Tutor Modul 1

37
MODUL 1 REKAM MEDIK BLOK 19 Terminologi 1. Panoramic : foto rontgen yang memperlihatkan keseluruhan gambaran lengkung gigi maksilla dan mandibula termasuk struktur gigi dan struktur pendukungnya. 2. Sefalometri : foto rontgen yang diambil dari antero-posterior yang memperlihatkan keseluruhan hubungan struktur makasilla dan mandibula terhadap basis kranium. Identifikasi Masalah 1. Apa perbedaan antara anamnesa umum dengan anamnesa ortodonti? 2. Selain menanyakan riwayat gigi keluarga, apa lagi yang bisa ditanyakan dalam anamnesa? 3. Prosedur apa saja yang dilakukan untuk menegakkan diagnosa kasus Dovi? 4. Apa saja yang termasuk rekam medik (dokumen) dalam orto? 5. Kenapa dokter gigi melakukan rontgen sefalometri dan panoramik terhadap Dovi? 6. Apa fungsi rontgen sefalo dan panoramic dalam bidang ortho? 7. Selain rontgen foto, apa pemeriksaan lain yang diperlukan? 8. Apa penyebab gigi Dovi seperti yang diskenario?

description

Tutor Modul 1

Transcript of Tutor Modul 1

Page 1: Tutor Modul 1

MODUL 1 REKAM MEDIK

BLOK 19

Terminologi

1. Panoramic : foto rontgen yang memperlihatkan keseluruhan gambaran

lengkung gigi maksilla dan mandibula termasuk struktur gigi dan struktur

pendukungnya.

2. Sefalometri : foto rontgen yang diambil dari antero-posterior yang

memperlihatkan keseluruhan hubungan struktur makasilla dan mandibula

terhadap basis kranium.

Identifikasi Masalah

1. Apa perbedaan antara anamnesa umum dengan anamnesa ortodonti?

2. Selain menanyakan riwayat gigi keluarga, apa lagi yang bisa ditanyakan dalam

anamnesa?

3. Prosedur apa saja yang dilakukan untuk menegakkan diagnosa kasus Dovi?

4. Apa saja yang termasuk rekam medik (dokumen) dalam orto?

5. Kenapa dokter gigi melakukan rontgen sefalometri dan panoramik terhadap

Dovi?

6. Apa fungsi rontgen sefalo dan panoramic dalam bidang ortho?

7. Selain rontgen foto, apa pemeriksaan lain yang diperlukan?

8. Apa penyebab gigi Dovi seperti yang diskenario?

Analisa Masalah

1. Perbedaan antara anamnesa umum dengan anamnesa ortodonti:

Anamnesa umum meliputi CC, PI, PMH, PDH, dan FH.

Anamnesa orto lebih memperhatikan hal-hal seperti kebiasaan buruk

pasien, riwayat pencabutan gigi, dan faktor-faktor penyebab lainnya.

2. Hal lain yang dapat ditanyakan dalam anamnesa:

Kebiasaan buruk pasien.

Pada PDH, tanyakan lebih lanjut mengenai riwayat kehilangan gigi

pasien. Hal ini dapat menjadi penyebab malposisi gigi.

Riwayat penyakit.

3. Prosedur yang dilakukan untuk menegakkan diagnosa kasus Dovi:

Anamnesa umum nama, umur, jenis kelamin.

Analisa lokal keadaan IO dan EO.

Page 2: Tutor Modul 1

Analisa fungsional TMJ, pola pembukaan rahang.

Analisa model sbg acuan diagnosa.

Analisa sefalometri

4. Yang termasuk rekam medik (dokumen) dalam orto:

Lampiraqn odontogram

Foto profil

Rontgen foto

5. Alasan dokter gigi melakukan rontgen sefalometri dan panoramik terhadap

Dovi:

Untuk membantu dokter gigi dalam menentukan diagnosa terhadap kasus

Dovi.

6. Fungsi rontgen sefalo dan panoramic dalam bidang ortho:

Penentuan rencana perawatan;

Sebagai evaluasi;

Melihat keadaan gigi geligi, ex.gigi impaksi, benih gigi ada atau tidak;

Melihat keadaan struktur jaringan keras, ex.adakah pola kerusakan

tulang atau tidak.

7. Selain rontgen foto, pemeriksaan lain yang diperlukan:

Foto profil

Model studi (cetakan rahang pasien)

8. Penyebab gigi Dovi seperti yang diskenario:

Kebiasaan buruk;

Kombinasi rahang dan gigi ibu dan ayah, terjadi disharmonisasi’

Malposisi gigi.

LO II. Analisa Lokal

Ekstra Oral :

1. Bentuk muka : simetris / asimetris

2. Tipe muka : Menurut Martin (Graber 1972) dikenal 3 tipe muka yaitu :

Brahisepali : lebar, persegi

Mesosepali : lonjong / oval

Oligisepali : panjang / sempit

Indeks muka = Tinggi muka ( A) (Jarak N – Gn) x 100

Lebar muka (B) (Jarak bizigomatik)

Page 3: Tutor Modul 1

Klasifikasi indeks muka :

Euriprosop ( muka pendek, lebar) : 80,0 – 84,9

Mesoprosop (muka sedang ) : 85,0 – 89,9

Leptoprosop (muka tinggi, sempit) : 90,0 – 94,9

Jika indeks : < 80,0 : Hipo Euriprosop

> 94,9 : Hiper Leptoprosop

Indeks kepala = Lebar kepala (B) (jarak bizigomatik supra mastoideus) x 100

Panjang kepala (A) (Jarak Gl –Oc)

Klasifikasi indeks kepala :

Dolikosepali (kepala panjang sempit) : 70,0 – 74,9

Mesosepali (kepala sedang ) : 75,0 – 79,9

Brahisepali (kepala lebar persegi) : 80,0 – 84,9

Jika indeks : < 70,0 : Hipo Dolikosepali

> 84,9 : Hiper Brahisepali

Page 4: Tutor Modul 1

3. Profil muka : Menurut Graber (1972) dikenal tiga tipe profil muka

Cembung (convex), bila titik petemuan Lcb-Lca berada didepan garis

Gl-Pog

Lurus (straight ), bila titik petemuan Lcb-Lca berada tepat pada garis Gl-

Pog

Cekung (concave), bila titik petemuan Lcb-Lca berada dibelakang garis

Gl-Pog

4. Profil muka : Menurut Schwarzt dikenal 9 tipe profil muka

Page 5: Tutor Modul 1

Intra oral

Pemeriksaan intraoral dilakukan dengan mengamati :

Kebersihan mulut (oral hygiene / OH) : baik / cukup / jelek

Ini dapat ditetapkan dengan Indeks OHIS, pasien yang kebersihan

mulutnya jelek kemungkinan besar kebersihan mulutnya akan lebih jelek

lagi selama perawatan dilakukan , oleh karena itu motivasi kebersihan

mulut perlu diberikan sebelum perawatan ortodontik dilakukan.

Keadaan lidah : normal / macroglossia / microglossia

Pasien yang mempunyai lidah besar ditandai oleh :

o Ukuran lidah tampak besar dibandingkan ukuran lengkung giginya

o Dalam keadaan relax membuka mulut, lidah tampak luber menutupi

permukaan oklusal gigi-gigi bawah.

o Pada tepi lidah tampak bercak-bercak akibat tekanan permukaan

lingual mahkota gigi (tongue of identation)

o Gigi-gigi tampak renggang-renggang (general diastema)

Palatum : normal / tinggi / rendah serta normal / lebar / sempit

Pasien dengan pertumbuhan rahang rahang atas kelateral kurang

(kontraksi) biasanya palatumnya tinggi sempit, sedangkan yang

Page 6: Tutor Modul 1

pertumbuhan berlebihan (distraksi) biasanya mempunyai palatum rendah

lebar. Jika ada kelainan lainnya seperti adanya peradangan, tumor, torus,

palatoschisis,dll. Dicatat.

Gingiva : Normal / hypertophy / hypotropy

Adanya peradangan pada gingiva bisa ditetentukan dengan gingival indeks

(GI) 15

Mucosa : normal / inflamasi / kelainan lainnya

Pasien dengan oral hygiene yang jelek biasanya mempunyai gingiva dan

mucosa yang inflamasi dan hypertropy.

Frenulum labii superior : normal / tinggi / rendah , tebal / tipis

Frenulum labii inferior : normal / tinggi / rendah , tebal / tipis

Frenulum lingualis : normal / tinggi / rendah , tebal / tipis

Pemeriksaan frenulum dilakukan untuk mengetahui posisi perlekatannya

(insersio) pada marginal gingiva serta ketebalannya, apakah akan

mengganggu pengucapan kata-kata tertentu dan apakah akan mengganggu

pemakaian plat ortodontik yang akan dipasang.

Tonsila palatina : normal / inflamasi / hypertrophy

Tonsila lingualis : normal / inflamasi / hypertrophy

Tonsila pharengea : normal / inflamasi / hypertrophy

Apakah ada amandel yang membengkak? Dilakukan pemeriksaan dengan

menekan lidah pasien dengan kaca mulut, jika dicurigai adanya kelaianan

yang serius pasien dikonsulkan ke dokter ahli THT sebelum dipasangi alat

ortodontik.

Bentuk lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah : Parabola / Setengahn

elips / Trapeziod / U-form / V-form / Setengah lingkaran

Pemeriksaan gigi geligi :

o Rumus gigi : Periksa elemen gigi apa saja yang ada pada pasien.

Tulislah rumus gigi sesuai dengan gigi yang sudah erupsi dan beri

keterangan.

o Apel gigi : Periksa gigi-gigi yang telah mengalami perawatan dan gigi

yang tidak normal atau telah mengalami perawatan.

LO III. Analisa Fungsional

Page 7: Tutor Modul 1

Freeway space

Freeway space adalah jarak inter-oklusal pada saat mandibula dalam keadaan

posisi istirahat. Adapun cara pengukurannya adalah penderita didudukkan dalam

posisi istirahat. Kemudian ditarik garis yang menghubungkan antaa titik diujung

hidung dan ujung dagu dan dihitung berapa jaraknya, kemudian penderita dalam

keadaan oklusi sentris, kemudian ditarik garis yang menghubungkan antara titik di

ujung hidung dan di ujung dagu dan dihitung berapa jaraknya. Nilai FWS = jarak

pada saat posisi istirahat dikurangi jarak pada saat oklusi sentris. Nilai normal

menurut Houston (1989) = 2 – 3 mm. Nilai FWS perlu diketahui dan dapat digunakan

sebagai panduan untuk melakukan atau pemberian gigit diposterior sehubungan

dengan adanya gigitan terbalik anterior. Apabila FWS lebih besar dari pada tumpang

gigit maka tidak perlu diberi peninggian gigit posterior. Sedangkan bila FWS lebih

kecil dari pada tumpang gigit maka perlu diberi peninggian gigit posterior.

Pola penutupan rahang

Path of closure adalah gerakan mandibula dari posisi istirahat menuju oklusi

sentris. Path Of Closure dikatakan normal apabila gerakan mandibula ke atas, ke

muka dan belakang. Bagian otot yang bekerja pada mandibula dalam keadaan

relaksasi dan kondili mandibula pada possii retrusi pada fosa glenoidalis. Sedangkan

yang tidak normal apabila terdapat deviasi mandibula dan displacement mandibula.

Idealnya path of closure dari posisi istirahat ke posisi oklusal maksimum berupa

gerakan engsel sederhana melewati freeway space sebesar 2-3 mm. Ada 2 macam

perkecualian path of closure yang bisa dilihat yaitu deviasi mandibula dan

displacement mandibula.

Perlu dibedakan antara deviasi mandibula dan displacement mandibula karena

perawatannya berbeda. Deviasi biasanya tidak menyebabkan rasa sakit, keausan pada

gigi atau rusaknya jaringan periodontal. Displacement mandibula pada jangka panjang

dapat menyebabkan terjadinya ketiga hal di atas.

Deviasi Mandibula

Keadaan ini berhubungan dengan posisi keadaan mandibula. Bila mandibula

dalam posisi kebiasaan, maka jarak antaroklusal akan bertambah sedangkan

kondili terletak lebih maju di dalam fosa glenoides. Arah path of closure

adalah ke atas dan ke belakang akan tetapi bila gigi telah mencapai oklusi

mandibula terletak dalam relasi sentrik.

Displacement Mandibula

Page 8: Tutor Modul 1

Displacement dapat terjadi dalam jurusan sagital dan transversal. Kontak

premature dapat menyebabkan displacement mandibula untuk mendapatkan

hubungan antartonjol gigi yang maksimum. Dalam jangka panjang

displacement dapat terjadi selama pertumbuhan gigi. Dalam beberapa keadaan

displacement terjadi pada fase gigi sulung, kemudian pada saat gigi permanen

erupsi gigi tersebut akan diarahkan oleh kekuatan otot ke letak yang

memperparah terjadinya displacement. Displacement dapat terjadi pada usia

lanjut karena gigi yang maju dan tidak terkontrol yang disebabkan karena

hilangnya posterior akibat pencabutan. Displacement dalam jurusan

transversal sering berhubungan dengan adanya gigitan silang posterior. Bila

lengkung geligi atas dan bawah sama lebarnya, suatu displacement mandibula

ke transversal diperlukan untuk mencapai posisi oklusi maksimum. Bila

haltersebut terjadi maka akan didapatkan relasi gigitan silang gigi posterior

pada satu sisi. Displacement ke transversal tidak berhubungan dengan

bertambahnya jarak antaroklusal. Adanya gigitan silang unilateral gigi

posterior yang disertai adanya garis median atas dan bawah yang tidak segaris

akan menimbulkan dugaan adanya displacement ke transversal. Keadaan ini

perlu diperiksa dengan seksama dengan memperhatikan pasien pada saat

menutup mandibula dari posisi istirahat ke posisi oklusi. Keadaan yang perlu

diperhatukan adalah letak garis median baik pada possisi istirahat maupun

pada posisi oklusi. Bila terdapat gigitan silang unilateral pada keadaan ini,

perlu dilakukan ekspansi regio posterior rahang atas ke arah transversal. Tidak

semua gigitan silang unilateral berhubungan dengan dispacement. Kadang-

kadang didapatkan asimetri rahang atas dan bawah. Bila tidak terdapat

displacement tetapi terdapat gigitan silang unilateral maka perlu

dipertimbangkan apakah perlu dirawat atau tidaknya. Displacement ke arah

sagital dapat terjadi karena adanya kontak prematur pada daerah insisiv. Pada

keadaan ini biasanya daidapatkan over closure mandibula. Pada kasusu kelas

III ringan terdapat gigitan edge to edge pada insisivi, mandibula bergeser ke

anterior untuk mendapatkan oklusi di daerah bukal Displacement ke posterior

kadang juga dapat terjadi. Perlu diperhatikan perbedaan displacement

mandibula ke posterior yang sering terjadi pada relasi inisisivi kelas II dengan

displacement ke posterior pada pasien dengan gigi yang masih lengkap.

Page 9: Tutor Modul 1

Displacement ke posterior sering terjadi pada pasien yang kehilangan gigi

posterior.

Cara pemeriksaan path of closure adalah penderita didudukkan pada posisi

istirahat. Dilihat posisi garis mediannya, penderita diinstruksikan uktuk oklusi sentris

dari posisi istirahat dan dilihat kembali posisi garis mediannya. Apabila posisi garis

median pada saat posisi istirahat menuju oklusi sentris tidak terdapat pergeseran

berarti tidak ada gangguan path of closure dan apabila posisi garis media pada saat

posisi istirahat menuju oklusi sentris terdapat pergeseran berarti terdapat gangguan

path of closure.

TMJ

Pada panduan umum bila pergerakan mandibula normal berarti fungsinya

tidak terganggu, sebaliknya bila pergerakan mandibula terbatas biasanya

menunjukkan adanya masalah fungsi. Oleh karena itu satu indikator penting tentang

sendi temporomandibulaadalah lebar pembukaan maksimal, yang pada keadaan

normal berkisar 35-40 mm, 7 mm gerakan ke lateral dan 6 mm ke depan. Palpasi pada

otot pengunyahan dan sendi temporomandibula merupakan bagian pemeriksaan rutin

dan perlu dicatat tanda-tanda adanya masalah pada sendi temporomandibula, misalnya

adanya rasa sakit pada sendi, suara dan keterbatasan pembukaan Cara pemeriksaaanya

adalah penderita didudukkan pada posisi istirahat, diletakkan kedua jari telunjuk

operator dibagian luar meatus accuticus externus kiri dan kanan penderita dan

penderita diinstruksikan untuk membuka dan menutup mulutnya. Apabila tidak terasa

adanya krepitasi saat palpasi bagian luar meatus accustucus evternus atau

bunyinclicking pada saat mandibula memb uka dan menutup mulut BERARTI pola

pergerakan TMJ normal.

Page 10: Tutor Modul 1

LO IV. Analisa Model

Analisis mode lstudi merupakan salah satu sumber informasi penting untuk

menentukan diagnosis ortodonti. Diagnosis yang menyeluruh akan menentukan

kelengkapan rencanaperawatan.

Rencana perawatan yang lengkap dan akurat akan menetukan keberhasilan

pereawatan. Selain menggunakan model studi, analisis juga menggunakan alat bantu

lain, sepertialat bantu ukur, gambaran radiografisdantabel perkiraan.

Analisis dapat dilakukan secara manual maupun menggunakan

sistemkomputerisasi, dengankelebihan dan kekurangan masing-masing. Ada berbaga

ianalisis yang dapat digunakan, namun analisis mana yang akan dipilih sangat

bergantung pada kasus.

Macam-macam analisis pada geligi tetap antara lain untuk melihat hubungan

geligi atas dan bawah, kesimetrisan lengkung gigi dalam arah sagital dan transversal,

dan analisis untuk melihat perbedaan ukuran antara lengkunggigi dengan rahang

antara lain Nance Lundstrom, Bolton, Howes, Pont, dandiagnostic setup.

Analisis untuk geligi campuran antara lain Analisis gambaran radiografis,

Moyers, dan Tanaka-Johnston.

Keakuratan analisis bergantung pada hasil cetakan model studi, alat-alat bantu

yang digunakan saat pengukuran, penguasaan teknik analisis, dan pemilihan teknik

analisis yang tepat untuk setiap kasus.

Analisis model studi adalah penilaian tiga dimensi terhadap gigi geligi pada

rahang atas maupunrahang bawah,serta penilaian terhadap hubungan oklusalnya.

Kedudukan gigi pada rahang maupun hubungannyadengan geligi pada rahang lawan

dinilai dalam arah sagital, transversal, dan vertikal.

Macam-macam Analisis Model Studi

Analisis model studi secara umum dilakukan dalam tiga dimensi yaitu dalam arah

sagital, transversal, dan vertikal.

Penilaian dalam arah sagital antara lain meliputi: hubungan molar pertama,

kaninus, dan insisif tetap, yaitu maloklusi kelas I, kelas II, atau kelas III

Angle; ukuran overjet, prognati atau retrognati maksila maupun mandibula,

dan crossbite anterior.

Penilaian dalam arah transversal antara lain meliputi: pergeseran garis

median,asimetri wajah, asimetri lengkung gigi, dan crossbiteposterior.

Page 11: Tutor Modul 1

Penilaian dalam arah vertikal antara lain meliputi: ukuran overbite, deepbite,

openbite anterior maupun posterior, dan ketinggian palatum.

Analisis Bolton

Bolton mempelajari pengaruh perbedaan ukuran gigi rahang bawah terhadap

ukuran gigi rahang atas dengan keadaan oklusinya. Rasio yang diperoleh

membantu dalam mempertimbangkan hubungan overbite dan overjet yang

mungkin akan tercapai setelah perawatan selesai, pengaruh pencabutan pada

oklusi posterior dan hubungan insisif, serta oklusi yang tidak tepat karena

ukuran gigi yang tidak sesuai.

Rasio keseluruhan diperoleh dengan cara menghitung:

jumlah lebar 12 gigi rahang bawah x100

jumlah 12 gigi rahang atas

Rasio keseluruhan sebesar 91,3 berarti sesuai dengan analisis Bolton, yang

akan menghasilkan hubungan overbite dan overjet yang ideal.

Jika rasio keseluruhan lebih dari 91,3 maka kesalahan

Analisis Howes

Howes memikirkan suatu rumusan untuk mengetahui apakah basis apikal

cukup untuk memuat gigi geligi pasien. Panjang lengkung gigi (Tooth

Material/ TM) adalah jumlah lebar mesiodistal gigi dari molar pertama kiri

sampai dengan molar pertama kanan. Lebarlengkung basal premolar atau fosa

kanina (Premolar Basal Arch Width/ PMBAW) merupakan diameter basis

apikal dari model gigi pada apeks gigi premolar pertama, yang diukur

menggunakan jangka sorong atau jangka berujung runcing.

Rasio diperoleh dari membagi:

PMBAW x 100

TM

Howes percaya bahwa dalam keadaan normalperbandingan PMBAW

dengan TM kira kira sama dengan 44%, perbandingan inimenunjukkan bahwa

basis apikal cukup lebar untuk menampung s emua gigi.

Bila perbandingan antara PMBAW dan TM kurang dari 37% berarti

terjadi kekurangan lengkung basal sehingga perlu pencabutan gigi premolar.

Page 12: Tutor Modul 1

Bila lebar basal premolar lebih besar dari lebar lengkung puncak premolar,

maka dapat dilakukan ekspansi premolar.

Analisis Howes berguna pada saat menentukan rencana perawatan

dimana terdapat masalah kekurangan basis apikal dan untuk memutuskan

apakah akan dilakukan: (1) pencabutan gigi, (2) memperluas lengkung gigi

atau (3) ekspansi palatal.

LO V. Analisa Sefalometri dan Panoramic

Analisa chepalometri

Sefalometrik adalah ilmu yang mempelajari pengukuran-pengukuran yang bersifat

kuantitatif terhadap bagian-bagian tertentu dari kepala untuk mendapatkan informasi

tentang pola kraniofasial.

Manfaat sefalometri radiografik adalah:

Mempelajari pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial. Dengan

membandingkan sefalogram-sefalogram yang diambil dalam interval waktu yang

berbeda, untuk mengetahui arah pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial.

Diagnosis atau analisis kelainan kraniofasial. Untuk mengetahui faktor-faktor

penyebab maloklusi (seperti ketidak seimbangan struktur tulang muka).

Mempelajari tipe fasial. 3Relasi rahang dan posisi gigi-gigi berhubungan erat

dengan tipe fasial.

Ada 2 hal penting yaitu :

(1) posisi maksila dalam arah antero-posterior terhadap kranium dan

Page 13: Tutor Modul 1

(2) relasi mandibula terhadap maksila, sehingga akan mempengaruhi bentuk

profil : cembung, lurus atau cekung.

Merencanakan perawatan ortodontik. Analisis dan diagnosis yang didasarkan

pada perhitungan-perhitungan sefalometrik dapat diprakirakan hasil perawatan

ortodontik yang dilakukan.

Evaluasi kasus-kasus yang telah dirawat. Dengan membandingkan sefalogram

yang diambil sebelum, sewaktu dan sesudah perawatan ortodontik.

Analisis fungsional. Fungsi gerakan mandibula dapat diketahui dengan

membandingkan posisi kondilus pada sefalogram yang dibuat pada waktu mulut

terbuka dan posisi istirahat.

Penelitian

Alat :

Alat-alat dasar yang digunakan untuk menghasilkan suatu sefalogram terdiri dari

sefalostat atau sefalometer, tabung sinar tembus dan pemegang kaset beserta kaset yang

berisi film dan layar pengintensif (intensifying screen).

Pemegang kaset dapat diatur sedemikian rupa agar diperoleh gambar yang tajam. Layar

pengintensif digunakan untuk mengurangi jumlah penyinaran yang tidak diperlukan.

Bagian dari sefalometer yang diletakkan pada telinga (ear rod) dapat digerakkan

sehingga mudah disesuaikan dengan lebar kepala pasien. Tabung sinar harus dapat

menghasilkan tegangan yang cukup tinggi (90 KvP) guna menembus jaringan keras dan

dapat menggambarkan dengan jelas jaringan keras dan lunak.

Dikenal 2 macam sefalometer, yaitu:

Page 14: Tutor Modul 1

a. Broadbent-Bolton, digunakan 2 tabung sinar X dan 2 pemegang kaset, sehingga

objek tidak perlu bergerak atau berubah apabila akan dibuat penyinaran/proyeksi

lateral atau antero-posterior.

b. Higley, terdiri dari 1 tabung sinar X, 1 pemegang kaset dan sefalometernya dapat

berputar sedemikian rupa sehingga objek dapat diatur dalam beberapa macam

proyeksi yang diperlukan. Sefalometer modern pada umumnya adalah jenis ini

yaitu Rotating

Kelemahan sefalometrik

Kesalahan sefalometer

Kesalahan sefalometer meliputi:

o Kesalahan dalam pembuatan sefalogram. Kesalahan yang sering

dilakukan yaitu posisi subjek tidak benar, waktu penyinaran tidak cukup,

penentuan jarak sagital-film tidak tepat. Kesalahan ini dapat diatasi

dengan pengalaman dan teknik pemotretan yang benar.

o Pembesaran dan distorsi. Makin besar jarak sumber sinar X terhadap

film maka semakin sejajar arah sinar X sehingga distorsi dan pembesaran

semakin kecil. Makin dekat jarak film terhadap objek semakin kecil

terjadi pembesaran. Hal ini dapat dikurangi dengan menggunakan teknik

pemotretan yang benar.

Kesalahan penapakan dan metode yang digunakan

o Kesalahan penapakan pada umumnya disebabkan karena kurang terlatih

atau kurangnya pengetahuan tentang anatomi atau referensi sefalometrik.

Hal ini dapat diatasi dengan latihan-latihan dan pengalaman.

o Kesalahan metode yang digunakan pada umumnya karena pengukuran 3

dimensi menjadi 2 dimensi, kesalahan interpretasi perubahan akibat

pertumbuhan dan perawatan.

Analisa Panoramik

Gambaran panoramik adalah sebuah teknik untuk menghasilkan sebuah gambaran

tomografi yang memperlihatkan struktur fasial mencakup rahang maksila dan

mandibula beserta struktur pendukungnya dengan distorsi dan overlap minimal dari

detail anatomi pada sisi kontralateral.

Radiografi panoramik adalah sebuah teknik dimana gambaran seluruh jaringan gigi

ditemukan dalam satu film.

Page 15: Tutor Modul 1

Foto panoramik dikenal juga dengan panorex atau orthopantomogram dan menjadi

sangat popular di kedokteran gigi karena teknik yang simple, gambaran mencakup

seluruh gigi dan rahang dengandosis radiasi yang rendah.

Adapun seleksi kasus yang memerlukaan gambaran panoramik dalam penegakan

diagnosa diantaranya seperti:

Adanya lesi tulang atau ukuran dari posisi gigi terpendam yang menghalangi

gambaran pada intra-oral.

Melihat tulang alveolar dimana terjadi poket lebih dari 6 mm.

Untuk melihat kondisi gigi sebelum dilakukan rencana pembedahan. Foto

rutin untuk melihat perkembangan erupsi gigi molar tiga tidak disarankan

Rencana perawatan orthodonti yang diperlukan untuk mengetahui keadaan

gigi atau benih gigi.

Mengetahui ada atau tidaknya fraktur pada seluruh bagian mandibula.

Rencana perawatan implan gigi untuk mencari vertical height

Teknik dan Posisi pengambilan gambar panoramik :

Teknik dan posisi yang tepat adalah bervariasi pada satu alat dengan alat lainnya.

Tetapi, ada beberapa pedoman umum yang sama yang dimiliki semua alat dan dapat

dirangkum meliputi:

Persiapan Alat:

1) Siapkan kaset yang telah diisi film atau sensor digital telah dimasukkan

kedalam tempatnya.

2) Collimation harus diatur sesuai ukuran yang diinginkan.

3) Besarnya tembakan sinar antara 70-100 kV dan 4-12 mA.

Page 16: Tutor Modul 1

4) Hidupkan alat untuk melihat bahwa alat dapat bekerja, naik atau turunkan

tempat kepala dan sesuaikan posisi kepala sehingga pasien dapat diposisikan.

5) Sebelum memposisikan pasien, sebaiknya persiapan alat telah dilakukan.

Persiapan pasien

1) Pasien diminta untuk melepaskan seluruh perhiasan seperti anting, aksesoris

rambut, gigi palsu dan alat orthodonti yang dipakainya.

2) Prosedur dan pergerakan alat harus dijelaskan untuk menenangkan pasien dan

jika perlu lakukan percobaan untuk menunjukkan bahwa alat bergerak.

3) Pakaikan pelindung apron pada pasien, pastikan pada bagian leher tidak ada

yang menghalangi pergerakan alat saat mengelilingi kepala.

4) Pasien harus diposisikan dalam unit dengan tegak dan diperintahkan untuk

memegang handel agar tetap seimbang.

5) Pasien diminta memposisikan gigi edge to edge dengan dagu mereka

bersentuhan pada tempat dagu.

6) Kepala tidak boleh bergerak dibantu dengan penahan kepala.

7) Pasien diinstruksikan untuk menutup bibir mereka dan menekan lidah ke

palatum dan jangan bergerak sampai alat berhenti berputar.

8) Jelaskan pada pasien untuk bernafas normal dan tidak bernafas terlalu dalam

saat penyinaran.

Persiapan Operator :

1) Operator memakai pakaian pelindung.

2) Operator berdiri di belakang dengan mengambil jarak menjauh dari sumber x-

ray ketika waktu penyinaran.

3) Lihat dan perhatikan pasien selama waktu penyinaran untuk memastikan tidak

ada pergerakan.

4) Matikan alat setelah selesai digunakan dan kembalikan letak posisi kepala

pada tempatnya.

5) Ambil kaset pada tempatnya dan kaset siap untuk diproses.

Persiapan lingkungan terhadap proteksi radiasi

1) Pastikan perangkat sinar x digunakan dengan teknik yang baik dan parameter

secara fisika terhadap berkas radiasi ditetapkan dengan benar.

2) Hindari kemungkinan kebocoran dengan menggunakan kepala tabung harus

radiopaque.

Page 17: Tutor Modul 1

3) Filtrasi dari berkas sinar x dengan mengatur ketebalan filter. Ketebalan filter

bergantung pada tegangan operasi dari peralatan sinar x. Tegangan mencapai

70 kVp ketebalan filter setara dengan ketebalan alumunium 2,5 mm untuk

kekuatan tabung sinar x antara 70-100kVp.

TAMBAHAN DIAGNOSIS ORTO

Definisi Diagnosa Ortodontik

Menurut Rakosi dkk (1993), diagnosa didefinisikan sebagai sebuah alur sistematis

dalam menentukan kelainan; menemukan kelainan, perencanaan terapi dan

penjabaran indikasi, yang mengarahkan dokter untuk dapat melakukan tindakan.

Pengertian diagnosa adalah mempelajari dan menyimpulkan data mengenai problem

klinis dengan tujuan menentukan ada atau tidaknya keadaan abnormal. (Eka, 2012)

Menurut Salzmann (1950), diagnosa dibedakan atas Diagnosa Medis (Medical

diagnosa) yaitu suatu diagnosa yang menetapkan penyimpangan dari keadaan normal

yang disebabkan oleh suatu penyakit yang membutuhkan tindakan medis atau

pengobatan, dan Diagnosa Ortodontik yaitu diagnosa yang menetapkan suatu kelainan

atau anomali oklusi gigi-gigi (bukan penyakit) yang membutuhkan tindakan

rehabilitasi.

Diagnosa ortodonti berbeda dengan diagnosa medis lainnya. Diagnosa medis

berhubungan dengan hal-hal yang bersifat patologis/penyakit, sedangkan diagnosa

ortodontik berhubungan dengan kelainan yang berhubungan dengan hal-hal

menyangkut gigi, rahang dan wajah (dentofasial), terutama kelainan dalam hubungan

gigi-geligi rahang atas dan rahang bawah (maloklusi). (Eka, 2012)

Dalam diagnosa ortodontik, biasanya digunakan analisa individual untuk

mendapatkan diagnosa yang benar. Informasi yang didapatkan harus objektif, relevan,

dan akurat. Kriteria diagnostik ortodontik, harus mencakup keseluruhan sistem

orofasial, dan juga harus selektif. Analisa individual akan menunjukkan

perkembangan sistem mastikasi tiap individu, yang oleh Andersen (1931) disebut

‘individual optimum’. Analisa data individual secara sistematis dapat menentukan tipe

dalam kelompok kasus pada diagnosa. Pengelompokan kasus-kasus yang sama ke

dalam kelompok yang lebih besar, selanjutnya akan dibagi ke dalam klasifikasi

berdasarkan tipe-tipe kelainan yang ditemukan. (Rakosi dkk, 1993) Menurut Schwarz

(Iman, 2008), diagnosa ortodontik dapat dibagi menjadi:

1. Diagnosa Biogenetik (Biogenetic diagnosa)

Page 18: Tutor Modul 1

2. Diagnosa Sefalometrik (Cephalometric diagnosa)

3. Diagnosa Gigi geligi (Dental diagnosa)

Diagnosa ortodontik terdiri atas daftar semua aspek menyimpang yang berhubungan

dengan oklusi. Hal ini mendahului rencana perawatan yang dilakukan karena

hubungannya dengan berbagai macam faktor dan dampak pada perawatan dari

diagnosa yang perlu dipertimbangkan. (Heasman, 2003)

Dalam menangani setiap kasus ortodonti, para praktisi harus menyusun rencana

perawatan yang didasarkan pada diagnosa. Menurut Eka (2012), keberhasilan

perawatan ortodonti sangat ditentukan oleh diagnosa, rencana perawatan, dan

mekanoterapi yang tepat. Untuk menetapkan diagnosa, ada prosedur standar yang

mutlak untuk dilakukan. Prosedur standar tersebut menurut Rakosi dkk (1993)

meliputi anamnesis, pemeriksaan klinis intra dan ekstra oral, analisa fungsional,

analisa ronsenologis, analisa fotografi, pemeriksaan radiologis, dan analisa model

studi, yang dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung pada pasien.

Setiap komponen data tersebut memiliki peran yang sama pentingnya dalam

menentukan diagnosa ortodontik (Eka, 2012). Diagnosa dilakukan berdasarkan

pengumpulan informasi secara akurat tentang pasien dari pemeriksaan kasus secara

logis. (Heasman, 2003)

1. Anamnesis

A. Waktu

Pada saat usia 7 sampai 8 tahun, pemeriksaan terhadap perkembangan oklusi sangat

perlu untuk dicatat, seperti bentuk, posisi dan adanya incisivus permanen dan untuk

merencanakan intervensi yang sesuai terhadap abnormalitas yang ditemukan yang

akan mempengaruhi urutan erupsi normal. Prognosis dari gigi molar pertama

permanen harus diperiksakan secara rutin sejak umur 8 tahun, dan palpasi dari

kaninus maksila yang akan erupsi ke lengkung gigi sekitar umur 10 tahun. Deteksi

awal dari diskrepansi skeletal juga akan menunjukan waktu yang optimal untuk

perawatan agar dapat memaksimalkan potensi pertumbuhan, tapi pada kebanyakan

anak-anak pemeriksaannya tertunda sampai gigi permanen telah erupsi.

Semua dokter gigi harus dapat melakukan pemeriksaan ortodontik dasar untuk

pasienya dan merujuk ke spesialis apabila diperlukan. Ketika pertumbuhan gigi

dan/atau oklusal menyimpang dari normal, atau ketika diskrepansi secara signifikan

pada pembentukan dentofasial atau hubungan oklusal pada pasien yang menyangkut

pasien dan berpengaruh terhadap kesehatan gigi dalam jangka waktu yang lama, hal

Page 19: Tutor Modul 1

tersebut diindikasikan untuk dirujuk. Selain dari data personal, surat rujukan harus

mengandung referensi secara spesifik terhadap:

· Persepsi pasien terhadap masalah

· Catatan kehadiran mereka

· Tingkat kepekaan mereka terhadap kesehatan gigi termasuk orang tuanya (jika

perlu)

· Status kebersihan oral

· Perkiraan prognosis dari gigi terestorasi maupun trauma

Gambaran radiografi terbaru serta cetakan model rahang pasien juga penting

disertakan saat memberikan rujukan.

Pemeriksaan ortodontik meliputi 3 tahap yaitu :

a. Riwayat yang lengkap

b. Pemeriksaan klinis yang sistematik dan mendalam

c. Pengumpulan informasi yang relevan dari evaluasi khusus yang diperlukan

B. Kepentingan perawatan

Kebutuhan perawatan ortodontik pada dasarnya dipengaruhi oleh dua faktor utama:

· Faktor pasien/orang tua, dimana termasuk jenis kelamin, umur, tingkat

kepercayaan diri, persepsi diri dan lingkungan terhadap masalah oklusi dan gangguan

perkembangan rahang, kelas sosial, dan keinginan orang tua

· Kesadaran dari dokter gigi

2. Riwayat

Pada dasarnya dokter gigi harus dapat mengidentifikasi:

· Alasan pasien datang ke dokter gigi

· Siapa yang mengajukan tentang perawatan

· Perilaku perawatan

A. Riwayat Kesehatan

Kuesioner tentang kesehatan harus dilengkapi oleh setiap pasien atau orang tuanya,

dan hasil temuannya dikonfirmasi lebih lanjut lewat wawancara di klinik. Beberapa

kondisi kesehatan kemungkinan dapat memberikan pengaruh terhadap perawatan

ortodontik.

B. Riwayat Kesehatan Gigi

Kebiasaan, perluasan, dan frekuensi dari perawatan gigi sebelumnya dengan tingkat

kerjasama pasien harus dicatat, bersamaan dengan perilaku kesehatan gigi pasien

Page 20: Tutor Modul 1

sehari-hari. Riwayat kehilangan gigi awal pada gigi susu serta trauma incisor juga

perlu dicatat. Jika sebelumnya sudah pernah dilakukan perawatan ortodontik, detail

yang berhubungan dengan pencabutan gigi dan tipe alatnya harus diperhatikan.

Apabila perawatannya ditinggalkan, pasien harus ditanya secara hati-hati untuk

alasannya. Untuk pasien anak, pertanyaan tentang perawatan ortodonsia pada saudara

mereka dan kerjasamanya, mugkin dapat membantu menilai tingkat kesadaran

keluarga tentang kesehatan gigi dan akan sangat mendukung apabila ditawarkan

dilakukan perawatan. Disarankan juga untuk menanyakan riwayat tentang sendi TMJ

termasuk nyeri, kelemahan otot maupun kesulitan membuka mulut dan riwayat

apabila pasien menyadari memiliki kebiasaan bruxism.

C. Riwayat Sosial

Jarak dari tempat keluarga tinggal dan estimasi waktu perjalanan pada saat melakukan

perjanjian harus diperhatikan. Akses terhadap transportasi, akan mempermudah

kesadaran orang dewasa untuk menemani pasien anak, bersamaan dengan informasi

yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan yang mungkin dapat memengaruhi

kehadiran juga penting.

3. Pemeriksaan Klinis

Sebelum pasien anak duduk dikursi gigi sangat penting untuk menentukan umur

pasien dilihat dari tingginya dan tingkat kedewasaannya secara umum. Hal ini juga

dapat memberikan indikasi terhadap potensi tumbuh dimasa mendatang. Apabila

pasien ditemani oleh orang tua, genetik oklusi keluarga juga penting untuk

diperhatikan (misalnya diastema medial). Tujuan pemeriksaan tersebut adalah untuk

mencatat dan mengengevaluasi aspek facial, oklusal dan fungsional dari pasien untuk

melengkapi diagnosa. Pemeriksaan ekstraoral yang diikuti pemeriksaan intraoral

harus dilakukan.

A. PEMERIKSAAN DALAM MULUT (INTRA ORAL)

Pemeriksaan dalam rongga mulut meliputi aspek-aspek yang sangat penting dan

mempengaruhi hasil perawatan. Aspek-aspek tersebut adalah:

Þ Keadaan gigi-geligi

Þ Kelainan posisi gigi

Þ Kebersihan mulut;

Þ Gusi

Þ Frenulum labial

Þ Lidah;

Page 21: Tutor Modul 1

Þ Jaringan Lunak langit-langit (mukosa palatal)

Þ Tonsil (amandel)

Þ Garis tengah (median)

Þ Jarak gigit vertikal

Þ Jarak gigit horisontal

Þ Gigitan silang

Þ Celah antar gigi (diastema)

Þ Kurva Spee

B. PEMERIKSAAN RADIOGRAFI (FOTO RONsEN)

Pemeriksaan foto ronsen yang paling sering dilakukan adalah pemeriksaan

menggunakan foto ronsen panoramik. Kegunaan pemeriksaan foto ronsen panoramik

adalah:

1. Melihat hubungan antara gigi-gigi pada satu rahang dan hubungan gigi-gigi

rahang atas dengan rahang bawah.

2. Melihat tahap perkembangan gigi tetap dan resorbsi akar gigi sulung. Informasi

perkembangan gigi diperlukan untuk memberikan informasi mengenai perkembangan

oklusi gigi dan waktu yang tepat untuk perawatan.

3. Melihat ada tidaknya kelainan patologis.

Pemeriksaan panoramik sangat membantu untuk menilai apakah suatu prosedur dental

diperlukan sebagai langkah awal sebelum melakukan perawatan ortodontik. Berbagai

struktur abnormal dapat ditemukan dalam pemeriksaan ini.

C. ANALISA SEFALOMETRI

Analisa sefalometri terbagi dalam pemeriksaan sefalometri lateral dan frontal. Adapun

kegunaan pemeriksaan sefalometri adalah untuk:

- Mempelajari pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial

- Mendiagnosa kelainan kraniofasial;

- Mempelajari profil wajah;

- Merencanakan perawatan ortodonti;

- Evaluasi hasil perawatan ortodonti;

- Merencanakan dan mengevaluasi hasil perawatan bedah ortognati;

- Analisa fungsi sendi rahang; dan

- Untuk tujuan penelitian.

D. ANALISA FOTOGRAFI

Page 22: Tutor Modul 1

Fotografi profil (pandangan samping) dan frontal (pandangan depan) dilakukan untuk

menganalisa hubungan antara jaringan keras di sekitar wajah dengan kontur jaringan

lunak. Analisa profil dapat menjadi bahanpertimbangan apakah pasien akan

dilakukan prosedur pencabutan gigi atau tidak. Analisa frontal memberikan informasi

wajah yang simetris atau tidak. Pada keadaan wajah yang tidak simetris, akan menjadi

bahan pertimbangan apakah akan dikoreksi hanya secara ortodonti, atau perlu

kombinasi dengan pembedahan. (Eka, 2012).

E. ANALISA MODEL STUDI

Analisa model studi adalah penilaian tiga dimensi terhadap gigi geligi pada rahang

atas maupun rahang bawah, serta penilaian terhadap hubungan oklusalnya.

Kedudukan gigi pada rahang maupun hubungannya dengan geligi pada rahang lawan

dinilai dalam arah sagital, transversal, dan vertikal (Rakosi dkk, 1993).

Menurut White (1996) model studi sebagai salah satu komponen penting dalam

perawatan ortodonti dibuat dengan beberapa tujuan dan kegunaan, yaitu sebagai titik

awal dimulainya perawatan, untuk kepentingan presentasi, dan sebagai data

tambahan untuk mendukung hasil pemeriksaan klinis. Para praktisi menggunakan

model studi bukan hanya untuk merekam keadaan geligi dan mulut pasien sebelum

perawatan tetapi juga untuk menentukan adanya perbedaan ukuran, bentuk, dan

kedudukan gigi geligi pada masing-masing rahang serta hubungan antar gigi geligi

rahang atas dengan rahang bawah. Data yang lengkap mengenai keadaan tersebut

lebih memungkinkan jika dilakukan analisa pada model studi.

F. PERSIAPAN ANALISA MODEL STUDI

Untuk keperluan diagnosa ortodonti, model studi harus dipersiapkan dengan baik dan

hasil cetakan harus akurat. Hasil cetakan tidak hanya meliputi seluruh gigi dan

jaringan lunak sekitarnya, daerah di vestibulum pun harus tercetak sedalam mungkin

yang dapat diperoleh dengan cara menambah ketinggian tepi sendok cetak hingga

dapat mendorong jaringan lunak di daerah tersebut semaksimal mungkin, sehingga

inklinasi mahkota dan akar terlihat. Jika hasil cetakan tidak cukup tinggi, maka hasil

analisa tidak akurat. Model studi dengan basis 4 segi tujuh, yang dibuat dengan

bantuan gigitan lilin dalam keadaan oklusi sentrik serta diproses hingga mengkilat,

akan memudahkan pada saat analisa dan menyenangkan untuk dilihat pada saat

menjelaskan kasus kepada pasien. (Proffit, 2000)

- Macam-macam Analisa Model Studi

Page 23: Tutor Modul 1

Analisa model studi secara umum dilakukan dalam tiga dimensi yaitu dalam arah

sagital, transversal, dan vertikal. Penilaian dalam arah sagital antara lain meliputi:

hubungan molar pertama, kaninus, dan insisif tetap, yaitu maloklusi kelas I, kelas II,

atau kelas III Angle; ukuran overjet, prognati atau retrognati maksila maupun

mandibula, dan crossbite anterior. Penilaian dalam arah transversal antara lain

meliputi: pergeseran garis median, 5 asimetri wajah, asimetri lengkung gigi, dan

crossbite posterior. Penilaian dalam arah vertikal antara lain meliputi: ukuran

overbite, deepbite, openbite anterior maupun posterior, dan ketinggian palatum.

(Rakosi dkk, 1993)

Pada saat identifikasi dan prioritas masalah ortodonti pasien, dapat ditentukan 4 hal

yang harus dihadapi dalam menentukan rencana perawatan yang optimal, yaitu :

1) Waktu perawatan

2) Tingkat kerumitan perawatan

3) Perkiraankeberhasilan perawatan yang diperoleh, dan

4) Memperhatikan tujuan dan keinginan pasien (orang tua pasien) yang dirawat

ortodonti.

(Eka, 2012)

Brook dan Shaw (1989) memperkenalkan garis besar dari indeks prioritas perawatan

ortodonti yang terdiri dari dua bagian, bagian pertama menilai dan memberikan skor

bagi faktor2 oklusi dang gangguan kesehatan rongga mulut, bagian kedua

memberikan skor untuk derajat gangguan estetik yang disebabkan karena malposisi

gigi2 anterior

Tahap penilaian dan perencanaan perawatan ortodonti:

a) Informasi latar belakang

b) Penilaian variasi oklusal

c) Penilaian faktor2 etiologi dan keterbatasan dari perawatan korektif

d) Garis besar tujuan perawatan

e) Rencana perawatan yang terprinci

Kriteria yang merupakan dasar realistik untuk menilai perlunya perawatan ortodonsi:

1. Jika dirasakan perlu bagi subjek untuk mendapatkan posisi postural adaptasi dari

mandibula

2. Jika ada gerak menutup translokasi dari mandibula dari posisi istirahat atau dari

posisi postural adaptasi ke posisi interkuspal

Page 24: Tutor Modul 1

3. Jika posisi gigi sedemikian rupa sehingga terbentuk mekanisme refleksyang

merugikan selama fungsi oklusal dari mandibula

4. Jika gigi-gigi menyebabkan terjadinya kerusakan pada jaringan lunak

5. Jika gigi susunannya berjejal atau tidak teratur, yang bisa merupakan faktor

predisposisi dari penyaki periodontal atau penyakit gigi

6. Jika penampilan pribadi kurang baik akibat posisi gigi jika posisi gigi menghalangi

posisi bicara normal

Untuk menetapkan diagnosa diperlukan pengumpulan data yang cermat

mengenai pasien tersebut serta dilakukan seleksi kasus secara menyeluruh sehingga

diperoleh daftar masalah ortodonti.

Dalam penetapan diagnosa dan rencana perawatan akan melalui proses yang

sama, namun prosedur dan tujuannya berbeda. Pengumpulan data dan penyusunan

daftar masalah untuk mendapatkan kebenaran yang bersifat ilmiah. Pada tahap ini

hendaknya tidak boleh memasukan pendapat atau keputusan pribadi, sebaliknya pada

situasi tersebut diperlukan penilaian berdasarkan fakta. Di lain pihak rencana

perawatan tujuannya tidak memiliki kebenaran secara ilmiah, tetapi merupakan

kebijakan ortodontis. Rencana perawatan yang bijak yang dilakukan oleh ortodontis

akan sangat menguntungkan pasien. Pemilihan perawatan yang tepat, tentu dapat

terjadi jika diagnosanya tepat dan jika disadari bahwa rencana perawatan merupakan

suatu proses interaktif dimana pasien dilibatkan dalam proses membuat keputusan.

Perawatan yang terbaik bagi pasien tidak lagi berdasarkan keputusan

ortodontis sendiri, tetapi melibatkan pasien dan orang tuanya. Secara etika pasien

berhak untuk mengontrol apa yang terjadi pada perawatan mereka. Keberhasilan dan

kemungkinan kegagalan perawatan juga perlu dibicarakan dengan pasien, oleh karena

itu perlu penandatanganan informed consent atau persetujuan perawatan. (Eka, 2012)