Model pembelajaran STAD
-
Upload
muda-apriyanti -
Category
Documents
-
view
20 -
download
0
description
Transcript of Model pembelajaran STAD
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Rasional
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi semua negara di dunia,
karena pendidikan merupakan faktor penentu dalam kemajuan suatu negara. Menurut
studi Bank Dunia tahun 2000 yang telah disarikan oleh Sukmadinata, dkk (dalam
Daryanto dan Muljo Raharjo, 2012) yang menyatakan bahwa kemajuan suatu negara
sangat ditentukan oleh empat faktor utama yaitu iinovation and creativity,
networking, technology, dan natural resources. Dilihat dari hal tersebut maka sumber
daya manusia merupakan faktor yang strategis dan memiliki peran yang cukup besar.
Dapat diartikan pula bahwa sumber daya manusia memiliki kemampuan dalam
mengembangkan inovasi dan kreatifitas, membangun jaringan kerjasama,
mengembangkan dan mendayagunakan teknologi, mengelola dan mengembangkan
sumber daya yang dimiliki. Memberikan pendidikan merupakan langkah awal bagi
suatu negara dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dengan
adanya suatu pendidikan, kualitas sumber daya manusia dapat terjamin sehingga tidak
menutup kemungkinan kemajuan suatu negara akan tercapai.
Di Indonesia pendidikan juga diangggap sebagai kebutuhan bagi setiap
warganya. Bahkan adanya suatu pendidikan itu sudah diatur pada Undang-undang
Dasar 1945 pasal 31 dari hasil amandemen ke IV yang mengatakan bahwa setiap
warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Negara Indonesia telah menjamin
adanya pendidikan bagi setiap warganya. Selain itu adanya pendidikan juga tersurat
dalam pembukaan undang –undang dasar 1945 pada alenia ke 4 yang menyatakan
“...untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia...”.
Di Indonesia pelaksanaan pendidikan nasional memiliki suatu fungsi untuk
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan tersebut
bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
Model PembelajaranKooperatif STAD 1
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab, sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang Republik
Indonesia No 20 Tahun 2003 mengenai sistem pendidikan nasional. Diharapkan
melalui pelaksanaan pendidikan, peserta didik mampu bersaing dengan negara-negara
lain sehingga dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Namun kenyataannya, pendidikan di Indonesia belumlah berjalan sesuai
dengan yang diinginkan. Salah satu contoh yang menunjukan lemahnya pendidikan di
Indonesia adalah lemahnya prestasi siswa dalam pelajaran matematika. Menurut data
TIMSS yaitu studi internasional untuk melihat prestasi matematika dan sains siswa
sekolah lanjutan tingkat pertama yang diadakan empat tahun sekali (kompas, 30
september 2014), skor prestasi matematika dan sains Indonesia masih berada
signifikan dibawah skor rata-rata internasional. Peringkat anak-anak Indonesia
bertengger di posisi 38 dari 42 negara untuk prestasi matematika, dan menduduki
posisi 40 dari 42 negara untuk prestasi sains. Rata-rata skor prestasi matematika dan
sains berturut-turut adalah 386 dan 406 masih berada signifikan dibawah skor rata-
rata internasional. Prestasi yang diraih Indonesia ini masih jauh dari negara tetangga
yaitu Singapura. Singapura menduduki posisi pertama pada tahun 1999 dan 2003,
posisi ketiga di tahun 2007, dan posisi kedua di tahun 2011. Sedangkan Indonesia
tidak pernah beranjak naik ataupun berubah menjadi lebih baik selama lebih dari satu
dekade.
Selain itu pendidikan Indonesia masuk dalam peringkat 64, dari 65 negara
yang dikeluarkan oleh lembaga Programme for International Study Assessment
(PISA), pada tahun 2012. Kinerja pendidikan Indonesia pada pemetaan PISA pada
tahun 2000, 2003, 2006, 2009, dan 2012, cenderung stagnan (Kompas, 11 Desember
2013).
Jika proses pembelajaran di Indonesia dicerminkan dengan negara tetangga
maka dapat dilihat sebagai berikut. (1) kurikulum matematika di Indonesia masih
lemah, kurikulum di Indonesia terlalu banyak menekankan pada penguasaan
keterampilan dasar menghitung yang bersifat procedural; (2) kurangnya guru-guru
matematika yang terlatih; (3) kurangnya dukungan sekolah dan rumah, hal ini
Model PembelajaranKooperatif STAD 2
ditandai dengan kurangnya sumber daya di sekolah, kurang positifnya lingkungan
sekolah sebagai tempat belajar siswa, kurang sumber daya pendidikan di rumah; (4)
kurangnya penggunaan komputer dalam pembelajaran matematika; (5) metode yang
digunakan oleh guru sering kali monoton.
Karena hal-hal tersebut maka pemerintah telah melakukan usaha perbaikan di
bidang pendidikan agar pendidikan di Indonesia khususnya pendidikan matematika
jauh lebih baik dari sebelumnya. Pembaruan dalam bidang pendidikan juga telah
dilakukan oleh pemerintah baik dalam pembaruan kurikulum, penyediaan sarana dan
prasarana, penataran guru maupun yang lain. Peningkatkan kualitas dan kuantitas
pendidikan sekarang ini menekankan pada berbagai faktor pendidikan yang memiliki
pengaruh antara satu dengan yang lainnya dalam menciptakan suatu pembelajaran
yang efektif. Pendidikan harus dilandaskan pada empat pilar pendidikan, yaitu: (1)
learning to know, di mana siswa mempelajari pengetahuan; (2) learning to do, di mana
siswa menggunakan pengetahuannya untuk mengembangkan keterampilan; (3) learning
to be, di mana siswa belajar menggunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk
hidup; dan (4) learning to live together, di mana siswa belajar untuk menyadari bahwa
adanya saling ketergantungan sehingga diperlukan adanya saling menghargai antara
sesama.
Dalam PP No 19 tahun 2005 telah diatur tentang standar nasional pendidikan
yang diantaranya mengatur standarisasi proses pembelajaran sehingga dilembaga
pendidikan diharapkan ada pembaruan pembelajaran dengan model yang
inovatif.Berbagai model pembelajaran juga telah dikembangkan untuk meningkatkan
prestasi belajar siswa termasuk salah satunya yaitu prestasi belajar matematika siswa.
Salah satu model pembelajaran yang dianggap relevan dan baik untuk dipraktikkan
adalah model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif diyakini dapat
memberikan peluang peserta didik untuk terlibat dalam diskusi, berpikir kritis, berani
dan mau mengambil tanggung jawab untuk pembelajaran mereka sendiri. Meskipun
model pembelajaran kooperatif mengutamakan peran aktif peserta didik, bukan
berarti pengajar tidak berpartisipasi, sebab dalam proses pembelajaran, pendidik
berperan sebagai fasilitator dan pembimbing proses pembelajaran. Selain itu siswa
Model PembelajaranKooperatif STAD 3
akan lebih banyak belajar melalui proses pembentukan dan penciptaan, kerja dalam
kelompok dan berbagi ilmu pengetahuan serta tanggung jawab individu sehingga
pendidikan dan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa lebih bermanfaat.
Salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana
yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran khususnya pembelajaran
matematika adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD atau student team
achievement division. Dalam makalah ini akan menjelaskan lebih lanjut mengenai
salah satu model pembelajaran kooperatif yaitu model pembelajaran kooperatif tipe
STAD.
1.2 Rumusan Masalah
Mengacu pada rasional yang telah diuraikan, adapun rumusan masalah yang
akan dikaji dalam makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD?
2. Apa landasan filosofis dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD?
3. Apa landasan teoritis dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD?
4. Bagaimana sintaks dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD?
5. Bagaimana implementasi dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dalam pembelajaran matematika?
6. Bagiamana situasi ideal dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD?
7. Apa kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran kooperatif tipe
STAD?
8. Upaya apa yang diperlukan untuk mengoptimalkan hasil belajar pada model
pembelajaran kooperatif tipe STAD?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
2. Untuk mengkaji landasan filosofis dari model pembelajaran kooperatif tipe
STAD.
Model PembelajaranKooperatif STAD 4
3. Untuk mengkaji landasan teoritis dari model pembelajaran kooperatif tipe
STAD.
4. Untuk merumuskan sintaks dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
5. Untuk menyusun rencana pembelajaran dengan mengimplementasi model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran matematika.
6. Untuk mengidentifikasi situasi ideal dari model pembelajaran kooperatif tipe
STAD.
7. Untuk mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran
kooperatif tipe STAD.
8. Merumuskan upaya yang diperlukan untuk mengoptimalkan hasil belajar pada
model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Model PembelajaranKooperatif STAD 5
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement
Devision (STAD)
Model pembelajaran STAD termasuk model pembelajaran kooperatif. Semua
model pembelajaran kooperatif ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan
dan struktur penghargaan. Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran
kooperatif siswa didorong untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama dan mereka
harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru.
Tujuan model pembelajaran kooperaif adalah prestasi belajar akademik siswa
meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta
pengembangan keterampilan sosial.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD didesain untuk memotivasi siswa-siswa
agar kembali bersemangat dan saling menolong untuk mengembangkan keterampilan
yang diajarkan oleh guru. Pada model ini siswa dikelompokkan dalam tim dengan
anggota 4 siswa pada setiap tim untuk selanjutnya melakukan diskusi. Tim dibentuk
secara heterogen menurut tingkat kinerja, jenis kelamin, dan suku. Dalam kegiatan
berdiskusi ini, setiap anggota kelompok harus menyadari pentingnya pertukaran
informasi (subsidi silang). Apabila ada anggota kelompok yang belum memahami,
maka anggota kelompok yang lain berusaha untuk membantunya sampai semua
anggota kelompok benar-benar menguasai materi yang diajarkan guru. Dimana hal ini
penting dilakukan untuk meningkatkan motivasi keinginan belajar setiap individu.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD, tipe ini dikembangkan pertama kali oleh
Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkins dan merupakan
model pembelajaran kooperatif paling sederhana. Masing-masing kelompok memiliki
kemampuan akademik yang heterogen, sehingga dalam satu kelompok akan terdapat
satu siswa berkemampuan tinggi, dua orang kemampuan sedang dan satu siswa lagi
berkemampuan rendah.
Model PembelajaranKooperatif STAD 6
Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar
beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya,
jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam
tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut.
Akhirnya seluruh siswa diberikan kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis
mereka tidak boleh saling membantu.
Model pembelajaran koperatif tipe STAD merupakan pendekatan Cooperative
Learning yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling
memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai
prestasi yang maksimal. Guru yang menggunakan model pembelajaran STAD
mengajukan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan
presentasi verbal atau teks.
2.2 Landasan Filosofis Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student
Team Achievement Division)
Manusia adalah makhluk sosial yang saling ketergantungan satu sama lain.
Antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya saling membutuhkan.
Seperti adanya sistem gotong royong dimana manusia satu dengan yang lain akan
saling membantu untuk mencapai tujuan bersama. Pada dasarnya manusia dalam
hidupnya tidak lepas dari masalah. Ada kalanya permasalahan yang ditemui
merupakan permasalahan yang rumit dan tidak dapat diselesaikan sendiri. Apabila
mendapatkan masalah yang dirasa sulit untuk dipecahkannya sendiri, manusia sering
kali memerlukan pertolongan dari orang-orang sekitarnya. Pada dasarnya pemikiran
orang banyak lebih baik daripada pemikiran sendiri dalam memecahkan suatu
permasalahan. Manusia perlu menghimpun diri dengan sesamanya untuk menghadapi
permasalahan-permasalahan yang berat baginya. Begitu pula dalam proses
pembelajaran. Siswa kadang kala tidak mampu menyelesaikan permasalahan yang
ditemui dalam proses belajar secara mandiri. Terkadang bantuan baik dari teman
maupun guru sangat diperlukan dalam hal tersebut.
Model PembelajaranKooperatif STAD 7
Berdasarkan hal tersebut, dikembangkanlah model pembelajaran kooperatif
yang mengutamakan sistem pembelajaran berkelompok. Dengan belajar
berkelompok, siswa diharapkan mampu secara bersama-sama memecahkan
permasalahannya dalam pembelajaran yang tidak mampu dipecahkan sendiri. Proses
pembelajaran yang berlangsung akan menjadi lebih bermakna dan siswa dapat lebih
mengerti dengan materi yang dibelajarkan.
Di sisi lain, sifat umum manusia adalah selalu ingin lebih unggul dari orang-
orang disekitarnya. Setiap orang selalu ingin menjadi yang terbaik dari yang lainnya.
Dalam hidupnya manusia sering mengalami persaingan-persaingan satu sama lain.
Persaingan tersebut juga terjadi dalam proses pembelajaran. Dimana siswa selalu
ingin menjadi yang terbaik dari siswa lainnya. Namun jika persaingan tersebut
dibiarkan begitu saja, maka cenderung persaingan itu akan mengarah pada persaingan
yang tidak sehat dan justru akan merugikan.
Untuk menyiasati hal itu, agar siswa mampu berprilaku secara umum yaitu
saling membantu antar sesamanya, namun juga tetap bersaing secara sehat sehingga
timbul motivasi dalam diri siswa untuk menjadi yang terbaik dalam proses
pembelajaran, maka diciptakanlah model kooperatif STAD (Student Team
Achievement Divisions) yaitu model pembelajaran yang menekankan pembelajaran
berkelompok, namun tidak mengesampingkan persaingan diantara siswa yang
ditandai dengan diadakannya kuis individu sehingga pemahaman siswa mengenai
suatu materi dapat ditingkatkan dengan pembelajaran berkelompok, namun juga
motivasi siswa untuk menjadi yang terbaik tetap tumbuh dalam diri siswa.
2.3 Landasan Teoritis Model Pembelajaran Kooperatif STAD (Student Team
Achievement Division)
Ada beberapa landasan teoritis yang melandasi model pembelajaran
kooperatif STAD (Student Team Achievement Division) yaitu: (1) teori belajar sosial
dari Vygotsky, (2) teori perkembangan kognitif dari Piaget, (3) teori Albert Bandura,
(4) teori John Dewey dan Herbert Thelan, (5) teori Gordon Allport, dan (6) teori Kurt
Lewin.
Model PembelajaranKooperatif STAD 8
1. Teori Belajar Sosial dari Vygotsky
Teori Vygotsky lebih menekankan pada aspek sosial dari pembelajaran.
Menurut vygotsky bahwa proses pembelajaran akan terjadi jika anak bekerja atau
menangani tugas-tugas yang belum dipelajari, namun tugas-tugas tersebut masih
berada dalam jangkauan mereka disebut dengan Zone of Proximal Development,
yakni daerah tingkat perkembangan sedikit diatas daerah perkembangan seseorang
saat ini. Vygotsky yakin bahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya
muncul dalam percakapan dan kerja sama antar individu sebelum fungsi mental yang
lebih tinggi itu terserap ke dalam individu tersebut (Trianto, 2009). Sehingga
pembelajaran yang baik menurut teori dari belajar sosial ini dapat diterapkan dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif.
2. Teori Perkembangan Kognitif dari Piaget
Perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan
interaksi aktif anak dengan lingkungan. Menurut teori ini, ilmu pengetahuan
dibangun dalam diri seorang individu melalui proses interaksi yang
berkesinambungan dengan lingkungan. Piaget yakin bahwa pengalaman fisik dan
manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya perubahan perkembangan. Sementara
itu interaksi sosial dengan teman sebaya, khususnya berargumentasi dan berdiskusi
membantu memperjelas pemikiran. Sehingga agar siswa mampu berinteraksi sosial
dengan sesamanya menurut teori kognitif, maka model pembelajaran kooperatif
sangatlah cocok diterapkan.
3. Teori Albert Bandura
Teori belajar sosial diperkenalkan oleh Albert Bandura, ahli psikologis klinis
dari Lowa University. Teori belajar sosial menyebutkan bahwa belajar akan menjadi
efektif bila bahan ajar sesuai dengan kebutuhan dan harapan orang tersebut (siswa)
serta ia diberikan kesempatan untuk bertanggung jawab atas belajarnya sendiri
(Tanwey Gerson Ratumanan, 2002). Dalam teori belajar ini baik faktor internal
maupun faktor eksternal sangat diperhatikan. Tingkah laku manusia menurut teori
Model PembelajaranKooperatif STAD 9
belajar sosial dipengaruhi oleh timbal balik yang berkesinambungan antara faktor
kognitif, tingkah laku, dan faktor lingkungan. Teori belajar sosial menekankan
interaksi antar prilaku dan lingkungan yang memusatkan diri pada pola prilaku yang
dikembangkan individu untuk menguasai lingkungan dan bukan pada dorongan
nalurian (Atkinson dalam Tanwey Gerson Ratumanan, 2002).
4. Teori John Dewey dan Herbert Thelan
Menurut Dewey (Arends, 1997), kelas seharusnya merupakan cermin dari
masyarakat luas dan berfungsi sebagai laboratorium belajar dalam kehidupan nyata.
Dewey menegaskan bahwa guru perlu menciptakan sistem sosial yang bercirikan
demokrasi dan proses ilmiah dalam lingkungan belajar peserta didik dalarn kelas.
Tanggung jawab utama guru adalah memotivasi peserta didik untuk belajar secara
kooperatif dan memikirkan masalah-masalah sosial yang penting setiap hari.
Bersamaan dalam aktivitasnya rnemecahkan masalah di kelompoknya, peserta didik
belajar prinsip-prinsip demokrasi melalui interaksi dengan peserta didik lain.
Beberapa tahun setelah Dewey, Thelan (dalam Arends, 1997) berpendapat
bahwa kelas haruslah merupakan laboratorium atau miniatur demokrasi yang
bertujuan mengkaji masalah-masalah sosial dan masalah antar pribadi.Thelan tertarik
dengan dinamika kelompok dan rnengernbangkan bentuk yang lebih rinci dan
terstruktur dari penyelidikan kelompok, dan mempersiapkan dasar konseptual untuk
pengembangan pembelajaran kooperatif (Arends, 1997).
5. Teori Gordon Allport
Aliport (Arends, 1997) berpandangan bahwa hukum saja tidaklah cukup untuk
mengurangi kecurigaan dan meningkatkan penerimaan secara baik antar
kelompok.Pandangan Allport dikenal dengan "The Nature of Prejudice". Untuk
mengurangi kecurigaan dan meningkatkan penerimaan satu sama lain adalah dengan
jalan mengumpulkan mereka (antar suku atau ras) dalam satu lokasi, kontak langsung
dan bekerjasama antar mereka. Shlomo Sharan dan koleganya menyimpulkan adanya
tiga kondisi dasar untuk memformulasikan pandangan Allport untuk mengurangi
Model PembelajaranKooperatif STAD 10
kecurigaan antar kelompok dan meningkatkan penerimaan antar mereka. Tiga kondisi
tersebut adalah: 1) kontak langsung antar suku atau ras; 2) dalam seting tertentu,
mereka bekerjasama dan berperan aktif dalam kelompok; 3) dalam seting tersebut,
mereka secara resmi menyetujui adanya kerjasama (Arends, 1997).
6. Teori Kurt Lewin
Kurt Lewin yang lahir pada tahun 1890 di Polandia ini dapat dipandang
sebagai Bapak Psikologi Sosial.Lewin sangat tertarik pada masalah-masalah
pergerakan yang dinamis dalam kelompok (group dynamics movement), terutama
tentang resolusi konflik sosial yang terjadi di antara para peserta didik. Dalam suatu
kelompok, ada duakernungkinan yang dapat terjadi, yaitu: mendorong penerimaan
sosial (promotesocial acceptance) atau meningkatkan jarak/ketegangan sosial
(increase social distance). Pandangan-pandangan Lewin tentang dinamika kelompok
ini kemudian dikembangkan oleh para peserta didikpeserta didiknya. D. Johnson, E.
Aronson, R. Schmuck dan L. Sherman adalah generasi ke-tiga dari Lewin (peserta
didik dari peserta didik Lewin) yang turut mengembangkan pandangan-pandangan
Lewin tersebut di atas.
Para penerus Lewin mencari cara bagaimana memfasilitasi integrasi dan
memajukan hubungan antar manusia, mendorong demokrasi dan mengurangi
timbulnya konflik. Dari sini muncul berbagai strategi pembelajaran kooperatif.Para
penerus Lewin (terutama generasi kedua dan ketiga Lewin) mengembangkan
berbagai teknik pembelajaran kooperatif yang menggabungkan pandangan
teoripsikologi sosial dari Lewin dan psikologi kognitif.
Banyak hasil penelitian Lewin yang mengetengahkan pentingnya partisipasi
aktif dalam kelompok untuk mempelajari ketrampilan baru, mengembangkan sikap
baru, dan memperoleh pengetahuan.Hasil penelitiannya juga menunjukkan betapa
produktifnya kelompok bila anggota-anggotanya berinteraksi dan kemudian saling
merefleksikan pengalaman-pengalamannya.
Model PembelajaranKooperatif STAD 11
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif STAD (Student Team Achievement
Division)
Dalam pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan komunikasi
dengan tujuan agar siswa saling berbagi kemampuan, saling belajar berpikir kritis,
saling menyampaikan pendapat, saling memberikan kesempatan menyalurkan
kemampuan, saling membantu belajar, saling menilai kemampuan peranan diri
sendiri maupun teman lain (Daryanto dan Muljo Rahardjo, 2012). Adapun sintak
model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut.
Tabel 1. Enam Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif
Fase Indikator Aktivitas guru
1
Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan
pembelajaran dan mengkomunikasikan
kompetensi dasar yang akan dicapai serta
memotivasi siswa belajar
2Menyajikan/menyampaikan
informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa
dengan cara mendemonstrasikan
3 Mengorganisasikan siswa
kedalam kelompok- kelompok
belajar
Guru menginformasikan
pengelompokkan siswa
4 Membimbing kelompok
belajar
Guru membimbing serta memfasilitasi
kerja siswa dalam kelompok-kelompok
belajar saat mereka mengerjakan tugas
mereka.
5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang
materi pembelajaran yang telah
dilaksanakan atau masing-masing
Model PembelajaranKooperatif STAD 12
kelompok mempresentasikan hasil
kerjanya
6 Memberikan penghargaan Mencari cara-cara untuk menghargai baik
upaya maupun hasil belajar individu dan
kelompok sehingga Guru dapat memberi
penghargaan hasil belajarindividual dan
kelompok
Menurut Slavin (dalam Tanwey Gerson Ratumanan, 2002), STAD terdiri dari
lima komponen utama sebagai berikut:
a. Presentasi Kelas
Materi yang akan dibelajarkan, sebelumnya dijelaskan oleh guru dengan
metode presentasi. Presentasi yang dilakukan ini berbentuk pengajaran secara
langsung atau diskusi yang dipimpin oleh guru. Guru memberikan rangsangan-
rangsangan ataupun permasalahan sehingga siswa diharapkan mampu mengonstruksi
suatu pemahaman terhadap suatu topik yang akan dibahas.
b. Kelompok
Kelompok dibentuk terdiri dari empat atau lima siswa dengan memperhatikan
perbedaan kemampuan, jenis kelamin ras atau etnis. Dalam kelompok, siswa
berdiskusi lebih lanjut dengan anggota kelompoknya masing-masing terkait dengan
materi yang diberikan terkait dengan mendiskusikan masalah membandingkan
jawaban, dan mengoreksi miskonsepsi jika ada anggota kelompok yang membuat
kesalahan. Setiap anggota kelompok diharapkan berpartisipasi aktif dalam
pembelajaran untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi kuis yang akan
dilaksanakan setelah sesi pembelajaran dalam kelompok usai.
c. Kuis (tes)
Model PembelajaranKooperatif STAD 13
Setelah usai penyajian materi yang dilakukan oleh guru dan setelah selesainya
pembelajaran dalam kelompok, siswa diberikan tes individual untuk mengukur
pemahaman masing-masing siswa terhadap materi yang telah dibahas. Siswa tidak
diperkenankan bekerja sama dan saling membantu pada kuis ini.
d. Skor Peningkatan Individual
Setiap siswa dapat memberikan kontribusi skor terhadap kelompoknya
masing-masing dalam sistem skor, sehingga siswa harus bekerja keras. Siswa
memberikan kontribusi skor pada kelompoknya dengan skor yang diperoleh dari hasil
kuis yang mereka dapatkan dibandingkan dengan skor dasar mereka yang telah
ditentukan sebelumnya. Dengan demikian diharapkan siswa memahami pentingnya
sebuah kerja keras dan melakukan yang terbaik untuk memperoleh hasil yang
diinginkan.
e. Penghargaan Kelompok
Kelompok dengan kriteria terbaik yang didasarkan pada perolehan skor yang
mereka dapat akan mendapatkan penghargaan dari guru.
Langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah
sebagai berikut.
1. Persiapan dan Penyampaian Materi
Guru menyiapkan materi sebelum memasukin kelas dan menyampaikan materi
pembelajaran dengan metode presentasi sebagai awalnya dan dilanjutkan dengan
metode penemuan terbimbing mengenai konsep himpunan dalam pemecahan
masalah.
2. Tes/Kuis Awal
Guru memberikan tes awal setelah menyampaikan materi pembelajaran
mengenai konsep himpunan dalam pemecahan masalah untuk mendapatkan skor
dasar atau skor awal. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD tidak diharuskan
melakukan kuis awal terlebih dahulu karena melihat situasi dan kondisi kelas
Model PembelajaranKooperatif STAD 14
tersebut. Namun, alangkah baiknya jika memberikan kuis awal terlebih dahulu untuk
melihat perkembangan siswa.
3. Membentuk Kelompok
Guru menginsformasikan pengelompokan siswa yang telah ditentukan dimana
setiap kelompok terdiri dari 4 sampai dengan 5 siswa yang kemampuan akademiknya
terdiri dari siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
4. Diskusi Kelompok
Guru membagikan bahan diskusi kelompok (biasanya berupa LKS) pada setiap
kelompok untuk dikerjakan setiap anggota kelompok tentang materi pembelajaran
yang sudah diberikan guru untuk didiskusikan bersama-sama, dan saling bantu-
membantu antar anggota lain dalam kelompoknya, sedangkan guru memotivasi,
memfasilitasi kerja siswa, membantu siswa yang mengalami kesulitan, dan
mengamati kerjasama tiap anggota dalam kelompok belajar. Selanjutnya setelah
semua siswa selesai mengerjakan LKSnya masing-masing, perwakilan kelomok atau
salah satu siswa ditunjuk untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok dan guru
bertindak sebagai fasilitator.
5. Tes/Kuis Individu Kedua
Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual.
6. Evaluasi
Guru melakukan evalusi dengan memfasilitasi siswa dalam membuat
rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran
yang telah dibelajarkan.
7. Penghargaan
Model PembelajaranKooperatif STAD 15
Guru memberikan penghargaan kepada kelompok melalui nilai penghargaan
berdasarkan perolehan nilai peningkatan individual dari nilai dasar ke nilai berikutnya
setelah mereka melalui kegiatan kelompok.
3.2 Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif STAD (Student Team
Achievement Division)
Materi-materi matematika yang relevan dengan pembelajaran kooperatif tipe
Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah materi-materi yang hanya untuk
memahami fakta-fakta, konsep-konsep dasar dan tidak memerlukan penalaran yang
tinggi dan juga hapalan, misalnya bilangan bulat, himpunan-himpunan, dan lain-lain.
Dengan penyajian materi yang tepat dan menarik bagi siswa, seperti halnya
pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat memaksimalkan proses pembelajaran
sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Dalam makalah ini akan dicontohkan implementasi model pembelajaran
kooperatif STAD dalam bidang matematika pada materi bilangan bulat. Jadwal
aktivitas STAD terdiri dari siklus aktivitas pengajaran reguler seperti mengajar,
belajar berkelompok, tes, dan penghargaan kelompok (Shlomo Sharan, 2012: 18).
1. Langkah 1 = Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada
siswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD dimulai dengan melakukan presentasi atau
pengajaran yang dilakukan oleh guru. Menurut Good, Grouw Dan Ebmier (dalam
Shlomo Sharan, 2012: 18) hal-hal berikut perlu ditekankan dalam pengajaran yaitu
sebagai berikut.
a. Beri tahu siswa apa yang sedang mereka pelajari dan mengapa pelajaran itu
penting. Munculkan keingintahuan siswa dengan menjelaskan masalah
sehari-hari dan sebagainya. Dalam hal ini berikanlah siswa permasalahan
tentang bilangan bulat yang terkait dengan kehidupan sehari-hari sehingga
timbul keingintahuan siswa untuk mempelajari;
b. Berikan ulasan singkat mengenai keterampilan dan informasi yang
diperlukan;
Model PembelajaranKooperatif STAD 16
c. Dekatkan pada sasaran yang akan diujikan. Dalam hal ini perkuatlah konsep
siswa terutama pada sub-sub materi yang sangat penting untuk diujikan baik
dalam ulangan harian, ulangan semester maupun ujian nasional;
d. Fokus pada kenyataan bukan ingatan. Guru tidak boleh secara mutlak
berfokus pada rencana yang disusun namun harus menyesuaikan diri dengan
keadaan siswa di kelas;
e. Tunjukkan secara aktif konsep atau ketrampilan dengan menggunakan
bantuan visual dan yang lainnya;
f. Sering-seringlah untuk menaksir pemahaman siswa dengan memberi
pertanyaan-pertanyaan;
g. Panggilah siswa secara acak sehingga mereka tidak pernah tahu siapa yang
akan diberi pertanyaan. Hal ini membuat semua siswa selalu mempersiapkan
jawaban mereka;
h. Jangan memberi tugas panjang-panjang, mintalah siswa untuk mengerjakan
satu atau dua permasalahan atau contoh atau mempersiapkan satu atau dua
jawaban kemudian berikan umpan balik.
i. Selalu menjelaskan mengapa sebuah jawaban itu benar dan tidak benar
kecuali jawaban itu sudah jelas;
j. Beralih cepat dari satu konsep ke konsep lain segera setelah seswa
mendapatkan gagasan utamanya;
k. Jaga semangat dengan membatasi interupsi, menanyakan banyak pertanyaan,
dan bergerak cepat dalam pelajaran itu.
Dalam membelajarkan bilangan bulat, pertama kita konstruksi pemahaman
siswa mengenai bilangan bulat. Kemudian untuk mengkonstruksi penjumlahan dan
pengurangan kita dapat menggunakan media pembelajaran berupa kartu yang terdiri
dari dua jenis yaitu kartu berwarna hitam dan kartu berwarna putih. Penjumlahan
berarti kita menambahkan kartu, dengan ketentuan apabila penjumlahan dengan
bilangan positif kita tambahkan kartu yang berwarna putih, apabila penjumlahan
dengan bilangan negatif, kita tambahkan kartu yang berwarna hitam. Pengurangan
berarti mengambil kartu, apabila dikurangkan dengan bilangan positif, kita ambil
Model PembelajaranKooperatif STAD 17
kartu yang berwarna putih, apabila dikurangkan dengan bilangan negatif, kita ambil
kartu yang berwarna hitam. Atau dapat juga kita menjelaskan dengan menyuruh
siswa memperagakan langsung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat tersebut
dengan berjalan maju mundur. Siswa diasumsikan berada pada garis bilangan. Posisi
awal siswa adalah di titik nol, semakin siswa maju siswa semakin bergerak ke arah
bilangan positif kemudian sesuaikan dengan soal yang diberikan. Instruksikan pada
siswa sebagai berikut. Apabila positif, siswa berjalan maju, apabila negatif siswa
berjalan mundur; Apabila ditambahkan siswa tetap pada posisinya, apabila
dikurangkan, siswa balik kanan. Agar siswa lebih mengerti dapat kita beri contoh
sekali atau dua kali.
2. Langkah 2 = Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual
sehingga akan memperoleh skor awal.
Berilah tes awal pada siswa dan selanjutnya hasil tes tersebut digunakan
sebagai nilai awal dalam pembentukan kelompok. Selain mengadakan tes, nilai awal
juga dapat ditentukan berdasarkan nilai yang mereka peroleh di semester sebelumnya.
Namun pemberian tes awal memberikan fakta yang lebih akurat mengenai
pengetahuan siswa karena siswa memiliki kemungkinan untuk belajar di antara
selang waktu akhir semester sebelumnya hingga saat permulaan pembelajaran
kooperatif dilaksanakan.
3. Langkah 3 = Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-
5 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah). Jika
mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, yang berbeda serta
kesetaraan gender.
Dalam Shlomo Sharan (2012: 12) dijelaskan bahwa sebuah kelompok dalam
STAD terdiri dari empat sampai lima orang yang mewakili anak-anak yang memiliki
berbagai kemampuan, ras, suku, dan jenis kelamin. Siswa oleh guru dimasukkan ke
dalam kelompok-kelompok, bukan mereka sendiri yang memilih kelompoknya,
Model PembelajaranKooperatif STAD 18
karena siswa cenderung memilih teman-teman yang mereka sukai. Berikut langkah-
langkah yang bisa diikuti.
1. Buatlah salinan Lembar Rekapitulasi Kelompok. Sebelum memulai
menugaskan siswa ke dalam kelompok, siswa perlu diberikan satu salinan
Lembar Rekapitulasi Siswa kepada siswa di kelas. Hal ini dimaksudkan agar
siswa mengetahui siapa saja anggota kelompoknya.
2. Merangking Siswa. Di atas selembar kertas, urutkan semua siswa di kelas dari
yang paling pintar hingga ke yang kurang pintar.
3. Tentukan Jumlah Kelompok. Jika memungkinkan, tiap-tiap kelompok harus
memiliki empat anggota. Untuk memilih berapa banyak kelompok yang dapat
anda buat, terlebih dahulu banyaknya siswa dibagi empat. Jika banyaknya
siswa habis dibagi empat, hasil pembagian itu akan menjadi banyaknya
kelompok. Jika banyaknya siswa tidak habis dibagi empat, perlu dibuatkan
kelompok dengan anggota lima orang.
4. Tugaskan Siswa ke dalam Kelompok. Ketika anda memasukkan siswa ke
dalam kelompok, buatlah kelompok itu berimbang sehingga tiap kelompok
terdiri dari anak dengan kemampuan pintar, sedang dan kurang pintar dan
kemampuan rata-rata dari semua kelompok yang ada di kelas itu sama. Untuk
memasukkan siswa ke dalam kelompok, gunakan daftar siswa yang diurutkan
berdasarkan kepandaiannya. Misalnya, dalam kelas yang terdiri dari delapan
kelompok yang akan mempergunakan huruf A sampai H. Mulailah dari atas
daftar dengan huruf A, begitu seterusnya. Ketika ssampai pada huruf terakhir,
lanjutkan dengan menuliskannya lagi dengan urutan terbalik dari H ke A.
Misalkan salam suatu kelas terdiri dari 34 siswa maka akan dapat dibentuk 8
kelompok. Pertama urutkan siswa berdasarkan nilai awal yang telah diperoleh.
Masukkan siswa kedalam kelompok dimulai dari siswa urutan pertama
memasuki kelompok A, urutan kedua kelompok B begitu seterusnya. Siswa
urutan kedelapan dan ke sembilan memasuki kelompok yang sama yaitu
kelompok H, siswa di urutan sepuluh memasuki kelompok G dan seterusnya.
Namun siswa pada urutan nomor 17 dan 18 tidak dimasukkan terlebih dahulu,
Model PembelajaranKooperatif STAD 19
mereka akan ditambahkan sebagai anggota kelima dengan sebelumnya
mempertimbangkan keseimbangan kelompok. Perlu juga diperhatikan
pembagian kelompok tersebut haruslah heterogen berdasarkan jenis kelamin,
suku, adat dan ras.
Tabel 1. Memasukkan Siswa ke Dalam Kelompok
Urutan Peringkat Nama KelompokNilai Tertinggi Siswa 1 A
2 B
3 C 4 D 5 E 6 F 7 G 8 H 9 H 10 G 11 F
12 E
13 D 14 C 15 B 16 A 17 18 19 A 20 B 21 C 22 D 23 E 24 F 25 G 26 H 27 H 28 G 29 F 30 E 31 D
Model PembelajaranKooperatif STAD 20
32 C 33 B 34 A
5. Sebarkan Lembar Rekapitulasi Siswa. Setelah selesai merumuskan, isikan
nama-nama siswa pada masing-masing kelompok, namun nama kelompok
dibiarkan kosong.
6. Tentukan Nilai Dasar. Nilai dasar menunjukkan nilai rata-rata siswa pada kuis
sebelumnya. Jika STAD dimulai setelah dilaksanakannya tiga kali kuis atau
lebih, nilai kuis tersebut bisa digunakan sebagai nilai dasar.
4. Langkah 4 = Bahan materi yang telah disampaikan didiskusikan dalam kelompok
untuk mencapai kompetensi dasar.
Selama belajar berkelompok berlangsung, tugas para anggota kelompok adalah
memahami materi yang dipaparkan dalam pembelajaran dan untuk membantu rekan-
rekan mereka menguasai materi itu. Siswa-siswa memiliki lembar tugas dan lembar
jawaban yang bisa mereka gunakan untuk melatih keterampilan yang diajarkan dan
untuk menaksir diri mereka sendiri dan teman sekelompok mereka. Hanya dua
salinan lembar tugas dan lembar jawaban yang diberikan kepada tiap-tiap kelompok
agar mendorong siswa sekelompok untuk bekerja bersama, tetapi jika beberapa siswa
memilih untuk bekerja seorang diri atau ingin menyalin sendiri, bisa disediakan
salinan tambahan. Selama pelajaran berlangsung tekankanlah hal-hal berikut.
1. Mintalah siswa untuk menggeser meja bersama atau pindah ke meja
kelompok.
2. Berikan lembar kerja siswa. (LKS terlampir)
3. Katakan pada siswa untuk bekerja berpasangan atau bertiga. Ketika mereka
menyelesaikan masalah, tiap-tiap siswa mengerjakan masalah itu secara
berpasangan atau bertiga kemudian memeriksa bersama rekan-rekannya.
Jika siapa saja dari mereka tidak bisa menjawab suatu pertanyaan, teman-
teman sekelompoknya bertanggung jawab untuk menjelaskannnya. Jika
siswa mengerjakan pertanyaan dengan jawaban singkat, mereka bisa saling
Model PembelajaranKooperatif STAD 21
memberi kuis satu sama lain, dengan saling bergiliran mengisi lembar
jawaban atau bergiliran menjawab pertanyaan itu.
4. Tekankan kepada siswa bahwa mereka tidak bisa selesai belajar sampai
mereka yakin teman sekelompok mereka menjawab kuisseluruhnya.
5. Pastikan siswa paham bahwa lembar tugas itu untuk dipelajari bukan untuk
diisi dan diserahkan. Itulah mengapa penting bagi siswa untuk memeriksa
lembaran mereka sendiri dan teman sekelompok mereka ketika belajar.
6. Mintalah siswa untuk saling menjelaskan jawaban dan bukan hanya
memeriksa satu sama lain terhadap lembar jawaban.
7. Ketika siswa memiliki pertanyaan, mintalah mereka bertanya kepada teman
sekelompok sebelum bertanya kepada guru.
8. Sementara siswa bekerja kelompok, kelilingi kelas itu, pujilah kelompok-
kelompok yang bekerja dengan baik, perhatikanlah tiap-tiap kelompok itu
untuk mengetahui bagaimana mereka bekerja, dan sebagainya.
5. Langkah 5 = Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan
dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.
Selagi siswa mengerjakan tugas yang diberika dalam kelompoknya masing-
masing, guru haruslah berkeliling untuk memastikan bahwa semua kelompok bekerja
dengan baik. Guru harus mampu memberikan pandangan-pandangan kepada
kelompok siswa apabila terdapat permasalahan yang tidak mampu mereka selesaikan
secara mandiri di dalam kelompoknya. Pujian sangat perlu diberikan apabila terdapat
kelompok yang sudah melakukan tugasnya dengan sangat baik.
6. Langkah 6 = Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual.
Sampaikan kuis dan berikan waktu yang cukup kepada siswa untuk
menyelesaikannya. Jangan biarkan siswa mengerjakan kuis secara bersama-sama,
pada point ini siswa harus memperlihatkan apa yang telah mereka pelajari secara
perseorangan. Jika memungkinkan mintalah siswa untuk pindah dari meja mereka.
Biarkan siswa untuk saling bertukar kertas dengan anggota-anggota kelompok lain
Model PembelajaranKooperatif STAD 22
atau mengumpulkan kuis untuk memberi nilai setelah pelajaran usai. Pastikan kuis
dinilai dan nilai kelompok sudah diperoleh saat pelajaran berikutnya akan dimulai.
Tabel 2. Lembar Penilaian Kuis
Tanggal tanggal tanggal Kuis kuis
Siswanilai dasar
nilai kuis
nilai kemajuan
nilai kuis
nilai kemajuan
nilai kuis
nilai kemajuan
Tabel 3. Perhitungan Skor Perkembangan Individu
Nilai TesSkor
Pengembangan
Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5 poin
10 poin di bawah sampai sampai 1 poin di
bawah skor awal
10 poin
Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal 20 poin
Lebih dari 10 poin diatas skor awal 30 poin
Nilai sempurna (tanpa memperhaikan skor awal) 30 poin
7. Langkah 7 = Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan
nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.
Tabel 4. Perhitungan Nilai Perkembangan Kelompok
Rata-Rata Tim Nilai Perkembangan
Model PembelajaranKooperatif STAD 23
-
Tim Baik
Tim Sangat Baik
Tim Sempurna
Ada dua tingkat penghargaan yang diberikan berdasarkan pada nilai kelompok.
Tingkatan itu adalah kelompok hebat dan kelompok super (Shlomo Sharan, 2012:
23). Tekankanlah bahwa semua kelompok bisa mendapatkan penghargaan.
Sediakanlah penghargaan atau pengakuan atas pencapaian kelompok hebat dan
kelompok super. Penghargaan itu bisa berupa sertifikat yang menarik, memajang foto
kelompok hebat dan kelompok super, memberikan bros khusus, mengijinkan istirahat
lebih awal atau dengan hak-hak istimewa lainnya sehingga siswa merasa termotivasi.
3.3 Situasi Ideal Model Pembelajaran Kooperatif STAD (Student Team
Achievement Division)
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model pembelajaran
yang menggunakan sistem berkelompok yang bersifat umum, sehingga dapat
digunakan untuk bidang studi di semua tingkatan, baik di jenjang sekolah dasar
maupun sekolah menengah, serta merupakan model yang paling sederhana dan
mudah dilaksanakan. Sedangkan materi yang relevan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) khususnya
matematika adalah materi-materi yang hanya untuk memahami fakta-fakta, konsep-
konsep dasar dan tidak memerlukan penalaran yang tinggi dan juga hapalan. Model
pembelajaran kooperatif tipe STAD ini akan sangat berguna untuk keadaan siswa
yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas, mengerjakan soal-soal dan saat
pelajaran berlangsung siswa masih bersifat pasif dan belum begitu aktif, sehingga
siswa akan malu bertanya maupun beraktifitas untuk menjawab pertanyaan dari guru
dan menanggapi pelajaran yang diberikan. Untuk mengatasi hal ini maka diperlukan
Model PembelajaranKooperatif STAD 24
model pembelajaran kooperatif STAD. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD
sangat tepat untuk diterapkan pada siswa yang memiliki karakteristik heterogen, baik
dari segi kemampuan, jenis kelamin, atau karakteristik yang lain.
3.4 Kelebihan Dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif STAD
(Student Team Achievement Division)
Suatu strategi pambelajaran mempunyai keunggulan dan kekurangan.
Demikian pula dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pembelajaran kooperatif
tipe STAD mempunyai beberapa kelebihan (Wina Sanjaya, 2006: 249) diantaranya
sebagai berikut.
1. Melalui pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu menggantungkan diri terhadap
guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri,
menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa lainnya;
2. Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide
atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-
ide orang lain;
3. Pembelajaran kooperatif dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan
menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan;
4. Dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung sawab
dalam belajar;
5. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model yang cukup ampuh untuk
meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk
mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang
lain, mengembangkan keterampilan me-manage waktu, dan sikap positif terhadap
sekolah;
6. Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya
sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat berpraktik memecahkan masalah
tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung
jawab kelompoknya;
Model PembelajaranKooperatif STAD 25
7. Dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan
belajar abstrak menjadi nyata (riil);
8. Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan
memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan
jangka panjang.
Kelebihan lain dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah selain
siswa dinilai secara kelompok, siswa juga diberikan kuis secara individu. Hal tersebut
secara tidak langsung akan menumbuhkan motivasi siswa untuk menjadi yang terbaik
di kelompoknya maupun di kelasnya. Sehingga dengan membelajarkan siswa
menggunakan model kooperatif jenis STAD ini siswa mampu beradaptasi dengan
lingkungannya dan saling membantu antar sesamanya namun juga termotivasi untuk
selalu menjadi yang terbaik.
Selain kelebihan tersebut pembelajaran kooperatif tipe STAD juga memiliki
kekurangan-kekurangan. Secara umum, kekurangan pembelajaran kooperatif tipe
STAD terletak pada alokasi waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran.
Dalam hal memahami materi, siswa cendrung memerlukan waktu yang lebih lama
sehingga apabila tidak diatasi pencapaian target kurikulum akan tidak berjalan.
Biasanya tiap kelompok belum bisa menyelesaikan permasalahan yang diberikan
tepat waktu dan biasanya hal tersebut menyebabkan mau tidak mau guru harus
memberikan perpanjangan waktu. Keterlambatan dalam memahami materi tersebut
biasanya terjadi karena kerja kelompok hanya melibatkan beberapa orang saja.
Penataan ruang kelas sebelum pembelajaran berkelompok dimulai juga akan menyita
waktu. Hal tersebut sudah tentu akan memerlukan waktu dan biaya yang cukup
banyak dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif.
3.5 Upaya Optimalisasi
Walaupun perencanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD sudah dilakukan
dengan baik, namun kadang kala dalam prakteknya sering terjadi hal-hal di luar
perencanaan dan sering kali tidak berjalan mulus sesuai rencana. Upaya yang dapat
dilakukan untuk meminimalisir hal-hal yang tidak diinginkan dalam pembelajaran
Model PembelajaranKooperatif STAD 26
kooperatif tipe STAD adalah dengan sebisa mungkin mengatasi kekurangan-
kekurangannya. Kekurangan-kekurangan yang ada pada pembelajaran kooperatif
masih dapat diatasi atau diminimalkan. Penggunaan waktu yang lebih lama dapat
diatasi dengan menggunakan waktu secara efektif dan efisien. Sedangkan
pembentukan kelompok dan penataan ruang kelas sesuai kelompok yang ada dapat
dilakukan sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Dengan demikian, dalam
kegiatan pembelajaran tidak ada waktu yang terbuang untuk pembentukan kelompok
dan penataan ruang kelas. Pembelajaran kooperatif memang memerlukan kemampuan
khusus guru, namun hal ini dapat diatasi dengan melakukan latihan terlebih dahulu.
Sedangkan kekurangan-kekurangan yang terakhir dapat diatasi dengan memberikan
pengertian kepada siswa bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan
orang lain. Oleh karena itu, siswa merasa perlu bekerja sama dan berlatih bekerja
sama dalam belajar secara kooperatif.
BAB IV
PENUTUP
Model PembelajaranKooperatif STAD 27
4.1 Simpulan
Belajar kooperatif (cooperatif learning) mengandung pengertian sebagai
suatu pembelajaran yang menggunakan grup kecil dimana siswa bekerjasama belajar
satu sama lain, berdiskusi dan saling berbagi ilmu pengetahuan, saling
berkomunikasi, saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Model
pembelajaran STAD termasuk model pembelajaran kooperatif. Kemudian untuk
sintaks nya ada 7 langkah yang harus menjadi pedoman guru dalam proses
pembelajaran yang menggunakan tipe STAD. Model pembelajaran kooperatif tipe
STAD merupakan model pembelajaran yang menggunakan sistem berkelompok yang
bersifat umum, sehingga dapat digunakan untuk bidang studi dan semua tingkatan
baik di jenjang sekolah dasar maupun sekolah menengah, serta merupakan model
yang paling sederhana dan mudah dilaksanakan.
4.2 Rekomendasi
Model pembelajaran kooperatif jika diterapkan sesuai dengan situasi ideal
dan dilakukan dengan baik dan benar sesuai dengan langkah-langkah yang ada, dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran siswa. Dengan meningkatnya kualitas
pembelajaran siswa maka hasil belajar siswa pun meningkatkan. Model pembelajaran
kooperatif tipe STAD ini dapat diterapkan pada mata pelajaran apapun dan dapat
disesuaikan dengan kurikulum yang sedang berlaku. Kelebihan tipe STAD
diharapkan dapat menutupi kekurangan tipe STAD itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Model PembelajaranKooperatif STAD 28
Daryanto, Muljo Rahardjo. 2012. Model Pembelajaran Inovatif. Yogjakarta: gava media.
Kompas online, 30 September 2014, “Kemana Arah Pendidikan Indonesia.”Kompas online, 11 Desember 2013, “Hasil PISA: Indonesia Jadi Rangking 2
Terbawah”H.Yatim Riyanto. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.Sharan, Shlomo.2012. The Handbook of Cooperative Learning. Yogjakarta: Familia.Slavin, Robert E. 1990. Cooperatif Learning: Theory Research and Practice. United
States of America: Ally and Bacon. Tanwey Gerson Ratumanan. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Surabaya: Unesa
University Press.Trianto.2009.Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.Wina Sanjaya.2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.Budiningsih, Asri. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Djiwandono, Sri E.W. 2002.Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grasindo.
Model PembelajaranKooperatif STAD 29