Operasi Peledakan

28
Operasi Peledakan pada Tambang Terbuka BAB IV OPERASI PEMBORAN A. PENGISIAN BAHAN PELEDAK 5.1. Pembuatan Primer 5.1.1. Detonator biasa Untuk peledakan dengan lubang ledak besar telah tersedia primer yang dibuat oleh pabrik yang disebut "booster", sedangkan peledakan lubang ledak kecil perlu membuat "primer" dahulu. "Primer" dibuat dengan cara memasang detonator ke dalam "cartridge" bahan peledak kuat. Detonator yang dipakai adalah detonator biasa (plain detonator) yang telah dipasang pada ujung sumbu api (safety fuse). Cara pembuatan primer adalah sebagai berikut : Cara 1 : Ambil dodol (cartridge) bahan peledak kuat, pembungkus jangan dibuang. Buatlah lubang kira-kira dua inci dalamnya di tengah-tengah salah satu ujung dari dodol memakai penusuk kayu atau tembaga. Sisipkan detonator (capped fuse) ke dalam lubang sedemikian rupa sehingga detonator terbenam seluruhnya ke dalam dodol. Atau dapat juga pembungkus pada salah satu ujung dibuka dan setelah detonator dimasukkan, kemudian pembungkus ditutup kembali seperti keadaan semula, apabila diperlukan ikat dengan benang. Cara 2 : Ambil dodol bahan peledak kuat, pembungkus jangan dibuang. Buatlah lubang diagonal yang dalamnya kira-kira dua inci di sisi dan dekat dengan salah satu ujung dodol. Sisipkan detonator ke dalam lubang sampai seluruhnya terbenam. IV - 1

description

rku

Transcript of Operasi Peledakan

Page 1: Operasi Peledakan

Operasi Peledakan pada Tambang Terbuka

BAB IV

OPERASI PEMBORAN

A. PENGISIAN BAHAN PELEDAK

5.1. Pembuatan Primer5.1.1. Detonator biasa

Untuk peledakan dengan lubang ledak besar telah tersedia primer yang dibuat oleh pabrik yang disebut "booster", sedangkan peledakan lubang ledak kecil perlu membuat "primer" dahulu. "Primer" dibuat dengan cara memasang detonator ke dalam "cartridge" bahan peledak kuat. Detonator yang dipakai adalah detonator biasa (plain detonator) yang telah dipasang pada ujung sumbu api (safety fuse).

Cara pembuatan primer adalah sebagai berikut : Cara 1 :

Ambil dodol (cartridge) bahan peledak kuat, pembungkus jangan dibuang.

Buatlah lubang kira-kira dua inci dalamnya di tengah-tengah salah satu ujung dari dodol memakai penusuk kayu atau tembaga.

Sisipkan detonator (capped fuse) ke dalam lubang sedemikian rupa sehingga detonator terbenam seluruhnya ke dalam dodol.Atau dapat juga pembungkus pada salah satu ujung dibuka dan

setelah detonator dimasukkan, kemudian pembungkus ditutup kembali seperti keadaan semula, apabila diperlukan ikat dengan benang.

Cara 2 : Ambil dodol bahan peledak kuat, pembungkus jangan dibuang. Buatlah lubang diagonal yang dalamnya kira-kira dua inci di sisi dan

dekat dengan salah satu ujung dodol. Sisipkan detonator ke dalam lubang sampai seluruhnya terbenam. Ikatlah detonator pada dodol memakai tali.

5.1.2. Detonator listrik Cara membuat primer pada detonator listrik adalah sebagai berikut :

Ambil dodol dari bahan peledak kuat Buatlah lubang pada ujung dodol atau dari samping dodol Sisipkan/masukkan detonator listrik ke dalam lubang tersebut Ikatlah detonator listrik pada dodol dengan memakai tape atau tali

5.1.3. Cordtex Cara membuat primer pada Cordtex adalah sebagai berikut :

Ambil dodol dari bahan peledak kuat Buatlah lubang pada ujung dodol atau dari samping dodol Sisipkan/masukkan sumbu ledak ke dalam lubang tersebut Ikatlah sumbu ledak pada dodol dengan memakai tape atau tali

IV - 1

Page 2: Operasi Peledakan

Operasi Peledakan pada Tambang Terbuka

5.2. Pencampuran ANFOANFO merupakan salah satu dry blasting agents yang berisi

campuran butiran ammonium nitrate dan bahan bakar berupa fuel oil atau campuran carbonaceous material lainnya, dalam beberapa campuran ditambahkan bahan-bahan seperti alluminium dan ferrosilicon untuk menambah density.

Untuk memperoleh energi peledakan yang optimal maka dalam pencampuran ANFO harus diupayakan suatu kondisi "zero oxygen balance" dengan perbandingan 94,5 % Ammonium nitrate dan 5,5 % Fuel oil dimana kecepatan detonasi yang akan dihasilkan adalah 14.000 fps. Selain itu untuk mendapatkan energi peledakan yang optimal maka dalam pencampuran ANFO harus diusahakan agar campuran Ammonium nitrate dan Fuel oil benar-benar homogen. Untuk melaksanakan pencampuran ANFO skala besar (>30 ton/peledakan), pencampuran sebaiknya dilakukan dengan menggunakan alat mekanis (mobil molen).

5.3. Penempatan primer pada lubang ledak Ada empat cara pengisian bahan peledak berdasrkan penempatan primer yaitu Coloumn loading, Spacer loading, dan Deck loading. Pengisian bahan peledak pada lubang ledak dilakukan berdasarkan ukuran diameter lubang ledak yang akan diledakan. Pada umumnya untuk pengisian lubang ledak diameter (< 2 inci) digunakan 100 % dinamit. Sedangkan pengisian untuk lubang ledak diameter sedang (2 inci - 6,5 inci) dan besar (>6,5 inci) digunakan ANFO sebagai blasting agent dan dinamit sebagai primer. Cara pengisian untuk lubang ledak diameter kecil dan sedang dapat dilakukan secara manual. Sedangkan untuk diameter besar umumnya digunakan "Pneumatic pressure loader".

5.3.1. Coloumn Loading 5.3.1.1. Top Loading

Merupakan cara pengisian bahan peledak dimana primer ditempatkan pada bagian atas dari lubang ledak (Gambar 5.1). Top loading umumnya sangat memuaskan hasilnya pada lobang tegak yang dalamnya sekitar 6 meter.

5.3.1.2. Botom LoadingMerupakan cara penngisian bahan peledak dimana primer ditempatkan pada bagian bawah dari kolom charge(Gambar 5.2). Keuntungan top priming adalah :1. Jika menggunakan Anfo pada peledakan listrik kemungkinan

misfire lebih kecil bila dibandingkan dengan peledakan Nonel (safety fuse).

2. Kemungkinan terjadi misfire dalam lubang berair kecil sekali.3. Bila terjadi misfire lebih mudah menanganinya.4. Tidak diperlukan penyambungan lead wires dari detonator

listrik di dalam lubang.5. Mereduksi boulders pada bagian atas lubang ledak.Kerugian Top priming yaitu radius efek rekahan yang terjadi pada dasar lubang ledak cukup besar, hal ini kurang baik untuk pekerjaan Teknik Sipil (pondasi, dam, jalan, dan sebagainya)

IV - 2

Page 3: Operasi Peledakan

Operasi Peledakan pada Tambang Terbuka

GAMBAR 5.1PENGISIAN TOP PRIMING

GAMBAR 5.2PENGISIAN SECARA BOTTOM LOADING

5.3.2. Spacer LoadingMerupakan cara pengisian bahan peledak di dalam lubang ledak, dengan cara menempatkan charge secara bertingkat charge satu dengan charge berikutnya diisi (diselangi) dengan material berupa serbuk kayu yang mudah terbakar dan primer ditempatkan pada dasar lubang ledak (Gambar 5.3). Cara pengisian spacer loading ini belum begitu lazim diterapkan.

IV - 3

Page 4: Operasi Peledakan

Operasi Peledakan pada Tambang Terbuka

Bottom

Spacer

Stemming

Charge

Spacer

Charge

GAMBAR 5.3 PENGISIAN SECARA SPACER LOADING

5.3.3. Deck LoadingMerupakan cara pengisian bahan peledak (charge) dan penempatan secara bertingkat, antara kolom charge diisi dengan stemming (Gambar 5.4).

Stemming

Primer

ANFO

ANFO

Primer

Stemming

GAMBAR 5.4PENGISIAN SECARA DECK LOADING

Untuk menentukan pemilihan sistem pengisian yang baik/cocok untuk diterapkan pada suatu lapangan tergantung pada kondisi geologi lapangan tersebut.

IV - 4

Page 5: Operasi Peledakan

Operasi Peledakan pada Tambang Terbuka

B. RANGKAIAN PELEDAKAN

Dalam melaksanakan operasi peledakan, ada beberapa sistem rangkaian yang biasa digunakan untuk melakukan penyambungan detonator listrik, yaitu rangkaian yang dirangkaian secara seri, paralel, seri-paralel, dan paralel-seri. Pemilihan sistem rangkaian yang akan digunakan tergantung dari jumlah detonator listrik yang akan diledakan. Secara umum rangkaian seri digunakan untuk jumlah lubang ledak yang sedikit (kurang dari 50 detonator). Rangkaian paralel biasanya digunakan untuk peledakan secara khusus, banyak diterapkan pada tambang dalam. Sedangkan rangkaian paralel-seri atau seri-paralel digunakan bila jumlah detonator dalam peledakan lebih dari 50 buah dimana setiap seri dibatasi tidak lebih dari 40 detonator atau tahanan maksimumnya 100 ohm.

6.1. Rangkaian Peledakan Listrik6.1.1. Rangkaian Seri

Rangkaian seri dalam suatu rangkaian peledakan dapat dilihat seperti pada gambar 6.1.

Detonator

Connecting Wire

To Firing Cable

GAMBAR 6.1RANGKAIAN PELEDAKAN TUNGGAL RANGKAIAN SERI

Dasar perhitungan untuk menghitung berapa voltase yang terdapat dalam rangkaian tersebut adalah sebagai berikut :Prinsip dasar perhitungan :

Rtotal = R1 + R2 + R3 + R4 + …Rn Itotal = I1 = I2 = Isn

Volt = I .(nR)

Dalam peledakan seri, rangkaian yang sudah lengkap harus diuji kontinuitasnya dengan teliti. Arus peledakan harus paling rendah 1,5 A (pada satu detonator), supaya tiap-tiap detonator dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Sebagai gambaran pada rangkaian seri tidak umum menggunakan sumber arus listrik yang besar, biasanya menggunakan arus listrik yang rendah tapi dengan voltase yang tinggi.

IV - 5

Page 6: Operasi Peledakan

Operasi Peledakan pada Tambang Terbuka

Contoh Perhitungan :Pada 50 detonator listrik yang akan diledakan dan dihubungkan secara seri, dengan masing-masing detonator tahanannya 1,6 ohm. Digunakan 100 yard kabel utama dan 100 yard kabel pembantu.Maka tahanan 50 detonator adalah : 50 x 1,6 ohm = 80 ohmTahanan kabel utama : 100 yard = 5 ohmTahanan kabel pembantu : 100 yard = 8 ohmTahanan total 93 ohmJadi voltase diperoleh : V = 1,5 A x 93 ohm = 140 Volt

6.1.1. Rangkaian ParalelRangkaian paralel dalam suatu rangkaian peledakan dapat dilihat seperti

gambar 6.2.

DetonatorTo Firing Cable

ConnectingWire

GAMBAR 6.2RANGKAIAN PARALEL

Prinsip Dasar : 1/Rtotal = 1/R1 + 1/R2 + … + 1/Rn = n/Rn

Itotal = I1 + I2 + I3 + … + In

Volt = I (n R)

Pada rangkaian yang dihubungkan secara paralel rangkaian yang sudah lengkap tidak dapat diuji kontinuitasnya, tapi masing-masing sambungan dapat diuji dengan ohm meter sebelum dimasukkan kedalam lubang ledak. Untuk peledakan dengan rangkaian paralel arus paling rendah yang digunakan sebesar 0.5 A untuk satu detonator.Contoh Perhitungan :Peledakan dengan menggunakan 50 detonator yang dihubungkan secara paralel :Tahanan untuk 50 detonator = 1.6/50 = 0.03 ohm Tahanan kabel utama = 5 ohmTahanan kabel pembantu = 8 ohm ________________________________________Total tahanan = 13.03 ohm dibulatkan = 13 ohmArus yang dibutuhkan = 0.5 x 50 detonator = 25 A

IV - 6

Page 7: Operasi Peledakan

Operasi Peledakan pada Tambang Terbuka

Voltasenya = 13 x 25 = 325 volt

6.1.3. Rangkaian Seri - ParalelDalam rangkaian seri - paralel masing-masing sambungan seri

dihubungkan dengan sambungan seri yang lainnya dengan rangkaian paralel, seperti terlihat pada gambar di bawah ini. Tipe rangkaian ini sering digunakan bila jumlah total detonator listrik yang diledakan jumlahnya melebihi 50. Tiap-tiap rangkaian seri yang akan dihubungkan secara paralel sebaiknya terbatas hanya 40 detonator atau jumlah tahanan maksimum sebesar100 ohm.

Detonator

To firing cable

GAMBAR 6.3RANGKAIAN SERI-PARALEL

Contoh Perhitungan :Peledakan dengan menggunakan 50 detonator yang dihubungkan dalam 10 deretan (paralel) dan setiap deretan terdiri dari 5 detonator (seri). Berapa voltase yang terdapat dalam rangkaian tersebut. Perhitungan : Dalam 10 deret, paralel arus yang diperlukan = 1.5 A x 10 = 15 A

Total tahanan = 16 5

10

. x + 8 + 5 = 13.8

Jadi voltase = 15 A x 13.8 ohm = 207 volt

6.1.4. Rangkaian Paralel - SeriDalam rangkaian Paralel-Seri masing-masing sambungan paralel

dirangkaikan dengan rangkaian paralel lainnya dengan rangkaian seri, seperti terlihat pada gambar dibawah ini.

IV - 7

Page 8: Operasi Peledakan

Operasi Peledakan pada Tambang Terbuka

5 set of6 detonators

GAMBAR 6.4RANGKAIAN PARALEL-SERI

Contoh Perhitungan :Apabila dibuat 10 grup seri, dimana setiap 5 detonator dihubungkan secara paralel (contoh gambar di atas), tentukan berapa voltase dalam rangkaian tersebut. Perhitungan :Tahanan tiap grup paralel = (1.6)/5 = 0.32 ohm,Tahanan 10 grup paralel dihubungkan secara seri = 10 x 0.32 ohm = 3.2 ohmJumlah tahanan = 3.2 + 8 + 5 = 16.2 ohm Arus yang dibutuhkan = 0.5 x 5 = 2.5 AJadi voltase dalam rangkaian = 16.2 ohm x 2.5 A 40 volt

6.2. Rangkaian Peledakan dengan Sumbu ApiRangkaian sambungan dengan menggunakan sumbu api diperlihatkan

dalam Gambar 6.5.

6.3. Rangkaian Peledakan dengan Sumbu LedakDalam operasi peledakan yang menggunakan sumbu ledak, terutama

peledakan di quarry, pemasangan sumbu ledak terdiri dari "trunk line" yaitu sumbu ledak yang dipasang disepanjang sisi lubang ledak dan "branch" atau downline" yaitu sumbu ledak yang dipasang menuju ke dalam lubang ledak.

Cara menyambung atau memperpanjang "trunk line" dilakukan dengan menggunakan ikatan "square knots". Sedangkan cara menyambung "branch" atau "downline" dengan "trunk line" dengan memakai tape atau ikatan-ikatan seperti "L' joint", "clove hitch joint", double L' joint", "lap joint", "square knot", "double warp" dan lain sebagainya (Gambar 6.6).

Penyambungan sumbu ledak dengan "delay connector" dalam peledakan beruntun dapat dilakukan dengan cara memotong trunk line antara dua lubang ledak, kemudian kedua sumbu ledak yang telah terpotong tersebut dimasukkan ke dalam ujung-ujung delay connector. Selanjutnya sambungan tersebut dijepit (crimp) supaya tidak mudah terlepas atau dengan cara yang lain (Gambar 6.7).

Cara Memasang Rangkaian Peledakan Memakai Sumbu LedakHal yang perlu diperhatikan dalam penyambungan sumbu ledak adalah :

IV - 8

Page 9: Operasi Peledakan

Operasi Peledakan pada Tambang Terbuka

Setiap sambungan harus tegak lurus, penyambungan dengan "plastic connector" lebih baik.

Jarak antara sumbu ledak yang paralel tidak boleh kurang dari 0,2 m. Jarak antara "delay connector/relay connector" dengan sumbu yang

paralel minimal 1,0 m. Di dalam "round" sumbu ledak tidak boleh membelit atau menggulung. Detonator yang digunakan selalu diarahkan pada arah detonasi

sumbu ledak yang diinginkan.

GAMBAR 6.5CONTOH RANGKAIAN/SAMBUNGAN DENGAN SUMBU API

IV - 9

Page 10: Operasi Peledakan

Operasi Peledakan pada Tambang Terbuka

GAMBAR 6.6CARA MENYAMBUNG SUMBU LEDAK

IV - 10

Page 11: Operasi Peledakan

Operasi Peledakan pada Tambang Terbuka

GAMBAR 6.7RANGKAIAN SUMBU LEDAK DENGAN "DELAY CONNECTOR"

C. PENYALAAN PELEDAKAN

Berdasarkan cara pengapiannya dalam suatu operasi peledakan ada beberapa alternatif sistem penyalaan yang biasa digunakan, yaitu :

7.1. Penyalaan dengan menggunakan Safety Fuse dan Plain DetonatorApabila sumbu api dinyalakan akan terlihat pancaran api yang dikenal

dengan nama "ignition flame", hal ini menandakan bahwa sumbu terbakar dan berfungsi normal. Pembakaran sumbu api akan merambat perlahan terus disepanjang sumbu api sampai pada ujung yang lain, yang telah dipasang ke dalam detonator (Gambar 7.1). Selanjutnya ujung sumbu api yang telah dipasang di dalam detonator akan menyalakan "Priming charge" yang berada didalam detonator dan akhirnya bahan peledak utama menyala. Cara menyalakan sumbu api dapat dilakukan dengan memakai : "hot wire fuse lighter", "full wire fuse lighter", "lead spitter", korek, dan "igniter cord".

GAMBAR 7.1CARA PENYALAAN SUMBU API

7.2. Penyalaan listrik

7.2.1. Penyalaan serentak (Instantaneous)

IV - 11

Page 12: Operasi Peledakan

Operasi Peledakan pada Tambang Terbuka

Penyalaan serentak merupakan suatu cara penyalaan pada beberapa baris atau kolom lubang ledak tanpa menggunakan detonator tunda (Gambar 7.2). Penyalaan secara serentak ini umumnya dilakukan untuk peledakan satu baris saja. Sistem penyalaan ini dapat menimbulkan energi ledakan yang besar dan dapat menimbulkan efek getaran yang dapat menggangu kestabilan lereng kerja dan lereng akhir serta dapat menimbulkan back break..

GAMBAR 7.2

SISTEM PENYALAAN SERENTAK

7.2.2. Penyalaan tunda (Delay)Penyalaan tunda merupakan suatu cara penyalaan pada beberapa baris atau kolom lubang ledak dengan menggunakan detonator tunda seperti pada gambar 7.3 (a) dan (b).

IV - 12

Page 13: Operasi Peledakan

Operasi Peledakan pada Tambang Terbuka

GAMBAR 7.3 (a)SISTEM PENYALAAN TUNDA BENTUK V

GAMBAR 7.3 (b)SISTEM PENYALAAN TUNDA PER BARIS

Penggunaan detonator tunda ini dimaksudkan untuk mengurangi jumlah muatan yang meledak secara bersamaan dan memberikan kesempatan material yang berada di dekat bidang bebas meledak terlebih dahulu secara sempurna. Hal ini dapat mengurangi tingkat getaran dan berkaitan dengan penyediaan bidang bebas untuk peledakan baris selanjutnya.

7.3. Penyalaan dengan menggunakan CordtexDalam peledakan yang menggunakan sumbu ledak hanya diperlukan

satu detonator (plain atau electric detonator), sehingga di dalam setiap lubang ledak tidak perlu dipasang detonator. Sumbu ledak hanya dapat dinyalakan dengan detonator.Cara mempersiapkan penyalaan sumbu ledak adalah sebagai berikut :1. Sumbu ledak dengan detonator biasa (plain detonator)

Sumbu api yang telah dipasang detonator (capped fuse) disiapkan dengan panjang tertentu.

Detonator yang dipasang pada sumbu api (capped fuse) diikatkan pada sumbu ledak memakai "tape" atau tali (Gambar 7.5)

2. Sumbu ledak dengan detonator listrik . Penyambungan dilakukan dengan cara mengikatkan detonator listrik pada ujung sumbu ledak dengan memakai tape (Gambar 7.5).

3. Dalam penggunaan di lapangan pertama kali disiapkan terlebih dulu detonator yang diikatkan pada sumbu ledak (detonating cord tail) sepanjang 18 inci, kemudian baru disambungkan dengan sumbu ledak utama (main line) memakai ikatan "square knot".

4. Detonator yang dijelaskan di atas dipasang terakhir setelah semua rangkaian peledakan siap untuk diledakan.

IV - 13

Page 14: Operasi Peledakan

Operasi Peledakan pada Tambang Terbuka

GAMBAR 7.4SAMBUNGAN "BLASTING CAP" DENGAN SUMBU LEDAK

GAMBAR 7.5SAMBUNGAN DETONATOR LISTRIK

DENGAN SUMBU LEDAK

D. PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK

B. Pemakaian Bahan Peledak

IV - 14

Page 15: Operasi Peledakan

Operasi Peledakan pada Tambang Terbuka

Persamaan untuk menentukan volume coloumn charge

Pc = . D

4 (L - T)

2

e

dimana :Pc = Berat bahan peledak ( kg)D = Diameter lubang ledak (cm)L= Kedalaman lubang ledak (m)T = Tinggi kolom stemming (m)

Atau dengan menggunakan persamaan :Pc = Hc . e

dimana : Hc = L - T Hc = tinggi kolom charge (m) e = densitas bahan peledak (gr/cc)

Untuk menghitung berat tinggi kolom bahan peledak kg/m dapat menggunakan Tabel X-4.

Perhitungan :

1. R.L. AshDiameter lubang ledak = 5 inch = 127 mmKedalaman lubang ledak = 10 mStemming = 0,7 B = 2,2225 mHc = 10 - 2,2225 = 7,7775 m

e = 0,85 gr / cc = 10,779 kg / m (dari tabel loading density) Pc = 7,775 m x 10,779 kg / m = 83,807 kg

Pc = . (12,7)

4 (777,75) . 0,85

2314,

= 83702,04026 gr = 83,702 kg

2. LangeforsDiameter = 5 inch = 127 mmKedalaman = 10 mStemming = 0,7 B = 4,774 mHc = 10 - 4,774 = 5,226 me = 0,85 gr / cc = 10,779 kg / m (dari tabel loading density) Pc = 5,226 m x 10,779 kg / m = 56,331054 kg

Pc =

. (12,7)

4 (522,6) . 0,85

2314,

= 56242,60526 gr = 56,242 kg

IV - 15

Page 16: Operasi Peledakan

Operasi Peledakan pada Tambang Terbuka

3. AndersonDiameter = 5 inch = 127 mmKedalaman = 10 mStemming = 0,7 B = 2,73 mHc = 10 - 2,73 = 7,27 m

e = 0,85 gr / cc = 10,779 kg / m (dari tabel loading density) Pc = 7,27 m x 10,779 kg / m = 78,36333 kg

Pc = . (12,7)

4 (7,27) . 0,85

2314,

= 78240,28707 gr = 78,24 kg

4. C.J. KonyaDiameter = 5 inch = 127 mmKedalaman = 10 mStemming = 0,7 B = 2,317 mHc = 10 - 2,317 = 7,683 m

e = 0,85 gr / cc = 10,779 kg / m (dari tabel loading density) Pc = 7,683 m x 10,779 kg / m = 82,815057 kg

Pc = . (12,7)

4 (768,3) . 0,85

2314,

= 82685,02415 gr = 82,685 kg

5. TamrockDiameter = 5 inch = 127 mmKedalaman = 10 mStemming = 0,7 B = 3,024 mHc = 10 - 3,024 = 6,976 m

e = 0,85 gr / cc = 10,779 kg / m (dari tabel loading density) Pc = 6,976 m x 10,779 kg / m = 75,194304 kg

Pc = . (12,7)

4 (697,6) . 0,85

2314,

= 75076,23694 gr = 75,076 kg

6. Empiris LainDiameter = 5 inch = 127 mmKedalaman = 10 mStemming = 0,7 B = 2,744 mHc = 10 - 2,744 = 7,256 m

IV - 16

Page 17: Operasi Peledakan

Operasi Peledakan pada Tambang Terbuka

e = 0,85 gr / cc = 10,779 kg / m (dari tabel loading density) Pc = 7,256 m x 10,779 kg / m = 78,212424 kg

Pc = . (12,7)

4 (725,6) . 0,85

2314,

= 78089,61801 gr = 78,089 kg

7. Empiris LainDiameter = 5 inch = 127 mmKedalaman = 10 mStemming = 0,7 B = 2,667 mHc = 10 - 2,667 = 7,333 m

e = 0,85 gr / cc = 10,779 kg / m (dari tabel loading density) Pc = 7,333 m x 10,779 kg / m = 79,042407 kg

Pc = . (12,7)

4 (733,3) . 0,85

2314,

= 78918,29781 gr = 78,92 kg

Rekapitulasi pemakaian bahan peledak untuk masing-masing rumus empiris tertera pada Tabel X-3.

TABEL X-3DATA PERHITUNGAN PEMAKAIAN BAHAN PELEDAK

No Rumus Hl (m) L (m) T (m) Pc (Kg)Perhitunga

nGrafis

1 R.L.Ash 7,7775 10 2,2225 83,807 83,7022 Langefors 5,226 10 4,774 56,242 56,3313 Anderson 7,27 10 2,73 78,24 78,364 Konya 7,683 10 2,317 82,685 82,8155 Tamrock 6,976 10 3,024 75,076 75,1946 Empiris lain 7,256 10 2,744 78,089 78,2127 Empiris lain 7,333 10 2,667 78,92 79,04

E. BLASTING RATIO

C. Powder Factor

IV - 17

Page 18: Operasi Peledakan

Operasi Peledakan pada Tambang Terbuka

Powder factor merupakan hubungan matematis antara berat bahan peledak terhadap batuan yang diledakan. Hubungan matematis ini dapat dinyatakan dalam :

1. Berat bahan peledak per volume batuan yang diledakan (Kg/m3)2. Berat bahan peledak per berat batuan yang diledakan (Kg/ton)3. Volume batuan per berat bahan peledak (m3/kg)4. Berat batuan per berat bahan peledak (ton/kg)s

F. MISSFIRE

10.3.4. MisfireMisfire adalah keadaan bila bahan peledak yang dipasang dan diisikan kedalam lubang bor tidak mau meledak. Hal ini mungkin diakibatkan oleh bahan peledaknya sendiri, detonator atau kawat penghantar. Untuk menghindari terjadinya misfire perlu dilakukan perawatan perlengkapan peledakan disamping ketelitian regu ledak dalam menjalankan tugasnya.

Kasus 1Misfire yang menggunakan sumbu apiMisfire ini disebabkan oleh terkelupasnya sumbu api, sumbu api yang lembab, atau dapat juga karena penggunaan pisau yang tumpul untuk memotong sumbu api, sehingga mengakibatkan tersumbatnya sumbu api yang akan menghambat terbakarnya detonator. Upaya penanggulangan : penyimpanan bahan peledak dan sumbu api seperti peraturan yang

ada menggunakan bahan peledak yang sesuai dengan maksud

peledakan memotong sumbu api yang terbuka cukup lama, sepanjang

setengah inci Jangan menggunakan sumbu yang disambung. Sumbu dapat

disambung dengan jalan memotong miring kemudian diikat dengan rapat, tetapi cara ini sedapat mungkin dihindarkan.

Cara mengatasi misfire tersebut : Pada peledakan dengan menggunakan sumbu api, juru ledak harus

menunggu 30 menit atau lebih, baru setelah itu mendekati lubang bor dimana misfire terjadi.

Bila stemming terlalu padat kerusakannya ada didalam lubang bor, maka cara mengatasinya adalah sebagai berikut :a. Membongkar stemming tersebut misalnya dengan jalan

memancingnya keluar dengan alat yang terbuat dari tembaga atau bahan lain yang tidak mengeluarkan api. Bila dengan cara tersebut masih sukar, maka perlu disemprot dengan air atau dengan udara dari kompresor. Bahan peledak dapat rusak karenanya apalagi bila bahan peledak tersebut tidak tahan air. Kemudian lubang diledak diledakan dengan memasukkan primer yang baru.

b. Membuat lubang bor baru yang diletakkan dimuka lubang bor dimana misfire terjadi, dengan jarak paling dekat 30 cm.

IV - 18

Page 19: Operasi Peledakan

Operasi Peledakan pada Tambang Terbuka

Kemudian lubang bor tadi diisi dengan bahan peledak yang selanjutnya diledakkan.

c. Bila stemming terlalu kuat tetapi tidak panjang, misalnya hanya sama panjang dengan bahan peledak, dengan memasukkan primer lagi kemudian diledakan, maka misfire akan ikut meledak.

Kasus 2Misfire yang menggunakan detonator listrik Penyebab misfire apabila menggunakan detonator listrik adalah :a. Kebocoran arus

Meskipun blasting machine yang digunakan mempunyai arus yang cukup, tetapi pada kondisi yang lembab dan basah bisa mengakibatkan bocornya arus ke tanah atau terjadi hubungan arus yang melintang. Hal ini bisa mengakibatkan kurang cukup arus yang melalui detonator, sehingga menimbulkan terjadinya misfire. Kesalahan tersebut dapat ditanggulangi dengan cara membongkar sambungan kemudian diisolasi, serta tetap menjaga supaya sambungan-sambungan tetap dalam keadaan kering dan baik, selanjutnya dijauhkan dari benda-benda logam.

b. Kabel Kabel utama mungkin dapat rusak akibat dari suatu peledakan, sehingga untuk penggunaan berikutnya harus diperiksa dengan teliti untuk mengetahui adanya kabel yang putus atau telanjang untuk mencegah timbulnya misfire akibat dari adanya hubungan pendek atau bocoran arus ke tanah, akibat dari kerusakan kabel. Upaya pencegahan :Penggunaan kawat yang baik, hindari kawat yang banyak sambungannya yang akan menambah turunnya tegangan dan kebocoran arus.Cara mengatasi misfire tersebut :Bila peledakan dengan listrik, maka kabel utama dilepaskan dulu dari blasting machine. Sesudah lima menit baru aman untuk mendekati lubang bor dimana misfire terjadi. Pertama-tama kawat penghantar diperiksa kalau terdapat putus atau lepas, kontak dengan tanah, air atau konduktor lain. Kalau hal ini terjadi, maka harus dibetulkan dan kabel utama dipasang kembali pada blasting machine kemudian diledakan.

c. Tidak bekerjanya eksploder dengan semestinyaKemungkinan eksploder generator yang dioperasikan secara mekanis tidak bekerja karena tidak cukup kecepatannya, maka arus yang ditimbulkan tidak cukup untuk dapat menyalakan detonator dalam hubungan seri.

d. Kesalahan dalam penyambunganMisfire dapat terjadi, akibat detonator terhubung pendek karena juru ledak kurang perhatian terhadap adanya hubungan pendek dari kabel.

IV - 19

Page 20: Operasi Peledakan

Operasi Peledakan pada Tambang Terbuka

Apabila jaringan kabel tidak dites/diuji, sambungan yang longgar atau kotor bisa mengakibatkan timbulnya tahanan tinggi yang akan mengakibatkan terjadinya misfire.

Kesalahan-kesalahan tersebut dapat ditiadakan dengan cara pengecekan yang hati-hati dan sistematis dari semua sambungan.

Apabila misfire terjadi, kabel utama utama harus dicabut dari exploders dan kunci exploders harus selalu dicabut dan harus dibawa sendiri oleh juru ledak. Setelah menunggu lima menit, juru ledak mulai menguji kabel dan hubungannya, suatu kesalahan yang didapat pada sambungan kabel harus diperbaiki. Jaringan kabel harus selalu dites dengan menggunakan safety ohmmeter. Hal ini sangat penting, semua pengetesan harus dilakukan dari tempat yang aman, dan semua orang harus berada di tempat perlindungan untuk mencegah kecelakaan yang mungkin terjadi akibat timbuknya ledakan dari pekerjaan pengetesan tersebut. Apabila jaringan tersebut ternyata baik, maka kesalahan terletak di dalam lubang bor. Selanjutnya harus dimasukkan lagi booster dan sambungan kabel dihubungkan dengan booster kemudian diledakkan.

G. SECONDARY BLASTING

Bongkah (boulders) didefinisikan sebagai f`ragmentasi hasil peledakan dengan ukuran besar yang tidak sesuai dengan ukuran kapasitas bucket alat muat yang digunakan sehingga bongkah akan mempengaruhi produktivitas alat muat. Didalam operasi peledakan bongkah tidak dapat dihindari, hanya dapat direduksi persentasenya. Faktor-faktor yang menyebabkan terbentuknya bongkah antara lain karakteristik batuan (struktur, strength), karakteristik bahan peledak yang digunakan dan teknis peledakan (geometri dan sistem peledakan). Salah satu upaya untuk menangani bongkah yaitu secondary blasting Teknis pelaksanaan secondary blasting dapat dilakukan dengan cara berikut:

9.1. Block HolingMetode ini dilakukan dengan cara melakukan pengeboran di tengah-

tengah bongkahan dengan kedalaman 1,1 x setengah tinggi bongkah ( 1,1 x V1, V1 = setengah tinggi bongkah yang akan diledakan), kemudian bahan peledak ditempatkan di dalam lubang ledak dan titutupi dengan stemming.(Gambar 9.1).

IV - 20

Page 21: Operasi Peledakan

Operasi Peledakan pada Tambang Terbuka

Primer 2 x V1H = 1,1 x V1

Charge In drill Hole

GAMBAR 9.1 PENEMPATAN BLOCK HOLING CHARGE

Bila bongkah yang akan diledakan berukuran lebih besar maka untuk meledakannya diperlukan lobang ledak lebih dari satu. Apabila bongkah itu terbenam atau secara pasti tidak diketahui dalamnya, cara yang paling baik adalah dengan mengebor bongkah itu sampai mencapai pusat bongkah itu, selanjutnya kedalamnya diisikan bahan peledak dan stemming. Perkiraan penggunaan bahan peledak dan jumlah lubang ledak yang dibutuhkan terhadap ukuran bongkah yang akan diledakan dapat dilihat pada Tabel IX-1.

TABEL IX-1PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK FUNGSI UKURAN

DAN KETEBALAN BONGKAH

Ukuran Bongkah (m3)

Ketebalan (m)

Kedalaman lubang (m)

Jumlah lubang bor

Bahan peledak

(kg/lubang)0,5 0,8 0,44 1 0,0301,0 1,0 0,55 1 0,0602,0 1,0 0,55 2 0,0603,0 1,5 0,83 2 0,090

9.2. Snake holing dan Mud cappingMetode snake holing dilakukan untuk meledakan batuan yang terbenam

di dalam tanah. Metode snake holing dilakukan dengan cara membenamkan bahan peledak dibawah bongkah yang akan diledakan (Gambar 9.2). Mud capping adalah suatu cara peledakan dimana bahan peledak atau cartridge diletakan diatas permukaan bongkah dan selanjutnya ditutup dengan lumpur (mud) dengan ketebalan minimum 100 mm (Gambar 9.2).

IV - 21

Page 22: Operasi Peledakan

Operasi Peledakan pada Tambang Terbuka

1 2 1 23

1. Charge2. Safety fuse and detonator or electric detonator3. Mud Capping

GAMBAR 9.2PENEMPATAN SNAKE HOLING DAN MUD CAPPING CHARGE

IV - 22