Model pembelajaran STAD

45
BAB I PENDAHULUAN 1.1Rasional Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi semua negara di dunia, karena pendidikan merupakan faktor penentu dalam kemajuan suatu negara. Menurut studi Bank Dunia tahun 2000 yang telah disarikan oleh Sukmadinata, dkk (dalam Daryanto dan Muljo Raharjo, 2012) yang menyatakan bahwa kemajuan suatu negara sangat ditentukan oleh empat faktor utama yaitu iinovation and creativity, networking, technology, dan natural resources. Dilihat dari hal tersebut maka sumber daya manusia merupakan faktor yang strategis dan memiliki peran yang cukup besar. Dapat diartikan pula bahwa sumber daya manusia memiliki kemampuan dalam mengembangkan inovasi dan kreatifitas, membangun jaringan kerjasama, mengembangkan dan mendayagunakan teknologi, mengelola dan mengembangkan sumber daya yang dimiliki. Memberikan pendidikan merupakan langkah awal bagi suatu negara dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dengan adanya suatu pendidikan, kualitas sumber daya manusia dapat terjamin sehingga tidak menutup kemungkinan kemajuan suatu negara akan tercapai. Di Indonesia pendidikan juga diangggap sebagai kebutuhan bagi setiap warganya. Bahkan adanya suatu Model Pembelajaran Kooperatif STAD 1

description

Model pembelajaran STAD

Transcript of Model pembelajaran STAD

Page 1: Model pembelajaran STAD

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Rasional

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi semua negara di dunia,

karena pendidikan merupakan faktor penentu dalam kemajuan suatu negara. Menurut

studi Bank Dunia tahun 2000 yang telah disarikan oleh Sukmadinata, dkk (dalam

Daryanto dan Muljo Raharjo, 2012) yang menyatakan bahwa kemajuan suatu negara

sangat ditentukan oleh empat faktor utama yaitu iinovation and creativity,

networking, technology, dan natural resources. Dilihat dari hal tersebut maka sumber

daya manusia merupakan faktor yang strategis dan memiliki peran yang cukup besar.

Dapat diartikan pula bahwa sumber daya manusia memiliki kemampuan dalam

mengembangkan inovasi dan kreatifitas, membangun jaringan kerjasama,

mengembangkan dan mendayagunakan teknologi, mengelola dan mengembangkan

sumber daya yang dimiliki. Memberikan pendidikan merupakan langkah awal bagi

suatu negara dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dengan

adanya suatu pendidikan, kualitas sumber daya manusia dapat terjamin sehingga tidak

menutup kemungkinan kemajuan suatu negara akan tercapai.

Di Indonesia pendidikan juga diangggap sebagai kebutuhan bagi setiap

warganya. Bahkan adanya suatu pendidikan itu sudah diatur pada Undang-undang

Dasar 1945 pasal 31 dari hasil amandemen ke IV yang mengatakan bahwa setiap

warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Negara Indonesia telah menjamin

adanya pendidikan bagi setiap warganya. Selain itu adanya pendidikan juga tersurat

dalam pembukaan undang –undang dasar 1945 pada alenia ke 4 yang menyatakan

“...untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut

melaksanakan ketertiban dunia...”.

Di Indonesia pelaksanaan pendidikan nasional memiliki suatu fungsi untuk

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan tersebut

bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

Model PembelajaranKooperatif STAD 1

Page 2: Model pembelajaran STAD

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab, sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang Republik

Indonesia No 20 Tahun 2003 mengenai sistem pendidikan nasional. Diharapkan

melalui pelaksanaan pendidikan, peserta didik mampu bersaing dengan negara-negara

lain sehingga dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.

Namun kenyataannya, pendidikan di Indonesia belumlah berjalan sesuai

dengan yang diinginkan. Salah satu contoh yang menunjukan lemahnya pendidikan di

Indonesia adalah lemahnya prestasi siswa dalam pelajaran matematika. Menurut data

TIMSS yaitu studi internasional untuk melihat prestasi matematika dan sains siswa

sekolah lanjutan tingkat pertama yang diadakan empat tahun sekali (kompas, 30

september 2014), skor prestasi matematika dan sains Indonesia masih berada

signifikan dibawah skor rata-rata internasional. Peringkat anak-anak Indonesia

bertengger di posisi 38 dari 42 negara untuk prestasi matematika, dan menduduki

posisi 40 dari 42 negara untuk prestasi sains. Rata-rata skor prestasi matematika dan

sains berturut-turut adalah 386 dan 406 masih berada signifikan dibawah skor rata-

rata internasional. Prestasi yang diraih Indonesia ini masih jauh dari negara tetangga

yaitu Singapura. Singapura menduduki posisi pertama pada tahun 1999 dan 2003,

posisi ketiga di tahun 2007, dan posisi kedua di tahun 2011. Sedangkan Indonesia

tidak pernah beranjak naik ataupun berubah menjadi lebih baik selama lebih dari satu

dekade.

Selain itu pendidikan Indonesia masuk dalam peringkat 64, dari 65 negara

yang dikeluarkan oleh lembaga Programme for International Study Assessment

(PISA), pada tahun 2012. Kinerja pendidikan Indonesia pada pemetaan PISA pada

tahun 2000, 2003, 2006, 2009, dan 2012, cenderung stagnan (Kompas, 11 Desember

2013).

Jika proses pembelajaran di Indonesia dicerminkan dengan negara tetangga

maka dapat dilihat sebagai berikut. (1) kurikulum matematika di Indonesia masih

lemah, kurikulum di Indonesia terlalu banyak menekankan pada penguasaan

keterampilan dasar menghitung yang bersifat procedural; (2) kurangnya guru-guru

matematika yang terlatih; (3) kurangnya dukungan sekolah dan rumah, hal ini

Model PembelajaranKooperatif STAD 2

Page 3: Model pembelajaran STAD

ditandai dengan kurangnya sumber daya di sekolah, kurang positifnya lingkungan

sekolah sebagai tempat belajar siswa, kurang sumber daya pendidikan di rumah; (4)

kurangnya penggunaan komputer dalam pembelajaran matematika; (5) metode yang

digunakan oleh guru sering kali monoton.

Karena hal-hal tersebut maka pemerintah telah melakukan usaha perbaikan di

bidang pendidikan agar pendidikan di Indonesia khususnya pendidikan matematika

jauh lebih baik dari sebelumnya. Pembaruan dalam bidang pendidikan juga telah

dilakukan oleh pemerintah baik dalam pembaruan kurikulum, penyediaan sarana dan

prasarana, penataran guru maupun yang lain. Peningkatkan kualitas dan kuantitas

pendidikan sekarang ini menekankan pada berbagai faktor pendidikan yang memiliki

pengaruh antara satu dengan yang lainnya dalam menciptakan suatu pembelajaran

yang efektif. Pendidikan harus dilandaskan pada empat pilar pendidikan, yaitu: (1)

learning to know, di mana siswa mempelajari pengetahuan; (2) learning to do, di mana

siswa menggunakan pengetahuannya untuk mengembangkan keterampilan; (3) learning

to be, di mana siswa belajar menggunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk

hidup; dan (4) learning to live together, di mana siswa belajar untuk menyadari bahwa

adanya saling ketergantungan sehingga diperlukan adanya saling menghargai antara

sesama.

Dalam PP No 19 tahun 2005 telah diatur tentang standar nasional pendidikan

yang diantaranya mengatur standarisasi proses pembelajaran sehingga dilembaga

pendidikan diharapkan ada pembaruan pembelajaran dengan model yang

inovatif.Berbagai model pembelajaran juga telah dikembangkan untuk meningkatkan

prestasi belajar siswa termasuk salah satunya yaitu prestasi belajar matematika siswa.

Salah satu model pembelajaran yang dianggap relevan dan baik untuk dipraktikkan

adalah model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif diyakini dapat

memberikan peluang peserta didik untuk terlibat dalam diskusi, berpikir kritis, berani

dan mau mengambil tanggung jawab untuk pembelajaran mereka sendiri. Meskipun

model pembelajaran kooperatif mengutamakan peran aktif peserta didik, bukan

berarti pengajar tidak berpartisipasi, sebab dalam proses pembelajaran, pendidik

berperan sebagai fasilitator dan pembimbing proses pembelajaran. Selain itu siswa

Model PembelajaranKooperatif STAD 3

Page 4: Model pembelajaran STAD

akan lebih banyak belajar melalui proses pembentukan dan penciptaan, kerja dalam

kelompok dan berbagi ilmu pengetahuan serta tanggung jawab individu sehingga

pendidikan dan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa lebih bermanfaat.

Salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana

yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran khususnya pembelajaran

matematika adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD atau student team

achievement division. Dalam makalah ini akan menjelaskan lebih lanjut mengenai

salah satu model pembelajaran kooperatif yaitu model pembelajaran kooperatif tipe

STAD.

1.2 Rumusan Masalah

Mengacu pada rasional yang telah diuraikan, adapun rumusan masalah yang

akan dikaji dalam makalah ini yaitu sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD?

2. Apa landasan filosofis dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD?

3. Apa landasan teoritis dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD?

4. Bagaimana sintaks dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD?

5. Bagaimana implementasi dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD

dalam pembelajaran matematika?

6. Bagiamana situasi ideal dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD?

7. Apa kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran kooperatif tipe

STAD?

8. Upaya apa yang diperlukan untuk mengoptimalkan hasil belajar pada model

pembelajaran kooperatif tipe STAD?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penulisan makalah ini yaitu:

1. Untuk mengetahui pengertian dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

2. Untuk mengkaji landasan filosofis dari model pembelajaran kooperatif tipe

STAD.

Model PembelajaranKooperatif STAD 4

Page 5: Model pembelajaran STAD

3. Untuk mengkaji landasan teoritis dari model pembelajaran kooperatif tipe

STAD.

4. Untuk merumuskan sintaks dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

5. Untuk menyusun rencana pembelajaran dengan mengimplementasi model

pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran matematika.

6. Untuk mengidentifikasi situasi ideal dari model pembelajaran kooperatif tipe

STAD.

7. Untuk mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran

kooperatif tipe STAD.

8. Merumuskan upaya yang diperlukan untuk mengoptimalkan hasil belajar pada

model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Model PembelajaranKooperatif STAD 5

Page 6: Model pembelajaran STAD

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement

Devision (STAD)

Model pembelajaran STAD termasuk model pembelajaran kooperatif. Semua

model pembelajaran kooperatif ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan

dan struktur penghargaan. Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran

kooperatif siswa didorong untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama dan mereka

harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru.

Tujuan model pembelajaran kooperaif adalah prestasi belajar akademik siswa

meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta

pengembangan keterampilan sosial.

Pembelajaran kooperatif tipe STAD didesain untuk memotivasi siswa-siswa

agar kembali bersemangat dan saling menolong untuk mengembangkan keterampilan

yang diajarkan oleh guru. Pada model ini siswa dikelompokkan dalam tim dengan

anggota 4 siswa pada setiap tim untuk selanjutnya melakukan diskusi. Tim dibentuk

secara heterogen menurut tingkat kinerja, jenis kelamin, dan suku. Dalam kegiatan

berdiskusi ini, setiap anggota kelompok harus menyadari pentingnya pertukaran

informasi (subsidi silang). Apabila ada anggota kelompok yang belum memahami,

maka anggota kelompok yang lain berusaha untuk membantunya sampai semua

anggota kelompok benar-benar menguasai materi yang diajarkan guru. Dimana hal ini

penting dilakukan untuk meningkatkan motivasi keinginan belajar setiap individu.

Pembelajaran kooperatif tipe STAD, tipe ini dikembangkan pertama kali oleh

Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkins dan merupakan

model pembelajaran kooperatif paling sederhana. Masing-masing kelompok memiliki

kemampuan akademik yang heterogen, sehingga dalam satu kelompok akan terdapat

satu siswa berkemampuan tinggi, dua orang kemampuan sedang dan satu siswa lagi

berkemampuan rendah.

Model PembelajaranKooperatif STAD 6

Page 7: Model pembelajaran STAD

Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah salah satu tipe

pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar

beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya,

jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam

tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut.

Akhirnya seluruh siswa diberikan kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis

mereka tidak boleh saling membantu.

Model pembelajaran koperatif tipe STAD merupakan pendekatan Cooperative

Learning yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling

memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai

prestasi yang maksimal. Guru yang menggunakan model pembelajaran STAD

mengajukan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan

presentasi verbal atau teks.

2.2 Landasan Filosofis Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student

Team Achievement Division)

Manusia adalah makhluk sosial yang saling ketergantungan satu sama lain.

Antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya saling membutuhkan.

Seperti adanya sistem gotong royong dimana manusia satu dengan yang lain akan

saling membantu untuk mencapai tujuan bersama. Pada dasarnya manusia dalam

hidupnya tidak lepas dari masalah. Ada kalanya permasalahan yang ditemui

merupakan permasalahan yang rumit dan tidak dapat diselesaikan sendiri. Apabila

mendapatkan masalah yang dirasa sulit untuk dipecahkannya sendiri, manusia sering

kali memerlukan pertolongan dari orang-orang sekitarnya. Pada dasarnya pemikiran

orang banyak lebih baik daripada pemikiran sendiri dalam memecahkan suatu

permasalahan. Manusia perlu menghimpun diri dengan sesamanya untuk menghadapi

permasalahan-permasalahan yang berat baginya. Begitu pula dalam proses

pembelajaran. Siswa kadang kala tidak mampu menyelesaikan permasalahan yang

ditemui dalam proses belajar secara mandiri. Terkadang bantuan baik dari teman

maupun guru sangat diperlukan dalam hal tersebut.

Model PembelajaranKooperatif STAD 7

Page 8: Model pembelajaran STAD

Berdasarkan hal tersebut, dikembangkanlah model pembelajaran kooperatif

yang mengutamakan sistem pembelajaran berkelompok. Dengan belajar

berkelompok, siswa diharapkan mampu secara bersama-sama memecahkan

permasalahannya dalam pembelajaran yang tidak mampu dipecahkan sendiri. Proses

pembelajaran yang berlangsung akan menjadi lebih bermakna dan siswa dapat lebih

mengerti dengan materi yang dibelajarkan.

Di sisi lain, sifat umum manusia adalah selalu ingin lebih unggul dari orang-

orang disekitarnya. Setiap orang selalu ingin menjadi yang terbaik dari yang lainnya.

Dalam hidupnya manusia sering mengalami persaingan-persaingan satu sama lain.

Persaingan tersebut juga terjadi dalam proses pembelajaran. Dimana siswa selalu

ingin menjadi yang terbaik dari siswa lainnya. Namun jika persaingan tersebut

dibiarkan begitu saja, maka cenderung persaingan itu akan mengarah pada persaingan

yang tidak sehat dan justru akan merugikan.

Untuk menyiasati hal itu, agar siswa mampu berprilaku secara umum yaitu

saling membantu antar sesamanya, namun juga tetap bersaing secara sehat sehingga

timbul motivasi dalam diri siswa untuk menjadi yang terbaik dalam proses

pembelajaran, maka diciptakanlah model kooperatif STAD (Student Team

Achievement Divisions) yaitu model pembelajaran yang menekankan pembelajaran

berkelompok, namun tidak mengesampingkan persaingan diantara siswa yang

ditandai dengan diadakannya kuis individu sehingga pemahaman siswa mengenai

suatu materi dapat ditingkatkan dengan pembelajaran berkelompok, namun juga

motivasi siswa untuk menjadi yang terbaik tetap tumbuh dalam diri siswa.

2.3 Landasan Teoritis Model Pembelajaran Kooperatif STAD (Student Team

Achievement Division)

Ada beberapa landasan teoritis yang melandasi model pembelajaran

kooperatif STAD (Student Team Achievement Division) yaitu: (1) teori belajar sosial

dari Vygotsky, (2) teori perkembangan kognitif dari Piaget, (3) teori Albert Bandura,

(4) teori John Dewey dan Herbert Thelan, (5) teori Gordon Allport, dan (6) teori Kurt

Lewin.

Model PembelajaranKooperatif STAD 8

Page 9: Model pembelajaran STAD

1. Teori Belajar Sosial dari Vygotsky

Teori Vygotsky lebih menekankan pada aspek sosial dari pembelajaran.

Menurut vygotsky bahwa proses pembelajaran akan terjadi jika anak bekerja atau

menangani tugas-tugas yang belum dipelajari, namun tugas-tugas tersebut masih

berada dalam jangkauan mereka disebut dengan Zone of Proximal Development,

yakni daerah tingkat perkembangan sedikit diatas daerah perkembangan seseorang

saat ini. Vygotsky yakin bahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya

muncul dalam percakapan dan kerja sama antar individu sebelum fungsi mental yang

lebih tinggi itu terserap ke dalam individu tersebut (Trianto, 2009). Sehingga

pembelajaran yang baik menurut teori dari belajar sosial ini dapat diterapkan dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif.

2. Teori Perkembangan Kognitif dari Piaget

Perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan

interaksi aktif anak dengan lingkungan. Menurut teori ini, ilmu pengetahuan

dibangun dalam diri seorang individu melalui proses interaksi yang

berkesinambungan dengan lingkungan. Piaget yakin bahwa pengalaman fisik dan

manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya perubahan perkembangan. Sementara

itu interaksi sosial dengan teman sebaya, khususnya berargumentasi dan berdiskusi

membantu memperjelas pemikiran. Sehingga agar siswa mampu berinteraksi sosial

dengan sesamanya menurut teori kognitif, maka model pembelajaran kooperatif

sangatlah cocok diterapkan.

3. Teori Albert Bandura

Teori belajar sosial diperkenalkan oleh Albert Bandura, ahli psikologis klinis

dari Lowa University. Teori belajar sosial menyebutkan bahwa belajar akan menjadi

efektif bila bahan ajar sesuai dengan kebutuhan dan harapan orang tersebut (siswa)

serta ia diberikan kesempatan untuk bertanggung jawab atas belajarnya sendiri

(Tanwey Gerson Ratumanan, 2002). Dalam teori belajar ini baik faktor internal

maupun faktor eksternal sangat diperhatikan. Tingkah laku manusia menurut teori

Model PembelajaranKooperatif STAD 9

Page 10: Model pembelajaran STAD

belajar sosial dipengaruhi oleh timbal balik yang berkesinambungan antara faktor

kognitif, tingkah laku, dan faktor lingkungan. Teori belajar sosial menekankan

interaksi antar prilaku dan lingkungan yang memusatkan diri pada pola prilaku yang

dikembangkan individu untuk menguasai lingkungan dan bukan pada dorongan

nalurian (Atkinson dalam Tanwey Gerson Ratumanan, 2002).

4. Teori John Dewey dan Herbert Thelan

Menurut Dewey (Arends, 1997), kelas seharusnya merupakan cermin dari

masyarakat luas dan berfungsi sebagai laboratorium belajar dalam kehidupan nyata.

Dewey menegaskan bahwa guru perlu menciptakan sistem sosial yang bercirikan

demokrasi dan proses ilmiah dalam lingkungan belajar peserta didik dalarn kelas.

Tanggung jawab utama guru adalah memotivasi peserta didik untuk belajar secara

kooperatif dan memikirkan masalah-masalah sosial yang penting setiap hari.

Bersamaan dalam aktivitasnya rnemecahkan masalah di kelompoknya, peserta didik

belajar prinsip-prinsip demokrasi melalui interaksi dengan peserta didik lain.

Beberapa tahun setelah Dewey, Thelan (dalam Arends, 1997) berpendapat

bahwa kelas haruslah merupakan laboratorium atau miniatur demokrasi yang

bertujuan mengkaji masalah-masalah sosial dan masalah antar pribadi.Thelan tertarik

dengan dinamika kelompok dan rnengernbangkan bentuk yang lebih rinci dan

terstruktur dari penyelidikan kelompok, dan mempersiapkan dasar konseptual untuk

pengembangan pembelajaran kooperatif (Arends, 1997).

5. Teori Gordon Allport

Aliport (Arends, 1997) berpandangan bahwa hukum saja tidaklah cukup untuk

mengurangi kecurigaan dan meningkatkan penerimaan secara baik antar

kelompok.Pandangan Allport dikenal dengan "The Nature of Prejudice". Untuk

mengurangi kecurigaan dan meningkatkan penerimaan satu sama lain adalah dengan

jalan mengumpulkan mereka (antar suku atau ras) dalam satu lokasi, kontak langsung

dan bekerjasama antar mereka. Shlomo Sharan dan koleganya menyimpulkan adanya

tiga kondisi dasar untuk memformulasikan pandangan Allport untuk mengurangi

Model PembelajaranKooperatif STAD 10

Page 11: Model pembelajaran STAD

kecurigaan antar kelompok dan meningkatkan penerimaan antar mereka. Tiga kondisi

tersebut adalah: 1) kontak langsung antar suku atau ras; 2) dalam seting tertentu,

mereka bekerjasama dan berperan aktif dalam kelompok; 3) dalam seting tersebut,

mereka secara resmi menyetujui adanya kerjasama (Arends, 1997).

6. Teori Kurt Lewin

Kurt Lewin yang lahir pada tahun 1890 di Polandia ini dapat dipandang

sebagai Bapak Psikologi Sosial.Lewin sangat tertarik pada masalah-masalah

pergerakan yang dinamis dalam kelompok (group dynamics movement), terutama

tentang resolusi konflik sosial yang terjadi di antara para peserta didik. Dalam suatu

kelompok, ada duakernungkinan yang dapat terjadi, yaitu: mendorong penerimaan

sosial (promotesocial acceptance) atau meningkatkan jarak/ketegangan sosial

(increase social distance). Pandangan-pandangan Lewin tentang dinamika kelompok

ini kemudian dikembangkan oleh para peserta didikpeserta didiknya. D. Johnson, E.

Aronson, R. Schmuck dan L. Sherman adalah generasi ke-tiga dari Lewin (peserta

didik dari peserta didik Lewin) yang turut mengembangkan pandangan-pandangan

Lewin tersebut di atas.

Para penerus Lewin mencari cara bagaimana memfasilitasi integrasi dan

memajukan hubungan antar manusia, mendorong demokrasi dan mengurangi

timbulnya konflik. Dari sini muncul berbagai strategi pembelajaran kooperatif.Para

penerus Lewin (terutama generasi kedua dan ketiga Lewin) mengembangkan

berbagai teknik pembelajaran kooperatif yang menggabungkan pandangan

teoripsikologi sosial dari Lewin dan psikologi kognitif.

Banyak hasil penelitian Lewin yang mengetengahkan pentingnya partisipasi

aktif dalam kelompok untuk mempelajari ketrampilan baru, mengembangkan sikap

baru, dan memperoleh pengetahuan.Hasil penelitiannya juga menunjukkan betapa

produktifnya kelompok bila anggota-anggotanya berinteraksi dan kemudian saling

merefleksikan pengalaman-pengalamannya.

Model PembelajaranKooperatif STAD 11

Page 12: Model pembelajaran STAD

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif STAD (Student Team Achievement

Division)

Dalam pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan komunikasi

dengan tujuan agar siswa saling berbagi kemampuan, saling belajar berpikir kritis,

saling menyampaikan pendapat, saling memberikan kesempatan menyalurkan

kemampuan, saling membantu belajar, saling menilai kemampuan peranan diri

sendiri maupun teman lain (Daryanto dan Muljo Rahardjo, 2012). Adapun sintak

model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut.  

Tabel 1. Enam Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif

Fase Indikator Aktivitas guru

1

Menyampaikan tujuan dan

memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan

pembelajaran dan mengkomunikasikan

kompetensi dasar yang akan dicapai serta

memotivasi siswa belajar

2Menyajikan/menyampaikan

informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa

dengan cara mendemonstrasikan

3 Mengorganisasikan siswa

kedalam kelompok- kelompok

belajar

Guru menginformasikan

pengelompokkan siswa

4 Membimbing kelompok

belajar

Guru membimbing serta memfasilitasi

kerja siswa dalam kelompok-kelompok

belajar saat mereka mengerjakan tugas

mereka.

5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang

materi pembelajaran yang telah

dilaksanakan atau masing-masing

Model PembelajaranKooperatif STAD 12

Page 13: Model pembelajaran STAD

kelompok mempresentasikan hasil

kerjanya

6 Memberikan penghargaan Mencari cara-cara untuk menghargai baik

upaya maupun hasil belajar individu dan

kelompok sehingga Guru dapat memberi

penghargaan hasil belajarindividual dan

kelompok

Menurut Slavin (dalam Tanwey Gerson Ratumanan, 2002), STAD terdiri dari

lima komponen utama sebagai berikut:

a. Presentasi Kelas

Materi yang akan dibelajarkan, sebelumnya dijelaskan oleh guru dengan

metode presentasi. Presentasi yang dilakukan ini berbentuk pengajaran secara

langsung atau diskusi yang dipimpin oleh guru. Guru memberikan rangsangan-

rangsangan ataupun permasalahan sehingga siswa diharapkan mampu mengonstruksi

suatu pemahaman terhadap suatu topik yang akan dibahas.

b. Kelompok

Kelompok dibentuk terdiri dari empat atau lima siswa dengan memperhatikan

perbedaan kemampuan, jenis kelamin ras atau etnis. Dalam kelompok, siswa

berdiskusi lebih lanjut dengan anggota kelompoknya masing-masing terkait dengan

materi yang diberikan terkait dengan mendiskusikan masalah membandingkan

jawaban, dan mengoreksi miskonsepsi jika ada anggota kelompok yang membuat

kesalahan. Setiap anggota kelompok diharapkan berpartisipasi aktif dalam

pembelajaran untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi kuis yang akan

dilaksanakan setelah sesi pembelajaran dalam kelompok usai.

c. Kuis (tes)

Model PembelajaranKooperatif STAD 13

Page 14: Model pembelajaran STAD

Setelah usai penyajian materi yang dilakukan oleh guru dan setelah selesainya

pembelajaran dalam kelompok, siswa diberikan tes individual untuk mengukur

pemahaman masing-masing siswa terhadap materi yang telah dibahas. Siswa tidak

diperkenankan bekerja sama dan saling membantu pada kuis ini.

d. Skor Peningkatan Individual

Setiap siswa dapat memberikan kontribusi skor terhadap kelompoknya

masing-masing dalam sistem skor, sehingga siswa harus bekerja keras. Siswa

memberikan kontribusi skor pada kelompoknya dengan skor yang diperoleh dari hasil

kuis yang mereka dapatkan dibandingkan dengan skor dasar mereka yang telah

ditentukan sebelumnya. Dengan demikian diharapkan siswa memahami pentingnya

sebuah kerja keras dan melakukan yang terbaik untuk memperoleh hasil yang

diinginkan.

e. Penghargaan Kelompok

Kelompok dengan kriteria terbaik yang didasarkan pada perolehan skor yang

mereka dapat akan mendapatkan penghargaan dari guru.

Langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah

sebagai berikut.

1. Persiapan dan Penyampaian Materi

Guru menyiapkan materi sebelum memasukin kelas dan menyampaikan materi

pembelajaran dengan metode presentasi sebagai awalnya dan dilanjutkan dengan

metode penemuan terbimbing mengenai konsep himpunan dalam pemecahan

masalah.

2. Tes/Kuis Awal

Guru memberikan tes awal setelah menyampaikan materi pembelajaran

mengenai konsep himpunan dalam pemecahan masalah untuk mendapatkan skor

dasar atau skor awal. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD tidak diharuskan

melakukan kuis awal terlebih dahulu karena melihat situasi dan kondisi kelas

Model PembelajaranKooperatif STAD 14

Page 15: Model pembelajaran STAD

tersebut. Namun, alangkah baiknya jika memberikan kuis awal terlebih dahulu untuk

melihat perkembangan siswa.

3. Membentuk Kelompok

Guru menginsformasikan pengelompokan siswa yang telah ditentukan dimana

setiap kelompok terdiri dari 4 sampai dengan 5 siswa yang kemampuan akademiknya

terdiri dari siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

4. Diskusi Kelompok

Guru membagikan bahan diskusi kelompok (biasanya berupa LKS) pada setiap

kelompok untuk dikerjakan setiap anggota kelompok tentang materi pembelajaran

yang sudah diberikan guru untuk didiskusikan bersama-sama, dan saling bantu-

membantu antar anggota lain dalam kelompoknya, sedangkan guru memotivasi,

memfasilitasi kerja siswa, membantu siswa yang mengalami kesulitan, dan

mengamati kerjasama tiap anggota dalam kelompok belajar. Selanjutnya setelah

semua siswa selesai mengerjakan LKSnya masing-masing, perwakilan kelomok atau

salah satu siswa ditunjuk untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok dan guru

bertindak sebagai fasilitator.

5. Tes/Kuis Individu Kedua

Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual.

6. Evaluasi

Guru melakukan evalusi dengan memfasilitasi siswa dalam membuat

rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran

yang telah dibelajarkan.

7. Penghargaan

Model PembelajaranKooperatif STAD 15

Page 16: Model pembelajaran STAD

Guru memberikan penghargaan kepada kelompok melalui nilai penghargaan

berdasarkan perolehan nilai peningkatan individual dari nilai dasar ke nilai berikutnya

setelah mereka melalui kegiatan kelompok.

3.2 Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif STAD (Student Team

Achievement Division)

Materi-materi matematika yang relevan dengan pembelajaran kooperatif tipe

Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah materi-materi yang hanya untuk

memahami fakta-fakta, konsep-konsep dasar dan tidak memerlukan penalaran yang

tinggi dan juga hapalan, misalnya bilangan bulat, himpunan-himpunan, dan lain-lain.

Dengan penyajian materi yang tepat dan menarik bagi siswa, seperti halnya

pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat memaksimalkan proses pembelajaran

sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Dalam makalah ini akan dicontohkan implementasi model pembelajaran

kooperatif STAD dalam bidang matematika pada materi bilangan bulat. Jadwal

aktivitas STAD terdiri dari siklus aktivitas pengajaran reguler seperti mengajar,

belajar berkelompok, tes, dan penghargaan kelompok (Shlomo Sharan, 2012: 18).

1. Langkah 1 = Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada

siswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.

Pembelajaran kooperatif tipe STAD dimulai dengan melakukan presentasi atau

pengajaran yang dilakukan oleh guru. Menurut Good, Grouw Dan Ebmier (dalam

Shlomo Sharan, 2012: 18) hal-hal berikut perlu ditekankan dalam pengajaran yaitu

sebagai berikut.

a. Beri tahu siswa apa yang sedang mereka pelajari dan mengapa pelajaran itu

penting. Munculkan keingintahuan siswa dengan menjelaskan masalah

sehari-hari dan sebagainya. Dalam hal ini berikanlah siswa permasalahan

tentang bilangan bulat yang terkait dengan kehidupan sehari-hari sehingga

timbul keingintahuan siswa untuk mempelajari;

b. Berikan ulasan singkat mengenai keterampilan dan informasi yang

diperlukan;

Model PembelajaranKooperatif STAD 16

Page 17: Model pembelajaran STAD

c. Dekatkan pada sasaran yang akan diujikan. Dalam hal ini perkuatlah konsep

siswa terutama pada sub-sub materi yang sangat penting untuk diujikan baik

dalam ulangan harian, ulangan semester maupun ujian nasional;

d. Fokus pada kenyataan bukan ingatan. Guru tidak boleh secara mutlak

berfokus pada rencana yang disusun namun harus menyesuaikan diri dengan

keadaan siswa di kelas;

e. Tunjukkan secara aktif konsep atau ketrampilan dengan menggunakan

bantuan visual dan yang lainnya;

f. Sering-seringlah untuk menaksir pemahaman siswa dengan memberi

pertanyaan-pertanyaan;

g. Panggilah siswa secara acak sehingga mereka tidak pernah tahu siapa yang

akan diberi pertanyaan. Hal ini membuat semua siswa selalu mempersiapkan

jawaban mereka;

h. Jangan memberi tugas panjang-panjang, mintalah siswa untuk mengerjakan

satu atau dua permasalahan atau contoh atau mempersiapkan satu atau dua

jawaban kemudian berikan umpan balik.

i. Selalu menjelaskan mengapa sebuah jawaban itu benar dan tidak benar

kecuali jawaban itu sudah jelas;

j. Beralih cepat dari satu konsep ke konsep lain segera setelah seswa

mendapatkan gagasan utamanya;

k. Jaga semangat dengan membatasi interupsi, menanyakan banyak pertanyaan,

dan bergerak cepat dalam pelajaran itu.

Dalam membelajarkan bilangan bulat, pertama kita konstruksi pemahaman

siswa mengenai bilangan bulat. Kemudian untuk mengkonstruksi penjumlahan dan

pengurangan kita dapat menggunakan media pembelajaran berupa kartu yang terdiri

dari dua jenis yaitu kartu berwarna hitam dan kartu berwarna putih. Penjumlahan

berarti kita menambahkan kartu, dengan ketentuan apabila penjumlahan dengan

bilangan positif kita tambahkan kartu yang berwarna putih, apabila penjumlahan

dengan bilangan negatif, kita tambahkan kartu yang berwarna hitam. Pengurangan

berarti mengambil kartu, apabila dikurangkan dengan bilangan positif, kita ambil

Model PembelajaranKooperatif STAD 17

Page 18: Model pembelajaran STAD

kartu yang berwarna putih, apabila dikurangkan dengan bilangan negatif, kita ambil

kartu yang berwarna hitam. Atau dapat juga kita menjelaskan dengan menyuruh

siswa memperagakan langsung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat tersebut

dengan berjalan maju mundur. Siswa diasumsikan berada pada garis bilangan. Posisi

awal siswa adalah di titik nol, semakin siswa maju siswa semakin bergerak ke arah

bilangan positif kemudian sesuaikan dengan soal yang diberikan. Instruksikan pada

siswa sebagai berikut. Apabila positif, siswa berjalan maju, apabila negatif siswa

berjalan mundur; Apabila ditambahkan siswa tetap pada posisinya, apabila

dikurangkan, siswa balik kanan. Agar siswa lebih mengerti dapat kita beri contoh

sekali atau dua kali.

2. Langkah 2 = Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual

sehingga akan memperoleh skor awal.

Berilah tes awal pada siswa dan selanjutnya hasil tes tersebut digunakan

sebagai nilai awal dalam pembentukan kelompok. Selain mengadakan tes, nilai awal

juga dapat ditentukan berdasarkan nilai yang mereka peroleh di semester sebelumnya.

Namun pemberian tes awal memberikan fakta yang lebih akurat mengenai

pengetahuan siswa karena siswa memiliki kemungkinan untuk belajar di antara

selang waktu akhir semester sebelumnya hingga saat permulaan pembelajaran

kooperatif dilaksanakan.

3. Langkah 3 = Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-

5 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah). Jika

mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, yang berbeda serta

kesetaraan gender.

Dalam Shlomo Sharan (2012: 12) dijelaskan bahwa sebuah kelompok dalam

STAD terdiri dari empat sampai lima orang yang mewakili anak-anak yang memiliki

berbagai kemampuan, ras, suku, dan jenis kelamin. Siswa oleh guru dimasukkan ke

dalam kelompok-kelompok, bukan mereka sendiri yang memilih kelompoknya,

Model PembelajaranKooperatif STAD 18

Page 19: Model pembelajaran STAD

karena siswa cenderung memilih teman-teman yang mereka sukai. Berikut langkah-

langkah yang bisa diikuti.

1. Buatlah salinan Lembar Rekapitulasi Kelompok. Sebelum memulai

menugaskan siswa ke dalam kelompok, siswa perlu diberikan satu salinan

Lembar Rekapitulasi Siswa kepada siswa di kelas. Hal ini dimaksudkan agar

siswa mengetahui siapa saja anggota kelompoknya.

2. Merangking Siswa. Di atas selembar kertas, urutkan semua siswa di kelas dari

yang paling pintar hingga ke yang kurang pintar.

3. Tentukan Jumlah Kelompok. Jika memungkinkan, tiap-tiap kelompok harus

memiliki empat anggota. Untuk memilih berapa banyak kelompok yang dapat

anda buat, terlebih dahulu banyaknya siswa dibagi empat. Jika banyaknya

siswa habis dibagi empat, hasil pembagian itu akan menjadi banyaknya

kelompok. Jika banyaknya siswa tidak habis dibagi empat, perlu dibuatkan

kelompok dengan anggota lima orang.

4. Tugaskan Siswa ke dalam Kelompok. Ketika anda memasukkan siswa ke

dalam kelompok, buatlah kelompok itu berimbang sehingga tiap kelompok

terdiri dari anak dengan kemampuan pintar, sedang dan kurang pintar dan

kemampuan rata-rata dari semua kelompok yang ada di kelas itu sama. Untuk

memasukkan siswa ke dalam kelompok, gunakan daftar siswa yang diurutkan

berdasarkan kepandaiannya. Misalnya, dalam kelas yang terdiri dari delapan

kelompok yang akan mempergunakan huruf A sampai H. Mulailah dari atas

daftar dengan huruf A, begitu seterusnya. Ketika ssampai pada huruf terakhir,

lanjutkan dengan menuliskannya lagi dengan urutan terbalik dari H ke A.

Misalkan salam suatu kelas terdiri dari 34 siswa maka akan dapat dibentuk 8

kelompok. Pertama urutkan siswa berdasarkan nilai awal yang telah diperoleh.

Masukkan siswa kedalam kelompok dimulai dari siswa urutan pertama

memasuki kelompok A, urutan kedua kelompok B begitu seterusnya. Siswa

urutan kedelapan dan ke sembilan memasuki kelompok yang sama yaitu

kelompok H, siswa di urutan sepuluh memasuki kelompok G dan seterusnya.

Namun siswa pada urutan nomor 17 dan 18 tidak dimasukkan terlebih dahulu,

Model PembelajaranKooperatif STAD 19

Page 20: Model pembelajaran STAD

mereka akan ditambahkan sebagai anggota kelima dengan sebelumnya

mempertimbangkan keseimbangan kelompok. Perlu juga diperhatikan

pembagian kelompok tersebut haruslah heterogen berdasarkan jenis kelamin,

suku, adat dan ras.

Tabel 1. Memasukkan Siswa ke Dalam Kelompok

  Urutan Peringkat Nama KelompokNilai Tertinggi Siswa 1 A

  2 B

  3 C  4 D  5 E  6 F  7 G  8 H  9 H  10 G  11 F

  12 E

  13 D  14 C  15 B  16 A  17    18    19 A  20 B  21 C  22 D  23 E  24 F  25 G  26 H  27 H  28 G  29 F  30 E  31 D

Model PembelajaranKooperatif STAD 20

Page 21: Model pembelajaran STAD

  32 C  33 B  34 A

5. Sebarkan Lembar Rekapitulasi Siswa. Setelah selesai merumuskan, isikan

nama-nama siswa pada masing-masing kelompok, namun nama kelompok

dibiarkan kosong.

6. Tentukan Nilai Dasar. Nilai dasar menunjukkan nilai rata-rata siswa pada kuis

sebelumnya. Jika STAD dimulai setelah dilaksanakannya tiga kali kuis atau

lebih, nilai kuis tersebut bisa digunakan sebagai nilai dasar.

4. Langkah 4 = Bahan materi yang telah disampaikan didiskusikan dalam kelompok

untuk mencapai kompetensi dasar.

Selama belajar berkelompok berlangsung, tugas para anggota kelompok adalah

memahami materi yang dipaparkan dalam pembelajaran dan untuk membantu rekan-

rekan mereka menguasai materi itu. Siswa-siswa memiliki lembar tugas dan lembar

jawaban yang bisa mereka gunakan untuk melatih keterampilan yang diajarkan dan

untuk menaksir diri mereka sendiri dan teman sekelompok mereka. Hanya dua

salinan lembar tugas dan lembar jawaban yang diberikan kepada tiap-tiap kelompok

agar mendorong siswa sekelompok untuk bekerja bersama, tetapi jika beberapa siswa

memilih untuk bekerja seorang diri atau ingin menyalin sendiri, bisa disediakan

salinan tambahan. Selama pelajaran berlangsung tekankanlah hal-hal berikut.

1. Mintalah siswa untuk menggeser meja bersama atau pindah ke meja

kelompok.

2. Berikan lembar kerja siswa. (LKS terlampir)

3. Katakan pada siswa untuk bekerja berpasangan atau bertiga. Ketika mereka

menyelesaikan masalah, tiap-tiap siswa mengerjakan masalah itu secara

berpasangan atau bertiga kemudian memeriksa bersama rekan-rekannya.

Jika siapa saja dari mereka tidak bisa menjawab suatu pertanyaan, teman-

teman sekelompoknya bertanggung jawab untuk menjelaskannnya. Jika

siswa mengerjakan pertanyaan dengan jawaban singkat, mereka bisa saling

Model PembelajaranKooperatif STAD 21

Page 22: Model pembelajaran STAD

memberi kuis satu sama lain, dengan saling bergiliran mengisi lembar

jawaban atau bergiliran menjawab pertanyaan itu.

4. Tekankan kepada siswa bahwa mereka tidak bisa selesai belajar sampai

mereka yakin teman sekelompok mereka menjawab kuisseluruhnya.

5. Pastikan siswa paham bahwa lembar tugas itu untuk dipelajari bukan untuk

diisi dan diserahkan. Itulah mengapa penting bagi siswa untuk memeriksa

lembaran mereka sendiri dan teman sekelompok mereka ketika belajar.

6. Mintalah siswa untuk saling menjelaskan jawaban dan bukan hanya

memeriksa satu sama lain terhadap lembar jawaban.

7. Ketika siswa memiliki pertanyaan, mintalah mereka bertanya kepada teman

sekelompok sebelum bertanya kepada guru.

8. Sementara siswa bekerja kelompok, kelilingi kelas itu, pujilah kelompok-

kelompok yang bekerja dengan baik, perhatikanlah tiap-tiap kelompok itu

untuk mengetahui bagaimana mereka bekerja, dan sebagainya.

5. Langkah 5 = Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan

dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.

Selagi siswa mengerjakan tugas yang diberika dalam kelompoknya masing-

masing, guru haruslah berkeliling untuk memastikan bahwa semua kelompok bekerja

dengan baik. Guru harus mampu memberikan pandangan-pandangan kepada

kelompok siswa apabila terdapat permasalahan yang tidak mampu mereka selesaikan

secara mandiri di dalam kelompoknya. Pujian sangat perlu diberikan apabila terdapat

kelompok yang sudah melakukan tugasnya dengan sangat baik.

6. Langkah 6 = Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual.

Sampaikan kuis dan berikan waktu yang cukup kepada siswa untuk

menyelesaikannya. Jangan biarkan siswa mengerjakan kuis secara bersama-sama,

pada point ini siswa harus memperlihatkan apa yang telah mereka pelajari secara

perseorangan. Jika memungkinkan mintalah siswa untuk pindah dari meja mereka.

Biarkan siswa untuk saling bertukar kertas dengan anggota-anggota kelompok lain

Model PembelajaranKooperatif STAD 22

Page 23: Model pembelajaran STAD

atau mengumpulkan kuis untuk memberi nilai setelah pelajaran usai. Pastikan kuis

dinilai dan nilai kelompok sudah diperoleh saat pelajaran berikutnya akan dimulai.

Tabel 2. Lembar Penilaian Kuis

  Tanggal     tanggal   tanggal          Kuis   kuis  

Siswanilai dasar

nilai kuis

nilai kemajuan

nilai kuis

nilai kemajuan

nilai kuis

nilai kemajuan

                                                            

                              

Tabel 3. Perhitungan Skor Perkembangan Individu

Nilai TesSkor

Pengembangan

Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5 poin

10 poin di bawah sampai sampai 1 poin di

bawah skor awal

10 poin

Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal 20 poin

Lebih dari 10 poin diatas skor awal 30 poin

Nilai sempurna (tanpa memperhaikan skor awal) 30 poin

7. Langkah 7 = Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan

nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.

Tabel 4. Perhitungan Nilai Perkembangan Kelompok

Rata-Rata Tim Nilai Perkembangan

Model PembelajaranKooperatif STAD 23

Page 24: Model pembelajaran STAD

-

Tim Baik

Tim Sangat Baik

Tim Sempurna

Ada dua tingkat penghargaan yang diberikan berdasarkan pada nilai kelompok.

Tingkatan itu adalah kelompok hebat dan kelompok super (Shlomo Sharan, 2012:

23). Tekankanlah bahwa semua kelompok bisa mendapatkan penghargaan.

Sediakanlah penghargaan atau pengakuan atas pencapaian kelompok hebat dan

kelompok super. Penghargaan itu bisa berupa sertifikat yang menarik, memajang foto

kelompok hebat dan kelompok super, memberikan bros khusus, mengijinkan istirahat

lebih awal atau dengan hak-hak istimewa lainnya sehingga siswa merasa termotivasi.

3.3 Situasi Ideal Model Pembelajaran Kooperatif STAD (Student Team

Achievement Division)

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model pembelajaran

yang menggunakan sistem berkelompok yang bersifat umum, sehingga dapat

digunakan untuk bidang studi di semua tingkatan, baik di jenjang sekolah dasar

maupun sekolah menengah, serta merupakan model yang paling sederhana dan

mudah dilaksanakan. Sedangkan materi yang relevan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) khususnya

matematika adalah materi-materi yang hanya untuk memahami fakta-fakta, konsep-

konsep dasar dan tidak memerlukan penalaran yang tinggi dan juga hapalan. Model

pembelajaran kooperatif tipe STAD ini akan sangat berguna untuk keadaan siswa

yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas, mengerjakan soal-soal dan saat

pelajaran berlangsung siswa masih bersifat pasif dan belum begitu aktif, sehingga

siswa akan malu bertanya maupun beraktifitas untuk menjawab pertanyaan dari guru

dan menanggapi pelajaran yang diberikan. Untuk mengatasi hal ini maka diperlukan

Model PembelajaranKooperatif STAD 24

Page 25: Model pembelajaran STAD

model pembelajaran kooperatif STAD. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD

sangat tepat untuk diterapkan pada siswa yang memiliki karakteristik heterogen, baik

dari segi kemampuan, jenis kelamin, atau karakteristik yang lain.

3.4 Kelebihan Dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif STAD

(Student Team Achievement Division)

Suatu strategi pambelajaran mempunyai keunggulan dan kekurangan.

Demikian pula dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pembelajaran kooperatif

tipe STAD mempunyai beberapa kelebihan (Wina Sanjaya, 2006: 249) diantaranya

sebagai berikut.

1. Melalui pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu menggantungkan diri terhadap

guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri,

menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa lainnya;

2. Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide

atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-

ide orang lain;

3. Pembelajaran kooperatif dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan

menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan;

4. Dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung sawab

dalam belajar;

5. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model yang cukup ampuh untuk

meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk

mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang

lain, mengembangkan keterampilan me-manage waktu, dan sikap positif terhadap

sekolah;

6. Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya

sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat berpraktik memecahkan masalah

tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung

jawab kelompoknya;

Model PembelajaranKooperatif STAD 25

Page 26: Model pembelajaran STAD

7. Dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan

belajar abstrak menjadi nyata (riil);

8. Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan

memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan

jangka panjang.

Kelebihan lain dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah selain

siswa dinilai secara kelompok, siswa juga diberikan kuis secara individu. Hal tersebut

secara tidak langsung akan menumbuhkan motivasi siswa untuk menjadi yang terbaik

di kelompoknya maupun di kelasnya. Sehingga dengan membelajarkan siswa

menggunakan model kooperatif jenis STAD ini siswa mampu beradaptasi dengan

lingkungannya dan saling membantu antar sesamanya namun juga termotivasi untuk

selalu menjadi yang terbaik.

Selain kelebihan tersebut pembelajaran kooperatif tipe STAD juga memiliki

kekurangan-kekurangan. Secara umum, kekurangan pembelajaran kooperatif tipe

STAD terletak pada alokasi waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran.

Dalam hal memahami materi, siswa cendrung memerlukan waktu yang lebih lama

sehingga apabila tidak diatasi pencapaian target kurikulum akan tidak berjalan.

Biasanya tiap kelompok belum bisa menyelesaikan permasalahan yang diberikan

tepat waktu dan biasanya hal tersebut menyebabkan mau tidak mau guru harus

memberikan perpanjangan waktu. Keterlambatan dalam memahami materi tersebut

biasanya terjadi karena kerja kelompok hanya melibatkan beberapa orang saja.

Penataan ruang kelas sebelum pembelajaran berkelompok dimulai juga akan menyita

waktu. Hal tersebut sudah tentu akan memerlukan waktu dan biaya yang cukup

banyak dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif.

3.5 Upaya Optimalisasi

Walaupun perencanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD sudah dilakukan

dengan baik, namun kadang kala dalam prakteknya sering terjadi hal-hal di luar

perencanaan dan sering kali tidak berjalan mulus sesuai rencana. Upaya yang dapat

dilakukan untuk meminimalisir hal-hal yang tidak diinginkan dalam pembelajaran

Model PembelajaranKooperatif STAD 26

Page 27: Model pembelajaran STAD

kooperatif tipe STAD adalah dengan sebisa mungkin mengatasi kekurangan-

kekurangannya. Kekurangan-kekurangan yang ada pada pembelajaran kooperatif

masih dapat diatasi atau diminimalkan. Penggunaan waktu yang lebih lama dapat

diatasi dengan menggunakan waktu secara efektif dan efisien. Sedangkan

pembentukan kelompok dan penataan ruang kelas sesuai kelompok yang ada dapat

dilakukan sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Dengan demikian, dalam

kegiatan pembelajaran tidak ada waktu yang terbuang untuk pembentukan kelompok

dan penataan ruang kelas. Pembelajaran kooperatif memang memerlukan kemampuan

khusus guru, namun hal ini dapat diatasi dengan melakukan latihan terlebih dahulu.

Sedangkan kekurangan-kekurangan yang terakhir dapat diatasi dengan memberikan

pengertian kepada siswa bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan

orang lain. Oleh karena itu, siswa merasa perlu bekerja sama dan berlatih bekerja

sama dalam belajar secara kooperatif.

BAB IV

PENUTUP

Model PembelajaranKooperatif STAD 27

Page 28: Model pembelajaran STAD

4.1 Simpulan

Belajar kooperatif (cooperatif learning) mengandung pengertian sebagai

suatu pembelajaran yang menggunakan grup kecil dimana siswa bekerjasama belajar

satu sama lain, berdiskusi dan saling berbagi ilmu pengetahuan, saling

berkomunikasi, saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Model

pembelajaran STAD termasuk model pembelajaran kooperatif. Kemudian untuk

sintaks nya ada 7 langkah yang harus menjadi pedoman guru dalam proses

pembelajaran yang menggunakan tipe STAD. Model pembelajaran kooperatif tipe

STAD merupakan model pembelajaran yang menggunakan sistem berkelompok yang

bersifat umum, sehingga dapat digunakan untuk bidang studi dan semua tingkatan

baik di jenjang sekolah dasar maupun sekolah menengah, serta merupakan model

yang paling sederhana dan mudah dilaksanakan.

4.2 Rekomendasi

Model pembelajaran kooperatif jika diterapkan sesuai dengan situasi ideal

dan dilakukan dengan baik dan benar sesuai dengan langkah-langkah yang ada, dapat

meningkatkan kualitas pembelajaran siswa. Dengan meningkatnya kualitas

pembelajaran siswa maka hasil belajar siswa pun meningkatkan. Model pembelajaran

kooperatif tipe STAD ini dapat diterapkan pada mata pelajaran apapun dan dapat

disesuaikan dengan kurikulum yang sedang berlaku. Kelebihan tipe STAD

diharapkan dapat menutupi kekurangan tipe STAD itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Model PembelajaranKooperatif STAD 28

Page 29: Model pembelajaran STAD

Daryanto, Muljo Rahardjo. 2012. Model Pembelajaran Inovatif. Yogjakarta: gava media.

Kompas online, 30 September 2014, “Kemana Arah Pendidikan Indonesia.”Kompas online, 11 Desember 2013, “Hasil PISA: Indonesia Jadi Rangking 2

Terbawah”H.Yatim Riyanto. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada

Media Group.Sharan, Shlomo.2012. The Handbook of Cooperative Learning. Yogjakarta: Familia.Slavin, Robert E. 1990. Cooperatif Learning: Theory Research and Practice. United

States of America: Ally and Bacon. Tanwey Gerson Ratumanan. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Surabaya: Unesa

University Press.Trianto.2009.Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group.Wina Sanjaya.2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group.Budiningsih, Asri. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Djiwandono, Sri E.W. 2002.Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grasindo.

Model PembelajaranKooperatif STAD 29