MODEL KONEKSI KURIKULUM MUATAN LOKAL DENGAN …
Transcript of MODEL KONEKSI KURIKULUM MUATAN LOKAL DENGAN …
MODEL KONEKSI KURIKULUM MUATAN LOKAL
DENGAN KURIKULUM NASIONAL
(Studi di Madrasah Aliyah Jurusan Ilmu Ilmu Keagamaan
Pondok Pesantren Al Hidayah Sondriyan Kendal Ngawi)
TESIS
Oleh:
MUHAMMAD MABRUR
NIM 502190064
PROGRAM MAGISTER
PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
PASCASARJANA
INSITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PONOROGO
2021
vii
MODEL KONEKSI KURIKULUM MUATAN LOKAL
DENGAN KURIKULUM NASIONAL
(Studi di Madrasah Aliyah Jurusan Ilmu Ilmu Keagamaan
Pondok Pesantren Al Hidayah Sondriyan Kendal Ngawi)
ABSTRAK
Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Al Hidayah Jurusan Ilmu
Ilmu Keagamaan meracik kurikulumnya dengan komposisi 80
% muatan lokal berupa kitab kuning dan 20 % dari muatan
nasional berupa mata pelajaran umum, hal ini menarik untuk
dijadikan objek penelitian.Ttujuan penelitian ini untuk
mengetahui manajemen kurikulum muatan lokal di Madrasah
Aliyah Pondok Pesantren Al Hidayah lalu menjelaskan model
koneksinya dengan kurikulum nasional. Untuk mencapai tujuan
ini Peneliti menggunakan metode pengumpulan data dan
analisis data yang mengacu pada kaidah-kaidah penelitian
kualitatif. Pengumpulan data penelitian diperoleh dengan
teknik observasi, wawancara dan studi dokumen. Hasil
penelitian mengungkapkan temuan bahwa kurikulum muatan
lokal di Madrasah Aliyah Al Hidayah dilaksanakan dalam
bentuk intrakurikuler, extrakurikuler dan kokurikuler,
manajemen kurikulumnya meliputi: 1) Perencanaan, kurikulum
dilaksanakan sesuai dengan struktur perencanaan yang telah
dibuat, di antaranya seperti persiapan mengajar dan program-
program sekolah lainnya, akan tetapi masih perlu dilakukan
penyelarasan rencana yang telah dibuat supaya dapat terlaksana
dengan baik sesuai dengan rapat perencanaan pada awal tahun
pelajaran. 2) Pelaksanaan kurikulum di realisasikan oleh kepala
madrasah dan guru, hal ini dapat terlihat dari berlangsungnya
kegiatan belajar mengajar setiap harinya. 3) Evaluasi kurikulum
dilakukan dengan mengevaluasi konteks, input, proses dan
outputnya. Adapun model koneksi kegiatan kurikulum muatan
viii
lokal dengan kurikulum nasional di Madrasah Aliyah Pondok
Pesantren Al Hidayah Jurusan Ilmu Ilmu Keagamaan
ditemukan ada 4 model koneksi yaitu: Model al-Mutarabitah,
model al-Munfasalah, model al-Mihwari dan model al-Nashat.
ix
LOCAL CONTENT CURRICULUM CONNECTION
MODEL WITH THE NATIONAL CURRICULUM
(Studies at Madrasah Aliyah, majoring in Religious Sciences
Pondok Pesantren Al Hidayah Sondriyan Kendal Ngawi)
ABSTRACT
Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Al Hidayah, Department
of Religious Sciences formulates its curriculum with a
composition of 80% local content in the form of yellow books
and 20% of national content in the form of general subjects,
this is interesting to be the object of research. This study
endeavors to discover the local content curriculum's
implementation and its relevance to the national curriculum.
Specifically, qualitative approaches, such as data collection and
data analysis, were invoked to deal with this problem. Also, we
strictly select the interviewees based on their active
involvement with the local content curriculum management.
Research data collection was obtained by observation,
interview, and document study. Simulations reveal that the
local content curriculum at Madrasah Aliyah Islamic Boarding
School Al Hidayah is implemented in intra curricular, extra
curricular, and cocurricular activities, in which the
organizational system is including 1) Planning, the local
curriculum of madrasah inline with the planned strategy, such
as a teaching preparation or other programs. However, some
adjustments are required to achieve the goal that has been
planned before; 2) The head of the madrasah and teachers
carries out the implementation of the curriculum, which can be
seen from the teaching-learning routine; 3) Curriculum
evaluation at Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Al Hidayah
is carried out by evaluating its context, input, process, and
output. The connection model for local content
x
curriculum activities with the national curriculum at Madrasah
Aliyah Islamic Boarding School Al Hidayah Department of
Religious Sciences found four connection models, al-
Mutarabitah, al-Munfasalah, al-Mihwari, and al-Nashat
models.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam
pertama di Indonesia.1 Pesantren mempunyai karakternya
yang khas sehingga mampu meletakkan dasar-dasar pendidikan
keagamaan yang kuat. Menurut Karel A. Steenbrink.
Pembaharuan sistem pendidikan Islam meliputi tiga hal, yaitu:
1) usaha menyempurnakan sistem pendidikan pesantren, 2)
penyesuaian dengan sistem pendidikan barat, dan 3) upaya
menjembatani antara sistem pendidikan tradisional pesantren
dan sistem pendidikan Barat.2
Dalam sistem pendidikan nasional, madrasah kini sudah
ditempatkan sejejar dengan pendidikan sekolah. Munculnya
SKB Tiga Menteri menandakan bahwa eksistensi madrasah
sudah cukup kuat beriringan dengan sekolah umum.
Munculnya SKB tiga menteri tersebut juga dinilai sebagai
langkah positif bagi peningkatan mutu madrasah baik dari
1 M. Sarijo, Sejarah Pondok Pesantren di Indonesia (Jakarta:
Dharma Bakti. 1980), 10. 2 Karel A. Steenbrink, Pesantren, Madrasah, Sekolah; Pendidikan
Islam dalam Kurun Modern (Jakarta LP3ES, 1986), 68.
1
2
status, nilai ijazah maupun kurikulumnya.3
Kurikulum merupakan satu diantara komponen penting
dari sistem pendidikan, karena kurikulum merupakan
komponen pendidikan yang dijadikan acuan oleh setiap satuan
pendidikan, baik oleh pengelola maupun penyelenggara;
khususnya oleh guru dan kepala sekolah. Kurikulum adalah
suatu program pendidikan yang bersisikan berbagai bahan ajar
dan pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan dan
dirancang secara sistematik atas dasar norma- norma yang
berlaku yang dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran
bagi tenaga kependidikan dan peserta didik untuk mencapai
tujuan pendidikan. 4
Masuknya muatan lokal dalam kurikulum nasional
tidak mengubah esensi tujuan pendidikan nasional.
Artinya, tujuan pendidikan nasional dan tujuan
kelembagaan pendidikan (tujuan institusional) tetap menjadi
kerangka acuan bagi pelaksanaan muatan lokal.5 Penyusunan
kurikulum atas dasar acuan keadaan masyarakat disebut
3 Ibid., 90.
4 Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum (Jakarta: PT
Rineka Cipta. 2004), 100-101. 5 Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum d i
Sekolah (Bandung: CV. Sinar Baru, 1991), 173.
3
dengan Kurikulum Muatan Lokal. Dalam menentukan isi dan
bahan pelajaran muatan lokal didasarkan pada keadaan dan
kebutuhan lingkungan, yang dituangkan dalam mata pelajaran
dengan alokasi waktu yang berdiri sendiri. Adapun materi
dan isinya ditentukan oleh satuan pendidikan, yang dalam
pelaksanaannya merupakan kegiatan kurikuler untuk
mengembangkan kompetensi yang sesuai dengan keadaan dan
kebutuhan daerah. Muatan lokal sebagai bahan kajian yang
membentuk pemahaman terhadap potensi di daerah tempat
tinggalnya bermanfaat untuk memberikan bekal sikap,
pengetahuan, dan keterampilan kepada peserta didik agar:
1) mengenal dan menjadi lebih akrab dengan lingkungan alam,
sosial, dan budayanya; 2) memiliki bekal kemampuan
dan keterampilan serta pengetahuan mengenai daerahnya
yang berguna bagi dirinya maupun lingkungan masyarakat
pada umumnya; dan 3) memiliki sikap dan perilaku yang
selaras dengan nilai-nilai/aturan-aturan yang berlaku di
daerahnya, serta melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai
luhur budaya setempat dalam rangka menunjang pembangunan
nasional.
Pendidikan keagamaan merupakan subsistem dari
sistem pendidikan nasional, yang eksistensinya disebut
4
dalam Pasal 12 ayat 1 (1) Undang- undang Republik
Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional: “Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan
berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan yang
dianut dan diajarkan oleh pendidikan yang seagama.6
Agar penyelenggaraan pendidikan didaerah dapat
sesuai dengan keadaan dan kebutuhan daerah maka perlu
penerapan kurikulum muatan lokal. Hal ini sesuai dengan
upaya peningkatan mutu pendidikan nasional, sehingga
mengembangkan dan implementasi kurikulum muatan lokal
mendukung dan melengkapi KTSP. Secara umum muatan
lokal bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan,
keterampilam, dan sikap hidup kepada peserta didik agar
memiliki wawasan yang mantap tentang lingkungan dan
masyarakat sesuai dengan nilai yang berlaku di daerah masing-
masing dan mendukung kelangsungan pembangunan daerah
serta pembangunan nasional.
Model pendidikan pesantren perlu dikembangkan oleh
sekolah dengan menyesuaikan potensi yang ada disekitar
6 Departemen Pendidikan Nasional, Undang-undang RI no.20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta: Biro Hukum dan
Organisasi Sekretariat Jendral Departemen Pendidikan Nasional, 2003),
cet.1, 14.
5
sekolah agar anak didik terhindar dari keterasingan terhadap
lingkungan sekitar. Disisi lain madrasah bisa menjadi jembatan
antara model pendidikan pesantren dan model pendidikan
sekolah, madrasah menjadi sangat fleksibel diakomodasikan
dalam berbagai lingkungan. Pada lingkungan pesantren,
madrasah bukanlah barang yang asing, karena memang lahirnya
madrasah merupakan inovasi model pendidikan pesantren.
Pondok Pesantren Al Hidayah di Desa Sondriyan
Kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi misalnya, juga
mengutamakan penguasaan pendidikan agama yakni kajian
kitab-kitab salaf dimasukan kedalam pengajaran madrasah.
Pesantren yang didirikan oleh KH. Khoirul Anam, SH. M.HI
pada tahun 1998 M ini telah menampung sekitar 790 santri
(siswa), yang terdiri dari 50 santri yang khusus mendalami
tahfidz al-Quran, 150 orang siswa MI, 290 orang santri MTs
dan 380 orang siswa MA.7
Unit Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Al Hidayah
adalah salah satu unit pendidikan dalam naungan pesantren
yang memasukkan kajian kitab-kitab salaf kedalam pengajaran
madrasah. Hal tersebut didasari atas persoalan bahwa
7 Sumber papan data di kantor yayasan Pondok Pesantren Al-
Hidayah Sondriyan Kendal Ngawi Tahun 2020-2021.
6
pelajaran-pelajaran pesantren (baca: kitab kuning) ternyata
kurang diminati ketika hanya menjadi muatan lokal saja, maka
dibuatlah struktur kurikulum tersendiri khusus untuk jurusan
ilmu ilmu keagamaan dengan mengganti seluruh buku
pegangan dari Kementrian Agama dengan kitab kuning,
sehingga diharapkan pelajaran kitab kuning menjadi pelajaran
utama dan menjadi standar kelulusan di Madrasah Aliyah
Pondok Pesantren Al Hidayah jurusan ilmu ilmu keagamaan.
Kitab-kitab yang diajarkan adalah kitab-kitab yang masih
mempunyai koneksi dengan muatan nasional. Selain itu juga
ramuan kegiatan yang ada di Madrasah Aliyah Pondok
Pesantren Al Hidayah masih mempunyai koneksi keterkaitan
dengan muatan nasional dan mendukung tercapainya
kompetensi materi dari Kementrian Agama.
Lembaga Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Al
Hidayah inilah yang akan menjadi objek penelitian peneliti,
yakni model koneksi kurikulum muatan lokal dan kurikulum
nasional. Hal tersebut menurut penulis sangat unik dan menarik
untuk dijadikan objek penelitian. Sebab, kurikulum model
model kurikulum di MA Pondok Pesantren Al Hidayah
merupakan ramuan khusus khas pesantren dimana dalamnya 15
mata pelajaran muatan lokal yang diambil dari pesantren salafi
7
diantaranya adalah: al-Quran, Ta’lim al muta’allim, al
Khusun al Hamidiyah, Kifayatul Akhyar, Bulughul Marom,
Minhatul Mughiz, al Itqon fi Ulumil Qur’am, Mabadi
Awaaliyah, Tafsir Ayatul Ahkam, Khulashoh Nuril Yaqin, Al
Amtsilah Tashrifyah, Qowaidul ‘Ilal, al ‘Imrithi.
Penentuan lokasi yang tepat merupakan salah satu hal
yang amat urgen dan ikut menentukan berhasil tidaknya suatu
proses penelitian. Pemilihan lokasi penelitian berbagai objek
penelitian senantiasa berdasarkan pada berbagai kreteria.
Penelitian ini telah dilaksanakan di Madrasah Aliyah Jurusan
Ilmu Ilmu Keagamaan Pondok Pesantren Al Hidayah di
Sondriyan Kendal Ngawi Jawa Timur
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas
dapat dirumuskan permasalahan:
1. Bagaimana manajemen kurikulum muatan lokal di
Madrasah Aliyah Jurusan Ilmu-Ilmu Keagamaan Pondok
Pesantren Al Hidayah Sondriyan Kendal Ngawi?
2. Bagaimana model koneksi kurikulum muatan lokal dan
kurikulum nasional di Madrasah Aliyah Jurusan Ilmu Ilmu
Keagamaan Pondok Pesantren Al Hidayah Sondriyan
8
Kendal Ngawi?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan:
1. Manajemen kurikulum muatan lokal di Madrasah Aliyah
Jurusan Ilmu Ilmu Keagamaan Pondok Pesantren Al
Hidayah Sondriyan Kendal Ngawi?
2. Model koneksi kurikulum muatan lokal dan kurikulum
nasional di Madrasah Aliyah Jurusan Ilmu Ilmu Keagamaan
Pondok Pesantren Al Hidayah Sondriyan Kendal Ngawi?
D. Manfaat Penelitian
1. Secara teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi
pemikiran yang sangat berarti dalam dunia pendidikan Islam
dan digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pengelola
lembaga pendidikan dalam mengelola kurikulum .
2. Secara praktis
Adapun manfaat praktis yang bisa di peroleh dari
penelitian yang Peneliti lakukan yaitu:
a. Bagi Kepala Madrasah, Penelitian ini secara praktis dapat
digunakan kepala madrasah sebagai dasar pengambilan
9
kebijakan yang berkaitan dengan kurikulum
b. Bagi Guru, Sedangkan bagi guru bisa dijadikan sebagai
untuk melaksanakan kurikulum muatan lokal sekaligus
motivasi dan koreksi bagi peningkatan pelaksanaan kualitas
model kurikulum.
c. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu
referensi bagi peneliti selanjutnya yang tertarik mengkaji
koneksi kurikulum mutan lokal dengan kurikulum nasional
E. Penelitian Terdahulu
Upaya penelusuran terhadap berbagai sumber yang
memiliki relevansi dengan pokok permasalahan dalam
penelitian ini telah Peneliti lakukan. Tujuan pengkajian pustaka
ini antara lain agar fokus penelitian ini tidak merupakan
pengulangan dari penelitian-penelitian sebelumnya, melainkan
untuk mencari sisi lain yang signifikan untuk diteliti dan
dikembangkan.
Berdasarkan penelusuran terhadap berbagai sumber
terutama hasil penelitian sebelumnya berupa tesis maupun
karya ilmiah lain, Peneliti juga melakukan penelusuran di
internet (baca: google schoolar) dan tidak menemukan
penelitian yang membahas tentang Madrasah Aliyah Pondok
10
Pesantren Al Hidayah Sondriyan Kendal Ngawi, akan tetapi
ada penelitian di tempat lain yang mengarah pada manajemen
kurikulum muatan lokal berbasis pesantren ataupun
pelaksanaan kurikulum muatan lokal. Akan tetapi kebanyakan
dari penelitian sebelumnya lebih terfokus pada implementasi
kurikulum, sedangkan penelitian yang peneliti lakukan lebih
terfokus pada mencari koneksi kurikulum muatan lokal dengan
muatan nasional. Di antara hasil penelitian tersebut yaitu:
Penelitian yang telah di lakukan Kisbiyanto
menjelaskan bagaimana kebijakan penerapan muatan lokal
(secara umum) sehingga mampu meningkatkan mutu siswa MI
BAE Kudus.8 Dengan demikian tesis tersebut memiliki
perbedaan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan, yakni
lebih terfokus pada implementasi dan koneksi kurikulum
muatan lokal dan muatan nasioanla di Madrasah Aliyah
Jurusan Ilmu Ilmu Keagamaan Pondok Pesantren Al Hidayah
Sondriyan Kendal Ngawi
Hasil penelitian Masduqi Zain menunjukkan bahwa
implementasi kurikulum di SDIT Assalamah sudah
menerapkan dengan baik sistem pendidikan terpadu, yakni
8 Kisbiyanto, Tesis, Kebijakan Penerapan Muatan Lokal dalam
Peningkatan Mutu Siswa MA di BAE (Kudus), 2007.
11
integrasi antara kurikulum Kemendikbud dan Kemenag.9
Namun dalam pelaksanaannya masih banyak ditemukan
kekurangan-kekurangan. Penelitian ini lebih banyak
mengkritisi tentang proses pelaksanaan kurikulum terpadu,
sehingga ditemukan beberapa kerancuan-kerancuan dan
hambatan-hambatan yang berarti.
Fokus penelitian di atas berbeda dengan yang akan
Peneliti lakukan, di mana penelitian tersebut hanya
mendeskripsikan bagaimana pelaksanaan kurikulum terpadu
di SDIT secara keseluruhan, sehingga diketahui kekurangan
dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Sedangkan penelitian
yang akan Peneliti lakukan lebih terfokus pada implementasi
dan koneksi kurikulum muatan lokal dan muatan nasional di
Madrasah Aliyah Jurusan Ilmu Ilmu Keagamaan Pondok
Pesantren Al Hidayah Sondriyan Kendal Ngawi
Berdasarkan deskripsi mengenai beberapa hasil
penelitian di atas menunjukan bahwa penelitian yang telah ada
belum terfokus pada model koneksi kurikulum muatan lokal
dan kurikulum nasional di Madrasah Aliyah Jurusan
Keagamaan Pondok Pesantren Al Hidayah Sondriyan. Terkait
9 Masduki Zain, Tesis, Implementasi Kurikulum Terpadu Pada
Pendidikan Dasar (Studi Kasus SDIT Asslamah Ungaran), 2014.
12
dengan hal itu, penelitian yang akan peneliti lakukan
merupakan kajian penting demi terwujudnya sistem pendidikan
madrasah unggul dan memiliki ciri khas di masa mendatang.
F. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
dengan karakteristik alamiah sebagai sumber langsung. Dalam
pendekatan kualitatif ini Peneliti memusatkan diri pada satu
titik dari berbagai fenomena yang ada. Sehingga penelitian
kualitatif mampu menggali secara netral dalam mengkaji
permasalahan suatu kasus penelitian.
Penelitian jenis ini mampu mengekplorasi dan
memainkan peranan yang sangat penting dalam menciptakan
hipotesis tentang variabel yang dijadikan penelitian. Sehingga
penelitian kualitatif dirasa tepat untuk mengungkap model
koneksi kurikulum muatan lokal dan kurikulum nasional di
Madrasah Aliyah Jurusan Ilmu Ilmu Keagamaan Pondok
Pesantren Al Hidayah Sondriyan Kendal Ngawi
Dalam penelitian ini, Peneliti memiliki peran yang
fundamental ketika mencari data. Sehingga langkah awal
penelitian sampai dengan displai data harus tepat dan akurat
guna memperoleh hasil yang maksimal dan bisa
13
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Dalam penelitian ini
Peneliti melakukan wawancara mendalam kepada informan
sebagai kata kunci.
Awal mula penelitian ini pada hari Senin 05 Juli 2020
ketika Peneliti mengetahui adanya kurikulum Madrasah
Diniyah Pondok Pesantren Al Hidayah yang dimasukan ke
dalam pendidikan formal Madrasah Aliyah Pondok Pesantren
Al Hidayah dari Ibu Hj. Sri Endah Wahyuni, M.Pd.I sebagai
Kepala Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Al Hidayah, dari
sini diketahui bahwa ada integrasi kurikulum di Madrasah
Aliyah Jurusan Ilmu Ilmu Keagamaan Pondok Pesantren Al
Hidayah.
A. Prosedur Pengumpulan Data
Sesuai dengan jenis penelitiannya, Peneliti
menggunakan sejumlah prosedur pengumpulan data yang
meliputi wawancara mendalam, observasi serta dokumentasi.
Secara rinci penjelasan mengenai prosedur pengumpulan data
pada penelitian ini dapat dipaparkan sebagai berikut:
1. Wawancara Mendalam
Berdasarkan pandangan pertama, Peneliti mengenal
Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Al Hidayah dan seringnya
berkunjung baik untuk melihat dan diskusi dengan pengelola
14
Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Al Hidayah, akhirnya
Peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian di Madrasah
Aliyah Jurusan Ilmu Ilmu Keagamaan Pondok Pesantren Al
Hidayah ini dengan cara wawancara mendalam. Prosedur yang
Peneliti lakukan diantaranya:
1. Peneliti melakukan sowan pada hari Senin 05 Juli 2020
kepada kepala Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Al
Hidayah untuk meminta izin melakukan penelitian tesis di
Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Al Hidayah karena
beliau sebagai kepala madrasah yang mengetahui tentang
kebijakan di Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Al
Hidayah. Alhamdulillah beliau sangat antusias dan
mempersilahkan untuk melakukan penelitian dan peneliti
di hari berikutnya berjanjian dengan beliau untuk
melakukan wawancara mendalam terkait dengan model
kurikulum di Madrasah Aliyah Jurusan Ilmu Ilmu
Keagamaan Pondok Pesantren Al Hidayah.
2. Peneliti berkomunikasi langsung dengan PKM Kurikulum
Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Al Hidayah Ustaz
Turmudi pada hari Senin 2 Agustus 2020, karena beliaulah
yang mengelola kurikulum sehingga memperoleh
informasi yang berkaitan dengan model kurikulum yang
15
diterapkan di Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Al
Hidayah dan peneliti memperoleh data yang dikehendaki
dalam penelitian ini.
Setelah wawancara dengan kepala dan wakil kepala
madrasah dirasa cukup, maka Peneliti meminta untuk
ditunjukkan informan selanjutnya yang dirasa memiliki
informasi yang dibutuhkan. Dari informan yang ditunjuk
tersebut dilakukan wawancara secukupnya, serta pada akhir
wawancara peneliti meminta untuk ditunjukkan informan lain
yang memiliki informasi yang dibutuhkan, begitu seterusnya
sehingga dengan wawancara mendalam ini, data-data bisa
terkumpul semaksimal mungkin.
2. Observasi Nonpartisipatif
Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik
atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan
pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.
Observasi dapat dilakukan secara partisipatif ataupun
nonpartisipatif. Dalam observasi partisipatif (participatory
observation), Peneliti ikut serta dalam kegiatan yang sedang
berlangsung.
Sedangkan dalam observasi nonpartisipatif (non-
participatory observation), pengamat tidak ikut serta dalam
16
kegiatan. Dalam penelitian ini, Peneliti menempatkan diri
sebagai obsevasi nonpartisipatif. Jadi Peneliti berlaku sebagai
pengamat saja, dengan melakukan pengamatan terhadap
pelaksanaan model kurikulum yang telah dilakukan.
Dalam tahap ini Peneliti mencari data dari dokumen
yang berkaitan dengan: 1) kebijakan kepala sekolah, 2)
dokumen kurikulum, 3) dokumen kegiatan, 4) dokumen
kegiatan belajar mengajar, 5) dokumen buku absensi kegiatan,
6) foto kegiatan dan 7) arsip arsip tentang kebijakan
kurikulum.
3. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini mengambil analisis
miles dan spreadly yang meliputi bab berikut:
a. Reduksi Data
Ketika Peneliti mencari data, peneliti memilah dan
memilih data yang sesuai dengan rumusan masalah. Data yang
tidak sesuai dengan rumusan masalah dihapus, ketika
mereduksi data akan ditemukan data yang sesuai dengan
rumusan masalah. Data tersebut kemudian dianalisis dengan
model analisis spreadly yaitu teori yang sesuai dengan data,
contoh dalam konteks ini adalah muatan lokal yang bentuknya
adalah kitab kuning itu terkait dengan teori al-Mutarabithoh
17
karena kegiatan pengajian kitab kuning itu terkait dengan mata
pelajaran nasional al-Quran Hadist
b. Dispay Data
Setelah Peneliti menemukan data yang telah dibaca
dengan teori, Peneliti melakukan paparan data secara holistik
menggunakan model analisis spreadly yaitu taksonomi.
c. Konklusi
Dari display data model taksonomi Peneliti
merumuskan kesimpulan.
G. Sistematika Pembahasan
Sistematika penulisan hasil penelitian ini dapat
diklasifikasikan secara sistematis sebagai berikut:
Bagian awal berisi halaman judul, abstrak penelitian,
persetujuan pembimbing, pengesahan, moto, persembahan,
kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, dan daftar lampiran.
Sedangkan bagian inti berisi lima bab dengan perincian sebagai
berikut:
Pada bab satu mendeskripsikan pendahuluan, yang
merupakan rancangan penelitian. Pembahasan pada bab ini
meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, penelitian terdahulu, metode
18
penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab dua merupakan kajian teori yang Peneliti gunakan
untuk mengetahui tentang muatan lokal, implementasi dan
koneksinya dengan muatan nasoinal.
Bab tiga merupakan gambaran umum Pondok
Pesantren Al Hidayah dan Madrasah Aliyah Al Hidayah, yang
meliputi; sejarah singkat, visi misi dan tujuan, keadaan
geografis, struktur organisasi, susunan pengurus dan sarana
prasarana.
Bab empat mendeskripsikan pelaksanaan kurikulum
muatan lokal di Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Al Hidayah
meliputi: bentuk muatan lokal, pelaksanaan manajemen
kurikulum muatan lokal yang terdiri dari perencanaan,
pengorganisasian dan evaluasi.
Pada bab lima menjelaskan koneksi muatan lokal
dengan muatan nasional di Madrasah Aliyah Jurusan Ilmu Ilmu
Keagamaan Pondok Pesantren Al Hidayah
Pada bab enam merupakan kesimpulan dan saran-saran.
Kemudian pada bagian akhir dicantumkan daftar pustaka,
lampiran-lampiran dan daftar riwayat hidup.
19
BAB II
MANAJEMEN KURIKULUM MUATAN LOKAL,
KURIKULUM NASIONAL DAN MODEL KONEKSI
Pembahasan dalam bab ini meliputi pengerian
kurikulum, pengertian muatan lokal dan pengertian muatan
nasional, Peneliti juga akan menjelaskan mengenai dasar dan
tujuan kurikulum, sumber bahan pelajaran, metode dalam
proses pembelajaran dan evaluasi dalam pelaksanaan
kurikulum.
A. Pengertian Manajemen
Manajemen dalam arti luas, menunjuk pada rangkaian
kegiatan, dari perencanaan akan dilaksanakannya kegiatan
sampai penilaiannya. Manajemen dalam arti sempit, terbatas
pada inti kegiatan nyata, mengatur atau mengelola kelancaran
kegiatannya, mengatur kecekatan personil yang melaksanakan,
pengaturan sarana pendukung, pengaturan dana, dan lain-lain,
tetapi masih terkait dengan kegiatan nyata yang sedang
berlangsung.
B. Pengertian Kurikulum
Kurikulum berasal dari bahasa latin Curriculum,
19
20
semula berarti a running course, specialy a chariot race
course dan terdapat pula dalam bahasa Prancis Courir artinya
berlari. Istilah ini digunakan untuk sejumlah course atau mata
pelajaran yang harus ditempuh untuk mencapai gelar atau
ijazah.1
Dalam pendidikan islam, kurikulum dikenal dengan
kata Manhaj.2 Manhaj dapat berarti jalan yang terang yang
dilalui oleh pendidik bersama anak didiknya untuk
mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap mereka.
Selain itu kurikulum juga dipandang sebagai suatu
program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan
untuk mencapai tujuan pendidikan.3 Menurut David Pratt: “a
curriculum is an organized set of formal educational and / or
training intentions artinya Kurikulum adalah suatu bentuk
yang diorganisir dalam pendidikan formal dan atau
pelatihan)”.4
Di dalam UUSPN tahun 2003 Pasal 1 ayat 19
1 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam
(Jakarta: Ciputat Press, 2002), 29. 2 Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab
Indonesia (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997), 1468. 3 Arief, Pengantar Ilmu, 30.
4 David Pratt, Curriculum: Design and Development (New York:
Harcourt Brace Jovanovich, 1980), 4.
21
menjelaskan bahwa “kurikulum adalah seperangkat rencana
dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu”.5
Ditinjau dari segi lain terdapat banyak penafsiran
tentang kurikulum, sehingga diperoleh penggolongan sebagai
berikut:
1. Kurikulum dapat dilihat sebagai produk, yakni sebagai
hasil karya para pengembang kurikulum, biasanya
dalam suatu panitia. Hasilnya dituangkan dalam bentuk
buku atau pedoman kurikulum, yang misalnya berisi
sejumlah mata pelajaran yang harus diajarkan.
2. Kurikulum sebagai program, yakni alat yang dilakukan
oleh sekolah untuk mencapai tujuannya. Ini dapat berupa
mengajarkan berbagai mata pelajaran tetapi dapat juga
meliputi segala kegiatan yang dianggap dapat
mempengaruhi perkembangan siswa misalnya
perkumpulan sekolah, pertandingan, pramuka, dan lain-
lain.
5 Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS
(Bandung: Citra Umbara, 2003), 5.
22
3. Kurikulum bisa juga sebagai hal-hal yang diharapkan
akan dipelajari siswa, yakni pengetahuan, sikap
ketrampilan tertentu. Apa yang diharapkan akan dipelajari
tidak selalu sama dengan apa yang benar-benar dipelajari.
4. Kurikulum sebagai pengalaman siswa. Ketiga
pandangan di atas berkenaan dengan perencanaan
kurikulum, sedangkan pandangan ini mengenai apa yang
secara aktual menjadi kenyataan pada tiap siswa. Ada
kemungkinan, bahwa apa yang diwujudkan pada diri anak
berbeda dengan apa yang diharapkan menurut rencana.6
Berdasarkan definisi di atas, maka kurikulum sekarang
ini tidak semestinya hanya dipahami sebagai sekumpulan mata
pelajaran, tetapi sebagai suatu program pendidikan yang
direncanakan, dikembangkan dan dilaksanakan secara
sistematis dalam lingkungan suatu institusi pendidikan
dalam keseluruhan program itu terkandung materi
pembelajaran, pengalaman, dan kegiatan pembelajaran.
C. Pengertian Muatan Lokal
Muatan lokal diartikan sebagai program pendidikan
6 S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum (Jakarta: Buni Aksara, 1995),
8-9.
23
yang isi dan media penyampaiannya dikaitkan dengan
lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan budaya
serta kebutuhan pembangunan daerah yang perlu diajarkan
kepada siswa.7
Isi dalam pengertian di atas adalah bahan pelajaran
yang digunakan untuk mencapai tujuan muatan lokal.
Sedangkan media penyampaiannya merupakan metode dan
sarana yang digunakan dalam penyampaian muatan lokal.
Lingkungan alam yang dimaksud di sini adalah
lingkungan hidup dan tidak hidup yang mencakup komponen
hewan dan tanaman beserta tempat tinggalnya, dan hubungan
timbal balik antara komponen tersebut. Jadi dalam lingkungan
alam terdapat ekosistem antara lain: sungai, hutan, sawah, dan
sebagainya.
Lingkungan sosial yang dimaksud adalah lingkungan
yang mencakup hubungan timbal balik (interaksi) antara
manusia satu dengan yang lainnya sesuai dengan peraturan-
peraturan yang berlaku di lingkungan tersebut. Lingkungan
budaya yang dimaksud adalah lingkungan yang mencakup
segenap unsur budaya yang dimiliki masyarakat di suatu
7 Syafruddin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi
Kurikulum (Bandung: Ciputat Press, 2003), 59.
24
daerah tertentu.8
1. Dasar Dan Tujuan Kurikulum Muatan Lokal
Muatan lokal berlandaskan kekuatan dan kebutuhan
daerah, tetapi yang mendukung tujuan pembangunan nasional
dan berwawasan global, dapat mengantarkan anak yang
mampu bersaing dalam kehidupan global. Gagasan muatan
lokal dulunya merupakan kebijakan baru dalam bidang
pendidikan yang berkenaan dengan kurikulum sekolah. Arti
dari kebijakan itu sendiri adalah hasil pemikiran manusia yang
harus didasarkan pada hukum-hukum tertentu sebagai
landasan. Muatan lokal dalam kurikulum mempunyai landasan
sebagai berikut:
a. Landasan idiil
UUSPN tahun 2003 Pasal yang berbunyi: “Kurikulum
pendidikan dasar dan menengah wajib memuat : pendidikan
agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa, matematika,
ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, seni dan
budaya, pendidikan jasmani dan olahraga,
keterampilan/kejuruan dan muatan lokal.”9
b. Landasan demografik.
8 Ibid., 60-61.
9 Undang-Undang RI Nomor 20 Tentang Tahun 2003 Tentang
SISDIKNAS, 25.
25
Negara Indonesia mempunyai banyak pulau dan
memiliki banyak ragam seni dan budaya serta kondisi alam dan
sosial adat-istiadat, tata cara dan tata krama pergaulan.
Kekayaan ragam budaya itu penting diupayakan kelestariannya
agar tidak musnah. Salah satu cara untuk mengupayakan
pelestarian tersebut adalah dengan cara melaksanakan
pendidikan.10
Ini menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan muatan
lokal kita harus benar-benar memperhatikan dari
karakteristik lingkungan daerah dan juga kebutuhan daerah
tersebut.
2. Sumber Bahan Pelajaran Muatan Lokal
Dengan adanya kebijaksanaan otonomi daerah,
kemungkinan materi muatan lokalnya lebih besar, lebih
beragam dan sistemnya tidak terpusat lagi. Dengan
kebijaksanaan itu diharapkan daerah dan sekolah dapat
menambahkan kurikulum lokal yang sesuai dengan kebutuhan
daerah atau sekolah serta masyarakat sekitarnya, sehingga
dengan adanya hal itu memungkinkan terjadinya
perbedaan muatan kurikulum muatan lokal antara daerah
10
Idi, Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum (Yogyakarta:
Ar-Ruz Media, 2007), 177-178.
26
satu dengan daerah yang lainnya.
Muatan lokal bukan suatu mata pelajaran, tetapi lebih
merupakan bahan kajian. Artinya, setelah sekolah berkonsultasi
dengan instansi induknya, sekolah dapat mengisi muatan lokal
dengan beberapa mata pelajaran yang disesuaikan dengan
kebutuhan dan kemampuan daerah.
3. Metode Dalam Proses Pembelajaran Muatan Lokal
Pembelajaran adalah proses komunikasi dua arah antara
guru dan siswa, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai
pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh siswa sebagai
peserta didik. Pembelajaran ialah membelajarkan siswa
menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar yang
merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan..11
Seorang guru sukses dalam pembelajaran
membutuhkan metode yang sesuai dan tepat, metode itu harus
di sesuaikan dengan kemampuan siswa, jangan sampai metode
itu dipaksakan kepada siswa sebagai peserta didik. Seperti
firman Allah surat al-Baqarah ayat 286:
…….
11
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran: Untuk
Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar (Bandung:
CV. Alfabeta, 2004), 61.
27
Artinya:
Allah tidak akan membebani seseorang kecuali dengan
kesanggupannya.12
Dalam memilih suatu metode mengajar tergantung
pada:
a. Jumlah siswa
Siswa akan terbagi menjadi beberapa kelompok sesuai
dengan minat mereka. Kemungkinan besar pilihan siswa putri
akan lain dengan pilihan siswa putra.
b. Sifat bahan
Bahan muatan lokal akan mempunyai ciri khas kalau
dibandingkan dengan bahan di luar muatan lokal. Diantaranya
ciri-ciri tersebut adalah: 1) Luas dan urutan bahan tidak kaku.
2) Sebagian besar bahan ajaran pelaksanaannya dapat
diberikan secara ekstra kurikuler. 3) Guru terdiri atas berbagai
nara sumber yang mungkin tidak berprofesi guru. 4) Sebagian
besar bahan muatan lokal dapat dilaksanakan dengan
metode: karya wisata, drill, demonstrasi, learning by doing,
dan dapat dilaksanakan dengan mengikuti kursus di luar
sekolah.
12
Departemen Agama RI, Al-Hikmah: Al-Qur’an dan
Terjemahnya (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2011), cet. 10.
28
c. Media yang tersedia
Karena bahan beraneka ragam maka perlu adanya
berbagai media. Misalnya: alat pertukangan, pertanian, bengkel
dan sebagainya. Oleh karenanya perlu ditopang dana yang
cukup.
d. Kesiapan guru
Di lembaga pendidikan guru tidak ada mata kuliah
praktik muatan lokal. Kiranya perlu adanya penataran buat
guru-guru yang akan mengajar bahan muatan lokal.13
e. Waktu pelaksanaan
Muatan lokal tidak lagi disisipkan pada berbagai
bidang studi yang sesuai, tapi lebih diintensifkan yakni
menggunakan pendekatan monolitik berupa bidang studi, baik
bidang studi wajib maupun pilihan.14
f. Situasi
Situasi setempat memang kadang-kadang bersifat
situasional dan kondisional dan kadang-kadang ada daerah
yang kaya akan bahan muatan lokal dan kadang-kadang ada
kota-kota besar yang sulit menentukan bahan muatan
lokalnya, terutama untuk daerah-daerah elit. Sebab ada
13
Ibid, 106-107. 14
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi dan
Implementasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), 40.
29
kemungkinan anak-anak pada daerah tersebut tidak akan
tertarik pada bahan muatan lokal.15
Suasana belajar yang diciptakan guru harus melibatkan
mental, fisik dan sosial siswa secara aktif serta memberikan
stimulus kepada siswa untuk berbuat dan berpikir sambil
menghasilkan karya dan pikiran kreatif, Untuk itu, guru perlu
menggunakan beragam metode yang menyediakan beragam
pengalaman belajar melalui contoh dan bukti yang kontekstual.
Pengalaman belajar ini disediakan baik di dalam maupun di
luar ruang kelas. Siswa akan lebih mudah memahami suatu
prinsip dan konsep jika dalam belajar siswa dapat
menggunakan sebanyak mungkin indera untuk berinteraksi
dengan isi pembelajaran.16
Sesuai pernyataan di atas, al-Quran sangat menghargai
panca indera dan menetapkan bahwasanya indera tersebut
adalah menjadi pintu ilmu pengetahuan. Firman Allah dalam
surat An-Nahl ayat 78:
15
Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum (Jakarta: PT
Rineka Cipta. 2004), 108. 16
Departemen Pendidikan Nasional, Kurikulum Berbasis kompetensi:
Dalam Menunjang Kecakapan Hidup Siswa ( Jakarta: Depdiknas, 2003),
14.
30
Artinya:
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam
keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia
memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati,
agar kamu bersyukur.
Dalam proses belajar mengajar, E. Mulyasa
menawarkan metode-metode sebagai berikut:
a. Metode Demonstrasi
Dengan metode ini guru memperlihatkan suatu proses,
peristiwa, atau cara kerja alat kepada siswa.
b. Metode inquiry
Yaitu metode yang mempersiapkan peserta didik pada
situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar
melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sendiri dan mencari
jawaban sendiri, serta menghubungkan antara penemuan yang
satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang
ditemukan dengan yang ditemukan peserta didik yang lain.
c. Metode Penemuan
Penemuan merupakan metode yang menekankan pada
31
pengalaman langsung, dan lebih mengutamakan proses dari
pada hasil.
d. Metode Eksperimen
Merupakan metode yang melibatkan peserta didik
bekerja dengan benda-benda, bahan-bahan dan peralatan
laboratorium, baik secara kelompok ataupun individual.
e. Metode Karya Wisata
Metode karya wisata merupakan perjalanan yang
dilakukan peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar,
terutama pengalaman secara langsung dan merupakan bagian
integral dari kurikulum sekolah.
f. Metode Ceramah
Dengan metode ini guru menyajikan bahan melalui
penuturan atau penjelasan secara langsung.
g. Metode Problem Solving
Metode pemecahan masalah merupakan suatu
metode pengajaran yang mendorong siswa untuk mencari dan
memecahkan persoalan-persoalan.17
4. Evaluasi Dalam Pelaksanaan Kurikulum Muatan Lokal
Evaluasi dalam pelaksanaan muatan lokal merupakan
17
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan
Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2005), 107-116.
32
kegiatan untuk mengukur perubahan perilaku yang telah terjadi
pada peserta didik. Ada dua macam evaluasi dalam
pelaksanaan muatan lokal, yaitu: a) evaluasi program muatan
lokal. b) evaluasi hasil belajar muatan lokal.
Untuk evaluasi program muatan lokal ada tiga
langkah sebagai berikut:
a. Reflective Evaluation
Reflective evaluation pada muatan lokal yang dievaluasi
program muatan lokal sebelum dilaksanakan di lapangan. Oleh
karena yang dievaluasi adalah konsepnya yang berdasar
landasan teori, pengalaman-pengalaman, berbagai hasil
penelitian, argumentasi, pengarahan para pakar, dan para
pejabat, acuan dari berbagai sumber dan sebagainya.
b. Formative Evaluation
Formative evaluation pada program muatan lokal yaitu
mengevaluasi pada program muatan lokal pada waktu program
tersebut baru dilaksanakan.
c. Summative Evaluation
Summative evaluation dalam muatan lokal ialah
mengevaluasi setelah program tersebut selesai dilaksanakan
secara menyeluruh. Yang dievaluasi ialah berbagai kegiatan
yang ada pada program tersebut disesuaikan dengan tujuan
33
program muatan lokal yang telah digariskan sebelumnya.18
Untuk evaluasi hasil belajar muatan lokal mencakup
perubahan pengetahuan, sikap dan ketrampilan berkenaan
dengan materi muatan lokal, dampak pengajaran muatan lokal
bagi kepentingan anak dan masyarakat setempat, daya dukung
terhadap pembangunan daerahnya. Penilaian hasil belajar
muatan lokal bisa dilakukan seperti penilaian bidang studi
dalam kurikulum nasional. 19
D. Pengertian Kurikulum Nasional
Kurikulum nasional adalah Kurikulum yang disusun
dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional yaitu
menciptakan para lulusan menjadi manusia indonesia
seutuhnya. tentunya kurikulum nasional selalu memperhatikan
pada kebutuhan siswa dan kesesuaiannya dengan lingkungan,
kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (iptek) sesuai dengan jenjang
pendidikan yang ditempuh.
Kurikulum inti adalah sebagai berikut: “A continus,
areful planned series of experience which are based on
18
Dakir, Perencanaan, 14-15. 19
Nana Sudjana, Pembinaan Dan Pengembangan Kurikulum Di
Sekolah (Bandung: CV. Sinar Baru, 1991), 178-179.
34
significant personal and social problems and which involve
learning of common concern to all youth”.20
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
ciri-ciri kurikulum inti adalah: 1) Kurikulum inti merupakan
rangkaian pengalaman yang saling berkaitan, 2) Direncanakan
secara terus menerus sebelum dan selama dijalankan, 3)
Berdasarkan pada masalah-masalah yang dihadapi, 4)
Berdasarkan pribadi dan sosial, 5) Diperuntukkan bagi semua
siswa, karena termasuk pendidikan umum.
1. Dasar Pelaksanaan Kurikulum Nasional
Di dalam pelaksanaan kurikulum terdapat banyak faktor
yang harus dipertimbangkan untuk mencapai tujuan dari
kurikulum tersebut adapun di dalam penyusunannya kurikulum
mempunyai landasan yang terdiri dari landasan ideal ,landasan
hukum dan landasan teori. Landasan ideal berupa UUD 1945,
Pancasila dan Tap MPR tentang GBHN dalam rangka
mewujudkan tujuan pembangunan nasional dan tujuan
pendidikan nasional.
Landasan hukum berupa Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 29 tahun 1990, tentang pendidikan
menengah, keputusan mendikbud Nomor 060/UU/1993 tentang
20
Caswell, seperti dikutip dalam Nasution (1993), 115.
35
kurikulum sebagaimana tercantum dalam landasan program
pengembangan kurikulum. Landasan teori berupa buku
landasan program dan pengembangan kurikulum yang memuat
tentang pedoman dalam pengembangan kurikulum dan buku
pelaksanaan kurikulum terdiri atas pedoman kegiatan belajar
mengajar untuk setiap mata pelajaran.
Didalam pelaksanaan kurikulum terdapat banyak faktor
yang harus dipertimbangkan untuk mencapai tujuan dari
kurikulum tersebut adapun di dalam penyusunanya kurikulum
mempunyai landasan yang terdiri dari Landasan Ideal,
Landasan Hukum, Landasan Teori.
a. Landasan Ideal
Berupa UUD 1945, pancasila dan Tap MPR tentang
GBHN dalam rangka mewujudkan tujuan pembangunan
nasional dan tujuan Pendidikan Nasional.
b. Landasan Hukum
Berupa peraturan pemerintah republik Indonesia Nomor
29 tahun 1990, tentang pendidikan menengah, keputusan
Mendikbud nomor 060/U/1993 tentang kurikulum
sebagaimana tercantum dalam landasan, program
pengembangan kurikulum.
c. Landasan Teori
36
Berupa buku landasan program dan pengembangan
kurikulum yang memuat tentang pedoman dalam
pengembangan kurikulum dan buku pelaksanaan kurikulum
terdiri atas pedoman kegiatan belajar mengajar untuk setiap
mata pelajaran.
2. Komponen-Komponen dalam Kurikulum Nasional
Kurikulum inti atau nasional di dalam penyusunannya
harus sesuai dengan tingkatan pendidikan masing-masing.
Seperti kurikulum nasional pada pendidikan menengah terdiri
dari: Al-Qur’an hadis, aqidah akhlak, fiqih, sejarah kebudayaan
islam, pkn, bahasa indonesia, bahasa arab, seni budaya, PJOK,
matematika, sejarah nasional bahasa indonesia, bahasa inggris.
Komponen-komponen sebagai dasar dalam penyusunan
kurikulum inti terdiri dari tujuan, isi, metode (teknik
menyampaikan dalam proses belajar mengajar), evaluasi
program. Menurut Tyler, kurikulum menyangkut hal-hal
berikut: 1) Tujuan yang akan dicapai, 2) Isi materi apa yang
harus diprogramkan untuk mencapai tujuan tersebut, 3)
Bagaimana isi kurikulum itu diorganisasikan, 4) Bagaimana
mengetahui bahwa tujuan yang akan dicapai dimiliki peserta
didik.
37
E. Model Koneksi Kurikulum
Model koneksi yang menjadi dasar pijakan peneliti
dalam penelitian ini adalah :
1. Model Koneksi al-Munfashalah (Terpisah)
Model ini dipahami sebagai model yang terpisah satu
sama lainnya. Model ini berbentuk mata pelajaran yang
terpisah-pisah, meskipun terpisah model ini masih mempunyai
keterkaitan antara mata pelajaran satu dengan mata pelajaran
lainnya. Konsekuensinya, anak didik harus semakin banyak
mengambil mata pelajaran.
Tyler dan Alexander menyebutkan bahwa jenis
kurikulum ini digunakan dengan school subject. Hingga saat
ini kurikulum jenis ini masih banyak didapatkan di berbagai
lembaga pendidikan. Kurikulum ini terdiri dari mata-mata
pelajaran yang tujuan pelajarannya adalah anak didik harus
menguasai bahan dari tiap-tiap mata pelajaran yang telah
ditentukan secara logis, sistematis, dan mendalam.
Model al-Munfashalah dapat menetapkan syarat-syarat
minimum harus dikuasai anak sehingga anak didik bisa naik
yang kelas. Biasanya bahan pelajaran dan text book merupakan
alat dan sumber utama pelajaran. Model al-Munfashalah terdiri
dari mata pelajaran (subyek) yang terpisah-pisah, dan subyek
38
itu merupakan himpunan pengalaman dan pengetahuan yang
diorganisasikan secara logis dan sistematis. Dengan gambar
berikut, diharapkan pendidik akan semakin jelas dengan
kurikulum mata pelajaran ini.
Gambar 2.1
Model Koneksi al-Munfashalah (Terpisah)
Jika kita perhatikan gambar di atas, tampak bahwa
model al-Munfashalah ini menghendaki anak didik untuk
mengambil mata pelajaran yang lebih banyak. Misalnya, dari
gambar di atas mata pelajaran khat, imla, qira`at, sharaf,
nahwu, muhadatsah. dan balaghah.21
21
Abdullah Idi, Pembinaan Dan Pengembangan Kurikulum Teori
& Praktek (Jogjakarta: AR-RUZMEDIA, 2011), 164.
Nahwu
Bulughul
Marom
Fathul
Qorib Tafsir
Mnhatul
Mughiz
Imla’
Khat
Ta’lim
39
2. Model Koneksi al-Mutarabitah (Terkait)
Adalah model koneksi antara ilmu agama dan ilmu
umum melalui self development activities yang dilaksanakan
melalui proses pembelajaran langsung untuk KI.3 (aspek
pengetahuan), KI.4 (aspek keterampilan) dan melalui proses
pembelajaran tidak langsung untuk KI.1 (aspek spiritual), KI.2
(aspek sosial) yang didukung dengan a) kurikulum kemenag
mapel Bahasa Arab, al-Quran Hadist, Fiqh, SKI dan Akidah
Akhlak; b) kurikulum Kemendikbud; serta didukung oleh a)
guru fak bidang studi Bahasa Arab, al-Quran Hadist, Fiqh, SKI
dan Akidah Akhlak dari Kemenag; dan b) guru fak bidang
studi dari Kemendikbud
Model ini mengandung makna bahwa sejumlah mata
pelajaran dihubungkan antara yang satu dengan yang lain
sehingga ruang lingkup bahan yang tercakup semakin luas.
Sebagai contoh, pada mata pelajaran fiqh dapat dihubungkan
dengan mata pelajaran al-Qur’an Hadis. Pada saat anak didik
mempelajari shalat, dapat dihubungkan dengan pelajaran al-
Quran (Surah Al-Fátihah dan surah lainnya) dan hadis yang
berhubungan dengan shalat, dan lain sebagainya. Gambar di
bawah ini akan menunjukkan model al-Mutarabithah
40
Al Qur’an
Hadist
Tafsir Ayatul
Ahkam
Fiqh
Kifayatul
AKhyar
SKI
Khulashoh
Nurul Yaqin
Gambar 2.2.
Model Koneksi al-Mutarabitah (Terkait)
Gambar di atas menunjukkan, ada keterkaitan antara
mata pelajaran al-Quran Hadist dengan Tafsir Ayatul Ahkam,
Fiqh terkait dengan Kifayatul Akhyar, SKI terkait dengan
Khulasoh Nurul Yaqin.
Smith, Stanley dan Shores mengatakan bahwa gagasan
pendekatan ini dapat kita amati pada pendapat-pendapat
Marbart yang bersifat pendidikan dan psikologi pada abad yang
lalu, pendapat ini menguatkan untuk fokus yang berarti sibuk
untuk berpikir dan menguatkan ide atau pemikiran tersebut
dengan beberapa pemahaman yang mempunyai hubungan
dengan pemikiran tersebut dan mengaplikasi hubungan atau
koneksi tersebut di dalam beberapa metode kajian yang
41
mempunyai hubungan antara beberapa materi kemudian
menfokuskannya tentang satu konsep. Pandangan ini yang
menegaskan ingatan akan fokus, yang berarti baginya untuk
disibukkan dengan sebuah gagasan dan memperkuat itu dengan
konsep yang terkait dengannya, atau mendukungnya, yaitu,
penekanan pada hubungan antara ide-ide. Penerapannya dalam
kurikulum adalah untuk menghubungkan materi, fokus pada
topik atau prinsip, dan kemudian mendukung ide dari materi
tersebut.22
Keterkaitan dalam aplikasi modernnya merupakan
upaya untuk menyoroti hubungan antara dua mata pelajaran
(dan terkadang lebih) sambil mempertahankan pembagian
biasa di antara mereka, untuk menghadapi masalah fragmentasi
kurikulum yang terdiri dari mata pelajaran yang terpisah.
Contohnya adalah keterkaitan antara pelajaran bahasa Arab dan
IPS ketika seorang guru bahasa Arab menugaskan siswa untuk
mengungkapkan masalah sosial atau menghubungkan sains dan
matematika.
Matematika dapat menjadi kinerja yang berguna dalam
sains, dan sains serta masalah dan masalah mereka, dapat
menjadi bahan yang melapisi ide-ide abstrak dalam
22
Ibrahim, al-manhaj wa „anashirihi (Darul Ma’arif, 1991), 173.
42
matematika, dan studi sejarah dapat membantu dalam
memahami dan menikmati sastra, dan mempelajari beberapa
teks sastra juga dapat berkontribusi untuk memahami beberapa
peristiwa dan tokoh sejarah.
Menurut Smith dan Stanley bahwa ada tiga bentuk
metode al-Mutarabithoh yaitu: 1) Keterkaitan melalui fakta:
fakta sejarah yang terkait dengan teks sastra, atau peristiwa
yang diliput oleh novel sejarah, muncul, 2) Keterkaitan
deskriptif: Ketika ide, proses, atau prinsip umum digunakan
antara dua subjek untuk menghubungkannya, faktor ekonomi
dari ekonomi dapat digunakan untuk menjelaskan peristiwa
sejarah, atau faktor psikologis dari ilmu psikologi untuk
menjelaskan beberapa perang dan konflik antar negara dalam
sejarah. fenomena iklim dan geosintetik, 3) Keterkaitan
normatif: hubungan disini melalui prinsip juga, tetapi prinsip
etika dan sosial, bukan deskriptif, seperti menafsirkan beberapa
aspek sejarah dan prinsip keadilan sosial, atau kebebasan dari
ketergantungan.
1. Model Koneksi al-Mihwari (Tematik)
Model al-Mihwari adalah model berdasarkan tematik
dengan pendekatan holistic, yang mengkombinasikan aspek
epistemology, sosial, psikologi, dan pendekatan pedagogic
43
untuk mendidik anak, yaitu menghubungkan antara otak dan
raga, antara pribadi dan pribadi, antara individu dan komunitas,
dan antara domain-domain pengetahuan.
Model al-Mihwari sebagai suatu konsep dapat diartikan
sebagai pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa
mata pelajaran untuk memberikan pangalaman yang bermakna
bagi siswa. Dikatakan bermakna karena siswa akan memahami
konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman
langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang
sudah mereka pahami.
Model al-Mihwari merupakan suatu pendekatan yang
berorientasi pada praktik pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan perkembangan anak. Teori belajar ini dimotori oleh
para tokoh psikologi Gestalt, (termasuk teori Piaget) yang
menekankan bahwa pembelajaran itu haruslah bermakna dan
menekankan juga pentingnya program pembelajaran yang
berorientasi pada kebutuhan perkembangan anak.
Pemikiran metode ini muncul pada sekitar awal abad ini
karena dua alasan berbeda yaitu: 1) Karena dominasi atas
pembelajaran yang terfragmentasi/terbagi-bagi yang terkumpul
dari beberapa mata pelajaran yang berbeda, bahwasanya
merapikan atau menyusul materi keilmuwan di dalam satu
44
kajian yang memunculkan hubungan-hubungan antara materi
itu yang saling berkaitan dan kita bisa menemukan beberapa
beberapa tema yang berpegangan pada materi pelajara yang
muncul sebagai jawaban, 2) Karena berkembangnya
pemahaman unsur sosial dalam pendidikan, dan menguatkan
atas nilai-nilai sosial, dan konsep-konsep yang memberikan
porsi atau menambah ikatan sosial, dan meningkatkan
tanggung jawab sosial. Begitulah muncul jenis-jenis tema yang
berusahan untuk mengatasi masalah-masalah sosial dan aspek-
aspek kehidupan yang mana hal itu bisa untuk mengatasi
kesulitan-kesulitan sosial dan pemahaman ini semakin
berkembang setelah berkembangnya gerakan pada akhir
puluhun tahun dari abad ini. 23
2. Metode Koneksi al-Nashat (Insidental)
Model al-Nashat adalah sebagai kegiatan insidental
yang terjadi karena kegiatan lain, misalnya siswa yang
melakukan tugas dalam pekerjaannya, secara tidak sadar dia
juga melakukan kegiatan belajar yang lain. Model insidental
disebut bila tidak ada intruksi atau petunjun yang diberikan
pada individu mengenai materi belajar yang akan di lakukan
kelak
23
Ibid., 203.
45
Model al-Nashat merupakah proses pembelajaran yang
terjadi secara tidak sengaja. Pembelajaran ini bisanya disadari
saat pekerjaan yang dilakukan mendapat evaluasi. Evaluasi ini
menunjukkan hal yang harus diperbaiki dan strategi yang harus
dilakukan dalam memperbaiki keinerja. Ini juga disebut
Pendekatan Pengalaman
Kurikulum ini termasuk jenis kurikulum yang berpusat
di sekitar anak (atau pelajar). Dibandingkan dengan kurikulum
mata pelajaran (dan kurikulum keterlibatan dan inklusi, bidang
yang luas) yang berfokus pada konten. model ini bertujuan
untuk mencapai perkembangan anak melalui pengalaman aktif
yang menarik perhatian.24
24
Ibid., 178.
46
BAB III
PROFIL MADRASAH ALIYAH PONDOK PESANTREN
AL HIDAYAH SONDRIYAN KENDAL NGAWI
Pada bab ini, Peneliti akan menyajikan gambaran
singkat tentang Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Al
Hidayah yang meliputi: sejarah berdirinya, visi dan misi
madrasah, keadaan geografis, kondisi siswa dan guru, sarana
dan prasarana serta kelembagaan dan akses madrasah
A. Sejarah Berdirinya Madrasah Aliyah Pondok
Pesantren Al Hidayah
Madrasah Aliyah Al-Hidayah adalah Lembaga
Pendidikan formal yang merupakan bagian dari Pondok
Pesantren Al-Hidayah yang berlokasi di Dusun Sondriyan Desa
Majasem Kecamatan Kendal, Kabupaten Ngawi. Dusun
Sondriyan sendiri memiliki sejarah yang pahit berkaitan
dengan peristiwa G30S/PKI atau Gerakan September Tiga
Puluh pada tahun 1965 yang secara tidak langsung berdampak
pada psikologis masyarakat setempat pada waktu itu. Statistik
menunjukkan 90% masyarakatnya berpihak pada PKI sehingga
menjadikan dusun ini terbelakang di bidang agama, ditandai
46
47
dengan tidak adanya tokoh agama di dusun ini. Terlebih lagi
aspek ekonomi yang di bawah rata-rata menjadi alasan
pendukung yang memudahkan masyarakat untuk terjebak pada
perilaku yang melanggar norma-norma agama maupun sosial.1
Pada tahun 1990an, seorang dermawan yang juga
merupakan mantan kepala desa setempat tergerak untuk
mendirikan Masjid dan TPA sebagai upaya mengentas
keterbelakangan masyarakat di Dusun Sondriyan. Beliau
adalah H. Zainuddin Nawawi, BA. bin KH. Imam Nawawi bin
KH. Usman. Masjid yang didirikan berfungsi sebagai fasilitas
ibadah dikarenakan hanya terdapat satu Mushola di dusun ini.
Pembangunan Masjid juga ditujukan sebagai tempat
pembinaan shalat dan bacaan Al-Quran, dll, sehingga H.
Zainuddin menugaskan adik beliau bernama Drs. Qomari
Nawawi untuk menjadi ta’mir Masjid sekaligus Imam rowatib.
Mula-mula, kegiatan keagamaan berlangsung dengan cukup
baik, hingga perlahan antusiasme masyarakat untuk
meramaiakan masjid pun menurun.
1 Wawancara dengan Ibu Hj. Sri Endah Wahyuni, M.Pd.I., Kepala
MA Pondok Pesantren Al Hidayah Sondriyan Kendal Ngawi, pada tanggal
07 Nopember 2020 pukul 09.00 WIB.
48
Beberapa tahun kemudian tercetuslah ide
pembangungan yayasan pondok pesantren dari gagasan
menantu H. Zainuddin yang beranama H. Khoirul Anam
Mu’min, SH, seorang alumnus Pondok Pesantren Bahrul Ulum
Tambakberas Jombang. Dengan latarbelakang tersebut,
pendirian Pondok Pesantren Al-Hidayah mengadopsi pola
pendidikan yang diterapkan di Pondok Pesantren Bahrul Ulum.
Selanjutnya, yayasan Pendidikan Islam Pondok
Pesantren Al-Hidayah dibuka dan diresmikan pada bulan Juni
tahun 1998 bertepatan dengan bakti sosial dan kegiatan
bersama dengan GP. ANSOR. Momen penting ini diperjelas
dengan pembukaan pendaftaran siswa baru MTs Al-Hidayah
pada tanggal 17 Juli 1998. Kelahiran MTs Al-Hidayah
mendapatkan respon yang cukup baik dari masyarakat, terbukti
dari antusiasme pendaftar yang terbilang cukup tinggi untuk
ukuran sekolah baru. MTs Al-Hidayah pun resmi memulai
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan 74 orang siswa
yang terdiri dari dua rombongan belajar. MTs ini dikategorikan
sebagai MTs plus, yaitu lembaga pendidikan formal yang
selain menawarkan fasilitas sekolah juga menyediakan asrama
pondok pesantren dengan sistem penggabungan antara Salafi
dan Kholafi atau pencampuran sistem pesantren tradisional dan
49
modern. Hal ini merupakan representasi dari pendapat Imam
al-Ghazali dalal kitab Ihya ’Ulumuddin Juz 1:
صألحأ ديأد الأ ذ بلأ خأ الصالحأ الأمحافظة على الأقديأ والأ
Artinya:
Mempertahankan metode lama yang baik dan
mengambil metode baru yang lebih baik.
Kebutuhan masyarakat sangat mempengaruhi
perkembangan pendidikan formal di pondok pesantren Al-
Hidayah. Dengan adanya MTs Al-Hidayah, wali murid dapat
mengarahkan anak-anak mereka untuk dapat menyelesaikan
wajib belajar sembilan (9) tahun. Akan tetapi, kehidupan
setelahnya tetap menjadi kecemasan tersendiri yang dirasakan
wali murid. Peluang ini dimanfaatkan untuk mendirikan
Madrasah Aliyah Al-Hidayah yang secara resmi dibuka pada
tahun 2000/2001. Sebagai upaya pengembangan berkelanjutan,
pada tahun 2004/2005 diresmikanlah Perguruan Tinggi Al-
Hidayah yang bekerjasama dengan Universitas Nahdatul
Ulama’ Surakarta
Pendiri Pondok Pesantren Al Hidayah, memberi nama
pondok dengan sebutan ”Al -Hidayah”, mempunyai harapan
50
agar masyarakat sekitar Pondok Pesantren Al Hidayah
mendapat petunjuk dari Allah Swt ke jalan yang benar, jalan
yang di ridlio Allah Swt, sehingga berdirinya pondok pesantren
memberikan efek posotip bagi perkembangan masyarakat
sekitar.
B. Visi dan Misi Madrasah
Visi Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Al Hidayah
adalah: Menyiapkan generasi yang memiliki kualitas sumber
daya manusia (SDM) dibidang imtaq dan iptek serta peka
terhadap masalah sosial.2
Sedangkan Misi Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Al
Hidayah adalah:
1. Mendidik siswa agar memiliki pemahaman Agama dengan
mendalam serta sanggup mengamalkan,
2. Mendidik siswa agar arif dalam menyongsong masa depan
melalui pemahaman Iptek serta mampu bersosialisasi
dengan masyarakat yang heterogen.
Adapun Indikator Visi Misi Madrasah Aliyah Pondok
Pesantren Al Hidayah adalah:
2 Sumber papan data di kantor Madrasah Aliyah Pondok Pesantren
Al Hidayah,
51
1. Siswa dapat membaca al-Quran dan Kitab-kitab kuning
serta mampu memahami dan mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari,
2. Siswa dapat mengembangkan ilmu yang diperoleh sesuai
dengan bakat dan potensinya masing-masing,
3. Siswa memiliki kasadaran untuk beramal sholeh,
4. Siswa dapat melaksanakan kegiatan dalam lingkungan
masyarakat dalam mengembangkan ilmu keagamaannya,
5. Siswa mampu menyampaikan ilmu agama yang dimiliki
kepada lingkungan masyarakat sekitarnya..
Selanjutnya identifikasi tantangan nyata Madrasah
Aliyah Pondok Pesantren Al Hidayah adalah:
1. Siswa madrasah belum dapat menyerap secara maksimal
ilmu yang diberikan oleh guru terutama ilmu agama,
2. Siswa madrasah belum maksimal dalam mengamalkan
ilmunya terutama ibadah sholat,
Dan sasarannya adalah:
1. Setiap siswa mampu membaca dan memberi makna kitab
kuning,
2. Setiap siswa melaksanakan sholat berjamaah setiap sholat
fardlu di masjid atau di mushola,
3. Setiap warga sekolah memiliki akhlaqul karimah,
52
4. Setiap warga sekolah mampu memberi contoh yang baik
terhadap lingkungannya.
Identifikasi untuk mencapai sasaran di bagi menjadi
empat sasaran yaitu, sasaran I: Mampu membaca dan memberi
makna kitab kuning. sasaran II: Setiap siswa melaksanakan
sholat berjamaah setiap sholat fardhu di masjid atau musholla
terdekat, sasaran III:: Setiap warga sekolah memiliki akhlaqul
karimah. Sasaran IV : Setiap warga sekolah mampu memberi
contoh baik terhadap lingkungan.
C. Keadaan Geografis
Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Al Hidayah berada
di Dusun Sondriyan rt/ rw: 01/01 Majasem Kendal Ngawi.
Berdiri sejak tahun 2001. Sedangkan batasan-batasan
Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Al Hidayah Sondriyan
Kendal antara lain, sebelah utara: pemukiman penduduk,
sebelah timur: pemukiman penduduk, sebelah selatan: jalan
umum, sebelah barat: pemukiman penduduk
D. Kondisi Siswa dan Guru
Kondisi perkembangan siswa di Madrasah Aliyah
Pondok Pesantren Al Hidayah mengalami perkembangan yang
53
terus meningkat dari tahun ke tahun sejak berdirinya, peneliti
mencatat terhitung sejak tahun 2017 sampai 2020 siswa di
Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Al Hidayah rata- rata
mengalami kenaikan setiap tahunnya, hal menunjukkan
kuantitas siswa yang terus meningkat. Seperti dalam tabel di
bawah ini:
Tabel 3.1
Data Siswa MA Al Hidayah
No
Kela
s
Jumlah Siswa
2017 2018 2019 2020
L P L P L P L P
1 X 27 53 33 55 60 60 65 70
2 XI 30 23 35 58 50 60 50 70
3 XII 30 26 35 60 50 70 50 75
Jumlah 67 87 103 173 160 190 165 215
Sedangkan kondisi dewan guru di Madrasah Aliyah
Pondok Pesantren Al Hidayah adalah dari lulusan perguruan
tinggi dan alumni pesantren, rata – rata strata 1 (S1) dan ada 2
guru yang strata 2 (S2), seperti dalam tabel di bawah ini:
54
Tabel 3.2.
Data Guru MA Al Hidayah
No
Nama Guru
Jenis
Kelamin
Pendidi
kan
L P
1 Khoirul Anam Mu’min S.H.,
M.H.I
√ S2
2 Umi Syafiqoh M. Pd - √ S2
3 Idham Kholid S. Pd.I √ - S1
4 Fatihin Nuryanto S. Sos.I √ - S1
5 Ahmad Turmudi S. Ag
√
- S1
6 Ahmad Asy’ari √ - S1
7 Siti Khotimah S. Ag. - √ S1
8 Ulil Afidah S. Si. - √ S1
9 Imam Hambali S. Ag √ - S1
10 Juni Bagus Setiawan S. Pd √ - S1
11 Muttaqin Mu'min S. Pd.
√
- S1
12 Aris Kurilah √ - S1
13 Rif’an Abdillah √ - S1
14 Muh. Mabrur S. Pd.I
√
- S1
15 Arie Pratiwi S. Pd - √ S1
16 Mumli’ul Isyati S. Ag - √ S1
17 Nur Ruhana S.E. - √ S1
18 Tri Hadi Ampuniati S.T - √ S1
19 Katmiatun S. Ag. - √ S1
20 Muhammad Harun S.Pd.I √ - S1
55
E. Sarana dan Prasarana
Sarana Fisik di Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Al
Hidayah berupa ruang kelas sebanyak 9 lokal, perpustakaan 1
lokal, laboratorium IPA 1 lokal, laboratorium komputer 1
lokal, kamar mandi siswa, kamar mandi guru, kantor TU,
Ruang guru dan ruang kepala, untuk lebih detailnya ada dalam
tabel berikut ini:
Tabel 3.3.
Sarana Fisik MA Al Hidayah
No Sarana Jumlah
1 Ruang Kelas 9
2 Ruang Perpustakaan 1
3 Ruang Labolatorium IPA 1
4 Ruang Labolatorium IPS -
5 Ruang Labolatorium Bahasa -
6 Ruang Labolatorium Komputer 1
7 Ruang Unit Kesehatan Madrasah 1
8 WC 2
9 Masjid 1
56
Tabel 3.4
Sarana Non Fisik MA Al Hidayah
No Prasarana Jumlah
1 Perpustakaan
a. Buku Pengayaan
2000
b. Buku Referensi 3100
c. Buku Panduan Pendidik 2500
2 Labolatorium IPA 1
3 Labolatorium IPS -
4 Labolatorium Bahasa -
5 Labolatorium Komputer
a. Dekstop
1
b. Laptop 2
c. Multimedia 2
(LCD)
d. Website, E-mail 1
6 Unit Kesehatan Madrasah (UKM) 1
F. Kelembagaan dan Akses Madrasah
Peran dan kegiatan komite madrasah terlibat dalam
penerimaan siswa baru, pembangunan madrasah, perekrutan
guru baru. Sedangkan Peran dan kegiatan MGMP KKG di
Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Al Hidayah dilakukan
setiap bulan yang meliputi kegiatan: Pembuatan rencana
57
pelaksanaan pembelajaran (RPP), pembuatan silabus,
pembuatan prota, pembuatan soal mid/semester.
Untuk mengasah instink bisnis para siswanya, MA Al
Hidayah mengadakan kegiatan/usaha antara lain : Koperasi
madrasah, Rental mobil, Peternakan sapi, Home industri
konveksi. Hubungan Madrasah dengan Perguruan Tinggi
meliputi: Kerja sama dalam pemberian beasiswa kepada siswa-
siswa yang berprestasi antara lain dikirim ke Universitas
Negeri Jogja, Universitas Negeri Malang, IAIN Surabaya,
UNESA dan UNAIR Surabaya. Kerja sama dengan perguruan-
perguruan tinggi swasta di Ngawi untuk dijadikan tempat
magang bagi mahasiswa yang akan mengadakan program PKL.
Program kuliah untuk guru yang belum S1, antara lain ke
UNESA (Universitas Negeri Surabaya) dan UM (Universitas
Negeri Malang).
Hubungan madrasah dengan ormas pendidikan adalah:
TPA/TPQ, sebagai tempat belajar al-Quran, madrasah diniyah,
untuk memperdalam ilmu agama yang duselenggarakan di sore
hari, Selain itu di madrasah diniyah ini juga dijadikan sarana
praktek kerja lapangan bagi siswa kelas X dan XI di akhir
semester.
58
Hubungan Madrasah dengan lembaga bimbingan
belajar meliputi : BEC (basic english course) Kediri, dilakukan
oleh MA Al Hidayah 3 bulan sekali, mereka mendatangkan
tutor Inggris dari BEC di mana kursus berlangsung selama 1
bulan penuh. Bimbingan Bahasa Arab yang bekerja sama
dengan Lembaga Pondok Pesantren, kegiatan tersebut
dilakukan 2 bulan sekali yang mendatangkan tutor bahasa arab
dalam rangka memberikan bimbingan intensif pada siswa.
Hubungan Madrasah dengan lembaga
internasional/nasional meliputi : lembaga internasional: ADB
(asian development bank), di mana ADB berperan sebagai
penyandang dana untuk kegiatan peningkatan kualitas guru dan
peningkatan kualitas sarana dan prasarana. Lembaga nasional:
PMI (Palang Merah Indonesia), di sini PMI berperan dalam
kegiatan ekstrakurikuler madrasah.
Hubungan madrasah dengan yayasan pendidikan/badan
hukum pendidikan penyelenggara adalah bahwa Pondok
Pesantren Al Hidayah merupakan yayasan pendiri MA Al
Hidayah yang mendukung kegiatan belajar mengajar di MA Al
Hidayah. Dan yang terakhir hubungan madrasah dengan
pemerintah daerah adalah dalam penyetaraan ijasah yang
59
dikeluarkan oleh pihak Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Kabupaten Ngawi.3
3 Hasil wawancara dengan Ibu Sri Endah Wahyuni. Kepala MA
Pondok Pesantren Al Hidayah Sondriyan Kendal Ngawi, pada tanggal 07
Nopember 2020 pukul 09.00 WIB.
60
BAB IV
MANAJEMEN KURIKULUM MUATAN LOKAL
DI MADRASAH ALIYAH JURUSAN ILMU ILMU
KEAGAMAAN PONDOK PESANTREN AL HIDAYAH
Pada bab ini, Peneliti akan mendeskripsikan
pelaksanaan kurikulum muatan lokal di MA Pondok Pesantren
Al Hidayah, kemudian menganalisis manajemen
pelaksanannya.
A. Deskripsi Manajemen Kurikulum Muatan Lokal di
Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Al Hidayah
1. Bentuk Intrakurikuler
Kurikulum muatan lokal di Madrasah Aliyah Pondok
Pesantren Al Hidayah di jadikan satu dalam bentuk
intrakurikuler, artinya muatan lokal dimasukkan dalam
kurikulum intra ialah “berupa mata pelajaran tertentu yang
pembelajarannya, alokasi waktunya, dan evaluasinya
sama/sejajar dengan mata pelajaran dari Kemenag. Kepala
Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Al Hidayah menuturkan:
Untuk memperdalam pengetahuan anak tentang materi-
materi pesantren, kami sengaja mememasukkan
60
61
pelajaran-pelajaran yang ada di pesantren ke dalam
sekolah formal, dimana pelajaran pesantrean tersebut
masih sesuai dengan kurikulum dari kementrian
agama.1”
Kurikulum muatan lokal yang berbentuk intrakurikuler
di MA Al Hidayah terdiri dari bermacam-macam mata
pelajaran, sesuai dengan tingkat perkembangan siswa dan
kelasnya. Antara kelas X, XI, dan XII. Berikut ini deskripsi
struktur mata pelajaran MA Al Hidayah untuk jurusan ipa dan
ips yaitu: al-Quran hadis, aqidah akhlak, fiqih, sejarah
kebudayaan islam, pkn, bahasa indonesia, bahasa arab,
matematika, sejarah nasional bahasa indonesia, bahasa inggris.
Penjurusan mia terdiri dari: fisika, kimia, biologi, sejarah,
geografi, ekonomi, sosiologi. Sedangkan untuk penjurusan IIK
(ilmu-ilmu keagamaan) terdiri dari: Tafsir Ilmu Tafsir, Hadist
Ilmu Hadist, Fiqh Ushul Fiqh, Tartil, Tahfidz al-Qur‟an,
Ta‟limul Muta‟alim, al Khusun al Hamidiyah, Kifayatul
Akhyar, Bulughul Marom, Minhatul Mughiz, al Itqon fi Ulum
al Quran, Mabadi Awwaliayah, Tafsir Ayatul Ahkam,
1 Wawancara dengan Ibu Hj. Sri Endah Wahyuni, M.Pd.I pada hari
Rabu, tanggal 07 Nopember 2020 pukul 09.00 WIB, Beliau adalah Kepala
Madrasah Aliyah Al Hidayah sekaligus Pengasuh Pondok Pesantren Al
Hidayah (Ibu Nyai).
62
Khulashoh Nurul Yaqin, al Amtsilah Tasrifiyah, Qowaidul
„Ilal, „Imrithi. Jadi, secara keseluruhan mata pelajaran muatan
lokal yang diajarkan di MA Al Hidayah dapat dilihat dalam
struktur kurikulum khusus jurusan Ilmu Ilmu Keagamaan
berikut ini :
Tabel 4.1
Struktur kurikulum MA Al Hidayah jurusan ilmu ilmu
keagamaan 2
No Materi Kitab Pegangan
Alokasi
Waktu
Pengetahuan Agama
1 Al-Qur'an Hadist 2 القرآى
2 Akhlaq 2 لين الوتعلنتع
3 Akidah 2 الحصوى الحويديه
4 Fiqih 4 كفاية الآخيار
5 Hadist 2 بلوغ الورام
6 Ilmu Hadist 4 هحة الوغيث
7 Ilmu Tafsir 4 الاتقاى فى علوم القرأى
8 Ushul Fiqih 2 هفتاح الوصول
9 Tafsir 3 تفسيرايات الأحكام
10 Tarikh 2 خلاصة وراليقيي
Gramatika Arab
11 Qiro'atul Kitab 2 فتح القريب
12 Shorof & I'lal 2 الأهثلةالتصريفية
2 Dokumentasi Kurikulum MA Al Hidayah, Peneliti mendapat
dokumen kurikulum dari Bapak Ahmad Turmudi, S.Ag. Beliau adalah PKM
Kurikulum Madrasah Aliyah Al Hidayah.
63
/قواعدالإعلال
13 Imla' & Insya' 2 قواعدالإهلاء
14 Nahwu 2 ظن العوريطي
15 Al Lughoh Arobiyah 2 دروس اللغة العرابية
Pengetahuan Umum
17 Bahasa Indonesia Buku Paket 3
18 Bahasa Inggris Buku Paket 3
19 Matematika Buku Paket 3
Jumlah 48
2. Bentuk Ekstrakurikuler
Bentuk kegiatan ekstrakurikuler di MA Al Hidayah
berupa kegiatan tertentu, Ibu Hj. Sri Endah Wahyuni, M.Pd.I.,
mengatakan:
“Bentuk kegiatan ekstrakurikuler di MA Al Hidayah
dilakukan secara kelompok/bersama-sama di luar jam
pelajaran intra/resmi. Biasanya dilaksanakan setelah
pulang sekolah pada pukul 14.00 s/d 15.30 WIB, dan
dilanjutkan pada pukul 16.00 s/d 17.15 WIB. Kegiatan
ekstra ini lebih ditekankan pada kegiatan kelompok
yang dilakukan di luar jam pelajaran di kelas, dengan
tetap memperhatikan minat, kemampuan siswa serta
kondisi lingkungan dan sosial budaya masyarakat di
sekitar MA Al Hidayah.3”
3 Hasil wawancara dengan Ibu Hj. Sri Endah Wahyuni, M.Pd.I,
pada hari Rabu 07 Nopember 2020, pukul 09.00 WIB. Di kantor MA Al
Hidayah
64
Menurut Beliau:
Kegiatan ekstrakurikuler di MA Al Hidayah ini diajar
oleh ustaz/ustazah yang memiliki kompetensi di
bidangnya, terutama ketrampilan dan kesenian. Bentuk
kegiatannya pun bermacam-macam, sehingga siswa
bisa memilih sesuai dengan bakat dan keinginannya.
kegiatan ekstrakurikuler di MA Al Hidayah ini ada
yang wajib dan tidak wajib diikuti oleh siswa mukim,
dan bagi siswa pulang pergi (siswa lajo/santri kalong)
semua kegiatan ekstrakurikuler tidak diwajibkan
Kegiatan yang wajib diikuti oleh siswa/santri mukim
(tidak wajib bagi santri kalong), seperti: belajar al-Quran,
amtsilati dan kajian kitab kuning, komputer, pramuka, seni
bela diri, seni baca al-Quran, mujahadah, kursus bahasa arab
dan bahasa inggris.
Sedangkan kegiatan yang wajib bagi semua santri,
seperti: Muhadharah empat bahasa (Arab, Inggris, Indonesia,
Daerah/Jawa), dan PHBI. Sedangkan yang tidak wajib diikuti
semua santri, seperti: Menjahit, sablon, rebana al Banjari,
keputrian, olahraga.
3. Bentuk Kokurikuler
Bentuk kokurikuler ini merupakan penunjang kegiatan
intrakurikuler, ada kalanya dilakukan secara berkelompok
65
untuk pengembangan sikap kebersamaan, dan ada kalanya
dilakukan secara perorangan untuk meningkatkan rasa percaya
diri siswa serta menyesuaikan minat dan kemampuan siswa.
Menurut PKM Kurikulum, Bapak Ahmad Turmudi:
“Kegiatan Kokurikuler di MA Al Hidayah tidak memiliki
kurikulum tertulis, namun menjadi sebuah kelaziman
bagi semua santri untuk menjalankannya, dan
dianjurkan untuk mengembangkannya sesuai dengan
minat dan bakat masing-masing santri. Kokurikuler ini
merupakan bentuk ciri khas atau merupakan kegiatan
yang diunggulkan oleh MA Al Hidayah, bentuk
kokurikuler yang wajib diikuti oleh semua siwwa itu
seperti kewajiban berseragam busana muslimah bagi
santriwati dan memakai celana panjang setiap hari
bagi santriwan serta dilengkapi peci/kopiah, membaca
do‟a dan asma‟ al-Husna bersama sebelum dimulainya
pembelajaran di kelas, dan menutupnya dengan do‟a
pula, melaksanakan shalat maktubah secara
berjama‟ah, melaksanakan shalat dhuha secara
berjama‟ah.4
Sedangkan bentuk kokurikuler yang dilakukan oleh
siswa MA Al Hidayah yang mukim di pesantren, berdasarkan
4 Hasil wawancara dengan Bapak Ahmad Turmudi, PKM
Kurikulum MA Al Hidayah, hari rabu, 11 Nopember 2021 Pukul 09.00
WIB.
66
observasi dan wawancara dengan ustaz Ahmad Turmudi,
antara lain:
a. berbicara dengan bahasa arab,
b. shalat maktubah secara berjama’ah,
c. Kajian al-Qur’an dan kitab kuning setiap pagi dan malam,
d. muhadatsah setiap pagi,
e. pembacaan asma’ al-husna, tahlil, dan yasin berjama’ah
setiap malam Jum’at ba’da maghrib,
f. pembacaan sholawat nabi malam Jum’at ba’da Isya’,
g. Pembacaan al-Barzanji setiap malam Senin,
h. shalat sunat rawatib, dhuha, tahajjud, dan shalat sunnat
lain,
i. Mujahadah pada hari-hari tertentu,
j. peringatan hari besar islam (PHBI), yang didahului
perlombaan sesuai dengan bakat santri dan dilanjutkan
dengan pentas seni dan ceramah agama,
k. dianjurkan menjalankan puasa sunnat (seperti puasa Senin
dan Kamis, puasa Dawud, dan lain-lain).5
5 Hasil wawancara dengan Bapak Ahmad Turmudi, PKM
Kurikulum MA Al Hidayah, hari rabu, 11 Nopember 2021 Pukul 09.00
WIB
67
Adapun cara hidup di Pondok Pesantren Al Hidayah
adalah sebagai berikut:
a. Kegiatan Harian
Kegiatan harian di MA Al Hidayah terutama bagi santri
yang mukim di pesantren, ialah berupa serangkaian kegiatan
yang dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan selama
24 jam. Selain berupa kegiatan pembelajaran intrakurikuler
pada jam pelajaran pagi dan ekstrakurikuler sore, namun yang
lebih penting ialah pembinaan, pembiasaan dan teladan para
ustadz/ustadzah melalui kegiatan kokurikuler pesantren selama
24 jam. Adapun jadwal kegiatan harian di pesantren sebagai
berikut :
Tabel 4.2
Kegiatan Harian Pondok Al Hidayah
NO WAKTU JENIS KEGIATAN
1 04.00 bangun pagi, jama’ah shalat subuh
2 06.00 Mengulang pelajaran pagi, mandi
3 07.00 Belajar di kelas
4 13.00 Jama’ah shalat Dzuhur, makan
5 14.00 Kegiatan ekstrakurikuler
6 15.30 Jama’ah shalat Ashar
7 16.00 Olah raga dan aktifitas luar sekolah
8 17.45 Jama’ah shalat Maghrib, tadarus al-
Qur’an
9 19.30 Jama’ah shalat Isya’
68
10 20.30 Belajar malam (mengulang pelajaran
pagi)
11 22.00 Tidur
b. Jadwal Kegiatan Mingguan
Selain jadwal harian yang dilakukan secara rutin di
atas, ada juga kegiatan yang bersifat mingguan, yaitu:
Tabel 4.3
Kegiatan Mingguan Pondok Al Hidayah
NO HARI JENIS KEGIATAN
1 Sabtu Persida
2 Ahad Kursus Bahasa Arab & Inggris
3 Senin Seni Baca al-Qur’an, upacara bendera
4 Selasa Kursus Bahasa Arab & Inggris
5 Rabu Pramuka
6 Kamis
Olah raga, Pembacaan Tahlil, al-Asma’
al-Husna,Yasin, latihan pidato bahasa
Indonesia, Arab dan Inggris
7 Jum’at Shalat Dhuha berjamaah dan Shalat
Jum’at (bagi santriwan).
Kegiatan mingguan ini merupakan bentuk muatan
ekstrakurikuler dan kokurikuler yang wajid diikuti oleh semua
69
santri mukim, dan dianjurkan bagi santri kalong (pulang
pergi).6
c. Kesadaran Berorganisasi
Pesantren Al Hidayah adalah tempat pembenihan
pemimpin organisasi, di mana banyak pembelajaran untuk
berorganisasi, dari Organisasi Pelajar Al Hidayah (OPMA),
Organisasi Siswa Intra Madrasah (OSIM), organisasi
kepramukaan, organisasi daerah, muhadharah, dan organisasi
pada kegiatan ekstrakurikuler lain. Organisasi-organisasi
tersebut, sebagaimana diungkapkan oleh pimpinan pesantren
dalam kegiatan MOCA (masa orieantasi cinta almamater),
bahwa pesantren merupakan tempat persemaian benih–benih
organisatoris yang akan disebar di masyarakat. Masyarakat
bagaikan ladang atau sawahnya. Kalau benih ditanam di tanah
yang subur, insya Allah akan menjadi pohon yang besar dan
rindang daunnya serta dapat dijadikan tempat berteduh.
d. Pramuka
Gerakan pramuka merupakan salah satu kegiatan
ekstrakurikuler di Pondok Pesantren Al Hidayah, dan kegiatan
ini wajib diikuti oleh semua santri.. Kepramukaan di Al
6 Hasil wawancara dengan Ahmad Turmudi, pada Hari Rabu, 11
Nopember 2020. Pukul 09.00 WIB.
70
Hidayah mempunyai kelebihan dibanding kepramukaan yang
ada di tempat lain, sebab kegiatan dilakukan secara islami,
putra-putri terpisah, dan putri berjilbab.
Kegiatan ini merupakan sarana untuk mendidik santri
agar memiliki kepribadian, watak, mental dan akhlak yang
mulia sebagai bekal hidup di masyarakat dalam upaya
menegakkan agama, bangsa dan negara.
e. Sopan Santun (Etika)
Etika di Pondok Pesantren Al Hidayah ini “selalu
disampaikan secara umum pada kegiatan MOCA (masa
orieantasi cinta almamater) setiap awal tahun pelajaran. Selain
dijelaskan dalam bentuk tulisan, namu juga ditetapkan secara
terperinci dalam tata tertib santri beserta jenis pelanggaran dan
sanksinya.”Aturan mengenai etika pesantren ini meliputi: cara
berpakaian, bersuara, bergaul, kesopanan pada umumnya, serta
tata cara bepergian. Semua ini diperjelas dalam tata tertib
santri.
71
B. Analisis Manajemen Kurikulum Muatan Lokal di
Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Al Hidayah
Sebagaimana deskripsi diatas, diketahui bahwa
pelaksanaan manajemen kurikulum muatan lokal merupakan
suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi
berbasis pesantren dalam bentuk tindakan praktis sehingga
memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan,
keterampilan, maupun nilai dan sikap.
Manajemen kurikulum muatan lokal di Madrasah
Aliyah Pondok Pesantrean Al Hidayah di terapkan dengan
tahapan sebagai berikut: tahap perencanaan, tahap
pengorganisasian, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi.
1. Perencanaan pelaksanaan kurikulum muatan lokal.
Pada tahap perencanaan ini bertujuan untuk
mengembangkan tujuan operasional yang ingin dicapai. Usaha
ini mempertimbangkan metode dan teknik, sarana dan
prasarana pencapaian yang akan digunakan, waktu yang
dibutuhkan, besar anggaran, personalia yang terlibat, dan
sistem evaluasi, dengan mempertimbangkan tujuan yang ingin
dicapai, situasi, kondisi, serta faktor internal dan eksternal.
72
Pada setiap penetapan berbagai elemen yang digunakan
dalam proses Pelaksanaan kurikulum oleh tim khusus di MA
Al Hidayah. Tim khusus yang telah dibentuk membuat
keputusan tentang tahapan proses pelaksanaan yaitu: a)
mengidentifikasi masalah yang dihadapi sesuai dengan tujuan
hendak di capai, b) mengembangkan pilihan metode, evaluasi,
personalia, anggaran dan waktu lalu mengevaluasinya dan
terakhir penentuan pilihan metode, evaluasi, personalia,
anggaran dan waktu yang paling tepat. Hasil dari penentuan
tersebut di jadikan pedoman dalam pelaksanaan. Kemudian
dikoordinasikan dengan para guru dan staf lainnya yang
berkompeten.
Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam perencanaan
Pelaksanaan muatan lokal di MA Al Hidayah antara lain:
a. Penentuan Bentuk Muatan Lokal
Kegiatan penentuan kurikulum muatan lokal pada
tingkat satuan pendidikan merupakan bagian dari kegiatan
perencanaan madrasah. Menurut Kepala Madrasah Hj. Sri
Endah Wahyuni, M.Pd.I, menuturkan:
”Proses penentuan muatan lokal di MA Al Hidayah
adalah rapat kerja madrasah oleh tim khusus
berjumlah 8 orang, yang terdiri dari kepala madrasah,
73
pkm kurikulum dan pengajaran, pkm. kesiswaan,
bendahara, tata usaha, pengurus yayasan, dan komite
madrasah (yakni pimpinan pesantren sendiri). Kegiatan
ini biasanya diselenggarakan setidaknya dua kali
setahun, yakni menjelang awal tahun pelajaran dan
pertengahan. Bisa juga dilaksanakan pada waktu-waktu
tertentu jika dianggap perlu.”
Kegiatan penyusunan kurikulum tingkat MA ini secara
garis besar meliputi: penyiapan dan penyusunan draf, review
dan revisi, serta finalisasi. Langkah yang lebih rinci dari
masing-masing kegiatan diatur dan diselenggarakan oleh tim
khusus.
b. Penyesuaian dengan lingkungan masyarakat sekitar
pesantren
Penentuan muatan lokal yang berbentuk kegiatan
intrakurikuler, seperti mata pelajaran yang mengandung ibadah
amaliah merupakan materi yang harus dikuasai. Sebab,
menurut kepala madrasah:
Praktik ibadah sangat dibutuhkan oleh masyarakat,
ibadah praktis berupa tata cara ibadah mahdhah,
memimpin do‟a, memimpin shalat jenazah, gerhana,
ghaib, idul fitri dan idul adha, shalat dhuha dan
tahajud beserta do‟anya, memimpin yasin dan tahlil,
istighosah, hafalan doa-doa, dan surat-surat pendek
dalam al-Quran.”
74
c. Disesuaikan dengan Sumber Belajar
Muatan lokal di Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Al
Hidayah dilaksanakan berdasarkan kebutuhan dan disesuaikan
dengan ketersediaan sumber belajar yang ada. Muatan lokal
yang menganut kurikulum pesantren, seperti kajian kitab
kuning, seni baca al-Quran, menghafal al-Quran, dapat
dilaksanakan karena banyak tersedia kitab-kitabnya di koperasi
pesantren, dan para pengajarnya merupakan alumni dari
berbagai pesantren yang sudah matang di bidangnya.
d. Disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan masa
depan/modern
Sebagaimana diungkapkan oleh pimpinan Pondok
Pesantren Al Hidayah, KH. Khoirul Anam Mu’min SH. M.HI.:
Seiring dengan kemajuan zaman di era globalisasi ini,
para santri diharapkan memiliki akhlak yang mulia
serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.
jadilah kalian ulama yang intelek atau menjadi intelek
yang alim.7
7 Di kutip dari pidato pimpinan yayasan Pondok Pesanten Al
Hidayah, KH. Khoirul Anam Mu’min SH. M.HI, saat memimpin upacara
gabungan seluruh unit di Pondok Pesantren Al Hidayah pada tanggal 04
oktober 2021 di halaman utama pondok pesantren.
75
Oleh karena itu, pantas kalau kurikulum muatan lokal
yang dilaksanakan di MA Al Hidayah ini disesuaikan agar para
santri mampu memenuhi tuntutan masa depan, baik yang
bersifat religius, ekonomi, sosial, politik dan keorganisasian.
e. Perangkat Kurikulum Muatan Lokal
1) Tenaga Pendidik Profesional dan Kompeten
“Para pengajar muatan lokal ini disiapkan berdasarkan
kebutuhan dan ketersediaannya. Para Ustadz di sekitar
pesantren direkrut untuk menjadi pengajar di pesantren, seperti
kajian kitab kuning, tahfidz al-Qur’an dan tilawah al-Qur’an
dan bahkan menguji praktik ibadah setiap akhir tahun
pelajaran.”“Sedangkan para alumni dari berbagai perguruan
tinggi direkrut untuk mengajar muatan lokal lain seperti, kursus
bahasa Inggris sore, sablon, keputrian, kepramukaan, seni baca
Al Qur’an, keorganisasian, pentas seni, dan olah raga.”
2) Sumber Belajar dan Buku Ajar
Sumber belajar berupa buku ajar juga disediakan di
perpustakaan dan koperasi pesantren, baik berupa kitab-kitab
kuning terbitan umum, serta kitab yang diterbitkan pesantren
Al Hidayah sendiri.
76
“Selain buku ajar dan perpustakaan, terdapat juga
sumber belajar yang lain seperti: suasana pesantren yang
islami, lingkungan alam dan perkebunan milik pesantren,
ulama-ulama dan masyarakat sekitar pesantren, unit usaha
pesantren, serta berbagai bentuk organisasi pelajar.”
3) Media Belajar
“Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Al Hidayah
mempunyai banyak sekali media belajar, sebagaimana telah
dideskripsikan sebelumnya, yakni tidak hanya yang
mendukung religiusitas saja, namun juga ketrampilan, kesenian
ilmu pengetahuan dan olah raga. Media belajar selalu
disediakan dan bahkan selalu ditambah setiap tahunnya.
Penambahan media belajar ini selalu menjadi program tiap
tahunnya. Hingga saat ini, media belajar di MA Al
Hidayah“sudah tergolong lengkap, meskipun belum sempurna.
Sebab, sebagai lembaga yang berbasis pesantren.”
4) Silabus, Program Tahunan dan Program Semester
“Silabus, program tahunan dan program semester,
drafnya disiapkan oleh bagian kurikulum untuk dibahas oleh
tim khusus, yang pengembangan selanjutnya diserahkan
kepada masing-masing guru pengampunya.”
77
2. Pelaksanaan Kurikulum Muatan Lokal
“Pelaksanaan tahapan-tahapan yang disusun dalam fase
perencanaan, dengan menggunakan sejumlah teknik dan
sumber daya yang ada dan telah ditentukan pada tahap
perencanaan sebelumnya. Jenis kegiatan yang dilakukan
meliputi intrakurikuler, ekstrakurikuler dan kokurikuler. Sistem
pelaksanaan pada masing-masing kegiatan ini berbeda-beda.
Adapun teknik yang digunakan, alat bantu yang dipakai,
lamanya waktu pencapaian kegiatan, pihak yang terlibat,
jadwal yang ditetapkan, serta besarnya anggaran yang telah
dirumuskan dalam tahap perencanaan, diterjemahkan kembali
dalam praktik di lingkungan MA Pondok Pesantren Al
Hidayah oleh para pembimbing dan staf yang berkompeten.”
Selanjutnya, Peneliti akan mendeskripsikan lebih rinci
tentang pelaksanaan kurikulum muatan lokal di MA Pondok
Pesantren Al Hidayah, yaitu:
a. Persiapan Guru
1) Kegiatan Intrakurikuler
“Kepala madrasah dan PKM kurikulum berkoordinasi
dengan seluruh guru pengampu, dan kepala madrasah
menginstruksikan kepada masing-masing guru pengampu
78
untuk menyusun silabus, KI KD, kompetensi dasar,
menentukan metode, media, dan prosedur evaluasi.”
2) Kegiatan Ekstrakurikuler
“Dewan guru yang bertanggung jawab pada kegiatan
ekstrakurikuler tidak harus mengikuti prosedur seperti pada
kegiatan intrakurikuler. Sebab, perencanaan kegiatan
ekstrakurikuler akan berbeda-beda tergantung dari jenis
kegiatannya. Oleh karena itu perencanaan kegiatan ini
diserahkan sepenuhnya kepada guru yang memiliki kompetensi
di bidangnya untuk menyelenggarakan secara baik.”
3) Kegiatan Kokurikuler
“Pada kegiatan kokurikuler ini, biasanya seluruh
rencana dan prosedur kegiatan diatur oleh pimpinan pesantren,
yang selanjutnya dimusyawarahkan dengan tim khusus dan
hasilnya dikoordinasikan dengan seluruh guru atau staf yang
terlibat dalam pelaksanaan.”
b. Pelaksanaan Pembelajaran
1) Kegiatan Intrakurikuler
“Pelaksanaan pembelajaran muatan lokal berupa
intrakurikuler ini sama halnya dengan kegiatan mata pelajaran
umum yang lain. Yakni dilakukan dengan berbagai strategi,
79
seperti tatap muka di kelas dan kadang kala praktik lapangan
jika dibutuhkan.”
Strategi tatap muka ini dilakukan terutama berkaitan
dengan teori-teori dan latihan yang bisa dilaksanakan di dalam
kelas. Sedangkan strategi praktik lapangan dilakukan apabila
siswa perlu mengetahui, menemukan atau mengalami secara
langsung kegiatan di lapangan. Misalnya saja, praktik shalat
jenazah langsung di masyarakat, membagikan zakat, mengikuti
perlombaan di luar kampus, pentas seni, dan rebana, ceramah
agama di masyarakat, dan sebagainya.
Selain strategi yang bermacam-macam, pemilihan
alternatif metode, media, dan evaluasi juga bermacam-macam,
sesuai dengan kebutuhannya. Metode dan media yang
digunakan juga sama dengan mata pelajaran yang lain, yakni
disesuaikan dengan kebutuhan.
“Evaluasi muatan lokal ini sedikit berbeda dengan
evaluasi mata pelajaran umumnya. Kebanyakan evaluasi
tertulisnya disusun oleh guru sendiri, berbentuk isian, uraian
dan jawaban singkat, sedangkan yang lainnya berupa evaluasi
lisan dan praktik.
”
80
2) Kegiatan Ekstrakurikuler
“Pada pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler, strategi
yang digunakan lebih banyak menggunakan strategi praktik
langsung daripada strategi tatap muka (pembahasan teori).
Sebab, kegiatan ini lebih membutuhkan keterampilan (skill)
langsung daripada teori. Seperti pramuka, komputer, seni baca
al-Quran, olahraga, keputrian, dan menjahit.”
3) Kegiatan Kokurikuler
Menurut PKM kurikulum, Bapak Ahmad Turmudi:
metode pembelajaran pada pembelajaran kokurikuler yang
selama ini digunakan berbentuk penemuan (inquiry),
pembiasaan dan teladan. Melalui metode-metode tersebut,
tujuan pembelajaran akan lebih mengena dan benar-benar
menjadi kebiasaan para santri. Sebab, pembelajaran tanpa
dibiasakan dalam kehidupan nyata, akan menjadi mustahil
untuk diraih, lebih-lebih pembelajaran mengenai akhlak al-
karimah dan budaya islami.
3. Evaluasi Pelaksanaan Kurikulum Muatan Lokal
Menurut Kepala MA Al Hidayah, evaluasi pelaksanaan
muatan lokal mempunyai tujuan sebagai berikut: “Pertama,
melihat proses pelaksanaan yang sedang berjalan sebagai
81
fungsi kontrol, apakah pelaksanaan evaluasi telah sesuai
dengan rencana, dan sebagai fungsi perbaikan jika selama
proses terdapat kekurangan. Kedua, melihat hasil akhir yang
dicapai. Hasil akhir ini merujuk pada kriteria waktu dan hasil
yang dicapai dibandingkan dengan proses perencanaan.
Evaluasi dilaksanakan menggunakan suatu metode, sarana dan
prasarana, anggaran personal, dan waktu yang ditentukan
dalam tahap perencanaan.”
a. Waktu Pelaksanaan Evaluasi
“Evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum selama satu
semester, satu tahun pelajaran maupun pada akhir periode
satuan pendidikan di lakaukan setelah evaluasi terhadap proses
interaksi pelaksanaan pembelajaran pada masing-masing mata
pelajaran di kelas. Evaluasi yang dilakukan oleh masing-
masing guru pengampu di kelas ini bisa berupa penilaian
formatif dan sumatif, yang mencakup penilaian keseluruhan
secara utuh untuk keperluan evaluasi pelaksanaan kurikulum.”
“Evaluasi ini dilakukan oleh tim khusus sebagai usaha
untuk mengetahui pencapaian hasil pembelajaran atau prestasi
yang diperoleh para santri setelah kurun waktu tertentu. Oleh
82
karena itu akan diketahui kendala-kendala yang dihadapinya,
dan selanjutnya dicari solusi penyelesaian secara tepat.”
b. Pelaksanaan Evaluasi
“Pelaksanan evaluasi terhadap perencanaan dan
pelaksanaan kurikulum di MA Al Hidayah adalah oleh tim
khusus, yang terdiri dari 8 orang anggota yaitu: kepala sekolah,
pkm kurikulum, pkm kesiswaan, pkm humas, BP, tata usaha,
pengurus yayasan dan komite madrasah.”
“Tim khusus tersebut bertugas melakukan perencanaan
program kerja, mengevaluasi kurikulum, serta pengembangan
kurikulum secara menyeluruh. Sebagaimana diungkapkan
Bapak Ahmad Turmudi beliau mengatakan:”
“Sebelum proses pembelajaran dimulai, biasanya pada
awal tahun ajaran baru selalu diadakan rapat oleh tim
khusus untuk membahas segala hal yang berkaitan
dengan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran,
hasil musyawarah tersebut disosialisasikan kepada
para guru.
83
BAB V
MODEL KONEKSI KURIKULUM MUATAN LOKAL
DENGAN KURIKULUM NASIONAL DI MADRASAH
ALIYAH JURUSAN ILMU ILMU KEAGAMAAN
PONDOK PESANTREN AL HIDAYAH
Setelah Peneliti mendeskripsikan pelaksanaan muatan
lokal di Madrasah Aliyah Jurusan Ilmu Ilmu Keagamaan
Pondok Pesantren Al Hidayah, maka pada tahap ini Peneliti
mendeskripsikan isi kegiatan dan isi materi pelajaran
kurikulum muatan lokal yang menurut Peneliti mempunyai
koneksi dengan dengan materi yang terdapat dalam muatan
nasional.
A. Deskripsi Kurikulum Muatan Lokal di Madrasah
Aliyah Jurusan Ilmu Ilmu Keagamaan Pondok
Pesantren Al Hidayah
Untuk memudahkan pembahasan, Peneliti membagi
kurikulum muatan lokal di Madrasah Aliyah Jurusan Ilmu
Ilmu Keagamaan Pondok Pesantren Al Hidayah menjadi 2
garis besar, yaitu muatan lokal berupa kegiatan dan muatan
lokal berupa materi pelajaran.
83
84
1. Muatan Lokal dalam Bentuk Kegiatan
a. Kegiatan dziba’iyah
Kegiatan dziba’iyah adalah tradisi membaca atau
melantunkan shalawat kepada Nabi Muhammad, pembacaaan
shalawat dilakukan bersama secara bergantian, ada bagian
dibaca biasa, namun pada bagian-bagian lain lebih banyak
menggunakan lagu. Istilah diba‟an mengacu pada kitab berisi
syair pujian karya al-Imam al-Jaliil as-Sayyid as-Syaikh Abu
Muhammad Abdurrahman ad-Diba‟iy asy-Syaibani az-Zubaidi
al-Hasaniy. Kitab tersebut secara populer dikenal dengan
nama kitab Maulid Diba‟. Pembacaan syair-syair pujian ini
biasanya dilakukan pada bulan maulud (Rabiul Awal) sebagai
rangkaian peringatan maulid Nabi.
b. Kegiatan al Barzanji
Barzanji ialah suatu doa-doa, pujian-pujian dan
penceritaan riwayat Nabi Muhammad saw yang dilafalkan
dengan suatu irama atau nada yang biasa dilantunkan ketika
kelahiran (akikah), khitanan, pernikahan dan maulid Nabi
Muhammad saw. Isi Berzanji bertutur tentang kehidupan Nabi
Muhammad, yang disebutkan berturut-turut yaitu silsilah
keturunannya, masa kanak-kanak, remaja, pemuda, hingga
diangkat menjadi rasul. Di dalamnya juga mengisahkan sifat-
85
sifat mulia yang dimiliki Nabi Muhammad SAW, serta
berbagai peristiwa untuk dijadikan teladan umat manusia.
Nama "Berzanji" diambil dari nama pengarangnya
yaitu Syekh Ja'far al-Barzanji bin Hasan bin Abdul Karim. Ia
lahir di Madinah tahun 1690 dan meninggal tahun 1766.
Barzanji berasal dari nama sebuah tempat di Kurdistan,
Barzinj. Karya tersebut sebenarnya berjudul 'Iqd al-Jawahir
(Bahasa Arab, artinya kalung permata) yang disusun untuk
meningkatkan kecintaan kepada Nabi Muhammad saw,
meskipun kemudian lebih terkenal dengan nama penulisnya.
c. Kegiatan Muhadatsah
Kegiatan Muhadatsah merupakan sebuah kegiatan
yang melatih keterampilan siswa yang menuntut konsistensi
dari orang yang mempelajari sebuah kemampuan artikulasi
kata, secara benar, detail, dan tetap dari aturan-aturan kata
bahasa, jumlah serta kalimat agar membantunya pada analog
seperti yang diinginkan oleh si pembicara dalam intonasi
komunikasinya. Kegiatan muhadatsah adalah cara yang
dilakukan oleh pendidik untuk menyajikan bahasa Arab
melalui percakapan, baik percakapan itu terjadi antara
peserta didik maupun antara peserta didik dan pendidik yang
disertai dengan penambah mufradat atau kosakata baru dalam
86
proses percakapan berlangsung. Kegiatan muhadatsah
menekankan adanya interaksi dan komunikasi dua arah, antara
mutakallim (orang pertama) dan mukhaatab (orang kedua).
Dalam prosesnya, percakapan melibatkan orang ketiga atau al-
ghaa‟ib. al-Ghaa‟ib bisa juga berupa benda.
d. Kegiatan Sholat Dhuha
Sholat Dhuha adalah salat sunah yang dilakukan
seorang muslim ketika waktu dhuha. Waktu dhuha adalah
waktu ketika matahari mulai naik kurang lebih 7 hasta sejak
terbitnya (kira-kira pukul tujuh pagi) hingga waktu zuhur.
Jumlah rakaat salat dhuha minimal 2 rakaat dan maksimal 12
rakaat dilakukan dalam satuan 2 rakaat sekali salam. Manfaat
atau faedah salat duha yang dapat diperoleh dan dirasakan oleh
orang yang melaksanakan salat duha adalah dapat
melapangkan dada dalam segala hal terutama dalam hal rizki,
sebab banyak orang yang terlibat dalam hal ini.
e. Kegiatan Qiro‟atil Quran
Kegiatan mulok berupa qiro‟atil quran adalah
kegiatan membaca al-Quran bersama-sama, di MA Pondok
Pesantren Al Hidayah kegiatan dilakukan setiap hari jum‟at
pagi secara tartil.
87
f. Kegiatan PHBI (Peringatan Hari Besar Islam)
Kegiatan Peringatan Hari Besar Islam (PHBI) adalah
kegiatan yang dilaksanakan secara insidental, dimana kegiatan
tersebut dilaksankan pada momen-momen tertentu yang
bertepatan hari besar Islam, seperti kegiatan rojabiyah yang
dilaksanakan pada bulan Rojan, kegaiatan mauludan yang
dilaksanakan pada bulan maulud untuk memperingati
kelahiran baginda Nabi Muhammad Saw. kegiatan isro‟ mi‟roj
yang di laksanakan untuk memperingati peristiwa isra mi‟roj
Nabi Muhammad Saw.,
2. Muatan Lokal dalam Bentuk Materi Pelajaran
a. Muatan lokal Kitab Ta‟limul Muta‟allim
Kitab Ta‟lîm al-Muta‟allim Tharîq at-Ta‟allum
merupakan salah satu kitab yang menghimpun tuntunan
belajar, Ada 13 pasal yang disebutkan olehnya dalam Ta‟lîm
al-Muta‟allim, yaitu:
1) hakikat ilmu dan keutamaannya,
2) niat ketika belajar,
3) memilih ilmu, guru, dan teman, serta keteguhan dalam
menuntut ilmu,
4) menghormati ilmu dan ahlinya,
5) sungguh-sungguh, tekun, dan semangat,
88
6) tawakal kepada Allah,
7) masa produktif,
8) kasih sayang dan nasihat,
9) mengambil faedah pelajaran,
10) bersikap wara‟ ketika belajar,
11) penyebab hafal dan lupa.1
b. Muatan lokal kitab Kifayat al-Akhyar
Kitab Kifayat Al-Akhyar ini adalah kitab fikih yang
cukup ringkas namun sangat detil dalam menerangkan hukum-
hukum fikih seperti bersuci, shalat, puasa, zakat, haji, wasiat,
waris, perkawinan, dan lain sebagainya. Di dalamnya juga
dilengkapi dengan dalil-dalil yang menjadi dasar hukum dari
objek pembahasan tersebut.2
c. Kitab al- Khusun al-Hamidiyah
Kitab al Khusun al Hamidiyah adalah kitab tentang
tauhid yang awal penyusunan kitab ini adalah atas permintaan
Sultan Hamid II, khalifah ke 34 dari Daulah Turki Utsmani
(1845-1948 M) kepada Syaikh Husain ibn Muhammad al-Jasr
1 Peneliti mengambil poin-poin tersebut di dalam kitab kitab
Ta'limul Muta'allim Tariq Al-Ta'allum, karya Burhanul Islam Al-Zarnuji. 2 Lihat kitab Kifayah al-Akhyar fi Hall Ghayah al-Ikhtishar,
karangan Syekh Al-Imam Taqiyuddin Abu Bakr bin Muhammad al-Husaini
al-Hisni ad-Dimasyi asy-Syafii.
89
(w. 1261 H.) untuk menulis sebuah kitab Tauhid Asyariyah. al-
Hushun al-Hamidiyah (benteng pertahanan Abdul Hamid).
Aliran Asyariah adalah faham resmi kerajaan. Kebijakan satu
aliran ini, untuk stabilitas kondisi keagamaan umat Islam di
kekhalifahan. Khususnya di Istanbul yang masyarakatnya
heterogen dan terbuka dengan pemikiran dan filsafat barat.
Kitab ini dilengkapi dengan beragam argumentasi naqli dan
aqli untuk memperkuat keyakinan masyarakat.3
d. Kitab Bulugh al-Marom
Kitab Bulugh al-Maram merupakan kitab hadis tematik
yang memuat hadis-hadis yang dijadikan sumber pengambilan
hukum fikih (istinbath) oleh para ahli fikih. Kitab ini menjadi
rujukan utama khususnya bagi fikih dari Mazhab Syafi'i. Kitab
ini termasuk kitab fikih yang menerima pengakuan global dan
juga banyak diterjemahkan di seluruh dunia. Kitab Bulughul
Maram memuat 1.371 buah hadis. Kitab Bulughul Maram
memiliki keutamaan yang istimewa karena seluruh hadis yang
termuat di dalamnya kemudian menjadi fondasi landasan fikih
dalam mazhab Syafi'i. Selain menyebutkan asal muasal hadis-
3 Lihat Kitab al-Hushun al-Hamidiyah, karya Syaikh Husain ibn
Muhammad al-Jasr ath-Tharabalisi.
90
hadis yang termuat di dalamnya.4
e. Kitab Minhat al-Mughiz
Kitab Minhat al-Mughits merupakan salah satu kitab
karya seorang ulama‟ Mesir yaitu Abul Hasan Ali ibnul Husain
ibn Ali Al-Mas'udi (283 H-345 H atau 895 M-956 M), yang
biasa dikenal di berbagai kitab dengan sebutan Syekh Hafidz
Hasan Al-Mas‟udi. Beliau adalah salah satu keturunan dari
Sahabat Ibnu Mas‟ud ra, yang juga sosok ulama‟ yang ahli
dalam bidang sejarah dan geografis.
Kitab Minhatul Mughits ini menjelaskan tentang dasar-
dasar dalam Ilmu Hadits Dirayah (Ilmu Musthalah Hadits),
yang mana ilmu hadits sendiri terbagi menjadi 2 bagian, yaitu
Ilmu Hadits Dirayah (Musthalah Hadits) dan Ilmu Hadits
Riwayah, pengertian hadits, sanad, matan, rawi, pembagian
hadits dan pengertiannya, macam-macam riwayat, metode
menerima dan menyampaikan riwayat hadits, dan yang terakhir
ditutup dengan adab antara penerima dan penyampai hadits.5
f. Kitab al Itqon fi Ulum al-Quran
Kitab al Itqon fi Ulum al-Quran merupakan kitab paling
4 Lihat Kitab Bulugh al-Maram min Adillat al-Ahkam, karya Al-
Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani. 5 Lihat Kitab Minhatul Mughiz, Karya : Syekh Hafizh Hasan Al-
Mas'udi, Penerbit: Pondok Pesantren Petuk.
91
fenomenal dari sekian banyak kitab yang ditulis Imam al-
Suyuthi. Sebanyak 80 bab yang ada di dalam Al-Itqan
mengandung beberapa tema pembahasan yang jumlahnya jika
dihitung bisa melebihi 300 tema bahasan. Misalnya bab
pertama tentang Makkiyah dan Madaniyah, al-Suyuthi memuat
tema tentang klarifikasi surat-surat al-Quran yang
diperselisihkan tentang Makkiyah atau Madaniyahnya, begitu
juga tentang batasan Makkiyah dan Madaniyah dan beberapa
tema penting lain.6
g. Kitab Tafsir Ayat al-Ahkam
Kitab tafsir ayat al-Ahkam adalah kitab yang khusus
menafsirkan ayat-ayat alQuran yang berkenaan dengan
hukum yaitu: a) hukum mengenai keyakinan yakni yang
berhubungan dangan kewajiban mukallaf untuk menyakini
Allah, Kitab, Rasul dan Hari akhir. b) hukum mengenai akhlak
yakni berkaitan dengan kewajiban mukallaf untuk meraih
keutamaan dan menghindari kenistaan, c) hukum amaliah
yakni berkaitan dengan apa saja yang di timbulkan oleh
mukallaf baik perkataan, perbuatan, transaksi dan
6 Lihat kitab Al Itqon fi 'Ulumil Qur'an, karya al-Hafidz
Abdurrahman bin Kamal bin Abi Bakr bin Muhammad bin Sabiquddin bin
Fakr Utsman bin Nadziruddin al-Himam al-Khudhairi as-Suyuthi al-Mishri
as-Syafi‟i.
92
pemanfaatan pendapat orang mukallaf.7
h. Kitab Khulashoh Nurul Yaqin
Kitab Nurul Yaqin karya Syekh Umar Abdul Jabbar
merupakan kitab tentang Sirah Nabawiyah yaitu sejarah
perjalanan kehidupan Rasulullah,8
i. Kitab al Amtsilah Tashrifiyah, Qowaid al „Ilal dan
Nadhom a- „Imrithi
Kitab al Amtsilah Tashrifiyah,9 Qowaid al „Ilal dan
Nadhom al-„Imrithi, semuanya merupakan kitab yang berisi
tentang gramatika bahasa arab.10
7 Lihat kitab Rawai‟u al-Bayan fi Tafsir Ayat al-Ahkam min al-
Qur‟an, karya Muhammad Ali ash-Shabuni. 8 Lihat kitab Khulasoh Nurul Yaqin fi Sirah Sayyid Al-Mursalin,
Umar Abdul Jabbar. Kitab ini ringkasan dari kitab Nurul Yaqin fi Sirati
Sayyidil Mursalin Muhammad saw, karya Muhammad bin Afifi Al-Bajuri
dikenal dengan nama Syaikh Al-Khudri Bek. 9 Lihat kitab Al-Amtsilah at-Tashrifiyyah, karya KH. M. Ma‟shum
bin Ali asal Pesantren Seblak Diwek Jombang. 10 Lihat kitab al-Imrithi, karya Yahya bin Nur ad-Din Abi al-Khoir
bin Musa al- Imrithi as-Syafi‟i al-Anshori al-Azhari.
93
B. Analisis Model Koneksi Kurikulum Muatan Lokal
dengan Kurikulum Nasional di Madrasah Aliyah
Jurusan Ilmu Ilmu Keagamaan Pondok Pesantren
Al Hidayah
Model koneksi dapat diketahui secara “eksplisit dalam
setiap bidang subjek, yaitu menghubungkan satu topik ke topik
berikutnya, menghubungkan satu konsep kepada konsep yang
lainnya, atau mengubungkan satu keterampilan dengan
keterampilan terkait.”Cara seperti itu disebut juga cara
okasional yaitu bagian dari suatu mata pelajaran dihubungkan
dengan mata pelajaran lain ketika ada kesempatan yang
baik.11
Model koneksi (connected) mempunyai kelebihan
dan kekurangan.
Kelebihan model connected, yaitu dengan
menghubungkan ide-ide dalam satu disiplin tunggal, peserta
didik memiliki keuntungan melihat gambaran besar serta
terlibat dalam studi terfokus dari satu aspek. Kita bisa
melihat gambaran yang mencakup semua dari pada yang
sempit, “menghubungkan ide-ide dalam suatu disiplin
11
M. Ramli, “Integrasi Pendidikan Agama Islam Ke Dalam Mata
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Di Madrasah Tsanawiyah Negeri
Mulawarman Banjarmasin”, Ittihad Jurnal Kopertais Wilayah XI
Kalimantan (2014), 120.
94
memungkinkan untuk meninjau, merekonseptualisasi,
mengedit dan mengasimilasi ide secara bertahap.”
Kekurangan dari model connected, “yakni berbagai
disiplin dalam model ini tetap terpisah dan tampak tidak
berhubungan, namun koneksi dibuat secara eksplisit dalam
disiplin yang ditunjuk.”
Berdasarkan observasi yang Peneliti lakukan,
ditemukan ada 4 bentuk model koneksi kegiatan kurikulum
muatan lokal dengan kurikulum nasional di Madrasah Aliyah
Pondok Pesantren Al Hidayah:
1. Model Koneksi al-Munfashalah (Terpisah)
Yang di maksud Model koneksi al-Munfashalah
adalah adanya koneksi terpisah antara kegiatan kurikulum
muatan lokal dengan kurikulum nasional. Meskipun terpisah
kegiatan muatan lokal tersebut mendukung tercapainya SKL
(standar kompetensi lulusan) muatan nasional pada dimensi
sikap spiritual
Diantara kegiatan muatan lokal yang Peneliti
paparkan diatas, Terdapat beberapa kegiatan muatan lokal
yang mempunyai koneksi al munfasholah dengan muatan
kurikulum nasional yaitu: kegiatan dziba‟iyah dan kegiatan al
bazanji, karena kegiatan tersebut pada dimensi sikap spiritual
95
mendukung tercapainya SKL (standar kompetensi lulusan)
muatan nasional.
2. Model Koneksi al-Mutarabitah (Terkait)
Pengertian koneksi al-Mutarabithah adalah model
koneksi antara ilmu agama dan ilmu umum melalui self
development activities yang dilaksanakan melalui proses
pembelajaran langsung untuk KI.3 (aspek pengetahuan), KI.4
(aspek keterampilan) dan melalui proses pembelajaran tidak
langsung untuk KI.1 (aspek spiritual), KI.2 (aspek sosial) yang
didukung dengan: 1) kurikulum kemenag mapel bahasa arab,
qur‟an hadist, fiqh, SKI dan akidah akhlak; 2) kurikulum
Kemendikbud; serta didukung oleh: 1) guru fak bidang studi
bahasa arab, qur‟an hadist, fiqh, SKI dan akidah akhlak dari
Kemenag; dan 2) guru fak bidang studi dari kemendikbud.
Dalam hal ini, Peneliti akan mencari koneksi materi
muatan lokal yang ada dalam kitab-kitab kuning yang diajarkan
di Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Al Hidayah yang sudah
Peneliti paparkan diatas dengan melihat materi-materi
kurikulum nasional yang terdapat dalam Lihat KMA Nomor
183 Tahun 2019, Tentang Kurikulum PAI dan Bahasa Arab
pada Madrasah.
a. Koneksi kitab ta‟lim al-muta‟allim dengan materi akidah
96
akhlak
Fasal-fasal atau materi yang ada di dalam kitab ta‟lim
al-muta‟allim mempunyai kaitan langsung dengan muatan
nasional mata pelajaran akidah akhlak, contohnya adalah dalam
fasal tentang adab terhadap orang dan guru di dalam kitab
ta‟lim al-muta‟allim mempunyai kaitan langsung dengan
kompetensi dasar akidah akhlak dibawah ini:
1) Menjelaskan adab terpuji terhadap orang tua
2) Menjelaskan adab terpuji terhadap guru
3) Menunjukkan adab yang baik terhadap orang tua
4) Menunjukkan adab yang baik terhadap guru
5) Menjelaskan manfaat adab terpuji terhadap orang tua
6) Menjelaskan manfaat adab terpuji terhadap guru
Selanjutnya koneksi antara pelajaran akidah akhlak
dengan kitab ta‟lim al-muta‟allim juga dapat dilihat dalam
meterinya, seperti materi adab terhadap orang tua dan guru.
Adab terhadap orang tua yaitu:
1) Hendaklah kita selalu tunduk dan patuh kepada dalam
segala hal yang baik-baik
2) Dilarang berkata kasar, membentak misalnya berkata “hus
/ ah”
3) Apabila orang tua atau salah satunya mencapai usia lanjut
97
kita harus berbuat baik kepadanya
4) Selalu berusaha menyenangkan hati orang tua
5) Kita dilarang durhaka kepada kedua orang ibu bapak
6) Senantiasa mendoakan, baik kepada orang tua yang
masih hidup, maupun yang sudah wafat
7) Jika orang tua kita sudah wafat, maka kewajiban kita
adalah: memandikan, mengkafani, mensalati,
menguburnya, melaksanakan wasiatnya, melunasi
hutangnya, meneruskan perjuangannya, menjalin
hubungan baik dengan temannya, dan memohonkan
ampun.
Kemudian di dalam materi akidah akhlak juga ada adab
terhadap guru yaitu:
1) Jika bertemu dengan guru ucapkanlah salam
2) Perhatikan ketika guru sedang memberi pelajaran
3) Tunjukkan rasa rendah hati dan hormat serta sopan santun
4) Mentaati perintahnya selama tidak bertentangan dengan
ajaran agama
5) Senantiasa menjaga nama baik guru, tidak
menceritakan aib dan kesalahan guru.
6) Mengunjungi guru jika ia sedang sakit atau mendapat
musibah.
98
7) Tetap mengakuinya sebagai guru walaupun sudah tidak
mengajar lagi.
8) Patuh terhadap tata tertib sekolah berarti pula patuh
terhadap guru dan sebagainya. 12
b. Koneksi kitab Kifayatul Akhyar dengan materi fiqh
Kitab Kifayatul Akhyar mempunyai koneksi secara al-
Mutarabith dengan muatan nasional fiqh bahkan kitab ini di
jadikan sumber rujukan buku fiqh muatan nasional. Sebagai
contoh adalah dalam bab; Zakat dengan kompetensi dasar dan
materi materi Kompetensi Dasar (KD) sebagai berikut: a)
menjelaskan ketentuan Islam tentang zakat dan hikmahnya, b)
mengidentifikasi undang-undang pengelolaan zakat, c)
menunjukkan contoh penerapan ketentuan zakat, d)
menunjukkan cara pelaksanaan zakat sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.13
Koneksi kitab Kifayatul Akhyar dengan muatan
nasional fiqh juga dapat dilihat dalam isi materinya seperti
tentang zakat, di dalam buku muatan nasional dijelaskkan
bahwa zakat adalah kata bahasa arab “az-zakâh”. Ia adalah
12
Lihat KMA Nomor 183 Tahun 2019, Tentang Kurikulum PAI
dan Bahasa Arab pada Madrasah. 13
Lihat KMA Nomor 183 Tahun 2019, Tentang Kurikulum PAI
dan Bahasa Arab pada Madrasah.
99
masdar dari fi‟il madli “zakkâ”, yang berarti bertambah,
tumbuh dan berkembang. Ia juga bermakna suci. Harta ini
disebut zakat karena sisa harta yang telah dikeluarkan dapat
berkembang lantaran berkah doa orang-orang yang
menerimanya. Juga karena harta yang dikeluarkan adalah
kotoran yang akan membersihkan harta seluruhnya dari
syubhat dan menyucikannya dari hak-hak orang lain di
dalamnya. Zakat menurut istilah (syara‟) artinya sesuatu yang
hukumnya wajib diberikan dari sekumpulan harta benda
tertentu, menurut sifat dan ukuran tertentu kepada golongan
tertentu yang berhak menerimanya. Hukum mengeluarkan
zakat adalah fardhu „ain, Selain nama zakat, berlaku pula
nama shadaqah. Shadaqah mempunyai dua makna. Pertama
ialah harta yang dikeluarkan dalam upaya mendapatkan ridha
Allah. Makna ini mencakup shadaqah wajib dan shadaqah
sunnah.
Lalu di dalam buku fiqh muatan nasional juga
menjelaskan Macam-macam zakat, seperti: a) Zakat fitrah yang
menurut istilah syara‟ adalah zakat yang wajib dikeluarkan
oleh setiap muslim setahun sekali berupa makanan pokok
sesuai kadar yang telah ditentukan oleh syara‟. Mengeluarkan
sebagian harta yang kita miliki sebagai penyucian diri bagi
100
orang yang berpuasa dari kebatilan dan kotoran, untuk
memberi makan kepada orang-orang miskin serta sebagai rasa
syukur kepada Allah atas selesainya menunaikan kewajiban
puasa agar kebutuhan mereka tercukupi pada hari raya. b) zakat
mal yang menurut bahasa (etimologi), mal (harta) ialah segala
sesuatu yang diinginkan sekali oleh manusia untuk dimilikinya,
memanfaatkan dan menyimpannya. Menurut syara‟
(terminologi), mal (harta) ialah segala sesuatu yang dimiliki
(dikuasai) dan dapat dipergunakan. Jadi zakat Mal juga disebut
zakat harta yaitu kewajiban umat Islam yang memiliki harta
benda tertentu untuk diberikan kepada yang berhak sesuai
dengan ketentuan nisab (ukuran banyaknya) dan dalam jangka
waktu tertentu. Adapun tujuan dari zakat maal adalah untuk
membersihkan dan menyucikan harta benda mereka dari hak-
hak kaum miskin di antara umat Islam. Syarat-syarat harta
yang wajib dikeluarkan zakatnya: a) harta tersebut harus
didapat dengan cara yang baik dan halal, b) harta tersebut
berkembang dan berpotensi untuk dikembangkan, misal
melalui kegiatan usaha perdagangan dan lain-lain. c) milik
penuh, harta tersebut di bawah kontrol kekuasaan pemiliknya,
dan tidak tersangkut dengan hak orang lain. (4) mencapai
nisab, mencapai jumlah minimal yang menyebabkan harta
101
terkena kewajiban zakat, misal nisab zakat emas 93,6 gr, nisab
zakat hewan ternak kambing adalah 40 ekor dan sebagainya.
(5) sudah mencapai 1 tahun kepemilikan. (6) sudah terpenuhi
kebutuhan pokok. Semua yang ada di dalam buku muatan
nasional fiqh tersebut terkait langsung dengan kifayatul akhyar.
c. Koneksi kitab al-Khusun al-Hamidiyah dengan materi
ilmu kalam
Koneksi materi ilmu kalam dengan kitab al-khusun al-
khamidiyah bisa dibuktikan dengan kompetensi dasar pada
kelas X semester 1 dalam mata pelajaran ilmu kalam, seperti:
Menganalisis prinsip-prinsip akidah Islam, menganalisis
metode-metode peningkatan kualitas akidah Islam,
membandingkan pengertian tauhid dan isti- lah-istilah yang
terkait, Memahami pengertian, contoh dan dampak syirik,
Memahami pengertian, ruang lingkup dan kedudukan ilmu
kalam dan kajian Islam. Dan juga kompetensi dasar pada kelas
X semester 2 yaitu: membandingkan fenomena ketauhidan
pada masa Nabi Adam as hingga masa Nabi Muhammad Saw,
mengidentifikasi bentuk penyimpangan umat-umat terdahulu
dari dakwah para Nabi, menganalisis perkembangan akidah
pada masa Nabi Muhammad Saw, menganalisis perkembangan
akidah pada masa sahabat, mengidentifikasikan faktor-faktor
102
penyebab timbulnya aliran-aliran ilmu kalam, menganalisis
aliran Murji‟ah, tokoh-tokoh dan doktrin-doktrinnya,
menganalisis aliran Syi‟ah, tokoh-tokoh dan doktrin-
doktrinnya, menganalisis aliran Jabariyah dan Qadariyah,
tokoh-tokoh serta doktrin-doktrinnya, menganalisis aliran
Mu‟tazilah, tokoh-tokoh dan doktrin-doktrinnya, menganalisis
aliran Asy‟ariyah, tokoh-tokoh dan doktrin-doktrinnya,
menganalisis aliran Maturidiyah, tokoh-tokoh dan doktrin-
doktrinnya, menganalisis perbedaan antara aliran-aliran ilmu
kalam yang satu dengan lainnya.
d. Koneksi kitab kitab bulughul marom dengan materi hadist
Koneksi muatan nasional pelajarn hadist dengan kitab
bulughul marom dapat dilihat dalam kompetensi dasar mata
pelajaran Hadist Kelas XII semester 1 yaitu : mengartikan
hadis tentang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, menjelaskan
kandungan hadis tentang taat kepada Allah dan Rasul-Nya,
menunjukkan perilaku orang yang mengamalkan hadis tentang
taat kepada Allah dan Rasul-Nya, menerapkan dalam
kehidupan perilaku untuk taat kepada Allah dan Rasul-Nya
seperti yang terkandung dalam hadis tentang taat kepada Allah
dan Rasul-Nya, mengartikan hadis tentang kebesaran dan
kekuasaan Allah, menjelaskan kandungan hadis tentang
103
kebesaran dan kekuasaan Allah, menunjukkan perilaku orang
yang mengamalkan hadis tentang kebesaran dan kekuasaan
Allah, menerapkan dalam kehidupan untuk meningkatkan
keimanan dengan adanya kebesaran dan kekuasaan Allah
seperti yang terkandung dalam hadis dalam kehidupan sehari-
hari, Mengartikan hadis tentang syukur, menjelaskan
kandungan hadis tentang syukur, menunjukkan perilaku orang
yang mengamalkan hadis tentang syukur, melaksanakan cara-
cara mensyukuri nikmat Allah seperti yang terkandung dalam
hadis tentang syukur nikmat, mengartikan Hadis tentang hidup
sederhana dan perintah menyantuni para dhuafa, menjelaskan
kandungan hadis tentang hidup sederhana dan perintah
menyantuni para dhu‟afa, mengidentifikasi perilaku orang yang
mengamalkan hadis tentang hidup sederhana. dan perintah
menyantuni para dhuafa, menerapkan perilaku hidup sederhana
dan menyantuni kaum dhu‟afa pada hadis tentang hidup
sederhana dan perintah menyantuni para dhu‟afa dalam
kehidupan sehari-hari, mengartikan hadis tentang pemanfaatan
kekayaan alam, menjelaskan kandungan hadis tentang
pemanfaatan kekayaan alam, menunjukkan perilaku orang
yang mengamalkan hadis tentang pemanfaatan kekayaan alam,
menerapkan cara memanfaatkan kekayaan alam seperti yang
104
terkandung hadis tentang pemanfaatan kekayaan alam,
mengartikan hadis tentang amar ma'ruf nahi munkar,
menjelaskan kandungan hadis tentang amar ma'ruf nahi
munkar, menunjukkan perilaku orang yang mengamalkan hadis
tentang amar ma'ruf nahi munkar, melaksanakan amar ma'ruf
nahi munkar seperti dalam hadis tentang amar ma'ruf nahi
munkar dalam kehidupan sehari-hari, mengartikan hadis
tentang ujian dan cobaan, menjelaskan kandungan hadis
tentang ujian dan cobaan, menunjukkan perilaku orang yang
mengamalkan hadis tentang ujian dan cobaan, Menerapkan
perilaku tabah dan sabar dalam menghadapi ujian dan cobaan
seperti yang terkandung dalam hadis tentang ujian dan cobaan.
Selanjutnya dalam kompetensi dasar mata pelajaran
Hadist Kelas XII semester 2 yaitu: mengartikan hadis tentang
kewajiban berdakwah. menjelaskan kandungan hadis tentang
kewajiban berdakwah. menunjukkan perilaku orang yang
mengamalkan hadis tentang kewajiban berdakwah.
menerapkan strategi berdakwah seperti yang terkandung dalam
hadis tentang berdakwah dalam kehidupan sehari-hari.
mengartikan hadis tentang tanggung jawab manusia terhadap
keluarga dan masyarakat. menjelaskan kandungan hadis
tentang tanggung jawab manusia terhadap keluarga dan
105
masyarakat. menunjukkan perilaku orang yang mengamalkan
hadis tentang tanggung jawab manusia terhadap keluarga dan
masyarakat. menerapkan tanggung jawab manusia terhadap
keluarga dan masyarakat seperti yang terkandung dalam hadis
tentang tanggung jawab manusia dalam kehidupan sehari-hari.
mengartikan hadis tentang kepemimpinan. menjelaskan
kandungan hadis tentang kepemimpinan. menunjukkan
perilaku orang yang mengamalkan hadis tentang
kepemimpinan. menerapkan konsep kepemimpinan seperti
yang terkandung dalam hadis tentang kepemimpinan.
mengartikan hadis tentang menyelesaikan perselisihan.
menjelaskan kandungan hadis tentang menyelesaikan
perselisihan. menunjukkan perilaku orang yang mengamalkan
hadis tentang menyelesaikan perselisihan. melaksanakan
langkah-langkah dalam penyelesaikan perselisihan seperti yang
terkandung dalam hadis tentang menyelesaikan perselisihan
dalam kehidupan sehari-hari. mengartikan hadis tentang
berlaku adil dan jujur. menjelaskan kandungan hadis tentang
berlaku adil dan jujur. menunjukkan perilaku orang yang
mengamalkan hadis tentang berlaku adil dan jujur. menerapkan
perilaku adil dan jujur dalam perkataan dan perbuatan seperti
yang terkandung dalam hadis tentang berlaku adil dan jujur.
106
mengartikan hadis tentang etika pergaulan. menjelaskan
kandungan hadis tentang etika pergaulan. menunjukkan
perilaku orang yang mengamalkan hadis tentang etika
pergaulan. menerapkan perilaku bertoleransi dan beretika
dalam pergaulan seperti yang terkandung dalam hadis tentang
etika pergaulan dalam kehidupan sehari-hari. mengartikan
hadis tentang etika dalam majelis. menjelaskan kandungan
hadis tentang etika dalam majelis. menunjukkan perilaku orang
yang mengamalkan hadis tentang etika dalam majelis.
membiasakan beretika yang baik dalam majelis seperti yang
terkandung dalam hadis tentang etika dalam majelis.
mengartikan hadis etos kerja. menjelaskan kandungan hadis
etos kerja. menunjukkan perilaku orang yang mengamalkan
hadis etos kerja. menerapkan perilaku beretos kerja seperti
yang terkandung dalam hadis tentang etos kerja.
menerjemahkan hadis tentang makanan yang halal dan baik,
menjelaskan kandungan hadis tentang makanan yang halal dan
baik. menunjukkan perilaku orang yang mengamalkan hadis
tentang makanan yang halal dan baik. mengidentifikasi
makanan yang halal dan baik seperti yang terkandung dalam
hadis tentang makanan yang halal dan baik. menerapkan
perilaku memakan makanan yang halal dan baik seperti yang
107
terkandung dalam hadis tentang makanan yang halal dan baik.
mengartikan hadis tentang ilmu. menjelaskan kandungan hadis
tentang ilmu. menunjukkan perilaku orang yang mengamalkan
hadis tentang ilmu. menfungsikan akal untuk mempelajari
ilmu-ilmu allah seperti yang terkandung dalam hadis tentang
ilmu
e. Koneksi kitab minhat al-mughiz dengan materi ilmu hadist
Koneksi materi ilmu hadist dengan kitab minhat al-
mughiz ini dapat dilihat dalam kompetensi dasar buku ilmu
hadist kelas XI jurusan keagamaan semester 1 yaitu :
Menjelaskan pengertian ilmu hadis, menjelaskan macam-
macam ilmu hadis dan faedah mempelajarinya, menyebutkan
pengarang ilmu hadis, menjelaskan macam-macam cara
penerimaan riwayat hadis (tahaamulul hadis), menjelaskan
lafal-lafal yang digunakan untuk meriwayatkan hadis (adaa‟ul
hadis), menjelaskan pengertian, syarat-syarat, macam-macam
dan contoh hadis mutawatir, menjelaskan pengertian dan
klasifikasi hadis ahad, menjelaskan pengertian, syarat-syarat,
klasifikasi dan contoh hadis shaahiih, menjelaskan pengertian,
klasifikasi, dan contoh hadis hasan, menjelaskan hadis da‟iif,
menjelaskan hadis da‟iif berdasarkan gugur rawi dalam sanad
dan contohnya, menjelaskan hadis da‟iif berdasarkan cacat
108
rawi dalam sanad dan contohnya, menjelaskan pengertian dan
contoh hadis qudsi, menjelaskan pengertian dan contoh hadis
marfuu‟, menjelaskan pengertian dan contoh hadis mauquuf,
menjelaskan pengertian dan contoh hadis maqthuu‟.
Dan juga kompetensi dasar buku ilmu hadist kelas XI
jurusan keagamaan semester 2 yaitu: Menjelaskan hadis
mutasil, musnad, mu‟an‟an, musalsal, „ali dan naazil,
menunjukkan contoh-contoh hadis mutasil, musnad, mu‟an‟an,
musalsal, „ali dan naazil, menjelaskan pengertian, macam-
macam, dan contoh hadis maqbul, menjelaskan pengertian,
macam-macam, dan contoh hadis mardud, menjelaskan
pengertian jarh dan ta‟dil, menjelaskan susunan lafal yang
digunakan untuk melakukan al-jarh wa at-ta‟dil, menjelaskan
sejarah singkat sahabat yang banyak meriwayatkan hadis (Abu
Hurairah, „Abdullah ibn „Umar, Anas ibn Malik, „A‟isyah
Ummul Mu‟minin), menjelaskan sejarah singkat enam perawi
hadis (Imam Buhkori, Imam Muslim, Imam Abu Daud, Imam
Turmudzi, Imam Nasa‟i, Imam Ibnu Majah), menunjukkan
contoh karya-karya enam perawi hadis (Imam Buhkori, Imam
Muslim, Imam Abu Daud, Imam Turmudzi, Imam Nasa‟i,
Imam Ibnu Majah), menjelaskan kitab al-Jami‟, as-Sunan, al-
Mushannaf, al-Mustadrak, al-Mustakhraj, al-Musnad, dan al-
109
Mu‟jam, menyebutkan contoh kitab al-Jami‟, as-Sunan, al-
Mushannaf, al-Mustadrak, al-Mustakhraj, al-Musnad, dan al-
Mu‟jam, mengidentifikasi pengelompokan kitab hadis.
f. Koneksi kitab al Itqon fi Ulum al-Quran dengan materi
ilmu tafsir
Koneksi antara muatan nasional materi ilmu tafsir
dengan dengan kitab al Itqon fi Ulum al-Quran dibuktikan
dengan kompetensi dasar dalam buku tafsir ilmu tafsir kelas 10
semester 1 yaitu : Meyakini kebenaran al Quran yang harus
diterima dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari,
memiliki sikap sebagaimana yang terkandung dalam al Quran,
memahami pengertian al Quran, menyajikan contoh pengertian
al Quran dari salah seorang ulama‟, menghayati tafsir, takwil,
terjemah dan ilmu tafsir, memiliki sikap sebagaimana seorang
mufassir pada masa Nabi Muhammad saw., sahabat, tabiin, dan
masa tadwin dalam menafsirkan al Quran, memahami
pengertian ilmu tafsir,tafsir, ta‟wil dan terjamah al Quran,
menunjukkan contoh ilmu tafsir, tafsir, ta‟wil dan tarjamah al
Quran, menghayati sejarah penafsiran al Quran pada periode
Nabi Muhammad saw., sahabat, tabiin dan periode pembukuan
tafsir (tadwin), memiliki sikap sebagaimana seorang mufassir
pada masa Nabi Muhammad saw., sahabat, tabiin, dan masa
110
tadwin dalam menafsirkan al Quran, mengetahui sejarah tafsir
pada periode Nabi Muhammad Saw. dan Sahabat, Tabi‟in, dan
Periode pembukuan (tadwin), menceritakan sejarah penafsiran
al Quran pada periode Nabi Muhammad Saw., Sahabat, Tabi‟in
dan tadwin, menyakini nilai-nilai asbābun nuzūl al Quran,
menunjukkan sikap yang menunjukkan diri berpedoman
terhadap Asbabun- nuzul dalam memahami al Quran,
memahami asbābun nuzūl dalam menafsirkan al Quran,
menunjukkan contoh beberapa asbābun nuzūl dalam
menafsirkan al Quran, menyadari pentingnya nilai-nilai
munāsabah dalam menafsirkan al Quran, meneladani adab dan
syarat seorang mufassir dalam menafsirkan al-Qur`an dengan
memperhatikan munāsabah al Quran, memahami munāsabah
dalam menafsirkan al Quran, menunjukkan contoh munāsabah
dalam menafsirkan al Quran, menghayati hikmah Nāsikh dan
mānsukh al Quran, memiliki adab dan syarat seorang mufassir
dalam menafsirkan al Quran dengan memperhatikan Nāsikh al
Quran, memahami Nāsikh al Quran dalam menafsirkan al
Quran.14
14 Lihat KMA Nomor 183 Tahun 2019, Tentang Kurikulum PAI
dan Bahasa Arab pada Madrasah.
111
g. Koneksi kitab Mabadi Awwaliyah dengan materi fiqh
ushul fiqh
Kitab Mabadi Awaliyah adalah kitab dasar dasar ushul
fiqh di dalamnya berisi kaidah-kaidah terdiri Dari 40 kaidah
ushul fiqih dasar, karena materi dalam kitab mempunyai
koneksi dengan muatan nasional fiqh ushul fiqh, seperti:
memahami konsep: al-hakim, al-hukmu, al-mahkum fih dan al-
mahkum 'alaih dan kedudukannya, memahami ijtihad sebagai
suatu metode pengambilan hukum Islam, memahami nasikh
mansukh dan ketentuannya, memahami ta'arudul adillah dan
ketentuannya, memahami tarjih dan ketentuannya, memahami
ittiba` dan menyaji secara: efektif, kreatif, produktif, kritis,
mandiri, kolaboratif, komunikatif, dan solutif dalam ranah
konkret dan abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah dan bertindak secara efektif dan kreatif
serta mampu menggunakan metode yang sesuai dengan kaidah
keilmuan hukum ittiba, memahami ketentuan taqlid.15
Adapun
mengenai kaidah-kaidah ushul fiqh disampaikan dalam materi
kelas XII jurusan keagamaan
h. Koneksi kitab tafsir ayat al-Ahkam dengan materi Tafsir
15
Lihat kitab Mabadi' Awaliyah fi Ushul al Fiqh wa Al Qawaid Al
Fiqhiyah, karya Abdul Hamid Hakim.
112
Materi muatan nasional Tafsir mempunyai koneksi
dengan materi yang ada di dalam kitab tafsir ayat al-ahkam,
karena didalamnya juga membahas tentang ayat-ayat alQuran
yang berkenaan dengan hukum seperti: hukum mengenai
keyakinan yakni yang berhubungan dangan kewajiban
mukallaf untuk menyakini Allah, Kitab, Rasul dan Hari akhir.
Hukum mengenai akhlak yakni berkaitan dengan kewajiban
mukallaf untuk meraih keutamaan dan menghindari kenistaan.
Hukum amaliah yakni berkaitan dengan apa saja yang di
timbulkan oleh mukallaf baik perkataan, perbuatan, transaksi
dan pemanfaatan pendapat orang mukallaf
i. Koneksi kitab khulashoh nurul yaqin dengan materi
sejarah kebudayaan islam (SKI)
Koneksi tersebut dapat dilihat dalam kompetensi dasar
dalam buku sejarah kebudayaan islam kelas X semester 1
yaitu: Meyakini bahwa berdakwah adalah kewajiban setiap
muslim, meneladani perilaku sabar Rasulullah Saw. pada saat
menghadapi berbagai intimidasi masyarakat Quraisy di
Mekkah, meneladani sikap istiqamah Rasulllah saw. dalam
melaksanakan beribadah, memahami sistem peribadatan
bangsa Quraisy sebelum Islam, meyakini bahwa berdakwah
adalah kewajiban setiap muslim, menghayati nilai-nilai
113
perjuangan dakwah Rasulullah saw. pada periode Mekah,
menghayati pola kepemimpinan Rasulullah saw. pada periode
Mekah, menghayati perilaku istikamah perjuangan Rasulullah
Saw. dalam berdakwah, menyadari pentingnya sikap zuhud
sahabat Zaid bin Haris sebagai implementasi dari nilai-nilai
ahlakul karimah, meneladani perilaku jujur Rasulullah saw.
pada saat meletakkan Hajar Aswad di tempatnya setelah
bergeser karena banjir, meneladani perilaku sabar Rasulullah
Saw. pada saat menghadapi berbagai intimidasi masyarakat
Quraisy di Mekah, meneladanai sikap istiqamah Rasulllah
saw. dalam melaksanakan beribadah, meneladani perilaku
sabar Rasulullah saw. ketika berhijrah bersama Abu Bakar
as-Sidiq, meneladani perilaku berani Rasulullah saw. pada saat
memimpin Perang Badar, memiliki sikap tangguh dan
semangat menegakkan kebenaran sebagai implementasi dari
pemahaman strategi dakwah Nabi di Mekah, memahami sistem
peribadatan bangsa Quraisy sebelum Islam, menganalisis
sejarah dakwah Rasulullah saw. pada periode Islam di
Mekah, memahami substansi dan strategi dakwah Rasulullah
saw. pada periode Mekah, mendeskripsikan kesulitan-kesulitan
yang dihadapi Rasulullah saw. ketika berdakwah di Mekah,
memahami subtansi dan strategi dakwah Rasulullah saw. pada
114
periode Madinah, mengidentifikasi faktor-faktor penyebab
hijrah Rasulullah saw. ke Madinah, mendeskripsikan
kebijakan pemerintahan Rasulullah saw. pada periode Islam di
Madinah, memahami sifat/kepribadian dan peran para sahabat
as-sabiqunal awwalun, memahami faktor-faktor penyebab
hijrah sahabat nabi ke Abesiniyah, mengidentifikasi faktor-
faktor keberhasilan Fathul Mekah tahun 9 hijriyah,
memahami keberhasilan Rasululllah saw. dalam Perang
Badar, menceritakan sosok figur kepemimpinan Rasulullah
saw., memetakan faktor-faktor penyebab hijrahnya Rasulullah
saw., menceritakan peristiwa hijrahnya Rasulullah saw. ke
Abesiniyah, menceritakan peristiwa hijrahnya Rasulullah saw.
ke Madinah, membuat peta konsep mengenai kunci
keberhasilan dakwah Rasulullah saw. baik periode Mekah
maupun Madinah.
j. Koneksi kitab Kitab al Amtsilah Tashrifiyah, Qowaid al
„Ilal dan Nadhom al-„Imrithi dengan materi bahasa arab
Karena kitab al Amtsilah Tashrifiyah, Qowaid al „Ilal
dan Nadhom al-„Imrithi ini semuanya merupakan kitab yang
berisi tentang gramatika bahasa arab sehingga semua materi
yang terdapat di dalam kitab ini terkait dengan materi Bahasa
Arab dalam muatan nasional, seperti kompetensi dasar kelas X
115
semester 1 yaitu:
a. Mengidentifikasi bunyi kata, frase baik secara lisan
maupun tertulis b. Melafalkan kata, frase, dan kalimat bahasa Arab c. Menemukan makna atau gagasan dari ujaran kata, frase,
dan kalimat bahasa Arab
d. Memahami secara sederhana unsur kebahasaan, struktur
teks dan unsur budaya
e. Memahami perubahan akhir kalimat
f. Memahami tanda – tanda bacaan, baik berupa huruf
maupun harokat
Setelah melihat keseluruhan materi yang pelajaran
nasional diatas, maka Peneliti mengambil kesimpulan bahwa
terdapat koneksi al-Mutarabithoh atau koneksi langsung antara
muatan lokal dengan muatan nasioal di Madrasah Aliyah
Pondok Pesantren Al-Hidayah, seperti Peneliti gambarkan
dibawah ini:
116
Gambar 5.1.
Model Koneksi al-Mutarabithoh Muatan Lokal dengan Muatan
Nasional
Dari gambar di atas terlihat adanya keterkaitan
interaktif antara kegiatan kurikulum muatan lokal dengan
kurikulum nasional. beberapa mata pelajaran muatan lokal
yang mempunyai koneksi secara terkait secara langsung
dengan muatan kurikulum nasional
Al Khusun al-
Hamidiyah
Al –Itqon fi
Ulumil Qur’an
Minhatul
Mughiz
Kifayatul
Akhyar
Ta’lim
Muta’allim
Khulashoh Nurul Yaqin
SKI
Akidah
Akhlak
Fiqh
Ilmu
Hadist
Ilmu
Hadist
Ilmu
Kalam
117
3. Model Koneksi al-Mihwari (Tematik)
Yang di maksud Model koneksi al mihwari adalah
adanya koneksi berupa inti dari kegiatan kurikulum muatan
lokal yang sesuai dengan kurikulum nasional.
Terdapat beberapa kegiatan muatan lokal yang
mempunyai koneksi al mihwari dengan muatan kurikulum
nasional di Madrasah Aliyah Pondok Pesantrean al Hidayah
diataranya adalah: kegiatan muhadatsah, kegiatan sholat dhuha
dan kegiatan qiro‟ah al-Quran bersama-sama. Kegiatan
muhadatsah merupakan inti aspek psokomotorik muatan
nasional bahasa arab. Kegiatan sholat merupakan kegiatan inti
kurikulum muatan nasional fiqh yang berupa ubudiyyah dalam
aspek psikomotorik. Dan kegiatan qiro‟ah al-Qur‟an atau
membaca al-Qur‟an merupakan inti dari aspek psikomotorik
muatan nasional al-Qur‟an Hadist.
4. Model Koneksi al-Nashat (Insidental)
Model al-Nashat sebagai kegiatan insidental yang
terjadi karena kegiatan lain, misalnya siswa yang melakukan
tugas dalam pekerjaannya, secara tidak sadar dia juga
melakukan kegiatan belajar yang lain.
Model ini dapat peneliti temukan di dalam kegiatan
mulok di MA Al Hidayah berupa Peringatan Hari Besar Islam
118
(PHBI) seperti kegiatan rojabiyah, mauludan dan kegiatan
isro‟ mi‟roj Nabi Muhammad Saw., kegiatan ini bersifat
insidental, dan kegiatan ini juga mendukung tercapainya
standar kompetensi lulusan (SKL) kurikulum nasional baik
dimensi sikap maupun pengetahuan
119
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil penelitian tentang manajemen kurikulum muatan
lokal dan koneksinya dengan muatan nasional di Madrasah
Aliyah Pondok Pesantren Al Hidayah Jurusan Ilmu Ilmu
Keagamaan sebagaimana yang telah Peneliti uraikan pada bab-
bab sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa pelaksaan
muatan lokal di Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Al
Hidayah Jurusan Ilmu Ilmu Keagamaan dilaksanakan dalam
bentuk intrakurikuler, extrakurikuler dan kokurikuler, adapun
manajemen kurikulum di Madrasah Aliyah Pondok Pesantren
Al Hidayah Jurusan Ilmu Ilmu Keagamaan meliputi: 1)
Perencanaan kurikulum muatan lokal Madrasah Aliyah Pondok
Pesantren Al Hidayah sudah dilaksanakan sesuai dengan
119
120
struktur perencanaannya, contohnya adalah persiapan mengajar
dan program-program sekolah lainnya, akan tetapi masih perlu
dilakukan penyelarasan rencana yang telah dibuat supaya dapat
terlaksana dengan baik sesuai dengan rapat perencanaan pada
awal tahun pelajaran. 2) Pelaksanaan kurikulum sudah
dilaksanakan oleh kepala madrasah dan guru hal ini dapat
diketahui dari berlangsungnya kegiatan belajar mengajar setiap
harinya. 3) Evaluasi kurikulum di Madrasah Aliyah Pondok
Pesantren Al Hidayah dilakukan dengann mengevaluasi
konteks, input, proses dan outputnya. Selanjutnya ada 4 bentuk
model koneksi kegiatan kurikulum muatan lokal dengan
kurikulum nasional di Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Al
Hidayah Jurusan Ilmu Ilmu Keagamaan yaitu:
1. Model Koneksi al-Munfashalah (Terpisah)
Kegiatan mulok berupa Dziba‟iyah dan Al Barzanji
mempunyai koneksi dengan muatan nasional dengan model al
121
munfasholah/terpisah dengan kurikulum muatan nasional, akan
tetapi meskipun terpisah kegiatan tersebut mendukung
tercapainya SKL muatan nasional pada dimensi sikap spiritual
2. Model Koneksi al-Mutarabitah (Terkait)
Mata pelajaran muatan lokal mempunyai model koneksi
Al Mutarabithoh (interaktif) dengan rincian sebagai berikut:
Muatan lokal Kitab Ta‟lim al Muta‟allim dalam fasal-fasalnya
terkait langsung dengan pelajaran akidah akhlak yang berupa
materi akhlak terpuji yaitu: tawakkal, wira‟i dan fastabiqul
khoirot, muatan lokal kitab Kifayatul Akhyar mempunyai
koneksi secara al mutarabith dengan muatan nasional fiqh,
kitab al Khusun al Hamidiyah mempunyai koneksi al
Mutarabithoh dengan muatan nasional ilmu kalam, kitab
Bulughul Marom mempunyai koneksi al mutarabithoh dengan
muatan nasional al Quran Hadis, Kitab Minhatul Mughiz
mempunyai koneksi al mutarabith dengan muatan nasional
122
Hadist Ilmu Hadist, Kitab Al Itqon fi Ulum al Quran
mempunyai koneksi al mutarabithoh dengan muatan nasional
Tafsir Ilmu Tafsir, Kitab Mabadi Awwaliyah mempunyai
koneksi mutarabithoh dengan muatan nasional fiqh ushul fiqh,
Kitab Tafsir Ayatul Ahkam mempunyai koneksi al
mutarabithoh dengan muatan nasional Tafsir Ilmu Tafsir, Kitab
Khulashoh Nurul Yaqin terkoneksi dengan muatan nasional
sejarah kebudayaan islam, Kitab Al Amtsilah Tasrifiyah, Kitab
Qowaidul „Ilal dan Kitab „Imrithi terkoneksi dengan materi
Bahasa Arab dalam muatan nasional
3. Model Koneksi al-Mihwari (Tematik)
Kegiatan mulok berupa muhadatsah mempunyai
koneksi dengan muatan nasional dengan model al mihwari
karena merupakan salah satu inti dari muatan nasional bahasa
arab, kegiatan mulok berupa sholat dhuha sebagai salah satu
inti dari muatan nasional fiqh, kegiatan mulok berupa
123
membaca al-Quran sebagai salah satu inti dari muatan nasional
al-Quran Hadist
4. Model al-Nashat (Insidental)
Kegiatan mulok berupa Peringatan Hari Besar Islam
(PHBI) mempunyai koneksi dengan muatan nasional dengan
model an nasyat karena kegiatan tersebut bersifat insidental
yang mendukung tercapainya standar kompetensi kurikulum
nasional baik dimensi sikap maupun pengetahuan
B. Saran-Saran
Saran yang dapat Peneliti berikan, dengan
mempertimbangkan kesimpulan diatas adalah sebagai berikut:
1. Kerja sama dan komunikasi antar dewan guru hendaknya
lebih di tingkatkan agar terjadi saling tukar informasi
mengenai perkembangan kegiatan belajar mengajar,
perkembangan materi dan perkembangan kemampuan
peserta didik.
124
2. Untuk kepala madrasah dalam mengambil kebijakan yang
dituangkan dalam bentuk program kerja harus kuat dan
mendukung semua visi dan misi madrasah, karena pada
dasarnya seluruh kebijakan kepala madrasah adalah
merupakan pengejawantahan dari visi dan misi madrasah
3. Mengadakan kegiatan pertemuan rutin sebulan sekali, bisa
berupa arisan atau pengajian khusus untuk guru-guru agar
terjalin hubungan yang baik antar dewan guru, maupun
dengan pihak yayasan.
4. Bagi peneliti lain yang akan yang melakukan penelitian di
MA Al Hidayah agar ini dapat menjadi bahan awal untuk
penelitian yang lebih mendalam terkait dengan manajemen
kurikulum muatan local.
C. Penutup
Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah Alloh SWT
yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya. Atas
125
pertolongan dari-Nya Peneliti dapat menyelesaikan penyusunan
penelitian ini. “Peneliti telah berusaha secara optimal untuk
melaksanakan penelitian dan penyusunan tesis ini dengan
sebaik-baiknya, walaupun masih jauh dari kata sempurna.
Peneliti menyadari masih banyak kekeliruan dan
kekurangan, untuk itu peneliti selalu membuka dan menerima
kritik dan saran yang bersifat penyempurnaan dan membangun.
Peneliti mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Semoga Alloh
SWT senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada
kita semua. Amin ya robbal alamin.”
126
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Abu Bakr bin Muhammad, Taqiyuddin al-Husaini al-Hisni ad-
Dimasyi asy-Syafii. ”Kifayah al-Akhyar fi Hall Ghayah
al-Ikhtishar” Surabaya. Al-Hidayah.
Al-Bajuri, Muhammad bin Afifi. “ Nurul Yaqin fi Sirati
Sayyidil Mursalin Muhammad saw” Surabaya. Al-
Hidayah.
Al Ghazi, Ibnu Qosim. “ Fathul Qorib Al Mujib Fi Syarhi
Alfadzi At Taqrib dan Al Qaul Al Mukhtar Fi Syarhi
Ghayatil Ikhtishar” Surabaya. Al-Hidayah
Al-Jasr ath-Tharabalisi, Husain ibn Muhammad. “al-Hushun
al-Hamidiyah”. Surabaya. Al-Hidayah.
Al-Asqalani, Al-Hafizh Ibnu Hajar. “Bulugh al-Maram min
Adillat al-Ahkam”. Surabaya. Dar al-„Alam.
Al-Mas'udi, Hafizh Hasan. ”Minhatul Mughiz” Pondok
Pesantren Petuk Kediri
Arief, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan
Islam (Jakarta: Ciputat Press, 2002.
Al-Suyuthi, Abdurrahman bin Kamal bin Abi Bakr bin
Muhammad bin Sabiquddin bin Fakr Utsman bin
Nadziruddin al-Himam al-Khudhairi.“Al Itqon fi
'Ulumil Qur'an”. Dar al-Nafis.
127
Al-Shabuni, Muhammad Ali. “Rawai‟u al-Bayan fi Tafsir Ayat
al-Ahkam min al-Qur‟an” Dar al-Nafis.
Al-Imrithi, Yahya bin Nur ad-Din Abi al-Khoir bin Musa as-
Syafi‟i al-Anshori al-Azhari. “al-Imrithi” Surabaya.
Al-Hidayah.
Al-Zarnuji, Burhanul Islam. “Ta'limul Muta'allim Tariq Al-
Ta'allum”Semarang. Toha Putra.
Dakir. ”Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum.” Jakarta:
PT Rineka Cipta. 2004
Departemen Pendidikan Nasional. Undang-Undang RI No. 20
Tahun 2003 ”tentang Sistem Pendidikan Nasional.”
Jakarta : Biro Hukum dan Organisasi Sekretariat
Jendral Departemen Pendidikan Nasional. 2003
Departemen Agama RI. Al-Hikmah, Al-Qur‟an dan
Terjemahnya. Bandung: CV Penerbit Diponegoro. 2011
Departemen Pendidikan Nasional, “Kurikulum Berbasis
kompetensi: Dalam Menunjang Kecakapan Hidup
Siswa” Jakarta: Depdiknas, 2003.
Direktorat KSKK Madrasah Direktorat Jenderal Pendidikan
Islam Kementerian Agama Republik Indonesia. “KMA
Nomor 183 Tahun 2019, Tentang Kurikulum PAI dan
Bahasa Arab pada Madrasah”Jakarta. 2019
Hakim, Abdul Hamid. “Mabadi' Awaliyah fi Ushul al Fiqh wa
Al Qawaid Al Fiqhiyah” Surabaya. Al-Hidayah.
128
Idi, Abdullah Idi, ”Pengembangan Kurikulum” Yogyakarta:
Ar-Ruz Media, 2007.
Jabbar, Umar Abdul. “Khulasoh Nurul Yaqin fi Sirah Sayyid
Al-Mursalin” Surabaya. Al-Hidayah.
Munawwir, Ahmad Warson, “Al-Munawwir: Kamus Arab
Indonesia” Surabaya: Pustaka Progresif, 1997.
Nasution, S. “Asas-Asas Kurikulum” Jakarta: Buni Aksara,
1995.
Nurdin, Syafruddin, “Guru Profesional dan Implementasi
Kurikulum” Bandung: Ciputat Press, 2003.
Pratt, David. “Curriculum: Design and Development” New
York: Harcourt Brace Jovanovich, 1980.
Sarijo, M. “Sejarah Pondok Pesantren di Indonesia” Jakarta:
Dharma Bakti. 1980.
Steenbrink, Karel A., “Pesantren, Madrasah, Sekolah;
Pendidikan Islam dalam Kurun Modern” Jakarta
LP3ES, 1986.
Sagala, Syaiful, “Konsep dan Makna Pembelajaran: Untuk
Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan
Mengajar” Bandung: CV. Alfabeta, 2004.
Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
SISDIKNAS” Bandung: Citra Umbara, 2003.
Ibrahim, al-manhaj wa „anashirihi Darul Ma‟arif, 1991.
129
Ma‟shum, Muhammad bin Ali. “Al-Amtsilah at-Tashrifiyyah”
Surabaya. Al-Hidayah.
Mulysa, E. Mulyasa. ”Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan Nasional” Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. 2007
Sarijo, M. ”Sejarah Pondok Pesantren di Indonesia” Jakarta:
Dharma Bakti. 1994.
Sudjana, Djuju. ”Evaluasi Program Pendidikan Luar
Sekolah”. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2006
Sudjana, Nana. ”Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum
Di Sekolah”. Bandung: CV. Sinar Baru. 1991.