Modul 6 Rancangan Peledakan Terowongan

download Modul 6 Rancangan Peledakan Terowongan

of 20

description

pertambangann

Transcript of Modul 6 Rancangan Peledakan Terowongan

  • 6-1 Teknik Peledakan

    Jurusan T. Pertambangan-ITM

    MODUL 6

    DESAIN PELEDAKAN BAWAH TANAH

    Tujuan peledakan bawah tanah antara lain :

    1. Meledakkan batuan dengan tujuan menghasilkan ruangan untuk gudang, jalan,

    saluran, terowongan pipa dan sebagainya.

    2. Meledakkan batuan dengan tujuan mengambil material : operasi penambangan.

    Dasar-Dasar Peledakan Bawah Tanah

    Perbedaan utama peledakan bawah tanah dengan peledakan dipermukaan tanah

    adalah :

    1. Peledakan bawah tanah dilakukan ke arah satu bidang bebas (free face),

    sedangkan peledakan dipermukaan dilakukan ke arah dua atau lebih bidang

    bebas.

    2. Tempat peledakan atau ruangan bawah tanah lebih terbatas.

    Peledakan dalam terowongan dapat dilakukan dengan cara :

    - Full face excavation, seluruh bagian dari terowongan diledakkan dengan satu

    tahap (gambar 1).

    - Split section excavation

    Top heading/jenjang dengan arah lubang horizontal (Gambar 2)

    Top heading/jenjang dengan arah lubang vertikal (Gambar 3)

    Gambar 1 Full face excavation

  • 6-2 Teknik Peledakan

    Jurusan T. Pertambangan-ITM

    Gambar 2 Top heading atau jenjang dengan arah lubang horizontal

    Gambar 3 Top heading atau jenjang dengan arah lubang vertikal

    Dalam pembuatan terowongan, bidang bebas kedua diperoleh dengan membuat cut

    pada permukaan terowongan. Macam-macam cut yang digunakan untuk membuat

    terowongan adalah : paralel hole cut, V-cut, fan-cut, dan sebagainya.

    Setelah cut terbentuk maka stopping ke arah cut dimulai. Lubang kontur (contour

    holes) yang terdiri atas : lubang atap (roof holes), lubang dinding (wall holes) dan

    lubang lantai (floors holes) dibuat agak diserongkan keluar dari kontur (disebut look

    out), sehingga terowongan yang dihasilkan mempunyai bentuk seperti yang

    direncanakan. Sebagai petunjuk look out tidak boleh melebihi harga

    = (10 cm + 3 cm/m x kedalaman lubang tembak), kira-kira berkisar 20 cm (lihat

    gambar 4 dan 5).

  • 6-3 Teknik Peledakan

    Jurusan T. Pertambangan-ITM

    Gambar 4 Jenis-jenis lubang ledak untuk peledakan terowongan

    Gambar 5 Look out

    Cut yang biasa dipergunakan dalam pembuatan terowongan adalah circular cut atau

    large hole cut atau parallel hole cut untuk pemboran horizontal tegak lurus pada

    permukaan batuan. Parallel hole cut ini merupakan pengembangan dari burn cut

    (lihat gambar 6). Cut dapat diledakkan disembarang tempat pada muka terowongan,

    tetapi harus diperhatikan bahwa letak cut mempengaruhi : lemparan, konsumsi

    bahan peledak, dan jumlah lubang ledak dalam round.

  • 6-4 Teknik Peledakan

    Jurusan T. Pertambangan-ITM

    Gambar 6 Burn cut

    Gambar 7 Letak cut pada muka terowongan

    Large hole cut

    Cut yang umum dipakai pada saat ini adalah large hole cut; terdiri dari satu atau

    lebih lubang kosong yang berdiameter kecil yang berisi muatan bahan peledak.

    Burden antara lubang-lubang ini dengan lubang kosong adalah kecil. Selanjutnya

    lubang-lubang ledak diatur dalam segi empat yang mengelilingi bukaan (gambar 8

    dan 9).

    Gambar 8 Bentuk dasar rancangan large hole cut

  • 6-5 Teknik Peledakan

    Jurusan T. Pertambangan-ITM

    Gambar 9 Susunan lengkap lubang bor pada cut

    Jumlah segi empat dalam cut dibatasi oleh ketentuan bahwa burden dalam segiempat

    terakhir tidak melebihi burden dari lubang stoping.

    Dalam merencanakan suatu cut, parameter-parameter penting yang harus

    diperhatikan adalah :

    - diameter lubang besar (kosong)

    - burden

    - charge concentration.

    Disamping itu ketepatan pemboran adalah faktor yang sangat penting, terutama

    untuk lubang-lubang ledak paling dekat dengan lubang kosong (gambar 10).

    Parameter yang berpengaruh agar kemajuan (advance) peledakan round berhasil

    dengan baik adalah diameter dari lubang kosong. Makin besar diameter lubang

    kosong makin dalam round dapat dibor dan makin besar pola kemajuan yang

    mungkin diperoleh. Salah satu penyebab paling umum dari kemajuan yang kecil

    adalah diameter lubang kosong yang terlalu kecil dalam hubungannya dengan

    kedalaman lubang ledak.

  • 6-6 Teknik Peledakan

    Jurusan T. Pertambangan-ITM

    Gambar 10 Hasil peledakan sebagai fungsi dari letak dan diameter lubang ledak dan

    lubang kosong

    Bila digunakan beberapa lubang kosong, maka harus dihitung dahulu diameter

    lubang samaran (fiction diameter), dengan menggunakan formula sebagai berikut :

    D = d n

    dimana :

    D = diamater lubang samaran

    d = diamater lubang kosong

    n = jumlah lubang

    Gambar 11 Kemajuan per round sebagai fungsi kedalaman lubang ledak untuk

    berbagai diameter lubang kosong

  • 6-7 Teknik Peledakan

    Jurusan T. Pertambangan-ITM

    1. Perhitungan

    Dari gambar 10 terlihat bahwa agar peledakan berhasil dengan baik (cleaned blast),

    maka jarak antara lubang ledak dengan lubang kosong tidak boleh melebihi dari

    1,5 lubang kosong. Bila jaraknya lebih besar hanya akan menimbulkan kerusakan

    (breakage) dan jika jaraknya terlalu dekat, ada kemungkinan lubang ledak bertemu

    dengan lubang kosong.

    Jadi posisi lubang ledak adalah :

    a = 1,5

    dimana :

    a = jarak antara lubang besar dengan lubang ledak (diukur dari pusat lingkaran)

    = diameter lubang kosong

    Jika beberapa lubang kosong yang dipergunakan maka :

    a = 1,5.D

    dimana :

    D = diamater lubang samaran

    2. Pemuatan lubang ledak dalam bujursangkar pertama

    Pemuatan harus dilakukan dengan hati-hati. Jika muatan bahan peledak (charge

    concentration) dalam lubang tembak terlalu sedikit kemungkinan tidak akan

    memecah/membongkar batuan, sedangkan bila terlalu banyak akan mengakibatkan

    tidak terjadinya blow out melalui melalui lubang kosong dan menyebabkan

    pemadatan kembali batuan yang telah dipecahkan. Akibatnya kemajuan yang besar

    tidak akan dicapai.

    Kebutuhan muatan bahan peledak untuk bermacam-macam jarak C-C (pusat ke

    pusat) antara lubang kosong dan lubang ledak terdekat dapat dihitung menggunakan

    grafik pada gambar 12.

  • 6-8 Teknik Peledakan

    Jurusan T. Pertambangan-ITM

    Gambar 12 Jumlah muatan sebagai fungsi jarak pusat ke pusat lubang untuk

    berbagai diameter lubang bor

    3. Perhitungan bujursangkar selanjutnya

    Cara perhitungan bujursangkar dalam cut yanag tersisa adalah sama dengan

    bujursangkar pertama. Perbedaannya adalah peledakan ke arah bukaan segiempat

    sebagai ganti bukaan sirkular. Sudut ledakan (angle of break) sebaiknya jangan

    terlalu kecil. Dalam perhitungan burden (B) sama dengan lebar (W) dari bukaan :

    B = W

    Muatan bahan peledak minimum dan burden maksimum untuk bermacam-macam

    lebar bukaan dapat diperkirakan dengan menggunakan gambar 13. Muatan bahan

    peledak ini adalah muatan untuk semua kolom lubang tembak. Apabila diperlukan

    peledakan pada bagian dasar yang susah diledakkan (constricted bottom) harus

    digunakan muatan dasar yang besarnya dua kali charge concentration (lc) dan

    tingginya 1,5 B.

  • 6-9 Teknik Peledakan

    Jurusan T. Pertambangan-ITM

    Gambar 13 Jumlah muatan sebagai fungsi dari burden maksimum untuk berbagai

    lebar bukaan yang ada

    4. Stemming cut

    Panjang kolom lubang bor yang tidak diisi bahan peledak diperlihatkan oleh

    persamaan berikut :

    h0 = 0,5 B

    5. Merencanakan cut

    Bujursangkar I

    a = 1,5

    W = a 2

    (mm) 76 89 102 127 154

    a (mm)

    W1 (mm)

    110

    150

    130

    180

    150

    210

    190

    270

    230

    320

  • 6-10 Teknik Peledakan

    Jurusan T. Pertambangan-ITM

    Bujursangkar II

    B1 = W1

    C-C = 1,5 W1

    W2 = 1,5 W1 2

    (mm) 76 89 102 127 154

    W1 (mm)

    C C W2 (mm)

    150

    225

    320

    180

    270

    380

    210

    310

    440

    270

    400

    560

    320

    480

    670

    Bujursangkar III

    B2 = W2

    C-C = 1,5 W2

    W3 = 1,5 W2 2

    (mm) 76 89 102 127 154

    W2 (mm)

    C C W3 (mm)

    320

    480

    670

    380

    570

    800

    440

    660

    930

    560

    840

    1180

    670

    1000

    1400

    Bujursangkar IV

    B3 = W3

    C-C = 1,5 W3

    W4 = 1,5 W3 2

    (mm) 76 89 102 127

    W3 (mm)

    C C W4 (mm)

    670

    1000

    1400

    800

    1200

    1700

    930

    1400

    1980

    1180

    1750

    2400

  • 6-11 Teknik Peledakan

    Jurusan T. Pertambangan-ITM

    Gambar 14 Geometri bujursangkar I IV pada suatu cut

    5. Stoping

    Suatu round dibagi menjadi :

    1. lubang lantai (floor holes)

    2. lubang dinding (wall holes)

    3. lubang atap (roof holes)

    4. lubang stoping arah pemecahan ke atas dan horizontal

    5. lubang stoping arah pemecahan ke bawah.

    Untuk menghitung burden (B) dan muatan untuk bermacam-macam bagian dari

    round dapat dipakai grafik pada gambar 15.

  • 6-12 Teknik Peledakan

    Jurusan T. Pertambangan-ITM

    Gambar 15 Burden sebagai fungsi dari konsentrasi muatan untuk berbagai diameter

    lubang dan jenis bahan peledak

    Apabila burden, kedalaman lubang ledak (H) dan konsentrasi muatan dasar (lb) telah

    diketahui, untuk menentukan geometri pemboran dan peledakan dari round

    menggunakan tabel 1.

    Tabe 1 Geometri pemboran dan peledakan dari round

    Part of the

    round

    Burden

    (m)

    Spacing

    (m)

    Height

    bottom

    charge (m)

    Charge concentration Stemming

    (m) Bottom

    (kg/m)

    Column

    (kg/m)

    Floor

    Wall

    Roof

    Stoping :

    Upwards

    Horizontal

    Downwards

    1 x B

    0,9 x B

    0,9 x B

    1 x B

    1 x B

    1 x B

    1,1 x B

    1,1 x B

    1,1 x B

    1,1 x B

    1,1 x B

    1,2 x B

    1/3 x H

    1/6 x H

    1/6 x H

    1/3 x H

    1/3 x H

    1/3 x H

    lb lb lb

    lb lb lb

    1,0 x lb 0,4 x lb 0,3 x lb

    0,5 x lb 0,5 x lb 0,5 x lb

    0,2 x B

    0,5 x B

    0,5 x B

    0,5 x lb 0,5 x lb 0,5 x lb

  • 6-13 Teknik Peledakan

    Jurusan T. Pertambangan-ITM

    6. Kontur

    Kontur dari terowongan dibagi menjadi : lubang lantai, lubang dinding dan lubang

    atap. Burden dan spacing untuk lubang lantai sama seperti lubang stoping. Lubang

    lantai diisi muatan lebih kuat dari pada lubang stoping untuk mengimbangi gaya

    gravitasi dan berat massa batuan yang terisi dari round.

    Untuk lubang dinding dan lubang atap ada dua cara peledakan yang dipakai yaitu

    normal profile blasting dan smooth blasting. Perhitungan normal profile blasting

    memakai tabel V di atas.

    7. Pola penembakan (firing pattern)

    Pola penembakan harus direncanakan sedemikian rupa sehingga setiap lubang ledak

    mempunyai free breakage. Angle of breakage paling kecil dalam daerah cut sekitar

    50o. Dalam daerah stoping pola penembakan direncanakan sedemikian sehingga

    angle of breakage tidak kurang dari 90o (lihat Gambar 16). Hal penting yang perlu

    diperhatikan dalam peledakan suatu terowongan adalah waktu tunda antar lubang-

    lubang) yang cukup panjang.

    Gambar 16 Urutan dalam pola peledakan

  • 6-14 Teknik Peledakan

    Jurusan T. Pertambangan-ITM

    Di dalam daerah cut waktu tunda antara lubang-lubang harus cukup panjang,

    sehingga memberi waktu untuk memecah dan melemparkan batuan melalui lubang

    kosong yang sempit. Terbukti bahwa batuan bergerak dengan kecepatan antara

    40-50 m/det.

    Suatu cut yang dibor dengan kedalaman 4 m akan membutuhkan waktu tunda

    60 100 millidetik agar terjadi peledakan yang baik (cleaned blast). Waktu tunda

    yang biasa dipakai adalah 75 100 millidetik. Dalam dua bujursangkar yang

    pertama hanya dipakai satu detonator untuk setiap waktu tunda. Dalam dua bujur

    sangkar selanjutnya boleh dipakai dua detonator untuk setiap waktu tunda.

    Di daerah stoping waktu tunda harus cukup panjang untuk memberi waktu terhadap

    gerakan batuan. Waktu tunda yang umum dipakai adalah 100 500 millidetik.

    Untuk lubang kontur perbedaan waktu tunda di antara lubang-lubang harus sekecil

    mungkin supaya dapat dihasilkan efek peledakan yang rata.

    Untuk pembuatan terowongan dapat digunakan detonator jenis listrik atau non-

    listrik. Detonator listrik : MS (millisecond) dan HS (half second) delay detonator.

    Non electric detonator mempunyai 25 macam interval (lihat tabel 2).

  • 6-15 Teknik Peledakan

    Jurusan T. Pertambangan-ITM

    Tabel 2 Waktu tunda berbagai jenis detonator

    Electric detonators

    Non electric detonators

  • 6-16 Teknik Peledakan

    Jurusan T. Pertambangan-ITM

    Gambar 17 Bentuk pola penembakan dengan nonel GT/T, dan dengan detonator

    VA/MS dan VA/HS

  • 6-17 Teknik Peledakan

    Jurusan T. Pertambangan-ITM

    V-cut

    Suatu cut dengan lubang-lubang tembak membentuk sudut yang umum dipakai

    adalah V-cut. Dibutuhkan lebar terowongan tertentu agar tersedia tempat kerja untuk

    alat bor. Kemajuan per round akan bertambah apabila lebarnya bertambah; dapat

    dicapai kemajuan sampai 40 50% x lebar terowongan. Sudut cut tidak boleh

    kurang dari 60o. Sudut yang lebih lancip membentuk charge concentration yang

    lebih tinggi.

    Cut biasanya terdiri dari dua buah V, tetapi di round yang lebih dalam cut dapat

    terdiri dari 3 atau 4 buah V. Setiap V dalam cut harus diledakkan dengan nomor

    interval yang sama, memakai MS detonator untuk menjamin koordinasi antara

    lubang ledak dalam hal proses pemecahannya. Apabila setiap V diledakkan sebagai

    kesatuan satu demi satu, waktu tunda antara V yang berlainan harus dalam urutan 50

    millidetik, tujuannya memberikan waktu untuk pemindahan dan pemuaian batuan

    (Gambar 18).

    Gambar 18 V-cut

  • 6-18 Teknik Peledakan

    Jurusan T. Pertambangan-ITM

    Perhitungan V-cut

    Pemuatan lubang cut

    Charge concentration di dasar lubang cut (lb) dapat diperkirakan menggunakan

    grafik pada gambar 19.

    Gambar 19 Konsentrasi muatan dasar untuk berbagai bahan peledak sebagai fungsi

    dari burden dan ketinggian cut

    Tinggi muatan dasar (hb) untuk semua lubang cut adalah :

    Hb = 1/3 x H

    dimana :

    H = kedalaman lubang

  • 6-19 Teknik Peledakan

    Jurusan T. Pertambangan-ITM

    Charge concentration dari kolom (lc) :

    Lc = 30 50% lb

    Stemming (ho) lubang-lubang dalam cut :

    ho = 0,3 x B1

    Stemming (ho) lubang-lubang lainnya :

    ho = 0,5 x B2

    Untuk lubang-lubang selanjutnya dalam round, penentuan geometri pemboran dan

    peledakan mengikuti pola pembuatan stoping.

    Contoh perhitungan :

    Suatu proyek pembuatan terowongan untuk jalan berdimensi panjang 1.500 m dan

    luas penampang 88 m2. Diameter lubang ledak 38 mm, dinding terowongan

    diledakkan dengan cara smooth blasting. Peralatan bor yang digunakan adalah

    electro hydraulic jumbo dengan panjang batang bor 4,3 m dan feed travel 3,9 m.

    Kemajuan yang diharapkan adalah 95% dari kedalaman lubang ledak.

    Bahan peledak yang dipakai adalah emulite 150 dalam dodol 29 dan 25 mm untuk

    cut, stoping dan lantai. Gurit 17 x 500 mm dalam dodol plastik dipakai untuk kontur.

    Penembakan memakai nonel GT/T.

    Untuk mendapatkan kemajuan lebih dari 90% dari kedalaman lubang tembak 3,9 m,

    dipilih diameter lubang kosong 127 mm atau sebagai alternatif 2 x 89 mm lubang

    kosong.

    Segiempat 1

    Jarak C C

    a = 1,5 = 1,5 127 mm = 190 mm

  • 6-20 Teknik Peledakan

    Jurusan T. Pertambangan-ITM

    Lebar segiempat 1

    W1 = a 2 = 190 2 = 270 mm

    Dari grafik pada gambar 12 diperoleh charge concentration yang diperlukan untuk

    lubang tembak dalam segiempat-1 adalah 0,4 kg/m bahan peledak emulite 150.

    Untuk alasan praktis digunakan bahan peledak emulite dalam dodol 25 x 200 mm,

    maka charge concentration adalah 0,55 kg/m. Diasumsikan bahawa kelebihan

    muatan tidak akan menyebabkan hal-hal yang kurang diinginkan.

    Stemming (ho) = a

    Panjang muatan = H h0

    Muatan (Q) = lc.(H h0)

    = 0,55 .(3,9 0,2)

    = 2,0 kg

    Jadi untuk segiempat-1 :

    a = 0,19 m

    W1 = 0,27 m

    Q = 2,0 kg

    Segiempat-2

    Bukaan segiempat-1 yang terbentuk adalah 0,27 x 0,27 m.

    Burden pada segiempat-2 (B1) :

    B1 = W1 = 0,27 m

    C C = 1,5 W1 = 0,40 m

    W2 = 1,5 W1 2 = 0,56 m

    Charge concentration yang diperlukan untuk lubang dalam segiempat-2 adalah

    0,37 kg/m.