MODEL SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN DI WILAYAH …

9
Seminar Nasional “Akselerasi Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi Mendukung Ketahanan Pangan di Wilayah Kepulauan” BPTP Maluku - Pemda Prov. Maluku - Universitas Pattimura 120 MODEL SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN DI WILAYAH PULAU-PULAU KECIL RHONY E. RIRIHENA Fakultas Pertanian UNPATTI - Ambon ABSTRAK Ketersediaan lahan usaha pertanian yang memadai untuk dapat mengakses ketersediaan pangan sehingga dapat menjamin keberlangsungan hidup maupun keutuhan pulau merupakan prinsip yang tidak dapat diganggu gugat bagi masyarakat penghuni wilayah kepulauan (terutama pulau-pulau kecil). Akan sangat bijaksana, jika pengambil keputusan di wilayah kepulauan seperti di Provinsi Maluku ingat dan mampu untuk merancang satu sistem pertanian yang sesuai dengan karakteristik wilayah pulau-pulau kecil. Berdasarkan karakteristik dan sosio-kultur wilayah kepulauan maka sepatutnya sistem pertanian yang dikembangkan adalah sistem pertanian yang berkelanjutan (Sustainable Agriculture in Small Islands (“SASI”). Penerapan “SASI” secara optimal di pulau-pulau kecil di provinsi Maluku merupakan satu tindakan adaptasi terhadap ancaman perubahan iklim global. Beberapa model “SASI” yang dapat dikembangkan antara lain: Agroforestry-Dusun, Pertanian Organik, Agrosilvopastur dan LEISA. Kata Kunci : Agrosilvopastur, Agroforestry-Dusun, LEISA, Pulau kecil, , Pertanian Organik, dan“SASI”. PENDAHULUAN Pulau-pulau kecil merupakan satu kawasan yang kurang mendapat perhatian dalam pengelolaannya terutama pengelolaan yang terintegrasi (Integrated Management Planning). Kawasan pulau-pulau kecil baru mulai mendapat perhatian International setelah diadakannya KTT Bumi di Rio de Janeiro, Agenda 21 (1992), yang mulai melirik pentingnya menyusun kebijakan pembangunan berkelanjutan di negera-negara pulau kecil. Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan. Selanjutnya, pada tingkat provinsi, khususnya bagi provinsi Maluku yang sedang berjuang untuk mendapatkan legitimasi sebagai provinsi kepulauan. Jika legitimasi ini terwujud, pertanyaannya: Bagaimana pengelolaan provinsi kepulauan itu dalam perspektif pertanian? Dengan kata lain, kontribusi apakah yang dapat diberikan oleh sektor pertanian dalam arti luas (pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan) untuk sasaran jangka panjang bagi kelangsungan hidup manusia pulau diprovinsi kepulauan Maluku? Pengembangan sektor pertanian di wilayah kepulauan seperti provinsi Maluku, tidak dapat dipisahkan dari karakteristik pulau kecil. Pulau kecil memiliki luas daratan yang kecil, topografi yang kompleks, catchment area yang kecil. Disisi lain, pulau kecil secara ekologis sangat rentan (fragile) terhadap setiap perubahan akibat aktivitas manusia terutama aktivitas disektor pertanian. Berbagai kegiatan pertanian di daratan seperti pembukaan hutan, penggunaan bahan kimia (pupuk, pestisida), eksploitasi sumerdaya daratan lainnya, akan berdampak langsung terhadap daratan maupun laut dan pesisir yang pada akhirnya berdampak pada manusia penghuni pulau. Isu perubahan iklim global yang berakibatkan pada pemanasan global sudah harus diantisipasi di wilayah pulau-pulau kecil. Pemanasan global menjadi ancaman serius bagi sektor pertanian. Iklim menjadi kacau, tanah menjadi kering, debit air menurun, musim tanaman menjadi tidak menentu, yang pada gilirannya menurunkan produktivitas pertanian. Produktivitas pertanian anjlok akan mengancam ketahanan pangan, yang selanjutnya mengancam kualitas sumberdaya manusia. Untuk wilayah kepulauan seperti provinsi Maluku, yang dominan pulau-pulau kecil ancaman yang paling mengerikan adalah naiknya muka laut yang dapat menenggelamkan pulau. Majalah Time (edisi 1 Oktober 2007), memperlihatkan lapisan es di Kutub Utara menyusut lebih dari 20% dalam 25 tahun terakhir. Pencairan es ini akan terus

Transcript of MODEL SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN DI WILAYAH …

Page 1: MODEL SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN DI WILAYAH …

Seminar Nasional “Akselerasi Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi Mendukung Ketahanan Pangan di Wilayah Kepulauan”

BPTP Maluku - Pemda Prov. Maluku - Universitas Pattimura120

MODEL SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN DI WILAYAHPULAU-PULAU KECIL

R H O N Y E . R I R I H E N AFakultas Pertanian UNPATTI - Ambon

ABSTRAK

Ketersediaan lahan usaha pertanian yang memadai untuk dapat mengakses ketersediaan pangan sehingga dapatmenjamin keberlangsungan hidup maupun keutuhan pulau merupakan prinsip yang tidak dapat diganggu gugat bagimasyarakat penghuni wilayah kepulauan (terutama pulau-pulau kecil). Akan sangat bijaksana, jika pengambilkeputusan di wilayah kepulauan seperti di Provinsi Maluku ingat dan mampu untuk merancang satu sistem pertanianyang sesuai dengan karakteristik wilayah pulau-pulau kecil. Berdasarkan karakteristik dan sosio-kultur wilayahkepulauan maka sepatutnya sistem pertanian yang dikembangkan adalah sistem pertanian yang berkelanjutan(Sustainable Agriculture in Small Islands (“SASI”). Penerapan “SASI” secara optimal di pulau-pulau kecil di provinsiMaluku merupakan satu tindakan adaptasi terhadap ancaman perubahan iklim global. Beberapa model “SASI” yangdapat dikembangkan antara lain: Agroforestry-Dusun, Pertanian Organik, Agrosilvopastur dan LEISA.

Kata Kunci : Agrosilvopastur, Agroforestry-Dusun, LEISA, Pulau kecil, , Pertanian Organik, dan“SASI”.

PENDAHULUAN

Pulau-pulau kecil merupakan satu kawasan yang kurang mendapat perhatian dalam pengelolaannyaterutama pengelolaan yang terintegrasi (Integrated Management Planning). Kawasan pulau-pulau kecilbaru mulai mendapat perhatian International setelah diadakannya KTT Bumi di Rio de Janeiro, Agenda 21(1992), yang mulai melirik pentingnya menyusun kebijakan pembangunan berkelanjutan di negera-negarapulau kecil.

Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan. Selanjutnya, pada tingkat provinsi, khususnya bagiprovinsi Maluku yang sedang berjuang untuk mendapatkan legitimasi sebagai provinsi kepulauan. Jikalegitimasi ini terwujud, pertanyaannya: Bagaimana pengelolaan provinsi kepulauan itu dalam perspektifpertanian? Dengan kata lain, kontribusi apakah yang dapat diberikan oleh sektor pertanian dalam arti luas(pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan) untuk sasaran jangkapanjang bagi kelangsungan hidup manusia pulau diprovinsi kepulauan Maluku?

Pengembangan sektor pertanian di wilayah kepulauan seperti provinsi Maluku, tidak dapat dipisahkandari karakteristik pulau kecil. Pulau kecil memiliki luas daratan yang kecil, topografi yang kompleks,catchment area yang kecil. Disisi lain, pulau kecil secara ekologis sangat rentan (fragile) terhadap setiapperubahan akibat aktivitas manusia terutama aktivitas disektor pertanian. Berbagai kegiatan pertanian didaratan seperti pembukaan hutan, penggunaan bahan kimia (pupuk, pestisida), eksploitasi sumerdayadaratan lainnya, akan berdampak langsung terhadap daratan maupun laut dan pesisir yang pada akhirnyaberdampak pada manusia penghuni pulau.

Isu perubahan iklim global yang berakibatkan pada pemanasan global sudah harus diantisipasi diwilayah pulau-pulau kecil. Pemanasan global menjadi ancaman serius bagi sektor pertanian. Iklim menjadikacau, tanah menjadi kering, debit air menurun, musim tanaman menjadi tidak menentu, yang padagilirannya menurunkan produktivitas pertanian. Produktivitas pertanian anjlok akan mengancamketahanan pangan, yang selanjutnya mengancam kualitas sumberdaya manusia. Untuk wilayah kepulauanseperti provinsi Maluku, yang dominan pulau-pulau kecil ancaman yang paling mengerikan adalah naiknyamuka laut yang dapat menenggelamkan pulau. Majalah Time (edisi 1 Oktober 2007), memperlihatkanlapisan es di Kutub Utara menyusut lebih dari 20% dalam 25 tahun terakhir. Pencairan es ini akan terus

Page 2: MODEL SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN DI WILAYAH …

Seminar Nasional “Akselerasi Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi Mendukung Ketahanan Pangan di Wilayah Kepulauan”

BPTP Maluku - Pemda Prov. Maluku - Universitas Pattimura 121

berlangsung hingga tinggal 20% pada tahun 2040. Saat itu Indonesia diprediksikan kehilangan lebih dari2.000 pulaunya yang tenggelam.

Di Indonesia, khususnya diwilayah pulau-pulau kecil seperti di provinsi Maluku, gejala perusakanlingkungan hidup pulau di sektor pertanian yang terjadi antara lain, adalah: (1). Eksploitasi yangberlebihan dan tidak seimbang, serta perusakan hutan alam sehingga menimbulkan banjir, erosi,mengancam penurunan kesuburan tanah, (2). Pencemaran tanah dan air akibat penggunaan bahan-bahankimia yang mengakibatkan punahnya predator alami, munculnya hama dan penyakit baru, (3). Terjadinyapencemaran air laut, perusakan hutan bakau, dan penghancuran terumbu karang serta biota laut yangmengakibatkan merosotnya hasil tangkapan, (4). Pemanfaatan sumberdaya alam secara berlebihan denganmenggunakan teknologi yang tidak tepat guna sehingga menurunkan kualitas lingkungan pulau danmengancam biodiversitas di pulau.

Untuk mengantisipasi ancamam perubahan iklim global terhadap sektor pertanian, serta mengurangitekanan terhadap sumberdaya pulau (darat dan laut), maka perlu mendapatkan satu model pertanian yangberkelanjutan di pulau-pulau kecil. Model pertanian yang berkelanjutan mutlak diterapkan di wilayahkepulauan Maluku, mengingat pentingnya keutuhan ekosistem darat dan laut untuk menopangkelangsungan hidup organisme di pulau, dan yang lebih penting lagi bagi kelangsungan hidup generasi yangakan datang. Dengan penerapan model pertanin berkelanjutan maka sektor pertanian secara langsungdapat memainkan peran penting dalam memperkaya agenda pembangunan provinsi Maluku sebagaiprovinsi kepulauan.

PERTANIAN BERKELANJUTAN

Terminologi pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) sebagai padanan istilah agroekosistempertama kali dipakai sekitar awal tahun 1980-an oleh para pakar pertanian FAO. Agroekosistem sendirimengacu pada modifikasi ekosistem alamiah dengan sentuhan campur tangan manusia untuk menghasilkanbahan pangan, serat, dan kayu untuk memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan manusia. Beberapa penelitijuga telah cukup banyak menggunakan istilah pertanian berkelanjutan (Conway, 1986; Dixon dan Fallon,1989; Firebaugh, 1990; Harwood, 1979).

Konsep pertanian berkelanjutan sebenarnya bukan sesuatu yang baru. Dilaporkan bahwa teknnikusaha tani dengan metode organik atau pertanian parmanen (organic farming) yang mengintegrasikanpengelolaan kesuburan tanah dengan sistem ekologi telah dilakukan oleh para petani di daratan Cina,Jepang, dan Korea sekitar empat abad yang lalu . Dengan demikian, isi paradigma pertanian yangberkelanjutan saat ini sebenarnya merupakan reaktualisasi untuk mencari model pengelolaan pertanian yanglestari sesuai dengan karakteristik wilayah. Untuk wilayah kepulauan seperti provinsi Maluku, yangmemiliki banyak pulau kecil, sangat perlu untuk mendapatkan model pertanian yang berkelanjutan sesuaidengan karakteristik wilayah pulau-pulau kecil. Didalam sistem pertanian berkelanjutan terdapat ajakanmoral untuk berbuat kebajikan terhadap lingkungan sumberdaya alam pulau, dengan harus memperhatikanempat aspek utama, yaitu:

(1.). Kesadaran Lingkungan

Sistem budidaya pertanian tidak boleh menyimpang dari sistem ekologis yang ada. Keseimbanganadalah indikator adanya harmonisasi dari sistem ekologis yang mekanismenya dikendalikan oleh hukumalam. Misalnya, penebangan hutan secara tidak bijaksana dapat mengancam ketersedian air tanah, banjir,erosi, ancaman terhadap kelangsungan biodiversitas di darat maupun di pesisir (coral). Sistem pertanianbernuansa ekologis harus mengintegrasikan sistem ekologis secara luas dan memusatkan perhatin padaupaya konsrvasi sumberdaya pertanian. Dalam prakteknya, penyimpangan terhadap prinsip-prinsip ekologihanya akan memberikan dampak negatif bagi keseimbangan lingkungan.

Page 3: MODEL SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN DI WILAYAH …

Seminar Nasional “Akselerasi Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi Mendukung Ketahanan Pangan di Wilayah Kepulauan”

BPTP Maluku - Pemda Prov. Maluku - Universitas Pattimura122

(2). Bernilai Ekonomi

Sistem budidaya pertanian harus mengacu pada pertimbangan untung-rugi, untuk tujuan jangkapendek maupun jangka panjang, serta bagi organisme dalam sistem ekologi. Motif-motif ekonomi sajatidak cukup menjadi alasan pembenaran untuk mengeksploitasi sumberdaya pertanian secara tidakbertanggungjawab. Sistem pertanian harus secara rasional mampu menjamin kehidupan ekonomi yanglebih baik bagi keluarga petani, minimal usaha pertanian harus mampu memberikan akses terhadapkecukupan pangan dan kebutuhan dasar lainnya. Kelayakan secara ekonomi juga berarti aktivitas pertanianharus mampu menekan biaya eksternal sehingga tidak merugikan masyarakat dan ligkungan.

(3). Sosial dan Kemasyarakatan

Sistem pertanian harus selaras dengan norma-norma sosial dan budaya yang dijunjung masyarakat.Masing-masing daerah (satu pulau atau gugusan pulau) memiliki kekayaan pengetahuan lokal spesifik dantatanan adat dibidang pertanian. Sistem pertanian yang diterimah secara sosial sangat menjujung hak-hakindividu petani, baik selaku pelaku utama maupun sebagai bagian dari anggota sistem masyarakat secarakesluruhan. Sistem masyarakat pertanian mampu mengakses sumber-sumber informasi, pasar, ataupunkelembagaan pertanian.

Perlakuan pelayanan pemerintah tidak dapat dibedakan atas dasar jenis kelamin, status, agama, ataupunetnis tertentu. Sistem sosial juga harus menjamin keberlanjutan pertanian antar generasi, dengan keyakinanbahwa generasi sekarang menitipkan dan mewariskan pulau ini kepada generasi yang akan datang.

(4). Pendekatan Sistem secara Holistik.

Sistem pertanian harus berbasis pandangan keilmuan yang holistic dengan pendekatan multidisiplindengan memasukan semua unsur biotik, sosial, budaya, dan politik.Sistem pertanian juga harusmempertimbangkan interaksi dinamis antara kegiatan pertanian sendiri (on farm) dan kegiatan diluarpertanian (off farm) serta aktivitas lain, sebagai bagian yang saling melengkapi.

Definisi Dan Tujuan

Kata “Sustainable” (berkelanjutan), berasal dari bahasa Latin, “Sustinere”, yang berarti menegakan ataumempertahankan ketinggian dalam jangka waktu yang panjang. Dalam konteks produksi pertanian, Ikerd(1993) mendefinisikan keberlanjutan sebagai satu sistem pertanian yang mampu mempertahankanproduktivitasnya dan kegunaannya bagi masyarakat untuk jangka waktu yang tidak terbatas. Sebagai sistemharus berbasis konsrvasi sumberdaya, dapat diterimah oleh masyarakat, komersial dalam kompetatif, danbernuansa lingkungan. Definisi dari Ikerd ini, merupakan salah satu definisi dari sejumlah definisi yangsangat banyak dipakai sebagai acuan saat berbicara tetang pertanian berkelanjutan. Definisi Ikerd memilikikeuntungan yaitu relatif jelas dan singkat. Sampai sekarang masih muncul berbagai perdebatan tentangdefinisi pertanian berkelanjutan (Buttel, 1993; Francis, 1990; Friend, 1992; Monteith, 1990; Henning etal, 1991). Hal ini disebabkan karena, arti istilah ini cukup luas dan kompleks. Selain itu tergantung sudutpandang dan criteria yang dipakai.

Reintjes et al (1992) mendefinisikan pertanian berkelanjutan sebagai pengelolaan sumberdayapertanian untuk memenuhi perubahan kebutuhan manusia sambil mempertahankan atau meningkatkankualitas lingkungan dan melestarikan sumberdaya alam. Definisi atau batasan tidak bertujuan untukmenyeragamkan cara pandang namun lebih dimaksudkan untuk mendapatkan satu persepsi yang sama.Sehingga definisi tidak bersifat mengikat atau membatasi (dapat didefinisikan dengan berbagai cara).Terdapat berbagai terminologi yang berhubungan langsung dengan pertanian berkelanjutan, antara laian:pertanian alternatif, pertanian bioenergi, pertanian berkelanjutan biologis, pertanian lingkungan, pertanianekologis, pertanian organik, pertanian berenergi rendah (low energy agriculture), pertanian input eksternalrendah (low external input agriculture) atau LEISA.

Secara umum, pertanian berkelanjutan bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan (quality oflife). Untuk mencapai tujuan, diperlukan perhatian khusus untuk beberapa hal, antara lain: mengutamakan

Page 4: MODEL SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN DI WILAYAH …

Seminar Nasional “Akselerasi Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi Mendukung Ketahanan Pangan di Wilayah Kepulauan”

BPTP Maluku - Pemda Prov. Maluku - Universitas Pattimura 123

ketersediaan pangan (kuantitas dan kualitas), meningkatkan pengembangan sumberdaya manusia,memberdayakan dan memerdekakan petani, meningkatkan pembangunan ekonomi, menjaga stabilitaslingkungan, serta memfokuskan tujuan produktivitas untuk jangka panjang. Selain itu, untuk mencapaitujuan diperlukan satu pendekatan pertanian berkelanjutan yang bersifat proaktif berdasarkan pengalamandan partisipatif.

METODOLOGI

Tulisan ini menggunakan metode teknik informasi kunci (key-informant technique). Data bersumberdari kepustakaan dan observasi ‘non-ilmiah’ penulis di bidang yang bertalian dengan karakteristik pulau-pulau kecil khusus di provinsi Maluku dan model pertanian berkelanjutan di pulau-pulau kecil. Ulasanmengenai aspek-aspek di atas kemudian digunakan sebagai landasan untuk merakit suatu konsep mengenaipertanian berkelanjutan di wilayah pulau-pulau kecil (sustainable agriculture in small islands = SASI).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Indikator Pertanian Berkelanjutan

Karena definisi pertanian berkelanjutan dapat didefinisikan dari berbagai sudut pandang makaindikator juga beragam. Misalnya, penggunaan indikator Faktor Penggunaan Lahan (L). L = {C +F}/C; dimana: C = lamanya periode penanaman, F = lamanya periode bero. Pada sistem ladangberpindah, jika L >10, maka keberlanjutan sistem sangat tinggi (Okibo, 1990). Sedangkan Monteith(1990) menggunakan indikator input dan output (Tabel 1). Selanjutnya, Conway (1985) mengemukakanbahwa satu agroekositem harus memiliki empat indikator, yaitu: produktivitas, stabilitas, sustainabilitas,dan ekuitabilitas.

Tabel 1. Input dan Output dari satu sistem pertanian berkelanjutan

OUTPUTSINPUTS

Decreasing Constant IncreasingDecreasing Intermediate Unsustainable UnsustainableConstant Sustainable Sustainable UnsustainableIncreasing Sustainable Sustainable Indeterminate

Produktivitas sistem pertanian merupakan upaya peningkatan produksi per satuan waktu.Produktivitas hasil panen diperoleh dengan cara menambah biaya input atau adopsi teknologi baru yangtepat guna dan spesifik lokasi.

Stabilitas adalah tinggi produksi yang ada dalam keadaan konstan normal, pada satu keadaanlingkungan yang berfluktuasi, seperti karena adanya perubahan iklim, adanya serangan hama dan penyakitatau perubahan kondisi ekonomi. Satu sistem dapat dikatakan memiliki kestabilan yang tinggi bila sistemitu mendapat gangguan kondisinya hanya sedikit saja yang mengalami fluktuasi. Sebaliknya, sistemdikatakan memiliki kestabilan rendah, bila sistem itu mengalami gangguan, kondisinya mengalami fluktuasiyang besar atau tinggi.

Keberlanjutan (sustainability) dapat didefinisikan sebagai kemampuan satu sistem dalammempertahankan produktivitasnya, walaupun sistem itu banyak mangalami gangguan atau tekanan.Gangguan dapat diartikan sebagai sesuatu yang tidak teratur, tidak datang secara terus menerus, dampakperubahan besar, datangnya gangguan tidak dapat diramalkan, seperti; kekeringan, bahaya banjir, terjadinyakrisis energi atau krisis ekonomi. Sedangkan tekanan terhadap satu sistem adalah sebagai satu keadaanyang sifatnya teratur, terjadinya kadang-kadang tetapi secara berkelanjutan, dampaknya relatif kecil atau

Page 5: MODEL SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN DI WILAYAH …

Seminar Nasional “Akselerasi Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi Mendukung Ketahanan Pangan di Wilayah Kepulauan”

BPTP Maluku - Pemda Prov. Maluku - Universitas Pattimura124

ringan, dapat diprediksikan, dampak yang dihasilkan akibat akumulasi, misalnya: proses erosi, salinasi, ataumenurunnya satu produk pertanian. Satu sistem dikatakan memiliki suatu keberlanjutan yang rendahdiantaranya ditandai dengan adanya penurunan produktivitas, sebaliknya satu sistem tidak berkelanjutan,kejadian itu mungkin dapat datang secara mendadak atau dengan tiba-tiba.

Karakteristik Pulau Kecil

Berbicara pertanian di wilayah kepulauan dalam tulisan ini lebih difokuskan pada pulau atau gugusanpulau kecil. Dengan demikian, maka pola/model ataupun konsep pertanian yang akan dikembangkanharus didasari atas beberapa hal, antara lain: (1). Pola/model atau konsep harus berdasarkan karakteristikpulau atau gugusan pulau kecil, (2). Pola pertanian harus bersifat berkelanjutan, yang pada akhirnya dapatmenjamin: kesejahteraan penghuni pulau, serta keutuhan ekosistem pulau, (3). Kearifan lokal dan budayatetap terjaga.

Pulau besar berbeda keadaan fisik maupun keadaan ekologisnya dibandingkan dengan pulau kecil.Kondisi ekosistem pulau kecil sangat mudah rapuh, sehingga jika terjadi gangguan atau tekanan akan sangatmengancam keberlanjutan dari satu intensitas usaha sekaligus hasil yang diperoleh. Pulau-pulau kecil sangatmudah rapuh terserang bencana alam. Di sisi lain, pulau kecil umumnya memiliki kemampuan variasiekonomi yang kecil, struktur produksi dan ekspor kecil karena ukuran pulau yang kecil (Briguglio, 1993).Dampak bencana alam (natural disasters) terhadap perekonomian di pulau kecil relatif lebih beratdibandingkan dengan pulau besar (Kakazu, 1994).

Terdapat kondisi fisik pulau kecil/gugusan pulau kecil, yang sekaligus merupakan masalah yang dapatberdampak langsung pada pengembangan sektor pertanian khususnya di provinsi Maluku, sebagai wilayahkepulauan: daerah aliran sungai sempit, kemiringan lereng yang tinggi serta gradient ekologis yang kecil,jarang terdapat daratan yang luas, pengaruh maritime memberikan corak tersendiri terhadap usahapertanian dan dampaknya, terdapat perubahan habitat yang cepat menuju daratan, ,makin kecil ukuranpulau maka makin tinggi tingkat konservasi. Ukuran pulau yang kecil berarti kecil pula luasan habitat,sehingga kurang mendukung keberadaan spesies. Rata-rata kesuburan tanah di wilayah kepulauan Malukurendah, terbatasnya lahan aktual dan potensial. Pada pulau/gugusan pulau tertentu kondisi iklim danketersedian air tidak mendukung untuk dapat melakukan usaha bercocok tanam sepanjang tahun. Adanyaancaman perubahan iklim global, serta tidak semua petani memiliki lahan usaha sendiri, kalaupun ada tidaksemuanya layak untuk dapat diusahakan.

Selain kondisi fisik tersebut, terdapat pula kondisi non-fisik yang berhubungan dengan pengembangansektor pertanian di wilayah kepulauan Maluku, antara lain: (1). Sekitar 70% sistem pertanian di kepulauanMaluku adalah ladang berpindah, (2). Luasan dan skala usaha kecil sehingga berdampak pada tingkatpengembangan ekonomi (3). Belum ada hasil kajian pertanian yang representatif yang dapat dijadikansebagai model bercocok tanam yang sesuai dengan karakteristik satu pulau maupun dalam satu gugusanpulau. Kalaupun ada kajian sifatnya sporadis, dan hasil kajian belum diterapkan sesuai dengan yangdiharapkan. Misalnya, kajian penetapan sentra produksi dan pewilayahan komoditas. (4). Kebijakan danorientasi pembangunan di Maluku diarahkan ke sektor kelautan.

“SASI” = Sustainable Agriculture in Small Islands

Provinsi Maluku sebagai wilayah kepulauan (dominan pulau berukuran kecil) dalam akselerasipembangunan pertanian perlu kebijakan khusus. Hal ini disebabkan karena satu pulau kecil maupungugusan pulau kecil memiliki karakteristik tertentu seperti yang diuraikan diatas.

Pengelolaan pertanian di pulau kecil sangat berbeda dengan areal di wilayah kontinental. Disisi lain,penghuni pulau (islanders) sering tidak sadar dan atau peduli terhadap tingkat degradasi pulau yangsementara berjalan akibat berbagai aktivitas di daratan maupun di lautan yang lebih mengutamakan aspekekonomi jangka pendek sambil mengabaikan aspek ekologis pulau itu sendiri.

Kajian menyangkut pertanian berkelanjutan atau pertanian konservasi lebih banyak terfokus padamasalah-masalah spesifik kajian, yaitu pada sistem pertanian dataran tinggi yang rawan terhadap perusakansumberdaya lingkungan, misalnya di Daerah Aliran Sungai (DAS), daerah tangkapan air, dan kawasan

Page 6: MODEL SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN DI WILAYAH …

Seminar Nasional “Akselerasi Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi Mendukung Ketahanan Pangan di Wilayah Kepulauan”

BPTP Maluku - Pemda Prov. Maluku - Universitas Pattimura 125

usaha tani di dataran tinggi. Semua kajian itu lebih banyak di pulau kontinental. Untuk waktu sekarangdan akan datang, perlu diperluas dan lebih mendalam. Dalam artian kajian usaha pertanian seharusnya jugamelibatkan wilayah/kawasan pesisir, dataran rendah, sampai ke bukit dan pegunungan (usaha pertanian dipulau)

Sistem pertanian di wilayah kepulauan Maluku, lebih banyak bersifat ladang berpindah. Sistem ini kedepan dapat mengancam ekosistem pulau. Penambahan penduduk yang makin tinggi dan ancamankemiskinan secara struktural yang berkepanjangan merupakan faktor pengancam ekosistem pulau. Prakteksistem ladang berpindah mengisyaratkan bahwa tanpa memperhatikan hubungan ekologis, maka setelahpemanfaatan lahan dalam kurung waktu yang pendek selanjutnya produktivitas akan merosot tajam bahkanlenyap. Karena itu, harus dipikirkan perkembangan dan pemanfaatan agroekosistem pulau secara bijaksanamenjadi faktor produksi yang penting untuk jangka panjang.

Khusus bagi wilayah kepulauan Maluku, nampaknya sampai saat ini belum mendapatkan satu modelsistem pertanian yang cocok dan berkelanjutan sesuai karakteristik wilayah kepulauan yang kompleks.Untuk itu, perlu dicari satu model sistem pertanian yang berkelanjutan. Pada tulisan ini akan dicoba satumodel sistem pertanian berkelanjutan di pulau kecil, yang dikenal dengan model “SASI” (SustainableAgriculture in Small Islands).

“SASI” merupakan satu model sistem pertanian yang mengintegrasikan pemanfaatan sumberdayadaratan dan lautan secara berkelanjutan sehingga keutuhan pulau dapat terjaga dan menjamin kesejahteraanpenghuni pulau. Tujuan penerapan “SASI”, antara lain: (1). Memilihara atau meningkatkan keutuhansumberdaya pulau (sumberdaya daratan dan lautan), (2). Melindungi ekosistem pulau, (3). Menjaminpenghasilan bagi petani (meningkatkan kualitas hidup petani dan penghuni pulau secara keseluruhan), (4).Menjamin konservasi energi, (5). Menimal tetap mempertahankan tingkat produktivitas usaha pertanian dipulau (pengelolaan lahan usaha walaupun dalam skala usaha yang kecil tetapi secara ekonomi dapatberkelanjutan), (6). Meningkatkan keamanan bahan pangan, terutama bahan pangan lokal, (7).Menciptakan keserasian antara pertanian dan faktor sosial lainnya di pulau.

Model “SASI”Pulau dapat didefinisikan sebagai massa daratan yang dikelilingi oleh air (laut). Karena itu, penentuan

model pertanian di satu pulau atau satu gugusan pulau harus mengintegrasikan sumberdaya daratan danlautan serta lingkungan sosial sebagai satu kesatuan yang tidak bisa dilepaspisahkan.

Secara umum, terdapat tiga komponen utama dalam model “SASI” : pertama, model strukturkualitatif; kedua, model fungsi kuantitatif, dan ketiga: penelitian untuk pembangunan pertanian (researchfor development).

1. Model Struktural Kualitatif

Struktur Tanaman Vertikal : interplanting pohon, belukar, dan rumput; adaptasi spesies tanamanberdasarkan ketinggian (altitude), komunitas tanaman.

1.2 Struktur Horisontal: seleksi spesies tanaman untuk habitat yang berbeda, kepadatan tanaman,penggunaan varietas unggul (toleran terhadap cekaman faktor biotik dan abiotik, produktivitasstabil dan berkelanjutan).

Menurut Waktu: pola tanam yang dinamis, struktur penanaman secara musiman,waktu rotasi, relay cropping, mixed cropping, interculture, penanaman tanaman untuktujuan jangka pendek dan jangka panjang.

2. Model Fungsional Kuantitatif

Aliran Material: terutama keseimbangan hara untuk tanaman, hewan, dan tanah; pengendalian erosi,keseimbangan bahan organik, pemanfaatan air, biopestisida, pupuk organik.

Aliran Energi: rantai pangan, produksi primer, keamanan energi.

Page 7: MODEL SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN DI WILAYAH …

Seminar Nasional “Akselerasi Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi Mendukung Ketahanan Pangan di Wilayah Kepulauan”

BPTP Maluku - Pemda Prov. Maluku - Universitas Pattimura126

Ekosistem laut dan pesisir: pasir putih, konservasi mangrove, konservasi terumbu karang, seagrassbeds, ikan, jasa lingkungan (pariwisata).

Aliran Moneter: keseimbangan finansial, skala optimum, pertumbuhan ekonomi, lembagapenguatan perekonomian (di tingkat desa, dalam pulau maupun antar pulau).

3. Penelitian untuk pembangunan : penggunaan teknologi inovasi (tepat guna, spesifik lokasi, orientasipengguna); integrasi dengan alam, penelitian mengenai cekaman salinitas, kekeringan dan naungan,pertanian pesisir; peningkatan mutu genetik ternak lokal. Selain itu, komponen penelitian (weeds, pests,seed production, animal nutrition, and welfare);.food processing and marketing; public education,agribisnis, simulasi program, prediksi; dan evaluasi.

Penerapan ”SASI” tidak dibatasi hanya pada small scales atau farm level. ”SASI” dapat juga dilakukandi pekarangan (farmyard), small subsistance farms, atau pada pertanian komersial berskala besar. Praktek“SASI” sebenarnya secara tradisional sudah diterapkan di Maluku, misalnya agroforestry dusun di MalukuTengah, agroekosistem arin di Kepulauan Tanimbar, serta agrosilvopastur “lutur batu” dan pertanianmenetap di Kepulauan Leti, Moa, Lakor dan Pulau Kisar.

Beberapa sistem pertanian berkelanjutan yang potensial untuk mendukung pelaksanaan “SASI”, diwilayah kepulauan Maluku, antara lain:(1). Agroforestry-Dusun. Sistem ini lebih cocok dan banyak diterapkan diwilayah kepulauan Maluku

Tengah. Agroforestry-dusun adalah suatu sistem manajemen lahan berbasis keberlanjutan yangmeningkatkan hasil lahan secara keseluruhan, mengkombinasikan tanamn pertanian dan tanaman hutansecara bersama atau beruntun pada satu lahan yang sama, serta menerapkan cara-cara pengelolaansesuai dengan kebudayaan penduduk setempat. Didalam agroforestry-dusun terjalin interaksi baikekologi maupun ekonomi, antara komponen pohon dan non-pohon.

Komponen pohon dalam sistem agroforestry-dusun biasanya merupakan suatu pohon multifungsi,artinya dapat memberikan lebih dari satu kontribusi signifikan berupa produk ekonomis (cengkih,pala, kenari, durian, sagu, gayam (Inocarpus edulis), atung (Parinarium glaberimum Hassk), mayang(aren), cempedak, sukun, kelapa, serta berbagai tanaman sayuran bentuk pohon seperti genemo, petai,gohu, bambu (rebung).

Manfaat lain dari pohon terutama sagu yang dapat tumbuh dari daerah pesisir sampai pegunungan(sebagai sumber pangan dan bioenergi) untuk stabilitas lingkungan hidup pulau kecil dan berjangkapanjang seperti seperti sistem agroforestry sagu (Stanton, 1991), terutama pada zona pesisir pulaukecil yang rawan air segar, erosi, banjir, intrusi, peningkatan muka laut, tsunami, serta degradasisumberdaya pesisir.

Dalam konteks “SASI” sistem agroforestry dapat dilihat sebagai satu agroekosistem dimanapohon dan non-pohon yang diusahakan bermakna integral secara ekonomi, ekologi, dan sosialterhadap ekosistem pulau:darat-laut (Clarke dan Thaman, 1993).

(2). Agrosilvopastur: Pengintegrasian sektor pertanian, kehutanan dan peternakan. MelaluiAgrosilvopastur dapat dipertahankan keseimbangan yang kompleks antara organisme dan ligkungan,sehingga dapat berdampak menguntungkan bagi manusia penghuni pulau untuk memenuhi kebutuhanpangan. Pada Agrosilvopastur yang terpenting adalah kemauan untuk mencobanya di wilayah pulau-pulau kecil, karena itu mungkin bukan kualitas bahan pangan yang diutamakan melainkan kuantitasbahan pangan. Agrosilvopastur sangat cocok dikembangkan di pulau Leti, Moa, Lakor, Kisar, Wetar.

(3). Pertanian Organik: Usaha pertanian di pulau kecil (daratan yang kecil) jika tidak dilakukan secarabijaksana akan memberikan dampak negatif yang lebih besar. Penerapan sistem pertanian organikberdampak negatif yang paling kecil, dapat dipertanggungjawabkan secara ekologis, ekonomi,kesehatan dan sosial. Ada beberapa keuntungan penerapan pertanian organik diwilayah kepulauanMaluku:

Page 8: MODEL SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN DI WILAYAH …

Seminar Nasional “Akselerasi Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi Mendukung Ketahanan Pangan di Wilayah Kepulauan”

BPTP Maluku - Pemda Prov. Maluku - Universitas Pattimura 127

Memajukan ketahanan pangan (promoting food security) Memelihara kesuburan tanah (maintaining soil fertility) Natural biodiversity Meningkatkan pengetahuan masyarakat asli (Enhancement of indigeneous knowledge)

Penerapan pertanian organik sangat cocok di satu pulau atau semua gugus pulau di wilayah provinsiMaluku. Melalui pertanian organik maka sumberdaya daratan yang sempit dapat dikembangkanseoptimal mungkin untuk menjamin ketersediaan pangan yang aman dan sehat serta menjagakelestarian pulau secara menyeluruh. Selain itu, pertanian organik memiliki beberapa keunggulan : (a).Orisinil. Sistem pertanian organik lebih mengandalkan keaslian atau orisinalitas sistem budidayatanaman dan ternak. Intervensi manusia terhadap budidaya tanaman dan ternak tetap mengikutikaidah-kaidah alamiah yang selaras, serasi, dan seimbang. Namun demikian, pertanian organik tidakberarti anti teknologi baru, sejauh hal itu memenuhi azas selaras, serasi, seimbang dengan kondisibiogeografi pulau, (b). Global. Saat ini, sistem pertanian organik menjadi isu global. Masyarakatmulai sadar bahwa pertanian ramah lingkungan menjadi faktor penentu kesehatan manusia dankeseimbangan lingkungan., (c). Aman. Menempatkan keamanan produk pertanian sebagaipertimbangan utama. Pertimbangan berikutnya adalah kuantitas dan kualitas komoditas pertanian,(d). Netral. Tidak menciptakan ketergantungan pada salah satu bagian ataupun pelakuagroekosistem. Sistem pertanian industrial telah menciptakan ketergantungan petani pada penggunaanbenih unggul, pestisida, dan pupuk kimia, (e). Internal. Berupaya mendayagunakan sumberdaya alaminternal/lokal secara intensif. Artinya, introduksi eksternal input sedapat mungkin dihindari untukmengurangi terjadinya disharmoni siklus agroekosistem yang sudah berlangsung lama (teradaptasi), (f).Kontinuitas. Sistem pertanian organik tidak berorientasi jangka pendek, tetapi lebih padapertimbangan jangka panjang untuk menjamin keberlanjutan kehidupan, baik untuk generasi sekarangmaupun generasi yang akan datang.

(4) Pertanian Masukan Luar Rendah (LEISA). “SASI” harus dikembangkan dengan prinsip bahwasumberdaya yang ada di pulau atau gugusan pulau dapat diperbaharui berasal dari lingkungan usahatani dan sekitarnya. Pengklasifikasian sumberdaya internal dan eksternal baik di satu pulau, guguspulau, maupun antara gugus pulau, akan sangat membantu dalam memahami dan mengembangkanpertanian berkelanjutan. Model LEISA yang berkaitan dengan implementasi “SASI”, mengacu padabentuk-bentuk pertanian sebagai berikut: (a). Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya lokal yang adadengan mengkombinasikan berbagai komponen usaha tani: tanaman, tanah, air, iklim, ternak, ikan,teknologi spesifik lokal, dan manusia yang terintegrasi dengan sistem agribisnis yang saling melengkapidan memberikan efek sinergi yang paling menguntungkan, (b). Mengingat tingkat kesuburan tanah diwilayah kepulauan Maluku tidak merata dan umumnya rendah, maka diperlukan input luar.Pemanfaatan input luar dilakukan hanya bila diperlukan untuk melengkapi unsure-unsur yang kurangdalam agroekosistem pulau dan meningkatkan sumberdaya biologi, fisik, dan manusia. Dalampemanfaatan input luar, perhatian utama yang diberikan pada mekanisme daur ulang danmeminimalisasi kerusakan ekosistem pulau secara meyeluruh.

Pelaksanaan sistem LEISA tidak bertujuan memaksimalkan produksi pertanian dalam jangkapendek, namun untuk mencapai tingkat produktivitas yang stabil dan memadai dalam jangka panjang.Dengan Sistem LEISA, kekuatiran penurunan produktivitas secara drastis dapat dihindari, sebabpenggunaan input luar masih diperkenankan, sebatas hal tersebut sungguh-sungguh penting ataumendesak dan tidak ada pilihan lain. Model LEISA masih menjaga toleransi keseimbangan antarapemakaian input internal dan input eksternal, misalnya penggunaan pupuk organik diimbangi denganpupuk kimia, pemakaian pestisida hayati dilakukan bersama-sama dengan pestisida sintetis, teknologispesifik lokasi disandingkan dengan teknologi modern.

Page 9: MODEL SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN DI WILAYAH …

Seminar Nasional “Akselerasi Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi Mendukung Ketahanan Pangan di Wilayah Kepulauan”

BPTP Maluku - Pemda Prov. Maluku - Universitas Pattimura128

KESIMPULAN

1. Sustainable agriculture in small islands (SASI) merupakan satu model sistem pertanian yangmengintegrasikan pemanfaatan sumberdaya daratan dan lautan secara berkelanjutan sehinggakeutuhan pulau dapat terjaga dan menjamin kesejahteraan penghuni pulau.

2. Terdapat tiga komponen utama dalam model SASI yaitu model struktural kualitatif, modelfungsional kuantitatif, dan penelitian untuk pembangunan pertanian berkelanjutan.

3. Sistem pertanian berkelanjutan yang potensial untuk mendukung pelaksanaan SASI antaralain: agroforestry-dusun, agrosilvopastur, pertanian organik dan LEISA.

SARAN

SASI merupakan suatu konsep mengenai model sistem pertanian di pulau-pulau kecil sepertidusun di Maluku Tengah, agroekosistem arin di Kepulauan Tanimbar, serta agrosilvopastur “luturbatu” dan pertanian menetap di Kepulauan Leti, Moa, Lakor dan Pulau Kisar yang masihmemerlukan konservasi untuk disandingkan dengan pertanian modern seperti LEISA, sehinggadapat mendukung kelestarian agroekosistem pulau kecil dan penghuninya. Karena itu, diperlukankerjasama universitas dan lembaga terkait untuk melakukan riset mengenai penerapan SASI yangmemperkuat kearifan lokal yang telah ada di Kepulauan Maluku.

DAFTAR PUSTAKA

Buttel, F.H. 1993. The Sociology of Agricultural Sustainability: Some Observations on the Future of Sustainable Agriculture. Agriculture,Ecosystems and Environment. 46:175-186.

Clarke, W.C; and Thaman.R. 1993. Agroforestry in the Pacifc Islands: System for Sustainability. UN University Press. Tokyo-New York –Paris.

Conway, G.R. 1985. Agroecosystems Analysis. Agricultural Administration. 20:31-35.Dixon, J.A, and L.A. Fallon. 1989. The Concept of Sustainability: Origins, Extention, and Usefulness for Policy. UK: Society and Natural

Resources. 2:73-84.Firebaugh, F.M. 1990. “Sustainable Agriculture Systems: A Concluding View”. In Sustainable Agricultural Systems. Edward, C.A. et al

(eds). Iowa: Soil and Water Conservation Society. Pp:674-676.Francis, C. 1990. Sustainable Agriculture: Myths and Realities. Journal of Sustainable Agriculture. 1(1):97-99.Friend, J.A. 1992. Achieving Soil Sustainability: Nine Answer to “What Should be Sustained? Rural Sociology. 59(2):311-332.Harwood, R. 1979. Small Farm Development: Understanding and Improving Farming Systems in The Humid Tropics. Colorado:Westview

Press.Henning, J; Baker,L; and Thomassin, P. 1990. Economic Issues in Organic Agriculture. Canadian Journal of agriculture Economics.

39:877-889.Ikerd, J. 1993. Two Related but Distinctly different Concepts: Organic Farming and Sustainable Agriculture. Small Farm Today. 10(1):30-

31.Monteith, J.L. 1990. Can Sustainability be Quantified?. Indian Journal of Dryland Agriculture Research Development. 5(1-2):1-5.Okibo, B.N. 1990. Sustainable Agricultural Systems in Tropical Africa In Sustainable Agricultural Systems. Edited by Clive, et al.1990.Reijntjes, C; Bertus, H; Water-Bayer, A. 1992. Farming The Future: An Introduction to Low External Input and Sustainable Agriculture.

London: Macmillan.Stanton, W.R. 1991. Long-Term and Ancillary Environmental Benefits From Sago Agroforestry Systems. Proc of The Fourth International

Sago Symposium, Kuching-Serawak-Malaysia.Thaman, R. 2002. Threats to Pacific Island Biodiversity and Biodiversity Conservation in the Pacific Islands. Development Bulletin.

58:23-27.UNEP. 2004. UNEP”s Assistance in The Implementation of The Barbados Programme of Action For The Sustainable Development of Small

Island Developing States (SIDES). Published at:htpp://www.gpa.unep.org