modul 1
description
Transcript of modul 1
LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU UKUR TANAH I
MODUL I
PENGENALAN DAN PENGATURAN
ALAT THEODOLITE DAN WATTERPAS
KELOMPOK : XIV (empat belas)
ANGGOTA : 1. Edwin Pasaribu (03033110096)
2. Sastra Dinata (03033110097)
3. Nurgiono Agung B. (03033110098)
4. Suparman (03033110099)
5. Erik Faldian (03033110100)
6. David A.P.H. (03033110102)
7. Cici Meitriana S. (03033110111)
8. Novita Angelina (03033110112)
ASISTEN : Aditya Yolanda
A. NO. PRAKTIKUM
IUT I Modul 1
B. NAMA PRAKTIKUM
Pengenalan dan pengaturan alat Theodolite dan Watterpas
C. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Untuk mengetahui bagian-bagian alat Teodolite dan Watterpas
2. Untuk Mengetahui cara pengaturan alat Teodolite dan Watterpas
D. DASAR TEORI
1. Teodolite
Alat Teodolite biasanya digunakan dalam pengukuran sudut, baik sudut
horizontal maupun vertical. Adapun ciri-ciri dari teodolite adalah sebagai
berikut:
a) Teropongnya pendek, mempunyai benang silang digoreskan pada kaca dan
dilengkapi dengan alat bidikan senapan atau kolimator untuk untuk
pengarahan kasar.
b) Lingkaran – lingkaran horizontal dan vertical dibuat dari kaca dengan garis-
garis pembagian skala dan angka digoreskan permukaannya.
c) Lingkaran vertikal kebanyakan teodolite diberi petunjuk seksama terhadap
arah gaya tarik bumi dengan satu dari dua cara: a. dengan sebuah pemampas
otomatik atau b. dengan nivo kolimasi atau nivo lingkaran vertical, biasanya
jenis ujung gelombang berimpit dihubungkan dengan sistem pembacaan
lingkaran vertikal
d) Sisterm-sistem pembacaan lingkaran pada dasarnya terdiri atas sebuah
mikroskop dengan optika didalam instrumen. Pada kebanyakan teodolite, ada
sebuah cermin ditempatkan pada satu penopang yang dapat diatur untuk
memantulkan sinar kedalam instrumen dan menerangi lingkaran untuk
pemakaian siang hari.
e) Putaran mengelilingi sumbu I terjadi dalam tabung baja atau pada bola
bantalan poros (precision ball bearings) saksama, atau gabungan keduanya
f) Bidang sekrup penyetel terdiri dari tiga sekrup atau roda sisir
g) Dasar atau kerangka bawah teodolite sering dirancang agar instrumennya
dapat saling tukar dengan alat-alat tambahannya (sasaran, EDMI, batang-
ukur jarak dan seterusnya) tanpa menganggu pemusatan pada titik
pengukuran.
h) Pemusatan optis, terpasang ke dalam dasar atau alidade kebanyakan
teodolite, menggantikan bandul unting-unting dan menyebabkan pemusatan
dapat dilakukan dengan ketelitian tinggi.
i) Alat-alat ukur jarak dapat bersifat bagian permanen dan terpadu dari teodolite
mempunyai alat EDM terpasang tetap yang memungkinkan pengukuran jarak
lereng, sudut-sudut horizontal dan vertikal dengan sekali pemasangan alat.
j) Berbagai alat tambahan meningkatkan kemampuan teodolite, sehingga dapat
digunakan secara khusus, misalnya pengamatan astronomis.
k) Kaki tiganya jenis kerangka-lebar. Beberapa di antaranya dari logam dan
mempunyai alat untuk mendatarkan secara kasar bagian atasnya dan
pemusatan mekanik (“penguntingan”), sehingga tak perlu bandul unting-
unting atas pemusatan optis.
Teodolite dibagi menjadi dua kategori:
1. Teodolite repetisi (pusat rangkap)
2. Teodolite arah (reiterasi atau triangulasi)
(a) (b)
Gambar 1. Teodolite Reiterasi
a) Teodolite Reiterasi DKM2-A
b) Teodolite Reiterasi Th-2
(a) (b)
Gambar 2.
a) Teodolite Repetisi Lietz TS6
b) Teodolite Repetisi T-1
c) Teodolite digital elektronik
(c)
A. Teodolite Repetisi
Teodolite repetisi dilengkapi dengan sistem sumbu tegak rangkap
atau sebuah repetisi pengunci. Rancangan ini menyebabkan sudut-sudut
dapat diulang beberapa kali dan langsung ditambahkan pada lingkaran
instrumen.
Contoh dari teodolite jenis repetisi adalah teodolite repetisi Lietz TG6
(atas kebaikan Lietz Company) dan teodolite repetisi T-1 (atas kebaikan Wild
Heerbrugg Instruments, Inc.). Masing-masing teodolite ini dapat dibaca
langsung ke menit terdekat dengan kemungkinan menaksir sampai 0,1 menit.
Kedua instrumen ini mempunyai pemampas lingkaran vertikal yang
otomatik. Teropong dengan okuler stndar pembesaran 30x, pemusatan optis
dan kepekaan gelembung nivo lingkaran 30 sekon/2 mm pembagian skala.
B. Teodolite Reiterasi
Teodolite arah (reiterasi) adalah jenis instrumen tanpa ulang yang tak
mempunyai gerakan bawah. Yang dibaca lebih baik disebut “arah” daripada
sudut. Setelah dibuat bidikan pada sebuah titik, arah garis dibaca pada
lingkaran. Pengamatan ke arah titik berikutnya, menghasilkan arah baru,
sehingga sudut antara dua garis adalah arah kedua dikurangi arah pertama.
Teodolite reiterasi mempunyai sumbu vertikal tunggal dan karenanya
tak dapat mengukur sudut dengan metode repetisi. Tetapi, teodolite ini
mempunyai gerakan orientasi lingkaran untuk membuat pemasangan kasar
lingkaran horizontal pada kedudukan sembarang yang dikehendaki.
Pada semua teodolite reiterasi, tiap pembacaan merupakan harga
menengah dari dua pihak pembacaan berlawanan diametris pada lingkaran,
dimungkinkan karena pengamat dengan serentak mengamati kedua pihak tadi
melalui optika dalam.
Contoh dari teodolite reiterasi adalah teodolite reiterasi DKM2-A
(atas kebaikan Kern Instrument, Inc.) dan teodolite reiterasi Th-2 (atas
kebaikan Carl Zeiss Ober Kochen) Masing-masing teodolite ini mempunyai
micrometer yang memberikan pembacaan lingkaran-lingkaran horizontal dan
lingkaran vertikal langsung sampai 1 sekon, dengan kemungkinan perkiraan
sampai 0,1 sekon terdekat. Keduanya mempunyai pemampas otomatik untuk
orientasi lingkaran vertikal, pemusat optis dan gelembung nivo lingkaran
dengan kepekaan 20 sekon/2mm pembagiaan skala.
C. Teodolite digital elektronik
Kemajuan-kemajuan teknologi modern akhir-akhir ini mendorong
produksi teodolit digital elektronik yang secara otomatis dapat membaca dan
merekam sudut-sudut horizontal dan vertikal. Alat ini dapat dipakai khusus
untuk pengukuran sudut, namun seringkali digabung dengan sebuah EDM I
dan mikrokomputer untuk menghasilkan apa yang disebut instrument stasiun
kotoh seperti HP 3820.
Rancangan teodolite digital elektronik mirip dengan rancangan
teodolite biasa. Perbedaan yang mendasar adalah kemampuannya untuk
secara otomatik menemukan harga-harga sudut dan menunjukkannya keluar
dalam bentuk digital, karenanya tak perlu membaca lingkaran lewat
mikroskop. Untuk menunjukkan dapat dipakai diode pancar sinar (LEDs)
atau diode kristal-cair (LCDs). Yang terakhir ini memerlukan tenaga lebih
kecil tetapi perlu penerangan untuk pembacaan malam hari.
2. Watterpas
Watterpas adalah alat ukur yang digunakan dalam pengukuran beda
tinggi. Alat-alat penyipat datar (watterpas) yang sederhana seperti pada gambar
3, terdiri dari sebuah teropong dengan garis bidiknya (garis vizier) dapat disetel
horizontal dengan sebuah niveau tabung. Untuk mencari sasaran sembarang
sekeliling alat penyipat datar maka teropong dan niveau tabung dapat diatur pada
tiga sekrup penyetel. Dengan sekrup penyetel focus, bayangan mistar dapat
disetel tajam. Dengan sekrup penggerak halus horizontal didorong ke tengah-
tengah bayangan. Cermin yang dapat diputar ke atas memungkinkan kita
mengawasi niveau tabung dari okuler teropong. Dalam keadaan tertutup, cermin
itu melindungi niveau tabung.
Makin lama alat penyipat datar dibangun sedemikian rupa, sehingga
suatu perlengkapan menentukan garis bidik horizontal secara otomatis oleh
pengaruh gaya berat, jika garis bidik disetel dahulu kira-kira dengan ketelitian ±
beberapa menit busur, menggantikan niveau tabung.
Gambar 1. Alat Watterpas
Kepekaan niveau tabung
Gambar 4 memperlihatkan dua neveau tabung dengan jari-jari busur yang
berbeda. Pada kemiringan A yang sama, gelembung pada niveau tabung A
bergerak lebih jauh daripada gelembung niveau tabung B, karena jari-jari busur
pada niveau tabung A menjadi lebih besar. Oleh karena itu, perubahan
gelembunga dapat diawasi lebih mudah. Kepekaan niveau tabung telah
ditentukan demikian rupa, sehingga ukuran sudut itu menentukan suatu
pergeseran gelembung sebesar 2 mm.
Ketelitian pada suatu gelembung pada niveau tabung bisa menjadi 1/5
dari nilai itu, yaitu 0,4 mm. Akan tetapi, dengan menggunakan suatu niveau
tabung konsidensi ketelitian itu menjadi 1/40 yaitu 0,05 mm. Sebaliknya suatu
niveau tabung biasa dapat kita pusatkan lebih cepat dan lebih mudah karena
niveau tabung itu kurang peka terhadap pengaruh-pengaruh luar seperti sinar
matahari, perubahan suhu dan sebagainya.
Gambar 5.
Gambar 6.
Gambar 4.
Gambar 5 memperlihatkan gelembung pada suatu niveau tabung dengan
skala terbuka yang dihorizontalkan. Gambar 6 memperlihatkan gelembung pada
suatu prisma koinsidensi Wild. Dengan menggunakan prisma dapat kita
perhatikan bagian gelembung kiri atas a dan kanan atas b sekaligus. Niveau
tabung menjadi horizontal jikalau dua ujung itu seimbang (mengkoinsidensikan).
E. WAKTU PRAKTIKUM
26 Mei 2005
F. LOKASI PRAKTIKUM
Gedung Jurusan Teknik Sipil Universitas Sriwijaya.
G. ALAT DAN BAHAN
1. Alat theodolite
2. Alat watterpas
3. Alat statif
H. PROSEDUR PRAKTIKUM
1. Theodolite
Banyak jenis alat ukur theodolite yang beredar di pasaran sesuai dengan
ketelitian yang dimiliki. Berbagai macam alat tersebut, seperti TM20, TM5, T2,
T1, T0, dan sebagainya. Setiap alat tersebut mempunyai spesifikasi teknis
(ketelitian) masing-masing, yang ditunjukkan dengan angka yang tersebut pada
jenis alat. Misalnya TM20S, mempunyai ketelitian 20 secon (detik). TM5,
mempunyai ketelitian 5 detik dan sebagainya. Sedangkan T0, adalah alat ukur
penyipat ruang, yang mempunyai ketelitian 60 detik atau satu menit.
Dari berbagai perbedaan tersebut, pada dasarnya bagian-bagian alat ukur
theodolite dan cara pengaturannya hampir sama seluruhnya, yaitu:
1. Mengatur Sumbu I menjadi vertikal
2. Mengatur Sumbu II menjadi horisontal
3. Mengatur Garis bidik tegak lurus Sumbu I
Untuk itu, dalam Module pertama Praktikum Ilmu Ukur Tanah I ini, akan
diawali dengan mengenal bagian-bagian alat ukur teodolite, kemudian
dilanjutkan dengan mengatur ketiga ketentuan pengaturan seperti disebutkan di
atas.
1. Pengenalan Bagian-bagian Alat Theodolite
Bagian-bagian dari alat Ukur Theodolite tersebut adalah sebagai
berikut:
Gambar 1. Alat teodolite
Setelah saudara mengenali bagian-bagian alat ukur teodolite tersebut,
maka langkah selanjutnya adalah mengatur alat ukur supaya memenuhi
ketiga syarat pembacaan seperti tersebut di atas, agar hasil pengamatan dapat
diyakini sebagai hasil pengamatan yang benar.
2. Mengatur Alat Ukur Theodolite
2.1. Mengatur Sumbu I menjadi Vertikal
Langkah pertama untuk mengatur sumbu I menjadi vertical
adalah memasang alat statif berdiri di atas ketiga kakinya, plat
mendatar harus berada dalam posisi horizontal (lihat Gambar 2.)
Pelat Kaki Tiga dalam posisi
benar-benar horizontal/mendatar.
Gambar 2.
Posisi Statif dalam kondisi mendatar
Langkah kedua adalah meletakkan alat teodolite di atas statif
dan kemudian melakukan pengaturan nivo kotak menjadi seimbang,
caranya adalah sebagai berikut:
1. Buat kedudukan kita berdiri dalam posisi gambar 1.3, dimana posisi
ketiga skrup A, B, C seolah-olah membentuk segitiga.
2. Hanya dengan menggunakan ketiga skrup pengatur alat mendatar,
buat gelembung nivo pada nivo kotak berada tepat di tengah-tengah.
3. Untuk memudahkan pengaturan, langkah pertama adalah
menggeser gelembung nivo berada di antara skrup A dan B baik
keluar maupun kedalam (langkah 2)
4. Kemudian dengan hanya menggunakan skrup C, bawa gelembung
nivo masuk ke tengah-tengah dari nivo kotak dengan memutar
skrup C (langkah 3)
Gambar 3.
Cara mengatur nivo kotak menjadi seimbang
Setelah nivo kotak seimbang, maka langkah selanjutnya adalah
mengatur nivo tabung menjadi seimbang, caranya adalah sebagai
berikut:
1. Buat posisi kita berdiri, membentuk segitiga dengan nivo tabung
berada di pihak kita (skrup A dan B ada di depan kita)
2. Dengan menggunakan skrup A dan B, putar, baik kedalam maupun
keluar, sehingga gelembung nivo tepat berada di tengah-tengah nivo
tabung (langkah 1)
3. Setelah nivo seimbang, maka putar alat sebesar 1800, sehingga alat
berada pada kedudukan 2, dan nivo tabung berada di depan kita
(langkah 2). Dalam kedudukan ini, nivo tabung menjadi tidak
seimbang lagi. Maka langkah selanjutnya adalah:
Dengan menggunakan skrup A dan C, maka putar skrup A dan
C secara bersama-sama baik masuk maupun keluar, sehingga
gelembung nivo tepat berada di tengah-tengah nivo tabung (lihat
langkah 2).
4. Setelah seimbang, maka putar alat sebesar 900, dari kedudukan
terakhir tadi (lihat posisi 3), sehingga nivo tabung menghadap tegak
lurus dengan posisi kita berdiri.
5. Pada kedudukan 4 seperti tersebut di atas, tentu saja nivo tidak
seimbang, maka cara pengaturannya adalah sebagai berikut :
Setengah penyimpangan gelembung nivo, dibawa ke tengah hanya
dengan memutar skrup C saja. Sedangkan setengah perputaran lagi
diputar dengan menggunakan skrup nonius yang berada pada nivo
tabung dengan menggunakan pen koreksi.
6. Setelah seimbang, maka putar alat ke segala arah dan lihat, apakah
terjadi penyimpangan pada nivo tabung. Apabila alat diputar ke
segala arah dan nivo tabung tabung tetap seimbang, maka berarti
alat siap digunakan.
7. Apabila diputar ke segala arah, kemudian dilihat nivo tabung masih
belum seimbang, maka ulangi langkah-langkah selanjutnya dari 1
sampai 5.
8. Apabila Anda menemui kesulitan, segera hubungi asisten masing-
masing untuk mendapatkan penjelasan semestinya.
2.2. Mengatur Sumbu I tegak lurus sumbu II dan mengatur garis bidik tegak
lurus sumbu I
Untuk melakukan pengaturan ini, dalam praktikum ini tidak perlu
saudara lakukan, karena dalam pengaturan ini sudah mengarah pada
kalibrasi alat, sehingga di khawatirkan alat-alat akan menjadi rusak, apabila
alat tersebut dipegang orang-orang yang masih dalam proses belajar.
Dengan demikian dalam pengaturan ini saudara tidak usah
melakukan, dan dianggap alat sudah memenuhi spesifikasi pengukuran
seperti yang telah ditetapkan, karena alat selulu dikalibrasi setiap akhir
masa praktikum.
2. Watterpas
Watterpas merupakan alat yang digunakan dalam pengukuran jarak dan
pengukuran beda tinggi.
1. Pengenalan Bagian-bagian Alat Watterpas
Bagian-bagian dari alat ukur watterpas tersebut adalah sebagai
berikut:
Gambar 1. Alat watterpas
1. Lingkaran berhorizontal 6. sekrup penyetel focus2. skala pada lingkaran horizontal 7. sekrup penggerak halus horizontal3. okuler teropong 8. sekrup koreksi niveau4. alat bidik dengan celah pejera 9. sekrup penyetel5. cermin niveau
Setelah saudara mengenali bagian-bagian alat ukur watterpas tersebut,
maka langkah selanjutnya adalah mengatur alat ukur supaya memenuhi
ketiga syarat pembacaan seperti tersebut di atas, agar hasil pengamatan dapat
diyakini sebagai hasil pengamatan yang benar.
3. Mengatur Alat Ukur Watterpas
3.1. Mengatur Sumbu I menjadi Vertikal
Langkah pertama untuk mengatur sumbu I menjadi vertical
adalah memasang alat statif berdiri di atas ketiga kakinya, plat
mendatar harus berada dalam posisi horizontal (lihat Gambar 2.)
Pelat Kaki Tiga dalam posisi
benar-benar horizontal/mendatar.
Gambar 2.
Posisi Statif dalam kondisi mendatar
Langkah kedua adalah meletakkan alat watterpas di atas statif
dan kemudian melakukan pengaturan nivo kotak menjadi seimbang,
caranya adalah sebagai berikut:
1. Buat kedudukan kita berdiri dalam posisi seperti gambar, dimana
posisi ketiga skrup A, B, C seolah-olah membentuk segitiga.
2. Hanya dengan menggunakan ketiga skrup pengatur alat mendatar,
buat gelembung nivo pada nivo kotak berada tepat di tengah-tengah.
3. Untuk memudahkan pengaturan, langkah pertama adalah
menggeser gelembung nivo berada di antara skrup A dan B baik
keluar maupun kedalam (langkah 2)
4. Kemudian dengan hanya menggunakan skrup C, bawa gelembung
nivo masuk ke tengah-tengah dari nivo kotak dengan memutar
skrup C (langkah 3)
Gambar 3.
Cara mengatur nivo kotak menjadi seimbang
Setelah nivo kotak seimbang, maka langkah selanjutnya adalah
mengatur nivo tabung menjadi seimbang, caranya adalah sebagai
berikut:
1. Buat posisi kita berdiri, membentuk segitiga dengan nivo tabung
berada di pihak kita (skrup A dan B ada di depan kita)
2. Dengan menggunakan skrup A dan B, putar, baik kedalam maupun
keluar, sehingga gelembung nivo tepat berada di tengah-tengah nivo
tabung (langkah 1)
3. Setelah nivo seimbang, maka putar alat sebesar 1800, sehingga alat
berada pada kedudukan 2, dan nivo tabung berada di depan kita
(langkah 2). Dalam kedudukan ini, nivo tabung menjadi tidak
seimbang lagi. Maka langkah selanjutnya adalah:
Dengan menggunakan skrup A dan C, maka putar skrup A dan
C secara bersama-sama baik masuk maupun keluar, sehingga
gelembung nivo tepat berada di tengah-tengah nivo tabung (lihat
langkah 2).
4. Setelah seimbang, maka putar alat sebesar 900, dari kedudukan
terakhir tadi (lihat posisi 3), sehingga nivo tabung menghadap tegak
lurus dengan posisi kita berdiri.
5. Pada kedudukan 4 seperti tersebut di atas, tentu saja nivo tidak
seimbang, maka cara pengaturannya adalah sebagai berikut :
Setengah penyimpangan gelembung nivo, dibawa ke tengah hanya
dengan memutar skrup C saja. Sedangkan setengah perputaran lagi
diputar dengan menggunakan skrup nonius yang berada pada nivo
tabung dengan menggunakan pen koreksi.
6. Setelah seimbang, maka putar alat ke segala arah dan lihat, apakah
terjadi penyimpangan pada nivo tabung. Apabila alat diputar ke
segala arah dan nivo tabung tabung tetap seimbang, maka berarti
alat siap digunakan.
7. Apabila diputar ke segala arah, kemudian dilihat nivo tabung masih
belum seimbang, maka ulangi langkah-langkah selanjutnya dari 1
sampai 5.
8. Apabila Anda menemui kesulitan, segera hubungi asisten masing-
masing untuk mendapatkan penjelasan semestinya.
3.2. Mengatur Sumbu I tegak lurus sumbu II dan mengatur garis bidik tegak
lurus sumbu I
Untuk melakukan pengaturan ini, dalam praktikum ini tidak perlu
saudara lakukan, karena dalam pengaturan ini sudah mengarah pada
kalibrasi alat, sehingga di khawatirkan alat-alat akan menjadi rusak, apabila
alat tersebut dipegang orang-orang yang masih dalam proses belajar.
Dengan demikian dalam pengaturan ini saudara tidak usah
melakukan, dan dianggap alat sudah memenuhi spesifikasi pengukuran
seperti yang telah ditetapkan, karena alat selalu dikalibrasi setiap akhir
masa praktikum.