MODUL EKONOMI INTERNASIONAL -...
Transcript of MODUL EKONOMI INTERNASIONAL -...
MODUL EKONOMI INTERNASIONAL
Oleh : Dr. Telisa Aulia Falianty dan tim
1.3. Perkembangan Teori Perdagangan Internasional
Tujuan :
Setelah mempelajari bab ini diharapkan peserta dapat memahami perkembangan dalam
teori perdagangan internasional. Teori perdagangan internasional yang akan dibahas
adalah Heckscher–Ohlin Theorem, Stolper Samuelson Theorem, Rybszynsky Theorem,
dan Factor Price Equalisation Theorem.
1.3.1. Heckscher – Ohlin Theorem
Teori ini dikembangkan oleh Elin Heckscher dan Bertil Ohlin. Dalam model
Heckscher–Ohlin (H–O), fokusnya terletak pada pentingnya perbedaan sumber daya
faktor produksi yang dimiliki untuk memproduksi barang. Spesialisasi perdagangan
dalam teori H–O adalah bahwa suatu negara akan melakukan spesialisasi pada produksi
barang yang secara intensif menggunakan sumber daya yang paling banyak dimiliki oleh
negara tersebut. Misalnya, Australia yang secara relatif memiliki sumber daya alam
berlimpah akan melakukan spesialisasi dalam produksi barang yang banyak
menggunakan input produksi sumber daya alam.
Dalam model ini diasumsikan bahwa setiap negara memproduksi dua jenis barang
dimana untuk memproduksi masing-masing barang tersebut menggunakan dua faktor
produksi. Kedua faktor produksi yang digunakan homogen secara internasional, artinya
bahwa setiap unit faktor produksi memiliki kapasitas produksi yang sama di semua
negara. Teknologi produksi yang digunakan untuk memproduksi barang juga sama di
semua negara dan teknologi produksinya dicirikan dengan constant return to scale, yang
artinya bahwa setiap peningkatan penggunaan input faktor produksi sebesar x % akan
meningkatkan peningkatan output produksi sebesar x % juga.
Misalnya setiap negara dapat memproduksi dua jenis barang yaitu pakaian (C)
dan makanan (F), faktor produksi yang digunakan untuk memproduksi kedua barang
tersebut adalah kapital (K) dan tenaga kerja (L). Dalam hal ini pengertian dari
penggunaan faktor produksi adalah kombinasi penggunaan kedua faktor tersebut untuk
menghasilkan sejumlah output tertentu, sehingga terdapat ruang untuk melakukan pilihan
dalam penggunaan kedua input. Pilihan penggunaan input tergantung pada harga relatif
dari kedua faktor produksi tersebut. Apabila harga relatif dari kapital, r, lebih tinggi
dibandingkan harga tenaga kerja, w, maka perusahaan akan memilih untuk menggunakan
lebih banyak input tenaga kerja. Demikian juga apabila harga relatif dari tenaga kerja, w,
lebih tinggi dibandingkan harga kapital, r, maka perusahaan akan memilih untuk
menggunakan lebih banyak input kapital dalam proses produksinya. Dengan demikian,
rasio penggunaan kedua faktor produksi dalam menghasilkan masing-masing barang
tergantung pada harga relatif kedua faktor, yaitu w/r, dan tidak dipengaruhi oleh level
output yang akan dihasilkan.
Hubungan antara harga faktor produksi dan rasio kapital terhadap tenaga kerja
yang digunakan dalam produksi kedua barang dapat dilihat pada gambar 1.
Wage-
rental ratio,
w/r
Capital-labor
ratio, K/L
CC
FF
Gambar 1
Terdapat kaitan antara w/r dan rasio kapital-tenaga kerja dalam produksi pakaian maupun
makanan. Dalam memproduksi pakaian, kaitan tersebut dapat dilihat dari kurva CC,
sedangkan untuk makanan dapat dilihat dari kurva FF. Pada gambar di atas, pada setiap
tingkat harga, produksi makanan selalu menggunakan rasio kapital-tenaga kerja yang
lebih tinggi dibanding pakaian. Hal ini menunjukkan bahwa produksi makanan adalah
capital-intensive sementara produksi pakaian adalah labor-intensive.
Dampak Dari Perdagangan Internasional
Sekarang kita akan melihat apa yang terjadi pada struktur produksi jika terdapat
dua negara yang melakukan perdagangan. Dalam model ini diasumsikan bahwa dua
negara, home dan foreign yang memiliki kesamaan dalam banyak dimensi. Kedua negara
memiliki kesamaan selera dan permintaan akan pakain dan makanan. Kedua negara juga
memiliki kesamaan teknologi produksi, sehingga kapital dan tenaga kerja di kedua negara
dapat menghasilkan output yang sama baik pakaian maupun makanan. Yang
membedakan kedua negara adalah bahwa negara home memiliki sumber daya tenaga
kerja yang lebih besar dibandingkan dengan negara foreign sehingga rasio tenaga kerja
per kapital di negara home lebih tinggi.
Karena pakaian merupakan barang yang secara intensif menggunakan tenaga
kerja, sehingga home cenderung untuk memproduksi pakaian lebih banyak dibanding
makanan.
Adanya perdagangan akan mendorong harga relatif dari kedua barang sama di
kedua negara. Karena kedua negara memiliki perbedaan dalam jumlah sumber daya yang
dimilikinya maka home akan memproduksi pakaian relatif lebih banyak dibanding negara
foreign atau dengan kata lain penawaran pakaian dari negara home relatif lebih besar
sehingga kurva penawaran pakaian dari negara home lebih ke kanan dibanding kurva
penawaran pakaian dari foreign. Kurva penawaran relatif dari kedua negara dapat dilihat
pada gambar 2.
1
2
3
Harga relatif
dari pakaian,
PC/PF
Jml pakaian
secara relatif, *
*
FF
CC
+
+
RS*
RS
RD
Gambar 2
Penawaran relatif dari negara home adalah RS dan foreign adalah RS*, sedangkan
kurva permintaannya adalah RD yang diasumsikan sama di kedua negara. Apabila tidak
ada perdagangan maka keseimbangan di negara home adalah di titik 1 sementara
keseimbangan di negara foreign adalah di titik 3. Sehingga tanpa perdagangan harga
relatif pakaian akan lebih rendah di negara home dibanding di foreign.
Jika kedua negara melakukan perdagangan maka harga relatif dari kedua barang
akan menjadi sama. Harga relatif pakaian di negara home akan meningkat dan harga
relatif pakaian di negara foreign akan menurun, sehingga harga pakaian setelah
perdagangan akan berada pada titik di antara keseimbangan sebelum perdagangan, dalam
gambar misalnya titik 2. Di negara home, peningkatan harga relatif dari pakaian
mendorong peningkatan dalam produksi pakaian dan penurunan konsumsi relatif,
sehingga negara home menjadi pengekspor pakaian dan pengimpor makanan.
Dengan demikian dapat dijelaskan mengenai pola perdagangan antara dua negara.
Negara home memiliki rasio tenaga kerja terhadap kapital dibandingkan negara foreign
atau dengan kata lain negara home memiliki lebih banyak sumber daya tenaga kerja dan
foreign memiliki lebih banyak sumber daya kapital. Produksi pakaian menggunakan
lebih banyak input tenaga kerja dibanding produksi makanan, artinya pakaian lebih labor
intensive dan produksi makanan lebih labor intensive. Sehingga dapat ditarik kesimpulan
umum untuk model H-O ini yaitu bahwa suatu negara akan cenderung mengekspor
barang yang dalam proses produksinya secara intensif menggunakan input faktor
produksi yang banyak dimiliki oleh negara tersebut.
1.3.2. Stolper Samuelson Theorem
Teorema ini mengatakan bahwa peningkatan harga relatif suatu barang akan
meningkatkan harga riil dari faktor produksi yang dipergunakan secara intensif untuk
memproduksi barang tersebut dan mengurangi harga riil dari faktor produksi lainnya.
Seandainya suatu perekonomian memproduksi kedua barang yaitu makanan dan
pakaian. Persaingan antar produsen akan menjamin bahwa harga dari setiap barang sama
dengan biaya produksinya. Biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi barang
tergantung pada harga faktor produksinya. Jika harga dari kapital meningkat, maka harga
dari semua barang yang menggunakan input kapital juga akan meningkat.
Pentingnya harga faktor produksi terhadap total biaya produksi suatu barang
tergantung pada jumlah faktor produksi yang digunakan. Apabila produksi pakaian
membutuhkan kapital dalam jumlah yang kecil maka peningkatan harga kapital tidak
akan memberikan banyak pengaruh pada harga pakaian, tetapi jika produksi pakaian
membutuhkan kapital dalam jumlah yang besar maka peningkatan harga kapital akan
memberikan banyak pengaruh pada harga pakaian. Sehingga dapat disimpulkan terdapat
hubungan antara rasio w/r dengan rasio harga pakaian terhadap harga makanan, PC/PF.
Hubungan ini dapat dilihat pada gambar 3.
Harga relatif
pakaian, PC/PF
Rasio wage-
rental, w/r
Karena produksi pakaian adalah labor-
intensive, maka terdapat hubungan antara
rasio harga input w/r dan harga relatif
pakaian PC/PF, semakin tinggi harga tenaga
kerja akan menyebabkan semakin
tingginya harga relatif dari barang yang
labor intensive. Hubungan tersebut dapat
dilihat dari kurva SS
SS
Gambar 3
Kedua gambar diagram dapat digabung dalam satu diagram untuk menunjukkan
hubungan antara harga barang dengan rasio kapital dan tenaga kerja yang dipergunakan
dalam proses produksi setiap barang. Gabungan kedua gambar tersebut dapat dilihat
pada gambar 4. Misalkan harga relatif dari pakaian adalah (PC/PF)1, jika suatu
perekonomian memproduksi dua barang maka rasio tingkat upah dengan biaya rental
kapital adalah w/r1 dan rasio kapital dengan tenaga kerja yang dipergunakan untuk
memproduksi pakaian dan makanan adalah KC/LC1 dan KF/LF
1. Jika harga relatif dari
pakaian meningkat menjadi (PC/PF)2, rasio upah dengan biaya rental kapital adalah w/r2.
Karena harga kapital menjadi relatif lebih murah dibanding harga tenaga kerja maka rasio
kapital terhadap tenaga kerja yang dipergunakan untuk memproduksi pakaian dan
makanan juga akan meningkat menjadi KC/LC2 dan KF/LF
2.
Wage-
rental ratio,
w/r
Kapital
-labor
ratio,
K/L
CC
FF
Rasio
wage-
rental,
w/r
PC/PF 2
PC/PF 1 KC/LC
1KF/LF
2KF/LF
1KC/LC
2
increasingincreasing
SS
w/r1
w/r2
Gambar 4
Gambar di atas juga memperlihatkan bahwa peningkatan harga pakaian relatif
terhadap harga makanan akan meningkatkan pendapatan tenaga kerja relatif terhadap
pendapatan pemilik kapital. Atau dengan kata lain, peningkatan harga pakaian akan
meningkatkan daya beli dari tenaga kerja melalui peningkatan upah. Hal ini dapat dilihat
pada saat PC/PF meningkat, rasio dari kapital terhadap tenaga kerja juga meningkat baik
dalam memproduksi pakaian maupun makanan. Sebagaimana diketahui dalam pasar
persaingan sempurna, harga dari faktor produksi adalah sama dengan produktivitas
marjinalnya. Ketika rasio kapital per tenaga kerja meningkat produktivitas marjinal dari
tenaga kerja meningkat dalam term kedua barang, sehingga tingkat upah riil dari tenaga
kerja juga meningkat. Di sisi lain, produktivitas marjinal dari kapital menurun sehingga
pendapatan dari pemilik kapital juga menurun.
Dalam model ini, perubahan pada harga relatif barang memberi pengaruh yang
kuat pada distribusi pendapatan.
1.3.3. Rybscznsky Theorem
Teorema ini menyatakan bahwa peningkatan penawaran salah satu faktor
produksi, dengan asumsi faktor produksi yang lain tidak berubah, akan meningkatkan
output dari barang yang produksinya menggunakan faktor produksi tersebut dan
mengurangi output dari barang yang lain.
Dengan memisalkan bahwa harga relatif dari pakaian diketahui dengan nilai
tertentu. Dari gambar 4 dapat dilihat bahwa rasio upah per rental kapital adalah w/r dan
rasio kapital per tenaga kerja yang dipergunakan dalam produksi adalah K/L. Pada
kondisi seperti ini yang menentukan alokasi sumber daya antara dua industri adalah
output total dalam perekonomian.
Agar lebih mudah dalam menganalisa alokasi sumber daya kita gunakan diagram
kotak seperti pada gambar 5.
OFLF
KC
OC LC
KF
C
F
1
Increasing
Labor used in food production
Incre
asin
g
Ca
pita
l use
d in
foo
d p
rod
uctio
nIn
cre
asin
g
Ca
pita
l u
se
d in
clo
th p
rod
uctio
n
Increasing
Labor used in cloth production
Gambar 5
Lebar dari kotak menunjukkan jumlah total tenaga kerja dan tinggi dari kotak
menunjukkan jumlah total dari kapital. Alokasi faktor produksi yang digunakan dalam
produksi kedua barang dapat berada di salah satu titik di dalam kotak, misalnya titik 1
dalam gambar. Jumlah tenaga kerja yang dipergunakan dalam produksi pakaian adalah
OCLC dan jumlah kapital yang dipergunakan adalah OCKC. Sedangkan dalam produksi
makanan, jumlah tenaga kerja yang dipergunakan adalah OFKF dan jumlah kapital yang
dipergunakan adalah OFKF.
Dari gambar 4 dapat dilihat bahwa rasio kapital per tenaga kerja yang
dipergunakan dalam produksi pakaian adalah KC/LC dan dalam produksi makanan adalah
KF/LF. Slope garis OCC pada gambar 5 sama dengan rasio kapital per tenaga kerja yang
dipergunakan untuk produksi pakaian, demikian juga dengan slope garis OFF
menunjukkan rasio kapital per tenaga kerja yang dipergunakan untuk produksi makanan.
OFF lebih curam karena rasio kapital per tenaga kerja yang digunakan dalam produksi
makanan lebih besar dibanding dalam produksi pakaian. Alokasi sumber daya
ditunjukkan oleh titik perpotongan dari garis OCC dan OFF yaitu titik 1 di gambar 5.
Sehingga dengan harga barang dan penawaran faktor produksi tertentu dapat diketahui
alokasi sumber daya serta output yang dihasilkan suatu perekonomian.
Apabila terjadi perubahan penawaran salah satu faktor produksi, maka akan
terjadi perubahan alokasi sumber daya serta output yang dihasilkan. Hal ini dapat dilihat
pada gambar 6.
OF1
LF1
KC1
OC LC1
KF1
C
F1
1
Increasing
Labor used in food production
Incre
asin
g
Ca
pita
l use
d in
foo
d p
rod
uctio
nIn
cre
asin
g
Ca
pita
l u
se
d in
clo
th p
rod
uctio
n
Increasing
Labor used in cloth production
LF2
OF2
KC2
LC2
KF2
F2
2
Gambar 6
Misalkan dalam perekonomian terjadi peningkatan penawaran kapital, maka diagram
kotak akan semakin tinggi karena menunjukkan penambahan kapital. Input ke produksi
makanan tidak lagi dihitung dari OF1 tetapi dari OF
2 sehingga alokasi sumber daya
berubah dari titik 1 ke titik 2. Pada keseimbangan yang baru ini jumlah tenaga kerja dan
kapital yang dipakai untuk produksi makanan turun menjadi LC2 dan KC
2. Sehingga
peningkatan penawaran kapital, dengan asumsi variabel lain tidak berubah, akan
menyebabkan penurunan output barang yang labor intensive. Peningkatan sumber daya
kapital menyebabkan peningkatan input yang dapat dipergunakan untuk memproduksi
makanan, tetapi produksi makanan juga membutuhkan tambahan tenaga kerja secara
proporsional sesuai dengan penambahan kapital. Karena jumlah tenaga kerja tidak
berubah, hal ini berarti akan mengurangi input tenaga kerja untuk produksi pakaian.
Cara lain yang dapat digunakan untuk melihat hal ini adalah menggunakan kurva
kemungkinan produksi (production possibilities curve).
QF
QC
1
2
QC2
QC1
QF1
QF2
Slope = -PC/PF
TT1
TT2
Gambar 7
Kurva kemungkinan produksi yang pertama adalah TT1 dan setelah terjadi
peningkatan penawaran kapital menjadi TT2. Kurva kemungkinan produksi bergeser ke
ke kanan ke TT2 karena peningkatan jumlah kapital menyebabkan kemungkinan
produksi kedua barang menjadi lebih besar. Pergeseran kurva lebih jauh pada produksi
makanan karena makanan merupakan barang yang labor intensive. Karena harga relatif
tidak berubah, maka output perekonomian berubah dari titik 1 ke titik 2, sehingga output
pakaian menurun menjadi QC2 dan output makanan meningkat menjadi QF
2.
1.3.4. Factor Price Equalization Theorem
Tanpa adanya perdagangan, negara home yang memiliki banyak sumber daya
tenaga kerja, tenaga kerja akan memperoleh upah relatif lebih sedikit dibanding negara
foreign. Tanpa perdagangan, harga pakaian di negara home secara relatif lebih rendah
dibanding negara foreign dan perbedaan harga relatif ini berimplikasi pada perbedaan
harga relatif faktor produksi.
Ketika kedua negara melakukan perdagangan, harga relatif kedua barang akan
konvergen, hal ini juga akan mendorong konvergensi dari harga relatif kapital dan tenaga
kerja. Sehingga perdagangan akan menyamakan harga dari faktor produksi.
Saat terjadi perdagangan, kedua negara secara tidak langsung juga melakukan
perdagangan faktor produksi. Home memperdagangkan barang yang menggunakan lebih
banyak input tenaga kerja dengan barang yang lebih banyak menggunakan input kapital
dari negara foreign. Barang yang dijual oleh negara home membutuhkan tenaga kerja
lebih besar untuk memproduksinya dibanding barang yang dibelinya dari foreign.
Sehingga secara tidak langsung negara home mengekspor tenaga kerja. Demikian juga
dengan foreign, secara tidak langsung mengekspor kapital. Sehingga dengan demikian
akan mendorong kesamaan harga faktor produksi di kedua negara. Yang perlu dicatat
dari teorema ini adalah asumsi yang terdapat dalam model yaitu :
✓ Kedua negara memproduksi kedua barang
✓ Teknologi di kedua negara sama
✓ Perdagangan menyamakan harga barang di kedua negara
SOAL
1. Terdapat dua negara yaitu A dan B, masing masing memiliki dua faktor produksi
yaitu modal dan tenaga kerja dan masing-masing memproduksi dua jenis barang,
X dan Y. Diasumsikan tingkat teknologi di kedua negara sama. Barang X adalah
labor intensive dan negara A memiliki lebih banyak sumber daya modal (capital
abundant). Apa yang terjadi apabila terjadi perubahan stok modal di Negara A?
2. Asumsi seperti pada soal (1), jika harga barang Y meningkat, apa yang akan
terjadi:
a. Produksi barang X meningkat
b. Permintaan akan faktor produksi modal meningkat
c. Return dari faktor produksi modal meningkat
d. Return dari faktor produksi tenaga kerja meningkat
3. Menurut teori di atas produksi barang seperti apakah yang dapat menjadi
keunggulan komparatif Indonesia dalam konteks perdagangan internasional?
1.4. Restriksi Terhadap Perdagangan Internasional
Tujuan :
Memahami bentuk-bentuk restriksi yang sering diperlakukan dalam perdagangan
internasional. Restriksi yang akan dibahas berupa kebijakan tarif dan non-tarif.
1.3.5. Tarif
Kebijakan tarif merupakan bentuk kebijakan yang paling lama telah dipergunakan
di banyak negara dan digunakan sebagai salah satu sumber pendapatan bagi pemerintah.
Kebijakan tarif adalah pengenaan pajak atas impor suatu barang yang bertujuan untuk
melindungi suatu sektor tertentu. Terdapat dua jenis pengenaan tarif yaitu tarif khusus
dan tarif ad valorem. Tarif khusus (specific tariff) adalah mengenakan tarif dengan
jumlah tertentu terhadap satu unit barang, misalnya Rp 1000 per satu barel minyak. Tarif
ad valorem adalah pengenaan tarif yang besarnya adalah persentase dari nilai barang
yang diimpor, misalnya 25% per unit barang yang diimpor.
Penawaran, Permintaan, dan Perdagangan di Industri Tunggal
Jika diasumsikan terdapat dua negara, home dan foreign, yang sama-sama
memproduksi pakaian yang dapat dipertukarkan di kedua negara tanpa ada biaya. Di
setiap negara, pakaian merupakan industri yang bersaing secara sempurna sehingga
penawaran dan permintaan merupakan fungsi dari harga pasar.
Adanya perbedaan harga di kedua negara akan meningkatkan terjadinya
perdagangan antara kedua negara tersebut. Apabila tanpa perdagangan harga barang di
home relatif lebih tinggi, maka adanya perdagangan akan menyebabkan masuknya barang
dari foreign ke home sehingga penawaran di home meningkat dan mendorong harga di
home turun sehingga harga akan sama di kedua negara.
Untuk menentukan harga keseimbangan dunia dan jumlah barang yang
diperdagangkan, disini diperkenalkan kurva permintaan impor dari home dan kurva
penawaran ekspor dari foreign yang diturunkan dari kurva penawaran dan permintaan
domestik. Permintaan impor dari home adalah perbedaan antara permintaan dan
penawaran barang di negara home. Penawaran ekspor dari foreign adalah perbedaan
antara penawaran dan permintaan barang di foreign.
S
D
S1
S2
D2
D1
PA
P2
P1
Price, P
Quantity, Q
A
2
1
MD
D2-S
2D
1-S
1Quantity, Q
Price, P
Gambar 8
Pada harga P1, di negara home permintaan adalah D1 dan penawarannya S1,
sehingga permintaan impornya sebesar D1-S1. Jika harga dinaikkan menjadi P2, di negara
home permintaan hanya sebesar D2 dan penawarannya meningkat menjadi S2, sehingga
permintaan impornya menurun menjadi sebesar D2-S2. Kurva permintaan impor MD
menurun karena ketika harga naik, jumlah barang yang diimpor akan turun.
S*
D*
S*1
S*2D*
2D*
1
P*A
P2
P1
Price, P
Quantity,
Q
XS
S*2-D*
2 S*1-D*
1Quantity, Q
Price, P
Gambar 9
Pada harga P1, di negara foreign permintaan adalah D*1 dan penawarannya S*1,
sehingga penawaran ekspornya sebesar S*1-D*1. Jika harga dinaikkan menjadi P2, di
negara foreign permintaan adalah D*2 dan penawarannya S*2, sehingga penawaran
ekspornya sebesar S*2-D*2. Kurva penawaran ekspor XS dari negara foreign mempunyai
slope positif karena ketika harga naik, jumlah barang yang diekspor akan meningkat.
Dampak dari Pengenaan Tarif
Pengenaan tarif terhadap barang impor menyebabkan peningkatan biaya dalam
melakukan impor. Dampak pengenaan tarif dapat dilihat dari gambar 10.
S
D
PT
PW
Price, P
Quantity, Q
S*
D*
PT*
Price, P
Quantity,Q
A
2
1
MD
XS
Price, P
Quantity, Q
3
t
Gambar 10
Gambar di atas menunjukkan dampak pengenaan tarif sebesar t per unit barang
yang diimpor. Tanpa pengenaan tarif, harga keseimbangan di kedua negara akan sama
yaitu sebesar PW. Ketika pemerintah home mengenakan tarif sebesar t, perusahaan
pengimpor tidak tertarik untuk memindahkan barang dari foreign ke home, sehingga akan
terjadi kelebihan permintaan di home dan kelebihan penawaran di foreign. Sehingga
harga di home akan meningkat dan harga di foreign akan turun sehingga perbedaan harga
di kedua negara akan sebesar t.
Tarif meningkatkan harga di home menjadi PT dan menurunkan harga di foreign
menjadi PT* = PT – t. Peningkatan harga di home dari PW ke PT lebih kecil dibandingkan
besarnya tarif karena sebagian dari tarif dicerminkan pada penurunan harga ekspor dari
foreign. Jika kebijakan tarif dilakukan oleh sebuah negara yang relatif kecil (small
country), tarif hanya sedikit mempengaruhi permintaan impor sehingga dalam kasus ini,
peningkatan tarif meningkatkan harga barang impor menjadi PW + t dan menurunkan
permintaan impor. Sehingga pengenaan tarif menyebabkan penurunan impor dari negara
yang mengenakan tarif.
Surplus Konsumen dan Surplus Produsen
Surplus konsumen adalah keuntungan yang diperoleh konsumen karena dia
membayar harga barang yang lebih rendah dibanding harga yang mau dia bayar.
Misalnya jika konsumen mau membayar satu unit barang sebesar $8 sementara harga
barang tersebut hanya $3, sehingga surplus konsumen adalah $5.
Surplus konsumen dapat diturunkan dari kurva permintaan, yaitu daerah di bawah
kurva permintaan dan di atas harga. Jika harga adalah P1, jumlah barang yang diminta
adalah Q1, dan surplus konsumen adalah wilayah a pada gambar di bawah. Jika harga
turun menjadi P2, jumlah permintaan akan naik menjadi Q2, dan surplus konsumen
meningkat menjadi a ditambah b pada gambar.
a
b
Price, P
Quantity, Q
D
Q1
Q2
P1
P2
Gambar 11
Surplus produsen merupakan konsep yang hampir sama. Misalnya produsen mau
menjual barang dengan harga $2 tetapi menerima harga sebesar $5, maka produsen
memperoleh keuntungan atau surplus produsen sebesar $3. Prosedur yang sama untuk
menurunkan surplus konsumen dari kurva permintaan dapat juga dilakukan untuk
menurunkan surplus produsen dari kurva penawaran. Surplus produsen merupakan
wilayah di bawah harga pasar tetapi di atas kurva penawaran. Dari gambar, jika harga
adalah P1, jumlah barang yang ditawarkan adalah sebesar Q1, dan surplus produsen
adalah wilayah c pada gambar. Jika harga naik menjadi P2, jumlah barang yang
ditawarkan adalah Q2, dan surplus produsen meningkat menjadi sebesar wilayah c
ditambah dengan wilayah d.
Price, P
Quantity, Q
S
Q1 Q
2
P1
P2
c
d
Gambar 12
Dengan menggunakan alat surplus konsumen dan surplus produsen kita dapat
mengukur biaya dan manfaat dari kebijakan pengenaan tarif terhadap barang impor.
Gambar 13 dapat mengilustrasikan biaya dan manfaat pengenaan tarif pada negara
pengimpor.
Quantity, Q
Price, P
S
D
PT
PW
S1
S2
D2
D1
ab
cd
Gambar 13
Keseimbangan sebelum tarif adalah pada harga PW, besarnya impor adalah
kelebihan permintaan di dalam negeri yaitu D1-S1. Pengenaan tarif terhadap barang
impor menyebabkan harga di dalam negeri meningkat menjadi PT. Produksi domestik
meningkat menjadi S2 dan konsumsi domestik menurun menjadi D2.
Bagi produsen domestik, mereka menerima harga barang yang lebih tinggi
sehingga surplus produsen meningkat sebesar wilayah a pada gambar. Sehingga
produsen dalam negeri diuntungkan dengan adanya tarif.
Bagi konsumen domestik, mereke menerima harga yang lebih tinggi sehingga
surplus konsumen mengalami penurunan yaitu sebesar wilayah dcba +++ pada
gambar. Sehingga konsumen dirugikan dengan adanya tarif.
Terdapat pemain ketiga dalam hal ini yaitu pemerintah. Pemerintah memperoleh
keuntungan dari penerimaan tarif atas impor barang. Pendapatan tarif adalah besarnya
tarif dikalikan jumlah volume impor. Dalam hal ini, volume impor setelah tarif adalah
D2-S2, sementara besarnya tarif adalah PT-PW, sehingga pendapatan pemerintah dari tarif
adalah wilayah c pada gambar.
Dari uraian di atas dapat dikatakan secara singkat bahwa biaya dari pengenaan
tarif adalah
Consumer loss – producer gain – government revenue
Atau dengan menggunakan gambar di atas, biaya pengenaan tarif adalah
( ) dbcadcba +=−−+++
Sehingga terdapat dua segitiga dalam gambar yang menunjukkan kerugian bagi negara
dan sebuah segiempat yang mengukur offsetting gain. Interpretasi dari kedua segitiga
tersebut adalah menunjukkan kerugian efisiensi (efficiency loss) karena tarif mendistorsi
insentif untuk berproduksi dan berkonsumsi.
1.3.6. Restriksi Non-tarif
Terdapat hambatan perdagangan lain selain tarif, misalnya kuota impor, voluntary
export restraint, peraturan teknis dan administrasi, dan subsidi ekspor. Pada saat ini
terdapat kecenderungan untuk semakin mengurangi hambatan tarif menuju perdagangan
bebas, tetapi di sisi lain terdapat peningkatan hambatan perdagangan non-tarif.
Kuota Impor
Kuota merupakan pembatasan kuantitatif secara langsung terhadap jumlah impor
yang diperkenankan untuk dilakukan ke suatu negara. Kuota impor dapat dipergunakan
untuk melindungi industri dalam negeri. Dampak dari kuota impor ini dapat
diilustrasikan dari gambar.
Price, P
Quantity,
Q
D
S
P1
P2
S1S2 D1 D2
k
ab
cd
Gambar 14
Harga keseimbangan pada saat perdagangan bebas adalah P1, permintaan
konsumsi adalah D1, dimana S1 diproduksi di dalam negeri dan sisanya dipenuhi dari
impor. Misalkan pemerintah kemudian melakukan kebijakan kuota impor sebesar k,
artinya batas maksimal barang yang bisa diimpor adalah sebesar k. Adanya kuota impor
ini menyebabkan harga meningkat menjadi P2. Pada harga P2 ini, jumlah permintaan
adalah D2 dan penawaran adalah S2, dan impor sebesar k sesuai dengan kuota. Dengan
adanya kuota impor, surplus konsumen berkurang sebesar cba ++ . Surplus produsen
meningkat sebesar wilayah d. Dengan demikian, kuota impor memiliki dampak yang
sama dengan pengenaan tarif impor sebesar P2-P1.
Perbandingan Antara Kuota Impor dan Tarif Impor
Shift dari DX ke DX1 menunjukkan perbedaan antara kuota impor dan tarif impor.
Yaitu bahwa dengan kuota impor, peningkatan permintaan akan menyebabkan
peningkatan harga domestik dan produksi domestik yang lebih besar dibanding pada
kebijakan tarif impor. Pada kebijakan tarif impor, harga dan produksi domestik tidak
berubah, tetapi akan menyebabkan tingkat konsumsi yang lebih tinggi dan peningkatan
impor. Sehingga ketika terjadi shift pada permintaan, penyesuaian akan terjadi di harga
domestik pada kebijakan kuota impor, sementara pada kebijakan tarif, penyesuaian
terjadi pada jumlah impor.
Perbedaan yang kedua adalah dalam kebijakan kuota impor terdapat distribusi
dari lisensi impor. Apabila pemerintah tidak melelang lisensi tersebut dalam pasar
persaingan sempurna, maka perusahaan yang memperoleh lisensi akan menerima laba
monopoli
Yang terakhir, kuota membatasi impor secara pasti sementara efek perdagangan
dari tarif impor tidak pasti. Alasannya adalah bahwa elastisitas dari kurva permintaan
dan penawaran seringkali tidak diketahui sehingga membuat sulit untuk mengestimasi
tarif impor yang dibutuhkan untuk membatasi impor pada tingkat tertentu.
Pembatasan Ekspor (Export Restraint)
Yang dimaksud dengan pembatasan ekspor adalah dimana negara pengimpor
meminta negara lain untuk mengurangi ekspor komoditas mereka secara ”sukarela”.
Pembatasan ini dilakukan apabila ekspor tersebut dapat mengancam industri domestik.
Kebijakan ini telah dilakukan sejak tahun 1950-an oleh negara Amerika Serikat, Uni
Eropa, dan negara industri lain untuk membatasi ekspor tekstil, baja, produk elektronik,
dan komoditi lain dari negara Jepang, Korea, dan negara lain. Hal ini karena industri-
industri tersebut mengalami penurunan tenaga kerja dalam jumlah yang sangat besar
sejak tahun 1980-an.
Peraturan Teknis, Administrasi, dan Lain-lain
Yang termasuk dalam kebijakan ini antara lain adalah peraturan tingkat keamanan
dari produk automobil dan alat elektronik, peraturan keamanan kesehatan dari produk
makanan dan minuman impor, dan persyaratan penulisan label pada produk untuk
mengetahui bahan-bahan yang terkandung di dalamnya. Walaupun peraturan-peraturan
terrsebut terlihat memiliki tujuan yang terlegitimasi, namun pada dasarnya kebijakan
tersebut adalah untuk membatasi impor.
Subsidi Ekspor
Subsidi ekspor merupakan pembayaran langsung atau pembebasan pajak bagi
eksporter domestik atau eksportir yang potensial, dan/atau pemberian pinjaman dengan
suku bunga rendah kepada pembeli dari luar negeri agar ekspor domestik dapat
meningkat. Subsidi ekspor ini dapat dianggap sebagai salah satu bentuk dari dumping.
Subsidi ekspor dapat dianalisa dengan menggunakan gambar di bawah. Pada
gambar, S dan D mencerminkan kurva permintaan dan penawaran domestik. PW
merupakan harga dunia, pada saat ini produksi domestik adalah sebesar S1 dan konsumsi
domestik adalah D1 sehingga ekspor adalah sebesar S1 - D1. Jika pemerintah kemudian
memberikan subsidi sebesar PS - PW pada setiap unit barang yang diekspor maka harga
meningkat menjadi PS. Pada harga yang lebih tinggi ini, produksi domestik meningkat
menjadi S2 dan konsumsi domestik menurun menjadi D2, sehingga ekspor akan
meningkat menjadi S2 – D1. Peningkatan harga ini akan memberikan keuntungan bagi
produsen, tetapi merugikan konsumen domestik.
Surplus konsumen berkurang sebesar wilayah ba + , surplus produsen meningkat
sebesar cba ++ , dan subsidi yang diberikan pemerintah adalah sebesar dcb ++ .
Sehingga biaya yang ditanggung oleh perekonomian di Negara domestic adalah sebesar
( ) ( ) ( ) dbdcbcbaba +=+++++−+
Dapat dilihat bahwa keuntungan yang diperoleh oleh produsen masih lebih kecil
dibandingkan kerugian dari konsumen ditambah dengan biaya subsidi dari pemerintah.
Namun demikian, kenapa pemerintah tetap melakukan subsidi? Jawabannya adalah
bahwa produsen domestik mungkin berhasil dalam melobi pemerintah untuk memberikan
subsidi atau pemerintah ingin mempromosikan industri komoditi tersebut.
Price, P
Quantity, Q
D
S
PW
PSa b c d
D1 S2S1D2
Gambar 15
SOAL
1. Apa yang dimaksud dengan kuota impor? Bagaimana pengaruh dari kebijakan
kuota impor terhadap produksi dan harga di dalam negeri?
2. Di bawah ini adalah dampak akibat pengenaan kebijakan tarif impor, kecuali
a. Surplus konsumen berkurang
b. Manfaat total yang diterima perekonomian meningkat
c. Produksi dalam negeri meningkat
d. Impor menurun
3. Menurut anda sektor apa saja yang sebaiknya memperoleh proteksi dari
pemerintah Indonesia dan apa alasannya?
1.5. Isu-isu Kontemporer dalam Kebijakan Perdagangan Internasional
Tujuan :
Mengetahui dan memahami beberapa isu penting yang sering muncul dalam kebijakan
perdagangan internasional.
1.5.1. Dumping
Dumping adalah menjual barang ke luar negeri dengan harga yang relatif lebih
murah dibanding harga barang tersebut di dalam negeri. Terdapat tiga jenis dumping,
yaitu:
a. Persistent dumping, atau diskriminasi harga secara internasional, merupakan
kecenderungan dari monopolis domestik untuk memaksimalkan laba dengan
menjual barang pada harga lebih tinggi di pasar domestik dan harga lebih rendah
di pasar internasional.
b. Predatory dumping merupakan penjualan sementara dari suatu komoditi pada
harga lebih rendah di luar negeri supaya produsen luar negeri lain keluar dari
bisnis tersebut, setelah itu dia meningkatkan harga dan mengambil keuntungan
sebagai monopolis.
c. Sporadic dumping adalah penjualan penjualan barang pada harga lebih rendah di
luar negeri yang kadang-kadang dilakukan untuk mengurangi surplus barang
yang tidak terduga tanpa harus menurunkan harga domestiknya.
Persistent dumping atau diskriminasi harga internasional dapat diilustrasikan dari
gambar 16. Pada gambar, penjumlahan horisontal dari kurva pendapatan marjinal di
pasar domestik (MRd) dan pendapatan marjinal di pasar luar negeri (MRf) adalah MR .
Titik E dimana MC berpotongan dengan MR menunjukkan bahwa monopolis domestik
harus menjual sebanyak OC untuk memaksimalkan labanya. Distribusi penjualan antara
pasar domestik dan pasar luar negeri adalah ketika garis horisontal dari titik E memotong
MRd dan MRf. Sehingga ia harus menjual sebanyak OA di pasar domestik dengan harga
Pd dan sebanyak OB di pasar luar negeri dengan harga Pf. Harga lebih tinggi di pasar
domestik daripada di pasar luar negeri dimana monopolis domestik menghadapi
persaingan dengan produsen di luar negeri. Pf lebih rendah dibanding Pd karena kurva
permintaan di pasar luar negeri lebih elastis dibanding pasar domestik karena
ketersediaan barang substitusi di pasar internasional.
Domestic market Foreign market Total marketP
Q
P
P
Q Q
DdMRd
Df
MRfΣMR
MC
E
000 A B C
Pd
Pf
Gambar 16
Batasan perdagangan untuk menghilangkan adanya predatory dumping
diperbolehkan dilakukan untuk melindungi industri domestik dari persaingan tidak sehat
dari luar negeri. Batasan yang sering dilakukan adalah kebijakan anti dumping dengan
mengenakan kewajiban atas barang tersebut sebesar perbedaan harga. Namun, tidak
mudah untuk menentukan jenis dumping yang dilakukan negara lain. Dengan melakukan
kebijakan anti dumping, dampaknya adalah pengurangan impor (karena harga impor
menjadi lebih mahal) dan peningkatan produksi luar negeri. Dalam beberapa kasus
persistent dumping dan sporadic dumping, manfaat yang diperoleh konsumen akibat
harga yang murah bisa jadi lebih besar dibanding kerugian akibat berkurangnya produksi
dari produsen domestik.
1.5.2. Regional Free Trade Area
Free trade area merupakan salah satu bentuk dari integrasi ekonomi dimana
semua hambatan perdagangan antar negara dalam satu wilayah ditiadakan tetapi masing-
masing negara tetap melakukan kebijakan proteksi perdagangan dengan negara lain yang
bukan anggota, dimana kebijakan yang dilakukan oleh setiap negara dapat saja berbeda.
Free Trade Area (FTA) berbeda dengan custom union. Yang membedakan FTA dengan
custom union adalah dalam custom union, setiap negara anggota melakukan kebijakan
perdagangan yang terharmonisasi. Contoh dari free trade area adalah European Free
Trade Association (EFTA) yang dibentuk pada tahun 1960 oleh Inggris, Austria,
Norwegia, Portugal, Swedia, dan Swiss, yang kemudian Finlandia bergabung pada tahun
1961. Contoh yang lain adalah North American Free Trade Area (NAFTA) yang
dibentuk pada tahun 1993 oleh Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko.
Manfaat dari Free Trade Area
• Trade Creation
Trade creation terjadi ketika beberapa produksi domestik dari salah satu negara
anggota digantikan dengan impor dari negara anggota lain yang memiliki biaya lebih
rendah. Misal diasumsikan bahwa sebelum dan sesudah dibentuk free trade area semua
sumber daya yang dimiliki suatu negara dipergunakan secara optimal, maka trade
creation akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat karena mendorong peningkatan
spesialisasi dalam produksi sesuai dengan keunggulan komparatif yang dimiliki oleh
masing-masing negara. Selain itu, trade creation juga meningkatkan kesejahteraan dari
negara lain yang bukan anggota, karena peningkatan pendapatan dari anggota free trade
akan meningkatkan permintaan impor dari negara lain yang bukan anggota.
P1
P2
P
Q
S
D
G H IF
E
S1+T
S1
r s t u
Gambar 17
Dampak dari trade creation dapat dilihat dari gambar 17. Dx dan Sx adalah
kurva permintaan dan penawaran dari negara 2. Misal diasumsikan terdapat tiga negara
yaitu negara 1, 2, dan 3 (rest of the world), negara 2 diasumsikan relatif kecil sehingga
tidak dapat mempengaruhi harga dunia. Harga barang di negara 1 adalah P2, jika negara
2 sebelumnya diasumsikan mengenakan tarif ad valorem terhadap barang impor dari
negara 1, maka harga barang impor dari negara 1 menjadi P1. Konsumsi dari negara 2
adalah H dan produksinya adalah G, dan impor dari negara 1 adalah sebesar H – G. S1
adalah kurva penawaran yang elastis dari negara 1. Negara 2 memperoleh penerimaan
dari tarif sebesar wilayah t pada gambar.
Jika negara 2 membentuk kerjasama free trade dengan negara 1 dengan
menghilangkan tarif impor dari negara 1. Akibatnya harga akan turun menjadi P2, dan
impor dari negara 1 akan meningkat menjadi I-F, dan produksi domestik adalah sebesar F.
Dalam kasus ini negara 2 tidak memperoleh pendapatan dari tarif. Konsumen
memperoleh keuntungan dari peningkatan surplus konsumen sebesar wilayah
utsr +++ . Di sisi lain produsen domestik justru mengalami kerugian dengan
kehilangan surplus produsen sebesar r dan pemerintah juga kehilangan penerimaan tarif
sebesar daerah t. Sehingga keuntungan netto yang diperoleh negara 2 adalah segitiga s
dan u pada gambar.
Segitiga s menunjukkan keuntungan yang dihasilkan akibat pemindahan produksi
barang dari produsen yang kurang efisien di negara 2 ke produsen yang lebih efisien di
negara 1. Sementara segitiga u menunjukkan manfaat dari free trade akibat peningkatan
konsumsi di negara 2.
• Administration saving
Adanya free trade akan mengurangi biaya administrasi pengenaan tarif, cukai dan
lainnya untuk perdagangan dengan negara anggota.
• Dynamic benefit
Selain manfaat di atas, adanya free trade akan meningkatkan persaingan skala
ekonomi, dan menstimulasi investasi, serta mendorong penggunaan sumber daya
ekonomi secara lebih efisien.
Tanpa adanya free trade, produsen domestik akan lebih lambat dalam
pertumbuhannya karena ”bersembunyi” di balik proteksi pemerintah. Tetapi dengan
adanya free trade area sehingga hambatan perdagangan antar negara anggota dihilangkan,
produsen di setiap negara anggota harus dapat berproduksi secara lebih efisien agar dapat
bersaing dengan produsen dari negara anggota yang lain.
Manfaat yang kedua adalah adalah skala ekonomi yang dihasilkan dari pasar yang
lebih besar. Dengan masuk menjadi anggota free trade area, perusahaan dapat
meningkatkan produksinya bukan hanya untuk memenuhi permintaan di pasar domestik
saja tetapi juga untuk memenuhi permintaan pasar yang lebih besar yaitu ke negara-
negara anggota free trade area. Hal ini dimungkinkan karena dengan free trade,
berbagai hambatan perdagangan untuk memasukkan barang ke negara anggota menjadi
tidak ada sehinga biaya ekspor menjadi lebih murah.
Manfaat ketiga adalah free trade dapat menstimulasi investasi untuk mengambil
manfaat dari pasar yang lebih luas dan menghadapi persaingan yang lebih kompetitif.
Manfaat yang terakhir dari free trade adalah mendorong semakin tingginya
mobilitas faktor produksi dan juga barang antar negara anggota. Sehingga kemudahan
hal tersebut akan menyebabkan penggunaan faktor produksi secara lebih efisien.
SOAL
1. Salah satu manfaat yang dapat diperoleh dari free trade area adalah dapat
menstimulasi investasi ke Negara-negara anggotanya, bagaimana hal ini dapat
terjadi? Jelaskan!
2. Suatu negara sebelum menggabungkan diri ke dalam free trade area
mengenakan kebijakan tarif sebesar 10%. Kemudian negara tersebut
memutuskan untuk bergabung dalam free trade area, berikut ini adalah beberapa
hal yang terjadi pada perekonomian domestiknya, kecuali
a. Harga barang menjadi lebih murah
b. Konsumsi domestik meningkat
c. Volume impor meningkat
d. Surplus produsen meningkat
3. Negara pengimpor produk nonmigas (yang di dalamnya terdapat produk
pertanian) Indonesia sebagian besar bukan negara ASEAN. Pengimpor utama
produk nonmigas Indonesia adalah Amerika Serikat (AS) dan Jepang, masing-
masing sekitar 20 persen atau seperlima dari total ekspor, sedangkan daya serap
negara-negara ASEAN untuk komoditas nonmigas Indonesia sangat kecil,
sekitar 20 persen. Berdasar data tersebut, bagaimana dampak AFTA (ASEAN
Free Trade Area) terhadap perekonomian Indonesia?
Sumber :
Modul Ekonomi Perdagangan Internasional Laboratorium Ilmu Ekonomi DIE, 2007.
Pyndick, Robert and Rubinfield Daniel. Microeconomics . Prentice Hall; 7 edition (March 14, 2009)
Salvatore Dominick. Ekonomi Perdagangan Internasional. 1996.