Barang
Bobot Tahun Dasar (1980) Tahun Diamati (1993)
Harga (Rupiah)
Harga X Bobot
Harga (Rupiah)
Harga X Bobot
A 50 1.000 50.000 2.000 100.000
B 20 5.000 100.000 11.000 220.000
C 5 5.000 25.000 16.000 80.000
D 25 3.000 75.000 8.000 200.000
Jumlah 250.000 600.000
240100250000
6000001993 == xIH
Tingkat inflasi = 240 – 100 = 140%
1.22 PEREKONOMIAN TERBUKA
Suatu negara yang melakukan hubungan dagang dengan negara lain, disebut dengan
istilah perekonomian terbuka.
1.23 PERANAN PERDAGANGAN LUAR NEGERI
♦ Memperluas pasar barang-barang buatan DN, sehingga dunia usaha dapat mengembangkan
usahanya.
♦ Kesejahteraan masyarakat akan lebih meningkat, karena mereka dapat mengkonsumsi
barang/jasa yang tidak dapat diproduksi/dilakukan di dalam negeri.
1.24 AKIBAT BURUK DARI IMPOR YANG BERLEBIHAN
♦ Menyebabkan terjadi pengangguran, karena permintaan produksi DN berkurang.
♦ Terjadi pelarian modal ke luar negeri.
1.25 NERACA PEMBAYARAN
Suatu ringkasan peJ,mbukuan yang menunjukkan aliran pembayaran yang dilakukan dari
suatu negara ke negara-negara lain.
1.26 KOMPONEN NERACA PEMBAYARAN
i. Penerimaan dari ekspor dan pembayaran untuk impor atas barang dan jasa, yang sering
disebut Neraca Transaksi Berjalan;
ii. Aliran masuk penanaman modal asing dan aliran keluar penanaman modal ke luar negeri;
iii. Aliran masuk atau ke luar modal jangka pendek (deposito).
Contoh Neraca Pembayaran (dalam triliun rupiah)
Pasiva (pembayaran) Aktiva (penerimaan) A. Transaksi Berjalan (current account) 1. Impor barang 270 1. Ekspor barang 320 2. Impor Jasa 40 2. Ekspor jasa 30 Jumlah 310 Jumlah 350
I. Neraca transaksi berjalan 40
B. Lalulintas modal (capital account) 1. Modal pemerintah 20 1. Modal pemerintah 50 2. Modal swasta 20 2. Modal swasta 40 40 90
II. Neraca lalu lintas modal 40 C Gabungan neraca transaksi berjalan 90 D Selisih perhitungan 2
NERACA KESELURUHAN 92
1.27 KURS DAN CADANGAN DEVISA
KURS : menunjukkan banyaknya uang dalam negeri yang diperlukan untuk membeli valuta
asing tertentu.
Gambar 2. Kurs diantara uang rupiah dan dollar.
Kurs $
(rupiah)
Kelebihan penawaran S
15.000
E
10.000
8.000
D
Kelebihaan permintaan Q0 Jumlah $
1.28 NERACA PEMBAYARAN :SALAH SATU YANG MEMPENGARUHI KURS
♦ Difisit NP cendrung menaikkan nilai valuta asing
♦ Surplus NP cendrung menurunkan nilai valuta asing
1.29 ALAT KAJIAN KINERJA PEREKONOMIAN
i. Pendapatan nasional
ii. Penyerapan tenaga kerja dan pengangguran
iii. Tingkat perubahan harga-harga
iv. Neraca pembayaran
1.30 PENDAPATAN NASIONAL
Pendapatan nasional atau produk nasional menggambarkan tingkat produksi barang dan
jasa suatu negara yang dicapai dalam satu tahun.
a. PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB)
PDB adalah nilai barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri dari faktor-faktor
produksi baik yang dimiliki oleh orang pribumi maupun warganegara asing.
b. PRODUK NASIONAL BRUTO (PNB)
PNB adalah nilai barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri dan di luar negeri dari
faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh orang warganegara tersebut.
1.31 TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI
PNB atau PDB dapat digunakan untuk:
♦ Menilai prestasi pertumbuhan ekonomi
♦ Menilai tingkat kesejahteraan masyarakat dan perkembangannya.
Tabel 2. Pertumbuhan PDB, Penduduk dan PDB perkapita, tahun 1993 - 1992.
No Uraian 1993 1994 Perkem- bangan (%)
a. PDB (milyard rp)
120.000 126.000 5,00
b. Penduduk (juta orang)
120 122 1,67
c. PDB perkapita (ribu rp)
1.000 1.033 3,28
Pertumbuhan PDB = 126.000 – 120.000
X 100% = 5% 120.000
Pertumbuhan penduduk =
122 – 120 X 100% = 1,67% 120
Pertumbuhan PDB perkapita =
1.033 – 1.000 X 100% = 3,28% 1.000
Tabel 3. Pertumbuhan PDB, Penduduk dan PDB perkapita, tahun 1993 - 1998.
No Uraian 1993 1998 Perkem- bangan (%)
a. PDB (milyard rp)
120.000 142.000 4,00
b. Penduduk (juta or)
120 132 2,00
c. PDB perkapita (ribu rp)
1.000 1.091 1,82
1.32 TUJUAN KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI
i. Menstabilkan kegiatan ekonomi
ii. Mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh tanpa inflasi
iii. Menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tangguh
iv. Menghindari inflasi.
1.33 KEBIJAKAN MENSTABILKAN EKONOMI
i. Tingkat penggunaan tenaga kerja yang tinggi;
ii. Tingkat harga-harga tidak menunjukkan perubahan yang berarti;
iii. Terdapat keseimbangan antara ekspor-impor dan lalu lintas modal dari/ke luar negeri.
1.34 KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI
♦ Kebijakan fiskal
♦ Kebijakan moneter
♦ Kebijakan sisi permintaan
♦ Kebijakan sisi penawaran
a. KEBIJAKAN FISKAL
Meliputi langkah-langkah pemerintah membuat perubahan dalam bidang perpajakan dan
pengeluaran pemerintah dengan maksud mempengaruhi pengeluaran agregat dalam
perekonomian.
b. KEBIJAKAN MENOTER
Meliputi langkah-langkah pemerintah yang dilaksanakan oleh BI untuk mempengaruhi
penawaran uang dalam perekonomian, antara lain merubah tingkat bunga dengan maksud untuk
mempengaruhi pengeluaran agregat.
c. KEBIJAKAN SISI PERMINTAAN
Oleh karena kebijakan fiskal dan moneter bermaksud untuk mempengaruhi pengeluaran
(permintaan) agregat, maka kebijakan ini juga disebut kebijakan sisi permintaan.
d. KEBIJAKAN SISI PENAWARAN
Bertujuan untuk mempertinggi efisiensi kegiatan dunia usaha, sehingga dapat
menawarkan barang/jasa dengan harga yang lebih murah dan mutu yang lebih baik.
1.35 BEBERAPA KEBIJAKAN SISI PENAWARAN
i. Penurunan pajak pendapatan rumah tangga
ii. Pengurangan/pembebasan pajak bagi perusahaan yang melakukan inovasi atau yang
menggunakan teknologi yang lebih canggih.
BAGIAN 2
KESEIMBANGAN PENDAPATAN DALAM EKONOMI DUA SEKTOR
Sebelum membahas keseimbangan pendapatan ekonomi dua sektor, terlebbih dahulu
dalam bagian ini dibahas mengenai proses aliran melingkar pendapatan perekonomian dua
sektor serta hubungan antara konsumsi dan pendapatan.
2.1. Aliran Melingkar Dalam Perekonomian Dua-Sektor Tanpa Tabungan
Dalam perekonomian dua sektor diasumsikan bahwa perusahaan merupakan satu-satunya
produsen dari barang-barang dan jasa-jasa, dan proses produksi ini dilakukan dengan menyewa
faktor-faktor roduksi (tanah, tenaga kerja dan modal) yang dimiliki oleh rumah tangga. Oleh
karena itu rumah tangga-rumah tangga menerima pendapatan uang dari menjual faktor-faktor
produksi kepada sektor perusahaan. Rumah tangga-rumah tangga merupakan satu-satunya
pembeli barang-barang dan jasa-jasa dari sektor perusahaan dengan membelanjakan semua
pendapatannya, yang mana hal ini sekaligus merupakan . hasil penjualan otput dari sektor
perusahaan. Aliran melingkar pendapatan dua sektor ini dapat dilustrasikan seperti gambar 2.1.
Gambar 2.1. Aliran Melingkar Pendapatan Ekonomi Dua Sektor Tanpa Tabungan
Perilaku pendapatan melingkar seperti ini mengasumsikan bahwa perusahaan akan
memproduksi selama penerimaan uang sama dengan pembayaran uangnya. Tetapi jika
pendapatan kurang dari pembayarannya, maka output akan dikurangi. Dan output akan ditambah
apabila pendapatan yang diterima melebihi dari nilai output.
2.2. Aliran Melingkar Dalam Perekonomian Dua-Sektor Dengan Tabungan
Sektor Rumah Tangga
Sektor Perusahaan
Pendapatan dari jasa faktor-faktor produksi
Pengeluaran konsumsi
Dalam perekonomian dua sektor apabila ada tabungan, maka tabungan merupakan
kebocoran. Tetapi jika tabungan ini dipinjamkan kepada sektor perusahaan untuk invesatasi
melalui lembaga perantara seperti bank, maka tabungan ini tidak harus mengakibatkan
terjadinya pengeluaran agregat. Jika produksi tergantung pada hubungan antara pendapatan
perusahaan-perusahaan dan pembayaran pendapatan uang, maka nilai output tergantung pada
keputusan rumah tangga untuk mengkonsumsikan atau menabung dan juga pada keinginan
perusahaan untuk berinvestasi. Hal ini dapat dilustrasikan seperti gambar 2.2.
Gambar 2.2. Aliran Melingkar Pendapatan Ekonomi Dua Sektor Dengan Tabungan
Dari sifat aliran melingkar pendapatan yang terdaat pada Gambar 2.1 dan 2.2 dapat
diambil kesimpulan bahwa aliran-aliran pendapatan perekonomian dua sektor mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:
1. Sebagai balas jasa atas penggunaaan faktor-faktor produksi yang dimiliki sektor rumah tangga
yang diberikan kepada sektor perusahaan, sektor rumah tangga akan memperoleh aliran
pendapatan berupa: gaji dan upah, sewa dan bunga.
2. Sebagian besar dari jumlah pendapatan yang diterima oleh rumah tangga digunakan untuk
konsumsi, yaitu membeli barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan oleh sektor
perusahaan.
3. Sisa dari jumlah pendapatan setelah dikurangi untuk pengeluaran konsumsi akan ditabung
pada lembaga-lembaga keuangan.
4. Pengusaha-pengusaha yang memerlukan modal untuk melakukan investasi akan meminjam
tabungan yang dikumpulkan oleh lembaga-lembaga keuangan dari sektor rumah tangga.
Sektor Rumah Tangga
Sektor Perusahaan
Pendapatan dari jasa faktor-faktor produksi
Pengeluaran konsumsi
Lembaga
Keuangan Penanaman
Modal
Tabungan
Pinjaman
Investasi
2.3. Hubungaan Antara Konsumsi dan Pendapatan
Ahli ekonomi umumnya menghubungkan bersarnya konsumsi sektor rumah tangga dengan
besarnya pendapatan disposibel (Yd). Pola konsumsi seperti ini dinyatakan secara matematik
bahwa konsumsi adalah fungsi dari pendapatan disposibel atau C = f (Yd) atau dalam analisis
ini disederhakanan C = f (Y)
Jadi besarnya konsumsi tergantung dari besarnya pendapatan. Atau dalam hal ini
konsumsi merupakan variabel dependen, dan pendapatan merupakan variabel independen
(bebas).
Contoh 2.1.
Jumlah pendapatan, pengeluaran konsumsi dan tabungan rumah tangga ada suatu
wilayah adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1. Daftar Pendapatan, Konsumsi dan Tabungan Rumah Tanggga
Pendapatan (Y) Pengeluaran konsumsi (C)
Tabungan (S)
300 350 -50 400 425 -25 500 500 0 600 575 25 700 650 50 800 725 75 900 800 100
Apabila data pada Tabel 2.1. disajikan dalam grafik akan tampak seperti Gambar 2.3 sebagai
berikut:
Gambar 2.3. Hubungan antara Pendapatan dengan konsumsi dan tabungan
800 Konsumsi
700
600
500
400
300
200 Tabungan
100 45o
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 Y
4.4. Hasrat Konsumsi Marjinal dan Hasrat Konsumsi Rata-rata
Berdasarkan hubungan antara pendapatan dengan konsumsi akan dapat dketahui hasrat
konsumsi marjinal (marginal propensity to consume=MPC) dan hasrat konsumsi rata-rata
(average propensity to consume=APC)
Hasrat konsumsi marjinal dapat didifinisikan sebagai perbandingan pertambahan jumlah
pengeluaran konsumsi dengan pertambahan jumlah pendapatan, atau dapat dihitung dengaan
rumus:
Y
CMPC
∆
∆= ………………………………………………………………..(2.1.)
Harsat konsumsi rata-rata didifinisikan sebagai perbandingan antara tingkat pengeluaran
konsumsi dengan tingkat pendapatan disposibel ketika konsumsi dikeluarkan. Nilai APC dapat
dihitung dengan rumus:
Y
CAPC = …………………………………………………………………..(2.2.)
MPC dapat tetap atau mungkin juga berubah. Contoh MPC dan APC dapat dilihat pada Tabel
2.2.
Tabel 2.2. Hasrat Konsumsi Marjinal dan Rata-rata
Pendapatan (Y) Pengeluaran Konsumsi
Hasrat Konsumsi Marjinal (MPC)
Hasrat Konsumsi Rata-rata (APC)
(C)
Contoh 2.2: MPC Tetap
300 350 1,17
400 425 0,75 1,06
500 500 0,75 1,00
600 575 0,75 0,96
Contoh 2.3: MPC Makin Kecil
300 350 1,17
400 425 0,75 1,06
500 495 0,70 0,99
600 560 0,65 0,93
Dari Tabel 2.2. Contoh 2.2 terlihat bahwa MPC adalah tetap. Hal ini disebabkan karena
pertambahan konsumsi adalah tetap yaitu sebesar 75, demikian juga pertambahan pendapatan
juga tetap, yaitu sebesar 100. Pada contoh 2.3. MPC cendrung menurun. Hal ini disebabkan
karena pertambahan konsumsi cendrung menurun, yaitu dari 75 menjadi 70 dan selanjutnya
menjadi 65, sedangkan pertambahan pendapatan adalah tetap. Perubahan MPC dapat
disebabkan karena adanya perubahan konsumsi maupun perubahan pendapatan.
4.5. Hasrat Menabung Marjinal dan Rata-rata
Berdasarkan hubungan antara pendapatan dengan tabungan akan dapat diketahui hasrat
menabung marjinal (marginal propensity to save=MPS) dan hasrat menabbung rata-rata
(average propensity to save=APS)
Hasrat menabung majinal didifinisikan sebagai perbandingan antara pertambahan jumlah
tabungan dengan pertambahan jumlah pendapatan, atau dapat dihitung dengaan rumus:
Y
SMPS
∆
∆= ………………………………………………………………..(2.2.)
Harsat menabung rata-rata didifinisikan sebagai perbandingan antara tingkat tabungan
dengan tingkat pendapatan disposibel. Nilai APS dapat dihitung dengan rumus:
Y
SAPS = …………………………………………………………………..(2.5.)
MPS dapat tetap atau mungkin juga berubah. Contoh MPS dan APS dapat dilihat pada Tabel
2.3.
Tabel 2.3. Hasrat Tabungan Marjinal dan Rata-rata
Pendapatan (Y) Tabungan (S) Hasrat Menabung Marjinal (MPS)
Hasrat Menabung Rata-rata (APS)
Contoh 2.4: MPS Tetap
300 -50 -0,17
400 -25 0,25
-0,06
500 0 0,25
0,00
600 25 0,25
0,04 Contoh 2.5: MPC Makin Kecil
300 -50 -0,17
400 -25 0,25
-0,06
500 5 0,30
0,01
600 40 0,35
0,07
Dari Tabel 2.3. Contoh 2.4 terlihat bahwa MPS adalah tetap. Sama halnya seperti pada
Contoh 2.2. hal ini disebabkan karena pertambahan tabungan adalah tetap yaitu sebesar 25,
demikian juga pertambahan pendapatan juga tetap, yaitu sebesar 100. Sedangkan pada contoh
2.2. MPS adalah cendrung menurun. Hal ini disebabkan karena pertambahan konsumsi cendung
menurun, yaitu dari 25 menjadi 30 dan selanjutnya menjadi 35, sedangkan pertambahan
pendapatan adalah tetap. Perubahan MPS dapat disebabkan karena adanya perubahan
tabungan maupun perubahan pendapatan.
2.6. Hubungan Antara MPC dan MPS serta MPC dan APC
Pada aliran melingkar pendapatan ekonomi dua sektor dengan tabungan, jumlah pendapatan
disponseibel sama dengan jumlah pengeluaran konsumsi dan tabungan, atau dapat dinyatakan
dengan persamaan:
Y = C + S …………………………………………………………………(2.6)
Apabila persamaan 2.6 dibagi dengan Y, maka :
Y
S
Y
C
Y
Y+= . ………………………………….……………………….(2.7)
Oleh karena C/Y = APC dan S/Y = APS, maka:
1 = APC + APS ……………………………………………………….(2.8)
Berdasarkan persamaan 2.6. juga berlaku: ∆Y = ∆C + ∆S ………………………………………………………… (2.9) Apabila persamaan 2.9 dibagi dengan ∆Y, maka:
Y
S
Y
C
Y
Y
∆
∆+
∆
∆=
∆
∆. ……………………………….……………………(2.10)
Sehingga 1 = MPC + MPS ……………………………………………….(2.11) MPS = 1 - MPC ………………………………….……….(2.12) 2.7. Fungsi Konsumsi dan Tabungan
Fungsi konsumsi disamping dapat disajikan dalam bentuk kurva, juga dapat dinyatakan
dalam persamaan aljabar, seperti berikut ini:
Fungsi konsumsi adalah C = a + bY …………………………………(2.13)
Fungsi tabungan adalah S = -a + (1-b) Y …………………………..(2.14)
Dimana:
a = konsumsi rumah tangga pada saat pendapatan nasional nol atau disebut konsumsi otonom.
b = MPC atau hasrat konsumsi marjinal yang merupakan kemiringan.dari fungsi konsumsi.
Dengan diketahui APC dan MPC maka dapat dicari fungsi konsumsi, yaitu dengan
menggunakan rumus:
C = (APCn – MPC)Yn + MPC Y …………………………………………(2.15)
Contoh 2.6.
Dari Contoh 2.2. telah diketahui bahwa MPC = 0,75. Pada tingkat pendapatan 400 dan
tingkat konsumsi 425 diketahui bahwa APC = 1,06. Dengan demikian dapat dicari garis fungsi
konsumsi adalah :
C = ( 1,06 – 0,75) 400 + 0,75 Y atau
C = 125 + 0,75 Y
Dan fungsi tabungan adalah :
S = -125 + (1 – 0,75) Y atau
S = -125 + 0,25 Y
Disamping itu dapat diketahui titik break even atau konsumsi sama dengan pendapatan, yang
mana penyelesaiannya adalah:
Y = C atau Y – C = 0
Y – (125 + 0,75 Y) = 0
Y – 0,75 Y = 125
0,25 Y = 125
Y = 500
Jadi terbukti bahwa titik break even terjadi pada saat pendapatan sebesar 500.
Kalau digambarkan, fungsi konsumsi dan tabungan tersebut tampak seperti yang disajikan pada
Gambar 2.1.
Gambar 2.1. Hubungan antara Pendapatan dengan konsumsi dan tabungan
C=125 + 0,75 Y
BEP
500 C > Y
C > Y
S = -125 + 0,25 Y
125
45o
0 500 Y
-125
2.8. Variabel Endogen dan Variabel Eksogen
Pengeluaran konsumsi rumah tangga-rumah tangga dipengaruhi oleh variabel endogen dan
variabel eksogen. Suatu variabel adalah endogen bila nilainya ditentukan di dalam model,
sedangkan variabel eksogen bila ditentukan oleh kekuatan-kekuatan di luar model. Suatu
perubahan variabel eksogen diklasifikasikan sebagai perubahan otonom.
Contoh 2.7.
Dari fungsi konsumsi C = 40 + 0,80 Y, variabel endogennya adalah 0,80 Y, sedangkan konstanta
sebesar 40 menunjukkan kekuatan eksogen atau kekuatan-kekuatan bukan pendapatan. Jika
kekuatan-kekuatan luar mengubah fungsi konsumsi dari C = 40 + 0,80 Y menjadi C = 50 + 0,80
Y, maka disini terdapat kenaikan pengeluaran konsumsi otonom sebesar 10.
2.9. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi.
Keynes percaya bahwa determinan-determinan bukan pendapatan juga berpengaruh
terhadap konsumsi dalam jangka panjang yang ditunjukkan dengan adanya perubahan pada
konsumsi otonom. Disamping itu juga dia percaya bahwa determinan-determinan ini
pengaruhnya sangat minimal dalam jangka pendek.
Analisis Keynesian membagi determinan-determinan bukan pendapatan menjadi dua
golongan, yaitu faktor-faktor obyektif dan faktor-faktor subyektif.
Secara rinci beberapa faktor yang mempengaruhi konsumsi antara lain:
1. Distribusi pendapatan
Dalam pembagian pendapatan nasional, masyarakat dapat dibagi dalam dua golongan,
yaitu: masyarakat yang tergolong berpendapatan tinggi dan masyarakat yang berpendaatan
rendah. Bilamana tambahan pendapatan diberikan kepada mereka yang berpendapatan tinggi,
hal ini tidak akan banyak merubah MPC, sebab mereka dapat dikatakan telah mendekati titik
kekenyangannya. Sebaliknya apabila tambahan pendapatan itu diberikan kepada mereka yang
berpendapatan rendah, maka tambahan pendapatan itu akan digunakan untuk memperbesar
konsumsi mereka, sehingga MPC akan membesar.
2. Pendapatan Relatif dan Tingkat penghasilan tertinggi yang pernah dicapai .
Teori pendapatan relatif dikembangkan oleh James Duesenberry. dalam menyajiikan
teorinya, mula-mula dihipotesiskan mengenai perilaku konsumsi individual, kemudian
digeneralisir menjadi perilaku konsumsi agregat. Duesenberry berpendapat bahwa keputusan
konsumsi dan tabungan dipengaruhi oleh lingkungan sosial dimana seseorang hidup. Jadi
seseorang dengan tingkat pendapatan tertentu cendrung berkonsumsi lebih banyak apabila
mereka hidup di lingkungan orang-orang kaya dibandingkan dengan hidup pada lingkungan
orang-orang miskin.
Ditambahkan pula bahwa perilaku konsumsi seseorang adalah relatif terhadap pola
konsumsi dari para tetangganya dan juga rumah tangga-rumah tangga senang memelihara suatu
standar hidup tertentu. Oleh karena itu fungsi konsumsi rumah tangga dapat dipengaruhi oleh
tingkat pendapatan sekarang (Yc) dan tingkat pendapatan tertinggi sebelumnya (Ypp), atau
ditulis: Y= f( Yc, Ypp). Jika pendapatan selalu lebih tinggi dari tingkat pendapatan tertinggi
sebelumnya, maka konsumsi dihubungkan dengan tingkat pendapatan relatif seseorang dalam
suatu masyarakat. Tetapi aabila pendapatan sekarang jatuh di bawah tingkat pendapatan
tertinggi sebelumnya, maka konsumsi dihubungkan dengan tingkat pendapatan tertinggi
sebelumnya, sehingga akan merubah MPC untuk mempertahankan standar hidupnya. Jadi
dalam jangka pendek, terjadi hubungan yang tidak proporsional hubungan antara konsumsi
agregat dan pendapatan agregat sebagai akibat dari turunnya pendapatan sekarang yang berada
di bawah pendapatan tertinggi sebelumnya.
3. Harapan penghasilaan yang mungkin diterima (expected income)
Harold W. Watts berpendapat bahwa besarnya penghasilan yang mungkin (diperkirakan) akan
diterima pada masa yang akan datang akan berengaruh terhadap pengeluaran konsumsi
sekarang. Makin besar pendapatan yang diharapkan di masa yang akan datang, makin besar
pengeluaran konsumsi sekarang. Sebaliknya apabila pada masa yang akan datang diperkirakan
pendapatan berkurang, maka seseorang akan berusaha mengurangi konsumsinya. Misalnya,
semakin dekat dengan masa pensiun, pada umumnya orang akan semakin hemat.
4. Pendapatan Permanen
Milton Friedman berendapat bahwa konsumsi tidak didasarkan atas tingkat pendapatan
disposibel sekarang, tetapi atas pendapatan permanen. Pendapatan disposibel sekarang (Ym)
terdiri dari pendapatan permanen (Yp) dan pendapatan transitori (Yt). Pendapatan permanen
adalah pendapatan yang diharapkan akan diterima oleh rumah tangga selama beberapa tahun
mendatang, sedangkan pendapatan transitori terdiri dari tambahan (transitori positif) atau
pengurangan (transitori negatif) terhadap pendapatan permanen. Sehingga Ym = Yp + Yt.
Dengan demikian, maka rumah tangga-rumah tangga akan berkonsumsi secara roporsional
terhadap pendapatan permanen mereka.
5. Sebagai akibat dari usaha masa yang lalu, maka seseorang berhasil mempunyai
kekayaan yang mencukupi. Dengan kondisi tersebut mereka tidak terdorong untuk menabung
Persediaan Aktiva (kekayaan). Sebagai akibat dari mendapat warisan, hibah hadiah, atau
tabungan yang banyak lebih banyak, sehingga pendapatan yang diperolehnya sebagian besar
digunakan untuk konsumsi pada masa sekarang. Sebaliknya bagi mereka yang tidak mempunyai
warisan, mereka berusaha untuk menekan konsumsi sekarang dan menabung lebih banyak
untuk masa yang akan datang atau membeli kebutuhan untuk masa yang akan datang, seperti
membeli rumah, membiayai pendidikan anak, atau membuat tabungan hari tua.
6. Struktur Pajak
Suatu perubahan struktur pajak, yaitu mengenai sifat dan jumlah pajak akan berpengaruh
terhadap fungsi konsumsi. Pajak yang bersifat progresif dapat menjadi sebab kenaikan dalam
fungsi konsumsi. Suatu penurunan tarif pajak, belum tentu merupakan jaminan untuk dapat
menaikkan MPC, tetapi hampir dapat dipastikan bahwa perubahan dalam struktur pajak akan
mempengaruhi konsumsi.
7. Tingkat bunga.
Tingkat bunga pada lembaga keuangan daat memengaruhi masyarakat berkonsumsi.
Tingkat bunga yang tinggi akan mendorong masyarakat untuk menabung dan mengurangi
konsumsinya.
8. Ramalan harga pada masa yang akan datang
Goncangan harga dan harapan terjadinya kenaikan harga dikemudian hari akan cendrung
mendorong masyarakat untuk tidak menyimpan uangnya atau segera mewujudkan uang yang
dimiliki dalam bentuk barang, sehingga konsumsi akan cendrung lebih besar. Sebaliknya
pengeluaran konsumsi sekarang akan ditahan, apabila dalam masa-masa mendatang
diperkirakan harga-harga akan turun.
9. Kebijaksanaan Marketing dan Finansiil Perusahaan.
Kebijaksanaan marketing seperti iklan akan merangsang masyarakat untuk
meningkatkan konsumsi. Demikian tersedianya kredit cicilan konsumen mempengaruhi
kemampuan beli para konsumen. Jika kredit lebih mudah diperoleh dan/atau biayanya rendah,
lebih besar kemungkinan untuk membeli dan konsumen lebih cenderung meminjam; dan
tabungan agregat berkurang pada semua tingkat pendapatan disposibel. Kenaikan pinjaman
konsumen, ceteris paribus menyebabkan fungsi konsumsi bergeser ke atas.
10. Sikap terhadap kehematan
Kebiasaan dan tingkah laku masyarakat terhadap penghematan akan mempengaruhi
konsumsinya. Makin hemat masyarakat, maka MPC nya semakin kecil.
2.10. Fungsi Konsumsi dan Tabungan Agregat
Fungsi konsumsi agregat merupakan penjumlahan dari fungsi konsumsi individual. Caranya
dapat dilakukan dengan mengagregasi fungsi konsumsi rumah tangga-rumah tangga, atau
mengagregasi pendapatan rumah tangga dan pengeluaran konsumsi untuk lingkup wilayah
daerah atau negara.
Contoh 2.8.
Misalnya dalam suatu daerah terdapat 5 rumah tangga dengan fungsi konsumsinya
masing-masing sebagai berikut:
Tabel 2.3. Fungsi Konsumsi 5 Rumah Tangga
Rumah Tangga Fungsi Konsumsi
A CA = 1,00 Y
B CB = 10 + 0,90 Y
C CC = 10 + 0,90 Y
D CD = 5 + 0,85 Y
E CE = + 0,95 Y
Dari Tabel 2.3. dapat dihitung fungsi konsumsi agregat adalah dengan menjumlahkan
pengeluaran konsumsi otonom rumah tangga-rumah tangga dan merata-ratakan MPC nya.
Hasilnya adalah sebagai berikut:
=+= YC5
50,425 25 + 0,90 Y
Berdasarkan fungsi konsumsi itu dapat dibuat fungsi tabungan, yaitu S= -25+(1-0,90)Y
atau S= -25 + 0,10 Y.
Data agregat berupa pendapatan daerah atau nasional dapat juga dibuat fungsi konsumsi
dan tabungan. Data tersebut biasanya berupa data runtun waktu (time series).
2.11. Teori Investasi
Pada sub bagian sebelumnya pada aliran melingkar pendapatan dua sektor dengan
tabungan telah dijelaskan bahwa bagian pendapatan yang tidak dikonsumsi diasumsikan
ditabung pada lembaga-lembaga keuangan. Kemudian dana tersebut dapat disalurkan kepada
perusahaan-perusahaan yang memerlukan modal untuk investasi. Kemungkinan lain sisa
pendapatan yang tidak sempat dikonsumsi dapat dibelikan surat-surat berharga yang berupa
saham atau obligasi.
Investasi merupakan hal yang sangat penting terhadap pertumbuhan pendapatan
nasional. Bagi pengusaha keputusan untuk melakukan investasi didasari atas pertimbangan
yaitu: 1) teori konvensional (Klasik), dan 2) teori Keynes.
1) Teori Konvensional (Klasik)
Pada dasarnya teori konvensional berpendapat bahwa modal akan dinvestasikan apabila
produktivitas marjinal dari modal yang ditanamkan lebih tinggi daripada tingkat bunga apabila
modal itu dipinjamkan. Oleh karena modal dapat dinvestasikan pada berbagai jenis usaha, maka
secara rasional pemilik modal akan tertarik pada investasi yang memberikan hasil pengembalian
(return) tertinggi. Misalnya apakah modal yang dimiliki akan disimpan dalam bentuk saham,
obligasi jangka panjang, obligasi jangka pendek ataukah dinvestasikan dalam perusahaan.
Teori Klasik itu dapat disederhanakan:
Suatu investasi akan dijalankan bilamana penggembalian modal dari investasi itu (prospected of
yield, expected earning) lebih besar dari tingkat bunga. Untuk membandingkan antara pendaatan
investasi dengan suku bunga harus diingat bahwa barang-barang modal mempunyai masa
penggunaan yang panjang (durable) tetapi dibatasi pada umur ekonomisnya. Pendapatan dari
investasi itu merupakan jumlah-jumlah pendapatan yang diterima setiap tahun selama
penggunaan barang modal (umur ekonomis) itu. Jumlah pendapatan setiap tahun yang akan
datang kemudian didiskonto dengan tingkat bunga tertentu untuk memperoleh nilai sekarangnya
(present value).
Contoh 2.9:
Hasil dari suatu investasi yang akan diterima pada akhir tahun adalah Rp 100 juta. Apabila
tingkat bunga 5%, maka nilai sekarang hasil investasi itu pada awal tahun adalah:
n
i
oi
PP
)1( += …………………………………………………(2.16)
)05,01(
100
+=oP
Po = 95,24 atau Rp 95,24 juta.
Contoh 2.10.
Suatu investasi pada setiap akhir tahun selama empat tahun akan memberikan hasil Rp
100 juta. Tingkat bunga yang berlaku adalah 9%, 12%, 15% dan 18%. Bilamana ongkos-ongkos
investasi itu adalah Rp 300 juta, maka pada tingkat bunga berapakah investasi itu
menguntungkan atau merugikan?
Perhitungannya nampak pada Tabel 2.2. sebagai berikut:
Tabel 2.2. Nilai sekarang hasil investasi selama 4 tahun
Hasil yang diharapkan Rp 100 juta pertahun
Nilai Sekarang dengan diskonto (Rp juta) 9% 12% 15% 18%
Nilai akhir tahun ke-1 91,74 89,29 86,96 84,75
2 84,17 79,72 75,61 71,82
3 77,22 71,18 65,75 60,86
4 70,84 63,55 57,18 51,58
Jumlah hasil diskonto 323,97 303,73 285,50 269,01
Biaya Investasi 300,00 300,00 300,00 300,00
Jadi dengan tingkat bunga 9% dan 12% investasi tersebut menguntungkan, karena pada
tingkat bunga itu hasil investasi lebih besar daripada biaya investasinya.
Tingkat pengembalian modal itu dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
n
n
r
R
r
R
r
R
r
RV
)1(.........
)1()1()1( 3
3
2
21
+++
++
+= …………………………(2.17)
Dimana :
V = Jumlah nilai sekarang pengembalian modal R = Pendapatan investasi setiap tahun R = Tingkat pengembalian modal
Investasi dipandang menguntungkan apabila tingkat pengembalian modal (r) lebih besar
dibandingkan dengan tingkat bunga.
Berdasarkan konsep ini maka makin rendah tingkat bunga maka makin banyak investasi itu
dilaksanakan. Sebaliknya makin tinggi tingkat bunga maka makin sedikit investasi itu
dilaksanakan. Hubungan tingkat bunga dengan investasi diilustrasikan seperti Gambar 2.5.
Gambar 2.5. Investasi dan tingkat bunga
Bunga i
i1 i2 I
I1 I2 Investasi
Dari Gambar 2.5. dapat dijelaskan bahwa pada tingkat bunga setinggi i1 jumlah investasi yang
dilakukan adalah sebesar I1. Sedangkan pada tingkat bunga setinggi i2 jumlah investasi yang
dilakukan adalah sebesar I2.
2) Teori J.M. Keynes
Teori Keynes ini didasarkan atas konsep marginal efficiency of investment (MEI), yaitu
bahwa investasi itu akan dijalankan oleh pengusaha bilamana return dari investasi tersebut lebih
tinggi dari tingkat bunga (interest). Semakin banyak dilaksanakan investasi mengakibatkan
persaingan dalam penggunaan modal semakin ketat, modal untuk investasi menjadi langka, dan
pendapatan investasi cendrung kecil serta ongkos barang modal bertambah yang akhirnya
menyebabkan efisiensi penggunaan modal berkurang. Hubungan jumlah investasi dengan
pengembalian modal digambarkan dengan kurva MEI, seperti Gambar 2.6.
Gambar 2.6. Marginal Efficiency of Investment
Return i MEI
Investasi Y
Menurunnya skedul MEI seperti Gambar 2.6 antara lain disebabkan oleh dua hal, yaitu:
a. Semakin banyak jumlah investasi yang terlaksana dalam masyarakat, maka makin rendah
efisiensi marjinalnya, sebab semakin banyak investasi maka persaingan para investor akan
semakin sengit, sehingga dapat menurunkan MEI.
b. Semakin banyak investasi yang dilakukan, maka ongkos dari barang modal menjadi lebih
tinggi.
Dari Gambar 2.5. juga dapat dinyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pengembalian
modal (return), maka semakin sedikit investasi yang dilaksanakaan
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi MEI antara lain:
1) Jumlah social overhead capital (SOC) yang terselenggara dalam masyarakat. Makin banyak
SOC dalam masyarakat, MEI akan semakin tinggi.
2) Jumlah penduduk yang semakin bertambah mengakibatkan bertambahnya permintaan akan
barang-barang dan jasa-jasa, sehingga akan menaikkan harga. Naiknya harga akan
menaikkan annual rate of income, sehingga MEI akan naik.
3) Adanya invensi teknologi dan inovasi mengakibatkan berkurangnya biaya-biaya produksi dan
mengakibatkan naiknya MEI.
4) Semakin banyak akumulasi kapital akan menyebabkan tingkat MEI semakin rendah.
5) Sikap pisimis terhadap kemungkinan hari depan akan menurunkan MEI.
6) Struktur pajak yang memberatkan produsen (investor) akan berakibat menakutkan dan
merendahkan tingkat MEI.
2.11. Faktor-Faktor Lain yang Mempengaruhi Tingkat Investasi
Selain tingkat pengembalian modal dan tingkat bunga, tingkat investasi juga dipengaruhi
oleh faktor-faktor lain seperti kemajuan teknologi, ramalan keadaan ekonomi pada masa yang
akan datang, tingkat pendapatan nasional dan juga kebijaksanaan pemerintah yang merangsang
investasi.
Sejarah menunjukkan bahwa penemuan baru dalam bidang teknologi mendorong
pengusaha untuk membeli barang modal baru termasuk juga pabrik-pabrik baru untuk
meningkatkan produksi, produktivitas dan efisiensi. Sehingga dapat dikatakan bahwa kemajuan
teknologi dapat meningkatnya investasi.
Penerapan teknologi baru menyebabkan produktivitas tenaga kerja dan modal adalah
meningkat. Hal ini akan mengakibatkan pertumbuhan pendapatan nasional secara keseluruhan.
Peningkatan pendapatan masyarakat akan meningkatkan daya beli masyarakat, selanjutnya
akan meningkatkan permintaan terhadap barang-barang konsumsi. Berikutnya akan berakibat
meningkatnya permintaan investasi untuk menyediakan barang-barang konsumsi tersebut. Oleh
karena itu dapat dikatakan bahwa meningkatnya investasi juga disebabkan karena meningkatnya
pendapatan nasional. Hubungan ini dapat dilihat ada Gambar 2.7
Gambar 2.7. Investasi dan Pendapatan Nasional
Pendapatan Nasional
Y I
Y2 Y1 I
I1 I2 Investasi
Dari Gambar 2.7. dapat dilihat bahwa pendapatan nasional naik dari Y1 menjadi Y2
menyebabkan investasi naik dari I1 menjadi I2. Corak investasi semacam itu disebut induced
investment atau investasi terpengaruh.
Investasi umumnya akan menghasilkan pada beberapa waktu ke depan. Ramalan
keadaan masa depan yang menguntungkan menyebabkan pengusaha tertarik untuk melakukan
kegiatan investasi. Ramalan masa depan tersebut antara lain adalah mengenai harga-harga,
persaingan bisnis, daya beli masyarakat yang lebih baik dan lain sebagainya. Sikap optimis
pengusaha terhadap masa depan akan meningkatkan permintaan akan investasi.
Kebijaksanaan pemerintah yang kondusif dapat merangsang calon investor untuk
berinvestasi. Kebijaksanaan itu antara lain berupa kemudahan memperoleh fasilitas kredit
investasi, keringan pajak, kemudahan perijinan, perlindungan terhadap investor dan lain
sebagainya.
4.12. Keseimbangan Pendapatan Nasional Perekonomian Dua Sektor
Pendapatan nasional dikatakan dalam keadaaan keseimbangan kalau permintaan
agregat sama dengan penawaran agregat. Permintaan agregat dalam ekonomi dua sektor
merupakan penjumlahan permintaan dari sektor rumah tangga dan dari sektor perusahaan.
Permintaan dari rumah tangga adalah pengeluaran konsumsi atau C, sedangkan dari sektor
perusahaan adalah untuk investasi atau I.
Jadi keseimbangan pendapatan nasional dirumuskan dengan persamaan nilai output
sama dengan pengeluaran agregat yang terdiri dari rencana konsumsi dan rencana investasi:
Y = C + I ………………………………………………………………(2.18)
Oleh karena Y = C + S, maka dalam keseimbangan pendapatan juga berlaku persamaan antara
rencana tabungan dengan rencana investasi:
S = I …………………………………………………………………. (2.19)
Contoh 2.11.
Fungsi konsumsi pada suatu negara adalah C = $ 100 milyard + 0,80 Y apabila investasi
yang direncanakan adalah sebesar $ 125 milyard, maka pendapatan keseimbangan dapat
dihitung:
I. Dengan persamaan 2.18, yaitu :
Y = C + I
Y = $ 100 milyard + 0,80 Y + $ 125 milyard
Y - 0,80 Y = $ 225 milyard
0,20 Y = $ 225 milyard
Y = $ 1125 milyard
II. Dengan persamaan 2.19
Dengan dketahui fungsi konsumsi C = $ 100 milyard + 0,80 Y, dan tabungan atau S = Y – C,
maka fungsi tabungan dapat dihitung menjadi: S = -$ 125 milyard + 0,80Y. Oleh karena rencana
investasi adalah $ 125 milyard maka:
S = I
100 milyard + 0,20 Y = $ 125 milyard
0,20 Y = $ 125 milyard + $ 100 milyard
0,20 Y = $ 225 milyard
Y = $ 1125 milyard
Dengan demikian pendapatan keseimbangan adalah sebesar $ 1125 milyard.
2.13. Pengaruh ganda (multiplier) dalam perekonomian dua sektor
Dalam perekonomian dua sektor perubahan pendapatan terjadi karena adanya
ketergantungan pengeluaran konsumsi terhadap pendapatan (disposibel). Variabel-variabel
exogen seperti konsumsi otonom dan investasi otonom menyebabkan terjadinya perubahan
terhadap pendapatan. Dan perubahan pada variabel tersebut dapat menggeser garis C + I baik
ke atas atau ke bawah, tergantung dari sifat perubahannya:
Contoh 2.12.
Fungsi konsumsi suatu negara adalah C = $ 50 milyard + 0,75 Y. Rencana investasi naik
dari $ 75 menjadi $ 100. Oleh karena itu pendapatan nasional naik dari:
Y = C + I
Y = $ 50 milyard + 0,75 Y + $ 75 milyard
Y - 0,75Y = $ 125
0,25 Y = $ 125
Y = $ 500 milyard
Menjadi:
Y = C + I
Y = $ 50 milyard + 0,75 Y + $ 100 milyard
Y - 0,75 Y = $ 150
0,25 Y = $ 150
Y = $ 600 milyard
Jadi dengan adanya perubahan investasi dari $ 75 milyard menjadi $ 100, maka pendapatan
nasional naik dari $ 500 milyard menjadi $ 600 milyard atau dengan kenaikan $ 100 milyard.
Kenaikan investasi dari $ 75 milyard menjadi $ 100 milyard tersebut menyebabkan skedul
pengeluaran agregat (C + I) bergeser ke atas, seperti dapat dilihat pada Gambar 2.8.
Gambar 2.8. Pergeseran skedul pengeluaran agregat
C + I1
C + Io
0 500 600 Y
Oleh karena pengeluaran konsumsi otonom (Co) juga merupakan variabel exogen, maka
perubahan konsumsi otonom juga sama pengaruhnya dengan perubahan investasi, yaitu
menyebabkan pergeseran skedul pengeluaran agregat.
Contoh 2.13.
Pengeluaran konsumsi masyarakat pada suatu negara adalah C = $ 60 milyard + 0,80 Y.
Sedangkan investasi adalah $ 80 milyard. Pada periode berikutnya pola konsumsi berubah
menjadi C = $ 75 + 0,80 Y, tetapi investasi adalah tetap. Dengan demikian maka pendapatan
nasional akan naik dari $ 700 milyard menjadi $ 775 milyard, atau dengan kenaikan $ 75 milyard.
2.12. Besarnya angka pengganda dan prosesnya.
Untuk memperoleh angka pengganda pengaruh dari perubahan pengeluaran agregat
caranya adalah membagi perubahan pendapatan dengan perubahan pengeluaran otonom.
Secara matematis hal ini diturunkan sebagai berikut:
Y = C + I
Y = Co + bY + I
b
ICY
−
+=
1
00 ……………………………………………………………(2.20)
Jika terdapat perubahan dalam pengeluaran otonom, misalnya investasi dengan asumsi
ceteris paribus, maka akan terjadi perubahan dalam tingkat pendapatan keseimbangan :
b
IY
−
∆=∆
1 …………………………………………………………...(2.21)
Angka pengganda diperoleh dengan membagi ∆Y dengan ∆I, yaitu :
kbI
Y=
−=
∆
∆
1
1………………………………………………………(2.22)
Dari persamaan 2.22 menunjukkan bahwa angka pengganda tergantung dari besarnya b
atau MPC. Ketergantungan ini adalah berhubungan positif. Berarti apabila MPC naik, maka nilai
k akan naik dan turun bila MPC turun nilainya.
Contoh 2.12.
Apabila dari contoh 2.11 angka penggandanya dihitung, hasilnya adalah sebesar 4, yaitu
1(1 – 0,75) atau 4 kali lipat. Dengan demikian apabila investasi naik sebesar $ 25 milyard, maka
pendapatan nasional akan meningkat sebesar 4 kali $ 25 milyard atau sama dengan $ 100
milyard.
Proses bekerjanya angka pengganda akan tampak seperti angka-angka yang disajikan
pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2. Proses Angka Pengganda dengan MPC = 0,75 dan Peningkatan Investasi
Sebesar $ 25,00 milyard.
Tahap proses penggandaan
Tambahan Pendapatan Nasional ∆ Y
Tambahan Konsumsi ∆ C
Tambahan Tabungan ∆ S
1 25,00 18,75 6,25
2 18,75 14,06 4,69
3 14,06 10,55 3,52
4 10,55 7,91 2,64
5 7,91 5,93 1,98
….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. …..
Jumlah 100,00 75,00 25,00
Latihan:
1. Diketahui jumlah pendapatan dan konsumsi (milyard rupiah) suatu negara dari tahun 1998 –
2002 adalah sebagai berikut:
Tahun Pendapatan Konsumsi 1998 600 500 1999 800 640 2000 1.000 780 2001 1.200 920 2002 1.400 1.060
Tugas:
a. Cari fungsi konsumsi dan fungsi tabungan
b. Apabila tingkat pendapatan sebesar Rp 1.500 milyard berapa tingkat konsumsi dan juga
tingkat tabungan?
2. Diketahui fungsi konsumsi suatu negara pada tahun 1999 adalah C = 150 + 0,80 Y dan
investasi = 200.
Pertanyaan :
a. Hitung tingkat pendapatan keseimbangan
b. Hitung angka pengganda
c. Apabila investasi pada tahun 2000 sebesar 250 berapa perubahan tingkat pendapatan
yang diakibatkan.
d. Berapa tingkat pendapatan keseimbangan pada tahun 2000.
MODUL 3
PERMINTAAN DAN PENAWARAN 3.1 Pendahuluan
Pembahasan pada bab ini dimulai dari konsep-konsep permintaan, penawaran, dan
elastisitas. Penekanannya terletak pada kaidah-kaidah yang berlaku dalam penetapan besarnya
harga individual dari suatu barang dan jasa serta determinan-determinan permintaan dan
penawaran.
3.2 Permintaan
1) Arti permintaan
Permintaan adalah keinginan yang disertai dengan kesediaan serta kemampuan untuk membeli
barang dan jasa. Permintaan akan suatu barang juga berarti jumlah-jumlah barang itu yang
pembeli bersedia membelinya pada tingkat harga yang berlaku pada suatu pasar tertentu dalam
waktu yang tertentu pula.
Masalah fundamental setiap negara dimanapun berada yang pertama adalah what
commodities shall be produced and in what quantities (apakah barang yang harus diproduksikan
dan berapa banyaknya?). Masalah ini dapat dipecahkan dengan menggunakan interaksi diantara
para penjual dan para pembeli di dalam pasar. Interaksi didalam pasar ini akan menentukan
tingkat harga sesuatu barang pada kuantitas tertentu. Interaksi antara para penjual dan para
pembeli tersebut dalam bahasa ekonomi disebut dengan permintaan dan penawaran. Interaksi
antara permintaan dan penawaran di pasar akan menentukan apa yang disebut dengan harga
keseimbangan (price equilibrium).
Teori permintaan menerangkan tentang sifat dari pada permintaan terhadap sesuatu barang. Ada
hubungam yang jelas antara harga pasar suatu barang dengan jumlah barang yang diminta,
dengan catatan faktor lain tidak berubah (ceteris paribus). Hubungan antara berbagai tingkat
harga dan berbagai kuantitas yang dibeli inilah disebut kurva permintaan.
Determinan permintaan seseorang atau masyarakat terhadap sesuatu barang/jasa adalah:
(1) Harga barang itu sendiri
(2) Harga barang lain yang ada kaitannya dengan barang tersebut.
(3) Pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata-rata masyarakat
(4) Corak distribusi pendapatan dalam masyarakat
(5) Citarasa masyarakat
(6) Jumlah penduduk
(7) Ramalan mengenai keadaan dimasa yang akan datang
(8) Dll.
2) Daftar permintaan
Daftar permintaan adalah daftar hubungan antara harga suatu barang dan jasa dengan tingkat
permintaan barang dan jasa tersebut. Tabel 2.1 menunjukkan daftar permintaan akan beras.
Tabel 3.1
Daftar Permintaan Beras
Harga beras per kg (Rp) Kuantitas beras yang diminta per
bulan (ribu ton)
0
2.000
2.000
6.000
8.000
10.000
100
80
60
40
20
0
Tabel 3.1 dapat diartikan bahwa pada setiap tingkat harga kita dapat menentukan kuantitas beras
yang dapat dibeli. Misalnya pada tingkat harga 2.000 konsumen dapat membeli hanya 80 ribu
ton beras. Demikian seterusnya bila terjadi kenaikan harga sampai 10.000 maka konsumen tidak
membeli beras.
2.5 Kurva Permintaan dan Fungsi Permintaan
1) Kurva Permintaan
Selanjutnya Tabel 3.1 dapat digambarkan secara grafik yang disebut dengan kurva permintaan.
Kurva permintaan bentuknya miring dari kiri atas kekanan bawah, atau disebut pula kurva
permintaan dengan kemiringan negatif (low of downward sloping demand). Bentuk kurva
permintaa akan beras dapat digambarkan berikut ini. Fungsi permintaan beras yang sesuai
dengan daftar permintaan beras, QD = 100 – 10P. Hal ini menunjukkan jika harga beras berubah
1 satuan maka kuantitas beras yang diminta berubah 10 satuan dengan arah yang berlawanan
(ceteris paribus).
Gambar 3.1
Kurva Permintaan Beras
2) Fungsi Permintaan
Fungsi permintaan adalah permintaan yang dinyatakan dalam hubungan matematis
dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dengan fungsi permintaan, maka dapat diketahui
hubungan antara variabel tidak bebas (dependent variable) dan variabel-variabel bebas
(independent variables).
QDX =f(PX, PY, Y/cap, Sel, Pdd, Ram p, Ydist, Prom).................... (3.1)
- +/- + + + + + +
Keterangan: QDX = Kuantitas barang X yang diminta.
PX = Harga per unit X.
PY = Harga per unit Y.
Y/cap = Pendapatan per kapita.
Sel = Selera atau kebiasaan.
Pdd = Jumlah penduduk.
Ram p = Perkiraan harga X periode mendatang.
Ydis = Distribusi pendapatan
Prom = Promosi.
2
4
6
8
10
0
Harga (ribuRp)
Kuantitas beras (ribu ton)
20 40 60 80 100
QD = 100 – 10P
D
D
_ = Menunjukkan hubungan tidak searah.
+ = Menunjukkan hubungan searah.
3.4 Pergerakan Sepanjang Kurva Permintaan dan Pergeseran Kurva Permintaan
1) Pergerakan sepanjang kurva permintaan.
Hal ini terjadi apabila harga barang yang diminta menjadi semakin tinggi atau semakin menurun
sebagai akibat dari perusahaan dapat menaikkan atau mengurangi ongkos produksi. Jika
misalnya perusahaan dapat mengurangi ongkos produksi, pada harga tertentu bila harganya
diturunkan konsumen dapat membeli lebih banyak barang yang dibutuhkan. Ilustrasi ini dapat
digambarkan pada Gambar 3.2 berikut.
Gambar 3.2
Pergerakan Sepanjang dan Pergerakan Kurva Permintaan Beras
Perubahan harga menyebabkan perubahan kuantitas yang diminta, perubahan tersebut
hanya terjadi dalam satu kurva yang sama (DD). Ini yang disebut pergerakan sepanjang kurva
permintaan. Contoh Gambar 3.2 dapat dilihat, bahwa pada harga beras Rp 2.000,00 per kilogram
kuantitas yang diminta 60.000 ton per bulan. Jika harga naik menjadi Rp 6.000,00 per kilogram,
kuantitas beras yang diminta turun menjadi 40.000 ton per bulan. Seandainya harga beras turun
2
4
6
8
10
0
Harga (ribu Rp)
Kuantitas beras (ribu ton)
20 40 60 80 100
QD = 100 – 10P
D
D
D’
D’
QD = 115 – 10P
kembali menjadi Rp 2.000,00 per kiligram kuantitas beras yang diminta meningkat menjadi
80.000 ton per bulan (ceteris paribus).
2) Pergerakan Kurva Permintaan
Kurva permintaan bisa bergerak ke kiri maupun ke kanan yang disebabkan oleh faktor bukan
harga. Gambar 3.2, bahwa pergeseran kurva permintaan beras tersebut disebabkan oleh
berubahnya ceteris paribus, misalnya tingkat pendapatan masyarakat, dan faktor lain tidak
berubah. Dengan kenaikan/penurunan pendapatan masyarakat akan menaikkan/menurunkan
permintaan beras. Oleh karena itu setiap kenaikan/penurunan pendapatan akan membawa pada
kenaikan/penurunan kuantitas beras yang diminta menjadi bertambah, ceteris paribus.
2.5 Penawaran
1) Arti Penawaran
Penawaran adalah kuantitas barang dan jasa yang produsen ingin tawarkan (jual) pada berbagai
tingkat harga selama satu periode tertentu. Dilihat dari sisi perusahaan atau pelaku bisnis
penyediaan barang dipasar disebut dengan penawaran. Penawaran merupakan “saudara
kembar” permintaan.
Faktor-faktor yang menentukan tingkat penawaran adalah harga jual barang dan jasa yang
bersangkutan, serta faktor-faktor lainnya yang dapat disederhanakan sebagai faktor nonharga
berikut.
(1) Harga barang dan jasa itu sendiri.
(2) Harga barang lain yang terkait.
(1) Harga faktor produksi.
(2) Teknologi produksi.
(3) Jumlah pedagang/penjual.
(4) Tujuan perusahaan.
(5) Kebijakan pemerintah.
2) Daftar Penawaran
Daftar penawaran merupakan hubungkan antara kuantitas yang ditawarkan dengan harganya.
Berikut ini adalah disajikan daftar penawaran Jagung secara hipotetis.
Tabel 3.2
Daftar Penawaran Jagung
Harga Jagung
Per kilogram (ribu Rp)
Penawaran Jagung per bulan (ribu
ton)
5
4
3
2
1
20
15
10
5
0
Daftar penawaran jagung diatas menghubungkan kuantitas yang ditawarkan dengan harganya,
yang menunjukkan kuantitas jagung yang diproduksi dan dijual produsen pada setiap tingkat
harga. Skedul ini memperlihatkan hubungan langsung atau positif antara harga dan kuatitas yang
ditawarkan. Pada tingkat harga yang paling tinggi yaitu 5 satuan moneter jumlah yang ditawarkan
sebanyak 20 unit, sebaliknya pada harga paling rendah yaitu 1satuan moneter tidak satu unitpun
jagung yang ditawarkan. Dari hubungan tersebut berdasarkan pada Tabel 5.1 maka kurva
penawaran dapat dilukis. Kurva penawaran mempunyai slope yang positif, yaitu miring dari kiri
bawah ke kanan atas, yang menandakan bahwa semakin tinggi harga di pasar maka semakin
banyak kuantitas barang dan jasa yang ditawarkan.
3) Kurva Penawaran
Gambar 3.3 Kurva Penawaran Jagung
Qs = 5P - 5
Harga 5 H E
4 D M
3 G C
2 B
1 A L
0 5 10 15 20 Kuantitas
jagung
3) Fungsi Penawaran
Fungsi penawaran adalah penawaran yang dinyatakan dalamhubungan matematis dengan
faktor-faktor yang mempengaruhinya.
+ +/- - - + + +/- +
Qsx = f(Px, Py, Pi, C, Tek, Ped, Tuj, Kebij) ..................... (3.2)
Keterangan:
Qsx = Kuantitas penawaran barang X.
Px = Harga barang X.
Py = Harga barang Y (substitusi atau komplementer).
Pi = Harga faktor produksi.
C = Biaya produksi.
Tek = Teknologi produksi.
Ped = Jumlah pedagang.
Tuj = Tujuan perusahaan.
Kebij = Kebijakan pemerintah.
Tanda positif (+) dan negatif (-) menunjukkan pengaruh masing-masing variabel bebas
terhadap variabel terikat.
Perubahan dari titik A ke titik B disebut perubahan disepanjang kurva penawaran yang
disebabkan oleh harga barang X itu sendiri. Jika faktor ceteris paribus yang berubah maka kurva
penawarannya yang bergeser. Misalnya, kurva penawaran bergeser ke kiri atas (GH) atau ke
kanan bawah (LM).
3.6 Keseimbangan Pasar
Keseimbangan pasar adalah apabila jumlah yang ditawarkan para penjual pada suatu tingkat
harga tertentu adalah sama dengan jumlah yang diminta oleh pembeli pada harga yang sama
pula. Jika harga di bawah harga keseimbangan, terjadi kelebihan kuantitas yang dirminta.
Sebaliknya, jika harga melebihi harga keseimbangan terjadi kelebihan kuantitas yang ditawarkan.
Misalnya, kasus pasar mobil sedan. Fungsi permintaannya, Qd = 200 – 10P, sedangkan fungsi
penawarannya, Qs = -40 + 5P (Qd adalah kuantitas mobil sedan yang diminta, Qs adalah
kuantitas mobil sedan yang ditawarkan, dan P harga mobil sedan).
Gambar 3.4 Keseimbangan Pasar Mobil Sedan
Harga S
Qs = -40 + 5P
20 E
16
12
8 QD = 200 – 10P
4 D
0 50 100 150 200 Kuantitas mobil
Pengaruh perubahan atau faktor bukan harga yang pada akhirnya mempengaruhi permintaan
dan penawaran untuk selanjutnya akan mempengaruhi keadaan keseimbangan.
Permintaan, jika permintaan bertamabah ====>kurva permintaan bergeser kekanan, jika
permintaan berkurang ======> kurva permintaan bergeser ke kiri.
Penawaran, jika penawaran bertambah =====>kurva penawaran bergeser kekanan, dan jika
penawaran berkurang =====>kurva penawaran akan bergeser kekiri.
Kedua pengaruh permintaan dan penawaran itu bisa searah dan atau sendiri-sendiri yaitu bisa
karena permintaan saja atau bisa karena penawarannya saja.
3.7 Surplus Konsumen dan Surplus Produsen
Didalam menganalisis perlakuan permintaan dan penawaran di dalam keseimbangan pasar
seorang pembeli dan penjual sebenarnya mereka sama-sama mendapatkan keuntungan yang
disebut dengan surplus ekonomi. Bagi para konsumen surplus ekonomi yang mereka dapatkan
disebut dengan surplus konsumen dan bagi para penjual atau pengusaha disebut dengan surplus
produsen. Surplus ekonomi ini dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 3.5 Surplus Ekonomi
Harga
D
S
SK E
PE
SP
S
D
0 QE Q
Surplus konsumen merupakan perbedaan harga pasar dengan harga maksimal yang
bersedia dibayar oleh konsumen untuk memperoleh sejumlah barang. Surplus konsumen
merupakan nilai tambah terhadap setiap unit barang (sejumlah barang) diatas harga pasar yang
dibayarkan untuk setiap unit(sejumlah) barang tersebut. Oleh karena itu surplus konsumen
secara total dalam mengkonsumsi suatu jenis barang adalah merupakan luas bidang dibawah
kurva permintaan tetapi diatas garis harga keseimbangan. Dalam gambar diperlihatkan dengan
daerah SK (suplus konsumen).
Surplus produsen adalah merupakan jumlah kelebihan penerimaan yang diperoleh
produsen dari pada tidak menjual barang sama sekali. Atau jumlah yang dibayarkan kepada
produsen untuk sebuah barang dikurangi dengan biaya variabel total yang digunakan untuk
memproduksi barang tersebut. Dalam gambar diatas diperlihatkan pada daerah SP (surplus
produsen).
3.8 Konsep Elastisitas
Konsep elastisitas bila dihubungkan dengan harga dan kuantitas barang adalah mengukur
kepekaan perubahan kuantitas barang dan jasa dengan perubahan harga itu sendiri. Elastisitas
dalam numerik menunjukkan bahwa rasio persentase perubahan kuantitas barang dan jasa
dengan persentase perubahan harga. Kepekaan ini di dalam teori harga dipergunakan untuk
membahas teori permintaan dan penawaran.
1) Elastisitas Permintaan (Price elasticity of demand)
Elastisitas permintaan mengukur perubahan relatif dalam kuantitas unit barang yang diminta
sebagai akibat perubahan salah satu faktor yang mempengaruhinya, ceteris paribus.
(1) Elastisitas Harga (Price Elasticity of Demand), adalah mengukur berapa persen
permintaan terhadap suatu barang berubah bila harganya berubah sebesar satu persen.
)3.2(...........................)/(
)/(
%
%
arg
intdim
P
Q
Q
P
PP
P
QE
Atau
ahperubahanPersentase
ayangbarangkuantitasperubahanPersentaseE
P
P
∂
∂•−=
∂
∂−=
∂
∂−=
=
Jika Ep = ∞, elastisitas permintaannya adalah elastis sempurna (perpect elastic). Elastisitas ini
menunjukkan pada barang-barang yang mana kuantitas yang diminta berubah-ubah dengan
tidak adanya perubahan harga, atau dengan perkataan lain pada tingkat harga yang sama dapat
diminta kuantitas yang berbeda-beda. Kurva permintaannya sejajar dengan sumbu horisontal.
Jika Ep > 1, elastisitas permintaannya adalah elastis (elastic atau reality elastic); artinya
adalah kuantitas barang yang diminta sangat dipengaruhi oleh perubahan harga, atau artinya
untuk barang-barang yang sedikit saja harganya berubah sudah cukup untuk menyebabkan
terjadinya perubahan yang berarti pada kuantitas barang yang diminta.
Jika Ep < 1, elastisitas permintaannya adalah inelastis. Perubahan permintaan (dalam
persentase) lebih kecil daripada perubahan harga. Kalau harga naik 10 persen menyebabkan
kuantitas barang yang diminta turun, misalnya sebesar 5 persen. Permintaan barang kebutuhan
pokok umumnya inelastis.
Jika Ep = 1, elastisitas permintaannya adalah unitari. Jika harga naik 10 persen, kuantitas
barang yang diminta turun 10 persen juga.
Jika Ep = 0, elastisitasnya adalah inelastis sempurna. Berapapun harga suatu barang,
orang akan tetap membeli kuantitas yang dibutuhkan. Contohnya adalah permintaan garam.
Secara grafis tingkat elastisitas harga terlihat dari slope (kemiringan) kurva
permintaan. Bila kurva permintaan tegak lurus, permintaan inelastis sempurna (perfect inelastic);
perubahan harga tidak mempengaruhi kuantitas barang yang diminta. Bila kurva permintaan
sejajar sumbu datar, permintaan elastis tak terhingga (perfect elastic); perubahan harga sedikit
saja menyebabkan perubahan kuantitas barang yang diminta tak terhingga besarnya. Permintaan
elastis unitari (unitary elastic) kurva permintaannya membentuk sudut 45o. Jadi, semakin datar
kurva permintaan, makin elastis permintaan suatu barang dan jasa.
Gambar 3.6
Bentuk-bentuk Kurva Permintaan
Harga Ep = 0
Ep = ∞
Ep = 1
0 Kuantitas
a. Elastisitas Titik dan elastisitas Busur
Elatisitas titik (point elasticity) mengukur tingkat elastisitas pada titik tertentu pada kurva
permintaan. Konsep elastisitas ini digunakan bila perubahan harga yang terjadi sedemikian
kecilnya sehingga mendekati nol.
PQ
QP
PP
QQEp
∂
∂=
∂
∂−=
/
/
................................... (3.4)
Elastisitas busur (arch elasticity) mengukur elastisitas permintaan antara dua titik pada kurva
permintaan. Konsep elastisitas ini digunakan bila perubahan harga yang terjadi relatif besar.
)(2/1
)(2/1
21
21
PP
P
QEp
+
+•
∆
∆−=
............................ (3.5)
Gambar 3.7
Mengukur Elastisitas Titik
Harga A Harga
Ep > 1
P1 B Ep = 1
Ep < 1
C
0 Q1 Kuantitas 0 Kuantitas
(a) (b)
Hasil dari perhitungan rumus elastisitas titik akan sama dengan CB/BA atau CQ1/Q1O
atau OP1/P1A (Gambar 3.7a). Dengan demikian elastisitas pada tengah AC adalah sebesar 1
(Gambar 3.7b).
b. Faktor-faktor yang Menentukan Elastisitas Harga
(1) Tingkat substitusi. Semakin sulit mencari substitusi suatu barang, permintaan semakin
inelastis. Contoh, beras, garam. Beras bagi masyarakat Indonesia sulit dicari substitusinya.
Sedangkan garam tidak mempunyai substitusi, oleh karena itu permintaannya inelastis
sempurna.
(2) Jumlah pemakai. Semakin banyak jumlah pemakai, permintaan akan suatu barang semakin
inelastis. Contoh, barang kebutuhan pokok.
(3) Proporsi kenaikan harga terhadap pendapatan konsumen. Bila proporsi tersebut besar,
maka permintaan cenderung lebih elastis. Contoh, garam dan TV. Meskipun harga garam naik
50 persen akan tetapi kenaikan tersebut tidak berarti terhadap pendapatan jika dibandingkan
dengan kenaikan harga TV.
(4) Jangka waktu. Jangka waktu permintaan atas suatu barang juga mempunyai pengaruh
terhadap elastisitas harga. Namun hal ini tergantung pada apakah barang tahan lama atau
barang tidak tahan lama.
(2) Elastisitas Silang (Cross Elasticity)
Elastisitas silang (Ec) mengukur persentase perubahan kuantitas permintaan suatu barang
sebagai akibat perubahan harga barang lain sebesar satu persen.
)6.2(.............................................%
%
arg
intdim
Y
X
X
Y
Y
X
P
Q
Q
P
P
QEc
YbarangahperubahanPersentase
ayangXbarangjumlahperubahanPersentaseEc
∂
∂•=
∂
∂=
=
Nilai Ec mencerminkan hubungan antara barang X dengan barang Y. Bila Ec > 0,
Barang X merupakan substitusi barang Y. Kenaikan harga barang Y menyebabkan harga relatif
barang X lebih murah, sehingga kuantitas permintaan terhadap barang X meningkat. Contoh,
daging ayam dan daging sapi. Nilai Ec < 0 menunjukkan hubungan barang X dan barang Y adalah
komplementer. Contoh, pakaian atas dengan pakaian bawah.
(3) Elastisitas Pendapatan (Income Elasticity)
Elastisitas pendapatan (Ei) mengukur berapa persen perbahan kuantitas permintaan suatu
barang bila pendapatan berubah sebesar satu persen.
)7.2(................................................%
%
tan
intdim
I
Q
Q
I
I
QEi
PendapaperubahanPersentase
ayangbarangkuantitasperubahanPersentaseEi
∂
∂•=
∂
∂=
=
Nilai Ei umumnya positif, karena kenaikan pendapatan riil akan meningkatkan
kuantitas barang yang diminta. Makin besar nilai Ei, elastisitas pendapatan semakin besar.
Barang dengan Ei > 0 merupakan barang normal (normal goods). Bila nilai Ei antara 0 samapai
1, barang tersebut merupakan kebutuhan pokok (essential goods), Barang dengan nilai Ei > 1
merupakan barang mewah (luxury goods). Barang dengan Ei < 0, kuantitas barang yang diminta
justru menurun pada saat pendapatan nyata meningkat. Barang dengan Ei < 0 disebut barang
inferior (inferior goods).
Tabel 3.3
Elastisitas Harga, Elastisitas Silang,
Dan Elastisitas Pendapatan Beberapa Barang
Elastisitas
harga permintaan
Elastisitas
silang
Elastisitas
pendapatan
Barang Ep Barang Ec Barang Ei
Daging sapi 0,92
Beras 0,31
Gula 0,31
Listrik 1,20
Makanan restoran 2,27
Daging sapi, ayam 0,28
Teh, kopi 0,67
Keju, mentega -0,61
Gula, kopi -0,28
Listrik, gas 0,20
Minyak goreng 0,42
Beras -0,20
Daging sapi 0,35
Listrik 0,20
Makanan restoran 1,46
2) Elastisitas Penawaran
(1) Definisi
Elastisitas penawaran (Es) dapat didevinisikan dengan anlogi logika yang sama dengan
elastisitas permintaan. Elastisitas penawaran adalah angka yang menunjukkan berapa persen
kuantitas barang yang ditawarkan berubah, bila harga barang berubah satu persen. Elastisitas
penawaran juga dapat dikaitkan dengan faktor-faktor atau variabel-variabel lain yang dianggap
mempengaruhinya, seperti tingkat bunga, tingkat upah, harga bahan baku, dan harga bahan
antara lainnya.
)8.2(.......................................................%
%
arg
PQ
QP
P
QEs
ahperubahanPersentase
ditawarkanyangbarangkuantitasperubahanPersentaseEs
∂
∂=
∂
∂=
=
Secara grafis tingkat elastisitas penawaran dapat dilihat dari slope kurva penawarannya.
Semakin datar, semakin elastis penawaran suatu barang.
Gambar 3.8
Bentuk-bentuk Kurva Penawaran
Harga Es = 0 Es = 1
Semakin elastis
Es = ∞
45o
0 Kuantitas
(2) Faktor-faktor yang Menentukan Elastisitas Penawaran
a. Jenis produk. Kurva penawaran produk pertanian umumnya inelastis, sebab produsen
tidak mampu memberikan respon yang cepat terhadap perubahan harga. Sementara kurva
penawaran produk industri umumnya elastis, sebab mampu merespon cepat terhadap perubahan
harga. Bila harga tekstil meningkat, pabrik tekstil akan memperpanjang jam kerja mesin,
menambah jam kerja harian atau memberikan kesempatan lembur.
b. Sifat perubahan biaya produksi. Penawaran akan bersifat inelastis bila kenaikan
penawaran hanya dapat dilakukan dengan mengeluarkan biaya yang sangat tinggi. Bila
penawaran dapat ditambah dengan pengeluaran biaya yang tidak terlalu besar, penawaran akan
bersifat elastis. Hal tersebut tergantung pada; (1) Tingkat penggunaan kapasitas perusahaan.
Apabila kapasitasnya telah mencapai tingkat yang tinggi, investasi baru harus dilakukan untuk
menambah produksi. Keadaan ini kurva penawaran akan menjadi inelastis. (2) Kemudahan
memperoleh faktor-faktor produksi. Penawaran akan menjadi inelastis apabila faktor-faktor
produksi yang diperlukan untuk menaikkan produksi sulit diperoleh.
c. Jangka waktu. Jangka waktu juga dapat mempengaruhi besarnya elastisitas
penawaran suatu barang dan jasa. Hampir semua barang memiliki penawaran yang lebih elastis
dalam jangka panjang dibandingkan dalam jangka pendek. Sebab dalam jangka panjang
perusahaan mampu mengatasi kendala-kendala yang muncul dalam jangka pendek. Contoh,
perusahaan mobil.
MODUL 4
PERILAKU KONSUMEN
3.1 Pendahuluan
Para ekonom mengembangkan pemahaman-pemahaman dan peralatan analisis ekonomi
mikro. Dengan peralatan tersebut ilmu ekonomi mengamati perilaku konsumen dan perilaku
produsen. Perilaku konsumen penting dibahas agar dapat memahami sisi permintaan barang dan
jasa. Perilaku produsen penting dibahas untuk memahami sisi penawaran barang dan jasa.
3.2 Asumsi-asumsi Utama
Bagian ini akan menguraikan perilaku konsumen dalam menentukan alokasi sumber daya
ekonomi. Tujuan yang ingin dicapai oleh konsumen adalah kepuasan maksimum .
1) Barang (commodities)
Barang adalah benda dan jasa yang dikonsumsi untuk memperoleh manfaat atau
kegunaan. Barang dan jasa yang dikonsumsi mempunyai sifat semakin banyak dikonsumsi
semakin besar manfaat yang diperoleh (good), contoh pakaian. Sesuatu yang bila
konsumsinya ditambah justru mengurangi kenikmatan hidup (bad), tidak dimasukkan
kedalam analisis, contoh penyakit.
2) Utilitas (Utility)
Utilitas adalah manfaat yang diperoleh karena mengkonsumsi barang dan jasa. Utilitas
digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan oleh konsumen.
(1) Utilitas Total (Total Utility/TU), adalah manfaat total yang diperoleh dari seluruh barang
dan jasa yang dikonsumsi.
(2) Utlitas Marjinal (Marginal Utility/MU), adalah tambahan manfaat yang diperoleh karena
menambah konsumsi sebanyak satu unit barang.
(3) Utilitas Rerata (Average Utility/AU), adalah manfaat rata-rata yang diperoleh dari
mengkonsusmsi seluruh barang dan jasa.
3) Hukum Pertambahan Manfaat yang Semakin Menurun (The Law of Diminishing Marginal
Utility). Pada awalnya penambahan konsumsi suatu arang akan memberi tambahan utilitas
yang besar, tetapi makin lama pertambahan tersebut bukan saja semakin menurun bahkan
menjadi negatif. Dalam analisis perilaku konsumen, gejala LDMU dilihat dari makin
menurunnya nilai utilitas marjinal, dan analisisnya disebut analisis marjinal (marginal
analysis).
4) Konsistensi Preferensi (Transitivity), konsep preferensi berkaitan dengan kemampuan
konsumen menyusun prioritas pilihan agar dapat mengambil keputusan. Minimal ada dua
sikap yang berkaitan dengan preferensi konsumen, (1) lebih disukai (prefer) dan atau (2)
sama-sama disukai (indifference). Misal, ada dua barang X dan Y, maka konsumen
mengatakan X lebih disukai daripada Y (X>Y) atau X sama-sama disukai seperti Y (X=Y).
Tanpa sikap ini perilaku konsumen sulit dianalisis. Syarat lain agar perilakunya dapat
dianalisis, konsumen harus memiliki konsistensi preferensi. Bila barang X lebih disukai
daripada Y dan barang Y lebih disukai dari Z (Y>Z), maka barang X lebih disukai dari Z (X>Z).
Konsep ini disebut transitivitas (Transitivity).
5) Pengetahuan Sempurna (Perfect Knowledge), konsumen diasumsikan memiliki informasi
atau pengetahuan yang sempurna barkaitan dengan keputusan konsumsinya. Misal, kualitas
barang, kapasitas produksi, teknologi, dan harga barang di pasar.
3.3 Teori Kardinal (Cardinal Theory)
Teori Kardinal menyatakan bahwa utilitas dapat dihitung secara nominal, sedangkan
satuan ukuran utilitas adalah util. Keputusan untuk mengkonsumsi suatu barang berdasarkan
perbandingan antara manfaat yang diperoleh dengan biaya yang harus dikeluarkan. Total
uang yang harus dikeluarkan untuk konsumsi adalah jumlah unit barang dikalikan harga per
unit. Untuk setiap unit tambahan konsumsi, tambahan biaya yang harus dikeluarkan sama
dengan harga barang per unit. Contoh, lihat Tabel berikut.
Tabel 3.1
Utilitas Total dan Utilitas Marjinal konsumsi baju
Harga
baju/helai
(Rp)
Jumlah baju
yang
dikonsumsi
(helai)
Uang yang
harus
dikeluarkan
(Rp)
Utilitas
Total/TU (util)
Utilitas
Tambahan/
MU
(util)
25.000
25.000
25.000
25.000
25.000
25.000
25.000
25.000
1
2
3
4
5
6
7
8
25.000
50.000
75.000
100.000
125.000
150.000
175.000
200.000
50.000
125.000
185.000
225.000
250.000
250.000
225.000
100.000
50.000
75.000
60.000
40.000
25.000
0
-25.000
-125.000
Baju pertama memberikan manfaat sebesar 50 util. Baju yang kedua memberi tambahan
manfaat (MU) lebih besar daripada baju yang pertama, yaitu sebesar 75 util. Seandainya
konsumsi baju terus ditambah, maka setelah baju kelima penambahan konsumsi tidak
menambah TU, bahkan dapat menurunkan TU karena MU < 0 (negatif). Perilaku konsumen
dalam Tabel 3.1 dapat diterjemahkan dalam bentuk grafik berikut.
Gambar 3.1
Kurva Utilitas Total dan Utilitas Marjinal
Util (ooo)
250
225
200
175
150
125
100 TU
75
50
25
0 1 2 3 4 5 6 7 8 Baju
MU
Berdasarkan Tabel 3.1 dan Gambar 3.1, bahwa konsumsi baju akan berhenti dikonsumsi
pada baju yang kelima. Jika setelah itu penambahan jumlah baju yang dikonsumsi, tindakan itu
bukan saja tidak menambah TU, bahkan menguranginya. Konsumsi baju akan dihentikan pada
saat harga baju (Rp 25.000) sama dengan nilai utilitas marjinalnya (25.000 util).
Prinsip ini berlaku untuk semua barang dan jasa, sehingga konsumen akan mencapai
kepuasan maksimum pada saat:
MUX = PX ..................................................................... (3.1)
MUX = tambahan manfaat X dan PX = Harga per unit X.
3.4 Teori Ordinal (Ordinal Theory)
1) Kurva Indiferensi (Indifference Curve)
Teori ordinal menyatakan bahwa utilitas tidak dapat dihitung, hanya dapat
diperbandingkan dan menggunakan kurva indiferensi untuk menggambarkan perilaku konsumen.
Namun untuk keperluan studi diasumsikan bahwa informasi dari kurva indiferensi dapat
dikuantitatifkan dengan sebuah bentuk fungsi. Kurva indiferensi adalah kurva yang
menunjukkan berbagai kombinasi konsumsi dua macam barang yang memberikan tingkat
kepuasan yang sama bagi seorang konsumen. Sekumpulan kurva indiferensi (indifference map)
dihadapi oleh hanya seorang konsumen. Rumusan persamaan kuva indiferensi dapat ditulis
berikut ini.
U = f(X,Y) = X.Y (U = tingkat kepuasan atau utilitas, X = nasi goreng per bulan dan Y =
konser per bulan). Untuk menggambarkan tingkat kepuasan tertentu dari beberapa kombinasi
nasi goreng dan konser dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.2
Konsumsi Nasi Goreng dan Konsumsi Konser
Yang Memberikan Tingkat Kepuasan Sama
Nasi Goreng (porsi per bulan) Konser (kali per bulan)
25
20
10
5
4
4
5
10
20
25
Gambar 3.2
Kurva Indiferensi Konsumsi Nasi Goreng dan Konser
Nasi Goreng
25
20
15
10
5 IC
0 5 10 15 20 25 Konser
2) Asumsi-asumsi Kurva Indiferensi
a. Semakin jauh kurva indiferensi dari titik origin, semakin tinggi tingkat kepuasannya.
Konsumen dapat membandingkan pilihannya dengan melihat peta indiferensi.
b. Kurva indiferensi menurun dari kiri atas ke kanan bawah (downward sloping) dan cembung
ke titik origin (convex to origin). Menggambarkan adanya kelangkaan. Bila suatu barang
semakin langka, maka harganya semakin mahal. Hal ini dapat dijelaskan dengan konsep
Marginal Rate of Substitution (MRSXY), yaitu berapa banyak barang Y yang harus
dikorbankan untuk menambah i unit barang X untuk menjaga tingkat kepuasan yang
sama.
c. Kurva indiferensi tidak saling berpotongan. Asumsi ini penting agar asumsi transitivitas
terpenuhi.
4) Kurva Garis Anggaran (Budget Line Curve)
Garis anggaran (budget line) adalah kurva yang menunjukkan kombinasi konsumsi dua
macam barang yang membutuhkan biaya (anggaran) yang sama besar.
BL = PX.QX + PY.QY ................................................ (3.2)
BL = Garis anggaran, PX, PY = harga per unit barang X dan barang Y, sedangkan Q =
kuantitas barang yang dikonsumsi.
Gambar 3.2
Kurva Garis Anggaran
Y
Y3
Y2 BL = PX.QX + PY.QY
Y1
0 X3 X2 X1 X
Kemiringan kurva BL adalah negatif, yang merupakan rasio PX dan PY. 0Y = besarnya
pendapatan (M) dibagi harga Y, sedangkan 0X = besarnya pendapatan (M) dibagi harga X,
sehingga slope kurva garis anggaran adalah –PX/PY. Berdasarkan kurva BL juga, PX.X1 + PY.Y1
= PX.X2 + PY.Y2 = PX.X3 +PY.Y3.
5) Keseimbangan Konsumen
Keseimbangan konsumen adalah kondisi di mana konsumen telah mengalokasikan
seluruh pendapatannya untuk konsumsi. Uang yang dimiliki dikonsumsi untuk mencapai tingkat
kepuasan yang maksimum. Atau untuk tingkat kepuasan tertentu dapat dicapai dengan anggaran
minimal. Secara grafis kondisi keseimbangan konsumen tercapai pada saat kurva garis anggaran
(tingkat kemampuan) bersinggungan dengan kurva indiferensi (tingkat kepuasan).
Gambar 3.3
Maksimalisasi Kepuasan/Keseimbangan Konsumen
Y IC2 IC3
A IC1
Y1 E
0 X1 B X
Gambar 3.3 menggambarkan maksimalisasi kepuasan dengan kemampuan yang dimilik BL =
garis AB. Tingkat kepuasan tertinggi yang dapat diperoleh adalah di titik E (persinggungan antara
garis AB dengan IC2). Pada titik keseimbangan kombinasi konsumsi adalah 0X1 unit barang X
dan 0Y1 unit barang Y.
6) Reaksi Terhadap Perubahan Harga Barang dan Penadapatan Nominal
Keseimbangan yang dicapai dapat berubah karena pendapatan nyata berubah. Jika
pendapatan nyata meningkat, konsumen dapat menaikkan tingkat kepuasannya. Sebaliknya bila
pendapatan nyata menurun, dengan terpaksa konsumen menurunkan tingkat kepuasannya
disesuikan dengan kemampuan anggaran yang menurun. Salah satu faktor yang dapat
mengubah pendapatan nyata adalah perubahan harga barang.
Sepuluh Prinsip Ekonomi
Kata ekonomi berasal dari bahasa Yunani yang artinya seseorang yang mengatur rumah tangga.
Sekilas hal ini terdengar aneh. Namun faktanya adalah rumah tangga dan ekonomi mempunyai
banyak kesamaan. Sedangkan ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana
masyarakat mengelola sumber daya mereka yang terbatas.
Dalam realitas hidup banyak pilihan dan antara berbagai alternatif yang bisa dipilih maka individu
harus membuat keputusan. Adapun prinsip – prinsip ekonomi dibagi dalam 10 prinsip ekonomi,
yaitu :
1. Setiap orang melakukan TradeOff
Pelajaran pertama mengenai pengambilan keputusan dapat dirangkum dalam pribahasa “tidak
sesuatu yang gratis di dunia ini” artinya saat hendak mendapatkan sesuatu maka kita harus
mengorbankan sesuatu yang lainnya.
Sebagai contoh, saat seseorang memilih belajar, maka orang tersebut telah kehilangan
kesempatan untuk mengerjakan hal lainnya seperti bermain futsal, sepeda atau jalan-jalan.
Kegiatan lain yang tidak bisa dilakukan saat seseorang tersebut belajar di sebut sebagai biaya.
Tradeoff yang dihadapi masyarakat adalah effisiensi artinya masyarakat mendapatkan hasil
optimal dari sumberdaya langka yang ada. Dan pemerataan yaitu pembagian hasil yang merata
dari sumberdaya langka tersebut terhadap masyarakat.
Efisiensi adalah kondisi dalam masyarakat untuk memperoleh manfaat maksimal dari sumber
daya mereka yang terbatas. Sedangkan pemerataan adalah pendistribusian kesejahteraan
ekonomi secara wajar ke pada para anggota masyarakat.
2. Pengorbanan biaya untuk mendapatkan sesuatu.
Seperti yang telah dijelaskan pada prinsip pertama, pengertian biaya adalah apa yang kita
korbankan untuk mendapatkan sesuatu. Hal tersebut dalam ilmu ekonomi biasa disebut sebagai
opportunity cost.
3. Orang berpikir secara rasional
Artinya saat seseorang menentukan keputusan atau pilihan, orang tersebut bekerja pada pikiran
rasional. Saat menghadapi pilihan untuk melanjutkan sekolah (S2) atau mecari kerja. Yang ia
pikirkan adalah apa keuntungan dari melanjutkan sekolah yaitu pengetahuan, pekerjaan yang
lebih baik dan penghasilan lebih bersar. Atau memilih mencari kerja dengan keuntungan yaitu
lebih cepat memiliki penghasilan sendiri. Dan kerugiannya, yaitu kehilangan hal-hal dari pilihan
yang ia tinggalkan.
Inilah yang terpenting dari 10 prinsip ekonomi ini.
4. Orang tanggap terhadap insentif
Seseorang biasanya akan lebih “aktif” saat seseorang tersebut mendapatkan keuntungan
tambahan dari apa yang ia kerjakan. Contohnya seseorang akan bekerja sesuai porsi saat
penghasilannya tetap, tetapi saat ada insentif maka ia akan bekerja secara ekstra dari
sebelumnya. Contoh lainnya adalah seperti motto Pak Ogah, yang hanya akan bekerja apabila
ada “cepe”.
5. Perdagangan Menguntungkan Semua Pihak
Pada prinsip ini yang paling ditonjolkan adalah spesialisasi, contohnya yaitu suatu Negara akan
memproduksi sesuai kemampuan yang paling optimal ( biaya produksi rendah, kemampuan
produksi tinggi, kualitas bagus) yang dimiliki lalu menjualnya ke Negara lain yang tidak optimal
produksinya dari barang tersebut dan barang produksi yang tidak bisa dihasilkan secara optimal
maka Negara tersebutpun akan membeli dari Negara lain yang produksinya lebih optimal.
6. Pasar secara umum adalah sarana terbaik untuk mengkoordinasikan kegiatan ekonomi.
Dengan menggunakan jenis perekonomian pasar, keputusan-keputusan dari suatu perencanaan
yang terpusat, digantikan oleh keputusan-keputusan dari jutaan perusahaan dan rumah tangga.
Perusahaan memutuskan siapa yang akan dipekerjakan dan barang apa yang akan diproduksi,
kemudian rumah tangga memutuskan akan bekerja di perusahaan mana dan akan membeli
barang apa dari penghasilan mereka. Perusahaan dan rumah tangga saling berinteraksi di pasar,
dimana harga dan kepentingan-kepentingan pribadi mempengruhi dan memandu keputusan-
keputusan yang mereka buat.
7. Pemerintah Kadang Mampu Meningkatkan faktor produksi.
Seperti dalam kasus krisis perekonomian seperti sekarang diamana banyak perisahaan yang
bangkrut dan terjadi kegagalan pasar, pemerintah dapat turun tangan dan menyelamatkan
perusahaan tersebut dari kebangkrutan, dan menjaga kemampuan produksi sekaligus
meminimalisir angka pengangguran dengan cara melakukan buyout, atau pembelian/pengambil
alihan sebuah perusahaan oleh pemerintah. Walau begitu pemerintah tidak selalu harus
melakukan hal tesebut.
8. Standar hidup negara bergantung pada kemampuan dalam memproduksi barang dan
jasa
Apa yang bisa menjelaskan perbedaan-perbedaan yang sangat besar antara satu standar hidup
dengan standar hidup lainnya diberbagai Negara di dunia?. Jawabannya cukup sederhana, yaitu
kemampuan factor produksi dari suatu Negara. Dinegara dimana para pekerjanya dapat
menghasilakan barang dan jasa dalam jumlah besar per satu satuan waktu, sebagian besar
masyarakatnya hidup dalam standar hidup yang tinggi. Begitu pula sebaliknya. Hubungannya
yaitu tingkat pertumbuhan produktivitas suatu Negara menetukan tingkat pertumbuhan
pendapatan rata-ratanya.
9. Harga-harga akan meningkat jika pemerintah mencetak uang dalam jumlah banyak
Tingginya tingkat peredaran uang akibat dari tingginya produksi uang itu sendiri, menyebabkan
nilai dari uang tersebut menjadi semakin kurang berharga yang berdampak pada terjadinya
inflasi. Sehingga harga barang naik karena niali dari uang tersebut menurun.
10. Masyarakat menghadapi trade-off jangka pendek antara inflasi dan pengangguran
Tradeoff antara inflasi dan pengangguran sifatnya hanyalah sementara, namun dapat
berlangsung menahun. Dinegara tertentu meningkatnya inflasi akan mengurangi pengangguran.
Namun hal tersebut tampaknya tidak terjadi di Indonesia.
SEKIAN
Daftar Bacaan yang disarankan:
1. Pengantar Ekonomi Makro (Edisi Asia), Cet 2, N. Gregory Mankiw, Salemba Empat, 2013.
2. Pengantar Ekonomi Mikro (Edisi Asia), N. Gregory Mankiw, Salemba Empat, 2012.