MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS...

110
MODEL SIS BERBASIS I LOKAS BALAI PENGKA LAPORAN AKHIR STEM PERTANIAN BIOIN INTEGRASI PADI-SAPI S SI DI PROVINSI BENGKU WAHYU WIBAWA AJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN B 2015 NDUSTRI SPESIFIK ULU BENGKULU

Transcript of MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS...

Page 1: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

LAPORAN AKHIR

MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRIBERBASIS INTEGRASI PADI-SAPI SPESIFIK

LOKASI DI PROVINSI BENGKULU

WAHYU WIBAWA

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU2015

LAPORAN AKHIR

MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRIBERBASIS INTEGRASI PADI-SAPI SPESIFIK

LOKASI DI PROVINSI BENGKULU

WAHYU WIBAWA

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU2015

LAPORAN AKHIR

MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRIBERBASIS INTEGRASI PADI-SAPI SPESIFIK

LOKASI DI PROVINSI BENGKULU

WAHYU WIBAWA

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU2015

Page 2: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

LAPORAN AKHIR

MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRIBERBASIS INTEGRASI PADI-SAPI SPESIFIK

LOKASI DI PROVINSI BENGKULU

Wahyu WibawaAhmad DamiriYong FarmantaHarwi KusnadiWilda Mikasari

Irma Calista SiagianTaupik RahmanUjang HamidiAhyadi Ja`far

Hendri Suyanto

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU

2015

Page 3: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga

Laporan Akhir Tahun Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

Integrasi Padi – Sapi Spesifik Lokasi di Provinsi Bengkulu dapat disusun. Laporan

ini dibuat sebagai salah satu pertanggung jawaban terhadap hasil pelaksanaan

kegiatan mulai bulan Januari sampai dengan bulan Desember tahun 2015.

Kegiatan ini bertujuan untuk: (1). Menyusun database (monograf) wilayah

pengkajian, inventarisasi kebutuhan inovasi (teknologi dan kelembagaan) dan

menyusun desain serta road map model sistem pertanian bioindustri spesifik

lokasi. (2).Membangun/menumbuhkan dan mengimplementasikan desain/model

sistem pertanian bioindustri berbasis integrasi padi-sapi potong spesifik lokasi.

(3). Meningkatkan kompetensi (pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman)

SDM kelompok tani pelaksana dan petugas serta stakeholders yang dikaitkan

dengan penguasaan teknologi dan implementasi inovasi teknologi untuk

menggerakkan sistem dan mekanisme pertanian bioindustri spesifik lokasi. (4).

Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai bagian

dari komponen model pertanian bioindustri. (5). Meningkatkan efisiensi usahatani

dalam sistem pertanian bioindustri berbasis integrasi padi-sapi potong.

Kami menyadari bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ini

tentu ada kekurangannya, oleh karena itu kritik dan saran untuk perbaikan

sangat diharapkan. Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dan membantu

pelaksanaan kegiatan ini kami sampaikan terima kasih.

Bengkulu, Desember 2015Penanggungjawab Kegiatan

Dr. Wahyu Wibawa, MPNIP. 196904271998031001

Page 4: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

iii

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul RPTP : Model Sistem Pertanian BioindustriBerbasis Integrasi Padi – Sapi SpesifikLokasi di Provinsi Bengkulu.

Judul ROPP : Model Sistem Pertanian BioindustriBerbasis Integrasi Padi – Sapi SpesifikLokasi di Provinsi Bengkulu.

2. Unit Kerja : BPTP Bengkulu

3. Alamat Unit Kerja : JL. Irian Km. 6,5 Bengkulu 38119

4. Sumber Dana : DIPA BPTP BENGKULU TA. 2015

5. Status Kegiatan (L/B) : (Baru)

6. Penanggung Jawab

a. Nama : Dr. Wahyu Wibawa, MP.

b. Pangkat/Golongan : Penata Tingkat I/IIId

c. Jabatan Fungsional : Peneliti Muda

7. Lokasi : Kabupaten Seluma

8. Agroekosistem : Lahan sawah

9. Tahun Mulai : 2015

10. Tahun Selesai : 2017

11. Output Tahunan (2015) : 1. Informasi database (monograf)wilayah pengkajian, inventarisasikebutuhan inovasi (teknologi dankelembagaan) dan desain sertaroad map model sistem pertanianbioindustri spesifik lokasi.

2. Terwujud/tumbuhnya model sistempertanian bioindustri berbasisintegrasi padi-sapi potong spesifiklokasi.

3. Peningkatan kompetensi(pengetahuan, keterampilan, danpemahaman) SDM kelompok tanipelaksana dan petugas sertastakeholders yang dikaitkan denganpenguasaan teknologi danimplementasi inovasi teknologiuntuk menggerakkan sistem danmekanisme pertanian bioindustrispesifik lokasi.

4. Peningkatan peran kelembagaandan potensi sosial ekonomi sebagai

Page 5: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

iv

bagian dari komponen modelpertanian bioindustri.

5. Peningkatan efisiensi usahatanidalam sistem pertanian bioindustriberbasis integrasi padi-sapi potong.

12. Output Akhir (2017) : 1. Rekomendasi Model Sistem PertaniaBioindustri Berbasis Integrasi Padi–Sapi Spesifik Lokasi di ProvinsiBengkulu.

2. Pengembangan dan replikasi modelsistem pertanian bioindustriberbasis Integrasi Padi – SapiSpesifik Lokasi di Provinsi Bengkulu

13. Biaya : Rp. 455.130.000-, (Empat Ratus LimaPuluh Lima Juta Seratus Tiga Puluh RibuRupiah )

Koordinator Program,

Dr. Wahyu Wibawa, MPNIP.196904271998031001

Penanggung Jawab RPTP,

Dr. Wahyu Wibawa, MPNIP.196904271998031001

Mengetahui,Kepala BBP2TP

Dr. Ir. Abdul Basit,MSNIP. 19610929 198603 1 003

Kepala BPTP Bengkulu,

Dr. Ir. Dedi Sugandi, MPNIP. 195902061986031002

iv

bagian dari komponen modelpertanian bioindustri.

5. Peningkatan efisiensi usahatanidalam sistem pertanian bioindustriberbasis integrasi padi-sapi potong.

12. Output Akhir (2017) : 1. Rekomendasi Model Sistem PertaniaBioindustri Berbasis Integrasi Padi–Sapi Spesifik Lokasi di ProvinsiBengkulu.

2. Pengembangan dan replikasi modelsistem pertanian bioindustriberbasis Integrasi Padi – SapiSpesifik Lokasi di Provinsi Bengkulu

13. Biaya : Rp. 455.130.000-, (Empat Ratus LimaPuluh Lima Juta Seratus Tiga Puluh RibuRupiah )

Koordinator Program,

Dr. Wahyu Wibawa, MPNIP.196904271998031001

Penanggung Jawab RPTP,

Dr. Wahyu Wibawa, MPNIP.196904271998031001

Mengetahui,Kepala BBP2TP

Dr. Ir. Abdul Basit,MSNIP. 19610929 198603 1 003

Kepala BPTP Bengkulu,

Dr. Ir. Dedi Sugandi, MPNIP. 195902061986031002

iv

bagian dari komponen modelpertanian bioindustri.

5. Peningkatan efisiensi usahatanidalam sistem pertanian bioindustriberbasis integrasi padi-sapi potong.

12. Output Akhir (2017) : 1. Rekomendasi Model Sistem PertaniaBioindustri Berbasis Integrasi Padi–Sapi Spesifik Lokasi di ProvinsiBengkulu.

2. Pengembangan dan replikasi modelsistem pertanian bioindustriberbasis Integrasi Padi – SapiSpesifik Lokasi di Provinsi Bengkulu

13. Biaya : Rp. 455.130.000-, (Empat Ratus LimaPuluh Lima Juta Seratus Tiga Puluh RibuRupiah )

Koordinator Program,

Dr. Wahyu Wibawa, MPNIP.196904271998031001

Penanggung Jawab RPTP,

Dr. Wahyu Wibawa, MPNIP.196904271998031001

Mengetahui,Kepala BBP2TP

Dr. Ir. Abdul Basit,MSNIP. 19610929 198603 1 003

Kepala BPTP Bengkulu,

Dr. Ir. Dedi Sugandi, MPNIP. 195902061986031002

Page 6: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

v

DAFTAR ISI

HalamanKATA PENGANTAR.................................................................................... iiLEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. iiiDAFTAR ISI.............................................................................................. vDAFTAR TABEL......................................................................................... viiDAFTAR GAMBAR ..................................................................................... viiiDAFTAR LAMPIRAN................................................................................... ixRINGKASAN ............................................................................................ xSUMMARY................................................................................................ xiii

I. PENDAHULUAN .................................................................................. 11.1. Latar Belakang................................................................................... 11.2. Tujuan .............................................................................................. 31.3. Keluaran............................................................................................ 4

II. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 52.1. Kerangka Teoritis ............................................................................... 52.2. Hasil-Hasil Penelitian/ Pengkajian ........................................................ 9

III. METODOLOGI PENELITIAN ................................................................. 153.1. Ruang Lingkup .................................................................................. 153.2. Waktu dan Tempat............................................................................. 153.3. Tahapan Pelaksanaan......................................................................... 16

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 184.1. Koordinasi Internal dan antar Instansi.................................................. 184.2. Participatory Rural Apraisal (PRA) ...................................................... 19

4.2.1 Pelaksanaan PRA ....................................................................... 194.2.2 Penyusunan desain model sistem pertanian bioindustri ................. 274.2.3 Penyusunan road mapsistem pertanian bioindsutri ........................ 30

4.3. Penumbuhan model sistem pertanian bioindustri berbaasisi integrasipadi - sapi ......................................................................................... 32

4.4. Budidaya padi aromatik pada sawah irigasi........................................... 324.5. Perbaikan kandang dan pemeliharaan sapi ........................................... 374.6. Efisiensi usaha tani padi - sapi............................................................. 39

4.6.1 Efisiensi usaha tani padi dan sapi ................................................ 394.6.2 Efisiensi usahatani ternak sapi potong ......................................... 414.6.3 Efisiensi usahatani integraasi padi - sapi ...................................... 42

4.7. Pembuatan tempat prosesing pakan dan kompos.................................. 444.8. Pembuatan Instalasi Biogas ................................................................ 454.9. Pembuatan Instalasi prosesing biourine................................................ 464.10. Inventarisasi RMU, kinerja mesin dan tenaga pengelolanya.................. 474.11. Analisa gabah, beras , tanah dan kompos........................................... 494.12. Desain dan pengadaan kemasan produk-produk bioindustri ................. 534.13. Pembinaan dan penguatan peran lembaga pelaksana dan

pendukung model pertanian bioindustri.............................................. 554.14 Penyebarluasan inovasi teknologi dalam percepatan model sistem

pertanian bioindustri......................................................................... 57

V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 63

Page 7: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

vi

KINERJA HASIL ........................................................................................ 65DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 67ANALISIS RISIKO ..................................................................................... 69JADWAL KERJA......................................................................................... 71PEMBIAYAAN ........................................................................................... 72TENAGA DAN ORGANISASI PELAKSANA ..................................................... 74LAMPIRAN ............................................................................................... 75

Page 8: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

vii

DAFTAR TABELHalaman

1. Luas lahan menurut subsektor usaha tani kelurahan Rimbo Kedui Tahun2014/ 2015......................................................................................... 23

2. Pola usaha tani di kelurahan Rimbo Kedui tahun 2015 ........................... 23

3. Tingkat penerapan teknologi usaha tani Tanaman pangan danperkebunan di Kelurahan Rimbo Kedui tahun 2015................................ 25

4. Data Kelompok Tani Kelurahan Rimbo Kedui Kabupaten Seluma tahun2015 ................................................................................................... 26

5. Lembaga masyarakat dan Kepemudaan di Kelurahan Rimbo Keduitahun 2015 ........................................................................................ 26

6. Road map sistem pertanian Bioindustri Sapi- Padi 2015 - 2017............... 30

7. Deskripsi varietas Padi aromatik Gilirang, Sintanur, dan Inpari 23........... 33

8. Inovasi teknologi budidaya padi aromatik yang diterapkan pada sistemmodel sistem pertanian bioindustri di Kabupaten Seluma tahun 2015 ..... 34

9. Keragaan Pertumbuhan dan hasil varietas padi aromatik di KabupatenSeluma pada tahun 2015.................................................................... 36

10. Kandungan unsur hara tanah setelah panen pada lahan yangdiperlakukan dengan 3 teknologi budidadya padi di KabupatenSeluma pada tahun 2015 .................................................................... 37

11. Analisa usaha tani padi aromatik di Kabupaten Seluma tahun 2015 ......... 39

12. Analisa usaha tani ternak sapi non integrasi di Kabupaten Seluma........... 41

13. Analisa usaha tani ternak sapi terintegrasi di Kabupaten Seluma ............. 43

14. Inventarisasi RMU, Kinerja mesin dan SDM pengelola di KelurahanRimbo Kedui tahun 2015..................................................................... 48

15. Hasil analisas kualitas gabah pada 3 komponen teknologi budidaya......... 50

16. Hasil analisa kualitas bera giling pada 3 komponen teknologi budidaya .... 51

17. Daftar resiko dan dampak pengkajian Model Sistem PertanianBioindustri berbasis Integrasi Padi - Sapi Spesifik Lokasi di ProvinsiBengkulu tahun 2015.......................................................................... 69

18. Daftar penanganan risiko..................................................................... 70

19. Jadwal pelaksanaan kegiatan .............................................................. 71

20. Pembiayaan kegiatan .......................................................................... 72

21. Realisasi penggunaan anggaran ........................................................... 73

22. Organisasi pelaksanaan kegiatan .......................................................... 74

Page 9: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Konsep Sistem Pertanian Bioindustri Spesifik Lokasi .............................. 7

2. Diagram alir Sistem Pertanian Bioindustri berbasis Integrasi Padi- Sapi .. 8

3. Pohon industri dari komoditas padi. ..................................................... 10

4. Struktur Organisasi Kelurahan Rimbo Kedui ......................................... 21

5. Diagram Venn kelembagaan Kelurahan Rimbo Kedui ............................ 27

6. Desain Model Sistem Pertanian Bioindustri berbasis Integrasi Padi - Sapidi Kabupaten Seluma.......................................................................... 29

7. Sketsa perbaikan kandang sapi............................................................ 38

8. Desain Kemasan produk Model Sistem Pertanian Bioindustri berbasisIntegrasi Padi - Sapi di Kabupaten Seluma............................................ 55

9. Struktur organisasi Gapoktan Rimbo Jaya Kabupaten Seluma................. 56

10. Alur peningkatan kinerja gapoktan dan perluasan jaringan pasar melaluidukungan lembaga setempat .............................................................. 58

Page 10: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Hasil Analisa Tanah Sawah dan saat panen pada tahun 2015................. 75

2. Hasil Analisa Kompos dari Kelompok Tani Margosuko ........................... 76

3. Caplak roda untuk percepatan adopsi Jarwo 2 : 1 ................................. 78

4. Serangan penyakit blast pada fase vegetatif ......................................... 81

5. Kondisi Kandang setelah renovasi dan proses renovasi .......................... 82

6. Tempat pembuatan kompos dan pakan ternak...................................... 85

7. Inventarisasi RMU, kinerja mesin dan SDM pengelola di KelurahanRimbo Kedui tahun 2015 .................................................................... 86

8. SNI 6128 - 2008 tentang mutu beras ................................................... 89

9. Temu lapang panen padi aromatik 2015 .............................................. 90

10. Sosialisasi dan teknis pertanaman serta teknis budidaya Model SistemPertanian Bioindustri berbasis Integrasi Padi - Sapi ............................... 91

11. Sosialisasi dan pelatihan bioindustri tahun 2015.................................... 93

Page 11: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

x

RINGKASAN

1 Judul : Model Sistem Pertanian Bioindustri BerbasisIntegrasi Padi-Sapi Spesifik Lokasi di ProvinsiBengkulu

2 Unit kerja : BPTP Bengkulu

3 Lokasi : Provinsi Bengkulu

4 Status (L/B) : Baru

5 Tujuan : 1. Menyusun database (monograf) wilayahpengkajian, inventarisasi kebutuhan inovasi(teknologi dan kelembagaan) dan desainserta road map model sistem pertanianbioindustri spesifik lokasi.

2. Menumbuhkan model sistem pertanianbioindustri berbasis integrasi padi-sapi potongspesifik lokasi.

3. Meningkatkan kompetensi (pengetahuan,keterampilan, dan pemahaman) SDMkelompok tani pelaksana dan petugas sertastakeholders yang dikaitkan denganpenguasaan teknologi dan implementasiinovasi teknologi untuk menggerakkan sistemdan mekanisme pertanian bioindustri spesifiklokasi.

4. Meningkatkan peran kelembagaan danpotensi sosial ekonomi sebagai bagian darikomponen model pertanian bioindustri.

5. Meningkatkan efisiensi usahatani dalam sistempertanian bioindustri berbasis integrasi padi-sapi potong.

6 Keluaran : 1. Informasi database (monograf) wilayahpengkajian, inventarisasi kebutuhan inovasi(teknologi dan kelembagaan) dan desainserta road map model sistem pertanianbioindustri spesifik lokasi.

2. Terwujud/tumbuhnya model sistem pertanianbioindustri berbasis integrasi padi-sapipotong spesifik lokasi.

3. Peningkatan kompetensi (pengetahuan,keterampilan, dan pemahaman) SDMkelompok tani pelaksana dan petugas sertastakeholders yang dikaitkan denganpenguasaan teknologi dan implementasiinovasi teknologi untuk menggerakkansistem dan mekanisme pertanian bioindustrispesifik lokasi.

Page 12: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

xi

4. Peningkatan peran kelembagaan dan potensisosial ekonomi sebagai bagian darikomponen model pertanian bioindustri.

5. Peningkatan efisiensi usahatani dalam sistempertanian bioindustri berbasis integrasi padi-sapi potong.

7 Hasil yangDiharapkan

: Rekomendasi dan replikasi model pertanianbioindustri spesifik lokasi ke kawasan denganagroekosistem yang hampir sama.

8 Prakiraan Manfaat : 1. Tersedianya informasi dan database wilayahpengkajian, kebutuhan inovasi (teknologi dankelembagaan), serta sistem dan mekanisme(desain) bioindustri spesifik lokasi.

2. Berkembangnya sistem pertanian bioindustripadi- sapi di Kabupaten Seluma

3. Meningkatnya pengetahuan, sikap danketrampilan petani terhadap inovasi teknologisistem pertanian bioindustri.

4. Meningkatnya peran dan perilaku SDM petanidalam sistem pertanian bioindustri.

5. Terbentuknya kelembagaan pertanianbioindustri yang kuat dan tangguh.

6. Berkembangnya model pertanian bioindustrispesifik lokasi.

9 Prakiraan Dampak : 1. Terciptanya pertanian ramah lingkungandengan menghasilkan sesedikit mungkinlimbah tak bermanfaat melalui integrasi padi– sapi spesifik lokasi, sehingga produk-produknya dapat diterima di pasar domestikdan pasar nasionall yang semakin kompetitif.

2. Mampu menggunakan sesedikit mungkininput produksi dari luar sekaligusmengurangi ancaman peningkatanpemanasan global dalam suatu sistemintegrasi tanaman-ternak.

3. Mampu berperan dalam menghasilkanproduk pangan sekaligus sebagai pengolahbiomasa dan limbahnya sendiri menjadi bio-produk baru yang bernilai tinggi (obat-obatan, pangan fungsional, pestisida nabati,media tanam, dan sebagainya).

4. Mampu meningkatkan pendapatan usahatanisekaligus menjaga kelestarian lingkungandan keberlanjutan usahatani berbasis iptekmaju dalam menghasilkan pangan sehat dannon pangan bernilai ekonomi tinggi melaluiintegrasi tanaman-ternak.

Page 13: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

xii

10 Metodologi : Pengkajian dilakukan selama 3 tahun, mulai daritahun 2015 sampai dengan tahun 2017. Padatahun ketiga, kelompok binaan sudah mandiridan dapat menjadi visitor plot/percontohan bagikelompok lainnya. Pengkajian dilaksanakan diKelurahan Rimbo Kedui Kecamatan SelumaSelatan Kabupaten Seluma dengan pertimbangansebagai berikut : (1) Merupakan sentrapengembangan padi dan sapi di ProvinsiBengkulu; (2) Mempunyai kesesuaianagroekosistem untuk pengembangan tanamanpadi dan ternak di Provinsi Bengkulu; (3) Adanyadukungan program pengembangan padi danternak sapi dari Dinas Pertanian dan PeternakanProvinsi dan Kabupaten. Pengkajian dilakukanmelalui survey, pengkajian lapangan danlaboratorium, dengan tahapan : (1) Koordinasiantar pemangku kepentingan; (2) Penelusuranliteratur (desk study); (3) Penyusunan instrumentpenggalian data primer (kuesioner); (4) Surveylapang menggunakan metode pengamatanlapangan secara cepat (Rapid RuralAppraisal/RRA); (5) Identifikasi dan analisis datamelalui pendekatan evaluasi teknis dan sosialekonomi; (6) Penyusunan desain dan road mapmodel bioindustri berkelanjutan spesifik lokasi diProvinsi Bengkulu; (7) Implementasimodel/design melalui sosialisasi, pelatihan dandemplot; (8) Pengumpulan data sosial ekonomi,kelembagaan, agronomi, kandungan nutrisi padapakan, kandungan hara pada kompos, efikasibiopestisida dari urine, kandungan hara padatanah, kandungan hara pada jaringan tanaman,peningkatan nilai tambah dalam penerapanpertanian bioindustri, peningkatan pengetahuan,keterampilan, dan tingkat adopsi petanikooperator, petugas dan stakeholders lainnya.(10) Pelaporan.

11 Jangka Waktu : 3 (tiga) tahun (2015 -2017)12 Biaya : Rp. 455.130.000,00 (Empat ratus lima puluh lima

juta seratus tiga puluh ribu rupiah )

Page 14: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

xiii

SUMMARY

1 Title : The Model of Bioindustry Farming System Basedon Specific Location of Paddy – CattleIntegration in Bengkulu Province

2 Implementing Unit : Bengkulu Assessment Institution of AgricultureTechnology

3 Location : Bengkulu Province4 Status : New5 Objectives : 1. To arrange the database (monographs) of

assessment area, to inventory the innovationneeds (technological and institutional), tobuild the agricultural system and mechanismof specific location bioindustry (design) andto strengthen the competencies of humanresources’ group.

2. Grow the Bioindustry farming system modelbased on integration of cattle- paddy.

3. Improve competencies (knowledge, skilssand understanding) of human resources offarmers group, officers and stakeholderassociated with the acquisutuion andimplementation of technology todrive systemand mechanism of site-specific bioindustryagriculture system.

4. Enhance the role of institusional and socio-economic potency as part of bioindustryagricultural systems.

5. Improve farming efficiency in Bioindustryfarming system model based on integrationof cattle- paddy.

6 Output : 1. Database information of assessment area,the innovation needs (technological andinstitutional), system and mechanism(design) of specific location bioindustry andstrengthening the competencies of humanresources.

2. Growth of the Bioindustry farming systemmodel based on integration of cattle- paddy

3. Improvement of competencies (knowledge,skilss and understanding) of humanresources of farmers group, officers andstakeholder associated with the acquisutuionand implementation of technology todrivesystem and mechanism of site-specificbioindustry agriculture system.

4. Enhancement of the role of institusional andsocio-economic potency as part ofbioindustry agricultural systems.

5. Improvement of farming efficiency in

Page 15: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

xiv

Bioindustry farming system model based onintegration of cattle- paddy.

7 Expected Output : The replication model of bioindustry agriculturespecific location to the region

8 Benefits forecast : 1. Availability of database in the assessmentarea, the needs of innovation (technologicaland institutional), as well as systems andmechanisms (design) site-specificbioindustry.

2. The development of bioindustry padi- cattlefarming system in Seluma

3. Increased knowledge, attitude and skills offarmers to technology innovation bioindustryfarming system.

4. Increasing the role and behavior of farmersin bioindustry farming systems.

5. The establishment of bioindustry agriculturalinstitutions which strong and resilient.

6. The development of site-specific bioindustryfarming system model.

9 Impact forecast : 1. The creation of environmentally friendlyagriculture that produce minimal wastethrough site-spesific integration of paddy-cattle, so that products can be accepted inthe domestic market and the competitiveglobal market.

2. Capable to utilize local inputs while reducingglobal warming in a crop-livestock integrationsystem.

3. Capable to play a role in producing foodproducts as well as the processing ofbiomass and bio-waste into new high-valueproducts (functional foods, feeds, energy,biopesticides, growing media, andso on).

4. Able to increase farm income at the sametime preserving the environment forsustainability of farming system basd onadvanced science and technology to producehealthy food, feed, pesticides and energywhich has high economic value through theintegration of crop-livestock.

10 Procedure : The assessment is conducted 3 years, from2015 to 2017 in Rimbo Kedui Village SelumaDistrict with the following considerations: 1)Paddy and cattle development centers inBengkulu Province; 2) Apropriate agroecosystemfor the development of paddy and cattle inBengkulu Province; 3) The supporting of paddyand cattle development program from

Page 16: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

xv

Agriculture and Livestock Department inprovince and districts levels. In the fourth year,the group was independent and could be visitorplot for the other groups. The assessment isconducted through survey, field and laboratorystudies, with the following phases: 1)Coordination among stakeholders; 2)Arrangement of action preparation; 3) Searchingliterature (desk study); 4) Preparations ofextracting primary data instrument preparation(questionnaire); 5) Field survey using RapidRural Appraisal/RRA; 6) The data identificationand analyzing through technical evaluation andsocial economy approach; 7) Design and roadmap arrangement of sustainable specificlocation bioindustry model in Bengkulu Province;8) The collection of social economy, institutional,agronomic, nutrient content of food, nutrientcontent of compost, urine biopesticide efficacy,soil nutrient content, plant tissues nutrient; 9)Socialization, training, and demonstration plots;10) data analize and intepretation ofdata/Reporting.

11 Duration : 3 years (2015 -2017)12 Budget : IDR. 455.130.000,00

Page 17: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sektor pertanian berperan penting dalam perekonomian di Provinsi

Bengkulu karena menyumbangkan porsi terbesar (38,93%) dalam pembentukan

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) (Badan Pusat Statistik Provinsi

Bengkulu, 2013). Cakupan kegiatan pertanian terdiri atas beberapa jenis

kegiatan yaitu pertanian tanaman bahan makanan, hortikultura, perkebunan,

kehutanan, peternakan dan perikanan.Padi dan sapi merupakan komoditas

utama dari sub sektor tanaman pangan dan sub sektor peternakan di Provinsi

Bengkulu.

Berdasarkan agroekosistem dan kesesuaian lahannya, tanaman padi

mempunyai potensi dan peluang yang besar untuk dikembangkan di Provinsi

Bengkulu. Provinsi Bengkulu memiliki lahan sawah seluas 105.177 ha.

Produktivitas padi di Provinsi Bengkulu masih relatif rendah dibandingkan dengan

produktivitas nasional. Pada tahun 2012, rata-rata produktivitas padi sawah baru

mencapai 4,29 ton GKG/hektar, sedangkan produktivitas secara nasional sudah

mencapai 5,50 ton GKG/hektar (BPS, 2013).

Di Provinsi Bengkulu, pengembangan ternak sapi juga belum optimal,

yang diindikasikan oleh rendahnya populasi sapi yaitu 105.550 ekor (Badan Pusat

Statistik Provinsi Bengkulu, 2013). Keterbatasan pengetahuan dan keterampilan

peternak, kurangnya pemanfaatan (pengolahan dan penyediaan) pakan berbasis

limbah pertanian, minimnya usaha perbibitan sapi merupakan masalah umum

dalam pengembangan ternak sapi.

Pakan merupakan kebutuhan terbesar dalam pemeliharaan ternak.

Kelemahan sistem produksi peternakan umumnya terletak pada ketidaktepatan

tatalaksana pakan dan kesehatan. Keterbatasan pakan berhubungan erat dengan

rendahnya populasi ternak pada suatu kawasan/wilayah (Kushartono, 2001).

Kemampuan peternak dalam penyediaan pakan menentukan jumlah ternak yang

mampu dipelihara. Jerami padi merupakan salah satu limbah pertanian yang

dapat digunakan sebagai pakan ternak. Potensi limbah pertanian perlu

dipertimbangkan dalam usaha peternakan.

Sebagian besar komoditas tanaman pangan dan hortikultura, di Provinsi

Bengkulu masih diusahakan secara monokultur dan belum ke pola usahatani

Page 18: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

2

tanaman multikultur maupun integrasi tanaman ternak. Kondisi ini banyak

menimbulkan permasalahan dalam sistem pertanian yang diantaranya adalah:

(1). Produktivitas dan kualitas produk yang rendah (2). Banyak limbah yang

belum dimanfaatkan secara optimal (3). Sangat tergantung dengan input

eksternal (4). Bersifat subsisten dan belum mempertimbangkan economic scale.

Berkelanjutan, meminimalkan limbah, ramah lingkungan, memaksimalkan

pendapatan melalui peningkatan nilai tambah serta mempertimbangkan

economic scale merupakan prinsip dasar dalam sistem pertanian bioindustri.

Integrasi tanaman ternak merupakan salah satu upaya dan dukungan dalam

mewujudkan sistem pertanian bioindustri. Manfaat dari implementasi integrasi

tanaman ternak diantaranya adalah: (1). Diversifikasi penggunaan sumberdaya

produksi (2). Mengurangi resiko dalam sistem usahatani (3). Efisiensi dalam

penggunaan tenaga kerja (4). Efisiensi penggunaan komponen produksi (5).

Mengurangi ketergantungan energi kimia dan energi biologi serta masukan

sumberdaya lainnya dari luar (6). Sistem ekologi lebih lestari dan tidak

menimbulkan polusi (ramah lingkungan) (7). Meningkatkan output (8).

Mengembangkan rumah tangga petani lebih stabil melalui peningkatan

pendapatan.

Salah satu contoh sistem pertanian bioindustri di Indonesia adalah di

Kebun Percobaan (KP) Manoko. KP Manoko adalah salah satu KP Badan

Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) yang telah

mengimplementasikan model pertanian bioindustri dari hulu hingga hilir pada

pengembangan tanaman atsiri terpadu. Minyak atsiri diekstrak dari daun serai

wangi melalui proses penyulingan. Hasil ekstraksi kemudian diolah menjadi

berbagai macam produk, diantaranya sabun antiseptik, penolak nyamuk, dan

ramuan aditif untuk bahan bakar. Limbah dari proses tersebut dimanfaatkan

sebagai pakan hijauan untuk sapi perah yang menghasilkan susu dan anak sapi

yang bernilai jual tinggi. Kotoran sapinya diproses kembali menjadi biogas untuk

bahan bakar mesin suling (Zubaidi, 2014).

Di Provinsi Bengkulu, sistem pertanian bioindustri belum diterapkan dan

perlu diinisiasi penumbuhannya sesuai dengan kondisi wilayah (spesifik lokasi).

Padi dan sapi merupakan komoditas unggulan dan diusahakan oleh sebagian

besar masyarakat tani di Provinsi Bengkulu. Selama ini, kedua usaha pertanian

tersebut dilaksanakan secara terpisah dan belum diusahakan secara terintegrasi,

Page 19: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

3

sehingga masing-masing mempunyai permasalahan yang spesifik. Jika keduanya

diusahakan secara terintegrasi, maka keduanya saling bersinergi dan dapat

saling melengkapi satu dengan lainnya.

Potensi pupuk organik padat yang berasal dari satu ekor sapi dewasa

selama satu tahun mencapai 2 ton/tahun yang dapat digunakan sebagai pupuk

organik pada lahan padi (Gunawan, 2014). Sementara potensi jerami padi

mencapai 50 % dari produksi gabah kering panen (Yunilas, 2009).

Usaha pemeliharaan ternak sapi pada daerah persawahan akan

bermanfaat ganda yaitu; jerami padi sebagai pakan yang tersedia sepanjang

tahun dengan jumlah yang tidak terbatas dengan harga murah dan sebagai

sumber pupuk kandang bisa menjadi hasil sampingan bernilai ekonomi tinggi.

Pupuk kandang tersebut dapat menjadi bahan pupuk organik untuk tanaman

padi dan tanaman lainnya (Zulbardi dkk, 2001).

Kedua komoditas tersebut dapat diintegrasikan dalam upaya membangun

model sistem pertanian bioindustri yang spesifik lokasi di Provinsi Bengkulu. Pada

integrasi ini, ternak merupakan komponen pendukung dari usahatani padi.

Komoditas padi yang lebih diprioritaskan dan difokuskan dalam peningkatan nilai

tambah, diversifikasi produk dan pemanfaatan limbahnya. Integrasi padi-sapi

potong memiliki prospek yang cerah sebagai embrio berkembangnya agribisnis

yang berdaya saing dan memiliki keunggulan spesifik.

1.2 Tujuan

Tujuan tahun 2015

1. Menyusun data base (monograf) wilayah pengkajian, inventarisasi/identifikasi

kebutuhan inovasi (teknologi dan kelembagaan) dan menyusun design

pertanian bioindustri berbasis integrasi padi-sapi potong.

2. Membangun/menumbuhkan dan mengimplementasikan desain/model

pertanian bioindustri berbasis integrasi padi-sapi potong spesifik lokasi.

3. Meningkatkan kompetensi (pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman)

SDM kelompok tani pelaksana dan petugas serta stakeholders yang dikaitkan

dengan penguasaan teknologi dan implementasi inovasi teknologi untuk

menggerakkan sistem dan mekanisme pertanian bioindustri spesifik lokasi.

4. Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai bagian

dari komponen model pertanian bioindustri.

Page 20: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

4

5. Meningkatkan efisiensi usahatani dalam model sistem pertanian bioindustri

berbasis integrasi padi-sapi potong.

Tujuan jangka panjang

1. Mengembangkan dan mereplikasikan model pertanianbioindustri spesifik

lokasi ke kawasan dengan potensi dan agroekosistem yang serupa.

2. Merekomendasikan alternatif model pertanian bioindustri berbasis integrasi

padi-sapi potong spesifik lokasi di Provinsi Bengkulu.

1.3 Keluaran

Keluaran tahun 2015

1. Informasi dan data base (monograf) wilayah pengkajian,

inventarisasi/identifikasi kebutuhan inovasi (teknologi dan kelembagaan) dan

menyusun design model sistem pertanian bioindustri berbasis integrasi padi-

sapi potong.

2. Pembangunan/penumbuhan dan implementasi desain/model pertanian

bioindustri berbasis integrasi padi-sapi potong spesifik lokasi.

3. Peningkatan kompetensi (pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman) SDM

kelompok tani pelaksana dan petugas serta stakeholders yang dikaitkan

dengan penguasaan teknologi dan implementasi inovasi teknologi untuk

menggerakkan sistem dan mekanisme pertanian bioindustri spesifik lokasi.

4. Peningkatan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai bagian

dari komponen model pertanian bioindustri.

5. Peningkatan efisiensi usahatani sapi-padi dalam sistem pertanian bioindustri

berbasis integrasi padi-sapi potong.

Keluaran jangka panjang

1. Pengembangan dan replikasi model pertanian bioindustri spesifik lokasi ke

kawasan dengan potensi dan agroekosistem yang serupa.

2. Rekomendasi model pertanian bioindustri berbasis integrasi padi-sapi potong

spesifik lokasi di Provinsi Bengkulu.

Page 21: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teoritis

Tantangan dan permasalahan pembangunan pertanian secara nasional

maupun global semakin besar. Degradasi sumberdaya pertanian, variabilitas dan

ketidakpastian iklim, konversi dan alih fungsi lahan, serta pencemaran di sektor

pertanian menjadi ancaman sekaligus tantangan dalam mewujudkan sistem

pertanian bio-industri yang berkelanjutan. Bioindustri adalah sistem pertanian

yang mengelola dan/atau memanfaatkan secara optimal seluruh sumberdaya

hayati termasuk biomasa dan/atau limbah organik pertanian, bagi kesejahteraan

masyarakat dalam suatu ekosistem secara harmonis (Kementerian Pertanian,

2013).

Sistem pertanian bioindustri memandang lahan pertanian tidak semata-

mata merupakan sumberdaya alam, namun juga dipandang sebagai industri

yang memanfaatkan seluruh faktor produksi untuk menghasilkan pangan untuk

ketahanan pangan maupun produk lain yang dikelola menjadi bioenergi serta

bebas limbah dengan menerapkan prinsip mengurangi, memanfaatkan kembali,

dan mendaur ulang (reduce, reuse dan recycle) (Hendriadi dan Hendayana,

2014).

Prinsip dari konsep bioindustri adalah proses produksi yang mampu

menghilangkan dampak polusi dan sekaligus menawarkan berbagai produk yang

tidak merusak lingkungan. Jadi konsep ini menyediakan berbagai siklus produk

melalui proses produksi yang tidak menghasilkan polusi dan tidak ada akhir dari

sebuah produk setelah selesai digunakan, dan tidak menjadi sampah. Produk-

produk dalam suatu proses akan menjadi residual yang tetap dapat digunakan

kembali sebagai input bagi proses lainnya yang biasa disebut zero waste.

Konsep ini dapat bersifat spesifik lokasi yang berkaitan dengan

keragaman dari variabel penyusun maupun lingkungan/agroekosistemnya. Hal ini

dapat terjadi karena konsep ini mempunyai karakteristik penting yaitu

independensi terhadap bahan baku alam, dimana proses produksi dapat di

kontrol. Konsep ini akan dapat berjalan jika semua komponen, akademisi, bisnis,

goverment dan komunitas bergerak bersama secara sinergi. Kaitan antar pelaku

bersifat interlocked, yang berarti ada keterkaitan yang erat antara satu dengan

lainnya. Jika salah satu dari 4 komponen (quatro helix) tidak dapat berjalan

Page 22: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

6

dengan baik, maka hampir dipastikan konsep tidak dapat berjalan dengan

optimal.

Pertanian ramah lingkungan merupakan konsep model yang bertujuan

agar kegiatan ekonomi tidak merusak lingkungan, dengan tetap memperhatikan

keterkaitan antara ekologi, ekonomi, dan pertumbuhan yang berkelanjutan.

Manfaat utama dari pendekatan ini adalah pada proses dan inovasi produk dan

penciptaan rantai nilai, seperti pangan yang sehat dan aman, sumberdaya

terbarukan, dan energi berbasis bio-massa, yang seluruh proses dan aplikasinya

menggunakan sumberdaya tanaman, mikro organisme, dan hewan/ternak . Salah

satu contoh konsep pengembangan pertanian Bioindustri berbasis sumberdaya

lokal adalah intergrasi antara tanaman dan ternak.

Di dalam sistem usahatani, ternak diintegrasikan dengan tanaman pangan

untuk mencapai kombinasi yang optimal dimana dengan kombinasi tersebut

input produksi menjadi lebih lebih rendah (zero waste/low input) sedangkan

produksi didorong menjadi setinggi- tingginya (Diwayanto, 2004).

Usaha pemeliharaan ternak sapi pada areal persawahan irigasi akan

bermanfaat ganda yaitu ketersediaan jerami padi sebagai pakan yang tersedia

sepanjang tahun dengan jumlah yang tidak terbatas dengan harga murah dan

sebagai sumber pupuk kandang bisa menjadi hasil sampingan bernilai ekonomi

tinggi. Pupuk kandang tersebut dapat menjadi bahan pupuk organik untuk

tanaman padi dan tanaman lainnya (Zulbardi dkk., 2001). Keuntungan

pendekatan integrasi tanaman ternak diantaranya adalah: (1). Diversifikasi

penggunaan sumberdaya produksi (2). Mengurangi resiko dalam sistem

usahatani (3). Efisiensi dalam penggunaan tenaga kerja (4). Efisiensi

penggunaan komponen produksi (5). Mengurangi ketergantungan energi kimia

dan energi biologi serta masukan sumberdaya lainnya dari luar (6). Sistem

ekologi lebih lestari dan tidak menimbulkan polusi (ramah lingkungan) (7).

Meningkatkan output (8). Mengembangkan rumah tangga petani lebih stabil

melalui peningkatan pendapatan (Devendera, 1993). Analisis biaya dan

pendapatan dari integrasi usaha sapi-padi mampu meningkatkan pendapatan

hingga 100% jika dibandingkan dengan pola tanam padi tanpa ternak, sekitar

40% dari hasil berasal dari pupuk organik yang diperoleh dari sapi. (Ruli Basuni

dkk. 2010).

Page 23: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

7

Prinsip dari konsep bioindustri adalah proses produksi yang mampu

menghilangkan dampak polusi dan sekaligus menawarkan berbagai produk yang

tidak merusak lingkungan. Jadi konsep ini menyediakan berbagai siklus produk

melalui proses produksinya yang tidak menghasilkan polusi dan tidak ada akhir

dari sebuah produk setelah selesai digunakan, dan tidak menjadi sampah.

Produk-produk dalam suatu proses akan menjadi residual yang tetap dapat

digunakan kembali sebagai input bagi proses lainnya yang biasa disebut zero

waste. Dengan melakukan integrasi tanaman-ternak diperoleh beberapa

keuntungan diantaranya adalah: (1). Mampu menjamin keberkelanjutan

usahatani (2). Meningkatkan pemanfaatan produk sampingan dan meminimalkan

limbah (ramah lingkungan) (3). Meningkatkan pendapatan melalui peningkatan

nilai tambah (4). Meningkatkan produktivitas tanaman melalui penambahan

bahan organik dari ternak (Gambar 1).

Gambar 1. Konsep Sistem Pertanian Bioindustri Spesifik Lokasi

Integrasi ternak sapi dengan tanaman padi merupakan salah satu

integrasi utama dalam konsep bioindustri spesifik Bengkulu.Ternak sapi

mengeluarkan feses dan urine.Feses ini dapat dimanfaatkan menjadi biogas

sebagai sumber energi dan bisa juga sebagai pupuk organik yang langsung

diberikan kepada tanaman padi. Dari proses biogas, limbah dari kotoran ternak

7

Prinsip dari konsep bioindustri adalah proses produksi yang mampu

menghilangkan dampak polusi dan sekaligus menawarkan berbagai produk yang

tidak merusak lingkungan. Jadi konsep ini menyediakan berbagai siklus produk

melalui proses produksinya yang tidak menghasilkan polusi dan tidak ada akhir

dari sebuah produk setelah selesai digunakan, dan tidak menjadi sampah.

Produk-produk dalam suatu proses akan menjadi residual yang tetap dapat

digunakan kembali sebagai input bagi proses lainnya yang biasa disebut zero

waste. Dengan melakukan integrasi tanaman-ternak diperoleh beberapa

keuntungan diantaranya adalah: (1). Mampu menjamin keberkelanjutan

usahatani (2). Meningkatkan pemanfaatan produk sampingan dan meminimalkan

limbah (ramah lingkungan) (3). Meningkatkan pendapatan melalui peningkatan

nilai tambah (4). Meningkatkan produktivitas tanaman melalui penambahan

bahan organik dari ternak (Gambar 1).

Gambar 1. Konsep Sistem Pertanian Bioindustri Spesifik Lokasi

Integrasi ternak sapi dengan tanaman padi merupakan salah satu

integrasi utama dalam konsep bioindustri spesifik Bengkulu.Ternak sapi

mengeluarkan feses dan urine.Feses ini dapat dimanfaatkan menjadi biogas

sebagai sumber energi dan bisa juga sebagai pupuk organik yang langsung

diberikan kepada tanaman padi. Dari proses biogas, limbah dari kotoran ternak

7

Prinsip dari konsep bioindustri adalah proses produksi yang mampu

menghilangkan dampak polusi dan sekaligus menawarkan berbagai produk yang

tidak merusak lingkungan. Jadi konsep ini menyediakan berbagai siklus produk

melalui proses produksinya yang tidak menghasilkan polusi dan tidak ada akhir

dari sebuah produk setelah selesai digunakan, dan tidak menjadi sampah.

Produk-produk dalam suatu proses akan menjadi residual yang tetap dapat

digunakan kembali sebagai input bagi proses lainnya yang biasa disebut zero

waste. Dengan melakukan integrasi tanaman-ternak diperoleh beberapa

keuntungan diantaranya adalah: (1). Mampu menjamin keberkelanjutan

usahatani (2). Meningkatkan pemanfaatan produk sampingan dan meminimalkan

limbah (ramah lingkungan) (3). Meningkatkan pendapatan melalui peningkatan

nilai tambah (4). Meningkatkan produktivitas tanaman melalui penambahan

bahan organik dari ternak (Gambar 1).

Gambar 1. Konsep Sistem Pertanian Bioindustri Spesifik Lokasi

Integrasi ternak sapi dengan tanaman padi merupakan salah satu

integrasi utama dalam konsep bioindustri spesifik Bengkulu.Ternak sapi

mengeluarkan feses dan urine.Feses ini dapat dimanfaatkan menjadi biogas

sebagai sumber energi dan bisa juga sebagai pupuk organik yang langsung

diberikan kepada tanaman padi. Dari proses biogas, limbah dari kotoran ternak

Page 24: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

8

akan diberikan juga ke tanaman padi sebagai pupuk organik. Bagian lain dari

kotoran ternak sapi adalah dalam bentuk cairan yaitu urine.Bagian cairan ini

dapat difermentasi atau diolah menjadi pupuk cair dan pestisida organik yang

dapat diberikan kepada tanaman padi. Di sisi lain, tanaman padi menghasilkan

limbah pertanian berupa jerami, sekam, menir, dan dedak. Jerami dan dedak

padi dapat digunakan sebagai pakan ternak sapi.

Pembangunan pertanian dewasa ini tidak dapat dilepaskan dari

perkembangan teknologi alat dan mesin pertanian (Tambunan dan Sembiring,

2007).Unadi dan Suparlan (2011) menyatakan bahwa fungsi dari alat dan mesin

pertanian adalah untuk: (1). Mengisi kekurangan tenaga kerja manusia dan

ternak yang semakin langka; (2). Meningkatkan produktivitas tenaga kerja; (3).

Meningkatkan efisiensi usahatani melalui penghematan tenaga, waktu dan biaya

produksi; (4). Menyelamatkan hasil dan meningkatkan mutu produk pertanian

(Gambar 2).

Gambar 2. Diagram Alir Pertanian Bioindustri Berbasis Integrasi Padi-Sapi.

Page 25: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

9

Sistem pertanian-bioindustri adalah untuk menghasilkan pangan sehat,

beragam dan cukup. Sebagai negara dengan sumber keanekaragaman hayati

sangat tinggi dengan masyarakatnya yang juga sangat plural, maka sistem

pertanian pangan harus mampu memanfaatkan pangan yang beragam untuk

kebutuhan masyarakat beragam sesuai dengan potensi dan karakteristik

wilayahnya (Kementerian Pertanian, 2014).

Selain untuk kebutuhan pangan sehat, pertanian-bioindustri ditujukan

untuk menghasilkan produk-produk bernilai tinggi. Pilihan prioritas

pengembangan produk-produk pertanian-bioindustri dilandasi pertimbangan nilai

tambah tertinggi yang dimungkinkan dari proses biorefinery. Orientasi pada

pengembangan produk-produk bernilai tambah tinggi akan menciptakan daya

saing pertanian-bioindustri yang tinggi. Daya saing dicirikan oleh tingkat efisiensi,

mutu, harga dan biaya produksi, serta kemampuan untuk menerobos pasar,

meningkatkan pangsa pasar, dan memberikan pelayanan yang profesional

(Kementerian pertanian, 2014).

2.2 Hasil-hasil Penelitian/Pengkajian

Produk utama yang diharapkan dari pertanaman padi adalah beras. Hasil

samping dari pertanaman padi adalah jerami, sekam, dedak/bekatul, dan menir.

Beras dapat berfungsi sebagai pangan pokok, pangan fungsional dan panganan

(Hendriadi dan Hendayana, 2014).

Dalam proses penggilingan padi menjadi beras diperoleh hasil samping

berupa sekam (15-20%), dedak (8-12%), dan menir (5%) (Widowati, 2001).

Jerami dan dedak dapat digunakan sebagai pakan alternatif untuk ternak sapi.

Selain untuk pakan, jerami juga dapat digunakan sebagai pupuk organik melalui

pengomposan (Gambar 3).

Page 26: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

10

Gambar 3. Pohon Industri dari Komoditas Padi.

Jerami padi sangat potensial sebagai sumber pakan ternak karena

jumlahnya yang banyak dan mudah diperoleh. Dalam setiap hektare pertanaman

padi dihasilkan 5-7 ton jerami kering dan mampu mendukung untuk

pemeliharaan 2 ekor sapi. Bahan jerami kering yang diperlukan untuk 1 ekor sapi

dengan berat badan 300 kg adalah 6 kg/hari atau 2% dari bobot ternak.

Kelemahan dari jerami padi ini adalah kandungan gizi, vitamin, mineral serta

daya cerna relatif rendah (Kushartono, 2001; Sutrisno dkk., 2006). Kandungan

serat kasar dan kadarproteinnya yang rendah belum mampu untukmemenuhi

kebutuhan hidup pokok ternak ruminansia (Trisnadewi dkk., 2011). Preston

(2005) dan Martawidjaja (2003) melaporkan bahwa komposisi kimiawijerami padi

IR 64 adalah bahan kering 91,29%, proteinkasar 4,10%, serat kasar 33,35%,

lemak kasar 3,88%, abu 21,35% dan bahan organik 69,94%.

Agar jerami padi dapat digunakan sebagai pakan ternak dan memberi

hasil yang optimal, maka perludilakukan pra perlakuan sebelum diberikan

padaternak. Pra perlakuan tersebut dimaksudkan untukmenurunkan kadar serat

10

Gambar 3. Pohon Industri dari Komoditas Padi.

Jerami padi sangat potensial sebagai sumber pakan ternak karena

jumlahnya yang banyak dan mudah diperoleh. Dalam setiap hektare pertanaman

padi dihasilkan 5-7 ton jerami kering dan mampu mendukung untuk

pemeliharaan 2 ekor sapi. Bahan jerami kering yang diperlukan untuk 1 ekor sapi

dengan berat badan 300 kg adalah 6 kg/hari atau 2% dari bobot ternak.

Kelemahan dari jerami padi ini adalah kandungan gizi, vitamin, mineral serta

daya cerna relatif rendah (Kushartono, 2001; Sutrisno dkk., 2006). Kandungan

serat kasar dan kadarproteinnya yang rendah belum mampu untukmemenuhi

kebutuhan hidup pokok ternak ruminansia (Trisnadewi dkk., 2011). Preston

(2005) dan Martawidjaja (2003) melaporkan bahwa komposisi kimiawijerami padi

IR 64 adalah bahan kering 91,29%, proteinkasar 4,10%, serat kasar 33,35%,

lemak kasar 3,88%, abu 21,35% dan bahan organik 69,94%.

Agar jerami padi dapat digunakan sebagai pakan ternak dan memberi

hasil yang optimal, maka perludilakukan pra perlakuan sebelum diberikan

padaternak. Pra perlakuan tersebut dimaksudkan untukmenurunkan kadar serat

10

Gambar 3. Pohon Industri dari Komoditas Padi.

Jerami padi sangat potensial sebagai sumber pakan ternak karena

jumlahnya yang banyak dan mudah diperoleh. Dalam setiap hektare pertanaman

padi dihasilkan 5-7 ton jerami kering dan mampu mendukung untuk

pemeliharaan 2 ekor sapi. Bahan jerami kering yang diperlukan untuk 1 ekor sapi

dengan berat badan 300 kg adalah 6 kg/hari atau 2% dari bobot ternak.

Kelemahan dari jerami padi ini adalah kandungan gizi, vitamin, mineral serta

daya cerna relatif rendah (Kushartono, 2001; Sutrisno dkk., 2006). Kandungan

serat kasar dan kadarproteinnya yang rendah belum mampu untukmemenuhi

kebutuhan hidup pokok ternak ruminansia (Trisnadewi dkk., 2011). Preston

(2005) dan Martawidjaja (2003) melaporkan bahwa komposisi kimiawijerami padi

IR 64 adalah bahan kering 91,29%, proteinkasar 4,10%, serat kasar 33,35%,

lemak kasar 3,88%, abu 21,35% dan bahan organik 69,94%.

Agar jerami padi dapat digunakan sebagai pakan ternak dan memberi

hasil yang optimal, maka perludilakukan pra perlakuan sebelum diberikan

padaternak. Pra perlakuan tersebut dimaksudkan untukmenurunkan kadar serat

Page 27: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

11

kasar yang tinggi dan meningkatkan kadar protein jerami padi, dengan

prosesamoniasi dan fermentasi menggunakan bantuan bakteri selulolitik (Wina,

2005). Wiyono (1989) melaporkan bahwa salah satu teknik yang mudah, praktis,

murah adalah dengan cara amoniasi, yaitu teknik penyimpanan jerami padi

dengan penambahan amonia. Amonia berfungsi dan berperan dalam melarutkan

sebagian dari mineral silika, memuaikan serat kasar sehingga memudahkan

penetrasi enzim, dan meningkatkan kandungan protein kasar. Sebagai sumber

amonia adalah urea. Teknologi amoniasi dapat meningkatkan kandungan protein

kasar jerami padi kering maupun segar di atas 10% sehingga memenuhi

persyaratan untuk pakan ternak (Martawidjaja, 2003).Pada penggemukan sapi

PO dengan pakan dasar jerami padi teramoniasi ditambah konsentrat 4

kg/ekor/hari menghasilkan Pertambahan Berat Badan Harian (PBBH) sebesar

0,717 kg/ekor/hari (Daryanti dkk., 2002).

Akhir-akhir ini digalakkan usaha perbaikan lahan dengan pengembalian

jerami (Direktorat Pengelolaan lahan, 2009). Kandungan hara N, P, K, dan S

pada jerami berturut-turut adalah 0,5-0,8%; 0,07-0,12%; 1,2 – 1,7%; dan 0,05-

0,10%) (Dobermann dan Fairhurst, 2000; Prasetiyono dkk., 2007). Pengomposan

jerami mampu meningkatkan kandungan unsur hara P, K, Na, Ca, Mg, Mn, dan

Cu.

Pemanfaatan limbah pertanian sebagai pupuk organik akan lebih efektif

apabila secara bersama digabung dengan limbah ternak (kotoran ternak) melalui

proses fermentasi sehingga unsur hara pupuk organik yang dihasilkan dapat

lebih mudah diikat didalam tanah. Limbah ternak (urine dan feses) mengandung

bahan organik yang sangat penting dalam memperbaiki kesuburan tanah.Lahan

sawah memerlukan pupuk organik untuk mempertahankan kesehatan tanah

serta kecukupan unsur hara tanaman. Penggunaan pupuk kimia secara terus-

menerus dalam jangka waktu yang lama dapat merusak kondisi tanah sehingga

mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Penurunan kandungan bahan organik

pada sebagian lahan sawah menuntut perlunya penggunaan pupuk organik

untuk meningkatkan produktivitas tanah. Dilain pihak, usaha peternakan

terutama ternak ruminansia memberikan peluang yang besar untuk

menghasilkan kotoran yang dapat diproses menjadi pupuk organik. Di samping

itu, limbah-limbah pertanian juga berpotensi digunakan sebagai bahan baku

pupuk organik (Budi Haryanto, 2002).

Page 28: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

12

Seekor sapi dapat menghasilkan kotoran (feses) sebanyak 8-10 kg setiap

hari. Dari kotoran sapi sebanyak ini dapat dihasilkan 4-5 kg pupuk organik/hari

setelah melalui diolah. Penggunaan pupuk organik pada lahan sawah rata-rata 2

ton/ha/musim, sehingga pupuk organik yang dihasilkan dapat memenuhi

kebutuhan pupuk organik bagi lahan sawah seluas 1,8 – 2,7 ha untuk dua musim

tanam padi (Badan Litbang Pertanian, 2002).

Pemanfaatan kotoran ternak sebagai pupuk organik dapat meningkatkan

kesuburan tanah yang pada akhirnya memiliki dampak positif pada peningkatan

hasil panen, sehingga mewujudkan usaha agribisnis yang berdaya saing dan

ramah lingkungan. Pembuatan pupuk kompos dari limbah ternak yang dicampur

dengan jerami padi memiliki kandungan hara yaitu: pH (7,15); N-total (0,64 %),

C-organik (9,31 %), P2O5 (0,02 %), K2O (0,59 %), dan C/N (14,55) (Elma Basri).

Standar kualitas kompos berdasarkan SNI 19-7030-2004 minimum mengandung

Nitrogen (N) 0,40%, Fosfor (P2O5) 0,1% danKalium (K2O) 0,20%. Kandungan N

dalam kompos berasal dari bahan organik kompos yang didegradasi oleh

mikroorganisme, sehingga berlangsungnya proses degradasi (pengomposan)

sangat mempengaruhi kandungan N dalam kompos. Kandungan (P2O5) dalam

komposan diduga berkaitan dengan kandungan N dalam komposan. Kalium (K2O)

tidak terdapat dalam protein, elemen ini bukan elemen langsung dalam

pembentukan bahan organik, kalium hanya berperan dalam membantu

pembentukan protein dan karbohidrat. Kalium digunakan oleh mikroorganisme

dalam bahan substrat sebagai katalisator, dengan kehadiran bakteri dan

aktivitasnya akan sangat berpengaruh terhadap peningkatan kandungan kalium.

Imbangan feses sapi potong dan sampah organik 25 : 75 menghasilkan kualitas

kompos terbaik (N = 2.18%; P = 1,17% dan K = 0,95% ) (Hidayati dkk., 2010).

Potensi pengembangan biogas di Provinsi Bengkulu masih cukup besar.

Setiap 1 ekor ternak sapi/kerbau dapat dihasilkan + 2m3 biogas/hari. Potensi

ekonomis biogas sangat besar, hal tersebut mengingat bahwa 1 m3 biogas dapat

digunakan setara dengan 0,62 liter minyak tanah (Ali dkk., 2010).Residu

pembuatan biogas, dalam bentuk kompos merupakan sumber pupuk organik

bagi tanaman, sekaligus sebagai pembenah tanah (soil amendment) (Budi

Haryanto, 2009).

Kompos adalah bahan organik yang telah mengalami proses dekomposisi,

baik secara alam maupun karena perlakuan manusia dengan memberikan

Page 29: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

13

aktivator berupa mikro organisme dekomposer. Proses pengomposan dapat

dilakukan secara aerob (proses pengomposan yang memerlukan udara bebas),

maupun secara anaerob (proses pengomposan yang tidak memerlukan udara

bebas). Proses pengomposan secara aerob biasanya berlangsung lebih cepat

dibandingkan dengan secara anaerob. Bahan organik merupakan hasil lapukan

sisa-sisa tanaman/tumbuh-tumbuhan atau hewan yang penting dalam

menciptakan kesuburan tanah, baik secara fisik, kimia, maupun biologi tanah.

Bahan organik adalah bahan pemantap agregat tanah yang tiada taranya. Bahan

organik merupakan sumber hara tanaman, merupakan sumber energi dari

sebagian besar organisme tanah, media penyimpanan hara bagi tanaman,

sehingga mempunyai potensi dalam memperbaiki potensi tanah dan hasil

tanaman.

Beberapa peranan bahan organik tanah diantaranya adalah sebagai

berikut:

1. Menjaga kelembaban tanah. Bahan organik tanah terutama yang telah

menjadi humus, dengan C/N 20 dapat menyerap air 2-4 kali lipat dari

bobotnya. Karena kandungan air tersebut, humus dapat menjadi penyangga

bagi ketersediaan air, sehingga kelembaban tanah akan lebih baik.

2. Menawarkan sifat racun dari Al dan Fe. Ion-ion Al dan Fe yang bebas dalam

tanah dapat diikat oleh bahan organik. Proses ini adalah proses kimia,

sehingga kelarutan Al dan Fe dalam tanah yang semula tinggi dan bersifat

racun bagi tanaman dapat dikurangi. Dengan berkurangnya kadar Al dan Fe

pada penggunaan bahan organik, maka pengapuran (Ca) tanah yang

bertujuan untuk mengurangi keracunan Al dan Fe juga dapat dikurangi.

3. Penyangga hara tanaman. Bahan organik yang berbentuk humus dapat

menahan hara tanaman menjadi bentuk tidak larut dan tidak mudah tercuci

air hujan. Makin tinggi kadar bahan organik, makin banyak hara dapat

ditahan, sehingga bahan organik dapat berfungsi sebagai gudang atau media

penyimpanan hara tanaman dan pemupukan anorganik yang dilakukan dapat

lebih efisien.

4. Membantu meningkatkan penyediaan hara tanaman. Bahan organik berfungsi

sebagai gudang penyimpanan hara, juga mudah melepaskan hara tersebut

untuk dipakai oleh tanaman. Fosfat yang semula terikat oleh Al dan Fe dan

Page 30: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

14

tidak dapat diserap tanaman akan menjadi tersedia bila unsur-unsur Al dan

Fe tersebut diikat oleh bahan organik.

5. Memperbaiki suhu tanah. Bahan organik dapat menyerap panas tinggi,

sebaliknya juga dapat menjadi isolator panas karena mempunyai daya hantar

panas rendah. Karena itu walaupun permukaan tanah mendapat panas yang

tinggi dari sinar matahari, tetapi tanah bagian bawah tidak terlalu

terpengaruh.

6. Memperbaiki aktivitas mikro organisme. Bahan organik adalah sumber energi

atau menjadi bahan makanan bagi jasad mikro yang hidup dalam tanah.

Bahan organik yang masih segar atau yang belum menjadi humus akan

dirombak, dan kehidupan jasad mikro dalam tanah menjadi stabil setelah

humus terbentuk

7. Memperbaiki struktur tanah. Sifat humus dari bahan organik adalah gembur,

sehingga percampurannya dengan tanah memberikan struktur tanah yang

gembur dan mudah diolah. Struktur tanah yang demikian merupakan

keadaan fisik tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman. Tanah yang

berstruktur liat, berpasir, atau tanah yang berstruktur gumpal, bila dicampur

dengan bahan organik akan memberikan sifat fisik yang lebih baik.

8. Meningkatkan efisiensi pemupukan. Pemupukan dengan pupuk anorganik

(pupuk pabrik). Dengan pemberian bahan organik, pemberian pupuk

anorganik dapat diberikan lebih sedikit dan hasil optimum yang dicapai dapat

lebih tinggi.

Page 31: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

15

III. METODOLOGI

3.1 Ruang Lingkup

Pengkajian dilakukan selama 3 tahun, mulai dari tahun 2015 sampai

dengan tahun 2017. Pengkajian dilakukan melalui survey, pengkajian lapangan,

display, demplot, pelatihan, dan analisis laboratorium. Pengkajian dilaksanakan

di Kabupaten Seluma dengan ruang lingkup sebagai berikut: (1). Koordinasi

internal dan antar instansi (2). PRA, penyusunan desain dan road map model

sistem pertanian bioindustri berbasis integrasi padi-sapi (3). Inisiasi

penumbuhan/pembangunan model sistem pertanian bioindustri dan lembaga

pelaksananya (4). Budidaya tanaman padi aromatik yang ramah lingkungan dan

berkelanjutan (5). Pemeliharaan ternak sapi dan pengaturan tata laksana

perkandangan (6). Efisiensi usaha tani padi dan sapi (7). Pembuatan tempat

prosesing pakan dan kompos (8). Pembuatan instalasi biogas (9). Pembuatan

instalasi biourine (10). Inventarisasi RMU, kinerja mesin dan tenaga pengelolanya

(11). Mendisain dan membuat kemasan produk-produk bioindustri (12).

Pembinaan dan penguatan peran lembaga pelaksana dan pendukung model

pertanian bioindustri (13). Percepatan penyebarluasan inovasi teknologi dalam

model sistem pertanian bioindustri.

3.2 Waktu dan Tempat

Pengkajian model sistem pertanian bioindustri spesifik lokasi dilaksanakan

mulai tahun 2015 sampai dengan tahun 2017. Kegiatan dilaksanakan di Desa

Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan Kabupaten Seluma.Kabupaten Seluma

memiliki lahan sawah seluas 20.150 Ha dan merupakan kabupaten yang memiliki

lahan sawah terluas di Provinsi Bengkulu. Di samping itu, Kabupaten Seluma

memiliki potensi untuk pengembangan komoditi peternakan, seperti ternak sapi,

kerbau, kambing, domba, ayam buras, itik, dan ayam broiler. Ternak sapi di

Kabupaten Seluma pada tahun 2012 berjumlah 19.122 ekor dan merupakan

salah satu komoditas peternakan utama. Di sisi kelembagaan, Kabupaten

Seluma memiliki kelompok tani sebanyak 526 kelompok dengan anggota

berjumlah 11.436 orang serta gabungan kelompok tani (Gapoktan) sebanyak 120

Gapoktan dengan anggota berjumlah 3.120 orang lebih. Kelas kelompok tani

yang ada masih didominasi kelas pemula yaitu 488 kelompok.

Page 32: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

16

3.3 Metode

1. Menyusun database (monograf) wilayah pengkajian, inventarisasi/identifikasi

kebutuhan inovasi (teknologi dan lembaga) dan menyusun desain pertanian

bioindustri berbasis integrasi padi-sapi potong.

Prosedur :

1. Penelusuran alur sejarah desa

2. Pengambilan potret profil desa

3. Penyusunan kalender musim

4. Pembuatan peta desa

5. Penelusuran desa/transect.

6. Pembuatan diagram venn/kelembagaan

7. Wawancara keluarga tani

8. Kajian kebutuhan dan peluang

2. Membangun/menumbuhkan dan mengimplementasikan desain/model

pertanian bioindustri berbasis integrasi padi-sapi potong spesifik lokasi.

Prosedur :

1. Penyusunan rencana kegiatan melalui identifikasi permasalahan serta

merumuskan tindakan dan aksi kegiatan yang mempunyai titik ungkit

tinggi.

2. Implementasi model/design melalui sosialisasi, pelatihan, prosesing,

packing, demplot dan pemasaraan produk-produk bioindustri.

3. Budidaya padi aromatik pada sawah irigasi

4. Analisis kandungan produk biopestisida dan pupuk cair urine sapi

5. Analisis residu pestisida dalam beras

6. Analisis kandungan hara dalam kompos

7. Efikasi biopestisida dan pupuk cair terhadap pertumbuhan dan hasil

serta kualitas beras

8. Kandungan nutrisi pakan ternak (jerami/ dedak)

9. Perbaikan kandang sapi

10. Pembuatan tempat prosesing pakan dan kompos

11. Pembuatan instalasi biogas

12. Pembuatan instalasi prosesing biourine

13. Inventarisasi RMU, kinerja mesin dan tenaga pengelolanya

14. Analisa gabah, dan beras

Page 33: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

17

15. Desain dan pengadaan kemasan produk-produk bioindustri

Analisis Data :

1. Analisis kandungan hara dalam tanah pH H2O (pH meter), C-organic

(Walkley and Black), N-total (Kjedahl), P (Metode Bray), K (ekstrak

NH4OAc), Na (Ekstrak NH4OAc), Ca-dd (Ekstrak NH4OAc), Mg-dd

(Ekstrak NH4OAc) (Balai Penelititan Tanah, 2005).

2. Analisis Kandungan hara dalam kompos N-total (Kjedahl), P (Metode

Bray), K (ekstrak NH4OAc), pH H2O (pH meter) (Balai Penelititan

Tanah, 2005).

3. Pengukuran komponen pertumbuhan vegetatif (tinggi tanaman dan

jumlah anakan) dan generatif tanaman (hasil produktivitas padi)

4. Pengukuran kualitas beras berdasarkan SNI 6128-2008 (Badan

Standarisasi Nasional, 2008)

3. Meningkatkan kompetensi (pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman)

SDM kelompok tani pelaksana dan petugas serta stakeholders yang dikaitkan

dengan penguasaan teknologi dan implementasi inovasi teknologi untuk

menggerakkan sistem dan mekanisme pertanian bioindustri spesifik lokasi.

Prosedur :

1. Sosialisasi kegiatan sistem pertanian Bioindustri berbasis integrasi padi-

sapi pada stakeholder dan kelompok tani

2. Temu lapang panen padi varietas inpari 23 dan sintanur

3. Pelatihan pembuatan kompos dan pembuatan pestisida biourine

4. Pelatihan pemanfaatan biogas, pengemasan berasa dan managemen

pemasaran

5. Launching produk-produk pertanian bioindustri

4. Meningkatkan peran Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dan potensi sosial

ekonomi sebagai bagian dari komponen model pertanian bioindustri.

Prosedur:

1. Melakukan pelatihan administrasi kelompok berupa administrasi

keuangan dan administrasi kegiatan.

2. Mengaktifkan peran lembaga yang ada di desa (PKK, Kios tani, KUBE,

Koperasi, Kelompok Tani dan Sekolah) sebagai agen pemasaran

(marketing agents).

Page 34: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

18

3. Menjalin kerjasama dengan SKPD (Dinas Pertanian, Peternakan, dan

Perkebunan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, BP4K, dan

Perguruan Tinggi) dalam hal kebijakan.

4. Menjalin kerjasama dengan koperasi, mini market/swalayan, pedagang

dalam pemasaran produk beras aromatic.

5. Meningkatkan efisiensi usahatani padi dan sapi dalam pertanian bioindustri

berbasis integrasi sapi/padi.

Prosedur:

1. Meminimalisir penggunaan input usahatani padi dan sapi melalui

implementasi rekomendasi teknologi bioindustri berbasis integrasi padi-

sapi spesifik lokasi.

Analisis data:

1. Mengetahui besarnya pendapatan bersih petani dari usahatani padi dan

sapi digunakan “Analisa biaya dan pendapatan” dengan rumus menurut

(Bishop dan Toussaint, 1979), yaitu :

NR = TR-TC, TR = Tp x P dan TC = FC + VC

dimana

NR = Net Revenue atau pendapatan bersih

TR = Total Revenue atau pendapatan kotor

TC = Total Cost atau total biaya yang dikeluarkan

Tp = Total Produksi

P = Tingkat Harga,

FC = Fixed Cost atau Biaya Tetap

VC = Variable Cost atau Biaya Variabel

2. Untuk mengukur peningkatan efisiensi usahatani padi – sapi digunakan

analisi B/C ratio (benefit cost ratio) dengan membandingkan pendapatan

sistem usahatani integrasi padi – sapi dan non integrasi.

Page 35: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

19

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Koordinasi Internal dan Antar Instansi

Koordinasi internal dilaksanakan secara rutin dalam bentuk pertemuan

tim dalam perencanaan kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis

Integrasi Padi – Sapi Spesifik Lokasi di Provinsi Bengkulu yang dilaksanakan di

Desa Rimbo Kedui, Kecamatan Seluma Selatan, Kabupaten Seluma. Dalam

pertemuan rutin yang dilaksanakan tiap bulannya dibahas mengenai kemajuan

kegiatan, hambatan dan kendala pada pelaksanaan kegiatan, tingkat serapan

dana, pencapaian dan rencana tindak lanjut pada kegiatan.

Koordinasi antar instansi terkait di tingkat Kabupaten dilaksanakan dalam

bentuk kunjungan dan pemaparan maksud kegiatan kepada Stakeholders, Dinas

Pertanian dan Peternakan Kabupaten Seluma, Bappeda, Dinas Koperasi, BP4K

dan Lurah Rimbo Kedui). Selain dengan Stakeholders kabupaten juga dilakukan

koordinasi dengan stakeholders tingkat provinsi yang berkaitan dengan teknis,

kebijakan, pemasaran maupun perijinan dan sertifikasi. Dinas/instansi Provinsi

yang berkaitan dengan pelaksanaan dan keberlanjutan Model sistem pertanian

bioindustri diantaranya adalah Dinas pertanian, Bakorluh, BPSB, Badan POM,

Dinas Perindustrian, swasta (pengusaha kemasan dan pedagang beras).

Koordinasi dengan stakeholdersterkait ini dimaksudkan untuk

menyamakan persepsi, memperoleh informasi mengenai kondisi agroekosistem

wilayah pengkajian, perluasan jaringan kerjasama (Networking), dukungan

kebijakan, dan juga ketersediaan sarana produksi yang diperlukan untuk

mendukung kegiatan pengkajian.

Koordinasi dengan institusi penyedia inovasi teknologi di lingkup Badan

Litbang pertanian dan di luar lingkup Badan Litbang Pertanian, misalnya

perguruan tinggi juga dilakukan. Koordinasi dengan institusi lingkup Badan

Litbang Pertanian diantaranya adalah dengan Puslitbangtan, BB Padi, BB

Pengkajian, Balitnak, dan BB Pasca Panen. Koordinasi di luar lingkup Badan

Litbang Pertanian diantaranya adalah dengan UNIB, UMB, dan perusahaan

swasta penyedia kemasan untuk packing produk-produk yang dihasilkan dalam

kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri di Kabupaten Seluma.

Page 36: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

20

4.2 Participatory Rural Apraisal (PRA)

4.2.1 Pelaksanaan PRA

Kegiatan PRA Kawasan Bioindustri Padi - Sapi di laksanakan pada tanggal

21-23 Mei 2015 di Kelurahan Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan Kabupaten

Seluma. Kegiatan ini diikuti oleh 60 orang petani, 6 orang peneliti/ penyuluh/staf

BPTP Bengkulu, Lurah Rimbo Kedui, Kepala BP3K Talang Datuk dan Penyuluh

Lapang Desa Rimbo Kedui.

Lingkup kegiatan PRA dibatasi pada penggalian informasi yang

berhubungan dengan kegiatan usaha tani padi dan ternak sapi serta

kelembagaan (Lampiran 1 dan Lampiran 2). Metode PRA yang dilaksanakan

meliputi pembuatan peta desa, pembuatan transek dan penetapan prioritas

masalah. Informasi diperoleh berdasarkan data sekunder, wawancara dengan

petani, wawancara dengan key person (tokoh masyarakat, Lurah, dan ketua

kelompok tani), pengamatan langsung ke lapangan (observasi), diskusi/curah

pendapat dengan masyarakat desa. Kegiatan PRA diakhiri dengan wawancara

mendalam dengan anggota kelompok tani, sertapemaparan hasil PRA kepada

masyarakat desa, tokoh-tokoh masyarakat, petugas lapang, Lurah.

Kelurahan Rimbo Kedui merupakan bagian dari Kecamatan Seluma

Selatan yang merupakan Ibukota Kabupaten Seluma. Jumlah penduduk

Kelurahan Rimbo Kedui sebanyak 1.920 orang dengan 998 orang laki-laki dan

922 orang perempuan. Jumlah KK mencapai 423 dan 148 diantaranya keluarga

sejahtera. Luas wilayah Kelurahan Rimbo Kedui mencapai 8 km2 dengan

ketinggian 40 m dpl. Struktur Organisasi Kelurahan Rimbo Kedui disajikan pada

Gambar 4.

Page 37: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

21

Gambar 4. Struktur Organisasi Kelurahan Rimbo Kedui

Mayoritas penduduk Kelurahan Rimbo Kedui bermata pencaharian sebagai

petani yaitu sebanyak 1.017 orang dan yang lain sebagai anggota Polri, PNS,

buruh, dan swasta. Tingkat pendidikan di Kelurahan Rimbo Kedui beragam,

mulai dari tingkat SD, SLTP, SLTA, dan perguruan tinggi. Tingkat pendidikan

terbanyak didominasi oleh tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD) sebanyak 773

orang.

Penggunaan lahan di Kelurahan Rimbo Kedui sangat beragam, terbagi

dalam penggunaan lahan pertanian, lahan perkebunan, lahan pekarangan,

pemukiman, perkantoran dan lain-lain. Lahan pertanian dominan digunakan

Kasi PemerintahanRenawi, SH

NIP 196207081991031003

Haryadi

Kasi PembangunanMarzen, SH

NIP 198408012005021004

Kasi Pelayanan UmumNuver Santri, S.Pd

NIP 198311142011002

Atik Kurniawati

LurahDedi Kurdianto, SP, M.Si

NIP 197605302006041014

Sekretaris Lurah

Ketua RW I Ketua RW II Ketua RW III

Ketua RT 1Ketua RT 2Ketua RT 3

Ketua RT 1Ketua RT 2Ketua RT 3

Ketua RT 1Ketua RT 2

Page 38: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

22

untuk sawah irigasi dengan tanaman utama adalah padi. Lahan perkebunan

paling banyak diusahakan penduduk adalah sebagai kebun sawit dan pekarangan

dimanfaatkan untuk beternak sapi, kambing, dan ayam. Penggunaan lahan

lainnya adalah untuk kolam/ tebat/ empang.

Penggunaan lahan oleh masyarakat Kelurahan Rimbo Kedui terjadi

perubahan setiap tahunnya. Sering terjadi alih fungsi lahan dari lahan pertanian

ke lahan perkebunan dan bangunan. Kebutuhan penduduk akan tempat tinggal

menjadikan salah satunya lahan pertanian atau perkebunan untuk dijadikan

pemukiman. Keinginan yang kuat untuk meningkatkan kesejahteraan menjadikan

lahan pertanian dialihfungsikan menjadi lahan perkebunan.

Karakteristik tanah di wilayah Kelurahan Rimbo Kedui yaitu tanah hitam

lempungan dengan kandungan gambut tinggi dan regosol endapan dengan

kedalaman 0,15 m, kemiringan tanah antara 2-80. Kondisi lahan pertanian yang

diusahakan antara lain sawah irigasi, tadah hujan, lahan kering dan rawa dengan

total luas 510 ha. Usaha tani yang menjadi mata pencaharian masyarakat

Kelurahan Rimbo Kedui yang utama antara lain tanaman padi, kelapa sawit dan

peternakan sapi. Rincian lahan berdasarkan ekosistemnya adalah sebagai

berikut: sawah irigasi 158 ha, sawah tadah hujan, lahan kering basah 32 ha,

lahan kering 95 ha, dan rawa lebak 150 ha.Luas lahan menurut subsektor usaha

tani tahun 2014/2015 disajikan pada Tabel 1 dan pola tanam nya pada Tabel 2.

Page 39: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

23

Tabel 1. Luas Lahan Menurut Subsektor Usaha Tani Kelurahan Rimbo KeduiTahun 2014/2015

No Subsektor/komoditi Luas lahan(ha)/

populasi(ekor)

Produksirata-rata(ton/ha)/(kg/ekor)

Total produksi(ton/th)

1. Tanaman pangan danhortikultura:a. Padi sawahb. Jagungc. Kacang tanahd. Sayuran/cabe merahe. Ubi kayuf. Ubi jalarg. Jerukh. Semangka

395301058

2015

6,55,5

2187

2520

2.05416520

5.00064.000

140.00025.000

100.000

2. Tanaman perkebunan :a. Kelapa sawitb. Karetc. Kelapa

296,5-3

2,509(bln)-

40.000 butir

741,25 (bln)-

120.000 butir3. Peternakan :

a. Ayam Burasb. Sapic. Kambing/dombad. Enthok/bebek

5.300310531

1200

1100451,5

5.30031.00023.8951.800

4. Perikanan :a. Kolam/tebat 12.000 1kg/ekor 12.000

Sumber data : Ketua Kelompok Tani

Tabel 2. Pola Usahatani di Kelurahan Rimbo Kedui Tahun 2015.

No. Uraian Bulan1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1. Lahan sawah

Padi sawah Padi sawah Palawija

2. Lahan pekarangan

Buah-buahan Sayuran

3. Peternakan

Ternak besar Unggas

4. Perikanan

Kolam

Page 40: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

24

Tanaman padi merupakan tanaman pangan yang utama ditanam oleh

petani. Dalam satu tahun ada tiga musim tanam tanaman padi ditanam pada dua

musim pertama. Pada musim kedua ditanami dengan tanaman palawija terutama

jagung. Produksi tanaman pangan, palawija, dan hortikultura di Kelurahan Rimbo

Kedui masih dapat ditingkatkan. Beberapa upaya dalam rangka meningkatkan

produksi tanaman pangan, palawija, dan hortikultura antara lain :

1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi padi dan palawija dengan cara

penerapan teknologi buidaya yaitu penggunaan varietas unggul dan mutu

benih, pengolahan tanah, pengaturan jarak tanam, pemupukan sesuai

anjuran, pengendalian hama penyakit serta panen dan pascapanen menjadi

lebih baik dan meningkat dari sebelumnya. Disamping itu manajemen yang

baik dengan melaksanakan intensifikasi.

2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi tanaman hortikultura dan buah-

buahan yang meliputi cabe, ubi kayu, ubi jalar, semangka, jeruk melalui

penerapan teknologi dan peningkatan perilaku (pengetahuan, sikap, dan

keterampilan) petani.

Pengelolaan usaha peternakan, khususnya sapi sudah dilakukan secara

intensif yaitu dikandangkan dengan pemberian pakan yang baik oleh peternak.

Potensi pakan di wilayah Kelurahan Rimbo Kedui masih banyak sehingga populasi

ternak sapi masih dapat ditingkatkan. Minimnya pengetahuan petani tentang

pemanfaatan dan pengolahan pakan berbasis jerami serta hijauan pakan ternak

yang memiliki nilai gizi yang baik bagi ternak mereka, menjadi salah satu

pembatas dalam peningkatan kapasitas pemeliharaan ternak. Upaya-upaya yang

dilakukan dalam bidang peternakan, antara lain adalah :

1. Meningkatkan populasi dan produksi ternak sapi, kambing, ayam buras, itik

melalui cara penerapan usahatani yang lebih baik.

2. Meningkatkan penerapan teknologi pemeliharaan sapi, kambing, domba,

ayam buras dan enthok dengan penggunaan bibit unggul, sistem

perkandangan, pemberian pakan.

3. Pengembangan hijauan makanan ternak melalui pembibitan rumput unggul.

Tingkat penerapan teknologi pada tanaman pangan dan perkebunan di

Kelurahan Rimbo Kedui diukur dengan menggunakan lima indikator, meliputi

benih varietas unggul, pengolahan tanah, pemupukan berdasarkan kebutuhan

tanaman dan status hara tanah, pengairan, dan pasca panen. Tingkat

Page 41: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

25

penerapan komponen teknologi pada budidaya tanaman pangan di Kelurahan

Rimbo Kedui tergolong dalam kategori tinggi. Dari lima komponen yang menjadi

indikator, terdapat komponen benih, pengolahan tanah dan pasca panen yang

terkategori tinggi. Hal ini menjadikan produktivitas tanaman pangan di

Kelurahan Rimbo Kedui tergolong tinggi. Karena komponen teknologi pasca

panen tidak berkaitan langsung dengan peningkatan produktivitas. Kesadaran

masyarakat pertanian untuk meningkatkan hasil pertanian merupakan modal

yang besar. Penerimaan terhadap teknologi yang baru begitu mudah sehingga

langsung dapat diterapkan. Inovasi teknologi baru di wilayah Kelurahan Rimbo

Kedui selalu diharapkan. Tingkat adopsi teknologi beberapa komoditas tanaman

secara rinci disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3.Tingkat Penerapan Teknologi Usahatani Tanaman Pangan danPerkebunan di Kelurahan Rimbo Kedui Tahun 2015.

No. Sub Sektor/Komoditi

Benih(%)

PengolahanTanah (%)

Pemupukan(%)

Pengairan(%)

PascaPanen(%)

1. Tanaman Pangan Padi sawah Jagung Kacang tanah Cabai

90906085

95607060

40251030

50202030

60758080

2. TanamanPerkebunan Kelapa sawit Kelapa

7580

00

5550

--

8590

Kelembagaan petani yang ada di Kelurahan Rimbo Kedui terdiri dari

kelompok tani dan gabungan kelompok tani. Didamping itu ada kelompok

perkebunan, kelompok wanita tani (KWT), kelompok ternak dan kelompok

pengolahan hasil. Untuk mendukung pemberdayaan kelompok tani ada beberapa

lembaga antara lain RMU, kios pupuk, RPH dan pasar. Data kelompok tani

disajikan pada Tabel 4.

Page 42: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

26

Tabel 4. Data Kelompok Tani Kelurahan Rimbo Kedui Kabupaten Seluma Tahun2015.

No Nama Poktan Jumlahanggota(orang)

Luaslahan(ha)

Pengurus

Ketua Sekretaris Bendahara

1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.11.12.13.14.15.16.17.

Harapan MajuMargo Suko IPanca UsahaRimbo DamarSerunting SaktiTunas HarapanTunas Harapan IIRawa Sari (perkebunan)KWT Melati IIKWT Harapan MajuSumber Makmur (ternak)SauyunanAlhasnah (olah hasil)Sauyunan Wanita (telur asin)Mawar (opak)Ketela (keripik)Ina (tempe)

2733462724222525202515141515151010

1921

27,251927

21,2522

22,750,500,70

-

MispanBoirinSarminUsepSyahirilAkraludinSuparmaSugitoMeli ASumi LBoirinUsepYotoSabidahUpikRohayatiNarti

NurhakimPuji LestariDahniarYadiMulyanEri DSubarnaRidwanTiti ElmiDaSuyotokBaharudinAlip S.

RatimSuwitoHeriadiSopian TDeti HSarmanul HRasdiSujadiYunarti-GupuhAde a.Sugianto

Terdapat beberapa lembaga masyarakat dan kepemudaan yang

mendukung kegiatan pembangunan di Kelurahan Rimbo Kedui. Lembaga

masyarakat dan kepemudaan yang berada di Kelurahan Rimbo Kedui disajikan

pada Tabel 5.

Tabel 5. Lembaga Masyarakat dan Kepemudaan di Kelurahan Rimbo Kedui Tahun2015.

No. Nama Lembaga Jumlah1. Gabungan Kelompok Tani 12. Kelompok Tani, Ternak, Perkebunan dan KWT 123. Kelompok Majlis Taklim 14. Kelompok Usaha Bersama (KUBE) 55. Karang Taruna 16. KUD -7. Pos KB/ Posyandu 18. PKK 1

Lembaga yang ada di Kelurahan Rimbo Kedui, Kecamatan Seluma

Selatan, Kabupaten Seluma terdiri dari karang taruna, remaja masjid, kelompok

tani, posyandu, pasar, PAUD/SD/SMA, PKK, Majlis Taklim, Koperasi, KUBE.

Karang taruna, majlis ta’lim, masjid saling beririsan satu dan yang lain dan

beririsan dengan masyarakat. Hal ini berarti ketiga organisasi tersebut saling

Page 43: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

27

berpengaruh dan sangat berperan dalam masyarakat terutama masjid. PAUD,

SD dan SMA sudah sangat berperan dalam masyarakat, terutama dalam kegiatan

pendidikan di Kelurahan Rimbo Kedui. Posyandu, Puskesmas dan PKK sangat

berperan dalam pembangunan di bidang kesehatan. Mayoritas masyarakat telah

memanfaatkan sarana dan pra sarana posyandu dan Puskesmas dengan

dukungan penuh dari PKK. Kios tani memberikan dukungan yang besar terhadap

pertanian, perkebunan dan peternakan. Kelompok tani menjadi tumpuan

pembangunan pertanian didukung oleh penyuluh dan pihak kelurahan. Pasar

menjadi tumpuan masyarakat Kelurahan Rimbo Kedui dalam memenuhi

kebutuhan sehari-hari sehingga peranannya sangat besar. Lembaga masyarakat

yang ada di Kelurahan Rimbo Kedui digambarkan pada diagram venn (Gambar

5).

Sumber : Data primer yang diperoleh dari wawancara dengan key person

Gambar 5. Diagram Venn Kelembagaan Kelurahan Rimbo Kedui.

4.2.2 Penyusunan Desain Model Sistem Pertanian Bioindustri

Prinsip dari konsep bioindustri adalah proses produksi yang mampu

menghilangkan dampak polusi dan sekaligus menawarkan berbagai produk yang

tidak merusak lingkungan. Jadi konsep ini menyediakan berbagai siklus produk

Masyarakat

Posyandu

SDPAUD

SMAMasjid

BKKBN

Kiostani

Karangtaruna

PKK

MajlisTa’lim

Pasar

Puskesmas

KUBE

KelompoktaniKantor

lurah

Kantorcamat

koperasi

Kantorpos

Page 44: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

28

melalui proses produksi yang tidak menghasilkan polusi dan tidak ada akhir dari

sebuah produk setelah selesai digunakan, dan tidak menjadi sampah. Produk-

produk dalam suatu proses akan menjadi residual yang tetap dapat digunakan

kembali sebagai input bagi proses lainnya yang biasa disebut zero waste.

Desain Model Sistem Pertanian Bioindustri disusun berdasarkan desk study

dan diperkuat dan dimantapkan oleh hasil penggalian kajian potensi dan peluang

pengembangan kawasan melalui PRA. Hasil PRA menunjukkan bahwa Kelurahan

Rimbo Kedui mempunyai potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan

kelembagaan pendukung yang cukup sesuai untuk pelaksanaan Model Sistem

Pertanian Bioindustri berbasis sistem integrasi padi-sapi spesifik lokasi. Hasil PRA

menunjukkan bahwa luas lahan sawah di Kelurahan Rimbo Kedui mencapai 395

ha dan populasi sapinya mencapai 310 ekor. Padi dan sapi merupakan komoditas

pertanian yang dominan diusahakan oleh masyarakat Kelurahan Rimbo Kedui.

Kedua komoditas tersebut dapat diintegrasikan dalam upaya membangun

model sistem pertanian bioindustri yang spesifik lokasi di Provinsi Bengkulu. Pada

integrasi ini, ternak merupakan komponen pendukung dari usahatani padi.

Komoditas padi yang lebih diprioritaskan dan difokuskan dalam peningkatan nilai

tambah, diversifikasi produk dan pemanfaatan limbahnya. Integrasi padi-sapi

potong memiliki prospek yang cerah sebagai embrio berkembangnya agribisnis

yang berdaya saing dan memiliki keunggulan spesifik.

Usaha pemeliharaan ternak sapi pada daerah persawahan akan bermanfaat

ganda yaitu jerami padi sebagai pakan yang tersedia sepanjang tahun dengan

jumlah yang tidak terbatas dengan harga murah dan sebagai sumber pupuk

kandang bisa menjadi hasil sampingan bernilai ekonomi tinggi(Gambar 6). Pupuk

kandang tersebut dapat menjadi bahan pupuk organik untuk tanaman padi dan

tanaman lainnya.

Page 45: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

29

Gambar 6. Desain Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis Integrasi Padi-Sapi di Kabupaten Seluma.

Gambar 6 menunjukkan bahwa sistem pertanian bioindustri memandang

lahan pertanian tidak semata-mata merupakan sumberdaya alam, namun juga

dipandang sebagai industri yang memanfaatkan seluruh faktor produksi untuk

menghasilkan pangan untuk ketahanan pangan maupun produk lain yang

dikelola menjadi bioenergi serta bebas limbah dengan menerapkan prinsip

mengurangi, memanfaatkan kembali, dan mendaur ulang (reduce, reuse dan

recycle).

Prinsip dari pertanian bioindustri adalah proses produksi yang mampu

menghilangkan dampak polusi dan sekaligus menawarkan berbagai produk yang

tidak merusak lingkungan. Jadi dalam model pertanian ini menyediakan berbagai

siklus produk melalui proses produksi yang tidak menghasilkan polusi dan tidak

ada akhir dari sebuah produk setelah selesai digunakan, dan tidak menjadi

sampah. Produk-produk dalam suatu proses akan menjadi residual yang tetap

dapat digunakan kembali sebagai input bagi proses lainnya yang biasa disebut

zero waste.

Oleh karena itu perlu inovasi teknologi dari yang bersifat aplikatif sampai

dengan yang komplek sebagai upaya untuk meningkatkan nilai tambah produk,

diversifikasi produk yang bersifat ramah lingkungan dan berkelanjutan serta

efisien. Pertanian ramah lingkungan merupakan konsep model yang bertujuan

agar kegiatan ekonomi tidak merusak lingkungan, dengan tetap memperhatikan

Page 46: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

30

keterkaitan antara ekologi, ekonomi, dan pertumbuhan yang berkelanjutan.

Manfaat utama dari pendekatan ini adalah pada proses dan inovasi produk dan

penciptaan rantai nilai, seperti pangan yang sehat dan aman, sumberdaya

terbarukan, dan energi berbasis bio-massa, yang seluruh proses dan aplikasinya

menggunakan sumberdaya tanaman, mikro organisme, dan hewan/ternak . Salah

satu contoh konsep pengembangan pertanian Bioindustri berbasis sumberdaya

lokal adalah intergrasi antara tanaman dan ternak.

4.2.3 Penyusunan Road Map Sistem Pertanian Bioindustri

Road map disusun sebagai pemandu arah dalam pencapaian tujuan dan

output yang telah ditetapkan. Road map berisi tentang upaya, usaha dan

implementasi kegiatan dalam kurun waktu 3 tahun mulai dari PRA hingga

launching dan rekomendasi model sistem pertanian bioindustri pada tahun ke 3

(Tabel 6). Road map dijabarkan dalam bentuk implementasi kegiatan yang

berupa display, pelatihan, pertemuan, koordinasi, pengadaan barang jasa,

monev, maupun study banding. Road map disusun untuk mempermudah

penilaian pencapaian tujuan melalui evaluasi dini secara internal.

Tabel 6. Road Map Sistem Pertanian Bioindustri Sapi - Padi 2015/2017

Kegiatan Tahun 1 Kegiatan Tahun 2 Kegiatan Tahun 3

PRA untuk identifikasipotensi wilayah danidentifikasi kebutuhaninovasi teknologi.

FGD. Membentuk

kelembagaan produksidan pasar pada tingkatGabungan KelompokTani.

Membangun instalasibiogas, renovasikandang, pembuatantempat produksibiourine, kompos danpakan.

Pembuatan displaybudidaya padi danpenanaman padiorganik untukmenghasilkan beras

Penguatan danpemantapan sistembudidaya danpengujian efikasibiourine dan kompos

Penguatan danpemantapan sertaevaluasi kinerjakelembagaan produksidan pemasaran hasil/produk bioindustri(Gapoktan)

Mendorong danmemperkuat terjadinyasinergi kelembagaan dikawasan bioindusridalam mendukungkeberlanjutan sistempertanian bioindustri.

Meningkatkanpastisipasi aktif dari

Pemantapan inovasikelembagaan danadopsi inovasiteknologi.

Evaluasi menyeluruhkinerja lembagapelaksana usaha ModelSistem PertanianBioindustri (Gapoktan)dan lembagapendukung/eksternal.

Replikasi model kekawasan lainnya.

Rekomendasi modelsistem pertanianbioindustri berbasissapi-padi.

Melakukan Launchingsistem pertanianbioindustri.

Page 47: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

31

sehat aromatik dantepung beras dariberas menir.

Pembuatan displaypakan ternak berbasisjerami, biofertilizer,dan biopesticidedengan bahan bakudasar urine, dankompos dari fesesserta limbah biogas.

Membuat kemasanuntuk berbagai produk(beras sehat aromatik,aneka produkmakanan yangberbasis tepung berasdan turunannya,biourine, kompos danbiopestisida)

Pengurusan perijinankelayakan produkuntuk dipasarkan

Pengujian efikasibiopesticide dankompos untukpertanaman padi.

Panen perdana dansosialisasi bioindustrikepada stakeholderpetugas dan petani

Perakitan alat danmesin penepungberas.

Pengadaan bahanpendukung panen danpasca panen berupa(terpal, karung, sablonuntuk kemasan beras5, 10, 20 kg, botoldan derigen darivolume 1L -20L , drumpenampung urine, dll)

Promosi danpemasaran produkbioindustri melaluipameran dan ekspose.

anggota kelompok dankelompok lainnyadalam menghasilkanberas sehat aromatikdan produksi turunanlainnya.

Menjalin kemitraandengan stakeholdersdan swasta dalamupaya meningkatkannilai tambah produk,perluasan jaringanpemasaran danmenjaga kualitas,kuantitas dankontinyuitas produk.

Melakukan berbagaiterobosan danrekayasa sosial dalamrangka penumbuhankawasan bioindustriberbasis padi-sapi.

Percepatan danpemantapanpenyebarluasan inovasiteknologi bioindustri kestakeholders, petugasdan petani.

Melakukan display,pameran dan eksebisidalam rangka promosiproduk bioindustri.

Modifikasi peralatanuntukmeningkatkanefisiensiusaha tani.

Meningkatkan danmemperkuatnetworking denganBalit/ Puslit lingkupbadan Litbang dalamrangka percepatanadopsi inovasiteknologi dankelembagaan.

Penguatan danpeningkatan stimulasimodal dalam upayamempercepat

Page 48: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

32

kemandirian lembagaproduksi danpemasaran yang telahdiinisiasi.

4.3 Penumbuhan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis integrasiPadi-Sapi

Lembaga pertanian yang sudah diakui dan diregistrasi adalah Kelompok

Tani dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Gapoktan Rimbo Jaya yang

didukung oleh Kelompok Tani dan Kelompok Wanita Tani dijadikan sebagai

lembaga pelaksana Model Sistem Pertanian Bioindustri berbasis sistem integrasi

padi-sapi spesifik lokasi. Tidak mudah menggerakkan suatu lembaga yang

bergerak pada usaha produksi untuk dibawa menjadi lembaga profesional yang

profit oriented berkelanjutan dengan usaha dari hulu sampai hilir bahkan ke

pemasaran.

Dalam model ini Gapoktan yang didorong untuk menjadi badan usaha yang

mengelola sistem pertanian bioindustri (Gambar 2). Dalam hal ini sejak awal,

mulai dari perencanaan Gapoktan dan Poktan sudah dilibatkan. Hal yang tidak

kalah pentingnya adalah mengupayakan atau menciptakan pasar bagi produk-

produk bioindustri melalui jaringan pemasaran yang multi chanel. Hal ini menjadi

sangat penting mengingat bahwa keberlanjutan suatu usaha adalah ketersedian

pasar bagi produk yang dihasilkan.

4.4 Budidaya Padi Aromatik pada Sawah Irigasi

Peningkatan nilai tambah dalam usahatani padi dapat dilakukan melalui

perbaikan mutu beras. Hal ini akan berdampak positif bagi petani. Varietas padi

mempengaruhi kualitas dan pendapatan petani. Konsumen umumnya memilih

kualitas beras yang baik. Salah satu parameter yang menjadi tolak ukur

pemilihan kualitas adalah aroma dan rasa nasi.

Penanaman padi aromatik dapat memberikan nilai tambah bagi petani

karena harganya relatif lebih mahal dibandingkan harga padi nonaromatik. Padi

varietas aromatik antara lain: Gilirang, Sintanur dan Inpari 23. Adapun deskripsi

darivarietas tersebut disajikan pada Tabel 7.

Page 49: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

33

Tabel 7. Deskripsi Varietas Padi Aromatik Gilirang, Sintanur dan Inpari 23

Klasifikasi VarietasGilirang Sintanur Inpari 23

Umur 116-125 hari 115-125 hari 113 hariBentuk tanaman Tegak Tegak TegakTinggi 108-115 cm 115-125 112 cmKerontokan Sedang Sedang SedangKerebahan Tahan Agak tahan SedangKadar amilosa 18,9% 18% ±17%Tekstur nasi Pulen Pulen PulenBobot 1000 butir 28 gram 27 gram 26 gramRataan hasil 6 ton/ha 6 ton/ha 6,9 ton/haPotensi hasil 7,5 ton/ha 7 ton/ha 9,2 ton/haDilepas 2002 2001 2012

Varietas padi aromatik yang ditanam pada kawasan model sistem

pertanian bioindustri adalah Inpari 23 dan Sintanur. Varietas Sintanur

mempunyai umur yang lebih panjang dan ukuran gabah yang lebih besar

dibandingkan dengan varietas Inpari 23. Pada kawasan bioindustri telah ditanam

padi dengan luasan 21 ha dalam 2 musim tanam. Musim tanam pertama 6 ha,

sedangkan pada musim ke 2 ditanam dalam luasan 15 ha. Jumlah petani

kooperator yang terlibat dalam kegiatan ini ada 23 orang petani.

Sebelum dilakukan pengolahan lahan dilakukan pengambilan sampel

tanah awal untuk mengetahui status hara tanah. Status hara awal diperlukan

untuk menyusun dosis pupuk yang akan diaplikasikan pada pertanaman padi.

Semakin subur kondisi tanaman semakin rendah dosis pupuk yang diberikan,

begitu juga sebaliknya. Hal ini diperlukan dalam upaya untuk mendapatkan

produktivitas padi yang diharapkan (>7 ton GKG/ha). Hasil analisis tanah

menunjukkan bahwa tekstur tanah sawah irigasi di Kelurahan Rimbo Kedui

termasuk dalam tekstur tanah debu berlempung dengan komposisi masing -

masing pasir 2,67%, lempung 45,77% dan debu 51,56% dengan pH 5,75 (agak

masam). Adapun tingkat kesuburan lahannya dapat dikategorikan cukup subur

dengan indikator kandungan unsur N 0,29%, P 6,28 ppm, K 0,26 me/100 g, Na

0,47 me/100 g, Ca 2,18 me/100 g, dan Mg 3,65 me/100 g(Lampiran 2).

Pupuk kandang dan biopestisida yang digunakan berbasis limbah ternak

sapi. Limbah sapi berbentuk padatan digunakan sebagai pupuk kandang

sementara urine sapi dimanfaatkan sebagai biopestisida. Pupuk kandang yang

Page 50: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

34

digunakan terlebih dahulu dilakukan analisis laboratorium untuk mengetahui

kandungan unsur haranya.Hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa pupuk

kandang yang tersedia di petani mempunyai kandungan sebagai berikut: N-total

8,03%, P2O5 4,02%, K2O 0,17%, pH 7,5(Lampiran4).

Ada 3 inovasi teknologi budidaya yang diterapkan dalam model sistem

pertanian bioindustri di Kelurahan Rimbo Kedui Kabupaten Seluma. Ke 3 inovasi

teknologi budidaya tersebut adalah teknologi budidaya padi organik, teknologi

budidaya padi ramah lingkungan, dan teknologi budidaya padi dengan

pendekatan PTT (Tabel 8). Jenis dan dosis pemupukan pada inovasi teknologi

budidaya padi aromatik ditentukan berdasarkan analisis laboratorium terhadap

tanah awal dan kompos/pupuk kandang yang digunakan dalam pengkajian.

Tabel 8. Inovasi Teknologi Budidaya Padi Aromatik yang Diterapkan pada ModelSistem Pertanian Bioindustri di Kabupaten Seluma Tahun 2015.

Inovasi TeknologiBudidaya Padi

Jenis dan Dosis Pupuk Pestisida

Organik Pupuk Kandang: 7.200 kg/ha Biopestisida

Ramah Lingkungan Pupuk Kandang: 3.600 kg/haPhonska: 150 kg/haUrea: 100 kg/ha

Biopestisida(Biourine)

Pendekatan PTT Phonska: 300 kg/haUrea: 200 kg/ha

PestisidaSintetik

Penanaman padi aromatik dilakukan dengan menggunakan sistem tanam

jajar legowo 2:1. Untuk mempercepat adopsi jajar legowo 2:1 didistribusikan

caplak roda jajar legowo 2:1 kepada kelompok tani di Gapoktan Rimbo Jaya

(Lampiran 5). Penggunaan sistem tanam jajar legowo telah dikenal dan diadopsi

oleh petani di Kelurahanm Rimbo Kedui. Sistem tanam jajar legowo 2:1 diyakini

lebih unggul dalam hal meningkatkan produktivitas melalui peningkatan populasi

tanaman yang sangat nyata. Inovasi teknologi ini diyakini dapat meningkatkan

produktivitas dan pendapatan petani.

Penanaman padi aromatik mempunyai tantangan dan resiko yang lebih

tinggi dibandingkan dengan varietas non aromatik. Varietas aromatik yang

tersedia di BB padi hanya ada 3 varietas yaitu Gilirang, Sintanur dan Inpari 23.

Berbeda dengan varietas non aromatik yang mempunyai ratusan pilihan varietas

yang spesifik lokasi. Varietas aromatik lebih disukai oleh Organisme Pengganggu

Page 51: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

35

Tanaman (OPT) karena mempunyai daya tarik tersendiri, di mana aromanya

sudah dapat tercium mulai dari fase vegetatif.

Salah satu tantangan dalam budidaya padi aromatik, khususnya dengan

teknologi budidaya organik dan semi organik/ramah lingkungan adalah adanya

serangan blast yang sudah dimulai sejak fase vegetatif. Penyakit ini mudah sekali

menyerang dengan adanya stimulasi cuaca. Penyakit ini menyerang jika

mendapatkan lingkungan yang sesuai yaitu lingkungan dengan kelembaban

tinggi dan suhu yang tinggi. Pertanaman padi aromatik varietas Inpari 23 dengan

teknologi organik dan semi organik/ramah lingkungan terkena serangan blast

cukup berat, sedangkan dengan teknologi organik Varietas Sintanur dan Inpari

23 tidak terserang blast. Kondisi ini membuka peluang untuk melaksanakan

kajian yang lebih mendalam mengenai metode pengendalian blast yang efektif,

efisien baik melalui penggunaan pestisida maupun culture teknis misalnya

dengan varietas maupun jenis dan dosis pupuk yang digunakan.Serangan

penyakit blast sangat berbahaya pada fase vegetatif maupun generatif. Penyakit

ini dapat menyebabkan gagal panen (Lampiran6). Melalui pengamatan dan

pemilihan racun/pestisidayang tepat penyakit ini mampu dikendalikan dengan

baik. Pencegahan dan persedian fungisida sangat penting untuk mencegah

maupun mengendalikan penyakit ini.

Memberikan keyakinan pada petani untuk menggunakan teknologi

budidaya secara organik dan semi organik juga cukup sulit. Para petani belum

yakin dan belum terbiasa bahwa pupuk kandang dan biopestisida dalam jumlah

yang cukup juga dapat memberikan produktivitas yang sebanding dengan

kualitas yang lebih baik. Secara umum petani belum bersedia menerapkan

karena resikonya yang cukup tinggi dari menurunnya produktivitas hingga

kemungkinan gagal panen. Ketersediaan pasar beras organik dan kesediaan

masyarakat untuk membeli (Willingness to Pay: WTP) juga menjadi

pertimbangan petani dalam mengadopsi teknologi budidaya organik dan

semiorganik. Dalam kegiatan ini juga akan dilakukan penciptaan pasar dan

promosi keunggulan produk organik kepada masyarakat menengah ke atas. Saat

ini para petani masih memilih untuk mengadopsi teknologi budidaya semiorganik

dan pendekatan PTT.

Pada kajian ini diperoleh hasil bahwa penggunaan kompos atau bahan

organik dan biopestisida mampu memberikan hasil yang cukup tinggi dan hampir

Page 52: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

36

sebanding dengan penggunaan pupuk anorganik dan pestisida sintetik.

Produktivitas padi varietas Inpari 23 dengan budidaya organik, semiorganik dan

pendekatan PTT berturut-turut adalah 7,56; 7,66; 8,62 t GKP/ha (Tabel 9).

Tabel 9. Keragaan Pertumbuhan dan Hasil Varietas Padi Aromatik di KabupatenSeluma pada Tahun 2015.

Budidaya Padi Tinggi Tan. (cm) Jumlah Anakan Hasil(GKPt/ha)

K.A.Gabah(%)

HI (%)

28 HST 45 HST 28 HST 45 HST

Organik

Semiorganik

PTT

75,29

74,64

68,68

103,20

112,00

106,34

13,29

12,27

12,11

8,87

10,89

10,48

7,56

7,66

8,62

19,36

19,15

20,89

41,70

34,14

30,77

Tabel 9 menunjukkan bahwa teknologi budidaya padi aromatik dengan

pendekatan PTT memberikan hasil yang paling tinggi dan diikuti oleh teknologi

budidaya semiorganik dan organik. Hal ini didukung oleh data komponen

pertumbuhan dan hasil tanaman padi. Pada tanaman padi dengan teknologi

organik pada awalnya mempunyai jumlah anakan yang tinggi, yaitu 13,29

anakan per rumpun tetapi jumlahnya menurun dengan drastis pada umur 45 HST

menjadi 8,87 anakan/rumpun. Kondisi ini berkaitan dengan kemampuan dari

tanah dalam menyediakan nutrisi untuk mendukung pertumbuhan dan

perkembangan tanaman.

Teknologi budidaya padi organik dan semiorganik mempunyai

produktivitas yang hampir sama yaitu 7,56 dan 7,66 GKP t/ha, sedangkan

teknologi budidaya dengan pendekatan PTT mempunyai pertumbuhan dan

perkembangan tanaman serta hasil yang jauh lebih baik yaitu 8,62 GKP t/ha. Hal

ini berkaitan dengan tingkat ketersediaan unsur hara makro, khususnya N yang

relatif rendah (Tabel 10)dan tingginya tingkat serangan hama dan penyakit

tanaman.

Page 53: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

37

Tabel 10. Kandungan Unsur Hara Tanah setelah Panen pada Lahan yangDiperlakukan dengan 3 Teknologi Budidaya Padi di KabupatenSeluma pada Tahun 2015.

TeknologiBudidaya pH

Kandungan Unsur Hara Makro% Me/100 gN P K Na Ca Mg

OrganikSemi organikPendekatan PTT

5,605,105,80

0,130,260,24

26,6129,2721,78

1,131,361,35

0,160,160,51

2,142,061,67

5,953,994,95

Tabel 10 menunjukkan bahwa pH dan kandungan unsur hara setelah

panen pada lahan yang diperlakukan dengan 3 teknologi budidaya padi hampir

sama, kecuali unsur hara N dan K. Pada Tabel 10 menunjukkan bahwa

kandungan unsur hara N berkisar antara 0,13 - 0,26%, dengan kriteria rendah

sampai dengan sedang dengan nilai pH berkisar antara 5,10 - 5,80 (agak

masam). Rendahnya kandungan unsur nitrogen dan kalium dalam tanah

berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman khususnya

jumlah anakan aktif dan produktif serta menurunnya kemampuan tanaman

dalam pengisian gabah yang berakibat pada rendahnya produktifitas. Jumlah

anakan produktif dan jumlah gabah isi per malai merupakan komponen hasil

utama yang menentukan produktivitas tanaman padi.

4.5 Perbaikan Kandang dan Pemeliharaan Sapi

Secara umum kondisi perkandangan sapi di Kelompok Margo Suko masih

belum memenuhi persyaratan teknis. Kondisi kandang sapi potong masih

menggunakan lantai tanah, belum memiliki saluran limbah/drainase yang baik dan

belum ada tempat penampungan kotoran. Beberapa persyaratan yang perlu

diperhatikan dalam pembuatan kandang untuk sapi potong antara lain dari segi

teknis, ekonomis, kesehatan kandang (ventilasi kandang, pembuangan

kotoran),efisien pengelolaan dan kesehatan lingkungan sekitarnya. Pada

prinsipnya kandang dibuat sedemikian rupa sehingga urine sapi dan kotoran sapi

dapat dikumpulkan dengan mudah dan diproses lebih lanjut. Oleh karena itu

perlu dilakukan perbaikan kandang agar dapat memenuhi persyaratan teknis

kandang sapi potong.

Page 54: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

38

Gambar 7. Sketsa Perbaikan kandang Sapi.

Pada saat awal kegiatan sistem pertanian bioindustri, kelompok Tani

Margo Suko telah memiliki kandang koloni dan ruang pengelola. Limbah dari

ternak yang berupa kotoran padat (feses) dan limbah cairnya belum ada yang

dimanfaatkan semuanya masih terbuang. Hal ini karena tatalaksana kandang

serta pengetahuan dan kesadaran peternak untuk memanfaatkan pupuk organik

masih kurang. Pupuk organik belum dimanfaatkan untuk usaha tani padi maupun

komoditas yang lainnya.

Tata laksana perkandangan yang tersedia belum memungkinkan untuk

pemanfaatan feses maupun urin secara optimal(Lampiran7). Untuk

meningkatkan kesehatan ternak dan optimalisasi limbah ternak maka dilakukan

perbaikan atau renovasi kandang yang sudah ada. Renovasi kandang meliputi

pelebaran atap, pembuatan saluran dan penampungan urine, tempat pakan,

perbaikan dan penyempurnaan lantai kandang, serta pembuatan tempat

penampungan sementara feses dan sisa-sisa pakan sebelum dikomposkan.

Renovasi kandang ini dimaksudkan sekaligus sebagai display tata laksana

perkandangan dan pemanfaatan limbah peternakan. Dengan renovasi ini selain

untuk peningkatan kapasitas pemeliharaan sapi, peningkatan kesehatan ternak

juga untuk optimalisasi pemanfaatan urine dan feses menjadi biourine dan

biogas.

Page 55: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

39

4.6 Efisiensi Usaha Tani Padi dan Sapi

Kajian efisiensi dilakukan untuk melihat kinerja ekonomi dari masing-

masing inovasi teknologi budidaya padi aromatik. Kegiatan ini bermanfaat untuk

menentukan tingkat pendapatan petani pada berbagai inovasi teknologi budidaya

padi secara integrasi maupun non integrasi.

4.6.1 Efisiensi usahatani padi aromatik

Kajian efisiensi bermanfaat dalam menentukan harga dasar gabah

maupun beras yang layak untuk teknologi budidaya padi secara organik maupun

semiorganik. Data yang dikumpulkan untuk analisis biaya usahatani padi

diantaranya adalah (1). Biaya yang meliputi: biaya tenaga kerja, benih, pupuk,

pestisida, bawon/panen, pengolahan lahan (sewa traktor), dan penyusutan alat;

(2). Hasil (3). Harga produk (4). Penerimaan (5). Pendapatan(Tabel11).

Tabel 11. Analisa Usahatani padi aromatik di Kabupaten Seluma Tahun 2015.

No. Uraian TeknologiOrganik (Rp) Semi Organik (Rp) PTT (Rp)

1.

2.3.4.5.6.

Biaya total (Rp/ha/MT)- Tenaga kerja- Biaya panen/Bawon- Benih- Pupuk- Pestisida- Sewa traktor- Biaya penyusutan alatHasil (kg/ha/MT)Harga jual (Rp/kg)Penerimaan (Rp/ha/MT)Pendapatan (Rp/ha/MT)B/C ratio

12.153.8002.180.0003.004.000

175.0004.680.000

640.0001.278.800

196.0007.5104.000

30.040.00017.886.200

1,47

10.478.8002.180.0003.064.000

175.0002.945.000

640.0001.278.800

196.0007.6604.000

30.640.00019.585.200

1,87

8.994.2002.180.0003.446.400

175.0001.210.000

508.0001.278.800

196.0008.6164.000

34.464.00025.469.800

2,83

Tabel 11 menunjukkan bahwa varietas Inpari 23 memberikan

produktivitas yang berbeda jika dibudidayakan dengan teknologi yang berbeda.

Pertumbuhan merupakan fungsi antara faktor genetik dan faktor lingkungan.

Teknologi budidaya mempengaruhi lingkungan pertumbuhan dan perkembangan

tanaman, sehingga dapat mengakibatkan perbedaan pertumbuhan dan hasil

tanaman.

Produktivitas yang dihasilkan oleh teknologi budidaya organik, semi

organik dan pendekatan PTT berturut-turut adalah 7,51 t GKP/ha, 7,66 t GKP/ha

Page 56: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

40

dan 8,62 t GKP/ha. Teknologi budidaya dengan pendekatan PTT paling efisien

karena dengan biaya yang paling rendah (Rp. 8.994.200) mampu memberikan

hasil (8,62 t GKP/ha) dan pendapatan yang paling tinggi (Rp. 25.469.800).

Teknologi budidaya organik memerlukan biaya yang paling besar, yaitu mencapai

Rp. 12.153.800 dibandingkan dengan teknologi budidaya semi organik dan

pendekatan PTT yang memerlukan biaya masing-masing Rp 10.478.800 dan Rp.

8.994.200. Pendapatan dari teknologi budidaya organik, semiorganik, dan

pendekatan PTT berturut-turut adalah Rp. 17.886.200, Rp. 19.585.200, dan Rp.

25.469.800 dengan B/C rasio 1,47; 1,87; dan 2,83.

Tingginya biaya produksi dari teknologi budidaya organik dan semiorganik

disebabkan oleh penggunaan pupuk kandang atau kompos dalam jumlah yang

banyak yaitu 7,2 t/ha untuk budidaya organik dan 3,6 t/ha untuk semi organik.

Dari aspek ekonomi teknologi budidaya dengan pendekatan PTT paling

menguntungkan dan paling efisien, namun dari aspek lingkungan dan kesehatan

dalam jangka panjang teknologi budidaya semi organik dan organik yang paling

menguntungkan. Jika hanya dilihat dari sisi ekonomi maka pilihannya adalah

penerapan teknologi dengan pendekatan PTT. Namun jika pendekatan dan

penilaian yang digunakan memasukkan aspek lingkungan dan kesehatan serta

keberlanjutan pertanian tentu keputusan ataupun alternatif pilihan akan berbeda.

Tingginya biaya pupuk kandang pada teknologi budidaya organik dan

semi organik dapat diatasi dengan adanya integrasi antara tanaman dengan

ternak (padi-sapi). Rendahnya produktivitas dari teknologi padi organik dan semi

organik dapat disiasati dengan peningkatan harga karena mempunyai nilai dan

mutu yang tinggi dengan pangsa pasar tertentu, sehingga pendapatannya setara

atau bahkan lebih tinggi dari produk yang dihasilkan dengan teknologi budidaya

dengan pendekatan PTT.

Untuk mendapatkan pendapatan yang setara dengan pendapatan

teknologi budidaya dengan pendekatan PTT maka harga gabah untuk teknologi

budidaya semi organik dan organik harganya harus ditingkatkan berturut-turut

menjadi Rp. 4.800 dan Rp. 5.000. Untuk itu perlu dilakukan survey tentang

kemauan/kesediaan masyarakat untuk membeli (WTP), seberapa besar minat

masyarakat Bengkulu terhadap produk beras sehat, siapa dan di mana sekmen

pasar dari beras organik. Survey ini berkaitan erat dengan upaya untuk

penciptaan pasar bagi produk-produk pangan organik.

Page 57: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

41

4.6.2 Efisiensi usahatani ternak sapi potong

Di Provinsi Bengkulu, termasuk juga di Kabupaten Seluma pengembangan

ternak sapi belum optimal. Keterbatasan pengetahuan dan keterampilan

peternak, kurangnya pemanfaatan (pengolahan dan penyediaan) pakan berbasis

limbah pertanian, minimnya usaha perbibitan sapi merupakan masalah umum

dalam pengembangan ternak sapi.

Umumnya peternak sapi di Bengkulu memelihara sapi untuk 2 tujuan

yaitu untuk penggemukan dan perbibitan. Terdapat perbedaan mendasar antara

penggemukan dan pembibitan, terutama pada tujuan dan tata laksana

pemeliharaan khususnya yang berkaitan dengan pemberian ransum/pakan.

Untuk menilai efisiensi usahatani ternak sapi diperlukan data biaya produksi,

harga produk, pendapatan per siklus usaha untuk penggemukan maupun

perbibitan.Biayayang perlu dikeluarkan pada usahatani sapi adalah biaya pakan

(HMT, dedak), obat-obatan, tenaga kerja dan penyusutan (Tabel 12).

Tabel 12. Analisa Usahatani Ternak Sapi Non Integrasi di Kabupaten SelumaTahun 2015.

No. Uraian Nilai Uraian NilaiPenggemukan(per 3 bulan)

Pembibitan(per 12 bulan)

1.

2.3.4.

Biaya produksi (Rp)- HMT- Dedak- Tenaga kerja- Penyusutan- Obat

Produksi (Rp)Pendapatan (Rp/3 bln)Pendapatan (Rp/bln)*catatan: (i) peningkatanbobot badan sapi per 3bulan: 45 kg; (ii) Hargabobot hidup sapi baliRp.60.000/kg)

955.000360.000270.000180.000100.000100.000

2.700.0001.545.000

515.000

1. Biaya Produksi- Susut induk- IB- HMT- Dedak- Tenaga kerja- Penyusutan- Obat

2. Produksi3. Pendapatan (Rp/th)4. Pendapatan (Rp/bln)

*catatan: (i) pelihara9 bulan (bunting) + 3bulan (sapih); (ii)Harga pedetRp.6.000.000/ekor)

3.179.000500.000150.000

1.098.000549.000732.000250.000100.000

6.000.0002.821.000

235.000

Hasil menunjukkan bahwa hijaun, dedak dan tenaga kerja merupakan

biaya produksi yang paling dominan. Dengan pemeliharaan secara konvensional

ternyata belum mampu memberikan pendapatan yang memadai untuk usaha

perbibitan maupun penggemukan. Pendapatan per bulan untuk usaha perbibitan

Page 58: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

42

maupun penggemukan berturut-turut sebesar Rp. 235.000 dan Rp. 515.000

/bulan. Kondisi ini terjadi karena limbah ternak yang berupa feses maupun urin

belum dimanfaatkan.Dengan mengetahui tingkat pendapatan per bulan per ekor,

maka peternak dapat memperhitungkan berapa skala usaha ternak sapi untuk

penggemukan dan perbibitan. Jika ingin pendapatannya Rp. 2.000.000/bulan

maka pemeliharaan sapi untuk penggemukan adalah 4 ekor, sedangkan untuk

perbibitan adalah 8 ekor. Selama ini para peternak merasa untung dengan

pemeliharaan sapi karena mereka belum memperhitungkan biaya tenaga kerja,

penyusutan maupun biaya untuk pakan. Tenaga kerja dan pakan tidak

diperhitungkan karena tenaga kerjanya adalah dari dalam keluarga sendiri,

sedangkan pakan dicari atau diperoleh dari kebunnya sendiri.

4.6.3 Efisiensi usahatani integrasi padi-sapi

Usaha pemeliharaan ternak sapi pada areal persawahan irigasi akan

bermanfaat ganda yaitu ketersediaan jerami padi sebagai pakan yang tersedia

sepanjang tahun dengan jumlah yang tidak terbatas dengan harga murah dan

sebagai sumber pupuk kandang bisa menjadi hasil sampingan bernilai ekonomi

tinggi. Pupuk kandang tersebut dapat menjadi bahan pupuk organik untuk

tanaman padi.Rata-rata peternak adalah juga merupakan petani sehingga pupuk

yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk memupuk dan memperbaiki lahan

pertanian sendiri.

Pemanfaatan kotoran ternak sebagai pupuk organik dapat meningkatkan

kesuburan tanah yang pada akhirnya memiliki dampak positif pada peningkatan

hasil panen, sehingga dapat mewujudkan usaha agribisnis yang berdaya saing

dan ramah lingkungan.Seekor sapi dapat menghasilkan kotoran (feses) sebanyak

8-10 kg setiap hari. Dari kotoran sapi sebanyak ini dapat dihasilkan 4-6 kg pupuk

organik/hari.Untuk menghasilkan produktivitas yang tinggi dengan teknologi

budidaya organik, diperlukan penggunaan pupuk organik sekitar 3,6 t/ha/musim

yang dapat dipenuhi oleh 4 ekor sapi jika Indeks Pertanaman (IP) 200 (Tabel

13).

Selain feses, limbah ternak yang dapat di gunakan untuk pupuk maupun

biopestisida adalah urine. Seekor sapi mengeluarkan urine rata-rata 5 liter/hari.

Urine ini juga bernilai ekonomi jika diproses menjadi pupuk cair atau biopestisida.

Page 59: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

43

Urine dapat berperan ganda yaitu sebagai penyubur tanaman padi sekaligus

sebagai pengendali organisme pengganggu tanaman (OPT).

Tabel 13. Analisa Usahatani Ternak Sapi Terintegrasi di Kabupaten SelumaTahun 2015.

No. Uraian Nilai Uraian NilaiPenggemukan(per 3 bulan)

Pembibitan(per 12 bulan)

1.

2.3.4.

5.

6.

Biaya produksi (Rp)- HMT- Dedak- Tenaga kerja- Penyusutan- Obat

Produksi (Rp)Pendapatan (Rp/3 bln)Pendapatan (Rp/bln)

Pend. tambahan darilimbah (Rp/bulan)Pend. total (Rp/bln)

955.000360.000270.000180.000100.000100.000

2.700.0001.545.000

515.000

870.0001.385.000

1. Biaya Produksi- Susut induk- IB- HMT- Dedak- Tenaga kerja- Penyusutan- Obat

2. Produksi3. Pendapatan (Rp/th)4. Pendapatan (Rp/bln)5. Pendapatan tambahan

dari limbah (Rp/bulan)6. Pend. total (Rp/bulan)

3.179.000500.000150.000

1.098.000549.000732.000250.000100.000

6.000.0002.821.000

235.000

870.0001.105.000

Tabel 13 menunjukkan bahwa dengan melakukan integrasi berarti feses

dan urine dimanfaatkan untuk pertanaman padi secara keseluruhan. Harga

komposnya berkisar antara Rp. 650 - Rp 850 sedangkan pupuk organik cairnya

Rp. 5.000/l. Pemanfaatan limbah ternak ini mampu memberikan peningkatan

yang pendapatan yang signifikan untuk usaha tani padi secara organik dan

usahatani ternak. Dari aspek tanaman padi kebutuhan pupuk yang besar 3,6 -

7,2 t/ha dengan alokasi biaya yang tinggi dapat dipenuhi dari ternak yang

dipelihara. Pendapatan usaha tani ternak yang semula berkisar Rp. 235.000 - Rp

515.000/bulan meningkat secara signifikan menjadi Rp. 1.105.000 - Rp.

1.385.000. Dengan melaksanakan integrasi ternyata mampu meningkatkan

pendapatan peternak dengan cukup signifikan yaitu Rp. 870.000/bulan, serta

meningkatkan efisiensi penggunaan biaya budidaya padi organik sebesar Rp.

5.320.000/musim tanam atau menekan biaya sekitar 43,77%, untuk yang semi

organik Rp. 3.585.000/musim tanam atau menekan biaya 34,21%.

Secara teori integrasi padi - sapi menguntungkan dari aspek ekonomi

maupun lingkungan. Dari aspek ekonomi dapat meningkatkan keuntungan

Page 60: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

44

karena sebagian atau seluruh kebutuhan pupuk untuk tanaman padi dapat

dipenuhi oleh limbah ternak. Dari aspek lingkungan dan kualitas produk juga

meningkat karena penggunaan pupuk kandang atau bahan organik berarti sudah

melakukan konservasi lahan, memelihara kesuburan biologi, kimia bahkan fisik

tanah. Dari aspek produk dapat dihasilkan produk yang berkualitas yang baik

untuk kesehatan konsumen karena mempunyai residu toksik yang rendah.

4.7 Pembuatan Tempat Prosesing Pakan dan Kompos

Pada saat awal kegiatan sistem pertanian bioindustri belum ada tempat

untuk prosesing pakan dan kompos. Di wilayah Kelurahan Rimbo Kedui

khususnya dan di Kabupaten Seluma umumnya belum banyak peternak atau

petani yang memanfaatkan jerami untuk pakan ternak maupun kompos untuk

pertanaman padinya. Berdasarkan hasil PRA menunjukkan bahwa populasi di

Kelurahan Rimbo kedui cukup banyak (310 ekor) dengan potensi sawah yang

luas cukup cocok untuk dilakukan integrasi antara padi-sapi.

Di Keluran Rimbo Kedui, lebih dari 395 ha lahan ditanami padi. Biomass

panenan padi berupa gabah dan jerami. Sebanyak 58,30 - 69,23% biomassa

berupa jerami. Jerami padi sangat potensial sebagai sumber pakan ternak karena

jumlahnya yang banyak dan mudah diperoleh. Dalam setiap hektare pertanaman

padi dihasilkan 5-7 ton jerami kering dan mampu mendukung untuk

pemeliharaan 2 ekor sapi. Bahan jerami kering yang diperlukan untuk 1 ekor sapi

dengan berat badan 300 kg adalah 6 kg/hari atau 2% dari bobot ternak.

Kelemahan dari jerami padi ini adalah kandungan gizi, vitamin, mineral serta

daya cerna relatif rendah. Kandungan serat kasar dan kadar proteinnya yang

rendah belum mampu untukmemenuhi kebutuhan hidup pokok ternak

ruminansia. Oleh karena itu perlu dibuat tempat untuk prosesing prosesing

jerami.

Tempat prosesing pakan berbasis jerami dan pengolahan kompos dibuat

dengan ukuran 6 x 6 m. Satu bangunan yang disekat menjadi 2 yaitu satu untuk

prosesing pakan berbasis jerami dan sebagian lainnya untuk pengolahan kompos

yang berasal dari kotoran sapi (Lampiran8). Bangunan dibuat semi permanen

dengan dinding beton dan beratap seng. Kapasitas tempat prosesing pupuk dan

dan pakan berkisar antara 4-5 ton jerami dan 7 -10 ton kompos. Tempat ini

Page 61: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

45

dibuat selain untuk visitor juga sebagai tempat untuk implementasi Model sistem

pertanian bioindustri berbasis padi-sapi.

Percontohan, display dan tempat visitor prosesing kompos dan pakan

ternak berbasis jerami sangat diperlukan. Hal ini dilakukan dalam rangka

pengenalan dan percepatan penyebaran informasi dalam upaya percepatan

adopsi pemanfaatan pakan dari jerami serta penggunaan kompos untuk

budidaya padi yang ramah lingkungan.

4.8 Pembuatan Instalasi Biogas

Potensi pengembangan biogas di Provinsi Bengkulu masih cukup besar.

Setiap 1 ekor ternak sapi/kerbau dapat menghasilkan 2m3 biogas/hari. Potensi

ekonomis biogas cukup besar, hal tersebut mengingat bahwa 1 m3 biogas dapat

digunakan setara dengan 0,62 liter minyak tanah.Residu pembuatan biogas,

dalam bentuk kompos merupakan sumber pupuk organik bagi tanaman,

sekaligus sebagai pembenah tanah (soil amendment).

Pengolahan kotoran ternak menggunakan reaktor biogas akan

menghasilkan gas metan yang dapat dimanfaatkan untuk menyalakan kompor

gas ataupun lampu penerangan.Biogas atau sering disebut gas bio merupakan

gas yang timbul jika bahan-bahan organik seperti kotoran hewan, kotoran

manusia atau sampah direndam di dalam air dan disimpan di dalam tempat

tertutup atau anaerob (tanpa oksigen dari udara).

Biogas ini sebenarnya dapat pula terjadi pada kondisi alami. Namun untuk

mempercepat dan menampung gas ini, diperlukan alat yang memenuhi syarat

terjadinya gas tersebut.Kotoran ternak sapi merupakan bahan baku sumber

biogas yang tersedia dalam jumlah banyak perlu dioptimalkan pemanfaatannya.

Instalasi biogas dibuat dalam rangka display dan percontohan bahwa dari

kotoran ternak dapat menjadi energi bio yang dapat digunakan untuk berbagai

keperluan seperti untuk energi panas melalui perakitan ke kompor ataupun ke

lampu sebagai sumber cahaya untuk penerangan. Ini memberikan gambaran

bahwa dalam bioindustri semua digerakkan melalui inovasi penerapan inovasi

teknologi untuk mendapatkan produk yang berkualitas, mempunyai nilai tambah,

ramah lingkungan dan berkelanjutan. Instalasi biogas di Kelompok Tani Margo

Suko Kabupaten Seluma dimanfaatkan untuk kompor dan lampu.

Page 62: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

46

4.9 Pembuatan Instalasi Prosesing Bio-urine

Instalasi prosesing urine diperlukan karena urine masih dianggap limbah

yang tidak bermanfaat dan tidakmempunyai nilai ekonomi. Instalasi ini

dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada petani bahwa semua yang

semula dianggap limbah dan tidak bermanfaat dapat diproses menjadi produk

yang bermanfaat dan mempunyai nilai ekonomi. Urine yang sudah diproses

menjadi pupuk organik cair maupun biopestisida dapat dijual dengan kisaran Rp.

5.000 - Rp. 20.000/l.

Sebagian besar petani belum mengetahui manfaat dari limbah ternaknya

yang berupa feses maupun urine. Feses dan urine belum dimanfaatkan oleh

petani. Perkandangan dan tatalaksana pemeliharaan ternak sapi belum dirancang

untuk pemanfaatan feses dan urine. Feses dan urine masih dipandang sebagai

limbah dan kotoran yang tidak bermanfaat serta tidak bernilai ekonomi. Melalui

inovasi teknologi, semula yang dianggap limbah ternyata bernilai ekonomi yang

cukup tinggi karena dapat diolah menjadi pupuk padat, pupuk cair, pestisida

hayati, ZPT, dan bahkan sumber energi. Melalui inovasi teknologi, yang tadinya

dianggap sebagai limbah ternyata mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi

dan setelah analisis nilainya bisa melebihi nilai ekonomi dari ternaknya.

Selain feses, limbah ternak yang dapat di gunakan untuk pupuk maupun

biopestisida adalah urine. Seekor sapi mengeluarkan urine rata-rata 5 liter/hari.

Urine ini juga bernilai ekonomi jika diproses menjadi pupuk cair atau biopestisida.

Urine dapat berperan ganda yaitu sebagai penyubur tanaman padi, pengendali

organisme pengganggu tanaman (OPT), dan bahkan sebagai zat pengatur

tumbuh.

Pupuk organik cair adalah larutan dari hasil pembusukan bahan-bahan

organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan dan manusia yang

mengandung unsur haranya lebih cari satu unsur.Pupuk organik cair adalah zat

penyubur tanaman yang berasal dari bahan-bahan organik dan berwujud cair

yang merupakan salah satu hasil proses fermentasi.

Urine sapi mengandung unsur hara antara lain natrium 1%, fosfor 0,5%

dan kalium 0,5%. Kandungan unsur hara ini lebih tinggi dibandingkan

korotannya. Disamping itu mengandung zat perangsang tumbuh yang dapat

digunakan sebagai pengatur tumbuh.

Page 63: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

47

4.10 Inventarisasi RMU, Kinerja Mesin dan Tenaga Pengelolanya

Beras sehat aromatik merupakan salah satu produk utama dalam model

sistem pertanian bioindustri di Kabupaten Seluma. Untuk menghasilkan beras

dengan kualitas yang baik tentunya dimulai dari aspek budidaya, panen dan

pasca panen. Dari aspek panen dan pasca panen dimulai dari ketepatan waktu

panen, perontokan serta pengeringan.

Kurangnya tenaga kerja pada saat musim panen menjadi permasalah

tersendiri terhadap kualitas gabah dan beras yang dihasilkan. Kondisi ini

mengakibatkan petani kesulitan untuk panen sesuai dengan kriteria fisiologis

kemasakan gabah. Sebagian petani panen terlalu awal dan sebagian lainnya

terlalu masak. Hal ini berakibat terhadap menurunnya kualitas gabah yang juga

akan berpengaruh terhadap kualitas beras yang dihasilkan. Ketidaktepatan waktu

panen juga berakibat terhadap tingginya susut panen.

Pengeringan gabah segera setelah panen juga sering menjadi

permasalahan karena cuaca dan keterbatasan lantai jemur ataupun sarana lain

untuk penjemuran (terpal). Sebagai antisipasi, maka ada pengadaan terpal untuk

petani kooperator untuk mempermudah pelaksanaan panen dan pengeringan

segera setelah panen.

Budidaya yang baik, pra panen dan pasca panen (penjemuran ) yang baik

belum menjamin kualitas beras menjadi baik. Dengan kata lain gabah dengan

kualitas yang baik belum tentu menjadi beras dengan kualitas yang baik jika

tidak digiling dengan baik. Kinerja teknis RMU dan SDM pengelolanya berperan

penting terhadap kualitas beras yang dihasilkan. RMU yang baik tidak serta

merta mampu menghasilkan kualitas beras yang baik tanpa didukung oleh SDM

pengelola yang baik, begitu juga sebaliknya.

Inventarisasi ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran dari kapasitas

kerja mesin, kinerja mesin, jam operasi, cara pelayanan, biaya pelayanan, status

kepemilikan, perannya dalam pembelian gabah, pemasaran produk serta

kemampuan dan keterampilan SDM pengelolanya. Untuk mendapatkan

gambaran kinerja RMU dan SDM pengelolanya telah dilakukan inventarisasi

terhadap RMU yang ada di kawasan Kelurahan Rimbo Kedui (Tabel 14 dan

Lampiran9).

Page 64: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

48

Tabel 14 Inventarisasi RMU, Kinerja Mesin, dan SDM Pengelola di KelurahanRimbo Kedui Tahun 2015.

NO ASPEK KRITERIA NILAI/VOLUME %

1 Kepemilikan (5 unit) Milik Sendiri Milik Kelompok

4 Unit1 unit

8020

2. Tahunpengadaan/pembelian

2000 2005 2011 2012 2015

1 Unit1 Unit1 Unit1 Unit1 Unit

2020202020

3. Kapasitas mesin 6 ton 5 ton 7 ton 2 ton

1 Unit1 Unit1 Unit2 Unit

20202040

4. Kualitas penggilingan (%beras utuh)

Mispan Mirzan Akral Edi Wagiman

11,1166,55 - 66,7065,00 - 84,41

79,2876,50

5. Waktu operasional 4 jam 6 jam 8 jam

1 Unit3 Unit1 Unit

206020

6. Jasa penggilingan (biaya) Rasio 11 : 1 Rasio 13 : 1

4 Unit1 Unit

8020

7. Jasa pengeringan Rp. 3.000/krg 5 Unit 100

8. Upah Jasa Tenaga 15% 30%

1 Unit4 Unit

2080

9. Jaringan pasar Pesanan/antar Pedagang beras

2 Unit

3 Unit

40

60

10. Bentuk kemasan beras Karung merk Karung

1 Unit4 Unit

2080

11. Cara mendapatkan gabah Aktif Pasif

4 Unit1 Unit

8020

12. Hasil samping Dedak (15%) Menir (0.1%-

0,5%)

Tabel 14 menunjukkan bahwa sebagian besar RMU dimiliki oleh pribadi

(80%), sedangkan lainnya (20%) milik kelompok yang diperoleh dari bantuan

pemerintah. Berdasarkan kapasitas dan waktu operasional diketahui bahwa 5

RMU yang ada di Kelurahan Rimbo Kedui dapat memproses 22 ton gabah/hari.

Page 65: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

49

Jika dalam satu tahun panenan padi mencapai 395 ha dengan produktivitas 5 t

GKG/ha berarti ada 1.975 t GKG yang diproses di wilayah Kelurahan Rimbo

Kedui. Ini berarti jika semuanya beroperasi optimum, maka dalam 1 tahun mesin

RMU hanya beroperasi selama 90 hari atau 24,6%. Informasi ini memberikan

petunjuk bahwa keberadaan RMU di Kelurahan Rimbo Kedui sudah cukup jenuh.

Untuk itu perluupaya aktif mencari pelanggan dari luar desa atau wilayah, agar

kinerja dan kapasitas kerja mesin dapat lebih dioptimalkan. Informasi ini juga

memberikan gambaran bahwa kepemilikan RMU akan lebih menguntungkan jika

tidak hanya mengandalkan dari jasa penggilingan tetapi juga pembelian dan

penjualan beras.

Dari aspek kualitas hasil penggilingan yang diindikasikan oleh persentase

beras utuh diketahui bahwa kemampuan RMU di Kelurahan Rimbo Kedui sangat

beragam mulai dari 11,11 - 84,41%. Keragaman ini bisa disebabkan oleh

beberapa faktor diantaranya adalah varietas padi, bentuk/ukuran gabah, mesin,

dan kemampuan serta keterampilan operator. Untuk itu perlu pelatihan atau

peningkatan pengetahuan dan keterampilan bagi operator agar menguasai dan

memahami karakter/spesifikasi mesin serta karakeristik dari varietas dan bentuk

gabah.

Berdasarkan observasi, hasil samping berupa dedak dan menir juga sudah

dapat diprediksi. Dari observasi RMU di Kelurahan Rimbo Kedui dipernoleh

informasi bahwa dalam penggilingan dihasilkan 15% dedak dan 0,1% menir. Jika

gabah yang diproses mencapai 1.975 t/tahun maka diperkirakan dedak dan

menir yang diperoleh mencapai 296,25 t/tahun dan 2,0 t/tahun. Saat ini sudah

dimanfaatkan untuk ternak, khususnya sapi, sedangkan menir belum

dioptimalkan pemanfaatannya. Kebutuhan konsentrat/dedak untuk 310 ekor sapi

di wilayah Kelurahan Rimbo Kedui sudah hampir dapat dipenuhi.

Hal ini membuka peluang pemanfaatan beras patah/menir untuk

pembuatan tepung beserta turunannya yang berupa produk-produk makanan

olahan. Melalui pemberdayaan Kelompok Wanita Tani (KWT) dan kelompok

pengolahan hasil pertanian.

4.11 Analisa gabah, beras, tanah dan kompos

Analisa diperlukan untuk tujuan penilaian, penentuan mutu/kualitas,

penentuan dosis, dan pemenuhan persyaratan mutu. Beberapa objek yang

Page 66: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

50

dianalisis dalam kegiatan sistem pertanian bioindustri adalah: gabah, beras,

tanah, dan kompos.

Analisis gabah dan beras

Beras aromatik/beras organik merupakan beras wangi yang mutunya

belum diatur dalam SNI. Untuk saat ini pemerintah menerbitkan standar mutu

beras giling agar beras yang diperdagangkan memenuhi standar. SNI beras giling

berisi syarat beras giling dengan lima tingkatan mutu yaitu mutu I, II, III, IV, V

(BadanStandarisasiNasional 2008, SNI 6128-2008)(Lampiran10).Mutu fisik beras

sangat berpengaruh pada preferensi konsumen dan harga jual seperti persentase

beras kepala adalah salah satu parameter yang paling penting dalam dunia

perindustrian beras.

Beras giling merupaan butir utuh atau patah yang diperoleh dari proses

penggilingan gabah hasil pertanaman padi yang seluruh lapisan sekamnya

terkelupas atau sebagian lembaga dan katul telah dipisahkan serta memenuhi

persyaratan kuantitatif dan kualitatif seperti tercantum dalam persyaratan

kualitas beras giling pengadaan dalam negeri.

Analisis terhadap gabah dan beras ditujukan untuk mengetahui kualitas

fisik dan kimia dari gabah/beras dari berbagai varietas yang ditanam dengan

teknologi budidaya yang berbeda. Teknologi budidaya dan varietas mungkin

berpengaruh terhadap mutu beras giling. Mutu beras giling dinilai berdasarkan

standar SNI 6128-2008. Adapun komponen mutu yang dinilai adalah: derajat

sosoh, kadar air, butir kepala, butir patah, butir menir, butir merah, butir

kuning/rusak, butir mengapur, benda asing dan butir gabah. Hasil analisis fisik

dan kimia beras serta gabah ditampilkan pada Tabel 15 dan Tabel 16.

Tabel 15. Hasil Analisa Kualitas Gabah pada 3 Teknologi Budidaya Padi diKabupaten Seluma.

Komponen Mutu

TEKNOLOGI BUDIDAYA

ORGANIK (%) SEMI ORG.(%) PTT (%)

INP. 23 SINTA INP. 23 INP. 23 IR 64

Kadar air gabahButir baikButir hampa/kotoranButir kuning/rusakButir mengapur/hijauButir merah

7,6298,831,173,146,55

-

7,6798,561,441,755,36

-

8,6198,401,603,246,20

-

8,9098,551,453,69

11,26-

8,5998,631,372,96

11,10-

Page 67: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

51

Tabel 15 menunjukkan bahwa kualitas gabah yang dihasilkan dari

beberapa varietas yang ditanam di Kabupaten Seluma ternyata masuk dalam

kategori baik dilihat dari berbagai komponen mutunya. Butir baik berkisar antara

98,40 - 98,83%, butir mengapur berkisar antara 5,36 - 11,26%. Dari tabel ini

diketahui bahwa pada teknologi budidaya dengan pendekatan PTT mempunyai

kecenderungan menghasilkan butir mengapur yang lebih tinggi dibandingkan

dengan teknologi lainnya.

Tabel 16. Analisa Kualitas Beras Giling, pada 3 Teknologi Budidaya di KabupatenSeluma.

Komponen MutuTEKNOLOGI BUDIDAYA

ORGANIK (%) SEMI ORG.(%) PTTINP. 23 SINTA INP. 23 INP. 23 IR 64

Beras kepalaBeras patahBeras menirButir kuning/rusakButir mengapurButir gerahButir gabahBenda asingKadar air berasDerajat sosohRendemen gilingAmilosa

48,4451,300,260,22

----

8,33100,0066,3920,67

15,4483,730,820,18

----

8,40100,0068,2322,64

81,6318,310,060,55

----

9,91100,0068,2121,47

52,6447,150,210,58

----

8,98100,0067,0720,76

70,7229,160,120,35

----

9,56100,0069,1824,03

Tabel 16 menunjukkan bahwa rendemen beras giling semua sampel -

sampel beras yang dianalisa berkisar antara 66.39 - 69.18% namun Standar

Nasional beras giling untuk pengadaan beras dalam negeritidak menyaratkan

kriteria ini. Adapun kadar amilosa untuk berbagai varietas pada berbagai

teknologi tidak menunjukkan perbedaan yang mencolok yaitu pada kisaran 20,67

- 24,03%. Nilai amilosa tertinggi diperoleh pada varietas IR 64, yaitu 24,03%

sementara untuk Inpari 23 dan Sintanur berkisar antara 20,67 - 22,64%. Pada

deskripsi varietas Inpari 23 dan Sintanur mempunyai kadar amilosa masing-

masing 17% dan 18% dengan rasa nasi pulen.

Beras kepala adalah komponen mutu fisik beras yang secara langsung

berpengaruh terhadap tingkat penerimaan oleh konsumen. Beras kepala

merupakan penjumlahan butuh utuh dan buti besar. Konsumen tidak menyukai

beras giling dengan kadar beras kepala rendah. Standar mutu beras kepala

Page 68: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

52

berdasarkan SNI no.01-6128-2008 untuk kelas mutu I, II, III, IV, V

mensyaratkan kadar beras kepala minimal sebesar 95%, 89%, 78%, 73% dan

60% secara berurutan. Kadar beras kepala semua sampel beras yang dianalisis

berkisar antara 15.44% (Sintanurorganik) sampai dengan8 1.63% (Inpari 23

Semi organik). Butir kepala terendah ada pada varietas Sintanur dan varietas

Inpari 23 yang ditanam dengan penanaman organik sehingga hasil beras kepala

dari kedua varietas yang ditanam dengan cara organik kini belum memenuhi

syarat dalam katagori mutu pada SNI no.01-6128-2008, untuk varietas Inpari 22

yang ditanamdengancara semi organik mengahasilkan beras kepala sebesar

81.63% termasuk pada standarmutu III dan varietas IR 64 yang ditanam secara

an organic menghasilkan beras kepala sebesar 70.72% termasuk pada standar

mutu IV.

Nilai beras patah berbanding terbalik dengan nilai beras kepala. Menurut

standar SNI No. 01-6128-2008 kadar beras patah yang dipersyaratkan untuk

beras kelas mutu I, II, III< IV, V masing-masing sebesar maksimum 5%, 10%,

15%, 20% 25% dan 25% secara berurutan. Persentase beras patah varietas

Inpari 23 semi organik dan IR 64 anorganic adalah 18.31% dan 29.16% yang

secara berurutan termasuk pada klas mutu III dan klas mutu V.Untuk sampel

beras yang lainnyatidak memenuhi standar mutu SNI No. 01-6128-2008.

Nilai komponen yang lain dari persyaratan standar mutu beras giling SNI

No. 01-6128-2008 untuk semua sampel beras seperti beras menir dan butir

kuning/rusak memenuhi persyaratan mutu kelas II dan nilai komponen butir

mengapur, butir merah, butir gabah, benda asing, kadar air dan derajat sosoh

seluruh nilai dari semua sampel memenuhi kriteria standar mutu SNI No. 01-

6128-2008 termasuk mutu klas I.

Dari hasil analisis seluruh sampel beras hanya perlu adanya perbaikan

pada dua komponen yaitu beras kepala dan beras patah untuk memenuhi

standar kriteria SNI No. 01-6128-2008 pada varietas yang ditanam dengan

budidaya organik. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kurangnya kandungan

unsur N dan K pada tanah yang berpengaruh terhadap kualitas beras. Hasil uji

tanah pada saat panen diketahui bahwa kandungan N dan K pada teknologi

budidaya organik ternyata nilainya lebih rendah dibandingkan dengan teknologi

semi organik maupun pendekatan PTT.

Page 69: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

53

Hasil yang hampir sama diperoleh pada kualitas beras yang diperoleh dari

hasil identifikasi kinerja RMU di Kelurahan Rimbo Kedui Kabupaten Seluma. Hasil

observasi dan identifikasi menunjukkan bahwa persentase beras utuh atau beras

kepala dari teknologi budidaya organik lebih rendah dibandingkan dengan

teknologi lainnya. Beras kepala pada varietas Sintanur dengan teknologi

budidaya organik hanya mencapai 11,11%, selebihnya adalah beras pecah dan

menir.

Analisis tanah dan kompos

Analisis tanah dilakukan pada saat awal dan pada saat panen. Analisis

pada saat awal berguna untuk mengetahui tingkat sifat fisik dan kimia tanah.

Sifat fisik adalah komposisi tanah berdasarkan kandungan pasir, lempung, dan

debu, sehingga dapat dikategorikan termasuk dalam tekstur tanah tertentu. Sifat

kimia bermanfaat dalam menentukan dosis pupuk yang diberikan berkaitan

dengan produktivitas tanaman yang diharapkan. Analisis tanah pada saat panen

bermanfaat sebagai dasar evaluasi terhadap kecukupan maupun kekurangan

hara tertentu yang diindikasikan oleh produktivitas dan kualitas beras yang

dihasilkan.

Analisa terhadap kompos bermanfaat untuk mengetahui dan mengevaluai

kualitas kompos yang dihasilkan. Hal ini juga bermanfaat dalam menentukan

jumlah kompos yang harus diberikan, juga berkaitan dengan dosis pupuk organik

yang harus ditambahkan jika menggunakan pemupukan campuran antara

organik dan anorganik. Analisis tanah dan kompos telah diuraikan pada bagian

budidaya padi aromatik.

4.12 Disain dan Pengadaan Kemasan Produk-Produk Bioindustri

Terdapat keterkaitan yang erat antara produk, harga, kualitas,

kontinyuitas, ketersediaan, preferensi konsumen, kemasan dan pasar. Disain dan

kemasan yang baik serta menarik diharapkan mampu mendongkrak preferensi

konsumen sekaligus harga. Disain yang informatif, komunikatif, dan edukatif

menjadi salah satu daya tarik bagi konsumen. Produk yang sama akan

mempunyai nilai dan gengsi yang berbeda jika kemasan serta disainnya berbeda.

Disain dan kemasan sering menjadi identitas, kebanggaan dan menunjukkan

Page 70: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

54

status bagi konsumen. Untuk itu disain dan kemasan produk-produk bioindustri

juga dirancang secara cermat, penuh makna, spesifik serta berkarakter.

Pada kegiatan model sistem pertanian bioindustri ini diharapkan semua

lini dari hulu dan hilir digarap. Tujuan akhir kegiatan ini adalah terwujudnya

Model sistem pertanian bioindustri pada kawasan agribisnis spesifik lokasi yang

inovatif, mandiri, profit oriented, ramah lingkungan dan berkelanjutan.Strategi

untuk mewujudkan tujuan adalah dengan melakukan penguatan lembaga

pelaksana, menghasilkan produk berkualitas, mempromosikan produk,

menembus pasar dan jika memungkinkan menciptakan pasar bagi produk yang

dihasilkan oleh model pertanian bioindustri. Disain dan kemasan yang baik

menjadi tumpuan untuk promosi dan percepatan penerimaan di pasar.

Keberlanjutan suatu kegiatan sangat berkaitan dengan pemasaran produk yang

dihasilkan. Banyak lembaga yang mampu memproduksi barang tetapi tidak

mampu memasarkan. Ini masalah klasik yang harus dicarikan solusi. Kemasan

dan disain dapat menjadi salah satu alternatif dalam mengatasi masalah

pemasaran.

Produk-produk bioindustri yang sudah dibuatkan disain dan kemasan

diantaranya adalah produk beras, biopestisida, pupuk organik cair, kompos, dan

tepungberas/menir (Gambar 8).

Page 71: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

55

Gambar 8. Disain dan Kemasan Produk-Produk Pertanian Bioindustri diKabupaten Seluma.

4.13 Pembinaan dan Penguatan Peran Lembaga Pelaksana danPendukung Model Pertanian Bioindustri

Pada awal pelaksanaan kegiatan Model sistem pertanian bioindustri

berbasis padi-sapi direncanakan 2 poktan yaitu Margosuko dan Harapan Maju

Page 72: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

56

menjadi lembaga pelaksana kegiatan. Dalam perjalanan selanjutnya setelah

melalui beberapa pertemuan dan advokasi disepakati bahwa pelaksana kegiatan

adalah Gapoktan Rimbo Jaya dengan alasan cakupan area dan pembinaan yang

luas serta legalitasnya lebih kuat. Kelompok Tani Harapan Maju dan Margo Suko

berada di bawah naungan dari Gapoktan Rimbo Jaya. Pada tahap awal banyak

pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan di 2 Kelompok Tani dan selanjutnya

sudah menyebar ke kelompok tani lainnya. Struktur organisasi dari Gapoktan

Rimbo Jaya disajikan pada Gambar 9.

Gambar 9. Struktur Organisasi Gapoktan Rimbo Jaya Kabupaten Seluma.

Dari aspek struktur organisasinya Gapoktan Rimbo Jaya sudah cukup

lengkap, karena sudah ada Ketua, Sekretaris, Bendahara dan seksi-seksi.

Aktivitas dan kinerja Gapoktan masih relatif lemah dan perlu pembinaan

terutama dalam hal menejerial, ketertiban administrasi, perluasan jaringan

kerjasama dan pemasaran, serta peningkatan kinerja kelompok.

Aktivitas Gapoktan perlu dibangkitkan kembali dengan mengaktifkan

pertemuan rutin pengurus dan anggota. Ada kecenderungan yang aktif baru

ketua Gapoktan sehingga perlu distimulasi agar semua pengurus khususnya

seksi-seksi dapat aktif kembali dalam melaksanakan tugasnya. Advokasi

organisasi, menejerial dan kelembagaan pernah dilakukan terhadap pengurus

Gapoktan Rimbo Kedui. Pendampingan perlu dilakukan secara terus menerus

agar aktivitas Gapoktan meningkat dan menjadi lembaga yang sehat, sehingga

dapat memperkuat dan mengembangkan kegiatan model pertanian bioindustri

dengan baik.

KETUA

SEKRETARIS BENDAHARA

SEKSIUSAHATANI

SEKSI SARANADAN PRASARANA

SEKSIPEMASARAN

SEKSI USAHAPENGOLAHAN &

PRODUKSI

Page 73: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

57

Sebagai lembaga pelaksana kegiatan model pertanian bioindustri,

Gapoktan harus dapat mengembangkan usahanya tidak hanya sampai pada

tahap produksi tetapi harus mampu mengembangkan usahanya ke bidang

pengolahan hasil dan pemasaran. Penguatan jaringan kerjasama dan pemasaran

produk harus menjadi prioritas dalam upaya peningkatan pendapatan semua

anggota Gapoktan. Untuk itu sudah disarankan agar Gapoktan dapat menjalin

kerjasama yang lebih aktif dan luas ke stakeholders di Kabupaten maupun

Provinsi, Perguruan Tinggi, KTNA serta lembaga yang ada di Kelurahan Rimbo

Kedui untuk memperkuat produksi dan pemasaran produk bioindustri. Banyak

pihak/lembaga yang dapat dijadikan mitra terutama dalam perluasan pemasaran

(Gambar 10).

4.14 Penyebarluasan Inovasi Teknologi dalam PercepatanImplementasi Model Sistem Pertanian Bioindustri

Tujuan akhir kegiatan ini adalah untuk mewujudkan model sistem

pertanian bioindustri pada kawasan agribisnis spesifik lokasi yang inovatif,

mandiri, profit oriented, ramah lingkungan dan berkelanjutan. Untuk mencapai

tujuan sesuai dengan road map dan tahapannya maka perlu dilakukan

penyebarluasan informasi inovasi teknologi dalam bentuk media cetak maupun

pertemuan, pembuatan display/visitor plot dan temu lapang.Sasaran

penyebarluasan informasi diantaranya ditujukan untuk stakeholders atau

pemangku kepentingan, pengambil kebijakan, petugas lapangan, pelajar,

mahasiswa, dan petani.

Penyebarluasan informasi dalam bentuk media cetak dilakukan dengan

menyusun dan menyebarkan leaflet yang berkaitan dengan kegiatan bioindustri

berbasis integrasi padi-sapi. Ada 12 judul leaflet yang dicetak untuk

mempercepat penyampaian informasi dan implementasi bioindustri. Judul-judul

leaflet tersebut adalah:

1. Sistem pertanian bioindustri berbasis integrasi sapi-padi di Provinsi Bengkulu.

2. Fermentasi jerami padi untuk pakan ternak.

3. Biogas dari kotoran ternak

4. Budidaya padi aromatik

5. Budidaya padi organik

6. Jamu untuk sapi

Page 74: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

58

7. Pembuatan kompos dari kotoran sapi

8. Pembuatan pupuk organik cair

9. Urea Molasses Block (UMB).

10. Tepung beras

11. Keripik Pare

12. Keripik pegagan

Gambar 10. Alur Peningkatan Kinerja Gapoktan dan Perluasan Jaringan PasarMelalui Dukungan Lembaga Setempat.

Penyebarluasan informasi dalam bentuk display diwujudkan dengan

pembuatan instalasi, perkandangan sapi, sampel produk, ataupun penanaman

padi pada lahan petani. Instalasi yang dibuat diantaranya adalah instalasi

Page 75: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

59

prosesing urine, biogas, pakan ternak, dan kompos. Perkandangan yang telah

direnovasi juga dapat menjadi objek kunjungan, dimana kandang sudah

memenuhi persyaratan untuk ternak juga dilengkapi dengan drainase serta bak

penampungan urine dan dihubungkan dengan instalasi biogas. Untuk studi

teknologi budidaya padi aromatik dan maupun organik dapat dilihat display pada

pertanaman padi dengan total luasan 21 ha pada 2 musim tanam.

Penyebarluasan dalam bentuk pertemuan, sosialisasi dan pelatihan, serta

temu lapang juga dilaksanakan dalam upaya percepatan implementasi bioindustri

secara luas.

Temu lapang panen padi aromatik

Kegiatan temu lapang panen padi varietas Inpari 23 dan Sintanur

dilaksanakan pada 13 Agustus 2015 yang dihadiri oleh 300 orang peserta. Hadir

dalam kegiatan ini Koordinator UPSUS Provinsi Bengkulu (Kapusdikdarkasi : Ir.

Heri Suliyanto, M.BA ); Kepala Dinas Pertanian Provinsi Bengkulu; Sekretaris

Bakorluh Provinsi Bengkulu; Dandim 0425 Kabupaten Seluma; Kapolsek Seluma

Selatan; Kepala Dinas Pertanian, Peternakan dan Perkebunan Kabupaten

Seluma; BP4K Kabupaten Seluma; Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Seluma;

PMT se-provinsi Bengkulu; Camat Seluma Selatan; Lurah Kelurahan Rimbo Kedui;

Korluh/PBT/PPK Kecamatan Seluma Selatan, Seluma Utara dan Talo Kecil;

penyuluh pendamping; Kelompok Tani Margo Suko, Harapan Maju, Tunas

Harapan, Sakaian Indah, Serindang dan petani disekitar lokasi pengkajian

(Lampiran 11). Secara resmi acara dibuka oleh Bupati Seluma Bapak H. Bundra

Jaya. Dalam arahannya beliau mengucapkan terima kasih kepada Badan Litbang

dan Jajarannya telah membawa inovasi teknologi di Kabupaten Seluma. Ucapan

terima kasih kepada koordinator UPSUS, dari 1.000 ha, tercapai lebih 800 ha

(hampir terpenuhi target).

Kegiatan dilanjutkan dengan panen menggunakan alat/mesin pertanian

Combine Harvester untuk memperkenalkan mekanisasi pertanian di Kelurahan

Rimbo Kedui. Mesin panen Combine Harvester memiliki kapasitas panen 8

jam/ha padi sawah. Diharapkan alat ini dapat menjawab ketergantungan tenaga

kerja pada saat panen raya.

Selanjutnya dilaksanakan panen bersama secara simbolis yang dilakukan

oleh tamu undangan. Para undangan kemudian diarahkan untuk mengunjungi

Page 76: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

60

instalasi kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri berbasis Integrasi Padi –

Sapi Spesifik Lokasi di Provinsi Bengkulu. Dalam kesempatan ini para undangan

dapat menyaksikan secara langsung produk-produk pertanian bioindustri yang

diantaranya adalah: kompos, pakan sapi dari fermentasi jerami padi, pupuk

organik cair, pestisida organik, dan produk olahan berbasis tepung beras.

Bupati Seluma memberikan testimoni bahwa kegiatan pengkajian

bioindustri ini sangat bermanfaat bagi petani. Melalui kegiatan ini petani dapat

memanfaatkan limbah seperti kotoran sapi, urine sapi, jerami padi dapat

dimanfaatkan untuk kompos, pakan sapi, pestisida organik, terlebih lagi produk

tersebut dapat dijual sehingga mendatangkan manfaat untuk petani.

Sosialisasi, penjelasan teknis tanam ke 2 dan pengenalan produk bioindustri

Kegiatan ini dilaksanakan untuk memberikan pemahaman tentang konsep

dan implementasi sistem pertanian bioindustri kepada petugas lapangan dan

petani di wilayah Kelurahan Rimbo Kedui dan sekitarnya. Acara ini dihadiri oleh

77 orang yang terdiri atas petugas dan petani di Kabupaten Seluma (Lampiran

12). Selain meningkatkan pemahaman juga menjalin kerjasama dengan

stakeholders untuk senantiasa memberikan dukungan dalam pencapaian tujuan

yang telah ditetapkan. Hadir pada acara ini adalah Kepala BP4K, Kepala Dinas

Pertanian Peternakan dan Perkebunan, Lurah, dan Korluh.

Harapan lain dari penyelenggaraan sosialisasi ini adalah agar display yang

ada, dimanfaatkan oleh semua pihak dalam rangka percepatan implementasi

sistem pertanian bioindustri. Dinas pertanian sangat menyambut baik kegiatan

bioindustri dan akan mengganggarkan melalui APBD untuk mereplikasi modes

sistem pertanian yang dilaksanakan di Kelurahan Rimbo Kedui. Kepala BP4K

menyampaikan hal yang senada dan berharap agar sosialisasi ini dapat

mengakomodir keikutsertaan penyuluh yang lain agar lebih memahami konsep

pertanian bioindustri yang sedang digalakkan pada masa sekarang.

Pemanfaatan Biogas, pengemasan beras dan menegemen pemasaran

Peserta yang hadir sebanyak 40 orang yang terdiri dari peternak, BPTP

Bengkulu serta hadir penyuluh lapangan. Acara dimulai dengan pembukaan dan

langsung pada materi pelatihan.Pelatihan di fokuskan pada petani peternak sapi

agar dapat memanfaatkan kotoran sapi yang mengandung gas metana yang

dapat menggantikan/mengurangi penggunaan dari gas LPG. Dengan

Page 77: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

61

memanfaatkan biogas sebagai bahan bakar seperti halnya penggunaan gas LPG.

Biogas dapat membuat lingkungan menjadi bersih dan indah, karena

memanfaatkan limbah dan kotoran untuk dijadikan bahan pembuat biogas.

Biogas juga dapat menghemat biaya operasional rumah tangga, dengan

menggantikan bahan bakar minyak dan gas yang relatif lebih mahal

dibandingkan harga biogas.Biogas dapat menghasilkan energi listrik untuk

mengantikan penggunaan solar. Penggunaan biogas dapat mengurangi asap dan

karbon dioksida di udara karena kurangnya pemakaian bahan bakar minyak dan

kayu.

Dalam pelatihan pengemasan beras, peserta dapat mengetahui cara

membedakan kemasan berdasarkan jenis dan bahannya, dan kemasan yang

sesuai dengan produknya.Standar kemasan yang sesuai dengan produk dan bisa

mengangkat/menambah nilai jual produk mereka yang khas yaitu beras aromatik

dan beras organik

Dalam pelatihan ini juga disampaikan cara mengemas yang higienis agar

mempunyai daya simpan produk yang lama. Penggunaan labelling dan

penggunaan barcode, P-IRT dan LOGO diperlukan agar konsumen cepat

mengenali produk yang telah dikemas dengan kualitas prima dan tetap terjaga

secara terus menerus.

Kemasan untuk beras aromatik dan beras organik telah di rancang label

dan logo untuk kemasan yang mencirikan tempat atau lokasi kawasan bio

industri, sehingga akan mengangkat nama Desa Rimbo Kedui dan Kabupaten

Seluma sebagai produsen beras aromatik dan beras organik di Propinsi Bengkulu.

Pelatihan pembuatan kompos dan pembuatan pestisida biourine

Peserta yang hadir sebanyak 40 orang yang terdiri dari peternak, BPTP

Bengkulu serta hadir penyuluh lapangan. Acara dimulai dengan pembukaan dan

langsung pada materi pelatihan. Jalannya pelatihan dibagi menjadi dua sesi. Sesi

pertama berupa teori yang meliputi penjelasan teknis pembuatan POC dan

biopestisida; serta teknis pembuatan kompos dari kotoran sapi yang

dilaksanakan di ruang pertemuan. Sesi kedua berupa praktek langsung

pembuatan POC dan biopestisida serta pembuatan kompos yang dilakukan di

tempat yang sudah disediakan.

Page 78: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

62

Sesi pertama yaitu berupa teori disampaikan tentang peternakan yang

ramah lingkungan dengan memanfaatkan semaksimal mungkin limbah yang

dihasilkan sehingga tidak mencemari lingkungan bahkan bermanfaat dan dapat

mendatangkan pendapatan tambahan. Teknologi yang digunakan mudah dan

sederhana sehingga dapat dilakukan semua orang. Pembuatan POC dan kompos

dapat dikelola dengan manajemen sederhana dan dapat diatur waktunya.

Misalnya setiap minggu sekali pembuatan POC dan kompos, maka peternak

dapat penghasilan tambahan setiap minggu. Bahkan dari pupuk urin dan kompos

bisa menjadi penghasilan utama peternak.

Sesi kedua berupa praktek langsung. Pertama pembuatan POC danbio-

pestisida alami(Lampiran 9). Bahan-bahan yang digunakan berupa urine sapi

sebagai bahan utama yang ditampung ke dalam tong. Bahan pendukung berupa

mikrobia starter dan molases. Untuk menjadikan sebagai pestisida alami, maka

ditambah beberapa bahan yaitu empon-empon antara lain jahe, kunyit,

temulawak dan daun sirih. Bahan-bahan tambahan dilumatkan dengan cara

ditumbuk, setelah halus dimasukkan ke dalam tong berisi urine, bahan lain

berupa mikrobia starter dan molases dimasukkan juga. Setelah semua masuk ke

dalam tong dilanjutkan dengan pengadukan sekitar 3 menit dan ditutup. Setiap

hari dilakukan pengadukan selama 3 menit selama 7 hari. Pada hari ke21 pupuk

urine siap digunakan. Kedua adalah praktek pembuatan pupuk kompos. Yang

dipersiapkan adalah kotoran sapi yang sudah diangin-anginkan. Mikrobia starter

dan molases serta air secukupnya. Mikrobia starter dan molases dicampur ke

dalam air dan didiamkan selama 30 menit. Selanjutkan diencerkan lagi dan

disiramkan ke kotoran sapi secara merata. Kotoran sapi dibalik-balik supaya

merata dan kelembaban 60%. Selanjutnya ditutup dengan terpal. Proses

pengomposan yang sempurna selama 21 hari dan setiap minggu dibalik-balik

supaya pengomposan merata.

Page 79: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

63

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Kelurahan Rimbo Kedui Kabupaten Seluma sesuai untuk pelaksanaan kegiatan

bioindustriberbasis integrasi padi-sapi yang diindikasikan oleh luas

persawahan 395 ha, jumlah ternak sapi 310 ekor, ketersediaan alsintan (RMU,

5 unit), infrastuktur, SDM petani, tingkat adopsi > 70%, serta kelembagaan

tani dan kelembagaan pendukungnya.

2. Sudah terbentuk satu kawasan bioindustri berbasis integrasi padi - sapi yang

bergerak pada bidang produksi, pengolahan dan pemasaran hasil yang

dikelola oleh Gapoktan Rimbo Jaya dengan dukungan 7 kelompok tani.

3. Kompetensi sumber daya manusia di Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan)

Rimbo Jayakelompok tani serta petugas telah meningkat dan mampu untuk

menerapkan inovasi teknologi pertanian (budidaya padi aromatik, instalasi

biogas, biourine, kompos, pakan, perkandangan dan pemeliharaan ternak).

4. Peran Gapoktan telah meningkat dengan diversifikasi produk (beras sehat

aromatik, biopestisida, biofertilizer dan kompos padat) dan perluasan jaringan

pemasaran produk bioindustrin

5. Integrasi padi-sapi mampu meningkatkan efisiensi penggunaan biaya budidaya

padi organik sebesar Rp. 5.320.000/musim tanam atau menekan biaya sekitar

43,77% dari sebelum integrasi Rp. 12.153.800 menjadi Rp. 6.833.800, untuk

yang semi organik Rp. 3.585.000/musim tanam atau menekan biaya 34,21%

dari sebelum integrasi Rp. 10.478.800 menjadi Rp. 6.893.800 serta

meningkatkan pendapatan peternak dengan cukup signifikan yaitu Rp.

870.000/bulan.

5.2 Saran

Diperlukan evaluasi teknologi budidaya padi organik dikaitkan dengan

populasi ternak, luas areal, serapan pasar, produktivitas dan kualitas beras

yang dihasilkan.

Diperlukan studi preferensi konsumen terhadap produk organik, kemasan dan

mutu produk dari pertanian Bioindustri yang berbassis padi - sapi.

Perlu pendampingan yang kuat terhadap Gapoktan untuk mampu menjadi

pengelola/ managing model pertanian bioindustri baik melalui berbagai

Page 80: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

64

pelatihan dan study banding untuk meningkatkan kinerja Gapoktan dan

perluasan jaringan kerjasama khususnya pemasaran.

Peran quatrohelix perlu lebih diintensifkan untuk mewujudkan model sistem

pertanian bioindustri pada kawasan agribisnis spesifik lokasi yang inovatif,

mandiri, profit oriented, ramah lingkungan dan berkelanjutan

Page 81: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

65

KINERJA HASIL

Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis Integrasi Padi – Sapi

Spesifik Lokasi di Provinsi Bengkulu yang dilaksanakan di Desa Rimbo Kedui

Kecamatan Seluma Selatan, Kabupaten Seluma direspon dengan baik oleh petani

kooperator. Kegiatan yang telah dilaksanakan meliputi :

1. Participatory Rural Apraisal (PRA).

2. Penumbuhan model sistem pertanian bioindustri berbaasisi integrasi padi -

sapi.

3. Budidaya padi aromatik pada sawah irigasi seluas 25 hektar.

4. Perbaikan kandang dan pemeliharaan sapi.

5. Peningkatan efisiensi usaha tani padi - sapi.

6. Pembuatan tempat prosesing pakan dan kompos.

7. Pembuatan Instalasi Biogas.

8. Pembuatan Instalasi prosesing biourine.

9. Inventarisasi RMU, kinerja mesin dan tenaga pengelolanya.

10. Analisa gabah, beras , tanah dan kompos.

11. Desain dan pengadaan kemasan produk-produk bioindustri.

12. Pembinaan dan penguatan peran lembaga pelaksana dan pendukung model

pertanian bioindustri.

13. Penyebarluasan inovasi teknologi dalam percepatan model sistem pertanian

bioindustri melalui display, temu lapang, sosialisasi, launching produk,

pelatihan, penyusunan dan distribusi bahan informasi berupa leaflet 12 judul

sebanyak 1536 eksemlpar.

Hasil kegiatan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Kelurahan Rimbo Kedui Kabupaten Seluma sesuai untuk pelaksanaan kegiatan

bioindustri berbasis integrasi padi - sapi yang diindikasikan oleh luas

persawahan 395 ha, jumlah ternak sapi 310 ekor, ketersediaan alsintan (RMU,

5 unit), infrastuktur, SDM petani, tingkat adopsi > 70%, serta kelembagaan

tani dan kelembagaan pendukungnya.

2. Sudah terbentuk satu kawasan bioindustri berbasis integrasi padi - sapi yang

bergerak pada bidang produksi, pengolahan dan pemasaran hasil yang

dikelola oleh Gapoktan Rimbo Jaya dengan dukungan 7 kelompok tani.

Page 82: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

66

3. Pertanian bioindustri padat dengan implemantasi inovasi teknologi dan

peningkatan SDM petani serta petugas dilakukan melalui berbagai kegiatan

advokasi, display (budidaya padi aromatik 21 ha, instalasi biogas, biourine,

kompos, pakan, perkandangan, pemeliharaan ternak), pelatihan, sosialisasi,

temu lapang, pendistribusian bahan informasi.

4. Peran kelembagaan setempat ditingkatkan melalui keterlibatannya dalam

kegiatan pertanian bioindustri dari aspek produksi, pengolahan hasil dan

pemasaran untuk mewujudkan kawasan agribisnis yang mandiri, profit

oriented, ramah lingkungan dan berkelanjutan.

5. Integrasi mampu meningkatkan pendapatan peternak dengan cukup signifikan

yaitu Rp. 870.000/bulan, serta meningkatkan efisiensi penggunaan biaya

budidaya padi organik sebesar Rp. 5.320.000/musim tanam atau menekan

biaya sekitar 43,77%, untuk yang semi organik Rp. 3.585.000/musim tanam

atau menekan biaya 34,21%.

Page 83: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

67

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M.H., Yusuf, M., Syamsu, A.J. Prospek Pengembangan PeternakanBerkelanjutan Melalui Sistem Integrasi Tanaman-Ternak Model Zero Wastedi Sulawesi Selatan.

Badan Litbang Pertanian. 2002. Panduan Teknis Sistem Integrasi Padi-Ternak.Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.Jakarta.

Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu. 2013. Provinsi Bengkulu dalam Angka.Bengkulu. BPS Provinsi Bengkulu.

Balai Penelitian Tanah. 2005. Petunjuk Teknis Analisis Kimia Tanah, Tanaman, airdan Pupuk. Bogor. Balai Penelitian Tanah.

Basri, E., Pujiharti, Y., dan Silalahi, M. Peranan Ternak Sapi dalam SistemUsahatani Tanaman Padi Sawah di Tulang Bawang. Balai PengkajianTeknologi Pertanian Lampung.

Daryanti, S., Arifin, M., dan Sunarso. 2002. Respon Produksi Sapi PeranakanOngole Terhadap Aras Pemberian Konsentrat dan Pakan Basal Jerami PadiFermentasi. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi dalamMendukung Agribisnis. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian YogyakartaKerjasama dengan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Hal. 263 –268.

Direktorat Pengelolaan Lahan, 2009. Pedoman Teknis Perbaikan Ke-suburanLahan Sawah Berbasis Jerami. Dir. Pengelolaan Lahan, Dirjen PLA, Deptan.

Fairhurst, T. dan C. Witt. 2005. Rice. A Practical Guide to NutrientManagement.Potash & Phos-phate Institute (PPI), Potash & PhosphateInstitute of Canada (PPIC), and International Rice Research Institute(IRRI).

Gunawan dan Talib C. 2014. Potensi Pengembangan Bioindustri dalam SIstemIntegrasi Sapi Sawit. Wartazoa Vol. 24 No. 2, 2014: 67 – 74.

Haryanto, Budi. 2002. Panduan Teknis Sistem Integrasi Padi-Ternak. BadanPenelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.

Haryanto, Budi. 2009. Inovasi Teknologi Pakan Ternak dalam Sistem IntegrasiTanaman-Ternak Bebas Limbah Mendukung Upaya Peningkatan ProduksiDaging. Pengembangan Inovasi Pertanian 2 (3), 2009: 163 – 176.

Hidayati, Y.A. 2010. Pengaruh Campuran Feses Sapi Potong dan Feses KudaPada Proses Pengomposan Terhadap Kualitas Kompos. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan Mei 2010, Vol. XIII, No.6.

Kushartono, Bambang. 2001. Teknik Penyimpanan dan Peningkatan KualitasJerami Padi dengan Cara Amoniasi. Buletin Ternak Pertanian Vol. 6 Nomor2, 2001 81.

Prasetiyono, B.W H.E. Suryahadi, T Toharmat, R Syarief. 2007.StrategiSuplementasi Protein Ransum Sapi Potong Berbasis Jerami dan Dedak Padi,Journal of Animal Science and Technology, Strategi Suplementasi ProteinRansum Sapi Potong Berbasis Jerami dan Dedak Padi, Vol.30, No.3, 2007,ISSN: 0126-0472

Preston L. 2005. Feed Composition Tables. http://Beef-Mag.com/Mag/Beef Feed.Composi tion Tables.

Page 84: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

68

Martawidjaja.M.2003. Pemanfaatan Jerami Padi Sebagai Pengganti Rumputuntuk Ternak Ruminansia Kecil.Wartazoa Vol.13 no.3.hal.119-127.

SIPP. 2013. Strategi Induk Pembangunan Pertanian 2013 – 2045 : MembangunPertanian-Bioindustri Berkelanjutan. Sidang Kabinet Terbatas. Jakarta.

Sutrisno, C.I. 2006. Peningkatan Kualitas Jerami Sebagai Pakan (cited 2006 Des10). http://www.dikti.org/p3m/abstrakHB/abstrakHBO5.pdf. Diakses 4Januari 2010.

Trisnadewi. 2011. Peningkatan Kualitas Jerami Padi Melalui Penerapan TeknologiAmoniasi Urea Sebagai Pakan Sapi Berkualitas di Desa Bebalang KabupatenBangli. Udayana Mengabdi 10 (2): 72 – 74.

Widowati, Sri. Pemanfaatan Hasil Samping Penggilingan Padi dalam MenunjangSistem Agroindustri di Pedesaan. Buletin AgroBio 4(1): 33 – 38.

Wina. E. 2005. Teknologi pemanfaatan mikroorganis-me dalam pakan untukmeningkatkan produktivitas ternak ruminansia di Indonesia : SebuahReview. Wartazoa. Vol 15 (4): 173-183

Wiyono A. 1989. Potensi Jerami Padi Sebagai pakan Ternak. Poultry IndonesiaX. 118: 42 – 46.

Yunilas. 2009. Bioteknologi jerami padi melalui fermentasi sebagai bahan pakanternak ruminansia. Universitas Sumatera Utara.

Zulbardi, Kusnadi, U, dan Thalib, A. 2001. Pemanfaatan Jerami Padi Bagi UsahaPemeliharaan Sapi Peranakan Onggole di Daerah Irigasi Tanaman Padi.Seminar Nasional Teknologi Petrenakan dan Veteriner.

Page 85: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

69

ANALISIS RISIKO

Analisis risiko diperlukan untuk mengetahui berbagai risiko yang

mungkin dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan pengkajian. Dengan mengenal

risiko, penyebab, dan dampaknya maka akan dapat disusun strategi ataupun

cara penanganan risiko baik secara antisipatif maupun responsif (Tabel 17 dan

Tabel 18).

Tabel 17. Daftar Risiko dan Dampak Pengkajian Model Sistem PertanianBioindustri Berbasis Integrasi Padi-Sapi Spesifik Lokasi di ProvinsiBengkulu Tahun 2015.

No. Resiko Penyebab Dampak

1. Karakteristik lokasidan kebutuhan inovasitidak sesuai denganrencana pengkajian

Jumlah dan keragaanternak sapi dan padikurang tersedia

Data yang diperolehtidak sesuai denganyang diperlukan

2. Penguatankelembagaan tidakdapat dilaksanakan

- Kurangnya jumlahSDM kelompok yangkompeten.

- Kurangnyapengetahuankelompok mengenaikelembagaan.

Model kelembagaanpengkajian tidakdapat terbentuk

3. Model sistempertanian bioindustrispesifik lokasi yangdibentuk tidakdiadopsi olehkelompok

- Tingkat pengetahundan persepsi kelompokmasih sangat rendah.

- Tidak tersediaagroekosistem yangserupa.

Model sistempertanian bioindustrispesifik lokasi yangdibentuk tidakberkembang dalamkawasan

Page 86: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

70

Tabel 18. Daftar Penanganan Resiko Pengkajian Model Sistem PertanianBioindustri Berbasis Integrasi Padi-Sapi Spesifik Lokasi di ProvinsiBengkulu Tahun 2015.

No. Risiko Penyebab Penanganan

1. Karakteristik lokasidan kebutuhan inovasitidak sesuai denganrencana pengkajian

Jumlah dan keragaanternak sapi dan padikurang tersedia

Dilakukan surveilokasi pengkajiandenganmenggunakanmetode RRA (RapidRural Appraisal)

2. Penguatankelembagaan tidakdapat dilaksanakan

- Kurangnya jumlahSDM kelompok yangkompeten.

- Kurangnyapengetahuankelompok mengenaikelembagaan

Peningkatan perandan perilakukelompok dalamkelembagaan melaluipelatihan

3. Model sistempertanian bioindustrispesifik lokasi yangdibentuk tidakdiadopsi olehkelompok

- Tingkat pengetahundan persepsikelompok masihsangat rendah.

- Tidak tersediaagroekosistem yangserupa

Diseminasi modelsistem pertanianbioindustri spesifiklokasi yang dibentukdengan metode danmedia penyuluhanyang efektif denganmelibatkan petanisecara aktif mulai daritahap perencanaan.

Page 87: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

71

JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

Tabel 19. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Pengkajian Model Sistem PertanianBioindustri Berbasis Integrasi Padi-Sapi Spesifik Lokasi di ProvinsiBengkulu Tahun 2015.

KegiatanWaktu Pelaksanaan Bulan ke

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1. Perbaikan Proposal

2. Koordinasi dan Identifikasi

- Koordinasi ke BBP2TP, BBPadi, Balitnak, Balingtan,Komisi Pupuk danpestisida, BB Mektan

- Koordinasi ke Dinasterkait (Bappeda, DinasPertanian, Dinas Koperasi,Dinas Perdagangan danperindustrian, POM, BP4K,Dinas Lingkungan Hidup,pedagang beras, KTNA)

3. Pelaksanaan lapangan

4. Pengolahan/Analisis data

5. Pembuatan laporan akhir

6. Seminar hasil

Page 88: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

72

PEMBIAYAAN

Tabel 20. Pembiayaan Kegiatan Pengkajian Model Sistem Pertanian BioindustriBerbasis Integrasi Padi-Sapi Spesifik Lokasi di Provinsi BengkuluTahun 2015.

No. JenisPengeluaran VolumeHargaSatuan

(Rp.000)

Biaya(Rp.000)

1 Belanja Bahan 265.130 Benih, saprodi, dan bahan pendukung

kegiatan1 tahun 238.000 238.000

ATK, komputer suply dan pelaporan 1 tahun 6.630 6.630 Pencetakan bahan informasi 1 tahun 6.500 6.500 Konsumsi dalam rangka pertemuan, temu

lapang, apresiaisi280 OH 50 14.000

2 Honor yang terkait dengan Output Kegiatan 27.500 UHL Petani 500 OH 35 17.500 Honor Petugas Lapang 100 OH 100 10.000

3 Belanja Barang Non Operasional Lainnya 7.000 Analisa laboratorium 1 keg 7.000 7.000

4 Belanja Jasa Profesi 10.000 Narasumber, pengarah, evaluator 20 OJ 500 10.000

5 Belanja Perjalanan Biasa 130.000 Perjalanan dalam rangka pelaksanaan

kegiatan (berkisar antara Rp. 365.000 s/d Rp.5.000.000)

26 OP 5.000 130.000

6 Belanja Perjalanan Dinas Dalam Kota 5.500 Perjalanan dalam rangka pelaksanaan

kegiatan50 OH 110 5.500

7 Belanja Perjalanan Dinas Paket meeting LuarKota

10.000

Uang harian dan transport perjalanan ke luarpropinsi/pusat dalam rangka pelaksanaan

2 OH 2.900 5.800

Penginapan perjalanan ke luar Provinsi/pusatdalam rangka pelaksanaan kegiatan

6 OP 700 4.200

Jumlah 455.130

Page 89: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

73

a. Realisasi

Tabel 21. Realisasi Keuangan Kegiatan Pengkajian Model Sistem PertanianBioindustri Berbasis Integrasi Padi-Sapi Spesifik Lokasi di ProvinsiBengkulu Tahun 2015.

No. JenisPengeluaran VolumeTotal

Anggaran(Rp.000)

RealisaiAnggaran(Rp.000)

1 Belanja Bahan 265.130 258.025 Benih, saprodi, dan bahan pendukung

kegiatan1 tahun 238.000 237.924

ATK, komputer suply dan pelaporan 1 tahun 6.630 4.651 Pencetakan bahan informasi 1 tahun 6.500 1.100 Konsumsi dalam rangka pertemuan, temu

lapang, apresiaisi280 OH 18.000 14.350

2 Honor yang terkait dengan Output Kegiatan 27.500 27.500 UHL Petani 500 OH 17.500 17.500 Honor Petugas Lapang 100 OH 10.000 10.000

3 Belanja Barang Non Operasional Lainnya 7.000 5.043 Analisa laboratorium 1 keg 7.000 5.043

4 Belanja Jasa Profesi 6.000 3.000 Narasumber, pengarah, evaluator 20 OJ 6.000 3.000

5 Belanja Perjalanan Biasa 130.000 120.627 Perjalanan dalam rangka pelaksanaan

kegiatan (berkisar antara Rp. 365.000 s/d Rp.5.000.000)

26 OP 130.000 120.627

6 Belanja Perjalanan Dinas Dalam Kota 5.500 1.210 Perjalanan dalam rangka pelaksanaan

kegiatan50 OH 5.500 1.210

7 Belanja Perjalanan Dinas Paket meeting LuarKota

10.000 8.346

Uang harian dan transport perjalanan ke luarpropinsi/pusat dalam rangka pelaksanaan

2 OH 5.800 5.678

Penginapan perjalanan ke luar Provinsi/pusatdalam rangka pelaksanaan kegiatan

6 OP 4.200 2.668

Jumlah455.130 403.650

Page 90: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

74

TENAGA DAN ORGANISASI PELAKSANAAN

Tenaga yang terlibat dalam kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri

Berbasis Integrasi Padi – Sapi Spesifik Lokasi di Provinsi Bengkulu terdiri atas

peneliti, penyuluh dan teknisi dengan latar belakang pendidikan yang beragam

antara lain bidang agronomi, peternakan, pasca panen dan administrasi(Tabel 7).

Tabel 22. Tenaga Pelaksana Kegiatan Pengkajian Model Sistem PertanianBioindustri Berbasis Integrasi Padi-Sapi Spesifik Lokasi di ProvinsiBengkulu Tahun 2015.

Nama lengkap Instansi/Unit kerja

JabatanFungsional Uraian Tugas Alokasi Waktu

(jam/minggu)

Dr. Wahyu Wibawa, MP BPTPBengkulu

Peneliti Muda Mengkoordinir Pelaksanakegiatan model sistempertanian bioindustri integrasipadi-sapi spesifik lokasi

5

Ir. Ahmad Damiri, M.Si BPTPBengkulu

PenyuluhPertanianMadya

Mengkoordinir pelaksanaankegiatan model sistempertanian bioindustri integrasipadi-sapi spesifik lokasi

5

Yong Farmanta, SP, M.Si BPTPBengkulu

Peneliti Pertama Mengkoordinir pelaksanaankegiatan model sistempertanian bioindustri integrasipadi-sapi spesifik lokasi

5

Harwi Kusnadi, S.Pt BPTPBengkulu

Peneliti Pertama Membantu pelaksanaankegiatan model sistempertanian bioindustri integrasipadi-sapi spesifik lokasi

5

Irma Calista Siagian,A.Md, ST

BPTPBengkulu

Peneliti Pertama Membantu pelaksanaankegiatan model sistempertanian bioindustri integrasipadi-sapi spesifik lokasi

5

Taupik Rahman, S.SI BPTPBengkulu

PNK Membantu pelaksanaankegiatan model sistempertanian bioindustri integrasipadi-sapi spesifik lokasi

5

Ujang Hamidi BPTPBengkulu

Teknisi Membantu pelaksanaankegiatan model sistempertanian bioindustri integrasipadi-sapi spesifik lokasi

5

Ahyadi Ja`far BPTPBengkulu

Teknisi Membantu pelaksanaankegiatan model sistempertanian bioindustri integrasipadi-sapi spesifik lokasi

5

Hendri Suyanto BPTPBengkulu

Teknisi Membantu pelaksanaankegiatan model sistempertanian bioindustri integrasipadi-sapi

5

Page 91: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

75

Lampiran 1. Hasil Analisa Tanah sawah awal dan saat panen pada pengkajian tahun 2015

Page 92: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

76

Page 93: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

77

Lampiran 2. Hasil Analisa Kompos

Page 94: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

78

Lampiran 3. Caplak Roda untuk percepatan adopsi Jarwo 2 : 1

Page 95: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

79

Page 96: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

80

Page 97: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

81

Lampiran 4. Serangan penyakit blast pada fase vegetatif

Page 98: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

82

Lampiran 5. Kondisi kandang sebelum renovasi dan proses renovasi

Page 99: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

83

Page 100: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

84

Page 101: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

85

Lampiran 6. Tempat pembuatan kompos dan pakan ternak

Page 102: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

86

Lampiran 7. Hasil Identifikasi RMU di Desa Rimbo Kedui dan Sekitarnya di Kabupaten Seluma.

No. KegiatanNama Pemilik RMU

Akral Edi Mirzan Wagiman Mispan1. Kepemilikan RMU Kelompok

Gapoktan RimboJaya

Pribadi Pribadi Pribadi Pribadi

2. Spesifikasi Alat RMU Tahun Pengadaan/ operasional Hanya untuk menggiling

Kegunaan alat

Bahan bakar yang digunakan

Merk Yong Dong-ICHO tahun 2012dari DinasPertanianUntuk menggilingdan mensosohSolar 8 liter/ 6jam

Merk SATAKETahun 2011

Untuk menggilingdan mensosohSolar 15 Liter/8 jam

Merk AgrindoJanuari 2015

Untuk menggilingdan mensosohSolar 15 Liter/8jam

Merk Yong Dong-ICHO tahun 2005

Untuk menggilingdan mensosoh

Solar 15 liter/6jam

Merk MITSUBISHITahun 2000

Untuk menggilingdan mensosoh

Solar 16 liter/4jam

3. Kapasitas RMU Gabah yang dibutuhkan untuk

sekali operasional Waktu yang dibutuhkan untuk satu

kali operasional dalam 1 hari

6 ton

6 jam/ hari

5 ton

8 jam/ hari

7 ton

6 jam/ hari

2 ton

6 jam/ hari

2 ton

4 jam/ hari

4. Produk Sampingan (by product)Yang dihasilkan dimanfaatkan untuk apasaja : Dedak

Beras patah/ menir

15% dari jumlahgabah; harga jualRp.1.000-1.500/kgDimanfaatkanuntuk pakanayam

<1%

15% dari jumlahgabah; harga jual Rp.1.000 -1.500/kgDimanfaatkan untukpakan ayam2 kg dari 5 ton

Untuk pupuk, dibakar

15% dari jumlahgabah; harga jualRp. 1.000 -1.500/kgDimanfaatkanuntuk pakan ayam5 kg dari 1 tonGKGUntuk pupuk,

15% dari jumlahgabah; harga jualRp. 1.000 -1.500/kgDimanfaatkanuntuk pakanayam3 kg dari 2 tonGKG

15% dari jumlahgabah; harga jualRp. 1.000 -1.500/kgDimanfaatkanuntuk pakan ayam<1%

Untuk pupuk,

Page 103: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

87

SekamUntuk pupuk,dibakar

dibakar Untuk pupuk,dibakar

dibakar

5. Operasional RMU 2 – 4 ton gabah/bulanMusim panen 10ton/minggu

2 – 3 karung/ hari2 kali dalam 1minggu

Tidak tentu, adapermintaandilayani

Saat musimpanen saja

Bila ada penggunajasa

6. Tenaga kerja operasional RMU mulai daripenggilingan hingga pengemasanproduk beras , upah pekerja operasionalmesin/ hari

2-4orang, upah15% darikeuntungan

Untuk jasa 13:1(12 pemilik beras,1 bagian jasaRMU)

3 orang, 1/3 RMU;1/3 Karyawan; 1/3operasional.Untuk jasa 11:1 (10pemilik beras, 1bagian jasa RMU)

4 orang bagi 3,1/3 RMU; 1/3Karyawan; 1/3operasional.Untuk jasa 11:1(10 pemilik beras,1 bagian jasaRMU)

3 orang, 1/3RMU; 1/3Karyawan; 1/3operasional.Untuk jasa 11:1(10 pemilik beras,1 bagian jasaRMU)

2 orang bagi 3,1/3 RMU; 1/3Karyawan; 1/3operasional.Untuk jasa 11:1(10 pemilik beras,1 bagian jasaRMU)

7 Cara mendapatkan bahan baku dengancara pasif/ aktif : Aktif : mengambil/ membeli bahan

baku dari lahan petani/ dari rumahpetani

Pasif : menunggu pengguna

Aktif, diambildilahan dan dirumah dalambentuk GKP

Aktif, diambil dilahandan di rumah dalambentuk GKP

Aktif, diambildilahan dan dirumah dalambentuk GKP

Aktif, diambildilahan dan dirumah dalambentuk GKP

pasif

8 Membeli bahan baku gabah dalambentuk GKP/ GKG

Upah menjemur gabah

Harga bahan baku padi sudahditetapkan atau mengikuti hargasekarang

GKP harga Rp.3700 – 4500/kgRp. 3.000/karungsiap gilingMengikuti hargapasar

GKP harga Rp. 3700– 4500/kgRp. 3.000/karungsiap gilingMengikuti hargapasar

GKP harga Rp.3700 – 4500/kgRp. 3.000/karungsiap gilingMengikuti hargapasar

GKP harga Rp.3700 – 4500/kgRp. 3.000/karungsiap gilingMengikuti hargapasar

GKP harga Rp.3700 – 4500/kgRp. 3.000/karungsiap gilingMengikuti hargapasar

9 Jalur pemasaran beras Pasar tradisional Permintaan ke Permintaan ke Jual di RMU Jual di RMU Jual di RMU

Page 104: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

88

Pedagang pengumpul Dijual/ didrop langsung ke toko atau

pasar

kantor – kantor(o,5ton/minggu\diantar)

Ke bengkulu,kepahiang,seluma sesuaipermintaansetiap antar 1ton beras

Bengkulu,Kepahiang,Seluma, Curup.

DiambilPedagangpengumpul

DiambilPedagangpengumpul

Jual ke tokomilik sendiri

10 Penjualan dalam bentuk : Curah/ karung/ packing/ kemasan Kemasan yang dipasarkan berapa

kg…. Kemasan dari plastik/….. Kemasan sudah bermerk/ belum….. Harga beras perkemasan yang

dipasarkan

Packing PlastikBer-Merk“GapoktanRimbo Jaya”

Kemasan 16 Kg(1 Kaleng)

Harga Rp.140.000 BerasInpari 23

Harga Rp.130.000 BerasCigeulis.

Modal KemasanRp.2.700,-/lbr

Packing Plastiktidak bermerk

Kemasan plastikkarung isi 64 kguntuk luarkabupaten.

Beras dijualberdasarkan mutupenampakan :keutuhan biji; bijimengkilapsedangkan varietastercampur(cigeulis, IR 64,CIherang,Mekongga).

HargaRp.130.000/kaleng

Packing Plastiktidak bermerk

Beras dijualberdasarkanmutupenampakan :keutuhan biji;biji mengkilapsedangkanvarietastercampur(cigeulis, IR 64,CIherang,Mekongga).

HargaRp.125.000/kaleng

Packing Plastiktidak bermerk

Beras dijualberdasarkanmutupenampakan :keutuhan biji;biji mengkilapsedangkanvarietastercampur(cigeulis, IR64, CIherang,Mekongga).

HargaRp.127.500/kaleng

Packing Plastiktidak bermerk

Beras dijualberdasarkanmutupenampakan :keutuhan biji;biji mengkilapsedangkanvarietastercampur(cigeulis, IR 64,CIherang,Mekongga).

HargaRp.127.500/kaleng

Page 105: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

89

Lampiran 8. SNI 6128-2008 tentang mutu beras

No. Komponen Mutu Satuan Mutu Mutu Mutu Mutu MutuI II III IV V

1 Derajat sosoh (min) (%) 100 100 95 95 852 Kadar air (maks) (%) 14 14 14 14 153 Butir Kepala (min) (%) 95 89 78 73 604 Butir Patah (maks) (%) 5 10 20 25 355 Butir Menir (maks) (%) 0 1 2 2 56 Butir merah (maks) (%) 0 1 2 3 37 Butir kuning/ rusak

(maks)(%) 0 1 2 3 5

8 Butirmengapur(maks)

(%) 0 1 2 3 5

9 Benda Asing (maks) (%) 0 0,02 0,02 0,05 0,210 Butir gabah (maks) (butir/100gr) 0 1 1 2 3

Page 106: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

90

Lampiran 9. Temu lapang panen padi aromatik 2015

Page 107: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

91

Lampiran 10. Sosialisasi dan teknis pertanaman serta teknis budidaya SistemPertanian Bioindustri

Page 108: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

92

Page 109: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

93

Lampiran 11. Sosialisasai dan Pelatihan Bioindustri tahun 2015

Page 110: MODEL SISTEM PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/laphir/2015/bioindus... · Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai

94