Mioma Uteri
-
Upload
amaliaturrahmah -
Category
Documents
-
view
167 -
download
12
Transcript of Mioma Uteri
Bagian Obstetri dan Ginekologi Tutorial Klinik
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
MIOMA UTERI
Disusun Oleh:
Ripandi Yuspa
Amaliaturrahmah
Pembimbing:
dr. Prima Deri Pella, Sp.OG
Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik
Pada Bagian Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mioma uteri merupakan kelainan tumor jinak ginekologis yang paling sering
dijumpai.1 Mioma uteri dikenal juga dengan istilah leiomioma uteri, fibromioma uteri
atau uterin fibroid, ditemukan sekurang-kurangnya pada 20%-25% wanita di atas usia
30 tahun. 2
Pada usia reproduksi 20-25% wanita menderita mioma uteri dan kejadiannya
meningkat 40% pada wanita dengan usia lebih dari 35 tahun. Di Amerika Serikat
diperkirakan setiap 4-5 wanita menderita mioma uteri dan menunjukkan
kecenderungan pertumbuhan pada dekade usia ke-3 dan ke-4 dalam kurun kronologi
kehidupan wanita. Usia termuda yang pernah dijumpai adalah 13 tahun dan tumor
jinak ini mempunyai kecenderungan untuk regresi pada masa post menopause.3
Penelitian di Amerika Serikat yang dilakukan Schwartz, angka kejadian mioma uteri
adalah 2-12,8 orang per 1000 wanita tiap tahunnya. Schwartz menunjukan angka
kejadian mioma uteri 2-3 kali lebih tinggi pada wanita kulit hitam dibanding kulit
putih.4
Penelitian Ran Ok et-al di Pusan Saint Benedict Hospital Korea menemukan
17% kasus mioma uteri dari 4784 kasus-kasus bedah ginekologi yang diteliti.5 Mioma
uteri belum pernah (dilaporkan) terjadi sebelum menarche. Setelah menopause hanya
kira-kira 10% mioma yang masih tumbuh. Di Indonesia, mioma uteri ditemukan 2,39-
11,7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat.6
Meskipun umumnya mioma tidak menunjukkan gejala, diperkirakan 60% dari
laparotomi pelvis pada wanita dikerjakan dengan alasan mioma uteri. Umumnya
mioma uteri tidak akan terdeteksi sebelum masa pubertas dan tumbuh selama masa
reproduksi. Jarang sekali mioma uteri ditemukan pada wanita berumur 20 tahun atau
kurang, paling banyak pada umur 35 – 45 tahun yaitu kurang dari 25 %. Dan setelah
menopause banyak mioma mengecil, hanya 10% saja yang masih dapat tumbuh lebih
lanjut. 6
2
Sebagian besar kasus mioma uteri adalah tanpa gejala, sehingga kebanyakan
penderita tidak menyadari adanya kelainan pada uterusnya. Diperkirakan hanya 20%-
50% dari tumor ini yang menimbulkan gejala klinik, terutama perdarahan menstruasi
yang berlebihan, infertilitas, abortus berulang, dan nyeri akibat penekanan massa
tumor. 2
1.2 Tujuan
Mengetahui tentang mioma uteri, cara mendiagnosis serta penatalaksanaannya.
3
BAB II
LAPORAN KASUS
Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan pada hari Selasa hari Senin, 19
Juni 2012 pukul 16.00 WITA di ruang Nifas Mawar Rumah Sakit Umum Daerah
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
ANAMNESIS
Identitas Pasien
Nama : Ny. N
Usia : 37 tahun
Agama : Islam
Suku : Banjar
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jalan Anggrek Baru No.3 RT.25
MRS : Hari Sabtu, 19 Juni 2012 pukul 02.00 wita
Identitas suami
Nama : Tn. B
Usia : 35 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jalan Anggrek Baru No.3 RT.25
Keluhan Utama
Benjolan di perut bawah
4
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien merasakan adanya benjolan di perut bawah sejak 2 tahun sebelum
masuk rumah sakit, Pasien juga mengeluh rasa penuh dan berat sejak 2 tahun yang lalu
pada perut bagian bawah, gangguan BAB dan BAK tidak ada.
Keluhan gangguan haid sejak 2 tahun yang lalu. Dalam sebulan haid sebanyak
1 kali. Setiap haid lamanya 9-10 hari. Setiap hari ganti pembalut + 10 kali. Darah haid
berwarna merah kehitaman. Pasien juga mengeluhkan adanya nyeri perut saat
menstruasi yang tembus ke pinggang, pasien mengaku keluhan ini dapat mengganggu
aktivitas hariannya, pasien juga mengaku jika menstruasi akan lama. Sebelum masuk
Rumah Sakit pasien pernah memeriksakan kesehatannya di dokter Sp.OG karena
benjolan dan gangguan haid. Dari hasil pemeriksaan USG di dokter Sp.OG tersebut
didapatkan uterus membesar dengan ukuran 7 x 7 cm dan didiagnosis mioma uteri.
Sejak tahun 2010 pasien telah didiagnosa menderita mioma uteri dan
dianjurkan untuk dilakukan operasi namun pasien menolak karena belum berani,
sehingga sejak itu pasien memilih untuk berobat herbal saja, dan menurut pasien sejak
4 bulan yang lalu benjolan di perutnya itu terasa semakin nyeri.
Kemudian pasien MRS melalui poli kandungan dan direncanakan untuk operasi
elektif miomektomi.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit tekanan darah tinggi, penyakit diabetes
melitus, asma, dan penyakit jantung.
Pasien pernah di rawat di RS karena anemia pada tahun 2011 dan pada saat itu
dilakukan transfusi
Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit keluarga seperti diabetes melitus, asma,
tekanan darah tinggi, dan penyakit jantung.
5
Riwayat Menstruasi
Menarche : 13 tahun.
Siklus haid : 28 hari /teratur
Lama haid : 6 hari (sejak 2 tahun 10 hari)
Jumlah darah haid : 2 kali ganti pembalut (Sejak 2 tahun 10 kali
ganti pembalut)
Riwayat Pernikahan
Perkawinan yang pertama, umur menikah 26 tahun, dan lama menikah 11 tahun.
Riwayat Obstetrik
Pasien belum memiliki anak
Kontrasepsi
Tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik
Berat badan 55 kg, tinggi badan 150 cm
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Frekuensi nadi : 88 x/menit
Frekuensi napas : 20 x/menit, regular
Suhu : 36,6 oC (per axiller)
Status Generalis
Kepala : normosefali
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Telinga/hidung/tenggorokan : tidak ditemukan kelainan
Thorax :
6
Jantung : S1 S2 tunggal regular, mumur (-), gallop (-)
Paru : Vesikuler, Rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : hepar : pembesaran (-), limpa : pembesaran (-)
Ekstremitas : Atas : akral hangat, edema (-/-)
Bawah : akral hangat, pitting edema (+/+), varises (-/-)
Status Ginekologi
Inspeksi : abdomen cembung
Palpasi : teraba benjolan dengan ukuran sekitar 8cmx 7.5 cm,
konsistensi padat, kenyal, berbatas tegas, terdapat nyeri tekan
Periksa Dalam (VT):
o Vulvo vagina normal
o Permukaan Portio licin, nyeri goyang portio tidak ada dan portio ikut
bergerak saat massa digerakan.
o Ostium Uteri Eksterna dan Interna tertutup
o Uterus antefleksi
o Adnexa normal dan kavum douglas tidak menonjol
o Pelepasan: lendir ada, darah tidak ada
Pemeriksaan Laboratorium
7
Diagnosis Kerja SementaraMioma Uteri
8
Tanggal 19-6-2012 Nilai NormalDarah lengkapHb 12,1 11,0-16,0Hct 44,2 37,0-54,0Leukosit 7.200 4.000-10.000Trombosit 350.000 108.000-282.000Kimia darahGDP 77G2PP 98 60-150SGOT 38 P<25/W<31SGPT 36 P<41/W<32Bilirubin total 0,4 0-1,0Bilirubin direct 0,1 0-0,25Bilirubin indirect 0,3 0-0,075Protein total 7,7 6,6-8,7Albumin 3,5 3,2-4,5Globulin 4,2 2,3-3,5Kolesterol 186 150-220Trigliserida 280Asam urat 6,9Ureum 20,2Creatinin 0,6HDL 36LDL 94Hbs Ag -Anti Hbs +Anti bodi HIV -BT 2’CT 8’
Urin LengkapBerat Jenis 1,010 1,003-1,30Ketone - NegatifHemoglobin - NegatifWarna Kuning pH 5,0 4,8-7,8Sel epitel +2 SedikitProtein - NegatifLeukosit 0-3 < 10/lpbEritrosit 0-1 0-1/lpbBakteri +1 Negatif
USG: Uterus membesar antefleksi ukuran 8 x 7.5 cm dengan gambaran kasar
hypertrofik di dalamnya. Ascites (-). Kedua ginjal normal.
Penatalaksanaan:
Follow Up VK
Tanggal 19 juni 2012
19/6/2012
10.00
Menerima pasien dari poli dan melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik.
Diagnosis: Mioma Uteri dengan infertile primer Pro laparotomy besok
Tanda-tanda vital: Tekanan Darah : 130/80 mmHg, Nadi :82 kali/menit, pernafasan :20
kali/menit, suhu :36,4◦C Teraba massa 7,5 cm x 7.5 cm di abdomen
Tanggal 20 juni 2012
06.00 Tanda-tanda vital: Tekanan Darah : 120/80 mmHg, Nadi :80 kali/menit, pernafasan
:20 kali/menit, suhu :36,3◦C
10.00 Pasien diantar ke OK
Laporan Operasi
Laporan Operasi Ny. N Mawar
37 tahun Nama Ahli Bedah : dr. Sp.OG Nama Ahli Anastesi : dr. Sp.An DiagnosisPre Operasi:
Mioma uteri intramural
Tanggal 20-06-2012-2012 pukul 12.10-13.30WITA
Macam Operasi : Myomektomi
Laporan Operasi
Dilakukan myomektomi
1. siapkan informed consent2. pasien disiapkan di atas meja operasi, lalu dilakukan spinal anastesi3. dilakukan pemasangan kateter4. dilakukan disinfeksi pada dinding abdomen dan lapangan operasi dipersempit
dengan duk steril5. dibuat insisi mediana pada abdomen, dimulai dari atas simphisis pubis hingga
9
dibawah umbilicus, dibuka lapis demi lapis6. peritoneum dibuka, tampak uterus yang membesar dengan diameter ± 15 cm7. dibuat insisi pada bagian uterus yang membesar hingga tampak masa berwarna
keputihan pada lapisan miometrium.8. selanjutnya dipisahkan jaringan uterus dengan jaringan massa secara tumpul9. control perdarahan sekitar dengan elektrokauter10. setelah jaringan massa terpisah dari jaringan uterus, dilakukan penjahitan uterus
dengan benang vicryl 1.0 11. dilakukan control perdarahan dan irigasi dengan meggunakan NaCl 0,9 %
sebanyak kurang lebih 1000 cc, lalu disuction12. menjepit lapisan abdomen, lapis demi lapis dijahit bagian:
a. peritoneum dengan catgut plain 2.0 b. otot dengan menggunakan catgut plain 2.0c. fascia trasversus dengan menggunakan vicryl 3.0d. lemak dengan menggunakan catgut plain 2.0e. subcutis dengan menggunakan catgut plain 3.0
13. luka jahitan dibersihkan dengan NaCl 0,9%14. kemudian luka ditutup dengan dressing
Diagnosis Post Operasi : Mioma uteri
Terapi Post Operasi:1. Injeksi Cefotaxime 3x1 gram i.v
2. Injeksi Remopain 2x1 ampul i.v
3. Injeksi Ulsikur 3x1 ampul i.v
4. Drip tradosik 1 ampul/16 tetes permenit
5. Pronalges suppositoria 2
Follow UP Nifas
10
21 Juni 2012 pukul 07.30
Post operasi hari I
Keluhan : nyeri luka operasi (+), darah (-), keluar darah dari jalan lahir (-), buang
angin (+)
Pemeriksaan fisik : KU : baik, anemis (-/-)
TD : 120/80 mmHg, Nadi :78 kali/menit, RR :20 kali/menit, suhu
:36,6◦C
Dada simetris, aerola (+/+), benjolan (-)
Luka operasi basah dan hiperemis
Urin tampung : 700 cc
Akral hangat, sianosis (-/-)
Hb 9,9 gr/dL
Terapi/ tindakan : - lepas infus, venflon (+)
- lepas urin kateter
- Injeksi cefotaxime 3x1 gr
- Paracetamol tab 3x1
- SF tab 3x1
23 Juni 2012 pukul 07.30
Post operasi hari II
Keluhan : nyeri luka operasi (+), darah (-), keluar darah dari jalan lahir (-), buang
angin (+), buang air kecil (+), buang air besar (+)
Pemeriksaan fisik : KU : baik, anemis (-/-)
TD : 130/80 mmHg, Nadi :80 kali/menit, RR :18 kali/menit, suhu
:36,5◦C
Dada simetris, aerola (+/+), benjolan (-)
Luka operasi kering, pus (-), darah (-) dan hiperemis
Akral hangat, sianosis (-/-)
Terapi/ tindakan : - lepas venflon
- pasien boleh pulang
- Obat pulang: Cefadroxil tab 2x1, Paracetamol tab 3x1, SF
tab 3x1
Hasil pemeriksaan Patologi (27/06/2012)
Makroskopis:
11
Diterima jaringan bulat berdungkul-dungkul ukuran 10x9x7 cm pada irisan tampak
massa putih abu-abu padat kenyal
Mikroskopis:
Sediaan menunjukkan jaringan myometrium dengan tumor mesenkimal,, dalam
berkas-berkas otot memanjang dan melintang, sel tumor fusiform, inti berujung
tumpul, stroma dengan hialinisasi cukup
Tidak didapatkan tanda ganas
Kesimpulan: Miometrium: Leiomioma
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari lapisan otot uterus dan
jaringan ikat yang menumpangnya, sehingga dalam kepustakaan juga dikenal istilah
fibromioma, leiomioma, ataupun fibroid.6
12
3.2 Faktor Risiko
1. Usia penderita
Mioma uteri jarang ditemukan sebelum menarche (sebelum mendapatkan haid).
Paling banyak mioma uteri ditemukan pada wanita berumur 35-45 tahun, jarang sekali
pada wanita berumur 20 tahun. Sedangkan pada wanita menopause mioma uteri
ditemukan sebesar 10%.7
2. Hormon endogen (Endogenous Hormonal)
Mioma uteri sangat sedikit ditemukan pada spesimen yang diambil dari hasil
histerektomi wanita yang telah menopause, diterangkan bahwa hormon esterogen
endogen pada wanita-wanita menopause pada level yang rendah/ sedikit.8 Otubu et al
menemukan bahwa konsentrasi estrogen pada jaringan mioma uteri lebih tinggi
dibandingkan jaringan miometrium normal terutama pada fase proliferasi dari siklus
menstruasi. 2
3. Riwayat Keluarga
Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita mioma uteri
mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma dibandingkan dengan
wanita tanpa garis keturunan penderita mioma uteri. Penderita mioma yang
mempunyai riwayat keluarga penderita mioma mempunyai 2 (dua) kali lipat kekuatan
13
ekspresi dari VEGF-α (a mioma-related growth factor) dibandingkan dengan penderita
mioma yang tidak mempunyai riwayat keluarga penderita mioma uteri. 8
4. Indeks Massa Tubuh (IMT)
Obesitas juga berperan dalam terjadinya mioma uteri. Hal ini mungkin
berhubungan dengan konversi hormon androgen menjadi esterogen oleh enzim
aromatease di jaringan lemak. 2
Hasilnya terjadi peningkatan jumlah esterogen tubuh, dimana hal ini dapat
menerangkan hubungannya dengan peningkatan prevalensi dan pertumbuhan mioma
uteri. 8
5. Makanan
Dari beberapa penelitian yang dilakukan menerangkan hubungan antara
makanan dengan prevalensi atau pertumbuhan mioma uteri. Dilaporkan bahwa daging
sapi, daging setengah matang (red meat), dan daging babi menigkatkan insiden mioma
uteri, namun sayuran hijau menurunkan insiden mioma uteri. Tidak diketahui dengan
pasti apakah vitamin, serat atau phytoestrogen berhubungan dengan mioma uteri. 8
6. Kehamilan
Angka kejadian mioma uteri bervariasi dari hasil penelitian yang pernah
dilakukan ditemukan sebesar 0,3%-7,2% selama kehamilan. Kehamilan dapat
mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar esterogen dalam kehamilan dan
bertambahnya vaskularisasi ke uterus.9 Kedua keadaan ini ada kemungkinan dapat
mempercepat terjadinya pembesaran mioma uteri.10 Berdasarkan hasil penelitian Lev-
Toaff et-al (1987) didapatkan akibat mioma uteri pada kehamilan adalah pertumbuhan
mioma tidak dapat diramalkan, implantasi plasenta yang tejadi pada mioma akan
meningkatkan kemungkinan terjadinya abortus, persalinan prematur dan perdarahan
postpartum, mioma yang multipel akan disertai dengan peningkatan insiden malposisi
janin dan persalinan prematur, degenerasi mioma biasanya disertai dengan pola
sonografik yang khas, frekuensi dilakukan tindakan seksio sesarea semakin meningkat. 11
7. Kebiasaan merokok
14
Merokok dapat mengurangi insiden mioma uteri. Diterangkan dengan
penurunan bioaviabilitas esterogen dan penurunan konversi androgen menjadi estrogen
dengan penghambatan enzim aromatase oleh nikotin. 8
3.3 Etiologi
Etiologi pasti belum diketahui, tetapi terdapat korelasi antara pertumbuhan
tumor dengan peningkatan reseptor estrogen-progesteron pada jaringan mioma uteri,
serta adanya faktor predisposisi yang bersifat herediter dan faktor hormone
pertumbuhan dan Human Placental Lactogen. Para ilmuwan telah mengidentifikasi
kromosom yang membawa 145 gen yang diperkirakan berpengaruh pada pertumbuhan
fibroid. Beberapa ahli mengatakan bahwa fibroid uteri diwariskan dari gen sisi
paternal. Mioma biasanya membesar pada saat kehamilan dan mengecil setelah
menopause, sehingga diperkirakan dipengaruhi juga oleh hormon-hormon reproduksi
seperti estrogen dan progesteron. Selain itu, sangat jarang ditemukan sebelum
menarke, dapat tumbuh dengan cepat selama kehamilan dan kadang mengecil setelah
menopause. 11,12
3.4 Patogenesis
Meskipun mioma cukup umum ditemukan, tidak begitu banyak yang bergejala.
Timbulnya gejala tergantung terutama pada kombinasi ukuran, jumlah dan letak
mioma. Secara umum, pertumbuhan mioma merupakan akibat stimulasi estrogen, yang
ada hingga menopause. Seiring berjalannya waktu, mioma yang awalnya asimtomatik
dapat tumbuh dan menjadi bergejala. Sebaliknya, banyak mioma yang menyusut
seiring menopause dimana stimulasi estrogen menghilang dan banyak gejala yang
berkaitan dengan mioma hilang segera setelah menopause.13
Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell Nest atau teori genioblast.
Percobaan Lipschultz yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan ternyata
menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan maupun pada tempat lain dalam
abdomen. Efek fibromatosa ini dapat dicegah dengan pemberian preparat progesteron
atau testosteron. Puukka dan kawan-kawan menyatakan bahwa reseptor estrogen pada
mioma lebih banyak didapati daripada miometrium normal. Menurut Meyer asal
15
mioma adalah sel imatur, bukan dari selaput otot yang matur. Mioma merupakan
monoclonal dengan tiap tumor merupakan hasil dari penggandaan satu sel otot.
Etiologi yang diajukan termasuk di dalamnya perkembangan dari sel otot uterus atau
arteri pada uterus, dari transformasi metaplastik sel jaringan ikat, dan dari sel-sel
embrionik sisa yang persisten. 6,13
Mioma umumnya digolongkan berdasarkan lokasi dan ke arah mana mereka
tumbuh. Mioma memiliki pseudokapsul yang berasal dari sel otot polos uterus yang
terkompresi dan hanya memiliki beberapa permbuluh darah dan pembuluh limfe.
Mioma intramural merupakan mioma yang paling banyak ditemukan. Jenis mioma ini
seluruhnya atau sebagian besar tumbuh di antara lapisan uterus yang paling tebal dan
paling tengah yaitu miometrium. Mioma subserosa tumbuh keluar dari lapisan tipis
uterus yang paling luar yaitu serosa. Jenis mioma ini dapat bertangkai (pedunculated)
atau memiliki dasar lebar. Jenis mioma ini perupakan kedua terbanyak ditemukan.
Jenis mioma ketiga yaitu mioma submukosa yang tumbuh dari dinding uterus paling
dalam sehingga menonjol ke dalam uterus. Jenis ini juga dapat bertangkai atau
berdasar lebar. 6,13
Mioma submukosa dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian
dilahirkan melalui saluran serviks disebut mioma geburt. Hal ini dapaat menyebabkan
dismenore, namun ketika telah dikeluarkan dari serviks dan menjadi nekrotik, akan
memberikan gejala pelepasan darah yang tidak regular dan dapat disalahartikan dengan
kanker serviks. Peningkatan jumlah perdarahan menstrual pada penderita mioma
dihubungkan dengan: peningkatan luas permukaan endometrium dan produksi
prostaglandin5
3.5 Patologi Anatomi 1,7
1. Mioma submukosa.
Berada dibawah endometrium dan menonjol didalam rongga uterus. Jenis ini
dijumpai 5% dari seluruh kasus moima. Jenis ini sering memberikan keluhan gangguan
perdarahan. Mioma uteri jenis lain meskipun besar belum memberikan keluhan
gangguan perdarahan. Mioma submukosa umumnya dapat diketahui dari tindakan
16
kuretase, dengan adanya benjolan waktu kuret, dikenal sebagai "curette bump" dengan
pemeriksaan histeroskopi dapat diketahui posisi tangkai tumor. Mioma submukosa
pedunkulata adalah jenis mioma submukosa yang mempunyai tangkai. Tumor ini dapat
keluar dari rongga rahim ke vagina, dikenal dengan nama "mioma geburt" atau mioma
yang dilahirkan, yang mudah mengalami infeksi, ulserasi dan infark. Pada beberapa
kasus mioma penderita akan mengalami anemia dan sepsis karena proses diatas.
2. Mioma intramural.
Mioma terdapat didinding uterus diantara serabut miometrium. Karena
pertumbuhan tumor, jaringan otot sekitarnya akan terdesak dan terbentuklah semacam
simpai yang mengelilingi tumor. Bila didalam dinding rahim dijumpai banyak mioma,
maka uterus akan mempunyai bentuk yang berbenjol - benjol dengan konsistensi yang,
padat. Mioma yang terletak pada didinding depan uterus, dalam pertumbuhannya akan
menekan dan mendorong kandung kemih ke atas, sehingga dapat menimbulkan
keluhan miksi.
3. Mioma subserosum.
Apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan
uterus diliputi oleh serosa. Moima subserosum dapat tumbuh diantara kedua lapisan
ligamentum latum menjadi mioma intraligamenter. Moima subserosum dapat pula
tumbuh menempel pada jaringan lain misalnya ke ligamentum atau omentum dan
kemudian membebaskan diri dari uterus sehingga disebut "wondering / parasitic
fibroid".
Jarang sekali ditemukan satu macam mioma saja dalam satu uterus. Mioma pada
serviks dapat menonjol ke dalam saluaran servik sehingga ostium uteri eksternum
berbentuk seperti bulan sabit. Apabila mioma dibelah maka tampak bahwa mioma
terdiri dari berkas otot polos dan jaringan ikat yang tersusun seperti konde / pusaran air
(whorl like pattern) dengan pseudokapsul yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang
terdesak karena pertumbuhan sarang mioma ini.
17
Gambaran histopatologi mioma uteri adalah sebagai berikut :1
1. Gambaran makroskopik
Gambaran makroskopik menunjukan suatu tumor berbatas jelas, bersimpai, pada
penampang menunjukan massa putih dengan susunan lingkaran-lingkaran konsentrik
di dalamnya.
2. Gambaran mikroskopik
Pada gambaran mikroskopik mioma uteri terdiri atas berkas-berkas otot polos
mengikal, yang menyerupai arsitektur miometrium normal. Sel-sel terdiri atas sel otot
yang uniform dengan inti bulat panjang. Kadang-kadang stroma mengalami degenerasi
hialin.
18
Perubahan-perubahan sekunder pada mioma uteri adalah sebagai berikut :1,7
1. Atropi: fibromioma menjadi kecil sesudah menopause ataupun sesudah
kehamilan.
2. Degenerasi hialin: merupakan perubahan sekunder yang terjadi terutama pada
penderita yang berusia lanjut, yang dapat meliputi sebagian besar atau sebagian
kecil mioma uteri seolah-olah memisahkan satu kelompok serabut otot dari
kelompok lainnya.
3. Degenerasi kistik: degenerasi kistik dapat meliputi daerah kecil maupun luas,
dimana sebagian dari mioma menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan
yang tidak teratur berisi seperti agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan
yang luas dan bendungan limfe sehingga menyerupai limfangioma. Dengan
konsistensi yang lunak ini tumor sukar dibedakan dengan kista ovarium atau
suatu kehamilan.
4. Degenerasi membatu: degenerasi membatu atau calcareous degeneration,
terutama terjadi pada wanita berusia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam
sirkulasi. Dengan adanya pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka
mioma menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto rontgen.
5. Degenerasi merah: perubahan ini biasanya terjadi pada kehamilan dan nifas.
Patogenesis diperkirakan karena suatu nekrosis subakut sebagai gangguan
vaskularisasi. Pada pembelahan dapat dilihat sarang mioma seperti daging
mentah berwarna merah disebabkan oleh pigmen hemosiderin dan hemofusin.
19
Degenerasi merah tampak khas pada kehamilan muda disertai emesis, haus,
sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus membesar disertai nyeri pada
perabaan. Penampilan klinik ini seperti pada putaran tangkai tumor ovarium
atau mioma bertangkai.
6. Degenerasi lemak: degenerasi lemak jarang terjadi, merupakan kelanjutan
degenerasi hialin.
3.6 Gambaran Klinis
Gejala klinis tergantung letak mioma, besarnya, perubahan sekunder dan
komplikasi. Hanya 35% - 50% penderita, mioma uteri yang menimbulkan gejala klinis.
Kebanyakan secara kebetulan pada saat pemeriksaan genekologi. Keluhan penderita
mioma uteri umumnya adalah :7,14
1. Perdarahan uterus abnormal.
Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore, metroragia
dan menoragia. Dijumpai pada sekitar 30% kasus. Beberapa faktor yang menjadi
penyebab perdarahan ini adalah :
a. Permukaan endrometrium menjadi lebih luas.
b. Disertai hiperplasia endometrium.
c. Atrofi endometrium diatas mioma submukosum.
d. Peningkatan vaskularisasi pada uterus.
2. Rasa nyeri
Nyeri terjadi bila ada gangguan sirkulasi darah seperti pada degenerasi merah,
terjadi peradangan dan nekrosis setempat, juga dapat terjadi akibat putaran tangkai
mioma subserosum ataupun akibat kontraksi uterus dalam upaya mengeluarkan mioma
dari kavum uteri.
3. Efek penekanan.
Gangguan ini tergantung dari besarnya dan tempat mioma uteri dan gejala yang
dapat ditimbulkan berupa retensi urin dan obstipasi.
4. Abortus Spontan dan infertilitas.
20
Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars
interstisialis tuba, sedangkan mioma submukosum juga memudahkan terjadinya
abortus oleh katena distorsi rongga uterus. Apabila penyebab lain infertilitas sudah
disingkirkan, dan mioma merupakan penyebab infertilitas tersebut, maka merupakan
suatu indikasi untuk dilakukan miomektomi.
Mioma uteri dan kehamilan
Mioma uteri dapat mempengaruhi kehamilan misalnya mempengaruhi letak
janin; menghalangi kemajuan persalinan karena letaknya pada servik uteri;
menyebabkan inersia maupun atonia uteri, sehingga menyebabkan perdarahan pasca
persalinan karena adanya gangguan mekanik dalam fungsi miometrium; menyebabkan
plasenta sukar lepas dari dasarnya dan mengganggu proses involusi dalam nifas.
Memperhatikan hal-hal tersebut di atas, adanya kehamilan pada mioma uteri
memerlukan pengamatan yang cermat.
Kehamilan sendiri dapat menimbulkan perubahan pada mioma uteri, antara
lain:
1. Tumor membesar terutama pada bulan-bulan pertama karena pengaruh estrogen
yang kadarnya meningkat.
2. Dapat terjadi degenerasi merah pada waktu hamil maupun masa nifas seperti telah
diutarakan di atas, yang kadang-kadang memerlukan pembedahan segera guna
mengangkat sarang mioma. Anehnya pengangkatan sarang mioma demikian itu
jarang menyebabkan banyak perdarahan.
3. Meskipun jarang, mioma uteri bertangkai dapat juga mengalami torsi dengan gejala
dan tanda sindrom abdomen akut.7
3.7 Diagnosis14
A. Anamnesis, dapat ditemukan antara lain :
1. Timbul benjolan diperut bagian bawah dalam waktu relatif lama.
2. Kadang-kadang disertai gangguan haid
3. Nyeri perut bila terinfeksi, terpuntir mioma bertangkai, atau pecah.
21
B. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan abdomen
Pada pemeriksaan abdomen uterus yang membesar dapat dipalpasi pada abdomen.
Tumor teraba sebagai nodul ireguler dan tetap, area perlunakan memberi kesan
adanya perubahan-perubahan degeneratif. Mioma lebih terpalpasi pada abdomen
selama kehamilan. Perlunakan pada abdomen yang disertai nyeri lepas dapat
disebabkan oleh perdarahan intraperitoneal dari ruptur vena pada permukaan
tumor.
2) Pemeriksaan pelvis
Pada pemeriksaan pelvis serviks biasanya normal. Namun, pada keadaan tertentu,
mioma submukosa yang bertangkai dapat mengawali dilatasi serviks dan terlihat
pada osteum servikalis. Uterus cenderung membesar, tidak beraturan dan berbentuk
nodul. Perlunakan tergantung pada derajat degenerasi dan kerusakan vaskuler.
Uterus sering dapat digerakan, kecuali apabila keadaan patologik pada adneksa.
Kavum uterus dapat membesar karena tumor submukosa. Kemungkinan adanya
mioma bersama-sama dengan kehamilan harus selalu dipertimbangkan.
C. Pemeriksaan penunjang
1. Ultra Sonografi (USG), untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan
endometrium dan keadaan adneksa dalam rongga pelvis. Mioma juga dapat
dideteksi dengan Computerized Tomografi Scanning (CT scan) ataupun
Magnetic Resonance Image ( MRI), tetapi kedua pemeriksaan itu lebih mahal.
2. Foto Bulk Nier Oversidth (BNO), Intra Vena Pielografi (IVP) pemeriksaaan
ini penting untuk menilai massa di rongga pelvis serta menilai fungsi ginjal
dan perjalanan ureter.
3. Histerografi dan histerokopi untuk menilai pasien mioma submukosa disertai
dengan infertilitas.
4. Laparoskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis.
5. Laboratorium : hitung darah lengkap dan apusan darah, untuk menilai kadar
hemoglobin dan hematokrit serta jumlah leukosit.
22
6. Tes kehamilan adalah untuk tes hormon Chorionic gonadotropin, karena bisa
membantu dalam mengevaluasi suatu pembesaran uterus, apakah oleh karena
kehamilan atau oleh karena adanya suatu mioma uteri yang dapat
menyebabkan pembesaran uterus menyerupai kehamilan.
3.8 Penatalaksanaan
Penanganan mioma uteri tergantung pada usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor, dan
terbagi atas :
A. Penanganan konservatif
Cara penanganan konservatif dapat dilakukan sebagai berikut :
1) Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan.
2) Monitor keadaan Hb
3) Pemberian zat besi
4) Penggunaan agonis GnRH, agonis GnRH bekerja dengan menurunkan regulasi
gonadotropin yang dihasilkan oleh hipofisis anterior. Akibatnya, fungsi
ovarium menghilang dan diciptakan keadaan ”menopause” yang reversibel.
Sebanyak 70% mioma mengalami reduksi dari ukuran uterus telah dilaporkan
terjadi dengan cara ini, menyatakan kemungkinan manfaatnya pada pasien
perimenopausal dengan menahan atau mengembalikan pertumbuhan mioma
sampai menopause yang sesungguhnya mengambil alih. Tidak terdapat resiko
penggunaan agonis GnRH jangka panjang dan kemungkinan rekurensi mioma
setelah terapi dihentikan tetapi, hal ini akan segera didapatkan dari pemeriksaan
klinis yang dilakukan.
B. Penanganan operatif
Intervensi operasi atau pembedahan pada penderita mioma uteri adalah :
1) Perdarahan uterus abnormal yang menyebabkan penderita anemia
2) Nyeri pelvis yang hebat
3) Ketidakmampuan untuk mengevaluasi adneksa (biasanya karena mioma
berukuran kehamilan 12 minggu atau sebesar tinju dewasa)
4) Gangguan buang air kecil (retensi urin)
23
5) Pertumbuhan mioma setelah menopause
6) Infertilitas
7) Meningkatnya pertumbuhan mioma.
Jenis operasi yang dilakukan pada mioma uteri dapat berupa :7,13
1. Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma tanpa pengangkatan
rahim/uterus. Miomektomi lebih sering di lakukan pada penderita mioma
uteri secara umum. Suatu studi mendukung miomektomi dapat dilakukan
pada wanita yang masih ingin be reproduksi tetapi belum ada analisa pasti
tentang teori ini tetapi penatalaksanaan ini paling disarankan kepada wanita
yang belum memiliki keturunan setelah penyebab lain disingkirkan.
2. Histerektomi
Histerektomi adalah tindakan operatif yang dilakukan untuk mengangkat
rahim, baik sebahagian (subtotal) tanpa serviks uteri ataupun seluruhnya
(total) berikut serviks uteri. Histerektomi dapat dilakukan bila pasien tidak
menginginkan anak lagi, dan pada penderita yang memiliki mioma yang
simptomatik atau yang sudah bergejala.
Kriteria menurut American College of Obstetricians Gynecologists (ACOG) untuk
histerektomi adalah sebagai berikut :
1) Terdapatnya 1 sampai 3 mioma asimptomatik atau yang dapat teraba dari
luar dan dikeluhkan oleh pasien.
2) Perdarahan uterus berlebihan, meliputi perdarahan yang banyak dan
bergumpal-gumpal atau berulang-ulang selama lebih dari 8 hari dan
anemia akibat kehilangan darah akut atau kronis.
3) Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma uteri meliputi nyeri hebat dan
akut, rasa tertekan punggung bawah atau perut bagian bawah yang
kronis dan penekanan pada vesika urinaria mengakibatkan frekuensi
miksi yang sering.
Penatalaksanaan mioma uteri pada wanita hamil6,7,13
24
Selama kehamilan, terapi awal yang memadai adalah tirah baring, analgesia dan
observasi terhadap mioma. Penatalaksanaan konservatif selalu lebih disukai apabila
janin imatur. Namun, pada torsi akut atau perdarahan intra abdomen memerlukan
interfensi pembedahan. Seksio sesarea merupakan indikasi untuk kelahiran apabila
mioma uteri menimbulkan kelainan letak janin, inersia uteri atau obstruksi mekanik.
3.9 Prognosis
Terapi bedah bersifat kuratif. Kehamilan di masa yang akan datang tidak akan
dibahayakan oleh miomektomi, walaupun seksio sesarea akan diperlukan setelah
diseksi lebar untuk masuk ke dalam rongga uterus.13
BAB IV
PEMBAHASAN
Penegakan diagnosis pasien berdasarkan atas anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang yaitu Mioma Uteri
4.1 Anamnesis
Kasus Teori
Umur pasien 37 tahun.
Benjolan di perut bawah sejak
2 tahun yang lalu
Metrorarghia
Mioma uteri sering dialami wanita usia
35-45 tahun.
Dari penelitian multisenter yang
dilakukan pada 114 pasien ditemukan
44% gejala perdarahan, yang paling sering
25
adalah jenis mioma submukosa.
Gangguan perdarahan yang terjadi
umumnya adalah hipermenore,
metroragia dan menoragia. Dijumpai
pada sekitar 30% kasus.
Keluhan yang diakibatkan oleh mioma
uteri sangat tergantung pada lokasi, arah
pertumbuhan, jenis, besar dan jumlah
mioma. Hanya dijumpai pada 20 – 50 %
saja mioma uteri menimbulkan keluhan,
sedangkan sisanya tidak mengeluh
apapun.
4.2 Pemeriksaan Fisik
Kasus Teori
Palpasi:
teraba benjolan dengan
ukuran sekitar 8 x7,5 cm,
konsistensi padat kenyal,
berbatas tegas, terdapat nyeri
tekan.
Periksa Dalam (VT): vulvo
vaginal normal, perdarahan
(-), massa, porsio licin.
1) Pemeriksaan abdomen
Didapatkan uterus yang membesar saat
dipalpasi. Tumor teraba sebagai nodul
ireguler dan tetap, area perlunakan
memberi kesan adanya perubahan-
perubahan degeneratif. Perlunakan pada
abdomen yang disertai nyeri lepas dapat
disebabkan oleh perdarahan intraperitoneal
dari ruptur vena pada permukaan tumor.
2) Pemeriksaan pelvis
26
Pemeriksaan pelvis serviks biasanya
normal. Pada keadaan tertentu, mioma
submukosa yang bertangkai dapat
mengawali dilatasi serviks dan terlihat pada
osteum servikalis. Uterus cenderung
membesar, tidak beraturan dan berbentuk
nodul. Perlunakan tergantung pada derajat
degenerasi dan kerusakan vaskuler. Uterus
sering dapat digerakan, kecuali apabila
keadaan patologik pada adneksa. Kavum
uterus dapat membesar karena tumor
submukosa
4.3 Pemeriksaan penunjang
Kasus Teori
Hasil USG pasien menunjukkan:
Uterus membesar antefleksi
ukuran 8 x 7,4 cm dengan
gambaran kasar hypertrofik di
dalamnya. Ascites (-). Kedua
ginjal normal.
Darah Rutin
Leukosit : 7.200/ mm3
Hemoglobin : 12,1gr %
Hematokrit : 44,2%
Pemeriksaan USG digunakan
untuk menentukan jenis
tumor, lokasi mioma,
ketebalan endometrium dan
keadaan adneksa dalam
rongga pelvis.
Laboratorium : hitung darah
lengkap dan apusan darah,
untuk menilai kadar
hemoglobin dan hematokrit
27
Trombosit : 350.000/ mm3
Bleeding Time: 2 menit
Clotting Time : 8 menit
serta jumlah leukosit.
4.4 Diagnosis
Kasus Teori
Penegakan diagnosis pasien berdasarkan atas
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. Pada pasien ini, diagnosa mioma Uteri
dengan infertile primer
Diagnosa Mioma uteri didapatkan
melalui anamnesa, pemeriksaan fisik
abdomen dan vaginal toucher serta
pemeriksaan penunjang darah lengkap
dan USG
4.5 Penatalaksanaan
Kasus Teori
Penatalaksanaan pada pasien bersifat
operatif berupa miomektomi
Penanganan mioma uteri tergantung pada
umur, status fertilitas, paritas, lokasi dan
ukuran tumor, sehingga biasanya mioma
yang ditangani yaitu yang membesar
secara cepat dan bergejala serta mioma
yang diduga menyebabkan fertilitas.
Miomektomi adalah pengambilan sarang
mioma saja tanpa pengangkatan uterus.
Miomektomi lebih sering di lakukan pada
penderita mioma uteri secara umum.
Suatu studi mendukung miomektomi
dapat dilakukan pada wanita yang masih
ingin bereproduksi tetapi belum ada
analisa pasti tentang teori ini tetapi
penatalaksanaan ini paling disarankan
kepada wanita yang belum memiliki
keturunan setelah penyebab lain
28
disingkirkan.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Pasien Ny.N , 37 tahun datang dengan keluhan benjolan di perut bawah sejak 2
tahun yang lalu, dan 4 bulan terakhir sering terasa nyeri, selain itu pasien juga
mengeluhkan adanya lama menstruasi yang memanjang. Terkadang pasien haid hingga
10 hari dalam tiap bulannya dan ganti pembalut 10 kali setiap hari. Setelah dilakukan
anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pasien didiagnosa mioma
uteri + infertil primer. Terapi pada pasien adalah penanganan operatif yaitu
miomektomi karena pasien belum memiliki keturunan. Hasil pemeriksaan patologi
anatomi adalah Leiomioma (tidak ganas).
5.2 Saran
29
Dalam penanganan kasus mioma uteri, penatalaksanaan dan follow up sangat
menentukan keberhasilan terapi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Robbins SL, Kumar V. Buku ajar Patologi II. Edisi Ke-4. Jakarta : EGC, 1995.
386-387.
2. Kurniasari T. Karakteristik Mioma Uteri di RSUD dr. Moewardi Surakarta Periode
Januari 2009 - Januari 2010. Surakarta : FK UNS, 2010.
3. Merrill, J.A., Gusberg, S.B., Deppe, G., Lession of The Corpus Uteri, Obstetrik and
Gynecologic, 4th ed. Harper & Row Publisher, Philadelphia, 1982, p : 1081-91.
4. Victory R, Romano W, Bennett J, Diamond M. Clinical Gynecology. Churchill
Livingstone, an imprint of Elsevier Inc. 2006. 179-205.
5. Ran Ok L, Gyung Il P, Jong Chul K, et-al. Clinic Statistical Observation of Uterine.
Korean Medical Database. Http://www.Medric.or.kr . diakses tanggal 23 Juni
2012.
30
6. Sutoto, M.S.J. Tumor Jinak pada Alat-alat Genital, Ilmu Kandungan, Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 1994, p : 328-65.
7. Joedosapoetro MS. Ilmu Kandungan. Wiknjosastro H, Saifudin AB, Rachimhadi T.
Editor. Edisi Ke-2. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka, 2005. 338-345.
8. Swarbhawa, IKA. Mioma Uteri. Samarinda: Fakultas Kedokteran Universitas
Mulawarman. 2012
9. Muzakir. Profil Penderita Mioma Uteri di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau
periode 1 Januari-Desember 2006. Pekanbaru : Universitas Riau, 2006.
10. Manuaba IBG. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetric dan Ginekologi. Edisi 2.
Jakarta : EGC, 2003. 309-312.
11. Cunningham, FG. Mioma uteri. Obstetri William. Edisi 18. Jakarta : EGC, 1995.
447-451.
12. Karim A, IMS Murah Manoe. Mioma Uteri, dalam : Pedoman Diagnosis dan
Terapi Obstetri dan Ginekologi. Ujung Pandang: Bagian/SMF OBstetri dan
Ginekologi FK Unhas RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, 1999.
13. Chelmolov, David. Gynecologic Myomectomy. www.emedicine.com. Diakses
tanggal 23 Juni 2012.
14. Yuska,ananda. Mioma uteri. http://anandiayuska.blogspot.com/2009/02/mioma-
uteri.html . diakses tanggal 23 Juni 2012.
31