Lp Gigitan Hewan Cikalin

50
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA KLIEN DENGAN GIGITAN HEWAN Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat Disusun oleh: 1. Kartika Nuraini P07120111020 2. Tia Marina P07120111036 KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA

description

LP gigitan hewan cikalin

Transcript of Lp Gigitan Hewan Cikalin

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA KLIEN DENGAN GIGITAN HEWANDisusun untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat

Disusun oleh:

1. Kartika Nuraini

P07120111020

2. Tia Marina

P07120111036KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA

JURUSAN KEPERAWATAN

2014BAB I

KONSEP PENYAKIT

A. Pendahuluan

Kehidupan manusia tidak terlepas dengan lingkungan, di antaranya dengan hewan. Selain segi yang menguntungkan jelas terdapat juga segi yang merugikan. Segi negatif inilah yang penyusun kemukakan. Tidak saja berupa gigitan tetapi terdapat pula yang lainnya, sesuai dengan jenis hewan (Krisanty, dkk, 2009). Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh dengan berbagai cara yang menghambat respons pada sistem biologis dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan, penyakit, bahkan kematian.

Keracunan sering dihubungkan dengan pangan atau bahan kimia. Pada kenyataannya bukan hanya pangan atau bahan kimia saja yang dapat menyebabkan keracunan. Di sekeliling kita ada racun alam yang terdapat pada beberapa tumbuhan dan hewan.

Gigitan binatang termasuk dalam kategori racun yang masuk kedalam tubuh melalui suntikan. Beberapa cara yang diterima manusia dari hewan menurut Krisanty, dkk (2009):

1. Gigitan : anjing, ular, ikan

2. Sengatan : semut, tawaon, kalajengking.

3. Kontak pasif : ulat bulu

4. Semprotan.

Gigitan binatang atau sengatan serangga dapat menyebabkan nyeri yang hebat dan/ atau pembengkakan. Gigitan dan sengatan berbagai binatang walaupun tidak selalu membahayakan jiwa dapat menimbulkan rx alergi yang hebat dan bahkan kadang-kadang dapat berakibat fatal.

Kesadaran akan penyebab dari gigitan ini dapat mengurangi atau mencegah timbulnya korban. Tindakan pertolongan pertama dapat mengurangi parahnya cedera akibat gigitan dan menjaga penderita dari sakit yang parah.B. Ular 1. Pengertian

Gigitan ular merupakan suatu keadaan gawat darurat yang apabila tidak segera ditangani dapat menyebabkan kematian. Korban gigitan ular adalah pasien yang digigit ular atau diduga digigit ular. Bisa adalah suatu zat atau substansi yang berfungsi untuk melumpuhkan mangsa dan sekaligus juga berperan pada sistem pertahanan diri. Bisa tersebut merupakan ludah yang termodifikasi, yang dihasilkan oleh kelenjar khusus. Kelenjar yang mengeluarkan bisa merupakan suatu modifikasi kelenjar ludah parotid yang terletak di setiap bagian bawah sisi kepala di belakang mata. Bisa ular tidak hanya terdiri atas satu substansi tunggal, tetapi merupakan campuran kompleks, terutama protein, yang memiliki aktivitas enzimatik (Krisanty, dkk, 2009).2. Etiologi

Ada tiga famili ular berbisa, yaitu Elapidae, Hydropidae, dan Viperidae.3. Patofisiologi

Bisa ular mengandung toksin dan enzim yang berasal dari air liur. Menurut Krisanty, dkk, (2009) bisa tersebut bersifat :a. Neurotoksin: berakibat pada saraf perifer atau sentral. Berakibat fatal karena paralise otot-otot lurik. Manifestasi klinis: kelumpuhan otot pernafasan, kardiovaskuler yang terganggu, derajat kesadaran menurun sampai dengan koma.

b. Haemotoksin: bersifat hemolitik dengan zat antara fosfolipase dan enzim lainnya atau menyebabkan koagulasi dengan mengaktifkan protrombin. Perdarahan itu sendiri sebagai akibat lisisnya sel darah merah karena toksin. Manifestasi klinis: luka bekas gigitan yang terus berdarah, haematom pada tiap suntikan IM, hematuria, hemoptisis, hematemesis, gagal ginjal.

c. Myotoksin: mengakibatkan rhabdomiolisis yang sering berhubungan dengan mhaemotoksin. Myoglobulinuria yang menyebabkan kerusakan ginjal dan hiperkalemia akibat kerusakan sel-sel otot.

d. Kardiotoksin: merusak serat-serat otot jantung yang menimbulkan kerusakan otot jantung.

e. Cytotoksin: dengan melepaskan histamin dan zat vasoaktifamin lainnya berakibat terganggunya kardiovaskuler.

f. Cytolitik: zat ini yang aktif menyebabkan peradangan dan nekrose di jaringan pada tempat patukan

g. Enzim-enzim: termasuk hyaluronidase sebagai zat aktif pada penyebaran bisa.

4. Manifestasi Klinis

Bila tergigit ular yang berbisa tinggi efeknya berbeda beda sesuai jenis racun yang terkandung di dalam bisa ular, efek gigitan pada umumnya :

a. Pembengkakan pada luka, diikuti perubahan warna

b. Rasa sakit di seluruh persendian tubuh

c. Mulut terasa kering

d. Pusing, mata berkunang kunang

e. Demam, menggigil

f. Efek lanjutan akan muntah, lambung dan liver (hati) terasa sakit, pinggang terasa pegal, akibat dari usaha ginjal membersihkan darah

g. Reaksi emosi yang kuaat

h. Penglihatan kembar/kabur, mengantuk

i. Pingsan

j. Mual dan atau muntah dan diare

k. Rasa sakit atau berat didada dan perut

l. Tanda-tanda tusukan gigi, gigitan biasanya pada tungkai/kaki

m. Sukar bernafas dan berkeringat banyak

n. Kesulitan menelan serta kaku di daerah leher dan geraham.5. Komplikasi

a. Sindrom kompartemen adalah komplikasi tersering dari gigitan ular. b. Komplikasi luka lokal dapat meliputi infeksi dan hilangnya kulit.

c. Komplikasi kardiovaskuler, komplikasi hematologis, dan kolaps paru dapat terjadi.

d. Jarang terjadi kematian. Anak-anak mempunyai resiko lebih tinggi untuk terjadinya kematian atau komplikasi serius karena ukuran tubuh mereka yang lebih kecil. e. Reaksi hipersensitivitas tipe cepat (anafilaksis, tipe I) dan tipe lambat (serum sickness, tipe III).

6. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium dasar, pemeriksaan kimia darah, hitung sel darah lengkap, penentuan golongan darah dan uji silang, hitung trombosit, urinalisasi,dan penentuan gula darah, BUN dan elektrolit

7. Penatalaksanaan MedisMenurut Krisanty, dkk, (2009) penatalaksanaan tergantung derajat keparahan envenomasi. Prinsip-prinsip penatalaksanaan gigitan ular adalah menghalangi penyerapan dan penyebaran bisa, menetralkan bisa dan mengobati komplikasi. a. Langkah berjaga-jaga:1) Penolong tidak boleh panik dan berusaha menenangkan korban. Lakukan tindakan dengan cepat.

2) Prinsip penanganan gawat darurat: DR ABC (danger-response-airway-breathing-circulation)

a) Danger: posisi penolong dan korban tidak dalam bahaya. Jauhkan ular

b) Response: ajak bicara koran untuk mengetahui kesadarannya.c) Panggil bantuan (UGD).

d) Airway: jalur pernafasan tidak terganggu

e) Breathing: korban bernapas normal atau tidak

f) Circulation: memastikan sirkulasi darah lancar dengan memastikan ada tidaknya denyut jantung (melalui arteri carotis) Jika tidak, lakukan RJP

3) Apabila seseorang terkena gigitan ular, usahakan unutk mengetahui apakah ular yang menggigit termasuk ular yang berbisa atau bukan.a) Jika bisa mengenali, tindakan sesuai dengan karakter efek bisanya terhadap manusia

b) Jika luka gigitan terdapat dua titik yang nyata, berarti berbisa tinggi.c) Jika luka gigitan membentuk huruf U dengan jumlah luka banyak berarti tidak berbisa.

d) Jika tidak dapat mengenali jenis ular, anggap bahwa itu ular yang berbisa tinggi dan mematikan. Jika anda memiliki telpon selular yang ada kameranya mungkin anda bisa memotretnya. Hafalkan ciriciri ular tersebut (warna, bentuk tubuh, bentuk kepala, gerakgerik, dan perilaku khususnya).

4) Jika tergigit ular berbisa sekali usahakan jangan bergerak terlalu banyak. Semakin banyak bergerak, semakin cepat bisa menyebar.5) Tenangkan korban sehingga tidak melakukan aktivitas yg dapat mempercepat kerja jantung. Bisa ular menyebar seiring detak jantung.6) Imobilisasi luka gigitan dan lakukan pembalutan elastis. Pembalutan dimulai diatas gigitan, jangan tutupi luka gigitan agar mudah dilakukan insisi nantinya jika diperlukan. Jangan buka balutan hingga sampai di RS. Imobilisasi dilakukan dengan bidai agar korban tidak mudah bergerakIkatlah bagian badan tepat di atas luka gigitan dengan sehelai kain. Jangan mengikat terlalu kencang. 7) Bila jauh dari dokter, lakukan sayatan pada luka gigitan baru dengan pisau yang telah bebas kuman, kemudian hisap dan ludahkan secepatnya, lakukan beberapa kali. 8) Jika kurang dari 15 mnt, dpt dilakukan penghisapan bisa pada bekas gigitan dengan mggunakan alat (sawyer extractor). Alat ini dapat mengurangi racun bisa, ttp mningkatkan kerusakan jaringan.

b. Hal yang tidak dianjurkan :

1) Penggunaan torniket2) Penghisapan dengan mulut penolong karena beresiko pada si penolong.3) Pemberian antihistamin dan kortikosteroid, shock electric4) Memperluas luka diatas luka gigitan ular untuk mengeluarkan bisa5) Menggerakkan luka6) Pemberian makanan, cairan, alkohol pada pasienc. Pertolongan selanjutnya :

1) Penting menentukan diagnosa patukan ular berbisa.

2) Bila ragu observasi 24 jam. Kalau gejala keracunana bisa nyata perlu pemberian anti bisa.3) Awasi kardiovaskuler, pernafasan dan status neurologikus dengan ketat. Apabila terjadi penurunan, anti bisa diberikan lagi atau sesuai dengan simptom.4) Pasang 2 jalur IV. Satu untuk infus, dan yang lain untuk disiapkan untuk keadaan gawat darurat.

5) Pemeriksaan lab seperti darah perifer lengkap, PT, APTT, fibrinogen, elektrolit, urinalisis dan kadar ureum serta kreatinin darah.6) Pemberian suntikan toksoid tetanus7) Pemberian suntikan antibiotik8) Pemberian serum anti bisa ular (SABU)/ Serum Anti Venom (SAV). Pada pasien dengan gigitan bisa yang berat, pemberian antibisa secara perlahan-lahan setelah profilaksis dengan antihistamin dan steroid dapat dilakukan secara sangat berhati-hati. Jika terjadi anafilaksis, atasi dengan segera.

9) Penggunaan adrenalin, steroid dan antihistamin dapat mengurangi reaksi hipersensitifitas tipe III yang terjadi akibat anti bisa.

C. Serangga 1. PengertianInsect Bite atau gigitan serangga adalah kelainan akibat gigitan atau tusukan serangga yang disebabkan reaksi terhadap toksin atau alergen yang dikeluarkan artropoda penyerang. Kebanyakan gigitan dan sengatan digunakan untuk pertahanan. Gigitan serangga biasanya untuk melindungi sarang mereka. Sebuah gigitan atau sengatan dapat menyuntikkan bisa (racun) yang tersusun dari protein dan substansi lain yang mungkin memicu reaksi alergi kepada penderita. Gigitan serangga juga mengakibatkan kemerahan dan bengkak di lokasi yang tersengat.2. Epidemiologi

Gigitan dan sengatan serangga mempunyai prevalensi yang sama di seluruh dunia. Dapat terjadi pada iklim tertentu dan hal ini juga merupakan fenomena musiman, meskipun tidak menutup kemungkinan kejadian ini dapat terjadi disekitar kita. Prevalensinya sama antara pria dan wanita. Bayi dan anak-anak labih rentan terkena gigitan serangga dibanding orang dewasa. Salah satu faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit ini yaitu terjadi pada tempat-tempat yang banyak serangga, seperti di perkebunan, persawahan, dan lain-lain.3. Etiologi (Macam-macam Serangga yang Menyengat)Semut, tawon, laba-laba, kalajengking. Letak sengat di segmen terakhir di bagian perut. Sifat bisanya adalah sebagai berikut :a. Warna jernih seperti air.

b. Larut dalam air dan asam.

c. Tidak dapat larut dalam alkohol.

d. Rasa tajam.

e. Neurotoksik, perdarahan dan hemolitik.

f. Mengandung unsur-unsur hiphoridae, fosfolise A dan histamin.4. Sengatan tawon

Pada orang tidak sensitif hanya mengeluh sakit setempat, bengkak, kemerahan.

a. Berat reaksiReaksi normal dari sengatan adalah nyeri yang mengejutkan, tetapi biasanya tidak serius. Ini bisa berlangsung beberapa jam dan ditandai dengan nyeri menusuk, merah, pembengkakan ringan. Kadang nyeri dan bengkak bisa berlangsung beberapa hari akan tetapi ini bukan reaksi alergi, karena gejalanya tetap terlokalisasi (Purwoko, 2007). 1) Reaksi ringan: kulit yang agak merah, bengkak yang menonjol, bintik merah yang gatal, malaise, gelisah.

2) Reaksi sedang: edema anasarka, sesak nafas, wheezing, nyeri perut, mual dan muntah.

3) Reaksi berat: reaksi sedang diikuti sesak hebat, disfagia, suara serak, pelo, tidak sadar.

4) Reaksi syok: salah satu gejala di tas diikuti dengan sianosis, tekanan darah menurun, tidak sadar.

b. Pertolongan yang dapat Dilakukan (Purwoko, 2007)1) Periksa adanya sengat di area bekas sengatan. Hanya lebah madu yang meninggalkan sengat dan memiliki kantung bisa sehingga sengat ini terus menyuntikkan bisa selama 2 atau 3 menit jika ia tertinggal di kulit. Kerik sengat dengan kuku jari, pisau dapur, atau benda sejenis agar terlepas. 2) Oleskan pasta yang terbuat dari soda kue dengan air untuk mengurangi nyeri sengatan. Soda kue menetralkan bisa yang bersifat asam. Jika serangga penyengatnya adalah jenis lebah tawon, berikan cuka atau air jeruk sitrun untuk menetralkan sifat basa. Kemudian, oleskan cairan calamine untuk membantu mengendalikan rasa gatal. 3) Kompres es atau kemasan dingin yang dibungkus kain basah selama 15-20 menit untuk memperlambat penyerapan bisa dan meredakan nyeri.5. Gigitan : kutu busuk, lalat, nyamuk

a. Manifestasi Klinis

Reaksi berupa kemerahan, edema, rasa gatal. Pada reaksi hebat berupa edema yang menyeluruh. Tidak disebabkan bisa, tetapi saliva yang mengandung hyaluronidase dan histamin.

b. Pertolongan yang dapat Dilakukan (Purwoko, 2007)1) Gunakan penjepit bukan ujung jari, untuk menjepit kutu di dekat kulit. Tariklah dengan perlahan dan sampai kutunya lepas.

2) Cucilah area gigitan dengan sabun dan air.

3) Oles area gigitan dengan kapas yang sudah dibasahi dengan alkohol. 4) Oleskan cairan cairan calamine untuk mengurangi gatal.

5) Amati adanya bentuk seperti donat atau ruam jenis lain atau tanda infeksi pada area gigitan selama beberapa minggu. Observasi juga adanya flu, demam, nyeri otot, nyeri sendi, atau kepekaan terhadap cahaya terang.

c. Terapi:

1) Antihistamin

2) Analgesik lokal

3) Krem antihistamin.6. Gesekan atau sentuhan: ulat-ulatUlat bulunya bersifat alergen sekaligus terdapat bisa dan kadang-kadang disebarkan tertiup angin. a. Manifestasi klinik

Berupa gatal dan kemerahan. Yang berat berupa syok sebagai reaksi.

b. Terapi

Antihistamin lokal dan parenteral.7. Manifestasi KlinisUrtikaria eksterna, reaksi alergi kronis yang muncul hebat dengan reaksi anafilaksis dan didahului oleh reaksi setempat berupa kemerahan, bengkak, rasa terbakar kemudian mual, muntah dan kesadaran menurun.Reaksi hebat yang terjadi bukan karena bisanya, tetapi reaksi sensitivitas terhadap protein asing. Terapi yang dianjurkan:

a. Berantas anafilaksis dengan epineprin secara intramuskular (IM) atau subkutan (SC).

b. Lanjutkan dengan simpatomatik.

c. Infus.

d. Antihistamin dan kortikosteroid.

e. Selanjutnya imunisasi dengan antigen.8. Pemeriksaan penunjanga. Histopatologis pada fase akut didapatkan adanya edema antara sel-sel epidermis, spongiosis, parakeratosis serta sebukan sel polimorfonuklear.

b. Infiltrat dapat berupa eosinofil, neutrofil, limfosit dan histiosit. Pada dermis ditemukan pelebaran ujung pembuluh darah dan sebukan sel radang akut. c. Pemeriksaan laboratorium dimana terjadi peningkatan jumlah eosinofil dalam pemeriksaan darah. d. Tes tusuk dengan alergen tersangka.

D. Gigitan Anjing dan Kucing

1. Pengertian

Kasus gigitan anjing merupakan kasus tertinggi yang paling sering terjadi. Di mana anjing merupakan salah satu penyebab atau vektor dari penyakit rabies. Rabies atau dikenal juga dengan istilah penyakit anjing gila adalah penyakit infeksi yang bersifat akut pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies. Rabies adalah penyakit infeksi akut susunan saraf pusat pada manusia dan mamalia yang berakibat fatal.Luka akibat digigit kucing bisa mengakibatkan infeksi, karena air liur kucing terutama kucing liar banyak terdapat bakteri penyakit yg berbahaya. Jika bakteri penyakit ini masuk melalu jalan darah akibat bekas gigitan, maka bisa jadi dapat mengalami infeksi. Penyakit yang ditimbulkan biasanya bisa tetanus serta rabies.2. Etiologi

Penyakit ini disebabkan oleh virus rabies yang termasuk genus Lyssa-virus, famih Rhabdoviridae dan menginfeksi manusia melalui secret yang terinfeksi pada gigitan binatang atau ditularkan melalui gigitan hewan penular rabies terutama anjing, kucing, dan kera. Nama lainnya ialah hydrophobia la rage (Prancis), la rabbia (Italia), la rabia (spanyol), die tollwut (Jerman), atau di Indonesia dikenal sebagai penyakit anjing gila. Virus ini ditularkan ke hewan lain atau ke manusia terutama melalui:

a. Luka gigitanb. Jilatan pada luka/kulit yang tidak utuhc. Jilatan pada selaput mukosa yang utuhd. Menghirup udara yang tercemar virus rabies (sangat jarang)3. Masa InkubasiMasa inkubasi adalah waktu antara penggigitan sampai timbulnya gejala penyakit. Masa inkubasi penyakit rabies pada anjing dan kucing kurang lebih 2 minggu (10 hari 14 hari). Pada manusia 2-3 minggu dan paling lama 1 tahun. Masa inkubasi rabies 95% antara 3-4 bulan, masa inkubasi bias bervariasi antara 7 hari 7 tahun, hanya 1% kasus dengan inkubasi 1-7 tahun. Karena lamanya inkubasi kadang-kadang pasien tidak dapat mengingat kapan terjadinya gigitan. Pada anak-anak masa inkubasi biasanya lebih pendek dari pada orang dewasa. Lamanya inkubasi dipengaruhi oleh dalam dan besarnya gigitan, lokasi gigitan (jauh dekatnya kesistem saraf pusat), derajat pathogenesis virus dan persarafan daerah luka gigitan. Luka pada kepala inkubasi 25-48 hari, dan pada ekstremitas 46-78 hari.4. Mekanisme Toksisitas

a. Virus rabies masuk melalui luka gigitan ( selama 2 minggu virus tetap tinggal pada tempat masuk dan didekatnya ( bergerak mencapai ujung-ujung serabut saraf posterior tanpa menunjukkan perubahan-perubahan fungsinya.

b. Masa inkubasi bervariasi yaitu berkisar antara 2 minggu sampai 2 tahun, tetapi pada umumnya 3-8 minggu, berhubungan dengan jarak yang harus ditempuh oleh virus sebelum mencapai otak.

c. Sesampainya di otak virus ( memperbanyak diri ( menyebar luas dalam semua bagian neuron ( virus kemudian kearah perifer dalam serabut saraf eferen dan pada saraf volunter maupun saraf otonom.

d. Virus menyerang hampir tiap organ dan jaringan di dalam tubuh, dan berkembang biak dalam jaringan-jaringannya, seperti kelenjar ludah, ginjal, dan sebagainya.5. PatofisiologiVirus rabies yang terdapat pada air liur hewan yang terinfeksi, menularkan kepada hewan lainnya atau manusia melalui gigitan atau melalui jilatan pada kulit yang tidak utuh . Virus akan masuk melalui saraf-saraf menuju ke medulla spinalis dan otak, yang merupakan tempat mereka berkembangbiak dengan kecepatan 3mm / jam. Selanjutnya virus akan berpindah lagi melalui saraf ke kelenjar liur dan masuk ke dalam air liur.Pada 20% penderita, rabies dimulai dengan kelumpuhan pada tungkai bawah yang menjalar ke seluruh tubuh. Tetapi penyakit ini biasanya dimulai dengan periode yang pendek dari depresi mental, keresahan, tidak enak badan dan demam. Keresahan akan meningkat menjadi kegembiraan yang tak terkendali dan penderita akan mengeluarkan air liur.Kejang otot tenggorokan dan pita suara bisa menyebabkan rasa sakit yang luar biasa.

Kejang ini terjadi akibat adanya gangguan daerah otak yang mengatur proses menelan dan pernafasan. Angin sepoi-sepoi dan mencoba untuk minum air bisa menyebabkan kekejangan ini. Oleh karena itu penderita rabies tidak dapat minum, gejala ini disebut hidrofobia (takut air). Lama-kelamaan akan terjadi kelumpuhan pada seluruh tubuh, termasuk pada otot-otot pernafasan sehingga menyebabkan depresi pernafasan yang dapat mengakibatkan kematian.6. Manifestasi Klinisa. Stadium Prodromal

Pada stadium ini gejalanya tidak spesifik, nyeri kepala, demam yang kemudian diikuti dengan anoreksia, mual muntah, malaise, kulit hipersensitif, serak dan pembesaran kelenjar limfe regionalb. Masa perangsangan (Akut)

Stadium ini ditandai adanya kecemasan, berkeringat, gelisah oleh suara atau cahaya terang, salvias, insomnia, nervouseness, spasme otot kerongkongan, tercekik, sukar menelan cairan atau ludah, hidrofobia, kejang-kejang, kakuc. Masa kelumpuhan

Terjadi akibat kerusakan sel saraf, penderita menjadi kebingungan, sering kejang-kejang, inkontinensiaurin, stupor, koma, kelumpuhan otot-otot dan kematian.7. KomplikasiBerbagai komplikasi biasanya timbul pada fase koma. Table Komplikasi Pada Rabies dan Cara PenangananJenisKomlikasiPenanganannya

NeurologiHiperaktifFenotiazin, benzodiazepine

HidrofobiaTidak diberi apa-apa lewat mulut

Kejang fokalKarbamazepine, fenitoin

Gejala neurologi localTak perlu tindak apa-apa

Edema serebriMannitol, galiserol

AerofobiaHindari stimulasi

Pituitary

SAHADBatasi cairan

Diabetes insipidusCairan, vasopressin

PulmonalHiperventilasiTidak ada

HipoksemiaOksigen, ventilator, PEEP

AtelektasisVentilator

ApneaVentilator

pneumotoraksDilakukan ekspansi paru

KardiovaskularAritmiaOksigen, obat anti aritmia

HipotensiCairan, dopamine

Gagal jantung kongestifBatasi cairan, obat-obatan

Thrombosis arteri/venaOksigen, obat anti aritmia

Obstruksi vena kava superiorCairan, dopamine

Henti jantungBatasi cairan, obat-obatan

Lain-lainAnemiaTransfuse darah

Perdarahan gastrointestinalH2 blockers, transfusi darah

HipertermiaLakukan pendinginan

HipotermiaSelimut panas

HipooalemiaPemberian cairan

Ileus paralitikCairan paranteral

Retensio urineKateterisasi

Gagal ginjal akutHemodialisa

pneumomediastinumTidak dilakukan apa-apa

8. Pemeriksaan PenunjangAda beberapa pemeriksaan pada penyakit rabies yaitu:

1. Elektroensefalogram (EEG) : dipakai untuk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang.2. Pemindaian CT : menggunakan kajian sinar X yang lebih sensitif dari biasanya untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.

3. Magneti resonance imaging (MRI) : menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapangan magnetik dan gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah daerah otak yang tidak jelas terlihat bila menggunakan pemindaian CT.4. Pemindaian positron emission tomography (PET) : untuk mengevaluasi kejang yang membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolik atau alirann darah dalam otak.

5. Uji laboratorium

a. Pungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler

b. Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit

c. Panel elektrolit

d. Skrining toksik dari serum dan urin

e. GDA

f. Glukosa Darah : Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang < 200 mq/dl

g. BUN : Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan merupakan indikasi nepro toksik akibat dari pemberian obat.

h. Elektrolit : K, Na

i. Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejang

j. Kalium ( N 3,80 5,00 meq/dl )

k. Natrium ( N 135 )

9. Penatalaksanaana. Penangan pre hospital

Kasus gigitan hewan menular rabies harus ditangani dengan cepat dan sesegera mungkin. Usaha yang paling efektif ialah mencuci luka gigitan dengan air (sebaiknya air mengalir) dan sabun selama 10-15 menit, kemudian diberi antiseptik (alkohol 70 %, betadine, obat merah dan lain-lain).1) Untuk luka ringan yang tidak sampai berdarah dan tidak ada bahaya rabies, perlakukan sebagai luka kecil dengan cara cuci luka dengan sabun dan air. Kemudian oleskan krim antibiotik untuk mencegah infeksi dan menutup luka gigitan dengan kasa bersih.2) Untuk luka yang dalam dan menimbulkan luka tusukan atau kulit menjadi robek dan berdarah, tekan luka dengan kain bersih dan kering untuk menghentikan perdarahan, kemudian segera periksa ke dokter.3) Untuk luka infeksi dengan ciri-ciri bengkak, nyeri, kemerahan, segera cuci dengan sabun dan air mengalir selama 10-15 menit kemudian beri antiseptik dan segera bawa ke dokter.b. Penanganan UGD

1) Pemeriksaan

a) Memeriksa luka gigitan untuk mengidentifikasi cedera yang mendalam dan jaringan devitalisasi.b) Pemeriksaan yg mendalam ( diperlukan anestesi untuk memvisualisasikan dasar luka dan memeriksa luka melalui lingkup gerak sendi

2) Debridement

c) Cara yang efektif untuk mencegah infeksi.

d) Menghapus jaringan devitalisasi, partikulat, dan pembekuan yang dapat menjadi sumber infeksi.

e) Mengakibatkan bekas luka yang lebih kecil dan meningkatkan penyembuhan menjadi lebih cepat

3) Irigasi

f) 19-gauge jarum tumpul dan jarum suntik 35-mL, tekanan 7psi, volume 100-200 mL larutan irigasi per inci luka.

g) Luka gigitan terkontaminasi Berat memerlukan lebih banyak irigasi ( dilakukan di ruang operasi.

h) Larutan irigasi ( Larutan natrium klorida isotonik adalah larutan irigasi yg aman, tersedia, efektif, dan murah.i) Larutan irigasi lainnya ( campuran garam dan antibiotik memiliki keunggulan dibandingkan saline

4) Penutupan

j) Luka gigitan kucing dilakukan penutupan primer tertunda.

k) Luka pada wajah, karena mendapat supply O2 yg baik ( resiko rendah untuk infeksi, bahkan jika ditutup.

l) Luka gigitan pada tangan dan ekstremitas bawah, dengan keterlambatan dalam paparannya atau terganggu sistem kekebalannya, umumnya harus dibiarkan terbuka10. PencegahanAda dua cara pencegahan rabies yaitu:a. Penanganan LukaUntuk mencegah infeksi virus rabies pada penderita yang terpapar dengan virus rabies melalui kontak ataupun gigitan binatang pengidap atau tersangka rabies harus dilakukan perawatan luka yang adekuat dan pemberian vaksin anti rabies dan imunoglobulin. Vaksinasi rabies perlu pula dilakukan terhadap individu yang beresiko tinggi tertular rabies.

b. VaksinasiLangkah-langkah untuk mencegah rabies bisa diambil sebelum terjangkit virus atau segera setelah terjangkit. Sebagai contoh, vaksinasi bisa diberikan kapada orang-orang yang beresiko tinggi terhadap terjangkitnya virus, yaitu :

1) Dokter hewan

2) Petugas laboratorium yang menangani hewan-hewan yang terinfeksi

3) Orang-orang yang menetap atau tinggal lebih dari 30 hari di daerah yang rabies pada anjing banyak ditemukan

4) Para penjelajah gua kelelawarVaksinasi memberikan perlindungan seumur hidup. Tetapi kadar antibodi akan menurun, sehingga orang yang berisiko tinggi terhadap penyebaran selanjutnya harus mendapatkan dosis buster vaksinasi setiap 2 tahun.

11. Pemberian Vaksin dan Serum anti Rabies Macam gigitanPada waktu menggigitObservasi selama 10 hariPengobatan yang dianjurkan

Kontak tetapi tak ada luka. Kontak tak langsung. Tidak ada kontak.GilaTidak perlu diberikan pengobatan

Jilatan pada kulit luka aau garukan atau lecet,luka kecil di sekitar tangan, badan, kaki.a. Tersangka gila

b. Gila : hewan margasatwa hewan-hewan yang tak mungkin diobservasi (lari atau dibunuh).Sehat

Gila Segera diberikan bvaksin dan hentikan vaksinasi tersebut apabila ternyata masih sehat setelah 5 hari dalam observasi.

Segera diberikan vaksin dan diberikan serum apabila diagnosa laboratorium positif rabies

Segera diberikan vaksinasi dan serum

Jilatab mukosa; luka-luka yang berat (luka yang banyak dalam daerah muka, kepala, jari atau leher)Tersangka gila atau betul-betul gila hewan-hewan margasatwa, hewan-hewan yang tak dapat diobservasi (lari/mati dibunuh)Segera diberi serum dan vaksin anti rabies dan apabila 5 hari di dalam observasi hewan yang bersangkutan masih sehat maka pengobatan perlu diperhatikan.

E. Binatang-binatang LautSengatan hewan laut adalah gangguan spesifik lingkungan yang paling sering mengenai penyelam atau penggemar kelautan lainnya (Callaham, dkk, 2000). 1. Ubur-ubur

a. Manifestasi klinik

Dengan tentakel yang ditembakkan biasanya hanya menyebabkan gatal dan edema lokal, hiperemisis. Reaksi anafilaksis terjadi bila jumlah serangan banyak, berupa oksilasi tekanan darah, kegagalan pernafasan dan kardiovaskuler.

b. Prognosis

Baik, bila mas 10 menit dilewati setelah keracunan.

c. Pengobatan

1) Resusitasi

2) Torniquet artikel

3) Lokal dengan pasir panas, alkohol.

4) Obat-obat : narkotik, anestesi lokal, kortison kream.2. Gurita (Octopus)Bisa dari saluran ludah yang mengandung hyaluronidase, dengan neurotoksin yang bersifat blokade pada neuromuskuler. Zat ini sesuai dengan anticholinterase.a. Manifestasi klinik

1) Bekas gigitan tidak sakit, hanya bengkak dengan cairan sorehemorrhagis.

2) Beberapa menit kemudian muncul gejala keracunan, dengan bentuk paralisis otot-otot, termasuk otot pernafasan, kadang-kadang diikuti mual, muntah, hpotensi dan bradikardia. Gejala ini biasanya berakhir setelah beberapa jam. b. Pertolongan (Krisanty, dkk, 2009)1) Luka gigitan dicuci, sebelum dipasang torniquet arteriel.

2) Jalan nafas dipertahankan kalau perlu resusitasi.

3) Pengobatan Simptomatis.c. Penanganan menurut Auerbach (2000)

1) Keluarkan bisa

a) Jika tersedia penyedotan lokal dapat segera dilakukan tanpa insisi dengan plugger device, seperti Extractor (Sawyer Products).

b) Pasang pita pengikat vena dan pembuluh limfatik ,atau

c) Teknik imobilisasi tekanan, di mana bantalan kain ditekanan langsung di atas luka dengan menggunakan pita elastik yang menutupi hampir semua anggota gerak.2) Berikan ventilasi dini3) Berikan antibisa ular laut polyvalent dari serum kuda. 3. Ikan beracun

Tusukan dari salah satu sirip bila ereksi yang memang mengandung bisa. Bisa ini bersifat hyaluronidase yang menyebabkan jaringan nekrosis vasokonstriksi dan myotoksin.a. Manifestasi klinik

1) Rasa sakit yang hebat pada saat tertusuk. Sering menyebabkan pingsan. Penderita meninggal karena pingsan, kemudian tenggelam.2) Reaksi radang tampak bkas sengatan di anggota badan yang diserang, lemas dan di daerah regional terasa sakit.3) Sistemik berupa kegagalan kardiovaskuer akibat depresi miokardial dan hilangnya tonus pembuluh darah. Paralise umum yang kadan diikuti koma.

4) Apabila masa akut dilewati, penyembuhan lamban berupa luka yang lama sembuh akibat keadaan umum yang buruk.b. Pertolongan 1) Pasang torniquet arteriel.

2) Suntik anestesi untuk mengurangi rasa sakit.3) Daerah luka dihangati dan rendam dengan air hangat kuku atau larutan Kalium permanganas (PK). 4) Obat-obatan : narkotik, ATS, toksoid, antibiotik. 5) Debridement luka.

BAB IIPROSES KEPERAWATANA. Patukan Ular1. Pengkajian primer a. Airway

1) Jalan napas bersih2) Tidak terdengar adanya bunyi napas ronchi3) Tidak ada jejas badan daerah dadab. Breathing

1) Peningkatan frekunsi napas

2) Napas dangkal

3) Distress pernapasan

4) Kelemahan otot pernapasan

5) Kesulitan bernapas : sianosis

c. Circulation

1) Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia

2) Sakit kepala

3) Pingsan

4) Berkeringat banyak

5) Reaksi emosi yang kuat

6) Pusing, mata berkunang kunang

d. Disability

1) Dapat terjadi penurunan kesadaran

Triase : merah2. Analisa Data PrimerDataPenyebabMasalah

Peningkatan frekunsi napas

Napas dangkal

Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung, takipneu, retraksi

Menggunakan otot-otot pernapasan

Kesulitan bernapas : sianosis

Bisa ular mengandung toksin yang bersifat neurotoksin

Merangsang saraf perifer atau sentral

Menyebabkan paralise otot otot lurik

Kelumpuhan / kelemahan otot otot pernapasan

Kompensasi tubuh dengan cara napas yang dalam dan cepat

Sesak

Gangguan pola napas Gangguan pola napas

Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia

Sakit kepala

Pingsan

berkeringat banyak

Reaksi emosi yang kuat

Pusing, mata berkunang kunangBisa ular yang mengadung toksin yang bersifat kardiotoksin dan cytotoksin

Mengakibatkan terganggunya otot otot jantung

Kerusakan otot jantung

Penurunan curah jantung

3. Diagnosa Keperawatan Primera. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan kelumpuhan otot pernapasan

b. Penurunan curah jantung

4. Tindakan Gawat Darurat (Primer)a. Gangguan pola napas

1) Jika terjadi henti nafas lakukan langkah (Breathing), lakukan bantuan pernafasan dengan cara mouth to mouth atau dengan ambu bag2) Terapi oksigen

3) Pemberian oksigen kecepatan rendah : masker venturi atau nasal prong

4) Ventilator mekanik dengan tekanan jalan nafas positif kontinu (CPAP) atau PEEP

5) Pemantauan hemodinamik/jantungb. Penurunan curah jantung

1) Jika terjadi henti jantung lakukan langkah C (Circulation), pijat jantung luar bergantian dengan bantuan pernafasan. Frekuensi 15 kali kompresi jantung : 2 kali hembusan ambu bag2) Kaji / pantau tekanan darah

3) Palpasi nadi radial, catat frekuensi dan ketraturan, auskultasi nadi apical, catat frekuensi/irama dan adanya bunyi jantung ekstra

4) Yakinkan kondisi korban, tenangkan dan istrahatkan korban, kepanikan akan menaikan tekanan darah dan nadi sehingga racun akan lebih cepat penyebaran ke tubuh, terkadang, pasien pinsan dan panic karena kaget

5) Berikan istrahat psikologi dengan lingkungan tenang membantu pasien hindari situasi stress

5. Pengkajian Sekunder

a. Pengumpulan Data

a. Aktivitas / Istrahat Gejala : Klien mengatakan tidak mampu melakukan aktivitas

Klien mengatakan pinggang terasa pegal

Tanda :Klien nampak lemah

b. Makanan dan Cairan

Gejala :Klien mengatakan merasa mual dan muntah

Tanda :Klien nampak mual dan muntah

c. Nyeri dan Kenyamanan

Gejala Rasa sakit di seluruh persendian tubuh Rasa sakit atau berat didada dan perut

Pusing, mata berkunang kunang

Tanda Nampak pembengkakan pada luka gigitan ular

Tanda-tanda tusukan gigi

d. Integritas ego

Gejala Klien mengatakan takut dengan keadaannya

Tanda Reaksi emosi yang kuat, kaget

b. Pengelompokan Data Data Subyektif

1) Klien mengatakan tidak mampu melakukan aktivitas

2) Klien mengatakan pinggang terasa pegal

3) Klien mengatakan merasa mual dan muntah

4) Rasa sakit di seluruh persendian tubuh

5) Rasa sakit atau berat didada dan perut

6) Pusing, mata berkunang kunang

7) Klien mengatakan takut dengan keadaannyaData Obyektif

1) Klien nampak lemah

2) Reaksi emosi yang kuat, kaget

3) Nampak pembengkakan pada luka gigitan ular

4) Ekspresi wajah meringis

5) Tanda-tanda tusukan gigi

6) Klien nampak mual dan muntah

6. Analisa Data SekunderDataPenyebabMasalah

Ds :

Klien mengatakan tidak mampu melakukan aktivitas

Klien mengatakan pinggangnya terasa pegal

Do :

Klien nampak lemahGigitan ular yang berbisa

Toksin masuk ke tubuh

Merangsang saraf saraf

Kelemahan otot

Intoleransi aktivitas Intoleransi aktivitas

Ds :

Klien mengatakan rasa sakit di seluruh persendian tubuh

Klien mengatakan rasa sakit atau berat didada dan perut

Klien mengatakan pusing, mata berkunang kunang

Do :

Nampak pembengkakan pada luka gigitan ular

Ekspresi wajah meringisGigitan ular berbisa yang mengandung toksin

Merangsang saraf saraf seluruh tubuh

Merangsang pengeluaran bradikin, prostaglandin

Impuls di sampaikan ke SSP bagian korteks serebri

Thalamus

Nyeri dipersepsikanNyeri

Ds :

Klien mengatakan takut dengan keadaannyaDo :

Reaksi emosi yang kuat, kagetGigitan ular berbisa yang mengandung toksin

Mempengaruhi saraf saraf

Kurang informasi

Koping individu tidak efektif

Cemas Cemas

7. Diagnosa keperawatan sekundera. Nyeri berhubungan dengan gigitan ular berbisa

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot otot

c. Cemas berhubungan kondisi yang memburuk8. Rencana tindakan keperawatan sekundera. Nyeri berhubungan dengan retensi urin Setelah diberi askep selama beberapa hari nyeri klien berangsur angsur dapat berkurang dengan kriteria :1) Klien melaporkan tidak nyeri lagi

2) Ekspresi wajah tidak meringis

Intervensi 1) Kaji skala nyer, frekuensi, dan lokasi nyeri

R/ Mengetahui derajat nyeri, dan lokasi yang dirasakan sehingga memudahkan dalam menentukan tindakan selanjutnya

2) Atur posisi klien senyaman mungkin

R/ posisi yang nyaman membantu mengurangi rasa nyeri yang muncul

3) Ajarkan klien tehnik relaksasi dan tehnik distraksi

R/ Dengan tehnik menarik napas dalam dan mengeluarkan serta mengajak klien untuk berbincang membantu mengalihkan stimulus nyeri yang dirasakan

4) Ciptakan lingkungan yang tenang dan anjurkan klien beristrahat yang cukup

R/ Lingkungan yang tentang dapat membuat klien dapat beristrahat yang cukup sehingga mengurangi itensitas nyeri

5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik

R/ Membantu mengurangi rasa nyeri dengan menekan pusat nyeri

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan secara bertahap klien mampu beraktivitas secara mandiri dengan kriteria :

1) Klien dapat memenuhi kebutuhan secara mandiri

2) Klien dapat ikut serta dalam proses pengobatanIntervensi 1) Pantau kemampuan klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari

R/ Untuk mengetahui tindakan apa yang dapat dilakukan oleh klien sehingga perawat mudah dalam mengambil keputusan selanjutnya

2) Bantu klien dalam melakukan pemenuhan kebutuhan sehari-hari

R/ Membantu klien memenuhi aktivitas sehari hari

3) Anjurkan klien untuk ikut serta dalam tindakan pemulihan kesehatan klien

R/ Dengan partisipasi keluarga klien dapat merasakan bahwa keluarga memberi support dalam pemulihan kesehatan

4) Anjurkan klien untuk istrahat dan tidak melakukan aktivitas yang tidak perlu

R/ Menstabilkan stamina klien serta aktivitas yang kurang mengurangi penyebaran toksin.

c. Cemas berhubungan kondisi yang menurun

Setelah diberikan tindakan keperawatan kecemasan klien berkurang

Intervensi

1) Ciptakan lingkungan yang tenang

R/ Lingkungan yang tenang membantu klien untuk dapat beristrahat dengan cukup

2) Anjurkan klien untuk tidak panic

R/ Tindakan panic dan kaget mempercepat penyebaran toksin di dalam tubuh

3) Berikan informasi yang cukup mengenai gigitan ular serta penanganannya dan tindakan yang akan dilakukan

R/ Membantu menghindari penyebaran toksin yang cepat serta membantu menambah wawasan klien akan gigitan ular

B. Gigitan Anjing dan Kucing

1. Pengkajian mengenai :a. Status Pernafasan1) Peningkatan tingkat pernapasan2) Takikardi3) Suhu umumnya meningkat (37,9 C)4) Menggigil

b. Status Nutrisi1) kesulitan dalam menelan makanan

2) berapa berat badan pasien

3) mual dan muntah

4) porsi makanan dihabiskan

5) status gizic. Status Neurosensori

Adanya tanda-tanda inflamasi

d. Keamanan

1) Kejang

2) Kelemahan

e. Integritas Ego

1) Klien merasa cemas

2) Klien kurang paham tentang penyakitnyaf. Pengkajian Fisik Neurologik :1) Tanda tanda vital:

suhu, pernapasan, denyut jantung, tekanan darah, tekanan nadi

2) Hasil pemeriksaan kepala fontanel : menonjol, rata, cekung3) Reaksi pupil : ukuran, reaksi terhadap cahaya, kesamaan respon

4) Tingkat kesadaran kewaspadaan : respon terhadap panggilan, iritabilitas, letargi dan rasa mengantuk, orientasi terhadap diri sendiri dan orang lain

5) Afek : alam perasaan, labilitas

6) Aktivitas kejang: jenis, lamanya

7) Fungsi sensoris: reaksi terhadap nyeri, reaksi terhadap suhu, refleks, refleks tendo superficial, reflek patologi2. Diagnosa Keperawatana. Gangguan pola nafas berhubungan dengan afiksiab. Gangguan pola nutrisi berhubungan dengan penurunan refleks menelanc. Demam berhubungan dengan viremiad. Cemas (keluarga) berhubungan kurang terpajan informasie. Resiko cedera berhubungan dengan kejang dan kelemahanf. Resiko infeksi berhubungan dengan luka terbuka3. Intervensia. Gangguan pola nafas berhubungan dengan afiksia Setelah diberikan tindakan keperawatan, diharapkan pasien bernafas tanpa ada gangguan, dengan kriteria hasil:1) Pasien bernafas, tanpa ada gangguan.2) Pasien tidak menggunakan alat bantu dalam bernafas3) Respirasi normal (16-20 X/menit)Intervensi:4) Obsevasi tanda-tanda vital pasien terutama respirasi.R/: Tanda vital merupakan acuan untuk melihat kondisi pasien.5) Beri pasien alat bantu pernafasan seperti O2R/: O2 membantu pasien dalam bernafas.6) Beri posisi yang nyaman.R/: Posisi yang nyaman akan membantu pasien dalam bernafas.

b. Gangguan pola nutrisi berhubungn dengan penurunan refleks menelan Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi, dengan kriteria hasil : pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang diberikan /dibutuhkan.Intervensi:1) Kaji keluhan mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami pasien.R/: Untuk menetapkan cara mengatasinya.2) Kaji cara / bagaimana makanan dihidangkan.R/: Cara menghidangkan makanan dapat mempengaruhi nafsu makan pasien3) Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur.R/: Membantu mengurangi kelelahan pasien dan meningkatkan asupan makanan.4) Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering.R/: Untuk menghindari mual.5) Catat jumlah / porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien setiap hari.R/: Untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan nutrisi.6) Kaloborasi pemberian obat-obatan antiemetik sesuai program dokter.R/: Antiemetik membantu pasien mengurangi mual dan muntah dan diharapkan nutrisi pasien meningkat.7) Ukur berat badan pasien setiap minggu.R/: Untuk mengetahui status gizi pasienc. Demam berhubungan dengan viremia Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan demam pasien teratasi, dengan criteria hasil :Suhu tubuh normal (36 370C), Pasien bebas dari demam.Intervensi:1) Kaji saat timbulnya demamR/: Untuk mengidentifikasi pola demam pasien.2) Observasi tanda vital (suhu, nadi, tensi, pernafasan) setiap 3 jamR/: Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.3) Berikan kompres hangatR/: Dengan vasodilatasi dapat meningkatkan penguapan dan mempercepat Penurunan suhu badan.4) Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai program dokter.R/: Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tinggi.

d. Cemas (keluarga) berhubungan kurang terpajan informasi tentang penyakit. Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan tingkat kecemasan keluarga pasien menurun/hilang,dengan kriteria hasil : Melaporkan cemas berkurang sampai hilang, melaporkan pengetahuan yang cukup terhadap penyakit pasien, keluarga menerima keadaan panyakit yang dialami pasien.Intervensi:1) Kaji tingkat kecemasan keluarga.R/: Untuk mengetahui tingkat cemas dan mengambil cara apa yang akan digunakan.2) Jelaskan kepada keluarga tentang penyakit dan kondisi pasien.R/: Informasi yang benar tentang kondisi pasien akan mengurangi kecemasan keluarga.3) Berikan dukungan dan support kepada keluarga pasien.R/: Dengan dukungan dan support,akan mengurangi rasa cemas keluarga Pasien.e. Resiko cedera berhubungan dengan kejang dan kelemahanSetelah diberikan tindakan keperawatan, diharapkan pasien tidak mengalami cedera,dengan kriteria hasil : klien tidak ada cedera akibat serangan kejang, klien tidur dengan tempat tidur pengaman, tidak terjadi serangan kejang ulang, suhu 36 37,5 C , Nadi 60-80x/menit, Respirasi 16-20 x/menit, Kesadaran composmentisIntervensi:1) Identifikasi dan hindari faktor pencetusR/: Penemuan factor pencetus untuk memutuskan rantai penyebaran virus.2) Tempatkan klien pada tempat tidur yang memakai pengaman di ruang yang tenang dan nyaman.R/: Tempat yang nyaman dan tenang dapat mengurangi stimuli atau ransangan yang dapat menimbulkan kejang.3) Anjurkan klien istirahat

R/: Efektivitas energi yang dibutuhkan untuk metabolisme.

4) Lindungi klien pada saat kejang dengan :a) Longgarakan pakaianb) posisi miring ke satu sisic) jauhkan klien dari alat yang dapat melukainyad) kencangkan pengaman tempat tidure) lakukan suction bila banyak secretR/: Tindakan untuk mengurangi atau mencegah terjadinya cedera fisik.5) Catat penyebab mulainya kejang, proses berapa lama, adanya sianosis dan inkontinesia, deviasi dari mata dan gejala-hgejala lainnya yang timbul.R/: Dokumentasi untuk pedoman dalam tindakan berikutnya,6) Sesudah kejang observasi TTV setiap 15-30 menit dan obseervasi keadaan klien sampai benar-benar pulih dari kejang.

R/: Tanda-tanda vital indicator terhadap perkembangan penyakitnya dan gambaran status umum pasien.7) Observasi efek samping dan keefektifan obat.R/: Efeksamping dan efektifnya obat diperlukan motitorng untuk tindakan lanjut.8) Observasi adanya depresi pernafasan dan gangguan irama jantung.R/: Komplikasi kejang dapat terjadi depresi pernapasan dan kelainan irama jantung.9) Kerja sama dengan tim :a) pemberian obat antikonvulsan dosis tinggib) pemeberian antikonvulsan (valium, dilantin, phenobarbital)c) pemberian oksigen tambahand) pemberian cairan parenterale) pembuatan CT scanR/: untuk mengantisipasi kejang, kejang berulang dengan menggunakan obat antikonvulsan baik berupa bolus, syringe pump.

f. Resiko infeksi berhubungan dengan luka terbuka setelah diberikan tindakan keperawatan 3X24 jam diharapkan tidak terjadi tanda-tanda infeksi. Kriteria Hasil:1) Tidak terdapat tanda tanda infeksi seperti: Kalor,dubor,tumor,dolor,dan fungsionalasia.2) TTV dalam batas normalIntervensi:

1) Kaji tanda tanda infeksiR/: Untuk mengetahui apakah pasien mengalami infeksi dan untuk menentukan tindakan keperawatan berikutnya.2) Pantau TTV,terutama suhu tubuh.R/: Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.3) Ajarkan teknik aseptik pada pasienR/: Meminimalisasi terjadinya infeksi.4) Cuci tangan sebelum memberi asuhan keperawatan ke pasien.R/: Mencegah terjadinya infeksi nosokomial.5) Lakukan perawatan luka yang steril.R/: Perawatan luka yang steril meminimalisasi terjadinya infeksi.DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. 2001.Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Chang, E. dkk.2010. Patofisiologi Aplikasi pada Praktik Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Long C, Barbara, Perawatan Medikal Bedah, Jilid 2, Bandung, Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran, 1996Mansjoer,Arif M. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2, Jakarta: Media AesculapiusMarilynn E, Doengoes, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan,Edisi 3, Jakarta, EGC, 2000Nanda International. 2007. Diagnosis Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Price, Sylvia A. Wilson, Lorraine. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Volume 2 Edisi 6.Jakarta : EGC.

Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth, Buku Ajar Keperawatan MedikalBedah, Jakarta, EGC ,2002