Mita

20
Jurnal Edukasi Vol.7, No. 2, September 2012 44 TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR Oleh Ustad MJ STIT Al-Amin Indramayu Abstrak Istilah cognitive berasal dari kata cognition yang padanannya knowing, berarti mengetahui. Dalam arti luas, cognition ialah perolehan, penataan dan penggunaan. Perkembangan kognitif merupakan perubahan kemampuan berpikir atau intelektual. Program pengajaran di sekolah yang baik adalah yang mampu memberikan dukungan besar kepada para siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan mereka Dalam arti perkembangan kognitif bagi proses belajar siswa itu ada tiga, yaitu: (1) Mengembangkan kecakapan kognitif (2). Mengembangkan kecakapan afektif (3). Mengembangkan kecakapan psikomotor. Perkembangan pada diri anak itu sndirilah yang memainkan peranan aktif di dalam perkembangan anak; meskipun keluarga, sistem pendidikan, dan teman main anak tersebut secara nyata juga mempengaruhi perkembangan anak, namun anak membuat sendiri perasaan dunianya (sense of the world). Untuk dapat mengendalikan lingkungan, kita telah belajar untuk menduganya, dan supaya kita mampu melakukannya, kita telah memilih pola-pola yang terandalkan -yang paling awal berupa ketetapan-ketetapan- didalam kejadian yang mempengaruhi kita. Dengan demikian, kita telah belajar untuk menggambarkan dan mengorganisasikan pengalaman- penglaman kita kita secara internal.

description

jg

Transcript of Mita

  • Jurnal Edukasi Vol.7, No. 2, September 2012

    44

    TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF DALAM

    PROSES BELAJAR MENGAJAR

    Oleh Ustad MJ

    STIT Al-Amin Indramayu

    Abstrak

    Istilah cognitive berasal dari kata cognition yang padanannya knowing, berarti mengetahui. Dalam arti luas, cognition ialah perolehan, penataan dan penggunaan. Perkembangan kognitif merupakan perubahan kemampuan berpikir atau intelektual. Program pengajaran di sekolah yang baik adalah yang mampu memberikan dukungan besar kepada para siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan mereka Dalam arti perkembangan kognitif bagi proses belajar siswa itu ada tiga, yaitu: (1) Mengembangkan kecakapan kognitif (2). Mengembangkan kecakapan afektif (3). Mengembangkan kecakapan psikomotor. Perkembangan pada diri anak itu sndirilah yang memainkan peranan aktif di dalam perkembangan anak; meskipun keluarga, sistem pendidikan, dan teman main anak tersebut secara nyata juga mempengaruhi perkembangan anak, namun anak membuat sendiri perasaan dunianya (sense of the world). Untuk dapat mengendalikan lingkungan, kita telah belajar untuk menduganya, dan supaya kita mampu melakukannya, kita telah memilih pola-pola yang terandalkan -yang paling awal berupa ketetapan-ketetapan- didalam kejadian yang mempengaruhi kita. Dengan demikian, kita telah belajar untuk menggambarkan dan mengorganisasikan pengalaman-penglaman kita kita secara internal.

  • Ustad MJ. Teori Perkembangan Kognitif Dalam Proses Belajar Mengajar

    45

    Pendahuluan

    Istilah cognitive berasal dari kata cognition yang padanannya knowing, berarti mengetahui. Dalam arti luas, cognition ialah perolehan, penataan dan penggunaan. Dalam perkembangan selanjutnya, istilah kognitif menjadi populer sebagai salah satu domain atau wilayah psikologis manusia yang meliputi setiap prilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan dan keyakinan.

    Mengembangkan kemampuan intelek atau kognitif nerupakan bagian tujuan pendidikan di Indonesia untuk mencerdaskan bangsa. Konsep perkembangan intelek menjadi masukan penting untuk mengembangkan sistem pendidikan dan pengajaran.

    Intelek adalah kemampuan jiwa atau psikis yang relatif menetap dalam proses berpikir untuk membuat hubungan-hubungan tanggapan, serta kemampuan memahami, menganalisis, mensistesiskan dan mengevaluasi. Intelektual berfungsi dalam proses pembentukan konsep dilakukan melalui pengindraan, pengamatan, tanggapan, ingatan dan berpikir (Inggridwati, 2007).

    Perkembangan kognitif merupakan perubahan kemampuan berpikir atau intelektual. Konsep yang mendasari pengertian merupakan kemampuan untuk menangkap sifat, arti, atau keterangan mengenai sesuatu dan mempunyai gambaran yang jelas dan lengkap tentang hal tersebut.(Hurclok, 1990). Pengertian didasarkan pada konsep yang terbentuk bukan dari kesan pengindraan secara langsung, melainkan dapat merupakan penggabungan atau perpaduaan berbagai hal yang disatukan dengan berbagai unsur, objek, situasi, sehinga menyatukannya dalam satu konsep.1

    Menurut Jean Piaget dalam teori kognitifnya mendefinisikan perkembangan kognitif merupakan suatu proses yang terbentuk melalui interaksi yang konstan antara konstan individu dengan lingkungannya. Ia berpendapat bahwa ada dua proses yang terjadi

    1 Ilum Mualifah, dkk. Perkembangan Pesetra Didik. (Surabaya: Lapis PGMI, 2008).

    Hal 68.

  • Jurnal Edukasi Vol.7, No. 2, September 2012

    46

    dalam perkembangan dan pertumbuhan kognitif anak, yaitu proses asimilasi dan proses akomodasi. Piaget menyimpulkan bahwa perkembangan kognitif merupakan hasil perkembangan yang saling melengkapi antara asimilasi dan akomodasi dalam proses menyusun kembali dan berubah apa yang telah diketahui.

    William Stern, salah seorang pelopor dalam penelitian intelegensi, mendefinisikan intelejensin sebagai kmampuan untuk menggunakan secara tepat segenap alat-alat bantu dari pikiran, guna menyesuaikan diri terhadap tuntutan-tuntutan baru.2

    Arti Penting Perkembangan Kognitif Bagi Proses belajar siswa

    Tidak dapat dipungkiri lagi, bahwa antara proses perkembangan dengan proses belajar mengajar yang dikelola para guru benang merah yang mengikat kedua proses tersebut. Demikian eratnya ikatan benang merah itu, sehingga hampir tak ada proses perkembangan siswa, baik jasmani maupun rohaninya yang sama sekali terlepas dari proses belajar mengajar sebagai proses pendidikan. Program pengajaran disekolah yang baik adalah yang mampu memberikan dukungan besar kepada para siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan mereka.

    Program pengajaran di sekolah yang baik adalah yang mampu memberikan dukungan besar kepada para siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan mereka. Setiap guru sekolah layaknya memahami seluruh proses dan tugas perkembangan manusia, khususnya yang berkaitan dengan masa prayuwana dan yuwana yakni anak-anak dan remaja yang duduk di sekolah-sekolah dasar atau ibtidaiyah dan menengah. Pengetahuan mengenai perkembangan dengan segala aspeknya itu sangat banyak manfaatnya, antara lain: a. Guru dapat memberikan layanan bantuan dan bimbingan yang

    tepat kepada para siswa dengan pendekatan yang relevan dengan tingkat perkembangannya.

    b. Guru dapat mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan timbulnya kesulitan belajar siswa tertentu, lalu segera

    2 Kartini Kartono, Psikologi Umum (Bandung: Mandar Maju, 1996) hal 79

  • Ustad MJ. Teori Perkembangan Kognitif Dalam Proses Belajar Mengajar

    47

    mengambil langkah-langkah penanggulangan yang tepat sesuai dengan tahap perkembangannya

    c. Guru dapat mempertimbangkan waktu yang tepat dalam memulai aktivitas proses belajar mengajar bidang studi tertentu untuk sekelompok siswa dalam fase perkembangan tertentu

    d. Guru dapat menemukan dan menetapkan tujuan-tujuan pengajaran materi pelajaran atau pokok bahsan pengajaran tertentu sesuai dengan kemampuan psikiologi sekelompok siswa dalam fase perkembangan tertentu.3

    Menurut Muhammad Surya (Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran,2003:41) terhadap teori perkembangan kognitif Piaget dalam pengajaran yaitu:

    a. Memberikan peluang kepada anak agar anak bias belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.

    b. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa oleh karena itu dalam mengajar, guru hendaknya menggunakan bahasa yang sesuai dengan kemampuan cara berfikir anak.

    c. Bahan yang dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.

    d. Anak-anak akan lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik, artinya guru harus membantu agar anak dapat berinteraksi dengan lingkungan dengan sebaik-baiknya.

    Dalam arti perkembangan kognitif bagi proses belajar siswa itu ada tiga, yaitu:

    1. Mengembangkan kecakapan kognitif

    Sekurang-kurangnya ada dua macam kecakapan kognitif siswa yang amat perlu dikembangkan secara khususnya oleh para guru yakni strategi belajar memahami isi materi pelajaran dan strategi meyakini arti penting isi materi pelajaran dan aplikasinya serta menyerap pesan-pesan moral yang terkandung dalam materi pelajaran tersebut. Tanpa mengembangkan dua magma kecakapan

    3 Muhibbin Syah. Psikologi Belajar. (Jakarta : Logos wacana ilmu). 1999. Hal 44 &

    46.

  • Jurnal Edukasi Vol.7, No. 2, September 2012

    48

    kognitif ini, agaknya siswa sulit diharapkan mampu mengembangkan kecakapan afektif dan psikomotornya sendiri. Strategi merupakan prosedur mental yang terbentuk tatanan yang memerlukan alokasi berupa upaya yang bersifat kognitif dan selalu dipengaruhi oleh pilihan kognitf atau pilihan kebiasaan belajar siswa. Pilihan kebiasaan belajar secara global terdiri atas

    a. Menghafal prinsip-prinsip yang terkandung dalam materi b. Mengaplikasikan prinsip-prinsip materi

    Preferensi kognitif yang pertama pada umumnya timbul karena dorongan luar (motif ekstrinsik) yang mengakibatkan siswa menganggap belajar hanya mencegah ketidaknaikan atau ketidaklulusan. Aspirasi yang dimilikim pun menurut Dart & Clarke (1990) bukan ingin menguasai materi secara mendalam, melainkan sekedar asal naik kelas dan lulus semata. Sebaliknya preferensi yang kedua biasanya timbul karena dorongan dari dalam didri siswa (motif intrinsik), dalam arti siswa tersebut memang tertyarik dan membutuhkan materi-materi pelajaran yang disajikan gurunya. Oleh karenanya,siswa ini lebih memusatkan perhatianyya untuk benar-benar memahami dan juga memikirkan cara penerapannya (Good & Brophy, 1990). Untuk mencapai aspirasi ini, ia memotivasi diri sendiri agar memusatkan perhatianya pada aspek signifikansi materi dan mengaplikasikannya dalam arti menghubungkannya dengan materi-materi lain yang relevan. 2. Mengembangkan kecakapan afektif

    Keberhasilan pengembangan ranah kognitif tidak hanya akan membuahkan kecakapan kognitif, tetapi juga menghasilkan kecakapan ranah afektif. Sebagai contoh, seorang guru agama yang piawai dalam mengembangkan kecakapan kognitif dengan cara seperti yang penyusun uraikan di atas, akan berdampak positif terhadap kecakapan afektif para siswa. Dalam hal ini, pemahaman yang mendalam terhadap arti penting mata pelajaran agama yang disajikan guru serta preferensi kognitif yang mementingkan aplikasi prinsip-prinsip tadi akan meningkatkan kecakapan ranah afektif para

  • Ustad MJ. Teori Perkembangan Kognitif Dalam Proses Belajar Mengajar

    49

    siswa. Peningkatan kecakapan afektif ini, antara lain, berupa kesadaran beragama yang mantap.

    Dampak positif lainnya ialah dimilikinya sikap mental keagamaanm yang lebih tegas sesuai dengan tutntuna ajaran agama yang telah ia pahami dan yakini secara mendalam.

    3. Mengembangkan kecakapan psikomotor.

    Kecakapan psikomotor ialah segala amal jasmaniah yang konkret dan mudah diamati, baik kuantitasnya maupun kualitasnya, karena sifatnya yang terbuka. Namun, di samping itu kecakapan psikomotor itu tidak terlepas dari kecakapan kognitif dan banyak terikat oleh kecakapan afektif. Jadi, kecakapan psikomotor siswa merupakan manifestasi wawasan pengetahuan dan kesadaran sera sikap mentalnya.

    Banyak contoh yang membuiktikan bahwa kecakapan kognitif itu berpengaruh besar terhadap berkembangnya kecakapan psikomotor. Para siswa yang berprestasi baik (dalam arti yang luas dan ideal) dalam bidang pelajaran agama misalnya sudah tentu akan lebih rajin beribadah shalat, puasa dan mengaji. Dia juga tidak akan segan-segan memberi pertolongan atau bantuan kepada orang lain yang memerlukan. Sebab, ia merasa memberi bantuan itu adalah kebajikan (afektif), sedangkan perasaan yang berkaitan dengan kebaji9kan tersebut berasal dari pemahaman mendalam terhadap materi pelajaran agama yang ia terima dari gurunya (kognitif).

    Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa upaya guru dalam mengembangkan ketrampilan ranah kognitif para siswanya merupakan hal yang sangat penting jika guru tersebut menginginkan siswanya aktif dan mengembangkan sendiri ketrampilan ranah-ranah psikologis lainnya. Setiap individu memiliki gaya kognitif yang unik dan menetap dalam menghadapi tugas kognitif sehari-hari seperti persepsi, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.

    Dua pendekatan itu akan memberikan pemahaman tentang perencanaan pendidikan yang tepat. Mengetahui tingkat perkembangan anak apakah anak ada pada tingkat konkret atau abstrak mempunyai implikasi penting dalam menentukan metode

  • Jurnal Edukasi Vol.7, No. 2, September 2012

    50

    belajar. Misal, guru SMP / SMA harus menyadari bahwa tidak semua muridnya telah mencapai operasi formal. Ini berarti tidak ada hubungan yang sempurna antara umur kronologis dan tingkat perkembangan kognitif.

    Satu diantara hal-hal yang penting dalam belajar mencakup soal kematangan anak untuk belajar. Menurut Piaget operasi mental tertentu terdapat pada tingkat perkembangan yang berbeda-beda membatasi kesanggupan anak untuk mengelola masalah-masalah tertentu terutama pada tahap abstrak. Ini menunjukan bahwa guru harus dengan cepat menyesuaikan bahan pengajaran yang kompleks dengan tahap perkembangan anak. Ini berarti pula bahwa guru harus sering menunggu tahap perkembangan anak yang tepat untuk menyampaikan bahan tertentu kepadanya.4

    Menurut ahli para psikologi kognitif, pendayagunaan kapasitas ranah kognitif manusia sudah mulai berjalan sejak manusia itu mendayagunakan kapasitas motor dan sensorinya. Hanya, cara dan intensitas penggunaan kapasitas ranah kognitif tersebut tentu belum jelas benar. Argumen yang dikemukakan para ahli mengenai hal ini antara lain ialah bahwa kapasitas sensori dan jasmani seorang bayi yang baru lahir tidak mungkin dapat diaktifkan tanpa aktivitas pengendalian sel-sel otak bayi. Sebagai bukti, jika seorang bayi lahir dengan cacat atau berkelainan otak, kecil sekali kemungkinan bayi tersebut dapat mengotomatisasikan refleks-refleks motor dan daya-daya sensorinya. Otomasi refleks dan sensori menurut para ahli tidak pernah sama sekali terlepas dari aktivitas ranah kognitif, sebab pusat refleks sendiri terdapat dalam otak, sedangkan otak adalah pusat ranah kognitif manusia.5

    Setiap individu memiliki gaya kognitif yang unik dan menetap dalam menghadapi tugas kognitif sehari-hari seperti persepsi, pemecahan masalah dan pengmbilan keputusan (Bertini,Pizzamiglio & Wapner,1986; Porter & Suedfeld,1981; Scott & Bruce,1995)6.

    4 Abu Ahmadi dan Widodo Supriono. Psikologi Belajar. ( Jakarta : Rieka Cipta).

    Hlm 228. 5 Muhibbin Syah. Psikologi Belajar. (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. 2003). Hal

    22. 6 Howard S. Fredman & Miriam W. Schustack,Kepribadian (Jakarta:Erlangga,2006)

    hal 256

  • Ustad MJ. Teori Perkembangan Kognitif Dalam Proses Belajar Mengajar

    51

    Aliran-Aliran Dalam Kognitif

    Teori belajar kognitif merupakan suatu teori belajar yang lebih mementingkan proses belajar daripadsa hasil belajar. Bagi penganut aliran ini, belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antar stimulus dan respons. Namun lebih dari itu, belajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Prinsip-prinsip dasar psikologi yaitu belajar aktif, belajar lewat interaksi sosial dan lawat pengalaman sendiri. Teori ini sangat erat berhubungan dengan teori sibernetik.

    Ada beberapa ahli yang belum merasa puas terhadap penemuan-penemuan para ahli sebelumnya mengenai belajar sebagai proses hubungan stimulus-respons-reinforcement. Mereka berpendapat, bahwa tingkah laku seseorang tidak hanya dikontrol oleh reward (ganjaran) dan reinforcement (penguatan). Mereka adalah para ahli jiwa aliran kognitif. Menurut pendapat mereka, tingkahlaku seseorang senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkahlaku itu terjadi. Dalam situasi belajar, seseorang terlibat langsung dalam situasi itu dan memperoleh insight untuk pemecahan masalah. Jadi, kaum kognitifis berpandangan bahwa tingkahlaku seseorang lebih bergantung pada insight (pemahaman) terhadap hubungan-hubungan yang ada di dalam suatu situasi.7

    Menurut teori ini, ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seorang individu melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan8. Proses ini tidak berjalan secara terpisah-pisah, tetapi melalui proses yang mengalir, bersambung-bersambung. menyeluruh, ibarat seseorang yang memainkan musik, orang ini tidak memahami not-not balok yang terpampang pada di portitur sebagai infornmasi yang saling lepas berdiri sendiri, tetapi sebagai satu kesatuan yang secara utuh masuk pikiran dan perasaannya. Dalam praktik teori ini terwujud dalam tahap-tahap perkembangan yang diusulkan oleh Jean Piaget, belajar bermakna nya Ausubel,

    7 Westy Soemanto. Psikologi Pendidikan. (Jakarta : PT Rineka Cipta. 2003). Hal

    127. 8 Margaret Bell, et al. Belajar dan membelajarkan ,Seri pustaka teknologi pendidikan

    no 11.(Jakarta: Unervitas Terbuka,1991)

  • Jurnal Edukasi Vol.7, No. 2, September 2012

    52

    dan belajar penemuan secara bebas (Free Discovery Learning) oleh Jerome Bruner.

    1. Piaget

    Piaget adalah seorang psikolog developmental karena penelitian mengenai tahap-tahap perkembangan pribadi serta perubahan umur yang mempengaruhi kemampuan belajar individu. Dia adalah salah seorang psikolog suatu teori komperhensif tentang perkembangan intelejensi atau proses berpikir. Menurut Piaget, pertumbuhan kapasitas mental memberikan kemampuan-kemampuan mental baru yang sebelumnya tidak ada. Pertumbuhan intelektual adalah tidak kuantitatif melainkan kualitatif. Apabila ahli biologi menekankan penjelasan tentang struktur yang memungkinka individu mengalami penyesuaian diri dengan lingkungan, maka piaget tekanan penyelidikannnya lain. Piaget menyelidiki masalah yang sama dari segi penyesuaian manusia serta meneliti perkembangan intelektual atau kognisi berdasarkan dalil bahwa struktur intelektual terbentuk di dalam individu akibat interaksinya dengan lingkungan.

    Piaget memakai istilai scheme secara interchangeably dengan istilah struktur. Scheme adalah pola tingkahlaku yang dapat diulang. Scheme berhubungan vdengan refleks-refleks pembawaan misalnya bernafas, makan, minum, dan scheme mental misalnya pola tingkah laku yang masih sukar diamati (sikap) dan pola tingkahlaku yang dapat diamati. Menurut piaget intelegensi itu terdiri dari terdiri dari tiga aspek :

    a. Struktur disebut juga scheme Perkembangan intelektual anak berlangsung melalui perkembangan yang diacu piaget sebagai skema. Piaget tidak menyinggung mengenai bentuk skema yang terjadi di dalam otak, namun yang dibahas adalah bentuk skema yang merupakan penggambaran inmternal menenai kegiatan fisik atau mental, sehingga skema dapat dianggap sebagai kumpulan kaidah mengenai bagaimana caranya berinteraksi dengan lingkungan. Seorang anak yang memiliki skema tertentu akan terdorong untuk menggunakannya. Piaget menekankan, bahwa aktivitas di

  • Ustad MJ. Teori Perkembangan Kognitif Dalam Proses Belajar Mengajar

    53

    dalam memnggunakan skema inilah yang membawa anak kearah hubungannya dengan lingkungan sehingga menghasilkan perkembangan kognitif. Jalan yang di tempuhnya anak di dalam interaksinya dengan lingkungan tergantung pada skema yang dimilkinya. Motivasi untuk mengulang kegiatan yang berhubungan dengan skema dapat dilihat terutama sekali pada anak-anak yang berusia beberapoa bbulan, yang mengayun-ayunkan kakinya sehingga menyebabkan bergeraknya semua benda di dalam kereta bayi. Perbuatannya itu akan diulang tanpa henti.

    b. Isi, disebut juga content yaitu pola tingkah laku spesifik tatkala individu menghadapi sesuatu masalah.

    c. Fungsi, disebut juga function yang berhubungan dengan seseoranmg mencapai kemajuan intelektual. Fungsi irtu sendiri terdiri dari dua macam yaitu organisasi dan adaptasi. Organisasi : berupa kecakapan seseorang dalam menyusun

    proses-proses fisik dan psikis dalam bentuk sistem yang koheren.

    Adaptasi yaitu adaptasi individu terhadap lingkungannya. Adaptasi ini terdiri dari dua macam proses komplementer yaitu asimilasi dan akomodasi.9

    Menurut Jean Piaget (1975), bahwa proses belajar sebenarnya

    terdiri dari tiga tahapan, yakni 1). Asimilasi, 2). Akomodasi, 3).Equilbrasi (penyeimbangan)10. Proses asimilasi adalah proses penyatuan (pengintegrasian) informasi baru kestruktur kognitif yang sudah ada dalam benak siswa. Akomodasi adalah penyasuaian struktur kognitif kedalam situasi yang baru. Ekuilbrasi adalah penyesuaian berkesiambungan antara asimilasi dan akomodasi.

    Menurut piaget, proses belajar harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif yang dilalui siswa, yang dalam hal ini piaget membaginya menjadi 4 tahap, yaitu tahap sensori-motor,

    9 Wasty Soemanto . Psikologi Pendidikan. (Jakarta : PT rineka Cipta. 2003). Hal 130

    10 Piaget, J, Comments On Mathematical Eduqation, Contemporary Education, 47

    (1) hal 5-10

  • Jurnal Edukasi Vol.7, No. 2, September 2012

    54

    tahap pra-opersional, tahap operasional konkret, dan tahap operasional formal.

    a. Tahap Sensori Motor ( 0- 2 Tahun) Tahap sensori motor berlangsung secara tidak mulus sejak

    dari kelahiran bayi hingga bayi berusia dua tahun. Bayi yang baru lahir memiliki sangat sedikit skema terbatas yang ada sejak di dalam kandungan dan skema ini memungkinkan bagi bayi untuk menggenggam, mengisap, dan melihat benda. Anak-anak hanya tertarika kepada sesuatu yang ada pada saat itu, begitu benda disingkirkan dari pandangannya diapun akan melupakannya. Sifat ini ada hingga nak berusia 8 bulan yaitu pada saat anak tersebut kiranya menyadari bahwa benda tersebut masih ada sekalipun tidak berada dihadapannya, dan dia berusaha mencari mainan yang disembunyikan dibelakng sesuatu benda yang lain. Piaget menamakan perkembangan ini sebagai ketetapan benda (objek permanence). Anak-anak yang berusia 8-12 bulan akan berusaha mencari maianan yang disembunyikan.mereka telah pula mengembangkan struktur mental yang memungkinkan mereka melambangkan dunia serta memikirkan benda-benda yang mereka lihat. Pada separuh tahap sensory motor mereka sudah dapat menggunakannya untuk mnenggambarkan serta bvertindak di dalam lingkungnnnya. 11

    Menurut Piaget pada tahap pertama yaitu tahap sensori motor. Selama perkembangan dalam periode sensori motor yang berlangsung sejak anak lahir sampai usia dua tahun intelegensi yang dimiliki anak masih berbentuk primitif dalam arti masih didasarkan pada prilaku terbuka. Pada tahap ini perkembanag mental ditandai oleh kemajuan yang besar dalam kemampuan bayi untuk mengorganisasikan dan mengkoordinasikan sensasi (seperti melihat dan mendengar) melalui gerakan-gerakan dan tindakan fisik. Intelegensi sensori motor sesumgguhnya merupakan intelegensi dasar yang amat berarti karena ia menjadi fondasi untuk tipe-tipe integensi tertentu yang akan dimiliki anak kelak.

    11

    Malcolm Hardy steve Heyes. Pengantar Psikologi (Jakarta:Erlangga,1988). Hlm

    56

  • Ustad MJ. Teori Perkembangan Kognitif Dalam Proses Belajar Mengajar

    55

    b. Tahap Praoperasional (2-7 tahun) Pada perkembangan pra operasional terjadi pada dirir anak

    ketika berumur 2-7 tahun. Perkembangan ini bermula pada saat anak telah memkiliki penguasaan sempurna mengenai objek permanence. Artinya, anak tersebut sudah memiliki kesadaran akan tetap eksisnya suatu benda yang harus ada atau bisasa ada. Walaupun b enda tersebut sudah ia tinggalkan, atau sudah tak dilihat dan tak didengar lagi. Perolehan kemampuan berupa kesadaran terhadap eksistensi objek permanence (ketetapan adanya benda) adalah hasil dari munculnya kapasitas kognitif baru yang dusebut representation atau mental representation (gambaran mental). Secara singkat, representasi adalah sesuatu yang mewakili atau menjadi simbol atau wujud yang lainnya. Representasi m ental merupakan bagian penting dari skema kognitif yang m enungkinkan anak berpikir dan menyimpulkan eksistensi sebuah benda atau kejadian tyertentu walaupun benda atau kejadian itu berada di luar pandangan, pendengaran, atau jangkauan tangannya.

    Representasi mental juga memungkinkan anak untuk mengembangkan deferred-initetion (peniruan yang tertunda) yaitu kapasitas meniru perilsaku orang lain yang sebeluimnya pernah ia lihat untuk merespon lingkun gan. Perilaku-perilaku yang ditiru terutama perilaku-perilaku orang lain (khususnya orang tua dan guru) pernah ia lihat ketika ornga itu merespons barang, orang, keadaan, dan kejadian yang dihadapi pada masa lampau.

    Dalam periode perkembangan pra oerasional disamping diperolehnya kapasitas-kapasitas seperti di atas, yang sangat penting adalah diperolehnya kemampuan berbahasa. Dalam periode ini anak mulai mampu menggunakan kata-kata yang benar, mampu pila mengoperasikan kalimat-kalimat pendek tetapi efektif.

    Pada tahap ini anak mulai melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar. Mulai muncul pemikiran egosentrisme animisme, dan intuitif. Egosentrisme adalah suatu ketidakmampuan untuk membedaka antara perspektif

  • Jurnal Edukasi Vol.7, No. 2, September 2012

    56

    seseorang dengan perspektif orang lain dengan kata lain anak melihat sesutu hanya dari sisi dirinya. Animisme adalahkeyakinan bahwa objek yang tidak bergerak memiliki kualitas semacam kehidupan yang dapat bertindak. Seperti seorang anak yang mengatakan, pohon itu bergoyang-goyang mendorong daunnya dan daunnya jatuh. Sedangkan intuitif adalah anak-aak mulai menggunakan penalaran primitif dan ingin mengetahui jawaban atas semua bentuk pertanyaan. Mereka mengatakan mengetahui sesuatu tetapi mengetahuinya tanpa menggunakan pemikiran rasional.

    Pada tahap pra operasional, anak mulai menggunakan bahasa dan simbol yang paling sederhana, anak sudah mulai melakuka gerakan-gerakan sederhana dan menbuat sesuatu yang ia pahami sendiri. Pada tahap ini anak aktifitas berfikirnya belum mempunyai sistem yang terorganisasikan, cara berfikir anak dalam tahap ini tidak sistematis, tidak konsisten, tidak logis dan cendrung artificialism serta centration misalnya menggambar, menulis dan sebagainya tapi semua yang dilakukan terkesan tidak teratur. c. Tahap Konkrit Operasional (7-11 tahun)

    Di dalam priode opoersional konkret yang berlangsung selama usia 7 hingga 11 tahun, anak masih tergantung pada rupa benda namun dia telah mampu mempelajari kaidah mengenai lingkungannya secara lebih canggih. Dia telah pula mempelajari kaidah mengenai konservasi dan dapat menggunakan logika sederhana dalam mem,ecahkan berbagai permasalahan yang selalu muncul setiap kjali ia berhadapan dengan benda nyata.

    Pada tahap ini anak dapat melakukan penalaran logis menggantikan pemikiran intuitif sejauh pemikiran dapat diterapkan kedalam contoh-contoh yang spesifik atau konkret. Dalam priode konkret operasional yang berlangsung hingga usia menjelang remaja anak memperoleh tambahan kemampuan yang disebur system of operations (satuan langkah berfikir). Kemampuan satuan langkah berfikir ini berfaidah bagi anak untuk mengkoordinasikan pemikiran dan idenya dengan peristiwa tertentu kedalam pemikirannya sendiri. Satuan

  • Ustad MJ. Teori Perkembangan Kognitif Dalam Proses Belajar Mengajar

    57

    langkah berfikir anak terdiri dari atas aneka ragam operation (tatanan langka) yang masing-masing berfungsi sebagai skema kognitif khusus yang merupakan perbuatan intern yang tertutup (interiorized action) yang dapat dibolak-balik atau ditukar dengan operasi-operasi lainnya. Satuan langjkah berpikir anak kelak akan menjadi dasar terbentuknya intelegensi intuitif. Intelegensi, menurut piaget bukan sifat yang biasanya digambarkan dengan skor IQ. Intelegensi adalah prose, tahapan atau lanhgkah operasional tertentu yang mendasari semua pemikiran dan pengetahuan manusia, disamping merupakan proses pembentukan pemahaman.

    Namun demikian, masih ada keterbatasan keterbatasan kapasitas anak dalam mengkoordinasikan pemikirannya. Anak-anak dalam rentang usia 7-11 tahun baru mampu berpikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang konkret. Inilah yang menjadi alasan mengapa perkembangan kognistif anak yang berusia 7-11 tahun tersebut dinamakan tahap konkret operasional. d. Tahap Formal Operasional (11 tahun sampai dewasa)

    Pada tahap ini individu melampaui dunia nyata, pengalaman-pengalaman konkret dan berfikir secara abstrak dan lebih logis. Sebagai pemikiran yanag abstrak, remaj mengembangkan gambaran keadan yang ideal. Mereka dapat berpikir seperti apakah orang tua yang ideal dan membandingkan orang tua mereka dengan standar iseal yang mereka miliki. Mereka mulai mempersiapkan kemungkinan-kemungkinan bagi masa depan dan terkagum-kagum terhadap apa yang mereka lakukan.

    Dalam perkembangan kognitif tahap akhir ini seorang remaja telah memiliki kemampuan mengkoordinasikan baik secara simultan (serentak) maupun berurutan dua ragam kemampuan kognitif, yakni: kapasitas menggunakan hipotesis dan kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak. Dengan kapasitas menggunakan hipotesis seorang remaja akan mampu berpikir hipotesis yakni berpikir mengenai sesuatu khususnya dalam hal pemecahan masalah dengan menggunakan

  • Jurnal Edukasi Vol.7, No. 2, September 2012

    58

    anggapan dasar yang relevan dengan lingkungan yang ia respons. Sedangkan dengan kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak, remaja akan mampu mempelajari materi-materi pelajaran yang abstrak seprti ilmu agama, ilmu matematika dan ilmu-ilmu abstrak lainnya dengan luas dan lebih mendalam.

    Secara umum semakin tinggi tingkat kognitif seseorang semakin teratur dan juga semakin abstrak cara berpikirnya. Dalam kaitan ini seorang guru seyogianya memahami tahap-tahap perkembangan anak didiknya, serta memberikan materi belajar dalam jumlah dan jenis yang sesuai dengan tahap-tahap tersebut.

    Dinamika Belajar Penemuan

    Dalam kamus Oxford, pengertian discover adalah mengetahui, memperoleh pngetahuan atau ilmuyang membawa pada suatu pandangan. Bahasa Indonesia memberi pengertian discover sebagai menemukan. Makna menemukan agaknya mendekati pengertian memperoleh pengetahuan yang membawa pada suatu pandangan.

    Berdasarkan pemikiran Bruner tentang pembentukan konsep teori belajar kognitif, pentingnya struktur, kesejajaran perkembangan kognitif dan bahasa dan teori intruksi, maka belajar penemuan menunuk pada suatu kreatifitas manusia terhadap tatanan dan penglaman . dan secara epistimologis kreatifitas itu merupakan konsep percaya diri.

    Belajar penemuan memberikan keleluasaan siswa untuk memecahkan masalah dibidangnya serta membiarkan siswa untuk memecahkan masalah; dan menemukan makna itu memungknkan siswa nelajar knsep dengan bahasa yang diketahuinya serta melalui modus representasi yang dimilikinya. Keuntungan belajar penemuan menurut Bruner adalah: terdapat nilai tambah dalam potensi intelektual tekanan terletak pada hadiah intrinsik siswa belajar untuk menemukan sesuatu memungkinkan siswa untuk mengingat informasi.

  • Ustad MJ. Teori Perkembangan Kognitif Dalam Proses Belajar Mengajar

    59

    Gambaran belajar penemuan misalnya di bidang bahasa dan ilmu bumi. Di bidang bahasa, bahwa belajar penemuan bertujuan mereduksi bahasa kedalam tipe-tipe dan tatanan, sedangkan di bidang ilmu bumi bertuuan meniadakan hafalan fakta.

    Saran-saran untuk pengembangan kelompok diskusi guna tujuan belajar penemuan, menurut Dembo (1981) meliputi: harus ada kejelasan dan kesamaan tujuan antara guru dan kelmpok ndiskusi; menciptakan suasana yng kondusif yang menyenankan bagi partisipasipan; mementapkan nada kelompok dalam hal bimbingan; kejelasan peranan guru; mengetahui akhir diskusi dan perumusan diskusi yang jelas dan padat.

    Sementara itu Ausubel (1978) berpendaapat bahwa belajar konsep bertalian dengan rasional psikologi dan deduksi dari metode penemuan, serta btasan psikologi dan edukasi dari belajar penemuan. Asumsi dari pendapat Ausubel dimaksudkan untuk mengevaluasikan hasil belajar dan teknik mengajar pemecahan masalah serta pengetahuan metode ilmiah, dan dimaksudkan untuk menyadarkan bahwa semua pengetahuan yang nyata adalah justru dari hasil penemuan itu sendiri.

    Dari saran Dembo tentang diskusi dan penjelasan Ausubel tentang metode penemuan dan belajar penemuan, dapat diinterpretasikan bahwa hubungan antara metode dan penemuan terletak pada segi penerapan suatu metode sehngga menimbulkan motivasi penggalian sesuatu. Dilain pihak hubungan antara belajar penemuan dan ilmu terletak pada cognitive need untuk mengeksplorasi pengenalan.

    Belajar penemuan memungkinkan terciptanya human progress melalui berbagai inovasi dan invensi ( invention = hasil penemuan) positif. Di dalam sejarah ditnjukan bagaimana anak-anak renensanse dan anak-anak pencerahan membuktikan kedinamisan belajar penemuan, baik di dalam laboratorium fisik maupum laboratorium social. Dalam hal ini factor kreatifitas manusia menentukan kualitas

  • Jurnal Edukasi Vol.7, No. 2, September 2012

    60

    belajr penemuan. Pernyataan di atas diduykunh oleh Bohn (1987). Bohn menandaskan betapa pentingnya kreatifitas yan metaforik dalam abad informasi ini untuk bergumul dngan ilmu dan tatanannnya. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan tentang belajar penemuan dari Jerome Bruner, maka dapat diajukan kesimpulan sebagai berikut:

    belajar penemuan merupakan kecenderungan yang ada pada diri manusia yaitu Self-curiouscity (keingintahuan) untuk mengadakan petualangan pengalaman

    belajar penemuan terjadi karena sikap mental manusia untuk mengubah struktur yang ada. Sifat mental tersebut selalu mengalir untuk mengisi berbagai kemungkinan pengenalan.

    Kualitas belajar penemuan diwarnai oleh modus imperative kesiapan dan kemampuan secara enaktif, ikonik dan simbolik.

    Penerapan belajar penemuan hanya merumuskan garis besar tujuan instruksional sebagai arahan informatif

    Kreativitas metaforik dan creative Condisoning yang bebas bertanggungjawab memungkinkan kemajuan karena terbentuknya bibit meritokrasi (meritorious =berfaedah) yang pada gilirannya bersifat milionaritas

    Anak telah memiliki pengertian yang utuh tantang sesuatu hal, pada priode ini anak telah mampu mengutarakan pendapatnya dengan bahasa. Berbeda dengan piaget, brunner memiliki pandangan yang lain tentang peranan bahasa dalam perekembangan intelektual anak. Bruner berpendapat meskipun bahasa dan pikiran berhubungan, tetapi merupakan dua sistem yang berbeda. Bahasa merupakan alat berfikir dalam yang berbentuk fikiran. Dengan kata lain proses berfikir akibat bahsa dalam benak siswa. Bruner berpendapat bahwa kesiapan adalah penguasaan ketrampilan sederhana yang memungkinkan seseorang menguasai ketrampilan yang lebih tinggi. Menurut brunner kita boleh menunggu datangnya kesiapan, tetap-I harus membantu tercapainya kesiapan itu.tugas orang dewasalah mengajarkan kesiapan itu pada

  • Ustad MJ. Teori Perkembangan Kognitif Dalam Proses Belajar Mengajar

    61

    anak.berhubungan dengan proses belajar Barner dikenal dengan belajar penemuannya ( Discovery Learning). Menurut teori ini proses belajar akan berjaklan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan untuk menemukan sutu aturan (termasuk konsep, teoti, definisi dan sebagainya). Melalui contoh-contoh yang menggambarkan, aturan yang menjadi sumbernya.

    Dasar pemikiran Burner yang mengarah kepada perkembangan intelektual, sangat mirip dengan dasar pemikiran Piaget, tetapi ada bebrapa perbedaanb yang penting dan cukup mendasar. Studi Piaget terutama berkenaan dengan penjelasan mengenai apakah yang terjadi; dia menjelaskan mengenai mekanisme apa yang terjadi didalam perkembangan intelek, terutama dalam rangka menjernihkan penjelasan mengenai hal apa yang terjadi itu sendiri. Burner, dilain pihak, diliputi banyak pertanyaan kepada dirinya sendiri mengenai bagaimana dan mengapa perkembangan intelektual itu terjadi. Sementara Piaget menganggap bahwa proses pematangan yang terjadi merupakan factor yang paling utama sedangkan kebudayaan dan pendidikan merupakan faktor penunjang, maka Bruner justru menempatkan kedua factor berakhir tersebt sebagai faktor yang paling utama. Burner tidak menyetujui pandangan Piaget, yang menyatakan bahwa motivator utama atau pengaruh utama terhadap pertumbuhan intelektual adalah biologi, karena Bruner berpendapat bahwa apabila perkembangan biologi menekan seseorang kearah prilaku yang lebih dapat menyesuaikan diri, maka lingkungan pun akan menarik orang tersebut kearah yang sama. Disini Burner menekankan bahwa dia hanya melakukan studi terhadap anak tanpa menguji pengalaman mereka, dan lingkunganya pun dibatasi untuk memberikan gambaran yang tak lengkap. Piaget hanya menyatakan, bahwa perkembangan intelektual melibatkan interaksi antara seseorang dengan lngkungannya, sedangkan Burner lebih menekankan

  • Jurnal Edukasi Vol.7, No. 2, September 2012

    62

    penguatan kemampuan anak dan mengenggap bahwa lingkungan anaklah yang bertindak sebagai penguat.

    Akan tetapi, sama halnya dngan Piaget, Burner pun yakin bahwa perkembangan pada diri anak itu sndirilah yang memainkan peranan aktif di dalam perkembangan anak; meskipun keluarga, sistem pendidikan, dan teman main anak tersebut secara nyata juga mempengaruhi perkembangan anak, namun anak membuat sendiri perasaan dunianya (sense of the world).

    Untuk dapat mengendalikan lingkungan, kita telah belajar untuk menduganya, dan supaya kita mampu melakukannya, kita telah memilih pola-pola yang terandalkan -yang paling awal berupa ketetapan-ketetapan- didalam kejadian yang mempengaruhi kita. Dengan demikian, kita telah belajar untuk menggambarkan dan mengorganisasikan pengalaman-penglaman kita kita secara internal. Bruner sangat tertarik bagaimana kita mengembangkan, kemampuan unuk menggambarkan lingkungan kita secara internal dan menggunakan informasi ini untuk menduga apa yang akan terjadi dimasa yang mendatang. Dalam mengajar guru perlu memperhatikan 4 hal berikut ini. a. Mengusahakan agar setiap siswa berbartisipasi aktif,

    minatnya perlu ditingkatkan kemudian perlu dibimbing untuk mencapi tujuan tertentu

    b. Menganalisis struktur materi yang akan diajarkan, dan juga perlu disajikan secara sederhana sehingga dapat dimengerti oleh siswa

    c. Menganalisis secuence, guru mengajar berarti membimbing siswa melalui urutan-urutan pernyataan dari suatu masalah sehingga siswa memperoleh pengertian dan mentransfer apa yang sedang dipelajar.

    d. memberi reinforcement dan umpan balik. Penguatan yang optimal terjadi pada waktu siswa mengetahui bahwa ia menemukan jawabannya.

  • Ustad MJ. Teori Perkembangan Kognitif Dalam Proses Belajar Mengajar

    63

    DAFTAR PUSTAKA

    Abu Ahmadi dan Widodo Supriono. Psikologi Belajar. ( Jakarta : Rieka Cipta). 1998 Hayes,Malcolm Hardy Steve. Pengantar Psikologi.Jakarta:Erlangga, 1988 Howard S. Fredman & Miriam W. Schustack. Kepribadian.Jakarta: Erlangga 2006 I Nyoman Sudana,Degeng .Ilmu Pengajaran Taksonomi Variabel.Jakarta : Proyek P2T Dirjen Dikti, 1989 Kartini,Kartono, Psikologi Umum.Bandung: Mandar Maju, 1996 Margaret Bell, et al, Belajar dan membelajarkan ,Seri pustaka teknologi pendidikan.Jakarta: Unervitas Terbuka, 1991 Mualifah,Ilum. dkk, Perkembangan Pesetra Didik. Surabaya: Lapis PGMI, 2008 Mulyati,E., Pengantar Psikologi Belajar .Jogjakarta:Quality Publising, 2007 Piaget, J, Comments On Mathematical Eduqation, Contemporary Education, tth Soemanto,Westy Psikologi Pendidikan.Jakarta : PT Rineka Cipta, 2003 Syah,Muhibbin, Psikologi Belajar.Jakarta : Logos wacana ilmu, 1999 Syah Muhibbin, Psikologi Belajar.Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2003