Proposal MOTIVASI Mobilisasi

76
PROPOSAL HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN LATIHAN MOBILISASI PADA PASIEN POST OPERASI DI RSUD MASOHI OLEH : AGNESIA LEHALIMA NIM P.1103153 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STIKES PASAPUA

description

hubungan motivasi dengan mobilisasi

Transcript of Proposal MOTIVASI Mobilisasi

Page 1: Proposal MOTIVASI Mobilisasi

PROPOSAL

HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN LATIHAN MOBILISASI PADA PASIEN POST OPERASI

DI RSUD MASOHI

OLEH :

AGNESIA LEHALIMA

NIM P.1103153

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STIKES PASAPUA

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

2015

Page 2: Proposal MOTIVASI Mobilisasi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan Keperawatan merupakan suatu bentuk tahapan-

tahapan yang dilakukan oleh perawat guna membantu proses

penyembuhan yang diderita oleh pasien. Proses ini dimulai dari

mengkaji, menganalisis, menentukan diagnose keperawatan,

menentukan rencana keperawatan, melakukan tindakan keperawatan,

serta mengevaluasi hasil dari tindakan tersebut. Pelayanan

keperawatan sebagai pelayanan professional ditujukan pada berbagai

respon individu dan keluarga terhadap masalah kesehatan yang

dihadapinya termasuk respon pasien yang menjalani pembedahan

seperti pada pasien post operasi.

Pasien yang belum pulih peristaltic ususnya pasca

pembedahan dapat menderita illeus/obstruksi usus (penyumbatan

pada usus), hal ini disebabkan Karena kurangnya melakukan

mobilisasi setelah pembedahan. Dampak negatife lain yang

diakibatkannya lama pemulihan pasien pasca operasi, menyebabkan

pasien harus berlama-lama dalam posisi tirah baring. Posisi tirah

baring yang lama akan meningkatkan terjadinya komplikasi yang

serius seperti pembentukan thrombus sehingga aliran balik vena

Page 3: Proposal MOTIVASI Mobilisasi

mengalami hambatan. Selain itu, pasien harus menunggu waktu yang

lama untuk dapat makan dan minum, sehingga pasien menanggung

rasa lapar dan haus yang cukup lama. Dampak negative yang lain dari

semakin lamanya pasien mendapatkan asupan makanan dan nutrisi

adalah pemulihan kesegaran dan kebugaran pasien semakin lama,

dan ini akan berakibat lamanya perawatan di ruang rawat. Waktu

perawatan Length of stay (LOS) merupakan salah satu indicator

penilaian dalam akreditasi rumah sakit. Semakin lama Length of stay

maka penilaian terhadap rumah sakit tersebut semakin buruk..

Latihan mobilisasi merupakan proses aktivitas yang dilakukan

pasca pembedahan dimulai dari latihan ringan diatas tempat tidur

(latihan pernafasan, latihan batuk efektif, dan menggerakan tungkai).

Sampai dengan pasien dapat turun dari tempat tidur kemudian

berjalan ke kamar mandi dan berjalan keluar kamar. Mobilisasi dini

pasien pasca bedah dapat dilakukan dengan gerakan yang

sederhana, seperti menggerakan tangan, menggerakan kaki, serta

membalik tubuh kesamping kiri dan kanan. Mobilisasi dini dapat

mempertahankan keadaan homeostatis dan komplikasi yang timbul

akibat immobilisasi dapat ditekan seminimal mungkin.

Pada latihan gerak diperlukan motivasi atau rangsangan

dorongan dan ataupun pembangkit tenaga yang dimiliki seseorang

sehingga orang tersebut memperlihatkan perilaku untuk latihan gerak.

Semakin kuat motivasi seseorang, maka semakin cepat dalam

Page 4: Proposal MOTIVASI Mobilisasi

memperoleh tujuan dan kepuasan. Namun pasien seringkali tidak

melakukan mobilisasi karena merasa nyeri dan takut luka

pembedahan menjadi robek akibat bergerak.

Menurut Kozier (1995) bahwa kemauan pasien dalam

melaksanakan mobilisasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara

lain seperti usia, status perkembangan, pengalaman yang lalu/

riwayat pembedahan sebelumnya, proses penyakit/ injury, gaya hidup,

tingkat pendidikan, dan pemberian informasi oleh petugas kesehatan.

Taufik (2007) menjabarkan factor-faktor yang mempengaruhi motivasi

dibagi dua yaitu factor intrinsic dan factor ekstrinsik yaitu kebutuhan,

harapan, minat, dorongan keluarga, lingkungan, dan media.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rismalia (2010)

menunjukkan bahwa ketakutan akan lepasnya atau robeknya jahitan

pada luka operasi menyebabkan pasien malas untuk melakukan

mobilisasi dini. Ditemukan juga bahwa pengetahuan pasien yang

kurang akan manfaat mobilisasi dini menjadi sebab pasien enggan

melakukan mobilisasi dini. Kurangnya pengetahuan pasien

dikarenakan pasien belum pernah mendapatkan informasi mengenai

mobilisasi dini. Umumnya, perilaku pasien untuk melakukan mobilisasi

dini karena mengikuti anjuran perawat atau dokter, jika dokter atau

perawat telah menganjurkan untuk melakukan mobilisasi dini maka

pasien itu mau untuk melakukan mobilisasi dini. Hal ini dapat

disimpulkan bahwa sebagian besar pasien kurang mengetahui

Page 5: Proposal MOTIVASI Mobilisasi

tentang mobilisasi dini sehingga mengakibatkan pasien malas untuk

mobilisasi dini.

Data dari RSUD Masohi, kabupaten Maluku Tengah pada

tahun 2014 terdapat 280 orang, yang di rawat di ruang bedah.

sedangkan. pada triwulan pertama tahun 2015 terdapat 73 orang yang

dirawat pada ruang bedah RSUD Masohi. Rata-rata pasien yang

dirawat dalam satu bulan berjumlah 24 orang (rekam medic RSUD

Masohi, 2015)

Dari latar belakang inilah peniliti tertarik melakukan penelitian

tentang “ Hubungan Motivasi Dengan Latihan Mobilisasi Pada Pasien

Post Operasi di RSUD Masohi Tahun 2015 ”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis

merumuskan masalah yaitu : “ Apakah ada Hubungan motivasi

dengan latihan mobilisasi pada pasien post operasi di RSUD

Masohi?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

Hubungan motivasi dengan latihan Mobilisasi pada pasien post

operasi di RSUD Masohi.

Page 6: Proposal MOTIVASI Mobilisasi

2. Tujuan khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

a. Diketahui motivasi pada pasien post operasi di RSUD Masohi.

b. Diketahui latihan mobilisasi pada pasien post operasi di RSUD

Masohi.

c. Teranalisa hubungan motivasi dengan latihan mobilisasi pada

pasien post operasi di RSUD Masohi.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian dibagi menjadi 2, yaitu :

1. Manfaat aplikatif

Hasil dari penelitian ini diharapkan untuk menambah

wawasan dalam mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah.

menganalisa, dan menginformasikan data sekaligus

mengaplikasikan teori yang telah didapat selama masa study

serta meningkatkan ilmu dan pengetahuan dalam bidang

keperawatan.

2. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah

pengetahuan dan masukan bagi pengembangan ilmu

keperawatan, khusunya keperawatan medical bedah yang

berkaitan dengan post operasi apendisitis.

Page 7: Proposal MOTIVASI Mobilisasi

Hasil Penelitian ini juga diharapkan dapat manjadi

masukan bagi Rumah Sakit khususnya perawat dalam

memberikan asuhan keperawatan terutama pendidikan

kesehatan bagi pasien tentang pentingnya motivasi latihan

mobilisasi pada pasien post operasi.

Page 8: Proposal MOTIVASI Mobilisasi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang post operasi

Operasi merupakan tindakan pembedahan pada suatu bagian

tubuh (Hancock,1999). Pembedahan memiliki tiga fase salah satunya

fase post operasi.

1. Definisi post Operasi

Post operasi adalah suatu fase yang dimulai dengan masuknya

pasien ke ruang pemulihan dan berakhir dengan evaluasi tindak

lanjut pada tatanan klinik atau ruangan perawatan bedah atau

dirumah ( Brunner &Studdarth, 2001).

2. Tujuan post operasi

Menurut Brunner &Studdarth (2001), tujuan dari fase post operasi

adalah sebagai berikut :

a. Mengawasi kemajuan pasien sewaktu masa pemulihan

b. Mencegah dan segera mengatasi komplikasi yang terjadi

c. Menilai kesadaran dan fungsi vital tubuh pasien untuk

menentukan saat pemindahan / pemulangan pasien

3. Penatalaksanaan Post Operasi

Menurut Jitowiyono & Kristiyanasari (2010), dalam melakukan

perawatan post operasi yaitu:

Page 9: Proposal MOTIVASI Mobilisasi

a. Monitor tanda-tanda vital merupakan indicator secara dini

tentang hipovolemia. Syok merupakan komplikasi yang paling

sering terjadi setelah operasi, sehingga monitor tanda-tanda vital

diperlukan untuk meminimalisasi syok.

b. Monitor intake dan output dan konsentrasi, menurunkan output

dan konsentrasi urine akan meningkatkan kepekaan atau

endapan sebagai salah satu kesan adanya dehidrasi dan

membutuhkan peningkatan cairan. Beri cairan sedikit demi

sedikit tapi sering.

c. Kaji tingkat nyeri, lokasi dan karateristik nyeri.

d. Anjurkan penafasan dalam, pernafasan dalam menghirup O2

secara adekuat sehingga otot-otot menjadi relaks sehingga

dapat mengurangi rasa nyeri.

e. Mengajarkan mobilisasi dini agar otot-otot dapat kembali kuat

seperti semula, serta mencegah hilangnya kemampuan otot

setelah operasi.

B. Tinjauan Umum tentang Mobilisasi

1. Pengertian Mobilisasi

Menurut Widuri (2010), aktivitas adalah suatu energy atau

kemampuan bergerak pada seseorang secara bebas, mudah, dan

teratur untuk mencapai suatu tujuan, yaitu untuk memenuhi

Page 10: Proposal MOTIVASI Mobilisasi

kebutuhan hidupnya baik secara mandiri maupun dengan bantuan

orang lain maupun dan hanya dengan bantuan alat.

Menurut Hidayat (2006), mobilitas atau mobilisasi

merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara bebas,

mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan

aktivitas guna mempertahankan kesehatannya.

2. Tujuan Mobilisasi

Menurut Widuri (2010), tujuan mobilisasi/aktivitas meliputi:

a. Memenuhi kebutuhan dasar manusia

b. Mencegah terjadinya trauma

c. Mempertahankan tingkat kesehatan

d. Mempertahankan interaksisosial dan peran sehari-hari

e. Mencegah hilangnya kemampuan fungsi tubuh

3. Macam-macam Mobilisasi

Menurut Hidayat (2006), mobilitas dibagi menjadi dua macam,

yaitu:

a. Mobilisasi Penuh

Mobilisasi penuh merupakan kemampuan seseorang untuk

bergerak secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan

interaksi social dan menjalankan peran sehari-hari. Mobilisasi

penuh ini merupakan fungsi saraf motorik volunteer dan

sensorik untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh

seseorang.

Page 11: Proposal MOTIVASI Mobilisasi

b. Mobilisasi Sebagian

Mobilisasi sebagian merupakan kemampuan seseorang untuk

bergerak dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak

secara bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik

dan sensorik pada area tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada

kasus cedera atau patah tulang dengan pemasangan traksi.

Pasien paraplegia dapat mengalami mobilitas sebagian pada

ekstremitas bawah karena kehilangan kontrol motorik dan

sensorik.

Mobilisasi sebagian ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

1) Mobilisasi sebagian temporer, merupakan kemampuan

seseorang untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya

sementara. Hal tersebut dapat disebabkan oleh trauma

reversible pada sistem musculoskeletal, contohnya adanya

dislokasi sendi dan tulang.

2) Mobilisasi sebagian permanen, merupakan kemampuan

seseorang untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya

menetap. Hal tersebut disebabkan oleh rusaknya sistem

saraf yang reversible, contohnya terjadinya hemiplegia

karena stroke, paraplegia karena cedera tulang belakang,

poliomyelitis karena terganggunya sistem saraf motorik dan

sensorik.

Page 12: Proposal MOTIVASI Mobilisasi

4. Faktor-Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Mobilisasi

Menurut Widuri (2010), mobilisasi seseorang dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:

a. Tingkat Usia dan Status Perkembangan

Terdapat perbedaan kemampuan mobilisasi pada tingkat usia

yang berbeda. Hal ini dikarenakan usia mempengaruhi tingkat

perkembangan neuromuscular dan tubuh secara

proporsional, postur, pergerakan dan reflex akan berfungsi

secara optimal. Pengaruh terbesar terlihat pada usia kanak-

kanak dan lanjut usia:

1) Bayi

Tulang belakang bayi pada masa bayi masih lentur. Sejalan

dengan pertumbuhan dan peningkatan stabilitas, tulang

belakang torakal menjadi tegak, dan garis tulang belakang

lumbal muncul sehingga memungkinkan duduk dan berdiri

Sistem musculoskeletal bayi bersifat fleksibel. Ekstremitas

lentur dan persendian mempunyai rentang lengkap. Pada

bayi yang matang, sistem menjadi lebih kuat, bayi mampu

melawan pergerakan, meraih dan menggenggam objek.

Pada saat bayi tumbuh, perkembangan sistem

musculoskeletal membutuhkan dukungan berat badan

untuk berdiri dan berjalan. Karena berat badan tidak

Page 13: Proposal MOTIVASI Mobilisasi

tersebar sama rata sepanjang garis gravitasi, maka postur

tidak seimbang, dan sering terjatuh.

2) Toddler

Postur tubuh agak berpunggung lengkung dengan perut

menonjol. Ketika anak berjalan, tungkai dan kakinya

biasanya berjauhan dan kaki agak terbuka. Pada akhir

masa Toddler, penampakan postur berkurang

keanehannya, yaitu garis pada tulang belakang serviks, dan

lumbal menonjol serta eversi pada kaki menghilang.

3) Usia Pra Sekolah dan Sekolah

Pada usia tiga tahun, tubuh lebih ramping, lebih tinggi, dan

lebih baik keseimbangan. Perut yang menonjol berkurang,

kaki tidak terbuka berjauhan, lengan dan tungkai makin

panjang. Anak juga tampak lebih terkoordinasi. Dari usia

tiga tahun sampai permulaan remaja sistem

musculoskeletal terus berkembang. Tulang panjang di

lengan dan tungkai bawah. Otot, ligament, dan tendon yang

lebih kuat, mengakibatkan perbaikan postur dan

peningkatan kekuatan otot. Koordinasi lebih baik

memungkinkan anak melakukan tugasnya yang

membutuhkan ketrampilan motorik yang baik.

4) Remaja

Page 14: Proposal MOTIVASI Mobilisasi

Tahap remaja ditandai dengan pertumbuhan yang pesat.

Pertumbuhan kadang tidak seimbang. Sehingga remaja

tampak aneh dan tidak terkoordinasi. Pertumbuhan dan

perkembangan remaja putri biasanya lebih dahulu

dibandingkan dengan remaja putra. Pinggul membesar,

lemak disimpan di lengan atas, paha dan bokong.

Perubahan bentuk pada remaja putra menghasilkan

pertumbuhan tulang panjang dan peningkatan massa otot.

Tungkai menjadi lebih panjang dan pinggul lebih sempit.

Perkembangan otot meningkat di dada, lengan, bahu dan

tungkai atas.

5) Dewasa

Orang dewasa yang mempunyai postur dan kesejajaran

tubuh yang besar umumnya merasa senang, terlihat bagus,

dan umumnya percaya diri. Pada masa dewasa sehat juga

memerlukan perkembangan musculoskeletal dan

koordinasi untuk melakukan aktivitas sehari-hari.

Perubahan postur normal dan kesejajaran tubuh pasca

masa dewasa terjadi terutama pada wanita hamil

Perubahan tersebut akibat respons adaptif tubuh terhadap

penambahan berat dan pertumbuhan fetus. Pusat gravitasi

berpindah ke bagian anterior. Wanita hamil bersandar ke

Page 15: Proposal MOTIVASI Mobilisasi

belakang dan punggungnya agak lengkung. Wanita hamil

biasa mengeluh sakit punggung.

6) Lanjut Usia

Kehilangan total massa tulang progresif terjadi pada lanjut

usia. Beberapa kemungkinan untuk penyebab kehilangan

ini meliputi aktivitas fisik, perubahan hormonal, dan resorpsi

tulang aktual. Pengaruh kehilangan tulang adalah tulang

menjadi lebih lemah; tulang belakang lebih lunak dan

tertekan, tulang panjang kurang resisten untuk

membengkuk. Selain itu lanjut usia mengalami perubahan

status fungsional sekunder akibat perubahan status

mobilisasi. Lanjut usia berjalan lebih lambat dan tampak

kurang terkoordinasi. Lanjut usia juga membuat langkah

yang lebih pendek, menjaga kaki mereka lebih dekat

bersamaan sehingga mengurangi dasar dukungan.

Keseimbangan tubuh tidak stabil dan lansia sangat

beresiko untuk jatuh dan cedera.

b. Kesehatan Fisik (Proses Penyakit/Cedera)

Proses penyakit dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas

karena dapat mempengaruhi fungsi sistem tubuh. Sebagai

contoh, orang yang menderita fraktur femur akan mengalami

keterbatasan pergerakan dalam ekstermitas bagian bawah.

Page 16: Proposal MOTIVASI Mobilisasi

c. Gaya Hidup

Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan

mobilitas seseorang karena gaya hidup berdampak pada

perilaku atau kebiasaan sehari-hari.

d. Emosi

Rasa aman dan gembira dapat mempengaruhi aktivitas tubuh

seseorang. Keresahan dan kesusahan dapat menghilangkan

semangat, yang kemudian sering dimanifestasikan dengan

kurangnya aktivitas.

e. Tingkat Energi

Energi adalah sumber untuk melakukan mobilitas. Agar

seseorang dapat melakukan mobilitas dengan baik, dibutuhkan

energy yang cukup.

f. Kebudayaan

Kemampuan melakukan mobilitas dapat juga dipengaruhi

kebudayaan. Sebagai contoh, orang yang memiliki budaya

sering berjalan jauh memiliki kemampuan mobilitas yang kuat,

sebaliknya ada orang yang mengalami gangguan mobilitas

(sakit) karena adat dan budaya tertentu dilarang untuk

beraktivitas.

g. Pekerjaan

Seseorang yang bekerja di kantor kurang melakukan aktivitas

bila dibandingkan dengan petani atau buruh.

Page 17: Proposal MOTIVASI Mobilisasi

h. Keadaan Nutrisi

Kurangnya nutrisi dapat menyebabkan kelemahan otot, dan

obesitas dapat menyebabkan pergerakan menjadi kurang

bebas. Pengkajian kemampuan mobilitas dilakukan dengan

tujuan untuk menilai kemampuan gerak ke posisi miring, duduk,

berdiri, bangun, dan berpindah tanpa bantuan.

Tabel 2.1. Kategori tingkat kemampuan aktivitas

Tingkat Aktivitas Kategori

Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara penuh

Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat

Tingkat 2Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain

Tingkat 3Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain dan alat

Tingkat 4Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan atau berpartisipasi dalam perawatan

5. Tahap-tahap Mobilisasi pada Pasien Pasca Operasi

Mobilisasi pasca operasi yaitu proses aktivitas yang

dilakukan pasca pembedahan dimulai dari latihan ringan di atas

tempat tidur (latihan pernapasan, latihan batuk efektif, dan

menggerakkan tungkai) sampai dengan pasien bisa turun dari

tempat tidur, berjalan ke kamar mandi dan berjalan keluar kamar.

Menurut Cetrione dalam Rismalia (2010) tahap-tahap

mobilisasi pada pasien pasca operasi meliputi:

Page 18: Proposal MOTIVASI Mobilisasi

a. Pada saat awal (6 sampai 8 jam setelah operasi), pergerakan

fisik bisa dilakukan di atas tempat tidur dengan menggerakkan

tangan dan kaki yang bisa ditekuk dan diluruskan,

mengkontraksikan otot- otot termasuk juga menggerakkan

badan lainnya, miring ke kiri atau ke kanan.

b. Pada 12 sampai 24 jam berikutnya atau bahkan lebih awal lagi

badan sudah bisa diposisikan duduk, baik bersandar maupun

tidak dan fase selanjutnya duduk di atas tempat tidur dengan

kaki yang dijatuhkan atau ditempatkan di lantai sambil digerak-

gerakkan.

c. Pada hari kedua pasca operasi, rata-rata untuk pasien yang

dirawat di kamar atau bangsal dan tidak ada hambatan fisik

untuk berjalan, semestinya memang sudah bisa berdiri dan

berjalan di sekitar kamar atau keluar kamar, misalnya ke toilet

atau kamar mandi sendiri. Pasien harus diusahakan untuk

kembali ke aktivitas biasa sesegera mungkin, hal ini perlu

dilakukan sedini mungkin pada pasien pasca operasi untuk

mengembalikan fungsi pasien kembali normal.

6. Rentang Gerak dalam Mobilisasi

Menurut Carpenito dalam Rizmalia (2010) mobilisasi ada tiga

rentang gerak, yaitu:

a. Rentang gerak pasif

Page 19: Proposal MOTIVASI Mobilisasi

Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-

otot dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain

secara pasif misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan

kaki pasien.

b. Rentang gerak aktif

Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi

dengan cara menggunakan otot-ototnya secara aktif misalnya

pasien berbaring sambil menggerakkan kakinya.

c. Rentang gerak fungsional

Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan

melakukan aktivitas yang diperlukan.

7. Latihan ROM Pasif dan Aktif

Klien yang mengalami keterbatasan mobilitas tidak mampu

melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak dengan

mandiri. Keterbatasan ini dapat diidentifikasi pada klien yang salah

satu ekstremitas mempunyai keterbatasan gerakan atau klien yang

mengalami imobilisasi secara keseluruhan.

Pasien yang mobilitas sendinya terbatas karena penyakit,

diabilitas, atau trauma memerlukan latihan sendi untuk mengurangi

bahaya imobilitas. Latihan berikut dilakukan untuk memelihara dan

mempertahankan kekuatan otot serta memelihara mobilitas

persendian.

Page 20: Proposal MOTIVASI Mobilisasi

a. Fleksi dan Ekstensi Pergelangan Tangan

Atur posisi lengan dengan menjauhi sisi tubuh dan siku

menekuk dengan lengan. Pegang tangan pasien dengan satu

tangan dan tangan yang lain memegang pergelangan tangan

pasien. Tekuk tangan pasien ke depan sejauh mungkin.

b. Fleksi dan Ekstensi Siku

Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dengan

telapak tangan mengarah ke tubuhnya. Letakkan tangan di

atas siku pasien dan pegang tangannya dengan tangan

lainnya. Tekuk siku pasien sehingga tangannya mendekat

bahu. Lakukan dengan kembalikan ke posisi sebelumnya.

c. Pronasi dan Supinasi Lengan Bawah

Atur posisi lengan bawah menjauhi tubuh pasien dengan siku

menekuk. Letakkan satu tangan perawat pada pergelangan

pasien dan pegang tangan pasien dengan tangan lainnya.

Putar lengan bawah pasien sehingga telapaknya

menjauhinya. Kembalikan ke posisi semula. Putar lengan

bawah pasien sehingga telapak tangannya menghadap ke

arahnya. Kembalikan ke posisi semula.

d. Pronasi Fleksi Bahu

Atur posisi tangan pasien di sisi tubuhnya. Letakkan satu

tangan perawat di atas siku pasien dan pegang tangan pasien

Page 21: Proposal MOTIVASI Mobilisasi

dengan tangan lainnya. Angkat lengan pasien pada posisi

semula.

e. Abduksi dan Adduksi

Atur posisi lengan pasien di samping badannya. Letakkan satu

tangan perawat di atas siku pasien dan pegang tangan pasien

dengan tangan lainnya. Gerakan lengan pasien menjauh dari

tubuhnya ke arah perawat. Kembalikan ke posisi semula.

f. Rotasi Bahu

Atur posisi lengan pasien menjauhi tubuh dengan siku

menekuk. Letakkan satu tangan perawat di lengan atas pasien

dekat siku dan pegang tangan pasien dengan tangan yang

lainnya. Gerakkan lengan ke bawah sampai menyentuh

tempat tidur, telapak tangan menghadap ke bawah.

Kembalikan lengan ke posisi semula. Gerakkan lengan ke

belakang sampai menyentuh tempat tidur, telapak tangan

menghadap ke atas. Kembalikan lengan ke posisi semula.

g. Fleksi dan Ekstensi Jari-jari

Pegang jari-jari kaki pasien dengan satu tangan sementara

tangan lain memegang kaki. Bengkokkan (tekuk) jari-jari kaki

ke bawah. Luruskan jari-jari kemudian dorong ke belakang.

Kembalikan ke posisi semula.

Page 22: Proposal MOTIVASI Mobilisasi

h. Infers dan Efersi Kaki

Pegang separuh bagian atas kaki pasien dengan satu jari dan

pegang pergelangan kaki dengan tangan satunya. Putar kaki

ke dalam sehingga telapak kaki menghadap ke kaki lainnya.

Kembalikan ke posisi semula. Putar kaki keluar sehingga

bagian telapak kaki menjauhi kaki yang lain.

i. Fleksi dan Ekstensi Pergelangan Kaki

Letakkan satu tangan perawat pada telapak kaki pasien dan

satu tangan yang lain di atas pergelangan kaki. Jaga kaki

lurus dan rileks. Tekuk pergelangan kaki, arahkan jari-jari kaki

ke arah dada.

j. Fleksi dan Ekstensi Lutut

Letakkan satu tangan di bawah lutut pasien dan pegang tumit

pasien dengan tangan yang lain. Angkat kaki, tekuk pada lutut

dan pangkal paha. Lanjutkan menekuk lutut ke arah dada

sejauh mungkin. Ke bawahkan kaki dan luruskan lutut dengan

mengangkat kaki ke atas. Kembalikan ke posisi semula.

k. Rotasi Pangkal Paha

Letakkan satu tangan perawat pada pergelangan kaki dan

satu tangan yang lain di atas lutut. Putar kaki menjauhi

perawat. Putar kaki ke arah perawat. Kembalikan ke posisi

semula.

Page 23: Proposal MOTIVASI Mobilisasi

l. Abduksi dan Adduksi Pangkal Paha

Letakkan satu tangan perawat di bawah lutut pasien dan satu

tangan pada tumit. Jaga posisi kaki pasien lurus, angkat kaki

kurang lebih 8 cm dari tempat tidur, gerakkan kaki menjauhi

badan pasien. Gerakkan kaki mendekati badan pasien.

C. Tinjauan Umum tentang Motivasi

1. Definisi motivasi

Menurut Jahja (2011), motivasi merupakan keadaan dalam

diri individu atau organisme yang mendorong perilaku kearah

tujuan. Dengan demikian dapat dikemukakan motivasi memiliki tiga

aspek, yaitu :

a. Keadaan terdorong dalam organisme, yaitu kesiapan bergerak

karena kebutuhan misalnya kebutuhan jasmani, karena

keadaan lingkungan, atau karena keadaan mental seperti

berfikir dan ingatan;

b. Perilaku yang timbul karena keadaan ini; dan

c. Sasaran atau tujuan yang dituju oleh perilaku tersebut.

Menurut Ngalim (2007), teori motivasi ada beberapa macam,

salah satunya adalah teori naluri. Manusia sebagai makhluk yang

“sadar” akan diri sendiri dapat menyadari bahwa ia “didorong”, ia

merasa bahwa ada sesuatu didalam dirinya yang mendorongnya

berbuat dan bertindak.

Page 24: Proposal MOTIVASI Mobilisasi

Dalam garis besarnya nafsu tersebut dibagi menjadi tiga,

yaitu :

a. Dorongan nafsu mempertahankan diri sendiri, seperti mencari

makanan jika lapar, menghindarkan diri dari bahaya, menjaga

diri agar tetap sehat, mencari perlindungan agar hidup tetap

aman dan sebagainya.

b. Dorongan nafsu mengembangkan diri sendiri, seperti dorongan

ingin tahu, melatih dan mempelajari sesuatu yang belum

diketahuinay. Pada manusia dorongan nafsu inilah yang

menjadikan kebudayaan manusia makin maju dan makin tinggi.

c. Dorongan nafsu mempertahankan jenis. Manusia ataupun

hewan secara sadar maupun tidak sadar, selalu menjaga agar

jenis atau keturunannya tetap berkembang atau tetap hidup.

Dorongan ini antara lain terjelma dalam adanya perjodohan dan

perkawinan serta dorongan untuk memelihara dan mendidik

anak.

Dengan dimilikinya ketiga naluri pokok itu, maka kebiasaan-

kebiasaan atau tindakan-tindakan dan tingkah laku manusia

yang dibuatnya sehari-hari mendapat dorongan atau digerakan

oleh ketiga naluri tersebut. Oleh karena itu menurut teori ini

untuk memotivasi seseorang harus berdasarkan naluri mana

yang akan dituju dan perlu dikembangkan.

Page 25: Proposal MOTIVASI Mobilisasi

2. Fungsi Motivasi

Menurut Setiawati & Dermawan (2008), motivasi erat

kaitannya dengan tujuan, apapun bentuk kegiatannya akan lebih

mudah tercapai jika diawali dengan sebuah motivasi yang jelas.

Untuk itu dalam proses pembelajaran dan pembentukan perilaku,

motivasi memiliki beberapa fungsi antara lain:

a. Motivasi sebagai pendorong individu untuk berbuat

Fungsi motivasi dipandang sebagai pendorong seseorang

untuk berbuat sesuatu. Dengan motivasi individu dituntut untuk

melepaskan energi dalam kegiatannya. Anak-anak akan pergi

ke sekolah untuk belajar, mahasiswa pergi ke kampus untuk

kuliah, petani membawa hasil bumi untuk dijual di pasar,

ataupun perawat bkerja di fasilitas kesehatan untuk bekerja

sama dengan profesi lain dalam memberikan asuhan

keperawatan,dan contoh lain sebagainya.

b. Motivasi sebagai penentu arah perubuatan

Motivasi akan menuntun seseorang untuk melakukan kegiatan

yang benar-benar sesuai dengan arah dan tujuan yang ingin

dicapainya. Misalnya, untuk menjadi perawat seseorang harus

mendalami ilmu keperawatan yang didapat dari kuliah di

perguruan tinggi.

c. Motivasi sebagai proses seleksi perbuatan

Page 26: Proposal MOTIVASI Mobilisasi

Motivasi akan memberikan dasar pemikiran bagi individu unutk

memprioritaskan kegiatan mana yang harus dilakukan.

d. Motivasi sebagai pendorong pencapaian prestasi

Prestasi dijadikan motivasi utama bagi seseorang dalam

melakukan kegiatan. Andik virmansya berlatih keras untuk

mencapai target menjadi pemain terbaik pada liga super

Indonesia.

3. Jenis Motivasi

Menurut setiawati dan darmawan (2008) motivasi dapat

dibedahkan menjadi beberapa jenis,antara lain:

a. Motivasi bawaan

Motivasi jenis ini ada sebagai insting manusia sebagai mahkluk

hidup, motivasi untuk berumah tangga, motivasi untuk

memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan. Motivasi

untuk terhindar dari serangan penyakit. Motivasi ini akan terus

berkembang sebagai konsekuensi logis manusia.

b. Motivasi yang dipelajari

Motivasi ini akan ada dan berkembang kerena adanya

keingintahuan sesorang dalam proses pembelajarannya. Orang

yang belajar tentang pengobatan dan perawatan sinusitis,

maka orang tersebut termotivasi untuk membaca materi saluran

pernafasan, penyakit saluran pernafasan, jenis pengobatan dan

Page 27: Proposal MOTIVASI Mobilisasi

perawatan yang biasa dilakukan, tidak itu saja ia harus mencari

dan mempelajari apa akibat lanjut dari sinusitis.

c. Motivasi kognitif

Motivasi kognitif bermakna bahwa motivasi akan muncul karena

adanya desakan proses pikir, sehingga motivasi ini sangat

individualistic. Dua puluh peserta penyuluhan kesehatan

dengan topic menghindari penyakit Gastritis pada remaja putri.

Motivasi dari masing-masing peserta penyuluhan secara

kognotif tidak sama. Sebagaian peserta hanya ingin

mengatahui kaitan antara pola makan remaja dengan timbulnya

penyakit Gastritis. Sebagian lainnya ingin mengatahui secara

jelas mulai dari perjalan penyakit dan sampai bagaimana cara

menghindari penyakit Gastritis pada remaja putri.

d. Motivasi ekspresi diri

Motivasi individu dalam melakukan aktivitas/kegiatan bukan

hanya untuk memuaskan kebutuhannya saja tetapi ada

kaitannya dengan bagaimana individu tersebut berhasil

menampilkan diri dengan kegiatan tersebut. Jusno berlatih

keras sepak bola bukan hanya untuk masuk kualifikasi sepak

bola disekolah, malainkan ia juga ingin terlihat keren dan trendi

di depan teman sepermainannya.

e. Motivasi aktualisasi diri

Page 28: Proposal MOTIVASI Mobilisasi

Olga Syaputra telah berhasil membuktikan bahwa dengan

berakting dan menjadi host dirinya bisa memberikan banyak

makna buat seluruh penonton dan pemerhati film. Karnyanya

menjadi sumber inspirasi ribuan bahkan jutaan orang bahwa

motivasi berakting bukan semata memuaskan hobi saja

melainkan bisa dijadikan sebagai bentuk aktualisasi diri.

Menurut Setiawati & Dermawan (2008), Empat kondisi

yang membentuk motivasi pada manusia adalah:

a. Timbulnya alasan

Kegiatan yang dilakukan oleh individu bisa diawali dengan

berbagai motivasi. Olahraga sebagai hobi, olahraga sebagai

kesanangan, olahraga hanya dikarenakan ingin mendapatkan

pengakuan oleh kelompoknya, olahraga untuk membunuh

kejenuhan dan olahraga untuk mencapai sebuah prestasi.

Alasan-alasan itulah yang menjadi beberapa pertimbangan

individu untuk melakuakan sebuah kegiatan.

b. Memilih

Banyaknya kegiatan yang bisa dilakukan oleh individu tidak

mungkin dikejakan sekaligus, untuk itulah individu berhak untuk

memilih kegiatan apa saja yang akan segera dilakukannya.

Mengobati asam urat ke pengobatan alternative ataupun ke

pelayanan kesehatan. Pada kondisi ini individu menimbang-

Page 29: Proposal MOTIVASI Mobilisasi

nimbang kemana tujuannya dan atas dasar motivasi kegiatan

berobat dilakukan.

c. Memutuskan

Factor pendorong yang kuat dalam diri individu akan

mempercepat proses pengambilan keputusan. Pergi ke

pelayanan kesehatan akan mendapatkan informasi yang jelas

terkait asam urat, diperiksa dengan alat yang sudah diteliti

dengan akurat penggunaannya, mendapatkan pengobatan

yang tentunya sudah melewati laboratorium uji obat. Factor-

faktor itulah yang memberikan keyakinan dan motivasi untuk

memutuskan berobat ke pelayanan kesehatan.

d. Timbulnya Kemauan

Segera setelah diputuskan maka individu akan bertindak dalam

bentuk aktivitas/kegiatan berobat. Pemeriksaan dilakukan pada

kandungan asam uratnya, setelah mengikuti pengobatan yang

telah ditentukan.

4. Bentuk –bentuk Motivasi

Menururut Setiawati & Darmawan (2008), motivasi dapat dibedakan

menjadi beberapa bentuk, antara lain :

a. Memberi Angka

Angka hanyalah sebuah symbol yang harus dimaknai oleh

seseorang dalam konteks pencapaian hasil. Angka adalah

ukuran yang bisa dijadikan motivasi untuk meraih sesuatu.

Page 30: Proposal MOTIVASI Mobilisasi

Seseorang akan berusaha untuk mencapai angka tertentu

untuk meraih hasil yang diharapkan. Misalnya nilai kelulusan

ujian adalah 70, maka pelajar termotivasi untuk merncapai

angka tersebut agar bisa lulus.

b. Memberi Hadiah

Hadiah bisa dijadikan motivasi bagi individu untuk melakukukan

suatu kegiatan. Hadiah merupakan sesuatu penguatan bagi

seseorang untuk sungguh-sungguh melakukan kegiatannya.

Hadiah tidak akan sama dimaknai oleh seseorang dengan

kegiatan yang sama. Misalnya, bagi orang yang suka menyayi

dan berhasil meraih prestasi pada lomba menyanyi, hadiah

sangatlah bermakna, tapi bagi orang yang tidak suka

menyanyi, maka hadiah tidak akan bermakna apa-apa.

c. Menjadikan Kompetisi

Kompetisi atau permainan dalam proses belajar sangatlah

dibutuhkan. Dengan adanya kompetisi peserta didik akan saling

memicu diri untuk meraih tujuan yang ingin dicapai. Kompetisi

dalam belajar akan membuat peserta didik menyadari

pentingnya sebuah motivasi.

d. Memeberi Evaluasi

Evaluasi merupakan suatu hal yang akan memotivasi peserta

didik untuk dapat belajar lebih giat. Evaluasi perlu dilakukan

sewaktu-waktu atau bersifat formatif. Evaluasi akan

Page 31: Proposal MOTIVASI Mobilisasi

memberikan gambaran sejauh mana peserta didik mampu

menerima informasi yang telah disampaikan oleh pengajar.

Hindari evaluasi yang menjadi rutinitas, karena ini hanya akan

membuat orang menjadi bosan. Sebaiknya, selalu

menginformasikan terlebih dahulu apabila akan dilakukan

evaluasi.

e. Memberikan Pujian

Pujian merupakan bentuk reinforcement bagi peserta didik yang

telah berhasil melalui suatu kegiatan pembelajaran. Pujian

diberikan harus pada waktu dan kejadian yang tepat, sehingga

pujian akan berdampak sebagai motivasi belajar bagi peserta

didik. Pujian akan bersifat menyenangkan dan menghibur.

Pujian adalah obat yang mujarab bagi para peserta didik untuk

bangkit dan maju dari keterpurukan hasil pembelajaran. Pujian

yang tidak tepat dan berlebihan akan berakibat buruk pada

peserta didik.

f. Memberikan Hukuman

Hukuman adalah bentuk reinforcemen negatif. Hukuman akan

bermakna kalau diberikan dengan prinsip-prinsip yang benar.

Berikan hukuman pada peserta didik yang bersifat mendidik,

bukan mencelakai atau mempermalukan. Hukuman diberikan

tentunya setelah peserta didik mengetahui terlebih dahulu

aturan berlaku selama proses pembelajaran. Hukuman yang

Page 32: Proposal MOTIVASI Mobilisasi

tepat membuat peserta didik menyadari akan kesalahan

yang telah diperbuat dan memperbaiki kesalahan menjadi

keberhasilan tertunda.

5. Klasifikasi Motivasi

Motivasi dibedakan menjadi motivasi intrinsic dan motivasi

ekstrinsik.

a. Motivasi intrinsik yaitu motivasi-motivasi yang dapat berfungsi

tanpa harus dirangsang dari luar. Dalam diri individu sendiri,

memang telah ada dorongan itu. Seseorang melakukan

sesuatu karena ia ingin melakukannya. Misalnya orang yang

gemar membaca tanpa ada yang mendorongnya, ia akan

mencari sendiri buku-buku untuk dibacanya. Orang yang rajin

dan bertanggung jawab tanpa usaha menunggu komando,

sudah belajar dengan sebaik-baiknya

b. Motivasi ekstrinsik yaitu motivasi-motivasi yang berfungsi

karena ada perangsang dari luar. Misalnya, seseorang

melakukan sesuatu karena untuk memenangkan hadiah yang

khusus ditawarkan untuk perilaku tersebut.

Page 33: Proposal MOTIVASI Mobilisasi

Motivasi Latihan Mobilisasi

BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFENISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Latihan gerak diperlukan motivasi atau rangsangan dorongan

dan ataupun pembangkit tenaga yang dimiliki seseorang sehingga

orang tersebut memperlihatkan perilaku untuk melakukan latihan

gerak. Semakin kuat motivasi seseorang, maka semakin cepat dalam

memperoleh tujuan dan kepuasan.

Untuk memudahkan penulisan penelitian ini, maka kerangka

konsep yang digunakan peneliti adalah seperti pada gambar berikut :

Variable Indenpenden variable dependen

Faktor-Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Mobilisasi :

Tingkat Usia dan Status Perkembangan

Kesehatan Fisik (Proses Penyakit/Cedera)

Gaya Hidup Emosi Tingkat Energi Kebudayaan Pekerjaan Keadaan Nutrisi

Page 34: Proposal MOTIVASI Mobilisasi

Keterangan :

= V. Independen yang diteliti

= V. Dependen yang diteliti

= penghubung antara variabel

= variabel perancu

Gambar 3.1

Kerangka konsep

B. Hipotesis

Hipotesis penelitian merupakan prediksi dari hasil penelitian

atau hubungan yang diharapkan antar variable yang dipelajari. Jadi

hipotesis penelitian menterjemahkan tujuan penelitian kedalam

dugaan yang jelas dari hasil penelitian yang diharapkan (Saryono,

2011).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ha :

Ho : Tidak Ada hubungan motivasi dengan latihan mobilisasi

pada pasien post operasi di RSUD Masohi.

Ada hubungan motivasi dengan latihan mobilisasi pada

pasien post operasi di RSUD Masohi.

Page 35: Proposal MOTIVASI Mobilisasi

C. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variable

yang dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variable yang

bersangkutan (Notoatmodjo, 2010).

Definisi operasional dari penelitian ini dapat dilihat dalam tabel

berikut. :

Tabel 3.1 Definisi Operasional

VariabelDefenisi

operasionalAlat ukur

Skala Hasil ukur

Motivasi melakukan latihan mobilisasi

Dorongan ataupun pembangkit tenaga yang dimiliki pasien post operasi di rumah sakit yang mau berbuat dan bekerja sama secara optimal dalam melakukan sesuatu yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Kuesioner

Ordinal

Baik : bila skor ≥ 10

Kurang : bila skor < 10

Mobilisasi pasien post operasi

Kemampuan pasien post operasi di Rumah Sakit untuk bergerak secara bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna mempertahankan kesehatannya.

Lembar observasi

Ordinal Melakukan : bila skor ≥ 8

Tidak melakukan : bila skor < 8

Page 36: Proposal MOTIVASI Mobilisasi
Page 37: Proposal MOTIVASI Mobilisasi

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan

menggunakan pendekatan cross-sectional study yaitu suatu rancangan

penelitian observasional yang dilakukan untuk mengetahui hubungan

variabel dependen dengan variable independen dimana penelitiannya

dilakukan pada saat yang bersamaan (Budiman, 2011).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan diruang bedah RSUD Masohi,

Kabupaten Maluku Tengah

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2015.

C. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang

diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah pasien

post operasi di RSUD Masohi yang dirawat.

Page 38: Proposal MOTIVASI Mobilisasi

D. Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh

populasi (Notoatmodjo, 2010). Teknik pengambilan sampel yang

digunakan adalah teknik Purposive Samping yaitu pengambilan sampel

dilakukan hanya atas dasar pertimbangan penelitinya saja yang

menganggap unsur-unsur yang dikehendaki telah ada dalam anggota

sampel yang diambil.

Sampel dalam penelitian ini adalah pasien post operasi yang

dirawat di ruang bedah RSUD Masohi, yang dipilih menggunakan rumus

penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu, dimana rumus untuk

menghitung sampelnya menggunakan rumus Lameshow (Sugiono,

2007) yaitu :

Keterangan :

N = Jumlah sampel minimal

Z2 = Derajat ketepatan (1.96)

d = Taraf kesalahan 10%(0,1)

P = Proporsi yang dikehendaki (0.5)

Maka jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini, adalah :

n=Z2. P(1−P)

d2

Page 39: Proposal MOTIVASI Mobilisasi

n=1.962 x 0.5(1−0.5)

0.12

n=¿ 96.04

Jadi total sampel minimal yang diperlukan sebanyak 96

orang/responden.

Agar karakteristik sampel tidak menyimpang dari populasinya,

maka sebelum melakukan pengambilan sampel ditentukan kriteria

inklusi dan kriteria ekskusi (Notoadmodjo,2010), sebagai berikut :

1. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh

setiap anggota populasi yang dapat diambil sampel (Notoatmodjo,

2010). Kiteria inklusi dalam penelitian ini adalah

a. Pasien post operasi,

b. Pasien dapat diajak kerja sama,

c. Dapat membaca dan menulis

d. Bersedia menjadi responden

2. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat

diambil sabagai sempel (Notoatmodjo, 2010). Kriteria eksklusi

dalam penelitian ini adalah :

a. Pasien memiliki respon yang lambat

b. Pasien dalam keadaan tidak sadar

Page 40: Proposal MOTIVASI Mobilisasi

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan

dalam pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010). Instrument dalam

penelitian ini menggunakan lembaran observasi dan kuesioner.

Observasi atau pengamatan adalah suatu prosedur yang berencana,

yang antara lain meliputi melihat, mendengar, dan mencatat sejumlah

dan taraf aktivitas tertentu atau situasi tertentu yang ada hubungannya

dengan masalah yang diteliti. Sedangkan kuesioner adalah teknik

pengumpulan data/informasi yang berupa pertanyaan tertulis, dan

bertujuan untuk mendapatkan tanggapan dari responden.(Notoatmodjo,

2010).

1. Variable motivasi

Instrumen yang digunakan dalam mengukur data untuk variable

motivasi adalah kuesioner, yang baku dan dimodifikasi sesuai

kebutuhan. Kuesioner diberikan langsung pada responden tanpa

diwakilkan, dan berisikan 20 pertanyaan dengan menggunakan

skala guttman. Jawaban hanya benar / salah, dimana pertanyaan

yang dijawab benar mendapat skor 1 sedangkan pertanyaan yang

dijawab salah mendapat skor 0. Nilai tertinggi adalah 20 dan yang

terendah adalah 0.

2. Variable mobilisasi

Instrumen yang digunakan untuk variable mobilisasi adalah

lembaran observasi dan berisikan pernyataan-pernyataan, yang

Page 41: Proposal MOTIVASI Mobilisasi

menunjukan tingkah laku mobilisasi responden dengan

menggunakan skala guttman. Kegiatan mobilisasi reponden yang

dilakukan baik mendapat skor 1, dan kegiatan yang dilakukan

responden kurang, mendapat skor 0. Nilai tertinggi adalah 20 dan

yang terendah adalah 0.

F. Prosedur pengolahan Data

Menurut Notoatmodjo (2010), data diolah dan dikumpulkan

melalui tahap-tahap sebagai berikut :

1. Editing

Hasil wawancara, angket, atau pengamatan dari lapangan harus

dilakukan penyuntingan (editing) terlebih dahulu. Secara umum

dengan maksud memeriksa kelengkapan data, kesinambunga

data dan keseragaman data dalam usaha melengkapi data yang

masih kurang

2. Coding

Untuk memudahkan pengolahan data, semua data jawaban

disederhanakan dengan memberikan simbol untuk setiap

kategori.

3. Tabulating

Sebelum data dimasukan dalam computer, terlebih dahulu

dibuatkan program. Untuk penelitian ini di pakai SPSS windows.

Setelah itu kemudian data ditabulasi sesuai dengan variable

Page 42: Proposal MOTIVASI Mobilisasi

yang diteliti dan kebutuhan analisa untuk memudahkan proses

pengolahan data. Data dikelompokan kedalam suatu tabel

menurut sifatnya yang dimiliki, kemudian dianalisa secara

statistik.

G. Analisis Data

Analisa data merupakan suatu kegiatan yang dilakukan setelah

data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul.

Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan data

berdasarkan variable dari seluruh responden, menyajikan data tiap

variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab

rumusan masalah dan melakukan perhitungan untuk menguji

hipotesis yang telah diajukan (Sugiono, 2010).

Analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah analisisa

univariat dan bivariate.

1. Analisa univariat digunakan untuk memperoleh gambaran setiap

variable, distribusi frekuensi berbagai variable yang diteliti baik

variable independen (Motivasi) maupun variable dependen

(latihan Mobilisasi).

2. Analisis Bivariat dilakukan terhadap dua variable yaitu hubungan

motivasi dengan latihan mobilisasi pada pasien post operasi

appendicitis di RSUD Masohi. Uji stastistik yang digunakan pada

penelitian ini adlah uji chi square ( p < 0,05).

Page 43: Proposal MOTIVASI Mobilisasi

H. Etika Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan manusia sebagai

subyek, maka penelitian ini dilaksanakan setelah mendapat surat

pengantar dari Prodi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan ( STIKES) Pasapu – Ambon. Kemudian diserahkan

kepada Direktur RSUD Masohi,setelah mendapat surat balasan dari

RSUD Masohi barulah dilakukan penelitian dengan menekankan pada

etika meliputi :

1. Informed concent (lembar Persetujuan)

Peneliti memberikan penjelasan mengenai maksud dan tujuan

penelitian pada responden, bila responden bersedia maka

peneliti memberikan lembaran persetujuan untuk

ditandatangani. Apabila responden menolak, maka peneliti

tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya.

2. Anonymity (tanpa Nama)

Peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar

penyajian data akan tetapi hanya mencantumkan kode.

3. Confidentiality ( kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden dijamin

oleh peneliti, bahwa informasi tersebut hanya boleh diketahui

oleh peneliti dan pembimbing serta hanya kelompok data

tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai hasil

penelitian. Selanjutnya lembar pengumpul data dimusnahkan

Page 44: Proposal MOTIVASI Mobilisasi

Hasil dan Kesimpulan

Penyajian Data

Analisa data

Variable independen

Motivasi

Variable Dependen

Latihan mobilisasi

Pengumpulan Data

Kuesioner dan lembaran observasi

Sampel

pasien post operasi apendisitis

Populasi

Seluruh pasien post operasi apendisitis

oleh peneliti dengan cara dibakar setelah jangka waktu dua

tahun.

I. Alur Penelitian

Gambar 4.1

Alur Penelitian

Page 45: Proposal MOTIVASI Mobilisasi

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Profil Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada RSUD Masohi, yang berada di

ibukota kabupaten Maluku Tengah. RSUD Masohi, yang memiliki motto :

“ Kepuasan Pelanggan Adalah Prioritas Kami “, dan dengan visi : “

Menjadi Rumah Sakit Handal Dan Terpercaya ”. Serta misi : “

Menjadikan Sumber Daya Manusia yang Professional, Mewujudkan

Sarana Dan Prasarana Rumah Sakit Yang Ideal, dan Mewujudkan

Pelayanan Bermutu, Mudah dan Manusiawi ”.

Data dari penelitian ini diambil pada dua ruangan yaitu ruang

dahlia yang merupakan ruang bedah pada RSUD masohi, dan ruang

Anggrek yang merupakan Ruang rawat Bedah Persalinan.

Respon yang didapat pada penelitian ini sebanyak 40 orang, yang

terbagi dalam beberapa tingkatan usia, dan jenis kelamin. Yang akan di

jelaskan pada hasil penelitian.

Page 46: Proposal MOTIVASI Mobilisasi

B. Hasil Penelitian

1. Hasil Analisa Univariat

a. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin

Tabel 5.1 Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin

Sumber : data primer

Berdasarkan tabel diatas, sebaran responden berdasarkan jenis

kelamin laki-laki sebanyak 18 orang atau 45%, dan yang berjenis

kelamin perempuan sebanyak 22 atau 55%.

b. Distribusi reponden berdasarkan usia

Tabel 5.2 Distribusi reponden berdasarkan usia

No Jenis KelaminJumlah

n %

1 11-20 thn 4 10

2 21-30 thn 6 15

31-40 thn 22 55

41-50 thn 4 10

> 50 thn 4 10

Total 40 100

jenis kelamin

Frequency PercentValid

PercentCumulative

Percent

laki-laki 18 45.0 45.0 45.0

perempuan 22 55.0 55.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

Page 47: Proposal MOTIVASI Mobilisasi

Sumber : data primer

Berdasarkan tabel diatas, responden yang berusia antara 11-20

tahun sebanyak 4 orang (10%), yang berusia 21-30 tahun

sebanyak 6 orang (15%), yang berusia 31-40 tahun sebanyak

22 orang (55%), yang berusia 41-50 tahun sebanyak 4 orang

(10%) dan yang berusia diatas 50 thn sebanyak 4 orang (10%).

c. Distribusi motivasi responden

Tabel 5.3 Motivasi responden

No motivasi

Jumlah

n %

1 baik 36 90

2 kurang 4 10

Total 40 100

Sumber : data primer

Dari responden sebanyak 40 orang, didapatkan bahwa

responden yang memiliki motivasi baik sebanyak 36 orang

(90%), sedangkan responden yang memiliki motivasi kurang

sebanyak 4 orang (10%).

Page 48: Proposal MOTIVASI Mobilisasi

d. Distribusi latihan mobilisasi responden

Tabel 5.4 Latihan mobilisasi

Nolatihan

mobilisasi

Jumlah

n %

1 melakukan 35 87.5

2tidak

melakukan5 12.5

Total 40 100

Sumber : data primer

Dari responden sebanyak 40 orang, didapatkan bahwa

responden yang melakukan latihan mobilisasi sebanyak 35

orang (87.5%) sedangkan responden yang tidak melakukan

latihan mobilisasi sebanyak 5 orang (12.5%).

Page 49: Proposal MOTIVASI Mobilisasi

2. Hasil analisa Bivariat

a. Hubungan Motivasi Dengan Latihan Mobilisas Pada Pasien

Post Operasi di RSUD Masohi.

Tabel 5.5 Tabulasi silang hubungan motivasi dengan latihan

mobilisas pada pasien post operasi di RSUD Masohi.

motivasi * lat.mobilisasi Crosstabulation

lat.mobilisasi

Total5 9 10 11

motivasi 7 4 0 0 0 4

12 0 0 1 0 1

13 1 1 0 0 2

14 0 0 9 0 9

15 0 2 4 2 8

16 0 2 2 1 5

Page 50: Proposal MOTIVASI Mobilisasi

17 0 0 2 1 3

18 0 1 6 1 8

Total 5 6 24 5 40

Tabel diatas menjelaskan bahwa dari 40 orang responden, 4 orang

responden memiliki motivasi kurang, dan 36 orang memiliki motivasi

baik.

Hasil uji statistic menggunakan uji chi-square didapatkan hasil (p) =

0.000 dengan demikian maka (p) > 0.05, berarti Ho diterima, yang

artinya ada hubungan yang signifikan antara motivasi dan latihan

mobilisasi pada pasien post operasi di RSUD Masohi.

Page 51: Proposal MOTIVASI Mobilisasi

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Motivasi Pada Pasien Post Operasi Di RSUD Masohi

Motivasi merupakan dorongan dari dalam diri seseorang maupun

dari luar, untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Notoadmodjo (2010)

menyatakan bahwa dorongan tersebut yang akan memampukan

seseorang untuk bertindak atau berperilaku. Hal yang sama juga

diungkapkan oleh Hariandja (2007) bahwa factor pendorong tersebut

dapat dilihat dalam bentuk ketekunan seseorang untuk mencapai

keinginan, tujuan dan atau memenuhi kebutuhannya.

Hasil penelitian yang dilakukan dari 40 orang responden didapat

bahwa motivasi pasien di RSUD Masohi, pasien yang memiliki motivasi

baik sebanyak 36 orang (90%), sedangkan pasien yang memiliki

motivasi kurang sebanyak 4 orang (10%). Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa mayoritas motivasi pada pasien post operasi di

RSUD Masohi, berada pada kategori motivasi baik dengan presentasi

mencapai 90%.

Tingginya motivasi pada pasien post operasi didorong oleh

kemauan untuk mencapai tujuan tertentu. Hal ini dibenarkan oleh

Setiawati & Dermawan (2008), bahwa motivasi akan menuntun

Page 52: Proposal MOTIVASI Mobilisasi

seseorang untuk melakukan kegiatan yang benar-benar sesuai dengan

arah dan tujuan yang ingin dicapainya.

B. Latihan Mobilisasi Pada Pasien Post Operasi Di RSUD Masohi.

Latihan mobilisasi merupakan latihan gerak tubuh untuk

mencapai suatu tujuan. Menurut Hidayat (2006), mobilitas atau

mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara

bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan

aktivitas guna mempertahankan kesehatannya.

Hasil penelitian yang dilakukan menyatakan bahwa Latihan

mobilisasi pada pasien post operasi di RSUD Masohi, yang melakukan

latihan mobilisasi sebanyak 35 orang (87.5%), dan yang tidak

melakukan latihan mobilisasi sebanyak 5 orang (12.5%). Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa hampir semua pasien melakukan

latihan mobilisasi demi mencapi kesembuhan dengan presentase

sebesar 87.5%.

Latihan mobilisasi sangat perlu dilakukan oleh pasien post

operasi dimulai dari latihan ringan di atas tempat tidur (latihan

pernafasan dan menggerakkan tungkai) sampai dengan pasien bisa

turun dari tempat tidur, berjalan ke kamar mandi dan berjalan keluar

kamar. Pasien harus diusahakan untuk kembali ke aktivitas biasa

sesegera mungkin, hal ini perlu dilakukan sedini mungkin pada pasien

Page 53: Proposal MOTIVASI Mobilisasi

pasca operasi untuk mengembalikan fungsi tubuh pasien kembali

normal.

C. Hubungan Motivasi Dengan Latihan Mobilisasi Pada Pasien Post

Operasi Di RSUD Masohi.

Bardasarkan hasil perhitungan analisis hubungan motivasi

dengan latihan mobilisasi pada pasien post operasi di RSUD Masohi,

diperoleh hasil signifikansi (p) sebesar 0.000, nilai (p) < 0.05 yang

berarti bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian

disimpulkan bahwa ada hubungan antara motivasi dengan latihan

mobilisasi pada pasien post operasi di RSUD Masohi.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rita Epiana (2014),

bahwa ada hubungan yang signifikan antara motivasi dengan latihan

mobilisasi pada pasien post operasi appendicitis di RSUD dr.

Moewardy, Surakarta.

Latihan mobilisasi memerlukan motivasi atau dorongan dari

dalam diri seseorang atau dari orang lain untuk mencapai kesembuhan

dan untuk mengembalikan fungsi tubuh kembali seperti normal dengan

cepat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin baik motivasi maka

semakin sering pula latihan mobilisasi yang dilakukan. Menurut

Setiawati & Dermawan (2008), motivasi erat kaitannya dengan tujuan,

apapun bentuk kegiatannya akan lebih mudah tercapai jika diawali

dengan sebuah motivasi yang jelas. Hal ini mencerminkan fungsi

Page 54: Proposal MOTIVASI Mobilisasi

motivasi dipandang sebagai pendorong seseorang untuk berbuat

sesuatu. Dengan motivasi individu dituntut untuk melakukan latihan

mobilisasi untuk mencapai kesembuhan yang optimal.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Rismalia (2009), bahwa

perilaku untuk melakukan mobilisasi dini dapat dipengaruhi oleh faktor

seperti motivasi, orang yang dianggap penting dan dukungan.

Page 55: Proposal MOTIVASI Mobilisasi

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada pasien post operasi

di RSUD Masohi, sesuai dengan tujuan penelitian maka dapat diambil

beberapa simpulan sebagai berikut :

1. Pasien pos operasi di RSUD Masohi memiliki motivasi baik

sebanyak 36 orang (90%), sedangkan pasien yang memiliki

motivasi kurang sebanyak 4 orang (10%).

2. Latihan mobilisasi pada pasien post operasi di RSUD Masohi, yang

melakukan latihan mobilisasi sebanyak 35 orang (87.5%), dan yang

tidak melakukan latihan mobilisasi sebanyak 5 orang (12.5%).

3. Terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi dengan latihan

mobilisasi pada pasien post operasi. Semakin besar motivasi maka

semakin tinggi latihan mobilisasi pada pasien post operasi di RSUD

Masohi.

B. Saran

1. Penelitian ini diharapkan menambah wawasan dalam

mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah. menganalisa, dan

menginformasikan data sekaligus mengaplikasikan teori yang telah

Page 56: Proposal MOTIVASI Mobilisasi

didapat selama masa study serta meningkatkan ilmu dan

pengetahuan dalam bidang keperawatan pada penelitian

selanjutnya dengan menggunakan sampel yang lebih banyak.

2. Hasil Penelitian ini juga diharapkan dapat manjadi masukan bagi

Rumah Sakit, khususnya perawat dalam memberikan asuhan

keperawatan terutama pendidikan kesehatan bagi pasien tentang

pentingnya motivasi latihan mobilisasi pada pasien post operasi.