Modul 1

28
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 19 Luthfi Fathoni 2613141006 M Izza Auladi 2613141010 Hari Ramadhan 2613141011 M irham Rijaluddin 2613141013 Mitra Indah 2613141014 Laboratorium Fisika, Fakultas Teknik, Universitas Jenderal Achmad Yani Bandung 2015

Transcript of Modul 1

Page 1: Modul 1

LAPORAN AKHIRPRAKTIKUM FISIKA DASAR

KELOMPOK 19

Luthfi Fathoni 2613141006

M Izza Auladi 2613141010

Hari Ramadhan 2613141011

M irham Rijaluddin 2613141013

Mitra Indah 2613141014

Laboratorium Fisika, Fakultas Teknik, Universitas Jenderal Achmad YaniBandung

2015

Page 2: Modul 1

MODUL 1PENGUKURAN DASAR

Page 3: Modul 1

LANDASAN TEORI

Page 4: Modul 1

LANDASAN TEORI• Pengukuran adalah membandingkan suatu yang diukur dengan sesuatu lain yang

sejenis yang ditetepkan sebagai satuan.Dalam pengukuran anda mungkin menggunakan satu instrument (alat ukur)/lebih untuk menentukan nilai dari suatu besaran fisis.Hal yang harus diperhatikan ketika melakukan pengukuran adalah memilih dan merangkaikan instrument secara benar.

• Terdapat berbagai macam alat ukur untuk menentukan ukuran panjang antara lain mistar, jangka sorong, micro meter sekrup, dll.

• Perlu diingat definisi konsep yang berkaitan dengan pengukuran antara lain :

- Sistem satuan

- Batas ukur

- Ketelitian • Alat ukur massa yang umum adalah neraca, sedangkan alat ukur waktu adalah

arloji atau stopwatch. • Besaran ukuran dapat ditentukan dengan mengukur besaran dasar tersebut,

misalnya ukuran luas kertas ditentukan oleh panjang dan lebar kertas.

Page 5: Modul 1

• Ukuran volume balok dinyatakan dengan panjang, lebar dan tebalnya. Di sini perlu diingat konsep yang berkaitan dengan menyatakan hasil pengukurannya, misal : Angka penting, ketidakpastian hasil/ralat, dll.

• Ketidakpastian pengukuran yaitu perbedaan antara dua hasil pengukuran,ketidakpastian juga disebut kesalahan, sebab menunjukkan perbedaan antara nilai yang diukur dengan nilai yang sebenarnya.Hal ini bisa di sebabkan beberapa factor,factor itu dalam 2 garis besar,ketidakpastian bersistem dan ketidak pastiaan acak.

1. Ketidakpastian bersistem

Kesalahan kalibrasi,kesalahan dalam memberi skala pada waktu alat ukur sedang dibuat,sehingga tiap kali alat itu digunakan ketidakpastian selalu muncul dalam tiap pengukuran.Kesalahan titik nol,titik nol skala alat ukur tidak berimpit dengan titik nol jarum penunjuk alat ukur.

2. Ketidakpastian acak

Gerak Brown Molekul Udara,jarum penunjuk skala alat ukur terpengaruhi.Frekuensi tegangan listrik,perubahan pada PLN,dan lain-lain.

• Pengukuran dapat dilakukan dengan dua cara,yaitu secara langsung dan secara tidak langsung.Pengukuran secara langsung adalah ketika hasil pembacaan skala pada alat ukur secara langsung menyatakan nilai besaran yang diukur,tanpa perlu dilakukan penambahan,mengambil rata-ratanya ataupun menggunakan rumus untuk menghitungnilai yang di inginkan.Pengukuran secara tidak langsung adalah memerlukan perhitungan-perhitungan tambahan.

Page 6: Modul 1

ALAT, BAHAN DAN TATACARA PRAKTIKUM

Page 7: Modul 1

ALAT DAN BAHAN

• Alat

1. Jangka Sorong

2. Neraca Teknis

3. Mikrometer Sekrup• Bahan

1. Kuningan

2. Besi

3. Tembaga

Page 8: Modul 1

TATA CARA PRAKTIKUM• JangkaSorong

1. Benda yang akan diukur dijepit pada rahang dalam untuk mengukur diameter bagian luar atau rahang luar untuk mengukur diameter bagian dalam

2. Jepit benda pada rahang, lalu kunci jangka sorongnya

3. Lihat skala utama dan skala nonius yang menunjukkan hasil

4. Catat hasil pengukuran• Mikrometer Sekrup

1. Masukan benda yang akan diukur

2. Putarkan roda pemutar sampai menjepit benda tersebut

3. Hitung dan catat hasil pengukuran• NeracaTeknis

1. Timbang beban yang akan diukur yang terletak di salah satu lengan neraca

2. Simpan beban di tempat yang tepat sampai di titik tengah

3. Lihat dan catat hasilpenimbangannya

Page 9: Modul 1

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Page 10: Modul 1

PENGUMPULAN DATA• Benda kerja 1 (BK-1) : Tembaga

Mengukur dengan jangka sorong

Tabel 1.1 Pengukuran Dasar

Bagian Panjang (P) Lebar (L) Tinggi/Tebal (T)

1 35,12 mm 18,44 mm 8,82 mm

2 35,12 mm 18,44 mm 8,82 mm

3 35,12 mm 18,44 mm 8,82 mm

4 35,12 mm 18,44 mm 8,82 mm

5 35,12 mm 18,44 mm 8,82 mm

Bagian Tinggi/Tebal (T)

1 8,74 mm

2 8,74 mm

3 8,74 mm

4 8,74 mm

5 8,74 mm

Mengukur dengan micrometer sekrupTabel 1.2 Pengukuram Dasar

Page 11: Modul 1

Menimbang dengan neraca teknis

Massa BK-1 (m1) = 49,8 gram

• Benda kerja 2 (BK-2) : KuninganMengukur dengan jangka sorongTabel 1.3 Pengukuran Dasar

Bagian Panjang (P) Lebar (L) Tinggi /Tebal (T)

1 35.01 mm 20 mm 9,9 mm

2 35.01 mm 20 mm 9,9 mm

3 35.01 mm 20 mm 9,9 mm

4 35.01 mm 20 mm 9,9 mm

5 35.01 mm 20 mm 9,9 mm

Mengukur dengan micrometer secrup Tabel 1.4 Pengukuran Dasar

Bagian Tinggi/Tebal (T)

1 9,47 mm

2 9,47 mm

3 9,47 mm

4 9,47 mm

5 9,47 mm

Page 12: Modul 1

Menimbang dengan neraca teknis

Massa BK-2 (m2) = 46 gram

• Benda kerja 3 (BK-3) : Besi

Mengukur dengan jangka sorong

Tabel 1.5 Pengukuran Dasar

Bagian Panjang (P) Lebar (L) Tinggi/Tebal (T)

1 45,1 mm 25,1 mm 17,6 mm

2 45,1 mm 25,1 mm 17,6 mm

3 45,1 mm 25,1 mm 17,6 mm

4 45,1 mm 25,1 mm 17,6 mm

5 45,1 mm 25,1 mm 17,6 mm

Page 13: Modul 1

Mengukur dengan micrometer secrup

Tabel 1.6 Pengukuran Dasar

Menimbang dengan neraca teknis

Massa BK-3 (m3) = 155,5 gram

Bagian Tinggi/Tebal (T)

1 17,57 mm

2 17,57 mm

3 17,57 mm

4 17,57 mm

5 17,57 mm

Page 14: Modul 1

PENGOLAHAN DATA

• Benda kerja 1 (BK-1) = TembagaMengukur dengan jangka sorongTabel 1.7 Pengukuran Dasar

Bagian Panjang (P) Lebar (L) Tinggi/Tebal (T)

1 35,12 mm 18,44 mm 8,82 mm

2 35,12 mm 18,44 mm 8,82 mm

3 35,12 mm 18,44 mm 8,82 mm

4 35,12 mm 18,44 mm 8,82 mm

5 35,12 mm 18,44 mm 8,82 mm

∑ 175,6 mm 92,2 mm 44,1 mm

X 35,12 mm 18,44 mm 8,82 mm

∑X12 6167,072 mm 1700,168 mm 388,962 mm

(∑X1) 2 30835,36 mm 8500,84 mm 1944,81 mm

Page 15: Modul 1

• ∑ P = P1 + P2 + P3 + P4 + P5

∑ P = 35,12 + 35,12 + 35,12 + 35,12 + 35,12

∑ P = 175,6 mm

P =

=

= 35,12 mm

• ∑X12 = P1

2 + P22 + P3

2 + P42 + P5

2

= (35,12)2 + (35,12)2 + (35,12)2 + (35,12)2 + (35,12)2

= 1233,41 + 1233,41 + 1233,41 + 1233,41 + 1233,41

= 6167,072 mm

• (∑X1) 2 = (35,12 + 35,12 + 35,12 + 35,12 + 35,12)2

= 30835,36 mm

Page 16: Modul 1

• ∑ L = L1 + L2 + L3 + L4 + L5

= 18,44 + 18,44 + 18,44 + 18,44 + 18,44

= 92,2 mm

• L =

=

= 18,44 mm

• ∑X12 = L1

2 + L22 + L3

2 + L42 + L5

2

= (18,44)2 + (18,44)2 + (18,44)2 + (18,44)2 + (18,44)2

= 340,033 + 340,033 + 340,033 + 340,033 + 340,033

= 1700,168 mm

• (∑X1) 2 = (18,44 + 18,44 + 18,44 + 18,44 + 18,44)2

= 8500,84 mm

Page 17: Modul 1

• ∑ T = T1 + T2 + T3 + T4 + T5

= 8,82 + 8,82 + 8,82 + 8,82 + 8,82

= 44,1 mm• T =

=

= 8,82 mm

• ∑X12 = T1

2 + T22 + T3

2 + T42 + T5

2

= (8,82)2 + (8,82)2 + (8,82)2 + (8,82)2 + (8,82)2

= 77,79 + 77,79 + 77,79 + 77,79 + 77,79

= 388,962 mm

• (∑X1) 2 = (8,82 + 8,82 + 8,82 + 8,82 + 8,82)2

= 1944,81 mm

• Volume BK-2 (V) = P x L x T

= 35,01 x 20 x 9,9

= 6931,98 mm3

Page 18: Modul 1

• Benda kerja 1 (BK-1) : Tembaga• ΔP = = = = ±0• P1 = P + ΔP

= 35,12 + 0 = 35,12 mm • P2 = P - ΔP

= 35,12 – 0 = 35,12 mm• P2 = P = P1

35,12 = 35,12 = 35,12

Page 19: Modul 1

• ΔL = = = = ±0• L1 = L+ ΔL

= 18,44 + 0 = 18,44 mm • L2 = L - ΔL

= 18,44 – 0 = 18,44 mm• L2 = L = L1

18,44 = 18,44 = 18,44

Page 20: Modul 1

• ΔT = = = = ±0• T1 = T+ ΔT

= 8,82 + 0 = 8,82 mm • T2 = T - ΔT

= 8,82 – 0 = 8,82 mm• T2 = T = T1

8,82 = 8,82 = 8,82

Page 21: Modul 1

• ΔV = () x V

= () x 5711,944

ΔV = 0

• V1 = V + ΔP

= 5711,944 + 0

= 5711,944 mm3

• V2 = V- ΔV

= 5711,944 – 0

= 5711,944 mm3

• V2 = V = V3

5711,944 = 5711,944 = 5711,944

Page 22: Modul 1

• ρ =

ρ =

= 0,00871 gr/mm3

• ρ1 =

=

= 0,00871 gr/mm3

• ρ2 =

=

= 0,00871 gr/mm3

• ρ1 = ρ = ρ2

0,00871 = 0,00871 = 0,00871 

Page 23: Modul 1

ANALISIS

Page 24: Modul 1

ANALISIS

• Pada peraktikum menjelaskan kegunaan alat ukur, menuliskan dengan benar dari pengukuran da perhitungan, menghitung besaran secara langsung.

• Specimen yang digunakan yaitu, Kuningn, Tembaga, Besi .• Alat ukur yang digunakan yaitu, Jangka sorong, Micrometer

Skrup, Neraca. • Dan masing-masing alat mempunyai ketelitian pengukuran

yang berbeda-beda dan fungsinya yang berbeda juga. • Jangka sorong berfungsi mengukur tinggi, Lebar, dan panjang

suatu sempel. Micrometer berfungsi mengukur ketebalam suatu sempel. Dan Neraca berfungsi mengukur massa suatu benda dengan perinsip keseimbangan.

Page 25: Modul 1

• Faktor –faktor yang mempengaruhi pengukuran yaitu, Ketelitian, Keterbatasan membaca, Kekeliruan.

• Dalam percobaan setiam sempel dilakukan 5 kali pengukuran untuk mendapatkan ketelitian dalam mengukur.

• Perbedaan Jangka sorong dengan Micrometer sekrup, jangka sorong mengukur tinggi, tebal, dan lebar pada sempel dan Micrometer sekrup mengukur ketebalan dan lebih akurat disbanding Jangka sorong.

• Dalam percobaan peratikan mendapatkan hasil pengukuran yang sama dalam mengkur dikarnakan yang mengukur orang yang sama dan mengunakan alat ukur yang sama, maka terjadi pengkuran yang sama.

Page 26: Modul 1

KESIMPULAN DAN SARAN

Page 27: Modul 1

KESIMPULAN

• Pengukuran menggunakan jangka sorong dengan mikrometer sekrup mempunyai ketelitian yang berbeda.

• Hasil pengukuran maksimal akan kita dapat bila memenuhi beberapa faktor :- Ketelitian pembacaan skala.- perhitungan skala total.- Ketelitian alat.

• Jangka srong dapat mengukur berbagai macam dimensi seperti : Panjang luar, diameter dalam, diameter luar, lebar, tebal dan kkedalaman benda.

Page 28: Modul 1

SARAN

• Sebaiknya ada pendingin ruangan di dalam lab• Waktu yang diberikan dalam praktikum kurang banyak