Kebijakan Kebijakan Energi dan Kebijakan Kebijakan Energi dan ...
model2 kebijakan
-
Upload
ilham-mirza-saputra -
Category
Government & Nonprofit
-
view
299 -
download
0
Transcript of model2 kebijakan
Modul Matakuliah Kebijakan Publik 2014
MODEL-MODEL KEBIJAKAN PUBLIK
I. MEMAHAMI MAKNA MODEL KEBIJAKAN PUBLIK
Model adalah representasi sederhana mengenai aspek – aspek yang
terpilih dari suatu kondisi masalah yang disusun untuk tujuan tertentu. Model adalah
isomorfisme antara dua atau lebih teori empiris, sehingga model seringkali sulit diuji
kebenarannya di lapangan Model digunakan karena adanya eksistensi masalah
publik yang kompleks. Model kebijakan adalah representasi sederhana mengenai
aspek-aspek yang terpilih dari suatu kondisi masalah yang disusun untuk tujuan-
tujuan tertentu. Model Kebijakan dapat dinyatakan sebagai konsep, diagram, grafik
atau persamaan matematika. Model kebijakan merupakan penyederhanaan sistem
masalah dengan membantu mengurangi kompleksitas dan menjadikannya dapat
dikelola oleh para analis kebijakan. Walaupun model te3rkadang sulit diuji
nkebenarannya namun model tetap dapat digunakan sebagai pedoman dalam
penelitian, terutama penelitian yang bertujuan untuk mengadakan penggalian atau
penemuan-penemuan baru. Model menjadi pedoman untuk menemukan (to
discover) dan mengusulkan hubungan antara konsep-konsep yang digunakan untuk
mengamati gejala sosial. Model merupakan representasi sebuah realitas. Model
sangat bermanfaat dalam mengkaji kebijakan publik, karena : 1) Kebijakan publik
merupkan proses yang kompleks, dengan sifat model yang menyederhanakan
realitas akan sangat membantu dalam memahami realitas yang kompleks tersebut;
2) Sifat alamiah manusia yang tidak mampu memahami realitas yang kompleks
tanpa menyederhanakannya terlebih dahulu, maka peran model dalam memperjelas
kebijakan publik akan semakin berguna.
Sakinah Nadir Page 1
Modul Matakuliah Kebijakan Publik 2014
Secara garis besar bahwa model dalam kebijakan publik itu memiliki
karakteristik, sifat dan ciri tersendiri. Karakteristik tersebut antara lain ialah:
Model dalam kebijakan publik itu harus Sederhana dan jelas (clear); Ketepatan
dalam indentifikasi aspek penting dalam problem kebijakan itu sendiri (precise);
Menolong untuk pengkomunikasian (communicable); Usaha langsung untuk
memahami kebijakan publik secara lebih baik (manageable); dan Memberikan
penjelasana dan memprediksi konsekuensi (consequences). Menurut Thomas R.
Dye beberapa kriteria yang dapat dipakai untuk melihat kegunaan suatu model di
dalam mengkaji kebijakan publik, yaitu :
1. Apakah model menyusun dan menyederhanakan kehidupan politik
sehingga dapat memahami hubungan-hubungan tersebut dalam dunia
nyata dan memikirkannya dengan lebih jelas.
2. Apakah model mengidentifikasi aspek-aspek penting dalam kebijakan
publik.
3. Apakah model kongruen (sama dan sebangun) dengan realitas.
4. Apakah model mengkomunikasikan sesuatu yang bermakna menurut cara
yang kita semua dapat mengerti.
5. Apakah model mengarahkan penyelidikan dan penelitian kebijakan publik.
6. Apakah model menyarankan penjelasan bagi kebijakan publik.
7. Ketika kita melakukan penyederhanaan dalam rangka memahami
multiplisitas faktor dan kekuatan yang membentuk problem dan proses
sosial kita mesti menyusun model, pemetaan atau berpikir dalam term
metafora. Hal ini mencakup kerangka tempat kita berpikir dan
menjelaskan.
Sakinah Nadir Page 2
Modul Matakuliah Kebijakan Publik 2014
II. Model Kebijakan Menurut Thomas R. Dye :
a. Model Kelembagaan (Institusional)
Model kelembagaan pada dasarnya merupakan sebuah model analisis yang
dikembangkan oleh para pakar ilmu politik yang memandang kebijakan publik
sebagai kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemerintah.
Struktur-struktur dan lembaga-lembaga pemerintahan sejak lama memang
menjadi pusat perhatian ilmu politik, bahkan ilmu politik sering disebut sebagai
suatu ilmu yang mempelajari lembaga-lembaga pemerintah (government
institusional). Dalam proses pembuatan kebijakan model ini masih merupakan
model tradisional, dimana fokus model ini terletak pada struktur organisasi
pemerintahan. Jadi yang sangat berpengaruh di dalam model ini hanyalah
lembaga-lembaga pemerintah dari tingkat pusat atau daerah. Adapun aktor
eksternal pada model ini seperti media massa, kelompok kepentingan/penekan
(LSM, Kelompok budayawan, kelompok mahasiswa, cendikiawan, tokoh
masyarakat, tokoh agama, dan lain-lain) serta masyarakat hanya berfungsi
memberikan pengaruh dalam batas kewenangannya. Jadi kebijakan yang telah
dibuat akan dijalankan dahulu oleh aktor internal, yaitu lembaga-lembaga
pemerintahan tersebut. Menurut Thomas Dye dalam kebijakan publik lembaga
pemerintahan memiliki tiga hal, yaitu : 1. legitimasi, 2. universalitas dan ke 3.
paksaan. Lembaga pemerintah yang melakukan tugas kebijakan-kebijakan
adalah: lembaga Legislatif, Eksekutif dan Yudikatif. Termasuk juga didalamnya
adalah lembaga pemerintah daerah dan yang ada dibawahnya. Masyarakat
harus patuh karena adanya legitimasi politik yang berhak untuk memaksakan
Sakinah Nadir Page 3
Modul Matakuliah Kebijakan Publik 2014
kebijakan tersebut. Kebijakan tersebut kemudian diputuskan dan dilaksanakan
oleh institusi pemerintah. Undang-undanglah yang menetapkan kelembagaan
negara dalam pembuatan kebijkaan. Oleh karenanya pembagaian kekuasaan
melakukan checks dan balances.
b. Model Elit
Model elit adalah sebuah model analisis yang dikembangkan dengan mengacu
pada teori elit. Teori elit pada umumnya menentang keras terhadap pandangan
yang mengatakan bahwa kekuasaan dalam masyarakat itu terdistribusi secara
merata. Dengan mengacu pada hasil karya para teoritisi elit klasik, C. Wirght
Mills (1956) dalam Wahab (2008) mengungkapkan adanya suatu gejala
konsentrasi kekuasaan politik di tangan sekelompok kecil warga masyarakat.
Dalam model elit ini, kebijakan publik dipandang sebagai Preferensi Elit. Model
ini menggambarkan pembuatan kebijakan publik dalam bentuk piramida, dimana
masyarakat berada pada tingkat paling bawah, elit pada ujung piramida dan
aktor internal birokrasi pembuat kebijakan publik (dalam hal ini pemerintah)
berada ditengah-tengah antara masyarakat dan elit. Dalam model ini ada 3
lapisan kelompok sosial:Pertama, Lapisan atas dengan jumlah yang sangat kecil
(elit); Kedua adalah lapisan tengah yakni pejabat dan administrator; dan Ketiga
lapisan bawah yang disebut massa dengan jumlah yang sangat besar sebagai
yang diatur. Dalam model elite lebih banyak mencerminkan kepentingan dan
nilai-nilai elite dibandingkan dengan memperhatikan tuntutan-tuntutan rakyat
banyak. Sehingga perubahan kebijakan publik hanyalah dimungkinkan sebagai
suatu hasil dari merumuskan kembali nilai-nilai elite tersebut yang dilakukan oleh
Sakinah Nadir Page 4
Modul Matakuliah Kebijakan Publik 2014
elite itu sendiri. Isu kebijakan yang akan masuk agenda perumusan kebijakan
merupakan kesepakatan dan juga hasil konflik yang terjadi diantara elit politik
sendiri. Masyarakat tidak memiliki kekuatan untuk mempengaruhi dan
menciptakan opini tentang isu kebijakan yang seharusnya menjadi agenda politik
di tingkat atas. Sementara birokrat/administrator hanya menjadi mediator bagi
jalannya informasi yang mengalir dari atas ke bawah. Elit politik selalu ingin
mempertahankan status quo, maka kebijakannya menjadi konservatif.
Perubahan kebijakan bersifat trial and error yang hanya mengubah atau
memperbaiki kebijakan sebelumnya.
c. Model Kelompok
Model kelompok merupakan abstraksi dari proses pembuatan kebijakan. Dimana
beberapa kelompok kepentingan berusaha untuk mempengaruhi isi dan bentuk
kebijakan secara interaktif. Pada model ini pemerintah membuat kebijakan
karena adanya tekanan dari berbagai kelompok. Kebijakan publik merupakan
hasil perimbangan (equilibrium) dari berbagai tekanan kepada pemerintah, dari
berbagai kelompok kepentingan. Besar kecil tingkat pengaruh dari suatu
kelompok kepentingan ditentukan oleh jumla anggotanya, harta kekayaannya,
kekuatan, dan kebaikan organisasi, kepemimpinan, hubungannya yang erat
dengan pembuat keputusan, kohesi intern para anggotanya. Model kelompok
pada dasarnya berangkat dari suatu anggapan bahwa interaksi antar kelompok
dalam masyarakat itulah yang menjadi pusat perhatian politik. Dalam hal ini
individu-individu yang memiliki latar belakang kepentingan yang sama biasanya
akan bergabung baik secara formal maupun secara informal untuk mendesakkan
Sakinah Nadir Page 5
Modul Matakuliah Kebijakan Publik 2014
kepentingan-kepentingan mereka kepada pemerintah. Dalam model ini kebijakan
publik dipandang sebagai hasil keseimbangan kelompok. Dengan demikian
pembuatan kebijakan terlihat sebagai upaya untuk menanggapi tuntutan dari
berbagai kelompok kepentingan dengan cara bargaining, negoisasi dan
kompromi. Tuntutan-tuntutan yang saling bersaing diantara kelompok-kelompok
yang berpengaruh dikelola. Sebagai hasil persaingan antara berbagai kelompok
kepentingan pada hakikatnya adalah keseimbangan yang tercapai dalam
pertarungan antar kelompok dalam memperjuangkan kepentingan masing-
masing pada suatu waktu. Agar supaya pertarungan ini tidak bersifat merusak,
maka sistem politik berkewajiban untuk mengarahkan konflik kelompok. Model
kelompok dapat dipergunakan untuk menganalisis proses pembuatan kebijakan
publik. Menelaah kelompok-kelompok apakan yang paling berkompetensi untuk
mempengaruhi pebuatan kebijakan publik dan siapakan yang memiiki pengaruh
paling kuat terhadap keputusan yang dibuat.
d. Model Rasional
Model rasional adalah model yang mana di dalam pengambilan keputusan
melalui prosedurnya akan mengajak pada pilihan alternatif yang paling efisien
dari pencapaian tujuan kebijakan, yang ditekankan pada penerapan rasionalisme
dan positifisme. Model rasional komprehensif ini menekankan pada pembuatan
keputusan yang rasional dengan bermodalkan pada komprehensivitas informasi
dan keahlian pembuat keputusan. Dalam model ini suatu kebijakan yang
rasional adalah suatu kebijakan yang sangat efisien, dimana rasio antara nilai
yang dicapai dengan nilai yang dikorbankan adalah positif dan lebih tinggi
Sakinah Nadir Page 6
Modul Matakuliah Kebijakan Publik 2014
dibandingkan dengan alternatif-alternatif yang lain. Model pembuatan kebijakan
publik rasional barangkali akar-akar pemikirannya dapat dilacak pada karya
Herbert Simon yang berjudul Adminstration Behaviour. Sesuai dengan karya ini
maka dalam model rasional, kebijakan publik pada dasarnya dapat dianggap
sebagai pencapain tujuan secara efisien.
e. Model Inkremantal
Model incremental adalah pembuatan kebijakan yang melalui proses politisi
dimana didalamnya ada tawar menawar dan kompromi untuk kepentingan para
pembuat keputusan sendiri. Model inkremental pada dasarnya memandang
kebijakan publik sebagai kelanjutan dari kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan
pemerintah pada masa lampau dengan hanya melakukan perubahan-perubahan
seperlunya. Model ini lebih bersifat deskritif dalam pengertian, model ini
menggambarkan secara aktual cara-cara yang dipakai para penjabat dalam
membuat keputusan. Dalam pandangan inkrementalis, para pembuat keputusan
dalam menunaikan tugasnya berada dibawah keadaan yang tidak pasti yang
berhubungan dengan konsekuensi dari tindakan mereka di masa depan, maka
keputusan inkrementalis dapat mengurangi risiko atau biaya ketidakpastian itu.
Model inkremental pada hakikatnya memandang kebijakan publik sebagai
kelanjutan dari kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan oleh pemerintah di masa
lampau dengan hanya melakukan perubahan-perubahan seperlunya. Model ini
pertama kali dikembangkan oleh Charles E. Lindblom sebagai kritik terhadap
model rasional komprehensif dalam pembuatan kebijakan publik. Dengan
Sakinah Nadir Page 7
Modul Matakuliah Kebijakan Publik 2014
demikian dalam model ini kebijakan publik dapat dipandang sebagai perubahan
kecil-kecilan dari kebijakan-kebijakan sebelumnya.
f. Model Teori Permainan (Game Theory)
Model teori permainan mengacu pada gagasan, yakni; pertama, formulasi
kebijakan dalam situasi kompetisi yang intensif. Kedua, para aktor berada dalam
situasi pilihan yang tidak independen ke dependen melainkan situasi pilihan
yang sama-sama bebas (independen). Oleh sebab itu, konsep penting teori
permainan adalah strategi defensif, yaitu kebijakan yang paling aman bukan
yang paling optimum.
g. Model Pilihan Publik
Model pilihan publik dalam membuat formulasi kebijakan berakar dari teori
ekonomi pilihan publik yang berasumsi manusia adalah homo economicus yang
memiliki kepentingan-kepentingan yang harus dipuaskan. Setiap kebijakan
publik yang dibuat pemerintah harus merupakan pilihan publik yang menjadi
pengguna. Artinya, proses formulasi kebijakan melibatkan publik melalui
kelompokkelompok kepentingan sehingga model ini bersifat demokratis.
h. Model Sistem
Model sistem pada awalnya adalah sebuah model yang dikembangkan oleh para
ahli biologi. Model ini kemudian diterapkan pada studi politik atau studi kebijakan
publik oleh ilmuwan politik Amerika David Easton. Easton berpendapat bahwa
kegiatan politik itu dapat dianalisis dari sudut pandang sistem, terdiri dari jumlah
proses-proses yang harus tetap dalam keadaan seimbang kalau kegiatan politik
itu ingin tetap terjaga kelestariannya. Dalam model ini, kebijakan public
Sakinah Nadir Page 8
Modul Matakuliah Kebijakan Publik 2014
dipandang sebagai output dari sistem. Pada dasarnya terdapat 3 komponen
utama dalam pendekatans istem, yaitu: input, proses dan output. Model ini
didasarkan pada konsep-konsep kekuatan-kekuatan lingkunang, sosial, politik,
ekonomi, kebudayaan, geografis, dan sebagainya yang ada disekitarnya.
Kebijakan publik merupakan hasil (output) dari sistem politik. Kebijakan model ini
juga melihat dari tuntutan-tuntutan, dukungan, masukan yang selanjutnya di
ubah menjadi kebijakan publik yang otoritatif bagi seluruh anggota masyarakat.
Intinya sistem politik berfungsi mengubah input menjadi output. Proses tidak
berakhir disini, karena setiap hasil keputusan merupakan keluaran sistem politik
akan mempengaruhi lingkungan. Selanjutnya perubahan lingkunagn inilah yang
akan memepengruhi demands dan support dari masyarakat. Salah satu
kelemahan dari model ini adalah terpusatnya perhatian pada tindakan-tindakan
yang dilakukan oleh pemerintah. Seringkali terjadi bahwa apa yang diputusakan
oleh permerintah memberi kesan telah dilakukannya suatu tindakan, yang
sebenarnya hanya untuk memelihara ketenangan/kestabilan. Persoalan yang
muncul dari pendekatan ini adalah dalam proses penentuan tujuan itu sendiri.
III. Model Kebijakan Publik Menurut Willian Dum
a. Model Deskripsi
Tujuan model deskriptif adalah Menjelaskan dan/atau memprediksikan sebab-
sebab dan konsekuensi dari pilihan-pilihan kebijakan. Model ini digunakan untuk
memantau hasil-hasil dari aksi-aksi kebijakan.
b. Model Normatif
Sakinah Nadir Page 9
Modul Matakuliah Kebijakan Publik 2014
Tujuan Model Normatif adalah model normatif ini bukan hanya untuk
menjelaskan dan/atau memprediksi tetapi juga memberikan dalil dan
rekomendasi untuk mengoptimalkan pencapaian beberapa utilitas (nilai).
Beberapa jenis model normatif yangdigunakan oleh para analis kebijakan adalah
model normatif yang membantu menentukan tingkat kapasitas pelayanan yang
optimum (model antri); waktu pelayanan dan perbaikan yang optimum (model
pergantian); pengaturan volume dan waktu yang optimum (model inventaris);
dan keuntungan yang optimum pada investasi publik(model biaya-manfaat)
IV. Model Kebijakan Menurut bentuk Ekspresinya :
a. Model Verbal : Diekspresikan dalam bahasa sehari-hari, bukannya bahasa
logika simbolis dan matematika. Dalam menggunakan model verbal, analis
bersandar pada penilaian nalar untuk membuat prediksi dan menawarkan
rekomendasi. Keterbatasan: Masalah yang dipakai untuk memberikan prediksi
dan rekomendasi bersifat implisit atau tersembunyi, sehingga sulit untuk
memahami dan memeriksa secara kritis argumen tersebut
b. Model Simbolis : menggunakan simbol-simbolmatematis untuk menerangkan
hubungan di antaravariabel-variabel kunci yang dipercaya menciri suatu
masalah.Keterbatasan: Sulit dikomunikasikan diantara orang awam dam
hasilnya mungkin tidak mudah diinterpretasikan
c. Model Prosedural : manampilkan hubungan yang dinamis diantara variabel-
variabel yang diyakini menjadi ciri suatu masalah kebijakan. Prediksi- prediksi
dan solusi optimal diperoleh dengan mensimulasikan dan meneliti seperangkat
hubungan yang mungkin tidak dapat diterangkan secara baik karena data-data
Sakinah Nadir Page 10
Modul Matakuliah Kebijakan Publik 2014
yang diperlukan tidak tersedia. Kelebihan model prosedural : Memungkinkan
simulasi dan penelitian yang kreatif; Dapat ditulis dalam bahasa nonteknis yang
terpahami, sehingga memperlancar komunikasi di antara orang- orang awam.
Kelemahan model prosedural adalah sering mengalami kesulitan untuk mencari
data atau argumen yang memperkuat asumsi- asumsinya.
DAFTAR BACAAN
Sakinah Nadir Page 11
Modul Matakuliah Kebijakan Publik 2014
1. Bambang Sunggono, Hukum dan Kebijaksanaan Publik, Sinar Grafika, Jakarta,
1994.
2. Edi Suharto, Ph.d, Analisis Kebijakan Publik. CV Alfabeta. Bandung, 2008
3. Eddi Wibowo, T. Saiful Bahri, Hessel Nogi S. Tangkisilan, Kebijakan Publik dan
Budaya, Yayasan Pembaharu Administrasi Publik Indonesia, Yogyakarta, 2004.
4. Hessel Nogi S. Tangkilisan, “Teori dan Konsep Kebijakan Publik” dalam
Kebijakan Publik yang Membumi, Konsep, Strategi dan Kasus, Yogyakarta :
Lukman Offset dan YPAPI, 2003.
5. Howlett, Michael dan Ramesh, Studying Public Policy: Policy Cycles and Policy
Subsystem, Toronto: Oxford University Press.1995.
6. Miftah Thoha, Ilmu Administrasi Publik Kontemporer, Kencana Prenada Media
Group. Jakarta 2011
7. Riswandha Imawan, Hubungan Antar Lembaga dan Pemerintahan, Sistem
Politik dan Pemerintahan Indonesia (Kumpulan Tulisan). Program Pasca Sarjana
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 2004.
8. Subarsono, AG., Analisis Kebijakan Publik, Konsep, Teori dan Aplikasi, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta. 2005.
9. Thomas R. Dye, Understanding Publik Policy, Prentice-Hall, Ne Jersey, 1981.
10.William N. Dunn, Publik Policy Analysis: An Introduction, Prentice-Hall
International, Englewood Cliffs, New Jersey, 1994.
11.Winarno Budi.(2008).Kebijakan Publik Teori & Proses. Yogyakarta: MedPress
(Anggota IKAPI).
12.Wayne Parsons, Public Policy, Pengantar Teori dan Praktik Analisa Kebijakan,
Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2008.
13.William N. Dunn, Pengantar Analisis Kebijakan Publik, Gadjah Mada University
Press, Jogjakarta, 2003.
Sakinah Nadir Page 12
Modul Matakuliah Kebijakan Publik 2014
kebijakan publik.
Selain itu ada tiga model yang diusulkan Thomas R. Dye, yaitu:Model Pengamatan Terpadu;Model Demokratis;Model Strategis
kebijakan publik. Dalam merumuskan kebijakan publik Thomas R. Dye merumuskan model kebijakan yaitu:
Sakinah Nadir Page 13
Modul Matakuliah Kebijakan Publik 2014
Model Kelembagaan;Model Elit;Model Kelompok;Model Rasional;Model Inkremental;Model Teori Permainan;Model Pilihan Publik;Model Sistem
Selain itu ada tiga model yang diusulkan Thomas R. Dye, yaitu:Model Pengamatan Terpadu;Model Demokratis;Model Strategis
Sakinah Nadir Page 14