Modul 5. Membaca Untuk Menulis Elearning2 Kamis C-421-2

25
MODUL PERKULIAHAN Bahasa Indonesia Membaca untuk Menulis Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ilmu Komputer Sistem Informasi 05 MK90008 Supriyadi, S.Pd., M.Pd. Abstract Kompetensi 5.1 Setelah mempelajari materi bab ini, mahasiswa diharapkan dapat me-mahami pengertian, tujuan, jenis-jenis, proses, periode, teknik, langkah- langkah, menghitung kecepatan efektif membaca, KEM, tujuan membaca, dan karakteristik bacaan, hambatan dalam membaca cepat. Mahasiswa mampu memahami: 1. Pengertian membaca. 2. Tujuan membaca. 3. Jenis-jenis membaca. 4. Proses membaca. 5. Periode membaca. 6. Teknik membaca cepat. 7. Langkah-langkah membaca. 8. Model-model membaca cepat 9. Menghitung Kecepatan

description

b.indo

Transcript of Modul 5. Membaca Untuk Menulis Elearning2 Kamis C-421-2

Page 1: Modul 5. Membaca Untuk Menulis Elearning2 Kamis C-421-2

MODUL PERKULIAHAN

Bahasa Indonesia

Membaca untuk Menulis

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Ilmu Komputer Sistem Informasi

05MK90008 Supriyadi, S.Pd., M.Pd.

Abstract KompetensiSetelah mempelajari materi bab ini, mahasiswa diharapkan dapat me-mahami pengertian, tujuan, jenis-jenis, proses, periode, teknik, langkah-langkah, menghitung kecepatan efektif membaca, KEM, tujuan membaca, dan karakteristik bacaan, hambatan dalam membaca cepat. .

Mahasiswa mampu memahami:1. Pengertian membaca.2. Tujuan membaca.3. Jenis-jenis membaca.4. Proses membaca.5. Periode membaca.6. Teknik membaca cepat.7. Langkah-langkah membaca.8. Model-model membaca cepat9. Menghitung Kecepatan Efektif

Membaca (KEM).10. KEM, Tujuan Membaca, dan

Karakteristik Bacaan11. Hambatan dalam membaca cepat.

Page 2: Modul 5. Membaca Untuk Menulis Elearning2 Kamis C-421-2

Membaca Untuk MenulisA. Pengertian Membaca

Menurut Anderson dalam Alex A dan Achmad H.P. (2010:74) membaca adalah

proses untuk memahami yang tersirat dalam yang tersurat, melihat pikiran yang

terkandung di dalam kata-kata yang tertulis. Berikutnya menurut Tarigan (2008:7)

membaca adalah suastu proses yang dilakukan dan digunakan oleh pembaca untuk

memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau

media tertulis. Membaca adalah proses memahami pesan tertulis yang menggunakan

bahasa tertentu yang disampaikan oleh penulis kepada pembaca. Sedangkan menurut

Finochiaro dan Bonomo dalam Alex dan Achmad H.P. (20010:74) membaca adalah

memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung dalam bahan tertulis.

Dengan adanya beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa membaca

pada hakekatnya adalah suatu proses yang dilakukan oleh pembaca untuk membangun

makna dari suatu pesan yang disampaikan melalui tulisan. Dalam proses tersebut,

pembaca mengintegrasikan antara informasi atau pesan dalam tulisan dengan

pengetahuan atau pengalaman yang telah dimiliki.

B. Tujuan Membaca

Tujuan membaca menurut Anderson dalam Alex A dan Achmad H.P. (2010: 76) adalah:

1. Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang dilakukan

oleh sang tokoh.

2. Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan

menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari atau dialami

sang tokoh, dan merangkum hal-hal yang dilakukan.

3. Membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada setiap bagian

cerita, apa yang terjadi mula-mula pertama, dan untuk mengetahui urutan atau

susunan organisasi cerita.

4. Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh merasakan

seperti cara mereka itu, apa yang hendak diperlihatkan oleh sang pengarang kepada

para pembaca, dan kualitas-kualitas para tokoh yang membuat mereka berhasil atau

gagal, Ini disebut membaca untuk menyimpulkan atau membaca inferensi.

5. Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak biasa, tidak wajar

mengenai seorang tokoh, apa yang lucu dalam cerita, atau apakah cerita itu benar

atau tidak benar. Ini disebut membaca untuk mengelompokan atau membaca untuk

mengklasifikasikan.

2015 2

Bahasa Indonesia Modul 5Pusat Bahan Ajar dan eLearning

Supriyadi, S.Pd., M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id

Page 3: Modul 5. Membaca Untuk Menulis Elearning2 Kamis C-421-2

6. Membaca untuk menemukan apakah sang tokoh berhasil atau hidup dengan ukuran-

ukuran tertentu, apakah kita ingin berbuat seperti yang diperbuat oleh sang tokoh,

atau bekerja seperti cara sang tokoh. Ini disebut membaca menilai atau membaca

mengevaluasi.

Membaca untuk menemukan bagaimana cara sang tokoh berubah, bagaimana

hidupnya berbeda dari hidup yang kita kenal, bagaimana dua cerita mempunyai

persamaan, dan bagaimana sang tokoh menyerupai pembaca. Ini disebut membaca

untuk membandingkan atau mempertentangkan.

Sedangkan Nurhadi (1987: 11) mengungkapkan bahwa secara umum, tujuan

membaca adalah (1) mendapatkan informasi, (2) memperoleh pemahaman, (3)

memperoleh kesenangan. Secara khusus, tujuan membaca adalah (1) memperoleh

informasi faktual, (2) memperoleh keterangan tentang sesuatu yang khusus dan

problematis, (3) memberikan penilaian kritis terhadap karya tulis seseorang, (4)

memperoleh kenikmatan emosi, dan (5) mengisi waktu luang.

Lebih lanjut berikut pendapat Waples dalam Nurhadi, yang menyampaikan bahwa

tujuan membaca adalah:

(1) mendapat alat atau cara praktis mengatasi masalah;

(2) mendapat hasil yang berupa prestise yaitu agar mendapat rasa lebih;

(3) bila dibandingkan dengan orang lain dalam lingkungan pergaulannya;

(4) memperkuat nilai pribadi atau keyakinan;

(5) mengganti pengalaman estetika yang sudah usang;

(6) menghindarkan diri dari kesulitan, ketakutan, atau penyakit tertentu.

C. Jenis-jenis Membaca

Dari aspek kegiatannya, membaca dibagi menjadi lima macam, yakni:

1. Membaca Keras

Membaca keras merupakan kegiatan membaca yang menekankan pada ketepatan

bunyi, irama, kelancaran, perhatian terhadap tanda baca. Kegiatan membaca seperti

ini disebut juga sebagai kegiatan “membaca teknis”.

2. Membaca dalam Hati

Membaca dalam Hati merupakan kegiatan membaca yang bertujuan untuk

memperoleh pengertian, baik pokok-pokok maupun rincian-rinciannya. Secara fisik

membaca dalam hati harus menghindari vokalisasi, pengulangan membaca,

menggunakan telunjuk/petunjuk atau gerakan kepala.

3. Membaca Cepat

2015 3

Bahasa Indonesia Modul 5Pusat Bahan Ajar dan eLearning

Supriyadi, S.Pd., M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id

Page 4: Modul 5. Membaca Untuk Menulis Elearning2 Kamis C-421-2

Yaitu membaca yang tidak menekankan pada pemahaman rincian-rincian isi bacaan,

akan tetapi memahami pokok-pokoknya saja. Membaca ini dapat dilakukan dengan

menggerakkan mata dengan pola-pola tertentu.

4. Membaca Rekreatif

Yaitu kegiatan membaca yang bertujuan untuk membina minat dan kecintaan

membaca; biasanya bahan bacaan diambil dari cerpen dan novel.

5. Membaca Analitik

Yaitu kegiatan membaca yang bertujuan untuk mencari informasi dari bahan tertulis;

menghubungkan satu kejadian dengan kejadian yang lain, menarik kesimpulan yang

tidak tertulis secara eksplisit dalam bacaan.

Menurut Tarigan (2008: 11) jenis membaca adalah sebagai berikut:

1. Membaca nyaring

Membaca nyaring sering kali disebut membaca bersuara atau membaca teknik.

Disebut demikian karena pembaca mengeluarkan suara secara nyaring pada saat

membaca. 

2. Membaca dalam hati.

Membaca dalam hati, terdiri atas:

a. Membaca ekstensif

Membaca ekstensif merupakan proses membaca yang dilakukan secara luas.

Luas berarti (1) bahan bacaan beraneka dan banyak ragamnya; (2) waktu yang

digunakan cepat dan singkat. Tujuan membaca ekstensif adalah sekadar

memahami isi yang penting dari bahan bacaan dengan waktu yang cepat dan

singkat.

Membaca Ekstensif dibagi menjadi:

1) membaca survey

2) membaca sekilas

3) membaca dangkal

b. Membaca intensif

1) membaca telaah isi:

a) membaca teliti

b) membaca pemahaman

c) membaca kritis

d) membaca ide-ide

2) membaca telaah bahasa:

a) membaca bahasa

b) membaca sastra

2015 4

Bahasa Indonesia Modul 5Pusat Bahan Ajar dan eLearning

Supriyadi, S.Pd., M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id

Page 5: Modul 5. Membaca Untuk Menulis Elearning2 Kamis C-421-2

Nurhadi (1987: 28) menguraikan aspek-aspek membaca kritis yang dikaitkan

dengan ranah kognitif dalam taksonomi Bloom, sebagai berikut ini.

1. Kemampuan mengingat dan mengenali ditandai dengan

a. mengenali ide pokok paragraf;

b. mengenali tokoh cerita dan sifatnya;

c. menyatakan kembali ide pokok paragraf;

d. menyatakan kembali fakta bacaan;

e. menyatakan kembali fakta perbandingan, hubungan sebab-akibat, karakter

tokoh, dll.

2. Kemampuan menginterpretasi makna tersirat ditandai dengan:

a. menafsirkan ide pokok paragraf;

b. menafsirkan gagasan utama bacaan;

c. membedakan fakta/detail bacaan;

d. menafsirkan ide-ide penunjang;

e. memahami secara kritis hubungan sebab akibat;

f. memahami secara kritis unsur-unsur pebandingan.

3. Kemampuan mengaplikasikan konsep-konsep ditandai dengan:

a. mengikuti petunjuk-petunjuk dalam bacaan;

b. menerapkan konsep-konsep/gagasan utama bacaan ke dalam situasi baru

yang problematis;

c. menunjukkan kesesuaian antara gagasan utama dengan situasi yang

dihadapi.

4. Kemampuan menganalisis ditandai dengan:

a. memeriksa gagasan utama bacaan;

b. memeriksa detail/fakta penunjang;

c. mengklasifikasikan fakta-fakta;

d. membandingkan antargagasan yang ada dalam bacaan;

e. membandingkan tokoh-tokoh yang ada dalam bacaan.

5. Kemampuan membuat sintesis ditandai dengan:

a. membuat simpulan bacaan;

b. mengorganisasikan gagasan utama bacaan;

c. menentukan tema bacaan;

d. menyusun kerangka bacaan;

e. menghubungkan data sehingga diperoleh kesimpulan;

2015 5

Bahasa Indonesia Modul 5Pusat Bahan Ajar dan eLearning

Supriyadi, S.Pd., M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id

Page 6: Modul 5. Membaca Untuk Menulis Elearning2 Kamis C-421-2

f. membuat ringkasan.

6. Kemampuan menilai isi bacaan ditandai dengan:

a. menilai kebenaran gagasan utama/ide pokok paragraf/bacaan secara

keseluruhan;

b. menilai dan menentukan bahwa sebuah pernyataan adalah fakta atau opini;

c. menilai dan menentukan bahwa sebuah bacaan diangkat dari realitas atau

fantasi pengarang;

d. menentukan relevansi antara tujuan dan pengembangan gagasan;

e. menentukan keselarasan antara data yang diungkapkan dengan kesimpulan

yang dibuat; menilai keakuratan dalam penggunaan bahasa, baik pada

tataran kata, frasa, atau penyusunan kalimatnya.

D. Proses Membaca

Menurut beberapa ahli ada beberapa model pemahaman proses membaca, di

antaranya model bottom-up, top-down, dan model interaktif. Model botton-up

menganggap bahwa pemahaman proses membaca sebagai proses decoding yaitu

menerjemahkan simbol-simbol tulis menjadi simbol-simbol bunyi. Pendapat itu menurut

Harjasujana (1986: 34) sama dengan pendapat Flesch (1955) yang mengatakan bahwa

membaca berarti mencari makna yang ada dalam kombinasi huruf-huruf tertentu. Begitu

juga menurut pendapat Fries (dalam Harjasujana, 1986:34) bahwa membaca sebagai

kegiatan yang mengembangkan kebiasaan-kebiasaan merespon pada seperangkat pola

yang terdiri atas lambang-lambang grafis. Pendapat-pendapat di atas ternyata ditentang

oleh Goodman (dalam Cox, 1998: 270) yang menyatakan bahwa membaca sebagai

proses interaksi yang menyangkut sebuah transaksi antara teks dan pembaca. Pembaca

yang sudah lancar pada umumnya meramalkan apa yang dibacanya dan kemudian

menguatkan atau menolak ramalannya itu berdasarkan apa yang terdapat dalam

bacaan, membaca seperti itu disebut model top-down.

Kedua pendapat yang menyatakan model bottom-up dan model top-down akhirnya

dipersatukan oleh Rumelhart dengan nama model interaktif. Rumelhart (dalam Harris

dan Sipay, 1980: 8) menyatukan dua pendapat itu dengan alasan bahwa proses belajar

membaca permulaan bergantung pada informasi grafis dan pengetahuan yang berada

dalam skemata. Membaca merupakan suatu proses menyusun makna melalui interaksi

dinamis di antara pengetahuan pembaca yang telah ada dan informasi itu telah

dinyatakan oleh bahasa tulis dan konteks situasi pembaca.

Burns, dkk. (1996: 6) menyatakan bahwa aktivitas membaca terdiri atas dua

bagian, yaitu proses membaca dan produk membaca. Dalam proses membaca ada

2015 6

Bahasa Indonesia Modul 5Pusat Bahan Ajar dan eLearning

Supriyadi, S.Pd., M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id

Page 7: Modul 5. Membaca Untuk Menulis Elearning2 Kamis C-421-2

sembilan aspek yang jika berpadu dan berinteraksi secara harmonis akan menghasilkan

komunikasi yang baik antara pembaca dan penulis. Komunikasi antara pembaca dan

penulis itu berasal dari pengkonstruksian makna yang dituangkan dalam teks dengan

pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. Lebih lanjut Burns, dkk. (1996: 8) mengemu-

kakan sembilan proses membaca tersebut yaitu: (1) mengamati simbol-simbol tulisan,

(2) menginterprestasikan apa yang diamati, (3) mengikuti urutan yang bersifat linier baris

kata-kata yang tertulis, (4) menghubungkan kata-kata (dan maknanya) dengan

pengalaman dan pengetahuan yang telah dipunyai, (5) membuat referensi dan evaluasi

materi yang dibaca, (6) mengingat apa yang dipelajari sebelumnya dan memasukkan

gagasan-gagasan dan fakta-fakta baru, (7) membangun asosiasi, (8) menyikapi secara

personal kegiatan/tugas membaca sesuai dengan interesnya, (9) mengumpulkan serta

menata semua tanggapan indera untuk memahami materi yang dibaca.

E. Periode Membaca

1. Prabaca

Menurut Burns, dkk. (1996: 224) siswa akan terdorong memahami keseluruhan

materi jika para guru membiasakan kegiatan membaca dengan aktivitas prabaca,

saatbaca, dan pascabaca. Tahap-tahap membaca itu tidak sama prosedurnya.

Tahap prabaca berbeda dengan tahap saat-baca dan pascabaca, sebab tahap-tahap

itu memerlukan teknik pembelajaran yang berbeda pula.

Aktivitas pada tahap prabaca sangat berguna bagi mahasiswa untuk

membangkitkan pengetahuan sebelumnya. Aktivitas tersebut menurut Burns, dkk.

(1996: 224) bisa berupa membuat prediksi tentang isi bacaan, dan menyusun

pertanyaan tujuan. Adapun Moore (1991: 22) menyarankan kepada siswa agar pada

prabaca, siswa menganalisis judul bab, subjudul, gambar, pendahuluan yang

dilanjutkan dengan menyusun pertanyaan. Leo (1994:5) mempertegas pendapat

Moore bahwa sebelum kegiatan membaca, siswa mensurve judul bab supaya bisa

mengembangkan membaca secara efektif, dan bisa mengatur waktunya secara

fleksibel.

2. Saat-baca

Aktivitas pada tahap saat-baca merupakan kegiatan setelah prabaca. Kegiatan

ini dilakukan siswa untuk memperoleh pengetahuan baru dari kegiatan membaca

teks bacaan. Dalam membaca tersebut, siswa akan berusaha secara maksimal

memahami teks bacaan dengan berbagai strategi. Burns, dkk. (1996:229-236)

mengemukakan beberapa strategi dan aktivitas yang dapat digunakan pada saat-

baca untuk meningkatkan pemahaman tersebut. Strategi dan aktivitas yang

dimaksud meliputi strategi matakognitif, prosedur cloes dan pertanyaan penuntun.

2015 7

Bahasa Indonesia Modul 5Pusat Bahan Ajar dan eLearning

Supriyadi, S.Pd., M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id

Page 8: Modul 5. Membaca Untuk Menulis Elearning2 Kamis C-421-2

Sedangkan Leo (1994:8) lebih menekankan pada kegiatan membaca dengan cara

menandai bagian-bagian yang dianggap penting dan atau membuat ikhtisar bacaan

tersebut.

3. Pascabaca

Aktivitas pada tahap pascabaca, menurut Burns, dkk. (1996: 237) digunakan

untuk membantu siswa memadukan informasi baru yang dibacanya ke dalam

skemata yang telah dimilikinya sehingga diperoleh tingkat pemahaman yang lebih

tinggi. Strategi yang bisa digunakan dalam pascabaca dapat berupa pembelajaran

pengayaan, pertanyaan, representasi visual, teater pembaca, penceritaan kembali

dan aplikasi.

F. Teknik-teknik Membaca Cepat

1. Membaca Scanning

Membaca tatap (scanning) atau disebut juga membaca memindai adalah

membaca sangat cepat. Ketika seseorang membaca memindai, dia akan melampaui

banyak kata. Menurut Mikulecky & Jeffries dalam Farida Rahim (2005: 18) membaca

memindai penting untuk meningkatkan kemampuan membaca. Teknik membaca ini

berguna untuk mencari beberapa informasi secepat mungkin. Biasanya kita

membaca kata per kata dari setiap kalimat yang dibacanya. Dengan berlatih teknik

membaca memindai, seseorang bisa belajar membaca untuk memahami teks

bacaan dengan cara yang lebih cepat. Tapi, membaca dengan cara memindai ini

tidak asal digunakan. Jika untuk keperluan untuk membaca buku teks, puisi, surat

penting dari ahli hukum, dan sebagainya, perlu lebih detil membacanya.

Scanning atau membaca memindai berarti mencari informasi spesifik secara

cepat dan akurat. Memindai artinya terbang di atas halaman-halaman buku.

Membaca dengan teknik memindai artinya menyapu halaman buku untuk

menemukan sesuatu yang diperlukan. Scanning berkaitan dengan menggerakan

mata secara cepat keseluruh bagian halaman tertentu untuk mencari kata dan frasa

tertentu.

Teknik membaca memindai (scanning) adalah teknik menemukan informasi

dari bacaan secara cepat, dengan cara menyapu halaman demi halaman secara

merata, kemudian ketika sampai pada bagian yang dibutuhkan, gerakan mata

berhenti. Mata bergerak cepat, meloncat-loncat, dan tidak melihat kata demi kata.

Langkah-langkah Scanning:

(1) Perhatikan penggunaan urutan seperti ‘angka’, ‘huruf’, ‘langkah’, ‘pertama’,

‘kedua’, atau ‘selanjutnya’.

2015 8

Bahasa Indonesia Modul 5Pusat Bahan Ajar dan eLearning

Supriyadi, S.Pd., M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id

Page 9: Modul 5. Membaca Untuk Menulis Elearning2 Kamis C-421-2

(2) Carilah kata yang dicetak tebal, miring atau yang dicetak berbeda dengan teks

lainnya.

(3) Terkadang penulis menempatkan kata kunci di batas paragraf.

Langkah atau proses scanning yang lain yakni: Scanning dilakukan dengan cara:

(1) Menggerakkan mata seperti anak panah langsung meluncur ke bawah

menemukan informasi yang telah ditetapkan,

(2) Setelah ditemukan kecepatan diperlambat untuk menemukan keterangan

lengkap dari informasi yang dicari, dan

(3) Pembaca dituntut memiliki pemahaman yang baik berkaitan dengan karakteristik

yang dibaca (misalnya, kamus disusun secara alfabetis dan ada keyword di

setiap halaman bagian kanan atas, ensiklopedi disusun secara alfabetis dengan

pembalikan untuk istilah yang terdiri dari dua kata, dan sebagainya).

Adapun tujuan dari membaca scanning yaitu:

(1) Mencari informasi dalam buku secara cepat,

(2) Scanning merupakan teknik membaca cepat untuk menemukan informasi yang

telah ditentukan pembaca,

(3) Pembaca telah menentukan kata yang dicari sebelum kegiatan scanning

dilakukan, pembaca tidak membaca bagian lain dari teks kecuali informasi yang

dicari.

(4) Mendapatkan informasi spesifik dari sebuah teks. Biasanya, ini dilakukan jika

Anda telah mengetahui dengan pasti apa yang Anda cari sehingga

berkonsentrasi mencari jawaban yang spesifik.

Contoh Membaca scanning/memindai misalnya membaca mencari arti kata di

kamus, membaca acara siaran di telivisi, membaca daftar pejalanan, mencari nomor

telepon di buku telepon, membaca daftar menu makan di rumah makan, membaca

jadwal pelajaran, mencari pada papan pengumuman, mencari topik pada daftar isi

sebuah buku dll.

2. Membaca Skimming

Pengertian membaca-layap (skimming) Mikulecky & Jeffries dalam Rahim

(2005: 40) adalah membaca dengan cepat untuk mengetahui isi umum atau bagian

suatu bacaan. Membaca layap dibutuhkan untuk mengetahui sudut pandang penulis

tentang sesuatu, menemukan pola organisasi paragraf, dan menemukan gagasan

umum dengan cepat. Pengertian lain dari membaca skimming adalah membaca

sekilas atau membaca cepat untuk mendapatkan suatu informasi dari yang kita baca.

Skimming dilakukan untuk melakukan pembacaan cepat secara umum dalam suatu

bahan bacaan. Dalam skimming, proses membaca dilakukan secara melompat-

2015 9

Bahasa Indonesia Modul 5Pusat Bahan Ajar dan eLearning

Supriyadi, S.Pd., M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id

Page 10: Modul 5. Membaca Untuk Menulis Elearning2 Kamis C-421-2

lompat dengan melihat pokok-pokok pikiran utama dalam bahan bacaan sambil

memahami tema besarnya.

Selain untuk mendapatkan gagasan utama dari sebuah teks. Untuk

mengetahui apakah suatu artikel sesuai dengan apa yang kita cari. Untuk menilai

artikel tersebut, apakah menarik untuk dibaca lebih lanjut secara mendetail.

Kecepatan membaca secara skimming biasanya sekitar 3-4 kali lebih cepat dari

membaca biasa.

Langkah-langkah Skimming:

(1) Baca judul, sub judul dan subheading untuk mencari tahu apa yang dibicarakan

teks tersebut.

(2) Perhatikan ilustrasi (gambar atau foto) agar Anda mendapatkan informasi lebih

jauh tentang topik tersebut.

(3) Baca awal dan akhir kalimat setiap paragraf.

(4) Jangan membaca kata per kata. Biarkan mata Anda melakukan skimming kulit

luar sebuah teks. Carilah kata kunci atau keyword-nya.

(5) Lanjutkan dengan berpikir mengenai arti teks tersebut.

Banyak yang mengartikan skimming sebagai sekedar menyapu halaman, sedangkan

pengertian yang sebenarnya adalah suatu ketrampilan membaca yang diatur secara

sistematis untuk mendapatkan hasil yang efisien, untuk berbagai tujuan, seperti hal

berikut:

(1) Untuk mengenali topik bacaan. Apabila anda pergi ke toko buku atau

perpustakaan dan ingin mengetahui pembahasan apa dalam buku yang Anda

pilih itu, Anda melakukan skimming beberapa menit (atau browsing). Skimming

untuk melihat bahan yang akan dibaca, sekedar untuk mengetahui bahan

tersebut, juga dilakukan orang untuk memilih artikel di majalah dan surat kabar

(kliping).

(2) Untuk mengetahui pendapat orang (opini). Di sini Anda sudah mengetahui topik

yang dibahas, yang Anda butuhkan adalah pendapat penulis itu terhadap

masalah tersebut. Misalnya, tulisan tajuk surat kabar; Anda mungkin cukup

membaca paragraf pertama atau akhir yang biasanya memuat kesimpulan yang

dibuat oleh penulisnya (redaksi).

(3) Untuk mendapatkan bagian penting yang kita perlukan tanpa membaca

seluruhnya. Anda perlu melihat semua bahan itu untuk memilih ide yang bagus,

tetapi tidak membaca secara lengkap

(a) Untuk mengetahui organisasi penulisan, urutan ide pokok dan cara semua itu

disusun dalam kesatuan pikiran dan mencari hubungan antarbagian bacaan

2015 10

Bahasa Indonesia Modul 5Pusat Bahan Ajar dan eLearning

Supriyadi, S.Pd., M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id

Page 11: Modul 5. Membaca Untuk Menulis Elearning2 Kamis C-421-2

itu. Mungkin secara kronologi, membandingkan, atau bentuk lain. Skimming

berguna untuk memilih bahan yang perlu dipelajari dan diingat.

(b) Untuk penyegaran yang pernah dibaca, misalnya dalam mempersiapkan

ujian atau sebelum menyampaikan ceramah. Skimming ini juga disebut

sebagai review (tinjau balik).

Contoh

Skimming untuk mendapatkan gagasan utama dari sebuah halaman buku

teks sehingga dapat memutuskan apakah buku tersebut berguna dan perlu dibaca

lebih pelan dan mendetail. apakah buku tersebut berguna dan perlu dibaca lebih

pelan dan mendetail. Scanning untuk menemukan nomor tertentu pada direktori

telepon, kata dalam kamus. Strategi langkah-langkah skimming: Baca judul, sub

judul dan subheading untuk mencari tahu apa yang dibicarakan teks tersebut.

Perhatikan ilustrasi (gambar atau foto) agar Anda mendapatkan informasi lebih jauh

tentang topik tersebut. Baca awal dan akhir kalimat setiap paragraf Jangan

membaca kata per kata. Biarkan mata Anda melakukan skimming kulit luar sebuah

teks. Carilah kata kunci atau keyword-nya Lanjutkan dengan berpikir mengenai arti

teks tersebut.

 

G. Langkah-langkah Membaca Cepat

Sebelum melatih membaca cepat, kita perlu memahami beberapa langkah membaca

cepat yaitu:

1. Langkah Pertama adalah Persiapan

Tahap persiapan ini dimulai dengan membaca judul. Judul ini kita coba

menafsirkannya sesuai dengan asosiasi dan imajinasi serta pengalaman yang telah

kita alami. Kita bisa menafsirkan isi bacaan dari judul yang dibaca. Hubungkan

pengalaman/wawasan yang kita miliki sengan judul bahan bacaan yang akan dibaca.

Kemudian perhatikan gambar dan keterangan gambar dari materi yang akan dibaca.

Biasanya gambar atau ilustrasi dalam buku mengilustrasikan isi bacaan. Oleh karena

itu simbol visual ini dapat membantu kita memahami isi bacaan. Selanjutnya kita

perlu memperhatikan huruf cetak tebal/huruf miring. Huruf yang dicetak berbeda ini

melambangkan kata/kalimat penting dalam isi bacaan.

Langkah selanjutnya adalah membaca alinea awal dan akhir. Alinea awal

mengantarkan pembaca pada isi bacaan, sedangkan aliena akhir biasanya berupa

pokok pikiran dari isi bacaan. Melalui aliena awal dan akhir ini dapat membantu kita

menafsirkan keseluruhan isi bacaan. Kemudian kita perlu baca juga rangkuman

bacaan.

2. Langkah Kedua adalah Pelaksanaan

2015 11

Bahasa Indonesia Modul 5Pusat Bahan Ajar dan eLearning

Supriyadi, S.Pd., M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id

Page 12: Modul 5. Membaca Untuk Menulis Elearning2 Kamis C-421-2

Jika kita telah melaksanakan tahap persiapan tadi, kita sudah bisa membayangkan

gambaran umum isi bacaan dalam buku yang akan kita baca. Selanjutnya kita dapat

memulai membaca cepat dengan menggunakan dua teknik tadi yaitu scaning dan

skimming. Di sini kita bisa mencari kata-kata kunci yang ada dalam kalimat,

selanjutnya dihubungkan melalui asosiasi dan imajinasi kita sehinga bisa dengan

cepat mengambil inti sari isi bacaan tampa harus membaca seluruh isi buku.

3. Latihan Membaca Cepat

Untuk menguasai keterampilan membaca cepat, kita perlu latihan. Latihan ini

meliputi latihan otot mata, pheriperial mata, dan latihan pernapasan.

a. Melatih Otot Mata

Melatih otot mata dapat dilakukan dengan cara gerakan bola mata dalam

keadaan terpejam ke atas ke bawah, lalu samping kiri dan kanan. Latihan ini

harus dilakukan secara continue minimal selama 14 hari, masing-masing selama

lima menit tanpa harus putus. Apabila satu hari saja tidak latihan, maka otot mata

akan kembali ke keadaan sebelum latihan.

b. Melatih Pheriperal Mata

Melatih pheriperal mata dapat dilakukan dengan cara pandangan mata mengikuti

gerakan telunjuk di depan mata. Tujuannya agar mata kita dapat menjangkau

seluruh bacaan tanpa menggeleng-gelengkan kepala, karena menggelengkan

kepala itu menghambat membaca cepat.

c. Melatih Pernapasan

Melatih pernapasan dapat dilakukan dengan cara tarik napas panjang keluarkan

secara perlahan. Kemudian latihan konsentrasi yang berhubungan dengan sikap

duduk, tegak, libatkan asosiasi dan imajinasi. Di sini usahakan seolah-olah

sedang berkomunikasi dengan sang penulis.

4. Penutup

Tentunya Anda sudah paham dengan penjelasan tadi. Hakekat membaca cepat

adalah memahami isi bacaan secara cepat. Ternyata memahami sebuah buku, tidak

harus membaca seluruh isi buku. Melalui teknik membaca cepat yang dijelaskan di

atas kita bisa memahami sebuah buku dengan relatif cepat tanpa harus membaca

seluruh isi buku. Untuk bisa membaca cepat ini kadang-kadang dihadapkan kepada

beberapa hambatan. Kunci utama mengatasi hambatan-hambatan ini adalah ada

keinginan untuk merubah kebiasaan membaca yang merugikan tadi. Selanjutnya kita

perlu memahami model membaca cepat, seperti model line by line, model spiral, dan

model melingkar. Yang lebih penting lagi kita perlu paham teknik membaca cepat,

baik skimming maupun scanning, serta langkah-langkah dalam membaca cepat.

2015 12

Bahasa Indonesia Modul 5Pusat Bahan Ajar dan eLearning

Supriyadi, S.Pd., M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id

Page 13: Modul 5. Membaca Untuk Menulis Elearning2 Kamis C-421-2

H. Model membaca cepat

Sebelum berlatih membaca cepat, kita harus paham beberapa model membaca cepat.

Ada tiga model yang biasa digunakan dalam membaca cepat, yaitu:

1. Model line by line

Model line by line atau sering disebut model garis per garis. Membaca model ini

kata-kalimat dalam bahan bacaan dibaca secara berurutan dari baris pertama hingga

baris terakhir secara beurutan. Model ini biasanya digunakan untuk bacaan yang

bersifat padat, materi bacaan yang relatif baru (masih asing), atau banyak

menggunakan kata-kata atau istilah asing.

2. Model Spiral

Membaca cepat Model Spiral. Ketika membaca kita tidak membaca seluruh isi

bacaan, tetapi dibaca secara zigzag seperti spiral. Penggabungan kata/kalimat

dalam bacaan menggunakan rasio dan pemikiran kita, sehingga kita menyimpulkan

sendiri dari kata-kata kunci yang dibaca.

3. Model Melingkar

Model melingkar atau mencari kata kunci. Di sini pembaca tidak membaca semua

kata/kalimat dalam bacaan tetapi dicari kata kunci (key word). Kata-kata kunci ini

menjadi acuan untuk memahami isi bacaan dan dihubungkan melalui logika dan

pemikiran si pembaca. Model ini biasanya digunakan untuk membaca informasi yang

sifatnya ringan. Misalnya membaca Koran, majalah, dan lain-lain.

I. Kecepatan Efektif Membaca

1. Pengertian Kecepatan Efektif Membaca

Kecepatan Efektif Membaca adalah perpaduan antara kecepatan mata (kemampuan

visual) dengan kecepatan pemahaman (kemampuan kognitif) dalam merespon suatu

bacaan. Kecepatan Efektif Membaca sangat dibutuhkan dalam praktek lapangan.

Maka siswa, dosen, manajer perusahaan dan ilmuwan lainnya harus mampu

menyerap isi sebuah bacaan secara cepat dan efektif. Kecepatan ini harus dilatih

sejak dini agar kita tidak terbiasa berperilaku membaca secara salah, misalnya:

membaca dengan mulut berkomat-kamit, membaca dengan suara berdengung

seperti bebek atau mendesis seperti ular, membaca dengan bantuan tangan,

penggaris atau alat tulis lainnya, dan sebagainya.

2. Rumus Kecepatan Efektif Membaca

a.

KWm

× BSI

= . ..Kpm

2015 13

Bahasa Indonesia Modul 5Pusat Bahan Ajar dan eLearning

Supriyadi, S.Pd., M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id

Page 14: Modul 5. Membaca Untuk Menulis Elearning2 Kamis C-421-2

b.

KWd : 60

× BSI

= . . .Kpm

c.

KWd

(60 ) × BSI

= . . .Kpm

Keterangan:

K = Jumlah kata yang dibaca

Wm = Waktu tempuh baca dalam satuan menit

Wd = waktu tempuh baca dalam satuan detik

B = Skor dari jawaban yang benar

SI = Skor ideal/skor maksimal

Kpm = Kata permenit

J. KEM, Tujuan Membaca, dan Karakteristik Bacaan

Pembaca yang efisien mempunyai kecepatan baca yang fleksibel sesuai dengan

bahan bacaan yang dihadapinya serta tujuan membacanya. Berikut ini disajikan rincian

rata-rata kecepatan membaca yang disesuaikan dengan keperluan baca.

Kecepatan 100 kpm atau lebih digunakan pada saat membaca skimming atau

scanning, manakala pembaca hendak mengenal bahan bacaan yang akan dibaca,

mencari jawaban atas pertanyaan tertentu, mengetahui struktur organisasi bacaan,

mencari gagasan pokok, mendapatkan kesan umum suatu bacaan, dan lain-lain.

Kecepatan antara 500-800 kpm (tinggi) digunakan untuk membaca bahan bacaan

yang mudah/ringan atau yang sudah dikenal, antara lain membaca novel, cerpen untuk

mengetahui jalan ceritanya.

Kecepatan antara 350-500 kpm (cepat) digunakan untuk membaca bacaan yang

mudah yang bersifat deskriptif, informatif dan bacaan fiksi yang agak sulit untuk

menikmati keindahan sastranya, atau mengantisipasi akhir cerita.

Kecepatan antara 250-350 kpm (rata-rata) digunakan untuk membaca fiksi yang

kompleks guna menganalisis watak tokoh dan jalan cerita atau bahan-bahan nonfiksi

yang agak sulit untuk mendapatkan detil informasi, mencari hubungan atau membuat

evaluasi terhadap ide penulisnya.

Kecepatan antara 100-125 kpm (lambat) digunakan untuk mempelajari bacaan

yang sukar, bahan bacaan ilmiah yang bersifat teknis, analisis nilai sastra klasik,

memecahkan persoalan yang dirujuk oleh bacaan yang bersifat instruksional (petunjuk).

Kecepatan rata-rata di atas hendaknya disertai dengan minimal 70% pemahaman isi

bacaan. Karena kecepatan rata-rata tersebut masih merupakan kecepatan kasar yang

belum menyertakan pemahaman isi bacaan. Berdasarkan hasil studi para ahli membaca

2015 14

Bahasa Indonesia Modul 5Pusat Bahan Ajar dan eLearning

Supriyadi, S.Pd., M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id

Page 15: Modul 5. Membaca Untuk Menulis Elearning2 Kamis C-421-2

di Amerika, kecepatan yang memadai untuk siswa tingkat akhir Sekolah Dasar, kurang

lebih 200 kpm, siswa tingkat sekolah lanjutan pertama 200-250 kpm, siswa tingkat

sekolah lanjutan atas antara 250-325 kpm. Sedangkan tingkat mahasiswa antara 325-

400 kpm dengan pemahaman isi minimal 70%.

Dengan demikian, bila dihitung KPM-nya masing-masing akan menjadi sebagai berikut:

1. Tingkat SD : 200 X 70% = 140 kpm

2. Tingkat SMTP : 200 X 70% s.d. 250 X 70% = 140 – 175 kpm

3. Tingkat SLTA : 250 X 70% s.d. 325 X 70% = 175 – 245 kpm

4. Tingkat PT : 325 X 70% s.d. 400 X 70% = 245 – 280 kpm

Tingkat Sekolah dan KEM yang Standar

1. SD = 80 s.d. 140 Kpm

2. SMP = 140 s.d. 175 Kpm

3. SMTA = 175 s.d. 245 Kpm

4. PT = 245 s.d. 280 Kpm

K. Berbagai Hambatan dalam Membaca Cepat

1. Rendahnya Motivasi

Sering kali saat  membaca, kita tidak memiliki motivasi yang kuat atas bahan

bacaan. Motivasi yang kurang ini secara mental akan membuat kita membaca

dengan lambat dan otak tidak dirangsang untuk bekerja dan memahami apa yang

kita baca.

Kunci untuk mengatasi hambatan ini adalah: selalu tanyakan pada diri kita

sendiri AMBAK (Apa Manfaatnya Bagiku?) saat membaca satu bacaan. Pakailah

5W+1H untuk mematok target kapan bahan bacaan itu akan diselesaikan.

2. Sulit berkonsentrasi

Ketika kita  tidak berkonsentrasi,  informasi yang diterima oleh mata yang

diteruskan ke otak tidak mendapat perhatian yang cukup sehingga kita kehilangan

pemahaman atas bahan bacaan dan harus mengulangnya berkali-kali. Pengulangan

ini disebut sebagai regresi.

Kunci untuk mengatasi hambatan ini adalah mencari suasana yang

menyenangkan dan nyaman saat membaca, yang jauh dari kebisingan dan

mempunyai cahaya penerangan yang cukup. Agar bisa menyerap informasi dengan

maksimal, posisi alfa  (posisi duduk tegak, rileks, dengan kedua telapan kaki

menyentuh lantai) saat membaca sangat dianjurkan.

3. Hambatan dalam Membaca Cepat dan Cara Mengatasinya

a. Vokalisasi (membaca dengan bersuara)

2015 15

Bahasa Indonesia Modul 5Pusat Bahan Ajar dan eLearning

Supriyadi, S.Pd., M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id

Page 16: Modul 5. Membaca Untuk Menulis Elearning2 Kamis C-421-2

Yakni mengucapkan kata demi kata secara lengkap, bisa dengan bersuara

lantang, ataupun dengan suara samar/tidak jelas (menggumam).

Untuk mengetahui apakah kita mengucapkan kata-kata atau tidak, letakkan

tangan di leher ketika membaca. Bila getaran terasa di jakun, itu berarti kita

membaca dengan bersuara.

Tips Mengatasinya:

Lakukan gerakan seperti meniup (bibir bersiul) pada saat membaca, dan

letakkan tangan di leher.

b. Gerakan Bibir

Menggerakkan bibir pada saat membaca, walaupun tanpa bersuara, juga akan

membuat kecepatan baca menjadi melambat empat kali dibandingkan jika

membaca dengan diam/tanpa bersuara.

Tips Mengatasinya:

Rapatkan bibir kuat-kuat. Tekanlah lidah ke langit-langit atas.

Mengunyah permen karet

Bibir dalam posisi bersiul, tapi tanpa suara.

c. Gerakan Kepala

Saat masa kanak-kanak, jangkauan penglihatan kita tidak memungkinkan

menguasai penampang bacaan (dari kiri hingga kanan). Karena itulah kita

menggerakkan kepala dari kiri dan kanan untuk membaca baris-baris bacaan

secara lengkap. Saat dewasa, jangkauan penglihatan kita telah mampu

menguasai penampang tersebut secara optimal, sehingga seharusnya mata saja

yang bergerak.

Namun demikian, karena kebiasaan masa kecil, kita masih sering menggerak-

gerakkan kepala dengan menggesernya.

Tips Mengatasinya:

1) Letakkan telunjuk jari ke pipi dan sandarkan siku tangan ke meja selama

membaca. Apabila terasa tangan terdesak oleh gerakan kepala, itu berarti

Anda masih menggerakkan kepala dalam membaca. Usahakanlah untuk

menghentikannya.

2) Tangan memegang dagu, seperti memegang jenggot. Bila kepala Anda

bergerak, terasa dagu Anda juga bergeser. Usahakanlah untuk menghentikan

gerakan itu.

3) Letakkan ujung Jari di hidung. Bila kepala anda bergerak, anda akan

menyadarinya. Berusahalah untuk menghentikannya.

d. Menunjuk Dengan Jari

2015 16

Bahasa Indonesia Modul 5Pusat Bahan Ajar dan eLearning

Supriyadi, S.Pd., M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id

Page 17: Modul 5. Membaca Untuk Menulis Elearning2 Kamis C-421-2

Kebiasaan ini timbul karena saat masih belajar membaca, kita selalu menunjuk

kata demi kata dengan jari, agar tak ada kata yang terlewati. Kebiasaan ini sering

dipertahankan hingga dewasa, padahal sangat menghambat kecepatan baca,

Karena gerakan tangan lebih lambat dari pada gerakan mata.

Tips mengatasinya:

1) Memasukkan tangan ke saku ketika membaca

2) Memegang buku selama membaca.

e. Regresi

Dalam membaca, mata bergerak dari kiri ke kanan untuk menangkap kata-kata

yang terletak berikutnya. Namun sering mata bergerak kembali ke belakang

untuk membaca ulang suatu kata atau beberapa kata sebelumnya. Kebiasaan

inilah yang disebut dengan regresi. Hal ini kebanyakan dilakukan karena merasa

kurang  yakin dalam memahami kata atau kalimat sebelumnya.

Tips mengatasinya:

1) Menanamkan kepercayaan diri pada saat membaca. Jangan terpaku pada

detail.

2) Bila Anda merasa ada yang terlewati, biarkan saja.

3) Berkonsentrasilah dalam membaca, jangan sampai melamun.

f. Subvokalisasi

Yakni melafalkan kata-kata  dalam batin/pikiran. Kebiasaan ini juga menghambat

karena konsentrasi akan lebih terfokus pada ‘bagaimana melafalkan dengan

benar’, dan bukannya ‘memahami ide’ yang terkandung dalam kata-kata

tersebut.

Tips mengatasinya:

Memperlebar jangkauan pandangan mata (fiksasi), sehingga mata dapat

menangkap beberapa kata sekaligus. Dengan cara ini, otak akan menyerap

informasi berdasarkan ide ‘garis besar’nya yang terdiri dari gabungan kata, dan

tak terpaku pada pelafalannya.

4. Kiat Meningkatkan Kecepatan Membaca

a. Membaca tanpa bersuara, gerak bibir, atau gelengan kepala

b. Jangan berhenti membaca pada satu kata atau bagian yang sulit

c. Jangan mengulang bacaan

d. Jangan membaca kata demi kata.

e. Jangan membaca bergumam

f. Jangan berhenti lama di awal baris

g. Membaca per satuan makna atau fungsi kalimat

h. Jangan menggunakan telunjuk tangan

2015 17

Bahasa Indonesia Modul 5Pusat Bahan Ajar dan eLearning

Supriyadi, S.Pd., M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id

Page 18: Modul 5. Membaca Untuk Menulis Elearning2 Kamis C-421-2

i. Berlatih konsentarsi dengan mengatur pernafasan dan pemfokusan bacaan

DAFTAR PUSTAKAAlek A dan H. Achmad H.P. 2010. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group.

Harjasujana, Ahmad S. 1986. Keterampilan Membaca. Jakarta: Karunika.

Nurhadi. 1987. Membaca Cepat dan Efektif. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Rahim, Farida. 2005. Pengajaran membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.

Satata, Sri, Devi Suswandari dan Dadi Waras Suhardjono. 2012. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembang Kepribadian. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca: Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

2015 18

Bahasa Indonesia Modul 5Pusat Bahan Ajar dan eLearning

Supriyadi, S.Pd., M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id