Artikel Muatan Lokal

24
MAKA ARTIKEL PENDIDIKAN BACA TULIS AL QUR’AN (BTQ) SEBAGAI ALTERNATIF PEMBELAJARAN MUATAN LOKAL (MULOK) SEKOLAH DASAR DI LINGKUNGAN PESANTREN KABUPATEN TEGAL Disusun untuk memenuhi tugas individu mata kuliah Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal Dosen Pengampu: Eka Titi Andaryani, S.Pd. M.Pd Oleh: Fajar Mentari 1401413496 Kelas 4E PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR i

Transcript of Artikel Muatan Lokal

Page 1: Artikel Muatan Lokal

MAKA

ARTIKEL

PENDIDIKAN BACA TULIS AL QUR’AN (BTQ)

SEBAGAI ALTERNATIF PEMBELAJARAN MUATAN LOKAL

(MULOK) SEKOLAH DASAR DI LINGKUNGAN PESANTREN

KABUPATEN TEGALDisusun untuk memenuhi tugas individu mata kuliah

Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal

Dosen Pengampu:

Eka Titi Andaryani, S.Pd. M.Pd

Oleh:Fajar Mentari

1401413496

Kelas 4E

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2015

i

Page 2: Artikel Muatan Lokal

PENDIDIKAN BACA TULIS AL QUR’A (BTQ) SEBAGAI ALTERNATIF PEMBELAJARAN MUATAN LOKAL (MULOK) SEKOLAH DASAR

DI LINGKUNGAN PESANTREN KABUPATEN TEGAL

Fajar MentariPendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Negeri Semarang

ABSTRAK

Wilayah Kabupaten Tegal yang ditulis dalam website resmi Pemerintah Kabupaten Tegal terletak terletak pada koordinat 108o 57’6” sampai dengan 109º21’30” Bujur Timur (BT) dan 6o 50’41” – 7o15’ 30” Lintang Selatan (LS). Dan secara administratif wilayah Kabupaten Tegal terbagi menjadi 18 kecamatan yang meliputi 281 Desa dan 6 Kelurahan. Dengan letak yang strategis dan luas membuat Kabupaten Tegal mempunyai potensi di berbagai sektor, dan semua itu membuat Kabupaten Tegal sebagai Kabupaten yang cukup diperhitungkan. Potensi yang tidak banyak diketahui orang yaitu potensi nilai spiritualnya. Kabupaten Tegal berpotensi sebagai wilayah santri karena tersebar banyak tempat pendidikan agama, majlis dzikir dan taklim yang didirikan oleh para ulama yang mempunyai pengaruh sangat besar dalam jalannya kehidupan masyarakat Kabupaten Tegal.Sebagai wujud mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai spiritual dilakukan melalui pendidikan. Di bidang pendidikan dimulai pada tahap paling dasar yaitu di Sekolah Dasar (SD). Dalam pembelajaran SD bisa dilakukan melalui mata pelajaran Muatan Lokal (mulok). Melalui mulok inilah nilai-nilai luhur daerah bisa direalisasikan dengan pendidikan Baca Tulis Al qur’an (BTQ). BTQ sebagai salah satu pondasi awal bagi umat Islam dalam menjalankan agamanya. Harapannya dengan adanya pendidikan BTQ di SD bisa mengantarkan masyarakat Kabupaten Tegal sebagai generasi masyarakat qur’ani yang selalu memberi dan mendapat kebaikan di dunia dan akhirat. Sebagai upaya mewujudkan harapan tersebut maka dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan BTQ perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut: kemampuan guru dalam mengajar BTQ, media pengajaran yang mendukung, pendekatan, metode mengajar, serta penilaian dan evaluasi belajar.

Kata kunci: Muatan Lokal, Baca Tulis Al Qur’an, Sekolah Dasar, Tegal, Nilai

ii

Page 3: Artikel Muatan Lokal

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai macam suku

bangsa yang memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, dan agama yang

berbeda-beda, yang menjadi ciri khas bagi Indonesia dalam memperkaya nila-nilai

kehidupan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, keanekaragaman tersebut harus selalu

dikembangkan dan dilestarikan dengan tetap mempertahankan nilai-nilai luhur

bangsa Indonesia melalui pendidikan. Pengenalan keadaan lingkungan, sosial, dan

budaya kepada peserta didik memungkinkan mereka untuk lebih mengakrabkan

dengan lingkungannya. Dan tentunya akan menunjang peningkatan kualitas sumber

daya manusia.

Pendidikan di Indonesia terbagi dalam 3 (tiga) tahapan. Tahapan pertama

yaitu Pendidikan Sekolah Dasar (SD), kedua Pendidikan Sekolah Menengah terdiri

dari Pendidikan Menengah Pertama (SMP) dan sederajat, serta Pendidikan Menengah

Atas (SMA) dan sederajat, dan yang ketiga Pendidikan Tinggi (SPN: 2003). Dalam 3

tahapan ini pendidikan ini yang menjadi dasar dan seringkali menjadi cikal bakal

keberhasilan peserta didik yaitu pendidikan SD karena dalam jenjang SD peserta

didik dibentuk karakter yang sebaik-baiknya untuk bisa mencapai kepribadian yang

baik di masa depan. Dalam jenjang SD pula sudah dikenalkan dan ditanamkan nilai-

nilai luhur bangsa Indonesia melalui mata pelajaran yang sudah ditentukan dalam

kurikulum. Salah satunya yaitu mata pelajaran muatan lokal (mulok) yang berbeda

substansinya di masing-masing daerah. Pembelajaran mulok ini merupakan otonomi

masing-masing daerah bahkan sekolah itu sendiri. Dan harapan dari pembelajaran

mulok ini peserta didik khususnya mampu mengenal dan memaknai kearifan lokal

daerah serta melestariakn nilai-nilai luhur kebudayaan Indonesia pada umumnya.

Wilayah Kabupaten Tegal merupakan wilayah yang strategis di Provinsi

Jawa Tengah yang mempunyai 18 kecamatan yang meliputi 281 desa dan 6 kelurahan

pastinya mempunyai budaya yang sebagian kecil berbeda (Pemkab Tegal: 2011).

Oleh karena itu, tidak mengherankan jika setiap sekolah mempunyai otonomi masing-

masing mengenai pembelajaran mulok. Mata pelajaran mulk yang tercantum dalam

Garis-Garis Besar Program Pengajaran adalah mata pelajaran Bahasa Jawa sebagai

1

Page 4: Artikel Muatan Lokal

mata pelajaran wajib untuk SD dan SMP. Walaupun demikian dalam pembelajaran

mulok perlu adanya variansi dalam pelaksanaannya selama dua semester. Di wilayah

Kabupaten Tegal pendidikan bahasa Jawa menjadi mata pelajaran wajib dalam mulok

dan ada beberapa sekolah yang menambahkan beberapa mata pelajaran lain yang

sekiranya mampu menujang kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) peserta didiknya.

Wilayah Kabupaten Tegal yang bisa dikategorikan sebagai wilayah yang aman dari

berbagai kerusuhan dan perselisihan, karena di wilayah ini berdiri berbagai pondok

pesantren yang tidak kurang kualitasnya dan di belakang pondok pesantren terdapat

para ulama yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat Kabupaten

Tegal.

Wilayah Kabupaten Tegal yang berbau dengan wilayah santri seringkali

menuntut bagi warag sekitarnya untuk turut serta dalam pengaruh baiknya. Oleh

karena itu, sebagai pencetus pendidikan dasar perlu adanya pondasi yang kuat dalam

mengajar dan mendidik siswanya untuk tetap dalam lindungan kebaikan salah

satunya dengan terus menjaga nilai-nilai spiritual yang bisa membawa mereka ke

tempat yang mulia di dunia dan akhirat. Dan pembelajaran yang sekiranya cocok

sebagai mata pelajaran mulok yang diterapkan di SD yaitu pendidikan Baca Tulis Al

Qur’an (BTQ). Dalam artikel ini akan dibahas seklumit mengenai pendidikan BTQ

sebagai alternatif pembelajaran mulok di SD yang berada di lingkungan pesantren

wilayah Kabupaten Tegal. Dengan pembahasan ini semoga masyarakat Kabupaten

tegal bisa menjadi generasi masyarakat qur’ani yang menjaga nilai-nilai luhur bangsa

Indonesia yang membawa pada peningkatan SDM mereka demi kemajuan bangsa di

dunia dan akhirat.

PEMBAHASAN

Wilayah Kabupaten Tegal

Kabupaten Tegal secara geografis terletak pada koordinat 108o 57’6”

sampai dengan 109º21’30” Bujur Timur (BT) dan 6o 50’41” – 7o15’ 30” Lintang

Selatan (LS). Letak Kabupaten Tegal dilihat dari sisi transportasi sangat strategis,

karena wilayahnya berada pada persilangan transportasi Semarang – Cirebon –

2

Page 5: Artikel Muatan Lokal

Jakarta dan Jakarta – Tegal – Purwokerto yang menghubungkan wilayah selatan dan

wilayah pantai utara (Pembkab Tegal: 2011).

Secara administratif wilayah Kabupaten Tegal terbagi menjadi 18

kecamatan yang meliputi 281 Desa dan 6 Kelurahan. Berdasarkan data yang

dihimpun oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tegal luas wilayah Kabupaten

Tegal mencapai 87,879 hektare, terdiri dari lahan sawah 40.288 hektare (45,84%) dan

lahan bukan sawah 47.591 hektare (54,16%). Jika dibandingkan dengan kondisi tahun

2010, maka kondisi ini menunjukkan adanya alih fungsi lahan sawah ke bukan sawah

sebesar 550 hektare (1,35%).

Wilayah Kabupaten Tegal yang strategis dan luas membuat wilayah ini

menyimpan banyak potensi yang menjadi andalan bagi masyarakatnya. Mulai dari

potensi alam, industri, pertanian, perdagangan hingga pendidikan. Dan yang tidak

banyak orang ketahui yaitu bahwa wilayah Kabupaten Tegal termasuk kategori

wilayah santri. Karena di wilayah ini banyak berdiri pondok pesantren, majlis dzikir

dan taklim yang membawa Kabupaten Tegal menjadi wilayah yang sangat kental

dengan nilai-nilai spiritualnya. Ditambah lagi di belakang pemerintah Kabupaten

Tegal berdiri para ulama yang mempunyai pengaruh sangat kuat dan harapannya

mampu membawa Kabupaten Tegal sebagai wilayah yang aman, damai, makmur,

dan selamat dunia-akhirat.

Predikat Kabupaten Tegal sebagi wilayah santri maka perlu didorong

dengan kualitas SDM yang menunjang ke arah agamis yang berkualitas. Sedangkan

untuk mencapai target itu perlu didukung oleh berbagi pihak dan yang terpenting

dalam dunia pendidikan. Tidak hanya menjadi tanggungjawab pendidikan bertaraf

agama Islam baik formal maupun nonformal tetapi pendidikan formal negeri pun

perlu menyumbang lahirnya generasi yang agamis. Dan sebagai pondasi perlu

diimplementasikan dipendidikan dasar yaitu SD melalui mata pelajaran mulok.

Walaupun demikian nilai-nilai budaya yang kental dengan Jawa tetap menjadi bagian

penting dalam pelaksanaan mata pelajaran mulok di SD. Pembelajaran mulok yang

bisa dibumbui dengan nilai agama yaitu pendidikan BTQ , karena melalui pendidikan

3

Page 6: Artikel Muatan Lokal

BTQ peserta didik diberi pondasi awal untuk menjadi generasi qur’ani yang menjadi

kebanggaan Kabupaten Tegal dunia dan akhirat.

Kurikulum Muatan Lokal (Mulok)

Mulyasa dalam bukunya yang berjudul Implementasi Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan menyebutkan bahwa Kurikulum Muatan lokal adalah kegiatan

kurikuler yang mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan

potensi daerah, termasuk keunggulan daerah yang materinya tidak dapat

dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi Mulok ditentukan oleh

masing-masing satuan pendidikan. Pendapat ini tampaknya menganggap bahwa

kurikulum mulok hanya bisa diakomodasi melalui kegiatan yang terpisah dengan

mata pelajaran.

Muatan lokal diorientasikan untuk menjembatani kebutuhan keluarga dan

masyarakat dengan tujuan pendidikan nasional. Dapat pula dikemukakan, mata

pelajaran ini juga memberikan peluang kepada siswa untuk mengembangkan

kemampuannya yang dianggap perlu oleh daerah yang bersangkutan. Oleh karena itu,

mata pelajaran mulok harus memuat karakteristik budaya lokal, keterampilan, nilai-

nilai luhur budaya setempat dan mengangkat permasalahan sosial dan lingkungan

yang pada akhirnya mampu membekali siswa dengan keterampilan dasar sebagai

bekal dalam kehidupan (life skill).

Dengan demikian, kurikulum mulok adalah seperangkat rencana dan

dengan keadaan dan kebutuhan daerah masing-masing serta cara yang digunakan

sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Mulok merupakan

kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang

disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang

materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Mulok

merupakan bagian dari struktur dan muatan kurikulum yang terdapat pada standar isi

di dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan.

Landasan yuridis pelaksanan kurikulum mulok mengacu pada Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaam Nomor 0412/U/1987. Sebagai penjabarannya tertuang dalam Keputusan Direktur

4

Page 7: Artikel Muatan Lokal

Jendral Pendidikan Dasar Menenegah Nomor 173/-C/ Kep/M/1987. Dalam perkembangannya kemudian, keberadaan mulok bertambah kuat dengan dijadikannya mulok sebagai salah satu isi dan struktur kurikulum yang harus diberikan pada tingkat dasar dan menengah. Hal ini sebagaimana tercantum dalam Pasal 37 UU No. 20 Thn 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang menyatakan bahwa Sekolah Dasar dan Menengah terdiri dari mata pelajaran pendidikan agama; pendidikan kewarganegaraan; bahasa; matematika; ilmu pengetahuan alam; Ilmu Pengetahuan Sosial; Seni dan Budaya; Pendidikan Jasmani dan Olahraga;  Keterampilan/Kejuruan; dan muatan lokal (UU Sisdiknas No. 200 Th. 2003 Pasal 37 ayat 1).

Selanjutnya, dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi menyatakan bahwa kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) selain memuat beberapa mata pelajaran, juga terdapat mata pelajaran mulok yang wajib diberikan pada semua tingkat satuan pendidikan. Kebijakan yang berkaitan dengan dimasukkannya mata pelajaran mulok dalam standar isi dilandasi kenyataan bahwa Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa yang memiliki keanekaragaman multikultur (adat istiadat, tata cara, bahasa, kesenian, kerajinan, keterampilan daerah) merupakan ciri khas yang memperkaya nilai-nilai kehidupan bangsa Indonesia.

Menurut Muhaimin, pengembangan kurikulum mulok di SD bertujuan

mengembangkan potensi daerah sebagai bagian dari upaya peningkatan mutu

pendidikan di Madrasah serta mengembangkan potensi SD sehingga keunggulan

kompetetif. Dengan kurikulum ini diharapkan, siswa di SD tidak tercerabut dari

budaya, tradisi dan karakteristik masyarakat yang mengitarinya.

Tujuan lain dari pemberian pembelajaran mulok adalah agar

pengembangan sumber daya manusia yang terdapat di daerah setempat dapat

dimanfaatkan untuk kepentingan pembangunan. Substansi kurikulum mulok dapat

ditentukan oleh satuan pendidikan yang tidak hanya terbatas pada mata pelajaran

keterampilan, tetapi pembentukan sikap yang mencerminkan pengejewantahan nilai-

5

Page 8: Artikel Muatan Lokal

nilai sosial budaya merupakan bagian penting yang harus diberikan tempat dalam

penerapan kurikulum mulok pada pendidikan formal.

Secara lebih khusus, menurut Wasliman kurikulum mulok bertujuan: a)

mengenalkan dan mengakrabkan peserta didik dengan lingkungan alam, sosial, dan

budayanya; b) membekali peserta didik dengan kemampuan dan keterampilan serta

pengetahuan mengenai daerahnya yang berguna bagi dirinya maupun lingkungan

masyarakat pada umumnya; c) memiliki sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai-

nilai atau aturan-aturan yang berlaku di daerahnya, serta melestarikan dan

mengembangkan nilai-nilai luhur budaya setempat dalam rangka menunjang

pembangunan nasional serta; d) menyadari lingkungan dan masalah-masalah yang

ada di masyarakat serta dapat membantu mencari pemecahannya.

Pendidikan Baca Tulis Al Qur’an sebagai Mata Pelajaran Muatan Lokal

(Mulok)

Pada dasarnya prinsip pengembangan mulok keagamaan tidak bisa lepas

dari prinsip-prinsip pengembangan kurikulum secara umum, seperti halnya prinsip

relevansi, prinsip efektifitas dan efisiensi, prinsip berkesinambungan (continuitas),

prinsip fleksibilitas dan lain sebagainya. Hanya saja dalam pengembangannya,

kurikulum mulok keagamaan lebih difokuskan pada aspek keagamaan.

Keberadaan mata pelajaran mulok merupakan bentuk penyelenggaraan

pendidikan yang tidak terpusat, sebagai upaya agar penyelenggaraan pendidikan di

masing-masing daerah lebih meningkatkan relevansinya terhadap keadaan dan

kebutuhan daerah yang bersangkutan. Hal ini sejalan dengan upaya peningkatan mutu

pendidikan nasional sehingga keberadaan mata pelajaran muatan lokal mendukung

dan melengkapi mata pelajaran yang lain.

Dalam konteks ini ruang lingkup dan isi mata pelajaran mulok

disesuaikan dengan kebutuhan, baik kebutuhan siswa maupun lingkungan sekitar.

Dengan demikian, perlu adanya identifikasi dan rumusan yang jelas untuk

mengetahui kekurangan dan kebutuhan yang dituntut dan selanjutnya dipenuhi

melalui kegiatan pengembangan mulok.

6

Page 9: Artikel Muatan Lokal

Adapun ruang lingkup muatan lokal keagamaan harus dirumuskan atas

dasar pertimbangan kebutuhan yang diperoleh melalui identifikasi kemampuan

keberagamaan siswa serta tuntutan lingkungan sekitar. Melalui kegiatan ini dapat

diketahui apa saja yang dibutuhkan

untuk menunjang pengetahuan keagamaan siswa. Sebagai contoh, kebutuhan

terhadap kegiatan intensif tentang baca tulis al Qur’an dengan dasar informasi

rendahnya kemampuan baca tulis al Qur’an. Di samping itu pula ditanamkan nilai-

nilai akidah akhlak, ibadah dan aspek lain yang benar-benar dibutuhkan.

Mengingat pentingnya agama, maka agama seharusnya dikenalkan pada

anak mulai dari kecil, baik di lingkungan keluarga, masyarakat maupun di sekolah.

Karena agama mempunyai nilai-nilai yang dapat mengatur segala tingkah laku anak

atau dengan kata lain agama sebagai remot kontrol yang berfungsi sebagai pengendali

sikap dan tindakan yang dilakukan peserta didik.

Salah satu langkah untuk mengenalkan agama pada anak diantaranya

melalui muatan lokal yang berisi kurikulum agama yang diharapkan dapat

mendukung pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam menanamkan dan

mengembangkan keagamaan siswa. Kurikulum mulok keagamaan tersebut juga bisa

diwujudkan dalam pembelajaran BTQ sebagai media memberikan bekal pada peserta

didik untuk bisa membaca, memahami kandungan Al-Qur’an untuk selanjutnya bisa

dijadikan pedoman dalam kehidupan keseharianya. BTQ merupakan pelajaran dasar

yang harus diajarkan pada siswa sejak dini yang di dalamnya difokuskan pada

bagaimana cara membaca dan menulis al Qur'an dengan baik dan benar.

Adapun materi yang diajarkan dalam pembelajaran BTQ diantaranya:

pengenalan huruf-huruf hijaiyyah beserta tanda bacanya, hukum bacaan dan lain

sebagainya. Dengan demikian, pembelajaran BTQ di sekolah diharapkan dapat

memberikan bekal keterampilan membaca, menulis dan menterjemahkan Al-Quran.

Dengan bekal itulah siswa diharapkan dapat memahami, menghayati isi atau

kandungan nilai yang terdapat di dalamnya, sehingga dapat mengamalkan dalam

kehidupan sehari-hari.

7

Page 10: Artikel Muatan Lokal

Kebijakan untuk menjadikan BTQ sebagai mata pelajaran mulok

seringkali berangkat dari minimnya potensi keagaman yang dimiliki siswa-siswi,

sehingga perlu adanya penambahan jam pelajaran khusus untuk pengembangan

keagamaan siswa, sehingga harapannya baik secara akademis maupun pemahaman

tentang agama dapat tercapai. Kedua, faktor kurangnya perhatian orang tua terhadap

anak tentang arti penting sebuah agama, hal ini disebabkan karena latar belakang

ekonomi, yang mana mayoritas orang tuanya bekerja sebagai karyawan swasta dan

petani, sehingga karena kesibukannya mereka kurang memperhatikan pendidikan

anaknya, terutama pendidikan agama. Ketiga, adalah memberikan kesempatan kepada

para guru agama yang jam mengajarnya kurang, sekaligus untuk mengembangkan

atau mengamalkan ilmunya, sehingga dengan adanya pembelajaran mulok

keagamaan (BTQ) jam mengajar bagi guru agama dapat optimal.

Langkah yang dapat ditempuh oleh guru sebelum proses kegiatan

pembelajaran mulok keagamaan (BTQ), diantaranya:

1) Menentukan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar merupakan kompetensi yang harus

dikuasai oleh siswa. Untuk menentukan SK dan KD pada mata pelajaran mulok

keagamaan (BTQ) yaitu dengan cara musyawarah antar guru BTQ melalui forum

MGMP.

2) Membuat Silabus

Pada dasarnya pembuatan silabus mulok BTQ mencakup: materi pembelajaran,

kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.

3) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Setelah silabus selesai dibuat, maka guru perlu merencanakan pelaksanaan

pembelajaran untuk tiap satuan pembelajaran atau satuan kegian. Adapun

komponen RPP minimal memuat: tujuan pembelajaran, indikator, materi ajar atau

pembelajaran, kegiatan pembelajaran, metode pengajaran, dan sumber belajar.

4) Penilaian

Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan

menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan

8

Page 11: Artikel Muatan Lokal

secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang

bermakna dalam pengambilan keputusan. Penilaian dapat dikatakan berhasil

apabila mencakup dua kreteria, diantaranya: sesuai dengan aspek yang diukur, alat

penilaian yang sesuai.

Dalam proses pembelajaran, guru sangat berperan penting dalam hasil

belajar, Latar belakang pendidikan yang ditempuh seorang guru dapat memberikan

nilai tambah dan dapat memberikan kontribusi yang besar dalam pencapaian tujuan

belajar mengajar. Guru tidak cukup hanya menyampaikan materi pengetahuan kepada

siswa di kelas, tapi juga harus mampu mendapatkan dan mengelola informasi yang

sesuai dengan profesinya agar tujuan pengajaran dapat tercapai secara optimal.

Media merupakan alat bantu atau pendukung yang berfungsi untuk

mempermudah dalam proses pembelajaran. Secara umum media yang digunakan

dalam proses belajar mengajar BTQ diantaranya: mushola sebagai tempat praktek,

alat tulis dan papan tulis, al Qur'an,

alat peraga iqra' dan buku prestasi siswa.

Dalam penentuan materi pengajaran sekolah sangat memperhatikan

kesesuaiannya dengan perkembangan dan kebutuhan peserta didik serta tuntutan

lingkungan masyarakat. Selain itu, juga untuk membekali siswa-siswinya dalam

bidang akademik maupun dalam bidang agama atau dengan kata lain siswa bukan

hanya dibekali dengan materi-materi yang bersifat umum melainkan juga debekali

dengan nilai-nilai moral dan aqidah. Sehingga ke depannya siswa mampu

mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk menunjang pencapaian standar kompetensi maupun kompetensi

dasar dalam proses belajar mengajar, maka dalam penyampaian sebuah materi atau

bahan pengajaran disini guru dituntut untuk mampu memberikan pendekatan-

pendekatan kepada siswa baik secara langsung maupun tidak langsung. Beberapa

pendekatan yang dapat digunakan guru dalam pembelajaran mulok keagamaan

sebagai berikut:

1) Pendekatan Pengamalan

9

Page 12: Artikel Muatan Lokal

Pendekatan ini mendorong dan menganjurkan kepada peserta didik untuk

mengamalkan atau mempraktekkan materi yang telah diajarkan oleh guru dalam

kehidupan sehari-hari, baik dilingkungan sekolah, keluarga maupun di lingkungan

masyarakat.

2) Pendekatan Emosional

Pendekatan ini sebagai usaha untuk menggugah perasaan peserta didik dalam

menghayati materi mulok keagamaan yang telah diajarkan sehingga dapat

menghayati lebih mendalam dalam jiwa peserta didik

3) Pendekatan Pembiasaan

Yaitu melaksanakan materi mulok keagamaan dengan cara membiasakan sholat

dhuha, sholat dhuhur secara berjamaah di mushola sekolahan, membiasakan

berjabat tangan dan mengucapkan salam ketika bertemu dengan sesama dan lain

sebagainya.

4) Pendekatan Keteladanan

Pada proses pembelajaran, guru disini mempunyai peran sebagai figur atau contoh

yang baik bagi anak didiknya, sehingga setiap ucapan dan tingkah lakunya

berdasarkan nilai-nilai agama.

5) Pendekatan Fungsional

Yaitu menjadikan materi mulok keagamaan dapat memberikan manfaat nyata bagi

peserta didik dalam kehidupan sehari-hari, Seperti belajar tajwid dapat mejadikan

belajar membaca al-Qur’an lebih baik.

Metode pembelajaran merupakan salah satu komponen dalam proses

belajar mengajar yang mana kedudukannya sangat urgen dalam pencapaian tujuan

pendidikan, berhasil tidaknya dalam proses belajar mengajar sangat didominasi oleh

metode yang digunakannya. Beberapa metode yang dapa digunakan guru dalam

pembelajaran BTQ yaitu sebagai berikut:

1) Metode Ceramah

Metode ini sering digunakan guru untuk menjelaskan atau memberikan

pemahaman terhadap siswa mengenai materi yang disampaikan, seperti

menjelaskan pengertian hukum bacaan yang ada dalam ayat al Qur'an atau buku

10

Page 13: Artikel Muatan Lokal

Iqra', menjelaskan pengertian sholat sunnah beserta keutamaanya dan lain

sebagainya. Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan, bahwa penggunaan

metode ceramah kadang terkesan membosankan apabila guru tidak pandai-

pandainya memberiakan fariasi ketika dalam menyampaikan materi.

2) Metode Demonstrasi

Dalam metode ini guru secara langsung mendemonstrasikan atau memberikan

contoh terhadap peserta didik mengenai cara melafadzkan bacaan al Qur'an yang

benar sesuai dengan tajwidnya.Mengingat dalam proses pembelajaran perlu

adanya contoh langsung dari guru ketika menyampaikan suatu materi, sehingga

dapat mempermudah pemahaman bagi peserta didik.

3) Metode Qira'ah dan Pemanduan

Metode ini khususnya digunakan dalam pelajaran membaca Iqra' Jilid 1 s/d Jilid 6.

Dalam metode ini biasanya siswa disuruh membaca bersama-sama dengan

dipandu oleh guru pengajar, kemudian siswa disuruh membaca satu persatu

sehingga apabila ada kesalahan dalam membaca bisa langsung dibetulkan.

4) Metode Hafalan

Dalam metode ini biasanya guru memberikan tugas menghafal seperti: hafalan

surat-surat pendek, do'a sehari-sehari dan amalan ibadah yang lain. Biasanya

jangka waktu untuk menghafal satu minggu, kemudian peserta didik disuruh maju

ke depan kelas, 2-4 anak secara bergiliran untuk menghafalkan materi yang telah

ditugaskan dengan pemantauan dari guru pengajar.

5) Metode Resitasi

Metode ini digunakan untuk pemberian tugas pada siswa diluar kegiatan sekolah

khususnya dalam amalan ibadah sesuai dengan kompetensi yang diharapkan

seperti sholat berjama'ah dan mengaji. Kegiatan ini dimaksudkan untuk

mendukung dalam proses belajar mengajar di sekolahan khususnya dalam

pelajaran qira'ah. Selain itu juga untuk menciptakan kondisi di luar kelas terutama

di rumah, sehingga akan tercipta kegiatan belajar.

Proses terakhir dalam sebuah pembelajaran adalah evaluasi atau disebut

juga dengan penilaian. Penilaian sangat penting dilakukan, karena dapat mengetahui

11

Page 14: Artikel Muatan Lokal

sejauh mana keberhasilan dari kegiatan pembelajaran. Dalam melakukan penilaian

BTQ dapat dilakukan dua model penilaian yaitu:

1) Penilaian Proses

Penilaian ini dilakukan terhadap partisipasi peserta didik baik secara individu

maupun kelompok selama proses pembelajaran dilakukan. Lebih rincinya dilihat

dari keterlibatan peserta didik secara aktif, baik fisik, mental maupun sosial dalam

proses pembelajaran berlangsung. Selain memperhatikan keaktifan peserta didik

dalam mengikuti pembelajaran, penilaian proses secara kognitif dapat dilakukan

dengan adanya pre test, post test (remidi).

2) Penilaian Hasil

Penilaian ini dikatakan berhasil apabila dalam proses pembelajaran terjadi

perubahan yang lebih baik pada diri peserta didik seluruhnya atau sebagian besar,

baik dari ranah efektif, kognitif maupun psikomotorik. (Dimyati: 2006)

SIMPULAN

Berdasarkan pembahasan tentang pendidikan Baca Tulis Al Qur’an

(BTQ) sebagai pembelajaran alternatif muatan lokal (mulok) di sekolah dasar (SD)

lingkungan pesantren wilayah Kabupaten Tegal, maka dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut:

1) Wilayah Kabupaten Tegal sebagai wilayah yang strategis dan luas mempunyai

potensi yang sangat banyak diantaranya potensi menjadi wilayah santri. Sebagai

wujud pendukung gerakan keagamaan melalui pendidikan yang diintegrasikan

dalam mata pelajaran mulok di SD.

2) Pelaksanaan pendidikan BTQ di SD sama seperti pelajaran yang lain yaitu 2 jam

per minggu. Agar pelaksanaan pembelajaran BTQ berjalan dengan baik, maka ada

beberapa hal yang diperhatikan oleh sekolah dalam pelaksanaan BTQ diantaranya:

kemampuan guru dalam mengajar BTQ, media pengajaran yang mendukung,

pendekatan, metode mengajar, serta penilaian dan evaluasi belajar.

DAFTAR PUSTAKA

12

Page 15: Artikel Muatan Lokal

Dishubkominfo Kab Tegal. 2011. Letak Geografis Kabupaten Tegal. Diunduh dari

http://www.tegalkab.go.id/page.php?id=8

Alwi, Hasan. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

____. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Jakarta:

Depdiknas.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Renika Cipta.

Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Subuah Panduan Praktis.

Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Hamalik, Oemar. 2001. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Akasara.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 Tahun 2006. 2006. Tentang

Standar Isi untuk Satuan Pendidikan dasar dan Menengah. Jakarta: Balai

Pustaka.

Majid, Ngabdul. 2009. Integrasi Kurikulum Mulok Keagamaan BTQ dalam

Intrakurikuler di SMP N 31 Semarang. Diunduh dari

http://library.walisongo.ac.id/digilib/download.php?id=19487.

Natsir, Muhammad. 2013. Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal dalam Konteks

Pendidikan Islam di Madrasah. Diunduh dari

http://hunafa.iainpalu.ac.id/wp-content/uploads/1-M.-NasirPublish.docx.

13