Modul timor leste - UNUD

63
UNIVERSITAS UNIVERSITAS UNIVERSITAS UNIVERSITAS UDAYANA UDAYANA UDAYANA UDAYANA 20 20 20 2016 16 16 16 Matrikulasi Mahasiswa S1 Timor Leste Dosen Pengampu: Dr. Ida Bagus Putu Purbadharmaja,SE.,ME. MODUL DASAR-DASAR TEORI EKONOMI

Transcript of Modul timor leste - UNUD

Page 1: Modul timor leste - UNUD

UNIVERSITAS UNIVERSITAS UNIVERSITAS UNIVERSITAS UDAYANAUDAYANAUDAYANAUDAYANA

2020202016161616

Matrikulasi Mahasiswa S1 Timor Leste

Dosen Pengampu:

Dr. Ida Bagus Putu Purbadharmaja,SE.,ME.

MODUL

DASAR-DASAR TEORI EKONOMI

Page 2: Modul timor leste - UNUD

BAGIAN 1

TINJAUAN RINGKAS MENGENAI TEORI, MASALAH

DAN KEBIJAKAN EKONOMI

1.1 MIKRO EKONOMI

� Kajian bagian kecil-kecil dari bagian perekonomian, atau kajian mengenai kegiatan individual

konsumen, perusahaan atau pasar.

� Fokus analisis untuk membuat pilihan:

� Efesiensi dalam penggunaan sumberdaya

� Memperoleh kepuasan yang maksimum

1.2 EKONOMI MAKRO

� Kajian ekonomi makro adalah global (agregat), konsumen agregat, pengusaha dan perilaku

perekonomian secara keseluruhan.

� Fokus analisis ekonomi makro:

� Menentukan tingkat kegiatan dalam perekonomian sesuai dengan permintaan;

� Menentukan campur tangan pemerintah untuk mencapai kinerja ekonomi yang

dikehendaki.

1.3 ISU-ISU UTAMA DALAM EKONOMI MIKRO

♦ Kegiatan produksi

♦ Kegiatan konsumsi

1.4 MASALAH DALAM EKONOMI MIKRO

♦ Jenis apakah barang dan jasa yang harus diproduksi;

♦ Bagaimanakah caranya memproduksi berbagai barang dan jasa yang dibutuhkan tersebut;

♦ Untuk siapakah berbagai barang dan jasa tersebut diproduksi.

1.5 MASALAH EKONOMI MAKRO

♦ Mengapa pada suatu wilayah terjadi pengangguran, dan kenapa semakin buruk keadaannya?

♦ Mengapa kenaikan harga-harga seringkali diikuti oleh masalah pengangguran yang serius?

♦ Mengapa di berbagai wilayah tidak mengalami pertumbuhan ekonomi yang sama cepat?

♦ Mengapa kegiatan perekonomian tidak mengalami perkembangan yang stabil, kadang-

kadang naik, turun atau stagnan.

Page 3: Modul timor leste - UNUD

Sejak dekade 1930-an dengan adanya Great Depression (1929 – 32) analisis ekonomi

lebih banyak tertuju pada masalah: pengangguran, inflasi, ketidakstabilan ekonomi dan

pertumbuhan, yang dipelopori oleh J.M. Keynes.

1.6 ISU-ISU UTAMA EKONOMI MAKRO

♦ Berusaha menjawab pertanyaan/masalah ekonomi umum;

♦ Berusaha menerangkan keadaan yang menciptakan masalah-masalah tersebut;

♦ Berusaha mengambil langkah-langkah yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah-

masalah tersebut.

1.7 PENENTUAN KEGIATAN EKONOMI

Tingkat keseimbangan suatu perekonomian ditentukan oleh pengeluaran (permintaan)

agregat dan penawaran agregat.

Komponen pengeluaran agregat terdiri dari:

1. Pengeluaran konsumsi rumahtangga;

2. Investasi dunia usaha

3. Pengeluaran dan investasi pemerintah

4. Ekspor

1.8 MASALAH-MASALAH POKOK PEREKONOMIAN

i. Masalah pertumbuhan ekonomi;

ii. Masalah ketidakstabilan kegiatan ekonomi;

iii. Masalah pengangguran dan inflasi;

iv. Masalah neraca perdagangan dan neraca pembayaran.

1.9 PERTUMBUHAN EKONOMI

Perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan produksi barang dan

jasa dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat.

Peningkatan kemampuan produksi oleh masyarakat pada suatu negara disebabkan

karena terjadi penambahan faktor-faktor produksi, baik kuantitas maupun kualitasnya. Teknologi

lebih baik, pengalaman dan pendidikan SDM meningkat.

1.10 KURVA KEMUNGKINAN PRODUKSI DAN PENGANGGURAN (KKP)

Page 4: Modul timor leste - UNUD

KKP adalah batas produksi maksimum yang dapat diciptakan oleh suatu negara pada

periode waktu tertentu dengan jumlah kombinasi faktor-faktor produksi tertentu.Gambar 1. Kurva

Kemungkinan Produksi (KKP)

C

Bara

ng p

ert

ania

n

A R P Yo Y1 M

0 X1 Xo B D Barang industry

♦ Kemakmuran masyarakat maksimum apabila kombinasi barang pertanian dan barang industri

pada kombinasi AB, yang ada pada titik P. Barang pertanian diproduksi sebesar Yo dan

barang industri Xo.

♦ Pada titik M terjadi pengangguran faktor-faktor produksi, karena digunakan dibawah

kapasitas.

♦ Dengan berkembangnya teknologi dan adanya pertambahan faktor-faktor produksi,

memungkinkan suatu negara untuk berproduksi lebih banyak. KKP bergeser dai AB ke CD.

Titik R merupakan kombinasi optimal yang dicapai.

1.11 PENDAPATAN NASIONAL POTENSIAL DAN SEBENARNYA

Pendapatan nasional potensial adalah tingkat pendapatan nasional yang dicapai apabila

segala sumberdaya, khususnya tenaga kerja sepenuhnya digunakan.

Page 5: Modul timor leste - UNUD

Gambar 2. Pendapatan nasional potensial dan sebenarnya.

160

Pendapata

n n

asio

nal r

iil

140 Pendapatan nasional potensial

140

120

100

80 Pendapatan nasional sebenarnya

60 Jurang PNB

40

20

0 1982 1984 1986 1988 1990 1992 1994

1.12 PENGANGGURAN

Keadaan dimana seseorang yang tergolong angkatan kerja dan ingin mendapat

pekerjaan, tetapi belum dapat memperolehnya.

Pengangguran pada intinya dibedakan dalam dua golongan besar, yaitu:

1) Pengangguran alamiah yang terdiri dari:

a) Pengangguran friksional atau pengangguran normal, atau pengangguran mencari.

Hal ini terjadi bukan karena ketidak mampuan untuk mendapatkan pekerjaan, tetapi

keinginan untuk memperoleh pekerjaan yang lebih baik (baik dari sudut tingkat

pendapatannya, maupun masa depannya).

b) Pengangguran struktural, yaitu yang diakibatkan oleh perkembangan ekonomi yang

diikuti oleh perubahan struktur dan corak kegiatan ekonomi. Misalnya akibat banyak tanah

digunakan untuk industri, petani menjadi banyak yang menganggur. Pengangguarn yang

diakibatkan oleh mekanisasi pada suatu sektor disebut penagguran teknologi.

2) Penganguran siklikal, yaitu yang diakibatkan oleh perubahan dalam tingkat kegiatan

ekonomi.

Page 6: Modul timor leste - UNUD

1.13 SEBAB-SEBAB PENGANGGURAN

Kekurangan pengeluaran agregat, sebagai akibat rendahnya permintaan. Akibat

kurangnya permintaan, produksi dikurangi, sehingga penggunaan tenaga kerja juga berkurang.

Rendahnya permintaan diakibatkan oleh rendahnya tingkat pendapatan nasional.

1.14 FAKTOR LAIN PENYEBAB PENGANGGURAN

♦ Ingin mencari pekerjaan yang lebih baik

♦ Digunakan peralatan modern yang hemat TK

♦ Tidak sesuainya antara ketrampilan dimiliki dengan yang diperlukan oleh industri-industri.

1.15 AKIBAT BURUK PENGANGGURAN

♦ Pengangguran mengurangi pendapatan masyarakat dan mengurangi tingkat kemakmuran

yang mereka capai.

♦ Pengangguran yang berkepanjangan juga menimbulkan efek psikologis bagi penganggur

atau keluarganya.

1.16 PERHITUNGAN DAN BEBERAPA ISTILAH PENGANGGURAN

♦ Usia kerja: penduduk yang berusia 10 tahun ke atas.

♦ Angkatan kerja: penduduk yang berusia 10 tahun ke atas yang ingin bekerja.

♦ Penyerapan tenaga kerja : penggunaan tenga kerja yang sebenarnya.

Contoh :

Penduduk usia kerja : 12.000 orang

Angkatan kerja : 9.100 orang

Penyerapan tenaga kerja : 8.500 orang

Partisipasi angkatan kerja =

9.100 X 100% = 65%

12.000

Jumlah pengangguran = 9.100 – 8.500 = 600 orang

Tingkat Pengangguran =

600 X 100% = 6,59%

9.100

1.17 INFLASI

Didifinisikan sebagai suatu kenaikan harga-harga secara umum dari satu periode ke

periode lainnya.

Page 7: Modul timor leste - UNUD

♦ Tingkat inflasi rendah (merayap) di bawah 2 – 4% pertahun;

♦ Tingkat inflasi moderat : 5 – 10 % pertahun;

♦ Tingkat inflasi serius (hyper) : ratusan persen

1.18SUMBER INFLASI

i. Tingkat permintaan agregat melebihi kapasitas dunia usaha dalam menghasilkan

barang/jasa (exceed demand inflation).

ii. Adanya tuntutan kenaikan upah dari para pekerja (cost push inflation).

1.19 FAKTOR LAIN PENYEBAB INFLASI

i. Kenaikan harga barang-barang impor

ii. Penambahan penawaran uang yang berlebihan tanpa diikuti oleh pertambahan

produksi/penawaran barang/jasa

iii. Kekacauan politik dan ekonomi, sebagai akibat pemerintah yang kurang bertanggung-jawab.

1.20 AKIBAT BURUK DARI INFLASI

♦ Kemakmuran sebagian besar masyarakat menjadi merosot;

♦ Prospek pembangunan ekonomi jangka panjang menjadi semakin buruk;

♦ Inisiatif untuk melakukan investasi yang produktif berkurang;

♦ Mengurangi ekspor dan menambah impor;

♦ Memperlambat pertumbuhan ekonomi.

1.21 PERHITUNGAN INFLASI

Inflasi dihitung dengan menggunakan indeks harga konsumen, dengan langkah-langkah:

1. Memilih tahun dasar;

2. Menentukan jenis barang-barang yang akan diamati perubahan harganya;

3. Menghitung indeks harga.

Tabel 1. Perhitungan Indeks Harga

Page 8: Modul timor leste - UNUD

Kelompok Barang

Bobot Tahun Dasar (1980) Tahun Diamati (1993)

Harga (Rupiah)

Harga X Bobot

Harga (Rupiah)

Harga X Bobot

A 50 1.000 50.000 2.000 100.000

B 20 5.000 100.000 11.000 220.000

C 5 5.000 25.000 16.000 80.000

D 25 3.000 75.000 8.000 200.000

Jumlah 250.000 600.000

240100250000

6000001993 == xIH

Tingkat inflasi = 240 – 100 = 140%

1.22 PEREKONOMIAN TERBUKA

Suatu negara yang melakukan hubungan dagang dengan negara lain, disebut dengan

istilah perekonomian terbuka.

1.23 PERANAN PERDAGANGAN LUAR NEGERI

♦ Memperluas pasar barang-barang buatan DN, sehingga dunia usaha dapat mengembangkan

usahanya.

♦ Kesejahteraan masyarakat akan lebih meningkat, karena mereka dapat mengkonsumsi

barang/jasa yang tidak dapat diproduksi/dilakukan di dalam negeri.

1.24 AKIBAT BURUK DARI IMPOR YANG BERLEBIHAN

♦ Menyebabkan terjadi pengangguran, karena permintaan produksi DN berkurang.

♦ Terjadi pelarian modal ke luar negeri.

1.25 NERACA PEMBAYARAN

Suatu ringkasan peJ,mbukuan yang menunjukkan aliran pembayaran yang dilakukan dari

suatu negara ke negara-negara lain.

Page 9: Modul timor leste - UNUD

1.26 KOMPONEN NERACA PEMBAYARAN

i. Penerimaan dari ekspor dan pembayaran untuk impor atas barang dan jasa, yang sering

disebut Neraca Transaksi Berjalan;

ii. Aliran masuk penanaman modal asing dan aliran keluar penanaman modal ke luar negeri;

iii. Aliran masuk atau ke luar modal jangka pendek (deposito).

Page 10: Modul timor leste - UNUD

Contoh Neraca Pembayaran (dalam triliun rupiah)

Pasiva (pembayaran) Aktiva (penerimaan) A. Transaksi Berjalan (current account) 1. Impor barang 270 1. Ekspor barang 320 2. Impor Jasa 40 2. Ekspor jasa 30 Jumlah 310 Jumlah 350

I. Neraca transaksi berjalan 40

B. Lalulintas modal (capital account) 1. Modal pemerintah 20 1. Modal pemerintah 50 2. Modal swasta 20 2. Modal swasta 40 40 90

II. Neraca lalu lintas modal 40 C Gabungan neraca transaksi berjalan 90 D Selisih perhitungan 2

NERACA KESELURUHAN 92

1.27 KURS DAN CADANGAN DEVISA

KURS : menunjukkan banyaknya uang dalam negeri yang diperlukan untuk membeli valuta

asing tertentu.

Gambar 2. Kurs diantara uang rupiah dan dollar.

Kurs $

(rupiah)

Kelebihan penawaran S

15.000

E

10.000

8.000

D

Kelebihaan permintaan Q0 Jumlah $

1.28 NERACA PEMBAYARAN :SALAH SATU YANG MEMPENGARUHI KURS

♦ Difisit NP cendrung menaikkan nilai valuta asing

♦ Surplus NP cendrung menurunkan nilai valuta asing

Page 11: Modul timor leste - UNUD

1.29 ALAT KAJIAN KINERJA PEREKONOMIAN

i. Pendapatan nasional

ii. Penyerapan tenaga kerja dan pengangguran

iii. Tingkat perubahan harga-harga

iv. Neraca pembayaran

1.30 PENDAPATAN NASIONAL

Pendapatan nasional atau produk nasional menggambarkan tingkat produksi barang dan

jasa suatu negara yang dicapai dalam satu tahun.

a. PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB)

PDB adalah nilai barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri dari faktor-faktor

produksi baik yang dimiliki oleh orang pribumi maupun warganegara asing.

b. PRODUK NASIONAL BRUTO (PNB)

PNB adalah nilai barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri dan di luar negeri dari

faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh orang warganegara tersebut.

1.31 TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI

PNB atau PDB dapat digunakan untuk:

♦ Menilai prestasi pertumbuhan ekonomi

♦ Menilai tingkat kesejahteraan masyarakat dan perkembangannya.

Page 12: Modul timor leste - UNUD

Tabel 2. Pertumbuhan PDB, Penduduk dan PDB perkapita, tahun 1993 - 1992.

No Uraian 1993 1994 Perkem- bangan (%)

a. PDB (milyard rp)

120.000 126.000 5,00

b. Penduduk (juta orang)

120 122 1,67

c. PDB perkapita (ribu rp)

1.000 1.033 3,28

Pertumbuhan PDB = 126.000 – 120.000

X 100% = 5% 120.000

Pertumbuhan penduduk =

122 – 120 X 100% = 1,67% 120

Pertumbuhan PDB perkapita =

1.033 – 1.000 X 100% = 3,28% 1.000

Tabel 3. Pertumbuhan PDB, Penduduk dan PDB perkapita, tahun 1993 - 1998.

No Uraian 1993 1998 Perkem- bangan (%)

a. PDB (milyard rp)

120.000 142.000 4,00

b. Penduduk (juta or)

120 132 2,00

c. PDB perkapita (ribu rp)

1.000 1.091 1,82

1.32 TUJUAN KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI

i. Menstabilkan kegiatan ekonomi

ii. Mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh tanpa inflasi

iii. Menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tangguh

iv. Menghindari inflasi.

1.33 KEBIJAKAN MENSTABILKAN EKONOMI

i. Tingkat penggunaan tenaga kerja yang tinggi;

ii. Tingkat harga-harga tidak menunjukkan perubahan yang berarti;

iii. Terdapat keseimbangan antara ekspor-impor dan lalu lintas modal dari/ke luar negeri.

Page 13: Modul timor leste - UNUD

1.34 KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI

♦ Kebijakan fiskal

♦ Kebijakan moneter

♦ Kebijakan sisi permintaan

♦ Kebijakan sisi penawaran

a. KEBIJAKAN FISKAL

Meliputi langkah-langkah pemerintah membuat perubahan dalam bidang perpajakan dan

pengeluaran pemerintah dengan maksud mempengaruhi pengeluaran agregat dalam

perekonomian.

b. KEBIJAKAN MENOTER

Meliputi langkah-langkah pemerintah yang dilaksanakan oleh BI untuk mempengaruhi

penawaran uang dalam perekonomian, antara lain merubah tingkat bunga dengan maksud untuk

mempengaruhi pengeluaran agregat.

c. KEBIJAKAN SISI PERMINTAAN

Oleh karena kebijakan fiskal dan moneter bermaksud untuk mempengaruhi pengeluaran

(permintaan) agregat, maka kebijakan ini juga disebut kebijakan sisi permintaan.

d. KEBIJAKAN SISI PENAWARAN

Bertujuan untuk mempertinggi efisiensi kegiatan dunia usaha, sehingga dapat

menawarkan barang/jasa dengan harga yang lebih murah dan mutu yang lebih baik.

1.35 BEBERAPA KEBIJAKAN SISI PENAWARAN

i. Penurunan pajak pendapatan rumah tangga

ii. Pengurangan/pembebasan pajak bagi perusahaan yang melakukan inovasi atau yang

menggunakan teknologi yang lebih canggih.

Page 14: Modul timor leste - UNUD

BAGIAN 2

KESEIMBANGAN PENDAPATAN DALAM EKONOMI DUA SEKTOR

Sebelum membahas keseimbangan pendapatan ekonomi dua sektor, terlebbih dahulu

dalam bagian ini dibahas mengenai proses aliran melingkar pendapatan perekonomian dua

sektor serta hubungan antara konsumsi dan pendapatan.

2.1. Aliran Melingkar Dalam Perekonomian Dua-Sektor Tanpa Tabungan

Dalam perekonomian dua sektor diasumsikan bahwa perusahaan merupakan satu-satunya

produsen dari barang-barang dan jasa-jasa, dan proses produksi ini dilakukan dengan menyewa

faktor-faktor roduksi (tanah, tenaga kerja dan modal) yang dimiliki oleh rumah tangga. Oleh

karena itu rumah tangga-rumah tangga menerima pendapatan uang dari menjual faktor-faktor

produksi kepada sektor perusahaan. Rumah tangga-rumah tangga merupakan satu-satunya

pembeli barang-barang dan jasa-jasa dari sektor perusahaan dengan membelanjakan semua

pendapatannya, yang mana hal ini sekaligus merupakan . hasil penjualan otput dari sektor

perusahaan. Aliran melingkar pendapatan dua sektor ini dapat dilustrasikan seperti gambar 2.1.

Gambar 2.1. Aliran Melingkar Pendapatan Ekonomi Dua Sektor Tanpa Tabungan

Perilaku pendapatan melingkar seperti ini mengasumsikan bahwa perusahaan akan

memproduksi selama penerimaan uang sama dengan pembayaran uangnya. Tetapi jika

pendapatan kurang dari pembayarannya, maka output akan dikurangi. Dan output akan ditambah

apabila pendapatan yang diterima melebihi dari nilai output.

2.2. Aliran Melingkar Dalam Perekonomian Dua-Sektor Dengan Tabungan

Sektor Rumah Tangga

Sektor Perusahaan

Pendapatan dari jasa faktor-faktor produksi

Pengeluaran konsumsi

Page 15: Modul timor leste - UNUD

Dalam perekonomian dua sektor apabila ada tabungan, maka tabungan merupakan

kebocoran. Tetapi jika tabungan ini dipinjamkan kepada sektor perusahaan untuk invesatasi

melalui lembaga perantara seperti bank, maka tabungan ini tidak harus mengakibatkan

terjadinya pengeluaran agregat. Jika produksi tergantung pada hubungan antara pendapatan

perusahaan-perusahaan dan pembayaran pendapatan uang, maka nilai output tergantung pada

keputusan rumah tangga untuk mengkonsumsikan atau menabung dan juga pada keinginan

perusahaan untuk berinvestasi. Hal ini dapat dilustrasikan seperti gambar 2.2.

Gambar 2.2. Aliran Melingkar Pendapatan Ekonomi Dua Sektor Dengan Tabungan

Dari sifat aliran melingkar pendapatan yang terdaat pada Gambar 2.1 dan 2.2 dapat

diambil kesimpulan bahwa aliran-aliran pendapatan perekonomian dua sektor mempunyai ciri-ciri

sebagai berikut:

1. Sebagai balas jasa atas penggunaaan faktor-faktor produksi yang dimiliki sektor rumah tangga

yang diberikan kepada sektor perusahaan, sektor rumah tangga akan memperoleh aliran

pendapatan berupa: gaji dan upah, sewa dan bunga.

2. Sebagian besar dari jumlah pendapatan yang diterima oleh rumah tangga digunakan untuk

konsumsi, yaitu membeli barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan oleh sektor

perusahaan.

3. Sisa dari jumlah pendapatan setelah dikurangi untuk pengeluaran konsumsi akan ditabung

pada lembaga-lembaga keuangan.

4. Pengusaha-pengusaha yang memerlukan modal untuk melakukan investasi akan meminjam

tabungan yang dikumpulkan oleh lembaga-lembaga keuangan dari sektor rumah tangga.

Sektor Rumah Tangga

Sektor Perusahaan

Pendapatan dari jasa faktor-faktor produksi

Pengeluaran konsumsi

Lembaga

Keuangan Penanaman

Modal

Tabungan

Pinjaman

Investasi

Page 16: Modul timor leste - UNUD

2.3. Hubungaan Antara Konsumsi dan Pendapatan

Ahli ekonomi umumnya menghubungkan bersarnya konsumsi sektor rumah tangga dengan

besarnya pendapatan disposibel (Yd). Pola konsumsi seperti ini dinyatakan secara matematik

bahwa konsumsi adalah fungsi dari pendapatan disposibel atau C = f (Yd) atau dalam analisis

ini disederhakanan C = f (Y)

Jadi besarnya konsumsi tergantung dari besarnya pendapatan. Atau dalam hal ini

konsumsi merupakan variabel dependen, dan pendapatan merupakan variabel independen

(bebas).

Contoh 2.1.

Jumlah pendapatan, pengeluaran konsumsi dan tabungan rumah tangga ada suatu

wilayah adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1. Daftar Pendapatan, Konsumsi dan Tabungan Rumah Tanggga

Pendapatan (Y) Pengeluaran konsumsi (C)

Tabungan (S)

300 350 -50 400 425 -25 500 500 0 600 575 25 700 650 50 800 725 75 900 800 100

Apabila data pada Tabel 2.1. disajikan dalam grafik akan tampak seperti Gambar 2.3 sebagai

berikut:

Gambar 2.3. Hubungan antara Pendapatan dengan konsumsi dan tabungan

800 Konsumsi

Page 17: Modul timor leste - UNUD

700

600

500

400

300

200 Tabungan

100 45o

0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 Y

4.4. Hasrat Konsumsi Marjinal dan Hasrat Konsumsi Rata-rata

Berdasarkan hubungan antara pendapatan dengan konsumsi akan dapat dketahui hasrat

konsumsi marjinal (marginal propensity to consume=MPC) dan hasrat konsumsi rata-rata

(average propensity to consume=APC)

Hasrat konsumsi marjinal dapat didifinisikan sebagai perbandingan pertambahan jumlah

pengeluaran konsumsi dengan pertambahan jumlah pendapatan, atau dapat dihitung dengaan

rumus:

Y

CMPC

∆= ………………………………………………………………..(2.1.)

Harsat konsumsi rata-rata didifinisikan sebagai perbandingan antara tingkat pengeluaran

konsumsi dengan tingkat pendapatan disposibel ketika konsumsi dikeluarkan. Nilai APC dapat

dihitung dengan rumus:

Y

CAPC = …………………………………………………………………..(2.2.)

MPC dapat tetap atau mungkin juga berubah. Contoh MPC dan APC dapat dilihat pada Tabel

2.2.

Tabel 2.2. Hasrat Konsumsi Marjinal dan Rata-rata

Pendapatan (Y) Pengeluaran Konsumsi

Hasrat Konsumsi Marjinal (MPC)

Hasrat Konsumsi Rata-rata (APC)

Page 18: Modul timor leste - UNUD

(C)

Contoh 2.2: MPC Tetap

300 350 1,17

400 425 0,75 1,06

500 500 0,75 1,00

600 575 0,75 0,96

Contoh 2.3: MPC Makin Kecil

300 350 1,17

400 425 0,75 1,06

500 495 0,70 0,99

600 560 0,65 0,93

Dari Tabel 2.2. Contoh 2.2 terlihat bahwa MPC adalah tetap. Hal ini disebabkan karena

pertambahan konsumsi adalah tetap yaitu sebesar 75, demikian juga pertambahan pendapatan

juga tetap, yaitu sebesar 100. Pada contoh 2.3. MPC cendrung menurun. Hal ini disebabkan

karena pertambahan konsumsi cendrung menurun, yaitu dari 75 menjadi 70 dan selanjutnya

menjadi 65, sedangkan pertambahan pendapatan adalah tetap. Perubahan MPC dapat

disebabkan karena adanya perubahan konsumsi maupun perubahan pendapatan.

4.5. Hasrat Menabung Marjinal dan Rata-rata

Berdasarkan hubungan antara pendapatan dengan tabungan akan dapat diketahui hasrat

menabung marjinal (marginal propensity to save=MPS) dan hasrat menabbung rata-rata

(average propensity to save=APS)

Hasrat menabung majinal didifinisikan sebagai perbandingan antara pertambahan jumlah

tabungan dengan pertambahan jumlah pendapatan, atau dapat dihitung dengaan rumus:

Y

SMPS

∆= ………………………………………………………………..(2.2.)

Harsat menabung rata-rata didifinisikan sebagai perbandingan antara tingkat tabungan

dengan tingkat pendapatan disposibel. Nilai APS dapat dihitung dengan rumus:

Y

SAPS = …………………………………………………………………..(2.5.)

MPS dapat tetap atau mungkin juga berubah. Contoh MPS dan APS dapat dilihat pada Tabel

2.3.

Page 19: Modul timor leste - UNUD
Page 20: Modul timor leste - UNUD

Tabel 2.3. Hasrat Tabungan Marjinal dan Rata-rata

Pendapatan (Y) Tabungan (S) Hasrat Menabung Marjinal (MPS)

Hasrat Menabung Rata-rata (APS)

Contoh 2.4: MPS Tetap

300 -50 -0,17

400 -25 0,25

-0,06

500 0 0,25

0,00

600 25 0,25

0,04 Contoh 2.5: MPC Makin Kecil

300 -50 -0,17

400 -25 0,25

-0,06

500 5 0,30

0,01

600 40 0,35

0,07

Dari Tabel 2.3. Contoh 2.4 terlihat bahwa MPS adalah tetap. Sama halnya seperti pada

Contoh 2.2. hal ini disebabkan karena pertambahan tabungan adalah tetap yaitu sebesar 25,

demikian juga pertambahan pendapatan juga tetap, yaitu sebesar 100. Sedangkan pada contoh

2.2. MPS adalah cendrung menurun. Hal ini disebabkan karena pertambahan konsumsi cendung

menurun, yaitu dari 25 menjadi 30 dan selanjutnya menjadi 35, sedangkan pertambahan

pendapatan adalah tetap. Perubahan MPS dapat disebabkan karena adanya perubahan

tabungan maupun perubahan pendapatan.

2.6. Hubungan Antara MPC dan MPS serta MPC dan APC

Pada aliran melingkar pendapatan ekonomi dua sektor dengan tabungan, jumlah pendapatan

disponseibel sama dengan jumlah pengeluaran konsumsi dan tabungan, atau dapat dinyatakan

dengan persamaan:

Y = C + S …………………………………………………………………(2.6)

Apabila persamaan 2.6 dibagi dengan Y, maka :

Y

S

Y

C

Y

Y+= . ………………………………….……………………….(2.7)

Oleh karena C/Y = APC dan S/Y = APS, maka:

1 = APC + APS ……………………………………………………….(2.8)

Page 21: Modul timor leste - UNUD

Berdasarkan persamaan 2.6. juga berlaku: ∆Y = ∆C + ∆S ………………………………………………………… (2.9) Apabila persamaan 2.9 dibagi dengan ∆Y, maka:

Y

S

Y

C

Y

Y

∆+

∆=

∆. ……………………………….……………………(2.10)

Sehingga 1 = MPC + MPS ……………………………………………….(2.11) MPS = 1 - MPC ………………………………….……….(2.12) 2.7. Fungsi Konsumsi dan Tabungan

Fungsi konsumsi disamping dapat disajikan dalam bentuk kurva, juga dapat dinyatakan

dalam persamaan aljabar, seperti berikut ini:

Fungsi konsumsi adalah C = a + bY …………………………………(2.13)

Fungsi tabungan adalah S = -a + (1-b) Y …………………………..(2.14)

Dimana:

a = konsumsi rumah tangga pada saat pendapatan nasional nol atau disebut konsumsi otonom.

b = MPC atau hasrat konsumsi marjinal yang merupakan kemiringan.dari fungsi konsumsi.

Dengan diketahui APC dan MPC maka dapat dicari fungsi konsumsi, yaitu dengan

menggunakan rumus:

C = (APCn – MPC)Yn + MPC Y …………………………………………(2.15)

Contoh 2.6.

Dari Contoh 2.2. telah diketahui bahwa MPC = 0,75. Pada tingkat pendapatan 400 dan

tingkat konsumsi 425 diketahui bahwa APC = 1,06. Dengan demikian dapat dicari garis fungsi

konsumsi adalah :

C = ( 1,06 – 0,75) 400 + 0,75 Y atau

C = 125 + 0,75 Y

Dan fungsi tabungan adalah :

S = -125 + (1 – 0,75) Y atau

Page 22: Modul timor leste - UNUD

S = -125 + 0,25 Y

Disamping itu dapat diketahui titik break even atau konsumsi sama dengan pendapatan, yang

mana penyelesaiannya adalah:

Y = C atau Y – C = 0

Y – (125 + 0,75 Y) = 0

Y – 0,75 Y = 125

0,25 Y = 125

Y = 500

Jadi terbukti bahwa titik break even terjadi pada saat pendapatan sebesar 500.

Kalau digambarkan, fungsi konsumsi dan tabungan tersebut tampak seperti yang disajikan pada

Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Hubungan antara Pendapatan dengan konsumsi dan tabungan

C=125 + 0,75 Y

BEP

500 C > Y

C > Y

S = -125 + 0,25 Y

125

45o

0 500 Y

-125

2.8. Variabel Endogen dan Variabel Eksogen

Pengeluaran konsumsi rumah tangga-rumah tangga dipengaruhi oleh variabel endogen dan

variabel eksogen. Suatu variabel adalah endogen bila nilainya ditentukan di dalam model,

Page 23: Modul timor leste - UNUD

sedangkan variabel eksogen bila ditentukan oleh kekuatan-kekuatan di luar model. Suatu

perubahan variabel eksogen diklasifikasikan sebagai perubahan otonom.

Contoh 2.7.

Dari fungsi konsumsi C = 40 + 0,80 Y, variabel endogennya adalah 0,80 Y, sedangkan konstanta

sebesar 40 menunjukkan kekuatan eksogen atau kekuatan-kekuatan bukan pendapatan. Jika

kekuatan-kekuatan luar mengubah fungsi konsumsi dari C = 40 + 0,80 Y menjadi C = 50 + 0,80

Y, maka disini terdapat kenaikan pengeluaran konsumsi otonom sebesar 10.

2.9. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi.

Keynes percaya bahwa determinan-determinan bukan pendapatan juga berpengaruh

terhadap konsumsi dalam jangka panjang yang ditunjukkan dengan adanya perubahan pada

konsumsi otonom. Disamping itu juga dia percaya bahwa determinan-determinan ini

pengaruhnya sangat minimal dalam jangka pendek.

Analisis Keynesian membagi determinan-determinan bukan pendapatan menjadi dua

golongan, yaitu faktor-faktor obyektif dan faktor-faktor subyektif.

Secara rinci beberapa faktor yang mempengaruhi konsumsi antara lain:

1. Distribusi pendapatan

Dalam pembagian pendapatan nasional, masyarakat dapat dibagi dalam dua golongan,

yaitu: masyarakat yang tergolong berpendapatan tinggi dan masyarakat yang berpendaatan

rendah. Bilamana tambahan pendapatan diberikan kepada mereka yang berpendapatan tinggi,

hal ini tidak akan banyak merubah MPC, sebab mereka dapat dikatakan telah mendekati titik

kekenyangannya. Sebaliknya apabila tambahan pendapatan itu diberikan kepada mereka yang

berpendapatan rendah, maka tambahan pendapatan itu akan digunakan untuk memperbesar

konsumsi mereka, sehingga MPC akan membesar.

2. Pendapatan Relatif dan Tingkat penghasilan tertinggi yang pernah dicapai .

Teori pendapatan relatif dikembangkan oleh James Duesenberry. dalam menyajiikan

teorinya, mula-mula dihipotesiskan mengenai perilaku konsumsi individual, kemudian

digeneralisir menjadi perilaku konsumsi agregat. Duesenberry berpendapat bahwa keputusan

konsumsi dan tabungan dipengaruhi oleh lingkungan sosial dimana seseorang hidup. Jadi

seseorang dengan tingkat pendapatan tertentu cendrung berkonsumsi lebih banyak apabila

mereka hidup di lingkungan orang-orang kaya dibandingkan dengan hidup pada lingkungan

orang-orang miskin.

Page 24: Modul timor leste - UNUD

Ditambahkan pula bahwa perilaku konsumsi seseorang adalah relatif terhadap pola

konsumsi dari para tetangganya dan juga rumah tangga-rumah tangga senang memelihara suatu

standar hidup tertentu. Oleh karena itu fungsi konsumsi rumah tangga dapat dipengaruhi oleh

tingkat pendapatan sekarang (Yc) dan tingkat pendapatan tertinggi sebelumnya (Ypp), atau

ditulis: Y= f( Yc, Ypp). Jika pendapatan selalu lebih tinggi dari tingkat pendapatan tertinggi

sebelumnya, maka konsumsi dihubungkan dengan tingkat pendapatan relatif seseorang dalam

suatu masyarakat. Tetapi aabila pendapatan sekarang jatuh di bawah tingkat pendapatan

tertinggi sebelumnya, maka konsumsi dihubungkan dengan tingkat pendapatan tertinggi

sebelumnya, sehingga akan merubah MPC untuk mempertahankan standar hidupnya. Jadi

dalam jangka pendek, terjadi hubungan yang tidak proporsional hubungan antara konsumsi

agregat dan pendapatan agregat sebagai akibat dari turunnya pendapatan sekarang yang berada

di bawah pendapatan tertinggi sebelumnya.

3. Harapan penghasilaan yang mungkin diterima (expected income)

Harold W. Watts berpendapat bahwa besarnya penghasilan yang mungkin (diperkirakan) akan

diterima pada masa yang akan datang akan berengaruh terhadap pengeluaran konsumsi

sekarang. Makin besar pendapatan yang diharapkan di masa yang akan datang, makin besar

pengeluaran konsumsi sekarang. Sebaliknya apabila pada masa yang akan datang diperkirakan

pendapatan berkurang, maka seseorang akan berusaha mengurangi konsumsinya. Misalnya,

semakin dekat dengan masa pensiun, pada umumnya orang akan semakin hemat.

4. Pendapatan Permanen

Milton Friedman berendapat bahwa konsumsi tidak didasarkan atas tingkat pendapatan

disposibel sekarang, tetapi atas pendapatan permanen. Pendapatan disposibel sekarang (Ym)

terdiri dari pendapatan permanen (Yp) dan pendapatan transitori (Yt). Pendapatan permanen

adalah pendapatan yang diharapkan akan diterima oleh rumah tangga selama beberapa tahun

mendatang, sedangkan pendapatan transitori terdiri dari tambahan (transitori positif) atau

pengurangan (transitori negatif) terhadap pendapatan permanen. Sehingga Ym = Yp + Yt.

Dengan demikian, maka rumah tangga-rumah tangga akan berkonsumsi secara roporsional

terhadap pendapatan permanen mereka.

5. Sebagai akibat dari usaha masa yang lalu, maka seseorang berhasil mempunyai

kekayaan yang mencukupi. Dengan kondisi tersebut mereka tidak terdorong untuk menabung

Persediaan Aktiva (kekayaan). Sebagai akibat dari mendapat warisan, hibah hadiah, atau

tabungan yang banyak lebih banyak, sehingga pendapatan yang diperolehnya sebagian besar

Page 25: Modul timor leste - UNUD

digunakan untuk konsumsi pada masa sekarang. Sebaliknya bagi mereka yang tidak mempunyai

warisan, mereka berusaha untuk menekan konsumsi sekarang dan menabung lebih banyak

untuk masa yang akan datang atau membeli kebutuhan untuk masa yang akan datang, seperti

membeli rumah, membiayai pendidikan anak, atau membuat tabungan hari tua.

6. Struktur Pajak

Suatu perubahan struktur pajak, yaitu mengenai sifat dan jumlah pajak akan berpengaruh

terhadap fungsi konsumsi. Pajak yang bersifat progresif dapat menjadi sebab kenaikan dalam

fungsi konsumsi. Suatu penurunan tarif pajak, belum tentu merupakan jaminan untuk dapat

menaikkan MPC, tetapi hampir dapat dipastikan bahwa perubahan dalam struktur pajak akan

mempengaruhi konsumsi.

7. Tingkat bunga.

Tingkat bunga pada lembaga keuangan daat memengaruhi masyarakat berkonsumsi.

Tingkat bunga yang tinggi akan mendorong masyarakat untuk menabung dan mengurangi

konsumsinya.

8. Ramalan harga pada masa yang akan datang

Goncangan harga dan harapan terjadinya kenaikan harga dikemudian hari akan cendrung

mendorong masyarakat untuk tidak menyimpan uangnya atau segera mewujudkan uang yang

dimiliki dalam bentuk barang, sehingga konsumsi akan cendrung lebih besar. Sebaliknya

pengeluaran konsumsi sekarang akan ditahan, apabila dalam masa-masa mendatang

diperkirakan harga-harga akan turun.

9. Kebijaksanaan Marketing dan Finansiil Perusahaan.

Kebijaksanaan marketing seperti iklan akan merangsang masyarakat untuk

meningkatkan konsumsi. Demikian tersedianya kredit cicilan konsumen mempengaruhi

kemampuan beli para konsumen. Jika kredit lebih mudah diperoleh dan/atau biayanya rendah,

lebih besar kemungkinan untuk membeli dan konsumen lebih cenderung meminjam; dan

tabungan agregat berkurang pada semua tingkat pendapatan disposibel. Kenaikan pinjaman

konsumen, ceteris paribus menyebabkan fungsi konsumsi bergeser ke atas.

10. Sikap terhadap kehematan

Page 26: Modul timor leste - UNUD

Kebiasaan dan tingkah laku masyarakat terhadap penghematan akan mempengaruhi

konsumsinya. Makin hemat masyarakat, maka MPC nya semakin kecil.

2.10. Fungsi Konsumsi dan Tabungan Agregat

Fungsi konsumsi agregat merupakan penjumlahan dari fungsi konsumsi individual. Caranya

dapat dilakukan dengan mengagregasi fungsi konsumsi rumah tangga-rumah tangga, atau

mengagregasi pendapatan rumah tangga dan pengeluaran konsumsi untuk lingkup wilayah

daerah atau negara.

Contoh 2.8.

Misalnya dalam suatu daerah terdapat 5 rumah tangga dengan fungsi konsumsinya

masing-masing sebagai berikut:

Tabel 2.3. Fungsi Konsumsi 5 Rumah Tangga

Rumah Tangga Fungsi Konsumsi

A CA = 1,00 Y

B CB = 10 + 0,90 Y

C CC = 10 + 0,90 Y

D CD = 5 + 0,85 Y

E CE = + 0,95 Y

Dari Tabel 2.3. dapat dihitung fungsi konsumsi agregat adalah dengan menjumlahkan

pengeluaran konsumsi otonom rumah tangga-rumah tangga dan merata-ratakan MPC nya.

Hasilnya adalah sebagai berikut:

=+= YC5

50,425 25 + 0,90 Y

Berdasarkan fungsi konsumsi itu dapat dibuat fungsi tabungan, yaitu S= -25+(1-0,90)Y

atau S= -25 + 0,10 Y.

Data agregat berupa pendapatan daerah atau nasional dapat juga dibuat fungsi konsumsi

dan tabungan. Data tersebut biasanya berupa data runtun waktu (time series).

2.11. Teori Investasi

Pada sub bagian sebelumnya pada aliran melingkar pendapatan dua sektor dengan

tabungan telah dijelaskan bahwa bagian pendapatan yang tidak dikonsumsi diasumsikan

ditabung pada lembaga-lembaga keuangan. Kemudian dana tersebut dapat disalurkan kepada

Page 27: Modul timor leste - UNUD

perusahaan-perusahaan yang memerlukan modal untuk investasi. Kemungkinan lain sisa

pendapatan yang tidak sempat dikonsumsi dapat dibelikan surat-surat berharga yang berupa

saham atau obligasi.

Investasi merupakan hal yang sangat penting terhadap pertumbuhan pendapatan

nasional. Bagi pengusaha keputusan untuk melakukan investasi didasari atas pertimbangan

yaitu: 1) teori konvensional (Klasik), dan 2) teori Keynes.

1) Teori Konvensional (Klasik)

Pada dasarnya teori konvensional berpendapat bahwa modal akan dinvestasikan apabila

produktivitas marjinal dari modal yang ditanamkan lebih tinggi daripada tingkat bunga apabila

modal itu dipinjamkan. Oleh karena modal dapat dinvestasikan pada berbagai jenis usaha, maka

secara rasional pemilik modal akan tertarik pada investasi yang memberikan hasil pengembalian

(return) tertinggi. Misalnya apakah modal yang dimiliki akan disimpan dalam bentuk saham,

obligasi jangka panjang, obligasi jangka pendek ataukah dinvestasikan dalam perusahaan.

Teori Klasik itu dapat disederhanakan:

Suatu investasi akan dijalankan bilamana penggembalian modal dari investasi itu (prospected of

yield, expected earning) lebih besar dari tingkat bunga. Untuk membandingkan antara pendaatan

investasi dengan suku bunga harus diingat bahwa barang-barang modal mempunyai masa

penggunaan yang panjang (durable) tetapi dibatasi pada umur ekonomisnya. Pendapatan dari

investasi itu merupakan jumlah-jumlah pendapatan yang diterima setiap tahun selama

penggunaan barang modal (umur ekonomis) itu. Jumlah pendapatan setiap tahun yang akan

datang kemudian didiskonto dengan tingkat bunga tertentu untuk memperoleh nilai sekarangnya

(present value).

Contoh 2.9:

Hasil dari suatu investasi yang akan diterima pada akhir tahun adalah Rp 100 juta. Apabila

tingkat bunga 5%, maka nilai sekarang hasil investasi itu pada awal tahun adalah:

n

i

oi

PP

)1( += …………………………………………………(2.16)

)05,01(

100

+=oP

Po = 95,24 atau Rp 95,24 juta.

Contoh 2.10.

Page 28: Modul timor leste - UNUD

Suatu investasi pada setiap akhir tahun selama empat tahun akan memberikan hasil Rp

100 juta. Tingkat bunga yang berlaku adalah 9%, 12%, 15% dan 18%. Bilamana ongkos-ongkos

investasi itu adalah Rp 300 juta, maka pada tingkat bunga berapakah investasi itu

menguntungkan atau merugikan?

Perhitungannya nampak pada Tabel 2.2. sebagai berikut:

Tabel 2.2. Nilai sekarang hasil investasi selama 4 tahun

Hasil yang diharapkan Rp 100 juta pertahun

Nilai Sekarang dengan diskonto (Rp juta) 9% 12% 15% 18%

Nilai akhir tahun ke-1 91,74 89,29 86,96 84,75

2 84,17 79,72 75,61 71,82

3 77,22 71,18 65,75 60,86

4 70,84 63,55 57,18 51,58

Jumlah hasil diskonto 323,97 303,73 285,50 269,01

Biaya Investasi 300,00 300,00 300,00 300,00

Jadi dengan tingkat bunga 9% dan 12% investasi tersebut menguntungkan, karena pada

tingkat bunga itu hasil investasi lebih besar daripada biaya investasinya.

Tingkat pengembalian modal itu dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

n

n

r

R

r

R

r

R

r

RV

)1(.........

)1()1()1( 3

3

2

21

+++

++

+= …………………………(2.17)

Dimana :

V = Jumlah nilai sekarang pengembalian modal R = Pendapatan investasi setiap tahun R = Tingkat pengembalian modal

Investasi dipandang menguntungkan apabila tingkat pengembalian modal (r) lebih besar

dibandingkan dengan tingkat bunga.

Berdasarkan konsep ini maka makin rendah tingkat bunga maka makin banyak investasi itu

dilaksanakan. Sebaliknya makin tinggi tingkat bunga maka makin sedikit investasi itu

dilaksanakan. Hubungan tingkat bunga dengan investasi diilustrasikan seperti Gambar 2.5.

Page 29: Modul timor leste - UNUD

Gambar 2.5. Investasi dan tingkat bunga

Bunga i

i1 i2 I

I1 I2 Investasi

Dari Gambar 2.5. dapat dijelaskan bahwa pada tingkat bunga setinggi i1 jumlah investasi yang

dilakukan adalah sebesar I1. Sedangkan pada tingkat bunga setinggi i2 jumlah investasi yang

dilakukan adalah sebesar I2.

2) Teori J.M. Keynes

Teori Keynes ini didasarkan atas konsep marginal efficiency of investment (MEI), yaitu

bahwa investasi itu akan dijalankan oleh pengusaha bilamana return dari investasi tersebut lebih

tinggi dari tingkat bunga (interest). Semakin banyak dilaksanakan investasi mengakibatkan

persaingan dalam penggunaan modal semakin ketat, modal untuk investasi menjadi langka, dan

pendapatan investasi cendrung kecil serta ongkos barang modal bertambah yang akhirnya

menyebabkan efisiensi penggunaan modal berkurang. Hubungan jumlah investasi dengan

pengembalian modal digambarkan dengan kurva MEI, seperti Gambar 2.6.

Gambar 2.6. Marginal Efficiency of Investment

Return i MEI

Investasi Y

Page 30: Modul timor leste - UNUD

Menurunnya skedul MEI seperti Gambar 2.6 antara lain disebabkan oleh dua hal, yaitu:

a. Semakin banyak jumlah investasi yang terlaksana dalam masyarakat, maka makin rendah

efisiensi marjinalnya, sebab semakin banyak investasi maka persaingan para investor akan

semakin sengit, sehingga dapat menurunkan MEI.

b. Semakin banyak investasi yang dilakukan, maka ongkos dari barang modal menjadi lebih

tinggi.

Dari Gambar 2.5. juga dapat dinyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pengembalian

modal (return), maka semakin sedikit investasi yang dilaksanakaan

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi MEI antara lain:

1) Jumlah social overhead capital (SOC) yang terselenggara dalam masyarakat. Makin banyak

SOC dalam masyarakat, MEI akan semakin tinggi.

2) Jumlah penduduk yang semakin bertambah mengakibatkan bertambahnya permintaan akan

barang-barang dan jasa-jasa, sehingga akan menaikkan harga. Naiknya harga akan

menaikkan annual rate of income, sehingga MEI akan naik.

3) Adanya invensi teknologi dan inovasi mengakibatkan berkurangnya biaya-biaya produksi dan

mengakibatkan naiknya MEI.

4) Semakin banyak akumulasi kapital akan menyebabkan tingkat MEI semakin rendah.

5) Sikap pisimis terhadap kemungkinan hari depan akan menurunkan MEI.

6) Struktur pajak yang memberatkan produsen (investor) akan berakibat menakutkan dan

merendahkan tingkat MEI.

2.11. Faktor-Faktor Lain yang Mempengaruhi Tingkat Investasi

Selain tingkat pengembalian modal dan tingkat bunga, tingkat investasi juga dipengaruhi

oleh faktor-faktor lain seperti kemajuan teknologi, ramalan keadaan ekonomi pada masa yang

akan datang, tingkat pendapatan nasional dan juga kebijaksanaan pemerintah yang merangsang

investasi.

Sejarah menunjukkan bahwa penemuan baru dalam bidang teknologi mendorong

pengusaha untuk membeli barang modal baru termasuk juga pabrik-pabrik baru untuk

meningkatkan produksi, produktivitas dan efisiensi. Sehingga dapat dikatakan bahwa kemajuan

teknologi dapat meningkatnya investasi.

Penerapan teknologi baru menyebabkan produktivitas tenaga kerja dan modal adalah

meningkat. Hal ini akan mengakibatkan pertumbuhan pendapatan nasional secara keseluruhan.

Peningkatan pendapatan masyarakat akan meningkatkan daya beli masyarakat, selanjutnya

Page 31: Modul timor leste - UNUD

akan meningkatkan permintaan terhadap barang-barang konsumsi. Berikutnya akan berakibat

meningkatnya permintaan investasi untuk menyediakan barang-barang konsumsi tersebut. Oleh

karena itu dapat dikatakan bahwa meningkatnya investasi juga disebabkan karena meningkatnya

pendapatan nasional. Hubungan ini dapat dilihat ada Gambar 2.7

Page 32: Modul timor leste - UNUD

Gambar 2.7. Investasi dan Pendapatan Nasional

Pendapatan Nasional

Y I

Y2 Y1 I

I1 I2 Investasi

Dari Gambar 2.7. dapat dilihat bahwa pendapatan nasional naik dari Y1 menjadi Y2

menyebabkan investasi naik dari I1 menjadi I2. Corak investasi semacam itu disebut induced

investment atau investasi terpengaruh.

Investasi umumnya akan menghasilkan pada beberapa waktu ke depan. Ramalan

keadaan masa depan yang menguntungkan menyebabkan pengusaha tertarik untuk melakukan

kegiatan investasi. Ramalan masa depan tersebut antara lain adalah mengenai harga-harga,

persaingan bisnis, daya beli masyarakat yang lebih baik dan lain sebagainya. Sikap optimis

pengusaha terhadap masa depan akan meningkatkan permintaan akan investasi.

Kebijaksanaan pemerintah yang kondusif dapat merangsang calon investor untuk

berinvestasi. Kebijaksanaan itu antara lain berupa kemudahan memperoleh fasilitas kredit

investasi, keringan pajak, kemudahan perijinan, perlindungan terhadap investor dan lain

sebagainya.

4.12. Keseimbangan Pendapatan Nasional Perekonomian Dua Sektor

Pendapatan nasional dikatakan dalam keadaaan keseimbangan kalau permintaan

agregat sama dengan penawaran agregat. Permintaan agregat dalam ekonomi dua sektor

merupakan penjumlahan permintaan dari sektor rumah tangga dan dari sektor perusahaan.

Permintaan dari rumah tangga adalah pengeluaran konsumsi atau C, sedangkan dari sektor

perusahaan adalah untuk investasi atau I.

Jadi keseimbangan pendapatan nasional dirumuskan dengan persamaan nilai output

sama dengan pengeluaran agregat yang terdiri dari rencana konsumsi dan rencana investasi:

Y = C + I ………………………………………………………………(2.18)

Page 33: Modul timor leste - UNUD

Oleh karena Y = C + S, maka dalam keseimbangan pendapatan juga berlaku persamaan antara

rencana tabungan dengan rencana investasi:

S = I …………………………………………………………………. (2.19)

Contoh 2.11.

Fungsi konsumsi pada suatu negara adalah C = $ 100 milyard + 0,80 Y apabila investasi

yang direncanakan adalah sebesar $ 125 milyard, maka pendapatan keseimbangan dapat

dihitung:

I. Dengan persamaan 2.18, yaitu :

Y = C + I

Y = $ 100 milyard + 0,80 Y + $ 125 milyard

Y - 0,80 Y = $ 225 milyard

0,20 Y = $ 225 milyard

Y = $ 1125 milyard

II. Dengan persamaan 2.19

Dengan dketahui fungsi konsumsi C = $ 100 milyard + 0,80 Y, dan tabungan atau S = Y – C,

maka fungsi tabungan dapat dihitung menjadi: S = -$ 125 milyard + 0,80Y. Oleh karena rencana

investasi adalah $ 125 milyard maka:

Page 34: Modul timor leste - UNUD

S = I

100 milyard + 0,20 Y = $ 125 milyard

0,20 Y = $ 125 milyard + $ 100 milyard

0,20 Y = $ 225 milyard

Y = $ 1125 milyard

Dengan demikian pendapatan keseimbangan adalah sebesar $ 1125 milyard.

2.13. Pengaruh ganda (multiplier) dalam perekonomian dua sektor

Dalam perekonomian dua sektor perubahan pendapatan terjadi karena adanya

ketergantungan pengeluaran konsumsi terhadap pendapatan (disposibel). Variabel-variabel

exogen seperti konsumsi otonom dan investasi otonom menyebabkan terjadinya perubahan

terhadap pendapatan. Dan perubahan pada variabel tersebut dapat menggeser garis C + I baik

ke atas atau ke bawah, tergantung dari sifat perubahannya:

Contoh 2.12.

Fungsi konsumsi suatu negara adalah C = $ 50 milyard + 0,75 Y. Rencana investasi naik

dari $ 75 menjadi $ 100. Oleh karena itu pendapatan nasional naik dari:

Y = C + I

Y = $ 50 milyard + 0,75 Y + $ 75 milyard

Y - 0,75Y = $ 125

0,25 Y = $ 125

Y = $ 500 milyard

Menjadi:

Y = C + I

Y = $ 50 milyard + 0,75 Y + $ 100 milyard

Y - 0,75 Y = $ 150

0,25 Y = $ 150

Y = $ 600 milyard

Jadi dengan adanya perubahan investasi dari $ 75 milyard menjadi $ 100, maka pendapatan

nasional naik dari $ 500 milyard menjadi $ 600 milyard atau dengan kenaikan $ 100 milyard.

Kenaikan investasi dari $ 75 milyard menjadi $ 100 milyard tersebut menyebabkan skedul

pengeluaran agregat (C + I) bergeser ke atas, seperti dapat dilihat pada Gambar 2.8.

Page 35: Modul timor leste - UNUD

Gambar 2.8. Pergeseran skedul pengeluaran agregat

C + I1

C + Io

0 500 600 Y

Oleh karena pengeluaran konsumsi otonom (Co) juga merupakan variabel exogen, maka

perubahan konsumsi otonom juga sama pengaruhnya dengan perubahan investasi, yaitu

menyebabkan pergeseran skedul pengeluaran agregat.

Contoh 2.13.

Pengeluaran konsumsi masyarakat pada suatu negara adalah C = $ 60 milyard + 0,80 Y.

Sedangkan investasi adalah $ 80 milyard. Pada periode berikutnya pola konsumsi berubah

menjadi C = $ 75 + 0,80 Y, tetapi investasi adalah tetap. Dengan demikian maka pendapatan

nasional akan naik dari $ 700 milyard menjadi $ 775 milyard, atau dengan kenaikan $ 75 milyard.

2.12. Besarnya angka pengganda dan prosesnya.

Untuk memperoleh angka pengganda pengaruh dari perubahan pengeluaran agregat

caranya adalah membagi perubahan pendapatan dengan perubahan pengeluaran otonom.

Secara matematis hal ini diturunkan sebagai berikut:

Y = C + I

Y = Co + bY + I

b

ICY

+=

1

00 ……………………………………………………………(2.20)

Page 36: Modul timor leste - UNUD

Jika terdapat perubahan dalam pengeluaran otonom, misalnya investasi dengan asumsi

ceteris paribus, maka akan terjadi perubahan dalam tingkat pendapatan keseimbangan :

b

IY

∆=∆

1 …………………………………………………………...(2.21)

Angka pengganda diperoleh dengan membagi ∆Y dengan ∆I, yaitu :

kbI

Y=

−=

1

1………………………………………………………(2.22)

Dari persamaan 2.22 menunjukkan bahwa angka pengganda tergantung dari besarnya b

atau MPC. Ketergantungan ini adalah berhubungan positif. Berarti apabila MPC naik, maka nilai

k akan naik dan turun bila MPC turun nilainya.

Page 37: Modul timor leste - UNUD

Contoh 2.12.

Apabila dari contoh 2.11 angka penggandanya dihitung, hasilnya adalah sebesar 4, yaitu

1(1 – 0,75) atau 4 kali lipat. Dengan demikian apabila investasi naik sebesar $ 25 milyard, maka

pendapatan nasional akan meningkat sebesar 4 kali $ 25 milyard atau sama dengan $ 100

milyard.

Proses bekerjanya angka pengganda akan tampak seperti angka-angka yang disajikan

pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Proses Angka Pengganda dengan MPC = 0,75 dan Peningkatan Investasi

Sebesar $ 25,00 milyard.

Tahap proses penggandaan

Tambahan Pendapatan Nasional ∆ Y

Tambahan Konsumsi ∆ C

Tambahan Tabungan ∆ S

1 25,00 18,75 6,25

2 18,75 14,06 4,69

3 14,06 10,55 3,52

4 10,55 7,91 2,64

5 7,91 5,93 1,98

….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. …..

Jumlah 100,00 75,00 25,00

Page 38: Modul timor leste - UNUD

Latihan:

1. Diketahui jumlah pendapatan dan konsumsi (milyard rupiah) suatu negara dari tahun 1998 –

2002 adalah sebagai berikut:

Tahun Pendapatan Konsumsi 1998 600 500 1999 800 640 2000 1.000 780 2001 1.200 920 2002 1.400 1.060

Tugas:

a. Cari fungsi konsumsi dan fungsi tabungan

b. Apabila tingkat pendapatan sebesar Rp 1.500 milyard berapa tingkat konsumsi dan juga

tingkat tabungan?

2. Diketahui fungsi konsumsi suatu negara pada tahun 1999 adalah C = 150 + 0,80 Y dan

investasi = 200.

Pertanyaan :

a. Hitung tingkat pendapatan keseimbangan

b. Hitung angka pengganda

c. Apabila investasi pada tahun 2000 sebesar 250 berapa perubahan tingkat pendapatan

yang diakibatkan.

d. Berapa tingkat pendapatan keseimbangan pada tahun 2000.

Page 39: Modul timor leste - UNUD

MODUL 3

PERMINTAAN DAN PENAWARAN 3.1 Pendahuluan

Pembahasan pada bab ini dimulai dari konsep-konsep permintaan, penawaran, dan

elastisitas. Penekanannya terletak pada kaidah-kaidah yang berlaku dalam penetapan besarnya

harga individual dari suatu barang dan jasa serta determinan-determinan permintaan dan

penawaran.

3.2 Permintaan

1) Arti permintaan

Permintaan adalah keinginan yang disertai dengan kesediaan serta kemampuan untuk membeli

barang dan jasa. Permintaan akan suatu barang juga berarti jumlah-jumlah barang itu yang

pembeli bersedia membelinya pada tingkat harga yang berlaku pada suatu pasar tertentu dalam

waktu yang tertentu pula.

Masalah fundamental setiap negara dimanapun berada yang pertama adalah what

commodities shall be produced and in what quantities (apakah barang yang harus diproduksikan

dan berapa banyaknya?). Masalah ini dapat dipecahkan dengan menggunakan interaksi diantara

para penjual dan para pembeli di dalam pasar. Interaksi didalam pasar ini akan menentukan

tingkat harga sesuatu barang pada kuantitas tertentu. Interaksi antara para penjual dan para

pembeli tersebut dalam bahasa ekonomi disebut dengan permintaan dan penawaran. Interaksi

antara permintaan dan penawaran di pasar akan menentukan apa yang disebut dengan harga

keseimbangan (price equilibrium).

Teori permintaan menerangkan tentang sifat dari pada permintaan terhadap sesuatu barang. Ada

hubungam yang jelas antara harga pasar suatu barang dengan jumlah barang yang diminta,

dengan catatan faktor lain tidak berubah (ceteris paribus). Hubungan antara berbagai tingkat

harga dan berbagai kuantitas yang dibeli inilah disebut kurva permintaan.

Determinan permintaan seseorang atau masyarakat terhadap sesuatu barang/jasa adalah:

(1) Harga barang itu sendiri

(2) Harga barang lain yang ada kaitannya dengan barang tersebut.

(3) Pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata-rata masyarakat

(4) Corak distribusi pendapatan dalam masyarakat

(5) Citarasa masyarakat

(6) Jumlah penduduk

Page 40: Modul timor leste - UNUD

(7) Ramalan mengenai keadaan dimasa yang akan datang

(8) Dll.

2) Daftar permintaan

Daftar permintaan adalah daftar hubungan antara harga suatu barang dan jasa dengan tingkat

permintaan barang dan jasa tersebut. Tabel 2.1 menunjukkan daftar permintaan akan beras.

Tabel 3.1

Daftar Permintaan Beras

Harga beras per kg (Rp) Kuantitas beras yang diminta per

bulan (ribu ton)

0

2.000

2.000

6.000

8.000

10.000

100

80

60

40

20

0

Tabel 3.1 dapat diartikan bahwa pada setiap tingkat harga kita dapat menentukan kuantitas beras

yang dapat dibeli. Misalnya pada tingkat harga 2.000 konsumen dapat membeli hanya 80 ribu

ton beras. Demikian seterusnya bila terjadi kenaikan harga sampai 10.000 maka konsumen tidak

membeli beras.

2.5 Kurva Permintaan dan Fungsi Permintaan

1) Kurva Permintaan

Selanjutnya Tabel 3.1 dapat digambarkan secara grafik yang disebut dengan kurva permintaan.

Kurva permintaan bentuknya miring dari kiri atas kekanan bawah, atau disebut pula kurva

permintaan dengan kemiringan negatif (low of downward sloping demand). Bentuk kurva

permintaa akan beras dapat digambarkan berikut ini. Fungsi permintaan beras yang sesuai

dengan daftar permintaan beras, QD = 100 – 10P. Hal ini menunjukkan jika harga beras berubah

1 satuan maka kuantitas beras yang diminta berubah 10 satuan dengan arah yang berlawanan

(ceteris paribus).

Gambar 3.1

Page 41: Modul timor leste - UNUD

Kurva Permintaan Beras

2) Fungsi Permintaan

Fungsi permintaan adalah permintaan yang dinyatakan dalam hubungan matematis

dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dengan fungsi permintaan, maka dapat diketahui

hubungan antara variabel tidak bebas (dependent variable) dan variabel-variabel bebas

(independent variables).

QDX =f(PX, PY, Y/cap, Sel, Pdd, Ram p, Ydist, Prom).................... (3.1)

- +/- + + + + + +

Keterangan: QDX = Kuantitas barang X yang diminta.

PX = Harga per unit X.

PY = Harga per unit Y.

Y/cap = Pendapatan per kapita.

Sel = Selera atau kebiasaan.

Pdd = Jumlah penduduk.

Ram p = Perkiraan harga X periode mendatang.

Ydis = Distribusi pendapatan

Prom = Promosi.

2

4

6

8

10

0

Harga (ribuRp)

Kuantitas beras (ribu ton)

20 40 60 80 100

QD = 100 – 10P

D

D

Page 42: Modul timor leste - UNUD

_ = Menunjukkan hubungan tidak searah.

+ = Menunjukkan hubungan searah.

3.4 Pergerakan Sepanjang Kurva Permintaan dan Pergeseran Kurva Permintaan

1) Pergerakan sepanjang kurva permintaan.

Hal ini terjadi apabila harga barang yang diminta menjadi semakin tinggi atau semakin menurun

sebagai akibat dari perusahaan dapat menaikkan atau mengurangi ongkos produksi. Jika

misalnya perusahaan dapat mengurangi ongkos produksi, pada harga tertentu bila harganya

diturunkan konsumen dapat membeli lebih banyak barang yang dibutuhkan. Ilustrasi ini dapat

digambarkan pada Gambar 3.2 berikut.

Gambar 3.2

Pergerakan Sepanjang dan Pergerakan Kurva Permintaan Beras

Perubahan harga menyebabkan perubahan kuantitas yang diminta, perubahan tersebut

hanya terjadi dalam satu kurva yang sama (DD). Ini yang disebut pergerakan sepanjang kurva

permintaan. Contoh Gambar 3.2 dapat dilihat, bahwa pada harga beras Rp 2.000,00 per kilogram

kuantitas yang diminta 60.000 ton per bulan. Jika harga naik menjadi Rp 6.000,00 per kilogram,

kuantitas beras yang diminta turun menjadi 40.000 ton per bulan. Seandainya harga beras turun

2

4

6

8

10

0

Harga (ribu Rp)

Kuantitas beras (ribu ton)

20 40 60 80 100

QD = 100 – 10P

D

D

D’

D’

QD = 115 – 10P

Page 43: Modul timor leste - UNUD

kembali menjadi Rp 2.000,00 per kiligram kuantitas beras yang diminta meningkat menjadi

80.000 ton per bulan (ceteris paribus).

2) Pergerakan Kurva Permintaan

Kurva permintaan bisa bergerak ke kiri maupun ke kanan yang disebabkan oleh faktor bukan

harga. Gambar 3.2, bahwa pergeseran kurva permintaan beras tersebut disebabkan oleh

berubahnya ceteris paribus, misalnya tingkat pendapatan masyarakat, dan faktor lain tidak

berubah. Dengan kenaikan/penurunan pendapatan masyarakat akan menaikkan/menurunkan

permintaan beras. Oleh karena itu setiap kenaikan/penurunan pendapatan akan membawa pada

kenaikan/penurunan kuantitas beras yang diminta menjadi bertambah, ceteris paribus.

2.5 Penawaran

1) Arti Penawaran

Penawaran adalah kuantitas barang dan jasa yang produsen ingin tawarkan (jual) pada berbagai

tingkat harga selama satu periode tertentu. Dilihat dari sisi perusahaan atau pelaku bisnis

penyediaan barang dipasar disebut dengan penawaran. Penawaran merupakan “saudara

kembar” permintaan.

Faktor-faktor yang menentukan tingkat penawaran adalah harga jual barang dan jasa yang

bersangkutan, serta faktor-faktor lainnya yang dapat disederhanakan sebagai faktor nonharga

berikut.

(1) Harga barang dan jasa itu sendiri.

(2) Harga barang lain yang terkait.

(1) Harga faktor produksi.

(2) Teknologi produksi.

(3) Jumlah pedagang/penjual.

(4) Tujuan perusahaan.

(5) Kebijakan pemerintah.

2) Daftar Penawaran

Daftar penawaran merupakan hubungkan antara kuantitas yang ditawarkan dengan harganya.

Berikut ini adalah disajikan daftar penawaran Jagung secara hipotetis.

Page 44: Modul timor leste - UNUD

Tabel 3.2

Daftar Penawaran Jagung

Harga Jagung

Per kilogram (ribu Rp)

Penawaran Jagung per bulan (ribu

ton)

5

4

3

2

1

20

15

10

5

0

Daftar penawaran jagung diatas menghubungkan kuantitas yang ditawarkan dengan harganya,

yang menunjukkan kuantitas jagung yang diproduksi dan dijual produsen pada setiap tingkat

harga. Skedul ini memperlihatkan hubungan langsung atau positif antara harga dan kuatitas yang

ditawarkan. Pada tingkat harga yang paling tinggi yaitu 5 satuan moneter jumlah yang ditawarkan

sebanyak 20 unit, sebaliknya pada harga paling rendah yaitu 1satuan moneter tidak satu unitpun

jagung yang ditawarkan. Dari hubungan tersebut berdasarkan pada Tabel 5.1 maka kurva

penawaran dapat dilukis. Kurva penawaran mempunyai slope yang positif, yaitu miring dari kiri

bawah ke kanan atas, yang menandakan bahwa semakin tinggi harga di pasar maka semakin

banyak kuantitas barang dan jasa yang ditawarkan.

3) Kurva Penawaran

Page 45: Modul timor leste - UNUD

Gambar 3.3 Kurva Penawaran Jagung

Qs = 5P - 5

Harga 5 H E

4 D M

3 G C

2 B

1 A L

0 5 10 15 20 Kuantitas

jagung

3) Fungsi Penawaran

Fungsi penawaran adalah penawaran yang dinyatakan dalamhubungan matematis dengan

faktor-faktor yang mempengaruhinya.

+ +/- - - + + +/- +

Qsx = f(Px, Py, Pi, C, Tek, Ped, Tuj, Kebij) ..................... (3.2)

Keterangan:

Qsx = Kuantitas penawaran barang X.

Px = Harga barang X.

Py = Harga barang Y (substitusi atau komplementer).

Pi = Harga faktor produksi.

C = Biaya produksi.

Tek = Teknologi produksi.

Ped = Jumlah pedagang.

Tuj = Tujuan perusahaan.

Kebij = Kebijakan pemerintah.

Tanda positif (+) dan negatif (-) menunjukkan pengaruh masing-masing variabel bebas

terhadap variabel terikat.

Perubahan dari titik A ke titik B disebut perubahan disepanjang kurva penawaran yang

disebabkan oleh harga barang X itu sendiri. Jika faktor ceteris paribus yang berubah maka kurva

Page 46: Modul timor leste - UNUD

penawarannya yang bergeser. Misalnya, kurva penawaran bergeser ke kiri atas (GH) atau ke

kanan bawah (LM).

3.6 Keseimbangan Pasar

Keseimbangan pasar adalah apabila jumlah yang ditawarkan para penjual pada suatu tingkat

harga tertentu adalah sama dengan jumlah yang diminta oleh pembeli pada harga yang sama

pula. Jika harga di bawah harga keseimbangan, terjadi kelebihan kuantitas yang dirminta.

Sebaliknya, jika harga melebihi harga keseimbangan terjadi kelebihan kuantitas yang ditawarkan.

Misalnya, kasus pasar mobil sedan. Fungsi permintaannya, Qd = 200 – 10P, sedangkan fungsi

penawarannya, Qs = -40 + 5P (Qd adalah kuantitas mobil sedan yang diminta, Qs adalah

kuantitas mobil sedan yang ditawarkan, dan P harga mobil sedan).

Gambar 3.4 Keseimbangan Pasar Mobil Sedan

Harga S

Qs = -40 + 5P

20 E

16

12

8 QD = 200 – 10P

4 D

0 50 100 150 200 Kuantitas mobil

Pengaruh perubahan atau faktor bukan harga yang pada akhirnya mempengaruhi permintaan

dan penawaran untuk selanjutnya akan mempengaruhi keadaan keseimbangan.

Permintaan, jika permintaan bertamabah ====>kurva permintaan bergeser kekanan, jika

permintaan berkurang ======> kurva permintaan bergeser ke kiri.

Penawaran, jika penawaran bertambah =====>kurva penawaran bergeser kekanan, dan jika

penawaran berkurang =====>kurva penawaran akan bergeser kekiri.

Kedua pengaruh permintaan dan penawaran itu bisa searah dan atau sendiri-sendiri yaitu bisa

karena permintaan saja atau bisa karena penawarannya saja.

3.7 Surplus Konsumen dan Surplus Produsen

Page 47: Modul timor leste - UNUD

Didalam menganalisis perlakuan permintaan dan penawaran di dalam keseimbangan pasar

seorang pembeli dan penjual sebenarnya mereka sama-sama mendapatkan keuntungan yang

disebut dengan surplus ekonomi. Bagi para konsumen surplus ekonomi yang mereka dapatkan

disebut dengan surplus konsumen dan bagi para penjual atau pengusaha disebut dengan surplus

produsen. Surplus ekonomi ini dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 3.5 Surplus Ekonomi

Harga

D

S

SK E

PE

SP

S

D

0 QE Q

Surplus konsumen merupakan perbedaan harga pasar dengan harga maksimal yang

bersedia dibayar oleh konsumen untuk memperoleh sejumlah barang. Surplus konsumen

merupakan nilai tambah terhadap setiap unit barang (sejumlah barang) diatas harga pasar yang

dibayarkan untuk setiap unit(sejumlah) barang tersebut. Oleh karena itu surplus konsumen

secara total dalam mengkonsumsi suatu jenis barang adalah merupakan luas bidang dibawah

kurva permintaan tetapi diatas garis harga keseimbangan. Dalam gambar diperlihatkan dengan

daerah SK (suplus konsumen).

Surplus produsen adalah merupakan jumlah kelebihan penerimaan yang diperoleh

produsen dari pada tidak menjual barang sama sekali. Atau jumlah yang dibayarkan kepada

produsen untuk sebuah barang dikurangi dengan biaya variabel total yang digunakan untuk

memproduksi barang tersebut. Dalam gambar diatas diperlihatkan pada daerah SP (surplus

produsen).

Page 48: Modul timor leste - UNUD

3.8 Konsep Elastisitas

Konsep elastisitas bila dihubungkan dengan harga dan kuantitas barang adalah mengukur

kepekaan perubahan kuantitas barang dan jasa dengan perubahan harga itu sendiri. Elastisitas

dalam numerik menunjukkan bahwa rasio persentase perubahan kuantitas barang dan jasa

dengan persentase perubahan harga. Kepekaan ini di dalam teori harga dipergunakan untuk

membahas teori permintaan dan penawaran.

1) Elastisitas Permintaan (Price elasticity of demand)

Elastisitas permintaan mengukur perubahan relatif dalam kuantitas unit barang yang diminta

sebagai akibat perubahan salah satu faktor yang mempengaruhinya, ceteris paribus.

(1) Elastisitas Harga (Price Elasticity of Demand), adalah mengukur berapa persen

permintaan terhadap suatu barang berubah bila harganya berubah sebesar satu persen.

)3.2(...........................)/(

)/(

%

%

arg

intdim

P

Q

Q

P

PP

QQ

P

QE

Atau

ahperubahanPersentase

ayangbarangkuantitasperubahanPersentaseE

P

P

∂•−=

∂−=

∂−=

=

Jika Ep = ∞, elastisitas permintaannya adalah elastis sempurna (perpect elastic). Elastisitas ini

menunjukkan pada barang-barang yang mana kuantitas yang diminta berubah-ubah dengan

tidak adanya perubahan harga, atau dengan perkataan lain pada tingkat harga yang sama dapat

diminta kuantitas yang berbeda-beda. Kurva permintaannya sejajar dengan sumbu horisontal.

Jika Ep > 1, elastisitas permintaannya adalah elastis (elastic atau reality elastic); artinya

adalah kuantitas barang yang diminta sangat dipengaruhi oleh perubahan harga, atau artinya

untuk barang-barang yang sedikit saja harganya berubah sudah cukup untuk menyebabkan

terjadinya perubahan yang berarti pada kuantitas barang yang diminta.

Jika Ep < 1, elastisitas permintaannya adalah inelastis. Perubahan permintaan (dalam

persentase) lebih kecil daripada perubahan harga. Kalau harga naik 10 persen menyebabkan

kuantitas barang yang diminta turun, misalnya sebesar 5 persen. Permintaan barang kebutuhan

pokok umumnya inelastis.

Jika Ep = 1, elastisitas permintaannya adalah unitari. Jika harga naik 10 persen, kuantitas

barang yang diminta turun 10 persen juga.

Jika Ep = 0, elastisitasnya adalah inelastis sempurna. Berapapun harga suatu barang,

orang akan tetap membeli kuantitas yang dibutuhkan. Contohnya adalah permintaan garam.

Page 49: Modul timor leste - UNUD

Secara grafis tingkat elastisitas harga terlihat dari slope (kemiringan) kurva

permintaan. Bila kurva permintaan tegak lurus, permintaan inelastis sempurna (perfect inelastic);

perubahan harga tidak mempengaruhi kuantitas barang yang diminta. Bila kurva permintaan

sejajar sumbu datar, permintaan elastis tak terhingga (perfect elastic); perubahan harga sedikit

saja menyebabkan perubahan kuantitas barang yang diminta tak terhingga besarnya. Permintaan

elastis unitari (unitary elastic) kurva permintaannya membentuk sudut 45o. Jadi, semakin datar

kurva permintaan, makin elastis permintaan suatu barang dan jasa.

Gambar 3.6

Bentuk-bentuk Kurva Permintaan

Harga Ep = 0

Ep = ∞

Ep = 1

0 Kuantitas

a. Elastisitas Titik dan elastisitas Busur

Elatisitas titik (point elasticity) mengukur tingkat elastisitas pada titik tertentu pada kurva

permintaan. Konsep elastisitas ini digunakan bila perubahan harga yang terjadi sedemikian

kecilnya sehingga mendekati nol.

PQ

QP

PP

QQEp

∂=

∂−=

/

/

................................... (3.4)

Elastisitas busur (arch elasticity) mengukur elastisitas permintaan antara dua titik pada kurva

permintaan. Konsep elastisitas ini digunakan bila perubahan harga yang terjadi relatif besar.

)(2/1

)(2/1

21

21

QQ

PP

P

QEp

+

+•

∆−=

............................ (3.5)

Gambar 3.7

Mengukur Elastisitas Titik

Harga A Harga

Page 50: Modul timor leste - UNUD

Ep > 1

P1 B Ep = 1

Ep < 1

C

0 Q1 Kuantitas 0 Kuantitas

(a) (b)

Hasil dari perhitungan rumus elastisitas titik akan sama dengan CB/BA atau CQ1/Q1O

atau OP1/P1A (Gambar 3.7a). Dengan demikian elastisitas pada tengah AC adalah sebesar 1

(Gambar 3.7b).

b. Faktor-faktor yang Menentukan Elastisitas Harga

(1) Tingkat substitusi. Semakin sulit mencari substitusi suatu barang, permintaan semakin

inelastis. Contoh, beras, garam. Beras bagi masyarakat Indonesia sulit dicari substitusinya.

Sedangkan garam tidak mempunyai substitusi, oleh karena itu permintaannya inelastis

sempurna.

(2) Jumlah pemakai. Semakin banyak jumlah pemakai, permintaan akan suatu barang semakin

inelastis. Contoh, barang kebutuhan pokok.

(3) Proporsi kenaikan harga terhadap pendapatan konsumen. Bila proporsi tersebut besar,

maka permintaan cenderung lebih elastis. Contoh, garam dan TV. Meskipun harga garam naik

50 persen akan tetapi kenaikan tersebut tidak berarti terhadap pendapatan jika dibandingkan

dengan kenaikan harga TV.

(4) Jangka waktu. Jangka waktu permintaan atas suatu barang juga mempunyai pengaruh

terhadap elastisitas harga. Namun hal ini tergantung pada apakah barang tahan lama atau

barang tidak tahan lama.

(2) Elastisitas Silang (Cross Elasticity)

Elastisitas silang (Ec) mengukur persentase perubahan kuantitas permintaan suatu barang

sebagai akibat perubahan harga barang lain sebesar satu persen.

)6.2(.............................................%

%

arg

intdim

Y

X

X

Y

Y

X

P

Q

Q

P

P

QEc

YbarangahperubahanPersentase

ayangXbarangjumlahperubahanPersentaseEc

∂•=

∂=

=

Page 51: Modul timor leste - UNUD

Nilai Ec mencerminkan hubungan antara barang X dengan barang Y. Bila Ec > 0,

Barang X merupakan substitusi barang Y. Kenaikan harga barang Y menyebabkan harga relatif

barang X lebih murah, sehingga kuantitas permintaan terhadap barang X meningkat. Contoh,

daging ayam dan daging sapi. Nilai Ec < 0 menunjukkan hubungan barang X dan barang Y adalah

komplementer. Contoh, pakaian atas dengan pakaian bawah.

(3) Elastisitas Pendapatan (Income Elasticity)

Elastisitas pendapatan (Ei) mengukur berapa persen perbahan kuantitas permintaan suatu

barang bila pendapatan berubah sebesar satu persen.

)7.2(................................................%

%

tan

intdim

I

Q

Q

I

I

QEi

PendapaperubahanPersentase

ayangbarangkuantitasperubahanPersentaseEi

∂•=

∂=

=

Nilai Ei umumnya positif, karena kenaikan pendapatan riil akan meningkatkan

kuantitas barang yang diminta. Makin besar nilai Ei, elastisitas pendapatan semakin besar.

Barang dengan Ei > 0 merupakan barang normal (normal goods). Bila nilai Ei antara 0 samapai

1, barang tersebut merupakan kebutuhan pokok (essential goods), Barang dengan nilai Ei > 1

merupakan barang mewah (luxury goods). Barang dengan Ei < 0, kuantitas barang yang diminta

justru menurun pada saat pendapatan nyata meningkat. Barang dengan Ei < 0 disebut barang

inferior (inferior goods).

Tabel 3.3

Elastisitas Harga, Elastisitas Silang,

Dan Elastisitas Pendapatan Beberapa Barang

Elastisitas

harga permintaan

Elastisitas

silang

Elastisitas

pendapatan

Barang Ep Barang Ec Barang Ei

Daging sapi 0,92

Beras 0,31

Gula 0,31

Listrik 1,20

Makanan restoran 2,27

Daging sapi, ayam 0,28

Teh, kopi 0,67

Keju, mentega -0,61

Gula, kopi -0,28

Listrik, gas 0,20

Minyak goreng 0,42

Beras -0,20

Daging sapi 0,35

Listrik 0,20

Makanan restoran 1,46

2) Elastisitas Penawaran

(1) Definisi

Page 52: Modul timor leste - UNUD

Elastisitas penawaran (Es) dapat didevinisikan dengan anlogi logika yang sama dengan

elastisitas permintaan. Elastisitas penawaran adalah angka yang menunjukkan berapa persen

kuantitas barang yang ditawarkan berubah, bila harga barang berubah satu persen. Elastisitas

penawaran juga dapat dikaitkan dengan faktor-faktor atau variabel-variabel lain yang dianggap

mempengaruhinya, seperti tingkat bunga, tingkat upah, harga bahan baku, dan harga bahan

antara lainnya.

)8.2(.......................................................%

%

arg

PQ

QP

P

QEs

ahperubahanPersentase

ditawarkanyangbarangkuantitasperubahanPersentaseEs

∂=

∂=

=

Secara grafis tingkat elastisitas penawaran dapat dilihat dari slope kurva penawarannya.

Semakin datar, semakin elastis penawaran suatu barang.

Gambar 3.8

Bentuk-bentuk Kurva Penawaran

Harga Es = 0 Es = 1

Semakin elastis

Es = ∞

45o

0 Kuantitas

(2) Faktor-faktor yang Menentukan Elastisitas Penawaran

a. Jenis produk. Kurva penawaran produk pertanian umumnya inelastis, sebab produsen

tidak mampu memberikan respon yang cepat terhadap perubahan harga. Sementara kurva

penawaran produk industri umumnya elastis, sebab mampu merespon cepat terhadap perubahan

harga. Bila harga tekstil meningkat, pabrik tekstil akan memperpanjang jam kerja mesin,

menambah jam kerja harian atau memberikan kesempatan lembur.

b. Sifat perubahan biaya produksi. Penawaran akan bersifat inelastis bila kenaikan

penawaran hanya dapat dilakukan dengan mengeluarkan biaya yang sangat tinggi. Bila

penawaran dapat ditambah dengan pengeluaran biaya yang tidak terlalu besar, penawaran akan

Page 53: Modul timor leste - UNUD

bersifat elastis. Hal tersebut tergantung pada; (1) Tingkat penggunaan kapasitas perusahaan.

Apabila kapasitasnya telah mencapai tingkat yang tinggi, investasi baru harus dilakukan untuk

menambah produksi. Keadaan ini kurva penawaran akan menjadi inelastis. (2) Kemudahan

memperoleh faktor-faktor produksi. Penawaran akan menjadi inelastis apabila faktor-faktor

produksi yang diperlukan untuk menaikkan produksi sulit diperoleh.

c. Jangka waktu. Jangka waktu juga dapat mempengaruhi besarnya elastisitas

penawaran suatu barang dan jasa. Hampir semua barang memiliki penawaran yang lebih elastis

dalam jangka panjang dibandingkan dalam jangka pendek. Sebab dalam jangka panjang

perusahaan mampu mengatasi kendala-kendala yang muncul dalam jangka pendek. Contoh,

perusahaan mobil.

Page 54: Modul timor leste - UNUD

MODUL 4

PERILAKU KONSUMEN

3.1 Pendahuluan

Para ekonom mengembangkan pemahaman-pemahaman dan peralatan analisis ekonomi

mikro. Dengan peralatan tersebut ilmu ekonomi mengamati perilaku konsumen dan perilaku

produsen. Perilaku konsumen penting dibahas agar dapat memahami sisi permintaan barang dan

jasa. Perilaku produsen penting dibahas untuk memahami sisi penawaran barang dan jasa.

3.2 Asumsi-asumsi Utama

Bagian ini akan menguraikan perilaku konsumen dalam menentukan alokasi sumber daya

ekonomi. Tujuan yang ingin dicapai oleh konsumen adalah kepuasan maksimum .

1) Barang (commodities)

Barang adalah benda dan jasa yang dikonsumsi untuk memperoleh manfaat atau

kegunaan. Barang dan jasa yang dikonsumsi mempunyai sifat semakin banyak dikonsumsi

semakin besar manfaat yang diperoleh (good), contoh pakaian. Sesuatu yang bila

konsumsinya ditambah justru mengurangi kenikmatan hidup (bad), tidak dimasukkan

kedalam analisis, contoh penyakit.

2) Utilitas (Utility)

Utilitas adalah manfaat yang diperoleh karena mengkonsumsi barang dan jasa. Utilitas

digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan oleh konsumen.

(1) Utilitas Total (Total Utility/TU), adalah manfaat total yang diperoleh dari seluruh barang

dan jasa yang dikonsumsi.

(2) Utlitas Marjinal (Marginal Utility/MU), adalah tambahan manfaat yang diperoleh karena

menambah konsumsi sebanyak satu unit barang.

(3) Utilitas Rerata (Average Utility/AU), adalah manfaat rata-rata yang diperoleh dari

mengkonsusmsi seluruh barang dan jasa.

3) Hukum Pertambahan Manfaat yang Semakin Menurun (The Law of Diminishing Marginal

Utility). Pada awalnya penambahan konsumsi suatu arang akan memberi tambahan utilitas

yang besar, tetapi makin lama pertambahan tersebut bukan saja semakin menurun bahkan

menjadi negatif. Dalam analisis perilaku konsumen, gejala LDMU dilihat dari makin

menurunnya nilai utilitas marjinal, dan analisisnya disebut analisis marjinal (marginal

analysis).

Page 55: Modul timor leste - UNUD

4) Konsistensi Preferensi (Transitivity), konsep preferensi berkaitan dengan kemampuan

konsumen menyusun prioritas pilihan agar dapat mengambil keputusan. Minimal ada dua

sikap yang berkaitan dengan preferensi konsumen, (1) lebih disukai (prefer) dan atau (2)

sama-sama disukai (indifference). Misal, ada dua barang X dan Y, maka konsumen

mengatakan X lebih disukai daripada Y (X>Y) atau X sama-sama disukai seperti Y (X=Y).

Tanpa sikap ini perilaku konsumen sulit dianalisis. Syarat lain agar perilakunya dapat

dianalisis, konsumen harus memiliki konsistensi preferensi. Bila barang X lebih disukai

daripada Y dan barang Y lebih disukai dari Z (Y>Z), maka barang X lebih disukai dari Z (X>Z).

Konsep ini disebut transitivitas (Transitivity).

5) Pengetahuan Sempurna (Perfect Knowledge), konsumen diasumsikan memiliki informasi

atau pengetahuan yang sempurna barkaitan dengan keputusan konsumsinya. Misal, kualitas

barang, kapasitas produksi, teknologi, dan harga barang di pasar.

3.3 Teori Kardinal (Cardinal Theory)

Teori Kardinal menyatakan bahwa utilitas dapat dihitung secara nominal, sedangkan

satuan ukuran utilitas adalah util. Keputusan untuk mengkonsumsi suatu barang berdasarkan

perbandingan antara manfaat yang diperoleh dengan biaya yang harus dikeluarkan. Total

uang yang harus dikeluarkan untuk konsumsi adalah jumlah unit barang dikalikan harga per

unit. Untuk setiap unit tambahan konsumsi, tambahan biaya yang harus dikeluarkan sama

dengan harga barang per unit. Contoh, lihat Tabel berikut.

Page 56: Modul timor leste - UNUD

Tabel 3.1

Utilitas Total dan Utilitas Marjinal konsumsi baju

Harga

baju/helai

(Rp)

Jumlah baju

yang

dikonsumsi

(helai)

Uang yang

harus

dikeluarkan

(Rp)

Utilitas

Total/TU (util)

Utilitas

Tambahan/

MU

(util)

25.000

25.000

25.000

25.000

25.000

25.000

25.000

25.000

1

2

3

4

5

6

7

8

25.000

50.000

75.000

100.000

125.000

150.000

175.000

200.000

50.000

125.000

185.000

225.000

250.000

250.000

225.000

100.000

50.000

75.000

60.000

40.000

25.000

0

-25.000

-125.000

Baju pertama memberikan manfaat sebesar 50 util. Baju yang kedua memberi tambahan

manfaat (MU) lebih besar daripada baju yang pertama, yaitu sebesar 75 util. Seandainya

konsumsi baju terus ditambah, maka setelah baju kelima penambahan konsumsi tidak

menambah TU, bahkan dapat menurunkan TU karena MU < 0 (negatif). Perilaku konsumen

dalam Tabel 3.1 dapat diterjemahkan dalam bentuk grafik berikut.

Page 57: Modul timor leste - UNUD

Gambar 3.1

Kurva Utilitas Total dan Utilitas Marjinal

Util (ooo)

250

225

200

175

150

125

100 TU

75

50

25

0 1 2 3 4 5 6 7 8 Baju

MU

Berdasarkan Tabel 3.1 dan Gambar 3.1, bahwa konsumsi baju akan berhenti dikonsumsi

pada baju yang kelima. Jika setelah itu penambahan jumlah baju yang dikonsumsi, tindakan itu

bukan saja tidak menambah TU, bahkan menguranginya. Konsumsi baju akan dihentikan pada

saat harga baju (Rp 25.000) sama dengan nilai utilitas marjinalnya (25.000 util).

Prinsip ini berlaku untuk semua barang dan jasa, sehingga konsumen akan mencapai

kepuasan maksimum pada saat:

MUX = PX ..................................................................... (3.1)

MUX = tambahan manfaat X dan PX = Harga per unit X.

3.4 Teori Ordinal (Ordinal Theory)

1) Kurva Indiferensi (Indifference Curve)

Teori ordinal menyatakan bahwa utilitas tidak dapat dihitung, hanya dapat

diperbandingkan dan menggunakan kurva indiferensi untuk menggambarkan perilaku konsumen.

Namun untuk keperluan studi diasumsikan bahwa informasi dari kurva indiferensi dapat

dikuantitatifkan dengan sebuah bentuk fungsi. Kurva indiferensi adalah kurva yang

menunjukkan berbagai kombinasi konsumsi dua macam barang yang memberikan tingkat

kepuasan yang sama bagi seorang konsumen. Sekumpulan kurva indiferensi (indifference map)

dihadapi oleh hanya seorang konsumen. Rumusan persamaan kuva indiferensi dapat ditulis

berikut ini.

Page 58: Modul timor leste - UNUD

U = f(X,Y) = X.Y (U = tingkat kepuasan atau utilitas, X = nasi goreng per bulan dan Y =

konser per bulan). Untuk menggambarkan tingkat kepuasan tertentu dari beberapa kombinasi

nasi goreng dan konser dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.2

Konsumsi Nasi Goreng dan Konsumsi Konser

Yang Memberikan Tingkat Kepuasan Sama

Nasi Goreng (porsi per bulan) Konser (kali per bulan)

25

20

10

5

4

4

5

10

20

25

Gambar 3.2

Kurva Indiferensi Konsumsi Nasi Goreng dan Konser

Nasi Goreng

25

20

15

10

5 IC

0 5 10 15 20 25 Konser

2) Asumsi-asumsi Kurva Indiferensi

a. Semakin jauh kurva indiferensi dari titik origin, semakin tinggi tingkat kepuasannya.

Konsumen dapat membandingkan pilihannya dengan melihat peta indiferensi.

b. Kurva indiferensi menurun dari kiri atas ke kanan bawah (downward sloping) dan cembung

ke titik origin (convex to origin). Menggambarkan adanya kelangkaan. Bila suatu barang

semakin langka, maka harganya semakin mahal. Hal ini dapat dijelaskan dengan konsep

Marginal Rate of Substitution (MRSXY), yaitu berapa banyak barang Y yang harus

Page 59: Modul timor leste - UNUD

dikorbankan untuk menambah i unit barang X untuk menjaga tingkat kepuasan yang

sama.

c. Kurva indiferensi tidak saling berpotongan. Asumsi ini penting agar asumsi transitivitas

terpenuhi.

4) Kurva Garis Anggaran (Budget Line Curve)

Garis anggaran (budget line) adalah kurva yang menunjukkan kombinasi konsumsi dua

macam barang yang membutuhkan biaya (anggaran) yang sama besar.

BL = PX.QX + PY.QY ................................................ (3.2)

BL = Garis anggaran, PX, PY = harga per unit barang X dan barang Y, sedangkan Q =

kuantitas barang yang dikonsumsi.

Gambar 3.2

Kurva Garis Anggaran

Y

Y3

Y2 BL = PX.QX + PY.QY

Y1

0 X3 X2 X1 X

Kemiringan kurva BL adalah negatif, yang merupakan rasio PX dan PY. 0Y = besarnya

pendapatan (M) dibagi harga Y, sedangkan 0X = besarnya pendapatan (M) dibagi harga X,

sehingga slope kurva garis anggaran adalah –PX/PY. Berdasarkan kurva BL juga, PX.X1 + PY.Y1

= PX.X2 + PY.Y2 = PX.X3 +PY.Y3.

5) Keseimbangan Konsumen

Keseimbangan konsumen adalah kondisi di mana konsumen telah mengalokasikan

seluruh pendapatannya untuk konsumsi. Uang yang dimiliki dikonsumsi untuk mencapai tingkat

kepuasan yang maksimum. Atau untuk tingkat kepuasan tertentu dapat dicapai dengan anggaran

minimal. Secara grafis kondisi keseimbangan konsumen tercapai pada saat kurva garis anggaran

(tingkat kemampuan) bersinggungan dengan kurva indiferensi (tingkat kepuasan).

Gambar 3.3

Page 60: Modul timor leste - UNUD

Maksimalisasi Kepuasan/Keseimbangan Konsumen

Y IC2 IC3

A IC1

Y1 E

0 X1 B X

Gambar 3.3 menggambarkan maksimalisasi kepuasan dengan kemampuan yang dimilik BL =

garis AB. Tingkat kepuasan tertinggi yang dapat diperoleh adalah di titik E (persinggungan antara

garis AB dengan IC2). Pada titik keseimbangan kombinasi konsumsi adalah 0X1 unit barang X

dan 0Y1 unit barang Y.

6) Reaksi Terhadap Perubahan Harga Barang dan Penadapatan Nominal

Keseimbangan yang dicapai dapat berubah karena pendapatan nyata berubah. Jika

pendapatan nyata meningkat, konsumen dapat menaikkan tingkat kepuasannya. Sebaliknya bila

pendapatan nyata menurun, dengan terpaksa konsumen menurunkan tingkat kepuasannya

disesuikan dengan kemampuan anggaran yang menurun. Salah satu faktor yang dapat

mengubah pendapatan nyata adalah perubahan harga barang.

Sepuluh Prinsip Ekonomi

Kata ekonomi berasal dari bahasa Yunani yang artinya seseorang yang mengatur rumah tangga.

Sekilas hal ini terdengar aneh. Namun faktanya adalah rumah tangga dan ekonomi mempunyai

banyak kesamaan. Sedangkan ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana

masyarakat mengelola sumber daya mereka yang terbatas.

Dalam realitas hidup banyak pilihan dan antara berbagai alternatif yang bisa dipilih maka individu

harus membuat keputusan. Adapun prinsip – prinsip ekonomi dibagi dalam 10 prinsip ekonomi,

yaitu :

1. Setiap orang melakukan TradeOff

Page 61: Modul timor leste - UNUD

Pelajaran pertama mengenai pengambilan keputusan dapat dirangkum dalam pribahasa “tidak

sesuatu yang gratis di dunia ini” artinya saat hendak mendapatkan sesuatu maka kita harus

mengorbankan sesuatu yang lainnya.

Sebagai contoh, saat seseorang memilih belajar, maka orang tersebut telah kehilangan

kesempatan untuk mengerjakan hal lainnya seperti bermain futsal, sepeda atau jalan-jalan.

Kegiatan lain yang tidak bisa dilakukan saat seseorang tersebut belajar di sebut sebagai biaya.

Tradeoff yang dihadapi masyarakat adalah effisiensi artinya masyarakat mendapatkan hasil

optimal dari sumberdaya langka yang ada. Dan pemerataan yaitu pembagian hasil yang merata

dari sumberdaya langka tersebut terhadap masyarakat.

Efisiensi adalah kondisi dalam masyarakat untuk memperoleh manfaat maksimal dari sumber

daya mereka yang terbatas. Sedangkan pemerataan adalah pendistribusian kesejahteraan

ekonomi secara wajar ke pada para anggota masyarakat.

2. Pengorbanan biaya untuk mendapatkan sesuatu.

Seperti yang telah dijelaskan pada prinsip pertama, pengertian biaya adalah apa yang kita

korbankan untuk mendapatkan sesuatu. Hal tersebut dalam ilmu ekonomi biasa disebut sebagai

opportunity cost.

3. Orang berpikir secara rasional

Artinya saat seseorang menentukan keputusan atau pilihan, orang tersebut bekerja pada pikiran

rasional. Saat menghadapi pilihan untuk melanjutkan sekolah (S2) atau mecari kerja. Yang ia

pikirkan adalah apa keuntungan dari melanjutkan sekolah yaitu pengetahuan, pekerjaan yang

lebih baik dan penghasilan lebih bersar. Atau memilih mencari kerja dengan keuntungan yaitu

lebih cepat memiliki penghasilan sendiri. Dan kerugiannya, yaitu kehilangan hal-hal dari pilihan

yang ia tinggalkan.

Inilah yang terpenting dari 10 prinsip ekonomi ini.

4. Orang tanggap terhadap insentif

Seseorang biasanya akan lebih “aktif” saat seseorang tersebut mendapatkan keuntungan

tambahan dari apa yang ia kerjakan. Contohnya seseorang akan bekerja sesuai porsi saat

penghasilannya tetap, tetapi saat ada insentif maka ia akan bekerja secara ekstra dari

sebelumnya. Contoh lainnya adalah seperti motto Pak Ogah, yang hanya akan bekerja apabila

ada “cepe”.

Page 62: Modul timor leste - UNUD

5. Perdagangan Menguntungkan Semua Pihak

Pada prinsip ini yang paling ditonjolkan adalah spesialisasi, contohnya yaitu suatu Negara akan

memproduksi sesuai kemampuan yang paling optimal ( biaya produksi rendah, kemampuan

produksi tinggi, kualitas bagus) yang dimiliki lalu menjualnya ke Negara lain yang tidak optimal

produksinya dari barang tersebut dan barang produksi yang tidak bisa dihasilkan secara optimal

maka Negara tersebutpun akan membeli dari Negara lain yang produksinya lebih optimal.

6. Pasar secara umum adalah sarana terbaik untuk mengkoordinasikan kegiatan ekonomi.

Dengan menggunakan jenis perekonomian pasar, keputusan-keputusan dari suatu perencanaan

yang terpusat, digantikan oleh keputusan-keputusan dari jutaan perusahaan dan rumah tangga.

Perusahaan memutuskan siapa yang akan dipekerjakan dan barang apa yang akan diproduksi,

kemudian rumah tangga memutuskan akan bekerja di perusahaan mana dan akan membeli

barang apa dari penghasilan mereka. Perusahaan dan rumah tangga saling berinteraksi di pasar,

dimana harga dan kepentingan-kepentingan pribadi mempengruhi dan memandu keputusan-

keputusan yang mereka buat.

7. Pemerintah Kadang Mampu Meningkatkan faktor produksi.

Seperti dalam kasus krisis perekonomian seperti sekarang diamana banyak perisahaan yang

bangkrut dan terjadi kegagalan pasar, pemerintah dapat turun tangan dan menyelamatkan

perusahaan tersebut dari kebangkrutan, dan menjaga kemampuan produksi sekaligus

meminimalisir angka pengangguran dengan cara melakukan buyout, atau pembelian/pengambil

alihan sebuah perusahaan oleh pemerintah. Walau begitu pemerintah tidak selalu harus

melakukan hal tesebut.

8. Standar hidup negara bergantung pada kemampuan dalam memproduksi barang dan

jasa

Apa yang bisa menjelaskan perbedaan-perbedaan yang sangat besar antara satu standar hidup

dengan standar hidup lainnya diberbagai Negara di dunia?. Jawabannya cukup sederhana, yaitu

kemampuan factor produksi dari suatu Negara. Dinegara dimana para pekerjanya dapat

menghasilakan barang dan jasa dalam jumlah besar per satu satuan waktu, sebagian besar

masyarakatnya hidup dalam standar hidup yang tinggi. Begitu pula sebaliknya. Hubungannya

yaitu tingkat pertumbuhan produktivitas suatu Negara menetukan tingkat pertumbuhan

pendapatan rata-ratanya.

9. Harga-harga akan meningkat jika pemerintah mencetak uang dalam jumlah banyak

Page 63: Modul timor leste - UNUD

Tingginya tingkat peredaran uang akibat dari tingginya produksi uang itu sendiri, menyebabkan

nilai dari uang tersebut menjadi semakin kurang berharga yang berdampak pada terjadinya

inflasi. Sehingga harga barang naik karena niali dari uang tersebut menurun.

10. Masyarakat menghadapi trade-off jangka pendek antara inflasi dan pengangguran

Tradeoff antara inflasi dan pengangguran sifatnya hanyalah sementara, namun dapat

berlangsung menahun. Dinegara tertentu meningkatnya inflasi akan mengurangi pengangguran.

Namun hal tersebut tampaknya tidak terjadi di Indonesia.

SEKIAN

Daftar Bacaan yang disarankan:

1. Pengantar Ekonomi Makro (Edisi Asia), Cet 2, N. Gregory Mankiw, Salemba Empat, 2013.

2. Pengantar Ekonomi Mikro (Edisi Asia), N. Gregory Mankiw, Salemba Empat, 2012.