MODUL PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH

12
MODUL PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH Digunakan untuk kalangan sendiri penyusun: TEAM TPB AGROTEKNOLOGI PRODI AGROTEKNOLOGI JURUSAN ILMU & TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

Transcript of MODUL PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH

Page 1: MODUL PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH

MODUL PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH

Digunakan untuk kalangan sendiri

penyusun:

TEAM TPB AGROTEKNOLOGI

PRODI AGROTEKNOLOGI

JURUSAN ILMU & TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

Page 2: MODUL PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH

Petunjuk Praktikum Teknologi Produksi Benih 2

PRAKTIKUM I

PENGENALAN ANATOMI DAN MORFOLOGI BIJI TANAMAN

1. DASAR TEORI

Menurut bentuknya biji terbentuk dari suatu bakal biji (ovule) masak, yang mengandung embrio dan

cadangan makanan serta di bagian luarnya terdapat pelindung biji atau kulit biji.

Embrio :

Embrio yang perkembangannya sempurna pada umumnya terdiri dari struktur-struktur sebagai berikut :

• Epikotil atau plumula, yaitu calon pucuk

• Kotiledon, yaitu keeping biji

• Hipokotil, yang merupakan daerah transisi antara akar dan pucuk

• Radikel, yaitu calon akar.

Cadangan Makanan :

Pada umumnya cadangan makanan pada biji tanaman terdiri dari karbohidrat; lemak, protein atau mineral.

Struktur yang berfungsi sebagai jaringan penyimpan cadangan makanan antara lain : endosperm, kotiledon, perisperm.

Pelindung Biji :

Pada umumnya kulit biji berasal dari integumen bakal biji yang mengalami modifikasi selama

berlangsungnya proses pembentukan biji. Fungsinya untuk melindungi biji terutama dari factor luar yang dapat

merugikan kelangsungan hidup embrio. Oleh karena itu biasanya bagian luar kulit biji terdiri dari jaringan yang kuat

atau keras, sedangkan bagian dalamnya tipis dan berselaput. Pengetahuan dasar tentang struktur biji sangat penting

untuk dapat menangani berbagai masalah dibidang teknologi benih, misalnya benih keras dalam perkecambahan.

2. TUJUAN PRAKTIKUM

Mahasiswa dapat mengenal sifat-sifat anatomi dan morfologi dari biji-biji tanaman sub kelas monokotiledon

dan dikotiledon, yang diamati secara makroskopis dan mikroskopis atau dengan mencari dan melihat dari pustaka.

3. ALAT DAN BAHAN

Alat yang diperlukan untuk melaksanakan praktikum antara lain :

- cawan Petri

- pisau scalpel/cutter

- pinset

- kaca pembesar

- mikroskop binokuler

Bahan yang dipergunakan antara lain biji tanaman pangan dari jenis berikut :

- sub kelas monokotiledon : jagung, padi, sorghum

- sub kelas dikotiledon : kacang hijau, kedelai, kacang tanah

4. PROSEDUR KERJA

Pelaksanaan secara Makroskopis

a. Contoh biji yang telah disediakan diletakkan di atas cawan petri, kemudian lakukan pengamatan makroskopis dengan bantuan kaca pembesar.

b. Pada pengamatan catat : bentuk, ukuran, tekstur permukaan, warna.

c. Buat gambar berdasarkan pengamatan makroskopis terutama mengenai bentuk biji, dapat berdasarkan ukuran asli, diperkecil ataupun dengan pembesaran yang sesuai dengan maksud agar gambar lebih jelas.

d. Buat juga gambar penampang melintang dan membujur untuk contoh biji yang diamati, serta sebutkan

bagian-bagiannya.

Pelaksanaan secara Mikroskopis

a. Contoh biji yang disediakan diletakkan di bawah mikroskop dengan pembesaran yang sesuai.

b. Buat gambar berdasarkan pengamatan mikroskopis mengenai : bentuk, tekstur permukaan dan kalau ada ciri khas lain.

c. Lakukan irisan melintang ataupun membujur pada contoh biji dan letakkan di bawah mikroskop, buat

gambar penampang melintang dan membujur secara jelas dan sebutkan bagian-bagiannya.

5. LAMPIRAN : CIRI-CIRI EKSTERNAL BIJI UNTUK IDENTIFIKASI

(1) Bentuk biji

(a) mengerucut sungsang (obconial) (b) melensa (lenticular, lens-shaped)

(c) mengginjal (reniform, kidney-shaped)

(d) melonjong (oblong) (e) mengavokad sungsang (obpyriform)

(f) menyektor (sectoroid)

(g) membengkuang (napiform, turnip-shaped) (h) membulat telur (ovoid)

(i) mengerucut (conical)

(j) mengenta (campanulate, bell-shaped) (k) menjorong (ellipsoid)

(l) membulat (globose)

(m) menceper (saucer-shaped, plateriform) (n) mengavokad (pear-shaped, pyriform)

(o) mengetupat (rhomboid)

(p) membulat (spherical)

(q) lainnya (nyatakan)

(2) Struktur tambahan

(a) karunkula (caruncle) (b) sayap (wing) (c)

tugi (awn) (3) Aroma

(a) berbau sedap (b) berbau tidak sedap (c)

tidak berbau

Page 3: MODUL PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH

Petunjuk Praktikum Teknologi Produksi Benih 3

Komponen yang

dianalisis

Benih

Murni

(pure

seed)

Innert

Matter

Benih Murni (pure

seed)

Biji lain Kotoran

Biji spesies/varietas

lain

Biji Gulma

(4) Selaput biji (a) Warna selaput benih :

1) putih, 2) kuning, 3) hijau muda, 4) hijau tua, 5) coklat kekuningan, 6) coklat kemerahan, 7) abu-abu,

8) hitam, 9) lurik, 10) ungu, 11) lainnya (nyatakan). (b) Kilapan permukaan benih :

1) mengkilap, 2) kusam, 3) lainnya (nyatakan).

(c) Tekstur permukaan selaput benih : 1) licin, 2) kasar, 3) berbulu, 4) bertugi, 5) lainnya (nyatakan).

(5) Hilum

(a) Bentuk hilum 1) lonjong, 2) bulat, 3) segitiga, 4) garis, 5) lainnya (nyatakan).

(b) Warna hilum

1) kuning, 2) coklat muda, 3) hijau, 4) hitam, 5) abu-abu, 6) merah, 7) coklat tua, 8) lainnya (nyatakan).

(c) Lokasi hilum

1) dibawah, 2) ditengah, 3) lainnya (nyatakan). (d) Strofiola pada hilum

1) ada, 2) tidak ada

(e) Posisi hilum 1) rata, 2) menjorok, 3) menonjol, 4) lainnya (nyatakan).

Catatan :

Lampiran 2 menyajikan bagian-bagian yang membentuk struktur benih beberapa tanaman.

PRAKTIKUM II

UJI MUTU FISIK BENIH

1. DASAR TEORI

Uji mutu fisik benih meliputi antara lain : kemurnian benih, kadar dan berat 1000 butir benih.

A. Uji Kemurnian Benih

Digunakan untuk mengetahui persentase berat benih murni dari contoh uji, sekaligus mengetahui komposisi

serta identifikasi dari partikel lain yang mungkin tercampur.

Tujuan Kemurnian Benih adalah :

a. melindungi konsumen (jika membeli benih yang tidak tercampur dengan benih atau kotoran lain) b. mengetahui komposisi benih

c. mengetahui macam spesies/varietas lain yang tercampur

d. mengetahui macam kotoran yang tercantum dalam benih.

Dalam pengertian benih murni termasuk semua varietas dari spesies yang dinyatakan oleh pengirim atau berdasarkan penemuan dalam pengujian laboratorium. Dan yang termasuk dalam kategori benih murni adalah :

- benih (spesies/varietas) seperti tertulis dalam label;

- benih masak dan utuh;

- benih belum masak (immature) berukuran kecil (undersized) dan mengkerut (shriveled);

- benih yang telah berkecambah sebelum diuji;

- benih yang terserang hama/penyakit tapi tidak/belum berubah bentuk

- pecahan benih yang ukurannya lebih besar dari setengah ukuran benih sesungguhnya, asalkan dapat

dipastikan bahwa pecahan benih tersebut termasuk dalam spesies yang dimaksud.

Benih spesies lain

Komponen ini mencakup semua biji dari tanaman pertanian yang ikut tercampur dalam contoh uji tetapi

tidak dimaksudkan untuk diuji. Biji gulma

Meliputi semua biji ataupun bagian vegetatif tanaman yang termasuk dalam kategori gulma, baik yang utuh

maupun pecahan biji gulma tetapi masih mempunyai embrio.

Page 4: MODUL PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH

Petunjuk Praktikum Teknologi Produksi Benih 4

Tujuan Pengujian Kadar Air Benih

Menghitung Kadar Air Benih

Kadar Air Benih Berkaitan :

- Kualitas benih

- Daya simpan (storabilitas)

- Daya kecambah benih

- Serangan hama dan penyakit

- Harga benih

Bahan lain atau kotoran

Termasuk semua pecahan benih yang tidak memenuhi syarat, baik dari komponen benih murni, bagian

tanaman seperti ranting, daun, partikel tanah, pasir, jerami, dan sebagainya.

B. Kadar Air

Pengukuran kadar air benih selain digunakan sebagai tolok ukur dalam menentukan saat panen, mempunyai

arti yang penting untuk benih yang disimpan. Hal tersebut berkaitan dengan laju kemunduran benih yang dipengaruhi oleh kadar air yang dikandungnya. Kadar air benih selalu berubah tergantung kadar air lingkungannya, karena benih

bersifat selalu berusaha mencapai kondisi equilibrium dengan keadaan sekitarnya.

Dalam batas tertentu semakin rendah kadar air benih akan semakin lama daya hidup benih yang disimpan.

Kisaran kadar air benih yang aman bagi penyimpanan tergantung pada jenis benih dan tujuan dari penyimpanan benih.

C. Berat 1000 butir benih

Keterangan tentang berat 1000 butir benih penting, terutama untuk mengetahui akan kebutuhan benih

dilapang. Efek dari berat 1000 butir benih dapat ditunjukkan dalam hubungannya dengan keadaan embrio ataupun

cadangan makanan yang dikandungnya. Pada benih-benih dengan besar embrio sama, maka benih yang lebih berat menunjukkan kandungan cadangan makanan yang lebih banyak.

2. TUJUAN PRAKTIKUM

Pada praktikum ini mahasiswa akan dibekali keterampilan mengetahui sifat fisik benih dalam hubungannya

dengan mutu benih, yang meliputi : uji kemurnian benih, kadar air dan berat 1000 butir benih.

3. ALAT DAN BAHAN

Alat-alat yang diperlukan adalah :

- Timbangan analitik, dengan ketepatan 0,1 mg

- Timbangan tepat, dengan ketepatan 10 mg

- Saringan

- Oven

- Botol oven atau kaleng oven

- Penggiling

- Pinset

- Wadah

- Kaca pembesar

- Mikroskop

Bahan yang dipergunakan adalah :

- Benih tanaman pangan : jagung, padi, kacang hijau, kedelai, kacang tanah, sorghum

- Benih tanaman hortikultura : bayam, sawi, tomat, papaya, kapri, dan lain-lain

- Benih tanaman perkebunan : kopi, cokelat, tembakau, dan lain-lain.

4. PROSEDUR KERJA

A. Uji Kemurnian Benih :

a. Siapkan benih yang akan diuji dalam sebuah wadah b. Timbang berat contoh uji tersebut dengan timbangan analitik (berat total)

c. Pisahkan komponen contoh uji, kemudian timbang :

- benih murni = a gram - benih spesies lain = b gram

- biji gulma = c gram

- bahan lain atau kotoran = d gram d. Persentase dari masing-masing berat komponen di atas dengan berat totalnya

e. Analisa dilakukan sebanyak dua kali ulangan dengan beda antar ulangan tidak boleh lebih tinggi dari 5%.

B. Kadar Air Benih dengan Metode Oven 130°C :

a. Siapkan contoh uji, minimal sebanyak 15 gram untuk benih sebesar bayam atau 100 gram untuk benih sebesar

kacang hijau

b. Hancurkan contoh uji dengan penggiling, kemudian disaring c. Panaskan botol oven atau kaleng oven kosong dengan tutupnya dalam oven pada suhu 130°C selama 5 menit,

dinginkan dan timbang dengan timbangan analitik (x gram)

d. Masukkan 4 – 5 gram contoh uji yang telah digiling halus dalam wadah tersebut, ratakan sehingga menutupi dasar wadah kemudian tutup wadah tersebut dan timbang (y gram)

e. Letakkan botol atau kaleng yang berisi contoh uji dalam oven 130°C, botol atau kaleng tersebut harus dalam

keadaan terbuka, tutup diletakkan disamping atau dibagian bawah botol atau kaleng f. Lama pemanasan sekitar 60 – 90 menit, kecuali untuk benih keras pemanasan selama 120 menit. Pemanasan

terhitung mulai dari saat oven kembali mencapai 130°C.

g. Setelah itu botol atau kaleng dikeluarkan dari oven dan ditutup secepatnya, dinginkan selama 10 – 20 menit

h. Bila telah dingin, botol atau kaleng beserta contoh uji ditimbang (z gram)

i. Tetapkan kadar air benih dengan rumus :

%100xxy

zybenihairkadar

−=

dengan : x = berat botol atau kaleng + tutup

y = x + contoh uji mula-mula z = x + contoh uji yang telah di oven

Page 5: MODUL PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH

Petunjuk Praktikum Teknologi Produksi Benih 5

C. Berat 1000 butir Benih

a. Cara I

- Ambil benih murni sebanyak 1000 butir dan timbang beratnya dengan timbangan analitik untuk benih kecil atau timbangan tepat untuk benih berukuran besar

- Kerjakan dengan empat kali ulangan.

b. Cara II - Ambil benih murni sebanyak 100 butir dan timbang beratnya

- Kerjakan dengan delapan kali ulangan

- Berat dari 1000 butir benih dapat dihitung dari berat rata-rata 100 butir benih. Kemudian dari cara-cara diatas dibuat table sebagai berikut :

Cara I

n (ulangan) Berat 1000

butir (a) ( )aax ˆ− ( )22 aax − Berat 1000 butir sebenarnya

1 9,90 g 0,05 0,0025

( )

( )

010,095,9

144

1250,095,9

1

2

nn

xa

2 10,25 g -0,30 0,0900

3 9,80 g 0,15 0,0225

4 9,85 g 0,10 0,0100

a = 39,80 g

a = 9,95 g

x2 = 0,1250

Cara II

Untuk cara II perhitungannya sama seperti cara I, hanya saja jumlah benih yang dipergunakan sebanyak 100 butir

dengan delapan kali ulangan.

n ulangan

Berat 100 butir

Berat 1000 butir yang diharapkan

x

y - y

x2 =

(y - y )2

Berat 1000 butir sebenarnya

1 1,00 1000/100 x 1,00 = 10,00

0,10 0,0100

( )

( )

gram

nn

xy

50,010,10

188

06,1010,10

1

2

2 1,10 1000/100 x 1,10 =

11,00

-0,90 0,8100

3 1,08 1000/100 x 1,08 = 10,80

-0,70 0,4900

4 1,15 1000/100 x 1,15 =

11,50

-1,40 1,9600

5 0,80 1000/100 x 0,80 = 8,00

2,10 4,4100

6 0,95 1000/100 x 0,95 =

9,50

0,60 0,3600

7 0,90 1000/100 x 0,90 = 9,00

1,10 1,2100

8 1,10 1000/100 x 1,10 =

11,00

-0,90 0,8100

y = 80,80

y =

10,10

x2 = 10,06

Kri t e r ia Benih Murni p a d a Beb era p a Ta na ma n Pa ng a n d a n Ho r t i k u l tura

J eni s Ta na ma n Kr i t e r ia Benih Murni

Na ma Ind o nes ia Na ma I lmia h

Cab e

Jag u n g

K acan g t an ah K acan g h i j au

K acan g p an j an g

K acan g b u n ci s K acan g b o go r

K acan g b ab i

K acan g k ap r i

K ec ip i r

K ed e l a i

K o l

Lo b ak

Ca p s in u m sp .

Zea ma ys

Ara ch i s h yp og ea Ph a seo lu s ra d ia tu s

V ig n a s in en s i s

P . vu lg a r i s Vo a n d ze ia su b t e rra n ia

V i c ia f a ba

P i su m sa t i vu m

Pso p h o ca rpu s

t e t ra g o no lob u s Glyc in e ma x

B . o l e ra cea

Ra p h an u s sa t i vu s

Lih a t t o ma t .

Ja l i u tu h , p ecah an j a l i > ½ uk u ran a s l i .

L ih a t k ed el a i . L ih a t k ed el a i .

L ih a t k ed el a i .

L ih a t k ed el a i . L ih a t k ed el a i .

L ih a t k ed el a i .

L ih a t k ed el a i .

L ih a t k ed el a i .

Ben ih u tu h d eng an se l ap u t (co a t ) p ecah an

b en ih > ½ u k u ran a s l i d en g an se l ap ut

me lek a t . L ih a t p e t sa i .

L ih a t p e t sa i .

Men t imun

Oy o n g

Cu cu mis sa t i vu s

Lu f f a a cu ta n gu la

Ben ih u tu h d eng an / t an p a se l ap u t , p ecah an

b en ih > ½ u k u ran a s l i d en g an/ t an pa

se l ap u t . L ih a t men t imun .

J eni s Ta na ma n Kri t e r ia Benih Murni

Na ma Ind o nes ia Na ma I lmia h

Pad i

Oryza sa t i va

Mel ip ut i sp ik e l e t , f l o re t , j a l i ( ca ryo p s i s )

u tu h , p ecah an j a l i > ½ u k u ran a s l i , t i d ak

t e rmasu k b u lu y an g p anj an gny a l eb ih d a r i p an j ang sp ik e l e t a t au f l o re t .

Pe t sa i

Sawi

So rg h u m

Tero n g To mat

Wa lu h

Bra ss i ca ch in en s ia

B . j u n cea

S o rg h u m vu lg a re

S o la nu m me lo n g ena Lyco p ers i co n e scu l en tu m

Cu cu mis me lo

Ben ih u tu h d en g an se l ap u t , pecah an b en ih

> ½ u k u ran a s l i d eng an se l apu t . L ih a t p e t sa i .

L ih a t j agu n g .

L ih a t t o ma t . Ben ih u tu h d eng an / t an p a se lap u t , p ecah an

b en ih > ½ u k u ran a s l i d en g an/ t an pa

se l ap u t . L ih a t men t imun .

Ba ta s To le ra ns i Ha s i l Uj i Kemurnia n Beni h

Ra ta -ra ta ha s i l a na l i s i s k emurnia n

Ba ta s t o l e ra ns i

Co nto h k er ja

se t eng a h Co nto h k er ja u tuh

9 9 .9 5 -1 00 .0 0

9 9 .9 0 -9 9 .9 4

0 .0 0 -0 .0 4

0 .0 5 -0 .0 9

0 .2 3

0 .3 4

0 .1 6

0 .2 4

Page 6: MODUL PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH

Petunjuk Praktikum Teknologi Produksi Benih 6

9 9 .8 5 -9 9 .8 9 9 9 .8 0 -9 9 .8 4

9 9 .7 5 -9 9 .7 9

9 9 .7 0 -9 9 .7 4 9 9 .6 5 -9 9 .6 9

9 9 .6 0 -9 9 .6 4

9 9 .5 5 -9 9 .5 9 9 9 .5 0 -9 9 .5 4

9 9 .4 0 -9 9 .4 9

9 9 .3 0 -9 9 .3 9 9 9 .2 0 -9 9 .2 9

9 9 .1 0 -9 9 .1 9 9 9 .0 0 -9 9 .0 9

9 8 .7 5 -9 8 .9 9

9 8 .5 0 -9 8 .7 4 9 8 .2 5 -9 8 .4 9

9 8 .0 0 -9 8 .2 4

9 7 .7 5 -9 7 .9 9 9 7 .5 0 -9 7 .7 4

9 7 .2 5 -9 7 .4 9

9 7 .0 0 -9 7 .2 4 9 6 .5 0 -9 6 .9 9

0 .1 0 -0 .1 4 0 .1 5 -0 .1 9

0 .2 0 -0 .2 4

0 .2 5 -0 .2 9 0 .3 0 -0 .3 4

0 .3 5 -0 .3 9

0 .4 0 -0 .4 4 0 .4 5 -0 .4 9

0 .5 0 -0 .5 9

0 .6 0 -0 .6 9 0 .7 0 -0 .7 9

0 .8 0 -0 .8 9 0 .9 0 -0 .9 9

1 .0 0 -1 .2 4

1 .2 5 -1 .4 9 1 .5 0 -1 .7 4

1 .7 5 -1 .9 9

2 .0 0 -2 .2 4 2 .2 5 -2 .4 9

2 .5 0 -2 .7 4

2 .7 5 -2 .9 9 3 .0 0 -3 .4 9

0 .4 2 0 .4 9

0 .5 5

0 .5 9 0 .6 5

0 .6 9

0 .7 4 0 .7 6

0 .8 2

0 .8 9 0 .9 5

1 .0 0 1 .0 6

1 .1 5

1 .2 6 1 .3 7

1 .4 7

1 .5 4 1 .6 3

1 .7 0

1 .7 8 1 .8 8

0 .3 0 0 .3 5

0 .3 9

0 .4 2 0 .4 6

0 .4 9

0 .5 2 0 .5 4

0 .5 8

0 .6 3 0 .6 7

0 .7 1 0 .7 5

0 .8 1

0 .8 9 0 .9 7

1 .0 4

1 .0 9 1 .1 5

1 .2 0

1 .2 6 1 .3 3

9 6 .0 0 -9 6 .4 9

9 5 .5 0 -9 5 .9 9 9 5 .0 0 -9 5 .4 9

9 4 .0 0 -9 4 .9 9

9 3 .0 0 -9 3 .9 9 9 2 .0 0 -9 2 .9 9

9 1 .0 0 -9 1 .9 9

9 0 .0 0 -9 0 .9 9 8 8 .0 0 -8 9 .9 9

8 6 .0 0 -8 7 .9 9

8 4 .0 0 -8 5 .9 9 8 2 .0 0 -8 3 .9 9

8 0 .0 0 -8 1 .9 9

7 8 .0 0 -7 9 .9 9 7 6 .0 0 -7 7 .9 9

7 4 .0 0 -7 5 .9 9

7 2 .0 0 -7 3 .9 9

7 0 .0 0 -7 1 .9 9

6 5 .0 0 -6 9 .9 9

6 0 .0 0 -6 4 .9 9 5 0 .0 0 -5 9 .9 9

3 .5 0 -3 .9 9

4 .0 0 -4 .4 9 4 .5 0 -4 .9 9

5 .0 0 -5 .9 9

6 .0 0 -6 .9 9 7 .0 0 -7 .9 9

8 .0 0 -8 .9 9

9 .0 0 -9 .9 9 1 0 .0 0 -1 1 .9 9

1 2 .0 0 -1 3 .9 9

1 4 .0 0 -1 5 .9 9 1 6 .0 0 -1 7 .9 9

1 8 .0 0 -1 9 .9 9

2 0 .0 0 -2 1 .9 9 2 2 .0 0 -2 3 .9 9

2 4 .0 0 -2 5 .9 9

2 6 .0 0 -2 7 .9 9

2 8 .0 0 -2 9 .9 9

3 0 .0 0 -3 4 .9 9

3 5 .0 0 -3 9 .9 9 4 0 .0 0 -4 9 .9 9

1 .9 9

2 .1 2 2 .2 2

2 .3 8

2 .5 6 2 .7 3

2 .9 0

3 .0 4 3 .2 5

3 .4 9

3 .7 0 3 .9 0

4 .0 7

4 .2 3 4 .3 7

4 .5 0

4 .6 1

4 .7 1

4 .8 6

5 .0 2 5 .1 6

1 .4 1

1 .5 0 1 .5 7

1 .6 8

1 .8 1 1 .9 3

2 .0 5

2 .1 5 2 .3 0

2 .4 7

2 .6 2 2 .7 6

2 .8 8

2 .9 9 3 .0 9

3 .1 8

3 .2 6

3 .3 3

3 .3 4

3 .5 5 3 .6 5

PRAKTIKUM III

UJI DAYA HIDUP BENIH

1. DASAR TEORI

Perkecambahan didefinisikan sebagai pemunculan dan perkembangan dari embrio menjadi struktur-struktur

yang menunjukkan akan berkembang menjadi tanaman normal pada kondisi yang memungkinkan. Perkecambahan

dimulai setelah adanya kondisi yang mendukung, yaitu ketersediaan air, oksigen, cahaya, suhu, serta medium. Uji daya hidup benih memberikan informasi tentang kemampuan sebenarnya dari benih untuk dapat tumbuh baik secara kuantitas

yang dinyatakan dalam persentase perkecambahan; maupun kualitas yang dinyatakan sebagai kekuatan tumbuhnya.

Daya hidup (viabilitas) benih dapat dicerminkan oleh daya kecambah, kekuatan tumbuh atau daya simpan benih. Dalam pengujian daya hidup benih di laboratorium yang perlu diperhatikan adalah hasil yang diperoleh dapat

berkorelasi positif dengan hasil pada kondisi lapang. Untuk itu diperlukan adanya standarisasi kondisi lingkungan dan

metoda evaluasi. Parameter yang digunakan dalam pengujian daya hidup benih di laboratorium antara lain : persentase perkecambahan, laju perkecambahan atau nilai perkecambahan.

2. TUJUAN PRAKTIKUM

Mahasiswa akan mengetahui dan mempraktekkan cara melakukan dan mengevaluasi pengujian daya kecambah dan kekuatan tumbuh berbagai jenis benih tanaman.

3. ALAT DAN BAHAN

Alat yang digunakan adalah :

- cawan petri

- baki plastic

- pinset

- sprayer

- alat pengecambah benih

- timbangan analitik Bahan yang diperlukan adalah :

- kertas merang

- pasir

- benih tanaman (pangan, hortikultura atau perkebunan)

4. PROSEDUR KERJA

A. UJI DAYA KECAMBAH

Metode Uji Diatas Kertas (UDK)

a. Siapkan contoh uji sebanyak 400 butir benih untuk empat kali ulangan b. Siapkan cawan petri yang bersih (diameter petri tergantung jenis benih)

c. Gunting kertas merang sebanyak tiga lapis dengan ukuran sesuai dengan ukuran cawan petri d. Letakkan substrat kertas merang di atas cawan petri, kemudian basahi dengan air sampai meresap secara

merata. Kelebihan air dibuang

e. Benih-benih tadi ditanam di atas substrat kertas merang tersebut dengan menggunakan pinset f. Jumlah benih dalam setiap cawan petri disesuaikan dengan ukuran benih dan ukuran cawan petri. Ketentuan

untuk menguji 400 butir benih setiap perlakuan dengan ulangan 4, 8 atau 16 kali. (4 x 100 butir; 8 x 50 butir;

atau 16 x 25 butir)

Page 7: MODUL PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH

Petunjuk Praktikum Teknologi Produksi Benih 7

Gambar 1. Penempatan benih dalam cawan petri

Pengamatan dan Penilaian a. Pengamatan dan penilaian uji daya kecambah untuk mengetahui persentase perkecambahan dilakukan 2 kali

1. - Pengamatan Pertama pada 3 x 24 jam dilakukan untuk benih jagung, padi, kacang hijau,

kedelai, sorghum, sawi, kapri, bunga pukul empat, kenaf, kapas - Pengamatan Pertama pada 5 x 24 jam dilakukan untuk benih kacang tanah, tomat, papaya,

bayam, tembakau dan kopi

2. Pengamatan Kedua dilakukan 2 x 24 jam setelah pengamatan pertama b. Penilaian atas kinerja kecambah normal, abnormal dan mati dilakukan pada saat pengamatan terakhir,

dengan membandingkan antara kecambah satu dengan kecambah lain dalam satu substrat

c. Laju perkecambahan dan nilai perkecambahan pengamatan terhadap munculnya radikel dan plumula dilakukan setiap hari sampai semua contoh uji berkecambah atau sampai hari yang telah ditentukan untuk

tiap-tiap jenis benih (10 – 14 hari untuk benih tanaman pangan, perkebunan dan hortikultura, kecuali pepaya,

tembakau dan kopi sampai 21 hari) d. Pada pengamatan terakhir pengukuran terhadap parameter penunjang, antara lain : panjang tunas batang dan

akar kecambah, jumlah daun, jumlah akar sekunder, berat segar dan berat kering kecambah.

Metode Uji Antar Kertas (UAK)

a. Siapkan substrat kertas merang berukuran 20 x 30 cm, sebanyak 3 – 4 lembar atau setebal 1 mm

b. Rendam dalam air selama beberapa saat, sampai substrat tersebut basah, air yang berlebihan dibuang dengan

cara memasukkan substrat kertas merang basah dalam alat pengepres atau cukup ditekan dengan tangan

secara hati-hati.

c. Letakkan substrat di atas meja praktikum dan lipat dibagian tengah.

d. Tanam benih dengan menggunakan pinset pada ½ bagian dari lipatan tadi, atur jarak antar benihnya. Jumlah benih dalam setiap substrat disesuaikan dengan ukuran substrat dan ketentuan dalam pengujian benih

e. Tutup substrat yang telah ditanami benih dengan ½ bagian substrat yang lain tepat pada lipatan. Lipat lagi

pinggiran substrat sekitar 1,5 cm kedalam (kecuali yang telah ada lipatannya) f. Letakkan di dalam alat pengecambah benih

Gambar 2. Arah Lipatan dan Penempatan Benih Berdasarkan metode UAK Pengamatan

1. Pengamatan Pertama uji daya kecambah setelah benih dikecambahkan selama 3 x 24 jam

2. Pengamatan Kedua atau terakhir adalah setelah pengamatan pertama + 2 x 24 jam

- Penilaian terhadap parameter daya kecambah sama seperti pada metode UDK.

B. UJI KEKUATAN TUMBUH

Metode Uji Kedalaman dengan Medium Pasir

a. Siapkan baki atau kotak plastic dengan ukuran disesuaikan dengan ukuran benih yang dipakai

b. Isilah kotak tersebut dengan pasir yang telah disaring dan disterilkan. Basahi pasir dengan air secukupnya

c. Tanam benih pada kedalaman tertentu, kemudian tutup dengan pasir halus. Kedalaman tanam untuk masing-masing jenis benih :

- padi, tomat → 2,5 cm

- jagung, kacang tanah → 5 cm - kacang hijau, sorghum → 3,5 cm

- kedelai, bunga pukul empat → 4 cm

d. Bagian atas kotak plastic ditutup dengan lembaran plastic mika. Pengamatan

a. Daya Kecambah : hitung jumlah kecambah normal, abnormal dan mati (%)

b. Kekuatan Tumbuh : hitung jumlah kecambah tumbuh normal kuat, normal kurang kuat, abnormal dan mati (%)

c. Hitung dan buatlah grafik dari laju perkecambahan, nilai perkecambahan

d. Gambarlah kecambah lengkap disertai keterangannya untuk masing-masing criteria (kecambah normal, kecambah abnormal, benih mati, kecambah tumbuh kuat (vigor), kecambah normal tumbuh kurang kuat (less

vigor).

Metode Uji Kertas Digulung Didirikan (UKDd)

a. Siapkan substrat kertas merang berukuran 20 cm x 30 cm sebanyak 3 – 4 lembar setebal ± 1 mm, kemudian

rendam dalam air sampai lembab. Tekan dengan tangan sehingga kelebihan air terbuang

b. Lipat bagian tengah dari lebar kertas, tanam benih dalam satu deretan pada 1/3 dari separuh lebar kertas dengan arah pertumbuhan akar primer ke bagian 2/3 separuh lebar kertas ke arah bawah

c. Tutup bagian substrat yang telah ditanami dengan separuh substrat yang lain, kemudian digulung dengan

arah gulungan dari kiri ke kanan

d. Gulungan substrat diletakkan dengan cara didirikan pada baki dalam alat pengecambah.

Gambar 3. Penanaman benih berukuran besar dengan cara UKDd dan UKDdp

Gambar 4. Penanaman benih berukuran kecil dengan cara UKDd dan UKDdp

Pengamatan dan Penilaian :

Page 8: MODUL PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH

Petunjuk Praktikum Teknologi Produksi Benih 8

a. Pengamatan dilakukan satu kali yaitu pada 4 x 24 jam untuk benih padi, sorghum, sawi; dan 6 x 24 jam

untuk benih tomat dan bayam

b. Penilaian terhadap kecambah dilakukan dengan menggolongkan berdasarkan criteria : tumbuh kuat, tumbuh kurang kuat, abnormal dan mati dengan membandingkan antara kecambah satu terhadap yang lainnya dalam

satu substrat

c. Parameter penunjang : pengukuran terhadap panjang tunas batang dan akar kecambah, jumlah daun, jumlah akar sekunder, berat segar dan berat kering kecambah

Metode Uji Kertas Digulung Didirikan di Dalam Plastik (UKDdp)

a. Letakkan 3 – 4 lembar substrat kertas merang berukuran 20 cm x 30 cm yang telah dibasahi terlebih dahulu diatas plastic berukuran sama

b. Tanam benih di atas substrat kertas merang tersebut dalam satu deretan pada 1/3 lebar substrat dengan arah

pertumbuhan akar primer ke bagian 2/3 lebar substrat ke arah bawah c. Tutup substrat yang telah ditanami dengan 3 – 4 lembar substrat lain yang sebelumnya telah dibasahi,

kemudian gulung dengan arah dari kiri ke kanan

d. Gulungan substrat diletakkan dengan cara didirikan pada baki dalam alat pengecambah e. Cara penanaman benih lihat Gambar 3 dan 4.

Pengamatan dan Penilaian :

Pengamatan dan penilaian UKDdp terhadap parameter kekuatan tumbuh sama seperti pada metode UKDd.

6. PERHITUNGAN

Persentase Perkecambahan

( ) %100% xujibenih

normalbenihhanPerkecamba

=

Laju Perkecambahan

Rata-rata hari = N1T1 + N2T2 + … + NxTx N = Jumlah benih yang berkecambah pada satuan waktu tertentu

T = Jumlah waktu antara awal pengujian sampai dengan akhir dari interval

tertentu suatu pengamatan

Nilai Puncak =

amencapainyuntukdiperlukanhari

Tpadahanperkecamba%

Rata-rata perkecambahan harian =

seluruhnyaujihari

Gpadahanperkecamba%

T = titik dimana perkecambahan mulai menurun

G = titik dimana % perkecambahan berakhir

Grafik Perkecambahan Benih

Rata-rata perkecambahan harian :

==hari

PuncakNilai12

%82

==−hari

harianhanperkecambarataRata12

%80

Laju Perkecambahan =

12

12.011.010.09.08.07.06.55.14.43.02.21.0 +++++++++++

Nilai Perkecambahan :

Nilai Puncak x Rata-rata perkecambahan harian

Page 9: MODUL PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH

Petunjuk Praktikum Teknologi Produksi Benih 9

PRAKTIKUM IV

TIPE – TIPE PERKECAMBAHAN BENIH

1. DASAR TEORI

Proses perkecambahan benih merupakan suatu rangkaian perubahan-perubahan morfologi, fisiologi dan

biokimia. Proses perkecambahan secara umum berkaitan dengan kecepatan maupun karakteristik benih yang

dipengaruhi oleh factor genetic, lingkungan dan dormansi benih. Tipe pertumbuhan awal suatu perkecambahan benih tanaman terbagi menjadi dua, yaitu : hypogeal dan

epigeal. Dengan mengetahui tipe perkecambahan suatu benih tanaman akan sangat bermanfaat dalam aplikasi budidaya

tanaman, salah satunya adalah cara penanaman benih dan kedalaman tanam.

2. TUJUAN PRAKTIKUM

Mahasiswa dapat mengetahui dan membedakan tipe-tipe perkecambahan beberapa jenis tanaman serta dapat

mengamati perubahan dalam fase-fase perkecambahan benih.

3. ALAT DAN BAHAN

Alat yang digunakan

- cetok

- bak plastic besar/kecil

- ember

Bahan yang digunakan :

- pasir

- benih tanaman (pangan; hortikultura; perkebunan)

- air

4. PROSEDUR KERJA

a. Bak persemaian diisi pasir sampai ¾ tinggi bak, kemudian disiram air sampai lembab (tidak tergenang)

b. Benih tanaman ditanam pada bak-bak yang sudah disediakan c. Benih yang ditanam tersebut ditutup dengan pasir, kedalaman tanam jangan terlalu dalam atau terlalu dangkal

d. Perawatan dilakukan setiap hari.

5. PENGAMATAN

- Pengamatan dilakukan setiap hari, selama 10 hari, dimulai 1 hari (1 x 24 jam) setelah penanaman

- Pelaksanaan pengamatan dengan mencabut benih yang telah berkecambah dengan hati-hati dan jaga jangan sampai

rusak - Parameter pengamatan pada tipe perkecambahan benih : (a) panjang akar dan panjang tunas, (b) jumlah benih

berkecambah, (c) gambar fase-fase perkecambahan benih mulai saat tanam sampai hari ke-10.

PRAKTIKUM V

PEMECAHAN DORMANSI

1. DASAR TEORI

Benih tanaman mengalami dormansi apabila benih tersebut sebenarnya masih hidup, namun belum juga

berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang telah memenuhi persyaratan untuk perkecambahan benih. Dormansi benih tanaman beragam tergantung jenis tanaman, dan lamanya mulai dari beberapa hari; musiman atau

bahkan sampai tahunan.

Dormansi dapat disebabkan beberapa factor, antara lain : a. keadaan embrio → ketidakmasakan embrio (misalnya pada benih melinjo) dan “after ripening”

b. keadaan fisik benih → impermeabilitas terhadap air (misalnya pada benih lamtoro), ketahanan mekanis

terhadap pertumbuhan embrio, permeabilitas rendah terhadap O2 dan CO2 c. pengaruh factor fisiologis → keperluan akan cahaya, suhu rendah, zat penghambat perkecambahan

d. kombinasi dari beberapa factor di atas.

Keadaan dormansi pada benih dapat mengurangi nilai uji perkecambahan benih. Oleh karena itu diperlukan cara-cara untuk memecahkan atau mempersingkat masa dormansi benih tanaman.

Benih yang mengalami dormansi organik ini tidak dapat berkecambah dalam kondisi lingkungan

perkecambahan yang optimum. Di pihak lain terdapat kasus suatu benih yang mengalami dormansi sekunder, yaitu dormansi yang disebabkan oleh faktor lingkungan perkecambahan yang tidak optimum. Misalnya benih salada yang

berimbibisi pada suhu diatas 30°C.

Benih-benih tertentu, misalnya benih padi, yang baru dipanen dapat mengalami dormansi. Tetapi dormansi ini dapat dipecahkan jika benih telah mengalami penyimpanan kering, yang disebut dengan after–ripening. Perlakuan

benih dengan suhu tinggi dilaporkan dapat memecahkan dormansi benih ini. Di lapangan kadang-kadang terjadi

kegagalan pertanaman padi akibat fenomena ini. Petani mengeluh bahwa benih yang disemai tidak tumbuh merata dan menyalahkan bahwa pedagang benih telah menjual benih yang kadaluarsa. Sebenarnya, benih tersebut belum cukup

waktu melampaui periode after–ripeningnya.

2. TUJUAN PRAKTIKUM

Praktikum ini mahasiswa akan :

- Mempelajari beberapa cara yang dapat dipergunakan untuk memecahkan atau mempersinngkat masa

dormansi benih tanaman

- Mempelajari dormansi benih karena selaput benih keras.

- Membandingkan efektivitas beberapa metode pemecahan dormansi benih untuk mengatasi selaput benih

keras.

- Mempelajari dormansi benih padi karena fenomena after–ripening.

- Membandingkan efektivitas beberapa metode pemecahan dormansi benih untuk mengatasi after–ripening.

Page 10: MODUL PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH

Petunjuk Praktikum Teknologi Produksi Benih 10

PEMECAHAN DORMANSI BENIH

(KASUS : SELAPUT BENIH KERAS)

(A). 3. ALAT DAN BAHAN

Alat-alat yang dipergunakan dalam praktikum dormansi benih adalah :

- pisau scalpel atau cutter - pinset

- kertas ampelas - gunting - cawan petri - stop watch

- panic aluminium - kompor listrik

- beaker glass

Bahan yang diperlukan, antara lain :

- substrat kertas merang - H2SO4 pekat

- benih tanaman lamtoro - etanol 95%

(A). 4. PROSEDUR KERJA

(1) Siapkan benih tanaman lamtoro masing-masing 25 butir untuk perlakuan berikut :

(a) Pengikisan kulit benih (scratching) dengan menggunakan kertas ampelas (b) Pengguntingan pada bagian ujung kulit biji (clipping)

(b) Benih direndam dalam larutan H2SO4 pekat selama 5 menit, kemudian cuci dengan air.

(c) Benih direndam dalam air mendidih : - Masukkan benih ke dalam air mendidih suhu ± 40 °C selama 1 – 2 menit untuk benih padi dan

sorghum

- Angkat benih dan taruh didalam mangkok atau wadah selama beberapa menit, kemudian celupkan dalam air dingin selama 10 menit.

(d) Benih direndam dalam 95% etanol selama 15 menit

(e) Benih tidak diperlakukan apa-apa (kontrol) (2) Tanam benih yang telah mendapat perlakuan diatas dengan metode UDK, masing-masing perlakuan 4 kali

ulangan.

(3) Pengamatan dilakukan setiap hari sampai semua benih telah berkecambah atau setelah waktu tertentu. Benih padi dan sorghum 10 hari; benih bayam dan sawi 15 hari; benih flamboyant dan kapas 21 hari.

Pengamatan dan penilaian sama seperti pengamatan pada UDK.

Catatan :

Jenis benih yang digunakan dalam praktikum dapat diganti dengan jenis lainnya yang memiliki sifat dormansi yang

sama, jika benih yang direncanakan tidak dapat disiapkan, misalnya albizia.

PEMECAHAN DORMANSI BENIH

(KASUS : AFTER – RIPENING)

(B). 3. ALAT DAN BAHAN

Alat-alat yang dipergunakan dalam praktikum ini adalah :

- Refrigerator (suhu 5 °C) - Inkubator (suhu 50 °C)

- cawan petri - pinset - beaker glass

Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :

- Benih padi yang baru dipanen (misal varietas IR-64 dan Cisadane)

- Kertas merang - Bahan Kimia

(B). 4. PROSEDUR KERJA

(1) Bersihkan benih padi yang baru dipanen hingga mendapatkan benih bernas. (2) Keringkan benih hingga mencapai kadar air 13%.

(3) Siapkan sejumlah 25 butir benih dalam 4 ulangan untuk mendapat berbagai perlakuan tersebut dibutir (4)

setelah disimpan didalam suhu 5°C (menggunakan refrigerator) dan didalam suhu kamar. (4) Perlakuan benih dengan berbagai perlakuan berikut setelah disimpan (sebelum tanam).

(a) Kontrol (tanpa perlakuan)

(b) Benih ditanam diatas substrat kertas yang telah dilembabkan dengan 0,2% KNO3. (c) Benih direndam dalam 1 N HNO3 selama 24 jam.

(d) Benih dikeringkan dahulu di dalam inkubator bersuhu 50°C selama 5 hari.

(e) Benih yang direndam dalam air selama 24 jam. (f) Perlakuan (d) diikuti perlakuan (b)

(g) Perlakuan (e) diikuti perlakuan (b)

(h) Perlakuan (d) diikuti perlakuan (c) (i) Perlakuan (c) diikuti perlakuan (e)

(j) Perlakuan (d) diikuti perlakuan (e)

(k) Benih ditanam di atas substrat kertas merang yang telah dilembabkan dalam 0,5% H2O2. (5) Tanam benih yang telah mendapat perlakuan diatas dengan metode UDK, masing-masing perlakuan 4 kali

ulangan.

(6) Pengamatan dilakukan setiap hari sampai semua benih telah berkecambah atau setelah waktu tertentu. Benih padi dan sorghum 10 hari; benih bayam dan sawi 15 hari; benih flamboyant dan kapas 21 hari.

Pengamatan dan penilaian sama seperti pengamatan pada UDK.

Catatan :

(1) Pada perlakuan (b) dan (k) media pengecambahan benih yang diperlakukan, sedangkan pada perlakuan (c), (d)

dan (e) benihnya yang diperlakukan.

(2) Lama penyimpanan benih di dalam refrigerator dan di kamar adalah 0, 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 minggu.

Page 11: MODUL PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH

Petunjuk Praktikum Teknologi Produksi Benih 11

PRAKTIKUM VI

UJI DAYA SIMPAN BENIH

1. DASAR TEORI

Uji daya simpan benih bertujuan mengetahui daya hidup benih setelah menjalani suatu periode simpan.

Kemampuan benih untuk mempertahankan daya hidupnya yang maksimum dalam suatu periode simpan tergantung

pada factor dalam dan factor luar. Factor dalam meliputi : jenis dan sifat benih, daya hidup (viabilitas) awal benih, dan kadar air awal benih; sedangkan factor luar adalah : kondisi lingkungan simpan termasuk metode penyimpanan yang

digunakan.

Selama benih disimpan maka cepat atau lambat kemunduran viabilitas benih pasti terjadi. Hal tersebut disebabkan adanya reaksi perombakan di dalam biji. Kemunduran benih akan lebih dipercepat apabila didukung oleh

kondisi lingkungan simpan dan metode simpan yang tidak memenuhi syarat.

Pengujian terhadap daya simpan benih dapat dilakukan setelah benih disimpan dalam waktu tertentu, atau dengan uji pendugaan dengan perlakuan pada keadaan tertentu.

2. TUJUAN PRAKTIKUM

Mahasiswa dapat melakukan uji pendugaan terhadap daya hidup benih yang telah mengalami perlakuan suhu tinggi dan disimpan dalam waktu tertentu.

3. ALAT DAN BAHAN

Alat-alat yang diperlukan dalam praktikum ini : - petri dish - pinset

- gunting - kantong kain

- oven Bahan yang diperlukan dalam praktikum ini :

- substrat kertas merang

- benih tanaman (pangan; hortikultura atau perkebunan)

4. PROSEDUR KERJA

a. Siapkan contoh benih sebanyak 100 butir untuk setiap perlakuan dengan ulangan sebanyak empat kali

b. Daya simpan benih diduga dengan metode penderaan suhu tinggi pada keadaan lembab dengan cara sebagai berikut : terlebih dahulu benih dilembabkan selama 1, 2 dan 3 hari, kemudian dimasukkan dalam oven dengan

suhu 60 oC dengan lama penderaan adalah 0, 30, 60 dan 90 menit

c. Setelah waktu penderaan selesai dilakukan benih-benih tersebut dikecambahkan dengan menggunakan metode UDK, untuk pengamatan terhadap daya kecambahnya.

5. PENGAMATAN

a. Pengamatan dan penilaian terhadap keadaan benih sebelum dan sesudah uji pendugaan daya simpan terhadap daya kecambah dengan menggunakan metode UDK

b. Persentase daya kecambah dilengkapi dengan persentase perkecambahan normal tumbuh kuat, tumbuh kurang

kuat, abnormal dan mati c. Gambar dengan keterangan yang lengkap dan jelas mengenai masing-masing kriteria kecambahnya.

PRAKTIKUM VII

UJI KERUSAKAN MEKANIS

1. DASAR TEORI

Benih tanaman dalam pengolahan atau penanganan selama dan setelah panen sering mengalami kerusakan

yang diakibatkan oleh kesalahan dalam penanganannya. Pengolahan benih yang tidak tepat, misalnya ketika melakukan

ekstraksi atau perontokan benih. Kerusakan benih tersebut kemungkinan tidak dapat dikenali secara langsung, melainkan baru diketahui pengaruhnya pada viabilitas atau daya kecambah benih.

Kehadiran benih yang rusak dalam kelompok benih dapat mengakibatkan viabilitas atau daya kecambah

benih kelompok itu menjadi rendah. Salah satu pengujian kerusakan akibat kesalahan dalam pengolahan benih adalah dengan kloroks. Uji kerusakan mekanis dengan kloroks ini banyak digunakan untuk benih kedelai, maupun komoditas

lain yang memiliki kotiledon cukup besar.

2. TUJUAN PRAKTIKUM

Mahasiswa dapat melakukan pengujian terhadap kerusakan mekanis pada benih tertentu dengan

menggunakan metode kloroks.

3. ALAT DAN BAHAN

Alat yang digunakan adalah :

- wadah plastik - petri dish

- pinset - beaker glass Bahan yang digunakan adalah :

- benih-benih kedelai dan jagung - kloroks (5,25% sodium hypochlorite)

- aquades

4. PROSEDUR KERJA

a. Kloroks 5,25% diencerkan dengan aquades hingga konsentrasinya menjadi 5%

b. Letakkan 100 butir benih untuk masing-masing dari dua kelompok benih yang berbeda (benih yang tampak retak jangan digunakan) ke dalam wadah yang telah disediakan secara terpisah sebanyak 4 ulangan

c. Kemudian tuangkan larutan kloroks yang telah diencerkan tersebut ke dalam wadah yang berisi benih-benih

tersebut sehingga semua benih terendam d. Setelah 10 – 15 menit buang larutan kloroks yang telah digunakan untuk merendam benih tadi

e. Hamparkan benih di atas kertas tissue sehingga dapat diamati kerusakan yang dialaminya

f. Hitung jumlah benih yang mengalami pembengkakan akibat dari perendaman kloroks tadi. Pembengkakan menunjukkan bahwa terjadi kerusakan mekanis pada benih yang diteliti

g. Catat hasil yang didapatkan.

Page 12: MODUL PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH

Petunjuk Praktikum Teknologi Produksi Benih 12

PRAKTIKUM VIII

EKSTRAKSI DAN PENGERINGAN BIJI

1. DASAR TEORI

Biji tanaman yang akan dipergunakan sebagai benih, pada saat pemanenan melalui tahapan pengolahan

(prosesing). Pengolahan benih meliputi : perontokan dan ekstraksi, dan pengeringan benih. Perontokan dan ekstraksi

benih dilakukan untuk memisahkan biji dari bagian buah atau bagian tanaman lainnya. Perontokan merupakan pengolahan benih pada tipe buah kering, sedangkan untuk tipe buah basah sistem pengolahan benih dilakukan dengan

cara ekstraksi.

Pengeringan benih dilakukan untuk menurunkan kadar air dalam biji sampai batas yang telah ditentukan. Biji-biji yang mengalami proses ekstraksi basah, pengeringan harus secepatnya dilakukan agar biji tidak menjadi rusak,

karena selama proses ekstraksi kandungan air dalam benihnya dapat bertambah.

Tingkat kemasakan benih dan metode ekstraksinya dapat mempengaruhi viabilitas benih. Benih yang terlalu muda atau terlalu tua biasanya bervigor rendah, demikian pula halnya dengan metode prosesing benih. Pengolahan

benih yang tidak cepat dapat merusak viabilitas benih.

2. TUJUAN PRAKTIKUM

Mahasiswa mengetahui, dapat membedakan, serta dapat melakukan pengolahan benih dengan cara

perontokan untuk tipe buah kering dan ekstraksi untuk tipe buah basah.

3. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM

Alat yang dipergunakan dalam praktikum ini :

- wadah untuk ekstraksi biji - pisau / cutter

- saringan - pengaduk / stapel - meja pengeringan

Bahan yang dipergunakan :

- cara perontokan : kacang tanah, jagung

- cara ekstraksi basah : tomat, ketimun, jambu biji

- cara ekstraksi kering : cabe, labu, lombok rawit, lengkeng

4. PROSEDUR KERJA

Ekstraksi Kering :

a. Dipilih buah yang telah masak, kemudian dibelah menjadi dua bagian dengan menggunakan pisau pemotong

b. Ambil biji yang terdapat pada bagian dalam buah tersebut dan letakkan dalam suatu wadah

c. Apabila biji cukup bersih dapat langsung dikeringanginkan, apabila belum bersih maka perlu dicuci dengan air kemudian disaring. Setelah itu dikeringkan.

Ekstraksi Basah :

a. Buah yang telah masak dan masih segar, misalnya tomat dipotong-potong dengan pisau sampai cukup halus. Bila buah dalam jumlah banyak dapat menggunakan alat penghancur/pencampur (mixer)

b. Proses fermentasi :

► Biasa :

• hancuran daging dan biji diletakkan dalam suatu wadah yang tidak mudah berkarat, kemudian

ditutup. Biarkan selama beberapa hari (1 – 5 hari atau lebih)

• pemeriksaan dilakukan setiap hari untuk melihat cairan berlendir yang melekat pada biji telah hancur

• pada saat pemeriksaan hancuran daging dan biji diaduk dengan pengaduk dari bahan yang anti karat,

pengadukan dilakukan secara merata

► Kimia :

• bahan kimia yang digunakan adalah asam hidroklorit sebanyak 5 – 8 liter untuk setiap 100 kg

hancuran daging buah dan biji tomat

• campur asam hidroklorit dengan hancuran daging buah, biarkan selama ½ jam

• setelah itu biji dicuci bersih dengan air, lalu diletakkan di atas baki untuk dikeringkan

• pencucian harus dilakukan beberapa kali sampai biji benar-benar besih. Dipilih biji yang tenggelam

ke dasar wadah dan tidak keriput. c. Pengeringan :

Pengeringan dapat dilakukan dengan bantuan sinar matahari atau dengan menggunakan pengering buatan.

Lama pengeringan tergantung pada tingkat kadar air yang dikehendaki.

• Pengeringan dengan sinar matahari

Biji diletakkan di atas baki pengering dengan ketebalan lapisan biji tidak lebih dari 2 x tebal biji.

Baki kemudian ditempatkan di bawah sinar matahari selama beberapa waktu sampai biji- biji tersebut kering dengan kadar air yang sesuai dengan yang ditentukan.

• Pengeringan dengan pengering buatan

Apabila menggunakan pengering buatan dengan hembusan udara panas, maka suhu udara panas

yang dipergunakan sekitar 30 oC – 43 oC dengan kecepatan yang disesuaikan dengan ukuran biji

yang dikeringkan.

DAFTAR PUSTAKA

Kuswanto, H. 1997. Analisis Benih. Andi. Yogyakarta.

Mugnisjah, W.Q., A. Setiawan, Suwarto, dan C. Santiwa. 1994. Panduan Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu

Teknologi Benih. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sutopo, L. 1988. Teknologi Benih. Rajawali. Jakarta.

_____ . 1990. Penuntun Laporan Praktikum Teknologi Benih. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang.