Modul Imun Patologi

17
IMUNOPATOLOGI Hipersensitivitas Autoimun Imunodefisiensi Imunologi Tumor

description

IMunologi

Transcript of Modul Imun Patologi

Page 1: Modul Imun Patologi

IMUNOPATOLOGI

• Hipersensitivitas• Autoimun• Imunodefisiensi • Imunologi Tumor

Page 2: Modul Imun Patologi

Hipersensitivitas

• Hipersensitivitas merupakan reaksi imun yang patologik,

• Terjadi akibat respons imun yang berlebihan menimbulkan kerusakan jaringan tubuh.

• Berdasarkan mekanisme imun yang terjadi, (Gell dan Coombs) reaksi hipersensitivitas dibagi menjadi 4 tipe yaitu tipe I, II, III, dan IV.

Page 3: Modul Imun Patologi

Reaksi Hipersensitivitas tipe IDisebut juga reaksi cepat atau reaksi anafilaksis atau reaksi

alergi, MEKANISME :

Allergen menimbulkan respons dibentuknya IgE. IgE terikat pada permukaan mastosit / basofil. Pajanan ulang antigen yang sama, antigen t akan melekat pada IgE yang sudah ada pada permukaan mastosit / basofil. ikatan Antigen-IgE-mastosit . Mastosit / basofil mengalami degranulasi dan melepas berbagai mediator seperti histamine, prostaglandin dan leukotrien . Timbulkan efek klinis terhadap organ / jaringan yang terkena.

Page 4: Modul Imun Patologi

Reaksi Hipersensitivitas tipe II

• Disebut juga reaksi sitotoksik• terjadi karena reaksi antibody kelas IgG atau IgM terhadap

antigen yang terdapat pada sel hospes. • Kompleks antigen antibody yang terbentuk akan

mengaktifkan system komplemen dari C1 hingga C9, destruksi/lisis sel yang membawa antigen tersebut.

• Fagosit, turut terangsang baik dengan atau tanpa pengaruh aktivasi system komplemen. Kerusakan sel diperburuk.

• Sel target yang diikat IgG dapat mengaktifkan sel K / null cell yang memiliki reseptor Fc sebagai efektor Antibody dependent Cellular Citotoxicity (ADCC). Sel K merusak sel target yang telah terselubung IgG .

Page 5: Modul Imun Patologi

Reaksi Hipersensitivitas tipe III

• Disebut juga reaksi kompleks imun,• antibody yang berperan IgG (terbanyak) atau IgM. • Mekanisme karena reaksi antibody (IgG/IgM) dengan

antigen yang juga bebas berada dalam sirkulasi. kompleks antigen-antibodi,

• Kompleks Ag-Ab. akan mengendap dalam jaringan atau dinding pembuluh darah dan mengaktifkan komplemen. Komplemen yang diaktifkan kemudian melepas Macrophag Chemotactic Factor (MCF) dan Macrophage Activating Factor untuk berkumpul pada jaringan deposit antigen-antibodi dan melepas enzim-enzim lisozim/proteolitik yang dapat merusakan jaringan sekitarnya.

Page 6: Modul Imun Patologi

Reaksi Hipersensitivitas tipe IV

• Disebut juga reaksi hipersensitivitas tipe lambat / IV.• diperankan oleh respons sel T yang tersensitisasi

oleh antigen tertentu. • Akibat sensitisasi tersebut, sel T akan melepaskan

limfokin antara lain Macrophage inhibition factor (MIF) dan Macrophage activating Factor (MAF).

• Bahan-bahan yang dilepaskan tersebut selanjutnya akan mempengaruhi monosit dan makrofag yang bekerja secara nonspesifik.

Page 7: Modul Imun Patologi

Autoimun

• ciri: ketidakmampuan sstem imun untuk membedakan sel atau jaringan sendiri (self) dengan sel atau jaringan asing (non self).

hilangnya toleransi system imun terhadap sel / jaringan tubuh sendiri. terbentuk autoantibody.

Respons terhadap self-antigen melibatkan komponen-komponen yang juga bekerja dalam respons imun seperti antibody, komplemen, kompleks imun dan CMI / sel T.

Page 8: Modul Imun Patologi

ETIOLOGI AUTOIMUN

1. Teori forbidden clones (Jerne dan Burnett) Adanya proses self tolerance. Pada self antigen Adanya proses clonal abortion/ selection. Pada

limfosit autoreaktif Namun ada sel limfosit yang lepas dari clonal

abortion. Klon limfosit yang dapat meloloskan diri dari

proses klonal abortion ini disebut forbidden clones dapat bereaksi dengan self antigen

Page 9: Modul Imun Patologi

2. Teori Kegagalan autoregulasi

= Sistem imun melakukan proses immunoregulation yang mempertahankan homeostasis. = Kunci mekanisme immunoregulasi adalah

pengawasan / pengendalian sel T, baik sel Th maupun Ts yang autoreaktif tersebut.. Bila terjadi kegagalan Sel Ts atau bila

autoantigen bergabung dengan molekul Ia, maka sel Th dapat dirangsang sehingga mengakibatkan autoimun.

Page 10: Modul Imun Patologi

Penyakit Autoimun

• Contoh dari :• Organ spesifik : tirotoksikosis, tiroiditis

Hashimoto, anemia pernisiosa.• Pertengahan spectrum : miastenia gravis,

sindrom goodpasteur, anemia hemolitik autoimun• Non-organ spesifik: lupus eritematosus

Sistemik, arthritis rheumatoid.

Page 11: Modul Imun Patologi

Imunodefisiensi

• Penyakit Imunodefisiensi disebabkan menurunnya atau gagalnya fungsi salah satu atau lebih komponen system imun.

• Imunodefisiensi spesifik dapat melibatkan kelainan pada sel T atau sel B.

• Sedangkan imunodefisiensi non-spesifik melibatkan komponen system imun yang terutama terdiri atas system fagosit dan komplemen.

• Imunodefisiensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu imunodefisiensi primer dan imunodefisiensi sekunder

Page 12: Modul Imun Patologi

IMUNODEFISIENSI PRIMER

• bersifat congenital / bawaan, • biasanya terjadi pada anak-anak dan bayi. • Dapat berupa kelainan system fagosit dan atau komplemen,

atau kelainan dalam diferensiasi dan fungsi limfosit.• Chronic granulomatosus disease (CGD) dan Leucocyte

adhesion deficiency (LAD), kelainan atau disfungsi fagosit. • Sindrom edema angioneurotik herediter defisiensi

komplemen. • Sindrom Di George, Wiskott-Aldrich dan chronic

mucocutaneous candidiasis defisiensi limfosit T. • Agamaglobulinemia congenital defisiensi sel B.

Page 13: Modul Imun Patologi

Imunodefisiensi sekunder

• Dapat disebabkan oleh berbagai factor etiologik: malnutrisi, infeksi virus yang bersifat sitotoksik terhadap sel limfosit, radiasi, obat-obatan sitotoksik dan kortikosteroid. Keganasan misalnya karena leukemia, myeloma.

• Penyakit imunodefisiensi skunder yang paling banyak dibahas saat ini adalah AIDS yang disebabkan oleh HIV yang menyerang / merusak sel Th.

Page 14: Modul Imun Patologi

Imunologi Tumor

• Salah satu fungsi system imun adalah pengawasan terhadap sel tubuh yang bermutasi menjadi sel yang abnormal / tumor.

• Terjadinya Transformasi maligna suatu sel dapat disertai dengan perubahan fenotipik sel normal dan hilangnya komponen antigen permukaan atau timbulnya neoantigen yang tidak ditemukan pada sel normal atau perubahan lain pada permukaan membrane sel.

• Perubahan-perubahan tersebut dapat menimbulkan respons imun.

Page 15: Modul Imun Patologi

Peranan antibody terhadap tumor

• Meskipun pada tumor, imunitas seluler lebih banyak berperan daripada imunitas humoral, tetapi tubuh membentuk juga antibody terhadap antigen tumor. Antibody tersebut ternyata dapat menghancurkan sel tumor dengan bantuan komplemen, atau melalui sel efektor ADCC (Sel K), atau mencegah adhesi sel tumor. Antibodi diduga lebih berperan terhadap sel yang bebas (misalnya, leukemia) dibandingkan terhadap tumor padat.

Page 16: Modul Imun Patologi

Peranan Imun Seluler terhadap Tumor

• Pada pemeriksaan patologi-anatomik tumor, sering ditemukan infiltrasi sel-sel yang terdiri atas sel fagosit mononuclear, limfosit, sedikit sel plasma dan sel mastosit.

• Sistem imun yang non-spesifik dapat langsung menghancurkan sel tumor tanpa sensitisasi sebelumnya.

• Efektor system imun tersebut adalah sel Tc, fagosit monoklear, polimorf dan sel NK.

Page 17: Modul Imun Patologi

Peranan Imun Seluler terhadap Tumor

• Melibatkan sel Th, dan Tc.• Sel Th penting pada pengerahan dan aktivasi

makrofag dan sel NK. • Limfokin yang dihasilkan berupa MIF, MAF, LT, TF, IFN

dan TNF dapat merusak sel tumor, melalui aktivasi makrofag dan sel NK.

• Destruksi sel tumor dilakukan juga oleh sel Tc. destruksi tumor terjadi atas pengaruh sel Tc yang memiliki spesifisitas terhadap permukaan sel tumor.