MODUL 1

35
HEMATOLOGI ANEMIA Tutor : dr. Elyusrar A. Djalal, Ph.D KELOMPOK 2 Ketua : Andi Bagus Prayogo 2014730008 Sekretaris : Aulia Widyajasita 2014730013 Anggota : Taufiq Zulyasman 2014730089 M. Izzatul Islam Yunus 2014730052 Faradila Ramadhani 2014730028 Hasanah Suci Indriani 2014730040 Nadya Ayu Purwaning H. 2014730070 Tiffany Rachma Putri 2014730091 Yasmin Kamila Manan 2014730100

description

aa

Transcript of MODUL 1

Page 1: MODUL 1

HEMATOLOGIANEMIA

Tutor : dr. Elyusrar A. Djalal, Ph.D

KELOMPOK 2

Ketua : Andi Bagus Prayogo 2014730008Sekretaris : Aulia Widyajasita 2014730013

Anggota : Taufiq Zulyasman 2014730089 M. Izzatul Islam Yunus 2014730052 Faradila Ramadhani 2014730028 Hasanah Suci Indriani 2014730040 Nadya Ayu Purwaning H. 2014730070 Tiffany Rachma Putri 2014730091 Yasmin Kamila Manan 2014730100

Page 2: MODUL 1

Skenario 2

Seorang wanita umur 25 tahun diantar suaminya ke dokter keluarga mengeluh tubuh cepat lelah dengan wajah pucat, sering sakit kepala, pusing, dan berdebar-debar yang dirasakan sejak 3 bulan yang lalu. Setelah menerima penjelasan dari dokter, suaminya sangat khawatir tentang dampak yang akan terjadi karena istrinya sedang hamil muda. Setelah pemeriksaan fisik ditemukan konjungtiva anemia dan sclerae tidak icteric. Dia tidak memiliki riwayat menstruasi yang berkepanjangan

Page 3: MODUL 1

Kata Sulit

• Tidak Icteric

Icteric / Ikterik / Ikterus adalah perubahan warna kulit / sclera mata (normal berwarna putih) menjadi kuning karena peningkatan kadar bilirubin dalam darah.

Page 4: MODUL 1

Kata Kunci• Wanita usia 25 tahun• Tubuh cepat lelah• Wajah pucat• Sakit kepala• Pusing• Berdebar – debar• Dirasakan sejak 3 bulan lalu• Hamil muda• Konjungtiva anemis• Sklera tidak icteric• Tidak ada riwayat menstruasi berkepanjangan

Page 5: MODUL 1

Pertanyaan 1. Jelaskan definisi dan klasifikasi dari Anemia!2. Sebutkan Etiologi dan Faktor resiko dari Anemia!3. Bagaimana Patomekanisme dari Anemia?4. Jelaskan hubungan keluhan pasien dengan kehamilan

pasien!5. Tentukan WD dan DD dari kasus tersebut!6. Bagaimana alur diagnosis dari kasus tersebut?7. Tentukan pemeriksaan penunjang dari kasus tersebut!8. Tentukan penatalaksanaan dari kasus tersebut!9. Jelaskan Komplikasi dari penyakit di skenario!10. Jelaskan prognosis dari kasus tersebut!

Page 6: MODUL 1

Definisi Anemia

Anemia adalah penurunan kapasitas penyaluran oksigen dari darah ke jaringan karena pengurangan jumlah sel darah merah sampai bawah batas normal yang terjadi akibat perdarahan, meningkatnya penghancuran eritrosit, dan menurunnya produksi eritrosit.

Kumar, Abbas, Aster. 2015. Buku Ajar Patologi. Singapore. Elsevier Inc.

Page 7: MODUL 1

Klasifikasi Anemia

Berdasarkan morfologi

hipokromik mikrositer

makrositernormokromik normositer

Page 8: MODUL 1
Page 9: MODUL 1

Berdasarkan Etiopatogenesis

Produksi eritrosit menurun

1.Kekurangan bahan untuk eritrosit; zat besi, vit.B12, AS.folat. Gangguan utilisasi besi2.Kekurangan jaringan sumsum tulang; atrofi dengan pergantian oleh jaringan lemak, penggantian oleh jaringan fibrotik.3.Fungsi sumsum tulang kurang baik karena tidak diketahui

Kehilangan eritrosit dari tubuh

1.Pasca perdarahan akut maupun kronik.

Peningkatan penghancuran

eritrosit (hemolisis)

1.Faktor ekstra korpuskuler; antibodi terhadap eritrosit, pemaparan terhadap bahan kimia, akibat infeksi bakteri atau parasit, dan kerusakan mekanik.2.Faktor intra korpskuler; gangguan pada membran, enzim dan hemoglobin.

Bernadette F. Rodak. 2007. hematology clinical principles and applications. USA. Saunders, Elsevier.

Page 10: MODUL 1

Batasan kadar hemoglobin anemia berdasarkan usia

Page 11: MODUL 1

ETIOLOGI

1) Gangguan pembentukan eritosit, terjadi bila

terdapat defiisiensi, substannsi

tertentu(mineral, vitamin, asam amino) dan

gangguan pada sumsum tulang.

2) Pendarahan baik akut maupun kronis.

3) Proses penghancuran eritrosit(hemolysis)Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. edisi IV BAB 335.

Page 12: MODUL 1

FAKTOR REKSIKO

Harga normal Hemoglobin sangat bervariasi secara fisiologik, dan tergantung pada umur, jenis kelamin, adaya kehamilan dan tingginya tempat tinggal dari permukaan laut.Tetapi prevalansinya sering di temukan di daaerah tropik.

LOKASI ANAK 0-4Th

ANAK 5-12Th

LAKI DEWASA

WANITA 15-49Th

WANITA HAMIL

NEGARA MAJU 12% 7% 3% 14% 11%

NEGARA BERKEMBANG

51% 46% 26% 59% 47%

DUNIA 43% 37% 18% 51% 35%

Page 13: MODUL 1

Gambaran prevalansi pada tahun 1989 di Indonesia

• Anak prasekolah : 30-40%• Anak usia sekolah : 25-35%• Perempuan dewasa tidak hamil : 30-40%• Perempuan hamil :50-70%• Laki-laki dewasa : 20-30%• Pekerja berpenghasilan rendah : 30-40%

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. edisi IV BAB 335.

Page 14: MODUL 1

Patofisiologi anemia defisiensi besi

Perdarahan, faktor nutrisi atau peningkatan

kebutuhan besi, atau gangguan absorpsi

besi

cadangan besi semakin menurun

penyediaan besi untuk eritropoiesis

berkurang

gangguan pada bentuk eritrosit

anemia hipokromik mikrositer

iron depleted state

iron deficient erythropoiesis

iron deficiency

anemiaBakta, I Made. 2012. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta: EGC. Hlm. 31

Page 15: MODUL 1

Hubungan keluhan pasien dengan kehamilan

Pada saat kehamilan kebutuhan Fe dan Asam Folat meningkat. Fe dan asam folat berperan dalam pembentukan sel darah merah.Fe merupakan mineral yang diperlukan tubuh yang berperan dalam pembentukan hemoglobin. Hemoglobin adalah protein yang hanya terdapat dalam eritrosit yang berfungsi sebagai pengangut oksigen untuk didistribusikan ke seluruh tubuh.

Tony Hollingworth, Aryandhito Widhi Nugroho, Alfred Ganda, Marselinus Surya. 2011. DIAGNOSIS BANDING DALAM OBSTETRI & GINEKOLOG:A-Z. Jakarta: EGC

Page 16: MODUL 1

Saat Kehamilan

Peningkatan Kebutuhan

Fe dan Asam Folat

Perubahan Fisiologis (Meningkatnya kebutuhan Fe bagi janin dan plasenta,

Peningkatan replikasisel pada janin, uterus, dan

sumsum tulang)

Jika kebutuhan Fe dan asam folat tidak terpenuhi, terjadi

defisiensi.

Sel darah merah tidak terbentuk

Muncul sindrom anemia

Ilmu Penyakit Dalam. 2014. Jakarta: Interna PublishingSherwood, Lauralee. 2014. FISIOLOGI MANUSIA: DARI SEL KE SISTEM, ED. 8. Jakarta: EGC.

Page 17: MODUL 1

Anemia Defisiensi Besi

• Epidemiologi Anemia defisiensi besi merupakan anemia yang seing dijumpai, terutama di Negara-negara tropik. Anemia ini mengenai lebih dari sepertiga penduduk dunia yang memberikan dampak kesehatan yang sangat merugikan serta dampak sosial yang cukup serius

Afrika Amerika Latin Indonesia

Laki Dewasa 6% 3% 16-50%

Wanita tak Hamil

20% 17-21% 25-48%

Wanita hamil 60% 39-46% 46-92%

Page 18: MODUL 1

Etiologi1. Kehilangan besi akibat pendarahan menahun dapat berasal dari Saluran cerna : salisilat atau OAINS, kanker lambung, kanker kolon, diverticulosis, hemoroid dan infeksi cacing tambangSaluran napas : hemoptoe2. Faktor nutrisi : akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan, atau kualitas besi yang tidak baik 3. Kebutuhan besi meningkat : seperti pada prematuritas, anak dalam masa pertumbuhan, dan kehamilan. 4. Gangguan absorpsi besi : gastrektomi, tropical sprue atau kolitis kronik.

Patogenesis

Perdarahan menahun

Kehilangan besi

Cadangan besi

menurun

Cadangan besi kosong

Penyediaan besi untuk eritopoesis berkurang

Gangguan pada

bentuk eritrosit

Apabila jumlah

besi menurun

Eritopoesis terganggu

Kadar Hb turun

Anemia hipokromik

Page 19: MODUL 1

Gejala

Gejala Umum

• kadar hemoglobin turun di bawah 7-8 g/dl. Gejala ini berupa badan lemah, lesu, cepat lelah, mata berkunang-kunang, serta telinga mendenging.

Gejala Khas

• Koilonychia• Atrofi papil lidah • Disfagia• Atrofi mukosa gaster• Pica

Page 20: MODUL 1

Anemia Megaloblastik

Kelainan sel darah merah dimana dijumpai anemia dengan volume sel darah merah (SDM) lebih dari normal dan ditandai oleh banyak sel imatur besar dan SDM disfungsional (megaloblas) di sumsum tulang akibat adanya hambatan sintesis DNA dan/atau sintesis RNA terganggu siklus sel terhambat berlanjut dari tahap pertumbuhan ke tahap mitosis.

Page 21: MODUL 1

Epidemiologi

Anemia makrositosis dapat terjadi pada usia berapapun, tapi lebih menonjol pada kelompok usia yang lebih tua karena penyebab makrositosis lebih lazim pada orang tua.

Asam Folat Dan Vitamin B12

Peran utama asam folat dan vitamin B12 ialah dalam metabolisme intraseluler.Seperti yang diterangkan di depan, adanya defisiensi kedua zat tersebut akan menghasilkan tidak sempuranya sintesis DNA pada tiap sel, di mana pembelahan kromosom sedang terjadi.

Page 22: MODUL 1

Gambaran Klinis

Anemia Defisiensi folat

Berlangsung secara lambat laun, dan berkaitan dengan gejala yang tidak khas seperti perasaan lemah dan gampanng lelah.

Anemia defisiensi B12

Kurangnya kadar vitamin B12 menyebabkan terjadinya anemia megaloblastik yang sama dengan anemia defisiensi folat. Namun, defisiensi vitamin B12 juga dapat menyebabkan kelainan demielinisasi pada saraf tepi dan sumsum tulang belakang.

Yang paling baik untuk membedakan anemia defisiensi folat dengan defisiensi B12 adalah pemeriksaan kadar folat dan vitamin B12 pada serum dan sel darah merah

Page 23: MODUL 1

Anemia Aplastik

Anemia aplastik adalah kelainan yang ditandai oleh tertekannya sel punca myeloid yang multipoten, yang menyebabkan kegagalan sumsum tulang tulang dan pansitopenia.

Page 24: MODUL 1

Gambaran Klinis

Dapat terjadi pada semua umur baik pria maupun wanita. Anemia yang berlangsung lambat dan progresif menyebabkan perkembangan penyakit secara lambat laun berupa kelelahan, pucat dan sesak napas.

Diagnosis

Diagnosis anemia megaloblastik hipovitaminosis vitamin B12 dilakukan dengan uji Schling atau dimodifikasi dengan menngukur kadar vitamin B12 serum/plasma secara serial sebelum dan setelah pemberian vitamin B12 per-oral.

Vinay Kumar, Ramzi S. Cotran & Stanley L. Robbins. 2007. Buku Ajar Patologi Edisi 7. EGCBuku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II.

Page 25: MODUL 1

Alur Diagnosis1. Anamnesis : Pada anamnesis ditanya mengenai riwayat penyakit sekarang dan riwayat penyakit dahulu, riwayat gizi, anamnesis mengenai lingkungan fisik sekitar, apakah ada paparan terhadap bahan kilia atau fisik serta riwayat pemakaian obat. Riwayat penyakit keluarga juaga ditanya untuk mengetahui apakah ada faktor keturunan.

Contoh - kurang gizi, diet - riwayat “kuning” : anemia hemolitik, - menderita sakit ginjal - perdarahan (saluran cerna,ginekologis) - penyakit infeksi - etnis, genetis thalassemia,

Bakta,I Made,2000,Catatan Kuliah Hematologi Klinik (lecture Notes on Clinical Hematology),FK Unud.RS Sanglah: Denpasar

Page 26: MODUL 1

• Pemeriksaan fisik:Pemeriksaan dilakukan secara sistematik dan menyeluruhPerhatian khusus diberikan pada a. Warna kulit : pucat, sianosis, ikterus, kulit telapak tangan kuning seperti jerami b. Kuku : koilonychias (kuku sendok) c. Mata : ikterus, konjugtiva pucat, perubahan pada fundus d. Mulut : ulserasi, hipertrofi gusi, atrofi papil lidah e. Limfadenopati, hepatomegali, splenomegali

Bakta,I Made,2000,Catatan Kuliah Hematologi Klinik (lecture Notes on Clinical Hematology),FK Unud.RS Sanglah: Denpasar

Page 27: MODUL 1

Pemeriksaan Penunjang Anemia Def. Besi

Pemeriksaan Hb

Pada pemeriksaan dapat dilakukan dengan menggunakan alat sederhana seperti Hb sachli, dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan, yaitu trimester I dan III.

Penentuan Indeks Eritrosit

Mean Corpusculer Volume (MCV) Volume rata-rata eritrosit, MCV akan menurun apabila kekurangan zat

besi semakin parah, dan pada saat anemia mulai berkembang. Nilai normal 70-100 fl.

Mean Corpuscle Haemoglobin (MCH)Berat hemoglobin rata-rata dalam satu sel darah merah. Nilai normal 27-

31 pg.

Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration (MCHC).Konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata. Nilai normal 30- 35%.

Page 28: MODUL 1

Pemeriksaan Hapusan Darah Perifer

Pemeriksaan menggunakan pembesaran 100 kali dengan memperhatikan ukuran, bentuk inti, sitoplasma sel darah merah. Pada defisiensi besi dini biasanya apusan darah normal.

Red Distribution Wide (RDW)

Merupakan variasi dalam ukuran sel merah untuk mendeteksi tingkat anisositosis yang tidak kentara. Kenaikan nilai RDW merupakan manifestasi hematologi paling awal dari kekurangan zat besi. Nilai normal 15%.

Eritrosit Protoporfirin (EP)

EP diukur dengan memakai haematofluorometer yang hanya membutuhkan beberapa tetes darah.EP naik pada tahap lanjut kekurangan besi eritropoesis.

Page 29: MODUL 1

Besi Serum

Besi serum peka terhadap kekurangan zat besi ringan, serta menurun setelah cadangan besi habis sebelum tingkat hemoglobin jatuh.

Serum Transferin

Transferin adalah protein tranport besi dan diukur bersama-sama dengan besi serum. Serum transferin dapat meningkat pada kekurangan besi. Nilai normal 25%

Pemeriksaan Sumsum Tulang

Pemeriksaan histologis sumsum tulang dilakukan untuk menilai jumlah hemosiderin dalam sel-sel retikulum. Tanda karakteristik dari kekurangan zat besi adalah tidak ada besi retikuler.

Buku Saku Hematologi Edisi 3: Larry Waterburyrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21579/4/Chapter%20II.pdf

Page 30: MODUL 1

Terapi Klausal

• Terapi ini diberikan berdasarkan penyebab yang mendasari terjadinya anemia defisiensi besi. Terapi kausal ini harus dilakukan segera kalau tidak, anemia ini dengan mudah akan kambuh lagi atau bahkan pemberian preparat besi tidak akan memberikan hasil yang diinginkan.

Page 31: MODUL 1

Terapi dengan Preparat Besi

• Terapi dengan Besi Oral – Ferro Sulfat

Mengandung 20% besi. Dosis rata-rata untuk pengobatan anemia defisiensi besi adalah sekitar 200 mg/hari, diberikan dalam tiga dosis yang sama sebesar 65 mg.

• Terapi dengan Besi Parenteral– Injeksi besi dekstran (INFED, DEXERRUM)

Obat ini mengandung 50 mg/ml besi elemen. Obat ini bisa diberikan melalui injeksi intravena atau intra muscular. Pemberian intravena memberikan respons yang lebih dapat diandalkan.

Page 32: MODUL 1

Terapi Lainnya

• Diet: perbaikan diet sehari - hari yaitu diberikan makanan yang bergizi dengan tinggi protein dalam hal ini diutamakan protein hewani.

• Vitamin C: pemberian vitamin C ini sangat diperlukan mengingat vitamin C ini akan membantu penyerapan besi. Diberikan dengan dosis 3 x 100mg.

• Transfusi darah: pada anemia defisiensi besi ini jarang memerlukan transfusi kecuali dengan indikasi tertentu

Bakta IM, 2007, hal 26 - 39; Metha A, Hoffbrand AV, 2000, p.32 - 33

Page 33: MODUL 1

Komplikasi

• Masalah Jantung Gagal Jantung

• Masalah Selama Kehamilan Kelahiran Prematur Berat lahir bayi rendah

• Masalah Pertumbuhan Pertumbuhan tertunda Kerentanan terhadap infeksi

Luh Seri Ani, Dr. SKM., M.Kes. 2013. Buku Saku Anemia Defisiensi Besi Masa Prahamil dan Hami. EGC.

Page 34: MODUL 1

Prognosis

Prognosis baik apabila pasien diketahui hanya karena kekurangan besi saja dan kemudian dilakukan penanganan yang adekuat.

Supandiman I,Fadjari H, Sukrisman L. Anemia Pada Penyakit Kronis. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi V .Jakarta: Pusat Penerbit Ilmu Penyakit Dalam,2009

Page 35: MODUL 1