Model Nht Dan Tps

6
MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE Model Think Pair Share dikembangkan oleh Frank Lyman dan rekan-rekannya dari Universitas Maryland. Think Pair Share memiliki prosedur secara eksplisit dapat memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, saling membantu satu sama lain (Ibrahim dalam Estiti, 2007:10) dengan cara ini diharapkan siswa mampu bekerja sama, saling membutuhkan dan saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara koperatif. Metode TPS merupakan salah satu strategi dalam pembelajaran koperatif yang dapat memberikan waktu kepada siswa untuk berpikir sehingga strategi ini punya potensi kuat untuk memberdayakan kemampuan berpikir siswa. Peningkatan kemampuan berpikir siswa akan meningkatkan hasil belajar atau prestasi belajar siswa dan kecakapan akademiknya. Siswa dilatih bernalar dan dapat berpikir kritis untuk memecahkan masalah yang diberikan oleh guru. Guru juga memberikan kesempatan siswa untuk menjawab dengan asumsi pemikirannya sendiri, kemudian berpasangan untuk mendiskusikan hasil jawabannya kepada teman sekelas untuk dapat didiskusikan dan dicari pemecahannya bersama-sama sehingga terbentuk suatu konsep. Think Pair Share membantu menstrukturkan diskusi. Siswa mengikuti proses yang telah tertentu sehingga membatasi kesempatan berfikirnya yang melantur dan tingkah lakunya menyimpang karena mereka harus berfikir dan melaporkan hasil pemikirannya ke mitranya. Think Pair Share meningkatkan partisipasi siswa dan meningkatkan banyaknya informasi yang diingat siswa. Dengan Think Pair Share siswa belajar dari satu sama lain dan berupaya bertukar ide dalam konteks yang tidak mendebarkan hati sebelum mengemukakan idenya ke dalam kelompok yang lebih besar. Rasa percaya diri siswa meningkat dan semua siswa mempunyai kesempatan berpartisipasi di kelas karena sudah memikirkan jawaban atas pertanyaan guru, tidak seperti biasanya hanya siswa siswa tertentu saja yang menjawab. Model pembelajaran think pair share ini merupakan model pembelajaran yang dilakukan untuk meningkatkan belajar kolaboratif dan mendorong kepentingan dan keuntungan sinergi itu. Oleh karena hal itu Silberman (2009: 161) menyebutkan istilah ”dua kepala tentu lebih baik daripada satu”. 2.3.1 Langkah - langkah Think Pair Share

description

Model Think Pair Share dikembangkan oleh Frank Lyman dan rekan-rekannya dari Universitas Maryland. Think Pair Share memiliki prosedur secara eksplisit dapat memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, saling membantu satu sama lain (Ibrahim dalam Estiti, 2007:10) dengan cara ini diharapkan siswa mampu bekerja sama, saling membutuhkan dan saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara koperatif.

Transcript of Model Nht Dan Tps

Page 1: Model Nht Dan Tps

   MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHAREModel Think Pair Share dikembangkan oleh Frank Lyman dan rekan-rekannya dari

Universitas Maryland. Think Pair Share memiliki prosedur secara eksplisit dapat memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, saling membantu satu sama lain (Ibrahim dalam Estiti, 2007:10) dengan cara ini diharapkan siswa mampu bekerja sama, saling membutuhkan dan saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara koperatif.

Metode TPS merupakan salah satu strategi dalam pembelajaran koperatif yang dapat memberikan waktu kepada siswa untuk berpikir sehingga strategi ini punya potensi kuat untuk memberdayakan kemampuan berpikir siswa. Peningkatan kemampuan berpikir siswa akan meningkatkan hasil belajar atau prestasi belajar siswa dan kecakapan akademiknya.

Siswa dilatih bernalar dan dapat berpikir kritis untuk memecahkan masalah yang diberikan oleh guru. Guru juga memberikan kesempatan siswa untuk menjawab dengan asumsi pemikirannya sendiri, kemudian berpasangan untuk mendiskusikan hasil jawabannya kepada teman sekelas untuk dapat didiskusikan dan dicari pemecahannya bersama-sama sehingga terbentuk suatu konsep.

Think Pair Share membantu menstrukturkan diskusi. Siswa mengikuti proses yang telah tertentu sehingga membatasi kesempatan berfikirnya yang melantur dan tingkah lakunya menyimpang karena mereka harus berfikir dan melaporkan hasil pemikirannya ke mitranya. Think Pair Share meningkatkan partisipasi siswa dan meningkatkan banyaknya informasi yang diingat siswa. Dengan Think Pair Share siswa belajar dari satu sama lain dan berupaya bertukar ide dalam konteks yang tidak mendebarkan hati sebelum mengemukakan idenya ke dalam kelompok yang lebih besar. Rasa percaya diri siswa meningkat dan semua siswa mempunyai kesempatan berpartisipasi di kelas karena sudah memikirkan jawaban atas pertanyaan guru, tidak seperti biasanya hanya siswa siswa tertentu saja yang menjawab.

Model pembelajaran think pair share ini merupakan model pembelajaran yang dilakukan untuk meningkatkan belajar kolaboratif dan mendorong kepentingan dan keuntungan sinergi itu. Oleh karena hal itu Silberman (2009: 161) menyebutkan istilah ”dua kepala tentu lebih baik daripada satu”.

2.3.1        Langkah - langkah Think Pair ShareLangkah - langkah dalam Pembelajaran Koperatif Tipe Think Pair Share sebagai

berikut :a.        Langkah 1, thinking (berfikir)

Guru  mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa – siswanya menggunakan waktu satu menit untuk memikirkan sendiri jawaban untuk isu tersebut. Siswa membutuhkan penjelasan bahwa berbicara tidak menjadi bagian dari berpikir .

b.        Langkah 2, pairing (berpasangan)Selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasang - pasangaan dan mendiskusikan apa yang sudah mereka pikirkan. Interaksi selama periode ini dapat berupa saling berbagi jawaban bila pertanyaan yang diajukan atau berbagi ide bila isu tertentu telah diidentifikasikan. Biasanya guru memberi waktu lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan (pairing).

c.         Langkah 3, sharing (berbagi)Pada tahap akhir, guru meminta pasangan – pasangan siswa untuk berbagi sesuatu yang sudah dibicarakan bersama pasangannya masing – masing dengan seluruh kelas. Lebih efektif bagi guru untuk berjalan mengelilingi ruangan, dari satu pasangan ke pasangan lain sampai sekitar seperempat atau separuh pasangan berkesempatan melaporkan hasil diskusi mereka.

Page 2: Model Nht Dan Tps

2.3.2        Kelebihan dan Kekurangan Think Pair ShareKelebihan metode pembelajaran TPS menurut Ibrahim, dkk. (2000:6):

1.        Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas. Penggunaan metode pembelajaran TPS menuntut siswa menggunakan waktunya untuk mengerjakan tugas-tugas atau permasalahan yang diberikan oleh guru di awal pertemuan sehingga diharapkan siswa mampu memahami materi dengan baik sebelum guru menyampaikannya pada pertemuan selanjutnya.

2.        Memperbaiki kehadiran. Tugas yang diberikan oleh guru pada setiap pertemuan selain untuk melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran juga dimaksudkan agar siswa dapat selalu berusaha hadir pada setiap pertemuan. Sebab bagi siswa yang sekali tidak hadir maka siswa tersebut tidak mengerjakan tugas dan hal ini akan mempengaruhi hasil belajar mereka.

3.        Angka putus sekolah berkurang. Model pembelajaran TPS diharapkan dapat memotivasi siswa dalam pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat lebih baik daripada pembelajaran dengan model konvensional.

4.        Sikap apatis berkurang. Sebelum pembelajaran dimulai, kencenderungan siswa merasa malas karena proses belajar di kelas hanya mendengarkan apa yang disampaikan guru dan menjawab semua yang ditanyakan oleh guru. Dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar, metode pembelajaran TPS akan lebih menarik dan tidak monoton dibandingkan metode konvensional.

5.        Penerimaan terhadap individu lebih besar. Dalam model pembelajaran konvensional, siswa yang aktif di dalam kelas hanyalah siswa tertentu yang benar-benar rajin dan cepat dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru sedangkan siswa lain hanyalah “pendengar” materi yang disampaikan oleh guru. Dengan pembelajaran TPS hal ini dapat diminimalisir sebab semua siswa akan terlibat dengan permasalahan yang diberikan oleh guru.

6.        Hasil belajar lebih mendalam. Dengan pembelajaran TPS perkembangan hasil belajar siswa dapat diidentifikasi secara bertahap. Sehingga pada akhir pembelajaran hasil yang diperoleh siswa dapat lebih optimal.

7.        Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. Sistem kerjasama yang diterapkan dalam model pembelajaran TPS menuntut siswa untuk dapat bekerja sama dalam tim, sehingga siswa dituntut untuk dapat belajar berempati, menerima pendapat orang lain atau mengakui secara sportif jika pendapatnya tidak diterima.

Adapun kelemahan model pembelajaran koperatif tipe Think Pair Share adalah sangat sulit diterapkan di sekolah yang rata-rata kemampuan siswanya rendah dan waktu yang terbatas, sedangkan jumlah kelompok yang terbentuk banyak (Hartina, 2008: 12).

Menurut Lie (2005: 46), kekurangan dari kelompok berpasangan (kelompok yang terdiri dari 2 orang siswa) adalah:

1.        Kelompok yang melapor banyak dan perlu dimonitor,2.        Lebih sedikit ide yang muncul, dan3.        Tidak ada penengah jika terjadi perselisihan dalam kelompok.

2.4         MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHERNumber Heads Together adalah suatu model pembelajaran yang lebih mengedepankan

kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas. Spencer Kagan memperkenalkan model ini pada tahun 1992. Model pembelajaran ini biasanya diawali dengan membagi kelas menjadi beberapa kelompok. Masing-masing siswa dalam kelompok sengaja diberi nomor untuk memudahkan kinerjakerja kelompok, mengubah posisi kelompok, menyusun materi, mempresentasikan, dan mendapat tanggapan dari kelompok lain.

Cara pelaksanaannya :

Page 3: Model Nht Dan Tps

1.    Siswa dibagi dalam kelompok. Setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.3. Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan semua anggota

kelompok mengetahui jawaban ini.4. Guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil

kerja sama mereka.Kepala Bernomor Terstruktur (NHT terstruktur)

      Teknik belajar ini sebagai pengembangan dari teknik Kepala Bernomor.      Memudahkan dalam pembagian tugas.      Memudahkan siswa belajar melaksanakan tanggung jawab pribadinya dalam saling

keterkaitan dengan rekan sekelompoknya.      Bisa digunakan untuk semua mata pelajaran serta semua tingkatan usia anak didik.

Cara pelaksanaannya :1.    Siswa dibagi dalam kelompok. Setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.2.    Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomornya.

Misalnya: Siswa nomor 1 bertugas membaca soal dengan benar dan mengumpulkan data yang mungkin berhubungan dengan penyelesaian soal. Siswa nomor 2 bertugas mencari penyelesaian soal. Siswa nomor 3 mencatat dan melaporkan hasil kerja kelompok.

3.    Jika perlu (untuk tugas-tugas yang lebih sulit), guru juga bisa mengadakan kerja sama antar kelompok. Siswa bisa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa yang bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini, siswa-siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja mereka.

Untuk efisiensi pembentukan kelompok dan penstrukturan tugas. Teknik NHT ini bisa dipakai dalam kelompok yang dibentuk permanen. Artinya, siswa disuruh mengingat kelompok dan nomornya sepanjang caturwulan atau semester. Supaya ada pemerataan tanggungjawab, penugasan berdasarkan nomor bisa diubah-ubah. Misalnya, siswa nomor 1 bertugas mengumpulkan data kali ini, tapi akan disuruh melaporkan pada kesempatan yang lain.

Untuk Variasi:Struktur Kepala Bernomor ini juga bisa dilanjutkan untuk mengubah komposisi

kelompok dengan cara yang efisien. Pada saat-saat tertentu, siswa bisa keluar dari kelompok yang biasanya dan bergabung dengan siswa-siswa lain yang bernomor sama dari kelompok lain. Cara ini bisa digunakan untuk mengurangi kebosanan/kejenuhan jika guru mengelompokkan siswa secara permanen.

2.4.1        Langkah - Langkah Penerapan NHT :1.        Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada siswa sesuai

kompetensi dasar yang akan dicapai.2.        Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk mendapatkan skor dasar atau

awal.3.        Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok , setiap kelompok terdiri dari   4 – 5 siswa,

setiap anggota kelompok diberi nomor atau nama.4.        Guru mengajukan permasalahan untuk dipecahkan bersama dalam kelompok.5.        Guru mengecek pemahaman siswa dengan menyebut salah satu nomor (nama) anggota

kelompok untuk menjawab. Jawaban salah satu siswa yang ditunjuk oleh guru merupakan wakil jawaban dari kelompok.

Page 4: Model Nht Dan Tps

6.        Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada akhir pembelajaran.

7.        Guru memberikan tes/kuis kepada siswa secara individual.8.        Guru memberi penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan perolehan

nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini).

2.4.2        Kelebihan dan Kekurangan Model Number Heads Together :Kelebihan Model Number Heads Together :

1.        Setiap siswa menjadi siap semua.2.        Dapat bertukar pikiran dengan siswa yang lain. 3.        Dapat mengajari siswa yang kurang pandai.4.        Melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.

Kelemahan Model Number Heads Together :1.        Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.2.        Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.3.        Guru tidak mengetahui kemampuan masing-masing siswa.4.        Waktu yang dibutuhkan banyak.