MODEL MATEMATIS UNTUK PENYEBARAN PENYAKIT TIDURPenyakit tidur adalah penyakit yang disebabkan oleh...

104
i MODEL MATEMATIS UNTUK PENYEBARAN PENYAKIT TIDUR MAKALAH Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Program Studi Matematika Disusun oleh: Fransisca Ratri Susanti NIM: 103114010 PROGRAM STUDI MATEMATIKA JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2014 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of MODEL MATEMATIS UNTUK PENYEBARAN PENYAKIT TIDURPenyakit tidur adalah penyakit yang disebabkan oleh...

  • i

    MODEL MATEMATIS

    UNTUK PENYEBARAN PENYAKIT TIDUR

    MAKALAH

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Sains

    Program Studi Matematika

    Disusun oleh:

    Fransisca Ratri Susanti

    NIM: 103114010

    PROGRAM STUDI MATEMATIKA JURUSAN MATEMATIKA

    FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2014

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ii

    A MATHEMATICAL MODEL FOR THE SPREAD

    OF SLEEPING SICKNESS

    A PAPER

    Presented As Partial Fulfillment of the Requirements

    To Obtain the Sarjana Sains Degree of

    Mathematics Study Program

    Written by:

    Fransisca Ratri Susanti

    Student ID: 103114010

    MATHEMATICS STUDY PROGRAM MATHEMATICS DEPARTMENT

    FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGI

    SANATA DHARMA UNIVERSITY

    YOGYAKARTA

    2014

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iii

    MAKALAH

    MODEL MATEMATIS

    UNTUK PENYEBARAN PENYAKIT TIDUR

    Disusun oleh:

    Fransisca Ratri Susanti

    NIM : 103114010

    Telah disetujui oleh:

    Dosen Pembimbing Makalah,

    (Lusia Krismiyati Budiasih, S.Si., M.Si.) Tanggal: 22 Juli 2014

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iv

    MAKALAH

    MODEL MATEMATIS

    UNTUK PENYEBARAN PENYAKIT TIDUR

    Dipersiapkan dan ditulis oleh:

    Fransisca Ratri Susanti

    103114010

    Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji

    pada tanggal 23 Juli 2014

    dan dinyatakan telah memenuhi syarat

    Susunan Panitia Penguji

    Nama Lengkap Tanda Tangan

    Ketua Ir. Ig. Aris Dwiatmoko, M.Sc. …………….

    Sekretaris Sudi Mungkasi, S.Si., M.Math.Sc., Ph.D. …………….

    Anggota Lusia Krismiyati Budiasih, S.Si., M.Si. …………….

    Yogyakarta, 26 Agustus 2014

    Fakultas Sains dan Teknologi

    Universitas Sanata Dharma

    Dekan,

    P.H. Prima Rosa, S.Si., M.Sc

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • v

    HALAMAN PERSEMBAHAN

    “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi

    nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam

    doa dan permohonan dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6)

    tugas akhir ini kupersembahkan kepada

    Keluarga, Sahabat, Teman dan Paguyuban

    yang telah memberi dukungan, semangat serta doa

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vi

    PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

    Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa makalah yang saya tulis ini tidak

    memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

    kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

    Yogyakarta, 22 Juli 2014

    Penulis,

    Fransisca Ratri Susanti

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vii

    ABTRAK

    Penyakit tidur adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit trypanomiasis

    yang dapat menginfeksi manusia melalui gigitan lalat tsetse. Penyebaran lalat

    tsetse dapat diilustrasikan dalam model matematika yang bergantung pada

    populasi lalat dan manusia dengan asumsi-asumsi tertentu. Model tersebut berupa

    suatu sistem persamaan diferensial dengan lima variabel, yang menyatakan

    banyaknya vektor pada masa inkubasi, banyaknya vektor terinfeksi, banyaknya

    vektor rentan, banyaknya manusia terinfeksi dan banyaknya manusia sembuh.

    Sistem persamaan diferensial dapat diselesaikan secara numeris dengan

    menggunakan metode Runge-Kutta.

    Banyaknya vektor pada masa inkubasi dan terinfeksi mengalami

    penurunan dan stabil mendekati nol. Banyaknya vektor rentan mengalami

    kenaikan yang cukup tinggi dan konvergen menuju ke titik kritisnya. Banyaknya

    manusia terinfeksi dan banyaknya manusia sembuh pada awalnya mengalami

    kenaikan, namun pada waktu tertentu banyaknya manusia terinfeksi dan sembuh

    mengalami penurunan mendekati nol dan banyaknya manusia kembali pada

    kelompok rentan.

    Kata Kunci: penyebaran penyakit tidur, sistem persamaan diferensial, titik

    kesetimbangan, kestabilan, metode Runge-Kutta

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • viii

    ABSTRACT

    Sleeping sickness is a disease caused by a trypanomiasis parasite which

    can infectious human by the biting tsetse fly. The spread of tsetse fly can be

    illustrated in a mathematical model which dependent on the population of flies

    and humans with certain assumptions. The model is in the form of a system of

    differential equations with five variables, which specifies the number of

    incubating vectors, the number of infected vectors, the number of susceptible

    vectors, the number of infected humans and the number of removed humans.

    System of differential equations can be solved numerically using the Runge-Kutta

    method.

    The number of incubating vectors and infected has decreased and stable

    approach to zero. The number of susceptible vectors has to high increase and

    converges toward the critical point. At the number of infected and the number of

    removed humans at the beginning increase, but at certain times the number of

    humans infected and removed decreased approach to zero and the number of

    humans return to the susceptible stage.

    Keywords: spread sleeping sickness, system of differential equations,

    equilibrium point, stability, Runge-Kutta method

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ix

    LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

    PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

    Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma

    dengan:

    Nama : Fransisca Ratri Susanti

    NIM : 103114010

    Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan karya ilmiah saya

    kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma dengan Judul:

    MODEL MATEMATIS UNTUK PENYEBARAN PENYAKIT TIDUR

    beserta perangkat yang diperlukan, bila ada. Dengan demikian, saya memberikan

    hak untuk menyimpan, mengalihkan ke dalam bentuk media lain, mengelolanya

    dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas, dan

    mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis

    tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya

    selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis kepada Perpustakaan

    Universitas Sanata Dharma.

    Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

    Dibuat di Yogyakarta

    Pada tanggal 22 Juli 2014

    Yang menyatakan,

    Fransisca Ratri Susanti

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • x

    KATA PENGANTAR

    Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat dan

    Rahmat-Nya yang diberikan, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.

    Dalam menulis makalah ini, penulis menemukan banyak kesulitan, namun

    atas bantuan dan dukungan dari banyak pihak akhirnya penulis dapat

    menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima

    kasih kepada:

    1. Ibu Paulina Heruningsih Prima Rosa, S.Si., M.Sc., selaku Dekan Fakultas

    Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma.

    2. Bapak Y.G. Hartono, S.Si., M.Sc., Ph.D., selaku Ketua Program Studi

    Matematika yang sudah membantu dalam proses menyusun makalah ini.

    3. Ibu Lusia Krismiyati Budiasih, S.Si., M.Si., selaku dosen pembimbing

    makalah yang dengan sabar memberi bimbingan, meluangkan waktu dan

    pikiran dalam menyusun makalah ini.

    4. Bapak Ir. Ig. Aris Dwiatmoko, M.Sc., selaku dosen pembimbing akademik

    sekaligus dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran atas topik

    untuk makalah ini.

    5. Bapak Sudi Mungkasi, S.Si., M.Math.Sc., Ph.D., selaku dosen penguji yang

    telah memberikan pengarahan dan sarannya untuk makalah ini.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xi

    6. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Matematika telah memberikan ilmu yang

    sangat bermanfaat bagi penulis.

    7. Keluarga dan sahabat yang telah memberikan dukungan dalam segala hal.

    8. Teman-teman seperjuangan Prodi Matematika angkatan 2010 dalam

    kebersamaan, semangat, doa dan segala bantuan kepada penulis.

    9. Kakak-kakak dan adik-adik angkatan mahasiswa Matematika yang turut

    memberikan semangat, doa dan segala bantuan kepada penulis.

    10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah berperan

    dalam penulisan makalah ini.

    Yogyakarta, 22 Juli 2014

    Penulis

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

    HALAMAN JUDUL DALAM BAHASA INGGRIS ........................................ ii

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. iii

    HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iv

    HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... v

    PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................. vi

    ABSTRAK ..................................................................................................... vii

    ABSTRACT ..................................................................................................... viii

    PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................ ix

    KATA PENGANTAR ........................................................................................ x

    DAFTAR ISI ..................................................................................................... xii

    DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiv

    DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xv

    BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

    A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 3

    C. Batasan Masalah ....................................................................................... 4

    D. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 4

    E. Manfaat Penulisan ..................................................................................... 4

    F. Metode Penulisan ...................................................................................... 4

    G. Sistematika Penulisan ............................................................................... 5

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiii

    BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 7

    A. Sistem Linear dan Matriks......................................................................... 7

    B. Sistem Persamaan Diferensial ................................................................... 16

    C. Metode Runge kutta .................................................................................. 40

    BAB III MODEL PENYEBARAN PENYAKIT ................................................. 44

    A. Penyebaran Penyakit Tidur ....................................................................... 44

    B. Model Kompartemen ................................................................................ 46

    C. Model Matematika Tentang Gigitan Vektor ............................................. 51

    D. Dinamika Populasi Vektor ........................................................................ 54

    E. Dinamika Populasi Manusia ..................................................................... 74

    F. Analisis Dinamika Populasi Vektor dan Manusia .................................... 79

    BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 82

    A. Kesimpulan ............................................................................................... 82

    B. Saran ....................................................................................................... 83

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 84

    LAMPIRAN ....................................................................................................... 85

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiv

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Sifat Kestabilan ..................................................................................... 33

    Tabel 3.1 Nilai Parameter untuk Ilustrasi ............................................................. 60

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xv

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1.1 Lalat Tsetse Tampak dari Atas .......................................................... 2

    Gambar 1.2 Lalat Tsetse Tampak dari Samping ................................................... 2

    Gambar 2.1 Grafik Kemiringan Garis Singgung y=f(x) ........................................ 16

    Gambar 2.2 Node 0 21 ............................................................................. 27

    Gambar 2.3 Titik Pelana 0 1 , 02 .............................................................. 28

    Gambar 2.4 Titik Star 0 21 ....................................................................... 29

    Gambar 2.5 Improper Node 0 21 .............................................................. 29

    Gambar 2.6 Titik Spiral 0 ............................................................................. 31

    Gambar 2.7 Titik Spiral 0 ............................................................................. 31

    Gambar 2.8 Center i1 , i2 .................................................................. 32

    Gambar 2.9 Bidang fase x1 dan x2 ......................................................................... 40

    Gambar 3.1 Siklus Perpindahan Parasit: Manusia dan Lalat ................................ 46

    Gambar 3.2 Model Kompartemen Vektor ............................................................ 49

    Gambar 3.3 Model Kompartemen Vektor pada Model ........................................ 50

    Gambar 3.4 Model Kompartemen Manusia .......................................................... 50

    Gambar 3.5 Bidang Fase aiVV .............................................................................. 67

    Gambar 3.6 Bidang Fase siVV .............................................................................. 67

    Gambar 3.7 Bidang Fase saVV .............................................................................. 70

    Gambar 3.8 Grafik Dinamika Populasi Vektor ..................................................... 73

    Gambar 3.9 Grafik Dinamika Populasi Manusia .................................................. 78

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvi

    Gambar 3.10 Grafik Dinamika Populasi Vektor dan Manusia ............................. 80

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG

    Penyakit tidur adalah salah satu penyakit yang menyebar karena

    gigitan lalat. Penyakit tidur yang disebut juga dengan trypanosomiasis

    penularannya melalui gigitan lalat tsetse. Penyakit tidur menyebar di kawasan

    Afrika. Pada tahun 1996, diperkirakan bahwa antara 20.000 dan 25.000 orang

    meninggal akibat penyakit tersebut setiap tahunnya, dan risiko epidemi yang

    parah terus ada. Nama penyakit yang terdengar aneh itu tidak kalah bahayanya

    dengan penyakit lain, misal malaria dan AIDS. Penyakit ini dapat

    menyebabkan kematian jika tidak segera diobati, karena terjadi peradangan

    getah bening.

    Lalat tsetse sepintas terlihat tidak ada bedanya dengan lalat lain pada

    umumnya. Namun, jika diamati dengan seksama, lalat tsetse masih dapat

    dibedakan. Lalat tsetse memiliki ciri-ciri yang tidak ditemukan pada lalat lain.

    Ciri-ciri tersebut adalah adanya moncong panjang seperti jarum di kepalanya.

    Warna tubuhnya bervariasi antara kecoklatan dan kemerahan. Panjangnya 6-

    15 mm. Menurut Jan A. Rozendaal lalat tsetse betina tidak bertelur tetapi

    menghasilkan larva. Larva berkembang di dalam rahim selama 10 hari dan

    disimpan serta tumbuh di tanah lembab atau pasir di tempat-tempat teduh,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 2

    biasanya di bawah semak-semak, kayu, batu-batu besar dan menopang akar.

    Larva mengubur diri dan segera berubah menjadi pupa. Lalat muncul 22-60

    hari kemudian, tergantung pada suhu. Lalat betina berkembang biak

    menghasilkan larva setiap 10 hari. Masa hidupnya sekitar 30 hingga 90 hari.

    Gambar1.1 Lalat Tsetse Tampak dari Atas

    Sumber: Wikipedia.org 24 Oktober 2013

    Gambar 1.2 Lalat Tsetse Tampak dari Samping

    Sumber: Encyclopedia Britannica 24 Oktober 2013

    Penyakit tidur menyebar melalui siklus sederhana, seperti penyebaran

    penyakit-penyakit lain yang perantaranya adalah serangga misalnya malaria.

    Ketika lalat tsetse menghisap darah dari orang yang telah terinfeksi oleh

    penyakit tidur, mikroba trypanosome akan ikut terhisap dan tinggal di dalam

    tubuh lalat tsetse. Jika lalat tersebut kemudian menghisap darah orang yang

    sehat, mikroba trypanosome dalam tubuh lalat tsetse tersebut akan masuk ke

    dalam aliran darah dari orang tersebut sehingga orang yang bersangkutan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 3

    menjadi terinfeksi oleh lalat itu. Selain melalui lalat tsetse, penyakit tidur ini

    dapat menular melalui tranfusi darah.

    Beberapa metode untuk pencegahan penyakit tidur, antara lain

    peningkatan mortalitas lalat yakni penyemprotan menggunakan insektisida,

    penjebakan, pengobatan dan isolasi individu yang terinfeksi. Hal ini dapat

    digunakan untuk upaya pencegahan, karena lalat memiliki harapan hidup lebih

    pendek dan memiliki waktu lebih sedikit untuk menginfeksi manusia.

    Dari fenomena penyebaran parasit penyakit tidur dapat disusun strategi

    pengendalian penyebaran penyakit, sehingga perlu mempelajari model

    penyakit. Pengendalian penyebaran penyakit tidur dapat dimodelkan dengan

    model matematika. Model ini memiliki peran penting dalam penyebaran

    penyakit tidur untuk membantu menyelesaikan masalah tersebut dengan

    asumsi-asumsi tertentu. Model epidemik adalah model matematika yang dapat

    mengontrol dan mengetahui penyebaran penyakit pada suatu daerah tertentu

    dalam waktu singkat dan frekuensi meningkat. Model penyebaran penyakit

    tidur ini menggunakan model yang bersifat stokastik (probabilistik) karena

    tidak adanya informasi keadaan obyek pada masa mendatang secara pasti.

    B. RUMUSAN MASALAH

    1. Bagaimana sistem memodelkan penyebaran penyakit tidur pada lalat dan

    manusia?

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 4

    2. Bagaimana ilustrasi model matematika penyebaran penyakit tidur dengan

    nilai parameter yang diberikan pada populasi lalat dan manusia?

    C. BATASAN MASALAH

    Pembatasan masalah dalam tulisan ini pada kestabilan penyebaran

    penyakit tidur terhadap dinamika populasi vektor dan manusia.

    D. TUJUAN PENULISAN

    Tujuan penulisan ini adalah untuk memahami prinsip persamaan

    diferensial dengan konsep dinamika populasi dalam memodelkan penyebaran

    penyakit tidur yang diilustrasikan dengan nilai-nilai parameter yang diberikan.

    E. MANFAAT PENULISAN

    Manfaat yang dapat diambil dari tulisan ini adalah untuk memperoleh

    pengetahuan tentang penyelesaian numerik permasalahan penyebaran penyakit

    tidur dengan model matematika.

    F. METODE PENULISAN

    Metode yang digunakan penulis adalah metode studi pustaka, yaitu dengan

    mempelajari jurnal–jurnal serta buku-buku yang berkaitan dengan model

    matematika untuk menyelesaikan masalah penyebaran penyakit tidur dalam

    persamaan diferensial.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 5

    G. SISTEMATIKA PENULISAN

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    B. Rumusan Masalah

    C. Batasan Masalah

    D. Tujuan Penulisan

    E. Manfaat Penulisan

    F. Metode Penulisan

    G. Sistematika Penulisan

    BAB II LANDASAN TEORI

    A. Sistem Linear dan Matriks

    B. Sistem Persamaan Diferensial

    C. Metode Runge kutta

    BAB III MODEL PENYEBARAN PENYAKIT

    A. Sistem Linear dan Matriks

    B. Model Kompartemen

    C. Model Matematika Tentang Gigitan Vektor

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 6

    D. Dinamika Populasi Vektor

    E. Dinamika Populasi Manusia

    F. Analisis Dinamika Populasi Vektor dan Manusia

    BAB IV PENUTUP

    A. Kesimpulan

    B. Saran

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 7

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. SISTEM LINEAR DAN MATRIKS

    Definisi 2.1 Sistem Persamaan Linear

    Sistem persamaan linear adalah suatu himpunan berhingga dengan m persamaan

    dalam n variabel nxxx ,...,, 21 .

    Definisi 2.2 Penyelesaian Sistem persamaan Linear

    Suatu bilangan terurut nsss ,...,, 21 disebut penyelesaian dari sistem jika

    nn sxsxsx ,...,, 2211 adalah penyelesaian setiap persamaan pada sistem.

    Matriks adalah suatu susunan bilangan yang berbentuk persegi panjang.

    Cara menuliskan ukuran suatu matriks dengan m baris dan n kolom. Bentuk

    matriks A berukuran m x n dan elemen aij berada pada baris i dan kolom j

    dituliskan seperti di bawah ini:

    i

    a...a...aa

    a...a...aa

    a...a...aa

    a...a...aa

    j

    mnmjmm

    inijii

    nj21

    n1j1211

    Baris

    Kolom

    21

    21

    2222

    1

    A

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 8

    Definisi 2.3 Operasi Baris Elementer

    Operasi Baris Elementer terhadap suatu matriks A adalah salah satu dari yang

    berikut:

    Operasi I: Kalikan baris i dengan ii RR kk 0

    Operasi II: Tukarkan baris i dengan baris j ji RR

    Operasi III: Gantilah baris j dengan jumlah antara baris itu sendiri dengan k kali

    baris i jij RRR k

    Simbol-simbol di dalam tanda kurung di atas digunakan untuk

    menerangkan rincian penyederhanaan baris tertentu. Tanda panah menandakan

    penggantian, iR menyatakan baris ke-i pada matriks yang sedang disederhakankan,

    sedangkan jR menyatakan baris ke-j pada matris yang sama. Proses pengubahan

    suatu matriks menjadi matriks lain melalui pengolahan dasar baris disebut baris

    tereduksi.

    Definisi 2.4 Matriks Eselon Baris tereduksi

    Matriks Eselon Baris tereduksi ialah suatu matriks yang memenuhi keempat

    sifat berikut:

    1) Jika suatu baris matriks mempunyai setidaknya satu elemen tidak nol, maka

    elemen tidak nol yang pertama (kepala baris) adalah 1.

    2) Baris nol, jika ada, ditempatkan terakhir.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 9

    3) Di dalam dua baris tidak nol yang berurutan, elemen 1 yang menjadi kepala

    baris di baris yang lebih bawah berada lebih ke kanan dibandingkan dengan

    kepala baris di baris yang lebih atas.

    4) Jika di dalam suatu kolom terdapat kepala baris, elemen-elemen lain di dalam

    kolom itu nol semuanya.

    Matriks yang demikian ini dikatakan berada dalam bentuk eselon baris.

    Teorema 2.1

    Setiap matriks ekuivalen baris dengan sebuah matriks tunggal yang berada dalam

    bentuk eselon baris tereduksi.

    Contoh 2.1

    Selesaikan sistem persamaan berikut dengan cara operasi baris elementer:

    552

    23

    22

    zyx

    zyx

    zyx

    Penyelesaian:

    Sistem persamaan tersebut bila dituliskan dalam bentuk matriks, yaitu:

    5512

    2311

    2211

    Dengan operasi ))1(( 212 RRR dan 313 )2( RRR menghasilkan:

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 10

    1110

    0500

    2211

    Kemudian mengalikan baris ketiga dengan -1 ))1(( 33 RR dan dilanjutkan

    dengan penukaran baris 2 dan baris 3 )( 32 RR , sehingga menghasilkan:

    0500

    1110

    2211

    Dari hasil operasi baris elementer di atas diperoleh persamaan:

    0 5z -

    1

    22

    zy

    zyx

    Dengan demikian, dapat diselesaikan dengan substitusi langkah mundur, sehingga

    diperoleh hasil 0zdan 1 ,3 yx

    Definisi 2.5 Minor Elemen

    Jika A adalah suatu matriks n x n, maka sub-matriks berukuran (n-1) x (n-1) yang

    diperoleh dari matriks A, dengan cara menghapus baris baris ke-i dan kolom ke-j

    disebut dengan Minor Elemen (i, j) dari matriks A dan dilambangkan Mij atau

    Mij(A).

    Definisi 2.6 Determinan Matriks

    Jika matriks A berukuran n x n, determinan matriks A didefinisikan sebagai:

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 11

    n

    j

    j

    j

    ja1

    1

    1

    1 )det()1()det( MA (2.1)

    Contoh 2.2

    Misalkan suatu matriks A berukuan 2 x 2 atau

    2221

    1211

    aa

    aaA maka determinan

    matriks A sebagai berikut:

    21122211

    2221

    1211det aaaa

    aa

    aa

    (2.2)

    Misal matriks A berukuran 3 x 3, maka akan diperoleh determinan matriks

    dengan menggunakan persamaan (2.1), yaitu:

    3231

    2221

    13

    3331

    2321

    12

    3332

    2322

    11

    13

    31

    1312

    21

    1211

    11

    11

    333231

    232221

    131211

    detdetdet

    )det()1()det()1()det()1(

    det)det(

    aa

    aaa

    aa

    aaa

    aa

    aaa

    aaa

    aaa

    aaa

    aaa

    MMM

    A

    Dari persamaan (2.2) diperoleh:

    312213332112322311322113312312332211

    312232211331233321123223332211

    )()()()det(

    aaaaaaaaaaaaaaaaaa

    aaaaaaaaaaaaaaa

    A

    (2.3)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 12

    Definisi 2.7 Invers Matriks

    A adalah matriks persegi dan jika matriks B berukuran sama dapat dicari

    sedemikian sehingga AB = BA = I, maka A disebut invertible (dapat dibalik) dan

    B disebut invers dari A yang dilambangkan dengan A-1

    .

    Contoh 2.3

    Hitung invers matriks A berkut:

    21

    53A

    Penyelesaian :

    Jika suatu matriks 2x2, misal

    dc

    baA , maka invers matriks dapat dihitung

    menggunakan rumus:

    31

    52

    31

    52

    5(1)-3(2)

    1

    )det(

    11-

    ac

    bd

    ABA

    Cek, apakah AB = BA = I

    AB =

    10

    01

    31

    52

    21

    53= I

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 13

    BA =

    10

    01

    21

    53

    31

    52= I

    Karena AB = BA = I, maka berdasarkan definisi B adalah invers dari matriks A.

    Teorema 2.2

    Matriks A yang berukuran n x n punya invers jika dan hanya jika 0)det( A

    Definisi 2.8 Nilai Eigen dan Vektor Eigen

    Misalkan A adalah sebuah matriks n x n. Sebuah matriks tak nol x berukuran n x

    1 sedemikian sehingga Ax=λx disebut vektor eigen dari A, sedangkan skalar λ

    disebut nilai eigen dari A.

    Contoh 2.4

    Carilah nilai eigen dan vektor eigen dari matriks A.

    Penyelesaian:

    Pilih λ sedemikian sehingga det(A-I) = 0, jadi didapat:

    63

    32A

    7,3 73214

    3362

    63

    32det

    00

    01

    63

    32detdet

    21

    2

    IA

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 14

    Dengan demikian, diperoleh dua nilai eigen, yaitu 31 dan 72 .

    Untuk mencari vektor eigen dari matriks A, akan diselesaikan dengan persamaan

    (A-I)x = 0 untuk 1= 3 dan 2 = -7.

    i. Vektor eigen untuk 1= 3

    Dengan operasi baris tereduksi, diperoleh:

    1

    33

    adalah 3untuk eigen, vektor hasildiperoleh demikian,Dengan

    3 maka Misalkan

    2

    1)1(

    1

    12

    cc

    c

    x

    x

    cxcx

    x

    ii. Vektor eigen untuk 2 = -7

    0

    0

    93

    31

    0

    0

    363

    332

    2

    1

    2

    1

    x

    x

    x

    x0xIA

    21

    2

    21

    RR)3(R(-1)RR

    3

    ditulisdapat atau

    00

    031

    :persamaandiperoleh atas di tereduksibaris operasi hasil dari

    000

    031

    093

    031

    093

    031

    21211

    xx

    x

    xx

    0

    0

    13

    39

    0

    0

    763

    372

    2

    1

    2

    1

    x

    x

    x

    x0xIA

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 15

    Dengan operasi baris tereduksi, diperoleh:

    Jadi, didapatkan dua vektor eigen, yaitu:

    3

    1dan

    1

    3)2()1(

    xx

    3

    1

    3

    13/1

    adalah -7untuk eigen vektor diperoleh Jadi,

    3

    1 maka Misalkan

    3

    1

    ditulisdapat atau

    00

    03/11

    :persamaandiperoleh tereduksibaris operasi hasil Dari

    000

    03/11

    013

    03/11

    013

    039

    2

    1)2(

    2

    12

    21

    2

    21

    RR)3(RR)

    9

    1(R 21211

    cc

    c

    x

    x

    xdx

    xx

    x

    xx

    x

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 16

    B. SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL

    B.1 Turunan

    Definisi 2.9 Kemiringan Garis Singgung

    Gambar 2.1 Grafik Kemiringan Garis Singgung y = f(x)

    Garis singgung pada grafik y=f(x) pada titik P (x, f(x)), yaitu

    ada. inilimit jika

    )()(lim

    0tan

    x

    xfxxfm

    t

    (2.4)

    Didefinisikan turunan sebagai berikut:

    Definisi 2.10 Turunan

    Turunan fungsi f adalah fungsi yang nilainya di setiap bilangan sebarang x di

    dalam daerah asal f didefinisikan oleh:

    y

    x 0

    f(x)

    x

    f (x+ x )

    m

    x x1

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 17

    x

    xfxxfxf

    x

    )()(lim)(

    0

    '

    Asalkan limit ini ada, turunan fungsi f dilambangkan 'f

    (2.5)

    Turunan berkaitan dengan laju perubahan suatu populasi. Berawal dari

    kecepatan yang merupakan laju perubahan jarak terhadap waktu. Perubahan

    dalam koordinat x, dapat dituliskan dengan cara sebagai berikut:

    12 xxx (2.6)

    Dimana Δ menunjukkan perubahan besaran, yang dihitung dengan

    mengurangkan nilai awal dari nilai akhir. Oleh karena itu, selang waktu dari

    21 ke tt adalah

    t 12 tt (2.7)

    Kecepatan rata-rata (v), yaitu perpindahan x dibagi selang waktu t

    dapat dinyatakan sebagai berikut:

    12

    12

    t

    x

    tt

    xxv

    (2.8)

    Kecepatan sesaat adalah limit dari kecepatan rata-rata untuk selang waktu

    mendekati nol. Kecepatan sesaat sama dengan besarnya perubahan sesaat dari

    posisi terhadap waktu, atau dapat dituliskan sebagai:

    lim 0 dt

    dx

    t

    xv

    t

    (2.9)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 18

    Limit dari 0tuntuk

    t

    xdisebut sebagai turunan (derivative) dari x terhadap t

    yang dituliskan sebagai dt

    dx.

    B.2 Persamaan Diferensial

    Definisi 2.11 Persamaan Diferensial

    Persamaan diferensial adalah persamaan yang mengandung derivatif (turunan)

    satu atau beberapa fungsi yang tidak diketahui.

    Persamaan diferensial diklasifikasikan menjadi dua kasus, yaitu

    Persamaan Diferensial Biasa dan Persamaan Diferensial Parsial.

    Definisi 2.12 Persamaan Diferensial Biasa

    Jika fungsi yang tidak diketahui tergantung pada satu variabel bebas saja maka

    persamaan diferensial yang terbentuk disebut dengan persamaan diferensial

    biasa.

    Contoh 2.5

    Sebagai contoh untuk persamaan diferensial biasa, yaitu:

    4505.0

    2.08.9

    pdt

    dp

    vdt

    dv

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 19

    Definisi 2.13 Persamaan Diferensial Parsial

    Jika fungsi yang tidak diketahui tergantung pada beberapa variabel bebas maka

    persamaan diferensial yang terbentuk disebut dengan persamaan diferensial

    parsial.

    Contoh 2.6

    Contoh yang khas dari persamaan diferensial parsial pada persamaan panas dan

    persamaan gelombang.

    Klasifikasi Persamaan Diferensial Berdasarkan Orde

    Persamaan diferensial memiliki orde (tingkat) dan derajat (pangkat)

    tertentu. Orde persamaan diferensial didefinisikan tingkat dari derivatif tertinggi

    yang muncul dalam persamaan diferensial. Sedangkan derajat suatu persamaan

    diferensial adalah pangkat turunan tertinggi dalam persamaan diferensial.

    Klasifikasi Persamaan Diferensial Berdasarkan Kelinearan

    Berdasarkan kelinearan ada dua sifat, yaitu linear dan non linear. Suatu

    persamaan diferensial dikatakan linear jika tidak ada perkalian antara variabel-

    ),(),(

    yakni Gelombang,Persamaan

    ),(),(

    yakni, panasPersamaan

    2

    2

    2

    22

    2

    22

    t

    txu

    x

    txua

    t

    txu

    x

    txu

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 20

    variabel tak bebas dan derivatif-derivatifnya. Dengan kata lain, semua

    koefisiennya adalah fungsi dari variabel-variabel bebas. Sedangkan sifat non

    linear bila dalam beberapa variabel tak bebas dikatakan tidak linear dalam

    variabel tersebut. Sebagai contoh:

    Contoh 2.7

    Persamaan Diferensial Linearitas

    )cos(24 ''' xyxyy Linear

    )cos(24 ''' xyyyy Tidak linear karena memuat 'yy

    )sin(2

    2

    uvut

    v

    x

    u

    Linear pada v tetapi tidak linear

    pada u karena memuat sin (u). Jadi

    persamaan tersebut tidak linear

    )sin(2

    2

    txyt

    y

    t

    x

    Linear pada setiap variabel tak

    bebas x dan y, tetapi tidak linear

    dalam himpunan {x,y}. Jadi

    persamaan tersebut tidak linear

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 21

    Klasifikasi Persamaan Diferensial Berdasarkan Homogenitas

    Bentuk dari persamaan diferensial biasa dapat dinyatakan sebagai:

    )()()( ' xgyxqyxp (2.10)

    Persamaan diferensial dikatakan homogen bila g(x) =0. Persamaan

    diferensial dikatakan nonhomogen bila g(x) tersebut dapat berbentuk fungsi

    exponensial, trigonometri, ataupun fungsi polynomial dan 0)( xg .

    Definisi 2.14 Penyelesaian Persamaan Diferensial

    Penyelesaian dari persamaan diferensial ),...,,,( )1(''')( nn yyytfy pada interval

    t adalah suatu fungsi sedemikian sehingga )(),...,(),(''' ttt n ada dan

    memenuhi:

    )](),...,(),(,[)( 1' ttttft nn (2.11)

    Contoh 2.8

    Selesaikan Persamaan Diferensial Orde 1 berikut:

    axdt

    dx

    (2.12)

    Persamaan (2.12) dapat ditulis sebagai:

    dtax

    dx

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 22

    dtaxdx

    makakan diintegral ruas kedua Bila

    atau

    ln

    diperoleh sehingga

    catx

    cat eKKex dengan (2.13)

    Jika diketahui nilai awal 0)0( xx dan bila disubstitusikan ke persamaan (2.13)

    dan diperoleh Kx 0 , sehingga persamaan (2.13) menjadi:

    atextx 0)(

    Jadi, penyelesaian Persamaan Diferensial Orde 1 adalah atextx 0)(

    Titik setimbang (equilibrium point) diperoleh jika 0' dt

    dxx . Dalam

    kasus 0, ' aaxx maka titik setimbangnya:

    0

    atau

    0 0'

    x

    aaxx

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 23

    B.3 Sistem Persamaan Diferensial

    Definisi 2.15 Sistem Persamaan Diferensial

    Sistem persamaan diferensial adalah suatu sistem yang memuat n persamaan

    diferensial dengan n buah fungsi yang tidak diketahui.

    Definisi 2.16 Sistem Homogen

    Sistem homogen dari n persamaan diferensial linear orde satu dengan koefisien

    real, secara umum dapat ditulis, sebagai:

    (2.14)

    Sistem persamaan (2.13) dapat ditulis sebagai x' = Ax, dengan

    Sebuah sistem disimulasikan dengan orde 1 persamaan diferensial biasa

    (2.15)

    nnnn

    n

    n

    m aaa

    aaa

    aaa

    tx

    tx

    tx

    t

    21

    22221

    11211

    2

    1

    ,

    )(

    )(

    )(

    )( Ax

    2211

    22221212

    12121111

    nnnnnn

    nn

    nn

    xaxaxax

    xaxaxax

    xaxaxax

    ).,,,(

    ),,,(

    21

    2111

    nnn

    n

    xxxtFx

    xxxtFx

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 24

    Definisi 2.17 Penyelesaian Sistem Persamaan Diferensial

    Sistem Persamaan Diferensial x' = Ax, A matriks n x n memiliki penyelesaian

    pada I:

  • 25

    Gangguan pada sistem tidak memberikan pengaruh terhadap kestabilan

    suatu sistem sehingga jika sistem tersebut stabil terhadap suatu gangguan maka

    sistem akan stabil untuk gangguan yang ada.

    Titik kritis dikatakan stabil jika untuk semua 0 ada 0 sedemikian

    sehingga setiap penyelesaian )(tx dimana 0t , memenuhi 0)0( x ,

    ada untuk semua t positif dan memenuhi 0)( xt untuk semua 0t .

    Titik kritis dikatakan stabil asmptotik jika stabil dan jika ada

    00 sedemikian sehingga penyelesaian )(tx memenuhi 00)0( x

    maka 0)(lim x

    t

    t .

    Penyelesaian 0x dari 0Ax dengan A adalah matriks berukuran 2 x 2,

    sesuai dengan penyelesaian kesetimbangan dan disebut dengan titik kritis. Misal

    A matriks non singular atau 0 ,0)det( xA adalah satu-satunya titik kritis

    untuk sistem x' = Ax. Suatu penyelesaian dari x' = Ax adalah fungsi vektor x =

    (t) yang memenuhi persamaan diferensial dan dapat dilihat sebagai representasi

    parametrik pada kurva 21xx . Kurva tersebut dapat dianggap sebagai trayektori

    (lintasan) yang dilalui oleh partikel bergerak dengan laju perubahan dt

    dx yang

    ditentukan oleh persamaan diferensial.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 26

    Definisi 2.21 Bidang Fase

    Bidang 21xx dari suatu sistem persamaan yang dinyatakan sebagai diferensial

    terhadap t.

    Untuk menganalisis sistem x' = Ax harus mempertimbangkan beberapa

    kasus yang tergantung pada sifat dari nilai eigen dari A. Ada lima kasus untuk

    nilai eigen, yang diklarifikasikan sebagai berikut:

    Kasus 1: Nilai Eigen Real Tidak Sama tetapi Tanda Sama

    Pada kasus ini, penyelesaian umumnya adalah

    (2.16)

    dimana, 21 dan keduanya positif atau keduanya negatif. Misalkan

    0 21 dan vektor eigen adalah (2)(1)dan VV . Oleh karena itu, x 0 sebagai

    t untuk semua penyelesaian, dengan mengabaikan nilai 21 dan cc .

    Jika penyelesaian dimulai dengan titik awal, pada garis melalui (1)V maka

    0 1 c dan penyelesaian tetap pada garis. Demikian pula, jika titik awal pada garis

    melalui (2)V , penyelesaian dapat ditulis sebagai:

    (2.17)

    Karena 0- 21 untuk 0 2 c , t

    ec 21)1(1

    V diabaikan, dan dibandingkan

    dengan membesar. untuk (2)2 tc V

    ttecec 21 )2(2

    )1(

    1

    VVx

    )2(2)1(1)2(2)1(1 21221 VVVVx ceceecec tttt

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 27

    Jadi, semua penyelesaian bersinggungan dengan (2)V pada titik ktitis x = 0

    kecuali untuk penyelesaiannya tepat pada garis yang melalui (1)V . Jenis titik kritis

    ini disebut node atau nodal sink.

    Gambar 2.2 Node 0 21

    Kasus 2: Nilai Eigen Real Berbeda Tanda

    Pada kasus ini, penyelesaian umumnya adalah

    (2.18)

    dimana, 0 1 dan 02 . Misalkan vektor eigen adalah (2)(1)dan VV dapat

    dilihar pada gambar 2.2.

    Satu-satunya penyelesaian yang mendekati titik kritis pada titik asal adalah

    penyelesaian dimulai garis yang ditentukan oleh (2) V . Jenis titik kritis ini disebut

    titik pelana.

    ttecec 21 )2(2

    )1(

    1

    VVx

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 28

    Gambar 2.3 Titik Pelana 0 1 , 02

    Kasus 3: Nilai Eigen Sama

    Misalkan 21 . Ada dua subkasus tergantung memiliki dua vektor

    eigen atau bebas linear atau hanya satu, diklarifikasikan sebagai berikut:

    a) Dua Eigen Vektor Bebas Linear

    Pada kasus ini, penyelesaian umumnya adalah

    (2.19)

    Dengan demikian, setiap lintasan terletak pada garis yang melewati titik

    asal, seperti yang terlihat dalam gambar 2.4 di bawah ini. Titik kritis pada titik

    asal disebut node proper atau titik star.

    tr ecec )2(2)1(

    1 VVx

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 29

    Gambar 2.4 Titik Star 0 21

    b) Satu Eigen Vektor Bebas Linear

    Pada kasus ini, penyelesaian umumnya adalah

    (2.20)

    Ketika nilai eigen ganda hanya memiliki satu nilai eigen yang bebas linear, titik

    kritis disebut improper node atau degenerate node.

    Gambar 2.5 Improper Node 0 21

    ttt etecec ηVVx 21

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 30

    Kasus 4: Nilai Eigen Kompleks dengan Bagian Real Tak Nol

    Misalkan nilai eigen i , dimana dan bilangan real dengan

    0dan 0 . Perhatikan pada sistem berikut:

    atau dapat ditulis sebagai:

    212

    211

    xxx

    xxx

    (2.21)

    Koordinat polar r, dapat diberikan dengan:

    Dengan mendiferensialkan persamaan di atas, diperoleh:

    Mensubtitusikan ke persamaan (2.21), sehingga didapat:

    penyelesaian diferensialnya adalah:

    Persamaan ini adalah persamaan parametrik dalam koordinat polar dari

    lintasan solusi untuk sistem x' = Ax. Karena 0 , berarti menurun saat t

    membesar, maka arah gerak lintasan searah jarum jam. Jika 0 , maka r 0

    xx

    12

    2

    2

    2

    1

    2 tan, xxxxr

    21122122211 sec, xxxxxxxxxrr

    ,rr

    )0(,, 00 tcer t

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 31

    bila t , sedangkan jika 0 maka r . Jadi lintasan berbentuk spiral,

    yang mendekati titik asal tergantung pada tanda , dan titik kritis disebut titik

    spiral.

    Gambar 2.6 Titik Spiral 0

    Gambar 2.7 Titik Spiral 0

    Kasus 5: Nilai Eigen Kompleks dengan Bagian Real Nol

    Misalkan nilai eigen i , dimana dan 0 real. Perhatikan pada

    sistem berikut:

    atau dapat ditulis

    12

    21

    xx

    xx

    Pada kasus 4 menggunakan koordinat polar r, , sehingga menyebabkan:

    xx

    0

    0

    0, tcr

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 32

    Dengan demikian, lintasan berbentuk lingkaran dengan pusat di titik asal yang

    melintasi searah jarum jam jika 0 dan berlawanan jarum jam jika 0 . Titik

    kritis disebut center.

    Gambar 2.8 Center i1 , i2

    Dari kelima kasus di atas dengan memeriksa gambar yang

    berkorespondensi dapat diamati bahwa:

    1. Setelah waktu lama, masing-masing lintasan menunjukkan salah satu dari tiga

    jenis perilaku. Saat t , setiap lintasan mendekati titik kritis x=0, berulang

    kali melintasi kurva tertutup yang mengelilingi titik kritis atau menjadi tidak

    terbatas.

    2. Dilihat secara keseluruhan, pola lintasan dalam setiap kasus relatif sederhana.

    Untuk lebih spesifik, melalui setiap titik 00 , yx pada bidang fase hanya ada

    satu lintasan, sehingga lintasan tidak saling silang. Kadang-kadang tampak

    bahwa banyak lintasan melewati titik kritis x=0. Bahkan, satu-satunya

    penyelesaian equilibrium x=0. Penyelesaian lain yang muncul melewati titik

    awal, sebenarnya hanya mendekati titik ini saat t atau t .

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 33

    3. Dalam setiap kasus himpunan semua lintasan sedemikian sehingga salah satu

    dari tiga situasi terjadi, seperti berikut:

    a. Semua lintasan mendekati titik kritis x=0, saat t . kasus ini terjadi

    jika nilai-nilai eigen adalah real dan negatif atau kompleks dengan bagian

    real negatif. Titik awal merupakan nodal sink atau spiral sink.

    b. Semua lintasan tetap dibatasi tetapi tidak mendekati titik awal saat t .

    Kasus tersebut terjadi jika nilai eigen murni imajiner. Titik awal

    merupakan center.

    c. Semua lintasan dan kemungkinan semua lintasan kecuali x=0 menjadi

    tidak terbatas saat t . Kasus ini terjadi jika salah satu nilai-nilai eigen

    positif atau nilai-nilai eigen memiliki bagian real positif. Titik awal ini

    merupakan nodal source, spiral source, atau titik pelana.

    Sifat kestabilan dari sistem linear x' = Ax dengan 0)-det( IA dan

    0)det( A dirangkum dalam tabel 2.1 berikut:

    Tabel 2.1 Sifat Kestabilan

    Nilai Eigen Tipe dari Titik Kritis Kestabilan

    021 Node Tidak Stabil

    021 Node Stabil Asimpotik

    21 0 Titik Pelana Tidak Stabil

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 34

    021 Proper atau improper

    node

    Tidak Stabil

    021 Proper atau improper

    node

    Stabil Asimpotik

    i21, Titik Spiral

    Tidak Stabil

    Stabil Asimpotik

    0

    0

    ii 21 , Center Stabil

    Kestabilan suatu sistem persamaan diferensial dapat ditentukan dengan

    melihat bentuk bidang fasenya.

    Contoh 2.9

    Carilah penyelesaian umum dari sistem:

    xx

    30

    02'

    Dari matriks tersebut matriks koefisiennya adalah diagonal matriks. Jadi, bentuk

    skalar sistem di atas dapat ditulis sebagai berikut:

    2

    '

    2

    1

    '

    1

    3

    2

    xx

    xx

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 35

    Setiap persamaan meliputi hanya satu variabel tidak diketahui, jadi didapatkan

    penyelesaian seperti berikut:

    t

    t

    ecx

    ecx

    3

    22

    2

    11

    Dapat ditulis penyelesaian dalam bentuk vektor, yaitu

    tt

    t

    t

    ececec

    ec 32

    2

    13

    2

    2

    1

    1

    0

    0

    1

    x

    Contoh di atas terdiri dari dua penyelesaian independen dari sistem yang

    diberikan dalam bentuk fungsi exponensial perkalian dengan vektor.

    Langkah-Langkah Mencari Penyelesaian Umum

    Dalam sistem persamaan diferensial akan dicari penyelesaian umumnya

    untuk mengetahui kestabilan pada bidang fase, dalam bentuk seperti pada

    persamaan (2.14). Berikut adalah langkah-langkah dalam mencari penyelesaian

    umum sistem persamaan diferensial:

    1. Memisalkan penyelesaian dalam bentuk teVx , dimana dan vektor V

    harus ditentukan.

    2. Mensubtitusikan teVx ke Axx' sehingga diperoleh:

    0

    I)V-A

    AVV

    AVV

    (

    tt ee

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 36

    3. Mencari vektor eigen untuk setiap nilai eigen

    4. Mensubtitusikan vektor eigen yang diperoleh ke dalam pemisalan pada

    langkah (1)

    Contoh 2.10

    Carilah penyelesaian umum dari sistem persamaan berikut dan gambarkan bidang

    fasenya untuk memperlihatkan lintasan kestabilannya.

    21

    '

    2

    21

    '

    1

    4 xxx

    xxx

    Penyelesaian:

    Sistem di atas dapat ditulis sebagai:

    xx

    14

    11'

    Sehingga diperoleh:

    2

    1 ;

    14

    11

    x

    xxA

    Akan dicari vektor dan nilai eigen dari A. Misalkan V adalah vektor eigen dan λ

    adalah nilai eigen dari A.

    Misalkan x = Vert maka (A-λI)V = 0

    0

    0

    14

    11

    2

    1

    v

    v

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 37

    Penyelesaian untuk mencari nilai eigen dengan det(A-λI)=0

    didapat λ 1 = 3 dan λ2 = -1

    i. Vektor eigen untuk λ1 = 3

    Diselesaikan dengan operasi baris tereduksi didapat:

    )1)(3(324)1(14

    1122

    0

    0

    24

    12

    0

    0

    314

    131

    2

    1

    2

    1

    v

    v

    v

    v0VIA

    2

    1

    2

    12

    1

    3untuk eigen vektor diperoleh sehingga

    2

    1 maka Misalkan

    2

    1atau

    00

    02

    11

    :persamaandiperoleh

    000

    02/11

    024

    02/11

    024

    012

    2

    1

    1

    12

    21

    2

    21

    p

    p

    p

    v

    v

    pvpv

    vv

    v

    vv

    (1)V

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 38

    ii. Vektor eigen untuk λ2 = -1

    Diselesaikan dengan operasi baris tereduksi didapat:

    2

    1

    2

    12

    1

    2untuk eigen vektor diperoleh

    2

    1 maka Misalkan

    2

    1

    2

    12

    s

    s

    s

    v

    v

    svsv

    (2)V

    Untuk penyelesaian persamaan x = Vert adalah

    0

    0

    24

    12

    0

    0

    114

    111

    2

    1

    2

    1

    v

    v

    v

    v0VIA

    .2

    1

    atau

    00

    02/11

    :persamaanDiperoleh

    000

    02/11

    024

    02/11

    024

    012

    21

    2

    2

    1

    vv

    v

    vv

    t

    t

    et

    et

    2

    1)(

    2

    1)(

    )2(

    3)1(

    x

    x

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 39

    Dengan demikian, diperoleh penyelesaian umumnya adalah

    Untuk mengambarkan bidang fasenya, akan dituliskan sebagai:

    1

    3

    12

    3

    11

    3

    1

    2

    1

    2

    22

    :diperolehakan atau

    2

    1)(

    maka 0 Jika

    xecx

    ecx

    ecx

    xt

    c

    t

    t

    t

    x

    1

    3

    22

    3

    21

    3

    2

    2

    1

    1

    22

    :diperolehatau

    2

    1)(

    maka 0 Jika

    xecx

    ecx

    ecx

    xt

    c

    t

    t

    t

    x

    tt ecec

    tctct

    2

    1

    2

    1

    )()()(

    2

    3

    1

    )2(

    2

    )1(

    1 xxx

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 40

    Gambar 2.9 Bidang fase x1 dan x2

    Pada gambar 2.9 menunjukan bentuk bidang fase yang disebut bentuk titik pelana.

    Titik pelana selalu tidak stabil, bila t membesar akan menjauhi titik pusat (0,0)

    dan tampak pada titik (0,0) tidak stabil.

    C. METODE RUNGE-KUTTA ORDE 4

    Kebanyakan permasalahan dalam bidang keteknikan dan sains

    memerlukan penyelesaian simulasi dari sistem persamaan diferensial daripada

    persamaan tunggal. Secara umum sistem persamaan diferensial direprentasikan

    sebagai berikut:

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 41

    ,...,,,

    .

    .

    .

    ,...,,,

    ,...,,,

    21

    2122

    2111

    nn

    n

    n

    n

    xxxtfdt

    dx

    xxxtfdt

    dx

    xxxtfdt

    dx

    (2.22)

    Metode Runge-Kutta Orde 4 mempunyai skema sebagai berikut:

    226

    43211 kkkkh

    xx kk (2.23)

    dengan,

    ),(

    )2

    ,2

    (

    )2

    ,2

    (

    ),(

    31,4

    2,3

    1,2

    ,1

    khxhtfk

    kh

    xh

    tfk

    kh

    xh

    tfk

    xtfk

    kkss

    kkss

    kkss

    kkss

    (2.23a)

    (2.23b)

    (2.23c)

    (2.23d)

    Contoh 2.11

    Selesaikan sistem persamaan diferensial berikut dengan menggunakan metode

    Runge-Kutta Orde 4, dengan asumsi

    . 5.0dan ]2,0[dengan ,6 dan,4,0 21 htxxt

    122

    11

    1.03.04

    5.0

    xxdt

    dx

    xdt

    dx

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 42

    Penyelesaian:

    45.62

    5.0)8.1(6

    2

    5.32

    5.0)2(4

    2

    8.1)4(1.0)6(3.04)6,4,0(

    2)4(5.0)6,4,0(

    2,12

    1,11

    22,1

    11,1

    hkx

    hkx

    fk

    fk

    42875.62

    5.0)715.1(6

    2

    5625.32

    5.0)75.1(4

    2

    1.715)45.6,5.3,25.0(

    1.75)45.6,5.3,25.0(

    2,22

    1,21

    22,2

    11,2

    hkx

    hkx

    fk

    fk

    6.8576701.631794-1.715125)2(1.7151.86

    0.56(0.5)

    3.1152341.554688-1.78125)-2(-1.752-6

    0.54(0.5)

    631794.1)857563.6,109375.3,5.0(

    1.554688)857563.6,109375.3,5.0(

    857563.6)5.0)(78125.1(6

    109375.3)5.0)(78125.1(4

    1.715125)42875.6,5625.3,25.0(

    1.78125)42875.6,5625.3,25.0(

    2

    1

    22,4

    11,4

    2,32

    1,31

    22,3

    11,3

    x

    x

    fk

    fk

    hkx

    hkx

    fk

    fk

    kemudian langkah selanjutnya untuk

    )0.2(dan ),0.2(),5.1(),5.1(),0.1(),0.1( 212121 yyyyyy

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 43

    didapat:

    t x1 x2

    0 4 6

    0.5 3 6.9

    1.0 2.25 7.715

    1.5 1.6875 8.44525

    2.0 1.265625 9.094087

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 44

    BAB III

    MODEL PENYEBARAN PENYAKIT

    Bab ini akan membahas mengenai dinamika populasi vektor dan manusia

    yang terjangkit penyakit tidur untuk memodelkan penyebaran penyakit tidur.

    A. PENYEBARAN PENYAKIT TIDUR

    Tsetse adalah carrier (pembawa) parasit Trypanosomiasis, Tsetse tidak

    menghasilkan racun dan tidak berbahaya sebelum lalat tersebut tertular parasit

    Trypanosomiasis. Lalat ini menghisap darah. Apabila darah korbannya telah

    terinfeksi Trypanosomiasis maka Tsetse akan tertular parasit tersebut dan dapat

    menyebarkan ke korban-korban berikutnya yang dihisap darahnya, karena air liur

    dari lalat ini ikut masuk ke dalam lubang gigitan saat ia menghisap darah.

    Parasit Trypanosomiasis, menyebabkan demam, migrain dan

    menimbulkan kantuk yang luar biasa. Korban dapat tertidur yang disebut dengan

    Sleeping Sickness), dan bila tidak segera disembuhkan maka korbannya tidak akan

    pernah bangun lagi (meninggal). Binatang ataupun manusia dapat terinfeksi

    parasit ini dan juga dapat saling menularkan dengan perantara lalat tsetse.

    Lalat tsetse merupakan vektor bagi penyakit tripanosomiasis. Gejala dan

    tanda penyakit yang disebabkan tripanosomiasis ini dapat bervariasi dan

    umumnya dibagi atas 3 fase :

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 45

    1. Fase awal (Initial stage)

    Ditandai dengan timbulnya reaksi inflamasi lokal pada daerah gigitan

    lalat tsetse. Reaksi inflamasi dapat berkembang menjadi bentuk parut (

    primary chancre). Reaksi inflamasi ini biasanya mereda dalam waktu 1-2

    minggu.

    2. Fase penyebaran (Haemoflagellates stage)

    Setelah fase awal mereda, parasit masuk ke dalam darah dan kelenjar

    getah bening (parasitemia). Gejala klinis yang sering muncul adalah demam

    yang tidak teratur, sakit kepala, nyeri pada otot dan persendian. Tanda klinis

    yang sering muncul antara lain: Lymphadenopati, lymphadenitis yang terjadi

    pada bagian posterior kelenjar cervical (Winterbotton’s sign), papula dan rash

    pada kulit. Pada fase ini juga terjadi proses infiltrasi perivascular oleh sel-sel

    endotel, sel limfoid dan sel plasma, hingga dapat menyebabkan terjadinya

    pelunakan jaringan iskemik dan perdarahan di bawah kulit (ptechial

    haemorhagic). Parasitemia yang berat (toksemia) dapat mengakibatkan

    kematian pada penderita.

    3. Fase kronik (Meningoencephalitic stage)

    Pada fase ini terjadi invasi parasit ke dalam susunan saraf pusat dan

    mengakibatkan terjadinya meningoenchepalitis difusa dan meningomyelitis

    yakni demam dan sakit kepala. Terjadi gangguan pola tidur, insomnia pada

    malam hari dan mengantuk pada siang hari. Gangguan ekstrapiramidal dan

    keseimbangan otak kecil menjadi nyata. Pada kondisi yang lain dijumpai juga

    perubahan mental yang sangat nyata. Gangguan gizi umumnya terjadi dan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 46

    diikuti dengan infeksi sekunder oleh karena immunosupresi. Jumlah lekosit

    normal atau sedikit meningkat. Bila tercapai stadium tidur terakhir, penderita

    sulit dibangunkan atau mengalami kematian. Penyakit tidur ini juga diperberat

    oleh penyakit lain seperti malaria, disentri, pneumonia atau juga kelemahan

    tubuh.

    B. MODEL KOMPARTEMEN

    Perpindahan / penyebaran penyakit tidur dapat diilustrasikan pada gambar

    3.1 berikut:

    Gambar 3.1 Siklus Perpindahan Parasit: Manusia dan Lalat

    Keterangan :

    = Lalat yang terinfeksi = Manusia yang terinfeksi

    = Lalat sehat = Manusia sehat

    waktu

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 47

    Pada gambar tersebut dapat diamati bahwa lalat tsetse yang terinfeksi oleh

    penyakit tidur akan menginfeksi manusia yang sehat. Manusia tersebut terkena

    parasit dan selanjutnya menjadi terinfeksi. Manusia yang sudah terinfeksi digigit

    oleh lalat sehat, sehingga lalat tersebut menjadi terinfeksi penyakit. Manusia yang

    terinfeksi penyakit dapat sembuh dari penyakit atau akan mati. Namun, dalam

    model ini diasumsikan bahwa setelah terinfeksi manusia akan sembuh. Dan lalat

    yang terinfeksi akan kembali menginfeksi manusia yang sehat. Siklus ini akan

    berlangsung secara terus-menerus.

    Model ini memiliki dua variabel (dan karenanya dalam bahasa

    epidemiologi disebut model dua kompartemen), yakni lalat yang terinfeksi dan

    manusia yang terinfeksi. Banyaknya lalat dan manusia yang rentan (tidak

    terinfeksi) diketahui karena banyaknya lalat dan manusia keseluruhan

    diasumsikan konstan.

    Penyebaran penyakit tidur akan dimodelkan dengan persamaan yang

    berkaitan dengan variabel dan parameter. Lalat disebut dengan istilah “vektor”

    karena sebagai sarana penyebaran parasit. Ada masa inkubasi bagi manusia dan

    lalat. Masa inkubasi manusia adalah masa saat penyakit masuk ke dalam tubuh

    sampai saat timbul gejala penyakit. Sedangkan masa inkubasi pada vektor adalah

    masa saat vektor akan terinfeksi oleh penyakit tidur tersebut. Ketika lalat tsetse

    menggigit manusia yang terinfeksi penyakit tidur, lalat memasuki masa inkubasi

    namun belum bisa membawa parasit. Lalat tsetse mempunyai masa inkubasi

    sekitar 25 hari dan harapan hidupnya sekitar 45 hari.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 48

    Misalkan V(t) adalah total banyaknya vektor pada waktu t, Vs(t) adalah

    banyaknya vektor rentan (dapat terinfeksi penyakit ), Vi(t) adalah banyaknya

    vektor pada masa inkubasi, dan Va(t) adalah banyaknya vektor terinfeksi aktif,

    maka

    aktif i terinfeksyang

    vektor banyaknya

    inkubasi masa pada

    vektor banyaknya

    rentanvektor

    banyaknya

    vektor

    banyaknya

    atau dapat ditulis sebagai

    )( )( )( tVtV(t)VtV ais (3.1)

    Demikian pula dimisalkan H(t) adalah total banyaknya manusia, Hs(t)

    adalah banyaknya manusia yang rentan terhadap penyakit, Ha(t) adalah banyaknya

    manusia yang terinfeksi penyakit, dan Hr(t) adalah banyaknya manusia sembuh,

    maka

    sembuh manusia

    banyaknya

    penyakit i terinfeks

    manusia banyaknya

    rentan manusia

    banyaknya

    manusia

    banyaknya

    atau dapat ditulis sebagai:

    )()( )( )( tHtHtHtH ras (3.2)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 49

    Siklus penyebaran penyakit pada vektor diilustrasikan pada gambar

    sebagai berikut,

    Gambar 3.2 Model Kompartemen Vektor

    Vektor yang rentan akan memasuki masa inkubasi sekitar 25 hari dan

    vektor dapat mengalami kematian dengan laju m. Pada masa inkubasi, vektor juga

    dapat mengalami kematian dengan laju m, dan vektor akan kembali memasuki

    masa rentan dengan laju b, serta vektor akan memasuki tahap terinfeksi dengan

    laju q. Pada saat vektor masuk dalam tahap terinfeksi, vektor dapat mengalami

    kematian dengan laju m, dan vektor juga akan kembali memasuki masa rentan

    dengan laju b.

    Namun, dalam model penyebaran penyakit tidur dalam makalah ini, pada

    vektor diasumsikan bahwa vektor yang berada pada tahap terinfeksi tidak kembali

    sembuh atau kembali ke masa rentan. Model ini juga diasumsikan bahwa vektor

    pada tahap rentan tidak masuk ke masa inkubasi. Serta model ini tidak

    q waktu

    m waktu

    m waktu

    b waktu b

    waktu

    m waktu

    k(Vc – V(t))

    Rentan

    Vs (t)

    Terinfeksi

    Va (t)

    Inkubasi

    Vi(t)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 50

    mempertimbangkan banyaknya vektor yang mengalami migrasi, sehingga model

    kompartemen vektor menjadi seperti ditunjukkan dalam Gambar 3.3:

    Gambar 3.3 Model Kompartemen Vektor pada Model

    Sedangkan siklus penyebaran penyakit pada manusia diilustrasikan

    pada Gambar 3.4:

    Gambar 3.4 Model Kompartemen Manusia

    Setelah masa inkubasi manusia yang singkat yaitu sekitar 12 hari, manusia

    memasuki tahap terinfeksi penyakit, dimana manusia terinfeksi oleh parasit ketika

    Terinfeksi

    Ha (t)

    Sembuh

    Hr (t)

    Rentan

    Hs (t)

    b waktu

    r1

    r2

    Inkubasi

    Vi(t)

    Rentan

    Vs (t)

    b waktu

    q waktu

    m waktu

    m waktu

    Terinfeksi

    Va (t)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 51

    digigit oleh vektor. Ketika manusia masuk tahap terinfeksi penyakit, manusia

    memasuki tahap sembuh dengan laju r1, dan kembali memasuki masa rentan

    dengan laju b. Pada saat manusia masuk dalam tahap sembuh, manusia kembali

    memasuki masa rentan dengan laju r2. Ketika manusia kembali memasuki masa

    rentan, manusia dapat memasuki kembali ke tahap terinfeksi.

    C. MODEL MATEMATIKA TENTANG GIGITAN VEKTOR

    Vektor menggigit manusia rata-rata tiga hari sekali (Shier, 1999) sehingga

    dalam model ini akan mempertimbangkan model kontinu dimana unit waktu

    adalah tiga hari. Banyaknya vektor menggigit didekati dengan banyaknya manusia

    yang ditandai dengan timbulnya gejala-gejala penyakit. Pada model penyebaran

    penyakit tidur ini menggunakan simbol-simbol untuk menghitung suatu

    probabilitas, yaitu:

    τ1 = Probabilitas vektor menggigit seorang manusia selama unit waktu (tiga hari).

    τ2 = Probabilitas vektor rentan yang akhirnya menjadi terinfeksi setelah

    menggigit seorang yang terinfeksi.

    τ3 = Probabilitas seorang manusia rentan yang digigit oleh vektor terinfeksi dan

    akhirnya menjadi terinfeksi.

    Dalam model gigitan vektor diasumsikan bahwa seekor vektor dari

    sekumpulan A0 vektor akan menggigit seorang manusia dengan probabilitas

    sebesar τ1. Misalkan τ1= 0.2, artinya dalam 10 kali pertemuan vektor dengan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 52

    manusia, kemungkinan vektor akan menggigit sebanyak 2 kali. Dari persamaan

    (3.2), diasumsikan bahwa banyaknya manusia yang mungkin digigit seekor vektor

    bergantung pada banyaknya manusia yang rentan dan terinfeksi sehingga dapat

    ditulis persamaan sebagai berikut:

    )( )( )( )( tHtHtHtH ras (3.3)

    Diasumsikan juga bahwa proporsi vektor yang akan menggigit adalah w

    yang nilainya di antara 0 dan 1. Vektor menggigit manusia tiga hari sekali dengan

    probabilitas sebesar τ1. Banyaknya manusia yang terinfeksi didekati oleh

    banyaknya vektor yang menginfeksi manusia. Banyaknya manusia terinfeksi yang

    mendapat pengobatan maka sistem kekebalan tubuh akan meningkat sehingga

    manusia menjadi sembuh. Probabilitas seorang manusia sembuh yang digigit oleh

    wA0 vektor adalah:

    mengigitakan yang

    vektorbanyaknya

    mengigit tidak yang

    vektor proporsi

    digigitdapat yang

    manusia banyaknya

    infeksikan mengakibattidak

    yangktor gigitan ve proporsi

    digigitdapat yang

    manusia banyaknya

    eksidan terinfdigigit yang

    manusia banyaknya

    terinfeksidan tidak digigit yang

    manusia banyaknya

    kembali infeksi tidak ter tetapi

    digigit yang i terinfeksmanusia banyaknya

    digigitdapat yang

    manusia banyaknya

    pengobatanmendapat yang

    i terinfeksmanusia banyaknya

    sembuh yang

    manusia asprobabilit

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 53

    Atau dapat dinyatakan sebagai:

    1)()(

    1)()()(

    0

    1wAwtHtH

    wtHtHtH

    r

    r

    r

    1)()(

    )()(

    0

    w

    wAtHtH

    tHtH

    r

    r

    (3.4)

    Dari persamaan (3.4) populasi vektor samaran dapat didekati oleh banyaknya

    vektor menggigit yang mengakibatkan terinfeksi yaitu:

    w

    wAA

    1

    0 (3.5)

    Banyaknya vektor yang menggigit seorang manusia terinfeksi didekati oleh

    banyaknya manusia yang terinfeksi. Probabilitas bahwa vektor menggigit seorang

    manusia yang terinfeksi yaitu:

    infeksikan mengakibat yang

    menggigit vektor banyaknya

    terinfeksidan tidak digigit

    yang manusia banyaknya

    penyakit i terinfeks

    manusia banyaknya

    digigitdapat yang

    manusia banyaknya

    penyakit terinfeksi

    manusia banyaknya

    terinfeksidan tidak i terinfeksmanusia

    menggigit yang vektor banyaknya

    i terinfeksmanusia seorang

    menggigit yang vektor banyaknya

    i terinfeksyang manusia seorang

    menggigit vektor asprobabilit

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 54

    )()(

    )(

    AtHtH

    tH

    r

    a

    (3.6)

    Banyaknya vektor yang menggigit seorang manusia rentan didekati oleh

    banyaknya manusia yang rentan. Probabilitas vektor menggigit seorang manusia

    yang rentan yaitu:

    rentandan tidak rentan manusia

    menggigit yang vektor banyaknya

    rentan manusia seorang

    menggigit yang vektor banyaknya

    rentan yang manusia seorang

    menggigit vektor asprobabilit

    AtHtH

    tH

    r

    s

    ))()((

    )(

    digigitdapat yang

    manusia banyaknya

    rentan yang

    manusia banyaknya

    ))()((

    )()()(

    AtHtH

    tHtHtH

    r

    ra

    (3.7)

    D. DINAMIKA POPULASI VEKTOR

    Dinamika populasi vektor merupakan ilmu yang mempelajari tingkat

    pertumbuhan dan penurunan atau perubahan banyaknya vektor dalam populasi.

    Dalam model penyebaran penyakit tidur pada vektor diasumsikan:

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 55

    1. Banyaknya vektor konstan

    2. Vektor hanya menggigit manusia

    3. Vektor menggigit manusia rata-rata 3 hari sekali

    4. Vektor rentan terhadap penyakit

    5. Vektor mempunyai masa inkubasi 25 hari

    Untuk memahami dinamika populasi vektor, didefinisikan:

    Vs(t) = banyaknya vektor yang rentan ( dapat terinfeksi penyakit )

    Vi(t) = banyaknya vektor pada masa inkubasi

    Va(t) = banyaknya vektor yang terinfeksi aktif

    Model penyebaran penyakit tidur pada vektor secara umum diasumsikan

    memiliki mekanisme migrasi yang sederhana, yaitu selama interval waktu dt,

    pertumbuhan alami dari banyaknya vektor rentan disebabkan oleh migrasi.

    Migrasi hanya terjadi pada kelompok vektor yang rentan. Banyaknya vektor yang

    mengalami migrasi dipengaruhi oleh nilai Vc, yakni nilai kritis dari total populasi

    vektor. Bila total populasi vektor tersebut di bawah dari nilai kritis maka akan

    mengalami imigrasi dan bila di atas dari nilai kritis maka akan mengalami

    emigrasi. Banyaknya vektor yang mengalami migrasi menjadi vektor rentan dapat

    diukur dari besarnya arus migrasi dikalikan dengan selisih nilai kritis dari total

    populasi vektor dengan total populasi vektor, atau dapat dinyatakan sebagai

    berikut:

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 56

    vektor

    populasi total

    vektorpopulasi

    totaldari kritis nilai

    migrasi arus

    besarnya

    rentan vektor menjadi

    migrasi mengalami yang

    vektor banyaknya

    ))(( tVVk c (3.8)

    Vektor pada masa inkubasi saat pertama kali menggigit manusia yang

    terinfeksi, vektor itu menjadi terinfeksi. Banyaknya vektor pada kelompok masa

    inkubasi dimisalkan V(t)b dengan b laju kelahiran vektor, vektor yang berisiko

    terinfeksi juga sebanyak V(t)b.

    Perubahan banyaknya vektor pada suatu kelompok adalah banyaknya

    vektor yang masuk dalam kelompok tersebut dikurangi dengan banyaknya vektor

    yang keluar dari kelompok tersebut. Persamaan perubahan untuk banyaknya

    vektor pada masa inkubasi selama waktu t adalah

    kematian mengalami

    inkubasi masa pada

    vektorbanyaknya

    rentan menjadi

    inkubasi masa pada

    vektorbanyaknya

    i terinfeksmenjadi

    inkubasi masa pada

    vektorbanyaknya

    inkubasi masamasuk

    vektorbanyaknya

    inkubasi masa darikeluar

    vektorbanyaknya

    inkubasi masamasuk

    vektorbanyaknya)(

    t

    tVi

    mtVbtVqtVbtV iii )()()()(

    ))(()()( mqtVbtVtV ii (3.9)

    btVtV i )()( merupakan perubahan banyaknya vektor terinfeksi dan rentan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 57

    inkubasi masamasuk

    vektorbanyaknya

    i terinfeksyang manusia

    menggigit vektor asprobabilit

    i terinfeksmenjadi

    rentan vektor asprobabilit

    btVArHtH

    tH

    r

    a )()()(

    )( 2

    (3.10)

    Dengan demikian,

    )()(

    )()()( )(

    )()(

    )()()()(

    2

    2

    AtHtH

    tHbtVbtVbtV

    AtHtH

    tHbtVbtVtV

    r

    a

    i

    r

    a

    i

    AtHtH

    tHbtV

    r

    a

    )()(

    )(1)( 2

    (3.11)

    Pada saat 0t , laju perubahan banyaknya vektor pada masa inkubasi adalah

    dt

    dV

    t

    tV iit

    )(lim

    0

    = )()())()((

    )()( 2 mqtVAtHtH

    tHbtVi

    r

    a

    (3.12)

    Berdasarkan asumsi pada model ini, perubahan banyaknya vektor yang

    terinfeksi hanya melewati tahap terinfeksi dan kematian. Persamaan perubahan

    untuk banyaknya vektor yang terinfeksi adalah sebagai berikut:

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 58

    mtVqtV

    t

    tV

    ai

    a

    )()(

    kematian mengalami yang

    rinfeksi vektor tebanyaknya

    i terinfeks tahapke

    masuk inkubasi masa pada

    vektorbanyaknyaperubahan

    i terinfeks tahapdarikeluar

    vektorbanyaknya

    i terinfeks tahapkemasuk

    vektorbanyaknya)(

    mtVqtVtVtV aas )()()()( (3.13)

    Pada saat 0t , laju perubahan banyaknya vektor yang terinfeksi adalah

    dt

    tdV

    t

    tV aat

    )()(lim

    0

    mtVqtVtVtV aas )()()()( (3.14)

    Persamaan perubahan untuk banyaknya vektor rentan adalah

    kematian mengalami yang

    rentan vektor banyaknya

    rentan vektor menjadi

    migrasi mengalami yang

    vektor banyaknya

    rentan tahapkemasuk

    inkubasi masa pada

    vektor banyaknya

    rentan tahapkekeluar

    vektor banyaknya

    rentan tahapkemasuk

    vektor banyaknya)(

    t

    tVs

    mtVtVVkbtV sci )())(()( (3.15)

    Dari persamaan (3.12) diperoleh:

    )())((

    )()(

    )()()(

    )( 2 mtVtVVkAtHtH

    tHbtVbtV

    t

    tVsc

    r

    as

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 59

    = mtVtVVkAtHtH

    tHbtV sc

    r

    a )())(()()(

    )(1)( 2

    (3.16)

    Pada saat 0t , laju perubahan banyaknya vektor rentan adalah

    )()(

    lim0 dt

    tdV

    t

    tV sst

    )())(()()(

    )(1)( 2 mtVtVVk

    AtHtH

    tHbtV sc

    r

    a

    (3.17)

    Bila faktor migrasi diabaikan maka persamaan (3.17) akan menjadi:

    mtVAtHtH

    tHbtV

    dt

    tdVs

    r

    as )()()(

    )(1)(

    )( 2

    (3.18)

    Dari persamaan (3.12), (3.14), dan (3.18) membentuk sistem persamaan

    diferensial, yaitu:

    )())()((

    )(1)(

    )(

    )()()()()(

    )()())()((

    )()()(

    2

    2

    mtVAtHtH

    tHbtV

    dt

    tdV

    mtVqtVtVtVdt

    tdV

    mqtVAtHtH

    tHbtV

    dt

    tdV

    s

    r

    as

    aas

    a

    i

    r

    ai

    Untuk mendapatkan gambaran pemodelan penyebaran penyakit tidur pada

    vektor ini, diberikan suatu contoh ilustrasi dari bentuk sistem persamaan

    diferensial biasa di atas. Dengan penghitungan yang diilustrasikan terhadap total

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 60

    banyaknya manusia diasumsikan konstan sejumlah 300 manusia. Banyaknya

    manusia rentan, terinfeksi penyakit, dan sembuh masing-masing adalah 100

    manusia, serta nilai-nilai parameter model yang digunakan dirangkum dalam

    Tabel 3.1 (Shier, 1999).

    Tabel 3.1 Nilai Parameter untuk Ilustrasi

    Parameter Deskripsi Nilai

    H total banyaknya manusia 300

    Hs banyaknya manusia rentan 100

    Ha banyaknya manusia terinfeksi penyakit 100

    Hr banyaknya manusia sembuh 100

    τ1 probabilitas vektor menggigit seorang manusia 0.1

    τ2 probabilitas vektor rentan menjadi terinfeksi 0.1

    τ3 probabilitas seorang manusia rentan digigit

    oleh vektor terinfeksi

    0.1

    q laju perubahan vektor pada masa inkubasi

    masuk ke tahap terinfeksi

    0.12 per

    hari

    r1 laju perubahan manusia terinfeksi masuk ke

    tahap sembuh

    0.0075

    per hari

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 61

    r2 Laju perubahan manusia sembuh masuk ke

    tahap rentan

    0.0075

    per hari

    b

    laju kelahiran vektor

    1/15 per

    hari

    m

    laju kematian vektor

    1/15 per

    hari

    A0 sekumpulan vektor 100

    w proporsi gigitan vektor yang menyebabkan

    infeksi

    0.5

    Dari menggunakan nilai-nilai parameter tersebut didapat sistem persamaan

    diferensial dengan unit waktu 3 hari, sebagai berikut:

    sai

    i VVVdt

    dV001.0001.062.0.0

    (3.19)

    022.004.0 aia VV

    dt

    dV

    (3.20)

    sai

    s VVVdt

    dV001.0022.0022.0

    (3.21)

    Dari persamaan di atas didapat:

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 62

    s

    a

    i

    V

    V

    V

    001.0022.0022.0

    0022.004.0

    001.0001.0062.0

    'V

    Untuk menyelesaikan system persamaan di atas, misalkan:

    s

    a

    i

    V

    V

    V

    VA ,

    001.0022.0022.0

    0022.004.0

    001.0001.0062.0

    Sehingga, sistem di atas dapat ditulis sebagai AVV ' . Penyelesaian dari sistem

    tersebut diperoleh dengan mencari nilai eigen dan vektor eigen dari A. Misalkan

    B adalah vektor eigen dan λ adalah nilai eigen dari A, maka penyelesaian sistem

    persamaan diferensial tersebut adalah V = Bert

    .

    Nilai eigen dan vektor eigen dari A diperoleh melalui (A-λI)B = 0, yaitu:

    0

    0

    0

    001.0022.0022.0

    0022.004.0

    001.0001.0062.0

    3

    2

    1

    b

    b

    b

    (3.22)

    Nilai eigen merupakan penyelesaian dari det(A-λI)=0, yaitu

    0

    001.0022.0022.0

    0022.004.0

    001.0001.0062.0

    Dengan menggunakan perintah MATLAB diperoleh tiga nilai eigen, yaitu

    λ1 = -0.063, λ2 = -0.022, dan λ3 = 0

    i. Vektor eigen untuk λ1 = -0.187

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 63

    Dari persamaan (3.22), dengan mensubtitusikan λ1 = -0.063 diperoleh:

    0

    0

    0

    062.0022.0022.0

    004.004.0

    001.0001.0001.0

    0

    0

    0

    063.0001.0022.0022.0

    0063.0022.004.0

    001.0001.0063.0062.0

    0-

    3

    2

    1

    3

    2

    1

    b

    b

    b

    b

    b

    b

    BIA

    Penyelesaian sistem di atas diperoleh dengan operasi baris elementer, terhadap

    matriks koefisien, sehingga didapat:

    000

    100

    011

    062.0022.0022.0

    004.004.0

    001.0001.0001.0

    Dengan demikian,

    0

    0

    0

    000

    100

    011

    atau

    000

    100

    011

    3

    2

    1

    b

    b

    b

    0B

    Dari penyelesaian di atas, diperoleh persamaan:

    0

    0

    3

    2121

    b

    bbbb

    Misal cb 2 maka cb 1 , sehingga diperoleh vektor eigen dengan nilai eigen λ1

    = -0.187 adalah:

    0

    1

    1

    0

    3

    2

    1

    (1) cc

    c

    b

    b

    b

    B

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 64

    ii. Vektor eigen untuk λ2 = -0.022

    Dari persamaan (3.22), dengan mensubtitusikan λ2 = -0.022 diperoleh:

    0

    0

    0

    022.0022.0022.0

    0004.0

    001.0001.004.0

    0

    0

    0

    022.0001.0022.0022.0

    0022.0022.004.0

    001.0001.0022.0062.0

    0-

    3

    2

    1

    3

    2

    1

    b

    b

    b

    b

    b

    b

    BIA

    Penyelesaian sistem di atas diperoleh dengan operasi baris elementer, terhadap

    matriks koefisien, sehingga didapat:

    Dengan demikian,

    0

    0

    0

    000

    110

    001

    atau

    000

    110

    001

    3

    2

    1

    b

    b

    b

    0B

    Dari penyelesaian di atas, diperoleh persamaan:

    3232

    1

    0

    0

    bbbb

    b

    Misal cb 3 maka cb 2 , sehingga diperoleh vektor eigen dengan nilai eigen λ2

    = -0.067 adalah: