mobilisasi

23
LAPORAN PENDAHULUAN NYERI Oleh : Monika Wulan Sapta Ridha N1.14.047 PROGRAM STUDI PROFESI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN TELOGOREJO SEMARANG

description

menjelaskan mengenai hambatan mobilisasi pada klien dengan stroke non hemoragig

Transcript of mobilisasi

Page 1: mobilisasi

LAPORAN PENDAHULUAN NYERI

Oleh :

Monika Wulan Sapta Ridha

N1.14.047

PROGRAM STUDI PROFESI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN TELOGOREJO

SEMARANG

2014

Page 2: mobilisasi

KONSEP DASAR MOBILISASI

1. MOBILISASI

a. Pengertian

1. Mobilisasi adalah kemampuan orang untuk bergerak secara bebas, mudah, dan

teraturyang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. ( Buku ajar KDM

“ teori dan aplikasi dalam praktik”, 2007)

2. Keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh atau satu atau lebih ekstremitas secara

mendiri dan terarah. ( Diagnosis Keperawatan “ definisi dan klasifikasi “, 2010 )

3. Suatu keterbatasan dalam kemandirian, pergerakan fisik yang bermanfaat dari

tubuh atau satu ektremitas atau lebih . dengan tingkatan :

a.  Tingkat 0: mandiri penuh

b. Tingkat 1 : memerlukan peralatan atau alat bantu

c. Tingkat 2 : memerlukan bantuan dari orang lain untuk pertolongan,

pengawasan, atau pembelajaran

d.  Tingkat 3 : membutuhkan bantuan dari orang lain dan peralatan/ alat bantu

e. Tingkat 4 : ketergantungan, tidak berpartisipasi dalam aktifitas

( buku saku diagnose keperawatan  “ Judith M. Wilkinson”, 2006)

4. Sebagai suatu keadaan dimana ketika seseorang mengalami atau beresiko

mengalami keterbatasan gerak fisik. (America Nursing Diagnosis Association)

(Nanda)

b.  Tujuan Dari Mobilisasi Antara Lain :

1.  Memenuhi kebutuhan dasar manusia

2. Mencegah terjadinya trauma

3.  Mempertahankan tingkat kesehatan

4. Mempertahankan interaksi sosial dan peran sehari – hari

5. Mencgah hilangnya kemampuan fungsi tubuh.

Page 3: mobilisasi

c. Faktor yang mempengaruhi mobilisasi

1. Gaya hidup

Gaya hidup sesorang sangat tergantung dari tingkat pendidikannya. Makin tinggi

tingkat pendidikan seseorang akan di ikuti oleh perilaku yang dapat meningkatkan

kesehatannya. Demikian halnya dengan pengetahuan kesehatan tetang mobilitas

seseorang akan senantiasa melakukan mobilisasi dengan cara yang sehat

misalnya; seorang ABRI akan berjalan dengan gaya berbeda dengan seorang

pramugari atau seorang pemambuk

2. Proses penyakit dan injuri

Adanya penyakit tertentu yang di derita seseorang akan mempengaruhi

mobilitasnya misalnya; seorang yang patah tulang akan kesulitan untukobilisasi

secara bebas. Demikian pula orang yang baru menjalani operasi. Karena adanya

nyeri mereka cenderung untuk bergerak lebih lamban. Ada kalanya klien harus

istirahat di tempat tidurkarena mederita penyakit tertentu misallya; CVA yang

berakibat kelumpuhan, typoid dan penyakit kardiovaskuler.

3. Kebudayaan

Kebudayaan dapat mempengarumi poa dan sikap dalam melakukan aktifitas

misalnya; seorang anak desa yang biasa jalan kaki setiap hari akan berebda

mobilitasnya dengan anak kota yang biasa pakai mobil dalam segala

keperluannya. Wanita kraton akan berbeda mobilitasnya dibandingkan dengan

seorang wanita madura dan sebagainya.

4. Tingkat energy

Setiap orang mobilisasi jelas memerlukan tenaga atau energi, orang yang lagi

sakit akan berbeda mobilitasnya di bandingkan dengan orang sehat apalagi

dengan seorang pelari.

Page 4: mobilisasi

5. Usia dan status perkembangan

Seorang anak akan berbeda tingkat kemampuan mobilitasny dibandingkan dengan

seorang remaja. Anak yang selalu sakit dalam masa pertumbuhannya akan

berbeda pula tingkat kelincahannya dibandingkan dengan anak yang sering sakit.

a. Bayi: sistem muskuloskeletal bayi bersifat fleksibel. Ekstremitas lentur dan

persendian memiliki ROM lengkap. Posturnya kaku karena kepala dan tubuh

bagian atas dibawa ke depan dan tidak seimbang sehingga mudah terjatuh.

b. Batita: kekakuan postur tampak berkurang, garis pada tulang belakang

servikal dan lumbal lebih nya

c. Balita dan anak sekolah: tulang-tulang panjang pada lengan dan tungkai

tumbuh. Otot, ligamen, dan tendon menjadi lebih kuat, berakibat pada

perkembangan postur dan peningkatan kekuatan otot. Koordinasi yang lebih

baik memungkinkan anak melakukan tugas-tugas yang membutuhkan

keterampilan motorik yang baik.

d. Remaja: remaja putri biasanya tumbuh dan berkembang lebih dulu dibanding

yang laki-laki. Pinggul membesar, lemak disimpan di lengan atas, paha, dan

bokong. Perubahan laki-laki pada bentuk biasanya menghasilkan pertumbuhan

tulang panjang dan meningkatnya massa otot. Tungkai menjadi lebih panjang

dan pinggul menjadi lebih sempit. Perkembangan otot meningkat di dada,

lengan, bahu, dan tungkai atas.

e. Dewasa: postur dan kesegarisan tubuh lebih baik. Perubahan normal pada

tubuh dan kesegarisan tubuh pada orang dewasa terjadi terutama pada wanita

hamil. Perubahan ini akibat dari respon adaptif tubuh terhadap penambahan

berat dan pertumbuhan fetus. Pusat gravitasi berpindah ke bagian depan.

Wanita hamil bersandar ke belakang dan agak berpunggung lengkung. Dia

biasanya mengeluh sakit punggung

f.  Lansia: kehilangan progresif pada massa tulang total terjadi pada orangtua.

Page 5: mobilisasi

d.  Jenis-Jenis Mobilitas

1. Mobilitas penuh

Merupakan keadaan dimana kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan

bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran sehari-hari.

Mobilitas penuh ini merupakan fungsi dari saraf motoris, volunter dan sensoris untuk

dapat mengontrol seluruh area tubuh seseorang.

2. Mobilitas sebagian

Merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan yang jelas dan

tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik

dan sensorik pada area tubuhnya.

Mobilisasi sebagian ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

a.       Mobilitas sebagian temporer merupakan kemampuan individu untuk bergerak

dengan batasan yang sifatnya sementara

Hal tersebut dapat disebabkan oleh trauma reversibel pada sistem muskulus skeletal

seperti adanya duslokasi sendi dan tulang.

b.      Mobilitas sebagian permanen merupakan kemampuan individu untuk bergerak

dengan batasan yang sifatnya tetap. Hal tersebut disebabkan oleh rusaknya sistem

saraf yang reversibel. Contohnya : terjadinya hemiplegia karena stroke, praplegi

karena cedera tulang belakang dan khusus untuk poliolemitis karena terganggunya

sistem saraf motoris dan sensoris. (Musrifatul Uliyah dan A. Aziz A. H, 2008; 104)

e. Dampak Dari Mobilisasi

1. Status gizi yang kurang baik

2. Kesulitan dalam memperbaiki kemampuan mobilisasi

3. Ketidaknyamanan dalam latihan pasif dan aktif

4. Dalam mengalami kelumpuhan baik humplegi maupun praplegi

5. Dapat menyebabkan penurunan kesadar

6. Infeksi saluran kemih

Page 6: mobilisasi

7. Konstipasi

8. Infeksi paru

9. Gangguan aliran darah

10. Luka tekan

11. sendi kaku

2. ETIOLOGI

1. Postur abnormal:

a. Tortikolis: kepala miring pada satu sisi, di mana adanya kontraktur pada otot

sternoklei domanstoid

b.  Lordosis: kurva spinal lumbal yang terlalu cembung ke depan/ anteri

c.  Kifosis: peningkatan kurva spinal torakal

d.      Kipolordosis: kombinasi dari kifosis dan lordosis

e.       Skolioasis: kurva spinal yang miring ke samping, tidak samanya tinggi hip/

pinggul dan bahu

f.        Kiposkoliosis: tidak normalnya kurva spinal anteroposterior dan lateral

g.      Footdrop: plantar fleksi, ketidakmampuan menekuk kaki karena kerusakan

saraf peroneal

h.      Gangguan perkembangan otot, seperti distropsi muskular, terjadi karena

gangguan yang disebabkan oleh degenerasi serat otot skeletal

i.        Kerusakan sistem saraf pusat

j.        Trauma langsung pada sistem muskuloskeletal: kontusio, salah urat, dan

fraktur.

2. Gaya hidup

3.  Proses penyakit/ cidera

Page 7: mobilisasi

4.  Kebudayaan

5. Tingkat energy

6.   Usia dan status perkembangan

7.  Intoleransi aktifitas

8.  Gangguan neuromuskuler

9. Gangguan muskulu

3. PATOFISIOLOGI

Struktur tulang dan jaringan ikat menyusun kurang lebih 25% BB dan otot menyusun kurang

lebih 50%. Kesehatan dan baiknya sistem muskulus skeletal sangat tergantung pada sistem

tubuh. Struktur tulang memberikan perlindungan terhadap organ vital termasuk otak, jantung

dan paru-paru. Kerangka tulang merupakan kerangka yang kuat untuk menyangga struktur

tubuh otot yang melekat ke tulang memungkinkan tubuh bergerak.

Sistem muskulus skeletal merupakan sistem tubuh yang terdiri dari otot (muskula) dan tulang-

tulang yang membentuk rangka (skelet)

Otot adalah fungsi tubuh yang mempunyai kemampuan mengubah energi kimia menjadi

energi mekanik

4. MANIFESTASI KLINIS

a. Perubahan Metabolisme

Secara umum imobilitas dapat mengganggu metabolisme secara normal, mengingat

imobilitas dapat menyebabkan turunnya kecepatan metabolisme dalam tubuh.

b. Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit

Terjadinya ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sebagai dampak dari imobilitas akan

mengakibatkan persediaan protein menurun dan konsenstrasi protein serum berkurang

sehingga dapat mengganggu kebutuhan cairan tubuh. Berkurangnya perpindahan cairan dari

Page 8: mobilisasi

intravaskular ke interstitial dapat menyebabkan edema, sehingga terjadi ketidakseimbangan

cairan dan elektrolit.

c. Gangguan Pengubahan Zat Gizi

Terjadinya gangguan zat gizi yang disebabkan oleh menurunnya pemasukan protein dan

kalori dapat mengakibatkan pengubahan zat-zat makanan pada tingkat sel menurun, dan

tidak bisa melaksanakan aktivitas metabolisme,

d. Gangguan Fungsi Gastrointestinal

Imobilitas dapat menyebabkan gangguan fungsi  gastrointestinal, karena imobilitas dapat

menurunkan hasil makanan yang dicerna dan dapat menyebabkan gangguan proses

eliminasi.

e. Perubahan Sistem Pernapasan

Imobilitas menyebabkan terjadinya perubahan sistem pernapasan. Akibat imobilitas, kadar

hemoglobin menurun, ekspansi paru menurun, dan terjadinya lemah otot,

f. Perubahan Kardiovaskular

Perubahan sistem kardiovaskular akibat imobilitas, yaitu berupa hipotensi ortostatik,

meningkatnya kerja jantung, dan terjadinya pembentukan trombus.

g. Perubahan Sistem Muskuloskeletal

 Gangguan Muskular    : menurunnya massa otot sebagai dampak imobilitas,

  dapat menyebabkan turunnya kekuatan otot secara

  langsung.

Gangguan Skeletal      : adanya imobilitas juga dapat menyebabkan gangguan

  skeletal, misalnya akan mudah terjadi kontraktur sendi

  dan osteoporosis.

h. Perubahan Sistem Integumen

Perubahan sistem integumen yang terjadi berupa penurunan elastisitas kulit karena

menurunnya sirkulasi darah akibat imobilitas.

i. Perubahan Eliminasi

Perubahan dalam eliminasi misalnya dalam penurunan jumlah urine.

Page 9: mobilisasi

j. Perubahan Perilaku

Perubahan perilaku sebagai akibat imobilitas, antara lain timbulnya rasa bermusuhan,

bingung, cemas, dan sebagainya.

5. PENATALAKSANAAN

a. Membantu pasien duduk di tempat tidur

Tindakan ini merupakan salah satu cara mempertahankan kemampuan mobilitas pasien.

Tujuan :

1. Mempertahankan kenyamanan

2. Mempertahankan toleransi terhadap aktifitas

3. Mempertahankan kenyamanan

b.  Mengatur posisi pasien di tempat tidur

1. Posisi fowler adalah posisi pasien setengah duduk/ duduk

Tujuan :

1)      Mempertahankan kenyamanan

2)      Menfasilitasi fungsi pernafasan

2.   Posisi sim adalah pasien terbaring miring baik ke kanan atau ke kiri

Tujuan :

1)      Melancarkan peredaran darah ke otak

2)      Memberikan kenyamanan

3)      Melakukan huknah

4)      Memberikan obat peranus (inposutoria)

5)      Melakukan pemeriksaan daerah anus

3.  Posisi trelendang adalah menempatkan pasien di tempat tidur dengan bagian kepala

lebih rendah dari bagian kaki

Page 10: mobilisasi

Tujuan : untuk melancarkan peredaran darah

4.  Posisi dorsal recumbent adalah posisi pasien ditempatkan pada posisi terlentang

dengan kedua lutut fleksi di atas tempat tidur

Tujuan :

1)      Perawatan daerah genetalia

2)      Pemeriksaan genetalia

3)      Posisi pada proses persalinan

5. Posisi litotomi adalah posisi pasien yang ditempatkan pada posisi terlentang dengan

mengangkat kedua kaki dan ditarik ke atas abdomen

Tujuan :

1)      Pemeriksaan genetalia

2)      Proses persalinan

3)      Pemasangan alat kontrasepsi

6. Posisi genu pectorat adalah posisi nungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada

menempel pada bagian atas tempat tidur

7. Memindahkan pasien ke tempat tdiur/ ke kursi roda

Tujuan :

1)      Melakukan otot skeletal untuk mencegah kontraktur

2)      Mempertahankan kenyamanan pasien

3)      Mempertahankan kontrol diri pasien

4)      Memindahkan pasien untuk pemeriksaan

8. Membantu pasien berjalan

Page 11: mobilisasi

Tujuan :

1)      Toleransi aktifitas

2)      Mencegah terjadinya kontraktur sendi

6. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

a. Pengkajian

1. Riwayat Keperawatan Sekaran

Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alasan pasien yang menyebabkan terjadi

keluhan / gangguan dalam mobilitas dan imobilitas.

2.  Riwayat Keperawatan Dahul

Pengkajian riwayat penyakit di masa lalu yang berhubungan dengan pemenuhan

kebutuhan mobilitas

3.  Riwayat Keperawatan Keluarga

Pengkajian riwayat penyakit keluarga, misalnya tentang ada atau tidaknya riwayat alergi,

stroke, penyakit jantung, diabetes melitus.

4.   Kemampuan Mobilitas (skala ADL)

Tingkat Aktivitas/Mobilitas Kategori

Tingkat 0

Tingkat 1

Tingkat 2

Tingkat 3

Tingkat 4

Mampu merawat diri secara penuh

Memerlukan penggunaan alat

Memerlukan bantuan atau pengawasan orang

lain

Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain,

dan peralatan

Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan

atau berpartisipasi dalam perawatan

Page 12: mobilisasi

5.   Kemampuan Rentang Gerak

Pengkajian rentang gerak (ROM) dilakukan pada daerah seperti bahu, siku, lengan,

panggul, dan kaki dengan derajat rentang gerak normal yang berbeda pada setiap

gerakan (Abduksi, adduksi, fleksi, ekstensi, hiperekstensi

6.   Perubahan Intoleransi Aktivitas

Pengkajian intoleransi aktivitas dapat berhubungan dengan perubahan sistem pernapasan

dan sistem kardiovaskular.

7.  Kekuatan Otot dan Gangguan Koordinasi

Dalam mengkaji kekuatan otot dapat ditentukan kekuatan secara bilateral atau tidak.

Skal

a

Procentase Kekuatan

Normal

Karakteristik

0

1

2

3

4

5

0

10

25

50

75

100

Paralisis sempurna

Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat

dipalpasi atau dilihat

Gerakan otot penuh melawan gravitasi

dengan topangan

Gerakan yang normal melawan gravitasi

Gerakan penuh yang normal melawan

gravitasi dan melawan tahan minimal

Kekuatan normal, gerakan penuh yang

normal melawan gravitasi dan tahanan

penuh

8.  Perubahan psikologis

Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan oleh adanya gangguan mobilitas dan

imobilitas, antara lain perubahan perilaku, peningkatan emosi, dan sebagainya.

b. Pemeriksaan Penunjang

Page 13: mobilisasi

1.      Sinar X tulang

Menggambarkan kepadatan tulang, tekstur dan perbuatan hubungan tulang.

2.      Laboratorium

Darah rutin, faktor pembekuan darah golongan darah crostet dan analisa.

3.      Radiologis

a.       Dua gambar, anterior posterior (AP) dan lateral

b.      Memuat 2 sendi diroksimal dan distol fraktur

c.       Memuat gambar foto 2 ekstremitas, yaitu ekstremitas yang kena cidera dan

ekstremitas yang tidak terkena cidera (pada anak dilakukan 2 kali yaitu sebelum tindakan

dan sesudah tindakan)

c. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan penurunan curah jantung berhubungan dengan imobilitas\

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan menurunnya terus dan kekuatan otot

3. Tidak efektifnya pola napas berhubunagn dengan menurunnya ekspansi paru

4. Gannguan interaksi sosial berhubungan dengan imobilitas

5. Gangguan konsep diri berhubungan dengan imobilitas

d. Intervensi keperawatan

a.       Pengaturan Posisi Tubuh sesuai Kebutuhan Pasien

Page 14: mobilisasi

Pengaturan posisi dalam mengatasi masalah kebutuhan mobilitas, digunakan untuk

meningkatkan kekuatan, ketahanan otot, dan fleksibilitas sendi. Posisi-posisi tersebut,

yaitu :

1.      Posisi fowler

2.      Posisi sim

3.      Posisi trendelenburg

4.      Posisi Dorsal Recumbent

5.      Posisi lithotomi

6.      Posisi genu pectoral

b.      Ambulasi dini

Cara ini adalah salah satu tindakan yang dapat meningkatkan kekuatan dan ketahanan

otot serta meningkatkan fungsi kardiovaskular.. Tindakan ini bisa dilakukan dengan cara

melatih posisi duduk di tempat tidur, turun dari tempat tidur, bergerak ke kursi roda, dan

lain-lain.

c.       Melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri juga dilakukan untuk melatih kekuatan,

ketahanan, kemampuan sendi agar mudah bergerak, serta meningkatkan fungsi kardiovaskular.

d.      Latihan isotonik dan isometrik

Latihan ini juga dapat dilakukan untuk melatih kekuatan dan ketahanan otot dengan cara

mengangkat beban ringan, lalu beban yang berat. Latihan isotonik (dynamic exercise)

dapat dilakukan dengan rentang gerak (ROM) secara aktif, sedangkan latihan isometrik

(static exercise) dapat dilakukan dengan meningkatkan curah jantung dan denyut nadi.

Page 15: mobilisasi

e.       Latihan ROM Pasif dan Aktif

Latihan ini baik ROM aktif maupun pasif merupakan tindakan pelatihan untuk

mengurangi kekakuan pada sendi dan kelemahan otot.

Latihan-latihan itu, yaitu :

1.      Fleksi dan ekstensi pergelangan tangan

2.      Fleksi dan ekstensi siku

3.      Pronasi dan supinasi lengan bawah

4.      Pronasi fleksi bahu

5.      Abduksi dan adduksi

6.      Rotasi bahu

7.      Fleksi dan ekstensi jari-jari

8.      Infersi dan efersi  kaki

9.      Fleksi dan ekstensi pergelangan kaki

10.  Fleksi dan ekstensi lutut

11.  Rotasi pangkal paha

12.  Abduksi dan adduksi pangkal paha

f.       Latihan Napas Dalam dan Batuk Efektif

Latihan ini dilakukan untuk meningkatkan fungsi respirasi sebagai dampak terjadinya

imobilitas.

Page 16: mobilisasi

g.      Melakukan Postural Drainase

Postural drainase merupakan cara klasik untuk mengeluarkan sekret dari paru dengan

menggunakan gaya berat (gravitasi) dari sekret itu sendiri. Postural drainase dilakukan

untuk mencegah terkumpulnya sekret dalam saluran napas tetapi juga mempercepat

pengeluaran sekret sehingga tidak terjadi atelektasis, sehingga dapat meningkatkan fungsi

respirasi. Pada penderita dengan produksi sputum yang banyak, postural drainase lebih

efektif bila diikuti dengan perkusi dan vibrasi dada.

h.      Melakukan komunikasi terapeutik

Cara ini dilakukan untuk memperbaiki gangguan psikologis yaitu dengan cara berbagi

perasaan dengan pasien, membantu pasien untuk mengekspresikan kecemasannya,

memberikan dukungan moril, dan lain-lain.

Page 17: mobilisasi

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Silvia Proce, 2005. Patofisiologi Konsep Klini Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC

Doenges, Marlin D. 1999. Nursing Care Plan Guidelines For Planing Patien Edisi ke 2 . Philadelphia. F.A Dafis Company

Herdman, T Heather, 2010. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi

         2009-2010.Jakarta:EGC

----  Konsep Dasar 

Mubarak, Wahit Iqbal dkk.  2007. Buku ajar kebutuhan dasar manusia : Teori & Aplikasi dalam praktek. Jakarta: EGC.

Junadi, Purnama. 2001. Lapita Sekekta Kedokteran. Jakrta

Willkinson. Judith M. 2007. Diagnosa Keperawatan.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran 

Mobilisasi.http://nursecerdas.wordpress.com/2014/09/2/mobilisasi/

http://baloteli.blogspot.com/2014/03/laporan-pendahuluan-gangguan-pemenuhan_1308.html