MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI...
Transcript of MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI...
MODEL PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BAGI ANAK TUNA LARAS
DI SMP MUHAMMADIYAH SALATIGA
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh :
GITA SAKINA
121 09 006
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN )
SALATIGA
2016
MOTTO
)رواه البخاري( خيركم مه تعلم القران وعلمه
Yang paling baik diantara kamu adalah orang yang mau belajar
Al-Qur’an dan mengajarkanya. (Hr.BukHori)
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahi robbil „alamiin dengan izin Allah SWT Skripsi ini selesai.
Skripsi ini penulis persembahkan untuk orang – orang yang telah mendorong dan
selalu memperjuangkan mimpiku:
Suamiku tercinta Arison Saetban yang senantiasa mencurahkan kasih
sayangnya, memberi motivasi, bimbingan dan do‟a yang tak pernah henti
– hentinya.
Ayahanda Suwahadi Mulyono dan Ibunda Nuril Munawaroh yang selalu
memberikan dukungan untukku serta selalu membimbingku dan
mengarahkanku untuk menjadi yang lebih baik.
Adik tersayangDian Safietrie dan Raihan Mahardika yang selalu berbagi
denganku tak pernah berhenti tuk mewarnai hariku dengan senyum dan
tawa kalian.
Bapak Usman Saetban dan mama Salma Koebanu yang selalu memberikan
do‟anya untukku.
Keluarga besarku, terima kasih atas motivasi dan dukungan yang selalu
kalian berikan padaku.
Sahabatku yang selalu memberikan dukungan kepadaku ( Amy Nur
Amalia ) sahabat terimakasih banyak untuk semangat dan kebersamaan
yang telah kitajalin sejak kita di SMP Islam Sudirman Ambarawa.
Adikku Annisa Kharisma Dewi yang selalu menemaniku dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Keluarga besar SD N Tambakboyo 02 dan SD N Lodoyong 02 yang
senantiasa memotivasiku serta menemaniku dalam perjalanan
perkulihanku.
Keluarga besar KKG – PAI Kec. Ambarawa yang senantiasa memberikan
semangat dan motivasi untukku.
Semua pihak yang telah berperan dalam penulisan skripsi ini, terimakasih
banyak atas bantuannya.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan taufiqnya,sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul.Sholawat serta salam kami
haturkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah
menuntun umatnya ke jalan kebenaran dan keadilan.
Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi
syarata guna untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan islam. Adapun judul
skripsi ini adalah “MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BAGI ANAK TUNA LARAS DI SMP MUHAMMADIYAH SALATIGA”.
Penulisan skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah
memberikan dukungan moril maupun meteriil. Dengan penuh kerendahan hati,
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Dr. Lilik Sriyanti, M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan bantuan dan bimbingan dengan penuh kesabaran sehingga skripsi
ini dapat terselesaikan.
3. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah membekali berbagai ilmu
pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini.
4. Karyawan-karyawati IAIN Salatiga yang telah memberikan layanan serta
bantuan.
5. Ayahanda dan Ibunda tersayang yang telah mengasuh, mendidik,
membimbing serta memotivasi kepada penulis, baik moral maupun spiritual.
6. Suamiku tercinta Arison Saetban yang senantiasa mencurahkan kasih
sayangnya, memberi motivasi, bimbingan dan do‟a yang tak pernah henti –
hentinya.
7. Bapak Usman Saetban dan mama Salma Koebanu yang selalu memberikan do‟anya
untukku.
8. Adiku tersayang Dian Safietrie dan Raihan Mahardika yang selalumemberiku
dukungan, semangat, dan dorongansehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
9. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan ini, sehingga dapat
terselesaikan dengan baik semoga amal kebaikannya diterima disisi Allah
SWT.
Demikian ucapan terima kasih penulis sampaikan, semoga amal mereka
diterima sebagai amal ibadah oleh Allah SWT serta mendapatkan balasan yang
berlipat ganda amiin. Penulis sadar bahwa dalam penulisan ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnan. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati
penulis mohon saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada
khususnya maupun pembaca pada umumnya dan memberikan sumbangan bagi
pengetahuan dunia pendidikan. Aamiin ya robbal „alamiin.
Salatiga, 10 Maret 2016
Penulis,
Gita Sakina
121 09006
ABSTRAK
Sakina, Gita. 2016. Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi Anak
Tuna Laras Di SMP Muhammadiyah Salatiga.Skripsi. Jurusan Tarbiyah
dan Ilmu Keguruan. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Institut
Agama Islam Negeri Salatiga.
Pembimbing: Dr. Lilik Sriyanti M.Si.
Kata Kunci: Model Pembelajaran Agama Islam, Anak Tuna Laras.
Anak tuna laras adalah sebutan bagi anak yang mengalami hambatan
dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial. SMP Muhammadiyan Salatiga
merupakan sekolah umum, bukan sekolah inklusi akan tetapi terdapat beberapa
peserta didik yang termasuk pada golongan anak tuna laras. Penelitian ini
merupakan upaya untuk mengetahui Model Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam bagi anak tuna laras di SMP Muhammadiyah Salatiga. Pertanyaan utama
yang ingin dijawab (1) Bagaimanakah karakteristik anak Tuna Laras?(2)
Bagaimanakah model pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang digunakan
untuk anak Tuna Laras? (3) Apa masalah yang dihadapi guru dalam proses
pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak Tuna Laras? (4) Upaya apa
yang harus ditempuh oleh guru Pendidikan Agama Islam untuk mengatasi
masalah tersebut?
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menghasilkan
data deskriptif. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara: observasi
mengenai model pembelajaran yang digunakan para pendidik khususnya pada
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan perilaku tuna laras; wawancara
dengan kepala sekolah, guru Pendidikan Agama Islam, beberapa guru, karyawan
dan anak tuna laras, dan dokumentasi untuk mencari data mengenai gambaran
umum SMP Muhammadiyah Salatiga.
Penelitian, menyimpulkan bahwa karakteristik anak tuna laras dapat
dilihat dari beberapa aspek. Aspek perilaku, aspek akademik dan aspek emosional.
Model pembelajaran Pendidikan Agama Islam untuk anak tuna laras yang
diterapkan sama saja tidak ada perbedaan dalam model pembelajaan antara anak
normal dan anak tuna laras, tetapi khusus untuk anak tuna laras gurumemberikan
perhatian dan catatan khusus untuk memantau kondisi anak tuna laras. Adanya
pendampingan khusus serta diberi tambahan jam pelajaran untuk mengejar materi
yang belum dikuasai.Hambatan atau masalah yang di hadapi oleh guru dalam
proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak tuna laras adalah dari
pendidik maupun peserta didik.
.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
HALAMAN BERLOGO ........................................................................ ii
HALAMAN DEKLARASI ..................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .............................................. iv
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ..................................................... v
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. vi
MOTTO ................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN .................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ............................................................................. x
ABSTRAK ............................................................................................... xii
DAFTAR ISI ............................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Fokus Penelitian ....................................................................... 10
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 11
D. Kegunaan Penelitian ................................................................. 12
E. Penegasan Istilah ...................................................................... 13
F. Metode Penelitian ..................................................................... 16
1. Jenis Penelitian ................................................................... 16
2. Kehadiran Peneliti .............................................................. 17
3. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian............................ 17
4. Sumber Data ....................................................................... 18
5. Prosedur Pengumpulan Data .............................................. 20
6. Tekhnik Analisis Data ........................................................ 24
7. Pengecekan Keabsahan Data .............................................. 25
8. Tahap-Tahap Penelitian ...................................................... 28
G. Sistematika Penulisan ............................................................... 31
BAB II LANDASAN TEORI
A. Model Pembelajaran ................................................................. 33
1. Pengertian Model Pembelajaran ........................................ 33
2. Ciri – ciri Model Pembelajaran ......................................... 35
3. Faktor Penghambat dalam Menerapkan Model Pembelajaran
………………………………………………………….. 36
4. Macam – macam Model Pembelajaran………………….. 36
B. Pendidikan Agama Islam .......................................................... ….. 46
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam................................. 46
2. Landasan Pendidikan Agama Islam .................................. 47
3. Tujuan Pendidikan Agama Islam………………………… 50
C. Anak Tuna Laras ...................................................................... 53
1. Pengertian Tuna Laras……………………………………. 53
2. Karakteristik Anak Tuna Laras…………………………… 54
3. Penyebab Ketunalarasan………………………………….. 56
4. Dampak Anak Tuna Laras………………………………… 57
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum dan Lokasi Subjek Penelitian ...................... 60
1. Profil Madrasah ................................................................. 60
a. Awal Berdirinya SMP Muhammadiyah Salatiga ........ 60
b. Tujuan ......................................................................... 61
c. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah Salatiga ...... 62
B. Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak tuna laras
.................................................................................................. .. 74
1. Karakteristik anak tuna laras di SMP Muhammadiyah Salatiga
........................................................................................... . 74
2. Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang cocok untuk
anak tuna laras di SMP Muhammadiyah Salatiga............. 76
3. Masalah yang di hadapi guru dalam proses pembelajaran
Pendidikan Agama Islam bagi anak tuna laras .................. .. 81
4. Usaha yang harus di tempuh oleh guru Pendidikan Agama Islam
dalam mengatasi masalah tersebut .................................... .. 83
BAB IV ANALISIS DATA
A. Karakteristik anak tuna laras di SMP Muhammadiyah Salatiga
.................................................................................................. …………
………………………………………………………. 85
B. Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang cocok untuk anak
tuna laras di SMP Muhammadiyah Salatiga…......................... ... 94
C. Masalah yang di hadapi guru dalam proses pembelajaran Pendidikan
Agama Islam bagi anak tuna laras ............................................ 102
D. Usaha yang harus di tempuh oleg guru Pendidikan Agama Islam dalam
mengatasi masalah tersebut ...................................................... 106
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................... 111
B. Saran .................................................................................... 114
C. Penutup……………………………………………………. 116
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Daftar Guu dan Karyawan ................................................... 64
Tabel 3.2 Diklat/ Penataran yang Pernah di ikuti Kepala Sekolah ...... 67
Tabel 3.3 Keadaan GuruBerdasarkan Jenjang Pendidikan .................. 69
Tabel 3.4 Daftar Nama Guru Pendidikan Agama Islam ...................... 70
Tabel 3.5 Daftar Siswa SMP Muhammadiyah Salatiga ...................... 71
Tabel 3.6 Daftar Siswa berkebutuhan Khusus Tuna Laras .................. 72
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I : Daftar Riwayat Hidup
Lampiran II : Profil Sekolah
Lampiran III :Verbatin Wawancara
Lampiran IV : Dokumentasi
Lampiran V :Silabus
Lampiran VI : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( R.P.P )
Lampiran VII : Daftar Nilai S.K.K
Lampiran VIII : Surat Ijin Penelitian
Lampiran IX : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
Lampiran X : Lembar Konsultasi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan di dunia ini, manusia tidak bisa terlepas dari
pendidikan. Karena dengan adanya pendidikan, manusia akan
mendapatkan ilmu pengetahuan yang mana nantinya akan menjadi bekal
bagi kehidupannya. Selain itu dengan adanya pendidikan manusia dapat
mengembangkan pola pikirnya untuk tujuan hidup yang akan dicapai.
Pendidikan Agama juga mempunyai peran yang sangat penting agar hidup
tetap stabil dan terarah pada jalan yang benar. Agama mejadi pemandu
dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna dan
bermanfaat. Dengan menyadari betapa pentingnya peran agama bagi
kehidupan manusia maka, penanaman nilai – nilai agama dalam kehidupan
setiap pribadi menjadi sebuah keharusan atau kewajiban yang harus
ditempuh melalui pendidikan, baik itu pendidikan di lingkungan keluarga,
masyarakat maupun lingkungan sekolah.
Pendidikan Agama dimaksudkan untuk meningkatkan potensi
spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang
berakhlak mulia dan beriman serta bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa. Akhlak mulia itu sendiri mencakup etika, budi pekerti dan moral
sebagai perwujudan dari pendidikan agama. Sedangkan peningkatan
spiritual mencakup pengenalan dan pemahaman nilai – nilai keagamaan
serta pengamalan nilai – nilai tersebut dalam kehidupan individual maupun
dalam kehidupan kemasyarakatan, agar kelak potensi yang dimiliki
manusia mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.
Dengan adanya pendidikan agama diharapkan dapat menghasilkan
manusia yang berguna bagi dirinya sendiri, masyarakat, serta senang dan
gemar mengamalkan dan mengembangkan ajaran islam dalam hubungan
dengan Allah dan manusia sesamanya, dapat mengambil manfaat yang
semakin meningkat dari alam semesta ini untuk kepentingan hidup di
dunia kini dan di akhirat nanti ( Daradjat, 2011 : 29 ).
Pendidikan Agama merupakan fondasi dasar bagi manusia,
sehingga pendidikan agama itu sangat penting bagi kehidupan kita. Dalam
pendidikan agama, berisi tentang tuntutan dalam menjalankan kehidupan
sehari-hari selain itu juga berguna untuk membentuk jiwa yang bersih
serta pribadi yang santun dan untuk lebih kreatif dan inofatif dalam
mengembangkan dan menerapkan materi tersebut kepada anak didiknya.
Pendidikan merupakan kebutuhan manusia yang tidak bisa
dipisahkan dengan terjadinya proses meningkatkan kecerdasan dan faktor
pendewasaan manusia. Pendidikan bisa saja berawal dari bayi sebelum
lahir ke dunia seperti yang telah dilakukan oleh kebanyakan orang dengan
cara memainkan alat – alat musik, mendengarkan lantunan ayat suci Al –
Qur‟an dan memperbanyak membaca Al – Qur‟an ketika bayi masih
didalam kandungan dengan harapan ia bisa mengajar bayi mereka sebelum
terlahir di dunia. Bahkan dalam Islam, pendidikan pralahir dimulai sejak
awal pembuahan, artinya seseorang yang menginginkan seorang anak yang
pintar, cerdas, trampil, dan berkepribadian yang baik ( saleh/ salehah ), ia
harus mempersiapkan perangkat utama dan pendukungnya terlebih dahulu
( Ubes Nur Islam, 2006 : 4 ).
Adanya suatu pendidikan mempunyai tujuan yang akan dicapai
manusia dalam menjalani kehidupan mendatang. Tujuan dari pendidikan
adalah untuk menjadi manusia atau individu yang bertaqwa dan beriman
kepada Tuhan YME, mempunyai akhlaq mulia, cerdas, sehat, berkemauan,
berperasaan, dan dapat berkarya untuk memenuhi kebutuhan secara wajar,
dapat mengendalikan hawa nafsu, bermasyarakat, berbudaya, dan
berkepribadian.
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan,
karena tanpa adanya pendidikan atau proses pembelajaran anak-anak
bangsa tidak akan maju dan selalu dalam keadaan yang tertindas. selain itu
pendidikan juga merupakan modal penting untuk semua anak, bukan
hanya untuk anak normal, anak berkebutuhan khususpun juga
membutuhkan pendidikan untuk modal hidupnya agar tetap bertahan dan
dapat bersaing dengan lingkungan sekitarnya yang terkadang sulit untuk
ditebak ( Aqila Smart, 2010:73 ). Dalam Pendidikan Islam, tidak dikenal
adanya diskriminasi hak seseorang untuk memperoleh pengajaran, baik itu
dari kalangan anak – anak maupun orang yang sudah tua sekalipun dan
juga baik itu dari golongan orang – orang cacat maupun orang normal.
Semua orang berhak mendapatkan pendidikan sesuai dengan kebutuhan,
tingkat kecerdasan dan juga potensi yang ada pada dirinya sendiri. Begitu
juga dengan anak berkebutuhan khusus ( tuna laras ) mereka semua
berhak untuk memperoleh pendidikan dan mendapatkan ilmu pengetahuan
yang sama halnya dengan anak normal lainnya. Selain itu, pendidikan
agama juga sangat penting sebagai pondasi keagamaan agar dapat
menjalankan kehidupan, anak didik yang termasuk anak berkebutuhan
khusus ( tuna laras ) mempunyai benteng yang kuat serta bisa menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
juga memiliki budi pekerti yang luhur.
Menurut Wardani ( 2013 ) menjelaskan bahwa “ UU No. 20/ 2003
tentang sisdiknas, anak berkebutuhan khusus bisa dimaknai sebagai anak
yang karena kondisi fisik, emosional, mental, sosial, dan memiliki
kecerdasan atau bakat istimewa yang memerlukan bantuan khusus dalam
pembelajaran”. Kebutuhan khusus terjadi karena peserta didik mengalami
kelainan yang siginifikan dari kondisi normal sehingga anak atau peserta
didik memerlukan bantuan khusus yang disebut dengan kebutuhan khusus.
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang karena kelainan yang
dimiliki memerlukan bantuan khusus dalam proses pembelajaran agar
mampu mengembangkan potensinya secara optimal. Kelainan tersebut
dapat berada di bawah normal, dapat juga di atas normal, sehingga sebagai
dampaknya diperlukan pengaturan khusus dalam pelayanan pendidikan.
Kebutuhan khusus dapat dimaknai sebagai kebutuhan khas setiap
anak yang terkait dengan kondisi fisik, emosional, mental, sosial, dan
kecerdasan atau bakat istimewa yang dimiliki. Tanpa dipenuhinya
kebutuhan khusus tersebut, potensi yang dimiki tidak akan berkembang
secara optimal. Misalnya pada seorang anak dengan kecerdasan atau bakat
istimewa akan terbantu dalam proses pembelajaran jika materi yang dia
pelajari diperkaya, anak tuna runggu akan terbantu dalam pembelajaran
jika kebutuhan khususnya yaitu lebih banyak berinteraksi melalui
penglihatannya daripada pendengarannya, sementara anak tuna laras akan
terbantu dalam pembelajaran jika kebutuhan khususnya yaitu lebih banyak
diperhatiankan oleh lingkungan sekitar.
Agama Islam sangat menganjurkan kepada manusia untuk selalu
belajar, begitu juga dengan anak – anak tuna laras. Bahkan, Islam
mewajibkan kepada setiap orang yang beriman untuk belajar. Perlu kita
ketahui bahwa setiap apa yang diperintahkan Allah untuk dikerjakan, pasti
dibaliknya terkandung hikmah atau sesuatu yang penting bagi manusia.
Demikian juga dengan perintah untuk belajar.
Dengan ilmu yang dimiliki manusia melalui proses belajar, maka
Allah akan memberikan derajat yang lebih tinggi kepada hamba-Nya.
Seperti firman Allah dalam Q.S Mujadalah ( 58 ) : 11
Yang artinya : “ Wahai orang – orang yang beriman! Apabila
dikatakan kepadamu, berilah kelapangan di dalam majelis – majelis, maka
lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan
apabila dikatakan, Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan
mengangkat ( derajat ) kepada orang – orang yang beriman di antara
orang – orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah maha teliti apa
yang kamu kerjakan ( Q.S Mujadalah ( 58 ) : 11 ).
Ilmu dalam hal ini, bukan hanya pengetahuan tentang agama saja,
tetapi juga ilmu non agama yang relevan dengan tuntutan kemajuan
zaman. Selain itu, ilmu juga harus bermanfaat bagi kehidupan orang
banyak dan diri orang yang menuntut ilmu ( Baharuddin d.k.k, 2008 : 32 –
33 ).
Dalam hal pembelajaran, pastinya setiap anak didik memiliki
hambatan dalam proses pembelajaran. Hambatan tersebut ada yang
bersifat ringan sehingga anak didik dapat mengatasi permasalahan tersebut
tanpa bantuan dari orang lain dan ada juga yang sifatnya berat dan harus
melibatkan perhatian orang lain dalam menyelesaikan hambatan
pembelajaran yang dialaminya. Anak tuna laras tidak selalu mengalami
hambatan dalam proses pembelajaran, tapi ketika mereka berkumpul
bersama dengan anak- anak sebaya lainnya dalam sistem pendidikan
regular, ada hal-hal tertentu yang harus mendapatkan perhatian khusus dari
guru dan sekolah untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal.
Model pembelajaran merupakan suatu hal yang sangat penting
dalam proses pembelajaran. Dengan model pembelajaran yang
menyenangkan dan sesuai dengan materi yang akan di berikan seorang
pendidik kepada peserta didik, suatu proses pembelajaran akan berjalan
secara efektif dan tujuan pembelajaranpun akan tercapai sesuai dengan
kurikulum yang berlaku. Model pembelajaran yang menarik bagi peserta
didik dan sesuai dengan materi yang guru berikan kepada peserta didik
akan memudahkan peserta didik dalam menyerap materi yang guru
berikan kepada peserta didik, memberikan minat dan motivasi peserta
didik dalam mengikuti pembelajaran, serta menghindarkan peserta didik
dari rasa bosan dan kejenuhan saat proses pembelajaran berlangsung.Anak
berkebutuhan khusus memiliki model pembelajaran tersendiri yang telah
dirancang dan dipersiapkan oleh pendidik sesuai dengan kebutuhan
masing-masing anak.
Model pembelajaran yang menarik dan disampaikan dengan cara
menarik pula akan meningkatkan motifasi bagi peserta didik. Cara
pendidik yang menyampaikan suatu materi pelajaran melalui contoh –
contoh ilustrasi tentang kehidupan sehari – hari atau cara pendidik
menyampaikansuatu manfaat dari mempelajari pokok – pokok bahasan
yang dipelajari akan sangat mempengaruhi motifasi belajar bagi peserta
didik.
Model Pembelajaran yang kurang tepat membuat anak didik
merasa tidak nyaman dalam mengikuti pembelajaran, selain itu rasa bosan
juga akan selalu hadir ketika anak didik sulit untuk memahami materi yang
guru berikan, selain itu keterbatasan alokasi waktu dalam pembelajaran
pendidikan agama islam yang setiap minggunya hanya diberi waktu tiga
jam pelajaran.
Suasana pembelajaranpun juga akan berpengaruh terhadap prestasi
yang akan diperoleh anak didik. Dengan suasana belajar yang
menyenangkan, metode pembelajaran yang sesuai dengan materi akan
menambah motivasi dan minat anak didik dalam mengikuti proses
pembelajaran, sehingga hasil yang akan diperoleh juga akan maksimal.
Dalam hal ini seorang guru dituntut untuk dapat menfasilitasi anak didik
agar dapat meningkatkan potensi yang dimiliki oleh anak didiknya serta
membuat anak didiknya aktif dalam pembelajaran sehingga tujuan
pembelajaran akan tercapai secara maksimal.
Fenomena yang terjadi pada saat ini adalah pendidikan agama
dianggap suatu pembelajaran yang sulit sehingga kurang diminati oleh
peserta didik. Pendidikan agama yang di dapat oleh peserta didik selalu
monoton dan kebanyakan hanya menggunakan metode ceramah saja.
Sehingga peserta didik kurang minat dalam mengikuti proses belajar
mengajar. Selain model pembelajaran yang kurang menarik, minimnya
jam mengajar Pendidikan Agama Islam pada suatu lembaga pendidikan
juga mengakibatkan sebagian anak didik menyepelekan Pendidikan
Agama Islam.
Dalam hal ini anak pada sekolah menengah pertama banyak
mengalami hambatan-hambatan dalam proses pembelajaran yang salah
satu dari penyebab hambatan tersebut yaitu terletak pada model
pembelajaran yang sering monoton dan hanya dilakukan dengan metode
ceramah saja selain itu juga terletak pada minimnya alokasi waktu
pelajaran agama pada setiap minggunya. Pada sekolah menengah pertama
Muhammaddiyah Salatiga merupakan sekolah umum tingkat pertama yang
mana pada sekolah tersebut memilki beberapa siswa berkebutuhan khusus
kategori tuna laras, sehingga pada sekolah tersebut harus memiliki model
pembelajaran yang dapat membuat anak didik merasa nyaman dalam
mengikuti pembelajaran. Bukan hanya nyaman saja tetapi juga dapat
memahamia arti pentingnya belajar agama.
Seorang pendidik pastinya memiliki banyak hambatan dalam
menjalankan proses pembelajaran pendidikan agama khususnya pada
sekolah menengah pertama yang memiliki siswa yang dikategorikan pada
siswa berkebutuhan khusus. Hambatan yang dialami oleh seorang peserta
didik biasanya terjadi pada model pembelajaran yang guru berikan.
SMP Muhammadiyah Salatiga adalah merupakan sekolah umum
yang terletak di Jalan Cempaka 5-7 Sidorejo Lor, kota Salatiga, provinsi
Jawa Tengah. SMP Muhammadiyah Salatiga itu merupakan sekolah
umum, bukan sekolah inklusi yang menjadi proyek pemerintah ataupun
sekolah khusus untuk anak – anak berkebutuhan khusus, akan tetapi di
lingkungan tersebut ada beberapa anak yang memiliki kebutuhan khusus
( tuna laras ). SMP Muhammadiyah Salatiga memiliki sekitar empat
sampai lima orang siswa yang memiliki kebutuhan khusus ( tuna laras )
akan tetapi tidak ada pembedaan khusus dalam pengelolaan kelas regular
maupun anak bekebutuhan khusus. Hanya saja kaitannya dengan anak
berkebutuhan khusus ( tuna laras ) anak tersebut dalam kesehariannya
diberi tambahan materi pembelajaran sendiri dengan tujuan untuk
menyamakan dengan peserta didik lainnya. Materi yang tidak hanya
materi pelajaran umum saja akan tetapi pelajaran mengenai prilaku,
akhlaq, dan spiritual anak ( tuna laras ).
Melihat fenomena tersebut penulis akan mengadakan penelitian
yang bersangkutan dengan hambatan-hambatan yang pendidikan alami
dalam proses pembelajaran tersebut. Dengan permasalahan tersebut,
penulis mengambil judul penelitian MODEL PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI ANAK TUNA LARAS DI
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MUHAMMADIYAH
SALATIGA.
B. Fokus Penelitian
Penelitian ini terfokus pada permasalahan – permasalahan
Pendidikan Agama Islam yang tertuju pada model pembelajaran dan
hambatan – hambatan yang dialami ketika proses pembelajaran
Pendidikan Agama Islam bagi anak berkebutuhan khusus tuna laras di
SMP Muhammadiyah Salatiga.
Adapun rumusan masalahyang akan dikaji dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana karakteristik anak berkebutuhan khusus ( tuna laras ) di
SMP Muhammadiyah Salatiga?
2. Bagaimana model pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang
digunakan untuk anak berkebutuhan khusus ( tuna laras ) di SMP
Muhammadiyah Salatiga?
3. Apa masalah yang di hadapi guru dalam proses pembelajaran
pendidikan Agama Islam bagi anak berkebutuhan khusus ( tuna latas )di
SMP Muhammdiyah Salatiga?
4. Usaha apa saja yang harus ditempuh oleh guru Pendidikan Agama
Islam dalam mengatasi masalah tersebut?
C. Tujuan Penelitian
Agar dapat memberikan gambaran yang jelas dalam pelaksanaan
penelitian ini, maka perlu merumuskan tujuan penelitian yang hendak
dicapai antara lain:
1. Untuk mengetahui karakteristik anak berkebutuhan khusus (tuna laras)
di SMP Muhammadiyah Salatiga.
2. Untuk mengetahui model pembelajaran yang digunakan untuk proses
belajar mengajar Pendidikan Agama Islam untuk anak berkebutuhan
khusus ( tuna laras ) di SMP Muhammadiyah Salatiga.
3. Untuk mengetahui masalah yang dihadapi guru dalam proses belajar
mengajar Pendidikan Agama Islam bagi anak berkebutuhan khusus
( tuna laras ) di Muhammadiyah Salatiga.
4. Untuk mendapatkan solusi dalam mengatasi masalah model
pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak berkebutuhan khusus
( tuna laras ) di SMP Muhammadiyah Salatiga.
D. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian diharapkan bisa memberi informasi yang jelas
tentang model pembelajaran pendidikan agama islam bagi anak
berkebutuhan khusus ( tuna laras ) sehingga dapat memberikan manfaat
sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
a. Dengan adanya tulisan ini, diharapkan dapat menjadi salah satu
karya ilmiah yang dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan
khususnya tentang model pembelajaran kepada para pendidik atau
guru agar dapat menciptakan rasa nyaman dan semanggat belajar
peserta didik dalam menerima materi yang diberikan pendidik seta
menumbuhkan motifasi untuk belajar lebih giat lagi dan mencapai
tujuan Pendidikan Agama Islam.
b. Menambah wawasan dan Ilmu Pengetahuan bagi penulis.
2. Secara Praktis
a. Bagi Peneliti
Untuk mengetahui Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
di SMP Muhammadiyah Salatiga.
b. Bagi Guru SMP Muhammadiyah Salatiga
1) Untuk mengetahui cara yang tepat dalam mendidik anak tuna laras.
2) Guru memiliki pandangan luas dalam mengajar terutama
dalam mengembangkan kreatifitas. Sehingga tercipta suasana
pembelajaran yang menarik bagi siswa.
3) Membantu guru untuk menyelesaikan masalah – masalah
model pembelajaran bagi anak tuna laras, sehingga kendala
yang dihadapi dapat dikurangi.
c. Bagi SMP Muhammadiyah Salatiga
1) Dapat menjadi pedoman bagi para pihak yang berwenang
dalam menentukan kebijakan Model Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam khususnya pada SMP Muhammaddiyah Salatiga.
2) Dapat digunakan sebagai contoh dalam menerapkan model
pembelajaran khususnya untuk mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam bagi anak berkebutuhan khusus ( Tuna Laras ).
3) Sebagai sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan dalam
pengembangan dan pembinaan anak tuna laras di SMP
Muhammadiyah Salatiga.
4) Memberikan input kepada sekolah untuk mendukung dan
menyediakan sarana prasarana guru sebagai upaya peningkatan
prestasi belajar siswa.
E. Penegasan Istilah
Sebelum diuraikan lebih panjang tentang penelitian ini, terlebih
dahulu peneliti memberikan penjelasan – penjelasan terhadap istilah –
istilah yang terkandung dalam skripsi ini, dengan maksud agar nantinya
tidak terjadi salah pengertian didalam memahami skripsi ini. Adapun
istilah – istilah yang dimaksud adalah :
1. Model Pembelajaran
Model adalah sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai
pedoman dalam melakukan kegiatan ( Komarudin, 2000 : 153 ).
Sedangkan Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam
desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara lebih aktif
yang menekankan pada penyedian sumber belajar ( Dimyanti dan
mudjiono, 1999 : 297 ).
Joyce dan Weil berpendapat bahwa model pembelajaran adalah
suatu rencana atau pola yang digunakan untuk membentuk kurikulum
( rencana pembelajaran jangka panjang ), merancang bahan – bahan
pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain
( Rusman, 2011 : 133 ).
Jadi model pembelajaran dapat diartikan sebagai cara / tekhnik
penyajian yang digunakan seorang guru dalam proses pembelajaran
agar tujuan pembelajaran tercapai.
2. Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam dalam penelitian ini adalah mata
pelajaran Agama Islam sebagai proses penyampaian informasi dalam
rangka pembentukan insan yang beriman dan bertaqwa agar manusia
menyadari kedudukannya, tugas, dan fungsinya di dunia dengan selalu
memelihara hubungannya dengan Allah, diri sendiri, masyarakat, dan
alam sekitarnya serta tanggung jawab terhadap Tuhan Yang Maha Esa
termasuk dirinya sendiri dan lingkungan hidupnya.
Jadi yang dimaksud Pendidikan Agama Islam dalam penelitian ini
yaitu suatu mata pelajaran yang dijadikan kurikulum wajib untuk
dipelajari oleh seluruh peserta didik yang beragama Islam di SMP
Muhammadiyah Salatiga.
3. Tuna Laras
Tuna laras adalah sebutan bagi individu yang mengalami
hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial ( Aqila Smart,
2010:53 ).
Schmid dan Mercer dalam bukunya Wardani ( 2013:7.28 )
mengemukakan bahwa anak tuna laras adalah anak yang secara kondisi
dan terus menerus menunjukkan penyimpangan tingkah laku tingkat
berat yang mempengaruhi proses belajar meskipun telah menerima
layanan belajar serta bimbingan seperti anak lain. Ketidakmampuan
menjalin hubungan baik dengan orang lain dan gangguan belajarnya
tidak disebabkan oleh fisik, saraf, atau inteligensia.
Jadi Tuna laras adalah individu yang mengalami hambatan dalam
mengendalikan emosi dan kontrol sosial. Individu tunalaras biasanya
menunjukkan perilaku yang menyimpang dan tidak sesuai dengan
norma dan aturan yang berlaku disekitarnya. Tuna laras dapat
disebabkan karena faktof internal dan faktok eksternal yaitu pengaruh
dari lingkungan sekitarnya.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian
kualitatif. Metode ini dipandang sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data-data yang bersifat deskriptif, yang mana dapat
berupa secara langsung terhadap fakta-fakta yang ada pada saat ini dan
dilaporkan sebagaimana mestinya.
Soegiyono menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah
metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme,
digunakan untuk meneliti pada kondisi objek secara alamiah dimana
peneliti adalah sebagai instrumen kunci ( Sugiyono, 2010 : 9 ).
Sedangkan Lexy J Moleong ( 1988 : 6 ) menjelaskan penelitian
kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya : perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan secara holistik, dan dengan cara deskripsi
dalam bentuk kata – kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang
alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.
Dalam penelitian ini yang akan diamati adalah guru bimbingan
konseling yang sekaligus berperan sebagai guru pendidikan agama
islam di SMP Muhammadiyah Salatiga dengan berbagai latar
belakangnya dalam memberikan pengajaran dan pembinaan pada anak
didiknya khususnya anak tuna laras, sehingga akan ditemukannya
kendala dalam pelaksanaan model pembelajaran pendidikan agama
islam bagi anak berkebutuhan khusus ( tuna laras).
2. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini peneliti bertindak langsung sebagai
instrument, sekaligus menjadi pengumpul data. Adapun instrument lain
yang digunakan oleh penulis adalah alat note book atau buku catatan
serta alat dokumentasi. Akan tetapi instrument ini hanya sebagai
pendukung tugas penulis sebagai instrument. Dalam penelitian
kualitatif, yang menjadi instrument atau alat peneliti adalah peneliti itu
sendiri ( Sugiono, 2010 : 222 ).
Selain itu kehadiran peneliti di lapangan mutlak diperlukan. Sebab
dalam hal ini, peneliti terjun langsung ke lapangan untuk melaksanakan
pengamatan yang berkaitan dengan model pembelajaran Pendidikan
Agama Islam bagi anak tuna laras di SMP Muhammadiyah Salatiga.
3. Tempat penelitian dan waktu penelitian
a. Tempat penelitian
Dalam penelitian ini, penulis ingin memfokuskan
penelitiannya yang berjudul “Model pembelajaran Pendidikan
Agama Islam bagi anak berkebutuhan khusus ( tuna laras ) di SMP
Muhammadiyah Salatiga, yang terletak di Jalan Cempaka 5-7
Sidorejo Lor, Kota Salatiga, Provinsi Jawa Tengah.
b. Waktu penelitian
Adapun waktu penelitian dilaksanakan mulai dari tanggal 6
s.d 21 Juni 2014.
4.Sumber data
Salah satu hal yang paling penting dalam sebuah penelitian adalah
ketersediaan sumber data. Sumber data dalam penelitian adalah
darimana data – data tersebut diperoleh. Sumber data dalam penelitian
kualitatif akan menghasilkan kekayaan data dalam sebuah penelitian
kualitatif. Berdasarkan sumbernya, jenis data dalam penelitian di bagi
menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah
data yang langsung diperoleh dari sumbernya dan dicatat pertama kali.
Data sekunder adalah data hasil pengumpulan orang lain dengan
maksud tersendiri dan mempunyai kategorisasi atau klasifikasi menurut
keperluan mereka.
a. Sumber data primer
Sumber data primer yaitu data yang dibuat oleh peneliti
dengan maksud khusus untuk menyelesaikan permasalahan yang
sedang ditanganinya. Data dikumpulkan sendiri oleh peneliti
langsung dari sumber pertama atau tempat objek penelitian yang
dilakukan.
Sumber data primer ini diperoleh dari informan. Informan
utama dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru Pendidikan
Agama Islam, dan beberapa siswa SMP Muhammadiyah Salatiga
yang termasuk dalam kategori anak tuna laras.
Informan digunakan sebagai sumber data dan aktor atau pelaku
yang ikut menentukan berhasil tidaknya sebuah penelitian
berdasarkan informasi yang diberikan. Informan dalam penelitian ini
adalah kepala sekolah, guru pendidikan agama islam yang dijadikan
juga responden yaitu peserta didik yang berperan untuk
mengklarifikasikan kebenaran penggunaan model pembelajaran yang
digunakan pendidik.
b. Sumber Data Sekunder
Data sekunder adalah berbagai macam teori dan informasi
yang diperoleh tidak langsung dari sumbernya. Data sekunder yaitu
data yang telah dikumpulkan dengan maksud untuk menyelesaikan
masalah yang sedang dihadapi. Data ini dapat ditemukan dengan
cepat. Dalam penelitian ini yang akan dijadikan sumber data
sekunder adalah dokumen atau arsip.
Dokumen merupakan bahan tertulis atau benda yang berkaitan
dengan suatu peristiwa atau aktifitas tertentu. Ia bisa berupa rekaman
atau dokumen tertulis seperti arsip data base, surat – surat, atau
gambar benda – benda peninggalan yang berkaitan dengan suatu
peristiwa ( Suprayogo, 2003 : 163 ).
Berkaitan dengan sumber data sekunder, penulis akan mencari
dokumen – dokumen penting yang berkaitan dengan judul penelitian
seperti : Sejarah SMP Muhammadiyah Salatiga, visi dan misi SMP
Muhammadiyah Salatiga, keadaaan guru di SMP Muhammadiyah
Salatiga, daftar nama tuna laras, daftar nilai tuna laras, buku catatan
konseling tuna laras dan hal – hal yang berkaitan dengan judul
penelitian.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan beberapa
metode dalam mengumpulkan data. Diantaranya observasi, wawancara,
dan dokumen- dokumen yang mendukung demi kelancaran penelitian
ini.
a. Observasi
Obsevasi adalah suatu tekhnik pengumpulan data dimana
peneliti mengadakan pengamatan secara langsung. Observasi
sebagai metode ilmiah biasa diartikan sebagai pengamatan dan
pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang
diselidiki, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Black dan Champion mengelompokkan observasi dalam
dua kelompok besar yaitu observasi non partisipan dan observasi
partisipan. Observasi yang sesuai dengan penelitian ini adalah
observasi non partisipan dimana peneliti tidak banyak dituntut
peranan tingkah laku atau keterlibatannya terhadap kegiatan atau
fenomena dari subjek yang diteliti. Perhatian peneliti hanya
terfokus pada bagaimana mengamati, merekam, memotret,
mempelajari dan mencatat tingkah laku atau fenomena yang
diteliti. Dan observasi ini bersifat terbuka karena diketahui oleh
subjek yang diteliti ( Suprayogo, 2003 : 167 ).
Dalam hal ini penulis akan melakukan observasi di SMP
Muhammadiyah Salatiga mengenai Model Pembelajaran yang
digunakan para pendidik khususnya pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam bagi tuna laras. Observasi ini dilakukan
supaya peneliti dapat mengetahui bagaimana cara seorang pendidik
dalam menerapkan model pembelajaran yang digunakan khususnya
pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam bagi tuna laras.
Pedoman observasi pengumpulan data dapat dikumpulkan sebagai
berikut:
1) Kondisi objektif pendidik dalam menerapkan model
pembelajaran.
Dalam hal ini, peneliti akan melakukan pengamatan
langsung kondisi objektif pendidik dalam menerapkan model
pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan proses belajar
mengajar yang dilakusanakan di SMP Muhammadiyah
Salatiga dengan melakukan pengamatan.
2) Hambatan pendidik yang dialami dalam proses belajar
mengajar.
Peneliti melakukan pengamatan kepada pendidik dalam
menerapkan model pembelajaran dalam proses belajar
mengajar dengan pedoman yang sudah ada.
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu ,
percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) dan yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu ( Lexy
J Moleong, 2009 : 186 ).
Wawancara merupakan bentuk pengumpulan data yang
dilakukan dengan Bentuk komunikasi secara langsung antara
peneliti dengan subjek. Peneliti mencoba untuk melakukan
percakapan atau bertanya jawab secara langsung dan mendalam
terhadap responden atau informan yang dianggap bisa memberi
informasi mengenai objek penelitian.
Peneliti akan melakukan wawancara dengan kepala
sekolah SMP Muhammadiyah Salatiga, beberapa guru dan
karyawan SMP Muhammadiyah Salatiga utamanya bagi guru
Pendidikan Agama Islam di SMP Muhammadiyah Salatiga untuk
mendapatkan informasi mengenai model pembelajaran dan
hambatan yang dialami para pendidik dalam proses belajar
mengajar Pendidikan Agama Islam bagi Tuna Laras. Sedangkan
wawancara kepada peserta didik yang bertujuan untuk
mengklarifikasi kebenaran para pendidik dalam menerapkan model
pembelajaran tersebut. Wawancara ini bertujuan untuk
mendapatkan informasi mengenai anak tuna laras dalam
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar ( KBM ) khususnya pada
Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP
Muhammadiyah Salatiga hambatan yang dirasa oleh para pendidik,
dan usaha yang ditempuh para pendidik dalam mengatasi hambatan
yang ada.
c. Dokumen
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah
berlalu, dokumen dapat berupa tulisan, gambar, ataupun karya –
karya monumental dari seseorang ( Sugiyono, 2010 : 240 ).
Suharsimi Arikunto menjelaskan metode dokumentasi
yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan, buku, dan sebagainya. Dalam dukumen ini penulis
berharap untuk dapat menggali informasi berdasarkan dari data-
data yang ada mengenai hal-hal yang bersangkutan. Dukumen ini
dapat berupa buku catatan, notulen, struktur organisasi, agenda,
prasasti, kurikulum pendidikan, guru dan karyawan, siswa dan
lain-lain.
Metode ini akan digunakan peneliti sebagai pedoman
untuk mencari data mengenai beberapa hal, baik yang berupa
catatan dan gambaran umum SMP Muhammadiyah Salatiga.
Metode ini digunakan sebagai salah satu pelengkap dalam
memperoleh data.
Dalam hal ini dokumentasi dapat penulis kelompokkan
sebagai berikut:
1) Sejarah SMP Muhammadiyah Salatiga.
2) Visi dan Misi SMP Muhammadiyah Salatiga.
3) Keadaan guru dan siswa SMP Muhammadiyah Salatiga.
4) Daftar nama anak berkebutuhan khusus (Tuna Laras).
5) Daftar nilai anak berkebutuhan khusus (Tuna Laras).
6) Buku catatan konseling anak berkebutuhan khusus (Tuna
Laras).
7) Data – data yang menunjang dalam penelitian ini.
6. Tekhnik analisis data
Berdasarkan hasil pengumpulan data, selanjutnya penulis
akan melakukan analisis data yang telah diperoleh dan disusun
sedemikian rupa sehingga menjadi data penelitian yang urut.
Analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang
tersedia dari berbagai sumber yaitu : data dari wawancara,
pengamatan yang sudah dituliskandalam catatan lapangan, dokumen
pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, dan sebagainya ( Moleong,
2010 : 247 ). Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode analisis data kualitatif deskriptif yang artinya penulis
mencari uraian yang menyeluruh dan cermat tentang model
pembelajaran pendidikan agama islam bagi anak berkebutuhan
khusus ( tuna laras ) di SMP Muhammadiyah Salatiga, karena
strukturnya pendekatannya menggunakan pendekatan kualitatif,
dimana data – data yang dikumpulkan melalui wawancara, observasi
dan dokumentasi, maka dilakukan pengelompokan data dan
pengurangan data yang tidak penting.
Berdasarkan dari pengumpulan data, selanjutnya penulis akan
melakukan analisis data dan melakukan pembahasan secara
deskriptif. Dengan demikian data yang diperoleh akan disusun
sedemikian rupa sehingga dikaji dan dikupas secara sistematis.
Karena sebagian besar data yang diperoleh itu merupakan data
kualitatif maka penulis menggunakan tekhnik deskriptif analisis non
statistik, Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha
mendiskripsikan dan menginterpetasikan sesuatu, misalnya kondisi
atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang
sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau tentang
kecenderungan yang telah berlangsung
( http://ardhana12.wordpress.com.penelitian-deskriptif Rabu, 29
Oktober 2014 pukul 11.35 )
7. Pengecekan Keabsahan Data.
a. Kriteria Keabsahan Data
Untuk mendapatkan keabsahan ( trust worthiness ) data
diperlukan tekhnik pemeriksaan. Pelaksanaan tekhnik
pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada
empat kriteria yang digunakan yaitu : kepercayaan
(creadibility), keteralihan (transferability), ketergantungan
(dependability), kepastian (konfermability) ( Moleong, 2008 :
324 ).
Pengecekan keabsahan ini dilakukan dengan cara terjun
langsung untuk melakukan wawancara sehingga mendapat data
yang langsung dari guru tersebut dengan demikian data tersebut
akurat dan dapat dipercaya.
1) Kriteria yang peneliti gunakan sebagai pemeriksaan
keabsahan temuan yaitu derajat kepercayaan ( creadibility ),
kriteria ini berfungsi untuk melaksanakan inkuiri
sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan
penemuannya dapat dicapai dan mempertunjukkan derajat
kepercayaan hasil – hasil penemuan dengan jalan
pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang
sedang diteliti.
2) Keteralihan ( transferability ), kriteria ini digunakan peneliti
untuk memastikan usaha memverifikasikan
denganmelakukan penelitian kecil.
3) Ketergantungan ( dependability ), kriteria ini digunakan
untuk mengadakan replikasi study secara berulang – ulang
untuk mendapatkan hasil yang secara esensien sama dan
sekaligus untuk mendapat kepercayaan pada instrument
penelitian.
4) Kriteria yang keempat yaitu Kepastian ( konfermability ),
kriteria ini dikatakan sebagai sesuatu yang objektif, berarti
dapat dipercaya, faktual, dan dapat dipastikan. Untuk
membuktikan penelitian ini, dianggap sebagai hal yang
faktual, dapat dipercaya maka peneliti melakukan
wawancara langsung kepada subjek yang berhubungan
yaitu pendidik sebagai sumber langsung yang menerapkan
model pembelajaran. Setelah menggunakan kriteria diatas
kemudian data tersebut tentu akan peneliti simpulkan dan
akan dicocokkan dengan hambatan yang ada di SMP
Muhammadiyah Salatiga dalam menerapkan model
pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak tuna
laras.
b. Tekhnik Pemeriksaan Keabsahan Data
Peneliti menggunakan triangulasi sebagai tekhnik untuk
mengecek keabsahan data. Dimana dalam pengertiannya triangulasi
adalah tekhnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap
objek penelitian ( Moleong, 2004 : 330 ).
Pada triangulasi dengan metode, menurut Patton ( 1987 : 329 ),
terdapat dua strategi yaitu :
1) Pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian
beberapa tekhnik pengumpulan data, dan
2) Pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan
metode yang sama ( Moleong, 2008 : 330-331 ). Misalnya untuk
keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data dengan
cara melakukan pengecekan dokumen yang dikemukakan oleh
informan, responden melalui wawancara, dan observasi yang
dilakukan oleh peneliti.
Untuk mendapatkan data yang absah dengan triangulasi
metode, peneliti akan menggunakan strategi yang ke dua yaitu
pengecekan derajat kepercayaan kepada sumber data dengan
metode yang sama, yaitu metode wawancara dan observasi.
Metode wawancara ini, akan peneliti lakukan kepada kepala
sekolah, guru pendidikan agama islam, serta guru bimbingan
dan konseling. Sedangkan metode observasi akan peneliti
lakukan ketika proses belajar mengajar di kelas dengan
memperhatikan model – model pembelajaran yang telah
diterapkan oleh para pendidik.
8. Tahap – tahap Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini ada empat tahap yaitu : tahap
pra lapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data dan tahap
penelitian laporan.
Dalam penelitian ini tahap yang akan ditempuh oleh peneliti sebagai
berikut :
a. Tahap pra lapangan
Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan kegiatan
penentuan fokus penelitian, memilih lapangan penelitian,
menjajaki dan menilai lapangan penelitian, permohonan ijin
kepada subjek yang diteliti, memilih dan memanfaatkan
informasi, menyiapkan perlengkapan penelitian, memperhatikan
etika dalam penelitian, konsultasi fokus penelitian, dan
penyusunan usulan penelitian.
b. Tahap pekerjaan lapangan
Dalam tahapan ini, sebelumnya terlebih dahulu peneliti
mengkaji buku – buku dan karya ilmiah yang berkaitan dengan
model pembelajaran pendidikan agama islam bagi anak
berkebutuhan khusus ( tuna laras ), kemudian peneliti melakukan
observasi ke lokasi penelitian untuk mengumpulkan data – data
dengan melakukan wawancara secara langsung kepada kepala
sekolah, guru pendidikan agama islam, guru bimbingan dan
konseling serta peserta didik yang berkaitan dengan model
pembelajaran yang digunakan dan hambatan dalam menerapkan
model pembelajaran untuk mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam bagi anak berkebutuhan khusus (tuna laras).
c. Tahap analisis data
Tahap analisis data merupakan kegiatan setelah data dari
seluruh responden atau sumber data lain terkumpul ( Sugiyono,
2009 : 147 ).
Kegiatan yang dilakukan dalam analisi data adalah sebagai
berikut :
1) Pengumpulan data
Dalam tahap ini, penulis akan mengumpulkan seluruh
data yang telah diperoleh dari hasil wawancara, observasi,
dan dokumentasi untuk dikaji dan ditelaah.
2) Analisis data
Setelah semua dat terkumpul, penulis melakukan
analisis data dengan cara menelaah seluruh data – data yang
telah diperoleh dari berbagai sumber yaitu : kepala sekolah,
guru pendidikan agama islam, guru bimbingan dan konseling
dan peserta didik.
d. Tahap penelitian laporan
Dalam tahapan ini meliputi : kegiatan penyusunan hasil
penelitian dari semua rangkaian kegiatan pengumpulan data
sampai pemberian makna data. setelah itu melakukan konsultasi
hasil penelitian dengan dosen pembimbing untuk mendapatkan
perbaikan dan saran – saran demi kesempurnaan skripsi yang
kemudian ditindaklanjuti hasil bimbingan tersebut dengan peneliti
skripsi yang sempurna. Langkah terakhir penyusunan
kelengkapan persyaratan untuk ujian skripsi.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika disini adalah gambaran umum tentang skripsi ini. Skripsi
ini terbagi menjadi tiga bagian yaitu bagian awal, bagian isi, dan bagian
akhir. Bagian awal berisikan sampul, lembar berlogo, judul, persetujuan
pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, motto
dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar
gambar, daftar lampiran; adapun bagian inti berisi tentang pendahuluan
sampai dengan penutup; dan pada bagian akhir terdiri dari daftar pustaka,
lampiran - lampiran, riwayat hidup penulis. Adapun sistematikanya adalah
sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan
Meliputi latar belakang, penegasan istilah, rumasan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode
penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II : Landasan Teori
A. Model pembelajaran Pendidikan Agama Islam
B. Anak Tuna Laras
BAB III : Paparan Data dan Temuan Penelitian
A. Gambaran umum SMP Muhammadiyah Salatiga
B. Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Bagi
Anak Tuna Laras di SMP Muhammadiyah Salatiga.
BAB IV : Pembahasan
A. Bagaimana karakteristik anak tuna laras di SMP
Muhammadiyah Salatiga?
B. Bagaimana model pembelajaran Pendidikan Agama
Islam yang cocok untuk anak tuna laras di SMP
Muhammadiyah Salatiga.
C. Apa masalah yang di hadapi guru dalam proses
pembelajaran pendidikan Agama Islam bagi anak tuna
laras di SMP Muhammdiyah Salatiga.
D. Usaha apa saja yang harus ditempuh oleh guru
Pendidikan Agama Islam dalam mengatasi masalah
tersebut?
BAB V : Kesimpulan, Saran – saran, dan Penutup.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Model Pembelajaran
1. Pengertian Model Pembelajaran
Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan
seorang guru dalam mengembangkan model – model pembelajaran
yang akan berpengaruh pada peningkatan intensitas keterlibatan peserta
didik secara efektif di dalam proses pembelajaran. Pengembangan
model pembelajaran yang tepat pada dasarnya bertujuan untuk
menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik
dapat belajar secara aktif, inovatif dan menyenangkan sehingga peserta
didik dapat meraih hasil belajar dan prestasi yang optimal.
Istilah belajar dan pembelajaran merupakan suatu istilah yang
mempunyai keterkaitan yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan
satu sama lain dalam proses pendidikan. Pembelajaran merupakan suatu
kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan suasana atau memberikan
pelayanan kepada peserta didik.
Menurut Sudjana ( 2000 ) dalam Sugihartono, dkk ( 2007 : 80 )
pembelajaran merupakan setiap upaya yang dilakukan dengan sengaja
oleh pendidik yang dapat menyebabkan peserta didik melakukan
kegiatan belajar. Sedangkan Nasition ( 2005 ) dalam Sugihartono, dkk
( 2007 : 80 ) mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu aktivitas
mengorganisasi atau mengatur lingkungannya sebaik – baiknya dan
menghubungkan dengan anak didik sehingga terjadi proses belajar
( http:// ainamulyana.blogspot.com/ 2005/ 02 Diakses pada hari, Rabu 4
November 2015 jam 14.35 WIB).
Pakar Pendidikan seperti Joyce dan Marsha Weil‟s ( 1980: 1 )
menyebutkan bahwa model pembelajaran adalah suatu rancangan atau
pola yang dapat digunakan untuk membuat kurikulum ( pembelajaran
dalam jangka waktu lama ), untuk mendesain bahan – bahan
pembelajaran dan untuk mengarahkan guru mengajar, serta setting
lainnya didalam kelas atau di tempat yang lainnya agar tercipta rasa
nyaman ( Rusman, 2011 : 133 ).
Secara umum istilah “ model “ diartikan sebagai kerangka,
konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan sesuatu
kegiatan. Dalam pengertian lain lain, model juga diartikan sebagai
barang atau benda tiruan dari benda yang sesungguhnya. Dalam istilah
selanjutnya, istilah model digunakan untuk menunjukkan pengertian
yang pertama yaitu sebagai kerangka konseptual. Atas dasar pemikiran
tersebut, maka yang dimaksud dengan model belar mengajar adalah
kerangka konseptual dan prosedur yang sistematik dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar
tertentu, yang berfungsi sebagai pedoman, bagi perancang pengajaran,
serta para guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar
mengajar. Dengan demikian,aktivitas belajar mengajar benar – benar
merupakan kegiatan bertujuan yang tersusun secara sistematis ( Abdul
Majid, 2013 : 13 ).
Dari definisi diatas dapat penulis simpulkan bahwa model
pembelajaran adalah suatu rancangan atau pola yang didesain oleh
pendidik dalam mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan
adanya model pembelajaran pendidik dapat menentukan pembelajaran
yang ingin dilakukan untuk membuat peserta didik nyaman dalam
belajar dan faham dengan apa yang diajarkan sehingga tercapailah suatu
tujuan pembelajaran.
2. Ciri – ciri Model Pembelajaran
Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang
membedakan dengan strategi, metode atau prosedur. Ciri – ciri tersebut
sebagai berikut :
a. Rasional teoretis logis yang disususn oleh para pencipta atau
pengembangnya.
b. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana peserta didik belajar
( tujuan pembelajaran yang akan dicapai ).
c. Tingkah laku pembelajaran yang diperlukan agar model tersebut
dapat dilaksanakan dengan berhasil.
d. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu
dapat dicapai ( Abdul Majid, 2013 : 14 ).
3. Faktor Penghambat dalam Menerapkan Model Pembelajaran
Ada beberapa hal yang dapat menghambat proses penerapan model
pembelajaran dalam proses belajar mengajar, diantaranya pemahaman
seorang pendidik terhadap model pembelajaran yang baik dalam
perencanaan maupun penerapannya masih sangat kurang. Kurangnya
pemahaman guru terhadap model pembelajaran ini terjadi pada semua
guru.
Latar belakang dan pengalaman mengajar pendidik sangat rendah.
Pendidik kurang memahami karakteristik yang di miliki oleh peserta
didik, sehingga dalam proses belajar mengajar pendidik tidak
mengetahui gaya mengajat siswa sehingga akan terjadi kesenjangan
pengetahuan. Lingkungan yang kurang kondusif untuk proses belajar
mengajar, dan sarana prasarana yang kurang memadai ( http://
mbegedut. blogspot. com/ 2011/ 01 faktor–pendukung–dan-
penghambat. html Diakses pada hari Sabtu, 28 November 2015 jam
09.50 WIB ).
4. Macam – macam Model Pembelajaran
Sebagai pendidik kita harus dapat merencanakan berbagai macam
program pembelajaran, seperti program pembelajaran di kelas, atau
program pembelajaran individu yang menginginkan supaya peserta
didik dapat belajar sendiri atau belajar secara berkelompok. Model
pembelajaran mendesain pembelajaran yang menyenangkan yang
menempatkan peserta didik sebagai subjek pendidikan, selain itu
memberi ruang peserta didik untuk berimajinasi, mengembangkan
kreatifitasnya, dan berfikir kritis analitis.
a. Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif ( cooperative learning ) merupakan
bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok – kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya
terdiri dari empat sampai lima orang dengan struktur kelompok yang
bersifat heterogen.
Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang
melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling
berinteraksi ( Nurulhayati, 2002 : 25 ). Dalam sistem belajar yang
kooperatif, siswa belajar bekerja sama dengan anggota lainnya.
Dalam model ini siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu mereka
belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota
kelompok untuk belajar.
Menurut Johnson dalam Hasan ( 1996 ) Cooperative learning
adalah teknik pengelompokan yang di dalamnya siswa bekerja
terarah pada tujuan belajar bersama dalam kelompok kecil yang
umumnya terdiri dari empat sampai lima orang. Belajar cooperative
adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pembelajaran yang
memungkinkan siswa bekerja sama untuk memaksimalkan belajar
mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut.
Dalam pembelajaran ini akan tercipta sebuah interaksi yang lebih
luas, yaitu interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru
dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru atau multi
way traffic communication ( Rusman, 2011 : 202 – 205 ).
Pembelajaran kooperatif di desain sebagai pola pembelajaran
yang dibangun oleh lima elemen penting sebagai prasyarat, sebagai
berikut :
1) Saling ketergantungan secara positif ( positive Interdependence )
Bahwasannya setiap anggota tim saling membutuhkan untuk
sukses, walaupun setiap tujuan peserta didik mungkin berbeda.
2) Interaksi langsung ( Face to Face Interaction ).
Memberikan kesempatan kepada peserta didik secara individual
untuk saling membantu dalam memecahkan masalah, memberi
umpan balik yang diperlukan antar anggota untuk semua
individu, dan mewujudkan rasa hormat, perhatian, dan dorongan
diantara individu – individu sehingga mereka termotifasi untuk
terus bekerja pada tugas yang dihadapi.
3) Tanggung jawab individu dan kelompok ( Individual and Group
Accountability ).
Bahwasannya tujuan belajar bersama adalah untuk menguatkan
kemampuan akademis peserta didik, sehingga kontribusi peserta
didik harus adil.
4) Ketrampilan interpersonal dan kelompok kecil ( Interpersonal
and Small Group Skills ).
Asumsi bahwa peserta didik akan secara aktif mendengarkan,
menjadi hormat dan perhatian, berkomunikasi secara efektif, dan
dapat dipercaya tidak selalu benar. Ketrampilan sosial harus
mengajarkan kepemimpinan, pengambilan keputusan,
membangun kepercayaan, komunikasi, dan ketrampilan
manajemen konflik.
5) Proses kerja kelompok ( Group Processing ).
Proses kerja kelompok memberi umpan balik kepada anggota
kelompok tentang partisipasi mereka, memberi kesempatan
untuk meninggkatkan ketrampilan pembelajaran kolaboratif
anggota, membantu untuk mempertahankan hubungan kerja
yang baik antar anggota, dan menyediakan sarana untuk
merayakan keberhasilan kelompok.
Model – Model pembelajaran kooperatif :
a) Model Student Teams Achievement Division ( STAD ).
b) Model Jigsaw.
c) Model Investigasi kelompok ( Group Investigation ).
d) Model Make a Match ( Membuat Pasangan ).
e) Model TGT ( Teams Games Tournaments ).
f) Model Struktural.
b. Model Pembelajaran Quantum.
Quantum Learning merupakan model pembelajaran yang
membiasakan belajar menyenangkan. Penerapan model ini
diharapkan dapat meningkatkan minat belajar siswa sehingga pada
akhirnya siswa dapat meningkatkan hasil belajar secara menyeluruh.
Quantum Learning pertama kali digunakan di Supercamp ( De
Potter, 2009 ). Supercamp menggunakan pola pembelajaran yang
menggabungkan rasa percaya diri, ketrampilan belajar dan
ketrampilan berkomunikasi dengan lingkungan yang menyenangkan
( Miftahul Huda, 2013 : 193 ).
Quantum Learning sebagai salah satu metode belajar dapat
memadukan berbagai sugesti positif dan interaksinya dengan
lingkungan yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.
Lingkungan belajar yang menyenangkan dapat menimbulkan
motivasi pada diri siswa sehingga secara langsung dapat
mempengaruhi proses belajar mereka.
Akan tetapi, pembelajaran Quantum tidak terlepas dari
beberapa kelemahan. Beberapa kelemahan dari pembelajaran
Quantum Learning adalah : memerlukan dan mununtut keahlian dan
ketrampilan guru lebih khusus, memerlukan proses perencanaan dan
persiapan pembelajaran yang cukup matang dan terencana dengan
cara yang lebih baik, dan tidak semua kelas memiliki sumber belajar,
alat belajar, dan fasilitas yang dijadikan prasyarat dalam Quantum
Learning, selain juga Karena pembelajaran ini juga menuntut situasi
dan kondisi serta waktu yang lebih banyak.
Langkah – langkah yang dapat diterapkan dalam pembelajaran
dalam melalui konsep Quantum Learning adalah sebagai berikut
( Miftahul Huda, 2013 : 193 - 196 ) :
1) Kekuatan Ambak
Ambak adalah motivasi yang didapat dari pemilihan secara
mental antara manfaat dan akibat – akibat suatu keputusan.
Motivasi sangat diperlukan dalam belajar karena dengan adanya
motivasi, keinginan untuk belajar akan selalu ada.
2) Penataan lingkungan belajar
Dalam proses belajar mengajar, diperlukan penataan lingkungan
yang dapat membuat siswa merasa aman dan nyaman. Perasaan
ini akan menumbuhkan konsentrasi belajar siswa yang baik.
3) Memupuk sikap juara
Memupuk sikap juara perlu dilakukan untuk lebih memacu
belajar siswa.Seorang guru hendaknya tidak segan – segan
memberi pujian atau hadiah kepada siswa yang telah berhasil
dalam belajarnya. Sebaliknya, guru sebaiknya tidak mencemooh
siswa yang belum mampu menguasai materi pembelajaran.
Dengan memupuk sikap juara ini, siswa akan merasa lebih
dihargai.
4) Membebaskan gaya belajar
Ada berbagai macam gaya belajar yang dimiliki siswa. Gaya
belajar tersebut antara lain : visual, auditorial, dan kinestetik.
Dalam Quantum Learning, guru hendaknya memberikan
kebebasan dalam belajar pada siswas dan tidak terpaku pada
satu gaya belajar siswa saja.
5) Membiasakan mencatat
Belajar akan benar – benar dipahami sebagai aktivitas kreasi
ketika siswa tidak hanya menerima, melainkan bisa
mengungkapkan kembali apa yang diperoleh dengan
menggunakan bahasa hidup dengan cara dan ungkapan sesuai
dengan cara belajar siswa sendiri.
6) Membiasakan membaca
Salah satu aktivitas yang cukup penting adalah membaca.
Dengan membaca, siswa bisa meningkatkan perbendaharaan
kata, pemahaman, wawasan, dan daya ingatnya. Seorang guru
hendaknya membiasakan siswa untuk membaca, baik buku –
buku pelajaran maupun buku – buku yang lain.
7) Menjadikan anak lebih kreatif
Siswa yang kreatif adalah siswa yang ingin tahu, suka mencoba,
dan senang bermain. Sikap kreatif memungkinkan siswa
menghasilkan ide – ide yang segar dalam belajarnya.
8) Melatih kekuatan memori
Kekuatan memori sangat diperlukan dalam belajar, sehingga
siswa perlu dilatih untuk mendapatkan kekuatan memori yang
baik.
Metode Quantum Learning dengan tekhnik peta pemikiran
( mind mapping ) dan simulasi, memiliki manfaat yang sangat baik
untuk meningkatkan potensi akademis ( prestasi belajar ) maupun
potensi kreatif yang terdapat dalam diri siswa.
c. Model Pembelajaran Kontekstual ( Contextual Teaching And
Learning )
Menurut ( Nurhadi : 2002 ), pembelajaran kontekstual ( CTL )
merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga dan masyarakat.
Sistem CTL, adalah proses pendidikan yang bertujuan
membantu siswa melihat makna dalam materi akademik yang
mereka pelajari dengan jalan menghubungkan mata pelajaran
akademik dengan isi kehidupan sehari – hari, yaitu dengan konteks
kehidupan pribadi, sosial dan budaya.
Untuk memperkuat dimilikinya pengalaman belajar yang
aplikatif bagi siswa, tentu saja diperlukan pembelajaran yang lebih
banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan,
mencoba, dan mengalami sendiri ( learning to do ), dan bahkan
sekedar pendengar yang pasif sebagaimana penerima terhadap semua
informasi yang disampaikan oleh guru. Oleh sebab itu, melalui
pembelajaran kontekstual, mengajar bukan transformasi pengetahuan
dari guru kepada siswa dengan menghafal sejumlah konsep – konsep
yang sepertinya terlepas dari kehidupan nyata, akan tetapi lebih
ditekankan pada upaya menfasilitasi siswa untuk mencari
kemampuan untuk bisa hidup ( life skill ) dari apa yang
dipelajarinya. Dengan demikian pembelajaran akan lebih bermakna,
sekolah lebih dekat dengan lingkungan masyarakat ( bukan dekat
dari segi fisik ), akan tetapi secara fungsional apa yang dipelajari di
sekolah senantiasa bersentuhan dengan situasi dan permasalahan
kehidupannya yang terjadi di lingkungannya ( keluarga dan
masyarakat ). CTL, sebagai suatu model, dalam implementasinya
tentu saja memerlukan perencanaan pembelajaran yang
mencerminkan konsep dan prinsip CTL.
Setiap model pembelajaran, disamping memiliki unsur
kesamaan, juga ada beberapa perbedaan tertentu. Hal ini karena
setiap model memiliki karakteristik khas tertentu, yang tentu saja
berimplikasi pada adanya perbedaan tentu pula dalam membuat
desain ( skenario ) yang disesuaikan dengan model yang akan
diterapkan.
Ada tujuh prinsip pembelajaran kontekstual yang harus
dikembangkan oleh guru, yaitu ( Rusman, 2011 : 189 -197 ) :
1) Konstruktivisme ( Constructivism )
Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru
berdasarkan dari pengetahuan awal.
Pembelajaran harus dikemas menjadi proses “ mengkonstruksi ”
bukan menerima pengetahuan.
2) Menemukan ( Inquiry )
Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman.
Siswa belajar menggunakan ketrampilan berfikir kritis.
3) Bertanya ( Questioning )
Kegiatan guru mendorong, membimbing, dan menilai
kemampuan berfikir siswa.
Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran
yang berbasis inquiry.
4) Masyarakat Belajar ( Learning Community )
Sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar.
Bekerjasama dengan orang lain yang lebih baik daripada belajar
sendiri.
Tukar pengalaman.
Berbagi ide.
5) Pemodelan ( Modelling )
Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berfikir,
bekerja, dan belajar.
Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa
mengerjakannya.
6) Refleksi ( Reflection )
Mengukur pengetahuan dan ketrampilan siswa.
Penilaian produk ( kinerja ).
Tugas – tugas yang relevan dan kontekstual.
7) Penilaian Sebenarnya ( Authentic Assessment )
Cara berfikir tentang apa yang telah kita pelajari.
Mencatat apa yang telah dipelajari.
Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok.
B.Pendidikan Agama Islam
1. Pengertia
n
Pendidik
an
Agama
Islam
Pendidikan Agama Islam adalah Pendidikan dengan melalui
ajaran – ajaran agama islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan
terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia
dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran – ajaran agama
islam yang telah diyakini secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran
agama islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan
dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak ( Murni
Djamal, 1984 : 82 ).
Pendidikan Agama Islam disebutkan dalam Kurikulum 2004
Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam SD dan
MI adalah : "Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana
dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,
menghayati, mengimani, bertakwa, berakhlak mulia, mengamalkan
ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Quran dan
Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta
penggunaan pengalaman.”
2. Landasan Pendidikan Agama Islam
Setiap Usaha, kegiatan dan tindakan yang disengaja untuk
mencapai suatu tujuan harus mempunyai landasan tempat berpijak yang
baik dan kuat. Oleh karena itu Pendidikan Islam sebagai suatu usaha
membentuk manusia, harus mempunyai landasan ke mana semua
kegiatan dan semua perumusan tujuan Pendidikan Islam itu
dihubungkan. Landasan itu terdiri dari :
a. AL - Qur’an
AL – Qur‟an ialah firman Allah SWT berupa wahyu yang
disampaikan oleh malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Di
dalamnya terkandung ajaran pokok yang dapat dikembangkan untuk
keperluan seluruh aspek kehidupan melalui Ijtihad. Ajaran yang
terkandung didalam AL – Qur‟an itu terdiri dari dua prinsip besar,
yaitu yang berhubungan dengan masalah keimanan yang disebut
dengan Aqidah, dan yang berhubungan dengan amal yang disebut
dengan Syari‟ah.
Pendidikan, karena termasuk ke dalam usaha atau tindakan
untuk membentuk manusia, termasuk ke dalam ruang lingkup
mu‟amalah. Pendidikan sangat penting karena ia ikut menentukan
corak dan bentuk amal dan kehidupan manusia, baik pribadi maupun
masyarakat.
Di dalam AL – Qur‟an terdapat banyak ajaran yang berisi
prinsip – prinsip yang berkenaan dengan kegiatan atau usaha
pendidikan itu. Sebagai contoh yaitu kisah luqman mengajari
anaknya dalam surat luqman ayat 12 – 19. Cerita itu menggariskan
prinsip materi pendidikan yang terdiri dari masalah iman, akhlaq
ibadat, sosial, dan ilmu pengetahuan. Ayat lain menceritakan tentang
tujuan hidup dan tentang nilai – nilai suatu kegiatan dan amal sholeh.
Itu berarti bahwa kegiatan pendidikan harus mendukung tujuan
hidup. Oleh karena itu, pendidikan Islam harus menggunakan AL –
Qur‟an sebagai sumber utama dalam merumuskan berbagai teori
tentang Pendidikan Islam.
b. AS – Sunnah
AS – Sunnah ialah perkataan, perbuatan, ataupun pengakuan
Rosul Allah SWT. Yang dimaksud dengan pengakuan itu ialah
kejadian atau perbuatan orang lain yang diketahui Rasulullah dan
beliau membiarkan saja kejadian atau perbuatan itu berjalan. Sunnah
merupakan sumber ajaran kedua sesudah AL – Qur‟an. Sunnah
berisi petunjuk ( pedoman ) untuk kemashlahatan hidup manusia
dalam segala aspeknya, untuk membina umat menjadi manusia
seutuhnya atau muslim yang bertaqwa.
Untuk itu Rasul Allah menjadi guru dan pendidik utama.
Pertama dengan menggunakan rumah AL - Arqam ibn Abi AL –
Arqam, kedua dengan memanfaatkan tawanan perang untuk
mengajar baca tulis, dan yang ketiga dengan mengirim para sahabat
ke daerah –daerah yang baru masuk islam. Semua itu adalah
pendidikan dalam rangka pembentukan manusia muslim dan
masyarakat Islam. Oleh karena itu, Sunnah merupakan landasan
kedua bagi cara pembinaan pribadi manusia muslim.
c. Ijtihad
Ijtihad ialah istilah para fuqaha, yaitu berfikir dengan
menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuan syari‟at Islam
untuk menetapkan atau menentukan suatu hukum syari‟at Islam
dalam hal – hal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh AL
– Qur‟an dan AS – Sunnah. Ijtihad dalam hal ini dapat saja meliputi
seluruh aspek kehidupan termasuk aspek pendidikan, tetapi juga
berpedoman pada AL – Qur‟an dan AS – Sunnah. Namun demikian,
ijtihad harus mengikuti kaidah – kaidah yang diatur oleh para
mujtahid tidak boleh bertentangan dengan isi AL – Qur‟an dan AS –
Sunnah tersebut. Karena itu, ijtihad dipandang sebagai salah satu
hukum Islam yang sangat dibutuhkan sepanjang masa setelah Rasul
Allah SWT wafat. sasaran ijtihad ialah segala sesuatu yang
diperlukan dalam kehidupan, yang senantiasa berkembang. Ijtihad
bidang pendidikan sejalan dengan perkembangan zaman yang
semakin maju, terasa semakin urgen dan mendesak, tidak saja
dibidang materi atau isi, melainkan juga dibidang sistem dalam
artinya yang luas.
Ijtihad dalam bidang pendidikan harus tetap bersumber pada
AL – Qur‟an dan AS – Sunnah yang diolah oleh akal yang sehat dari
para ahli pendidikan Islam. Ijtihad tersebut haruslah dalam hal – hal
yang berhubungan langsung dengan kebutuhan hidup di suatu tempat
pada kondisi dan situasi tertentu. Teori – teori pendidikan baru hasil
ijtihad harus dikaitkan dengan ajaran Islam dan kebutuhan hidup (
Daradjat, 2011 : 19 – 22 ).
3. Tujuan Pendidikan Agama Islam
a. Tujuan Umum
Tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai dengan semua
kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran maupun dengan cara
yang lain. Tujuan itu meliputi seluruh aspek kemanusiaan yang
meliputi sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan, dan pandangan
( Daradjat, 2011:30 ). Tujuan umum yang berbentuk insan kamil
dengan pola taqwa harus dapat tergambar pada pribadi seseorang
yang sudah dididik, walaupun dalam ukuran kecil dan mutu yang
rendah sesuai dengan tingkatan – tingkatan tersebut. Serta
mengalami perubahan naik turun, bertambah dan berkurang dalam
perjalanan hidup seseorang.
b. Tujuan Akhir
Pendidikan Islam itu berlangsung selama hidup, maka
tujuan akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir
pula. Pendidikan Islam itu berlaku selama hidup untuk
menumbuhkan, memupuk, mengembangkan, memelihara, dan
mempertahankan tujuan pendidikan yang telah dicapai. Orang yang
sudah taqwa dalam bentuk Insan Kamil, masih perlu mendapatkan
pendidikan dalam rangka pengembangan dan penyempurnaan,
sekurang – kurangnya pemeliharaan supaya tidak luntur dan
berkurang, meskipun pendidikan oleh diri sendiri dan bukan dalam
pendidikan formal. Tujuan akhir dalam pendidika Islam itu dapat
dipahami dalam firman Allah Q.S Ali Imran ayat 102 ( AL – Qur‟an
dan terjemaha, 2006 : 50 ) yang berbunyi :
Artinya : “ Wahai orang yang beriman! Bertaqwalah kamu kepada
Allah dengan sebenar – benarnya taqwa kepada Nya, dan janganlah
kamu mati kecuali dalam keadaan muslim (Q.S Ali – Imran ( 3 ) :
102).
c. Tujuan Sementara
Tujuan sementara ialah tujuan yang akan dicapai setelah anak
didik di beri sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan
dalam suatu kurikulum pendidikan formal. Pada tujuan sementara
bentuk Insan Kamil dengan pola taqwa sudah kelihatan meskipun
dalam ukuran sederhana, sekurang – kurangnya beberapa ciri pokok
sudah kelihatan pada pribadi anak didik.
d. Tujuan Operasional
Tujuan Operasional ialah tujuan praktis yang akan dicapai
dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Dalam tujuan
operasional ini lebih banyak dituntut dari anak didik suatu
kemampuan dan ketrampilan tertentu. Sifat operasionalnya lebih
ditonjolkan dari sifat penghayatan dan kepribadian. Untuk tingkat
yang paling rendah, sifat yang berisi tentang kemampuan dan
ketrampilan yang ditonjolkan. Misalnya : ia dapat berbuat, terampil
melakukan, lancar mengucapkan, mengerti, memahami, menyakini,
dan menghayati adalah soal kecil.
Dalam pendidikan, yang berkaitan dengan lahiriyah seperti
bacaan dan kaifiyat sholat, akhlaq dan tingkah laku. Pada masa
permulaan yang penting ialah anak didik mampu dan terampil
berbuat, baik perbuatan itu perbuatan lidah ( ucapan ) ataupun
perbuatan anggota badan lainnya. Kemampuan dan ketrampilan yang
dituntut pada anak didik, merupakan sebagian kemampuan dan
ketrampilan Insan kamil dalam ukuran anak, yang menuju kepada
bentuk Insan kamil yang semakin sempurna ( meningkat ). Anak
harus terampil melakukan ibadat, sekurang – kurangnya ibadat wajib
meskipun ia belum memahami dan menghayati ibadat itu ( Daradjat,
2011:31–33 ).
C. Anak Tuna Laras
1. Pengertia
n Tuna
Laras
Tuna Laras berasal dari kata “ tuna “ yang berarti kurang dan “
laras ” yang berarti sesuai. Jadi, anak tuna laras berarti anak yang
bertingkahlaku kurang sesuai dengan lingkungannya. perilakunya
sering bertentangan dengan norma – norma yang terdapat di dalam
masyarakat tempat ia berada. Schmid dan Mercer ( 1981 ),
mengemukakan bahwa anak tuna laras adalah anak yang secara kondisi
dan terus menerus menunjukkan penyimpangan tingkah laku tingkat
berat yang mempengaruhi proses belajar meskipun telah menerima
layanan belajar serta bimbingan seperti anak lain. Ketidakmampuan
menjalin hubungan baik dengan orang lain dan gangguan belajarnya
tidak disebabkan oleh fisik, saraf, atau inteligensia ( Wardani,
2013:7.28 ).
Anak tuna laras adalah anak yang mengalami hambatan dalam
mengendalikan emosi, perilaku, dan kurang memiliki norma sosial yang
akudet ( memadai , sehingga terlihat perilaku atau sikapnya
menyimpang atau tidak bagus ( Harjanto, Anantasia, 2011 : 7 ).
Selain itu, ada juga yang berpendapat bahwa tuna laras adalah
sebutan bagi individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan
emosi dan kontrol sosial ( Aqila Smart, 2010:53 ).
Jadi Tuna laras adalah individu yang mengalami hambatan
dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial. Individu tunalaras
biasanya menunjukkan perilaku yang menyimpang dan tidak sesuai
dengan norma dan aturan yang berlaku disekitarnya.
2. Karakteristik anak tuna laras
Menurut Rosembera, dkk. ( 1992 ) anak tuna laras dapat
dikelompokkan dua yaitu anak tuna laras yang beresiko tinggi dan anak
tuna laras yang beresiko rendah. Anak tuna laras yang beresiko tinggi
seperti : hiperaktif, agresif, pembakang dan anak yang menarik diri dari
pergaulan sosial. Sedangkan anak tuna laras yang beresiko rendah
seperti : autisme dan skizofrenia.
Secara umum anak tuna laras menunjukkan ciri –ciri tingkah
laku yang ada persamaannya pada setiap klasifikasi, yaitu : kekacauan
tingkah laku, kecemasan dan menarik diri, kurang dewasa, dan agresif.
Sedangkan Harjanto, Anantasia, 2011 dalam bukunya yang
berjudul anak dengan tuna laras menyatakan bahwa karakteristik anak
tuna laras sebagai berikut:
a.Adanya gangguan emosi
Secara umum emosinya menunjukkan sedih, cepat tersinggung/
marah, rasa tertekan dan merasa cemas, mudah gentar, takut, gugup,
gampang iri hati, malu, rendah diri, dll.
Orang yang dikuasai oleh rasa gelisah dihinggapi rasa takut, yang
mereka tidak tau sebab – sebabnya. Gejala – gejala orang yang menjadi
korban rasa gelisah anatara lain tanpak pada tangan dan kaki yang
mudah berkeringat, mulut dan bibir yang lekas kering, detak jantung
yang berdenyut lebih cepat, kerap sukar bernafas, kepala pening, cepat
kehabisan tenaga, dan kadang – kadang mengalami kekejanganpada
urat perut. Keluhan mereka adalah rasa takut akan sesuatu bahaya yang
bakal datang atau sesuatu penyakit yang bakal menyerbu, sukar tidur,
pikiran kacau, perasaan tidak menentu, dan mudah tersulut marah
( Mangunhardjana, 1981 : 7 – 17 ).
b.Adanya gangguan perilaku
Tidak inisiatif, sangat tidak mandiri, agresif, curiga, acuh tak acuh,
banyak berkhayal, berdusta, adanya perbuatan – perbuatan aneh,
adanya rasa cemas seperti menyedot jari atau gigit jari.
Tindakan menggigit atau menyedot jari umumnya dilakukan oleh
anak – anak usia delapan belas bulan hingga usia tiga tahun. Hal ini
merupakan perilaku agresif yang tidak disengaja. Bila anak suka
menggigit atau menyedot jari, sebaiknya alihkan segera perhatiannya
dengan kegiatan lain atau berikan suatu benda untuk menggantikan
gigitan sebelumnya.
c.Adanya gangguan sosial
Merasa kurang senang menghadapi pergaulan, tidak dapat
menyesuaikan diri. Gejala perbuatannya seperti sikap bermusuhan,
agresif, bercakap kasar, menyakiti hati orang lain, keras kepala,
menentang atau menghina orang lain, berkelahi, merusak milik orang
lain, dll.
Kata – kata kasar umumnya timbul bila anak disakiti, diganggu
atau kebutuhannya tidak terpenuhi, misalnya tidak diberi kesempatan
untuk melakukan sesuatu yang benat – benar ia inginkan. Kata – kata
kotor juga bisa diserap anak dari lingkungan sekitarnya ( Jenny, 2006 :
11 – 17 ).
3. Penyebab Ketunalarasan
Faktor penyebab timbulnya masalah perilaku sangatlah
kompleks, namun faktor ini dapat dikelompokkan menjadi berikut:
a. Fa
kt
or
K
et
ur
un
an
Yang dimaksud dengan faktor keturunan ialah adanya garis
keturunan yang menderita depresi dapat menambah kemungkinan
bagi seseorang yang mempunyai depresi. Tetapi hal itu dapat saja
tidak terjadi jika individu tersebut tidak menghadapai peristiwa
hidup yang dapat menimbulkan depresi.
b. Faktor Kerusakan Fisik
Faktor – faktor sebagai pencetus yang menyebabkan gangguan
emosional dalam hal ini ialah : kelainan syaraf, cidera, problem
kimiawi tubuh, dan metabolise, genetika dan penyakit.
c. Faktor Lingkungan
Penyebab masalah perilaku karena faktor lingkungan adalah :
hubungan keluarga yang tidak harmonis, tekanan – tekanan
masyarakat, pengaruh sekolah seperti interaksi guru dan murid atau
antara murid itu sendiri yang tidak baik, pengaruh komunitas pada
anak remaja, dan lain – lain.
d. Faktor Lain
Faktor lain yang tidak kalah pentingnya ialah pengaruh alcohol
dan penyalahgunaan obat – obatan.
4.Dampak Anak Tuna laras
Berikut ini adalah dampak yang berkaitan dengan segi
akademik, sosial/ emosional, fisisk/ kesehatan anak tuna laras:
a.Dampak Akademik
Kelainan Perilaku anak mengakibatkan adanya penyesuaian
sosial dan sekolah yang buruk. Akibatnya penyesuaian yang buruk
tersebut, dalam hal belajar menunjukkan ciri – ciri sebagai berikut:
1) Pencapaian belajar yang jauh dari rata – rata.
2) Sering kali dikirim ke ruang kepala sekolah atau ruangan bimbingan
untuk tindakan disclipner.
3) Sering kali tidak naik kelas atau bahkan keluar sekolahnya.
4) Sering kali membolos sekolah.
5) Lebih sering dikirim ke lembaga kesehatan dengan alasan sakit, perlu
istirahat.
6) Anggota keluarga, terutama orang tua lebih sering mendapat panggilan
dari petugas kesehatan atau bagian absensi.
7) Lebih sering melakukan pelanggaran hukum, dan pelanggaran
tanda – tanda lalu lintas.
8) Lebih sering di kirim ke klinik bimbingan.
b. Dampak Sosial/ Emosional
Dampak sosial/ emosional anak tuna laras dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1) Aspek Sosial
a) Masalah yang menimbulkan gangguan bagi orang lain,
dengan ciri – ciri : perilaku tidak diterima oleh masyarakat
dan biasanya melanggar norma budaya, dan perilaku
melanggar aturan keluarga, sekolah, dan rumah tangga.
b) Perilaku tersebut ditandai dengan tindakan agresif, yaitu tidak
mengikuti aturan, bersifat mengganggu, mempunyai sikap
membangkang atau menentang, dan tidak dapat bekerja sama.
c) Melakukan kejahatan remaja, seperti telah melanggar hukum.
2) Aspek Emosional
a) Adanya hal – hal yang menimbulkan penderitaan bagi anak,
seperti tekanan batin dan rasa cemas.
b) Adanya rasa gelisah, seperti rasa malu, rendah diri,
ketakutan, dan sangat sensitive atau perasa.
c. Dampak Fisik/ Kesehatan
Dampak fisik atau kesehatan anak tuna laras ditandai dengan
adanya gangguan makanan, gangguan tidur, dan gangguan gerakan.
Sering kali anak merasakan ada sesuatu yang tidak beres pada
jasmaninya, ia mudah mendapat kecelakaan, merasa cemas terhadap
kesehatannya, merasa seolah – olah sakit. Kelainan lain yang
berwujud kelainan fisisk, seperti gagap, buang air tidak terkendali,
sering mengompol, dan jorok ( Wardani, 2013 : 7.29 – 7.32 ).
BAB III
PAPARAN DATA DAN PENEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum dan Lokasi Subjek Penelitian
1. Profil Madrasah
a. Awal berdirinya SMP Muhammadiyah Salatiga.
Persyarikatan Muhammadiyah Kota Salatiga berdiri untuk
masyarakat dengan mengemban visi dan misi berperan serta
memajukan dan meningkatkan sumber daya manusia melalui bidang
pendidikan, dengan berdirinya SMP Muhammadiyah di Jalan Cempaka
5-7 Salatiga.
Dalam mewujudkan sebagian dari bukti nyata Amal Usaha
Persyarikatan Muhammadiyah berupa sarana pendidikan ini, pemimpin
Muhammadiyah daerah Salatiga dan Kabupaten Semarang pada waktu
itu bekerja sama dengan instansi terkait dan tokoh-tokoh agama Islam
di Salatiga dan kabupaten dengan GKBI (Gabungan Koperasi Batik
Indonesia) sebagai penyandang dana, maka berdirilah bangunan gedung
sebagai sarana pendidikan tingkat menengah yang sekarang menjadi
SMP Muhammadiyah Salatiga pada tanggal 5 Januari 1974.
Gedung SMP Muhammadiyah Salatiga ini diresmikan
penggunaannya pada hari sabtu tanggal 12 Juli 1975 M dan bertepatan
dengan tanggal 3 Rajab 1395 H, yang pada waktu itu bertepatan dengan
Hari Koperasi ke XXIII. Dengan demikian sarana pendidikan ini sudah
digunakan sebagai tempat proses belajar mengajar sejak tahun 1974
dengan membuka pendaftaran siswa baru kelas I.
Tujuan pendidirian SMP Muhammadiyah Salatiga merupakan
suatu lembaga pendidikan Islam, maka dasarnya adalah dari dasar
organisasi Muhammadiyah yaitu Islam. Sedangkan dasar pendidikan
agama di SMP Muhammadiyah Salatiga adalah Pancasila dan UUD
1945.
Adapun ajaran umum pendidikan Islam di SMP Muhammadiyah
Salatiga adalah seperti tujuan pendidikan Muhammadiyah yaitu
mewujudkan masyarakat muslim yang berakhlak mulia, cakap, percaya
pada diri sendiri serta berguna bagi masyarakat dan Negara.
Sedangkan tujuan khusus dari yayasan Muhammadiyah yang
diberikan guru untuk siswa SMP Muhammadiyah Salatiga adalah
membawa dan mengembangkan pendidikan di Muhammadiyah mulai
dari tingkat dasar sampai dengan perguruan tinggi di daerah tingkat
Kota Salatiga.
b. Tujuan
Mengemban amanah dalam Pengembangan Ketaqwaan,
Intelektual, Kemandirian, kepeloporan, Semangat Amar ma‟ruf nahi
munkar berpedoman Al Qur‟an dan As-Sunnah.
Pada setiap Tahun Pelajaran memberikan pelayanan pendidikan
perserta didik sesuai standar minimal pendidikan yang ditetapkan
Departemen Pendidikan Nasional dengan Kurikulum Tingkat
Pendidikan (KTSP) ditambah dengan Kurikulum Ciri Khusus pada
mata pelajaran Pendidikan Agama dan Pendidikan
Kemuhammadiyahan.
Tuntutan masyarakat bagi peserta didik dengan kebutuhan
khusus/lebih disesuaikan tingkat kecakapan dan daya dukung
masyarakat, maka di setiap Tahun Pelajaran juga membuka Kelas
Khusus dimaksudkan untuk mempertegas arah ke depan menjadi
sekolah yang berkualitas namun dari sisi pendanaan terjangkau oleh
masyarakat.
c. Gambaran umum SMP Muhammadiyah Salatiga
1) Identitas Madrasah
a) Nama Sekolah : SMP Muhammadiyah Salatiga
b) Tahun berdiri : 1 Juli 1974
c) NIS : 200160
d) NSS : 202036204018
e) NPSN : 20328430
f) Status Sekolah : Swasta
g) Alamat Sekolah : Jalan Cempaka No. 5 - 7
Telepon (0298) 321802
h) Kelurahan : Sidorejo Lor
i) Kecamatan : Sidorejo
j) Kabupaten/Kota : Salatiga
k) Provinsi : Jawa Tengah
2) Yayasan Penyelenggara
a) Nama :Majlis Pendidikan dan Menengah
b) Induk Organisasi : Muhammadiyah
c) Status Tanah : Milik Yayasan
d) Luas Tanah : 1012 m2
e) Sifat Gedung : Permanen
3) Lokasi SMP Muhammadiyah Salatiga
Lokasi SMP Muhammadiyah Salatiga terletak di Jalan
Cempaka No. 5 - 7 Telepon (0298) 321802, Kelurahan
Sidorejo Lor, Kecamatan Sidorejo, Kabupaten Kota Salatiga,
Provinsi Jawa Tengah.
4) VISI
Beberapa visi yang ada di SMP Muhammadiyah Salatiga
adalah sebagai berikut:
a) Meningkatkan ketaqwaan terhadap Allah SWT.
b) Meningkatkan kecerdasan siswa dalam berfikir dan bertindak.
c) Menanamkan norma dan tata nilai dalam meningkatkan sikap
akhlakul karimah/ budi pekerti luhur dan keteladanan.
d) Meningkatkan daya fikir kreatif, terampil, berdedikasi selaras
intelektual dan emosional dalam situasi yang kondusif serta
cinta tanah air.
e) Meningkatkan silahturahmi.
f) Meningkatkan terpenuhinya kelengkapan fasilitas sarana
prasarana penunjang belajar mengajar sesuai dengan standar
pelayanan minimal yang dipersyaratkan.
5) MISI
Adapun misi yang ada di SMP Muhammadiyah Salatiga
adalah sebagai berikut:
a) Menggiatkan dan memotivasi dalam beribadah (mahdhoh
maupun ghoiru mahdhoh).
b) Membentuk generasi yang tangguh, cerdas, dan cinta tanah air.
c) Mewujudkan sikap akhlakul karimah/ berbudi luhur dalam
kehidupan sehari-hari.
d) Membentuk generasi yang cerdas, terampil, kreatif, dan
berdedikasi yang tinggi.
e) Menciptakan keselarasan, keseimbangan emosi, intelektual
untuk menumbuhkan jalinan ukhuwah, silaturahmi, dan
keteladanan.
6) Data Ketenagaan
TABEL 3.1
Daftar Guru dan Karyawan
No. Nama NIK Jabatan
1 H. Yudi Haryono, S.Pd 014100589101504 Kepala Madrasah
Koordinator guru BK
2 Bambang Susmoyo, S.Ag 3322070408580001 Waka Kurikulum I
3 Thonik Fathonah, B.A. 3373014507590001 Sarana dan Prasarana
4 Suci rahayu, S.Pd 337305008660002 Waka Kurikulum II
5 Sri Harmoni, A.Md 096004108100302 BK
6 Emy Setyowati, S.Pd 499720315102105 Waka Kesiswaan
7 Sriyono, S.Pd 35641464400302 Waka Kesiswaan
8 Drs. Mulyono 332206200660 Waka Kesiswaan
9 Noor Khanah, B.A. 027301145102105 Sie Perpustakaan
10 Puji Hastuti 3322065501650002 Guru
11 Nur Indah Widyastuti, S.Pd Guru
12 Sri Suryani, S.Pd 32313305100302 Waka Kesiswaan
13 Neni Junaeda, S.Pd 336713789102005 Waka Kurikulum
14 Savitri Dewi, S Psi 305112520102005 BK
15 Sri Wuryantini, S.Pd 035201461200402 Guru
16 Taufiqur Rahman, S.Si 3322051305770001 Sie Ekstrakurikuler
17 Mursyidatun Ni‟mah, S.PdI 3373034112800001 Guru
18 Khaliyatul Husna, S.Pd 3373024103830004 Guru
19 Tri Rahayu, S.Pd 3322065508680001 Guru
20 Suparmi 315213202102105 BK
21 Nova Tri Juhana, A.Md Kasubag TU
22 Teguh TU
23 Kuncoro Broto Prasetyo TU
24 Yuli Pratiwi 3373035307690001 TU
25 Siti Arofah TU
26 Supono 0161702715100202 TU
Sumber data staf Tata Usaha SMP Muhuhammadiyah Salatiga
a. Kepala Sekolah
Kepala Sekolah SMP Muhammadiyah Salatiga.
a. Nama Lengkap : H. Yudi Haryono, M.Pd
b. NIP : -
c. Pangkat dan Gol./Ruang : -
d. Tmt : 1 Pebruari 1983
e. Masa Kerja sbg Guru : 31 Tahun
f. Masa Kerja sbg Kepsek : 13 Tahun
g. Pendidikan Terakhir :Sekolah Menengah (SM)/D-
1/D-2/D-3/S- 1/S-2/S-3 *)
h. Fakultas/Jurusan : Pendidikan Matematika
i. Alamat Rumah : Perumahan Tegalrejo
Permai VII/ 225 Tegalrejo Salatiga. Telepon ( 0298 ) 325793/
HP : 085 865 911 070
TABEL 3.2
Diklat/Penataran yang pernah diikuti oleh Kepala Sekolah
Nama Diklat/Penataran Tingkat dan Tempat Penyelenggaraan Tahun Lama Diklat
DIKSUSPALA X PP MUHAMMADIYAH DI JAKARTA 2001 100 JAM
MANAJEMEN SEKOLAH REGIONAL JATENG DI SEMARANG 2002 80 JAM
DIKLAT Ka. SMP NASIONAL DI JAKARTA 2004 80 JAM
DLL … … …
Sumber data Kepala Sekolah SMP Muhammadiyah Salatiga
Kepala sekolah SMP Muhammadiyah Salatiga memaparkan bahwa
beliau telah mengabdikan dirinya di SMP Muhammadiyah Salatiga sudah
cukup lama, yaitu sejak tahun 1983. Saat pertama kali beliau mengabdikan
dirinya di SMP Muhammadiyah salatiga beliau telah di beri amanah untuk
menjadi guru pada mata pelajaran matematika.
Delapan belas tahun sudah beliau menjabat sebagai guru mata
pelajaran matematika di SMP Muhammadiyah Salatiga, berkat dari
keuletan dan prestasinya akhirnya beliau di angkat sebagai kepala sekolah
di SMP Muhammadiyah Salatiga pada tahun 2001. Walaupun beliau telah
menjabat sebagai kepala sekolah, beliau tidak melupakan terhadap
kewajibannya sebagai seorang guru. Di tengah – tengah kesibukan beliau
menjadi kepala sekolah, beliau masih tetap mengajar matematika di
sekolah yang beliau pimpin.
Sejak menjabat sebagai kepala sekolah di SMP Muhammadiyah
Salatiga banyak sekali kendala yang beliau hadapi utamanya dalam
memberikan model pembelajaran pendidikan agama islam khususnya bagi
anak – anak yang memiliki kebutuhan khusus ( tuna laras ), walaupun
SMP Muhammadiyah Salatiga itu merupakan sekolah umum, bukan
sekolah inklusi yang menjadi proyek pemerintah ataupun sekolah khusus
untuk anak – anak berkebutuhan khusus.
Kepala sekolah SMP Muhammadiyah Salatiga menegaskan bahwa
sekolah yang beliau pimpin merupakan sekolah umum bukan sekolah
inklusi yang telah dijadikan pyoyek pemerintah ataupun sekolah
berkebutuhan khusus akan tetapi di lingkungan tersebut ada beberapa anak
yang memiliki kebutuhan khusus ( tuna laras ). SMP Muhammadiyah
Salatiga memiliki sekitar empat sampai lima orang siswa yang memiliki
kebutuhan khusus ( tuna laras ) akan tetapi tidak ada pembedaan khusus
dalam pengelolaan kelas regular maupun anak bekebutuhan khusus.
Di bawah ini merupakan beberapa tugas dan wewenang kepala
sekolah dalam menjalankan tugasnya. Kepala sekolah memiliki tanggung
jawab yang sangat besar dalam menjalankan tugasnya, adapun tanggung
jawab tersebut yaitu:
a) Tanggung jawab terhadap pendidikan sekolah, mulai dari tenaga
kependidikan hingga keberhasilan terhadap prestasi yang di peroleh
anak didiknya.
b) Tanggung jawab terhadap administrasi sekolah, mulai dari administrasi
belajar mengajar, administrasi siswa, administrasi kepegawaian,
administrasi perlengkapan, administrasi keuangan, administrasi
perpustakaan maupun administrasi hubungan dengan masyarakat.
b) Keadaan guru dan siswa SMP Muhammadiyah Salatiga
1. Keadaan guru di SMP Muhammadiyah Salatiga
Tenaga kependidikan di SMP Muhammadiyah Salatiga sebagian
besar jenjang pendidikan terakhirnya yaitu S – 1 yang sesuai dengan
bidangnya. Di bawah ini merupakan tabel pendidikan terakhir para
pendidik di SMP Muhammadiyah Salatiga.
TABEL 3.3
Ijazah
Terakhir
Jumlah
Guru Tetap
(GT)
Guru DPK Guru Tidak Tetap
(GTT)
Seluruhnya
S-2 1 - - 1
S-1 3 5 7 15
D-3 2 - 1 3
D-2 - - - -
D-1/SM - 1 - 1
Jumlah 6 6 8 20
Dari data tersebut ada 3 dari 24 tenaga pendidik di SMP
Muhammadiyah Salatiga merupakan guru pendidikan agama islam yang
memiliki ijazah S – 1 yang sesuai dengan bidangnya, satu dari ketiga guru
tersebut merupakan guru BK ( bimbingan dan konseling ) yang memiliki
ijasah terakhir S – 1 pasikologi. Walaupun beliau berijasah S- 1 Psikologi
beliau juga sangat berperan penting dalam mendidik akhlakul karimah siswa
siswi di SMP Muhammadiyah Salatiga, ketiga guru tersebut sangat berperan
penting. dalam melaksanakan kegiatan keagamaan yang ada di SMP
Muhammadiyah Salatiga.
Di bawah ini tabel nama guru di SMP Muhammadiyah Salatiga
yang berperan dalam mendidik anak khususnya pada bidang pendidikan
agama islam dan bimbingan konseling.
TABEL 3.4
NO NPA PGRI NAMA AGAMA
L /
P
JABATAN TMT
Pend.
Terakhir
1
1221002119
Drs. Mulyoono Islam L Guru
3/1/1993
S1 IAIN
F.Tarbiyah
2 -
Savitri
Dewi,S.Psi
Islam P Guru
2/1/2005
S1/ PSIKOLOG
3 -
Mursyidatun
Ni'mah,S.Pd.I
Islam P Guru
10/1/2005
S1 TARBIYAH
PAI
Sumber data staf tata usaha SMP Muhammadiyah Salatiga
Di bawah ini merupakan beberapa tugas dan wewenang guru
pendidikan agama islam di SMP Muhammadiyah Salatiga dalam
menjalankan tugasnya. Guru pendidikan agama islam memiliki tanggung
jawab dan berperan penting dalam menjalankan tugasnya, adapun tanggung
jawab tersebut yaitu:
a. Menyiapkan rencana pembelajaran sebelum melaksanakan tugas
mengajar.
b. Melaksanakan proses belajar mengajar sesuai dengan rancangan
pembelajaran.
c. Mengevaluasi hasil pembelajaran.
d. Meningkatkan ketaqwaan terhadap Alloh swt dengan cara memotivasi
siswa supaya giat dalam menjalankan ibadah.
e. Menanamkan norma dan tata nilai dalam meningkatkan sikap akhlakul
2. Data siswa SMP Muhammadiyah pada tahun pelajaran 2013 / 2014
TABEL 3.5
No. Kelas
Jumlah Rombongan
Belajar
Jumlah Peserta Didik
Laki-laki Perempuan Seluruhnya
1 VII 4 70 53 123
2 VIII 4 66 51 117
3 IX 4 57 56 113
Jumlah 12 193 160 353
Sumber data staf tata usaha SMP Muhammadiyah Salatiga
Dari data di atas terdapat beberapa siswa yang tergolong dalam anak
berkebutuhan khusus ( tuna laras ), adapun data anak tersebut yaitu:
TABEL 3.6
No Kelas Nama Siswa Jenis Kelamin Tempat/ Tanggal Lahir Alamat
1. VII A S O P P Salatiga, 17 Oktober 2002
2. VII C J T A P L Pekalongan, 18 Juli 2002 Ngentak sari
RT : 01 RW : 04 Salatiga
3. VIII A C A T P Salatiga, 13 Januari 2001 Dliko sari RT : 04 RW : 02
Salatiga
4. VIII A R Y N A L Kab.Semarang, 19 Oktober 2000 Kauman No : 32 Salatiga
5. XI A R A I P Salatiga, 7 July 2001 Jln. Kalisombo 8C/ 18
RT : 03 RW : 05 Salatiga
6. XI B R P P Boyolali, 10 Oktober 2000 Sarirejo RT : 03 RW : 09
Salatiga
Sumber data Guru Bimbingan dan Konseling SMP Muhammadiyah Salatiga.
7) Fasilitas Sekolah
SMP Muhammadiyah Salatiga Mempunyai 14 ruang kelas, 1 ruang kepala
sekolah, 1 ruang tata usaha, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang BK, 1 ruang UKS, 1
ruang pertemuan, 1 ruang gudang, 1 ruang lab. Komputer, 1 ruang lab. Bahasa, 1
ruang lab. IPA, 1 ruang guru, 1 buah rumah penjaga sekolah, 2 ruang koperasi
sekolah, 2 kamar mandi guru dan 10 kamar mandi siswa,
Sarana penunjang berupa alat komunikasi ( telepon intercom antara ruang
kepala sekolah – ruang TU – ruang guru – dan ruang perpustakaan), alat bantu
proses belajar mengajar ( alat peraga matematika, peraga olah raga, over head
projector, peta Indonesia dan peta dunia, peralatan praktik elektronika, alat
music berupa : organ, gitar, tape recorder, maracas, tipung, dan drumband.
8) Rencana Pengembangan Sekolah
Mengingat visi adalah tujuan dalam jangka panjang, maka rencana yang
akan dikembangkan oleh sekolah dalam jangka waktu kurang lebih 5 tahun yang
akan datang yaitu ;
a) Menanamkan bahwa ibadah itu bermanfaat bagi dirinya untuk keselamatan
findunya wal akhirah sesuai dengan tuntunan Al – Qur‟an dan As – Sunnah
( Target 90 % ).
b) Meningkatkan minat dan hasil belajar serta prestasi sekolah dengan indikator
kenaikan rata – rata nilai kumutatif kenaikan kelas dan ujian menjadi 7,00.
c) Memiliki etos kerja, motivasi belajar yang tinggi dan mampu berkompetensi,
percaya diri dalam berbagai aktifitas.
d) Memiliki prestasi dan ketrampilan yang dapat diandalkan seperti
kepramukaan, olah raga, MTQ, dan bidang lainnya. ( target tiga besar )
e) Menumbuhkan rasa ukhuwah, cinta tanah air, dan rasa kebersamaan.
f) Menyiapkan ketersediaan luas lahan atau tanah sekolah. Gedung atau ruang
kelas, ruang penunjang, alat peraga atau media pembelajaran, dan sarana
prasarana sesuai ukuran minimal yang dipersyaratkan.
B. Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak berkebutuhan
khusus ( tuna laras ) di SMP Muhammadiyah Salatiga.
1. Karakteristik anak berkebutuhan khusus (tuna laras) di SMP
Muhammadiyah Salatiga?
Anak tuna laras berarti anak yang bertingkahlaku kurang sesuai dengan
lingkungannya, perilakunya sering bertentangan dengan norma – norma yang
terdapat di dalam masyarakat tempat ia berada. Hal ini sesuai dengan pemaparan
dari hasil wawancara dengan H. Yudi Haryono, M.Pd selaku Kepala Sekolah
SMP Muhammadiyah Salatiga yang menyatakan sebagai berikut:
“ Ya memang benar mbak, walaupun sekolah kami merupakan sekolah
umum bukan sekolah khusus ataupun sekolah ingklusi tetapi di tempat
kami memang ada beberapa anak tuna laras. Anak tuna adalah anak
mengalami gangguan emosi dan penyimpangan tingkah laku.”
Jadi, di SMP Muhammadiyah Salatiga mempunyai bermacam – macam
karakteristik anak tuna laras, diantaranya anak suka membolos, merokok
membuat onar dikelas selalu mencari perhatian dan lain – lain. Hal ini sesuai
dengan pernyataan dari ibu Safitri Dewi, sebagai berikut:
“Karakteristik anak berkebutuhan khusus tuna laras di sini bermacam –
macam diantaranya : anak suka membolos, sering membuat onar di kelas,
suka merokok, mudah marah, berlaku tidak sopan, suka membantah,
lambat dalam menerima pelajaran.”
Dengan demikian, anak tuna laras di SMP Muhammadiyah Salatiga
memiliki bermacam – macam karakteristik. Selanjutnya, peneliti akan
menjabarkan beberapa karakteristik anak tuna laras di SMP Muhammadiyah
Berkaitan dengan hal tersebut, SMP Muhammadiyah Salatiga memiliki beberapa
anak didik yang termasuk dalam kategori tuna laras dengan karakteristik sebagai
berikut:
a. Secara Perilaku
Secara perilaku anak tuna laras di SMP Muhammadiyah Salatiga
mengalami gangguan seperti :
1) Mengalami ganguan perilaku, seperti : Pembangkang, suka menyerang,
suka merusak, berlaku tidak sopan, suka ribut, suka menyalahkan orang
lain dan anak yang cuek sehingga jika diberi nasihat tidak pernah
dihiraukan, suka membuat onar di kelas, sering membolos, merokok.
2) anak kurang dewasa sehingga anak tersebut mudah di pengaruh dan
sering melamun.
3) Anak yang kurang perhatian dari orang tuanya, karena kesibukan orang
tuanya yang sebagian besar bekerja di luar kota. Sehingga anak di
lingkungan sekolah itu selalu menunjukkan sikap yang seolah - olah
minta perhatian lebih dari guru maupun temannya.
b. Secara akademik
Secara akademik anak tuna laras di SMP Muhammadiyah Salatiga
mengalami keterlambatan, seperti :
1) Lambat membaca. Dalam hal ini masih ada beberapa anak yang belum
lancar membacanya bahkan juga ada anak yang sudah kelas VIII masih
belum lancer membaca.
2) Lambat memahami materi yang telah disampaikan oleh bapak/ ibu guru
disekolah sehingga guru harus menjelaskan berulang – ulang.
3) Lambat dalam menyelesaikan tugas.
4) Hasil belajar dibawah rata – rata.
c. Secara Emosional
Secara emosianal anak tuna laras di tandai dengan adanya rasa
gelisah/ Mengalami kecemasan pada diri sendiri, misalnya anak terlalu
pendiam sehingga dia tidak memiliki teman, dan emosi anak yang tidak
bisa terkontrol sehingga jika anak di beri nasihat malah membangkang.,
suka menyalahkan orang lain, adanya rasa malu, rasa rendah diri,
ketakutan, dan sebagainya.
2. Model pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang cocok untuk anak
berkebutuhan khusus (tuna laras) di SMP Muhammadiyah Salatiga.
Model pembelajaran adalah suatu rancangan atau pola yang di
desain oleh pendidik dalam mengajar utuk mencapai tujuan pembelajaran.
Dengan adanya model pembelajaran, pendidik dapat melakukan pembelajaran
yang ingin dilakukan untuk membuat peserta didik nyaman dalam belajar dan
faham dengan apa yang diajarkan sehingga tercapailah tujuan pembelajaran.
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru tidak harus terpaku untuk
mengunakan satu model pembelajaran saja, agar kegiatan belajar mengajar
tidak membosankan dan bisa menarik perhatian peserta didik sebaiknya guru
menggunakan model pembelajaran yang bervariasi dalam proses belajar
mengajar.
Model pembelajaran pendidikan agama islam bagi anak tuna laras
di SMP Muhammadiyah Salatiga tidak ada bedanya dengan anak normal
lainnya, pembelajaran berlangsung seperti pada sekolah umumnya. Hal ini
sesuai paparan dari hasil wawancara dengan bapak H. Yudi Haryono, S.Pd
yang menyatakan sebagai berikut :
“ Di dalam pembelajaran kami menggunakan Rencana Kegiatan
Harian ( RKH ). Jadi, kami melihat karakteristik anak terlebih
dahulu, apa didalam kelas tersebut terdapat anak tuna laras atau
tidak. Hal ini bertujuan untuk mencari tahu model pembelajaran
yang cocok untuk kami terapkan. Karena dalam hal ini tidak ada
perbedaan model pembelajaran antara anak normal dan anak
berkebutuhan khusus. Sebab jika kami bedakan nanti jadinya malah
kelas berkebutuhan khusus di sekolah umum. Hanya saja dalam
proses pembelajaran ini terbagi menjadi dua yaitu pembelajaran di
dalam kelas dan di luar kelas.”
Hal ini juga sesuai dengan paparan dari hasil wawancara dengan ibu
Safitri Dewi, sebagai berikut:
“ Masalah model pembelajaran yang kita gunakan itu semuanya
sama mbak, tidak ada yang kami bedakan antara anak normal dan
anak tuna laras. Kami menggunakan pembelajaran di dalam kelas
dan di luar kelas. Kalau di dalam kelas biasanya kami melibatkan
peserta didik, sebab kadang anak itu ketika guru yang menjelaskan
anak kurang faham tetapi begitu dijelaskan dengan temannya anak
langsung bisa memahaminya, kalau pembelajaran di luar kelas
kami sesuaikan dengan kondisi anak tuna laras tersebut.”
Dengan demikian, anak tuna laras di SMP Muhammadiyah Salatiga tidak
memiliki model pembelajaran secara khusus, hanya saja pembelajaran di SMP
Muhammadiyah Salatiga memiliki dua jenis pembelajaran yaitu pembelajaran di
dalam kelas dan di luar kelas. Selanjutnya, peneliti akan menjabarkan beberapa
jenis pembelajaran di dalam kelas dan di luar kelas yang telah diterapkan di
SMP Muhammadiyah Salatiga. Berkaitan dengan hal tersebut, SMP
Muhammadiyah Salatiga memiliki jenis pembelajaran sebagai berikut:
a. Didalam kelas
Dalam hal ini guru di SMP Muhammadiyah Salatiaga tidak hanya
terpaku pada satu model pembelajaran saja dalam menerapkan berbagai
macam mata pelajaran namun berbagai model pembelajaran telah guru
berikan kepada peserta didik dengan tujuan supaya pembelajaran dapat
menyenangkan bagi peserta didik sehingga hasil yang akan dicapai oleh
peserta didik pun akan maksimal.
Dibawah ini beberapa model pembelajaran yang diterapkan oleh
guru khususnya guru Pendidikan Agama Islam dalam menerapkan mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam.
1) Model pembelajaran Jigsaw
Dalam model pembelajaran ini tanggung jawab belajar terletak
pada peserta didik. olek karena itu, peserta didik harus dapat
membangun pengetahuannya, tidak hanya menerima materi dari guru
saja melainkan dari temannya, karena kadang peserta didik lebih paham
ketika dijelaskan oleh temannaya sendiri. Dalam hal ini guru memberi
instruksi kepada peserta didik dengan cara :
a) Membagi beberapa kelompok dalam kelas yang setiap kelompok
terdiri dari 4 anak.
b) Tiap orang dalam tim diberi materi dan tugas yang berbeda.
c) Anggota dari tim yang berbeda dengan tugas yang sama membentuk
kelompok yang baru.
d) Setelah diskusi, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan
menjelaskan kepada anggota kelompok tentang sub bab yang mereka
kuasai.
e) Perwakilan dari kelompok mempresentasikan hasil diskusi.
f) Pembahasan.
g) Penutup.
2) Model pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching And Learning)
Model Pembelajaran Kontekstual ( Contextual Teaching And
Learning ) suatu pembelajaran tidak hanya difokuskan pada pemberian
pembekalan kemampuan pengetahuan yang bersifat teoritis saja, akan
tetapi menciptakan bagaimana agar pengalaman belajar yang dimiliki
anak khususnya pada anak tuna laras senantiasa terkait dengan
permasalahan – permasalahan aktual yang terjadi di lingkungan. Jadi
dalam pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching And Learning)
selalu ada keterkaitan anatara materi atau topic pembelajaran dengan
kehidupan nyata. Hal ini biasanya diterapkan pada materi akhlaq dan
fiqh.
3) Model Pembelajaran Quantum
Model pembelajaran ini menurut guru mampu untuk meningkatkan
minat belajar siswa sehingga siswa dapat meningkatkan hasil
belajarnya. Dalam model pembelajaran quantum ini, biasanya pendidik
akan membiasakan siswa dalam mencatat, membaca secara bergilir hal
ini ditujukan supaya peserta didik lancar dalam membaca dan menulis.
Sebab kaitannya dengan hal tersebut masih ada beberapa anak di SMP
Muhammadiyah Salatiga yang masih belum lancar dalam membaca dan
menulis khususnya dalam materi Al – Qur‟an.
b. Diluar kelas.
Dalam hal ini untuk mengkondisikan anak tuna laras pihak sekolah
memberikan pelajaran diluar kelas yang mana sering disebut dengan
pelajaran ekstrakulikuler. Ekstrakulikuler di SMP Muhammadiyah ini
sangat banyak salah satunya ekstrakulikuler bagi peserta didik yang
termasuk dalam kategori tuna laras ini.
Anak tuna laras berbeda dengan anak yang pada umumnya. Maka
dari itu anak tuna laras diberi tambahan ekstrakulikuler yang sesuai
dengan kekurangannya. misalnya : anak yang belum lancar membaca
disatukan untuk lebih diperhatikan dalam segi menbaca supaya mereka
menjadi lancar membaca, anak yang tingkat emosinya labil dikhususkan
sendiri dengan cara pendampingan diberi masukan supaya mereka dapat
lebih menjaga tingkat emosinya, bahkan anak yang kurang perhatian dari
keluargapun juga disendirikan dan diberi masukan – masukan supaya
mereka lebih memahami dirinya.
Segala upaya telah dilakukan pihak sekolah dengan cara bekerja
sama dengan orang tua peserta didik, wali kelas, guru mata pelajaran dan
guru bimbingan konseling untuk membentuk pribadi yang lebih baik
khususnya bagi anak tuna laras.
3. Masalah yang di hadapi guru dalam proses pembelajaran pendidikan
Agama Islam bagi anak berkebutuhan khusus ( tuna laras )di SMP
Muhammdiyah Salatiga.
Masalah yang dihadapi guru di SMP Muhammadiyah Salatiga dalam
mendidik anak tuna laras sangat beragam, hal ini dikarenakan tidak hanya
muncul pada para pendidik itu sendiri tetapi juga terhadap peserta didik. Hal
ini sesuai dengan pemaparan dari hasil wawancara dengan ibu Safitri Dewi
yang menyatakan bahwa:
“ Wah banyak sekali kendalanya mbak, diantaranya kurangnya
komunikasni antara pihak sekolah dan wali murid, hal ini disebabkan
karena kebanyakan dari orang tua anak yang sibuk bekerja bahkan ada
yang orang tuanya bekerja di luar kota jadi anak mereka dititipkan pada
neneknya, padahal faktor keluarga terutama pola asuh dari orang tua itu
sangat berperan penting pada anak tersebut. Selain itu kemauan peserta
didik untuk maju itu sangat sedikit.”
Dalam hal ini, penulis akan menguraikan tentang masalah yang dihadapi
guru dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak tuna
laras di SMP Muhammadiyah Salatiga diantaranya:
a. Kendala yang dihadapi peserta didik.
1) Kurangnya kedispilinan peserta didik dalam masuk sekolah.
2) Lambat dalam menerima materi pembelajaran.
3) Anak mudah merasa bosan atau jenuh sehingga pendidik mengalami
kesulitan dalam proses pembelajaran.
4) Emosi anak tuna laras tidak terkontrol, sehingga anak suka membuat
onar di dalam kelas.
b. Kendala yang dihadapi pendidik.
1) Tenaga pengajar Pendidikan Agama Islam di SMP Muhammadiyah
Salatiga bukan guru pendidikan khusus sekolah luar biasa karena SMP
Muhammadiyah Salatiga merupakan sekolah umum bukan sekolah
untuk anak berkebutuhan khusus walaupun ada beberapa peserta didik
yang mengalami kebutuhan khusus.
2) Kurangnya perhatian dari orang tua, sehingga menyulitkan guru dalam
komunikasi antara guru dan orang tua, karena sebagian besar orang
tua peserta didik berada di luar kota.
3) Lingkungan keluarga yang tidak mendukung sehingga menyulitkan
pihak sekolah dalam mendidik anak tuna laras.
4) Proses pembelajaran belum berjalan efektif sebab tidak ada perbedaan
dalam menerapkan model pembelajaran untuk anak tuna laras dan
anak normal lainnya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Masalah yang dihadapi
guru di SMP Muhammadiyah Salatiga dalam mendidik anak tuna laras
sangat beragam dan masalah itu tidak hanya muncul pada pendidik saja
melainkan pada peserta didik. Untuk anak tuna laras itu sendiri pola asuh
dari orang tua mereka sangat berperan penting. Jika anak tuna laras tersebut
tidak pernah mendapat dukungan dari orang tua karena kesibukan orang tua
mereka dalam bekerja, maka anak tersebut akan lambat dalam mengalami
perubahan. Sedangkan dari pendidik Proses pembelajaran belum berjalan
efektif sebab tidak ada perbedaan dalam menerapkan model pembelajaran
untuk anak tuna laras dan anak normal lainnya.
Banyaknya masalah yang dihadapi guru di SMP Muhammadiyah
Salatiga dalam mendidik anak tuna laras, seharusnya dapat dijadikan bahan
pembelajaran untuk para pendidik maupun orang tua peserta didik dan yang
berkecimpung di dalamnya. Itulah beberapa masalah yang dihadapi guru di
SMP Muhammadiyah Salatiga dalam mendidik anak tuna laras, baik dari para
pendidik maupun peserta didik itu sendiri.
4. Usaha yang harus ditempuh oleh guru Pendidikan Agama Islam dalam
mengatasi masalah tersebut?
Usaha yang ditempuh oleh guru Pendidikan Agama Islam dalam
mengatasi masalah tersebut sangat banyak, Hal ini sesuai dengan pemaparan
dari hasil wawancara dengan ibu Safitri Dewi yang menyatakan bahwa:
“ Ya banyak usaha yang kami lakukan untuk mengatasi masalah pada anak
tuna laras, diantaranya menjalin komunikasi anatara wali kelas, guru mata
pelajaran dan juga guru BK. Selain itu kami juga selalu melakukan
pembiasaan pada diri siswa dengan cara ketika pagi siswa berangkat dan
masuk lokasi sekolah sudah disambut oleh bapak/ ibu guru,sholat
berjamaah juga selalu kita terapkan.”
Dalam hal ini, penulis akan menguraikan tentang usaha yang harus
ditempuh guru Pendidikan Agama Islam dalam mengatasi masalah pada anak
tuna laras di SMP Muhammadiyah Salatiga diantaranya:
a. Selalu menjalin komunikasi antar guru mata pelajaran, wali kelas dan guru
bimbingan konseling ( BK ) mengenai kemampuan siswa, sikap dan
perilaku selama di dalam kelas.
b. Adanya suatu pembiasaan di lingkungan sekolah, antara lain:
1) Ketika anak berangkat sekolah sudah ada bapak/ ibu guru yang
menyambut peserta didik didepan gerbang sambil memantau kerapian
peserta didik.
2) Sebelum guru memulai pelajaran diadakan hafalan do‟a sehari – hari
atau hafalan surat – surat pendek.
3) Pembiasaan dalam sholat dhuha dan sholat dhuhur berjama‟ah.
c. Keberhasilan sebuah pengajaran tidak hanya terletak pada pendidik saja
namun banyak faktor yang mendukung. Diantaranya peserta didik itu
sendiri. dimana anak tuna laras yang emosinya kurang terkendali
diperlukan kejelian dan kesabaran oleh pendidik dalam mengajar.
d. Adanya proses konseling dari guru bimbingan konseling ( BK ) yang telah
mendapat informasi dari guru mata pelajaran bahkan wali kelas peserta
didik kemudian diadakan konseling individu secara pribadi kalau dalam
hal ini peserta didik tidak mengalami perubahan baru orang tua peserta
didik tersebut dipanggil.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa usaha yang harus ditempuh
guru Pendidikan Agama Islam dalam mengatasi masalah pada anak tuna laras
di SMP Muhammadiyah Salatiga yaitu dengan selalu menjalin komunikasi
antar guru mata pelajaran, wali kelas dan guru bimbingan konseling ( BK )
mengenai kemampuan siswa, sikap dan perilaku selama di dalam kelas dan
adanya suatu pembiasaan di lingkungan sekolah antara pendidik dan peserta
didik.
BAB IV
ANALISIS DATA
Berdasarkan pada data yang telah dipaparkan pada BAB III, maka pada
BAB ini akan dilakukan analisis data. Adapun hal – hal yang akan di analisis
adalah: Karakteristik anak tuna laras, model pembelajaran Pendidikan Agama
Islam bagi anak tuna laras, masalah yang dihadapi guru dalam proses
pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi nak tuna laras, dan upaya yang harus
ditempuh guru Pendidikan Agama Islam dalam mengatasi masalah tersebut.
Analisis ini berdasarkan pada data tang telah diuraikan pada BAB III, yang
mana BAB III itu merupakan dari hasil penelitian serta bukti dan kenyataan yang
ada di SMP Muhammadiyah Salatiga.
A. Karakteristik anak berkebutuhan khusus (tuna
laras) di SMP Muhammadiyah Salatiga?
Anak tuna laras adalah anak yang mengalami hambatan dalam
mengendalikan emosi, perilaku, dan kurang memiliki norma sosial yang akudet
( memadai ) , sehingga terlihat perilaku atau sikapnya menyimpang atau tidak
bagus ( Harjanto, Anantasia, 2011 : 7 ).
Secara umum anak tuna laras menunjukkan ciri –ciri tingkah laku yang
ada persamaannya pada setiap klasifikasi, yaitu : kekacauan tingkah laku,
kecemasan dan menarik diri, kurang dewasa, dan agresif.
Sedangkan Harjanto, Anantasia, ( 2011 ) dalam bukunya yang berjudul
Anak dengan Tuna Laras menyatakan bahwa ciri anak tuna laras sebagai berikut:
a.Adanya gangguan emosi
Secara umum emosinya menunjukkan sedih, cepat tersinggung/ marah,
rasa tertekan dan merasa cemas. Mudah gentar, takut, gugup, gampang iri hati,
malu, rendah diri, dll.
b.Adanya gangguan perilaku
Tidak inisiatif, sangat tidak mandiri, agresif, curiga, acuh tak acuh, banyak
berkhayal, berdusta, adanya perbuatan – perbuatan aneh, adanya rasa cemas
seperti menyedot jari atau gigit jari.
c.Adanya gangguan sosial
Merasa kurang senang menghadapi pergaulan, tidak dapat menyesuaikan
diri. Gejala perbuatannya seperti sikap bermusuhan, agresif, bercakap kasar,
menyakiti hati orang lain, keras kepala, menentang atau menghina orang lain,
berkelahi, merusak milik orang lain, dll.
Hal tersebut sesuai dengan karakteristik anak berkebutuhan khusus (tuna
laras) di SMP Muhammadiyah Salatiga sangat beragam, diantaranya :
1. Aspek Perilaku
Secara Perilaku anak tuna laras di SMP Muhammadiyah Salatiga
mengalami keterlambatan, seperti :
a. Mengalami ganguan perilaku, seperti : Pembangkang, suka menyerang,
suka merusak, berlaku tidak sopan, suka ribut, suka menyalahkan orang
lain, merokok dan anak yang cuek sehingga jika diberi nasihat tidak
pernah dihiraukan.
Kaitannya dengan hal tersebut sebagian besar anak tuna laras yang
ada di SMP Muhammadiyah Salatiga mengalami gangguan perilaku
seperti : Pembangkang, suka menyerang, suka merusak, berlaku tidak
sopan, suka ribut, suka menyalahkan orang lain, merokok dan anak yang
cuek sehingga jika diberi nasihat tidak pernah dihiraukan.
Hal tersebut mereka lakukan karena seolah – olah mereka hanya
ingin minta perhatian saja, karena anak tersebut biasanya kurang perhatian
dari keluarganya utamanya dari orang tua mereka. Kesibukan orang tua
yang berkerja, atau orang tua yang bercerai membuat anak tersebut
mengalami gangguan dalam perilaku mereka. Misalnya saja pada anak
yang pemarah atau pembangkan biasanya disebabkan faktor dari keluarga
yang kurang harmonis, orang tua tidak memperhatikan mereka bahkan ada
juga orang yang marah di depan anaknya sehingga kejadian tersebut
mereka bawa di sekolah dan melampiaskan kemarahan mereka di
lingkungan sekolah.
b. anak kurang dewasa sehingga anak tersebut mudah dpengaruh dan sering
melamun.
Anak yang kurang dewasa sehingga anak tersebut anak mudah
dipengaruhi dan sering melamun biasanya anak yang seperti ini terjadi
pada anak yang di dalam keluarganya dia selalu dipenuhi kebutan materi
oleh orang tuanya namun dalam hal ini anak tersebut kurang kasih sayang
dari orang tuanya. Orang tua dari anak tersebut sibuk bekerja mencarikan
nafkah untuk keluarga, memenuhi segala kebutuhan anaknya akan tetapi
mereka lupa akan kasih sayang yang anak tersebut butuhkan.
c. Anak yang kurang perhatian dari orang tuanya, karena kesibukan orang
tuanya yang sebagian besar bekerja di luar kota. Sehingga anak di
lingkungan sekolah itu selalu menunjukkan sikap yang seolah - olah minta
perhatian lebih dari guru maupun temannya.
Karena kesibukan dari orang tua yang bekerja di luar kota, bahkan
orang tua tersebut kadang ada yang bekerja dari pagi hari pulang sudah
larut malam sampai tidak sempat melihat anaknya, sebab ketika mereka
berangkat bekerja anak – anak mereka masih belum bangun tetapi ketika
mereka pulang dari kerja anak – anak mereka sudah tidur terlelap.
Kesibukan kerja tersebut kadang melupakan akan pentingnya kasih
sayang dan perhatian orang tua terhadap anaknya. Dengan hal tersebut
maka anak akan berusaha mencari perhatian di lingkungan lain utamanya
ketika mereka berada di sekolah maka anak tersebut akan berusaha
mencari perhatian dari guru atau teman – temannya di sekolah.
Setiap anak itu pastinya membutuhkan perhatian terutama
perhatian dari pihak keluarganya yaitu kedua orang tua. Dalam kehidupan
anak keluarga mempunyai peran utama dalam membentuk kepribadian
anak karena dalam lingkungan keluarga anak akan memperoleh
pengalaman pertama mengenai perasaan dan sikap sosial.
Dalam hal ini, anak tuna laras itu sering kali berbuat yang
menimbulkan perhatian dari orang lain. misalnya : dengan cara tidak
memperhatikan guru ketika menerangkan sehingga menjadi tidak faham
terhadap materi yang telah disampaikan dan guru pun harus mengulangi
berkali – kali untuk materi tersebut supaya mereka faham. Selalu
mengganggu temannya dalam kondisi pelajaran sedang berlangsung
maupun istirahat sehinnga membuat temannya merasa tidak nyaman.
Apa yang dilakukan anak tuna laras yang mengalami gangguan
emosi dan perilaku yang menyimpang seolah – olah karena mereka ingin
meraih perhatian dari orang lain yang mana perhatian tersebut tidak
mereka peroleh ketika di lingkungan keluarga.
Dalam hal ini anak tuna laras di SMP Muhammadiyah Salatiga
sebagian besar dipengaruhi dari faktor keluarga terutama pola asuh dari
orang tua peserta didik tuna laras. Selain itu, pengaruh dari ekonomi
2. Aspek akademik
Secara akademik anak tuna laras di SMP Muhammadiyah Salatiga
mengalami keterlambatan, seperti :
a. Lambat membaca.
Dalam hal ini masih ada beberapa anak yang belum lancar
membacanya bahkan juga ada anak yang sudah kelas VIII masih belum
lancar membaca.
SMP Muhammadiyah Salatiga masih memiliki beberapa anak
khususnya pada anak tuna laras yang masih lambat dalam membaca.
Kaitannya dengan hal tersebut guru bekerja sama dengan orang tua siswa
dan juga teman – teman siswa untuk selalu mendukung siswa tersebut
untuk belajar membaca supaya mereka lancar dalam membaca.
Kaitannya dengan hal tersebut alangkah baiknya jika wali kelas
atau guru Bahasa Indonesia khususnya memberikan privat membaca
pada anak tersebut ketika pagi hari anak berang kesekolah. Hal ini
dilakukan secara rutin sampai anak tersebut dapat membaca dengan
lancar.
b. Lambat memahami materi yang telah disampaikan oleh bapak/ ibu guru
disekolah sehingga guru harus menjelaskan berulang – ulang.
Anak yang dalam dalam memahami materi khususnya pada anak
tuna laras, guru mata pelajaran, wali kelas, dan orang tua siswa saling
bekerja sama untuk kemajuan putra putrinya. Hal ini dilakukan dengan
cara guru memberikan tambahan pelajaran kepada siswa khususnya anak
tuna laras mengenai materi yang mereka anggap belum jelas. Selain itu
orang tua dirumah harus selalu mengawasi puta putrinya untuk belajar
dirumah dengan pendampingan orang tua atau bisa juga dengan cara
dipanggilkan guru privat. Semua ini bertujuan untuk putra putri ketika
ada permasalahan dalam memahami materi orang tua atau guru privat
bisa menjelaskan kepada putra putrinya.
c. Hasil belajar dibawah rata – rata.
Jika hasil belajar anak khususnya anak tuna laras di bawah rata –
rata, guru memanggil orang tua anak untuk menjelaskan hasil belajar
anak selama di sekolah. Guru bersama orang tua anak mencari
permasalah yang ada pada anak mengenai hasil belajar anak yang di
bawah rata – rata. Jika permasalahan tersebut sudah ditemukan, guru
bersama orang tua anak mencari jalan keluar demi kemajuan putra
putrinya.
Gangguan belajar atau learning disorder adalah gangguan yang
jauh lebih umum terjadi ketimbang yang kita kira. Karena semakin kita
mengetahui keragaman gangguan tersebut, maka akan banyak hal yang
bisa dipelajari untuk mengatasinya ( Henry, 2008 : 182 )
3. Aspek Emosional
Secara emosianal anak tuna laras di tandai dengan adanya rasa
gelisah, rasa malu, rasa rendah diri, ketakutan, pemarah dan mengalami
kecemasan pada diri sendiri. Perasaan tersebut biasanya terbawa sampai
lingkungan sekolah maupun masyarakat sehingga anak tersebut cenderung
tidak memiliki teman. Maka wali kelas bekerja sama dengan guru
Pendidikan Agama Islam supaya anak tersebut mendapatkan bimbingan
rohani untuk dapat menghilangkan rasa gelisah, rasa malu, rasa rendah
diri, atau rasa takut sebab kita hanya boleh takut kepada Allah saja. Selain
itu guru juga memberi nasihat kepada teman – temannya untuk selalu
mengajak bergaul anak tersebut. Mengalami kecemasan pada diri sendiri,
misalnya anak terlalu pendiam sehingga dia tidak memiliki teman, dan
emosi anak yang tidak bisa terkontrol sehingga jika anak di beri nasihat
malah membangkang.
Anak yang mengalami kecemasan pada dirinya, misalnya karena
anak tersebut terlalu pendiam sehingga menyebabkan anak tersebut tidak
memiliki teman, Karena tidak memiliki teman, anak tersebut tidak bisa
mengurangi beban hati yang mereka timpa sehingga hal ini membuat
pengaruh pada tingkat emosi anak yang tidak terkontrol. Bahkan bisa jadi
ketika diberi nasihat anak malah membangkang.
Dengan demikian sikap pendiam anak harus diperhatikan juga oleh
para pendidik. Sebab di dalam sikap pendiam itu menyimpan banyak
makna. Diamnya anak itu memang sudah bawaan anak atau karena anak
memiliki masalah. Guru harus selalu membimbing dan mengawasi
perilaku sehari –hari anak di lingkungan sekolah.
Dalam hal ini, Karakteristik anak berkebutuhan khusus (tuna laras)
di SMP Muhammadiyah Salatiga tersebut sudah menyangkut semua aspek
dan sesuai dengan teori yang sudah ada. Menurut Rosembera, dkk ( 1992 )
anak tuna laras dapat dikelompokkan dua yaitu anak tuna laras yang
beresiko tinggi dan anak tuna laras yang beresiko rendah. Anak tuna laras
yang beresiko tinggi seperti : hiperaktif, agresif, pembakang dan anak yang
menarik diri dari pergaulan sosial. Sedangkan anak tuna laras yang
beresiko rendah seperti : autisme dan skizofrenia.
Secara umum anak tuna laras menunjukkan ciri –ciri tingkah laku
yang ada persamaannya pada setiap klasifikasi, yaitu : kekacauan tingkah
laku, kecemasan dan menarik diri, kurang dewasa, dan agresif.
Berkaitan dengan karakteristik anak tuna laras tersebut, kelainan
perilaku anak akan mengakibatkan adanya penyesuaian sosial dan sekolah
yang buruk. Akibatnya penyesuaian yang buruk tersebut, dalam hal belajar
menunjukkan ciri – ciri sebagai berikut:
1) Pencapaian belajar yang jauh dari rata – rata.
2) Sering kali dikirim ke ruang kepala sekolah atau ruangan bimbingan untuk
tindakan disclipner.
3) Sering kali tidak naik kelas atau bahkan keluar sekolahnya.
4) Sering kali membolos sekolah.
5) Lebih sering dikirim ke lembaga kesehatan dengan alasan sakit, perlu istirahat.
6) Anggota keluarga, terutama orang tua lebih sering mendapat panggilan dari
petugas kesehatan atau bagian absensi.
7) Lebih sering melakukan pelanggaran hukum, dan pelanggaran tanda –
tanda lalu lintas.
8) Lebih sering di kirim ke klinik bimbingan.
Sedangkan Dampak sosial/ emosional pada anak tuna laras dapat
dijelaskan sebagai berikut :
a. Aspek Sosial
Masalah yang menimbulkan gangguan bagi orang lain, dengan ciri –
ciri sebagai berikut.
1) Perilaku tidak diterima oleh masyarakat dan biasanya melanggar
norma budaya, dan perilaku melanggar aturan keluarga, sekolah, dan
rumah tangga.
2) Perilaku tersebut ditandai dengan tindakan agresif, yaitu tidak
mengikuti aturan, bersifat mengganggu, mempunyai sikap
membangkang atau menentang, dan tidak dapat bekerja sama.
3) Melakukan kejahatan remaja, seperti telah melanggar hukum.
b. Aspek Emosional
1) Adanya hal – hal yang menimbulkan penderitaan bagi anak, seperti
tekanan batin dan rasa cemas.
2) Adanya rasa gelisah, seperti rasa malu, rendah diri, ketakutan, dan
sangat sensitive atau perasa.
Dengan demikian, peneliti menegaskan bahwa karakteristik anak
berkebutuhan khusus (tuna laras) di SMP Muhammadiyah Salatiga tersebut
sudah menyangkut semua aspek dan sesuai dengan teori yang sudah ada.
B. Model pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang cocok untuk anak
berkebutuhan khusus (tuna laras) di SMP Muhammadiyah Salatiga.
Pada proses pembelajaran di SMP Muhammadiyah Salatiga tidak ada
perbedaan model pembelajaran antara anak normal dengan anak tuna laras,
hanya saja SMP Muhammadiyah Salatiga membagi Pembelajaran itu menjadi
dua kategori yaitu pembelajaran di dalam kelas dan pembelajaran di luar
kelas. Berikut adalah proses pembelajaran di dalam kelas dan di luar kelas
yang telah diterapkan di SMP Muhammadiyah Salatiga :
1. Di Dalam Kelas
Pembelajaran di dalam kelas dilaksanakan seperti pada umumnya.
Tidak ada perbedaan antara kelas khusus anak tuna laras dan kelas regular
karena di SMP Muhammadiyah Salatiga ini merukan sekolah umum bukan
sekolah ingklusi ataupun sekolah berkebutuhan khusus, hanya saja di SMP
Muhammadiyah ini terdapat beberapa anak yang termasuk dalam kategori
anak tuna laras.
Pembelajaran dilaksanakan dengan berbagai model pembelajaran
supaya menarik perhatian peserta didik khususnya pada anak tuna laras.
Dengan berbagai macam fariasi model pembelajaran diharapkan anak tuna
laras tersebut dapat memahami pelajaran dengan mudah, tidak hanya
dengan metode cemarah saja. Karena metode ceramah ini selalu dilakukan
oleh pendidik, maka anak didik akan cepat membuat bosan, dalam hal ini
anak didik kurang berperan dalam proses pembelajaran yang mana tugas
mereka hanya mendengarkan saja. Untuk itu, pendidik selalu
memfariasikan model pembelajaran agar menarik perhatian siswanya.
Dibawah ini beberapa model pembelajaran yang diterapkan oleh
guru khususnya guru Pendidikan Agama Islam dalam menerapkan mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam.
a. Model pembelajaran Jigsaw
Model Pembelajaran kooperatif model jigsaw adalah model belajar
kooperatif yang menitikberatkan pada kerja kelompok siswa dalam
bentuk kelompok kecil. Seperti yang telah diungkapkan oleh Lie dalam
bukunya Rusman ( 2011 : 218 ) mengungkapkan bahwa “ Pembelajaran
kooperatif model jigsaw ini merupakan model belajar kooperatif dengan
siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai
enam orang secara heterogen dan siswa bekerjasama saling
ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri.”
Kaitannya dengan model pembelajaran kooperatif model Jigsaw di
SMP Muhammadiyah Salatiga, tanggung jawab belajar terletak pada
peserta didik. oleh karena itu, peserta didik harus dapat membangun
pengetahuannya, tidak hanya menerima materi dari guru saja melainkan
dari temannya, karena kadang peserta didik lebih paham ketika
dijelaskan oleh temannaya sendiri.
Tujuan dari pembelajaran Jigsaw untuk meningkatkan hasil
belajar, daya ingat, serta motifasi intrinsic ( kesadaran individu ) peserta
didik dengan belajar kelompok. Biasanya model pembelajaran ini
digunakan ketika ada materi sejarah kebudayaan islam. Dengan model
pembelajaran Jigsaw siswa dapat melakukan belajar kelompok bersama
teman – temannya dalam satu tim. Dalam menemtukan kelompok
seorang guru membagi tim secara adil dengan cara setiap tim diberi satu
atau dua anak yang dianggap oleh guru anak tersebut bisa menguasai
materi yang guru berikan. Dengan begitu anak tersebut bisa
mempresentasikan materi hasil diskusi kepada temannya. Setelah tugas
kelompok selesai, guru memberikan skor terhadap hasil kerja siswa.
Tim yang telah memenuhi kriteria penilaian dan memiliki skor
tertinggi, guru harus memberi penghargaan terhadap tim tersebut
supaya lebih merangsang pengetahuan siswa.
b. Model Pembelajaran Kontekstual( Contextual Teaching And Learning )
Menurut ( Nurhadi : 2002 ), pembelajaran kontekstual ( CTL )
merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
keluarga dan masyarakat.
Sistem CTL, adalah proses pendidikan yang bertujuan membantu
siswa melihat makna dalam materi akademik yang mereka pelajari
dengan jalan menghubungkan mata pelajaran akademik dengan isi
kehidupan sehari – hari, yaitu dengan konteks kehidupan pribadi, sosial
dan budaya. Model Pembelajaran ini merupakan suatu model
pembelajaran yang mana dalam proses belajar mengajar guru
mengaitkan suatu materi pembelajarn dengan kehidupan yang nyata.
Model pembelajaran ini bertujuan untuk membantu peserta didik untuk
melihat makna dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan
jalan menghubungkan mata pelajaran akademik dengan isi kehidupan
sehari – hari, yaitu dengan kehidupan pribadi, sosial, dan budaya.
Kaitannya dengan model pembelajaran Kontekstual ( Contextual
Teaching And Learning ) di SMP Muhammadiyah Salatiga, guru dapat
menerapkan model pembelajaran tersebut pada materi pembelajaran
akhlaq dan fiqh. Misalnya pada materi akhaq dengan tema perilaku
terpuji guru dapat memberikan contoh perilaku terpuji. Sebagai contoh
pada perilaku terpuji Qona‟ah, guru menjelaskan apa itu yang dimaksud
dengan qona‟ah kemudian guru memberikan contoh suatu hal yang ada
pada kehidupan sehari – siswa yang bersangkutan dengan qona‟ah.
Atau bisa dengan cara guru menunjuk siswa secara bergilir untuk
menyebutkan beberapa qona‟ah yang ada pada lingkungan siswa.
Sedangkan pada materi Fiqh misalnya pada tema Ibadah guru
menjelaskan pengertian ibadah, macam – macamnya ibadah kemudian
memberikan contoh terhadap siswa yang berhubungan dengan tema
ibadah yang ada di lingkungan sekitar. Misalnya sholat, pada materi
sholat ini guru dapat mengaitkan sholat dalam kehidupan sehari – hari,
dengan membuat buku absensi kegiatan sholat yang dilaksanakan siswa
di rumah. Selain itu guru dapat menjelaskan tentang manfaat sholat
dengan kesehatan.
Model pembelajaran Kontekstual ( Contextual Teaching And
Learning ), sangat baik digunakan dalam proses pembelajaran
khususnya pada anak tuna laras. Sebab di dalam model pembelajarn ini
mengaitkan anatara materi pembelajaran dengan kehidupan nyata. Jadi
dengan model pembelajaran ini akan mudah merangsang anak tuna
laras khususnya dalam menerima pembelajaran dan memudahkan anak
tuna laras dalam mencerna materi yang guru berikan terhadap anak
tersebut. Model pembelajaran Kontekstual ( Contextual Teaching And
Learning ) di SMP Muhammadiyah Salatiga sudah sesuai dengan
pendapat ( Nurhadi : 2002 ) “ Pembelajaran kontekstual ( CTL )
merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
keluarga dan masyarakat.
c. Model Pembelajaran Quantum
Quantum Learning merupakan model pembelajaran yang
membiasakan belajar menyenangkan. Penerapan model ini diharapkan
dapat meningkatkan minat belajar siswa sehingga pada akhirnya siswa
dapat meningkatkan hasil belajar secara menyeluruh. Quantum
Learning pertama kali digunakan di Supercamp ( De Potter, 2009 ).
Supercamp menggunakan pola pembelajaran yang menggabungkan rasa
percaya diri, ketrampilan belajar dan ketrampilan berkomunikasi
dengan lingkungan yang menyenangkan ( Miftahul Huda, 2013:193 ).
Kaitannya dengan Model Pembelajaran Quantum biasanya guru
menyajikan ketika materi pembelajaran Al – Qur‟an. Hal ini ditujukan
untuk memotivasi siswa untuk menjadi yang terbaik dalam membaca
maupun menulis Al – Qur‟an, karena di SMP Muhammadiyah Salatiga
ini masih memiliki beberapa siswa yang belam lancar dalam menulis
maupun membaca Al – Qur‟an. Selain itu hal tersebut ditujukan untuk
memudahkan anak tuna laras dalam menyerap materi pembelajaran.
Dalam Model Pembelajaran quantum ini memiliki kelemahan
yaitu: memerlukan dan mununtut keahlian dan ketrampilan guru lebih
khusus, memerlukan proses perencanaan dan persiapan pembelajaran
yang cukup matang dan terencana dengan cara yang lebih baik, dan
tidak semua kelas memiliki sumber belajar, alat belajar, dan fasilitas
yang dijadikan prasyarat dalam Quantum Learning, selain juga Karena
pembelajaran ini juga menuntut situasi dan kondisi serta waktu yang
lebih banyak ( Miftahul Huda, 2013 : 196 ).
2. Di Luar Kelas
Pembelajaran di luar kelas ini dinamakan dengan kegiatan
ekstrakulikuler. Kegiatan ekstra kulikuler di SMP Muhammadiyah
Salatiga ini sangat banyak di antaranya : kegiatan pramuka, PMR ( Palang
Merah Remaja ), Qiro‟ah, drum band, pencak silat dan lain – lain. Di
samping kegiatan tersebut masih ada kegiatan ekstra kulikuler yang khusus
di berikan kepada anak tuna laras.
Kegiatan ekstra kulikuler yang diberikan untuk anak tuna laras
disesuaikan juga dengan permasalahan yang anak tuna laras hadapi.
Misalnya pada anak tuna laras yang lambat dalam memahami mata
pelajaran khususnya mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, setelah
pulang sekolah guru Pendidikan Agama Islam memberikan tambahan
pelajaran secara khusus mengenai materi yang anak tuna laras tersebut
sulit untuk memahami tersebut. Guru memberikan materi tersebut dengan
penuh kesabaran, ketelatenan dan juga keuletan demi kemajuan anak tuna
laras tersebut. Jika pada kasus anak tuna laras yang sering membolos, suka
merokok, suka membuat onar itu berkaitan dengan guru bimbingan
konseling. Biasanya anak tersebut di bimbing untuk selalu diberi
pengarahan terhadap bahaya anak yang sering membolos, suka merokok
bahkan membuat onar dikelas. Sebab apa yang mereka lakukan itu sangat
berbahaya. Misalnya dengan anak yang sering membolos mereka akan
ketinggalan banyak mata pelajaran sehingga nilai merekapun akan
menurun akibatnya bisa jadi anak tersebut tidak naik kelas. Pada anak
yang suka merokok diberi penjelasan tentang bahaya merokok apalagi usia
anak tersebut masih muda. Sedangkan pada anak yang suka membuat onar
di kelas mereka harus selalu di beri masukan sebab yang mereka lakukan
tersebut tidak baik bahkan bisa jadi menyakiti atau merugikan bagi
temanya. Kegiatan ekstra kulikuler tersebut dibimbing langsung oleh para
guru SMP Muhammadiyah Salatiga khususnya guru mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam yang dibantu oleh wali kelas, guru mata
pelajaran dan guru Bimbingan dan Konseling.
Kegiatan ekstra kulikuler ini dilaksanakan setiap hari berdasarkan
karakteristik anak tuna laras tersebut. Kaitannya dengan hal tersebut dalam
membimbing anak tuna laras guru harus senantiasa bersabar dalam
mengahadapinya, telaten, dan juga harus pandai dalam mengambil hati
anak tuna laras supaya mereka giat dalam menjalankan tugasnya sebagai
pelajar, dan dapat mengendalikan emosinya.
C.Masalah yang di hadapi guru dalam proses pembelajaran pendidikan
Agama Islam bagi anak berkebutuhan khusus (tuna laras)di SMP
Muhammdiyah Salatiga.
Dalam proses pembelajaran pasti akan ditemukan masalah yang guru
hadapi dalam proses pembelajaran. Maka dari itu, di SMP Muhammadiyah
Salatiga ada beberapa masalah yang dihadapi guru dalam proses
pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak berkebutuhan khusus ( tuna
laras ) di SMP Muhammadiyah Salatiga, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Kemauan peserta didik untuk maju itu sangat sedikit.
Dalam hal ini guru bekerja sama dengan orang tua murid untuk
selalu memberikan motifasi kepada peserta didik demi kemajuan bersama.
Sebab jika seorang guru bekerja secara sendirian mengenai peserta didik
yang tidak memiliki kemauan untuk maju maka hasilnyapun tidak akan
maksimal.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka guru dan orang tua murid
selain memberi motifasi peserta didik tentang pentingnya jika kita bisa
lebih maju atau lebih berhasil, peserta didik yang mengalami perubahan
sikap setelah mendapat motifasi dari guru maupun orang tua alangkah
baiknya diberi penghargaan.
2. Kurangnya kedispilinan peserta didik dalam masuk sekolah. Kaitannya
dengan hal ini sebagian anak tuna laras sering bolos sekolah.
Kurangnya disiplin dalam masuk kelas dan seringnya membolos
khususnya pada anak tuna laras, guru Pendidikan Agama Islam bekerja
sama dengan wali kelas, guru bimbingan konseling, guru mata pelajaran
dan teman – teman anak tuna laras untuk selalu mengawasi anak tersebut
supaya tidak membolos. Guru Penidikan Agama Islam, wali kelas dan
guru bimbingan konseling selalu memberikan arahan kepada anak tuna
laras tentang bahaya jika sering membolos. Jika dengan cara diberi
masukan anak tuna laras khususnya yang sering membolos, sikapnya
sudah berubah maka tugas guru dan teman peserta didik hanyalah
mengawasi anak tersebut supaya tidak mengulangi perbuatannya lagi.
Tetapi jika anak tersebut setelah diberi masukan masih saja sering
membolos, maka guru memanggil orang tua anak tersebut guna untuk
bekerja sama untuk memantau putra putrinya supaya tidak membolos lagi.
3. Tenaga pengajar Pendidikan Agama Islam di SMP Muhammadiyah
Salatiga bukan guru pendidikan khusus sekolah luar biasa karena SMP
Muhammadiyah Salatiga merupakan sekolah umum bukan sekolah untuk
anak berkebutuhan khusus walaupun ada beberapa peserta didik yang
mengalami kebutuhan khusus.
SMP Muhammadiyah Salatiga merupakan lembaga pendidik
umum bukan sekolah ingklusi ataupun sekolah luar biasa. Hanya saja di
SMP Muhammadiyah Salatiga ini ada beberapa peserta didik yang
termasuk dalam kategori anak berkebutuhan khusus tuna laras.
Jadi kaitannya dengan tenaga pendidik ktahususnya Pendidikan
Agama Islam yang tidak berlatar belakang dari pendidikan khusus atau
pendidikan luar biasa ini dikarenakan Smp Muhammadiyah Salatiga ini
merupakan sekolah umum bukan sekolah ingklusi atau sekolah luar biasa.
Walaupun para pendidik di SMP Muhammadiyah Salatiga ini bukan
berlatar belakang pendidikan khusus atau pendidikan luar biasa, dalam
menangani anak tuna laras para pendidik selalu membimbing dengan
penuh kesabaran, ketelatenan, keuletan serta selalu memotifasi anak tuna
laras demi kemajuan bersama.
4. Kurangnya perhatian dari orang tua, sehingga menyulitkan guru dalam
komunikasi antara guru dan orang tua, karena sebagian besar orang tua
peserta didik berada di luar kota.
Sebagian besar dari anak tuna laras yang berada di SMP
Muhammadiyah Salatiga ini disebabkan dari kurangnya perhatian dari
orang tua di rumah. Sebagian orang tua mereka tinggal di luar kota
sedangkan mereka hanya tinggal bersama neneknya yang sudah tua,
bahkan ada sebagian dari mereka orang tuanya berpisah, ada juga yang
disebabkan orang tuanya meninggal sehingga mengharuskan mereka untuk
tinggal di panti asuhan. Berkaitan dengan hal tersebut maka guru
hendaknya mengumpulkan orang tua peserta didik untuk memberikan
arahan terhadap putra putrinya karena kasih sayang dan support dari orang
tua sangat dibutuhkan oleh para peserta didik khususnya anak tuna laras.
Jika orang tua jauh dari anak didik hendaknya sempatkan sekali saja dalam
sehari untuk menghubungi putra putinya untuk sekedar menanyakan kabar
putra putinya. Selain itu hendaknya wali kelas juga harus memiliki no
telefon orang tua murid supaya memudahkan dalam komunikasi antara
orang tua dan guru untuk selalu memantau putra putinya demi kemajuan
bersama.
5. Lingkungan keluarga yang tidak mendukung sehingga menyulitkan pihak
sekolah dalam mendidik anak tuna laras.
Lingkungan keluarga yang tidak mendukung dikarenakan dari segi
ekonomi orang tua peserta didik, orang tua peserta didik yang bercerai,
orang tua yang selalu sibuk dengan pekerjaannya di luar kota atau orang
tua peserta didik yang telah meninggal dunia akan menyulitkan pihak
sekolah dalam mendidik anak tuna laras.
Faktor keluarga mempunyai pengaruh yang sangat besar untuk
perubahan anak tuna laras. Sebab keberadaan anak di lingkungan sekolah
dan di luar sekolah lebih banyak di luar sekolah. Hal tersebut berkaitan
dengan pola asuh orang tua terhadap anaknya khususnya anak tuna laras.
Jika lingkungan keluarga ini tidak mendukung akan perkembangan anak
maka hasilnyapun tidak akan maksimal. Kaitannya dengan hal tersebut,
guru dan kepala sekolah sebaiknya mengadakan pertemuan wali murid
untuk mengkomunikasikan kegiatan putra putrinya di sekolah khususnya
anak tuna laras. Bagi anak tuna laras perhatian dan motifasi dari keluarga,
guru serta teman – teman sangat mereka butuhkan demi kemajuan kita
bersama.
D. Usaha yang harus ditempuh oleh guru Pendidikan Agama Islam dalam
mengatasi masalah tersebut?
Setiap pendidik pastinya memiliki banyak usaha yang harus mereka
tempuh dalam mengatasi berbagai persoalan mengenai peserta didiknya.
Dibawah ini merupakan beberapa usaha yang harus ditempuh oleh guru
Pendidikan Agama Islam dalam mengatasi masalah anak tuna laras,
diantaranya:
1. Selalu menjalin komunikasi antar guru mata pelajaran, wali kelas dan guru
bimbingan konseling ( BK ) mengenai kemampuan siswa, sikap dan perilaku
selama di dalam kelas.
Bapak Ibu guru di SMP Muhammadiyan Salatiga selalu menjalin
komunikasi antara guru mata pelajaran, wali kelas, dan guru bimbingan
konseling mengenai perkembangan peserta didik khususnya anak tuna laras.
Menjadi seorang pendidik khususnya di SMP Muhammadiyah
Salatiga bukanlah pekerjaan yang mudah. Didalam dituntut untuk pengabdian,
ketekunan, dan keuletan harus ada keikhlasan dan kesabaran dalam
menyampaikan mata pelajaran khususnya pada anak tuna laras. Sebab,
sejatinya seorang pendidik bukan hanya saja mendidik anak saja akan tetapi
juga mengajarkan. Hanya orang – orang tertentu saja yang mampu
menjalankannya.
2. Adanya suatu pembiasaan di lingkungan sekolah, antara lain:
a. Ketika anak berangkat sekolah sudah ada bapak/ ibu guru yang menyambut
peserta didik didepan gerbang sambil memantau kerapian peserta didik.
Dengan adanya penyambutan oleh bapak/ ibu guru di SMP
Muhammadiyah salatiga ketika siswa datang ke sekolah ini akan membuat
anak didik merasa lebih dihargai dan juga diperhatikan oleh para guru.
Penyambutan ini dilakukan tidak hanya sekedar berjabat tangan saja dengan
anak didik melainkan memperhatikan kerapian pakaian peserta didik dan
juga kedispilan peserta didik. Selain itu dengan penyambutan di pagi hari
ketika peserta didik datang ke sekolah ini akan memacu pada tingkat
kedisplinan anak didik juga, karena adanya penyambutan dari para guru di
SMP Muhammadiyah Salatiga peserta didik akan merasa malu jika pakaian
seragam tidak rapi bahkan datang tidak tepat waktu.
b. Sebelum guru memulai pelajaran diadakan hafalan do‟a sehari – hari atau
hafalan surat – surat pendek.
Pembiasaan hafalan do‟a sehari – hari ataupun surat – surat pendek
dalam Al – Qur‟an ini sangat baik dilaksanan para pendidik ketika pelajaran
belum dimulai. Dengan adanya pembiasaan hafalan ini akan merangsang
otak siswa untuk selalu berfikir atau menghafalkan do‟a sehari – hari atau
surat – surat pendek dalam Al – Qur‟an.
c. Pembiasaan dalam sholat dhuha dan sholat dhuhur berjama‟ah.
Pembisaan sholat sunnah maupun sholat fardu harus selalu dilaksakan
secara berjama‟ah. Berkaitan dengan hal tersebut para pendidik harus selalu
mengawasi peserta didik dengan cara mengabsen peserta didik mengenai
kegiatan sholat sunnah atau sholat fardu tersebut. Selain sholat ini sebagai
pembisaan yang selalu dilaksanakan di SMP Muhammadiyah salatiga ini,
dengan adanya kegiatan sholat yang runitas dilakukan oleh anak didik
khususnya anak tuna laras dapat membantu dalam mengendalikan tingkat
emosinya. Selain itu, dengan adanya pembiasaan sholat sunnah dhuha ini
maka Allah SWT akan menambahkan rizki kepada kita, yang mana rizki itu
tidak hanya beupa uang saja melainkan kesehatan ataupun kecerdasan anak
didik.
3. Keberhasilan sebuah pengajaran tidak hanya terletak pada pendidik saja
namun banyak faktor yang mendukung. Diantaranya peserta didik itu
sendiri. dimana anak tuna laras yang emosinya kurang terkendali diperlukan
kejelian dan kesabaran oleh pendidik dalam mengajar.
Keberhasilan sebuah pengajaran tidak selamanya terletak pada
pendidik saja namun banyak foktor yang mendukung. Diantaranya adalah
peserta didik itu sendiri, dimana anak tuna laras yang emosisnya kurang
terkendali diperlukan kejelian dan kesabaran yang maksimal oleh pendidik
dalam mengajar. Pendidik harus selalu bekerja sama antara guru mata
pelajaran, wali kelas dan guru bimbingan konseling untuk selalu mengontrol
peserta didik khususnya anak tuna laras, selain itu guru juga harus lebih
sering melakukan pendekatan terhadap peserta didik tuna larasa supaya
mereka merasa lebih diperhatikan dan bisa berkembang.
Misalnya : pada anak tuna laras yang selalu membangkang,
membolos bahkan merokok, guru selalu memberikan pengawasan yang
maksimal serta masukan terhadap anak tuna laras tersebut mengenai bahaya
merokok terhadap kesehatan anak kemudian menjelaskan dengan penuh
kesabaran jika anak itu membolos bahkan membangkang perkataan orang
tua. Sedangkan pada anak tuna laras yang lambat dalam memahami materi
dan hasil belajar juga di bawah rata – rata guru juga memberikan
pembelajaran khusus terhadap siswa tersebut misalnya dengan cara ketika
ada waktu luang guru mengulang materi pembelajaran bersama anak tuna
laras tersebut atau bisa dengan cara menunjuk salah satu siswa yang sudah
bisa menguasai materi untuk memberikan penjelasan khusus terhadap siswa
tuna laras mengenai materi pembelajaran yang telah guru berikan.
4. Adanya proses konseling dari guru bimbingan konseling ( BK ) yang telah
mendapat informasi dari guru mata pelajaran bahkan wali kelas peserta
didik kemudian diadakan konseling individu secara pribadi kalau dalam hal
ini peserta didik tidak mengalami perubahan baru orang tua peserta didik
tersebut dipanggil.
Adanya proses konseling dari guru bimbingan konseling (BK) kepada
anak tuna laras. Yang mana guru bimbingan koseling telah mendapat
informasi dari guru mata pelajaran atau wali kelas, kemudian anak tuna laras
tersebut dipanggil dan diberi masukan oleh guru bimbingan konseling demi
kemajuan anak tuna laras. Bimbingan konseling tersebut dilakukan secara
individu dengan anak tuna laras tersebut. Apabila anak tersebut telah
mengalami perubahan sesudah mendapat pengarahan dari guru bimbingan
konseling maka tugas guru hanyalah memantau perkembangan anak tuna
laras saja. Tetapi jika anak tuna laras tidak mengalami perubahan setelah
mendapat pengarahan dari guru bimbingan konseling, maka guru akan
memanggil orang tua siswa dan memberitahu orang tua siswa khususnya
anak tuna laras mengenai keseharian dan prestasi anak tuna laras. Demi
kemajuan peserta didik khususnya anak tuna laras, guru bekerjasama dengan
orang tua khususnya anak tuna laras untuk memantau putra putri mereka
ketika berada dirumah.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan analisis terhadap data yang diperoleh atau
digali dari lapangan, berikut dapat penulis simpulkan sebagai berikut :
1. Karakteristik anak tuna laras di SMP Muhammadiyah Salatiga dapat
dilihat dari beberapa aspek. Aspek perilaku meliputi pembangkang,
suka menyerang, suka menyalahkan orang lain, suka membuat onar,
sering membolos, merokok, dan anak kurang dewasa sehingga anak
tersebut akan mudah di pengaruhi. Aspek akademik meliputi lambat
membaca, lambat dalam memahami materi, lambat dalam
menyelesaikan tugas, hasil belajar anak dibawah rata – rata. Aspek
emosional meliputi adanya Pemarah, mengalami kecemasan pada diri
sendiri, rasa gelisah, rasa malu, rasa rendah diri, dan ketakutan.
2. Model pembelajaran Pendidikan Agama Islam untuk anak tuna laras
yang diterapkan di SMP Muhammadiyah Salatiga sama saja tidak ada
perbedaan dalam model pembelajaan antara anak normal dan anak tuna
laras, tetapi khusus untuk anak tuna laras guru memberikan perhatian
dan catatan khusus untuk memantau kondisi anak tuna laras. Adanya
pendampingan khusus untuk anak tuna laras dan tambahan jam
pelajaran untuk mengejar materi yang belum dikuasai. Model
pembelajaran yang diterapkan di SMP Muhammadiyah Salatiga yaitu
model pembelajaran jigsaw, model pembelajaran Konstektual, dan
model pembelajaran Quantum.
3. Masalah yang dihadapi guru di SMP Muhammadiyah Salatiga dalam
mendidik anak tuna laras sangat beragam diantaranya sebagai berikut.
Kemauan peserta didik untuk maju itu sangat sedikit, kurangnya
kedispilinan peserta didik dalam masuk sekolah, tenaga pengajar bukan
guru pendidikan khusus sekolah luar biasa dan lingkungan keluarga yang
tidak mendukung sehingga menyulitkan pihak sekolah dalam mendidik
anak tuna laras.
4. Usaha yang ditempuh guru untuk mengatasi masalah pada anak tuna laras
tersebut diantarannya, selalu menjalin komunikasi antar guru mata
pelajaran dan guru bimbingan konseling ( BK ) mengenai kemampuan
siswa, sikap dan perilaku selama di dalam kelas, adanya suatu
pembiasaan di lingkungan sekolah, guru selalu mendidik khususnya anak
tuna laras dengan penuh kesabaran, keuletan dan ketelatenan, adanya
proses konseling dari guru bimbingan konseling (BK) yang telah
mendapat informasi dari guru mata pelajaran.
B. Saran – saran
1. Untuk SMP Muhammadiyah Salatiga
a. Meningkatkan kualitas personal dalam memajukan sekolah dengan
manajemen yang baik.
b. Meningkatkan kerja sama antara pihak sekolah dan orang tua/ wali
murid.
c. Penataan ruang kelas dibuat lebih menarik supaya anak didik
merasa nyaman ketika belajar di kelas.
d. Meningkatkan administrasi sekolah.
e. Menambah staf pengajar khususnya untuk menangani anak
berkebutuhan khusus ( tuna laras ).
2. Untuk guru – guru SMP Muhammadiyah Salatiga
a. Meningkatkan kualitas guru untuk mengetahui potensi peserta
didik.
b. Melakukan persiapan sebelum mengajar dan mampu menguasai
kelas khususnya pada kelas yang terdapat anak tuna laras.
c. Mengembangkan minat dan bakat siswa khususnya pada anak tuna
laras sesuai dengan keahlian atau ketrampilannya dengan
ekstrakulikuler dan mengikut sertakan dalam perlombaan.
d. Melengkapi administrasi mengajar seperti : Program Tahunan,
Program Semester, Rencana Harian, RPP, Buku Penyuluhan siswa
dan lain – lain.
3. Untuk Guru Pendidikan Agama Islam SMP Muhammadiyah Salatiga
a.Lebih sabar, telaten dan ulet dalam mengajar khususnya pada anak
tuna laras.
b.Mampu menguasai kelas khusus pada kelas yang terdapat anak tuna
laras.
c.Melengkapi administrasi mengajar seperti : Program Tahunan,
Program Semester, Rencana Harian, RPP, Buku Penyuluhan siswa
dan lain – lain.
d.Selalu menjalin komunikasi khususnya terhadap anak tuna laras
supaya anak tersebut merasa diperhatikan.
e.Memperhatikan kemajuan siswa terhadap materi pembelajaran yang
telah guru berikan, khususnya pada anak tuna laras.
f. Lebih kreatif dalam menentukan model pembelajaran supaya siswa
tidak mudah bosan dan pembelajaran menjadi menyenangkan.
4. Untuk orang tua murid SMP Muhammadiyah Salatiga
a. Kesadaran orang tua/ wali murid lebih ditingkatkan demi
membangun kemajuan bersama.
b. Memperbanyak silahturahmi anatara orang tua/ wali siswa dengan
pihak sekolah. Silahturahmi tidak hanya dilaksanakan pada acara
resmi saja, melainkan waktu luang dijadikan ajang penguatan
emosional.
c. Ikut menciptakan lingkungan positif dalam mendukung proses
belajar mengajar dan mengembangkan kreatifitas siswa.
C. Penutup
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillahhi Robbil „Alamiin
atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan taufiq, hidayah,
inayah, serta Ridho Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini. Mengingat kemampuan penulis sangat terbatas tentunya skripsi
ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu sumbang asih, kritik, maupun saran
yang membangun sangat penulis harapkan demi lebih baiknya penulisan
skripsi ini.
Akhirnya Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi
penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya. Aamiiin.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid. 2013. Strategi Pembelajaran. Bandung: Rosda Karya
Aqila smart. 2010. Anak Cacat Bukan Kiamat. Yogyakarta: Katahati
Baharuddin, Esa Nur. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz
media
Dimyanti dan mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
George Harjanto, Adelina. 2011. Anak dengan Tuna Laras. Semarang: Mitra
Keluarga Mandiri
Henry A. Paul. 2008. Konseling dan Psikoterapi Anak. Yogjakarta: Idea
Publishing
Jenny Gichara. 2006. Mengatasi Perilaku Buruk Anak. Jakarta: Kawan Pustaka
Komarudin. 2000. Kamus Istilah Karya Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara
Mangunhardjana. 1981. Mengatasi Hambatan – hambatan Kepribadian.
Yogjakarta: Kanisius
Miftahul Huda. 2013. Model – model Pembelajaran dan Pengajaran. Yogjakarta:
Pustaka Pelajar
Moleong. J. Lexy. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Moleong. J. Lexy. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Moleong. J. Lexy. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Moleong. J. Lexy. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Rusman. 2011. Model – model Pembelajaran. Jakarta: Rajawali
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitattif dan R&D. Bandung:
Alfa beta
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitattif dan R&D. Bandung:
Alfa beta
Suprayogo, Imam dkk. 2003. Metodologi Penelitian Sosial Agama. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Ubes Nur Islam, 2006. Mendidik Anak dalam Kandungan. Jakarta: Gema Insani
Wardani. 2013. Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Tangerang
Selatan: Universitas terbuka
Zakiah Daradjat, 2011. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara
Rujukan dan Sumber Internet
( http://ardhana12.wordpress.com.penelitian-deskriptif Rabu, 29 Oktober 2014
pukul 11.35 )
( http:// ainamulyana.blogspot.com/ 2005/ 02 Diakses pada hari, Rabu 4
November 2015 jam 14.35 WIB).
( http:// mbegedut. blogspot. com/ 2011/ 01 faktor–pendukung–dan-penghambat.
html Diakses pada hari Sabtu, 28 November 2015 jam 09.50 WIB ).
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : GITA SAKINA
NIM : 121 09 006
Fakultas/ Progdi : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan/ PAI
Tempat/ Tanggal Lahir : Kab. Semarang/ 29 Oktober 1991
Alamat : Gg Anggrek VII, RT: 05 RW: 01, Panjang Kidul, Panjang,
Ambarawa
Nama Ayah : Suwahadi Mulyono
Nama Ibu : Nuril Munawaroh
Agama : Islam
Pendidikan : SD N Lodoyong 02 Ambarawa Lulus Tahun : 2003
SMP Islam Sudirman Ambarawa Lulus Tahun : 2006
SMK Islam Sudirman 1 Ambarawa Lulus Tahun : 2009
Demikian daftar riwayat hidup ini, Penulis buat dengan sebenar – benarnya.
Salatiga, Maret 2016
Penulis
Gita Sakina
NIM. 121 09 006
KEMENTERIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN ) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706 Fax. 323433
Kode Pos. 50721 Salatiga Website : www.iainsalatiga.ac.id E-mail : [email protected]
PIMPINAN DAERAH MUHAMMADIYAH KOTA SALATIGA
MAJLIS PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
SMP MUHAMMADIYAH SALATIGA
Jl. Cempaka 5-7 Telepon (0298) 321802 Salatiga 50714
PROFIL SEKOLAH
1.Tahun Pelajaran : 2013 – 2014
2. Sekolah :
a. Nama Sekolah : SMP Muhammadiyah Salatiga
b. NSS : 202036204018
c. Status Sekolah : Negeri / Swasta *)
d. Alamat Sekolah : Jalan Cempaka No. 5 - 7
: Telepon (0298) 321802
e. Kelurahan : Sidorejo Lor
f. Kecamatan : Sidorejo
g. Kabupaten/Kota *) : Kota Salatiga
h. Provinsi : Jawa Tengah
3. Kepala Sekolah :
a. Nama Lengkap : H. Yudi Haryono, M.Pd
b. NIP : -
c. Pangkat dan Gol./Ruang : -
d. Masa Kerja sbg Guru : 29 Tahun
e. Masa Kerja sbg Kepsek : 11 Tahun
f. Pendidikan Terakhir : Sekolah Menengah (SM)/D-1/D-2/D-3/S-1/S-
2/S-3 *)
g. Fakultas/Jurusan : Pendidikan Matematika
h. Alamat rumah : Perum Tegalrejo Permai VII / 225 Tegalrejo
Salatiga
Telepon
(0298) 325793 HP. 0858 6591 1070
Diklat/Penataran yang pernah diikuti oleh Kepala Sekolah
Nama Diklat/Penataran Tingkat dan Tempat Penyelenggaraan Tahun Lama Diklat
DIKSUSPALA X PP MUHAMMADIYAH DI JAKARTA 2001 100 JAM
MANAJEMEN SEKOLAH REGIONAL JATENG DI SEMARANG 2002 80 JAM
DIKLAT Ka. SMP NASIONAL DI JAKARTA 2004 80 JAM
DLL … … …
4. Peserta Didik
No. Kelas Jumlah Rombongan Belajar Jumlah Peserta Didik
Laki-laki Perempuan Seluruhnya
1 VII 4 74 48 122
2 VIII 4 63 52 115
3 IX 4 64 42 106
Jumlah 12 201 142 343
Lulusan/Tamatan ( 3 tahun terakhir )
Tahun
Pelajaran
Lulusan/Tamatan
(%)
Rata-rata Nilai
UN
Peserta Didik yang
melanjutkan ke
SMA/MA/SMK
Jumlah Target Hasil Target Jumlah Target
2010/2011 100 100 6,25 6,35 91,5 % 100 %
2011/2012 100 100 5,99 6,35 90,6 % 100 %
2012/2013 100 100 6,80 6,35 90,5 % 100 %
5. Angka Mengulang Peserta Didik ( 3 tahun terakhir )
Tahun
Pelajaran Kelas VII Kelas VIII Kelas IX Keterangan
2010/2011 - - - -
2011/2012 - - - -
2012/2013 - - - -
6. Angka Putus Sekolah ( 3 tahun terakhir )
Tahun Pelajaran Kelas VII Kelas VIII Kelas IX Keterangan
2010/2011 - - - -
2011/2012 - - - -
2012/2013 - - - -
7. Penerimaan Peserta Didik ( 3 tahun terakhir )
Tahun
Pelajaran
Jumlah yang
Diterima
Jumlah
Pendaftar
Rasio yang Diterima
dan Pendaftar
2010/2011 109 118 7 : 8
2011/2012 120 140 6 : 7
2012/2013 122 142 4 : 5
8. Prestasi yang pernah dicapai oleh sekolah dari tahun ke tahun ( akademik dan non
akademik )
Tahun
Pelajaran Jenis Lomba / Kegiatan Prestasi
2003/2004 1) Lomba Galang Tangguh Tingkat Kota Salatiga
2) POPDA Tapak Suci (IPSI) Tingkat Propinsi Jateng
3) PORSENI SEJATENG
4) POPDA KOTA SALATIGA
5) PORSENI SEJATENG
6) Lomba Busana Muslim Tingkat Kota Salatiga
7) Lomba Biologi
8) Lomba Mapel Fisika
9) Lomba Mapel Matematika
10) Lomba Pelajar Teladan
11) Lomba Busana Muslim
12) Lomba Rumpun IPS
13) Lomba Tilawah Tingkat SLTP Kota Salatiga
14) PORSENI Tingkat SALATIGA
15) POPDA Tingkat SALATIGA
Juara Harapan I
Juara II
Juara I Tenis Meja Putri
Juara I Lari 400 M
Juara I MTQ Putri
Juara I Putri
Juara VIII ( Ina Janati )
Juara II ( Amellinda M )
Juara III ( Danar Romsiyati)
Juara IV ( Amellinda M )
Juara I ( Olsa Badlin S )
Juara III ( Prayitno )
Juara III Putri ( Saniyati )
Juara I a. Lari 100 M Putri
b. Lari 200 M Putri
Juara I a. Lari 100 M Putra
b. Lari 100 M Putra
Juara III Lari 400 M Putra
Juara I a. Lari 100 M Putri
b. Lari 200 M Putri
Juara I a. Lari 100 M Putra
b. Lari 100 M Putra
Juara III Lari 400 M Putra
Juara III Tolak Peluru Putri
Juara III Tenis Meja Putri
2004/2005 1) POPDA JATENG
2) Kejuaraan Rektor UNSUD Purwokerto
3) Lomba Tenis Meja Putri Tingkat Kota Salatiga
4) Lomba POPDA ( Atletik ) Tingkat Kota Salatiga
5) Lomba POPDA Tingkat JATENG
Juara I Lari 100 M Putri
Juara I Lari 100 M Putri
Juara I Lari 200 M Putri
Juara III ( Nurul Aini )
1. Lari
a. Witari
- Juara I Lari 400 M
- Juara I Lari 800 M
b. Anjas Asmara
- Juara III Lari 100 M
- Juara III Lari 400 M
2. Juara III Tenis Meja
3. Juara IV Tolak Peluru
4. Juara I Lompat Tinggi
5. Juara II Lempar Lembing
1. Lari Putri
- Juara I Lari 400 M
- Juara I Lari 800 M
2. Lari Putra
- Juara III Lari 400 M
2005/2006 1) PORSENI Juara II Lari
2) MTQ Tingkat Kota Salatiga
3) MTQ Tingkat Jateng
4) Pencak Silat Tingkat Jateng
5) Lomba Tapak Suci Putra Muhammadiyah Unit 003
Universitas Muhammadiyah Surakarta
6) Lomba Siswa Berprestasi LCC
7) Lomba Lari 10 K Yogya Tingkat Nasional
8) Salatiga Cup ( IPSI )
Volly
Juara II Sepak Bola
Juara I
Juara I
Juara II
Juara III
Juara III Putra
Juara III Putri
Juara III Putri
Juara II Putra
Juara II Putri
Juara I Putri
Juara II Putri
Juara II Putra
Juara Harapan I
Juara III
Juara I Putri
2006/2007 1) Pencak Silat Tingkat Eks Karesidenan Semarang
2) Renang Putra 200 M Gaya Dada Tingkat Kota
3) Renang Putra 100 M Gaya Dada Tingkat Kota
4) Renang Putra 200 M Gaya Dada Tingkat Kota
5) Lari 400 M Putra Tingkat Kota
6) Lari 400 M Putri Tingkat Kota
7) Lari 800 M Putra Tingkat Kota
8) Lari 400 M Putri Tingkat Kota
9) Renang Putra 50 M Gaya Dada Tingkat Kota
10) Tenis Lapangan Putra Tingkat Kota
11) Renang Putra 100 M Gaya Bebas Tingkat Kota
Juara II Putri
Juara II Putra
Juara II Putri
Juara III Putra
Juara II Putri
Juara II Putra
Juara II
Juara I
Juara III
Juara II
Juara II
Juara I
Juara II
Juara II
Juara II
Juara I
2007/2008 1) Futsal Putra Tingkat Provinsi
2) Kasti Putri Tingkat Provinsi
3) Pencak Silat Tingkat Kota
4) Porseni Tingkat Provinsi
5) Pencak Silat Tingkat Provinsi
6) Renang Putra Tingkat Kota
7) Renang Putra 200 M Gaya Dada Tingkat Kota
8) Renang Putri 200 M Gaya Dada Tingkat Kota
9) Renang Putri Tingkat Kota
10) Tenis Meja Putra Tingkat Kota
11) Renang Putri Tingkat Kota
12) Juara Macapat SMP/MTs Kota Salatiga
Juara I
Juara II
Juara II
Juara I
Juara I
Juara II
Juara III
Juara III
Juara II
Juara III
Juara III
Juara III
Juara II
Juara II
9. Guru
Ijazah
Terakhir
Jumlah
Guru Tetap
(GT)
Guru
DPK
Guru Tidak
Tetap (GTT)
Seluruhnya
2008/2009 1) Pencak Silat Putra Tingkat Kota
2) Bulu Tangkis Putri Tingkat Kota
3) Pencak Silat Kelas E Putri Tingkat Eks. Semarang
4) Pencak Silat Kelas D Putri Tingkat Eks. Semarang
5) Pencak Silat Kelas K Putri Tingkat Eks. Semarang
6) Pencak Silat H Putra Tingkat Eks. Semarang
7) Pencak Silat Putra Tingkat Eks. Semarang
8) Pencak Silat Putri Tingkat Eks. Semarang
9) Pencak Silat Putri Tingkat Eks. Semarang
10) Pencak Silat D Putri Tingkat Provinsi
11) Pencak Silat Kelas K Putra Tingkat Provinsi
12) Pencak Silat Kelas H Putri Tingkat Provinsi
Juara III
Juara II
Juara III
Juara II
Juara I
Juara I
Juara I
Juara I
Juara I
Juara I
Juara II
Juara III
Juara III
2009/2010 1) Catur Tingkat Kota Tingkat Kota
2) Renang 50 M Gaya Punggung Tingkat Kota
3) Renang 50 M Gaya Bebas Tingkat Kota
4) Renang 50 M Gaya Dada Tingkat Kota
5) Pencak Silat Kelas G Putri Tingkat Kota
6) Pencak Silat Kelas E Putri Tingkat Kota
7) Pencak Silat Kelas H Putri Tingkat Kota
8) Pencak Silat Kelas I Putri Tingkat Kota
9) Pencak Silat Kelas J Putri Tingkat Kota
Juara I
Juara II
Juara II
Juara III
Juara I
Juara I
Juara I
Juara I
Juara I
2010/2011 1) Catur Putri Tingkat Provinsi
2) Catur Putri Tingkat Provinsi
3) Catur Putri Tingkat SMP Sederajat
4) Catur Putri Tingkat Exs. Semarang
5) Renang Putra 50 m gaya bebas
6) Renang Putra 50 m gaya bebas
7) Renang Putra 200 m gaya dada
8) Pencak Silat Kelas D Putra tingkat SMP
9) Pencak Silat Kelas F Putri tingkat SMP
10) Pencak Silat Kelas G Putra tingkat SMP
11) Pencak Silat Kelas F Putra tingkat SMP
12) Pencak Silat Kelas J Putra tingkat SMP
13) Pencak Silat Kelas K Putra tingkat SMP
Juara III
Juara I
Juara I
Juara I
Juara III
Juara II
Juara II
Juara I
Juara I
Juara I
Juara I
Juara I
Juara I
2011/2012 1) Pencak Silat Kelas H Putra tingkat SMP
2) Pencak Silat Kelas J Putri tingkat SMP
3) Pencak Silat Kelas I Putra tingkat SMP
4) Pencak Silat Kelas J Putra tingkat SMP
5) Pencak Silat Kelas D Putri tingkat SMP
6) Pencak Silat Kelas D Putra tingkat SMP
Juara II
Juara I
Juara II
Juara I
Juara I
Juara I
2012/2013 1) POPDA Tingkat Exs. Karesidenan Semarang
2) POPDA Tingkat Exs. Karesidenan Semarang
3) POPDA Tingkat Exs. Karesidenan Semarang
Juara III Kelas G Putri
Juara II Kelas B Putra
Juara II Kelas A Putra
S-2 1 - - 1
S-1 3 5 7 15
D-3(Sarmud) 2 - 1 3
D-2 - - - -
D-1/SM - 1 - 1
Jumlah 6 6 8 20
10. Pegawai Tata Usaha
Ijazah Terakhir
Jumlah
Pegawai Tetap
(PT)
Pegawai Tidak
Tetap (GTT) Seluruhnya
S-1 - - -
D-3(Sarmud) - - -
D-2 - - -
D-1 - - -
SMA/SMK 1 1 2
SMP 2 1 3
SD - - -
Jumlah 3 2 5
11. Sarana dan Prasarana
No. Ruang Jumlah Luas Keterangan
1 R. Teori/Kelas 15 675
2 Perpustakaan 1 70 a. Jumlah Judul Buku
= 825
b. Jumlah Buku
= 14.855
3 Lab. IPA 1 48
4 Laboratorium
Bahasa
1 48
5 Lab. Komputer 1 48
6 R. Ketrampilan 1 30
7 R. Media (Audio
Visual)
- -
8 R. BK 1 12
9 R. Ibadah / Musholla 1 20
10 R. Kepala Sekolah 1 18
11 R. Guru 1 56
12 R. Tata Usaha 1 18
13 KM/WC Kepsek 1 4
14 KM/WC 3 6
No. Ruang Jumlah Luas Keterangan
Guru/Pegawai
15 KM/WC Peserta
Didik
13 26
16 R. UKS 1 12
17 Studio Musik - -
18 Aula - -
19 Gedung Olahraga - -
20 Gudang Olahraga - -
21 Gudang Umum 1 24
22 (Lapangan Olahraga) - -
23 (Tempat Parkir) 1 21
24 (Green House) - -
25 (Taman Sekolah) 1 18
CATATAN :
Semua sarana dan Prasarana yang ada agar dicantumkan secara
lengkap.
Jenis dan jumlah sarana ( misal alat dan bahan ) dituliskan secara
lengkap dalam kolom keterangan.
12. Orang Tua Peserta Didik
Pekerjaan Jml % Penghasilan / Bln (RP) Jml % Tingkat pendidikan Jml % PNS < ½ juta S-3 TNI/Polri ≥ ½ juta s.d. 1 juta S-2 Karyawan Swasta
> 1 juta s.d. 2 juta S-1
Pedagang > 2 Juta s.d 2 ½ juta D-3/D-2/D-1 Petani > 2 ½ juta s.d. 3 juta SMA/SMK Nelayan > 3 juta s.d. 3 ½ juta SMP Lainnya > 3 ½ juta SD
13. Anggaran Sekolah ( sesuai RAPBS/APBS )
Tahun
Pelajaran
Sumber Dana
Jumlah Keterangan Pemerintah
Orang tua /
Masyarakat
2009/2010
Rp
559.980.000,-
2010/2011 Rp
496.526.000,-
2011/2012 Rp
548.640.000,-
2012/2013 Rp
472.580.000,-
14. Potensi di lingkungan sekolah yang diharapkan mendukung program sekolah
Tenaga Kependidikan yang sesuai dengan spesifikasinya.
Kepercayaan masyarakat pada sekolah masih menunjukkan konsisten
dengan indikasi saat Penerimaan Murid Baru (PMB).
Peningkatan perhatian pemerintah dengan adanya bantuan baik fisik
maupun untuk peningkatan mutu.
Salatiga, 2013
Kepala SMP MuhammadiyahSalatiga
H. Yudi Haryono, M.Pd
NIP. ---
Denah SMP Muhammadiyah Salatigsa
Kegiatan ekstrakulikuler membaca dan menulis
Wawancara bersama GPAI
Wawancara bersama salah satu Anak Tuna Laras
Kegiatan Belajar Mengajar di Kelas VII B
Kegiatan Belajar Mengajar di Kelas VII B
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 4.1
Sekolah : SMP Muhammadiyah Salatiga Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam Kelas /Semester : VII/1 Standar Kompetensi : 4. Membiasakan perilaku terpuji Kompetensi Dasar : 4.1. Menjelaskan pengertian tawadhu, ta‟at, qana‟ah dan sabar Indikator Menjelaskan pengertian tawadhu, ta‟at, qana‟ah dan sabar
Membaca dan mengartikan dalil naqli tentang tawadhu, ta‟at,
qana‟ah dan sabar
Menjelaskan fungsi tawadhu, ta‟at, qana‟ah dan sabar dalam
kehidupan
Alokasi Waktu : 1 X 40 menit ( 1 pertemuan)
Tujuan Pembelajaran Siswa dapat menjelaskan pengertian tawadhu, ta‟at, qana‟ah dan sabar, membaca dan
mengartikan dalil naqlinya, serta menjelaskan fungsinya dalam kehidupan.
Materi Pembelajaran Pengertian tawadhu, ta‟at, qana‟ah dan sabar
Dalil naqli tentang tawadhu, ta‟at, qana‟ah dan sabar
Fungsi tawadhu, ta‟at, qana‟ah dan sabar dalam kehidupan
Metode Pembelajaran Ceramah
Tanya jawab
Tutor sebaya
CTL
Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Pendahuluan
Apersepsi
Guru memotivasi siswa mengenai pentingnya berakhlak mulia.
Guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil (small group)
Kegiatan Inti
Guru menjelaskan pengertian tawadhu, ta‟at, qana‟ah dan sabar.
Siswa menelaah lebih dalam mengenai tawadhu, ta‟at, qana‟ah dan sabar.
Siswa berlatih membaca dalil naqli tentang tawadhu, ta‟at, qana‟ah dan sabar
dengan metode tutor sebaya.
Kegiatan Penutup
Guru bersama siswa melakukan refleksi mengenai kegiatan belajar dalam KD ini.
Bermanfaat atau tidak ? Menyenangkan atau tidak ?
Sumber Belajar Buku PAI Kelas VII Penerbit Esis - Erlangga
LKS MGMP PAI SMP
Mushaf Al-Quran
Penilaian
Teknik
Tes tertulis
Bentuk Instrumen
Tes uraian
Instrumen
1. Jelaskan pengertian tawadhu!
2. Jelakan pengertian ta‟at!
3. Jelaskan pengertian qana‟ah!
4. Apakah fungsi sabar?
5. Tulislah dalil naqli tentang ta‟at!
Salatiga, Juli 2015
Mengetahui, Kepala Sekolah
H. Yudi Haryono, S.Pd NIP. -
Guru Mapel
Savitri Dewi, S Psi NIP. -
Saran Kepala Sekolah :
...........................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................
Satuan Kredit Kegiatn
S.K.K
Nama : Gita Sakina Jurusan :Tarbiyyah
NIM : 12109006
Progdi: Pendidikan
Agama Islam ( PAI )
NO Nama Kegiatan Tanggal Pelaksanaan Jabatan Nilai Ket
1
Orientasi Akademik dan
Kemahasiswaan (OPAK)
2009
18 - 20 Agustus
2009 Peserta 3
2
Pelatihan Emotional
Spiritual Intelligence
Quotion (ESIQ)
21 Agustus 2009 Peserta 2
3 USER EDUCATION 25 - 29 Agustus
2009 Peserta 2
4 Diskusi Panel dan Buka
Bersama ################# Peserta 2
5 Pra DM KAMMI (dauroh
Marhalah) ################# Peserta 2
6 TASQIF Spesial Ramadhon ################# Peserta 2
7
Seminar Nasional Ekonomi
Syariah dengan tema “
Upaya membentuk sistem
ekonomi syariah sebagai
arah sistem ekonomi
Indinesia”.
################# Peserta 8
8
Seminar Regional dengan
tema “ Peran Pendidikan
Islam Dalam Membentuk
Jati Diri Mahasiswa”
17 Mei 2010 Peserta 4
9
Seminar Nasional dengan
tema “ Membudayakan
Sebuah Pendidikan
Berkarakter ke-Indonesiaan
Dalam Pendidikan Formal (
Potret Sekolah Alternatif)
“.
################# Peserta 8
10
Seminar Pendidikan dalam
rangka sewindu SD
Muhammaddiyyah ( plus)
Kota Salatiga dengan tema
“ Pemanfaatan Tekhnologi
Internet Yang Aman Bagi
Pembelajar Siswa”
28 Mei 2011 Peserta 2
11
Dauroh Mar‟atus Sholihah
II LDK Darul Amal
Salatiga dengan tema “
Aplikasikan SMILE
(Sholihah, Motivator,
Inovasi, Logic, and
Excellen) dalam diri
muslimah sejati
04 Juni 2011 Peserta 2
12
Sarasehan Keagamaan
dengan tema “ Membedah
Pemikiran dan Gerakan”
06 Juni 2011 Peserta 2
13
Surat Keputusan Kepala
SDN Lodoyong 02 Nomer :
800/ 08/ 2012, Tentang
Guru Tidak Tetap di
lingkungan Sekolah Dasar
negeri Lodoyong 02 Tahun
Pelajaran 2012/ 2013
02 Januari 2012 Guru BTQ 2
14
Seminar Regional Lembaga
Dakwah Kampus ( LDK )
Darul Amal Salatiga
dengan tema “ Urgensi
Media Dalam Mencerahkan
Ummat”
################# Peserta 2
15
Bedah Buku HMI dengan
judul “ Sang Maha -
Segalanya Mencintai Sang
Maha - Siswa”
14 Mei 2012 Peserta 2
16 NISA‟ Mencari Bakat
( Lomba Karya Hasta) 17 Mei 2012 Peserta 2
17
Bedah Buku Lembaga
Dakwah Kampus ( LDK )
Darul Amal Salatiga
dengan judul “Dari Minder
Jadi Super".
17 Mei 2012 Peserta 2
18
Seminar Bahasa dengan
tema Problematika dan
Solusi Pengajaran Bahasa “
Upaya Menjawab
Kompleksitas Persoalan
Pengajaran Bahasa Arab”
02 Juni 2012 Peserta 2
19
Pesantren Kilalat di SD
Negeri Tambakboyo 02
Ambarawa “ Siapkan
generasi bangsa yang
beriman, bertaqwa, cerdas,
dan akhlaq mulia.”
8 – 10 Agustus 2012 Pemateri 4
20
Buka bersama di SD Negeri
Tambakboyo 02 Ambarawa
“ Generasi muslim
bertaqwa mandiri dan
berprestasi.”
11 Agustus 2012 Pemateri 4
21
Surat Keputusan Kepala
SDN Lodoyong 02 Nomer :
800/ 11/ 2013, Tentang
Guru Tidak Tetap di
lingkungan Sekolah Dasar
negeri Lodoyong 02 Tahun
Pelajaran 2013/ 2014
2 Januari 2013 Guru BTQ 4
22
Pelatihan Ngrukti Jenasah
Muslim Tingkat Kelurahan
Panjang
27 Januari 2013 Peserta 2
23
Seminar Regional dengan
tema “ Deteksi Dini
Gangguan Perkembangan
Pada Anak”
18 Juni 2013 Peserta 4
24
Pesantren Kilalat di SD
Negeri Tambakboyo 02
Ambarawa “ Siapkan
generasi bangsa yang
beriman, bertaqwa, cerdas,
dan akhlaq mulia.”
25 – 27 July 2013 Pemateri 4
25
Buka bersama di SD Negeri
Tambakboyo 02 Ambarawa
“ Romadhon sebagai
momentum menuju pribadi
yang sehat, jujur dan
berakhlaq mulia.”
################# Pemateri 4
26
Surat Keputusan SDN
Tambakboyo 02 Nomer:
814.1/ 82 Tentang
pengangkatan Guru Tidak
Tetap di Lingkungan
Sekolah Dasar Negeri
Tambakboyo 02 Tahun
Pelajaran 2013 / 2014
################# Guru PAI 4
27
Surat Keputusan Kepala
SDN Lodoyong 02 Nomer :
800/ 12/ 2014, Tentang
Guru Tidak Tetap di
lingkungan Sekolah Dasar
negeri Lodoyong 02 Tahun
Pelajaran 2014/ 2015
2 Januari 2014 Guru BTQ 4
28
Seminar Pendidikan dan
Bedah Buku “ Pendidikan
Anak Dalam Islam”
24 Maret 2014 Peserta 2
29
Pesantren Kilalat di SD
Negeri Tambakboyo 02
Ambarawa “ Membentuk
pribadi anak yang
berakhlaqul karimah,
berkualitas dalam Iman dan
Taqwa.”
16 – 18 July 2014 Pemateri 4
30
Buka bersama di SD Negeri
Tambakboyo 02 Ambarawa
“ Anggun dalam moral
unggul dalam intelektual.”
################# Pemateri 4
31
Surat Keputusan SDN
Tambakboyo 02 Nomer:
814.1/ 83 Tentang
pengangkatan Guru Tidak
Tetap di Lingkungan
Sekolah Dasar Negeri
Tambakboyo 02 Tahun
Pelajaran 2014 / 2015
################# Guru PAI 4
32
Piagam Penghargaan "
Pawai ta'aruf Peringatan
Tahun Baru Islam 1
Muharam 1436 H Tingkat
Kecamatan Ambarawa
Tahun 2014
25 Oktober 2014 Peserta 2
33
Bimbingan Teknis
Kurikulum 2013 PAI dan
Budi Pekerti Jenjang SD
9 – 12 Desember
2014 Peserta 2
34
Pelatihan Metode BCM
( Bermain, Cerita, dan
Bernyanyi ) ustadz –
ustadzah TPQ Kabupaten
Semarang Pokja I dan 2
dengan tema “
Cetak generasi islami
dengan Peningkatan
Penguasaan Metode BCM”.
14 Desember 2014 Peserta 2
35
Surat Keputusan Kepala
SDN Lodoyong 02 Nomer :
800/ 062/ 2015, Tentang
Guru Tidak Tetap di
lingkungan Sekolah Dasar
negeri Lodoyong 02 Tahun
Pelajaran 2014/ 2015
2 Januari 2015 Guru BTQ 4
36
Seminar Nasional “
Menghafal AL – Qur‟an
Seasyik Bermain”.
28 Maret 2015 Peserta 8
37
Seminar Nasional “ Umroh
Sebagai Sarana Pendidikan
Meneladani Guru Besar
Para Pendidik”.
1 Mei 2015 Peserta 8
38
Seminar Upaya Pencegahan
Perkawinan Anak Dalam
Peringatan World Sexual
Health Day 2015
19 Oktober 2015 Peserta 2
JUMLAH 127
Salatiga, 1 Maret 2016
Mengetahui
Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan dan Kerjasama
Achmad Maimun, M. Ag
NIP. 19700510 199803 1 003