Mioma Uteri

25
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mioma uteri merupakan salahsatu masalah kesehatan reproduksi pada wanita. Mioma uteri adalah tumor jinak otot polos yang terdiri dar jaringan otot polos, jaringan pengikat fibroid dan kolagen. Mioma uteri merupakan salah satu tumor ginekologi yang paling sering terj ditemukan pada 30% wanita usia reproduktif. M ioma uteriini menimbulkan masalah besar dalam kesehatan dan terapi yang efektif belum didapatkan, karena sedikit sekali informasi mengenai etiologi mioma uteri itu sendiri. Walaupun jarang menyebabkan mortalitas, namun morbiditas yang ditimbulkan oleh mioma uteri ini cukup tinggi karena mioma uteri dapat menyebabkan nyeri perut dan perdarahan abnormal, serta diperkirakan dapat menyebabkan kesuburan rendah, !ailliere, "00#$. he &ational 'enter for 'hronic (isease )re*ention and +ealth )romotion di merika erikat melaporkan pada tahun "000 proporsi mioma uteri pada pasien histerektomi ,"% dan 3/, % pada tahun "00 . Medical -ur*eillance Monthly 1eport, rmed 2orce merika -erikat periode "00 -"0 0 melaporkan terdapat .43 kasus mioma uteri insidens rate 5 ,# per 0.000 tiap tahun$ pada wanita usia reproduksi aktif. )enelitian yang dilakukan 1ammeh di )rancis tahun "005 terhadap ". #0 k tumor pel*is, menemukan". 04 kasus mioma uteri proporsi 4/, %$. (i 6ndonesia mioma uteri ditemukan",34%- , 0% pada semua penderita ginekologi yang dirawat)rawirohardjo, "00 $. Menurut penelitian yang dilakukan 7arel angkudung 4 $ di uraba kejadian mioma uteri adalah sebesar 0,30%, sebelumnya di tahun 4 urabaya penelitian yang dilakukan oleh usilo 1aharjo angka mioma uteri sebesar ,/ % dari semua penderita ginekologi yang dir 8uad +, "005 yang dikutip Mu9akir, "00/$. (ari penelitian diketahui bahwa mioma berasal dari jaringan uniseluler. ransformasi neoplastik dari miometrium menjadi mioma melibatkan mutasi somatik dari miometrium normal dan interaksi komple dari hormon steroid seks dan growth factor lokal. Mutasi somatik ini merupakan peristiwa awal dalam prosespertumbuhan tumor.&amun estrogen berperan dalam pembesaran tumor dengan meningkatkan produksi matriks ekstraseluler. )engobatan mioma uteri dengan gejala klinik umumnya adalah tindaka operasi yaitu histerektomi pengangkatan rahim$ atau pada wani ingin mempertahankan kesuburannya, miomektomi pengangkatan mioma$ dapat menjadi pilihan (juwantono, "00 $. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah defnisi dari mioma uteri? 2. Apakah klasifkasi dari mioma uteri? 3. Apakah etiologi dan patofsiologi dari mioma uteri? 4. Apakah aktor resiko dari mioma uteri? 2

description

makalah mioma uteri

Transcript of Mioma Uteri

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mioma uteri merupakan salah satu masalah kesehatan reproduksi pada wanita. Mioma uteri adalah tumor jinak otot polos yang terdiri dari sel-sel jaringan otot polos, jaringan pengikat fibroid dan kolagen. Mioma uteri merupakan salah satu tumor ginekologi yang paling sering terjadi dan ditemukan pada 30% wanita usia reproduktif. Mioma uteri ini menimbulkan masalah besar dalam kesehatan dan terapi yang efektif belum didapatkan, karena sedikit sekali informasi mengenai etiologi mioma uteri itu sendiri. Walaupun jarang menyebabkan mortalitas, namun morbiditas yang ditimbulkan oleh mioma uteri ini cukup tinggi karena mioma uteri dapat menyebabkan nyeri perut dan perdarahan abnormal, serta diperkirakan dapat menyebabkan kesuburan rendah, (Bailliere, 2006). The National Center for Chronic Disease Prevention and Health Promotion di Amerika Serikat melaporkan pada tahun 2000 proporsi mioma uteri pada pasien histerektomi 44,2% dan 38,7% pada tahun 2004. Medical Surveillance Monthly Report, Armed Force Amerika Serikat periode 2001-2010 melaporkan terdapat 11.931 kasus mioma uteri (insidens rate 57,6 per 10.000 tiap tahun) pada wanita usia reproduksi aktif. Penelitian yang dilakukan Rammeh di Prancis tahun 2005 terhadap 2.760 kasus tumor pelvis, menemukan 2.709 kasus mioma uteri (proporsi 98,1 %). Di Indonesia mioma uteri ditemukan 2,39%-11,70% pada semua penderita ginekologi yang dirawat (Prawirohardjo, 2007). Menurut penelitian yang dilakukan Karel Tangkudung (1977) di Surabaya angka kejadian mioma uteri adalah sebesar 10,30%, sebelumnya di tahun 1974 di Surabaya penelitian yang dilakukan oleh Susilo Raharjo angka kejadian mioma uteri sebesar 11,87% dari semua penderita ginekologi yang dirawat (Yuad H, 2005 yang dikutip Muzakir, 2008).Dari penelitian diketahui bahwa mioma berasal dari jaringan uniseluler. Transformasi neoplastik dari miometrium menjadi mioma melibatkan mutasi somatik dari miometrium normal dan interaksi kompleks dari hormon steroid seks dan growth factor lokal. Mutasi somatik ini merupakan peristiwa awal dalam proses pertumbuhan tumor. Namun estrogen berperan dalam pembesaran tumor dengan meningkatkan produksi matriks ekstraseluler.Pengobatan mioma uteri dengan gejala klinik umumnya adalah tindakan operasi yaitu histerektomi (pengangkatan rahim) atau pada wanita yang ingin mempertahankan kesuburannya, miomektomi (pengangkatan mioma) dapat menjadi pilihan (Djuwantono, 2004). 1.2 Rumusan Masalah1. Apakah definisi dari mioma uteri?2. Apakah klasifikasi dari mioma uteri?3. Apakah etiologi dan patofisiologi dari mioma uteri?4. Apakah faktor resiko dari mioma uteri?5. Apakah manifestasi klinis dari mioma uteri?6. Apakah pemeriksaan diagnostic untuk mioma uteri?7. Bagaimanakah penatalaksanaan pada klien dengan mioma uteri?8. Apakah komplikasi dari mioma uteri?9. Apakah prognosis dari mioma uteri?10. Bagaimana WOC pada mioma uteri11. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada klien dengan mioma uteri?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan umumMahasiswa mampu menjelaskan konsep dan asuhan keperawatan pada klien dengan Mioma Uteri.

1.3.2 Tujuan Khusus1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi mioma uteri2. Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi mioma uteri3. Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi mioma uteri4. Mahasiswa mampu menjelaskan manifestasi klinis dari mioma uteri5. Mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksaan diagnostik dari mioma uteri6. Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan pada klien dengan mioma uteri7. Mahasiswa mampu menjelaskan komplikasi dari mioma uteri8. Mahasiswa mampu menjelaskan prognosis dari mioma uteri9. Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada klien dengan mioma uteri

1.4 Manfaat

Adapun manfaat yang ingin dicapai dengan adanya makalah ini adalah sebagai berikut:1. MahasiswaMahasiswa mampu menjelaskan definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan diagonstik, penatalaksanaan medis, komplikasi, prognosis Mioma Uteri. serta dapat menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan Mioma Uteri, khususnya pada mahasiswa keperawatan.

2. DosenMakalah ini dapat dijadikan tolok ukur sejauh mana mahasiswa mampu menjelaskan mekanisme penyakit dan asuhan keperawatan pada klien dengan mioma uteri.

2

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Secara umum, uterus mempunyai 3 lapisan jaringan yaitu lapisan terluar perimetrium, lapisan tengah miometrium dan yang paling dalam adalah endometrium. Miometrium adalah yang paling tebal dan merupakan otot polos berlapis tiga; yang sebelah luar longitudinal, yang sebelah dalam sirkuler, yang antara kedua lapisan ini beranyaman.Miometrium dalam keseluruhannya dapat berkontraksi dan berelaksasi. Tumor jinak yang berasal dari sel otot polos dari myometrium dipanggil leiomioma. Tetapi kerana tumor ini berbatas tegas maka ianya sering dipanggil sebagai fibroid. Mioma uteri juga adalah berasingan, bulat, berbatas tegas, warna putih hingga merah jambu pucat, bersifat jinak dan terdiri dari otot polos dengan kuantiti jaringan penghubung fibrosa yang berbeda-beda. Sebanyak 95% mioma uteri berasal dari corpus uteri dan lagi 5% berasal dari serviks. Mioma uteri juga adalah tumor pelvis yang sering terjadi dan diperkirakan sebanyak 10% kasus ginekologi umumnya. Neoplasma jinak ini mempunyai banyak nama sehingga dalam kepustakaan dikenal juga istilah fibromioma, leiomioma, fibroid atau pun mioma uteri.

2.2. Klasifikasi

Posisi Mioma di uterus dapat berasal dari serviks uterus dan hanya 1-3%, sisanya adalah dari korpus uterus. Maka pembagian menurut letaknya dapat ditemukan sebagai berikut:

1. Mioma SubmukosaBerada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus. Mioma submukosum dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian dilahirkan melalui saluran serviks dan dipanggil myomgeburt.

2. Mioma IntramuralMioma terdapat di dinding uterus di antara serabut myometrium. 3. Mioma subserosaMioma subserosa apabila mioma tumbuh kearah keluar dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan uterus, diliputi oleh serosa. Mioma subserosum dapat pula tumbuh menempel pada jaringan lain misalnya ke ligamentum atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus, sehingga disebut wandering/parasitic fibroid.

4. Mioma intraligamenter Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke ligamentum atau omentum kemudian membebaskan diri dari uterus sehingga disebut wondering parasitis fibroid. Jarang sekali ditemukan satu macam mioma saja dalam satu uterus. Mioma pada servik dapat menonjol ke dalam satu saluran servik sehingga ostium uteri eksternum berbentuk bulan sabit.

2.3. Etiologi dan Patofisiologi

Penyebab utama mioma uteri belum diketahui secara pasti sampai saat ini, tetapi banyak penelitian yang dikembangkan mengenai kasus ini untuk memahami keterlibatan faktor hormonal, faktor genetik, growth factor, dan biologi molekular. Faktor yang diduga berperan untuk inisiasi pada perubahan genetik pada mioma uteri adalah abnormalitas intrinsik pada miometrium, peningkatan reseptor estrogen secara kongenital pada miometrium, perubahan hormonal, atau respon kepada kecederaan iskemik ketika haid. Setelah terjadinya mioma uteri, perubahan-perubahan genetik ini akan dipengaruhi oleh promoter (hormon) dan efektor (growth factors).Menurut Meyer dan De Snoo, mengajukan teori tentang Cell nest atau teori genitoblast. Percobaan yang dilakukan Lipschutz dengan cara memberikan estrogen pada kelinci percobaan ternyata menimbulkan tumor fibromatosa, baik pada permukaan maupun pada tempat lain dalam abdomen. Efek fibromatosa ini dapat dicegah dengan pemberian preparat progesteron atau testosteron. Puukka dan kawan-kawan pula menyatakan bahwa reseptor estrogen pada mioma lebih banyak didapati daripada miometrium normal. Menurut Meyer asal mioma adalah sel imatur, bukan dari selaput otot yang matur.Mioma uteri yang berasal dari sel otot polos miometrium, menurut teori onkogenik maka patogenesa mioma uteri dibagi menjadi 2 faktor yaitu inisiator dan promotor. Faktor-faktor yang menginisiasi pertumbuhan mioma masih belum diketahui pasti. Dari penelitian menggunakan glucose-6-phosphatase dihydrogenase diketahui bahwa mioma berasal dari jaringan uniseluler. Transformasi neoplastik dari miometrium menjadi mioma melibatkan mutasi somatik dari miometrium normal dan interaksi kompleks dari hormon steroid seks dan growth factor lokal. Mutasi somatik ini merupakan peristiwa awal dalam proses pertumbuhan tumor.Tidak dapat dibuktikan bahwa hormon estrogen berperan sebagai penyebab mioma, namun diketahui estrogen berpengaruh dalam pertumbuhan mioma. Mioma terdiri dari reseptor estrogen dengan konsentrasi yang lebih tinggi dibanding dari miometrium sekitarnya namun konsentrasinya lebih rendah dibanding endometrium. Hormon progesteron meningkatkan aktifitas mitotik dari mioma pada wanita muda namun mekanisme dan faktor pertumbuhan yang terlibat tidak diketahui secara pasti. Progesteron memungkinkan pembesaran tumor dengan cara down-regulation apoptosis dari tumor. Estrogen berperan dalam pembesaran tumor dengan meningkatkan produksi matriks ekstraseluler.

2.4. Faktor Resiko

1. Usia PenderitaKebanyakan kasus yang ditemukan adalah wanita dengan usia >40 tahun.

2. Hormon Endogen Mioma uteri sangat sedikit ditemukan pada spesimen yang diambil dari hasil histerektomi wanita yang telah mengalami menopause. Hormon esterogen endogen pada wanita-wanita menopause berada pada kadar yang rendah atau sedikit (Parker, 2007).

3. Riwayat KeluargaWanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita mioma uteri mempunyai peningkatan 2,5 kali kemungkinan risiko untuk menderita mioma uteri dibanding dengan wanita tanpa garis keturunan penderita mioma uteri. Penderita mioma yang mempunyai riwayat keluarga mioma uteri mempunyai 2 kali lipat kekuatan ekspresi dari VEGF- (a myoma-related growth factor) dibandingkan dengan penderita mioma yang tidak mempunyai riwayat keluarga mioma uteri.

4. EtnikDari studi yang dijalankan melibatkan laporan oleh pasien mengenai mioma uteri, rekam medis, dan pemeriksaan sonografi menunjukkan golongan etnik Afrika-Amerika mempunyai kemungkinan risiko menderita mioma uteri setinggi 2,9 kali berbanding wanita etnik caucasia, dan risiko ini tidak mempunyai kaitan dengan faktor risiko yang lain. Didapati juga wanita golongan Afrika-Amerika menderita mioma uteri dalam usia yang lebih muda dan mempunyai mioma yang banyak dan lebih besar serta menunjukkan gejala klinis. Namun masih belum diketahui jelas apakah perbedaan ini karena masalah genetik atau perbedaan pada kadar sirkulasi estrogen, metabolisme estrogen, diet, atau peran faktor lingkungan.Pada penelitian terbaru yang menunjukkan Val/Val genotype untuk enzim essensial metabolisme estrogen, catechol-O-methyltransferase (COMT) ditemukan sebanyak 47% pada wanita Afrika-Amerika. Hal ini hanya berbanding 19% pada wanita kulit putih. Wanita dengan genotype ini lebih rentan untuk menderita mioma uteri. Ini menjelaskan mengapa prevalensi yang tinggi untuk menderita mioma uteri dikalangan wanita Afrika-Amerika lebih tinggi.

5. Berat BadanBeberapa penelitian menemukan hubungan antara obesitas dan peningkatan insiden mioma uteri. Suatu studi di Harvard yang dilakukan oleh Dr. Lynn Marshall menemukan bahwa wanita yang mempunyai Indeks Massa Tubuh (IMT) di atas normal, berkemungkinan 30,23% lebih sering menderita mioma uteri. Ros dkk, (1986) mendapatkan resiko mioma uteri meningkat hingga 21% untuk setiap 10 Kg kenaikan berat badan dan hal ini sejalan dengan kenaikan IMT.

6. DietAda studi yang mengaitkan dengan peningkatan terjadinya mioma uteri dengan pemakanan seperti daging sapi atau daging merah atau ham bisa meningkatkan insidensi mioma uteri dan sayuran hijau bisa menurunkannya. Studi ini sangat sukar untuk diintepretasikan kerana studi ini tidak menghitung nilai kalori dan pengambilan lemak tetapi sekadar informasi sahaja dan juga tidak diketahui dengan pasti apakah vitamin, serat atau phytoestrogen berhubung dengan mioma uteri.

7. Kehamilan dan ParitasPeningkatan paritas menurunkan insidensi terjadinya mioma uteri. Mioma uteri menunjukkan karakteristik yang sama dengan miometrium yang normal ketika kehamilan termasuk peningkatan produksi extracellular matrix dan peningkatan ekspresi reseptor untuk peptida dan hormon steroid. Miometrium postpartum kembali kepada berat asal, aliran darah dan saiz asal melalui proses apoptosis dan diferensiasi. Proses remodeling ini berkemungkinan bertanggungjawab dalam penurunan saiz mioma uteri. Teori yang lain pula mengatakan pembuluh darah di uterus kembali kepada keadaan atau saiz asal pada postpartum dan ini menyebabkan mioma uteri kekurangan suplai darah dan kurangnya nutrisi untuk terus membesar. Didapati juga kehamilan ketika usia midreproductive (25-29 tahun) memberikan perlindungan terhadap pembesaran mioma.

8. Kebiasaan Merokok

2.5. Manifestasi Klinis

Kebanyakan mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada saat pemeriksaan panggul rutin ataupun saat pemeriksaan ultrasonogafi (USG). Gejala yang timbul bergantung pada lokasi dan besarnya tumor, namun yang paling sering ditemukan adalah:1. Perdarahan yang banyak dan lama selama masa haid. 2. Penekanan organ di sekitar tumor oleh mioma uteri seperti kandung kemih, saluran kemih (ureter), usus besar (rektum) atau organ rongga panggul lainnya sehingga menimbulkan gangguan buang air besar dan buang air kecil, pelebaran pembuluh darah vena dalam panggul, gangguan ginjal karena penekanan saluran kemih (ureter). 3. Rasa nyeri karena tekanan tumor dan terputarnya tangkai tumor, serta adanya reaksi peradangan steril di dalam rahim.4. Teraba benjolan pada bagian bawah perut dekat rahim yang terasa kenyal. 5. Gangguan sulit hamil (infertilitas) karena terjadi penekanan pada saluran indung telur ataupun menyebabkan keguguran berulang (recurrent pregnancy loss). 6. Rasa nyeri biasanya diakibatkan oleh perubahan mioma uteri yang disebut degenerasi atau kontraksi uterus berlebihan pada mioma yang tumbuh ke dalam rongga rahim. Gejala sulit hamil ataupun keguguran berulang dapat disebabkan gangguan sumbatan pada saluran telur (tuba fallopi) dan gangguan implantasi sel telur yang telah dibuahi pada endometrium. 7. Sedangkan mioma uteri selama kehamilan dapat mengganggu kehamilan itu sendiri berupa kelainan letak bayi dan plasenta, terhalangnya jalan lahir, kelemahan pada saat kontraksi rahim, pendarahan yang banyak setelah melahirkan dan gangguan pelepasan plasenta. Sebaliknya, kehamilan juga dapat merangsang pertumbuhan mioma uteri. Saat hamil, mioma uteri cenderung membesar seiring dengan meningkatnya kadar hormon wanita (estrogen) selama kehamilan. Pembesaran yang cepat ini memicu perubahan dari mioma uteri (degenerasi) yang dapat menimbulkan rasa nyeri.

2.6. Pemeriksaan Diagnostik dan Penunjang

a) USG Abdomen atau Transvaginal: pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan jenis tumor, lokasi myoma, dan ketebalan endometrium. b) Foto BNO / IVP: pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai massa di rongga pelvis serta menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter. c) Tes kehamilan d) Pemeriksaan Darah lengkap dan Urine lengkap e) Histerografi dan Histeroscopi: pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai pasien myoma sub mukosa yang disertai dengan infertilitas. f) Vaginal Toucher: pada pemeriksaan ini akan didapatkan perdarahan pervaginam, massa yang teraba, konsistensi dan ukurannya. g) Sitologi: pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut.

2.7. Penatalaksanaan

a) Pengobatan Konservatif / MedikasiTerapi mioma uteri pada umumnya terbagi atas: 1. Terapi Ekspetatif Medikamentosa (GnRH analog, preparat progesterone, anti progestin)2. Tindakan Bedah (Miemektomi / Histerektomi) 3. Embolisasi Arteri Uteri, dan 4. Beberapa alternative, seperti: USG Frekwensi Tinggi, Terapi Laser, dan Ablasi Thermal.

Setiap tindakan harus dipilih yang paling sesuai untuk seorang pasien dengan banyak pertimbangan hal, seperti usia, keinginan, status fertilitas, beratnya gejala klinis, ukuran, jumlah dan lokasi mioma, penyakit sistemik, kemungkinan malignansi, apakah pasien sudah dekat menopause dan keinginan pasien untuk mempertahankan rahimnya.Terapi obat tidak mempunyai peranan yang penting dalam penanganan leimioma, akan tetapi agons GnRH (Gonadotropin rekasing hormone) bisa dipakai untuk mengurangi estrogen yang beredar dalam darah dan bisa membuat tumor mengecil. Agonis GnRH bisa mengurangi besarnya tumor sekitar 90%, tetapi efeknya hanya sementara. Tumor ini bisa mengecil setelah menopause. Biasanya GnRH diberikan untuk memperkecil tumor yang besar dan menghindari perdarahan waktu pembedahan.Kasus mioma yang terjadi pada wanita yang mencapai menopause biasanya tidak mengalami keluhan, bahkan dapat mengecil, oleh karena itu sebaiknya diobservasi saja. Bila ukuran mioma sebesar kehamilan 12-14 minggu dan disertai pertumbuhan yang cepat sebaiknya dioperasi, walaupun tidak ada gejala atau keluhan.Pada masa post menopause, mioma biasanya tidak memberikan keluhan. Tetapi bila terdapat pembesaran harus dicurigai kemungkinan adanya keganasan (sarcoma).

b) RadioterapiTindakan radioterapi dapat dilakukan dengan beberapa syarat indikasi, yaitu: 1. Hanya dilakukan pada wanita yang tidak dapat dioperasi (bad risk patient). 2. Uterus harus lebih kecil dari kehamilan 3 bulan. 3. Bukan mioma jenis submukosa. 4. Tidak disertai radang pelvis, atau penekanan pada rectum. 5. Tidak dilakukan pada wanita muda, sebab dapat menyebabkan menopaus.

c) Pengobatan Kolaboratif dan OperatifAkan dilakukan penanganan operatif, bila: Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12-14 minggu. Pertumbuhan tumor cepat. Mioma subserosa bertangkai dan torsi. Bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya. Hipermenorea pada mioma submukosa. Penekanan pada organ sekitarnya. Maka dapat dilakukan tindakan pembedahan sebagai berikut: 1. Laparatomi, MiomektomiBila fungsi reproduksi masih diperlukan. Miomektomi dilakukan pada wanita yang masih menginginkan keturunan. Syaratnya harus dilakukan kuretase dulu, untuk menghilangkan kemungkinan keganasan. Kerugiannya adalah melemahkan dinding uterus, sehingga dapat menyebabkan rupture uteri pada waktu hamil, dapat menyebabkan perlekatan dan residif.

2. Histerektomi Bila fungsi reproduksi tidak diperlukan lagi, pertumbuhan tumor sangat cepat sebagai tindakan hemostasis. Dilakukan pada mioma yang ukurannya besar dan multipel. Pada wanita muda sebaiknya ditinggalkan satu atau kedua ovarium, maksudnya adalah untuk menjaga agar tidak terjadi menopause sebelum waktunya dan menjaga gangguan coroner atau arteriosklerosis umum. Sebaiknya dilakukan histerektomi total, kecuali bila keadaan tidak mengijinkan bisa dilakukan histerektomi supravaginal. Untuk menjaga kemungkinan keganasan pada servik, sebaiknya dilakukan pap smear pada waktu tertentu.2.8. Komplikasi

1. Nekrosis dan InfeksiPada mioma sub mukosa yang terjadi polip, ujungnya kadang dapat melalui kanalis servikalis dan dialirkan ke vagina. Kemungkinan akan terjadi nekrosis dan infeksi sekunder, pasien mengeluh tentang pendarahan yang bersifat menoragia atau metrogania dan leukea.

2. Torsi (Putaran Tangkai) Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis dengan demikian terjadilah sindroma abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahan-lahan gangguan akut tidak terjadi, hal ini hendaknya dibedakan dengan suatu keadaan dimana terdapat banyak sarang mioma dalam rongga peritonium.

3. Pertumbuhan Leioma Sarkoma Merupakan tumor yang tumbuh dari miometrium, kecurigaan mengarah terhadap sarkoma dan mioma uteri apabila timbul suatu mioma uteri yang selama beberapa tahun tidak membesar tiba-tiba menjadi besar.

2.9. Prognosis

Prognosis baik jika ditemukan mioma berukuran kecil, tidak cenderung membesar dan tidak memicu keluhan yang berarti, cukup dilakukan pemeriksaan rutin setiap 3-6 bulan sekali termasuk pemeriksaan USG. 55% dari semua mioma uteri tidak membutuhkan suatu pengobatan dalam bentuk apapun. Menopause dapat menghentikan pertumbuhan mioma uteri. Pengecilan tumor sementara menggunakan obat-obatan GnRH analog dapat dilakukan, akan tetapi pada wanita dengan hormon yang masih cukup (premenopause), mioma ini dapat membesar kembali setelah obat-obatan ini dihentikan. Jika tumor membesar, timbul gejala penekanan, nyeri hebat, dan perdarahan dari kemaluan yang terus menerus, tindakan operasi sebaiknya dilakukan.

2. 10. WOC Mioma Uteri

Faktor Resiko:Usia PenderitaHormone EndogenRiwayat KeluargaEtnikBerat BadanDietKehamilan dan ParitasKebiasaan Merokok

MIOMA UTERI

Mioma IntramuralMioma SubmukosusmMioma Sub serosum

Tumbuh di dinding uterusberada di bawah endometrium &Tumbuh keluar dinding Menonjol ke dalam rongga uterus uterus

Gejala/ Tanda

PerdarahanPembesaran Uterus

PeSuplai darah Kurang Pengetahuan Gg Sirkulasi Penekanan Syaraf

Anemia MK : Cemas /NekrosisAnsietas Radang Kelemahan FisikMK : NYERI MK : Intoleransi Aktivitas Mual; Muntah

MK : Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan Anoreksia

Penekanan pada organ

Kandung kencing UretraUreterrectum

PoliUri Retensio Uri Hidronefrosis Obstipasi/Tenesmus

Ganngguan Eliminasi Urin

BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN

3.1. Pengkajian

A. Anamnesa1. Data Biografi: Nama: Umur: Pada usia >40 tahun memiliki resiko terkena mioma uteri (20 %)Jenis Kelamin: (Di derita oleh wanita, berhubungan dengan organ reproduksi milik wanita)Status Perkawinan:Agama:Suku/Bangsa: (Berdasarkan penelitian, mioma uteri lebih beresiko diderita oleh suku bangsa kulit hitam daripada suku bangsa kulit putih) (Wiknjosastro, 2007:339)Pendidikan:Pekerjaan:

2. Keluhan UtamaKlien dengan penyakit mioma uteri biasanya memiliki keluhan nyeri dan perutnya terasa berat. Rasa nyeri yang dirasakan karena tekanan dari tumor dan terputarnya tangkal tumor, serta adanya reaksi peradangan steril di dalam rahim.

Gejala awal yang dirasakan oleh penderita mioma uteri menurut Wiknjosastro, (2005 : 342), yaitu: 1. Perdarahan abnormal (hypermenore, menoragia, metoragie).2. Rasa nyeri, akibat gangguan sirkulasi darah pada lokasi mioma. yang disertai dengan nekrosis setempat dan peradangan. 3. Gangguan eliminasi urin, akibat dari penekanan mioma pada kandung kemih. 4. Edema tungkai dan nyeri panggul akibat penekakan pembuluh darah dan pembuluh limfe.

3. Riwayat Penyakit SekarangPada umumnya Klien dengan mioma uteri sering ditemukan dengan siklus mentruasi yang tidak teratur. Penekanan organ di sekitar tumor oleh mioma uteri, seperti kandung kemih, saluran kemih (ureter), usus besar, atau organ rongga panggul lainnya sehingga menimbulkan manifestasi gangguan buang air besar dan buang air kecil, pelebaran pembuluh darah vena dalam panggul, gangguan ginjal karena penekanan saluran kemih (ureter).

4. Riwayat Penyakit DahuluKaji riwayat seperti MRS, alergi obat, riwayat pembedahan pada organ reproduksi atau pembedahan di daerah sekitar organ reproduksi.

5. Riwayat Kesehatan KeluargaKaji apakah anggota keluarga Klien ada yang penderita permasalahan yang sama atau penyakit keganasan pada bagian organ lain.

6. Riwayat Kesehatan Lingkungan

7. Riwayat PsikososialKaji tentang perasaan klien terhadap penyakitnya, bagaimana klien menilai penyakit melalui perspektifnya dan cara mengatasinya, bagaimana klien melihat perubahan peran di dalam keluarga dan masyarakat ketika sakit.

8. Kebiasaan Sehari-hariKaji pola pemenuhan nutrisi, pola istirahat, pola aktivitas, dan pola eliminasi

9. Aktivitas Kebutuhan Spiritual

3.2. Pemeriksaan Fisik

Review of System B1-B6a) B1 (breathing / respiratory system) : Pada umumnya ditemukan napas cepatb) B2 (bleeding / cardiovascular system) : tidak ditemukan permasalahan yang berhubungan dengan miomac) B3 (brain / nervous system) : tidak ditemukan kelainan pada otak, kesadaran compos mentisd) B4 (bladder / genitourinary system) : disuriae) B5 (bowel / gastroinstestinal System) : nyeri perut, anoreksia, mula, muntahf) B6 (bone / bone-muscle-intregument) : kelemahan tonus otot, Klien terlihat lemah dan merasa cepat lelah

Pemeriksaan fisik lain yang biasa ditemukan pada klien dengan mioma, antara lain: a) Ketika dilakukannya tindakan palpasi, dapat terba pada bagian bawah perut rahim yang tearasa kenyal, massa dari mioma dapat teraba karena adanya kemungkinan mioma yang semakin membesarb) Ketika dilakukan inspeksi, dapat terlihat area peneganggan di daerah abdomen manifestasi ini muncul karena adanya penekaanan organ di sekitar mioma uteri, seperti kandung kemih, saluran kemih (ureter), usus besar, dan organ rongga panggul lainnya.

3.3. Analisa Data

No.DataEtiologiMasalah Keperawatan

1. DS: 1. Pasien mengutarakan perasaan takut dan kekhawatiran terhadap penyakitnya kepada perawat.

DO:1. Klien berperilaku resah dan gelisah. 2. Wajah klien menegang. 3. Peningkatan keringat di wajah. 4. Suara klien bergetarKurangnya informasi dan pengetahuan tentang penyakit

Efek perilaku: Gelisah

Efek Afektif: Ketakutan; kekhawatiran; keresahan

Efek fisiologis: Wajah tegang; Peningkatan keringat; suara bergetar

AnsietasAnsietas

2. DS:1. Klien merasa tidak nafsu makan2. Klien mengeluhkan rasa nyeri di abdomen. 3. Klien mengungkapkan adanya perubahan sensari rasa; merasakan pahit pada makanan yang di konsumsi.4. Klien menolak untuk makan

DO:1. Porsi makanan tidak di makan. 2. Klien kurang minat dengan makanannya. Mioma Uteri

Nyeri; Mual; Muntah

Kehilangan nafsu makan; menolak untuk makan

Porsi makanan tidak di makan

Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari KebutuhanKetidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan

3. DS: 1. Klien mengucapkan secara verbal rasa nyeri yang dirasakan.

DO: 1. Skala Nyeri: 42. Klien merubah posisi tidurnya untuk mnghindari nyeri. 3. Perubahan selera makan. 4. Perilaku ekspresif klien: gelisah; merintih.5. USG menunjukkan keadaan uterus yang membesarMioma Uteri

Suplai darah pada miomi uteri berkurang

Gangguan Sirkulasi

Manifestasi: tumor (mioma uteri) membesar

Manifestasi: Rasa Nyeri dan MualNyeri

4. DS: 1. Klien mengungkapkan kesulitan BAK2. BAK dalam ukuran frekuensi sedikit-sedikt tetapi tidak nyeri

DO:1. BAK sering tetapi sedikit2. Di abdomen bagian bawah teraba massa mioma. Mioma berada di dinding depan uterus

Hiperplasia endometrium

Tekanan Intra Abdomen

Penekanan Kandung Kemih

Retensi urin/dysuria

Gangguan eliminasi UrinGangguan Eliminasi Urin

5. DS: 1. Klien mengungkapkan secara verbal bahwa dirinya selalu lemas dan pusing.2. Klien mengatakan selalu merasa cepat lelah ketika melakukan aktivitas.

DO: 1. Wajah pucat2. Kondisi tubuh lemas3. Konjungtiva dan membrane mukosa pucat4. Ketidakmampuan melakukan aktivitas umum.Mioma uteri

Menorahagi

Pecahnya pembuluh darah

Anemia

Kelemahan fisik

Intolransi aktivitasIntoleransi Aktivitas

3.4. Diagnosa Keperawatan1. Nyeri berhubungan dengan pembesaran massa mioma uteri2. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan penekanan kandung kemih oleh massa mioma3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, mual, dan muntah4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kondisi penyakit5. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan informasi tentang penyakit

3.5. Intervensi dan Rasional

No. Diagnosa KeperawatanTujuan & Kriteria HasilNICNOC

1. Nyeri berhubungan dengan pembesaran massa mioma uteri

Tujuan: Setelah dilakukan perawatan klien melaporkan nyeri berkurang atau hilang. Klien dapat mengkompensasi nyeri dengan baik

Kriteria hasil:1. Skala nyeri 0-32. Gerakan klien melokalisir nyeri (-)3. Gerakan bertahan (difensife) pada daerah nyeri (-)4. Klien tenang/rileks5. Ketegangan otot (-)6. Tindakan distraksi (merintih, berteriak) (-) 1. Pantau tingkat dan intensitas nyeri. 2. Ajarkan teknik relaksasi (nafas dalam dan masase)3. Beri kompres hangat4. Posisikan klien dalam keadaan yang nyaman5. Kondisikan lingkungan yang kondusif disekitar klien6. Bantu klien untuk melakukan tindakan distraksi melalui hobby, sperti membaca buku, atau berinteraksi dengan klien lain.7. Kolaborasikan pemberian obat analgesic sesuai dengan program terapi yang didapatkan klien. 1. Mempertahankan tingkat nyeri di skala yang lebih kecil atau nyeri yang dirakasan menghilang. 2. Klien menunjukkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai kenyamanan. 3. Merelaksasikan otot abdomen bagian bawah yang menegang akibat rasa nyeri dan penekanan mioma uteri. 4. Kondisi lingkungan yang kondusif dapat membantu klien menurunkan tingkat stress dan ketegangan, serta mempengaruhi respon klien terhadap nyeri. 5. Distraksi mampu menjadi media alternative pengalihan dari respon nyeri yang dirasakan. 6. Analgesic mampu meringkan nyeri pada sensor pusat nyeri.

2. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan penekanan kandung kemih oleh massa mioma

Tujuan: Klien dapat melakukan pola eliminasi urin secara normal.

Kriteria Hasil: 1. Pola eliminasi urin kembali normal. 2. Keseimbangan cairan antara input dan output cairan.1. Monitor input cairan dan output cairan.2. Dokumentasikan jumlah dan warna urin klien. 3. Kolaborasikan pemberian cairan parenteral dan obat pelancar urin.1. Kemampuan dan kondisi klien dalam berkemih terpantau dan terdokumentasi. 2. Intake urin yang di dapat oleh klien harus kurang lebih sama dengan jumlah cairan yang dikeluarkan.3. Mempermudah system perkemihan klien dan meningkatkan rasa nyaman klien.

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, mual, dan muntah

Tujuan: Klien memenuhi kebutuhan nutrisi harian sesuai dengan tingkat aktivitas dan kebutuhan metabolic.

Kriteria Hasil: 1. Klien dapat menjelaskan tentang pentingnya nutrisi yang didapatkan klien.2. Bebas dari tanda malnutrisi. 3. Mempertahankan berat badan stabil. 4. Nilai laboratorium normal (Hb, Albumin)1. Catat dan dokumentasikan berat badan klien saat masuk lalu bandingan dengan saat berikutnya. 2. Berikan perawatan oral teratur. 3. Pemeriksaan laboratorium / Hb-Ht-elektrolit-Albumin. 4. Jelaskan tentang perlunya konsumsi karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan cairan yang adekuat. 5. Konsultasikan dengan ahli gizi untuk menetapkan kebutuhan kalori harian dan jenis makanan yang sesuai bagi klien. 6. Tawarkan Makan sedikit namun sering. 7. Jika memungkinkan sajikan makanan dalam keadaan hangat. 1. Dokumentasi Berat badan merupakan data yang diperlukan perawat untuk mengevaluasi perkembangan terapi nutrisi klien sehingga perawat dapat menyesuaikan terhadap kebutuhan intervensi. 2. Perawatan oral dapat mencegah ketidaknyamanan karena mulut kering, bibir pecah dan bau tidak sedap yang dapat menurunkan nafsu makan klien. 3. Nilai laboratorium merupakan data yang diperlukan perawat untuk mengevaluasi keberhasilan atau keefektifan intervensi sehingga perawat dapat menentukan intervensi yang sesuai bagi klien. 4. Memberikan informasi pada klien tentang makanan yang dikonsumsinya dilakukan agar klien mengerti dan paham tentang intervensi yang dilakukan perawat sehingga diharapkan klien dapat bersikap adaptif dan kooperatif. 5. Ahli gizi dapat menghitung kalori yang dibutuhkan klien menurut aktivitas yang dilakukan klien, sehingga diharapakan jumlah asupan kalori yang dikonsumsi klien dapat memenuhi kebutuhan harian, tidak kekurangan dan tidak berlebihan. 6. Makan terlalu banyak dalam waktu yang sama dapat menyebabkan distensi lambung yang berakibat ketidaknyamanan bagi klien sehingga nafsu makan klien makin menurun. 7. Makanan yang sudah dingin menyebabkan rasa yang kurang menyenangkan bagi klien sehingga menurunkan nafsu makan klien.

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kondisi penyakit

Tujuan:Klien mampu melakukan aktivitas sehari-hari.Kriteria Hasil:1. Klien mampu melakukan aktivitas yang biasa dilakukan2. Pola aktivitas dan istirahat klien seimbang. 1. Catat dan dokumentasikan tingkat aktivitas yang bisa dilakukan klien. 2. Ajarkan terknik meminimalkan aktivitas1. Mengetahui batasan-batasan karateristik pola aktivitas sehari-hari klien. 2. Meminimalkan aktivitas pada klien, mampu meminimalkan tubuh dari kebutuhan dan penggunaan oksigen sehingga dapat menghemat energi utuk melakukan aktivitas yang lain.

5. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan informasi tentang penyakitTujuan:Menurunkan derajat kecemasan, rasa taktu, dan kegelisahan klien setelah dilakukan tindakan keperawatan

Kriteria Hasil: 1. Klien tidak merasakan kecemasan tentang penyakit. 2. Klien mampu mengatasi rasa cemas yang dengan efektif.1. Tenangkan klien dan berusaha memahami klien. 2. Berikan informasi penting yang perlu diketahui oleh klien, seperti penjelasan penyakit, perjalanan penyakit, komplikasi, terapi yang didapatkan oleh klien, dsb. untuk mengurangi rasa kecemasan klien. 3. Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan (tachycardia, tachypnia, ekpresi cemas dan verbal). 4. Gunakan pendekatan dan sentuhan. (perhatikan kondisi psiko-sosial klien dan kepercayaan yang diyakini klien). 5. Temani klien untuk mendukung keamanan dan menurunkan rasa takut.6. Sediakan aktivitas untuk menurunkan ketegangan. 7. Bantu klien untuk mengidentifikasi situasi dan kondisi yang memeunculkan kondisi kecemasan.1. Membantu menurunkan kecemasan agar klien menyadari tindakan yang harus dilakukan. 2. Klien untuk mengetahui dan memahami tindakan terapi yang didapatkan sesuai dengan kondisinya, penyakitnya, serta menurunkan tingkat kecemasan dan ketegangan. 3. Membantu dalam memberikan terapi kecemasan sesui tingkat kecemasanya. 4. Membantu melepaskan beban sehingga klien dapat merasakan tidak terbebani. (Perhatikan: sebagian orang meyakini bahwa kontak sentuhan tidak dizinkan dengan perawat yang berbeda jenis kelamin). 5. Melatih klien untuk mengatisi kecemasan secara mandiri.

3. 6. Evaluasi

1. Respon nyeri yang dirasakan klien terjadi penurunan pada nomer skala kecil atau hilang.2. Klien melakukan memanajemen respon nyeri yang dirasakan dengan efektif.3. Kebutuhan kalori harian klien terpenuhi. 4. Klien melakukan manajemen energy yang dilakukan dengan efektif.5. Klien melakukan analisa factor kecemasan dan manajemen kecemasan dengan efekti.6. BAB IVPENUTUP

4.1 Kesimpulan

Mioma uteri merupakan salah satu masalah kesehatan reproduksi pada wanita. Mioma uteri adalah tumor jinak otot polos yang terdiri dari sel-sel jaringan otot polos, jaringan pengikat fibroid dan kolagen. Penatalaksanaan mioma uteri pada umumnya dapat dilakukan dengan Terapi Ekspetatif Medikamentosa (GnRH analog, preparat progesterone, anti progestin), Tindakan bedah (Miemektomi / Histerektomi), Radioterapi, Embolisasi Arteri Uteri, dan Beberapa alternative, seperti: USG frekwensi tinggi, terapi laser, dan ablasi thermal. Setiap tindakan harus dipilih yang paling sesuai untuk seorang klien dengan banyak pertimbangan hal, seperti usia, keinginan, status fertilitas, beratnya gejala klinis, ukuran, jumlah dan lokasi mioma, penyakit sistemik, kemungkinan malignansi, apakah pasien sudah dekat menopause dan keinginan klien untuk mempertahankan rahimnya.Masalah-masalah yang akan muncul pada mioma uteri sering mengalami nyeri berhubungan dengan pembesaran massa mioma uteri, gangguan eliminasi urin berhubungan dengan penekanan kandung kemih oleh massa mioma, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, mual, dan muntah, intoleransi aktivitas berhubungan dengan kondisi penyakit, ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan informasi tentang penyakit.

Intervensi yang diberikan pada klien adalah rencana keperawatan yang dibuat berdasarkan masalah keperawatan yang diantaranya:1. Nyeri: kaji tingkat nyeri, ukur skala nyeri, observasi tanda vital, ajarkan teknik nafas dalam, berikan posisi yang nyaman sesuai dengan kebutuhan, kolaborasikan pemberian obat analgesic sesuai dengan program terapi yang didapatkan klien. 2. Gangguan eliminasi urin: monitor input cairan dan output cairan, dokumentasikan jumlah dan warna urin klien, kolaborasikan pemberian cairan parenteral dan obat pelancar urin. 3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan: catat dan dokumentasikan berat badan klien saat masuk lalu bandingan dengan saat berikutnya, lakukan perawatan oral secara teratur, jelaskan tentang perlunya konsumsi karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan cairan yang adekuat, dan tawarkan makan sedikit namun sering. 4. Intoleransi aktivitas: catat dan dokumentasikan tingkat aktivitas yang bisa dilakukan klien dan ajarkan terknik meminimalkan aktivitas.5. Ansietas: tenangkan klien dan berusaha memahami klien, kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan (tachycardia, tachypnia, ekpresi cemas dan verbal), berikan informasi (health education) tentang penyakit mioma uteri.

Penanganan operatif (Miemektomi / Histerektomi) akan dilakukan bila ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12-14 minggu, pertumbuhan tumor cepat, mioma subserosa bertangkai dan torsi, bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya, hipermenorea pada mioma submukosa, serta penekanan pada organ sekitarnya.

4.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran yang mudah-mudahan bermanfaat dan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan mioma uteri.1. Bagi PerawatMelibatkan klien dan keluarga dalam merencanakan tindakan keperawatan terutama dalam penanganan, perawat harus mampu mengambil keputusan atau dapat berkolaborasi dengan dokter dan bidan untuk menghindari terjadinya masalah untuk lebih meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan. 2. Bagi mahasiswaLebih banyak belajar dan memahami lebih dalam tentang mioma uteri supaya meningkatkan dalam membuat asuhan keperawatan.

3. Bagi Wanita Usia SuburBagi setiap wanita di ajurkan untuk selalu menjaga personal hygiene (kebersihan diri) terutama pada alat genetalia. Dan diharapkan semua wanita baik usia reproduksi maupun usia lanjut supaya sedini mungkin memeriksakan diri ke dokter agar bila ada kelainan sistem reproduksi dapat segera ditangani.

DAFTAR PUSTAKA

Abraham, Jeremy Oats & Suzanne. 2011. Derek Llewellyn-Jones Fundamentals of Obstetry and Gynaecology. Elsevier Health Sciences: UK.

Achdiat, Chrisdiono M. 2004.Obstetri Dan Ginekologi Cetakan I. Jakarta : EGC.

Cunningham FG, dkk. 2006. Obstetri Williams Vol 1. Edisi 21. h. 685-742. Jakarta: EGC.

DeCherney AH, Nathan L. 2003. Current Obstetric and Gynecologic Diagnosis and Treatment, 9th Ed. New York: The McGraw-Hill Companies.

Geri Morgan & Carole Hamilton. 2009. Obstetri & Ginekologi : Panduan Praktis, Ed. 2. Jakarta : EGC.

Judith M. Wilkinson & Nancy R. Ahern. 2013. Buku Saku Diagnosis Keperawatan : Diagnosis Nanda, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC, Ed. 9. Jakarta : EGC.

Linda Yana br. Ginting, drh., Rasmalinah, M. kes., Drs. Jenadi, M. Kes. 2011. Karakteristik Penderita Mioma Uteri yang di Rawata Inap di RSUD DR. Pirngadi Medan Tahun 2009 20011. Laporan Penelitian Mahasiswa dan Staf Pengajar Departemen Peminataan Epdemiologi FKM USU.

Mardiana, Lina.2007. Kanker Pada Wanita Cetakan 4. Jakarta : Penebar Swadaya.

Prof. dr. I. B. G. Manuaba, Sp. OG (K), dr. I. A. Chandra Manuaba, Sp. OG, dr. I. B. G. Fajar Manuaba, Sp. OG. 2003. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC.

Wiknjosastro, Hanifa, 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiryoharjo.