MODUL EKONOMI INTERNASIONAL -...

28
MODUL EKONOMI INTERNASIONAL Oleh : Dr. Telisa Aulia Falianty dan tim 1.3. Perkembangan Teori Perdagangan Internasional Tujuan : Setelah mempelajari bab ini diharapkan peserta dapat memahami perkembangan dalam teori perdagangan internasional. Teori perdagangan internasional yang akan dibahas adalah HeckscherOhlin Theorem, Stolper Samuelson Theorem, Rybszynsky Theorem, dan Factor Price Equalisation Theorem. 1.3.1. Heckscher Ohlin Theorem Teori ini dikembangkan oleh Elin Heckscher dan Bertil Ohlin. Dalam model HeckscherOhlin (HO), fokusnya terletak pada pentingnya perbedaan sumber daya faktor produksi yang dimiliki untuk memproduksi barang. Spesialisasi perdagangan dalam teori HO adalah bahwa suatu negara akan melakukan spesialisasi pada produksi barang yang secara intensif menggunakan sumber daya yang paling banyak dimiliki oleh negara tersebut. Misalnya, Australia yang secara relatif memiliki sumber daya alam berlimpah akan melakukan spesialisasi dalam produksi barang yang banyak menggunakan input produksi sumber daya alam. Dalam model ini diasumsikan bahwa setiap negara memproduksi dua jenis barang dimana untuk memproduksi masing-masing barang tersebut menggunakan dua faktor produksi. Kedua faktor produksi yang digunakan homogen secara internasional, artinya bahwa setiap unit faktor produksi memiliki kapasitas produksi yang sama di semua negara. Teknologi produksi yang digunakan untuk memproduksi barang juga sama di semua negara dan teknologi produksinya dicirikan dengan constant return to scale, yang artinya bahwa setiap peningkatan penggunaan input faktor produksi sebesar x % akan meningkatkan peningkatan output produksi sebesar x % juga. Misalnya setiap negara dapat memproduksi dua jenis barang yaitu pakaian (C) dan makanan (F), faktor produksi yang digunakan untuk memproduksi kedua barang tersebut adalah kapital (K) dan tenaga kerja (L). Dalam hal ini pengertian dari

Transcript of MODUL EKONOMI INTERNASIONAL -...

MODUL EKONOMI INTERNASIONAL

Oleh : Dr. Telisa Aulia Falianty dan tim

1.3. Perkembangan Teori Perdagangan Internasional

Tujuan :

Setelah mempelajari bab ini diharapkan peserta dapat memahami perkembangan dalam

teori perdagangan internasional. Teori perdagangan internasional yang akan dibahas

adalah Heckscher–Ohlin Theorem, Stolper Samuelson Theorem, Rybszynsky Theorem,

dan Factor Price Equalisation Theorem.

1.3.1. Heckscher – Ohlin Theorem

Teori ini dikembangkan oleh Elin Heckscher dan Bertil Ohlin. Dalam model

Heckscher–Ohlin (H–O), fokusnya terletak pada pentingnya perbedaan sumber daya

faktor produksi yang dimiliki untuk memproduksi barang. Spesialisasi perdagangan

dalam teori H–O adalah bahwa suatu negara akan melakukan spesialisasi pada produksi

barang yang secara intensif menggunakan sumber daya yang paling banyak dimiliki oleh

negara tersebut. Misalnya, Australia yang secara relatif memiliki sumber daya alam

berlimpah akan melakukan spesialisasi dalam produksi barang yang banyak

menggunakan input produksi sumber daya alam.

Dalam model ini diasumsikan bahwa setiap negara memproduksi dua jenis barang

dimana untuk memproduksi masing-masing barang tersebut menggunakan dua faktor

produksi. Kedua faktor produksi yang digunakan homogen secara internasional, artinya

bahwa setiap unit faktor produksi memiliki kapasitas produksi yang sama di semua

negara. Teknologi produksi yang digunakan untuk memproduksi barang juga sama di

semua negara dan teknologi produksinya dicirikan dengan constant return to scale, yang

artinya bahwa setiap peningkatan penggunaan input faktor produksi sebesar x % akan

meningkatkan peningkatan output produksi sebesar x % juga.

Misalnya setiap negara dapat memproduksi dua jenis barang yaitu pakaian (C)

dan makanan (F), faktor produksi yang digunakan untuk memproduksi kedua barang

tersebut adalah kapital (K) dan tenaga kerja (L). Dalam hal ini pengertian dari

penggunaan faktor produksi adalah kombinasi penggunaan kedua faktor tersebut untuk

menghasilkan sejumlah output tertentu, sehingga terdapat ruang untuk melakukan pilihan

dalam penggunaan kedua input. Pilihan penggunaan input tergantung pada harga relatif

dari kedua faktor produksi tersebut. Apabila harga relatif dari kapital, r, lebih tinggi

dibandingkan harga tenaga kerja, w, maka perusahaan akan memilih untuk menggunakan

lebih banyak input tenaga kerja. Demikian juga apabila harga relatif dari tenaga kerja, w,

lebih tinggi dibandingkan harga kapital, r, maka perusahaan akan memilih untuk

menggunakan lebih banyak input kapital dalam proses produksinya. Dengan demikian,

rasio penggunaan kedua faktor produksi dalam menghasilkan masing-masing barang

tergantung pada harga relatif kedua faktor, yaitu w/r, dan tidak dipengaruhi oleh level

output yang akan dihasilkan.

Hubungan antara harga faktor produksi dan rasio kapital terhadap tenaga kerja

yang digunakan dalam produksi kedua barang dapat dilihat pada gambar 1.

Wage-

rental ratio,

w/r

Capital-labor

ratio, K/L

CC

FF

Gambar 1

Terdapat kaitan antara w/r dan rasio kapital-tenaga kerja dalam produksi pakaian maupun

makanan. Dalam memproduksi pakaian, kaitan tersebut dapat dilihat dari kurva CC,

sedangkan untuk makanan dapat dilihat dari kurva FF. Pada gambar di atas, pada setiap

tingkat harga, produksi makanan selalu menggunakan rasio kapital-tenaga kerja yang

lebih tinggi dibanding pakaian. Hal ini menunjukkan bahwa produksi makanan adalah

capital-intensive sementara produksi pakaian adalah labor-intensive.

Dampak Dari Perdagangan Internasional

Sekarang kita akan melihat apa yang terjadi pada struktur produksi jika terdapat

dua negara yang melakukan perdagangan. Dalam model ini diasumsikan bahwa dua

negara, home dan foreign yang memiliki kesamaan dalam banyak dimensi. Kedua negara

memiliki kesamaan selera dan permintaan akan pakain dan makanan. Kedua negara juga

memiliki kesamaan teknologi produksi, sehingga kapital dan tenaga kerja di kedua negara

dapat menghasilkan output yang sama baik pakaian maupun makanan. Yang

membedakan kedua negara adalah bahwa negara home memiliki sumber daya tenaga

kerja yang lebih besar dibandingkan dengan negara foreign sehingga rasio tenaga kerja

per kapital di negara home lebih tinggi.

Karena pakaian merupakan barang yang secara intensif menggunakan tenaga

kerja, sehingga home cenderung untuk memproduksi pakaian lebih banyak dibanding

makanan.

Adanya perdagangan akan mendorong harga relatif dari kedua barang sama di

kedua negara. Karena kedua negara memiliki perbedaan dalam jumlah sumber daya yang

dimilikinya maka home akan memproduksi pakaian relatif lebih banyak dibanding negara

foreign atau dengan kata lain penawaran pakaian dari negara home relatif lebih besar

sehingga kurva penawaran pakaian dari negara home lebih ke kanan dibanding kurva

penawaran pakaian dari foreign. Kurva penawaran relatif dari kedua negara dapat dilihat

pada gambar 2.

1

2

3

Harga relatif

dari pakaian,

PC/PF

Jml pakaian

secara relatif, *

*

FF

CC

QQ

QQ

+

+

RS*

RS

RD

Gambar 2

Penawaran relatif dari negara home adalah RS dan foreign adalah RS*, sedangkan

kurva permintaannya adalah RD yang diasumsikan sama di kedua negara. Apabila tidak

ada perdagangan maka keseimbangan di negara home adalah di titik 1 sementara

keseimbangan di negara foreign adalah di titik 3. Sehingga tanpa perdagangan harga

relatif pakaian akan lebih rendah di negara home dibanding di foreign.

Jika kedua negara melakukan perdagangan maka harga relatif dari kedua barang

akan menjadi sama. Harga relatif pakaian di negara home akan meningkat dan harga

relatif pakaian di negara foreign akan menurun, sehingga harga pakaian setelah

perdagangan akan berada pada titik di antara keseimbangan sebelum perdagangan, dalam

gambar misalnya titik 2. Di negara home, peningkatan harga relatif dari pakaian

mendorong peningkatan dalam produksi pakaian dan penurunan konsumsi relatif,

sehingga negara home menjadi pengekspor pakaian dan pengimpor makanan.

Dengan demikian dapat dijelaskan mengenai pola perdagangan antara dua negara.

Negara home memiliki rasio tenaga kerja terhadap kapital dibandingkan negara foreign

atau dengan kata lain negara home memiliki lebih banyak sumber daya tenaga kerja dan

foreign memiliki lebih banyak sumber daya kapital. Produksi pakaian menggunakan

lebih banyak input tenaga kerja dibanding produksi makanan, artinya pakaian lebih labor

intensive dan produksi makanan lebih labor intensive. Sehingga dapat ditarik kesimpulan

umum untuk model H-O ini yaitu bahwa suatu negara akan cenderung mengekspor

barang yang dalam proses produksinya secara intensif menggunakan input faktor

produksi yang banyak dimiliki oleh negara tersebut.

1.3.2. Stolper Samuelson Theorem

Teorema ini mengatakan bahwa peningkatan harga relatif suatu barang akan

meningkatkan harga riil dari faktor produksi yang dipergunakan secara intensif untuk

memproduksi barang tersebut dan mengurangi harga riil dari faktor produksi lainnya.

Seandainya suatu perekonomian memproduksi kedua barang yaitu makanan dan

pakaian. Persaingan antar produsen akan menjamin bahwa harga dari setiap barang sama

dengan biaya produksinya. Biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi barang

tergantung pada harga faktor produksinya. Jika harga dari kapital meningkat, maka harga

dari semua barang yang menggunakan input kapital juga akan meningkat.

Pentingnya harga faktor produksi terhadap total biaya produksi suatu barang

tergantung pada jumlah faktor produksi yang digunakan. Apabila produksi pakaian

membutuhkan kapital dalam jumlah yang kecil maka peningkatan harga kapital tidak

akan memberikan banyak pengaruh pada harga pakaian, tetapi jika produksi pakaian

membutuhkan kapital dalam jumlah yang besar maka peningkatan harga kapital akan

memberikan banyak pengaruh pada harga pakaian. Sehingga dapat disimpulkan terdapat

hubungan antara rasio w/r dengan rasio harga pakaian terhadap harga makanan, PC/PF.

Hubungan ini dapat dilihat pada gambar 3.

Harga relatif

pakaian, PC/PF

Rasio wage-

rental, w/r

Karena produksi pakaian adalah labor-

intensive, maka terdapat hubungan antara

rasio harga input w/r dan harga relatif

pakaian PC/PF, semakin tinggi harga tenaga

kerja akan menyebabkan semakin

tingginya harga relatif dari barang yang

labor intensive. Hubungan tersebut dapat

dilihat dari kurva SS

SS

Gambar 3

Kedua gambar diagram dapat digabung dalam satu diagram untuk menunjukkan

hubungan antara harga barang dengan rasio kapital dan tenaga kerja yang dipergunakan

dalam proses produksi setiap barang. Gabungan kedua gambar tersebut dapat dilihat

pada gambar 4. Misalkan harga relatif dari pakaian adalah (PC/PF)1, jika suatu

perekonomian memproduksi dua barang maka rasio tingkat upah dengan biaya rental

kapital adalah w/r1 dan rasio kapital dengan tenaga kerja yang dipergunakan untuk

memproduksi pakaian dan makanan adalah KC/LC1 dan KF/LF

1. Jika harga relatif dari

pakaian meningkat menjadi (PC/PF)2, rasio upah dengan biaya rental kapital adalah w/r2.

Karena harga kapital menjadi relatif lebih murah dibanding harga tenaga kerja maka rasio

kapital terhadap tenaga kerja yang dipergunakan untuk memproduksi pakaian dan

makanan juga akan meningkat menjadi KC/LC2 dan KF/LF

2.

Wage-

rental ratio,

w/r

Kapital

-labor

ratio,

K/L

CC

FF

Rasio

wage-

rental,

w/r

PC/PF 2

PC/PF 1 KC/LC

1KF/LF

2KF/LF

1KC/LC

2

increasingincreasing

SS

w/r1

w/r2

Gambar 4

Gambar di atas juga memperlihatkan bahwa peningkatan harga pakaian relatif

terhadap harga makanan akan meningkatkan pendapatan tenaga kerja relatif terhadap

pendapatan pemilik kapital. Atau dengan kata lain, peningkatan harga pakaian akan

meningkatkan daya beli dari tenaga kerja melalui peningkatan upah. Hal ini dapat dilihat

pada saat PC/PF meningkat, rasio dari kapital terhadap tenaga kerja juga meningkat baik

dalam memproduksi pakaian maupun makanan. Sebagaimana diketahui dalam pasar

persaingan sempurna, harga dari faktor produksi adalah sama dengan produktivitas

marjinalnya. Ketika rasio kapital per tenaga kerja meningkat produktivitas marjinal dari

tenaga kerja meningkat dalam term kedua barang, sehingga tingkat upah riil dari tenaga

kerja juga meningkat. Di sisi lain, produktivitas marjinal dari kapital menurun sehingga

pendapatan dari pemilik kapital juga menurun.

Dalam model ini, perubahan pada harga relatif barang memberi pengaruh yang

kuat pada distribusi pendapatan.

1.3.3. Rybscznsky Theorem

Teorema ini menyatakan bahwa peningkatan penawaran salah satu faktor

produksi, dengan asumsi faktor produksi yang lain tidak berubah, akan meningkatkan

output dari barang yang produksinya menggunakan faktor produksi tersebut dan

mengurangi output dari barang yang lain.

Dengan memisalkan bahwa harga relatif dari pakaian diketahui dengan nilai

tertentu. Dari gambar 4 dapat dilihat bahwa rasio upah per rental kapital adalah w/r dan

rasio kapital per tenaga kerja yang dipergunakan dalam produksi adalah K/L. Pada

kondisi seperti ini yang menentukan alokasi sumber daya antara dua industri adalah

output total dalam perekonomian.

Agar lebih mudah dalam menganalisa alokasi sumber daya kita gunakan diagram

kotak seperti pada gambar 5.

OFLF

KC

OC LC

KF

C

F

1

Increasing

Labor used in food production

Incre

asin

g

Ca

pita

l use

d in

foo

d p

rod

uctio

nIn

cre

asin

g

Ca

pita

l u

se

d in

clo

th p

rod

uctio

n

Increasing

Labor used in cloth production

Gambar 5

Lebar dari kotak menunjukkan jumlah total tenaga kerja dan tinggi dari kotak

menunjukkan jumlah total dari kapital. Alokasi faktor produksi yang digunakan dalam

produksi kedua barang dapat berada di salah satu titik di dalam kotak, misalnya titik 1

dalam gambar. Jumlah tenaga kerja yang dipergunakan dalam produksi pakaian adalah

OCLC dan jumlah kapital yang dipergunakan adalah OCKC. Sedangkan dalam produksi

makanan, jumlah tenaga kerja yang dipergunakan adalah OFKF dan jumlah kapital yang

dipergunakan adalah OFKF.

Dari gambar 4 dapat dilihat bahwa rasio kapital per tenaga kerja yang

dipergunakan dalam produksi pakaian adalah KC/LC dan dalam produksi makanan adalah

KF/LF. Slope garis OCC pada gambar 5 sama dengan rasio kapital per tenaga kerja yang

dipergunakan untuk produksi pakaian, demikian juga dengan slope garis OFF

menunjukkan rasio kapital per tenaga kerja yang dipergunakan untuk produksi makanan.

OFF lebih curam karena rasio kapital per tenaga kerja yang digunakan dalam produksi

makanan lebih besar dibanding dalam produksi pakaian. Alokasi sumber daya

ditunjukkan oleh titik perpotongan dari garis OCC dan OFF yaitu titik 1 di gambar 5.

Sehingga dengan harga barang dan penawaran faktor produksi tertentu dapat diketahui

alokasi sumber daya serta output yang dihasilkan suatu perekonomian.

Apabila terjadi perubahan penawaran salah satu faktor produksi, maka akan

terjadi perubahan alokasi sumber daya serta output yang dihasilkan. Hal ini dapat dilihat

pada gambar 6.

OF1

LF1

KC1

OC LC1

KF1

C

F1

1

Increasing

Labor used in food production

Incre

asin

g

Ca

pita

l use

d in

foo

d p

rod

uctio

nIn

cre

asin

g

Ca

pita

l u

se

d in

clo

th p

rod

uctio

n

Increasing

Labor used in cloth production

LF2

OF2

KC2

LC2

KF2

F2

2

Gambar 6

Misalkan dalam perekonomian terjadi peningkatan penawaran kapital, maka diagram

kotak akan semakin tinggi karena menunjukkan penambahan kapital. Input ke produksi

makanan tidak lagi dihitung dari OF1 tetapi dari OF

2 sehingga alokasi sumber daya

berubah dari titik 1 ke titik 2. Pada keseimbangan yang baru ini jumlah tenaga kerja dan

kapital yang dipakai untuk produksi makanan turun menjadi LC2 dan KC

2. Sehingga

peningkatan penawaran kapital, dengan asumsi variabel lain tidak berubah, akan

menyebabkan penurunan output barang yang labor intensive. Peningkatan sumber daya

kapital menyebabkan peningkatan input yang dapat dipergunakan untuk memproduksi

makanan, tetapi produksi makanan juga membutuhkan tambahan tenaga kerja secara

proporsional sesuai dengan penambahan kapital. Karena jumlah tenaga kerja tidak

berubah, hal ini berarti akan mengurangi input tenaga kerja untuk produksi pakaian.

Cara lain yang dapat digunakan untuk melihat hal ini adalah menggunakan kurva

kemungkinan produksi (production possibilities curve).

QF

QC

1

2

QC2

QC1

QF1

QF2

Slope = -PC/PF

TT1

TT2

Gambar 7

Kurva kemungkinan produksi yang pertama adalah TT1 dan setelah terjadi

peningkatan penawaran kapital menjadi TT2. Kurva kemungkinan produksi bergeser ke

ke kanan ke TT2 karena peningkatan jumlah kapital menyebabkan kemungkinan

produksi kedua barang menjadi lebih besar. Pergeseran kurva lebih jauh pada produksi

makanan karena makanan merupakan barang yang labor intensive. Karena harga relatif

tidak berubah, maka output perekonomian berubah dari titik 1 ke titik 2, sehingga output

pakaian menurun menjadi QC2 dan output makanan meningkat menjadi QF

2.

1.3.4. Factor Price Equalization Theorem

Tanpa adanya perdagangan, negara home yang memiliki banyak sumber daya

tenaga kerja, tenaga kerja akan memperoleh upah relatif lebih sedikit dibanding negara

foreign. Tanpa perdagangan, harga pakaian di negara home secara relatif lebih rendah

dibanding negara foreign dan perbedaan harga relatif ini berimplikasi pada perbedaan

harga relatif faktor produksi.

Ketika kedua negara melakukan perdagangan, harga relatif kedua barang akan

konvergen, hal ini juga akan mendorong konvergensi dari harga relatif kapital dan tenaga

kerja. Sehingga perdagangan akan menyamakan harga dari faktor produksi.

Saat terjadi perdagangan, kedua negara secara tidak langsung juga melakukan

perdagangan faktor produksi. Home memperdagangkan barang yang menggunakan lebih

banyak input tenaga kerja dengan barang yang lebih banyak menggunakan input kapital

dari negara foreign. Barang yang dijual oleh negara home membutuhkan tenaga kerja

lebih besar untuk memproduksinya dibanding barang yang dibelinya dari foreign.

Sehingga secara tidak langsung negara home mengekspor tenaga kerja. Demikian juga

dengan foreign, secara tidak langsung mengekspor kapital. Sehingga dengan demikian

akan mendorong kesamaan harga faktor produksi di kedua negara. Yang perlu dicatat

dari teorema ini adalah asumsi yang terdapat dalam model yaitu :

✓ Kedua negara memproduksi kedua barang

✓ Teknologi di kedua negara sama

✓ Perdagangan menyamakan harga barang di kedua negara

SOAL

1. Terdapat dua negara yaitu A dan B, masing masing memiliki dua faktor produksi

yaitu modal dan tenaga kerja dan masing-masing memproduksi dua jenis barang,

X dan Y. Diasumsikan tingkat teknologi di kedua negara sama. Barang X adalah

labor intensive dan negara A memiliki lebih banyak sumber daya modal (capital

abundant). Apa yang terjadi apabila terjadi perubahan stok modal di Negara A?

2. Asumsi seperti pada soal (1), jika harga barang Y meningkat, apa yang akan

terjadi:

a. Produksi barang X meningkat

b. Permintaan akan faktor produksi modal meningkat

c. Return dari faktor produksi modal meningkat

d. Return dari faktor produksi tenaga kerja meningkat

3. Menurut teori di atas produksi barang seperti apakah yang dapat menjadi

keunggulan komparatif Indonesia dalam konteks perdagangan internasional?

1.4. Restriksi Terhadap Perdagangan Internasional

Tujuan :

Memahami bentuk-bentuk restriksi yang sering diperlakukan dalam perdagangan

internasional. Restriksi yang akan dibahas berupa kebijakan tarif dan non-tarif.

1.3.5. Tarif

Kebijakan tarif merupakan bentuk kebijakan yang paling lama telah dipergunakan

di banyak negara dan digunakan sebagai salah satu sumber pendapatan bagi pemerintah.

Kebijakan tarif adalah pengenaan pajak atas impor suatu barang yang bertujuan untuk

melindungi suatu sektor tertentu. Terdapat dua jenis pengenaan tarif yaitu tarif khusus

dan tarif ad valorem. Tarif khusus (specific tariff) adalah mengenakan tarif dengan

jumlah tertentu terhadap satu unit barang, misalnya Rp 1000 per satu barel minyak. Tarif

ad valorem adalah pengenaan tarif yang besarnya adalah persentase dari nilai barang

yang diimpor, misalnya 25% per unit barang yang diimpor.

Penawaran, Permintaan, dan Perdagangan di Industri Tunggal

Jika diasumsikan terdapat dua negara, home dan foreign, yang sama-sama

memproduksi pakaian yang dapat dipertukarkan di kedua negara tanpa ada biaya. Di

setiap negara, pakaian merupakan industri yang bersaing secara sempurna sehingga

penawaran dan permintaan merupakan fungsi dari harga pasar.

Adanya perbedaan harga di kedua negara akan meningkatkan terjadinya

perdagangan antara kedua negara tersebut. Apabila tanpa perdagangan harga barang di

home relatif lebih tinggi, maka adanya perdagangan akan menyebabkan masuknya barang

dari foreign ke home sehingga penawaran di home meningkat dan mendorong harga di

home turun sehingga harga akan sama di kedua negara.

Untuk menentukan harga keseimbangan dunia dan jumlah barang yang

diperdagangkan, disini diperkenalkan kurva permintaan impor dari home dan kurva

penawaran ekspor dari foreign yang diturunkan dari kurva penawaran dan permintaan

domestik. Permintaan impor dari home adalah perbedaan antara permintaan dan

penawaran barang di negara home. Penawaran ekspor dari foreign adalah perbedaan

antara penawaran dan permintaan barang di foreign.

S

D

S1

S2

D2

D1

PA

P2

P1

Price, P

Quantity, Q

A

2

1

MD

D2-S

2D

1-S

1Quantity, Q

Price, P

Gambar 8

Pada harga P1, di negara home permintaan adalah D1 dan penawarannya S1,

sehingga permintaan impornya sebesar D1-S1. Jika harga dinaikkan menjadi P2, di negara

home permintaan hanya sebesar D2 dan penawarannya meningkat menjadi S2, sehingga

permintaan impornya menurun menjadi sebesar D2-S2. Kurva permintaan impor MD

menurun karena ketika harga naik, jumlah barang yang diimpor akan turun.

S*

D*

S*1

S*2D*

2D*

1

P*A

P2

P1

Price, P

Quantity,

Q

XS

S*2-D*

2 S*1-D*

1Quantity, Q

Price, P

Gambar 9

Pada harga P1, di negara foreign permintaan adalah D*1 dan penawarannya S*1,

sehingga penawaran ekspornya sebesar S*1-D*1. Jika harga dinaikkan menjadi P2, di

negara foreign permintaan adalah D*2 dan penawarannya S*2, sehingga penawaran

ekspornya sebesar S*2-D*2. Kurva penawaran ekspor XS dari negara foreign mempunyai

slope positif karena ketika harga naik, jumlah barang yang diekspor akan meningkat.

Dampak dari Pengenaan Tarif

Pengenaan tarif terhadap barang impor menyebabkan peningkatan biaya dalam

melakukan impor. Dampak pengenaan tarif dapat dilihat dari gambar 10.

S

D

PT

PW

Price, P

Quantity, Q

S*

D*

PT*

Price, P

Quantity,Q

A

2

1

MD

XS

Price, P

Quantity, Q

3

t

Gambar 10

Gambar di atas menunjukkan dampak pengenaan tarif sebesar t per unit barang

yang diimpor. Tanpa pengenaan tarif, harga keseimbangan di kedua negara akan sama

yaitu sebesar PW. Ketika pemerintah home mengenakan tarif sebesar t, perusahaan

pengimpor tidak tertarik untuk memindahkan barang dari foreign ke home, sehingga akan

terjadi kelebihan permintaan di home dan kelebihan penawaran di foreign. Sehingga

harga di home akan meningkat dan harga di foreign akan turun sehingga perbedaan harga

di kedua negara akan sebesar t.

Tarif meningkatkan harga di home menjadi PT dan menurunkan harga di foreign

menjadi PT* = PT – t. Peningkatan harga di home dari PW ke PT lebih kecil dibandingkan

besarnya tarif karena sebagian dari tarif dicerminkan pada penurunan harga ekspor dari

foreign. Jika kebijakan tarif dilakukan oleh sebuah negara yang relatif kecil (small

country), tarif hanya sedikit mempengaruhi permintaan impor sehingga dalam kasus ini,

peningkatan tarif meningkatkan harga barang impor menjadi PW + t dan menurunkan

permintaan impor. Sehingga pengenaan tarif menyebabkan penurunan impor dari negara

yang mengenakan tarif.

Surplus Konsumen dan Surplus Produsen

Surplus konsumen adalah keuntungan yang diperoleh konsumen karena dia

membayar harga barang yang lebih rendah dibanding harga yang mau dia bayar.

Misalnya jika konsumen mau membayar satu unit barang sebesar $8 sementara harga

barang tersebut hanya $3, sehingga surplus konsumen adalah $5.

Surplus konsumen dapat diturunkan dari kurva permintaan, yaitu daerah di bawah

kurva permintaan dan di atas harga. Jika harga adalah P1, jumlah barang yang diminta

adalah Q1, dan surplus konsumen adalah wilayah a pada gambar di bawah. Jika harga

turun menjadi P2, jumlah permintaan akan naik menjadi Q2, dan surplus konsumen

meningkat menjadi a ditambah b pada gambar.

a

b

Price, P

Quantity, Q

D

Q1

Q2

P1

P2

Gambar 11

Surplus produsen merupakan konsep yang hampir sama. Misalnya produsen mau

menjual barang dengan harga $2 tetapi menerima harga sebesar $5, maka produsen

memperoleh keuntungan atau surplus produsen sebesar $3. Prosedur yang sama untuk

menurunkan surplus konsumen dari kurva permintaan dapat juga dilakukan untuk

menurunkan surplus produsen dari kurva penawaran. Surplus produsen merupakan

wilayah di bawah harga pasar tetapi di atas kurva penawaran. Dari gambar, jika harga

adalah P1, jumlah barang yang ditawarkan adalah sebesar Q1, dan surplus produsen

adalah wilayah c pada gambar. Jika harga naik menjadi P2, jumlah barang yang

ditawarkan adalah Q2, dan surplus produsen meningkat menjadi sebesar wilayah c

ditambah dengan wilayah d.

Price, P

Quantity, Q

S

Q1 Q

2

P1

P2

c

d

Gambar 12

Dengan menggunakan alat surplus konsumen dan surplus produsen kita dapat

mengukur biaya dan manfaat dari kebijakan pengenaan tarif terhadap barang impor.

Gambar 13 dapat mengilustrasikan biaya dan manfaat pengenaan tarif pada negara

pengimpor.

Quantity, Q

Price, P

S

D

PT

PW

S1

S2

D2

D1

ab

cd

Gambar 13

Keseimbangan sebelum tarif adalah pada harga PW, besarnya impor adalah

kelebihan permintaan di dalam negeri yaitu D1-S1. Pengenaan tarif terhadap barang

impor menyebabkan harga di dalam negeri meningkat menjadi PT. Produksi domestik

meningkat menjadi S2 dan konsumsi domestik menurun menjadi D2.

Bagi produsen domestik, mereka menerima harga barang yang lebih tinggi

sehingga surplus produsen meningkat sebesar wilayah a pada gambar. Sehingga

produsen dalam negeri diuntungkan dengan adanya tarif.

Bagi konsumen domestik, mereke menerima harga yang lebih tinggi sehingga

surplus konsumen mengalami penurunan yaitu sebesar wilayah dcba +++ pada

gambar. Sehingga konsumen dirugikan dengan adanya tarif.

Terdapat pemain ketiga dalam hal ini yaitu pemerintah. Pemerintah memperoleh

keuntungan dari penerimaan tarif atas impor barang. Pendapatan tarif adalah besarnya

tarif dikalikan jumlah volume impor. Dalam hal ini, volume impor setelah tarif adalah

D2-S2, sementara besarnya tarif adalah PT-PW, sehingga pendapatan pemerintah dari tarif

adalah wilayah c pada gambar.

Dari uraian di atas dapat dikatakan secara singkat bahwa biaya dari pengenaan

tarif adalah

Consumer loss – producer gain – government revenue

Atau dengan menggunakan gambar di atas, biaya pengenaan tarif adalah

( ) dbcadcba +=−−+++

Sehingga terdapat dua segitiga dalam gambar yang menunjukkan kerugian bagi negara

dan sebuah segiempat yang mengukur offsetting gain. Interpretasi dari kedua segitiga

tersebut adalah menunjukkan kerugian efisiensi (efficiency loss) karena tarif mendistorsi

insentif untuk berproduksi dan berkonsumsi.

1.3.6. Restriksi Non-tarif

Terdapat hambatan perdagangan lain selain tarif, misalnya kuota impor, voluntary

export restraint, peraturan teknis dan administrasi, dan subsidi ekspor. Pada saat ini

terdapat kecenderungan untuk semakin mengurangi hambatan tarif menuju perdagangan

bebas, tetapi di sisi lain terdapat peningkatan hambatan perdagangan non-tarif.

Kuota Impor

Kuota merupakan pembatasan kuantitatif secara langsung terhadap jumlah impor

yang diperkenankan untuk dilakukan ke suatu negara. Kuota impor dapat dipergunakan

untuk melindungi industri dalam negeri. Dampak dari kuota impor ini dapat

diilustrasikan dari gambar.

Price, P

Quantity,

Q

D

S

P1

P2

S1S2 D1 D2

k

ab

cd

Gambar 14

Harga keseimbangan pada saat perdagangan bebas adalah P1, permintaan

konsumsi adalah D1, dimana S1 diproduksi di dalam negeri dan sisanya dipenuhi dari

impor. Misalkan pemerintah kemudian melakukan kebijakan kuota impor sebesar k,

artinya batas maksimal barang yang bisa diimpor adalah sebesar k. Adanya kuota impor

ini menyebabkan harga meningkat menjadi P2. Pada harga P2 ini, jumlah permintaan

adalah D2 dan penawaran adalah S2, dan impor sebesar k sesuai dengan kuota. Dengan

adanya kuota impor, surplus konsumen berkurang sebesar cba ++ . Surplus produsen

meningkat sebesar wilayah d. Dengan demikian, kuota impor memiliki dampak yang

sama dengan pengenaan tarif impor sebesar P2-P1.

Perbandingan Antara Kuota Impor dan Tarif Impor

Shift dari DX ke DX1 menunjukkan perbedaan antara kuota impor dan tarif impor.

Yaitu bahwa dengan kuota impor, peningkatan permintaan akan menyebabkan

peningkatan harga domestik dan produksi domestik yang lebih besar dibanding pada

kebijakan tarif impor. Pada kebijakan tarif impor, harga dan produksi domestik tidak

berubah, tetapi akan menyebabkan tingkat konsumsi yang lebih tinggi dan peningkatan

impor. Sehingga ketika terjadi shift pada permintaan, penyesuaian akan terjadi di harga

domestik pada kebijakan kuota impor, sementara pada kebijakan tarif, penyesuaian

terjadi pada jumlah impor.

Perbedaan yang kedua adalah dalam kebijakan kuota impor terdapat distribusi

dari lisensi impor. Apabila pemerintah tidak melelang lisensi tersebut dalam pasar

persaingan sempurna, maka perusahaan yang memperoleh lisensi akan menerima laba

monopoli

Yang terakhir, kuota membatasi impor secara pasti sementara efek perdagangan

dari tarif impor tidak pasti. Alasannya adalah bahwa elastisitas dari kurva permintaan

dan penawaran seringkali tidak diketahui sehingga membuat sulit untuk mengestimasi

tarif impor yang dibutuhkan untuk membatasi impor pada tingkat tertentu.

Pembatasan Ekspor (Export Restraint)

Yang dimaksud dengan pembatasan ekspor adalah dimana negara pengimpor

meminta negara lain untuk mengurangi ekspor komoditas mereka secara ”sukarela”.

Pembatasan ini dilakukan apabila ekspor tersebut dapat mengancam industri domestik.

Kebijakan ini telah dilakukan sejak tahun 1950-an oleh negara Amerika Serikat, Uni

Eropa, dan negara industri lain untuk membatasi ekspor tekstil, baja, produk elektronik,

dan komoditi lain dari negara Jepang, Korea, dan negara lain. Hal ini karena industri-

industri tersebut mengalami penurunan tenaga kerja dalam jumlah yang sangat besar

sejak tahun 1980-an.

Peraturan Teknis, Administrasi, dan Lain-lain

Yang termasuk dalam kebijakan ini antara lain adalah peraturan tingkat keamanan

dari produk automobil dan alat elektronik, peraturan keamanan kesehatan dari produk

makanan dan minuman impor, dan persyaratan penulisan label pada produk untuk

mengetahui bahan-bahan yang terkandung di dalamnya. Walaupun peraturan-peraturan

terrsebut terlihat memiliki tujuan yang terlegitimasi, namun pada dasarnya kebijakan

tersebut adalah untuk membatasi impor.

Subsidi Ekspor

Subsidi ekspor merupakan pembayaran langsung atau pembebasan pajak bagi

eksporter domestik atau eksportir yang potensial, dan/atau pemberian pinjaman dengan

suku bunga rendah kepada pembeli dari luar negeri agar ekspor domestik dapat

meningkat. Subsidi ekspor ini dapat dianggap sebagai salah satu bentuk dari dumping.

Subsidi ekspor dapat dianalisa dengan menggunakan gambar di bawah. Pada

gambar, S dan D mencerminkan kurva permintaan dan penawaran domestik. PW

merupakan harga dunia, pada saat ini produksi domestik adalah sebesar S1 dan konsumsi

domestik adalah D1 sehingga ekspor adalah sebesar S1 - D1. Jika pemerintah kemudian

memberikan subsidi sebesar PS - PW pada setiap unit barang yang diekspor maka harga

meningkat menjadi PS. Pada harga yang lebih tinggi ini, produksi domestik meningkat

menjadi S2 dan konsumsi domestik menurun menjadi D2, sehingga ekspor akan

meningkat menjadi S2 – D1. Peningkatan harga ini akan memberikan keuntungan bagi

produsen, tetapi merugikan konsumen domestik.

Surplus konsumen berkurang sebesar wilayah ba + , surplus produsen meningkat

sebesar cba ++ , dan subsidi yang diberikan pemerintah adalah sebesar dcb ++ .

Sehingga biaya yang ditanggung oleh perekonomian di Negara domestic adalah sebesar

( ) ( ) ( ) dbdcbcbaba +=+++++−+

Dapat dilihat bahwa keuntungan yang diperoleh oleh produsen masih lebih kecil

dibandingkan kerugian dari konsumen ditambah dengan biaya subsidi dari pemerintah.

Namun demikian, kenapa pemerintah tetap melakukan subsidi? Jawabannya adalah

bahwa produsen domestik mungkin berhasil dalam melobi pemerintah untuk memberikan

subsidi atau pemerintah ingin mempromosikan industri komoditi tersebut.

Price, P

Quantity, Q

D

S

PW

PSa b c d

D1 S2S1D2

Gambar 15

SOAL

1. Apa yang dimaksud dengan kuota impor? Bagaimana pengaruh dari kebijakan

kuota impor terhadap produksi dan harga di dalam negeri?

2. Di bawah ini adalah dampak akibat pengenaan kebijakan tarif impor, kecuali

a. Surplus konsumen berkurang

b. Manfaat total yang diterima perekonomian meningkat

c. Produksi dalam negeri meningkat

d. Impor menurun

3. Menurut anda sektor apa saja yang sebaiknya memperoleh proteksi dari

pemerintah Indonesia dan apa alasannya?

1.5. Isu-isu Kontemporer dalam Kebijakan Perdagangan Internasional

Tujuan :

Mengetahui dan memahami beberapa isu penting yang sering muncul dalam kebijakan

perdagangan internasional.

1.5.1. Dumping

Dumping adalah menjual barang ke luar negeri dengan harga yang relatif lebih

murah dibanding harga barang tersebut di dalam negeri. Terdapat tiga jenis dumping,

yaitu:

a. Persistent dumping, atau diskriminasi harga secara internasional, merupakan

kecenderungan dari monopolis domestik untuk memaksimalkan laba dengan

menjual barang pada harga lebih tinggi di pasar domestik dan harga lebih rendah

di pasar internasional.

b. Predatory dumping merupakan penjualan sementara dari suatu komoditi pada

harga lebih rendah di luar negeri supaya produsen luar negeri lain keluar dari

bisnis tersebut, setelah itu dia meningkatkan harga dan mengambil keuntungan

sebagai monopolis.

c. Sporadic dumping adalah penjualan penjualan barang pada harga lebih rendah di

luar negeri yang kadang-kadang dilakukan untuk mengurangi surplus barang

yang tidak terduga tanpa harus menurunkan harga domestiknya.

Persistent dumping atau diskriminasi harga internasional dapat diilustrasikan dari

gambar 16. Pada gambar, penjumlahan horisontal dari kurva pendapatan marjinal di

pasar domestik (MRd) dan pendapatan marjinal di pasar luar negeri (MRf) adalah MR .

Titik E dimana MC berpotongan dengan MR menunjukkan bahwa monopolis domestik

harus menjual sebanyak OC untuk memaksimalkan labanya. Distribusi penjualan antara

pasar domestik dan pasar luar negeri adalah ketika garis horisontal dari titik E memotong

MRd dan MRf. Sehingga ia harus menjual sebanyak OA di pasar domestik dengan harga

Pd dan sebanyak OB di pasar luar negeri dengan harga Pf. Harga lebih tinggi di pasar

domestik daripada di pasar luar negeri dimana monopolis domestik menghadapi

persaingan dengan produsen di luar negeri. Pf lebih rendah dibanding Pd karena kurva

permintaan di pasar luar negeri lebih elastis dibanding pasar domestik karena

ketersediaan barang substitusi di pasar internasional.

Domestic market Foreign market Total marketP

Q

P

P

Q Q

DdMRd

Df

MRfΣMR

MC

E

000 A B C

Pd

Pf

Gambar 16

Batasan perdagangan untuk menghilangkan adanya predatory dumping

diperbolehkan dilakukan untuk melindungi industri domestik dari persaingan tidak sehat

dari luar negeri. Batasan yang sering dilakukan adalah kebijakan anti dumping dengan

mengenakan kewajiban atas barang tersebut sebesar perbedaan harga. Namun, tidak

mudah untuk menentukan jenis dumping yang dilakukan negara lain. Dengan melakukan

kebijakan anti dumping, dampaknya adalah pengurangan impor (karena harga impor

menjadi lebih mahal) dan peningkatan produksi luar negeri. Dalam beberapa kasus

persistent dumping dan sporadic dumping, manfaat yang diperoleh konsumen akibat

harga yang murah bisa jadi lebih besar dibanding kerugian akibat berkurangnya produksi

dari produsen domestik.

1.5.2. Regional Free Trade Area

Free trade area merupakan salah satu bentuk dari integrasi ekonomi dimana

semua hambatan perdagangan antar negara dalam satu wilayah ditiadakan tetapi masing-

masing negara tetap melakukan kebijakan proteksi perdagangan dengan negara lain yang

bukan anggota, dimana kebijakan yang dilakukan oleh setiap negara dapat saja berbeda.

Free Trade Area (FTA) berbeda dengan custom union. Yang membedakan FTA dengan

custom union adalah dalam custom union, setiap negara anggota melakukan kebijakan

perdagangan yang terharmonisasi. Contoh dari free trade area adalah European Free

Trade Association (EFTA) yang dibentuk pada tahun 1960 oleh Inggris, Austria,

Norwegia, Portugal, Swedia, dan Swiss, yang kemudian Finlandia bergabung pada tahun

1961. Contoh yang lain adalah North American Free Trade Area (NAFTA) yang

dibentuk pada tahun 1993 oleh Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko.

Manfaat dari Free Trade Area

• Trade Creation

Trade creation terjadi ketika beberapa produksi domestik dari salah satu negara

anggota digantikan dengan impor dari negara anggota lain yang memiliki biaya lebih

rendah. Misal diasumsikan bahwa sebelum dan sesudah dibentuk free trade area semua

sumber daya yang dimiliki suatu negara dipergunakan secara optimal, maka trade

creation akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat karena mendorong peningkatan

spesialisasi dalam produksi sesuai dengan keunggulan komparatif yang dimiliki oleh

masing-masing negara. Selain itu, trade creation juga meningkatkan kesejahteraan dari

negara lain yang bukan anggota, karena peningkatan pendapatan dari anggota free trade

akan meningkatkan permintaan impor dari negara lain yang bukan anggota.

P1

P2

P

Q

S

D

G H IF

E

S1+T

S1

r s t u

Gambar 17

Dampak dari trade creation dapat dilihat dari gambar 17. Dx dan Sx adalah

kurva permintaan dan penawaran dari negara 2. Misal diasumsikan terdapat tiga negara

yaitu negara 1, 2, dan 3 (rest of the world), negara 2 diasumsikan relatif kecil sehingga

tidak dapat mempengaruhi harga dunia. Harga barang di negara 1 adalah P2, jika negara

2 sebelumnya diasumsikan mengenakan tarif ad valorem terhadap barang impor dari

negara 1, maka harga barang impor dari negara 1 menjadi P1. Konsumsi dari negara 2

adalah H dan produksinya adalah G, dan impor dari negara 1 adalah sebesar H – G. S1

adalah kurva penawaran yang elastis dari negara 1. Negara 2 memperoleh penerimaan

dari tarif sebesar wilayah t pada gambar.

Jika negara 2 membentuk kerjasama free trade dengan negara 1 dengan

menghilangkan tarif impor dari negara 1. Akibatnya harga akan turun menjadi P2, dan

impor dari negara 1 akan meningkat menjadi I-F, dan produksi domestik adalah sebesar F.

Dalam kasus ini negara 2 tidak memperoleh pendapatan dari tarif. Konsumen

memperoleh keuntungan dari peningkatan surplus konsumen sebesar wilayah

utsr +++ . Di sisi lain produsen domestik justru mengalami kerugian dengan

kehilangan surplus produsen sebesar r dan pemerintah juga kehilangan penerimaan tarif

sebesar daerah t. Sehingga keuntungan netto yang diperoleh negara 2 adalah segitiga s

dan u pada gambar.

Segitiga s menunjukkan keuntungan yang dihasilkan akibat pemindahan produksi

barang dari produsen yang kurang efisien di negara 2 ke produsen yang lebih efisien di

negara 1. Sementara segitiga u menunjukkan manfaat dari free trade akibat peningkatan

konsumsi di negara 2.

• Administration saving

Adanya free trade akan mengurangi biaya administrasi pengenaan tarif, cukai dan

lainnya untuk perdagangan dengan negara anggota.

• Dynamic benefit

Selain manfaat di atas, adanya free trade akan meningkatkan persaingan skala

ekonomi, dan menstimulasi investasi, serta mendorong penggunaan sumber daya

ekonomi secara lebih efisien.

Tanpa adanya free trade, produsen domestik akan lebih lambat dalam

pertumbuhannya karena ”bersembunyi” di balik proteksi pemerintah. Tetapi dengan

adanya free trade area sehingga hambatan perdagangan antar negara anggota dihilangkan,

produsen di setiap negara anggota harus dapat berproduksi secara lebih efisien agar dapat

bersaing dengan produsen dari negara anggota yang lain.

Manfaat yang kedua adalah adalah skala ekonomi yang dihasilkan dari pasar yang

lebih besar. Dengan masuk menjadi anggota free trade area, perusahaan dapat

meningkatkan produksinya bukan hanya untuk memenuhi permintaan di pasar domestik

saja tetapi juga untuk memenuhi permintaan pasar yang lebih besar yaitu ke negara-

negara anggota free trade area. Hal ini dimungkinkan karena dengan free trade,

berbagai hambatan perdagangan untuk memasukkan barang ke negara anggota menjadi

tidak ada sehinga biaya ekspor menjadi lebih murah.

Manfaat ketiga adalah free trade dapat menstimulasi investasi untuk mengambil

manfaat dari pasar yang lebih luas dan menghadapi persaingan yang lebih kompetitif.

Manfaat yang terakhir dari free trade adalah mendorong semakin tingginya

mobilitas faktor produksi dan juga barang antar negara anggota. Sehingga kemudahan

hal tersebut akan menyebabkan penggunaan faktor produksi secara lebih efisien.

SOAL

1. Salah satu manfaat yang dapat diperoleh dari free trade area adalah dapat

menstimulasi investasi ke Negara-negara anggotanya, bagaimana hal ini dapat

terjadi? Jelaskan!

2. Suatu negara sebelum menggabungkan diri ke dalam free trade area

mengenakan kebijakan tarif sebesar 10%. Kemudian negara tersebut

memutuskan untuk bergabung dalam free trade area, berikut ini adalah beberapa

hal yang terjadi pada perekonomian domestiknya, kecuali

a. Harga barang menjadi lebih murah

b. Konsumsi domestik meningkat

c. Volume impor meningkat

d. Surplus produsen meningkat

3. Negara pengimpor produk nonmigas (yang di dalamnya terdapat produk

pertanian) Indonesia sebagian besar bukan negara ASEAN. Pengimpor utama

produk nonmigas Indonesia adalah Amerika Serikat (AS) dan Jepang, masing-

masing sekitar 20 persen atau seperlima dari total ekspor, sedangkan daya serap

negara-negara ASEAN untuk komoditas nonmigas Indonesia sangat kecil,

sekitar 20 persen. Berdasar data tersebut, bagaimana dampak AFTA (ASEAN

Free Trade Area) terhadap perekonomian Indonesia?

Sumber :

Modul Ekonomi Perdagangan Internasional Laboratorium Ilmu Ekonomi DIE, 2007.

Pyndick, Robert and Rubinfield Daniel. Microeconomics . Prentice Hall; 7 edition (March 14, 2009)

Salvatore Dominick. Ekonomi Perdagangan Internasional. 1996.