Makalah kdm 2 mobilisasi

48
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembuatan Makalah Manusia selalu untuk mempertahankan keseimbangan hidupnya.Untuk mempertahankan keseimbangan tersebut manusia memiliki kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi dengan baik. Abraham Maslow mengemukakan teori kebutuhan dasar manusia yang menyatakan bahwa setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar yaitu : pertama, kebutuhan fisiologis yang merupakan kebutuhan dasar bagi manusia,, kedua kebutuhan rasa aman dan perlindungan yang dibagi menjadi perlindungan fisik melindungi perlindungan atas tubuh atau hidup, perlindungan psikologis yaitu perlindungan atas ancaman pengalaman yang baru atau asing. Ketiga kebutuhan rasa cinta yaitu kebutuhan untuk memiliki dan dimiliki. Keempat yaitu kebutuhan akan harga diri maupun dihargai oleh orang lain, dan yang terakhir dan tertinggi adalah kebutuhan aktualisasi diri. Manusia memiliki kenbutuhan dasar yang heterogen. Pada dasarnya, setiap orang sebenarnya memiliki kebutuhan yang sama, tetapi dengan perbedaan budaya, yang berkaitan dengan gaya hidup dalam kebutuhan, kebutuhanpun ikut berbeda. Dalam memenuhi kebutuhannya, manusia menyesuaikan diri dengan prioritas yang ada. Jika gagal 1

Transcript of Makalah kdm 2 mobilisasi

Page 1: Makalah kdm 2 mobilisasi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pembuatan Makalah

Manusia selalu untuk mempertahankan keseimbangan hidupnya.Untuk

mempertahankan keseimbangan tersebut manusia memiliki kebutuhan tertentu yang

harus dipenuhi dengan baik. Abraham Maslow mengemukakan teori kebutuhan dasar

manusia yang menyatakan bahwa setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar yaitu

: pertama, kebutuhan fisiologis yang merupakan kebutuhan dasar bagi manusia,,

kedua kebutuhan rasa aman dan perlindungan yang dibagi menjadi perlindungan fisik

melindungi perlindungan atas tubuh atau hidup, perlindungan psikologis yaitu

perlindungan atas ancaman pengalaman yang baru atau asing. Ketiga kebutuhan rasa

cinta yaitu kebutuhan untuk memiliki dan dimiliki. Keempat yaitu kebutuhan akan

harga diri maupun dihargai oleh orang lain, dan yang terakhir dan tertinggi adalah

kebutuhan aktualisasi diri.

Manusia memiliki kenbutuhan dasar yang heterogen. Pada dasarnya, setiap

orang sebenarnya memiliki kebutuhan yang sama, tetapi dengan perbedaan budaya,

yang berkaitan dengan gaya hidup dalam kebutuhan, kebutuhanpun ikut berbeda.

Dalam memenuhi kebutuhannya, manusia menyesuaikan diri dengan prioritas yang

ada. Jika gagal memenuhi kebutuhannya manusia akan berpikir keras dan berusaha

mendapatkannya. Pemenuhan kebutuhan dasar pada manusia dipengaruhi oleh

berbagai factor yaitu : penyakit, hubungan keluarga, konsep diri, dan tahap

perkembangan. \

Kebutuhan fisiologis atau kebutuhan fisik manusia merupakan kebutuhan yang

paling mendasar yang harus terpenuhi sehingga kelangsungan hidup dapat bertahan.

Kebutuhan fisik yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu mobilisasi. Mobilisasi

mencakup kemampuan individu untuk bergerak bebas, mudah dan teratur, pengaturan

posisi sebagai salah satu cara mengurangi risiko terjadinya dekubitus atau pressure

area akibat tekanan yang menetap pada bagian tubuh, serta mempertahankan posisi

tubuh dengan bbenar sesuai body alignment (strukutr tubuh) .

1

Page 2: Makalah kdm 2 mobilisasi

1.2 Tujuan Pembuatan Makalah

1. Untuk memenuhi teknik mobilisasi yang sesuai dalam praktik keperawatan

2. Untuk mencegah timbulnya komplikasi gangguan penyakit tambahan yang

disebabkan karena bed rest dalam jangka waktu lama pada pasien

3. Untuk menerapkan teknik posisi badan yang baik dan benar pada perawat dan

pasien.

1.3 Ruang Lingkup Pembuatan Makalah

Pembuatan makalah ini dibatasi hanya pada pembahasan konsep dasar mobilisasi

mulai dari anatomi fisiologi sistem pergerakan, pengertian mobilisasi, teknik

mobilisasi yang benar bagi perawat dan pasien, gangguan mobilisasi, serta proses

keperawatan untuk gangguan mobilisasi.

1.4 Metoda Pembuatan Makalah

Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metoda studi

kepustakaan.

1.5 Sistematika Pembuatan Makalah

Makalah ini tersusun atas empat BAB yaitu :

BAB I Pendahuluan berisikan tentang latar belakang, tujuan, ruang lingkup penulisan,

metoda penulisan, dan sistematika penulisan

BAB II Tinjauan Kepustakaan berisikan tentang

BAB III Pembahsan berisikan tentang

BAB IV Penutup berisikan tentang

2

Page 3: Makalah kdm 2 mobilisasi

BAB II

Tinjauan Kepustakaan

2.1 Fisiologi Pergerakan

Koordinasi gerakan tubuh merupakan fungsi yang terintegrasi dari sistem skeletal,

otot skelet, dan sistem saraf. Karena ketiga sistem ini berhubungan erat dengan

mekanisme pendukung tubuh, sistem ini dapat dianggap sebagai satu unit fungsional.

2.1.1 Sistem Skeletal

Skelet adalah rangka pendukung tubuh dan terdiri dari empat tipe tulang :

panjang, pendek, pipih dan ireguler (tidak beraturan). Tulang panjang membentuk

tinggi tibuh (mis. Femur, fibula, dan tibia pada kaki) dan panjang (mis.falang pada

jari tangan dan kaki). Tulang pendek ada dalam bentuk berkelompok, dan ketika

dikombinasikan dengan ligamen dankartilago, akan menghasilkan gerakan pada

ekstremitas. Dua contoh tulang pendek adalah tulang karpal kaki dan tulang patela di

lutut. Tulang pipih mendukung struktur bentuk, seperti tulang di tengkorak dan tulang

rusuk di thoraks. Tulang ireguler membentuk kolumna vertebrae dan beberapa tulang

tengkorak, seperti mandibula.

Skelet tempat melekatnya otot dan ligamen. Ikatan ini menyebabkan gerakan

dari bagian skelet, seperti membuka dan menutup mulut atau meluruskan lengan atau

kaki. Skelet juga melindungi organ vital. Misalnya, tengkorak melindungi otak dan

rusuk melindungi jantung dan paru. Tulang membantu keseimbangan kalsium. Tulang

dapat menyimpan kalsium dan menyebarkannya ke aliran darah jika dibutuhkan.

Klien yang mengalami gangguan pengaturan dan metebolisme kalsium beresiko

mengalami osteoporosis dan fraktur patologis (fraktur yang disebabkan kelemahan

jaringan tulang), yang dapat terjadi di semua tulang, tetapi paling sering di tulang

rusuk dan tulang penyangga.

Karakterisitk tuang meliputi kekokohan, kekakuan, dan elastisitas. Kekokohan

tulang tulang itu merupakan hasil adanya garamanorganik seperti kalsium dan fosfat,

yang tersebar dalam matriks tulang. Kekokohan berhubungan dengan kekekauan 3

Page 4: Makalah kdm 2 mobilisasi

tulang yang penting untuk mempertahankan tulang panjang tetap lurus, dan membuat

tulang dapat menyangga berat badan dapat berdiri. Selain itu, tulang mempunyai

tingkat elastisitas dan fleksibilitas skelet yang dapat berubah sesuai usia. Misalnya

bayi baru lahir memiliki lebih banyak kartilago dan lebih fleksibel tetapi tidak mampu

menopang berat badan. Tulang pada toddler lebih lentur daripada tulang lansia

sehingga lebih dapat bertahan dari jatuh.

2.1.1.1 Sendi

Sendi adalah hubungan diantara tulang. Setiap sendi diklasifikasikan sesuai

dengan struktur dan tingkat mobilisasinya. Ada empat klasifikasi sendi yaitu sendi

sinostotik, kartilagonus, fibrosa, dan sinovial.

Sensi sinostotik mengacu pada ikatan tulang dengan tulang.Tidak ada

pergerakan pada sendi ini, dan jaringan tulang yang dibentuk di antara tulang

mendukung kekuatan dan stabilitas.Contoh tipe sendi ini adalah sakrum pada sendi

vertebrata.

Sensi Kartilaginus atau sendi sinkonkridal , memiliki sedikit pergerakan

tetapi elastis dan menggunakan kartiago untuk menyatukan permukaannya. Sendi

kartilago dapat ditemukan ketika tulang mengalami penekanan yang konstan seperti

sendi, kostosternal antara sternum dan iga.

Sendi Fibrosa , atau sendi sindesmodial, adalah sendi tempat kedua

permukaan tulang disatukan dengan ligamen atau membran. Serat atau ligamennya

fleksibel dan dapat digerakkan dengan jumlah terbatas.Misalnya, pada tulang pada

kaki bawah (tibia dan fibula) adalah sendi sindesmotik.

Sendi Sinovial atau sendi sebenarnya adalah sendi yang dapat digerakkan

secara bebas karena permukaan tulang yang dilapisi oleh kartilago artikular dan

dihubungkan oleh ligamen sejajar dengan membran sinovial.Kumerus, radius dan

ulna dihubungkan oleh kartilago dan ligamen membentuk sendi putar. Tipe lain sendi

sinovial adalah sendi hinge seperti sendi interfalang pada jari.

4

Page 5: Makalah kdm 2 mobilisasi

2.1.1.2 Ligamen

Ligamen adalah ikatan jaringan fibrosa yang berwarna putih,

mengilat,fleksibel mengikat sendi menjadi satu dan menghubungkan tulang dengan

kartilago. Ligamen bersifat elastic sehingga membantu fleksibilitas sendidan

mendukung sendi.Selain itu, beberapa ligament memiliki fungsi profektif.Misalnya,

ligament antar vertebrata, ligament nonelastis, dan ligament flavum mencegah

kerusakan medulla spinalis saat punggung bergerak.

2.1.1.3 Tendon

Tendon adalah jaringan ikat fibrosa berwarna putih, mengilat, yang

menghubungkan otot dengan tulang.Tendon bersifat kuat, fleksibel, dan tidak elastic,

serta mempunyai panjangdan ketebalan bervariasi.Tendon Achilles (tendon

kalkaneus) adalah tendon yang paling besar dan paling kuat dalam tubuh.Permulaan

tendon ini berada di pertengahan posterior kaki dan mengikat otot gastroknemius dan

soleus di tulang kalkaneus pada kaki bagian belakang.

2.1.1.4 Kartilago

Kartilago adalah jaringan penyambung yang tidak mempunyai vaskuler, yang

terletak terutama di sendi, dan thoraks, trakea, laring, hidung dan telinga.Sendi,

ligament, tendon, dan kartilago mendukung kekuatan dan fleksibilitas

skelet.Kekuatannya memungkinkan system skeletal mendukung tubuh.Fleksibilitas

seseorang diperlihatkan pada rentang gerak.Kekuatan dan fleksibilitas tidak terbentuk

seluruhnya dari keempat struktur tersebut. Otot skelet yag adekuat juga diperlukan.

2.1.2 Otot Skelet

Otot skelet, karena kemampuannya untuk berkontraksi dan berelaksasi,

merupakan elemen kerja dari pergerakan.Elemen kontraktil otot skelet dicapai oleh

struktur anatomis dan ikatannya pada skelet.

5

Page 6: Makalah kdm 2 mobilisasi

2.1.2.1 Otot Yang Penting Dalam Pergerakan

Otot yang penting dalam pergerakan melekat di region skelet

tempat pergerakan itu ditimbulkan oleh pengungkitan.Pengungkitan

terjadi ketika tulang tertentu, seperti humerus, ulna, dan radiusserta

sendi yang berhubungan seperti sendi siku, bekerjasama sebagai

pengungkit.Gerakan mengungkit adalah karakteristik dari dari

pergerakan ekstremitas atas. Otot lengan sejajar satu dan lain

memanjangkan tulang secara maksimal. Otot sejajar ini member

kekuatan dan bekerja bersama dengan tulang dan sendi untuk membuat

lengan mampu mengangkat objek.

2.1.2.2 Otot yang Penting Dalam Membentuk Tubuh Atau

Kesejajaran Tubuh

Otot terutama berfungs untuk mempertahankan postur,

berbentuk pendek, dan menyerupai kulit karena membunguks

tendondengan arah miring berkumpul sacara tidak langsung pada

tendon. Otot ekstremitas bawah ,tubuh,leher, dan punggung yang

terutama membentuk postur tubuh ( posisi tubuh dalam kaitannya

dengan ruang sekitar) . Kelompok itu bekerjasama untuk menstabilkan

dan menopang berat badan saat berdiri atau duduk, dan memungkinkan

individu tersebut untuk mempertahankan postur tubuh atau

berdiri.Postur dan pergerakan juga tergantung pada ukuran skelet dan

perkembangan otot skelet. Koordinasi dan pengaturan otot yang

berbeda tergantungpada tonus otot dan aktivitas dari otot

antagonistic,sinergistik, dan antigravitas.

Tonus Otot adalah suatu keadaan normal dari tegangan otot

yang seimbang.Ketegangan dicapai dengan kontraksi dan relaksasi

secara bergantian, tanpa gerakan aktif, serat dari kelompok otot

tertentu.Tonus otot memungkinkan bagian tubuh mempertahankan

posisi tubuh fungsional tanpa kelemahan otot.Selain itu, tonus otot

6

Page 7: Makalah kdm 2 mobilisasi

mendukung kembalinya aliran darah vena ke jantung, seperti yang

terjadipada otot kaki.

Kelompok otot, kelompok otot antagonistic, sinergistik, dan

antigravitas dikoordinasi oleh system saraf dan bekerjasama untuk

mempertahankan posturdan memulai pergerakan.Otot antagonistic

bekerjasama untuk menggerakkan sendi.Selama pergerakaan, otot

penggerak aktif berkontraksi, dan otot antagonisnya

berelaksasi.Misalnya ketika lengan fleksi maka otot biceps brachialis

aktif berkontraksi, dan otot antagonisnya triceps brachialis relaksasi.

Otot sinergistik berkontraksi bersama untuk menyempurnakan gerakan

yang sama. Ketika lengan fleksi, kekuatan otot kontraksi dan kekuatan

biceps brachialis ditingkatkan oleh kontraksi otot sinergistik, yaitu

brachialis. Otot antigravitas terutama berpengaruh pada stabilisasi

sendi. Otot secara terus menerus melawan efek gravitasi tubuh dan

mempertahankan postur tegak atau duduk. Pada dewasa, otot

antigravitas adalah kaki, gluteus maksimus, quadrisep femoris otot

soleus dan punggung.

2.1.3 Sistem Saraf

Pergerakan dan postur tubuh diatur oleh sistem saraf. Area motorik volunter

utama, berada di korteks serebral,yaitu di girus prasentral atau jalur motorik.

Umumnya serabut motorik turun dari jalur motorik dan bersilangan pada tingkat

medula. Sehingga serabut motorik dari jalur motorik kanan mengawali gerakan

volunter untuk tubuh bagian kiri, dan serabut motorik dari jalur motorik kiri

mengawali gerakan volunter untuk tubuh bagian kanan.

Selama gerakan volunter, impuls turun dari jalur motorik ke medula spinalis.

Impuls keluar dari mdula spinalismelalui saraf otot eferen dan berjalan melalui saraf

ke otot sehingga terjadi gerakan. Impuls ini diatur oleh sinaps, yang menjaga impuls

berjalan satu arah.

7

Page 8: Makalah kdm 2 mobilisasi

Transmisi impuls ke dari sistem saraf ke muskulo skeletal merupakan

peristiwa kimia listrik dan membutuhkan neurotransmitter. Pada dasarnta,

neurotransmitter merupakan substansi kimia seperti asetilkolin yang memindahkan

impuls listrik dari saraf yang bersilangan pada simpul mioneural ke otot.

Neurotransmitter mencapai otot dan menstimulasinya sehingga menyebabkan

pergerakan.

Pergerakan dapat terganggu oleh adanya perubahan neurotransmitter yang

perjalanannya dari saraf ke otot, atau pada aktivasi dari aktivitas otot. Postur juga

diatur oleh sistem saraf. Postur ditentukan dari koordinasi propiosepsi dan

keseimbangan. Propiosepsi merupaakan sensasi yang didapat melalui stimulasi dari

dalam tubuh mengenai posisi tubuh dan aktivitas otot tertentu. Propiosepsi di dalam

tubuh dipantau oleh proprioseptor, yang merupakan tempat ujung saraf, di otot,

tendon, dan sendi. Keseimbangan merupakan kemampuan untuk mecapai dan

mempertahankan postur tubuh tetap tegak melawan gravitasi (duduk atau berdiri)

untuk mengatur seluruh ketrampilan aktivitas motorik (Glick, 1992).

2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pergerakan Tubuh

1. Status kesehatan

Perubahan status kesehatan dapat mmengaruhi system muskulos keletal

dan system saraf  berupa penurunan koordinasi.

2.  Nutrisi

Membantu proses pertumbuhan tulang dan perbaikan sel. Kekurang nutrisi

menyebabkan kelemahan otot dan memudahkan terjadinya penyakit.

3.  Emosi

Penyebab menurunnya kemampuan mekanika tubuh dan ambulasi

yang baik.

8

Page 9: Makalah kdm 2 mobilisasi

4. Situasi dan kebiasaan

Menyebabkan perubahan mekanika tubuh dan ambulasi.

5.  Gaya hidup

Menyebabkan stress dan kemungkinan besar akan menimbulkan

kecerobohan dalam beraktivitas, sehingga dapat mengganggu

koordinasi antara system musculoskeletal dan saraf.

6. Pengetahuan

Pengetahuan yang baik akan mengurangi energi yang telah

dikeluarkan, dan pengetahuan yang kurang akan menjadikan seseorang

berisiko mengalami gangguan koordinasi system musculoskeletal dan

saraf.

2.3 Mekanik Tubuh

Mekanisme tubuh adalah penggunaan tubuh secara efisien, terkordinasi dan

aman untuk menghasilkan gerakan dan mempertahankan keseimbangan selama

melakukan aktivitas. Penggunaan/gerakan tubuh yang tepat akan meningkatkan fungsi

moskuloskeletal, mengurangi kebutuhan energi untuk bergerak dan mempertahankan

keseimbangan. Hal ini dapat mengurangi kelelahan, kekakuan dan resiko terhadap

injury. Beberapa pergerakan dasar yang harus diperhatikan yaitu:

1. Gerakan(ambulating)

Gerakan yang benar dapat membantu dalam mempertahankan keseimbangan tubuh. Contoh pada saat berjalan.. Menahan (squatting)

Dalam melakukan pergantian, posisi menahan selalu berubah. Contoh, posisi orang yang duduk akan berbeda dengan orang yang jongkok..

2. Menarik(pulling)

Menarik dengan benar akan memudahkan dalam memindahkan benda.

3. Mengangkat(lifting)

9

Page 10: Makalah kdm 2 mobilisasi

Cara pergerakan dengan menggunakan daya tarik ke atas.

4.  Memutar(pivoting)

Gerakan untuk berputarnya anggota tubuh dengan bertumpu pada

tulang belakang

2.4 Mobilitas dan Ambulasi

Ambulasi merupakan upaya seseorang untuk mc;lakukan latihan jalan

atau berpindah tempat. Mobilitas merupakan suatu kemampuan individu untuk

bergerak secara bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk mc;menuhi

kebutuhan aktivitas guna mempertahankan kesehatannya.

2.4.1 Jenis Mobilitas

2.4.1.1 Mobilitaspenuh

Merupakan kemampuan seseorang untuk bergcrak secara penuh

dan bebas sehingga dapat mcaakukan interaksi sosial dan

menjalankan peran schari-hari. Mobilitas pc:nuh ini merupakan

fungsi saraf motorik volunter dan scnsorik untuk dapat

mengontrol seluruh area tubuh seseorang.

2.4.1.2 Mobilitassebagian

Merupakan kemampuan sescorang untuk bergerak dengan

batasan yang jclas, dan tidak mampu bergerak secara bebas

karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik

pada area tubuhnya.Hal ini dapat dijumpai pada kasus cfedera

atau patah tulang dengan pemasangan traksi. Pasien paraplcgi

dapat mengalami mobilitas sebagian pada ekstremitas bawah

karena kehilangan kontrol motorik dan scnsorik. Mobilitas

sebagian ini dibagi mcnjadi dua jenis, yaitu:

1. Mobilitas sebagian temporer merupakan kemampuan

individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya

sementara. Hal tersebut dapat disebabkan oleh trauma

10

Page 11: Makalah kdm 2 mobilisasi

reversibel pada sistem muskuloskeletal, contohnya adalah

adanya dislokasi sendi dan tulang.

2. Mobilitas sebagain permanen merupakan kemampuan

individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya

menctap. Hal tersebut disebabkan oleh rusaknya sistem

saraf yang revc;rsibel. Contohnya terjadinya hemiplegia

karena stroke, paraplegi karena cedera tulang belakang, dan

untuk kasus poliomielitis terjadi karena terganggunya

sistem saraf motorik dan sensorik.

2.4.2 Teknik Mobilisasi

2.4.2.1 Mobilisasi Sendi

Untuk menjamin keadekuatan mobilisasi sendi maka perawat

dapet mengajarkan klien latihan ROM. Apabila klien tidak

mempunyai kontrol motorik volunter maka perawat melakukan

latihan rentang gerak pasif.Mobilisasi sendi juga ditingkatkan

dengan berjalan. Kadang-kadang klien membutuhkan alat bantu

seperti kruk untuk membantu berjalan.

Latihan Rentang Gerak. Ketika perawat klien yang

mengalami gangguan imobilisasi aktual atau potensial maka

perawat menyusun intervensi yang langsung mempertahankan

mobilisasi sendi maksimum.Salah satu intervensi keperawatan

adalah latihan rentang gerak.

Berikut ini menggambarkan gerakan yang khusus untuk sendi

utama tubuh.

Leher.Rentang gerak untuk leher dimungkinkan oleh

fleksibilitas vertebra servikal dan perputaran hubungan antara

kepala dan leher.Ketika terjadi kontraktur fleksi dileher, maka

11

Page 12: Makalah kdm 2 mobilisasi

leher klien menjadi fleksi permanen dengan dagu berada dekat

atau terlihat menyentuh dada. Sehingga kesejajaran tubuh

berubah, lapang padang berubah, dan tingkat fungsi

kemandirian terganggu.

Bahu. Satu keistimewaan pada bahu dibandingkan

sendi lain adalah otot terkuat untuk mengontrol, deltoid, berada

dalam pemanjangan penuh pada posisi normal. Sehingga

melatih bahu secara efektif meeningkatkan kekuatan deltoid

dan rentang gerak.Untuk menyempurnakan hal ini maka

pertama kali bahu diabduksi.

Tujuan tindakan bahu adalah rentang gerak

penuh.Gerakan bahu meliputi fleksi, ekstensi, hiperekstensi,

abduksi, adduksi, rotasi dalam maupun luar, dan

sirkumduksi.Rentang gerak penuh harus dipertahankan atau

dicapai untuk menghindari nyeri.

Siku.Fungsi normal siku berada di sudut 90 ?.Siku yang

tetap pada posisi ekstensi penuh memuat ketidakmampuan dan

membatasi kemadirian klien.

Lengan Bawah. Sebagian besar fungsi tangan

dilakukan oleh lengan bawah dalam posisi setengah

pronasi.Ketika lengan bawa tetap pada posisi supinasi penuh

maka penggunaan tangan klien terbatas.Untuk fungsi optimal

maka lengan bawah harus mampu berputar ke pronasi.

Pergelangan tangan.Fungsi utama pergelangan tangan

adalah memposisikan tangan sedikit dorsifleksi yaitu posisi

yang berfungsi.Ketika pergelangan tangan tetap berada pada

posisi sedikit fleksi maka genggaman melemah.Pada klien

imobilisasi maka fungsional pergelangan tangan dapat dicapai

dengan menggunakan gulungan tangan dan pembebat.

12

Page 13: Makalah kdm 2 mobilisasi

Jari Tangan dan Ibu Jari.Rentang gerak pada jari tangan

dan ibu jari memampukan klien melakukan aktivitas sehari-hari

dan aktivitas yang membutuhkan keterampilan motorik halus

seperti pekerjaan tukang kayu, menjahit, menggambar, dan

melukis.Posisi fungsional jari tangan dan ibu jari adalah ibu jari

sedikit fleksi berlawanan dengan jari tangan.Pada klien

mobilisasi, gulungan tangan membantu mempertahankan posisi

itu.

Pinggul.Karena ekstermitas bawah penting sehingga

daya penggerak dan pembawa berat badan, sehingga stabilitas

piggul lebih penting daripada mobilisasinya.Contohnya, apabila

salah satu pinggul tidak bergerak tetapi berada posisi netral dan

ekstensi penuh, hal ini memungkinkan berjalan tanpa pincang.

Lutut.Fungsi utama lutut adalah stabilitas, yang dicapai

oleh rentang gerak, ligamen dan otot.Bagaimanapun lutut tidak

stabil dalam kondisi menyangga berat badan kecuali ada

kekuatan yang adekuat untuk mempertahankan lutut ekstensi

penuh.Jika lutut tetap ekstensi penuh maka orang harus duduk

dengan tungkai lurus kedepan. Ketika lutut fleksi maka orang

itu akan pincang jika berjalan. Semakin besar fleksinya, maka

semakin besar kepincangan.Kontraktur fleksi penuh mencegah

seseorang berjalan tanpa walker atau kruk.

Pergelangan Kaki dan Kaki. Ketika seseorang rileks

seperti ketika tidur atau koma maka kaki dalam keadaan rileks

dan berada pada posisi plantarfleksi. Hal ini adalah hasil

relaksasi otot gastroknemius dan soleus, yang mempertahankan

dorsifleksi. Jika kaki tetap berada pada posisi plantarfleksi

tanpa sokongan maka kedua otot gastroknemius dan soleus ini

akan memendek dan otot dorsifleksi akan mencoba

mengkompensasi dengan renggang yang berlebihan. Akibatnya

13

Page 14: Makalah kdm 2 mobilisasi

kaki tetap dalam posisi platarfleksi (footdrop), yang

mengganggu kemampuan berjalan.

Jari Kaki.Fleksi berlebihan di jari kaki menyebabkan

kaki berada pada posisi mencakar.Jika ini menjadi deformitas

permanen maka kaki tidak mampu menapak datar di atas lantai

dan klien tidak mampu menapak tepat.Kontraktur fleksi adalah

deformitas kaki paling umum yang terjadi dikaitkan penurunan

mobilitas sendi.

Rentang gerak adekuat memberi mobilisasi penting

untuk melakukan aktivitas sehari-hari, latihan, dan

berhubungan aktivitas relaksasi. Selain itu, rentang gerak

adekuat pada ekstermitas bawah akan memudahkan klien

berjalan.

2.4.3 Teknik Ambulasi

Membantu Klien Berjalan.Perawat memeriksa lingkungan

untuk memastikan tidak ada rintangan di jalan klien.Kursi, penutup

meja tempat tidur, kursi roda disingkirkan dari jalan sehingga klien

memiliki ruangan yang luas untuk berjalan.Sebelum memulai,

menentukan tempat beristirahat pada kasus dengan perkiraan kurang

toleransi aktivitas atau klien menjadi pusing.Misalnya, jika diperlukan

kursi dapat ditempatkan diruangan yang digunakan klien beristirahat.

Untuk mencagah hipotensi ortostatik, klien harus dibantu untuk

duduk disisi tempat tidur dan harus istirahat selama 1 sampai 2 menit

setelah berdiri.Demikian juga pada saat klien setelah berdiri, klien

harus tetap berdiri 1 sampai 2 menit sebelum bergerak.Sehingga

perawat dapat dengan segera membawa klien yang pusing kembali ke

tempat tidur.Periode imobilisasi yang lama memperbesar resiko

hipotensi ketika klien berdiri.

14

Page 15: Makalah kdm 2 mobilisasi

Perawat harus memberikan sokongan pada pinggang sehingga

pusat gravitasi klien tetap berada di garis tengah.Hal ini dapat dicapai

ketika perawat menempatkan kedua tangannya pada pinggang klien

atau menggunakan ikat pinggang berjalan (walking belt).Walking belt

adalah ikat pinggang kulit yang melingkari pinggang klien untuk

dipegang.Klien yang bersikap tidak siap atua mengeluh pusing harus

dikembalikan ke tempat tidur atau kursi terdekat.

Klien hemiplegia (paralisis pada satu sisi) atau hemiparesis

(kelemahan pada satu sisi) sering memerlukan bantuan

berjalan.Memberikan sokongan dengan memegang memegang lengan

klien adalah salah, karena perawat tidak mudah menyokong berat

untuk menurunkan klien ke lantai jika klien pingsan atau jatuh.

Menggunakan Alat Bantu Berjalan.walkeradalah salah satu

alat yang sangat ringan, mudah dipindahkan, setinggi pinggang, terbuat

dari pipa logam. Walker mempunyai empat penyangga dan kaki yang

kokoh.Klien memegang pemegang tangan pada batang di bagian atas,

melangkah, memindahkan walker lebih lanjut dan melangkah lagi.

Tongkat adalah yang ringan, mudah dipegang, setinggi

pinggang, terbuat dari kayu atau logam.Dua tipe tongkat umum adalah

tongkat berkaki panjang lurus (single straight-legged) dan tongkat

berkaki empat (quad cane). Tongkat berkaki lurus lebih umum dan

digunakan untuk sokongan dn keseimbangan klien yang kekuatan

kakinya menurun. Tongkat ini harus dipakai disisi tubuh yang terkuat.

Mengajarkan Gaya Berjalan dengan Kruk.Gaya berjalan yang

dilakukan klien telah ditentukan oleh pengkajian perawatpada

pemeriksaan fisik, kemampuan fungsional, dan penyakit serta cidera.

Cara berdiri dasar kruk adalah posisi tripoid, klien

menempatkan tongkat berada depan 15 sampai 25 cm disamping setiap

kaki klien. Kesejajaran tubuh pada posisi tripoid meliputi kepala dan

15

Page 16: Makalah kdm 2 mobilisasi

leher tegak, vertebra lurus, pinggul dan lutut fleksi.Berat badan tidak

boleh ditahan aksila.Posisi tripoid digunakan sebelum kruk berjalan.

Gaya berjalan empat titik memberikan kestabilan tetapi

memerlukan penopang berat badan di kedua kaki.Tiga titik penopang

selalu berada dilantai.Klien memposisikan kruk pertama kaki lalu

memposisikan kaki yang berlawanan (misalnya kaki kanan dengan

kruk kiri). (Lane dan LeBlanc, 1990)

Gaya berjalan tiga titik klien menopang berat badan pada satu

kaki yang tidak sakit dan kedua kruk.Kaki yang sakit tidak menyentuh

tanah selama tahap awal berjalan tiga titik.Secara bertahap klien mulai

menyentuh tanah dan menopang berat secara penuh pada kaki yang

sakit.

Gaya berjalan dua titik memerlukan sedikit penopang berat

sebagian disetiap kaki. Setiap kruk digerakkan bersamaan dengan kaki

yang berlawanan sehingga gerakan kruk sama dengan gerakan lengan

saat berjalan normal.

Mengayun pada gaya berjalan sering dilakukan oleh klien

paraplegia yang menggunakan penahan penopang berat. Berat klien

yang berada ada kaki penyokong maka klien berada satu langkah

didepan dan kemudian mengayun ke atau melewati kruk sementara

menyokongnya.

Mengajarkan Berjalan dengan Menggunaakan Kruk di

Tangga. Ketika naik tangga dengan kruk, klien menggunakan

modifikasi gaya berjalan tiga titik. Pertama, klien berdiri di dasar

tangga dan memindahkan berat badan di kruk.Kedua, kaki yang tidak

sakit maju diantara kruk dan tangga.Kemudian dialihkan dari kruk ke

kaki yang kaki yang tidak sakit.terakhir, klien meluruskan kedua kruk

ditangga. Urutan ini dilakukan sampai klien berada diatas.

16

Page 17: Makalah kdm 2 mobilisasi

Untuk turun tangga, urutan tiga fase ini digunakan.Pertama,

klien memindahkan berat badannya ke kaki yang tidak sakit.kedua,

kruk ditempatkan ditangga dan klien mulai memindahkan berat badan

di kruk, menggerakkan kaki yang sakit melangkah ke depan. Terakhir,

kaki yang tidak sakit dipindahkan ke tangga dengan kruk.Lalu, klien

mengulangi urutan ini sampai beraa di dasar tangga.

Mengajarkan Duduk dengan Menggunakan Kruk.Prosedur

duduk di kursi memerlukan klien memindahkan beratnya. Pertama,

klien harus ditempatkan di tengah depan kursi dengan kaki berada

posterior menyentuh kursi. Kedua, klien memegang kedua kruk pada

tangan yang berlawanan dengan kaki yang sakit.jika kedua kaki sakit,

seperti pada klien paraplegia yang menggunakan penahan berat, kruk

dipegang pada bagian tubuhklien yang terkuat.

Dengan kedua kruk disatu tangan klien yang menyokong berat

badannya di kaki yang tidak sakit dan kruk.Selama masih memegang

kruk klien memegang lengan kursi dengan menahan tangannya dan

menurunkan tubuh.Untuk berdiri maka prosedur dibalik, dan klien

ketika telah lurus, harus berada pada posisi tripoid sebelum berjalan.

2.5 Gangguan Imobilisasi

Gangguan mobilisasi fisik (imobilisasi) didefinisikan oleh NANDA sebagai

suatu keadaan ketika individu mengalami keterbatasan gerak fisik (Kim et al, 1995).

Perubahan dalam tingkat mobilisasi fisik dapat mengakibatkan instruksi pembatasan

gerak fisik selama penggunaan alat bantu eksternal (mis. Gips atau traksi rangka),

pembatasan gerakan volunter, atau kehilangan fungsi motorik.

Pengaruh Fisiologis

Bila ada perubahan mobilisasi, maka setiap sistem tubuh beresiko terjadi

gangguan. Tingkat keparahan dari gangguan tersebut tergantung pada umur klien, dan

17

Page 18: Makalah kdm 2 mobilisasi

kondisi kesehatan secara keseluruhan, serta tingkat imobilisasi yang dialami.

Misalnya, perkembangan pengaruh imobilisasi lansia berpenyakit kronik lebih cepat

dibandingkan klien yang lebih muda (Perry dan Potter, 1994). Imobilisasi juga

mengganggufungsi metabolik normal, antara lain laju metabolik; metabolisme

karbohidrat, lemak dan protein; ketidakseimbangan cairan dan elektrolit;

ketidakseimbangan kalsium; dan gangguan pencernaan. Keberadaan proses infeksius

pada klien imobilisasi mengalami peningkatan BMR (Basal Metabolisme Rate)

diakibatkan karena demam atau penyembuhan luka. Demam dan penyembuhan luka

meningkatkan kebutuhan oksigen selular (McCance dan Huether, 1994).

Defisiensi kalori dan protein merupakan karekteristik klien yang mengalami

penurunan selera makan sekunder akibat imobilisasi. Jika loebih banyak nitrogen

(produk akhir pemecahan asam amino) yang dieksresikan daripada yang dimakan

dalam bentuk protein, maka tubuh dikatakan mengalami keseimbangan nitrogen

negatif dan kehilangan berat badan, penurunan massa otot, dan kelemahan akibat

katabolisme jaringan. Kehilangan protein menunjukkanpenurunan massa otot

terutama pada hati, jantung, paru-paru, saluran pencernaa, dan sistem kekebalan

(Long et al, 1993).

Eksresi kalsium dalam tulang ditingkatkan melalui resorpsi tulang. Imobilisasi

menyebabkan pelepasan kalsium kedalam sirkulasi. Dalam keadaan normal ginjal

dapat mengeksresi kelebihan kalsium. Jika ginjal tidak dapat merespons dengan tepat

maka terjadi hiperkalsemia (Holm, 1098).

Gangguan fungsi gastrointestinal bervariasi dan mngakibatkan penurunan

motilitas saluran gastrointestinal. Konstipasi merupakan gejala umum. Diare sering

terjadi akibat impaksi fekal(feses cair berjalan melalui area yang terjepit). Jika

dibiarkan tidak ditangani, impaksi fekal dapat mengakibatkan obstruksi usus mekanik

sebagian maupun keseluruhan yang menyumbat lumen usus, menutup dorongan

normal dar cairan dan udara. Akibatnya, usus dapat mengalami distensi dan

peningkatan tekanan intraluminal. Selanjutnya, fungsi usus menjadi tertekan, terjadi

dehidrasi, terjadinya absorbsi, dan gangguan cairan dan elektrolit semakin meburuk.

18

Page 19: Makalah kdm 2 mobilisasi

Perubahan Sistem Respiratori. Klien pasca operasi dan imobilisasi beresiko

tinggi mengalami komplikasi paru-paru. Komplikasi paru-paru yang paling umum

adalah atelektasis dan pneumonia hipostatik. Pada atelektasis, bronkiolus menjadi

tertutup oleh adanya sekresi dan kolaps alveolus distal karena udara yang diabsorbsi,

sehingga menghasilkan hipoventilasi. Pada beberapa hal dalam perkembangan

komplikasi ini, adanya penurunan sebanding kemampuan klien untuk batuk produktif.

Sehingga penyebaran mukus dalam bronkus meningkat, terutama pada klien dalam

posisi telentang, telungkup, atau lateral. Mukus menumpuk di regio yang dependen di

saluran pernapasan. Karena mukus merupakan media yang sangat baik untuk

pertumbuhan bakteri, maka terjadi bronkopneumonia hipostatik.

Perubahan Sistem Kardiovaskuler. Sistem kardiovaskuler juga dipengaruhi

oleh imobilisasi. Ada tiga perubahan utama yaitu hipotensi ortostatik, peningkatan

beban kerja jantung, dan pembentukan trombus.

Perubahan sistem moskuloskeletal. Pengaruh mobilisasi pada sistem

moskuloskeletal meliputi gangguan mobilisasi permanen. Keterbatasan mobilisasi

mempengaruhi otot klien melalui kehilangan daya tahan, penurunan massa otot,

atrofi, dn penurunan stabilitas. Pengaruh lain dari keterbatasan mobilisasi yang

mempengaruhi sistem skeletal adalah gangguan metabolisme kalsium dan gangguan

mobilisasi sendi.

Pengaruh Otot . Akibat pemecahan protein, klien mengalami kehilangan

massa tubuh, yang membentuk sebagian otot. Oleh karena itu, penurunan massa otot

tidak mampu mempertahankan aktivitas tanpa peningkatan kelelahan. Penurunan

monilisasi dan gerakan mengakibatkan kerusakan moskuloskeletal yang besar, yang

perubahan patofisioologi utamanya adalah atrofi. Atrofi adalah suatu keadaan yang

dipandang secara luas sebagai respons terhadap penyakit dan penurunan aktivitas

sehari-hari, seperti pada respon imobilisasi dan tirah baring. Penurunan stabilitas

terjadi karena kehilangan daya tahan, penurunan massa otot, atrofi, dan kelainan sendi

yang aktual.Sehinga klien tersebut tidak mampu bergerak terus menerus dan sangat

beresiko untuk jatuh.

19

Page 20: Makalah kdm 2 mobilisasi

Pengaruh skelet . Imobilisasi menyebabkan dua perubahan terhadap skelet:

gangguan metabolisme kalsium dan kelainan pada sendi. Imobilisasi dapat

menyebabkan kontraktur sendi. Kontraktur sendi adalah kondisi abnormal dan

biasanya permanen yang ditandai oleh sendi fleksi dan terfiksasi. Hal ini diesebabkan

tidak digunakannya atrofi, dan pemendekan serat otot. Jika terjadi kontraktur, maka

sendi tidak dapat mempertahankan rentang gerak dengan penuh. Sayangnya

kontraktur sering menjadikan sendi pada posisi tidak berfungsi. Salah satu macam

kontraktur yang sering terjadi adalah foot drop yaitu kaki terfiksasi pada posisi

plantarfleksi secara permanen. Ambulasi sulit pada kondisi seperti ini.

Perubahan Sistem Integumen . Dekubitus terjadi akibat iskemia dan anoksia

jaringan.Jaringan yang tertekan, darah membelok, dan konstriksi kuat pada pembuluh

darah akibat tekanan persisten pada kulit dan struktur dibawah kulit, sehingga

respirasi selular terganggu dan sel menjadi mati. Dekubitus merupakan suatu penyakit

iatrogenik paling umum dalam perawatan kesehatan, berpengaruh pula pada populasi

khusus-lansia yang imobilisasi.

Perubahan Eliminasi Urine . Eliminasi urine klien berubah oleh adanya

imobilisasi. Pada posisi tegak lurus, urine mengalir keluar dari pelvis ginjal lalu

masuk kedalam ureter dan kandung kemih akibat adanya gravitasi. Jika klien pada

kondisi rekumben atau datar, ginjal dan ureter membentuk garis datar , ginjal yang

membentuk urine harus masuk kedalam kandung kemih melawan kandung

kemihmelawan gravitasi. Akibat kontraksi peristaltik ureter yang tidak cukup adekuat

melawan gravitasi, pelvis ginjal menjadi terisi sebelum urine masuk ke ureter.

Kondisi ini disebut stasis urine dan meningkatkan risiko terjadinya infeksi saluran

perkemihan dan batu ginjal.

Pengaruh psikososial . Imobilisasi menyebabkan respons emosional,

intelektual, sensori, dan sosiokultural. Perubahan status emosional biasanya terjadi

brtahap. Lansia lebih rentan terhadap perubahan ini, shingga perawat harus

mengobservasi lebih dini. Perubahan emosional paling tinggi adalah depresi,

perubahan perilaku, perubahan siklus tidur-bangun, dan gangguan koping.

20

Page 21: Makalah kdm 2 mobilisasi

2.6 Cara Mengurangi Bahaya Imobilisasi

Perawat mengkaji klien imobilisasi dari bahaya imobilisasi dengan

melakukan pemeriksaan fisik dari ujung kepala sampai ujung kakai. Selain

itu pengkajian keperawatan harus berfokus pada area fisiologis, sama seperti

aspek psikososial dan perkembangan klien

2.6.1 Faktor fisiologis.

Bahaya fisiolagis dapat diidentifikasi selama pengkajian keperawatan

disimpulkan.

Sistem Metabolik.Ketika mengkaji sistem metabolic, perawat

menggunakan pengukuaran antropometrik untuk mengevalauasi atrofi otot,

menggunakan pencatatan asupan dan haluaran serta data laboratorium untuk

mengevaluasi status cairan.

Sistem Respiratori. Pangkajian sistem respiratori harus dilakukan minimal

setiap 2 jam pada klien yang mengalami keterbatasan aktifitas. Perawat

menginspeksi pergerakan dinding dada selama siklus inspirasi – ekspirasi

penuh.

Sistem kardiovaskuler. Pada klien imobilisasi termasuk memantau tekanan

darah, mengevaluasi nadi apeks maupun nadi perifer, mengobservasi tanda –

tanda adanya stasis vena (misalnya: edema dan penyembuhan luka yang

buruk). Perawat juga mengkaji nadi apeks dan perifer, edema

mengindikasikan ketidak mampuan jantung menangani peningkatan beban

kerja.Embolus adalah thrombus yang terlepas, berjalan mengikuti sistem

sirkulasi ke paru – paru atau otak dan mengganggu sirkulasi.

Sistem musculoskeletal.Diidentifikasi selama pengkajian keperawatan

meliputi penurunana otot, kehilangan masa otot, dan kontraktur.Gambaran

pengukuran antropometrik sebelumnya mengindikasikan kehilalngan tonus

dam masa otot.

21

Page 22: Makalah kdm 2 mobilisasi

Sistem integumen.Perawat harus terus menerus mengkaji kulit klien

terhadap tanda – tanda kerusakan.Klien harus diopservasi ketika klien

bergerak, diperhatikan higienisnya, atau dipenuhi kebutuhan

eliminasinya.Pengkajian minimal harus dilakukan setiap 2 jam.

Sistem eliminasi.Status eliminasi klien harus dievaluasi setiap shift, dan

total asupan dan haluaran dievaluasi setiap 24 jam. Perawat harus

menentukan bahwa klien menerima jumlah dan jenis cairan melalui oral atau

parenteral dengan benar.

2.6.2 Kesejajaran Tubuh

Pengkajian kesejajaran tubuh dapat dilakukan pada klien yang berdiri,

duduk, atau berbaring. Pengkajian ini memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Menentukan perubahan fisiologis normal pada kesejajaran tubuh

akibat pertumbuhan dan perkembangan.

2. Mengidentifikasi penyimpangan kesejajaran tubuh yang disebabkan

postur yang buruk.

3. Member kesempatan klien untuk mengobservasi posturnya.

4. Mengidentifikasi kebutuhan belajar klien untuk mempertahankan

kesejajaran tubuh yang benar.

5. Mengidentifikasi trauma, kerusakan otot, atau disfungsi saraf.

6. Memperoleh informasi mengenai faktor – faktor lain yang

mempengaruhi kesejajaran yang buruk, seperti kelelahan, malnutrisi,

dan masalah psikologis.

Langkah pertama mengkaji kesejajaran tubuh adalah menempatkan klien

pada posisi istirahat sehingga tidak nampak dibuat – buat atau posisi kaku.

Berdiri. Perawat harus memfokuskan pengkajian kesejajajran tubuh pada

klien yang berdiri sesuai hal – hal berikut:

1. Kepala tegak dan midlin.

2. Ketika dilihat dari arah posterior, tulang belakang lurus dan sejajar.

22

Page 23: Makalah kdm 2 mobilisasi

3. Ketika dilihat dari arah posterior, tulang belakang lurus.

4. Ketika klien dilihat dari arah lateral, kapala tegak dan garis tulang

belakang digaris dalam pola S terbalik.

5. Ketika dilihat dari arah lateral , perut berlipat kebagaian dalam

dengan nyaman dan lutut dengan pergerangan kaki agak

melengkung.

6. Lengan klien Nyaman di samping.

7. Kaki ditempatkan sedikit berjauhan untuk mendapatkan dasar

penopang, dan jari – jari kaki menghadap ke depan.

8. Ketika klien dilihat dari arah anterior, pusat geravitasi berda

ditengah tubuh, dan garis gravitasi muali dari tengah kepala bagian

depan sampai titik tengah antara kedua kaki.

Duduk. Perawat mengkaji kesejajaran pada klien yang duduk dengan

mengobservasi hal – hal sebagai berikut:

1. Kapala tegak, leher dan tulang belakang berada dalam kesejajaran

yang lulus.

2. Berat badan terbagi rata pada bokong dan kepala.

3. Paha sejajar dan berada pada potongan horizontal.

4. Kedua kaki ditopang di lantai. Pada klien pendek tinggi, alat bantu

kaki digunakan dan pergelangan kaki menjadi fleksi dengan ngaman.

5. Jatak 2-4 cm dipertahankan antara sudut tempat duduk dan ruang

popliteal pada permukaan litut bagian posterior.

6. Lengan bawak klien ditopang pada pengangan tangan, di pangkuan,

atau diatas meja depan kursi.

Hal penting mengkaji kesejajaran adalm posisi duduk yaitu pada klien yang

mempunyai kelemahan otot paralisis otot, atau kerusakan saraf.

Berbaring.Pada orang sadar mempunyai kontrol otot volunteer dan persepsi

normal terhadap tekanan.Pengkajian kesejajaran tubuh ketika berbaring

membutuhkan posisi leteral pada klien dengan menggunakan satu bantal,

dan semua penopangnya diangkat dari tempat tidur.Tubuh harus ditopang

23

Page 24: Makalah kdm 2 mobilisasi

dengan matras yang adekuat. Kondisi yang menimbulkan risiko krusakan

pada sistem musculoskeletal ketika berbaring termaksut pada klien yang

mengalami traksi atau arthritis: penurunan sensasi, seperti klien yang

hemiparese akibat stroke, dll.

24

Page 25: Makalah kdm 2 mobilisasi

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA RUANG LINGKUP KEBUTUHAN

DASAR MANUSIA : MOBILISASI

Kasus

Beberapa minggu yang lalu, Kevin Andrews 17 tahun, pesenam SMA. Jatuh dari paralel bar, dan patah paha kiri, Kevin bedrest sejak kecelakaan tersebut. Dia cukup depresi dan bosan dengan perawatan Rumah Sakit karena rasa sakit pada ototnya, dia sering menolak bergerak sendiri. Dia tampak lemah dan sering menolak makanan Rumah Sakit. Dia butuh bantuan dari perawat untuk nafas dalam dan batuk, dengan tinggi tubuh 175 cm, berat badan 70 kg, suhu 37, nadi 80/ menit, perafasan 16/ menit, dan tekanan darah 114/70. Diagnostic data: urine normal, dan hemoglobin 12,2.

Pengkajian

Data Subjektif

- Pasien mengeluh bosan dengan perawatan Rumah Sakit karena rasa sakit pada ototnya

- Pasien mengeluh sering menolak bergerak sendiri- Pasien mengatakan butuh bantuan dari perawat untuk nafas dalam dan batuk,

Data Objektif

- Pasien terlihat cukup depresi dan bosan ketika perawat sedang memberi perawatan- Pasien terlihat butuh bantuan dari perawat untuk nafas dalam dan batuk - patah paha kiri- pasien bedrest sejak kecelakaan tersebut- Tinggi tubuh 175 cm, - Berat badan 70 kg, - Suhu 37, - Nadi 80/ menit, - Perafasan 16/ menit, - Tekanan darah 114/70.

25

Page 26: Makalah kdm 2 mobilisasi

- Urine normal- Hemoglobin 12,2.

Analisa Data

Data Masalah Etiologi

Data Subjektif

- Pasien mengeluh bosan dengan perawatan Rumah Sakit karena rasa sakit pada ototnya

- Pasien mengeluh sering menolak bergerak sendiri

Data Objektif

- Pasien terlihat cukup depresi dan bosan ketika perawat sedang memberi perawatan

- patah paha kiri- Tinggi tubuh 175 cm, - Berat badan 70 kg, - Suhu 37, - Nadi 80/ menit, - Perafasan 16/ menit, - Tekanan darah

114/70. - Urine normal- Hemoglobin 12,2.

Hambatan mobilisasi fisik

Berhubungan dengan tirah baring dan penurunan rentang gerak

26

Page 27: Makalah kdm 2 mobilisasi

Data Subjektif

- Pasien mengatakan butuh bantuan dari perawat untuk nafas dalam dan batuk,Data Objektif

- Pasien terlihat butuh bantuan dari perawat untuk nafas dalam dan batuk

- Tinggi tubuh 175 cm, - Berat badan 70 kg, - Suhu 37, - Nadi 80/ menit, - Perafasan 16/ menit, - Tekanan darah

114/70. - Urine normal- Hemoglobin 12,2.

Ketidak efektifan pola nafas

Berhubungan dengan Penurunan pengembangan paru dan penumpukan secret paru.

Diagnose Keperawatan

1. Hambatan mobilisasi fisik berhubungan dengan tirah baring dan penurunan rentang gerak yang ditandai dengan :

Data Subjektif

- Pasien mengeluh bosan dengan perawatan Rumah Sakit karena rasa sakit pada ototnya

- Pasien mengeluh sering menolak bergerak sendiri

Data Objektif

- Pasien terlihat cukup depresi dan bosan ketika perawat sedang memberi perawatan27

Page 28: Makalah kdm 2 mobilisasi

- Patah pada paha kiri- Pasien bedrest sejak kecelakaan tersebut- Tinggi tubuh 175 cm, - Berat badan 70 kg, - Suhu 37, - Nadi 80/ menit, - Perafasan 16/ menit, - Tekanan darah 114/70. - Urine normal- Hemoglobin 12,2.

2. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan Penurunan pengembangan paru dan penumpukan secret paru yang ditandai dengan :

Data Subjektif

- Pasien mengatakan butuh bantuan dari perawat untuk nafas dalam dan batuk,

Data Objektif

- Pasien terlihat butuh bantuan dari perawat untuk nafas dalam dan batuk - Tinggi tubuh 175 cm, - Berat badan 70 kg, - Suhu 37, - Nadi 80/ menit, - Perafasan 16/ menit, - Tekanan darah 114/70. - Urine normal- Hemoglobin 12,2.

Rencana Keperawatan

No. Dx

Rencana Tindakan Rasional

2. - Kaji kondisi pasien - kesiapan klien sebelum dilakukan tindakan atau mempengaruhi kesiapan

28

Page 29: Makalah kdm 2 mobilisasi

pasien

-Lakukan keefektifan pola nafas - Memenuhi kebutuhan pengembangan paru dan pengurangan secret paru

1. - Tawarkan pemberian analgesic 30 menit sebelum latihan rentang gerak

- Aktifitas analgesic akan maksimal pada saat klien memulai latihan

- Ajarkan klien latihan rentang gerak spesifik pada otot

- Pendidik memberikan klien kesempatan dan pengetahuan untuk menjaga dan meningkatkan rentan gerak

- Beri jadwal latihan aktif diantara waktu makan dan mandi

- Beri fasilitas krek akibat patahnya paha kiri

- Hal ini akan mendukung frekuensi latihan pada patahnya paha kiri dan otot yang mengurangi resiko perkembangan kontraltur.

- Menambahkan aktifitas pasen

Implementasi

Tanggal dan

waktu

No. Dx

Tindakan Keperewatan

Hasil/respon pasien

Senin, 12 Juni 2012, pukul 08.00

2 - Mengkaji kondisi pasien- Beri nafas dalam dan

batuk efektif

- Pasien bedrest- Terpemenuhinya kebutuhan

pengembangan paru, pengurangan secret paru,dan klien mengatakan nyaman bernafas

Kamis, 15 Juni 2012, pukul 09.00

1 - pemberian analgesic 30 menit sebelum latihan rentang gerak

- Ajarkan klien latihan rentang gerak spesifik pada otot

- Beri jadwal latihan aktif diantara waktu makan dan mandi

- maksimalnya latihan Aktifitas analgesic klien

- terpenuhinya meningkatkan rentan gerak, dan kilen mengatakan sudah tidak malas lagi untuk menggerakan tubuhnya

- Terpenuhinya frekuensi latihan pada patahnya paha kiri dan otot yang mengurangi resiko

29

Page 30: Makalah kdm 2 mobilisasi

- Beri fasilitas krek akibat patahnya paha kiri

perkembangan kontraltur.- Terpenuhinya aktifitas pasen

Evaluasi

No. Dx

Catatan Perkembangan Paraf

2 S : klien mengatakan nyaman nafasnya O : Terpemenuhinya kebutuhan pengembangan paru, pengurangan secret paru dengan baikA : Penurunan pengembangan paru dan penumpukan secret paru tidak terjadi P : Rencana tindakan dihentikan

1 S : klien mengatakan sudah tidak malas lagi mengerakan tubuhnyaO: Pasien mendapatkan mobilisasi dan aktifitas analgesic dengan baikA: Kebutuhan nutrisi mobilisasi dan aktifitas analgesic terpenuhiP: Rencana tindakan dihentikan dan diatur penjadwalnya

BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

30

Page 31: Makalah kdm 2 mobilisasi

Fisiologi Pergerakan

Koordinasi gerakan tubuh merupakan fungsi yang terintegrasi dari sistem skeletal,

otot skelet, dan sistem saraf. Karena ketiga sistem ini berhubungan erat dengan

mekanisme pendukung tubuh, sistem ini dapat dianggap sebagai satu unit fungsional.

Mobilitas dan Ambulasi

Ambulasi merupakan upaya seseorang untuk mc;lakukan latihan jalan

atau berpindah tempat. Mobilitas merupakan suatu kemampuan individu untuk

bergerak secara bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk mc;menuhi

kebutuhan aktivitas guna mempertahankan kesehatannya.

Teknik Mobilisasi

Mobilisasi Sendi

Untuk menjamin keadekuatan mobilisasi sendi maka perawat

dapet mengajarkan klien latihan ROM. Apabila klien tidak

mempunyai kontrol motorik volunter maka perawat melakukan

latihan rentang gerak pasif.Mobilisasi sendi juga ditingkatkan

dengan berjalan. Kadang-kadang klien membutuhkan alat bantu

seperti kruk untuk membantu berjalan.

Teknik Ambulasi

Membantu Klien Berjalan.Perawat memeriksa lingkungan untuk

memastikan tidak ada rintangan di jalan klien.Kursi, penutup meja tempat tidur, kursi

roda disingkirkan dari jalan sehingga klien memiliki ruangan yang luas untuk

berjalan.Sebelum memulai, menentukan tempat beristirahat pada kasus dengan

perkiraan kurang toleransi aktivitas atau klien menjadi pusing.Misalnya, jika

diperlukan kursi dapat ditempatkan diruangan yang digunakan klien beristirahat.

Gangguan Imobilisasi

31

Page 32: Makalah kdm 2 mobilisasi

Gangguan mobilisasi fisik (imobilisasi) didefinisikan oleh NANDA sebagai

suatu keadaan ketika individu mengalami keterbatasan gerak fisik (Kim et al, 1995).

Perubahan dalam tingkat mobilisasi fisik dapat mengakibatkan instruksi pembatasan

gerak fisik selama penggunaan alat bantu eksternal (mis. Gips atau traksi rangka),

pembatasan gerakan volunter, atau kehilangan fungsi motorik.

32