mmk- 233-Vulkonologi- Tugas 2 - Rahmawati Arbie
-
Upload
mimiko-chan -
Category
Documents
-
view
248 -
download
2
description
Transcript of mmk- 233-Vulkonologi- Tugas 2 - Rahmawati Arbie
ZONA SUBDUKSI DAN BUSUR VULKANIK
DI ATAS ZONA SUBDUKSI
OLEH
Nama : Rahmawati Arbie
Nim : 471413015
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNEVERSITAS NEGERI GORONTALO
2015
ZONA SUBDUKSI DAN DAN BUSUR VULKANIK
DI ATAS ZONA SUBDUKSI
Zona subduksi adalah zona pertemuan antara dua buah lempeng dimana kedua lempeng ini mengalami
tumbukan, baik antara lempeng benua dengan lempeng samudra, maupun lempeng samudra dengan lempeng
samudra yang menyebabkan salah satu dari lempeng tersebut menunjam di bawah lempeng yang lain.
Akibatnya terjadilah proses magmatisme. Proses magmatisme yang terjadi pada zona subduksi ini pun
menghasilkan magma yang sumbernya dibagi atas 3 (tiga) kemungkinan, yaitu:
a. Berasal dari pelelehan sebagian mantel atas ( Paling dominan terjadi).
b. Berasal dari pelelehan sebagian kerak samudra yang menunjam ke bawah.
c. Berasal dari pelelehan sebagian kerak benua bagian bawah (anateksis).
Magma yang dihasilkan dari 3 kemungkinan di atas, ini komposisinya sangat bervariasi. Secara umum,
magma yang berasal dari pelelehan kerak samudra yang menunjam dan dari pelelehan mantel atas akan bersifat
basa, namun apabila magma naik menuju permukaan, akan terjadi proses diferensiasi sehingga magma yang
dihasilkan berubah sifat menjadi intermediet hingga asam. Sedang untuk magma yang berasal dari pelelehan
kerak benua bagian bawah (anateksis), pada awalnya memang sudah bersifat asam sesuai dengan komposisi
umum kerak benua, kemungkinan besar jika naik menuju permukaan magma tidak akan mengalami
diferensiasi, sehingga magma yang dihasilkan tetap bersifat asam.
Zona subduksi dapat dikenali dengan adanya busur kepulauan dan busur tepi benua aktif, yang
keduanya mempunyai karakteristik seperti adanya kepulauan yang berbentuk busur dan membentang hingga
ribuan kilometer, adanya palung samudera yang dalam, adanya volkanisme aktif dan gempa bumi, serta asosiasi
volkanik yang khas, yang disebut ‘orogenic andesit’. Di permukaan, zona subduksi dapat dibagi menjadi tiga
wilayah, yaitu busur depan (forearc), busur gunungapi (volcanic arc), dan busur belakang (backarc)
(Tatsumi&Eggins, 1993).
Proses magmatisme di zona subduksi berbeda dengan magmatisme di tatanan tektonik lain karena
adanya peran fluida pada kerak yang menunjam dan adanya pelelehan sebagian baik dari baji mantel, kerak
samudera, ataupun kerak benua bagian bawah. Secara umum, mekanisme magmatismenya adalah adanya finger
tip effect, dimana kerak samudera yang menunjam menjadi lebih panas oleh mantel dan gesekan yang
mengakibatkan mineral melepas H2O dan adanya pelelehan sebagian mantel
Sirkum Pasifik dikenal dijuluki juga Cincin Api Pasifik atau Lingkaran Api Pasifik (bahasa Inggris:
Ring of Fire) adalah daerah yang sering mengalami gempa bumi dan letusan gunung berapi yang mengelilingi
cekungan Samudra Pasifik. Daerah ini berbentuk seperti tapal kuda dan mencakup wilayah sepanjang 40.000
km.
Sirkum Pasifik berawal dari dari Pegunungan Andes di Amerika Selatan, lalu bersambung ke
pegunugan Rocky di Amerika Utara, lalu ke Jepang, Filipina, sampai akhirnya sampai ke Indonesia melalui
Sulawesi. Sirkum Pasifik juga bercabang ke Pulau Halmahera dan akhirnya sampai di Papua. Daerah ini juga
sering disebut sebagai sabuk gempa Pasifik. Sekitar 90% dari gempa bumi yang terjadi dan 81% dari gempa
bumi terbesar terjadi di sepanjang Cincin Api ini. Maka tak perlu heran jika di Indonesia terdapat banyak
gunung api dan sering terjadi letusan gunung api.
Sirkum Mediteranian membentang dari ujung barat di Maroko, Eropa Selatan, Asia Barat Daya, Asia
Selatan, Asian Tenggara, dan memasuki Indonesia. Beberapa pegunungan terkenal diantaranya yaitu
Pegunungan Atlas, Pegunungan Alpen, Pegunungan Jura, Pegunungan Himlaya, Pegunungan Arakahyoma, dan
bukit Barisan.
Gambar 1. Zona subduksi
Sirkum Medetarian berawal dari Pegunungan Alpen di Eropa kemudian menyambung ke pegunungan
Himalaya di Asia lalu memasuki Indonesia melalui Pulau Sumatra. Jalur Sirkum Medetarian di Indonesia
membentang dari Pulau Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan Maluku. Di Indonesia Sirkum Meditarian di
Indonesia terbagi menjadi dua Busur, sebagai berikut :
Busur Dalam Vulkanik
Busur dalam dari rangkaian Meditarian bersifat vulkanis. Yang menyababkan banyak Gunung api aktif
di sekitar rangkaian Sirkum Meditarian. Contoh gunungapi tersebut adalah : Gunung Kerinci, Gunung
Leuseur,dan Gunung Krakatau.
Busur Luar Nonvulkanik
Busur luar dari rangkaian Meditarian tidak bersifat vukanis. Busur luar sirkum Meditarian membentang
di pantai barat Sumatra, seperti Pulau Simeul, Nias, Mentawai, dan Enggano, pantai selatan Jawa, dan pantai
selatan Kepulauan Nusa Tenggara.
Indonesia, juga merupakan negara yang secara geologis memiliki posisi yang unik karena berada pada
pusat tumbukan Lempeng Tektonik Hindia Australia di bagian selatan, Lempeng Eurasia di bagian Utara dan
Lempeng Pasifik di bagian Timur laut. Hal ini mengakibatkan Indonesia mempunyai tatanan tektonik yang
komplek dari arah zona tumbukan yaitu Fore arc, Volcanic arc dan Back arc. Fore arc merupakan daerah yang
berbatasan langsung dengan zona tumbukan atau sering di sebut sebagai zona aktif akibat patahan yang biasa
terdapat di darat maupun di laut. Pada daerah ini material batuan penyusun utama lingkungan ini juga sangat
Zona Subduksi
spesifik serta mengandung potensi sumberdaya alam dari bahan tambang yang cukup besar. Volcanic arc
merupakan jalur pegunungan aktif di Indonesia yang memiliki topografi khas dengan sumberdaya alam yang
khas juga. Back arc merupakan bagian paling belakang dari rangkaian busur tektonik yang relatif paling stabil
dengan topografi yang hampir seragam berfungsi sebagai tempat sedimentasi. Semua daerah tersebut
memiliki kekhasan dan keunikan yang jarang ditemui di daerah lain, baik keanegaragaman hayatinya maupun
keanekaragaman geologinya.
Gambar 2. Pembentukan busur vulkanik
Gambar 3. Zona subduksi dan busur vulkanik
Sebuah busur kepulauan, sering terdiri dari rantai gunung berapi, dengan berbentuk busur keselarasan,
terletak sejajar dan dekat dengan perbatasan antara dua lempeng tektonik konvergen.
Sebagian besar busur pulau terbentuk sebagai salah satu samudera lempeng tektonik subducts satu sama
lain dan, dalam banyak kasus, menghasilkan magma pada kedalaman di bawah piring over-naik. Namun, ini
hanya berlaku bagi mereka busur pulau yang merupakan bagian dari kelompok sabuk gunung yang disebut
busur vulkanik, sebuah istilah yang digunakan ketika semua elemen dari sabuk gunung berbentuk busur
terdiri dari gunung berapi. Sebagai contoh, sebagian besar dari rantai gunung Andes Tengah / Amerika /
Kanada mungkin dikenal sebagai busur vulkanik, tetapi mereka tidak pulau (yang terletak di atas dan di
sepanjang wilayah benua) dan dengan demikian tidak diklasifikasikan sebagai busur kepulauan. Di sisi lain,
Aegea atau Hellenic busur di daerah Mediterania, yang terdiri dari banyak pulau seperti Kreta, merupakan
busur kepulauan, tetapi tidak ada gunung api. Sejalan dengan itu adalah South Aegean Volcanic Arc, yang
merupakan pulau busur vulkanik dari sistem tektonik yang sama.
Busur gunung-gunung api Indonesia terbentuk karena ketika pinggiran lempengan India-Australia
bertabrakan dengan lempengan Eurasia, lempengan tersebut longsor jauh ke dalam bumi, dan temperatur
yang sangat tinggi telah melelehkan pinggiran lempengan sehingga menghasilkan magma. Magma ini
kemudian muncul melalui retakan-retakan di banyak tempat pada permukaan bumi yang membentuk jajaran
gunung api. Gunung-gunung api yang terbentuk dengan cara ini disebut gunung api andesit. Gunung api
andesit bersifat mudah meledak dan tak terduga, dan lava yang dikeluarkan membentuk batuan andesit.
Terdapat 80 buah gunung berapi yang masih aktif dari 400 gunung berapi yang ada di Indonesia. Gunung
berapi tersebut terbagi menjadi tiga barisan, yaitu:
Sumatra – Jawa – Nusa Tenggara – Laut Banda;
Halmahera dan pulau-pulau di sebelah baratnya;
Sulawesi Utara – Sangihe – Mindanao.
Sistem Sunda
Sistem Sunda dimulai dari Arakan Yoma di Myanmar, sampai ke Kepulauan Banda di Maluku.
Panjangnya ± 7.000 km. Sistem Sunda terdiri atas dua busur, yaitu: busur dalam yang vulkanis dan busur
luar yang tidak vulkanis, yang terletak di bawah permukaan laut.
Gambar 3. Busur vulkanis
REFERENSI Carlile, J.C, A.H.G Mitchell, 1993, Magmatic arcs and associated gold and copper mineralization in
Indonesia, Australia, ELSEVIER Bronto, S., 2000. Volcanic hazard assessment of Krakatau volcano, Sunda Strait Indonesia. Buletin
Geologi Tata Lingkungan, 2, h.20-29. Bronto, S., 1992. Volcanoes and their volcanic hazard map preparations. Prosiding EMNHD-2,
Yogyakarta, V.3, h.1-13. Macdonald, G.A., 1972. Volcanoes. Prentice-Hall, Englewood Cliffs, New Jersey, 510h