Model Problem Solving
Click here to load reader
-
Upload
adi-dwimardani -
Category
Documents
-
view
113 -
download
1
Transcript of Model Problem Solving
MODEL PROBLEM SOLVING
PADA DIKLAT CALON PENGHULU
Oleh Drs. Muh. Syafrudin, MA
(Widyaiswara Madya BDK Surabaya)
Abstrak
Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) merupakan metode pembelajaran yang
menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan
mengintegrasikan pengetahuan baru. Model problem solving (penyelesaian masalah)
merupakan sarana memberikan pengertian dengan menstimulasi peserta diklat untuk
memperhatikan, menelaah dan berpikir tentang sesuatu masalah untuk selanjutnya
menganalisis masalah tersebut sebagai upaya untuk memecahkan masalah. Model
pemecahan masalah memusatkan perhatian pada upaya mencari dan menemukan
jawaban atas suatu pertanyaan atau kasus. Model ini adalah adalah proses pembelajaran
yang dimulai dengan mengkaji masalah-masalah actual yang terjadi, masalah bisa dari
fasilitator maupun dari peserta. lalu dari masalah ini peserta diklat dirangsang untuk
mempelajari masalah berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka
punyai sebelumnya (prior knowledge) sehingga dari prior knowledge ini akan terbentuk
pengetahuan dan pengalaman baru. Diskusi dengan menggunakan kelompok kecil
merupakan poin utama dalam penerapan model ini. Karakteristik model pembeljaran ini
antara lain: pembelajaran berpusat pada masalah yang sebenarnya dan mungkin akan
dihadapi oleh peserta diklat dalam kerja profesional mereka sehingga pengetahuan yang
diharapkan dicapai oleh peserta saat proses pembelajaran disusun berdasarkan masalah.
Pengetahuan yang didapatkan dari hasil pembelajaran menyokong pengetahuan yang
baru dan diperoleh dalam konteks yang bermakna, sehingga peserta diklat berpeluang
untuk dapat meningkatkan serta mengorganisasikan pengetahuannya. Dengan
pembelajaran berbasis masalah ini peserta diklat belajar menyusun pengetahuan
barunya melalui prior kwoledge dengan mensinergikan berbagai keilmuan yang terdiri
atas Islamic studies, natural sciences, social sciences, dan human sciences.
Kata kunci: Model Problem SolvingA. Metode Problem Solving
1. Pengertian
Apa yang ada atau yang terjadi di sekitar lingkungan hidup manusia, baik itu
lingkungan alam maupun lingkungan sosial dapat dijadikan media dan atau sumber
belajar. Apalagi kehidupan orang dewasa. Mereka telah berpengetahuan dan
berpengalaman.pengetahuan yang telah mereka miliki bisa saja menjadi sarana
pendukung yang mempercepat pemahaman mereka, tetapi juga sekaligus bisa jadi
menjadi penghalang bagi proses perubahan dirinya, karena telah merasa cukup dan
mapan. Kebanyakan menusia ingin selalu nyaman di zona aman.
Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) merupakan metode pembelajaran yang
menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan
mengintegrasikan pengetahuan baru. (http://garduguru.blogspot.com/2008/12/metodepembelajaran-berbasis-masalah.html)
Model problem solving (penyelesaian masalah) merupakan sarana memberikan
pengertian dengan menstimulasi peserta diklat untuk memperhatikan, menelaah dan
berpikir tentang sesuatu masalah untuk selanjutnya menganalisis masalah tersebut
sebagai upaya untuk memecahkan masalah (Abdul Majid, 2006:142).
Model pemecahan masalah memusatkan perhatian pada upaya mencari dan
menemukan jawaban atas suatu pertanyaan atau kasus (Udin S. Winataputra. Dkk, 2005
: 12.9). Model ini adalah adalah proses pembelajaran yang dimulai dengan mengkaji
masalah-masalah actual yang terjadi, masalah bisa dari fasilitator maupun dari peserta.
lalu dari masalah ini peserta diklat dirangsang untuk mempelajari masalah berdasarkan
pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka punyai sebelumnya (prior knowledge)
sehingga dari prior knowledge ini akan terbentuk pengetahuan dan pengalaman baru.
Diskusi dengan menggunakan kelompok kecil merupakan poin utama dalam penerapan
model ini.
2. Karakteristik Model ini memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Pembelajaran berpusat dengan masalah.
b. Masalah yang digunakan merupakan masalah dunia sebenarnya dan mungkin akan
dihadapi oleh peserta diklat dalam kerja profesional mereka di masa depan.
c. Pengetahuan yang diharapkan dicapai oleh peserta saat proses pembelajaran
disusun berdasarkan masalah.
d. Para peserta diklat bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran mereka
sendiri.
e. Peserta diklat aktif dengan proses bersama.
f. Pengetahuan menyokong pengetahuan yang baru.
g. Pengetahuan diperoleh dalam konteks yang bermakna.
h. Peserta diklat berpeluang untuk meningkatkan serta mengorganisasikan
pengetahuan.
i. Kebanyakan pembelajaran dilaksanakan dalam kelompok kecil.
j. Peserta diklat belajar menyusun pengetahuan barunya melalui prior kwoledge.
k. Peserta diklat merasa memerlukan sinergi keilmuan yang terdiri atas Islamic
studies, natural sciences, social sciences, dan human sciences.
3. Langkah-Langkah Pembelajaran Dengan Metode Problem Solving
a. Fasilitator menyampaikan alur pembelajaran yang dilalui.
b. Fasilitator menyampaikan masalah untuk diselesaikan. Masalah bisa diangkat dari
peserta, misalnya dengan menuliskan masalah yang biasanya muncul di lembar
kertas pada awal pembelajaran.
c. Peserta diklat berkelompok (satu kelompok 4-5orang)
d. Peserta diklat memahami masalah secara jelas dengan cara melokalisasi
permasalahan. Ingat pepatah Arab menyatakan ”Fahm al-su’âl nishf al-jawâb”
(memahami soal itu sudah separuh dari jawaban)
e. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah
tersebut. Misalnya dengan jalan membaca buku-buku, meneliti, bertanya,
berdiskusi, dan lain-lain dalam kelompok. (Abdul Majid, 2006:143). f. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu
saja didasarkan kepada data yang diperoleh. (Abdul Majid, 2006:143).
g. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini peserta diklat
harus berusaha menyelesaikan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa jawaban
tersebut betul-betul cocok. (Abdul Majid, 2006:143).
h. Secara bergantian setiap kelompok memresentasikan di depan kelas, sedang
kelompok lain menanggapi.
i. Menarik kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi
j. Melakukan refleksi.
4. Kebaikan-Kebaikan Metode Problem Solving (Pemecahan Masalah)
a. Metode ini memberi kesempatan aktif pada setiap peserta diklat untuk
berrpartisipasi.
b. Keaktifan itu dapat dilakukan di luar kelas diklat atau di luar jam pelajaran.
c. Model ini melatih peserta diklat memandang suatu masalah secara komprehensif,
tidak secara parsial.
d. Model ini melatih kemampuan yang sangat diperlukan dalam kehidupan nyata di
masyarakat, yaitu :
1) Melatih sense of crisis di kalangan peserta diklat.
2) Membiasakan hidup bertanggung jawab
3) Melatih berpikir logis dan runtut agar dapat dipercaya oleh pihak lain
4) Membiasakan diri untuk berfikir sendiri
5) Melatih sifat tidak bergantung pada orang lain
6) Mengembangkan sifat suka mengadakan penyelidikan
7) Metode penyelesaian masalah selalu menghubungkan antara teori dan praktek,
antara yang universal dan yang aktual, antara normatif dan historis, antara
regulasi dan kenyataan sehari-hari.
8) Melatih peserta diklat agar dapat membedakn antara sumber masalah dan
fenomena masalah.
5. Kelemahan-Kelemahan Metode Problem Solving (Pemecahan Masalah) a. Fasilitator kadang-kadang mengalami kesukaran dalam menentukan masalah yang
comprehensible.
b. Sukar bagi fasilitator mencari masalah yang menarik dan sesuai dengan kebutuhan
peserta diklat. Peserta diklat mempunyai perbedaan individual, baik minat atau
pun bakat dan lignkungan kerja. Ini akan menyebabkan bahwa sesuatu masalah
yang menarik bagi sekelompok peserta, boleh jadi tidak menarik bagi peserta
lainnya. Apalagi peserta diklat juga terkadang memiliki pengetahuan dan latar
belakang pendidikan yang berbeda-beda.
c. Biasanya peserta kesulitan menentukan mana yang benar-benar masalah dan mana
masih berupa fenomena masalah? Jika masih kesulitan memahami masalah, maka
tentu lebih rumnit mencari alternatif penyelesaiannya.
6. Cara-Cara Mengatasi Kelemahan-Kelemahan Metode Problem Solving
(Pemecahan Masalah)
a. Masalah yang diajukan untuk diselesaikan, carilah masalah yang aktual, sering
terjadi. Untuk itu juga perlu kiranya memperoleh input dari peserta diklat terlebih
dahulu. Bagaimana menurut pendapat mereka tentang masalah itu. Apakah
kemampuan dan pengetahuan peserta diklat diperkirakan masih sanggup untuk
menyelesaikannya.
b. Diusahakan agar melihat sesuatu masalah dari sudut lain, dalam arti masalah itu
harus diolah sedemikian rupa sehingga sesuai dengan prior knowledge dan
kemampuan peserta diklat. Misalnya masalah perselingkuhan, tidak bisa hidup
bersama mertua, memilihkan pendidikan bagi anak-anak,
c. Uraikanlah suatu masalah menjadi unsur-unsur sebab akibat, dan pilihlah mana
yang betul-betul relevan serta cocok dengan keadaan peserta diklat. Jangan sampai
terjadi kekaburan bagi peserta diklat tentang dari mana mereka harus memulai
tugasnya.
d. Cara menyelesaikan masalah, peserta didik bisa dibantu dengan membuat model
pohon masalah, atau memetakan masalah (problem mapping) dan masing-masing
dicarikan alternatif penyelesaiannya. DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid. 2006. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi
Guru. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2008. Undang-undang dan Peraturan Pemerintah
RI, Departemen Agama.
M. Umar dkk. 1998. Bimbingan dan Penyuluhan. Bandung : Pustaka Setia.
Udin S. Winataputra. Dkk. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Universitas Terbuka
http://garduguru.blogspot.com/2008/12/metode-pembelajaran-berbasis-masalah.html