Mobilisasi-Materi

10
MOBILISASI DAN IMMOBILISASI Hanny Handiyani, SKp, M.Kep. OBJEKTIF Setelah menyelesaikan pokok bahasan ini, peserta didik mampu: - mendefinisikan beberapa terminasi kunci terkait mobilisasi - menggambarkan konsep dasar dalam mobilisasi: fungsi skeletal, otot skeletal, dan sistem saraf dalam mengatur pergerakan; pengaruh fisiologik, dan patologik pada kesegarisan tubuh dan mobilisasi sendi; perubahan fungsi fisiologik dan psikososial yang berhubungan dengan immobilisasi - mengkaji klien dengan gangguan mobilisasi - merumuskan diagnosa keperawatan yang benar untuk masalah mobilisasi - menulis rencana keperawatan untuk gangguan mobilisasi - melakukan latihan rentang pergerakan sendi aktif/ pasif (praktikum) - melakukan teknik positioning/ perubahan posisi klien di tempat tidur (praktikum) - melakukan teknik ambulasi bagi klien (praktikum) - mengevaluasi rencana keperawatan untuk masalah mobilisasi KATA KUNCI - mekanika tubuh - body alignment/ kesegarisan tubuh atau postur - keseimbangan tubuh - berat - friksi - propiosepsi SUMBER Carpenito, L.J. (1999). Nursing care plans and documentation: Nursing diagnoses and collaborative problems. (third edition). Philadelphia: Lippincott. Craven, R.F., Hirnle, C.J. (2000). Fundamentals of nursing: Concepts, process, and practice. (fifth edition). California: Addison, Wesley Publishing Co. Leahy, J.M.& Kizilay, P.E. (1998). Foundation of nursing practice: A nursing approach. USA: WB Saunders Company.

description

just smile

Transcript of Mobilisasi-Materi

Page 1: Mobilisasi-Materi

MOBILISASI DAN IMMOBILISASI

Hanny Handiyani, SKp, M.Kep.

OBJEKTIF

Setelah menyelesaikan pokok bahasan ini, peserta didik mampu:

- mendefinisikan beberapa terminasi kunci terkait mobilisasi

- menggambarkan konsep dasar dalam mobilisasi: fungsi skeletal, otot skeletal, dan sistem saraf

dalam mengatur pergerakan; pengaruh fisiologik, dan patologik pada kesegarisan tubuh dan

mobilisasi sendi; perubahan fungsi fisiologik dan psikososial yang berhubungan dengan

immobilisasi

- mengkaji klien dengan gangguan mobilisasi

- merumuskan diagnosa keperawatan yang benar untuk masalah mobilisasi

- menulis rencana keperawatan untuk gangguan mobilisasi

- melakukan latihan rentang pergerakan sendi aktif/ pasif (praktikum)

- melakukan teknik positioning/ perubahan posisi klien di tempat tidur (praktikum)

- melakukan teknik ambulasi bagi klien (praktikum)

- mengevaluasi rencana keperawatan untuk masalah mobilisasi

KATA KUNCI

- mekanika tubuh

- body alignment/ kesegarisan tubuh atau postur

- keseimbangan tubuh

- berat

- friksi

- propiosepsi

SUMBER

Carpenito, L.J. (1999). Nursing care plans and documentation: Nursing diagnoses and

collaborative problems. (third edition). Philadelphia: Lippincott.

Craven, R.F., Hirnle, C.J. (2000). Fundamentals of nursing: Concepts, process, and practice. (fifth

edition). California: Addison, Wesley Publishing Co.

Leahy, J.M.& Kizilay, P.E. (1998). Foundation of nursing practice: A nursing approach. USA:

WB Saunders Company.

Page 2: Mobilisasi-Materi

1

MOBILISASI DAN IMMOBILISASI

Hanny Handiyani, SKp, M.Kep.

ILUSTRASI

Anda seorang perawat di ruang rawat bedah ortopedi dan bertanggung jawab untuk merawat enam

klien. Klien anda Tn. A (20 tahun) telah dirawat di ruang tersebut selama tujuh hari dengan diagnosa

medis fraktur femur sepertiga distal dekstra pascaoperasi pemasangan fiksasi internal hari keenam.

Klien takut untuk menggerakkan anggota tubuhnya karena nyeri. Punggung, bokong, dan tumitnya

tampak merah karena lama tertekan. Dokter bedahnya juga telah menginstruksikannya untuk latihan

berjalan. Anda mencoba membantu klien tersebut berjalan, namun karena beban klien terlalu berat,

anda mengalami kesulitan untuk melakukannya. Sebagai perawat, apa yang harus anda perhatikan

dan lakukan untuk mengatasi masalah tersebut?

TERMINASI KUNCI

Mekanika tubuh adalah suatu usaha sistem muskuloskeletal dan sistem saraf yang terkoordinasi

untuk mempertahankan keseimbangan, postur, dan kesegarisan tubuh selama mengangkat,

membungkuk, bergerak, dan melakukan aktifitas sehari-hari. Penggunaan mekanika tubuh yang

sesuai dapat mengurangi risiko injuri sistem muskuloskeletal dan memfasilitasi pergerakan tubuh

yang memungkinkan mobilisasi fisik tanpa ketegangan otot, dan menggunakan energi otot yang

berlebihan.

Kesegarisan tubuh atau postur berhubungan dengan posisi sendi, tendon, ligament, dan otot ketika

posisi berdiri, duduk, dan berbaring. Kesegarisan tubuh yang benar mengurangi ketegangan pada

struktur muskuloskeletal, mempertahankan tonus otot secara adekuat, dan menunjang

keseimbangan.

Kesegarisan tubuh menunjang keseimbangan tubuh. Keseimbangan adalah kemampuan untuk

mencapai dan mempertahankan postur tubuh tetap tegak melawan gravitasi (duduk atau berdiri)

sebaik mungkin untuk mengatur seluruh keterampilan aktifitas fisik (Glick, 1992 dikutip dari Kozier,

1997). Keseimbangan diatur oleh serebelum dan telinga dalam (kanalis semisirkuler). Tanpa

keseimbangan ini, pusat gravitasi akan berubah, gaya gravitasi meningkat, dan konsekuensinya

menyebabkan risiko jatuh dan injuri. Keseimbangan tubuh diperoleh dengan adanya dasar

pendukung yang luas, pusat gravitasi berada pada dasar pendukung, dan garis vertikal dapat

digambar dari pusat gravitasi melalui dasar pendukung, postur yang benar (lurus) dan pusat gravitasi

yang lebih rendah.

Page 3: Mobilisasi-Materi

2

Berat adalah gaya pada tubuh yang menggunakan gravitasi. Ketika suatu objek diangkat,

pengangkat harus mengetahui berat objek dan mengetahui pusat gravitasinya. Pada objek yang

simetri, pusat gravitasi berada tepat pada pusat objek. Pada manusia, pusat gravitasinya biasanya

berada pada 55-57% tinggi badannya ketika berdiri dan berada di tengah-tengah. Gaya berat selalu

mengarah ke bawah, hal ini menjadi alasan mengapa objek yang tidak seimbang itu jatuh.

Friksi (gaya gesek) adalah gaya yang terjadi pada gerakan benda yang berlawanan. Perawat dapat

mengurangi friksi dengan mengikuti beberapa prinsip dasar, antara lain meminimalkan permukaan

tubuh (menyilangkan lengan klien di dada), meminimalkan beban, menggunakan kekuatan dan

gerakan klien saat mengangkat (ajak klien berpartisipasi), mengangkat menggunakan pull sheet.

KONSEP DASAR MOBILISASI

Mobilisasi atau kemampuan seseorang untuk bergerak bebas merupakan salah satu kebutuhan dasar

manusia yang harus terpenuhi. Tujuan mobilisasi adalah memenuhi kebutuhan dasar (termasuk

melakukan aktifitas hidup sehari-hari dan aktifitas rekreasi), mempertahankan diri (melindungi diri

dari trauma), mempertahankan konsep diri, mengekspresikan emosi dengan gerakan tangan non

verbal. Immobilisasi adalah suatu keadaan di mana individu mengalami atau berisiko mengalami

keterbatasan gerak fisik. Mobilisasi dan immobilisasi berada pada suatu rentang. Immobilisasi

dapat berbentuk tirah baring yang bertujuan mengurangi aktivitas fisik dan kebutuhan oksigen tubuh,

mengurangi nyeri, dan untuk mengembalikan kekuatan. Individu normal yang mengalami tirah

baring akan kehilangan kekuatan otot rata-rata 3% sehari (atropi disuse).

Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem otot, skeletal, sendi,

ligament, tendon, kartilago, dan saraf. Otot Skeletal mengatur gerakan tulang karena adanya

kemampuan otot berkontraksi dan relaksasi yang bekerja sebagai sistem pengungkit. Ada dua tipe

kontraksi otot: isotonik dan isometrik. Pada kontraksi isotonik, peningkatan tekanan otot

menyebabkan otot memendek. Kontraksi isometrik menyebabkan peningkatan tekanan otot atau

kerja otot tetapi tidak ada pemendekan atau gerakan aktif dari otot, misalnya, menganjurkan klien

untuk latihan kuadrisep. Gerakan volunter adalah kombinasi dari kontraksi isotonik dan isometrik.

Meskipun kontraksi isometrik tidak menyebabkan otot memendek, namun pemakaian energi

meningkat. Perawat harus mengenal adanya peningkatan energi (peningkatan kecepatan pernafasan,

fluktuasi irama jantung, tekanan darah) karena latihan isometrik. Hal ini menjadi kontra indikasi

pada klien yang sakit (infark miokard atau penyakit obstruksi paru kronik).

Page 4: Mobilisasi-Materi

3

Postur dan Gerakan Otot merefleksikan kepribadian dan suasana hati seseorang dan tergantung pada

ukuran skeletal dan perkembangan otot skeletal. Koordinasi dan pengaturan dari kelompok otot

tergantung dari tonus otot dan aktifitas dari otot yang berlawanan, sinergis, dan otot yang melawan

gravitasi. Tonus otot adalah suatu keadaan tegangan otot yang seimbang. Ketegangan dapat

dipertahankan dengan adanya kontraksi dan relaksasi yang bergantian melalui kerja otot. Tonus otot

mempertahankan posisi fungsional tubuh dan mendukung kembalinya aliran darah ke jantung.

Immobilisasi menyebabkan aktifitas dan tonus otot menjadi berkurang.

Skeletal adalah rangka pendukung tubuh dan terdiri dari empat tipe tulang: panjang, pendek, pipih,

dan ireguler (tidak beraturan). Sistem skeletal berfungsi dalam pergerakan, melindungi organ vital,

membantu mengatur keseimbangan kalsium, berperan dalam pembentukan sel darah merah.

Sendi adalah hubungan di antara tulang, diklasifikasikan menjadi:

- Sendi sinostotik mengikat tulang dengan tulang mendukung kekuatan dan stabilitas. Tidak ada

pergerakan pada tipe sendi ini. Contoh: sakrum, pada sendi vertebra

- Sendi kartilaginous/sinkondrodial, memiliki sedikit pergerakan, tetapi elastis dan menggunakan

kartilago untuk menyatukan permukaannya. Sendi kartilago terdapat pada tulang yang

mengalami penekanan yang konstan, seperti sendi, kostosternal antara sternum dan iga.

- Sendi fribrosa/sindesmodial, adalah sendi di mana kedua permukaan tulang disatukan dengan

ligamen atau membran. Serat atau ligamennya fleksibel dan dapat diregangkan, dapat bergerak

dengan jumlah yang terbatas. Contoh: sepasang tulang pada kaki bawah (tibia dan fibula)

- Sendi sinovial atau sendi yang sebenarnya adalah sendi yang dapat digerakkan secara bebas di

mana permukaan tulang yang berdekatan dilapisi oleh kartilago artikular dan dihubungkan oleh

ligamen oleh membran sinovial. Contoh: sendi putar seperti sendi pangkal paha (hip) dan sendi

engsel seperti sendi interfalang pada jari.

Ligamen adalah ikatan jaringan fibrosa yang berwarna putih, mengkilat, fleksibel mengikat sendi

menjadi satu sama lain dan menghubungkan tulang dan kartilago. Ligamen itu elastis dan membantu

fleksibilitas sendi dan memiliki fungsi protektif. Misalnya, ligamen antara vertebra, ligamen non

elastis, dan ligamentum flavum mencegah kerusakan spinal kord (tulang belakang) saat punggung

bergerak.

Page 5: Mobilisasi-Materi

4

Tendon adalah jaringan ikat fibrosa berwarna putih, mengkilat, yang menghubungkan otot dengan

tulang. Tendon itu kuat, fleksibel, dan tidak elastis, serta mempunyai panjang dan ketebalan yang

bervariasi, misalnya tendon akhiles/kalkaneus.

Kartilago adalah jaringan penghubung pendukung yang tidak mempunyai vaskuler, terutama berada

di sendi dan toraks, trakhea, laring, hidung, dan telinga. Bayi mempunyai sejumlah besar kartilago

temporer. Kartilago permanen tidak mengalami osifikasi kecuali pada usia lanjut dan penyakit,

seperti osteoarthritis.

Sistem saraf mengatur pergerakan dan postur tubuh. Area motorik volunteer utama, berada di

konteks serebral, yaitu di girus prasentral atau jalur motorik.

Propriosepsi adalah sensasi yang dicapai melalui stimulasi dari bagian tubuh tertentu dan aktifitas

otot. Proprioseptor memonitor aktifitas otot dan posisi tubuh secara berkesinambungan. Misalnya:

proprioseptor pada telapak kaki berkontribusi untuk memberi postur yang benar ketika berdiri atau

berjalan. Saat berdiri, ada penekanan pada telapak kaki secara terus menerus. Proprioseptor

memonitor tekanan, melanjutkan informasi ini sampai memutuskan untuk mengubah posisi.

Faktor yang mempengaruhi mobilisasi:

1. Sistem neuromuskular

2. Gaya hidup

3. Ketidakmampuan

4. Tingkat energi

5. Tingkat perkembangan

- Bayi: sistem muskuloskeletal bayi bersifat fleksibel. Ekstremitas lentur dan persendian

memiliki ROM lengkap. Posturnya kaku karena kepala dan tubuh bagian atas dibawa ke

depan dan tidak seimbang sehingga mudah terjatuh.

- Batita: kekakuan postur tampak berkurang, garis pada tulang belakang servikal dan lumbal

lebih nyata

- Balita dan anak sekolah: tulang-tulang panjang pada lengan dan tungkai tumbuh. Otot,

ligamen, dan tendon menjadi lebih kuat, berakibat pada perkembangan postur dan

peningkatan kekuatan otot. Koordinasi yang lebih baik memungkinkan anak melakukan

tugas-tugas yang membutuhkan keterampilan motorik yang baik.

Page 6: Mobilisasi-Materi

5

- Remaja: remaja putri biasanya tumbuh dan berkembang lebih dulu dibanding yang laki-laki.

Pinggul membesar, lemak disimpan di lengan atas, paha, dan bokong. Perubahan laki-laki

pada bentuk biasanya menghasilkan pertumbuhan tulang panjang dan meningkatnya massa

otot. Tungkai menjadi lebih panjang dan pinggul menjadi lebih sempit. Perkembangan otot

meningkat di dada, lengan, bahu, dan tungkai atas.

- Dewasa: postur dan kesegarisan tubuh lebih baik. Perubahan normal pada tubuh dan

kesegarisan tubuh pada orang dewasa terjadi terutama pada wanita hamil. Perubahan ini

akibat dari respon adaptif tubuh terhadap penambahan berat dan pertumbuhan fetus. Pusat

gravitasi berpindah ke bagian depan. Wanita hamil bersandar ke belakang dan agak

berpunggung lengkung. Dia biasanya mengeluh sakit punggung.

- Lansia: kehilangan progresif pada massa tulang total terjadi pada orangtua.

6. Kondisi patologik:

- Postur abnormal:

a. Tortikolis: kepala miring pada satu sisi, di mana adanya kontraktur pada otot sternoklei

domanstoid

b. Lordosis: kurva spinal lumbal yang terlalu cembung ke depan/ anterior

c. Kifosis: peningkatan kurva spinal torakal

d. Kipolordosis: kombinasi dari kifosis dan lordosis

e. Skolioasis: kurva spinal yang miring ke samping, tidak samanya tinggi hip/ pinggul dan

bahu

f. Kiposkoliosis: tidak normalnya kurva spinal anteroposterior dan lateral

g. Footdrop: plantar fleksi, ketidakmampuan menekuk kaki karena kerusakan saraf peroneal

- Gangguan perkembangan otot, seperti distropsi muskular, terjadi karena gangguan yang

disebabkan oleh degenerasi serat otot skeletal

- Kerusakan sistem saraf pusat

- Trauma langsung pada sistem muskuloskeletal: kontusio, salah urat, dan fraktur.

Respon fisiologik dari perubahan mobilisasi, adalah perubahan pada:

- muskuloskeletal seperti kehilangan daya tahan, penurunan massa otot, atropi dan abnormalnya

sendi (kontraktur) dan gangguan metabolisme kalsium

- kardiovaskuler seperti hipotensi ortostatik, peningkatan beban kerja jantung, dan pembentukan

thrombus

Page 7: Mobilisasi-Materi

6

- pernafasan seperti atelektasis dan pneumonia hipostatik

- metabolisme dan nutrisi antara lain laju metabolic; metabolisme karbohidrat, lemak dan protein;

ketidakseimbangan cairan dan elektrolit; ketidakseimbangan kalsium; dan gangguan pencernaan

(seperti konstipasi)

- eliminasi urin seperti stasis urin meningkatkan risiko infeksi saluran perkemihan dan batu ginjal

- integument seperti ulkus dekubitus adalah akibat iskhemia dan anoksia jaringan

- neurosensori: sensori deprivation

Respon psikososial dari antara lain meningkatkan respon emosional, intelektual, sensori, dan

sosiokultural. Perubahan emosional yang paling umum adalah depresi, perubahan perilaku,

perubahan dalam siklus tidur-bangun, dan gangguan koping.

ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN

Pengkajian Ciri Khas Penting Diagnosa Kep

Ukur ROM selama latihan

ekstremitas

Tanyakan klien tentang

persepsinya terhadap nyeri

Tanyakan klien tentang daya

tahan dan toleransi aktivitas

Inspeksi keutuhan area kulit

ekstremitas yang digips

Observasi gaya jalan dan

kemampuan bergerak dengan

bebas

Keterbatasan ROM pada bahu kiri

Enggan mencoba menggerakkan bahu kiri

Gagal mengkoordinasi ketika melakukan

ROM pada bahu kiri

Klien mengeluh nyeri seperti tertusuk

pada lengan kiri

Klien mengatakan kekuatan otot bahu

kirinya berkurang

Abrasi kulit di perimeter area yang digips

Kemampuan untuk mengubah posisi

dengan bebas berkurang

Gangguan

mobilisasi fisik

berhubungan

dengan nyeri pada

bahu kiri

Risiko injuri

berhubungan

dengan tekanan

dari gips

Page 8: Mobilisasi-Materi

7

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Contoh Diagnosa Keperawatan NANDA yang berhubungan dengan mekanik tubuh yang tidak

sesuai dan gangguan mobilisasi

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan:

- Kesegarisan tubuh yang buruk

- Penurunan mobilisasi

Risiko injuri berhubungan dengan:

- Ketidaklayakan mekanik tubuh

- Ketidaklayakan posisi

- Ketidaklayakan teknik pemindahan

Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan:

- Pengurangan ROM

- Tirah baring

- Penurunan kekuatan

Tidak efektifnya bersihan jalan napas b.d:

- Stasisnya sekresi paru

- Ketidaklayakan posisi tubuh

Tidak efektifnya pola napas b.d:

- Penurunan pengembangan paru

- Penumpukan sekresi paru

- Ketidaklayakan posisi tubuh

Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan:

- Pola napas asimetris

- Penurunan pengembangan paru

- Penumpukan sekresi paru

Risiko kurangnya volume cairan b.d penurunan

asupan cairan

Gangguan integritas kulit atau risiko gangguan

integritas kulit berhubungan dengan/ b.d:

- Pembatasan mobilisasi

- Tekanan pada permukaan kulit

- Pengurangan kekuatan

Perubahan eliminasi urin b.d:

- Pembatasan mobilisasi

- Risiko infeksi

- Retensi urin

Risiko infeksi berhubungan dengan:

- Stasisnya sekresi paru

- Gangguan integritas kulit

- Stasisnya urin

Inkontinensia total berhubungan dengan:

- Perubahan pola eliminasi

- Pembatasan mobilisasi

Tidak efektifnya koping individu b.d:

- Pengurangan tingkat aktivitas

- Isolasi sosial

Gangguan pola tidur berhubungan dengan:

- Pembatasan mobilisasi

- Rasa tidak nyaman

Page 9: Mobilisasi-Materi

8

PERENCANAAN

Contoh Rencana Keperawatan pada gangguan mobilitas fisik

Diagnosa Keperawatan: gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri bahu kiri

Definisi: gangguan mobilitas fisik merupakan kondisi individu menunjukkan keterbatasan

kemampuan dalam mobilitas fisik secara bebas

Tujuan

Klien akan mencapai

ROM normal (fleksi

dan ekstensi 1800)

bahu kiri dalam 4

bulan

Hasil yang diharapkan

Klien akan ROM pada

kesatuan ekstremitas

atas

Klien akan

menunjukkan aktivitas

perawatan diri

menggunakan lengan

kiri dalam 2 hari

Klien akan mengikuti

program latihan secara

teratur pada saat

pulang

Intervensi

Usulkan pemberian

analgesik 30 menit

sebelum latihan ROM

Ajarkan klien untuk

latihan ROM spesifik

pada bahu dan lengan

kiri

Buat jadual latihan

aktif antara waktu

makan dan mandi

Rasional

Aktivitas analgesik

akan maksimal pada

saat klien memulai

latihan

Pendidikan membuat

klien mempunyai

kesempatan dan

pengetahuan untuk

menjaga dan

meningkatkan ROM

(Lehmkuhl et al, 1990)

Hal ini akan

mendukung frekuensi

latihan yang

berpengaruh pada

kesatuan dan

pengurangan risiko

perkembangan

kontraktur

Rencana keperawatan didasari oleh satu atau lebih tujuan-tujuan berikut:

1. mempertahankan kesegarisan tubuh yang sesuai

2. mencapai kembali kesegarisan tubuh atau tingkat optimal kelurusan tubuh

3. mengurangi cidera pada kulit dan sistem musculoskeletal dari ketidaktepatan mekanika atau

kesegarisan tubuh

4. mencapai ROM penuh atau optimal

5. mencegah kontraktur

6. menjaga kepatenan jalan napas

7. mencapai ekspansi paru dan pertukaran gas optimal

8. memobilisasi sekresi jalan napas

9. menjaga fungsi kardiovaskuler

Page 10: Mobilisasi-Materi

9

10. meningkatkan toleransi aktivitas

11. mencapai pola eliminasi normal

12. menjaga pola tidur normal

13. mencapai sosialisasi

14. mencapai kemandirian penuh dalam aktivitas perawatan diri

15. mencapai stimulasi fisik dan mental

IMPLEMENTASI

Lihat penuntun praktikum

Kriteria dasar cara mengangkat berikut ini:

1. Posisi berat. Berat yang akan diangkat sebaiknya sedekat mungkin dengan pengangkat.

Tempatkan obyek sedemikian rupa sehingga menggunakan kekuatan mengangkat yang dimiliki

perawat

2. Tinggi obyek. Tinggi yang paling baik untuk diangkat sebaiknya vertikal yaitu sedikit di atas

dari tinggi pertengahan seseorang dengan lengan menggantung sejajar siku.

3. Posisi tubuh. Jika posisi tubuh pengangkat bervariasi dengan tugas mengangkat yang berbeda-

beda, ikuti petunjuk umum yang dapat dipakai untuk sebagian besar keadaan. Tubuh

diposisikan dengan tubuh tegak sehingga kelompok otot-otot multipel bekerja sama dengan

cara yang tepat

4. Berat maksimum. Setiap perawat sebaiknya tahu berat maksimum yang aman untuk

membawa- aman bagi perawat dan klien. Obyek yang terlalu berat adalah jika beratnya sama

dengan atau lebih dari 35% berat badan orang yang mengangkat. Oleh karena itu, perawat yang

beratnya 130 lb (59,1 kg) sebaiknya tidak mencoba mengangkat orang imobilisasi yang

beratnya 100 lb (45,5 kg). Meskipun perawat mungkin mampu melakukannya, hal ini akan

berisiko menjatuhkan klien atau menyebabkan cidera punggung perawat.

EVALUASI

Sesuaikan dengan tujuan